Refka Anak Asma Bronchial Dr.kartin

28
BAB I Pendahuluan Asma adalah penyakit pernapasan obstruktif yang ditandai inflamasi saluran napas dan spasme akut otot polos bronkiolus. Kondisi ini menyebabkan produksi mukus yang berlebihan dan menumpuk, penyumbatan aliran udara, dan penurunan ventilasi alveolus. 1 Asma terjadi pada individu tertentu yang berespon secara agresif terhadap berbagai jenis iritan di jalan napas. Faktor risiko untuk salah satu jenis gangguan hiperresponsif ini adalah riwayat asma atau alergi dalam keluarga, yang mengisyaratkan adanya kecenderungan genetik. Pajanan yang berulang atau terus-menerus terhadap beberapa rangsangan iritan, kemungkinan pada masa perkembangan, juga dapat meningkatkan resiko penyakit ini. Meskipun kebanyakan kasus asma didagnosis pada masa kanak-kanak, pada saat dewasa dapat menderita asma tanpa riwayat penyakit sebelumnya. Stimulasi pada masa awitan dewasa seringkali terjadi dikaitkan dengan riwayat alergi yang memburuk. Infeksi pernapasan atas yang berulang juga dapat memicu asma awitan dewasa, seperti yang dapat terjadi akibat pajanan okupasional terhadap debu di lingkungan kerja. 1 Terpajan asap rokok selama dalam rahim atau pada masa kanak-kanak dini dianggap sebagai faktor risiko 1

description

refka asma anak

Transcript of Refka Anak Asma Bronchial Dr.kartin

Page 1: Refka Anak Asma Bronchial Dr.kartin

BAB I

Pendahuluan

Asma adalah penyakit pernapasan obstruktif yang ditandai inflamasi

saluran napas dan spasme akut otot polos bronkiolus Kondisi ini menyebabkan

produksi mukus yang berlebihan dan menumpuk penyumbatan aliran udara dan

penurunan ventilasi alveolus 1

Asma terjadi pada individu tertentu yang berespon secara agresif terhadap

berbagai jenis iritan di jalan napas Faktor risiko untuk salah satu jenis gangguan

hiperresponsif ini adalah riwayat asma atau alergi dalam keluarga yang

mengisyaratkan adanya kecenderungan genetik Pajanan yang berulang atau terus-

menerus terhadap beberapa rangsangan iritan kemungkinan pada masa

perkembangan juga dapat meningkatkan resiko penyakit ini Meskipun

kebanyakan kasus asma didagnosis pada masa kanak-kanak pada saat dewasa

dapat menderita asma tanpa riwayat penyakit sebelumnya Stimulasi pada masa

awitan dewasa seringkali terjadi dikaitkan dengan riwayat alergi yang memburuk

Infeksi pernapasan atas yang berulang juga dapat memicu asma awitan dewasa

seperti yang dapat terjadi akibat pajanan okupasional terhadap debu di lingkungan

kerja 1

Terpajan asap rokok selama dalam rahim atau pada masa kanak-kanak dini

dianggap sebagai faktor risiko asma pada masa kanak-kanak Infeksi respiratory

synctitial virus (RSV) pada masa bayi juga merupakan faktor risiko penyakit ini

Asma pada anak dapat menghilang dengan sendirinya meskipun kecenderungan

mengalami alergi tetap ada1

Langkah pertama dalam pengobatan adalah mengevaluasi derajat asma

yang diderita individu Asma dibagi dalam empat stadium bergantung pada

frekuensi gejala dan frekuensi penggunaan obat yang digunakan untuk meredakan

gejala Stadium asma yaitu (1) ringan dan intermiten (2) ringan dan persisten (3)

moderat atau sedang dan (4) berat Terapi yang diberikan berdasarkan stadium

asma yang diderita pasien1

BAB II

1

Laporan Kasus

I Identitas

Nama An MM Anak ke 2

Umur 3 tahun Agama Islam

Jenis Kelamin Laki-laki Tanggal Pemeriksaan 14-2-2015

Alamat Jl Kedondong No 29 Ruangan Cathelia

II Anamnesis

Keluhan utama Sesak napas

Riwayat penyakit sekarang Sesak napas dialami sejak 5 jam yang lalu terus

menerus dan membaik apabila tidur dengan kepala yang lebih tinggi Sesak

timbul terutama bila kena udara dingin Batuk sejak 1 hari yang lalu berlendir

warna putih Panas sejak 1 hari yang lalu panas naik turun panas naik waktunya

tidak menentu Riwayat minum obat bodrexin dirumah

Riwayat Penyakit Dahulu Dirawat lebih dari 3 kali di rumah sakit dengan

keluhan yang sama

Riwayat Penyakit Keluarga Ayah dari pasien menderita asma tetapi jarang

kambuh

Riwayat Kelahiran Anak lahir spontan dirumah ditolong oleh Bidan Pasien

lahir cukup bulan lahir langsung menangis berat badan saat lahir 3500 gram dan

panjang badan saat lahir tidak diingat

Riwayat makanan

Usia 0-6 bulan Pasien mengkonsumsi ASI

Usia 6-9 bulan Pasien mengkonsumsi ASI susu formula

bubur susu (SUN)

Usia 9-11 bulan Pasien mengkonsumsi Asi susu formula

dan bubur saring

Usia 11 bulan-

sekarang

Pasien mengkonsumsi nasi sayur tahu

tempe ikan dan daging

Riwayat perkembangan pasien

2

Tengkurap Ibu pasien tidak bisa mengingat pada usia

berapa

Duduk Ibu pasien tidak bisa mengingat pada usia

berapa

Berjalan Pasien mulai berjalan saat usia 1 tahun

Bicara Pasien mulai bicara saat usia 1 tahun 5

bulan

Riwayat imunisasi imunisasi dasar lengkap

Riwayat maternal G2P2A0 dan ibu pasien rutin melakukan ANC saat hamil di

Puskesmas tidak pernah menderita sakit saat hamil dan tidak pernah

mengkonsumsi obat-obatan saat hamil

III Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum

SP Sakit berat Compos Mentis BB 155 kg TB 83 cm Status gizi Gizi Baik

BBU 15514 x 100 = 107

TBU 8395 x 100 = 8736

BBTB 15514 x 100 =107

b Tanda Vital

Tekanan Darah 10070 mmHg

Nadi 120xmenit

Pernapasan 34xmenit

Suhu 379degC

c Kepala

ndash Wajah simetris

ndash Deformitas Tidak ada

ndash Bentuk Normochepal

ndash Rambut Hitamlurus rontok tidak ada sukar dicabut

ndash Mata

bull Konjungtiva tidak anemis kanan dan kiri

bull Sklera tidak ikterik kanan dan kiri

3

bull Pupil isokor

ndash Hidung Rhinore ada

ndash Mulut bibir biasa sianosis dan pucat tidak ada Lidah kotor tidak ada

Pembesaran tonsil tidak ada

Leher

Kelenjar GB Tidak ada pembesaran

Tiroid tidak ada pembesaran

JVP Tidak ada Peningkatan

Massa lain tidak ada

d Paru-paru

ndash Inspeksi simetris paru kiri dan kanan tidak ada retraksi sela iga tidak

tampak massa

ndash Palpasi tidak teraba massa tidak ada nyeri tekan

ndash Perkusi Sonor

ndash Auskultasi wheezing pada kedua paru

e Jantung

ndash Inspeksi ictus cordis tampak

ndash Palpasi ictus cordis teraba

ndash Perkusi pekak

ndash Auskultasi BJ I dan II murni reguler tidak ada bunyi jantung tambahan

f Abdomen

ndash Inspeksi datar dan tidak ada massa

ndash Auskultasi Peristaltik usus positif kesan normal

ndash Palpasi tidak terdapat nyeri tekan hepar dan lien tidak teraba

ndash Perkusi tympani

g Anggota gerak

ndash Atas akral hangat edema tidak ada

ndash Bawah akral hangat edema tidak ada

h Pemeriksaan lain tidak ada

IV Resume

4

Anak laki-laki usia 3 tahun dispneu batuk berlendir febris riwayat masuk

rumah sakit lebih dari 3 kali Riwayat asma pada keluarga yaitu pada ayah pasien

Keadaan umum sakit berat compos mentis BB 155 kg PB 83 cm Tanda

vital N 120xmnt P 34xmnt S 379 degC Pemeriksaan Fisis Wheezing pada

kedua pulmo Abdomen peristaltik positif kesan normal

V Diagnosa Kerja

Asma Bronchial

VI Penatalaksanaan

Non Medikamentosa

O2 05-2 litermenit

Nebulizer di UGD

Medikamentosa

IVFD Dextrosa 5 14 tetesmenit

Ceftriaxon 500mgkgBBIV (skin test cocok)

Gentamicin 40 mg12jamIV (skin test cocok)

Deksametason frac12 ampul8 jamIV

Paracetamol syrup 3 x frac12 cth

B-com 2x1 tab

Salbutamol 12 mg

Histapan 15 mg

Metilprednisolon 2 mg 3x1 pulv

Ambroxol 75 mg

VIII Pemeriksaan Penunjang

1 Laboratorium

Darah lengkap

WBC 214 x 103mm3

HGB 12 gdl

HCT 331

PLT 398 x 103mm3

Radiologi tidak dilakukan

EKG tidak dilakukan

5

IX Diagnosa Akhir Asma Bronchial

X Anjuran Pemeriksaan Spirometri

XI Prognosis Dubia et bonam

FOLLOW UP

6

Tanggal 15 Februari 2015 (Perawatan hari ke-2)

S Batuk berlendir warna putih ada sesak napas ada beringus ada muntah 1x

tadi malam BAB dan BAK biasa

O Nadi 120xmenit Pernapasan 32xmenit Suhu372degC

Wheezing positif

A Asma Bronchial

P IVFD Dextrosa 5 12 tetesmenit

O2 05-2 litermenit

Ceftriaxon 500mgkgBBIV

Gentamicin 40 mg12jamIV

Deksametason frac12 ampul8 jamIV

Paracetamol syrup 3 x frac12 cth

B-com 2x1 tab

Salbutamol 12 mg

Histapan 15 mg

Metilprednisolon 2 mg 3x1 pulv

Ambroxol 75 mg

Tanggal 16 Februari 2015 (Perawatan hari ke-3)

S Batuk berlendir warna putih ada sesak napas tidak ada beringus ada panas

tidak ada BAB dan BAK biasa

O Nadi 122xmenit Pernapasan 24xmenit Suhu374degC

Wheezing positif

A Asma Bronchial

P IVFD Dextrosa 5 14 tetesmenit

O2 05-2 litermenit

Ceftriaxon 500mgkgBBIV

Gentamicin 40 mg12jamIV

7

Paracetamol syrup 3 x frac12 cth

B-com 2x1 tab

Salbutamol 12 mg

Histapan 15 mg

Metilprednisolon 2 mg 3x1 pulv

Ambroxol 75 mg

Tanggal 17 Februari 2015 (Perawatan hari ke-4)

S Batuk berlendir warna putih ada sesak napas tidak ada beringus tidak ada

muntah 1x tadi malam BAB dan BAK biasa

O Nadi 120xmenit Pernapasan 32xmenit Suhu372degC

Wheezing tidak ada

A Asma Bronchial

P IVFD Dextrosa 5 14 tetesmenit

Ceftriaxon 500mgkgBBIV

Gentamicin 40 mg12jamIV

Paracetamol syrup 3 x frac12 cth

B-com 2x1 tab

Salbutamol 12 mg

Histapan 15 mg

Metilprednisolon 2 mg 3x1 pulv

Ambroxol 75 mg

Tanggal 18 Februari 2015 (Perawatan hari ke-5)

Pasien sudah dipulangkan dan diberikan obat

Cefadroxyl 250 mg 2x1 cth

Puyer batuk

B-Com 2x1 tab

BAB III

Diskusi

8

Asma merupakan penyakit yang mempunyai karakterisik yang ditandai

dengan obstruksi saluran napas yang reversibel reaktifitas bronkial yang

meningkatdan inflamasi jalan napas Asma merupakan hasil dari interaksi yang

sangat kompleks sel-sel inflamasi mediator inflamasi epitel sel jalan napas dan

otot polos saluran napas serta sistem saraf Secara keseluruhan pada individu

yang mudah mendapat serangan asma interaksi ini dapat dengan mudah

menyebabkan gejala napas pendek mengi batuk dan dada terasa sesak2

Asma menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2009) adalah mengi

berulang dan atau batuk persisten dengan karakteristik timbul secara episodik

cenderung pada malam atau dini hari (nokturnal) musiman setelah aktifitas fisik

serta terdapat riwayat asma atau atopi lain pada pasien dan atau keluarganya3

Prevalensi total asma diseluruh dunia diperkirakan 72 (10 pada anak)

dan sangat bervariasi antar negara Prevalensi asma di Indonesia berdasarkan

penelitian tahun 2002 pada anak usia 13-14 tahun adalah 673

Penyebab dari timbulnya asma dapat dibagi menjadi etiologi alergi dan

non alergi Aeroalergen dapat berupa serbuk bunga spora jamur debu tungau

alergi binatang dan makanan (khususnya pada anak-anak) Sedangkan penyebab

non-alergi pada asma berupa asap rokok cuaca dan udara dingin bahan-bahan

kimia obat-obatan (seperti aspirin dan NSAID latihan fisik perubahan hormonal

dan bahan-bahan makanan)3

Pada anamnesa pasien dapat ditemukan adanya keluhan sesak napas sesak

napas timbul 1-2x dalam sebulan sesak membaik apabila tidur dengan kepala

tinggi dan sesak bertambah hebat apabila terkena udara dingin Pasien ini juga

berulang-kali masuk rumah sakit dan dirawat lebih dari 3 kali Sesuai dengan teori

bahwa asma merupakan inflamasi saluran napas yang reversibel Sedangkan

penyebab dari timbulnya asma pada pasien ini adalah nonalergik yaitu udara

dingin

Patofisiologi asma tampaknya memperlihatkan hiperresponsivitas pada

jalan napas setelah terpajan satu atau lebih rangsangan iritan Karena jalan napas

9

yang rentan dan hiperresponsif reaksi inflamasi dan bronkokonstriksi keduanya

dapat terjadi bersamaan Mediator utama pada reaksi asmatik adalah eosinofil

salah satu jenis sel darah putih Eosinofil terkonsentrasi di satu area dan

melepaskan zat kimia yang menstimulasi degranulasi sel mast Eosinofil juga

menarik jenis sel darah putih lainnya termasuk basofil dan neutrofil

menstimulasi produk mukus dan meningkatkan pembengkakan serta edema

jaringan Respon inflamasi terjadi diawali oleh stimulus tetapi mungkin

memerlukan waktu paling lama 12 jam untuk memperlihatkan gejala Asma yang

lebih akut adalah efek dari histamin kimiawi pada otot polos bronkus Histamin

dilepaskan bersama IgE yang memediasi degranulasi sel mast dengan cepat dan

menyebabkan konstriksi dan spasme otot polos bronkiolus Histamin juga

menstimulasi produksi mukus dan meningkatkan permeabilitas kapiler

selanjutnya menyebabkan kongesti dan pembengkakan ruang interstitial paru1

Gambar 1 paparan pertama alergen pada asma

10

Gambar 2 reaksi imunologis pada asma

Gambar 3 efek dari reaksi imunologis

Respon alergi pada saluran napas merupakan interaksi kompleks dari sel

mast eosinofil limfosit T makrofag sel dendrit dan neutrofil Studi klinik

menyatakan perubahan ini disebabkan respon alergi yang dini yang dapat terjadi

dalam beberapa menit dan mencapai puncak dalam waktu 20 menit diikuti

terhirupnya suatu alergen Manifestasi klinik pada respon alergi dini saluran napas

11

adalah konstriksi bronkus edema jalan napas dan sekresi mukus Respon ini

merupakan hasil dari sel mast dan mediator inflamasinya 4 sampai 10 jam

kemudian terjadi respon alergi lambat akibat dari infiltrat sel inflamasi ke dalam

jalan napas dan penggabungan beberapa mediator dan sitokin inflamasi serta

aktifnya limfosit dan eosinofil2

Antigen presenting cells dalam hal ini makrofag dan sel dendrit melakukan

proses imunologis pada saluran napas dan mempresentasikan antigen pada sel T

helper sel T helper menjadi aktif dan mengeluarkan sitokin Sel T helper melalui

sitokin dapat menginduksi perkembangan sel T helper 1 (yang dapat

mengeluarkan sitokin interfereon-gamma IL-2) atau T helper 2 (yang

mengeluarkan sitokin IL-4 IL-5 IL-9 IL-13) Sel T regular mempunyai peran

penting tejadinya respon alergen pada sel T helper 2 Sel T helper 2 saat terikat

dengan alergen akan menginduksi sel B untuk memproduksi IgE dan

teraktivasinya eosinofil2

Gejala dan tanda yang dapat timbul pada pasien asma adalah mengibatuk

nafas pendek nyeri atau dada terasa berat Menurut National Asthma Education

and Prevention Program diagnosis dapat ditegakkan apabila ditemukan obstruksi

saluran napas yang episodik disertai gejala obstruksi saluran napas obstruksi

saluran napas dan gejala klinis yang timbul reversibel atau dapat sembuh dengan

sendirinya 4

Pada pasien ini saat dilakukan pemeriksaan fisis ditemukan bunyi mengi

pada saat ekspirasi batuk sesak napas dan napas pendek Setelah dilakukan

nebulizer di Instalasi Gawat Darurat RSU Anutapura gejala klinis yang timbul

pada pasien ini mulai berkurang Hal ini sesuai dengan teori dari asma itu sendiri

bahwa gejala klinis yang timbul mengalami perbaikan setelah pemberian obat

bronkodilator

12

Gambar 4 derajat pembagian asma menurut GINA

Eksaserbasi (serangan asma) adalah episode perburukan gejala-gejala

asma secara progresif Gejala yang dimaksud adalah sesak napasbatuk mengi

dada rasa tertekan atau berbagai kombinasi jalan tersebut Pada umumnya

eksaserbasi disertai distres pernapasan Serangan asma ditandai oleh penurunan

PEF atau FEV Derajat serangan asma bervariasi mulai dari yang ringan sedang

berat dan serangan yang mengancam jiwa perburukan dapat terjadi dalam

beberapa menit jam atau hari Serangan akut biasanya timbul akibat pajanan

terhadap faktorpencetus (paling sering infeksi virus atau alergen) sedangkan

serangan berupa perburukan yang bertahap mencerminkan kegagalan pengelolaan

jangka panjang penyakit 3

13

Derajat asma Gejala Gejala malam Faal paru

intermiten Bulanan

Gejala

lt1xmnggu tanpa

gejala diluar

serangan

Serangan singkat

le 2x sebulan APE ge80

Persisten ringan Mingguan

Gejala gt1xmgg tp

lt1xhari

Serangan dapat

mengganggu

aktivitas dan tidur

gt2x sebulan APE gt80

Persisten sedang Harian

Gejala setiap hari

serangan

mengganggu

aktifitas dan tidur

Bronkodilator setiap

hari

gt2x sebulan APE 60-80

Persisten berat Kontinyu

Gejala terus menerus

Sering kambuh

Aktivitas fisik

terbatas

sering APE le60

Tabel 1 klasifikasi asma menurut PNAA

Jika menemukan atau mencurigai status asmatikus harus ditemukan sesak

napas yang diikuti dengan keadaan dibawah ini 5

1 Terjadinya gerakan paradoks thoracoabdominal

14

2 Mengi mungkin tidak terdengar ( pada pasien dengan obstruksi jalan napas

yang berat)

3 Hipoksemia berat yang bermanifestasi menjadi bradikardi

4 Pulsus paradoksus menghilang Ini menandakan bahwa otot-otot saluran

pernapasan menjadi lemah

Tes yang digunakan untuk mendiagnosis asma adalah 5

1 Tes fungsi paru seperti spirometri dan plethismografi

2 Latihan fisik Latihan fisik seperti treadmill dan bersepada harus diikuti

dengan tes spirometri yang biasanya akan menandakan denyut jantung

mencapai batas maksimum 60 persen diikuti dengan monitoring

menggunakan elektrokardiogram dan saturasi oksihemoglobin

3 Radiografi Gambaran radiologi akan menunjukkan hiperinflasi dan tanda

menikatnya corakan bronkovaskular Radiologi juga dapat menunjukkan

terjadinya penyakit parenkim paru atelektasis pneumonia anomali

kongenital atau benda asing

4 Evaluasi histologi pada jalan napas Akan ditemukan infiltrat yang tipikal

dengan serbukan sel inflamasi terbatasnya jalan napas akibat obstruksi

hilangnya epitel pada bronkus dan bronkiolus dan sekresi mukus

Pada pasien ini diagnosis hanya ditegakkan berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan fisik saja Pemeriksaan penunjang seperti tes fungsi paru

