REFRESHING Obgyn Induksi Gassan

23
TINJAUAN PUSTAKA INDUKSI PERSALINAN Induksi pesalinan yaitu suatu tindakan yang dilakukan terhadap ibu hamil yang belum inpartu untuk merangsang terjadinya persalinan. Induksi persalinan terjadi antara 10% sampai 20% dari seluruh persalinan dengan berbagai indikasi baik dari ibu maupun dari janinnya. Indikasi terminasi kehamilan dengan induksi adalah KPD, kehamilan post term, polyhidramnion, perdarahan antepartum (plasenta previa, solusio plasenta), riwayat persalinan cepat, kanker, PEB, IUFD. Induksi persalinan adalah suatu upaya stimulasi mulainya proses persalinan, yaitu dari tidak ada tanda-tanda persalinan, kemudian distimulasi menjadi ada dengan menimbulkan mulas/his. Cara ini dilakukan sebagai upaya medis untuk mempermudah keluarnya bayi dari rahim secara normal. Induksi persalinan adalah suatu usaha mempercepat persalinan dengan tindakan rangsangan kontraksi uterus. Induksi persalinan dapat bersifat mekanis, atau secara kimiawi (medikamentosa) Indikasi-indikasi yang penting ialah postmaturitas dan hipertensi pada kehamilan lebih dari 37 minggu. Untuk dapat melakukan induksi persalinan perlu dipenuhi beberapa kondisi, diantaranya: 1

description

m

Transcript of REFRESHING Obgyn Induksi Gassan

Page 1: REFRESHING Obgyn Induksi Gassan

TINJAUAN PUSTAKA

INDUKSI PERSALINAN

Induksi pesalinan yaitu suatu tindakan yang dilakukan terhadap ibu hamil yang belum

inpartu untuk merangsang terjadinya persalinan. Induksi persalinan terjadi antara 10% sampai

20% dari seluruh persalinan dengan berbagai indikasi baik dari ibu maupun dari janinnya.

Indikasi terminasi kehamilan dengan induksi adalah KPD, kehamilan post term,

polyhidramnion, perdarahan antepartum (plasenta previa, solusio plasenta), riwayat

persalinan cepat, kanker, PEB, IUFD. Induksi persalinan adalah suatu upaya stimulasi

mulainya proses persalinan, yaitu dari tidak ada tanda-tanda persalinan, kemudian distimulasi

menjadi ada dengan menimbulkan mulas/his. Cara ini dilakukan sebagai upaya medis untuk

mempermudah keluarnya bayi dari rahim secara normal. Induksi persalinan adalah suatu

usaha mempercepat persalinan dengan tindakan rangsangan kontraksi uterus. Induksi

persalinan dapat bersifat mekanis, atau secara kimiawi (medikamentosa)

Indikasi-indikasi yang penting ialah postmaturitas dan hipertensi pada kehamilan

lebih dari 37 minggu. Untuk dapat melakukan induksi persalinan perlu dipenuhi beberapa

kondisi, diantaranya:

1. Hendaknya serviks uteri sudah “matang”, yaitu serviks sudah mendatar dan menipis dan

sudah dapat dilalui oleh sedikitnya 1 jari, sumbu serviks menghadap ke depan.

2. Tidak ada disproporsi sefalopelvik (CPD)

3. Tidak ada kelainan letak janin yang tidak dapat dibetulkan

4. Sebaiknya kepala janin sudah mulai turun ke dalam rongga panggul.

Apabila kondisi-kondisi ini tidak dipenuhi, maka induksi persalinan mungkin tidak memberi

hasil yang diharapkan.

