REFLEKSI KASUS - KAD
Transcript of REFLEKSI KASUS - KAD
REFLEKSI KASUS
KETOASIDOSIS DIABETIK
I. PENGALAMAN
Pasien a/n. Tn. M D datang keIGD RSUD Salatiga dengan keluhan tidak
sadar. Sebelumnya pasien mual dan muntah. Pasien memiliki riwayat hipertensi
dan diabetes mellitus tidak terkontrol.
Dari pemeriksaan fisik:
KU: GCS E1V1M3
TD: 84/
Hasil cek GDS: High.
Dokter IGD mendiagnosis OS dengan hiperglikemi, susp.KAD.
Penanganan saat di IGD:
O2 4 lpm
Inf. RL grojok 1 fl (20 tpm)
Inf.NaCl grojok 1 fl (20 tpm)
Pasang DC dan NGT
Inj. Ceftriaxone 2x1 g
Inj. Omeprazole 1x40 mg
Inj. Insulin 20 iu
Slide scale insulin:
< 100 insulin stop, Inf. D5%
101-150 0,5 iu/jam, Inf. D5%
151-200 1 iu/jam, Inf. D5%
201-250 2 iu/jam, Inf. NaCl
251-300 3 iu/jam, Inf. NaCl
301-350 4 iu/jam, Inf. NaCl
>350 5 iu/jam, Inf. NaCl
Selama insulin jalan Inf. KCl 0,5 mEq
Amlodipin 1x5 mg
EKG
Diet cair 6x200 cc
Rawat ICU
Cek DR, Ureum, creatinin, SGOT, SGPT, elektrolit
Motivasi keluarga
Hasil Laboratorium:
Angka Leukosit : 19,13 x 103 / μL 4,5 – 11,0
Angka Eritrosit : 4,78 x 106 / μL L 4,5 – 5,5 ; P 4-5
Hemoglobin : 14,5 g / dL L 14 – 18 ; P 12 - 16
Hematokrit : 39,5 % L 40 – 54 ; P 38 – 47
M C V : 82,6 FL 85 – 100
M C H : 30,3 Pg 28 – 31
M C H C : 36,7 g / dL 30 – 35
Angka Trombosit : 390 x 103 / μL 150 – 450
LED I : 27
LED II : 53
Gol. Darah : B
Ureum : 54 mg/dL 10-50
Creatinin : 2,5 mg/dL L 1,0-1,3 ; P 0,6-1,1
SGOT : 32 u/e L < 37 ; P < 31
SGPT : 10 u/e L < 42 ; P < 32
Natrium : 143 133 – 155 mml/e
Kalium : 3,0 3,6 - 5,5 mml/e
Klorida : 108 95 – 108 mml/e
Kalsium : 8,4 8,1 – 10,4 mg/%
II. MASALAH YANG DIKAJI
1. Apa yang dimaksud ketoacidosis diabetic (KAD)?
2. Bagaimana patofisiologi KAD?
3. Bagaimana cara mendiagnosis KAD?
4. Bagaimana tatalaksana KAD?
III. PEMBAHASAN
1. Ketoacidosis diabetic (KAD)
Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi kekacauan
metabolik yang ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis, dan ketosis, terutama
disebabkan oleh defisiensi insulin absolut atau relatif. Ketoasidosis diabetik
adalah kondisi medis darurat yang dapat mengancam jiwa bila tidak ditangani
secara tepat.
KAD dan hipoglikemia merupakan komplikasi akut diabetes melitus (DM)
yang serius dan membutuhkan pengelolaan gawat darurat. Akibat diuresis
osmotik, KAD biasanya mengalami dehidrasi berat dan bahkan dapat sampai
menyebabkan syok.
Ketoasidosis Diabetikum (KAD) diklasifikasikan menjadi empat yang
masing-masing menunjukkan tingkatan atau stadiumnya.