(spirometri) radiologi dan pemeriksaan patologi anatomi tidak dilakukan karena

keterbatasan alat dan biaya Tetapi pada pasien ini dapat ditegakkan diagnosis

karena ditemukan riwayat alergi udara dingin sesak napas batuk mengi dan

sesak napas mengalami perbaikan setelah pemberian bronkodilator

Prinsip umum tatalaksana asma adalah penyamaan persepsi dan

membangun komitmen dengan orang tua obat pengendali diberikan terus-

menerus tanpa melihat ada atau tidaknya serangan selama periode waktu yang

direncanakan sebelum menaikkan atau menurunkan dosis obat jangan lupa

evaluasi berkala tentang penghindaran terhadap faktor pencetus Identifikasi

15

faktor penyulit yang mungkin muncul selama terapi medikamentosa evaluasi

berkala tentang cara pemakaian obat catat frekuensi serangan akut yang muncul

sebelum terapi jangka panjang dilakukan3

Tatalaksana serangan asma ringan adalah sebagai berikut 3

1 Jika dengan sekali nebulisasi pasien menunjukkan respon yang baik

(complete response) berarti derajat serangannya ringan

2 Pasien diobservasi selama 1-2 jam jika respon tersebut bertahan pasien

dapat dipulangkan Pasien dibekali obat β-agonis (hirupan atau oral) yang

harus diberikan tiap 4-6 jam

3 Jika pencetus serangannya adalah infeksi virus dapat ditambahkan steroid

oral jangka pendek (3-5 hari)

4 Pasien kemudian dianjurkan kontrol ke klinik rawat jalan dalam waktu 24-

48 jam untuk evaluasi ulang tatalaksana

5 Jika sebelum serangan pasien sudah mendapat obat pengendali obat

tersebut diteruskan hingga evaluasi ulang yang dilakukan di klinik rawat

jalan Namun jika setelah observasi 2 jam gejala timbul kembali pasien

diperlakukan sebagai serangan asma sedang

Tatalaksana serangan asma sedang adalah sebagai berikut3

1 Jika dengan pemberian nebulisasi dua atau tiga kali pasien hanya

menunjukkan respon parsial (incomplete response) kemungkinan derajat

serangannya sedang Untuk itu derajat serangan harus dinilai ulang sesuai

pedoman

2 Jika serangannya memang termasuk serangan sedang pasien perlu

diobservasi dan ditangani di ruang rawat sehari Pada serangan asma

sedang diberikan kortikosteroid sistemik oral metilprednisolon dengan

dosis 05-1 mgkgBBhari selama3-5 hari

3 Walaupun belum tentu diperlukan untuk persiapan keadaan darurat

pasien yang akan diobservasi di RS langsung dipasang jalur parenteral

sejak di unit gawat darurat

16

Tatalaksana serangan asma berat adalah sebagai berikut3

1 Bila dengan 3 kali nebulisasi berturut-turut pasien tidak menunjukkan

respon (poor response) yaitu gejala dan tanda serangan masih ada pasien

harus dirawat di ruang inap

2 Oksigen 2-4 litermenit diberikan sejak awal termasuk saat nebulisasi

3 Kemudian dipasang jalur parenteral dan dilakukan foto toraks

4 Bila pasien menunjukkan gejala dan tanda ancaman henti napas pasien

harus langsung dirawat di ruang intensif Pada pasien dengan serangan

berat dan ancaman henti napas foto thoraks harus langsung dibuat untuk

mendeteksi komplikasi pneumotoraks dan atau pneumomediastinum

5 Jika ada dehidrasi dan asidosis diatasi dengan pemberian cairan intravena

dan koreksi terhadap asidosis

6 Steroid intravena diberikan secara bolus tiap 6-8 jam

7 Dosis steroid intravena 05-1 mgkgBBhari

8 Nebulisasi β-agonis ditambah antikolinergik dengan oksigen dilanjutkan

tiap 1-2 jam Jika dengan 4-6 kali pemberian mulai terjadi perbaikan klinis

jarak pemberian dapat diperlebar menjadi tiap 4-6 jam

9 Aminofilin diberikan secara intravena dengan ketentuan jika pasien belum

mendapat aminofilin sebelumnya diberikan aminofilin dosis awal (inisial)

sebesar 6-8 mgkgBB dilarutkan dalam dekstrosa 5 atau garam fisiologis

sebanyak 20 ml diberikan dalam 20-30 menit Jika pasien telah mendapat

aminofilin sebelumnya (kurang dari 4 jam) dosis yang diberikan adalah

setengah dosis inisial Selanjutnya aminofilin dosis rumatan diberikan

sebesar 05-1 mgkgBBjam

10 Jika dalam 24 jam pasien tetap stabil pasien dapat dipulangkan dengan

dibekali obat β-agonis (hirupan oral) yang diberikan tiap 4-6 jam selama

24-48 jam Selain itu steroid oral dilanjutkan hingga pasien kontrol ke

klinik rawat jalan dalam 24-48 jam untuk evaluasi ulang tata laksana

Dalam menentukan tata laksana jangka panjang asma dibutuhkan

penilaian yang seksama terhadap derajat penyakit asma serta keuntungan dan

17

kerugian pengobatan Menurut GINA keberhasilan tata laksana asma pada anak

tidak hanya dalam hal mengatasi serangan akut saja (tata laksana jangka pendek)

tetapi juga pada aspek pencegahan muncul atau berulangnya serangan yang

disebut juga tata laksana jangka panjang3

1 Asma Episodik Jarang3

Hanya butuh obat reliever (pereda) saja (β2-agonis teofilin) yang

diberikan saat dalam serangan saja

Tidak perlu diberikan obat pengendali

Jika pemakaian β2-agonis hirupan lebih dari 3x per minggu atau

serangan sedang atau berat muncul lebih dari 1x per bulan maka tata

laksana diperlakukan sebagai asma episodik sering

2 Asma Episodik Sering

Steroid hirupan dimulai dengan dosis rendah Untuk usia kurang dari

12 tahun Budesonide 100-200 μg (50-100 μg Flutikason) dan untuk

usia lebih dari 12 tahun Budesonide 200-400 μg (100-200 μg

Flutikason)

Evaluasi setelah 6-8 minggu (klinis dan uji fungsi paru) maksimal 8-12

minggu Jika respon buruk naikkan bertahap dosis steroid hirupan

dengan dosis menengah sampai 400 μg (step up) Jika respon baik

turunkan dosis steroid hirupan dan jika perlu hentikan (step down)

3 Asma Persisten Terdapat 2 alternatif

Steroid hirupan tetap dalam dosis rendah dan dikombinasi dengan

salah satu obat yaitu LABA (long acting β2-agonis) (Prokaterol

Bambuterol Salmeterol) atau Teofilin lepas lambat (teophiline slow

releaseTSR) atau Anti Leucotrien Receptor (ALTR) (Zafirlukas

Montelukas)

Meningkatkan dosis steroid hirupan menjadi dosis medium yaitu

Untuk usia kurang dari 12 tahun Budesonide 200-400 μg (100-200 μg

Flutikason) dan untuk usia lebih dari 12 tahun Budesonide 400-600

μg (200-300 μg Flutikason)

18

Evaluasi kembali setelah 6-8 minggu

Jika masih terdapat gejala atau serangan asma maka langkah berikutnya

memakai salah satu dari 2 alternatif selanjutnya yaitu 3

Steroid hirupan tetap dalam dosis medium ditambah salah satu obat

LABA TSR atau ALTR

Meningkatkandosis steroid hirupan menjadi dosis tinggi Untuk usia

kurang dari 12 tahun Budesonide lebih dari 400 μghari (gt 200 μghari

Flutikason) dan untuk usia lebih dari 12 tahun Budesonide lebih dari 600

μghari (gt 300 μghari Flutikason)

Evaluasi kembali setelah 6-8 minggu

19

Page 2: Refka Anak Asma Bronchial Dr.kartin

Laporan Kasus

I Identitas

Nama An MM Anak ke 2

Umur 3 tahun Agama Islam

Jenis Kelamin Laki-laki Tanggal Pemeriksaan 14-2-2015

Alamat Jl Kedondong No 29 Ruangan Cathelia

II Anamnesis

Keluhan utama Sesak napas

Riwayat penyakit sekarang Sesak napas dialami sejak 5 jam yang lalu terus

menerus dan membaik apabila tidur dengan kepala yang lebih tinggi Sesak

timbul terutama bila kena udara dingin Batuk sejak 1 hari yang lalu berlendir

warna putih Panas sejak 1 hari yang lalu panas naik turun panas naik waktunya

tidak menentu Riwayat minum obat bodrexin dirumah

Riwayat Penyakit Dahulu Dirawat lebih dari 3 kali di rumah sakit dengan

keluhan yang sama

Riwayat Penyakit Keluarga Ayah dari pasien menderita asma tetapi jarang

kambuh

Riwayat Kelahiran Anak lahir spontan dirumah ditolong oleh Bidan Pasien

lahir cukup bulan lahir langsung menangis berat badan saat lahir 3500 gram dan

panjang badan saat lahir tidak diingat

Riwayat makanan

Usia 0-6 bulan Pasien mengkonsumsi ASI

Usia 6-9 bulan Pasien mengkonsumsi ASI susu formula

bubur susu (SUN)

Usia 9-11 bulan Pasien mengkonsumsi Asi susu formula

dan bubur saring

Usia 11 bulan-

sekarang

Pasien mengkonsumsi nasi sayur tahu

tempe ikan dan daging

Riwayat perkembangan pasien

2

Tengkurap Ibu pasien tidak bisa mengingat pada usia

berapa

Duduk Ibu pasien tidak bisa mengingat pada usia

berapa

Berjalan Pasien mulai berjalan saat usia 1 tahun

Bicara Pasien mulai bicara saat usia 1 tahun 5

bulan

Riwayat imunisasi imunisasi dasar lengkap

Riwayat maternal G2P2A0 dan ibu pasien rutin melakukan ANC saat hamil di

Puskesmas tidak pernah menderita sakit saat hamil dan tidak pernah

mengkonsumsi obat-obatan saat hamil

III Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum

SP Sakit berat Compos Mentis BB 155 kg TB 83 cm Status gizi Gizi Baik

BBU 15514 x 100 = 107

TBU 8395 x 100 = 8736

BBTB 15514 x 100 =107

b Tanda Vital

Tekanan Darah 10070 mmHg

Nadi 120xmenit

Pernapasan 34xmenit

Suhu 379degC

c Kepala

ndash Wajah simetris

ndash Deformitas Tidak ada

ndash Bentuk Normochepal

ndash Rambut Hitamlurus rontok tidak ada sukar dicabut

ndash Mata

bull Konjungtiva tidak anemis kanan dan kiri

bull Sklera tidak ikterik kanan dan kiri

3

bull Pupil isokor

ndash Hidung Rhinore ada

ndash Mulut bibir biasa sianosis dan pucat tidak ada Lidah kotor tidak ada

Pembesaran tonsil tidak ada

Leher

Kelenjar GB Tidak ada pembesaran

Tiroid tidak ada pembesaran

JVP Tidak ada Peningkatan

Massa lain tidak ada

d Paru-paru

ndash Inspeksi simetris paru kiri dan kanan tidak ada retraksi sela iga tidak

tampak massa

ndash Palpasi tidak teraba massa tidak ada nyeri tekan

ndash Perkusi Sonor

ndash Auskultasi wheezing pada kedua paru

e Jantung

ndash Inspeksi ictus cordis tampak

ndash Palpasi ictus cordis teraba

ndash Perkusi pekak

ndash Auskultasi BJ I dan II murni reguler tidak ada bunyi jantung tambahan

f Abdomen

ndash Inspeksi datar dan tidak ada massa

ndash Auskultasi Peristaltik usus positif kesan normal

ndash Palpasi tidak terdapat nyeri tekan hepar dan lien tidak teraba

ndash Perkusi tympani

g Anggota gerak

ndash Atas akral hangat edema tidak ada

ndash Bawah akral hangat edema tidak ada

h Pemeriksaan lain tidak ada

IV Resume

4

Anak laki-laki usia 3 tahun dispneu batuk berlendir febris riwayat masuk

rumah sakit lebih dari 3 kali Riwayat asma pada keluarga yaitu pada ayah pasien

Keadaan umum sakit berat compos mentis BB 155 kg PB 83 cm Tanda

vital N 120xmnt P 34xmnt S 379 degC Pemeriksaan Fisis Wheezing pada

kedua pulmo Abdomen peristaltik positif kesan normal

V Diagnosa Kerja

Asma Bronchial

VI Penatalaksanaan

Non Medikamentosa

O2 05-2 litermenit

Nebulizer di UGD

Medikamentosa

IVFD Dextrosa 5 14 tetesmenit

Ceftriaxon 500mgkgBBIV (skin test cocok)

Gentamicin 40 mg12jamIV (skin test cocok)

Deksametason frac12 ampul8 jamIV

Paracetamol syrup 3 x frac12 cth

B-com 2x1 tab

Salbutamol 12 mg

Histapan 15 mg

Metilprednisolon 2 mg 3x1 pulv

Ambroxol 75 mg

VIII Pemeriksaan Penunjang

1 Laboratorium

Darah lengkap

WBC 214 x 103mm3

HGB 12 gdl

HCT 331

PLT 398 x 103mm3

Radiologi tidak dilakukan

EKG tidak dilakukan

5

IX Diagnosa Akhir Asma Bronchial

X Anjuran Pemeriksaan Spirometri

XI Prognosis Dubia et bonam

FOLLOW UP

6

Tanggal 15 Februari 2015 (Perawatan hari ke-2)

S Batuk berlendir warna putih ada sesak napas ada beringus ada muntah 1x

tadi malam BAB dan BAK biasa

O Nadi 120xmenit Pernapasan 32xmenit Suhu372degC

Wheezing positif

A Asma Bronchial

P IVFD Dextrosa 5 12 tetesmenit

O2 05-2 litermenit

Ceftriaxon 500mgkgBBIV

Gentamicin 40 mg12jamIV

Deksametason frac12 ampul8 jamIV

Paracetamol syrup 3 x frac12 cth

B-com 2x1 tab

Salbutamol 12 mg

Histapan 15 mg

Metilprednisolon 2 mg 3x1 pulv

Ambroxol 75 mg

Tanggal 16 Februari 2015 (Perawatan hari ke-3)

S Batuk berlendir warna putih ada sesak napas tidak ada beringus ada panas

tidak ada BAB dan BAK biasa

O Nadi 122xmenit Pernapasan 24xmenit Suhu374degC

Wheezing positif

A Asma Bronchial

P IVFD Dextrosa 5 14 tetesmenit

O2 05-2 litermenit

Ceftriaxon 500mgkgBBIV

Gentamicin 40 mg12jamIV

7

Paracetamol syrup 3 x frac12 cth

B-com 2x1 tab

Salbutamol 12 mg

Histapan 15 mg

Metilprednisolon 2 mg 3x1 pulv

Ambroxol 75 mg

Tanggal 17 Februari 2015 (Perawatan hari ke-4)

S Batuk berlendir warna putih ada sesak napas tidak ada beringus tidak ada

muntah 1x tadi malam BAB dan BAK biasa

O Nadi 120xmenit Pernapasan 32xmenit Suhu372degC

Wheezing tidak ada

A Asma Bronchial

P IVFD Dextrosa 5 14 tetesmenit

Ceftriaxon 500mgkgBBIV

Gentamicin 40 mg12jamIV

Paracetamol syrup 3 x frac12 cth

B-com 2x1 tab

Salbutamol 12 mg

Histapan 15 mg

Metilprednisolon 2 mg 3x1 pulv

Ambroxol 75 mg

Tanggal 18 Februari 2015 (Perawatan hari ke-5)

Pasien sudah dipulangkan dan diberikan obat

Cefadroxyl 250 mg 2x1 cth

Puyer batuk

B-Com 2x1 tab

BAB III

Diskusi

8

Asma merupakan penyakit yang mempunyai karakterisik yang ditandai

dengan obstruksi saluran napas yang reversibel reaktifitas bronkial yang

meningkatdan inflamasi jalan napas Asma merupakan hasil dari interaksi yang

sangat kompleks sel-sel inflamasi mediator inflamasi epitel sel jalan napas dan

otot polos saluran napas serta sistem saraf Secara keseluruhan pada individu

yang mudah mendapat serangan asma interaksi ini dapat dengan mudah

menyebabkan gejala napas pendek mengi batuk dan dada terasa sesak2

Asma menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2009) adalah mengi

berulang dan atau batuk persisten dengan karakteristik timbul secara episodik

cenderung pada malam atau dini hari (nokturnal) musiman setelah aktifitas fisik

serta terdapat riwayat asma atau atopi lain pada pasien dan atau keluarganya3

Prevalensi total asma diseluruh dunia diperkirakan 72 (10 pada anak)

dan sangat bervariasi antar negara Prevalensi asma di Indonesia berdasarkan

penelitian tahun 2002 pada anak usia 13-14 tahun adalah 673

Penyebab dari timbulnya asma dapat dibagi menjadi etiologi alergi dan

non alergi Aeroalergen dapat berupa serbuk bunga spora jamur debu tungau

alergi binatang dan makanan (khususnya pada anak-anak) Sedangkan penyebab

non-alergi pada asma berupa asap rokok cuaca dan udara dingin bahan-bahan

kimia obat-obatan (seperti aspirin dan NSAID latihan fisik perubahan hormonal

dan bahan-bahan makanan)3

Pada anamnesa pasien dapat ditemukan adanya keluhan sesak napas sesak

napas timbul 1-2x dalam sebulan sesak membaik apabila tidur dengan kepala

tinggi dan sesak bertambah hebat apabila terkena udara dingin Pasien ini juga

berulang-kali masuk rumah sakit dan dirawat lebih dari 3 kali Sesuai dengan teori

bahwa asma merupakan inflamasi saluran napas yang reversibel Sedangkan

penyebab dari timbulnya asma pada pasien ini adalah nonalergik yaitu udara

dingin

Patofisiologi asma tampaknya memperlihatkan hiperresponsivitas pada

jalan napas setelah terpajan satu atau lebih rangsangan iritan Karena jalan napas

9

yang rentan dan hiperresponsif reaksi inflamasi dan bronkokonstriksi keduanya

dapat terjadi bersamaan Mediator utama pada reaksi asmatik adalah eosinofil

salah satu jenis sel darah putih Eosinofil terkonsentrasi di satu area dan

melepaskan zat kimia yang menstimulasi degranulasi sel mast Eosinofil juga

menarik jenis sel darah putih lainnya termasuk basofil dan neutrofil

menstimulasi produk mukus dan meningkatkan pembengkakan serta edema

jaringan Respon inflamasi terjadi diawali oleh stimulus tetapi mungkin

memerlukan waktu paling lama 12 jam untuk memperlihatkan gejala Asma yang

lebih akut adalah efek dari histamin kimiawi pada otot polos bronkus Histamin

dilepaskan bersama IgE yang memediasi degranulasi sel mast dengan cepat dan

menyebabkan konstriksi dan spasme otot polos bronkiolus Histamin juga

menstimulasi produksi mukus dan meningkatkan permeabilitas kapiler

selanjutnya menyebabkan kongesti dan pembengkakan ruang interstitial paru1

Gambar 1 paparan pertama alergen pada asma

10

Gambar 2 reaksi imunologis pada asma

Gambar 3 efek dari reaksi imunologis

Respon alergi pada saluran napas merupakan interaksi kompleks dari sel

mast eosinofil limfosit T makrofag sel dendrit dan neutrofil Studi klinik

menyatakan perubahan ini disebabkan respon alergi yang dini yang dapat terjadi

dalam beberapa menit dan mencapai puncak dalam waktu 20 menit diikuti

terhirupnya suatu alergen Manifestasi klinik pada respon alergi dini saluran napas