1

Page 2: REFRESHING Obgyn Induksi Gassan

B.  KLASIFIKASI INDUKSI PERSALINAN

1. Secara Medis

A. Infus oksitosin

Oksitosin adalah suatu hormon yang diproduksi di hipotalamus dan diangkut lewat

aliran aksoplasmik ke hipofisis posterior yang jika mendapatkan stimulasi yang tepat hormon

ini akan dilepas kedalam darah. Impuls neural yang terbentuk dari perangsangan papilla

mammae merupakan stimulus primer bagi pelepasan oksitosin sedangkan distensi vagina dan

uterus merupakan stimulus sekunder. Estrogen akan merangsang produksi oksitosin

sedangkan progesterone sebaliknya akan menghambat produksi oksitosin. Selain di

hipotalamus, oksitosin juga disintesis di kelenjar gonad, plasenta dan uterus mulai sejak

kehamilan 32 minggu dan seterusnya. Konsentrasi oksitosin dan juga aktivitas uterus akan

meningkat pada malam hari.

Mekanisme kerja dari oksitosin belum diketahui pasti, hormon ini akan menyebabkan

kontraksi otot polos uterus sehingga digunakan dalam dosis farmakologik untuk menginduksi

persalinan. Sebelum bayi lahir pada proses persalinan yang timbul spontan ternyata rahim

sangat peka terhadap oksitosin. Didalam uterus terdapat reseptor oksitosin 100 kali lebih

banyak pada kehamilan aterm dibandingkan dengan kehamilan awal. Jumlah estrogen yang

meningkat pada kehamilan aterm dapat memperbesar jumlah reseptor oksitosin.Begitu proses

persalinan dimulai serviks akan berdilatasi sehinga memulai refleks neural yang menstimulasi

pelepasan oksitosin dan kontraksi uterus selanjutnya. Faktor mekanik seperti jumlah

regangan atau gaya yang terjadi pada otot, mungkin merupakan hal penting.

Secara in vivo, oksitosin diproduksi pada nucleus paraventrikuler hipotalamus dan

disalurkan ke hipofisis posterior. Meskipun regimen dari oksitosin bermacam-macam,

diperlukan dosis yang adekuat untuk menghasilkan efek pada uterus. Dosisnya antara 4

sampai 16 miliunit permenit. Dosis untuk tiap orang berbeda-beda, namun biasanya dimulai

dengan dosis rendah sambil melihat kontraksi uterus dan kemajuan persalinan.

Syarat-syarat pemberian infus oksitosin :

Agar infus oksitosin berhasil dalam menginduksi persalinan dan tidak memberikan

penyulit baik pada ibu maupun janin, maka diperlukan syarat – syarat sebagai berikut :

1. Kehamilan aterm

2

Page 3: REFRESHING Obgyn Induksi Gassan

2. Ukuran panggul normal

3. Tak ada CPD

4. Janin dalam presentasi belakang kepala

5. Servik telah matang (portio lunak, mulai mendatar dan sudah mulai membuka)

Teknik infus oksitosin berencana :

1. Semalam sebelum drip oksitosin, hendaknya penderita sudah tidur pulas

2. Pagi harinya penderita diberi pencahar

3. Infus oksitosin hendaknya dilakukan pagi hari dengan observasi yang baik

4. Disiapkan cairan RL 500 cc yang diisi dengan sintosinon 5 IU

5. Cairan yang sudah mengandung 5 IU sintosinon dialirkan secara intravena melalui aliran

infus dengan jarum abocath no 18 G

6. Jarum abocath dipasang pada vena dibagian volar bawah

7. Tetesan dimulai dengan 8 mU (1 mU = 2 tetes) permenit dinaikan 4 mU setiap 30 menit.

Tetesan maksimal diperbolehkan sampai kadar oksitosin 30-40 mU. Bila sudah mencapai

kadar ini kontraksi rahim tidak muncul juga, maka berapapun kadar oksitosin yang diberikan

tidak akan menimbulkan kekuatan kontraksi. Sebaiknya infus oksitosin dihentikan.

8. Penderita dengan infus oksitosin harus diamati secara cermat untuk kemungkinan

timbulnya tetania uteri, tanda – tanda ruptur uteri membakat, maupun tanda – tanda gawat

janin.

9. Bila kontraksi rahim timbul secara teratur dan adekuat maka kadar tetesan oksitosin

dipertahankan. Sebaiknya bila terjadi kontraksi rahim yang sangat kuat, jumlah tetesan dapat

dikurangi atau sementara dihentikan.

