REFLEKSI

3
REFLEKSI Refleksi adalah kegiatan mengulas secara kritis (reflective) tentang perubahan yang terjadi pada: siswa, guru, dan suasana kelas. Pada tahap ini, guru sebagai peneliti menjawab pertanyaan mengapa (why), bagaimana (how), dan sejauh mana (to what extent) intervensi ini telah menghasilkan perubahan secara signifikan. Kolaborasi dengan rekan (termasuk para ahli) akan memainkan peran sentral dalam memutuskan judging the value (seberapa jauh action telah membawa perubahan: apa/dimana perubahan terjadi, mengapa demikian, apa kelebihan/kekurangan, langkah-langkah penyempurnaan, dsb.) Mc Taggart (dalam Connle, 1993) menggarisbawahi bahwa salah satu kriteria action research adalah: ... partisipatory action research is concerned simultaneously with changing individuals, on the on hand, and the other culture of the groups, institutions, and societies to which the belongs ... Pada akhir setiap siklus Anda perlu merefleksi secara kritis mengenai hal-hal yang sudah Anda lakukan. Seberapa efektifkah perubahan tersebut? Apa yang Anda pelajari? Hal-hal apa yang menjadi penghalang perubahan? Bagaimana Anda memperbaiki perubahan-perubahan yang akan Anda buat? Jawaban atas dua pertanyaan tersebut akan membawa Anda pada putaran tindakan selanjutnya. Untuk itulah, disarankan guru sebagai peneliti untuk selalu menulis learing logs (catatan refleksi-kritis tentang fenomena kelas setiap hari). Dari catatan-catatan itulah, peneliti akan responsif terhadap perubahan yang berkembang di kelas. Perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa dipotret (disajikan sebagai bukti), misalnya: hasil pemantauan keterampilan menceritakan pengalaman pribadi, portofolio (catatan-catatan hasil tentang hasil/prestasi siswa), perubahan sikap percaya diri antusiasme, responsif, keinginan tahu. Demikian pula perubahan-perubahan yang terjadi pada guru sebagai peneliti, seperti: peningkatan pengetahuan tentang pengelolaan kelas, kepercayaan diri, kepuasan diri setelah mengajar. Suasana perubahan pada atmosfir kelas juga disajikan, seperti: suasana kelas yang mendorong pembelajaran, penampilan kelas yang menyajikan tayangan hasil anak-anak, suasana kelas yang lebih akrab, dsb. Apa yang tejadi pada suatu siklus, apabila peneliti belum merasa puas? Alternatif pertama adalah guru (peneliti) dapat menyempurnakan intervensi sehingga pada siklus berikutnya

description

tugas

Transcript of REFLEKSI

REFLEKSIRefleksi adalah kegiatan mengulas secara kritis (reflective) tentang perubahan yang terjadi pada: siswa, guru, dan suasana kelas. Pada tahap ini, guru sebagai peneliti menjawab pertanyaan mengapa (why), bagaimana (how), dan sejauh mana (to what extent) intervensi ini telah menghasilkan perubahan secara signifikan. Kolaborasi dengan rekan (termasuk para ahli) akan memainkan peran sentral dalam memutuskan judging the value (seberapa jauh action telah membawa perubahan: apa/dimana perubahan terjadi, mengapa demikian, apa kelebihan/kekurangan, langkah-langkah penyempurnaan, dsb.) Mc Taggart (dalam Connle, 1993) menggarisbawahi bahwa salah satu kriteria action research adalah:...partisipatory action research is concerned simultaneously with changing individuals, on the on hand, and the other culture of the groups, institutions, and societies to which the belongs...Pada akhir setiap siklus Anda perlu merefleksi secara kritis mengenai hal-hal yang sudah Anda lakukan. Seberapa efektifkah perubahan tersebut? Apa yang Anda pelajari? Hal-hal apa yang menjadi penghalang perubahan? Bagaimana Anda memperbaiki perubahan-perubahan yang akan Anda buat? Jawaban atas dua pertanyaan tersebut akan membawa Anda pada putaran tindakan selanjutnya.Untuk itulah, disarankan guru sebagai peneliti untuk selalu menulis learing logs (catatan refleksi-kritis tentang fenomena kelas setiap hari). Dari catatan-catatan itulah, peneliti akan responsif terhadap perubahan yang berkembang di kelas. Perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa dipotret (disajikan sebagai bukti), misalnya: hasil pemantauan keterampilan menceritakan pengalaman pribadi, portofolio (catatan-catatan hasil tentang hasil/prestasi siswa), perubahan sikap percaya diri antusiasme, responsif, keinginan tahu. Demikian pula perubahan-perubahan yang terjadi pada guru sebagai peneliti, seperti: peningkatan pengetahuan tentang pengelolaan kelas, kepercayaan diri, kepuasan diri setelah mengajar. Suasana perubahan pada atmosfir kelas juga disajikan, seperti: suasana kelas yang mendorong pembelajaran, penampilan kelas yang menyajikan tayangan hasil anak-anak, suasana kelas yang lebih akrab, dsb.Apa yang tejadi pada suatu siklus, apabila peneliti belum merasa puas? Alternatif pertama adalah guru (peneliti) dapat menyempurnakan intervensi sehingga pada siklus berikutnya dikembangkan dan dilakukan perubahan-perubahan berdasarkan saran siswa ataupun berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti. Yang jelas, setiap siklus harus ada upaya untuk ke arah perbaikan dalam hal proses sehingga menghasilkan pembelajaran yang berkualitas. Yang penting bahwaaction researchberorientasi padaimprovementyang sering kali jalannya berkelok-kelok.Refleksi disini meliputi kegiatan: analisis. Sistesis, penafsiran (penginterpretasian), menjelaskan, dan menyimpulkan. Hasil dari refleksi adalah diadakannya revisi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan, yang akan dipergunakan untuk memperbaiki kinerja guru (peneliti) pada pertemuan selanjutnya. Dengan demikian penelitian tindakan tidak dapat dilaksanakan dalam sekali pertemuan karena hasil refleksi membutuhkan waktu untuk melakukannya sebagaiplanninguntuk siklus selanjutnya.