11

adalah konstriksi bronkus edema jalan napas dan sekresi mukus Respon ini

merupakan hasil dari sel mast dan mediator inflamasinya 4 sampai 10 jam

kemudian terjadi respon alergi lambat akibat dari infiltrat sel inflamasi ke dalam

jalan napas dan penggabungan beberapa mediator dan sitokin inflamasi serta

aktifnya limfosit dan eosinofil2

Antigen presenting cells dalam hal ini makrofag dan sel dendrit melakukan

proses imunologis pada saluran napas dan mempresentasikan antigen pada sel T

helper sel T helper menjadi aktif dan mengeluarkan sitokin Sel T helper melalui

sitokin dapat menginduksi perkembangan sel T helper 1 (yang dapat

mengeluarkan sitokin interfereon-gamma IL-2) atau T helper 2 (yang

mengeluarkan sitokin IL-4 IL-5 IL-9 IL-13) Sel T regular mempunyai peran

penting tejadinya respon alergen pada sel T helper 2 Sel T helper 2 saat terikat

dengan alergen akan menginduksi sel B untuk memproduksi IgE dan

teraktivasinya eosinofil2

Gejala dan tanda yang dapat timbul pada pasien asma adalah mengibatuk

nafas pendek nyeri atau dada terasa berat Menurut National Asthma Education

and Prevention Program diagnosis dapat ditegakkan apabila ditemukan obstruksi

saluran napas yang episodik disertai gejala obstruksi saluran napas obstruksi

saluran napas dan gejala klinis yang timbul reversibel atau dapat sembuh dengan

sendirinya 4

Pada pasien ini saat dilakukan pemeriksaan fisis ditemukan bunyi mengi

pada saat ekspirasi batuk sesak napas dan napas pendek Setelah dilakukan

nebulizer di Instalasi Gawat Darurat RSU Anutapura gejala klinis yang timbul

pada pasien ini mulai berkurang Hal ini sesuai dengan teori dari asma itu sendiri

bahwa gejala klinis yang timbul mengalami perbaikan setelah pemberian obat

bronkodilator

12

Gambar 4 derajat pembagian asma menurut GINA

Eksaserbasi (serangan asma) adalah episode perburukan gejala-gejala

asma secara progresif Gejala yang dimaksud adalah sesak napasbatuk mengi

dada rasa tertekan atau berbagai kombinasi jalan tersebut Pada umumnya

eksaserbasi disertai distres pernapasan Serangan asma ditandai oleh penurunan

PEF atau FEV Derajat serangan asma bervariasi mulai dari yang ringan sedang

berat dan serangan yang mengancam jiwa perburukan dapat terjadi dalam

beberapa menit jam atau hari Serangan akut biasanya timbul akibat pajanan

terhadap faktorpencetus (paling sering infeksi virus atau alergen) sedangkan

serangan berupa perburukan yang bertahap mencerminkan kegagalan pengelolaan

jangka panjang penyakit 3

13

Derajat asma Gejala Gejala malam Faal paru

intermiten Bulanan

Gejala

lt1xmnggu tanpa

gejala diluar

serangan

Serangan singkat

le 2x sebulan APE ge80

Persisten ringan Mingguan

Gejala gt1xmgg tp

lt1xhari

Serangan dapat

mengganggu

aktivitas dan tidur

gt2x sebulan APE gt80

Persisten sedang Harian

Gejala setiap hari

serangan

mengganggu

aktifitas dan tidur

Bronkodilator setiap

hari

gt2x sebulan APE 60-80

Persisten berat Kontinyu

Gejala terus menerus

Sering kambuh

Aktivitas fisik

terbatas

sering APE le60

Tabel 1 klasifikasi asma menurut PNAA

Jika menemukan atau mencurigai status asmatikus harus ditemukan sesak

napas yang diikuti dengan keadaan dibawah ini 5

1 Terjadinya gerakan paradoks thoracoabdominal

14

2 Mengi mungkin tidak terdengar ( pada pasien dengan obstruksi jalan napas

yang berat)

3 Hipoksemia berat yang bermanifestasi menjadi bradikardi

4 Pulsus paradoksus menghilang Ini menandakan bahwa otot-otot saluran

pernapasan menjadi lemah

Tes yang digunakan untuk mendiagnosis asma adalah 5

1 Tes fungsi paru seperti spirometri dan plethismografi

2 Latihan fisik Latihan fisik seperti treadmill dan bersepada harus diikuti

dengan tes spirometri yang biasanya akan menandakan denyut jantung

mencapai batas maksimum 60 persen diikuti dengan monitoring

menggunakan elektrokardiogram dan saturasi oksihemoglobin

3 Radiografi Gambaran radiologi akan menunjukkan hiperinflasi dan tanda

menikatnya corakan bronkovaskular Radiologi juga dapat menunjukkan

terjadinya penyakit parenkim paru atelektasis pneumonia anomali

kongenital atau benda asing

4 Evaluasi histologi pada jalan napas Akan ditemukan infiltrat yang tipikal

dengan serbukan sel inflamasi terbatasnya jalan napas akibat obstruksi

hilangnya epitel pada bronkus dan bronkiolus dan sekresi mukus

Pada pasien ini diagnosis hanya ditegakkan berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan fisik saja Pemeriksaan penunjang seperti tes fungsi paru

(spirometri) radiologi dan pemeriksaan patologi anatomi tidak dilakukan karena

keterbatasan alat dan biaya Tetapi pada pasien ini dapat ditegakkan diagnosis

karena ditemukan riwayat alergi udara dingin sesak napas batuk mengi dan

sesak napas mengalami perbaikan setelah pemberian bronkodilator

Prinsip umum tatalaksana asma adalah penyamaan persepsi dan

membangun komitmen dengan orang tua obat pengendali diberikan terus-

menerus tanpa melihat ada atau tidaknya serangan selama periode waktu yang

direncanakan sebelum menaikkan atau menurunkan dosis obat jangan lupa

evaluasi berkala tentang penghindaran terhadap faktor pencetus Identifikasi

15

faktor penyulit yang mungkin muncul selama terapi medikamentosa evaluasi

berkala tentang cara pemakaian obat catat frekuensi serangan akut yang muncul

sebelum terapi jangka panjang dilakukan3

Tatalaksana serangan asma ringan adalah sebagai berikut 3

1 Jika dengan sekali nebulisasi pasien menunjukkan respon yang baik

(complete response) berarti derajat serangannya ringan

2 Pasien diobservasi selama 1-2 jam jika respon tersebut bertahan pasien

dapat dipulangkan Pasien dibekali obat β-agonis (hirupan atau oral) yang

harus diberikan tiap 4-6 jam

3 Jika pencetus serangannya adalah infeksi virus dapat ditambahkan steroid

oral jangka pendek (3-5 hari)

4 Pasien kemudian dianjurkan kontrol ke klinik rawat jalan dalam waktu 24-

48 jam untuk evaluasi ulang tatalaksana

5 Jika sebelum serangan pasien sudah mendapat obat pengendali obat

tersebut diteruskan hingga evaluasi ulang yang dilakukan di klinik rawat

jalan Namun jika setelah observasi 2 jam gejala timbul kembali pasien

diperlakukan sebagai serangan asma sedang

Tatalaksana serangan asma sedang adalah sebagai berikut3

1 Jika dengan pemberian nebulisasi dua atau tiga kali pasien hanya

menunjukkan respon parsial (incomplete response) kemungkinan derajat

serangannya sedang Untuk itu derajat serangan harus dinilai ulang sesuai

pedoman

2 Jika serangannya memang termasuk serangan sedang pasien perlu

diobservasi dan ditangani di ruang rawat sehari Pada serangan asma

sedang diberikan kortikosteroid sistemik oral metilprednisolon dengan

dosis 05-1 mgkgBBhari selama3-5 hari

3 Walaupun belum tentu diperlukan untuk persiapan keadaan darurat

pasien yang akan diobservasi di RS langsung dipasang jalur parenteral

sejak di unit gawat darurat

16

Tatalaksana serangan asma berat adalah sebagai berikut3

1 Bila dengan 3 kali nebulisasi berturut-turut pasien tidak menunjukkan

respon (poor response) yaitu gejala dan tanda serangan masih ada pasien

harus dirawat di ruang inap

2 Oksigen 2-4 litermenit diberikan sejak awal termasuk saat nebulisasi

3 Kemudian dipasang jalur parenteral dan dilakukan foto toraks

4 Bila pasien menunjukkan gejala dan tanda ancaman henti napas pasien

harus langsung dirawat di ruang intensif Pada pasien dengan serangan

berat dan ancaman henti napas foto thoraks harus langsung dibuat untuk

mendeteksi komplikasi pneumotoraks dan atau pneumomediastinum

5 Jika ada dehidrasi dan asidosis diatasi dengan pemberian cairan intravena

dan koreksi terhadap asidosis

6 Steroid intravena diberikan secara bolus tiap 6-8 jam

7 Dosis steroid intravena 05-1 mgkgBBhari

8 Nebulisasi β-agonis ditambah antikolinergik dengan oksigen dilanjutkan

tiap 1-2 jam Jika dengan 4-6 kali pemberian mulai terjadi perbaikan klinis

jarak pemberian dapat diperlebar menjadi tiap 4-6 jam

9 Aminofilin diberikan secara intravena dengan ketentuan jika pasien belum

mendapat aminofilin sebelumnya diberikan aminofilin dosis awal (inisial)

sebesar 6-8 mgkgBB dilarutkan dalam dekstrosa 5 atau garam fisiologis

sebanyak 20 ml diberikan dalam 20-30 menit Jika pasien telah mendapat

aminofilin sebelumnya (kurang dari 4 jam) dosis yang diberikan adalah

setengah dosis inisial Selanjutnya aminofilin dosis rumatan diberikan

sebesar 05-1 mgkgBBjam

10 Jika dalam 24 jam pasien tetap stabil pasien dapat dipulangkan dengan

dibekali obat β-agonis (hirupan oral) yang diberikan tiap 4-6 jam selama

24-48 jam Selain itu steroid oral dilanjutkan hingga pasien kontrol ke

klinik rawat jalan dalam 24-48 jam untuk evaluasi ulang tata laksana

Dalam menentukan tata laksana jangka panjang asma dibutuhkan

penilaian yang seksama terhadap derajat penyakit asma serta keuntungan dan

17

kerugian pengobatan Menurut GINA keberhasilan tata laksana asma pada anak

tidak hanya dalam hal mengatasi serangan akut saja (tata laksana jangka pendek)

tetapi juga pada aspek pencegahan muncul atau berulangnya serangan yang

disebut juga tata laksana jangka panjang3

1 Asma Episodik Jarang3

Hanya butuh obat reliever (pereda) saja (β2-agonis teofilin) yang

diberikan saat dalam serangan saja

Tidak perlu diberikan obat pengendali

Jika pemakaian β2-agonis hirupan lebih dari 3x per minggu atau

serangan sedang atau berat muncul lebih dari 1x per bulan maka tata

laksana diperlakukan sebagai asma episodik sering

2 Asma Episodik Sering

Steroid hirupan dimulai dengan dosis rendah Untuk usia kurang dari

12 tahun Budesonide 100-200 μg (50-100 μg Flutikason) dan untuk

usia lebih dari 12 tahun Budesonide 200-400 μg (100-200 μg

Flutikason)

Evaluasi setelah 6-8 minggu (klinis dan uji fungsi paru) maksimal 8-12

minggu Jika respon buruk naikkan bertahap dosis steroid hirupan

dengan dosis menengah sampai 400 μg (step up) Jika respon baik

turunkan dosis steroid hirupan dan jika perlu hentikan (step down)

3 Asma Persisten Terdapat 2 alternatif

Steroid hirupan tetap dalam dosis rendah dan dikombinasi dengan

salah satu obat yaitu LABA (long acting β2-agonis) (Prokaterol

Bambuterol Salmeterol) atau Teofilin lepas lambat (teophiline slow

releaseTSR) atau Anti Leucotrien Receptor (ALTR) (Zafirlukas

Montelukas)

Meningkatkan dosis steroid hirupan menjadi dosis medium yaitu

Untuk usia kurang dari 12 tahun Budesonide 200-400 μg (100-200 μg

Flutikason) dan untuk usia lebih dari 12 tahun Budesonide 400-600

μg (200-300 μg Flutikason)

18

Evaluasi kembali setelah 6-8 minggu

Jika masih terdapat gejala atau serangan asma maka langkah berikutnya

memakai salah satu dari 2 alternatif selanjutnya yaitu 3

Steroid hirupan tetap dalam dosis medium ditambah salah satu obat

LABA TSR atau ALTR

Meningkatkandosis steroid hirupan menjadi dosis tinggi Untuk usia

kurang dari 12 tahun Budesonide lebih dari 400 μghari (gt 200 μghari

Flutikason) dan untuk usia lebih dari 12 tahun Budesonide lebih dari 600

μghari (gt 300 μghari Flutikason)

Evaluasi kembali setelah 6-8 minggu

19

Page 3: Refka Anak Asma Bronchial Dr.kartin

Tengkurap Ibu pasien tidak bisa mengingat pada usia

berapa

Duduk Ibu pasien tidak bisa mengingat pada usia

berapa

Berjalan Pasien mulai berjalan saat usia 1 tahun

Bicara Pasien mulai bicara saat usia 1 tahun 5

bulan

Riwayat imunisasi imunisasi dasar lengkap

Riwayat maternal G2P2A0 dan ibu pasien rutin melakukan ANC saat hamil di

Puskesmas tidak pernah menderita sakit saat hamil dan tidak pernah

mengkonsumsi obat-obatan saat hamil

III Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum

SP Sakit berat Compos Mentis BB 155 kg TB 83 cm Status gizi Gizi Baik

BBU 15514 x 100 = 107

TBU 8395 x 100 = 8736

BBTB 15514 x 100 =107

b Tanda Vital

Tekanan Darah 10070 mmHg

Nadi 120xmenit

Pernapasan 34xmenit

Suhu 379degC

c Kepala

ndash Wajah simetris

ndash Deformitas Tidak ada

ndash Bentuk Normochepal

ndash Rambut Hitamlurus rontok tidak ada sukar dicabut

ndash Mata

bull Konjungtiva tidak anemis kanan dan kiri

bull Sklera tidak ikterik kanan dan kiri

3

bull Pupil isokor

ndash Hidung Rhinore ada

ndash Mulut bibir biasa sianosis dan pucat tidak ada Lidah kotor tidak ada

Pembesaran tonsil tidak ada

Leher

Kelenjar GB Tidak ada pembesaran

Tiroid tidak ada pembesaran

JVP Tidak ada Peningkatan

Massa lain tidak ada

d Paru-paru

ndash Inspeksi simetris paru kiri dan kanan tidak ada retraksi sela iga tidak

tampak massa

ndash Palpasi tidak teraba massa tidak ada nyeri tekan

ndash Perkusi Sonor

ndash Auskultasi wheezing pada kedua paru

e Jantung

ndash Inspeksi ictus cordis tampak

ndash Palpasi ictus cordis teraba

ndash Perkusi pekak

ndash Auskultasi BJ I dan II murni reguler tidak ada bunyi jantung tambahan

f Abdomen

ndash Inspeksi datar dan tidak ada massa

ndash Auskultasi Peristaltik usus positif kesan normal

ndash Palpasi tidak terdapat nyeri tekan hepar dan lien tidak teraba

ndash Perkusi tympani

g Anggota gerak

ndash Atas akral hangat edema tidak ada

ndash Bawah akral hangat edema tidak ada

h Pemeriksaan lain tidak ada

IV Resume

4

Anak laki-laki usia 3 tahun dispneu batuk berlendir febris riwayat masuk

rumah sakit lebih dari 3 kali Riwayat asma pada keluarga yaitu pada ayah pasien

Keadaan umum sakit berat compos mentis BB 155 kg PB 83 cm Tanda

vital N 120xmnt P 34xmnt S 379 degC Pemeriksaan Fisis Wheezing pada

kedua pulmo Abdomen peristaltik positif kesan normal

V Diagnosa Kerja

Asma Bronchial

VI Penatalaksanaan

Non Medikamentosa

O2 05-2 litermenit

Nebulizer di UGD

Medikamentosa

IVFD Dextrosa 5 14 tetesmenit

Ceftriaxon 500mgkgBBIV (skin test cocok)

Gentamicin 40 mg12jamIV (skin test cocok)

Deksametason frac12 ampul8 jamIV

Paracetamol syrup 3 x frac12 cth

B-com 2x1 tab

Salbutamol 12 mg

Histapan 15 mg

Metilprednisolon 2 mg 3x1 pulv

Ambroxol 75 mg

VIII Pemeriksaan Penunjang

1 Laboratorium

Darah lengkap

WBC 214 x 103mm3

HGB 12 gdl

HCT 331

PLT 398 x 103mm3

Radiologi tidak dilakukan

EKG tidak dilakukan

5

IX Diagnosa Akhir Asma Bronchial

X Anjuran Pemeriksaan Spirometri

XI Prognosis Dubia et bonam

FOLLOW UP

6

Tanggal 15 Februari 2015 (Perawatan hari ke-2)

S Batuk berlendir warna putih ada sesak napas ada beringus ada muntah 1x

tadi malam BAB dan BAK biasa

O Nadi 120xmenit Pernapasan 32xmenit Suhu372degC

Wheezing positif

A Asma Bronchial

P IVFD Dextrosa 5 12 tetesmenit

O2 05-2 litermenit

Ceftriaxon 500mgkgBBIV

Gentamicin 40 mg12jamIV

Deksametason frac12 ampul8 jamIV

Paracetamol syrup 3 x frac12 cth

B-com 2x1 tab

Salbutamol 12 mg

Histapan 15 mg

Metilprednisolon 2 mg 3x1 pulv

Ambroxol 75 mg

Tanggal 16 Februari 2015 (Perawatan hari ke-3)

S Batuk berlendir warna putih ada sesak napas tidak ada beringus ada panas

tidak ada BAB dan BAK biasa

O Nadi 122xmenit Pernapasan 24xmenit Suhu374degC

Wheezing positif

A Asma Bronchial

P IVFD Dextrosa 5 14 tetesmenit

O2 05-2 litermenit

Ceftriaxon 500mgkgBBIV

Gentamicin 40 mg12jamIV

7

Paracetamol syrup 3 x frac12 cth

B-com 2x1 tab

Salbutamol 12 mg

Histapan 15 mg

Metilprednisolon 2 mg 3x1 pulv

Ambroxol 75 mg

Tanggal 17 Februari 2015 (Perawatan hari ke-4)

S Batuk berlendir warna putih ada sesak napas tidak ada beringus tidak ada

muntah 1x tadi malam BAB dan BAK biasa

O Nadi 120xmenit Pernapasan 32xmenit Suhu372degC

Wheezing tidak ada

A Asma Bronchial

P IVFD Dextrosa 5 14 tetesmenit

Ceftriaxon 500mgkgBBIV

Gentamicin 40 mg12jamIV

Paracetamol syrup 3 x frac12 cth

B-com 2x1 tab

Salbutamol 12 mg

Histapan 15 mg

Metilprednisolon 2 mg 3x1 pulv

Ambroxol 75 mg

Tanggal 18 Februari 2015 (Perawatan hari ke-5)

Pasien sudah dipulangkan dan diberikan obat

Cefadroxyl 250 mg 2x1 cth

Puyer batuk

B-Com 2x1 tab

BAB III

Diskusi

8

Asma merupakan penyakit yang mempunyai karakterisik yang ditandai

dengan obstruksi saluran napas yang reversibel reaktifitas bronkial yang

meningkatdan inflamasi jalan napas Asma merupakan hasil dari interaksi yang

sangat kompleks sel-sel inflamasi mediator inflamasi epitel sel jalan napas dan

otot polos saluran napas serta sistem saraf Secara keseluruhan pada individu

yang mudah mendapat serangan asma interaksi ini dapat dengan mudah

menyebabkan gejala napas pendek mengi batuk dan dada terasa sesak2

Asma menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2009) adalah mengi

berulang dan atau batuk persisten dengan karakteristik timbul secara episodik

cenderung pada malam atau dini hari (nokturnal) musiman setelah aktifitas fisik

serta terdapat riwayat asma atau atopi lain pada pasien dan atau keluarganya3

Prevalensi total asma diseluruh dunia diperkirakan 72 (10 pada anak)

dan sangat bervariasi antar negara Prevalensi asma di Indonesia berdasarkan

penelitian tahun 2002 pada anak usia 13-14 tahun adalah 673

Penyebab dari timbulnya asma dapat dibagi menjadi etiologi alergi dan

non alergi Aeroalergen dapat berupa serbuk bunga spora jamur debu tungau

alergi binatang dan makanan (khususnya pada anak-anak) Sedangkan penyebab

non-alergi pada asma berupa asap rokok cuaca dan udara dingin bahan-bahan

kimia obat-obatan (seperti aspirin dan NSAID latihan fisik perubahan hormonal

dan bahan-bahan makanan)3

Pada anamnesa pasien dapat ditemukan adanya keluhan sesak napas sesak

napas timbul 1-2x dalam sebulan sesak membaik apabila tidur dengan kepala

tinggi dan sesak bertambah hebat apabila terkena udara dingin Pasien ini juga

berulang-kali masuk rumah sakit dan dirawat lebih dari 3 kali Sesuai dengan teori

bahwa asma merupakan inflamasi saluran napas yang reversibel Sedangkan

penyebab dari timbulnya asma pada pasien ini adalah nonalergik yaitu udara

dingin

Patofisiologi asma tampaknya memperlihatkan hiperresponsivitas pada

jalan napas setelah terpajan satu atau lebih rangsangan iritan Karena jalan napas