10. Infus oksitosin ini hendaknya tetap dipertahankan sampai persalinan selesai yaitu sampai

1 jam sesudah lahirnya plasenta.

3

Page 4: REFRESHING Obgyn Induksi Gassan

11. Evaluasi kemajuan pembukaan serviks dapat dilakukan dengan periksa dalam bila his

telah kuat dan adekuat.

B. Prostaglandin

Pemberian prostaladin dapat merangsang otok -otot polos termasuk juga otot-otot

rahim. Prostagladin yang spesifik untuk merangsang otot rahim ialah PGE2 dan PGF2 alpha.

Pemakaian prostaglandin sebagai induksi persalinan dapat dalam bentuk infus intravena

(Nalador) dan pervaginam (prostaglandin vagina suppositoria).

Pada kehamilan aterm, induksi persalinan dengan prostagladin cukup efektif untuk

memperpendek proses persalinan, menurunkan angka seksio sesaria dan menurunkan angka

agar skor yang kurang dari 4. Selain melunakkan servik prostaglandin juga menghasilkan

vasodilatasi dan meningkatkan curah jantung 30%. Juga merelaksasi otot polos

gastrointestinal dan bronchial.

Prostaglandine E2

Dinoprostone lokal dalam bentuk jelly ( Prepidil ) yang diberikan dengan aplikator

khusus intraservikal dengan dosis 0,5 mg. Dinoproston vaginal suppositoria 10 mg (cervidil).

Pemberian prostaglandine harus dilakukan di kamar bersalin. 

Pemberian oksitosin drip paling cepat diberikan dalam waktu 6 – 12 jam pasca pemberian

prostaglandine E2. Efek samping : tachystole uterine pada 1-5% kasus yang mendapat

prostaglandine suppositoria.

Prostaglandine E1

Misoprostol (Cytotec) dengan sediaan 100 dan 200 µg. 

Pemberian secara intravagina dengan dosis 25 µg pada fornix posterior dan dapat diulang

pemberiannya setelah 6 jam bila kontraksi uterus masih belum terdapat. 

Bila dengan dosis 2 x 25 µg masih belum terdapat kontraksi uterus, berikan ulang dengan

dosis 50µg. Pemberian Misoprostol maksimum pada setiap pemberian dan dosis maksimum

adalah 4x50µg(200µg). Dosis 50µg sering menyebabkan : 

1. Mekonium dalam air ketuban

2. Tachysystole uterin

3. Aspirasi Mekonium

4

Page 5: REFRESHING Obgyn Induksi Gassan

Pemberian per oral: Pemberian 100 µg misoprostol peroral setara dengan pemberian 25

µg per vaginam.

C. Cairan hipertonik intra uteri

Pemberian cairan hipertonik intramnnion dipakai untuk merangsang kontraksi rahim

pada kehamilan dengan janin mati. Cairan hipertonik yang dipakai dapat berupa cairan garam

hipertonik 20, urea dan lain-lain. Kadang-kadang pemakaian urea dicampur dengan

prostagladin untuk memperkuat rangsangan pada otot-otot rahim. Cara ini dapat

menimbulkan penyakit yang cukup berbahaya, misalnya hipernatremia, infeksi dan gangguan

pembekuan darah.

2. Teknik Induksi Secara manipulatif

A. Amniotomi

Amniotomi artifisialisis dilakukan dengan cara memecahkan ketuban baik di bagian

bawah depan (fore water) maupun dibagian belakang ( hind water ) dengan suatu alat khusus

(drewsmith catheter) atau dengan omnihook yang sering dikombinasikan dengan pemberian

oksitosin. Sampai sekarang belum diketahui dengan pasti bagaimana pengaruh amniotomi

dalam merangsang timbulnya kontraksi rahim.

Bila setelah amniotomi dikerjakan 6 jam kemudian, belum ada tanda – tanda permulaan

persalinan, maka harus diikuti dengan cara – cara lain untuk merangsang persalinan, misalnya

dengan infus oksitosin.Pada amniotomi perlu diingat akan terjadinya penyulit – penyulit

sebagai berikut :

• Infeksi intrauteri

• Prolapsus funikuli

• Gawat janin

• Tanda-tanda solusio plasenta ( bila ketuban sangat banyak dan dikeluarkan secara tepat).