Klasifikasi Ketoasidosis Diabetik
Stadium Macam, KAD pH Darah Bikarbonat Darah1. Ringan KAD ringan 7,30-7,35 15-20 mEq/l2. Sedang Perkoma Diabetik 7,20-7,30 12-15 mEq/l3. Berat Koma Diabetik (KD) 6,90-7,20 8-12 mEq/l4. Sangat Berat KD Berat <6,90 < 8 mEq/l
2. Patofisiologi KAD
Ketoasidosis diabetik merupakan suatu keadaan dimana terdapat defisiensi
insulin absolut atau relatif dan peningkatan hormon kontra regulator (glukagon,
katekolamin, kortisol, dan growth hormon); keadaan tersebut menyebabkan
produksi glukosa hati meningkat dan meningkatkan lipolisis dan produksi benda
keton.
Peningkatan glukoneogenesis akibat dari tingginya ketoasidosis diabetikar
substrat nonkarbohidrat (alanin, laktat, dan gliserol pada hepar, dan glutamin pada
ginjal) dan dari peningkatan aktivitas enzim glukoneogenik (fosfoenol piruvat
karboksilase/PEPCK, fruktose 1,6 bifosfat, dan piruvat karboksilase). Peningkatan
produksi glukosa hepar menunjukkan patogenesis utama yang bertanggung jawab
terhadap keadaan hiperglikemia pada pasien dengan ketoasidosis diabetic.
Selanjutnya, keadaan hiperglikemia dan ketoasidosis diabetikar keton yang
tinggi menyebabkan diuresis osmotik yang akan mengakibatkan hipovolemia dan
penurunan glomerular filtration rate. Keadaan yang terakhir akan memperburuk
hiperglikemia. Mekanisme yang mendasari peningkatan produksi benda keton
telah dipelajari selama ini. Kombinasi defisiensi insulin dan peningkatan
konsentrasi hormon kontraregulator menyebabkan aktivasi hormon lipase yang
sensitive pada jaringan lemak. Peningkatan aktivitas ini akan memecah trigliserid
menjadi gliserol dan asam lemak bebas (free fatty acid/FFA). Diketahui bahwa
gliserol merupakan substrat penting untuk glukoneogenesis pada hepar, sedangkan
pengeluaran asam lemak bebas yang berlebihan diasumsikan sebagai prekursor
utama dari ketoasid.
Pada hepar, asam lemak bebas dioksidasi menjadi benda keton yang
prosesnya distimulasi terutama oleh glukagon. Peningkatan konsentrasi glukagon
menurunkan ketoasidosis diabetikar malonyl coenzyme A (CoA) dengan cara
menghambat konversi piruvat menjadi acetyl Co A melalui inhibisi acetyl Co A
carboxylase, enzim pertama yang dihambat pada sintesis asam lemak bebas.
Malonyl Co A menghambat camitine palmitoyl-transferase I (CPT I), enzim
untuk transesterifikasi dari fatty acyl Co A menjadi fatty acyl camitine, yang
mengakibatkan oksidasi asam lemak menjadi benda keton. CPT I diperlukan
untuk perpindahan asam lemak bebas ke mitokondria tempat dimana asam lemak
teroksidasi. Peningkatan aktivitas fatty acyl CoA dan CPT I pada ketoasidosis
diabetik mengakibatkan peningkatan ketongenesis.
3. Diagnosis KAD
Klinis:
Keluhan poliuri, polidipsi
Riwayat berhenti menyuntik insulin
Demam/ infeksi
Muntah
Nyeri perut
Kesadaran : kompos mentis, delirium, koma
Pcrnapasan cepat dan dalam (Kussmaul)
Dehidrasi (turgor kulit menurun, lidah dan bibir kering)
Dapat disertai syok hipovolemik
Nafas berbau khas
4. Tatalaksana KAD
Akses intravena (iv) 2 jalur, salah satunya dicabang dengan 3 way :
a. Cairan :
NaCl 0,9% diberikan ± 1-2 L pada 1 jam pertama, lalu ± 1L pada jam
kedua, lalu ± 0,5 L pada jam ketiga dan keempat, dan ± 0,25 L pada jam
kelima dan kecnam, selanjutnya sesuai kebutuhan.
Jumlah cairan yang diberikan daiam 15 jam sekitar 5 L.