9

yang rentan dan hiperresponsif reaksi inflamasi dan bronkokonstriksi keduanya

dapat terjadi bersamaan Mediator utama pada reaksi asmatik adalah eosinofil

salah satu jenis sel darah putih Eosinofil terkonsentrasi di satu area dan

melepaskan zat kimia yang menstimulasi degranulasi sel mast Eosinofil juga

menarik jenis sel darah putih lainnya termasuk basofil dan neutrofil

menstimulasi produk mukus dan meningkatkan pembengkakan serta edema

jaringan Respon inflamasi terjadi diawali oleh stimulus tetapi mungkin

memerlukan waktu paling lama 12 jam untuk memperlihatkan gejala Asma yang

lebih akut adalah efek dari histamin kimiawi pada otot polos bronkus Histamin

dilepaskan bersama IgE yang memediasi degranulasi sel mast dengan cepat dan

menyebabkan konstriksi dan spasme otot polos bronkiolus Histamin juga

menstimulasi produksi mukus dan meningkatkan permeabilitas kapiler

selanjutnya menyebabkan kongesti dan pembengkakan ruang interstitial paru1

Gambar 1 paparan pertama alergen pada asma

10

Gambar 2 reaksi imunologis pada asma

Gambar 3 efek dari reaksi imunologis

Respon alergi pada saluran napas merupakan interaksi kompleks dari sel

mast eosinofil limfosit T makrofag sel dendrit dan neutrofil Studi klinik

menyatakan perubahan ini disebabkan respon alergi yang dini yang dapat terjadi

dalam beberapa menit dan mencapai puncak dalam waktu 20 menit diikuti

terhirupnya suatu alergen Manifestasi klinik pada respon alergi dini saluran napas

11

adalah konstriksi bronkus edema jalan napas dan sekresi mukus Respon ini

merupakan hasil dari sel mast dan mediator inflamasinya 4 sampai 10 jam

kemudian terjadi respon alergi lambat akibat dari infiltrat sel inflamasi ke dalam

jalan napas dan penggabungan beberapa mediator dan sitokin inflamasi serta

aktifnya limfosit dan eosinofil2

Antigen presenting cells dalam hal ini makrofag dan sel dendrit melakukan

proses imunologis pada saluran napas dan mempresentasikan antigen pada sel T

helper sel T helper menjadi aktif dan mengeluarkan sitokin Sel T helper melalui

sitokin dapat menginduksi perkembangan sel T helper 1 (yang dapat

mengeluarkan sitokin interfereon-gamma IL-2) atau T helper 2 (yang

mengeluarkan sitokin IL-4 IL-5 IL-9 IL-13) Sel T regular mempunyai peran

penting tejadinya respon alergen pada sel T helper 2 Sel T helper 2 saat terikat

dengan alergen akan menginduksi sel B untuk memproduksi IgE dan

teraktivasinya eosinofil2

Gejala dan tanda yang dapat timbul pada pasien asma adalah mengibatuk

nafas pendek nyeri atau dada terasa berat Menurut National Asthma Education

and Prevention Program diagnosis dapat ditegakkan apabila ditemukan obstruksi

saluran napas yang episodik disertai gejala obstruksi saluran napas obstruksi

saluran napas dan gejala klinis yang timbul reversibel atau dapat sembuh dengan

sendirinya 4

Pada pasien ini saat dilakukan pemeriksaan fisis ditemukan bunyi mengi

pada saat ekspirasi batuk sesak napas dan napas pendek Setelah dilakukan

nebulizer di Instalasi Gawat Darurat RSU Anutapura gejala klinis yang timbul

pada pasien ini mulai berkurang Hal ini sesuai dengan teori dari asma itu sendiri

bahwa gejala klinis yang timbul mengalami perbaikan setelah pemberian obat

bronkodilator

12

Gambar 4 derajat pembagian asma menurut GINA

Eksaserbasi (serangan asma) adalah episode perburukan gejala-gejala

asma secara progresif Gejala yang dimaksud adalah sesak napasbatuk mengi

dada rasa tertekan atau berbagai kombinasi jalan tersebut Pada umumnya

eksaserbasi disertai distres pernapasan Serangan asma ditandai oleh penurunan

PEF atau FEV Derajat serangan asma bervariasi mulai dari yang ringan sedang

berat dan serangan yang mengancam jiwa perburukan dapat terjadi dalam

beberapa menit jam atau hari Serangan akut biasanya timbul akibat pajanan

terhadap faktorpencetus (paling sering infeksi virus atau alergen) sedangkan

serangan berupa perburukan yang bertahap mencerminkan kegagalan pengelolaan

jangka panjang penyakit 3

13

Derajat asma Gejala Gejala malam Faal paru

intermiten Bulanan

Gejala

lt1xmnggu tanpa

gejala diluar

serangan

Serangan singkat

le 2x sebulan APE ge80

Persisten ringan Mingguan

Gejala gt1xmgg tp

lt1xhari

Serangan dapat

mengganggu

aktivitas dan tidur

gt2x sebulan APE gt80

Persisten sedang Harian

Gejala setiap hari

serangan

mengganggu

aktifitas dan tidur

Bronkodilator setiap

hari

gt2x sebulan APE 60-80

Persisten berat Kontinyu

Gejala terus menerus

Sering kambuh

Aktivitas fisik

terbatas

sering APE le60

Tabel 1 klasifikasi asma menurut PNAA

Jika menemukan atau mencurigai status asmatikus harus ditemukan sesak

napas yang diikuti dengan keadaan dibawah ini 5

1 Terjadinya gerakan paradoks thoracoabdominal

14

2 Mengi mungkin tidak terdengar ( pada pasien dengan obstruksi jalan napas

yang berat)

3 Hipoksemia berat yang bermanifestasi menjadi bradikardi

4 Pulsus paradoksus menghilang Ini menandakan bahwa otot-otot saluran

pernapasan menjadi lemah

Tes yang digunakan untuk mendiagnosis asma adalah 5

1 Tes fungsi paru seperti spirometri dan plethismografi

2 Latihan fisik Latihan fisik seperti treadmill dan bersepada harus diikuti

dengan tes spirometri yang biasanya akan menandakan denyut jantung

mencapai batas maksimum 60 persen diikuti dengan monitoring

menggunakan elektrokardiogram dan saturasi oksihemoglobin

3 Radiografi Gambaran radiologi akan menunjukkan hiperinflasi dan tanda

menikatnya corakan bronkovaskular Radiologi juga dapat menunjukkan

terjadinya penyakit parenkim paru atelektasis pneumonia anomali

kongenital atau benda asing

4 Evaluasi histologi pada jalan napas Akan ditemukan infiltrat yang tipikal

dengan serbukan sel inflamasi terbatasnya jalan napas akibat obstruksi

hilangnya epitel pada bronkus dan bronkiolus dan sekresi mukus

Pada pasien ini diagnosis hanya ditegakkan berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan fisik saja Pemeriksaan penunjang seperti tes fungsi paru

(spirometri) radiologi dan pemeriksaan patologi anatomi tidak dilakukan karena

keterbatasan alat dan biaya Tetapi pada pasien ini dapat ditegakkan diagnosis

karena ditemukan riwayat alergi udara dingin sesak napas batuk mengi dan

sesak napas mengalami perbaikan setelah pemberian bronkodilator

Prinsip umum tatalaksana asma adalah penyamaan persepsi dan

membangun komitmen dengan orang tua obat pengendali diberikan terus-

menerus tanpa melihat ada atau tidaknya serangan selama periode waktu yang

direncanakan sebelum menaikkan atau menurunkan dosis obat jangan lupa

evaluasi berkala tentang penghindaran terhadap faktor pencetus Identifikasi

15

faktor penyulit yang mungkin muncul selama terapi medikamentosa evaluasi

berkala tentang cara pemakaian obat catat frekuensi serangan akut yang muncul

sebelum terapi jangka panjang dilakukan3

Tatalaksana serangan asma ringan adalah sebagai berikut 3

1 Jika dengan sekali nebulisasi pasien menunjukkan respon yang baik

(complete response) berarti derajat serangannya ringan

2 Pasien diobservasi selama 1-2 jam jika respon tersebut bertahan pasien

dapat dipulangkan Pasien dibekali obat β-agonis (hirupan atau oral) yang

harus diberikan tiap 4-6 jam

3 Jika pencetus serangannya adalah infeksi virus dapat ditambahkan steroid

oral jangka pendek (3-5 hari)

4 Pasien kemudian dianjurkan kontrol ke klinik rawat jalan dalam waktu 24-

48 jam untuk evaluasi ulang tatalaksana

5 Jika sebelum serangan pasien sudah mendapat obat pengendali obat

tersebut diteruskan hingga evaluasi ulang yang dilakukan di klinik rawat

jalan Namun jika setelah observasi 2 jam gejala timbul kembali pasien

diperlakukan sebagai serangan asma sedang

Tatalaksana serangan asma sedang adalah sebagai berikut3

1 Jika dengan pemberian nebulisasi dua atau tiga kali pasien hanya

menunjukkan respon parsial (incomplete response) kemungkinan derajat

serangannya sedang Untuk itu derajat serangan harus dinilai ulang sesuai

pedoman

2 Jika serangannya memang termasuk serangan sedang pasien perlu

diobservasi dan ditangani di ruang rawat sehari Pada serangan asma

sedang diberikan kortikosteroid sistemik oral metilprednisolon dengan

dosis 05-1 mgkgBBhari selama3-5 hari

3 Walaupun belum tentu diperlukan untuk persiapan keadaan darurat

pasien yang akan diobservasi di RS langsung dipasang jalur parenteral

sejak di unit gawat darurat

16

Tatalaksana serangan asma berat adalah sebagai berikut3

1 Bila dengan 3 kali nebulisasi berturut-turut pasien tidak menunjukkan

respon (poor response) yaitu gejala dan tanda serangan masih ada pasien

harus dirawat di ruang inap

2 Oksigen 2-4 litermenit diberikan sejak awal termasuk saat nebulisasi

3 Kemudian dipasang jalur parenteral dan dilakukan foto toraks

4 Bila pasien menunjukkan gejala dan tanda ancaman henti napas pasien

harus langsung dirawat di ruang intensif Pada pasien dengan serangan

berat dan ancaman henti napas foto thoraks harus langsung dibuat untuk

mendeteksi komplikasi pneumotoraks dan atau pneumomediastinum

5 Jika ada dehidrasi dan asidosis diatasi dengan pemberian cairan intravena

dan koreksi terhadap asidosis

6 Steroid intravena diberikan secara bolus tiap 6-8 jam

7 Dosis steroid intravena 05-1 mgkgBBhari

8 Nebulisasi β-agonis ditambah antikolinergik dengan oksigen dilanjutkan

tiap 1-2 jam Jika dengan 4-6 kali pemberian mulai terjadi perbaikan klinis

jarak pemberian dapat diperlebar menjadi tiap 4-6 jam

9 Aminofilin diberikan secara intravena dengan ketentuan jika pasien belum

mendapat aminofilin sebelumnya diberikan aminofilin dosis awal (inisial)

sebesar 6-8 mgkgBB dilarutkan dalam dekstrosa 5 atau garam fisiologis

sebanyak 20 ml diberikan dalam 20-30 menit Jika pasien telah mendapat

aminofilin sebelumnya (kurang dari 4 jam) dosis yang diberikan adalah

setengah dosis inisial Selanjutnya aminofilin dosis rumatan diberikan

sebesar 05-1 mgkgBBjam

10 Jika dalam 24 jam pasien tetap stabil pasien dapat dipulangkan dengan

dibekali obat β-agonis (hirupan oral) yang diberikan tiap 4-6 jam selama

24-48 jam Selain itu steroid oral dilanjutkan hingga pasien kontrol ke

klinik rawat jalan dalam 24-48 jam untuk evaluasi ulang tata laksana

Dalam menentukan tata laksana jangka panjang asma dibutuhkan

penilaian yang seksama terhadap derajat penyakit asma serta keuntungan dan

17

kerugian pengobatan Menurut GINA keberhasilan tata laksana asma pada anak

tidak hanya dalam hal mengatasi serangan akut saja (tata laksana jangka pendek)

tetapi juga pada aspek pencegahan muncul atau berulangnya serangan yang

disebut juga tata laksana jangka panjang3

1 Asma Episodik Jarang3

Hanya butuh obat reliever (pereda) saja (β2-agonis teofilin) yang

diberikan saat dalam serangan saja

Tidak perlu diberikan obat pengendali

Jika pemakaian β2-agonis hirupan lebih dari 3x per minggu atau

serangan sedang atau berat muncul lebih dari 1x per bulan maka tata

laksana diperlakukan sebagai asma episodik sering

2 Asma Episodik Sering

Steroid hirupan dimulai dengan dosis rendah Untuk usia kurang dari

12 tahun Budesonide 100-200 μg (50-100 μg Flutikason) dan untuk

usia lebih dari 12 tahun Budesonide 200-400 μg (100-200 μg

Flutikason)

Evaluasi setelah 6-8 minggu (klinis dan uji fungsi paru) maksimal 8-12

minggu Jika respon buruk naikkan bertahap dosis steroid hirupan

dengan dosis menengah sampai 400 μg (step up) Jika respon baik

turunkan dosis steroid hirupan dan jika perlu hentikan (step down)

3 Asma Persisten Terdapat 2 alternatif

Steroid hirupan tetap dalam dosis rendah dan dikombinasi dengan

salah satu obat yaitu LABA (long acting β2-agonis) (Prokaterol

Bambuterol Salmeterol) atau Teofilin lepas lambat (teophiline slow

releaseTSR) atau Anti Leucotrien Receptor (ALTR) (Zafirlukas

Montelukas)

Meningkatkan dosis steroid hirupan menjadi dosis medium yaitu

Untuk usia kurang dari 12 tahun Budesonide 200-400 μg (100-200 μg

Flutikason) dan untuk usia lebih dari 12 tahun Budesonide 400-600

μg (200-300 μg Flutikason)

18

Evaluasi kembali setelah 6-8 minggu

Jika masih terdapat gejala atau serangan asma maka langkah berikutnya

memakai salah satu dari 2 alternatif selanjutnya yaitu 3

Steroid hirupan tetap dalam dosis medium ditambah salah satu obat

LABA TSR atau ALTR

Meningkatkandosis steroid hirupan menjadi dosis tinggi Untuk usia

kurang dari 12 tahun Budesonide lebih dari 400 μghari (gt 200 μghari

Flutikason) dan untuk usia lebih dari 12 tahun Budesonide lebih dari 600

μghari (gt 300 μghari Flutikason)

Evaluasi kembali setelah 6-8 minggu

19

Page 4: Refka Anak Asma Bronchial Dr.kartin

bull Pupil isokor

ndash Hidung Rhinore ada

ndash Mulut bibir biasa sianosis dan pucat tidak ada Lidah kotor tidak ada

Pembesaran tonsil tidak ada

Leher

Kelenjar GB Tidak ada pembesaran

Tiroid tidak ada pembesaran

JVP Tidak ada Peningkatan

Massa lain tidak ada

d Paru-paru

ndash Inspeksi simetris paru kiri dan kanan tidak ada retraksi sela iga tidak

tampak massa

ndash Palpasi tidak teraba massa tidak ada nyeri tekan

ndash Perkusi Sonor

ndash Auskultasi wheezing pada kedua paru

e Jantung

ndash Inspeksi ictus cordis tampak

ndash Palpasi ictus cordis teraba

ndash Perkusi pekak

ndash Auskultasi BJ I dan II murni reguler tidak ada bunyi jantung tambahan

f Abdomen

ndash Inspeksi datar dan tidak ada massa

ndash Auskultasi Peristaltik usus positif kesan normal

ndash Palpasi tidak terdapat nyeri tekan hepar dan lien tidak teraba

ndash Perkusi tympani

g Anggota gerak

ndash Atas akral hangat edema tidak ada

ndash Bawah akral hangat edema tidak ada

h Pemeriksaan lain tidak ada

IV Resume

4

Anak laki-laki usia 3 tahun dispneu batuk berlendir febris riwayat masuk

rumah sakit lebih dari 3 kali Riwayat asma pada keluarga yaitu pada ayah pasien

Keadaan umum sakit berat compos mentis BB 155 kg PB 83 cm Tanda

vital N 120xmnt P 34xmnt S 379 degC Pemeriksaan Fisis Wheezing pada

kedua pulmo Abdomen peristaltik positif kesan normal

V Diagnosa Kerja

Asma Bronchial

VI Penatalaksanaan

Non Medikamentosa

O2 05-2 litermenit

Nebulizer di UGD

Medikamentosa

IVFD Dextrosa 5 14 tetesmenit

Ceftriaxon 500mgkgBBIV (skin test cocok)

Gentamicin 40 mg12jamIV (skin test cocok)

Deksametason frac12 ampul8 jamIV

Paracetamol syrup 3 x frac12 cth

B-com 2x1 tab

Salbutamol 12 mg

Histapan 15 mg

Metilprednisolon 2 mg 3x1 pulv

Ambroxol 75 mg

VIII Pemeriksaan Penunjang

1 Laboratorium

Darah lengkap

WBC 214 x 103mm3

HGB 12 gdl

HCT 331

PLT 398 x 103mm3

Radiologi tidak dilakukan

EKG tidak dilakukan

5

IX Diagnosa Akhir Asma Bronchial

X Anjuran Pemeriksaan Spirometri

XI Prognosis Dubia et bonam

FOLLOW UP

6

Tanggal 15 Februari 2015 (Perawatan hari ke-2)

S Batuk berlendir warna putih ada sesak napas ada beringus ada muntah 1x

tadi malam BAB dan BAK biasa

O Nadi 120xmenit Pernapasan 32xmenit Suhu372degC

Wheezing positif

A Asma Bronchial

P IVFD Dextrosa 5 12 tetesmenit

O2 05-2 litermenit

Ceftriaxon 500mgkgBBIV

Gentamicin 40 mg12jamIV

Deksametason frac12 ampul8 jamIV

Paracetamol syrup 3 x frac12 cth

B-com 2x1 tab

Salbutamol 12 mg

Histapan 15 mg

Metilprednisolon 2 mg 3x1 pulv

Ambroxol 75 mg

Tanggal 16 Februari 2015 (Perawatan hari ke-3)

S Batuk berlendir warna putih ada sesak napas tidak ada beringus ada panas

tidak ada BAB dan BAK biasa

O Nadi 122xmenit Pernapasan 24xmenit Suhu374degC

Wheezing positif

A Asma Bronchial

P IVFD Dextrosa 5 14 tetesmenit

O2 05-2 litermenit

Ceftriaxon 500mgkgBBIV

Gentamicin 40 mg12jamIV

7

Paracetamol syrup 3 x frac12 cth

B-com 2x1 tab

Salbutamol 12 mg

Histapan 15 mg

Metilprednisolon 2 mg 3x1 pulv

Ambroxol 75 mg

Tanggal 17 Februari 2015 (Perawatan hari ke-4)

S Batuk berlendir warna putih ada sesak napas tidak ada beringus tidak ada

muntah 1x tadi malam BAB dan BAK biasa

O Nadi 120xmenit Pernapasan 32xmenit Suhu372degC

Wheezing tidak ada

A Asma Bronchial

P IVFD Dextrosa 5 14 tetesmenit

Ceftriaxon 500mgkgBBIV

Gentamicin 40 mg12jamIV

Paracetamol syrup 3 x frac12 cth

B-com 2x1 tab

Salbutamol 12 mg

Histapan 15 mg

Metilprednisolon 2 mg 3x1 pulv

Ambroxol 75 mg

Tanggal 18 Februari 2015 (Perawatan hari ke-5)

Pasien sudah dipulangkan dan diberikan obat

Cefadroxyl 250 mg 2x1 cth

Puyer batuk

B-Com 2x1 tab

BAB III

Diskusi

8

Asma merupakan penyakit yang mempunyai karakterisik yang ditandai

dengan obstruksi saluran napas yang reversibel reaktifitas bronkial yang

meningkatdan inflamasi jalan napas Asma merupakan hasil dari interaksi yang

sangat kompleks sel-sel inflamasi mediator inflamasi epitel sel jalan napas dan

otot polos saluran napas serta sistem saraf Secara keseluruhan pada individu

yang mudah mendapat serangan asma interaksi ini dapat dengan mudah

menyebabkan gejala napas pendek mengi batuk dan dada terasa sesak2

Asma menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2009) adalah mengi

berulang dan atau batuk persisten dengan karakteristik timbul secara episodik

cenderung pada malam atau dini hari (nokturnal) musiman setelah aktifitas fisik

serta terdapat riwayat asma atau atopi lain pada pasien dan atau keluarganya3

Prevalensi total asma diseluruh dunia diperkirakan 72 (10 pada anak)

dan sangat bervariasi antar negara Prevalensi asma di Indonesia berdasarkan

penelitian tahun 2002 pada anak usia 13-14 tahun adalah 673

Penyebab dari timbulnya asma dapat dibagi menjadi etiologi alergi dan

non alergi Aeroalergen dapat berupa serbuk bunga spora jamur debu tungau

alergi binatang dan makanan (khususnya pada anak-anak) Sedangkan penyebab

non-alergi pada asma berupa asap rokok cuaca dan udara dingin bahan-bahan

kimia obat-obatan (seperti aspirin dan NSAID latihan fisik perubahan hormonal

dan bahan-bahan makanan)3

Pada anamnesa pasien dapat ditemukan adanya keluhan sesak napas sesak

napas timbul 1-2x dalam sebulan sesak membaik apabila tidur dengan kepala

tinggi dan sesak bertambah hebat apabila terkena udara dingin Pasien ini juga

berulang-kali masuk rumah sakit dan dirawat lebih dari 3 kali Sesuai dengan teori

bahwa asma merupakan inflamasi saluran napas yang reversibel Sedangkan

penyebab dari timbulnya asma pada pasien ini adalah nonalergik yaitu udara

dingin

Patofisiologi asma tampaknya memperlihatkan hiperresponsivitas pada

jalan napas setelah terpajan satu atau lebih rangsangan iritan Karena jalan napas