Teknik amniotomi.

Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan di masukkan kedalam jalan lahir sampai

sedalam kanalis servikalis. Setelah kedua jari berada dalam kanalis servikalis, maka posisi

jari diubah sedemikian rupa, sehingga telapak tangan menghadap kearah atas. Tangan kiri

5

Page 6: REFRESHING Obgyn Induksi Gassan

kemudian memasukan pengait khusus kedalam jalan lahir dengan tuntunan kedua jari yang

telah ada didalam. Ujung pengait diletakkan diantara jari telunjuk dan jari tengah tangan yang

didalam.

Tangan yang diluar kemudian memanipulasi pengait khusus tersebut untuk dapat

menusuk dan merobek selaput ketuban. Selain itu menusukkan pengait ini dapat juga

dilakukan dengan satu tangan, yaitu pengait dijepit diantara jari tengah dan jari telunjuk

tangan kanan, kemudian dimasukkan kedalam jalan lahir sedalam kanalis servikalis. Pada

waktu tindakan ini dikerjakan, seorang asisten menahan kepala janin kedalam pintu atas

panggul. Setelah air ketuban mengalir keluar, pengait dikeluarkan oleh tangan kiri, sedangkan

jari tangan yang didalam melebar robekan selaput ketuban. Air ketuban dialirkan sedikit demi

sedikit untuk menjaga kemungkinan terjadinya prolaps tali pusat, bagian – bagian kecil janin,

gawat janin dan solusio plasenta. Setelah selesai tangan penolong ditarik keluar dari jalan

lahir.

B. Melepas selaput ketuban dari bagian bawah rahim (stripping of the membrane).

Yang dimaksud dengan stripping of the membrane, ialah melepaskan ketuban dari

dinding segmen bawah rahim secara menyeluruh setinggi mungkin dengan jari tangan. Cara

ini dianggap cukup efektif dalam merangsang timbulnya his. Beberapa hambatan yang

dihadapi dalam melakukan tindakan ini, ialah : Serviks yang belum dapat dilalui oleh jari,

Bila didapatkan persangkaan plasenta letak rendah, tidak boleh dilakukan. Bila kepala belum

cukup turun dalam rongga panggul.

6

Page 7: REFRESHING Obgyn Induksi Gassan

C. Pemakaian rangsangan listrik

Dengan dua elektrode, yang satu diletakkan dalam servik, sedangkan yang lain

ditempelkan pada dinding perut, kemudian dialirkan listrik yang akan memberi rangsangan

pada serviks untuk menimbulkan kontraksi rahim. Bentuk alat ini bermacam – macam,

bahkan ada yang ukurannya cukup kecil sehingga dapat dibawa – bawa dan ibu tidak perlu

tinggal di rumah sakit. Pemakaian alat ini perlu dijelaskan dan disetujui oleh pasien

D. Rangsangan pada puting susu (breast stimulation )

Sebagaimana diketahui rangsangan putting susu dapat mempengaruhi hipofisis

posterior untuk mengeluarkan oksitosis sehingga terjadi kontraksi rahim. Dengan pengertian

ini maka telah dicoba dilakukan induksi persalinan dengan merangsang putting susu. Pada

salah satu puting susu, atau daerah areola mammae dilakukan masase ringan dengan jari si

ibu. Untuk menghindari lecet pada daerah tersebut, maka sebaiknya pada daerah puting dan

aerola mammae di beri minyak pelicin. Lamanya tiap kali melakukan masase ini dapat ½ jam

– 1 jam, kemudian istirah beberapa jam dan kemudian dilakukan lagi, sehingga dalam 1 hari

maksimal dilakukan 3 jam. Tidak dianjurkan untuk melakukan tindakan ini pada kedua

payudaraan bersamaan, karena ditakutkan terjadi perangsangan berlebihan. Menurut

penelitian di luar negeri, cara induksi ini memberi hasil yang baik. Cara – cara ini baik sekali

untuk melakukan pematangan serviks pada kasus – kasus kehamilan lewat waktu.