Contoh refleksi yang dikutip dari karyaNoeng Muhadjir (1996). Seorang guru SD merasakan bahwa interaksi yang terjadi di dalam kelas lebih didominasi guru. Ia ingin mengubah kondisi ini dengan cara mencermati rancangan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukannya. Tujuannya adalah untuk meningkatkan partisipasi siswa dengan menambah alat peraga dan dialog. Dari hasil pengkajian terhadap tindakan yang telah dilakukan, ternyata partisipasi yang lemah belum Nampak. Guru merancang lagi kegiatan pembelajaran berikutnya dengan memasukan kegiatan memberikan motivasi dan pujian kepada siswa yang lemah. Hasilnya cukup mengembirakan. Anak yang lemah menjadi semakin aktif dalam proses pembelajaran. Dari kegiatan observasi diketahui diketahui bahwa pemberian motivasi dan pujian kepada siswa yang lemah menimbulkan masalah baru.Anak yang cerdas menjadi bosan karena guru banyak meladeni siswa yang lemah sehingga pelajaran berjalan dengan sangat lamban.Hal ini mendorong guru untuk melakukan refleksi untuk menganalisis dan mengevaluasi tindakan yang telah diambil. Akhirnya ia sampai kepada kesimpulan bahwa proses pembelajaran berikutnya harus diupayakan untuk melibatkan siswa yang cerdas. Tindakan yang ditempuh adalah meminta siswa yang cerdas membantu siswa yang lemah melalui kegiatan kerja kelompok. Dalam proses pembelajaran ada anak yang cerdas cukup antusias membantu teman-temannya yang lemah, tetapi ada pula anak yang cerdas lainnya tidak nampak antusias. Ternyata terdapat lagi permasalahan.Anak cerdas yang antusias ternyata ada yang sabar, ada yang otoriter dan ada lagi yang bersifat egois. Ia kerjakan kelompoknya seorang diri tanpa mengikutsertakan temannya yang lain. Sementara itu, satu anak cerdas yang tidak antusias terlihat malas dan tidak mau membantu teman-temannya. Pada kesempatan pembelajaran berikutnya. Guru menyisipkan penjelasan tentang pentingnya solidaritas antar warga masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk kerja sama dan saling membantu. Yang pandai dimisalkan sebagai mata air yang diambil terus menerus tidak habis, melainkan mata air tersebut menjadi semakin besar dan semakin jernih. Anak yang pandai jika mau membantu yang lemah menyebabkan ia menjadi semakin cermat dan mantap pemahamannya terhadap materi yang dipelajari sehingga dia justru akan semakin pandai. Ketika kerja kelompok diadakan lagi, anak yang cerdas di kelas terbeut telah berubah sehingga kerja kelompok menjadi hidup dan berubah menjadi kompetensi antar kelompok.