9

yang rentan dan hiperresponsif reaksi inflamasi dan bronkokonstriksi keduanya

dapat terjadi bersamaan Mediator utama pada reaksi asmatik adalah eosinofil

salah satu jenis sel darah putih Eosinofil terkonsentrasi di satu area dan

melepaskan zat kimia yang menstimulasi degranulasi sel mast Eosinofil juga

menarik jenis sel darah putih lainnya termasuk basofil dan neutrofil

menstimulasi produk mukus dan meningkatkan pembengkakan serta edema

jaringan Respon inflamasi terjadi diawali oleh stimulus tetapi mungkin

memerlukan waktu paling lama 12 jam untuk memperlihatkan gejala Asma yang

lebih akut adalah efek dari histamin kimiawi pada otot polos bronkus Histamin

dilepaskan bersama IgE yang memediasi degranulasi sel mast dengan cepat dan

menyebabkan konstriksi dan spasme otot polos bronkiolus Histamin juga

menstimulasi produksi mukus dan meningkatkan permeabilitas kapiler

selanjutnya menyebabkan kongesti dan pembengkakan ruang interstitial paru1

Gambar 1 paparan pertama alergen pada asma

10

Gambar 2 reaksi imunologis pada asma

Gambar 3 efek dari reaksi imunologis

Respon alergi pada saluran napas merupakan interaksi kompleks dari sel

mast eosinofil limfosit T makrofag sel dendrit dan neutrofil Studi klinik

menyatakan perubahan ini disebabkan respon alergi yang dini yang dapat terjadi

dalam beberapa menit dan mencapai puncak dalam waktu 20 menit diikuti

terhirupnya suatu alergen Manifestasi klinik pada respon alergi dini saluran napas

11

adalah konstriksi bronkus edema jalan napas dan sekresi mukus Respon ini

merupakan hasil dari sel mast dan mediator inflamasinya 4 sampai 10 jam

kemudian terjadi respon alergi lambat akibat dari infiltrat sel inflamasi ke dalam

jalan napas dan penggabungan beberapa mediator dan sitokin inflamasi serta

aktifnya limfosit dan eosinofil2

Antigen presenting cells dalam hal ini makrofag dan sel dendrit melakukan

proses imunologis pada saluran napas dan mempresentasikan antigen pada sel T

helper sel T helper menjadi aktif dan mengeluarkan sitokin Sel T helper melalui

sitokin dapat menginduksi perkembangan sel T helper 1 (yang dapat

mengeluarkan sitokin interfereon-gamma IL-2) atau T helper 2 (yang

mengeluarkan sitokin IL-4 IL-5 IL-9 IL-13) Sel T regular mempunyai peran

penting tejadinya respon alergen pada sel T helper 2 Sel T helper 2 saat terikat

dengan alergen akan menginduksi sel B untuk memproduksi IgE dan

teraktivasinya eosinofil2

Gejala dan tanda yang dapat timbul pada pasien asma adalah mengibatuk

nafas pendek nyeri atau dada terasa berat Menurut National Asthma Education

and Prevention Program diagnosis dapat ditegakkan apabila ditemukan obstruksi

saluran napas yang episodik disertai gejala obstruksi saluran napas obstruksi

saluran napas dan gejala klinis yang timbul reversibel atau dapat sembuh dengan

sendirinya 4

Pada pasien ini saat dilakukan pemeriksaan fisis ditemukan bunyi mengi

pada saat ekspirasi batuk sesak napas dan napas pendek Setelah dilakukan

nebulizer di Instalasi Gawat Darurat RSU Anutapura gejala klinis yang timbul

pada pasien ini mulai berkurang Hal ini sesuai dengan teori dari asma itu sendiri

bahwa gejala klinis yang timbul mengalami perbaikan setelah pemberian obat

bronkodilator

12

Gambar 4 derajat pembagian asma menurut GINA

Eksaserbasi (serangan asma) adalah episode perburukan gejala-gejala

asma secara progresif Gejala yang dimaksud adalah sesak napasbatuk mengi

dada rasa tertekan atau berbagai kombinasi jalan tersebut Pada umumnya

eksaserbasi disertai distres pernapasan Serangan asma ditandai oleh penurunan

PEF atau FEV Derajat serangan asma bervariasi mulai dari yang ringan sedang

berat dan serangan yang mengancam jiwa perburukan dapat terjadi dalam

beberapa menit jam atau hari Serangan akut biasanya timbul akibat pajanan

terhadap faktorpencetus (paling sering infeksi virus atau alergen) sedangkan

serangan berupa perburukan yang bertahap mencerminkan kegagalan pengelolaan

jangka panjang penyakit 3

13

Derajat asma Gejala Gejala malam Faal paru

intermiten Bulanan

Gejala

lt1xmnggu tanpa

gejala diluar

serangan

Serangan singkat

le 2x sebulan APE ge80

Persisten ringan Mingguan

Gejala gt1xmgg tp

lt1xhari

Serangan dapat

mengganggu

aktivitas dan tidur

gt2x sebulan APE gt80

Persisten sedang Harian

Gejala setiap hari

serangan

mengganggu

aktifitas dan tidur

Bronkodilator setiap

hari

gt2x sebulan APE 60-80

Persisten berat Kontinyu

Gejala terus menerus

Sering kambuh

Aktivitas fisik

terbatas

sering APE le60

Tabel 1 klasifikasi asma menurut PNAA

Jika menemukan atau mencurigai status asmatikus harus ditemukan sesak

napas yang diikuti dengan keadaan dibawah ini 5

1 Terjadinya gerakan paradoks thoracoabdominal

14

2 Mengi mungkin tidak terdengar ( pada pasien dengan obstruksi jalan napas

yang berat)

3 Hipoksemia berat yang bermanifestasi menjadi bradikardi

4 Pulsus paradoksus menghilang Ini menandakan bahwa otot-otot saluran

pernapasan menjadi lemah

Tes yang digunakan untuk mendiagnosis asma adalah 5

1 Tes fungsi paru seperti spirometri dan plethismografi

2 Latihan fisik Latihan fisik seperti treadmill dan bersepada harus diikuti

dengan tes spirometri yang biasanya akan menandakan denyut jantung

mencapai batas maksimum 60 persen diikuti dengan monitoring

menggunakan elektrokardiogram dan saturasi oksihemoglobin

3 Radiografi Gambaran radiologi akan menunjukkan hiperinflasi dan tanda

menikatnya corakan bronkovaskular Radiologi juga dapat menunjukkan

terjadinya penyakit parenkim paru atelektasis pneumonia anomali

kongenital atau benda asing

4 Evaluasi histologi pada jalan napas Akan ditemukan infiltrat yang tipikal

dengan serbukan sel inflamasi terbatasnya jalan napas akibat obstruksi

hilangnya epitel pada bronkus dan bronkiolus dan sekresi mukus

Pada pasien ini diagnosis hanya ditegakkan berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan fisik saja Pemeriksaan penunjang seperti tes fungsi paru

(spirometri) radiologi dan pemeriksaan patologi anatomi tidak dilakukan karena

keterbatasan alat dan biaya Tetapi pada pasien ini dapat ditegakkan diagnosis

karena ditemukan riwayat alergi udara dingin sesak napas batuk mengi dan

sesak napas mengalami perbaikan setelah pemberian bronkodilator

Prinsip umum tatalaksana asma adalah penyamaan persepsi dan

membangun komitmen dengan orang tua obat pengendali diberikan terus-

menerus tanpa melihat ada atau tidaknya serangan selama periode waktu yang

direncanakan sebelum menaikkan atau menurunkan dosis obat jangan lupa

evaluasi berkala tentang penghindaran terhadap faktor pencetus Identifikasi

15

faktor penyulit yang mungkin muncul selama terapi medikamentosa evaluasi

berkala tentang cara pemakaian obat catat frekuensi serangan akut yang muncul

sebelum terapi jangka panjang dilakukan3

Tatalaksana serangan asma ringan adalah sebagai berikut 3

1 Jika dengan sekali nebulisasi pasien menunjukkan respon yang baik

(complete response) berarti derajat serangannya ringan

2 Pasien diobservasi selama 1-2 jam jika respon tersebut bertahan pasien

dapat dipulangkan Pasien dibekali obat β-agonis (hirupan atau oral) yang

harus diberikan tiap 4-6 jam

3 Jika pencetus serangannya adalah infeksi virus dapat ditambahkan steroid

oral jangka pendek (3-5 hari)

4 Pasien kemudian dianjurkan kontrol ke klinik rawat jalan dalam waktu 24-

48 jam untuk evaluasi ulang tatalaksana

5 Jika sebelum serangan pasien sudah mendapat obat pengendali obat

tersebut diteruskan hingga evaluasi ulang yang dilakukan di klinik rawat

jalan Namun jika setelah observasi 2 jam gejala timbul kembali pasien

diperlakukan sebagai serangan asma sedang

Tatalaksana serangan asma sedang adalah sebagai berikut3

1 Jika dengan pemberian nebulisasi dua atau tiga kali pasien hanya

menunjukkan respon parsial (incomplete response) kemungkinan derajat

serangannya sedang Untuk itu derajat serangan harus dinilai ulang sesuai

pedoman

2 Jika serangannya memang termasuk serangan sedang pasien perlu

diobservasi dan ditangani di ruang rawat sehari Pada serangan asma

sedang diberikan kortikosteroid sistemik oral metilprednisolon dengan

dosis 05-1 mgkgBBhari selama3-5 hari

3 Walaupun belum tentu diperlukan untuk persiapan keadaan darurat

pasien yang akan diobservasi di RS langsung dipasang jalur parenteral

sejak di unit gawat darurat

16

Tatalaksana serangan asma berat adalah sebagai berikut3

1 Bila dengan 3 kali nebulisasi berturut-turut pasien tidak menunjukkan

respon (poor response) yaitu gejala dan tanda serangan masih ada pasien

harus dirawat di ruang inap

2 Oksigen 2-4 litermenit diberikan sejak awal termasuk saat nebulisasi

3 Kemudian dipasang jalur parenteral dan dilakukan foto toraks

4 Bila pasien menunjukkan gejala dan tanda ancaman henti napas pasien

harus langsung dirawat di ruang intensif Pada pasien dengan serangan

berat dan ancaman henti napas foto thoraks harus langsung dibuat untuk

mendeteksi komplikasi pneumotoraks dan atau pneumomediastinum

5 Jika ada dehidrasi dan asidosis diatasi dengan pemberian cairan intravena

dan koreksi terhadap asidosis

6 Steroid intravena diberikan secara bolus tiap 6-8 jam

7 Dosis steroid intravena 05-1 mgkgBBhari

8 Nebulisasi β-agonis ditambah antikolinergik dengan oksigen dilanjutkan

tiap 1-2 jam Jika dengan 4-6 kali pemberian mulai terjadi perbaikan klinis

jarak pemberian dapat diperlebar menjadi tiap 4-6 jam

9 Aminofilin diberikan secara intravena dengan ketentuan jika pasien belum

mendapat aminofilin sebelumnya diberikan aminofilin dosis awal (inisial)

sebesar 6-8 mgkgBB dilarutkan dalam dekstrosa 5 atau garam fisiologis

sebanyak 20 ml diberikan dalam 20-30 menit Jika pasien telah mendapat

aminofilin sebelumnya (kurang dari 4 jam) dosis yang diberikan adalah

setengah dosis inisial Selanjutnya aminofilin dosis rumatan diberikan

sebesar 05-1 mgkgBBjam

10 Jika dalam 24 jam pasien tetap stabil pasien dapat dipulangkan dengan

dibekali obat β-agonis (hirupan oral) yang diberikan tiap 4-6 jam selama

24-48 jam Selain itu steroid oral dilanjutkan hingga pasien kontrol ke

klinik rawat jalan dalam 24-48 jam untuk evaluasi ulang tata laksana

Dalam menentukan tata laksana jangka panjang asma dibutuhkan

penilaian yang seksama terhadap derajat penyakit asma serta keuntungan dan

17

kerugian pengobatan Menurut GINA keberhasilan tata laksana asma pada anak

tidak hanya dalam hal mengatasi serangan akut saja (tata laksana jangka pendek)

tetapi juga pada aspek pencegahan muncul atau berulangnya serangan yang

disebut juga tata laksana jangka panjang3

1 Asma Episodik Jarang3

Hanya butuh obat reliever (pereda) saja (β2-agonis teofilin) yang

diberikan saat dalam serangan saja

Tidak perlu diberikan obat pengendali

Jika pemakaian β2-agonis hirupan lebih dari 3x per minggu atau

serangan sedang atau berat muncul lebih dari 1x per bulan maka tata

laksana diperlakukan sebagai asma episodik sering

2 Asma Episodik Sering

Steroid hirupan dimulai dengan dosis rendah Untuk usia kurang dari

12 tahun Budesonide 100-200 μg (50-100 μg Flutikason) dan untuk

usia lebih dari 12 tahun Budesonide 200-400 μg (100-200 μg

Flutikason)

Evaluasi setelah 6-8 minggu (klinis dan uji fungsi paru) maksimal 8-12

minggu Jika respon buruk naikkan bertahap dosis steroid hirupan

dengan dosis menengah sampai 400 μg (step up) Jika respon baik

turunkan dosis steroid hirupan dan jika perlu hentikan (step down)

3 Asma Persisten Terdapat 2 alternatif

Steroid hirupan tetap dalam dosis rendah dan dikombinasi dengan

salah satu obat yaitu LABA (long acting β2-agonis) (Prokaterol

Bambuterol Salmeterol) atau Teofilin lepas lambat (teophiline slow

releaseTSR) atau Anti Leucotrien Receptor (ALTR) (Zafirlukas

Montelukas)

Meningkatkan dosis steroid hirupan menjadi dosis medium yaitu

Untuk usia kurang dari 12 tahun Budesonide 200-400 μg (100-200 μg

Flutikason) dan untuk usia lebih dari 12 tahun Budesonide 400-600

μg (200-300 μg Flutikason)

18

Evaluasi kembali setelah 6-8 minggu

Jika masih terdapat gejala atau serangan asma maka langkah berikutnya

memakai salah satu dari 2 alternatif selanjutnya yaitu 3

Steroid hirupan tetap dalam dosis medium ditambah salah satu obat

LABA TSR atau ALTR

Meningkatkandosis steroid hirupan menjadi dosis tinggi Untuk usia

kurang dari 12 tahun Budesonide lebih dari 400 μghari (gt 200 μghari

Flutikason) dan untuk usia lebih dari 12 tahun Budesonide lebih dari 600

μghari (gt 300 μghari Flutikason)

Evaluasi kembali setelah 6-8 minggu

19

Page 5: Refka Anak Asma Bronchial Dr.kartin

Anak laki-laki usia 3 tahun dispneu batuk berlendir febris riwayat masuk

rumah sakit lebih dari 3 kali Riwayat asma pada keluarga yaitu pada ayah pasien

Keadaan umum sakit berat compos mentis BB 155 kg PB 83 cm Tanda

vital N 120xmnt P 34xmnt S 379 degC Pemeriksaan Fisis Wheezing pada

kedua pulmo Abdomen peristaltik positif kesan normal

V Diagnosa Kerja

Asma Bronchial

VI Penatalaksanaan

Non Medikamentosa

O2 05-2 litermenit

Nebulizer di UGD

Medikamentosa

IVFD Dextrosa 5 14 tetesmenit

Ceftriaxon 500mgkgBBIV (skin test cocok)

Gentamicin 40 mg12jamIV (skin test cocok)

Deksametason frac12 ampul8 jamIV

Paracetamol syrup 3 x frac12 cth

B-com 2x1 tab

Salbutamol 12 mg

Histapan 15 mg

Metilprednisolon 2 mg 3x1 pulv

Ambroxol 75 mg

VIII Pemeriksaan Penunjang

1 Laboratorium

Darah lengkap

WBC 214 x 103mm3

HGB 12 gdl

HCT 331

PLT 398 x 103mm3

Radiologi tidak dilakukan

EKG tidak dilakukan

5

IX Diagnosa Akhir Asma Bronchial

X Anjuran Pemeriksaan Spirometri

XI Prognosis Dubia et bonam

FOLLOW UP

6

Tanggal 15 Februari 2015 (Perawatan hari ke-2)

S Batuk berlendir warna putih ada sesak napas ada beringus ada muntah 1x

tadi malam BAB dan BAK biasa

O Nadi 120xmenit Pernapasan 32xmenit Suhu372degC

Wheezing positif

A Asma Bronchial

P IVFD Dextrosa 5 12 tetesmenit

O2 05-2 litermenit

Ceftriaxon 500mgkgBBIV

Gentamicin 40 mg12jamIV

Deksametason frac12 ampul8 jamIV

Paracetamol syrup 3 x frac12 cth

B-com 2x1 tab

Salbutamol 12 mg

Histapan 15 mg

Metilprednisolon 2 mg 3x1 pulv

Ambroxol 75 mg

Tanggal 16 Februari 2015 (Perawatan hari ke-3)

S Batuk berlendir warna putih ada sesak napas tidak ada beringus ada panas

tidak ada BAB dan BAK biasa

O Nadi 122xmenit Pernapasan 24xmenit Suhu374degC

Wheezing positif

A Asma Bronchial

P IVFD Dextrosa 5 14 tetesmenit

O2 05-2 litermenit

Ceftriaxon 500mgkgBBIV

Gentamicin 40 mg12jamIV

7

Paracetamol syrup 3 x frac12 cth

B-com 2x1 tab

Salbutamol 12 mg

Histapan 15 mg

Metilprednisolon 2 mg 3x1 pulv

Ambroxol 75 mg

Tanggal 17 Februari 2015 (Perawatan hari ke-4)

S Batuk berlendir warna putih ada sesak napas tidak ada beringus tidak ada

muntah 1x tadi malam BAB dan BAK biasa

O Nadi 120xmenit Pernapasan 32xmenit Suhu372degC

Wheezing tidak ada

A Asma Bronchial

P IVFD Dextrosa 5 14 tetesmenit

Ceftriaxon 500mgkgBBIV

Gentamicin 40 mg12jamIV

Paracetamol syrup 3 x frac12 cth

B-com 2x1 tab

Salbutamol 12 mg

Histapan 15 mg

Metilprednisolon 2 mg 3x1 pulv

Ambroxol 75 mg

Tanggal 18 Februari 2015 (Perawatan hari ke-5)

Pasien sudah dipulangkan dan diberikan obat

Cefadroxyl 250 mg 2x1 cth

Puyer batuk

B-Com 2x1 tab

BAB III

Diskusi

8

Asma merupakan penyakit yang mempunyai karakterisik yang ditandai

dengan obstruksi saluran napas yang reversibel reaktifitas bronkial yang

meningkatdan inflamasi jalan napas Asma merupakan hasil dari interaksi yang

sangat kompleks sel-sel inflamasi mediator inflamasi epitel sel jalan napas dan

otot polos saluran napas serta sistem saraf Secara keseluruhan pada individu

yang mudah mendapat serangan asma interaksi ini dapat dengan mudah

menyebabkan gejala napas pendek mengi batuk dan dada terasa sesak2

Asma menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2009) adalah mengi

berulang dan atau batuk persisten dengan karakteristik timbul secara episodik

cenderung pada malam atau dini hari (nokturnal) musiman setelah aktifitas fisik

serta terdapat riwayat asma atau atopi lain pada pasien dan atau keluarganya3

Prevalensi total asma diseluruh dunia diperkirakan 72 (10 pada anak)

dan sangat bervariasi antar negara Prevalensi asma di Indonesia berdasarkan

penelitian tahun 2002 pada anak usia 13-14 tahun adalah 673

Penyebab dari timbulnya asma dapat dibagi menjadi etiologi alergi dan

non alergi Aeroalergen dapat berupa serbuk bunga spora jamur debu tungau

alergi binatang dan makanan (khususnya pada anak-anak) Sedangkan penyebab

non-alergi pada asma berupa asap rokok cuaca dan udara dingin bahan-bahan

kimia obat-obatan (seperti aspirin dan NSAID latihan fisik perubahan hormonal

dan bahan-bahan makanan)3

Pada anamnesa pasien dapat ditemukan adanya keluhan sesak napas sesak

napas timbul 1-2x dalam sebulan sesak membaik apabila tidur dengan kepala

tinggi dan sesak bertambah hebat apabila terkena udara dingin Pasien ini juga

berulang-kali masuk rumah sakit dan dirawat lebih dari 3 kali Sesuai dengan teori

bahwa asma merupakan inflamasi saluran napas yang reversibel Sedangkan

penyebab dari timbulnya asma pada pasien ini adalah nonalergik yaitu udara

dingin

Patofisiologi asma tampaknya memperlihatkan hiperresponsivitas pada

jalan napas setelah terpajan satu atau lebih rangsangan iritan Karena jalan napas