Sebelum melakukan induksi, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain :

C. PENILAIAN SERVIKS

Keberhasilan induksi persalinan bergantung pada skor pelvis.

1. Jika skor >6, biasanya induksi cukup dilakukan dengan oksitosin.

2. Jika < 5, matangkan serviks lebih dahulu dengan prostaglandin atau kateter Foley.

7

Page 8: REFRESHING Obgyn Induksi Gassan

OKSITOSIN

Oksitosin digunakan secara hati-hati karena dapat terjadi gawat janin dari

hiperstimulasi. Walaupun jarang, dapat terjadi ruptura uteri, terutama pada multipara. Selalu

Iakukan observasi ketat pada pasien yang mendapat Oksitosin. Dosis efektif oksitosin

bervariasi. Infus oksitosin dalam dekstrose atau garam fisio¬logik, dengan tetesan dinaikkan

secara bertahap sampai his adekuat. Pertahankan Tetesan sampai persalinan. Pantau denyut

nadi, tekanan darah, dan kontraksi ibu hamil, dan periksa denyut jantung janin (DJJ).

1. Pasien berbaring di tempat tidur dan tidur miring kiri

2. Lakukan penilaian terhadap tingkat kematangan servik.

3. Lakukan penilaian denyut nadi, tekanan darah dan his serta denyut jantung janin

4. Catat semua hasil penilaian pada partogram

5. 2.5 - 5 unit Oksitosin dilarutkan dalam 500 ml Dekstrose 5% (atau PZ) dan diberikan

dengan dosis awal 10 tetes per menit.

6. Naikkan jumlah tetesan sebesar 10 tetes permenit setiap 30 menit sampai tercapai

kontraksi uterus yang adekuat.

7. Jika terjadi hiperstimulasi (lama kontraksi > 60 detik atau lebih dari 4 kali kontraksi

per 10 menit) hentikan infus dan kurangi hiperstimulasi dengan pemberian:

Terbutalin 250 mcg IV perlahan selama 5 menit atau

Salbutamol 5 mg dalam 500 ml cairan RL 10 tetes permenit

Jika tidak tercapai kontraksi yang adekuat setelah jumlah tetesan mencapai 60

tetes per menit:

a. Naikkan konsentrasi oksitosin menjadi 5 unit dalam 500 ml dekstrose 5% (atau

PZ) dan sesuaikan tetesan infuse sampai 30 tetes per menit (15mU/menit)

b. Naikan jumlah tetesan infuse 10 tetes per menit setiap 30 menit sampai kontraksi

uterus menjadi adekuat atau jumlah tetesan mencapai 60 tetes per menit.

Jika masih tidak tercapai kontraksi uterus adekuat dengan konsentrasi yang lebih

tinggi tersebut maka:

1. Pada multipgravida : induksi dianggap gagal dan lakukan sectio caesar.

2. Pada primigravida, infuse oksitosin dapat dinaikkan konsentrasinya yaitu : 10

Unit dalam 400 ml Dextrose 5% (atau PZ) , 30 tetes permenit

8

Page 9: REFRESHING Obgyn Induksi Gassan

3. Naikkan jumlah tetesan dengan 10 tetes permenit setiap 30 menit sampai

tercapai kontraksi uterus adekuat.

4. Jika sudah mencapai 60 tetes per menit, kontraksi uterus masih tidak adekuat

maka induksi dianggap gagal dan lakukan Sectio Caesar.

PROSTAGLANDIN

Prostaglandin sangat efektif untuk pematangan serviks selama induksi persalinan.

Pantau denyut nadi, tekanan darah, kontraksi ibu hamil, dan periksa denyut jantung janin

(DJJ). Catat semua pengamatan pada partograf. Kaji ulang indikasi. Prostaglandin E2 (PGE2)

bentuk pesarium 3 mg atau gel 2-3 mg ditempatkan pada forniks posterior vagina dan dapat

diulangi 6 jam kemudian (jika his tidak timbul). Pantau DJJ dan his pada induksi persalinan

dengan Prostaglandin. Hentikan pemberian prostaglandin dan mulailah infus oksitosin, jika:

- ketuban pecah,

- pematangan serviks telah tercapai,

- proses persalinan telah berlangsung,

- ATAU pemakaian prostaglandin telah 24 jam.