Jika Na+ > 155 mEq/L ganti cairan dengan NaCl 0,45 %.
Jika GD < 200 mg/dL ganti cairan dengan Dextrose 5 %.
b. Insulin (regular insulin = RI):
Diberikan setelah 2 jam rehidrasi cairan
RI bolus 180 m U/kgBB IV,dilanjutkan:
RI drip 90 mU/kgBB/jam dalam NaCl 0,9 %
Jika GD < 200 mg/dL: kccepatan dikurangi RI drip 45 mU/kgBB/jam
dalam NaCl 0,9%
Jika GD stabil 200-300mg/dL selama 12jam RI drip l-2 U/jam
IV,disertai sliding scale setiap 6 jam:
GD RI
(mg/DL) (Unit, Subkutan)
< 200
200 – 250
250 – 300
300 – 350
> 350
0
5
10
15
20
Jika kadar GD ada yang < 100 mg/dL: drip RI dihentikan
Setelah sliding scale tiap 6 jam, dapat diperhitungkan kebutuhan insulin
sehari dibagi 3 dosis sehari subkutan, sebelum makan (bila pasien
sudah makan).
c. Kalium
Kalium (KCl) drip dimulai bersamaan dengan drip RI, dengan dosis 50
mEq / 6 jam. Syarat: tidak ada gagal ginjal, tidak ditemukan gelombang
T yang lancip dan tinggi pada EKG, dan jumlah urine cukup adekuat.
Bila kadar K+ pada pemeriksaan elektrolit kedua :
< 3,5 dripKCl 75 mEq/6jam
3,0 - 4,5 dripKCl 50 mEq/6jam
4,5 - 6,0 dripKCl 25 mEq/6jam
> 6.0 drip dihentikan
Bila sudah sadar, diberikan K+ oral selama seminggu.
d. Natrium bikarbonat
Drip 100 mEq bila pH < 7.0, disertai KCl 26 mEq drip.
50 mEq bila pH 7,0 - 7.1, disertai KCl 13 mEq drip.
Juga diberikan pada asidosis laktat dan hiperkalemi yang mengancam.
e. Tata Laksana Umum
Oksigen bila PO2 < 80 mmHg
Antibiotika adekuat
Heparin: bila ada KID satau hiperosmolar (> 380 mOsm/L) Terapi
disesuaikan dengan pemantauan klinis:
Tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi pernapasan, temperatur setiap
jam,
Kesadaran setiap jam,
Keadaan hidrasi (turgor, lidah) setiapjam,
Produksi urin setiap jam, balans cairan
Cairan infus yang masuk setiap jam,
Dan pemantauan laboratorik (lihat pemeriksaan penunjang)
Pemeriksaan cito: gula darah, elektrolit, ureum, kreatinin, aseton darah, urin rutin, analisis
gas darah, EKG
Pemantauan :
Gula darah tiap jam
Na+, K, Cl : tiap 6 jam sclama 24 jam, selanjutnya sesuai keadaan.
Analisis gas darah: bila pH < 7 saat masuk diperiksa setiap 6 jam s.d. pH > 7.1.
Selanjutnya setiap hari sampai stabil.
KESIMPULAN
1. Ketoasidosis adalah keadaan dekompensasi kekacauan metabolik yang ditandai oleh trias
hiperglikemia, asidosis, dan ketosis, terutama disebabkan oleh defisiensi insulin absolut
atau relatif.
2. Ketoasidosis diabetik disebabkan oleh kekurangan pemberian kebutuhan insulin eksogen
atau karena peningkatan kebutuhan insulin akibat keadaan atau stres tertentu.
3. Penatalaksanaan KAD yang utama adalah terapi cairan yang adekuat.
4. Faktor yang sangat penting pula perlu diperhatikan adalah komplikasi akibat terapi
sehingga tidak memperburuk kondisi pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Abdelghaffar, S. 2004. Diabetic Ketoacidosis: Clinical Practice Guidelines. American
Diabetic Association.
PPM – PAPDI.
Soewondo P, 2006, Ketoasidosis Diabetik, Dalam: Buku Ajar Penyakit Dalam, Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta, pp. 1874-1877.