9

yang rentan dan hiperresponsif reaksi inflamasi dan bronkokonstriksi keduanya

dapat terjadi bersamaan Mediator utama pada reaksi asmatik adalah eosinofil

salah satu jenis sel darah putih Eosinofil terkonsentrasi di satu area dan

melepaskan zat kimia yang menstimulasi degranulasi sel mast Eosinofil juga

menarik jenis sel darah putih lainnya termasuk basofil dan neutrofil

menstimulasi produk mukus dan meningkatkan pembengkakan serta edema

jaringan Respon inflamasi terjadi diawali oleh stimulus tetapi mungkin

memerlukan waktu paling lama 12 jam untuk memperlihatkan gejala Asma yang

lebih akut adalah efek dari histamin kimiawi pada otot polos bronkus Histamin

dilepaskan bersama IgE yang memediasi degranulasi sel mast dengan cepat dan

menyebabkan konstriksi dan spasme otot polos bronkiolus Histamin juga

menstimulasi produksi mukus dan meningkatkan permeabilitas kapiler

selanjutnya menyebabkan kongesti dan pembengkakan ruang interstitial paru1

Gambar 1 paparan pertama alergen pada asma

10

Gambar 2 reaksi imunologis pada asma

Gambar 3 efek dari reaksi imunologis

Respon alergi pada saluran napas merupakan interaksi kompleks dari sel

mast eosinofil limfosit T makrofag sel dendrit dan neutrofil Studi klinik

menyatakan perubahan ini disebabkan respon alergi yang dini yang dapat terjadi

dalam beberapa menit dan mencapai puncak dalam waktu 20 menit diikuti

terhirupnya suatu alergen Manifestasi klinik pada respon alergi dini saluran napas

11

adalah konstriksi bronkus edema jalan napas dan sekresi mukus Respon ini

merupakan hasil dari sel mast dan mediator inflamasinya 4 sampai 10 jam

kemudian terjadi respon alergi lambat akibat dari infiltrat sel inflamasi ke dalam

jalan napas dan penggabungan beberapa mediator dan sitokin inflamasi serta

aktifnya limfosit dan eosinofil2

Antigen presenting cells dalam hal ini makrofag dan sel dendrit melakukan

proses imunologis pada saluran napas dan mempresentasikan antigen pada sel T

helper sel T helper menjadi aktif dan mengeluarkan sitokin Sel T helper melalui

sitokin dapat menginduksi perkembangan sel T helper 1 (yang dapat

mengeluarkan sitokin interfereon-gamma IL-2) atau T helper 2 (yang

mengeluarkan sitokin IL-4 IL-5 IL-9 IL-13) Sel T regular mempunyai peran

penting tejadinya respon alergen pada sel T helper 2 Sel T helper 2 saat terikat

dengan alergen akan menginduksi sel B untuk memproduksi IgE dan

teraktivasinya eosinofil2

Gejala dan tanda yang dapat timbul pada pasien asma adalah mengibatuk

nafas pendek nyeri atau dada terasa berat Menurut National Asthma Education

and Prevention Program diagnosis dapat ditegakkan apabila ditemukan obstruksi

saluran napas yang episodik disertai gejala obstruksi saluran napas obstruksi

saluran napas dan gejala klinis yang timbul reversibel atau dapat sembuh dengan

sendirinya 4

Pada pasien ini saat dilakukan pemeriksaan fisis ditemukan bunyi mengi

pada saat ekspirasi batuk sesak napas dan napas pendek Setelah dilakukan

nebulizer di Instalasi Gawat Darurat RSU Anutapura gejala klinis yang timbul

pada pasien ini mulai berkurang Hal ini sesuai dengan teori dari asma itu sendiri

bahwa gejala klinis yang timbul mengalami perbaikan setelah pemberian obat

bronkodilator

12

Gambar 4 derajat pembagian asma menurut GINA

Eksaserbasi (serangan asma) adalah episode perburukan gejala-gejala

asma secara progresif Gejala yang dimaksud adalah sesak napasbatuk mengi

dada rasa tertekan atau berbagai kombinasi jalan tersebut Pada umumnya

eksaserbasi disertai distres pernapasan Serangan asma ditandai oleh penurunan

PEF atau FEV Derajat serangan asma bervariasi mulai dari yang ringan sedang

berat dan serangan yang mengancam jiwa perburukan dapat terjadi dalam

beberapa menit jam atau hari Serangan akut biasanya timbul akibat pajanan

terhadap faktorpencetus (paling sering infeksi virus atau alergen) sedangkan

serangan berupa perburukan yang bertahap mencerminkan kegagalan pengelolaan

jangka panjang penyakit 3

13

Derajat asma Gejala Gejala malam Faal paru

intermiten Bulanan

Gejala

lt1xmnggu tanpa

gejala diluar

serangan

Serangan singkat

le 2x sebulan APE ge80

Persisten ringan Mingguan

Gejala gt1xmgg tp

lt1xhari

Serangan dapat

mengganggu

aktivitas dan tidur

gt2x sebulan APE gt80

Persisten sedang Harian

Gejala setiap hari

serangan

mengganggu

aktifitas dan tidur

Bronkodilator setiap

hari

gt2x sebulan APE 60-80

Persisten berat Kontinyu

Gejala terus menerus

Sering kambuh

Aktivitas fisik

terbatas

sering APE le60

Tabel 1 klasifikasi asma menurut PNAA

Jika menemukan atau mencurigai status asmatikus harus ditemukan sesak

napas yang diikuti dengan keadaan dibawah ini 5

1 Terjadinya gerakan paradoks thoracoabdominal

14

2 Mengi mungkin tidak terdengar ( pada pasien dengan obstruksi jalan napas

yang berat)

3 Hipoksemia berat yang bermanifestasi menjadi bradikardi

4 Pulsus paradoksus menghilang Ini menandakan bahwa otot-otot saluran

pernapasan menjadi lemah

Tes yang digunakan untuk mendiagnosis asma adalah 5

1 Tes fungsi paru seperti spirometri dan plethismografi

2 Latihan fisik Latihan fisik seperti treadmill dan bersepada harus diikuti

dengan tes spirometri yang biasanya akan menandakan denyut jantung

mencapai batas maksimum 60 persen diikuti dengan monitoring

menggunakan elektrokardiogram dan saturasi oksihemoglobin

3 Radiografi Gambaran radiologi akan menunjukkan hiperinflasi dan tanda

menikatnya corakan bronkovaskular Radiologi juga dapat menunjukkan

terjadinya penyakit parenkim paru atelektasis pneumonia anomali

kongenital atau benda asing

4 Evaluasi histologi pada jalan napas Akan ditemukan infiltrat yang tipikal

dengan serbukan sel inflamasi terbatasnya jalan napas akibat obstruksi

hilangnya epitel pada bronkus dan bronkiolus dan sekresi mukus

Pada pasien ini diagnosis hanya ditegakkan berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan fisik saja Pemeriksaan penunjang seperti tes fungsi paru

(spirometri) radiologi dan pemeriksaan patologi anatomi tidak dilakukan karena

keterbatasan alat dan biaya Tetapi pada pasien ini dapat ditegakkan diagnosis

karena ditemukan riwayat alergi udara dingin sesak napas batuk mengi dan

sesak napas mengalami perbaikan setelah pemberian bronkodilator

Prinsip umum tatalaksana asma adalah penyamaan persepsi dan

membangun komitmen dengan orang tua obat pengendali diberikan terus-

menerus tanpa melihat ada atau tidaknya serangan selama periode waktu yang

direncanakan sebelum menaikkan atau menurunkan dosis obat jangan lupa

evaluasi berkala tentang penghindaran terhadap faktor pencetus Identifikasi

15

faktor penyulit yang mungkin muncul selama terapi medikamentosa evaluasi

berkala tentang cara pemakaian obat catat frekuensi serangan akut yang muncul

sebelum terapi jangka panjang dilakukan3

Tatalaksana serangan asma ringan adalah sebagai berikut 3

1 Jika dengan sekali nebulisasi pasien menunjukkan respon yang baik

(complete response) berarti derajat serangannya ringan

2 Pasien diobservasi selama 1-2 jam jika respon tersebut bertahan pasien

dapat dipulangkan Pasien dibekali obat β-agonis (hirupan atau oral) yang

harus diberikan tiap 4-6 jam

3 Jika pencetus serangannya adalah infeksi virus dapat ditambahkan steroid

oral jangka pendek (3-5 hari)

4 Pasien kemudian dianjurkan kontrol ke klinik rawat jalan dalam waktu 24-

48 jam untuk evaluasi ulang tatalaksana

5 Jika sebelum serangan pasien sudah mendapat obat pengendali obat

tersebut diteruskan hingga evaluasi ulang yang dilakukan di klinik rawat

jalan Namun jika setelah observasi 2 jam gejala timbul kembali pasien

diperlakukan sebagai serangan asma sedang

Tatalaksana serangan asma sedang adalah sebagai berikut3

1 Jika dengan pemberian nebulisasi dua atau tiga kali pasien hanya

menunjukkan respon parsial (incomplete response) kemungkinan derajat

serangannya sedang Untuk itu derajat serangan harus dinilai ulang sesuai

pedoman

2 Jika serangannya memang termasuk serangan sedang pasien perlu

diobservasi dan ditangani di ruang rawat sehari Pada serangan asma

sedang diberikan kortikosteroid sistemik oral metilprednisolon dengan

dosis 05-1 mgkgBBhari selama3-5 hari

3 Walaupun belum tentu diperlukan untuk persiapan keadaan darurat

pasien yang akan diobservasi di RS langsung dipasang jalur parenteral

sejak di unit gawat darurat

16

Tatalaksana serangan asma berat adalah sebagai berikut3

1 Bila dengan 3 kali nebulisasi berturut-turut pasien tidak menunjukkan

respon (poor response) yaitu gejala dan tanda serangan masih ada pasien

harus dirawat di ruang inap

2 Oksigen 2-4 litermenit diberikan sejak awal termasuk saat nebulisasi

3 Kemudian dipasang jalur parenteral dan dilakukan foto toraks

4 Bila pasien menunjukkan gejala dan tanda ancaman henti napas pasien

harus langsung dirawat di ruang intensif Pada pasien dengan serangan

berat dan ancaman henti napas foto thoraks harus langsung dibuat untuk

mendeteksi komplikasi pneumotoraks dan atau pneumomediastinum

5 Jika ada dehidrasi dan asidosis diatasi dengan pemberian cairan intravena

dan koreksi terhadap asidosis

6 Steroid intravena diberikan secara bolus tiap 6-8 jam

7 Dosis steroid intravena 05-1 mgkgBBhari

8 Nebulisasi β-agonis ditambah antikolinergik dengan oksigen dilanjutkan

tiap 1-2 jam Jika dengan 4-6 kali pemberian mulai terjadi perbaikan klinis

jarak pemberian dapat diperlebar menjadi tiap 4-6 jam

9 Aminofilin diberikan secara intravena dengan ketentuan jika pasien belum

mendapat aminofilin sebelumnya diberikan aminofilin dosis awal (inisial)

sebesar 6-8 mgkgBB dilarutkan dalam dekstrosa 5 atau garam fisiologis

sebanyak 20 ml diberikan dalam 20-30 menit Jika pasien telah mendapat

aminofilin sebelumnya (kurang dari 4 jam) dosis yang diberikan adalah

setengah dosis inisial Selanjutnya aminofilin dosis rumatan diberikan

sebesar 05-1 mgkgBBjam

10 Jika dalam 24 jam pasien tetap stabil pasien dapat dipulangkan dengan

dibekali obat β-agonis (hirupan oral) yang diberikan tiap 4-6 jam selama

24-48 jam Selain itu steroid oral dilanjutkan hingga pasien kontrol ke

klinik rawat jalan dalam 24-48 jam untuk evaluasi ulang tata laksana

Dalam menentukan tata laksana jangka panjang asma dibutuhkan

penilaian yang seksama terhadap derajat penyakit asma serta keuntungan dan

17

kerugian pengobatan Menurut GINA keberhasilan tata laksana asma pada anak

tidak hanya dalam hal mengatasi serangan akut saja (tata laksana jangka pendek)

tetapi juga pada aspek pencegahan muncul atau berulangnya serangan yang

disebut juga tata laksana jangka panjang3

1 Asma Episodik Jarang3

Hanya butuh obat reliever (pereda) saja (β2-agonis teofilin) yang

diberikan saat dalam serangan saja

Tidak perlu diberikan obat pengendali

Jika pemakaian β2-agonis hirupan lebih dari 3x per minggu atau

serangan sedang atau berat muncul lebih dari 1x per bulan maka tata

laksana diperlakukan sebagai asma episodik sering

2 Asma Episodik Sering

Steroid hirupan dimulai dengan dosis rendah Untuk usia kurang dari

12 tahun Budesonide 100-200 μg (50-100 μg Flutikason) dan untuk

usia lebih dari 12 tahun Budesonide 200-400 μg (100-200 μg

Flutikason)

Evaluasi setelah 6-8 minggu (klinis dan uji fungsi paru) maksimal 8-12

minggu Jika respon buruk naikkan bertahap dosis steroid hirupan

dengan dosis menengah sampai 400 μg (step up) Jika respon baik

turunkan dosis steroid hirupan dan jika perlu hentikan (step down)

3 Asma Persisten Terdapat 2 alternatif

Steroid hirupan tetap dalam dosis rendah dan dikombinasi dengan

salah satu obat yaitu LABA (long acting β2-agonis) (Prokaterol

Bambuterol Salmeterol) atau Teofilin lepas lambat (teophiline slow

releaseTSR) atau Anti Leucotrien Receptor (ALTR) (Zafirlukas

Montelukas)

Meningkatkan dosis steroid hirupan menjadi dosis medium yaitu

Untuk usia kurang dari 12 tahun Budesonide 200-400 μg (100-200 μg

Flutikason) dan untuk usia lebih dari 12 tahun Budesonide 400-600

μg (200-300 μg Flutikason)

18

Evaluasi kembali setelah 6-8 minggu

Jika masih terdapat gejala atau serangan asma maka langkah berikutnya

memakai salah satu dari 2 alternatif selanjutnya yaitu 3

Steroid hirupan tetap dalam dosis medium ditambah salah satu obat

LABA TSR atau ALTR

Meningkatkandosis steroid hirupan menjadi dosis tinggi Untuk usia

kurang dari 12 tahun Budesonide lebih dari 400 μghari (gt 200 μghari

Flutikason) dan untuk usia lebih dari 12 tahun Budesonide lebih dari 600

μghari (gt 300 μghari Flutikason)

Evaluasi kembali setelah 6-8 minggu

19

Page 6: Refka Anak Asma Bronchial Dr.kartin

IX Diagnosa Akhir Asma Bronchial

X Anjuran Pemeriksaan Spirometri

XI Prognosis Dubia et bonam

FOLLOW UP

6

Tanggal 15 Februari 2015 (Perawatan hari ke-2)

S Batuk berlendir warna putih ada sesak napas ada beringus ada muntah 1x

tadi malam BAB dan BAK biasa

O Nadi 120xmenit Pernapasan 32xmenit Suhu372degC

Wheezing positif

A Asma Bronchial

P IVFD Dextrosa 5 12 tetesmenit

O2 05-2 litermenit

Ceftriaxon 500mgkgBBIV

Gentamicin 40 mg12jamIV

Deksametason frac12 ampul8 jamIV

Paracetamol syrup 3 x frac12 cth

B-com 2x1 tab

Salbutamol 12 mg

Histapan 15 mg

Metilprednisolon 2 mg 3x1 pulv

Ambroxol 75 mg

Tanggal 16 Februari 2015 (Perawatan hari ke-3)

S Batuk berlendir warna putih ada sesak napas tidak ada beringus ada panas

tidak ada BAB dan BAK biasa

O Nadi 122xmenit Pernapasan 24xmenit Suhu374degC

Wheezing positif

A Asma Bronchial

P IVFD Dextrosa 5 14 tetesmenit

O2 05-2 litermenit

Ceftriaxon 500mgkgBBIV

Gentamicin 40 mg12jamIV

7

Paracetamol syrup 3 x frac12 cth

B-com 2x1 tab

Salbutamol 12 mg

Histapan 15 mg

Metilprednisolon 2 mg 3x1 pulv

Ambroxol 75 mg

Tanggal 17 Februari 2015 (Perawatan hari ke-4)

S Batuk berlendir warna putih ada sesak napas tidak ada beringus tidak ada

muntah 1x tadi malam BAB dan BAK biasa

O Nadi 120xmenit Pernapasan 32xmenit Suhu372degC

Wheezing tidak ada

A Asma Bronchial

P IVFD Dextrosa 5 14 tetesmenit

Ceftriaxon 500mgkgBBIV

Gentamicin 40 mg12jamIV

Paracetamol syrup 3 x frac12 cth

B-com 2x1 tab

Salbutamol 12 mg

Histapan 15 mg

Metilprednisolon 2 mg 3x1 pulv

Ambroxol 75 mg

Tanggal 18 Februari 2015 (Perawatan hari ke-5)

Pasien sudah dipulangkan dan diberikan obat

Cefadroxyl 250 mg 2x1 cth

Puyer batuk

B-Com 2x1 tab

BAB III

Diskusi

8

Asma merupakan penyakit yang mempunyai karakterisik yang ditandai

dengan obstruksi saluran napas yang reversibel reaktifitas bronkial yang

meningkatdan inflamasi jalan napas Asma merupakan hasil dari interaksi yang

sangat kompleks sel-sel inflamasi mediator inflamasi epitel sel jalan napas dan

otot polos saluran napas serta sistem saraf Secara keseluruhan pada individu

yang mudah mendapat serangan asma interaksi ini dapat dengan mudah

menyebabkan gejala napas pendek mengi batuk dan dada terasa sesak2

Asma menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2009) adalah mengi

berulang dan atau batuk persisten dengan karakteristik timbul secara episodik

cenderung pada malam atau dini hari (nokturnal) musiman setelah aktifitas fisik

serta terdapat riwayat asma atau atopi lain pada pasien dan atau keluarganya3

Prevalensi total asma diseluruh dunia diperkirakan 72 (10 pada anak)

dan sangat bervariasi antar negara Prevalensi asma di Indonesia berdasarkan

penelitian tahun 2002 pada anak usia 13-14 tahun adalah 673

Penyebab dari timbulnya asma dapat dibagi menjadi etiologi alergi dan

non alergi Aeroalergen dapat berupa serbuk bunga spora jamur debu tungau

alergi binatang dan makanan (khususnya pada anak-anak) Sedangkan penyebab

non-alergi pada asma berupa asap rokok cuaca dan udara dingin bahan-bahan

kimia obat-obatan (seperti aspirin dan NSAID latihan fisik perubahan hormonal

dan bahan-bahan makanan)3

Pada anamnesa pasien dapat ditemukan adanya keluhan sesak napas sesak

napas timbul 1-2x dalam sebulan sesak membaik apabila tidur dengan kepala

tinggi dan sesak bertambah hebat apabila terkena udara dingin Pasien ini juga

berulang-kali masuk rumah sakit dan dirawat lebih dari 3 kali Sesuai dengan teori

bahwa asma merupakan inflamasi saluran napas yang reversibel Sedangkan

penyebab dari timbulnya asma pada pasien ini adalah nonalergik yaitu udara

dingin

Patofisiologi asma tampaknya memperlihatkan hiperresponsivitas pada

jalan napas setelah terpajan satu atau lebih rangsangan iritan Karena jalan napas