MISOPROSTOL

Penggunaan misoprostol untuk pematangan serviks hanya pada kasus-kasus ter¬tentu

misalnya:

- preeklampsia berat/eklampsia dan serviks belum matang sedangkan seksio sesarea belum

dapat segera dilakukan atau bayi terlalu prematur untuk bisa hidup;

- kematian janin dalam rahim lebih dari 4 minggu belum in partu, dan terdapat tanda-tanda

gangguan pembekuan darah.

• Tempatkan tablet misoprostol 25 mcg di forniks posterior vagina dan jika his tidak timbul

dapat diulangi setelah 6 jam.

9

Page 10: REFRESHING Obgyn Induksi Gassan

• Jika tidak ada reaksi setelah 2 kali pemberian 25 mcg, naikkan dosis menjadi 50 mcg tiap 6

jam.

• Jangan lebih dari 50 mcg setiap kali pakai dan jangan lebih dari 4 dosis atau 200 mcg.

• Misoprostol mempunyai risiko meningkatkan kejadian ruptura uteri. Oleh karena itu, hanya

dikerjakan di pelayanan kesehatan yang lengkap (ada fasilitas bedah sesar).

KATETER FOLEY

Kateter Foley merupakan alternatif lain di samping pemberian prostaglandin untuk

mematangkan serviks dan induksi persalinan.

Catatan : Jangan menggunakan Kateter Folley Jika ada riwayat perdarahan, Ketuban Pecah,

pertumbuhan Janin terhambat, atau infeksi Vaginal.

• Kaji ulang indikasi.

• Pasang spekulum DTT di vagina.

• Masukkan kateter Foley pelan-pelan melalui serviks dengan menggunakan forseps DTT.

Pastikan ujung kateter telah melewati ostium uteri internum.

• Gembungkan balon kateter dengan memasukkan 10 ml air.

• Gulung sisa kateter dan letakkan di vagina.

• Diamkan kateter dalam vagina sampai timbul kontraksi uterus atau sampai 12 jam.

• Kempiskan balon kateter sebelum mengeluarkan kateter, kemudian lanjutkan dengan infus

oksitosin.

10

Page 11: REFRESHING Obgyn Induksi Gassan

D. INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI

INDIKASI

Indikasi induksi persalinan bisa berasal dari anak atau dari ibu. Indikasi yang berasal

dari ibu adalah :

1. Kelainan hipertensi pada kehamilan, Gangguan hipertensi pada awal kehamilan disebabkan

oleh berbagai keadaan, dimana terjadi peningkatan tekanan darah maternal disertai risiko

yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan janin. Preeklamsi, eklamsia, dan hipertensi

sementara merupakan penyakit hipertensi dalam kehamilan, sering disebut dengan

pregnancy-induced hypertensio (PIH). Hipertensi kronis berkaitan dengan penyakit yang

sudah ada sebelum hamil.

2. Diabetes, Wanita diabetik yang hamil memiliki risiko mengalami komplikasi. Tingkat

komplikasi secara langsung berhubungan dengan kontrol glukosa wanita sebelum dan selama

masa kehamilan dan dipengaruhi oleh komplikasi diabetic. Diabetes yang diikuti dengan

komplikasi lain seperti makrosomia, preklamsia, atau kematian janin, pengakhiran kehamilan

lebih baik dilakukan dengan induksi atau operasi caesar.

3. Perdarahan Antepartum, Perdarahan antepartum yang bisa dilakukan induksi persalinan

adalah solusio plasenta dan plasenta previa lateralis. Solutio plasenta adalah terlepasnya

plasenta yang lepasnya normal pada korpus uteri sebelum janin lahir. Perdarahan yang terjadi

karena terlepasnya plasenta dapat tersembunyi di belakang plasenta menembus selaput

ketuban, masuk ke dalam kantong ketuban. Nasib janin tergantung dari luasnya plasenta yang

lepas. Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas, anoksia akan mengakibatkan

kematian janin. Apabila sebagian kecil yang lepas, mungkin tidak berpengaruh sama sekali

11

Page 12: REFRESHING Obgyn Induksi Gassan

atau mengakibatakan gawat janin. Solusio placenta juga dapat mnyebabkan renjatan pada ibu.

Untuk solusio plasenta yang sedang atau berat.

Indikasi yang berasal dari anak antara lain :

1. Kehamilan lewat waktu (penelitian dilakukan oleh peneliti kehamilan lewat waktu di

Kanada pada ibu yang mengalami kehamilan lewat dari 41 minggu yang diinduksi

dengan yang tidak diinduksi, hasilnya menunjukkan angka seksio sesaria pada

kelompok yang diinduksi lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang tidak

diinduksi). Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak mampu

memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 sehingga janin mempunyai risiko asfiksia

sampai kematian dalam rahim. Makin menurunya sirkulasi darah menuju sirkulasi

plasenta dapat mengakibatkan :

- Pertumbuhan janin makin melambat

- Terjadi perubahan metabolisme janin.

- Air ketuban berkurang dan makin kental.

- Saat persalinan janin lebih mudah mengalami asfiksia.

Risiko kematian perinatal kehamilan lewat waktu bisa menjadi tiga kali

dibandingkan dengan kehamilan aterm. Ada komplikasi yang lebih sering

menyertainya seperti; letak defleksi, posisi oksiput posterior, distosia bahu dan

pendarahan postpartum.

2. Ketuban pecah dini, Ketika selaput ketuban pecah, mikroorganisme dari vagina dapat

masuk ke dalam kantong amnion. . Untuk itu perlu ditentukan ada tidaknya infeksi.

Tanda-tanda infeksi antara lain bila suhu ibu ≥38°C. Janin yang mengalami takikardi,

mungkin mengalami infeksi intrauterin. Yang ditakutkan jika terjadi ketuban pecah

dini adalah terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan

morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu. Untuk itu jika

kehamilan sudah memasuki aterm maka perlu dilakukan induksi.

3. Kematian janin dalam rahim.

4. Restriksi pertumbuhan intrauteri, Bila dibiarkan terlalu lama dalam kandungan diduga

akan berisiko/ membahayakan hidup janin/kematian janin.

5. Isoimunisasi dan penyakit kongenital janin yang mayor, Kelainan kongenital mayor

merupakan kelainan yang memberikan dampak besar pada bidang medis, operatif, dan

12

Page 13: REFRESHING Obgyn Induksi Gassan

kosmetik serta yang mempunyai risiko kesakitan dan kematian tinggi, misalnya :

anensefalus, hidrosefalus, hidronefrosis, hidrops fetalis.

KONTRAINDIKASI

Kontraindikasi absolut :

1.Disproposi sefalopelvik absolut

2. Gawat janin

3. Plasenta previa totalis

4. Vasa previa

5. Presentasi abnormal

6. Riwayat seksio sesaria klasik sebelumnya

7. Presentasi bokong

Kontraindikasi yang sifatnya relatif :

1. Perdarahan antepartum

2. Grande multiparitas

3. Riwayat seksio sesaria sebelumnya (SSTP)

4. Malposisi dan malpresentasi

KONTRA INDIKASI: 

1. Cacat rahim ( akibat sectio caesar jenis klasik atau miomektomi intramural)

2. Grande multipara

3. Plasenta previa

4. Insufisiensi plasenta

5. Makrosomia

6. Hidrosepalus

13

Page 14: REFRESHING Obgyn Induksi Gassan

7. Kelainan letak janin

8. Gawat janin

9. Ragangan berlebihan uterus : gemeli dan hidramnion

10. Kontra indikasi persalinan spontan pervaginam:

- Kelainan panggul ibu (kelainan bentuk anatomis, panggul sempit)

- Infeksi herpes genitalis aktif

- Karsinoma Servik Uteri

Apabila kondisi-kondisi di atas tidak terpenuhi maka induksi persalinan

mungkin tidak memberikan hasil yang diharapkan.Untuk menilai keadaan serviks

dapat dipakai skor bishop. Jika skor Bishop kurang atau sama dengan 3 maka angka

kegagalan induksi mencapai lebih dari 20% dan berakhir pada seksio sesaria. Bila

nilai lebih dari 8 induksi persalinan kemungkinan akan berhasil. Angka yang tinggi

menunjukkan kematangan serviks.