9

yang rentan dan hiperresponsif reaksi inflamasi dan bronkokonstriksi keduanya

dapat terjadi bersamaan Mediator utama pada reaksi asmatik adalah eosinofil

salah satu jenis sel darah putih Eosinofil terkonsentrasi di satu area dan

melepaskan zat kimia yang menstimulasi degranulasi sel mast Eosinofil juga

menarik jenis sel darah putih lainnya termasuk basofil dan neutrofil

menstimulasi produk mukus dan meningkatkan pembengkakan serta edema

jaringan Respon inflamasi terjadi diawali oleh stimulus tetapi mungkin

memerlukan waktu paling lama 12 jam untuk memperlihatkan gejala Asma yang

lebih akut adalah efek dari histamin kimiawi pada otot polos bronkus Histamin

dilepaskan bersama IgE yang memediasi degranulasi sel mast dengan cepat dan

menyebabkan konstriksi dan spasme otot polos bronkiolus Histamin juga

menstimulasi produksi mukus dan meningkatkan permeabilitas kapiler

selanjutnya menyebabkan kongesti dan pembengkakan ruang interstitial paru1

Gambar 1 paparan pertama alergen pada asma

10

Gambar 2 reaksi imunologis pada asma

Gambar 3 efek dari reaksi imunologis

Respon alergi pada saluran napas merupakan interaksi kompleks dari sel

mast eosinofil limfosit T makrofag sel dendrit dan neutrofil Studi klinik

menyatakan perubahan ini disebabkan respon alergi yang dini yang dapat terjadi

dalam beberapa menit dan mencapai puncak dalam waktu 20 menit diikuti

terhirupnya suatu alergen Manifestasi klinik pada respon alergi dini saluran napas

11

adalah konstriksi bronkus edema jalan napas dan sekresi mukus Respon ini

merupakan hasil dari sel mast dan mediator inflamasinya 4 sampai 10 jam

kemudian terjadi respon alergi lambat akibat dari infiltrat sel inflamasi ke dalam

jalan napas dan penggabungan beberapa mediator dan sitokin inflamasi serta

aktifnya limfosit dan eosinofil2

Antigen presenting cells dalam hal ini makrofag dan sel dendrit melakukan

proses imunologis pada saluran napas dan mempresentasikan antigen pada sel T

helper sel T helper menjadi aktif dan mengeluarkan sitokin Sel T helper melalui

sitokin dapat menginduksi perkembangan sel T helper 1 (yang dapat

mengeluarkan sitokin interfereon-gamma IL-2) atau T helper 2 (yang

mengeluarkan sitokin IL-4 IL-5 IL-9 IL-13) Sel T regular mempunyai peran

penting tejadinya respon alergen pada sel T helper 2 Sel T helper 2 saat terikat

dengan alergen akan menginduksi sel B untuk memproduksi IgE dan

teraktivasinya eosinofil2

Gejala dan tanda yang dapat timbul pada pasien asma adalah mengibatuk

nafas pendek nyeri atau dada terasa berat Menurut National Asthma Education

and Prevention Program diagnosis dapat ditegakkan apabila ditemukan obstruksi

saluran napas yang episodik disertai gejala obstruksi saluran napas obstruksi

saluran napas dan gejala klinis yang timbul reversibel atau dapat sembuh dengan

sendirinya 4

Pada pasien ini saat dilakukan pemeriksaan fisis ditemukan bunyi mengi

pada saat ekspirasi batuk sesak napas dan napas pendek Setelah dilakukan

nebulizer di Instalasi Gawat Darurat RSU Anutapura gejala klinis yang timbul

pada pasien ini mulai berkurang Hal ini sesuai dengan teori dari asma itu sendiri

bahwa gejala klinis yang timbul mengalami perbaikan setelah pemberian obat

bronkodilator

12

Gambar 4 derajat pembagian asma menurut GINA

Eksaserbasi (serangan asma) adalah episode perburukan gejala-gejala

asma secara progresif Gejala yang dimaksud adalah sesak napasbatuk mengi

dada rasa tertekan atau berbagai kombinasi jalan tersebut Pada umumnya

eksaserbasi disertai distres pernapasan Serangan asma ditandai oleh penurunan

PEF atau FEV Derajat serangan asma bervariasi mulai dari yang ringan sedang

berat dan serangan yang mengancam jiwa perburukan dapat terjadi dalam

beberapa menit jam atau hari Serangan akut biasanya timbul akibat pajanan

terhadap faktorpencetus (paling sering infeksi virus atau alergen) sedangkan

serangan berupa perburukan yang bertahap mencerminkan kegagalan pengelolaan

jangka panjang penyakit 3

13

Derajat asma Gejala Gejala malam Faal paru

intermiten Bulanan

Gejala

lt1xmnggu tanpa

gejala diluar

serangan

Serangan singkat

le 2x sebulan APE ge80

Persisten ringan Mingguan

Gejala gt1xmgg tp

lt1xhari

Serangan dapat

mengganggu

aktivitas dan tidur

gt2x sebulan APE gt80

Persisten sedang Harian

Gejala setiap hari

serangan

mengganggu

aktifitas dan tidur

Bronkodilator setiap

hari

gt2x sebulan APE 60-80

Persisten berat Kontinyu

Gejala terus menerus

Sering kambuh

Aktivitas fisik

terbatas

sering APE le60

Tabel 1 klasifikasi asma menurut PNAA

Jika menemukan atau mencurigai status asmatikus harus ditemukan sesak

napas yang diikuti dengan keadaan dibawah ini 5

1 Terjadinya gerakan paradoks thoracoabdominal

14

2 Mengi mungkin tidak terdengar ( pada pasien dengan obstruksi jalan napas

yang berat)

3 Hipoksemia berat yang bermanifestasi menjadi bradikardi

4 Pulsus paradoksus menghilang Ini menandakan bahwa otot-otot saluran

pernapasan menjadi lemah

Tes yang digunakan untuk mendiagnosis asma adalah 5

1 Tes fungsi paru seperti spirometri dan plethismografi

2 Latihan fisik Latihan fisik seperti treadmill dan bersepada harus diikuti

dengan tes spirometri yang biasanya akan menandakan denyut jantung

mencapai batas maksimum 60 persen diikuti dengan monitoring

menggunakan elektrokardiogram dan saturasi oksihemoglobin

3 Radiografi Gambaran radiologi akan menunjukkan hiperinflasi dan tanda

menikatnya corakan bronkovaskular Radiologi juga dapat menunjukkan

terjadinya penyakit parenkim paru atelektasis pneumonia anomali

kongenital atau benda asing

4 Evaluasi histologi pada jalan napas Akan ditemukan infiltrat yang tipikal

dengan serbukan sel inflamasi terbatasnya jalan napas akibat obstruksi

hilangnya epitel pada bronkus dan bronkiolus dan sekresi mukus

Pada pasien ini diagnosis hanya ditegakkan berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan fisik saja Pemeriksaan penunjang seperti tes fungsi paru

(spirometri) radiologi dan pemeriksaan patologi anatomi tidak dilakukan karena

keterbatasan alat dan biaya Tetapi pada pasien ini dapat ditegakkan diagnosis

karena ditemukan riwayat alergi udara dingin sesak napas batuk mengi dan

sesak napas mengalami perbaikan setelah pemberian bronkodilator

Prinsip umum tatalaksana asma adalah penyamaan persepsi dan

membangun komitmen dengan orang tua obat pengendali diberikan terus-

menerus tanpa melihat ada atau tidaknya serangan selama periode waktu yang

direncanakan sebelum menaikkan atau menurunkan dosis obat jangan lupa

evaluasi berkala tentang penghindaran terhadap faktor pencetus Identifikasi

15

faktor penyulit yang mungkin muncul selama terapi medikamentosa evaluasi

berkala tentang cara pemakaian obat catat frekuensi serangan akut yang muncul

sebelum terapi jangka panjang dilakukan3

Tatalaksana serangan asma ringan adalah sebagai berikut 3

1 Jika dengan sekali nebulisasi pasien menunjukkan respon yang baik

(complete response) berarti derajat serangannya ringan

2 Pasien diobservasi selama 1-2 jam jika respon tersebut bertahan pasien

dapat dipulangkan Pasien dibekali obat β-agonis (hirupan atau oral) yang

harus diberikan tiap 4-6 jam

3 Jika pencetus serangannya adalah infeksi virus dapat ditambahkan steroid

oral jangka pendek (3-5 hari)

4 Pasien kemudian dianjurkan kontrol ke klinik rawat jalan dalam waktu 24-

48 jam untuk evaluasi ulang tatalaksana

5 Jika sebelum serangan pasien sudah mendapat obat pengendali obat

tersebut diteruskan hingga evaluasi ulang yang dilakukan di klinik rawat

jalan Namun jika setelah observasi 2 jam gejala timbul kembali pasien

diperlakukan sebagai serangan asma sedang

Tatalaksana serangan asma sedang adalah sebagai berikut3

1 Jika dengan pemberian nebulisasi dua atau tiga kali pasien hanya

menunjukkan respon parsial (incomplete response) kemungkinan derajat

serangannya sedang Untuk itu derajat serangan harus dinilai ulang sesuai

pedoman

2 Jika serangannya memang termasuk serangan sedang pasien perlu

diobservasi dan ditangani di ruang rawat sehari Pada serangan asma

sedang diberikan kortikosteroid sistemik oral metilprednisolon dengan

dosis 05-1 mgkgBBhari selama3-5 hari

3 Walaupun belum tentu diperlukan untuk persiapan keadaan darurat

pasien yang akan diobservasi di RS langsung dipasang jalur parenteral

sejak di unit gawat darurat

16

Tatalaksana serangan asma berat adalah sebagai berikut3

1 Bila dengan 3 kali nebulisasi berturut-turut pasien tidak menunjukkan

respon (poor response) yaitu gejala dan tanda serangan masih ada pasien

harus dirawat di ruang inap

2 Oksigen 2-4 litermenit diberikan sejak awal termasuk saat nebulisasi

3 Kemudian dipasang jalur parenteral dan dilakukan foto toraks

4 Bila pasien menunjukkan gejala dan tanda ancaman henti napas pasien

harus langsung dirawat di ruang intensif Pada pasien dengan serangan

berat dan ancaman henti napas foto thoraks harus langsung dibuat untuk

mendeteksi komplikasi pneumotoraks dan atau pneumomediastinum

5 Jika ada dehidrasi dan asidosis diatasi dengan pemberian cairan intravena

dan koreksi terhadap asidosis

6 Steroid intravena diberikan secara bolus tiap 6-8 jam

7 Dosis steroid intravena 05-1 mgkgBBhari

8 Nebulisasi β-agonis ditambah antikolinergik dengan oksigen dilanjutkan

tiap 1-2 jam Jika dengan 4-6 kali pemberian mulai terjadi perbaikan klinis

jarak pemberian dapat diperlebar menjadi tiap 4-6 jam

9 Aminofilin diberikan secara intravena dengan ketentuan jika pasien belum

mendapat aminofilin sebelumnya diberikan aminofilin dosis awal (inisial)

sebesar 6-8 mgkgBB dilarutkan dalam dekstrosa 5 atau garam fisiologis

sebanyak 20 ml diberikan dalam 20-30 menit Jika pasien telah mendapat

aminofilin sebelumnya (kurang dari 4 jam) dosis yang diberikan adalah

setengah dosis inisial Selanjutnya aminofilin dosis rumatan diberikan

sebesar 05-1 mgkgBBjam

10 Jika dalam 24 jam pasien tetap stabil pasien dapat dipulangkan dengan

dibekali obat β-agonis (hirupan oral) yang diberikan tiap 4-6 jam selama

24-48 jam Selain itu steroid oral dilanjutkan hingga pasien kontrol ke

klinik rawat jalan dalam 24-48 jam untuk evaluasi ulang tata laksana

Dalam menentukan tata laksana jangka panjang asma dibutuhkan

penilaian yang seksama terhadap derajat penyakit asma serta keuntungan dan

17

kerugian pengobatan Menurut GINA keberhasilan tata laksana asma pada anak

tidak hanya dalam hal mengatasi serangan akut saja (tata laksana jangka pendek)

tetapi juga pada aspek pencegahan muncul atau berulangnya serangan yang

disebut juga tata laksana jangka panjang3

1 Asma Episodik Jarang3

Hanya butuh obat reliever (pereda) saja (β2-agonis teofilin) yang

diberikan saat dalam serangan saja

Tidak perlu diberikan obat pengendali

Jika pemakaian β2-agonis hirupan lebih dari 3x per minggu atau

serangan sedang atau berat muncul lebih dari 1x per bulan maka tata

laksana diperlakukan sebagai asma episodik sering

2 Asma Episodik Sering

Steroid hirupan dimulai dengan dosis rendah Untuk usia kurang dari

12 tahun Budesonide 100-200 μg (50-100 μg Flutikason) dan untuk

usia lebih dari 12 tahun Budesonide 200-400 μg (100-200 μg

Flutikason)

Evaluasi setelah 6-8 minggu (klinis dan uji fungsi paru) maksimal 8-12

minggu Jika respon buruk naikkan bertahap dosis steroid hirupan

dengan dosis menengah sampai 400 μg (step up) Jika respon baik

turunkan dosis steroid hirupan dan jika perlu hentikan (step down)

3 Asma Persisten Terdapat 2 alternatif

Steroid hirupan tetap dalam dosis rendah dan dikombinasi dengan

salah satu obat yaitu LABA (long acting β2-agonis) (Prokaterol

Bambuterol Salmeterol) atau Teofilin lepas lambat (teophiline slow

releaseTSR) atau Anti Leucotrien Receptor (ALTR) (Zafirlukas

Montelukas)

Meningkatkan dosis steroid hirupan menjadi dosis medium yaitu

Untuk usia kurang dari 12 tahun Budesonide 200-400 μg (100-200 μg

Flutikason) dan untuk usia lebih dari 12 tahun Budesonide 400-600

μg (200-300 μg Flutikason)

18

Evaluasi kembali setelah 6-8 minggu

Jika masih terdapat gejala atau serangan asma maka langkah berikutnya

memakai salah satu dari 2 alternatif selanjutnya yaitu 3

Steroid hirupan tetap dalam dosis medium ditambah salah satu obat

LABA TSR atau ALTR

Meningkatkandosis steroid hirupan menjadi dosis tinggi Untuk usia

kurang dari 12 tahun Budesonide lebih dari 400 μghari (gt 200 μghari

Flutikason) dan untuk usia lebih dari 12 tahun Budesonide lebih dari 600

μghari (gt 300 μghari Flutikason)

Evaluasi kembali setelah 6-8 minggu

19

Page 7: Refka Anak Asma Bronchial Dr.kartin

Tanggal 15 Februari 2015 (Perawatan hari ke-2)

S Batuk berlendir warna putih ada sesak napas ada beringus ada muntah 1x

tadi malam BAB dan BAK biasa

O Nadi 120xmenit Pernapasan 32xmenit Suhu372degC

Wheezing positif

A Asma Bronchial

P IVFD Dextrosa 5 12 tetesmenit

O2 05-2 litermenit

Ceftriaxon 500mgkgBBIV

Gentamicin 40 mg12jamIV

Deksametason frac12 ampul8 jamIV

Paracetamol syrup 3 x frac12 cth

B-com 2x1 tab

Salbutamol 12 mg

Histapan 15 mg

Metilprednisolon 2 mg 3x1 pulv

Ambroxol 75 mg

Tanggal 16 Februari 2015 (Perawatan hari ke-3)

S Batuk berlendir warna putih ada sesak napas tidak ada beringus ada panas

tidak ada BAB dan BAK biasa

O Nadi 122xmenit Pernapasan 24xmenit Suhu374degC

Wheezing positif

A Asma Bronchial

P IVFD Dextrosa 5 14 tetesmenit

O2 05-2 litermenit

Ceftriaxon 500mgkgBBIV

Gentamicin 40 mg12jamIV

7

Paracetamol syrup 3 x frac12 cth

B-com 2x1 tab

Salbutamol 12 mg

Histapan 15 mg

Metilprednisolon 2 mg 3x1 pulv

Ambroxol 75 mg

Tanggal 17 Februari 2015 (Perawatan hari ke-4)

S Batuk berlendir warna putih ada sesak napas tidak ada beringus tidak ada

muntah 1x tadi malam BAB dan BAK biasa

O Nadi 120xmenit Pernapasan 32xmenit Suhu372degC

Wheezing tidak ada

A Asma Bronchial

P IVFD Dextrosa 5 14 tetesmenit

Ceftriaxon 500mgkgBBIV

Gentamicin 40 mg12jamIV

Paracetamol syrup 3 x frac12 cth

B-com 2x1 tab

Salbutamol 12 mg

Histapan 15 mg

Metilprednisolon 2 mg 3x1 pulv

Ambroxol 75 mg

Tanggal 18 Februari 2015 (Perawatan hari ke-5)

Pasien sudah dipulangkan dan diberikan obat

Cefadroxyl 250 mg 2x1 cth

Puyer batuk

B-Com 2x1 tab

BAB III

Diskusi

8

Asma merupakan penyakit yang mempunyai karakterisik yang ditandai

dengan obstruksi saluran napas yang reversibel reaktifitas bronkial yang

meningkatdan inflamasi jalan napas Asma merupakan hasil dari interaksi yang

sangat kompleks sel-sel inflamasi mediator inflamasi epitel sel jalan napas dan

otot polos saluran napas serta sistem saraf Secara keseluruhan pada individu

yang mudah mendapat serangan asma interaksi ini dapat dengan mudah

menyebabkan gejala napas pendek mengi batuk dan dada terasa sesak2

Asma menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2009) adalah mengi

berulang dan atau batuk persisten dengan karakteristik timbul secara episodik

cenderung pada malam atau dini hari (nokturnal) musiman setelah aktifitas fisik

serta terdapat riwayat asma atau atopi lain pada pasien dan atau keluarganya3

Prevalensi total asma diseluruh dunia diperkirakan 72 (10 pada anak)

dan sangat bervariasi antar negara Prevalensi asma di Indonesia berdasarkan

penelitian tahun 2002 pada anak usia 13-14 tahun adalah 673

Penyebab dari timbulnya asma dapat dibagi menjadi etiologi alergi dan

non alergi Aeroalergen dapat berupa serbuk bunga spora jamur debu tungau

alergi binatang dan makanan (khususnya pada anak-anak) Sedangkan penyebab

non-alergi pada asma berupa asap rokok cuaca dan udara dingin bahan-bahan

kimia obat-obatan (seperti aspirin dan NSAID latihan fisik perubahan hormonal

dan bahan-bahan makanan)3

Pada anamnesa pasien dapat ditemukan adanya keluhan sesak napas sesak

napas timbul 1-2x dalam sebulan sesak membaik apabila tidur dengan kepala

tinggi dan sesak bertambah hebat apabila terkena udara dingin Pasien ini juga

berulang-kali masuk rumah sakit dan dirawat lebih dari 3 kali Sesuai dengan teori

bahwa asma merupakan inflamasi saluran napas yang reversibel Sedangkan

penyebab dari timbulnya asma pada pasien ini adalah nonalergik yaitu udara

dingin

Patofisiologi asma tampaknya memperlihatkan hiperresponsivitas pada

jalan napas setelah terpajan satu atau lebih rangsangan iritan Karena jalan napas

9

yang rentan dan hiperresponsif reaksi inflamasi dan bronkokonstriksi keduanya

dapat terjadi bersamaan Mediator utama pada reaksi asmatik adalah eosinofil

salah satu jenis sel darah putih Eosinofil terkonsentrasi di satu area dan

melepaskan zat kimia yang menstimulasi degranulasi sel mast Eosinofil juga

menarik jenis sel darah putih lainnya termasuk basofil dan neutrofil

menstimulasi produk mukus dan meningkatkan pembengkakan serta edema

jaringan Respon inflamasi terjadi diawali oleh stimulus tetapi mungkin

memerlukan waktu paling lama 12 jam untuk memperlihatkan gejala Asma yang

lebih akut adalah efek dari histamin kimiawi pada otot polos bronkus Histamin

dilepaskan bersama IgE yang memediasi degranulasi sel mast dengan cepat dan

menyebabkan konstriksi dan spasme otot polos bronkiolus Histamin juga

menstimulasi produksi mukus dan meningkatkan permeabilitas kapiler

selanjutnya menyebabkan kongesti dan pembengkakan ruang interstitial paru1

Gambar 1 paparan pertama alergen pada asma

10

Gambar 2 reaksi imunologis pada asma

Gambar 3 efek dari reaksi imunologis

Respon alergi pada saluran napas merupakan interaksi kompleks dari sel

mast eosinofil limfosit T makrofag sel dendrit dan neutrofil Studi klinik

menyatakan perubahan ini disebabkan respon alergi yang dini yang dapat terjadi

dalam beberapa menit dan mencapai puncak dalam waktu 20 menit diikuti

terhirupnya suatu alergen Manifestasi klinik pada respon alergi dini saluran napas