D. KOMPLIKASI

Komplikasi induksi persalinan adalah :

a) Terhadap Ibu

(1) Kegagalan induksi.

(2) Kelelahan ibu dan krisis emosional.

(3) Inersia uteri partus lama.

(4) Tetania uteri (tamultous lebar) yang dapat menyebabkan solusio plasenta, ruptura uteri

dan laserasi jalan lahir lainnya.

(5) Infeksi intra uterin.

b) Terhadap janin

(1) Trauma pada janin oleh tindakan.

(2) Prolapsus tali pusat.

14

Page 15: REFRESHING Obgyn Induksi Gassan

(3) Infeksi intrapartal pada janin

Komplikasi induksi persalingan dengan pemberian oksitosin dalam infus intravena dengan

pemecahan ketuban cukup aman bagi ibu apabila syarat-syarat seperti disebut diatas

dipenuhi. Kematian perinatal lebih tinggi daripada persalinan spontan, akan tetapi hal ini

mungkin dipengaruhi oleh keadaan yang menjadi indikasi untuk melakukan induksi

persalinan. Kemungkinan bahwa induksi persalinan gagal, dan perlu dilakukan seksio sesaria,

harus selalu diperhitungkan.

Komplikasi induksi persalinan yang mungkin terjadi diantaranya adalah :

1. Adanya kontraksi rahim yang berlebihan. Itu sebabnya induksi harus dilakukan dalam

pengawasan yang ketat dari dokter yang menangani. Jika ibu merasa tidak tahan dengan rasa

sakit yang ditimbulkan, biasanya proses induksi dihentikan dan dilakukan operasi Caesar.

Kontraksi yang dihasilkan oleh uterus dapat menurunkan denyut jantung janin.

2. Janin akan merasa tidak nyaman sehingga dapat membuat bayi mengalami gawat janin

(stress pada bayi). Itu sebabnya selama proses induksi berlangsung, penolong harus

memantau gerak janin. Bila dianggap terlalu berisiko menimbulkan gawat janin, proses

induksi harus dihentikan.

3. Dapat merobek bekas jahitan operasi caesar. Hal ini bisa terjadi pada yang sebelumnya

pernah dioperasi caesar, lalu menginginkan kelahiran normal.

4. Emboli. Meski kemungkinannya sangat kecil sekali namun tetap harus diwaspadai. Emboli

terjadi apabila air ketuban yang pecah masuk ke pembuluh darah dan menyangkut di otak

ibu, atau paru-paru. Bila terjadi, dapat merenggut nyawa ibu seketika.

5. Janin bisa mengalami ikterus neonatorum dan aspirasi air ketuban.

6. Infeksi dan rupture uterus juga merupakan komplikasi yang terjadi pada induksi persalinan

walaupun jumlahnya sedikit.

15

Page 16: REFRESHING Obgyn Induksi Gassan

DAFTAR PUSTAKA

• Dr.H.Bambang W ,SpOG, http://reproduksiumj.blogspot.com

• Panay N, Dutta R. 2004. Obstetry and Gynaecology. First Ediion. Edinburgh : Mosby.

• Crane J. Induction of Labor At Term. Canada : SOGC Clinical Practice Guaidline.

• Http://www.intermountainhealthcare.org

• Guyton, AC dan Hall. 1997.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed: ke-9. Jakarta: EGC.

• Akhtyo. Induksi Persalinan. Cited on August 21st 2009 . Available at

http://www.akhtyo.blogspot.com

16