11

adalah konstriksi bronkus edema jalan napas dan sekresi mukus Respon ini

merupakan hasil dari sel mast dan mediator inflamasinya 4 sampai 10 jam

kemudian terjadi respon alergi lambat akibat dari infiltrat sel inflamasi ke dalam

jalan napas dan penggabungan beberapa mediator dan sitokin inflamasi serta

aktifnya limfosit dan eosinofil2

Antigen presenting cells dalam hal ini makrofag dan sel dendrit melakukan

proses imunologis pada saluran napas dan mempresentasikan antigen pada sel T

helper sel T helper menjadi aktif dan mengeluarkan sitokin Sel T helper melalui

sitokin dapat menginduksi perkembangan sel T helper 1 (yang dapat

mengeluarkan sitokin interfereon-gamma IL-2) atau T helper 2 (yang

mengeluarkan sitokin IL-4 IL-5 IL-9 IL-13) Sel T regular mempunyai peran

penting tejadinya respon alergen pada sel T helper 2 Sel T helper 2 saat terikat

dengan alergen akan menginduksi sel B untuk memproduksi IgE dan

teraktivasinya eosinofil2

Gejala dan tanda yang dapat timbul pada pasien asma adalah mengibatuk

nafas pendek nyeri atau dada terasa berat Menurut National Asthma Education

and Prevention Program diagnosis dapat ditegakkan apabila ditemukan obstruksi

saluran napas yang episodik disertai gejala obstruksi saluran napas obstruksi

saluran napas dan gejala klinis yang timbul reversibel atau dapat sembuh dengan

sendirinya 4

Pada pasien ini saat dilakukan pemeriksaan fisis ditemukan bunyi mengi

pada saat ekspirasi batuk sesak napas dan napas pendek Setelah dilakukan

nebulizer di Instalasi Gawat Darurat RSU Anutapura gejala klinis yang timbul

pada pasien ini mulai berkurang Hal ini sesuai dengan teori dari asma itu sendiri

bahwa gejala klinis yang timbul mengalami perbaikan setelah pemberian obat

bronkodilator

12

Gambar 4 derajat pembagian asma menurut GINA

Eksaserbasi (serangan asma) adalah episode perburukan gejala-gejala

asma secara progresif Gejala yang dimaksud adalah sesak napasbatuk mengi

dada rasa tertekan atau berbagai kombinasi jalan tersebut Pada umumnya

eksaserbasi disertai distres pernapasan Serangan asma ditandai oleh penurunan

PEF atau FEV Derajat serangan asma bervariasi mulai dari yang ringan sedang

berat dan serangan yang mengancam jiwa perburukan dapat terjadi dalam

beberapa menit jam atau hari Serangan akut biasanya timbul akibat pajanan

terhadap faktorpencetus (paling sering infeksi virus atau alergen) sedangkan

serangan berupa perburukan yang bertahap mencerminkan kegagalan pengelolaan

jangka panjang penyakit 3

13

Derajat asma Gejala Gejala malam Faal paru

intermiten Bulanan

Gejala

lt1xmnggu tanpa

gejala diluar

serangan

Serangan singkat

le 2x sebulan APE ge80

Persisten ringan Mingguan

Gejala gt1xmgg tp

lt1xhari

Serangan dapat

mengganggu

aktivitas dan tidur

gt2x sebulan APE gt80

Persisten sedang Harian

Gejala setiap hari

serangan

mengganggu

aktifitas dan tidur

Bronkodilator setiap

hari

gt2x sebulan APE 60-80

Persisten berat Kontinyu

Gejala terus menerus

Sering kambuh

Aktivitas fisik

terbatas

sering APE le60

Tabel 1 klasifikasi asma menurut PNAA

Jika menemukan atau mencurigai status asmatikus harus ditemukan sesak

napas yang diikuti dengan keadaan dibawah ini 5

1 Terjadinya gerakan paradoks thoracoabdominal

14

2 Mengi mungkin tidak terdengar ( pada pasien dengan obstruksi jalan napas

yang berat)

3 Hipoksemia berat yang bermanifestasi menjadi bradikardi

4 Pulsus paradoksus menghilang Ini menandakan bahwa otot-otot saluran

pernapasan menjadi lemah

Tes yang digunakan untuk mendiagnosis asma adalah 5

1 Tes fungsi paru seperti spirometri dan plethismografi

2 Latihan fisik Latihan fisik seperti treadmill dan bersepada harus diikuti

dengan tes spirometri yang biasanya akan menandakan denyut jantung

mencapai batas maksimum 60 persen diikuti dengan monitoring

menggunakan elektrokardiogram dan saturasi oksihemoglobin

3 Radiografi Gambaran radiologi akan menunjukkan hiperinflasi dan tanda

menikatnya corakan bronkovaskular Radiologi juga dapat menunjukkan

terjadinya penyakit parenkim paru atelektasis pneumonia anomali

kongenital atau benda asing

4 Evaluasi histologi pada jalan napas Akan ditemukan infiltrat yang tipikal

dengan serbukan sel inflamasi terbatasnya jalan napas akibat obstruksi

hilangnya epitel pada bronkus dan bronkiolus dan sekresi mukus

Pada pasien ini diagnosis hanya ditegakkan berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan fisik saja Pemeriksaan penunjang seperti tes fungsi paru

(spirometri) radiologi dan pemeriksaan patologi anatomi tidak dilakukan karena

keterbatasan alat dan biaya Tetapi pada pasien ini dapat ditegakkan diagnosis

karena ditemukan riwayat alergi udara dingin sesak napas batuk mengi dan

sesak napas mengalami perbaikan setelah pemberian bronkodilator

Prinsip umum tatalaksana asma adalah penyamaan persepsi dan

membangun komitmen dengan orang tua obat pengendali diberikan terus-

menerus tanpa melihat ada atau tidaknya serangan selama periode waktu yang

direncanakan sebelum menaikkan atau menurunkan dosis obat jangan lupa

evaluasi berkala tentang penghindaran terhadap faktor pencetus Identifikasi

15

faktor penyulit yang mungkin muncul selama terapi medikamentosa evaluasi

berkala tentang cara pemakaian obat catat frekuensi serangan akut yang muncul

sebelum terapi jangka panjang dilakukan3

Tatalaksana serangan asma ringan adalah sebagai berikut 3

1 Jika dengan sekali nebulisasi pasien menunjukkan respon yang baik

(complete response) berarti derajat serangannya ringan

2 Pasien diobservasi selama 1-2 jam jika respon tersebut bertahan pasien

dapat dipulangkan Pasien dibekali obat β-agonis (hirupan atau oral) yang

harus diberikan tiap 4-6 jam

3 Jika pencetus serangannya adalah infeksi virus dapat ditambahkan steroid

oral jangka pendek (3-5 hari)

4 Pasien kemudian dianjurkan kontrol ke klinik rawat jalan dalam waktu 24-

48 jam untuk evaluasi ulang tatalaksana

5 Jika sebelum serangan pasien sudah mendapat obat pengendali obat

tersebut diteruskan hingga evaluasi ulang yang dilakukan di klinik rawat

jalan Namun jika setelah observasi 2 jam gejala timbul kembali pasien

diperlakukan sebagai serangan asma sedang

Tatalaksana serangan asma sedang adalah sebagai berikut3

1 Jika dengan pemberian nebulisasi dua atau tiga kali pasien hanya

menunjukkan respon parsial (incomplete response) kemungkinan derajat

serangannya sedang Untuk itu derajat serangan harus dinilai ulang sesuai

pedoman

2 Jika serangannya memang termasuk serangan sedang pasien perlu

diobservasi dan ditangani di ruang rawat sehari Pada serangan asma

sedang diberikan kortikosteroid sistemik oral metilprednisolon dengan

dosis 05-1 mgkgBBhari selama3-5 hari

3 Walaupun belum tentu diperlukan untuk persiapan keadaan darurat

pasien yang akan diobservasi di RS langsung dipasang jalur parenteral

sejak di unit gawat darurat

16

Tatalaksana serangan asma berat adalah sebagai berikut3

1 Bila dengan 3 kali nebulisasi berturut-turut pasien tidak menunjukkan

respon (poor response) yaitu gejala dan tanda serangan masih ada pasien

harus dirawat di ruang inap

2 Oksigen 2-4 litermenit diberikan sejak awal termasuk saat nebulisasi

3 Kemudian dipasang jalur parenteral dan dilakukan foto toraks

4 Bila pasien menunjukkan gejala dan tanda ancaman henti napas pasien

harus langsung dirawat di ruang intensif Pada pasien dengan serangan

berat dan ancaman henti napas foto thoraks harus langsung dibuat untuk

mendeteksi komplikasi pneumotoraks dan atau pneumomediastinum

5 Jika ada dehidrasi dan asidosis diatasi dengan pemberian cairan intravena

dan koreksi terhadap asidosis

6 Steroid intravena diberikan secara bolus tiap 6-8 jam

7 Dosis steroid intravena 05-1 mgkgBBhari

8 Nebulisasi β-agonis ditambah antikolinergik dengan oksigen dilanjutkan

tiap 1-2 jam Jika dengan 4-6 kali pemberian mulai terjadi perbaikan klinis

jarak pemberian dapat diperlebar menjadi tiap 4-6 jam

9 Aminofilin diberikan secara intravena dengan ketentuan jika pasien belum

mendapat aminofilin sebelumnya diberikan aminofilin dosis awal (inisial)

sebesar 6-8 mgkgBB dilarutkan dalam dekstrosa 5 atau garam fisiologis

sebanyak 20 ml diberikan dalam 20-30 menit Jika pasien telah mendapat

aminofilin sebelumnya (kurang dari 4 jam) dosis yang diberikan adalah

setengah dosis inisial Selanjutnya aminofilin dosis rumatan diberikan

sebesar 05-1 mgkgBBjam

10 Jika dalam 24 jam pasien tetap stabil pasien dapat dipulangkan dengan

dibekali obat β-agonis (hirupan oral) yang diberikan tiap 4-6 jam selama

24-48 jam Selain itu steroid oral dilanjutkan hingga pasien kontrol ke

klinik rawat jalan dalam 24-48 jam untuk evaluasi ulang tata laksana

Dalam menentukan tata laksana jangka panjang asma dibutuhkan

penilaian yang seksama terhadap derajat penyakit asma serta keuntungan dan

17

kerugian pengobatan Menurut GINA keberhasilan tata laksana asma pada anak

tidak hanya dalam hal mengatasi serangan akut saja (tata laksana jangka pendek)

tetapi juga pada aspek pencegahan muncul atau berulangnya serangan yang

disebut juga tata laksana jangka panjang3

1 Asma Episodik Jarang3

Hanya butuh obat reliever (pereda) saja (β2-agonis teofilin) yang

diberikan saat dalam serangan saja

Tidak perlu diberikan obat pengendali

Jika pemakaian β2-agonis hirupan lebih dari 3x per minggu atau

serangan sedang atau berat muncul lebih dari 1x per bulan maka tata

laksana diperlakukan sebagai asma episodik sering

2 Asma Episodik Sering

Steroid hirupan dimulai dengan dosis rendah Untuk usia kurang dari

12 tahun Budesonide 100-200 μg (50-100 μg Flutikason) dan untuk

usia lebih dari 12 tahun Budesonide 200-400 μg (100-200 μg

Flutikason)

Evaluasi setelah 6-8 minggu (klinis dan uji fungsi paru) maksimal 8-12

minggu Jika respon buruk naikkan bertahap dosis steroid hirupan

dengan dosis menengah sampai 400 μg (step up) Jika respon baik

turunkan dosis steroid hirupan dan jika perlu hentikan (step down)

3 Asma Persisten Terdapat 2 alternatif

Steroid hirupan tetap dalam dosis rendah dan dikombinasi dengan

salah satu obat yaitu LABA (long acting β2-agonis) (Prokaterol

Bambuterol Salmeterol) atau Teofilin lepas lambat (teophiline slow

releaseTSR) atau Anti Leucotrien Receptor (ALTR) (Zafirlukas

Montelukas)

Meningkatkan dosis steroid hirupan menjadi dosis medium yaitu

Untuk usia kurang dari 12 tahun Budesonide 200-400 μg (100-200 μg

Flutikason) dan untuk usia lebih dari 12 tahun Budesonide 400-600

μg (200-300 μg Flutikason)

18

Evaluasi kembali setelah 6-8 minggu

Jika masih terdapat gejala atau serangan asma maka langkah berikutnya

memakai salah satu dari 2 alternatif selanjutnya yaitu 3

Steroid hirupan tetap dalam dosis medium ditambah salah satu obat

LABA TSR atau ALTR

Meningkatkandosis steroid hirupan menjadi dosis tinggi Untuk usia

kurang dari 12 tahun Budesonide lebih dari 400 μghari (gt 200 μghari

Flutikason) dan untuk usia lebih dari 12 tahun Budesonide lebih dari 600

μghari (gt 300 μghari Flutikason)

Evaluasi kembali setelah 6-8 minggu

19

Page 8: Refka Anak Asma Bronchial Dr.kartin

Paracetamol syrup 3 x frac12 cth

B-com 2x1 tab

Salbutamol 12 mg

Histapan 15 mg

Metilprednisolon 2 mg 3x1 pulv

Ambroxol 75 mg

Tanggal 17 Februari 2015 (Perawatan hari ke-4)

S Batuk berlendir warna putih ada sesak napas tidak ada beringus tidak ada

muntah 1x tadi malam BAB dan BAK biasa

O Nadi 120xmenit Pernapasan 32xmenit Suhu372degC

Wheezing tidak ada

A Asma Bronchial

P IVFD Dextrosa 5 14 tetesmenit

Ceftriaxon 500mgkgBBIV

Gentamicin 40 mg12jamIV

Paracetamol syrup 3 x frac12 cth

B-com 2x1 tab

Salbutamol 12 mg

Histapan 15 mg

Metilprednisolon 2 mg 3x1 pulv

Ambroxol 75 mg

Tanggal 18 Februari 2015 (Perawatan hari ke-5)

Pasien sudah dipulangkan dan diberikan obat

Cefadroxyl 250 mg 2x1 cth

Puyer batuk

B-Com 2x1 tab

BAB III

Diskusi

8

Asma merupakan penyakit yang mempunyai karakterisik yang ditandai

dengan obstruksi saluran napas yang reversibel reaktifitas bronkial yang

meningkatdan inflamasi jalan napas Asma merupakan hasil dari interaksi yang

sangat kompleks sel-sel inflamasi mediator inflamasi epitel sel jalan napas dan

otot polos saluran napas serta sistem saraf Secara keseluruhan pada individu

yang mudah mendapat serangan asma interaksi ini dapat dengan mudah

menyebabkan gejala napas pendek mengi batuk dan dada terasa sesak2

Asma menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2009) adalah mengi

berulang dan atau batuk persisten dengan karakteristik timbul secara episodik

cenderung pada malam atau dini hari (nokturnal) musiman setelah aktifitas fisik

serta terdapat riwayat asma atau atopi lain pada pasien dan atau keluarganya3

Prevalensi total asma diseluruh dunia diperkirakan 72 (10 pada anak)

dan sangat bervariasi antar negara Prevalensi asma di Indonesia berdasarkan

penelitian tahun 2002 pada anak usia 13-14 tahun adalah 673

Penyebab dari timbulnya asma dapat dibagi menjadi etiologi alergi dan

non alergi Aeroalergen dapat berupa serbuk bunga spora jamur debu tungau

alergi binatang dan makanan (khususnya pada anak-anak) Sedangkan penyebab

non-alergi pada asma berupa asap rokok cuaca dan udara dingin bahan-bahan

kimia obat-obatan (seperti aspirin dan NSAID latihan fisik perubahan hormonal

dan bahan-bahan makanan)3

Pada anamnesa pasien dapat ditemukan adanya keluhan sesak napas sesak

napas timbul 1-2x dalam sebulan sesak membaik apabila tidur dengan kepala

tinggi dan sesak bertambah hebat apabila terkena udara dingin Pasien ini juga

berulang-kali masuk rumah sakit dan dirawat lebih dari 3 kali Sesuai dengan teori

bahwa asma merupakan inflamasi saluran napas yang reversibel Sedangkan

penyebab dari timbulnya asma pada pasien ini adalah nonalergik yaitu udara

dingin

Patofisiologi asma tampaknya memperlihatkan hiperresponsivitas pada

jalan napas setelah terpajan satu atau lebih rangsangan iritan Karena jalan napas

9

yang rentan dan hiperresponsif reaksi inflamasi dan bronkokonstriksi keduanya

dapat terjadi bersamaan Mediator utama pada reaksi asmatik adalah eosinofil

salah satu jenis sel darah putih Eosinofil terkonsentrasi di satu area dan

melepaskan zat kimia yang menstimulasi degranulasi sel mast Eosinofil juga

menarik jenis sel darah putih lainnya termasuk basofil dan neutrofil

menstimulasi produk mukus dan meningkatkan pembengkakan serta edema

jaringan Respon inflamasi terjadi diawali oleh stimulus tetapi mungkin

memerlukan waktu paling lama 12 jam untuk memperlihatkan gejala Asma yang

lebih akut adalah efek dari histamin kimiawi pada otot polos bronkus Histamin

dilepaskan bersama IgE yang memediasi degranulasi sel mast dengan cepat dan

menyebabkan konstriksi dan spasme otot polos bronkiolus Histamin juga

menstimulasi produksi mukus dan meningkatkan permeabilitas kapiler

selanjutnya menyebabkan kongesti dan pembengkakan ruang interstitial paru1

Gambar 1 paparan pertama alergen pada asma

10

Gambar 2 reaksi imunologis pada asma

Gambar 3 efek dari reaksi imunologis

Respon alergi pada saluran napas merupakan interaksi kompleks dari sel

mast eosinofil limfosit T makrofag sel dendrit dan neutrofil Studi klinik

menyatakan perubahan ini disebabkan respon alergi yang dini yang dapat terjadi

dalam beberapa menit dan mencapai puncak dalam waktu 20 menit diikuti

terhirupnya suatu alergen Manifestasi klinik pada respon alergi dini saluran napas

11

adalah konstriksi bronkus edema jalan napas dan sekresi mukus Respon ini

merupakan hasil dari sel mast dan mediator inflamasinya 4 sampai 10 jam

kemudian terjadi respon alergi lambat akibat dari infiltrat sel inflamasi ke dalam

jalan napas dan penggabungan beberapa mediator dan sitokin inflamasi serta

aktifnya limfosit dan eosinofil2

Antigen presenting cells dalam hal ini makrofag dan sel dendrit melakukan

proses imunologis pada saluran napas dan mempresentasikan antigen pada sel T

helper sel T helper menjadi aktif dan mengeluarkan sitokin Sel T helper melalui

sitokin dapat menginduksi perkembangan sel T helper 1 (yang dapat

mengeluarkan sitokin interfereon-gamma IL-2) atau T helper 2 (yang

mengeluarkan sitokin IL-4 IL-5 IL-9 IL-13) Sel T regular mempunyai peran

penting tejadinya respon alergen pada sel T helper 2 Sel T helper 2 saat terikat

dengan alergen akan menginduksi sel B untuk memproduksi IgE dan

teraktivasinya eosinofil2

Gejala dan tanda yang dapat timbul pada pasien asma adalah mengibatuk

nafas pendek nyeri atau dada terasa berat Menurut National Asthma Education

and Prevention Program diagnosis dapat ditegakkan apabila ditemukan obstruksi

saluran napas yang episodik disertai gejala obstruksi saluran napas obstruksi

saluran napas dan gejala klinis yang timbul reversibel atau dapat sembuh dengan

sendirinya 4

Pada pasien ini saat dilakukan pemeriksaan fisis ditemukan bunyi mengi

pada saat ekspirasi batuk sesak napas dan napas pendek Setelah dilakukan

nebulizer di Instalasi Gawat Darurat RSU Anutapura gejala klinis yang timbul

pada pasien ini mulai berkurang Hal ini sesuai dengan teori dari asma itu sendiri

bahwa gejala klinis yang timbul mengalami perbaikan setelah pemberian obat

bronkodilator

12

Gambar 4 derajat pembagian asma menurut GINA

Eksaserbasi (serangan asma) adalah episode perburukan gejala-gejala

asma secara progresif Gejala yang dimaksud adalah sesak napasbatuk mengi

dada rasa tertekan atau berbagai kombinasi jalan tersebut Pada umumnya

eksaserbasi disertai distres pernapasan Serangan asma ditandai oleh penurunan

PEF atau FEV Derajat serangan asma bervariasi mulai dari yang ringan sedang

berat dan serangan yang mengancam jiwa perburukan dapat terjadi dalam

beberapa menit jam atau hari Serangan akut biasanya timbul akibat pajanan

terhadap faktorpencetus (paling sering infeksi virus atau alergen) sedangkan

serangan berupa perburukan yang bertahap mencerminkan kegagalan pengelolaan

jangka panjang penyakit 3

13

Derajat asma Gejala Gejala malam Faal paru

intermiten Bulanan

Gejala

lt1xmnggu tanpa

gejala diluar

serangan

Serangan singkat

le 2x sebulan APE ge80

Persisten ringan Mingguan

Gejala gt1xmgg tp

lt1xhari

Serangan dapat

mengganggu

aktivitas dan tidur

gt2x sebulan APE gt80

Persisten sedang Harian

Gejala setiap hari

serangan

mengganggu

aktifitas dan tidur

Bronkodilator setiap

hari

gt2x sebulan APE 60-80

Persisten berat Kontinyu

Gejala terus menerus

Sering kambuh

Aktivitas fisik

terbatas

sering APE le60

Tabel 1 klasifikasi asma menurut PNAA

Jika menemukan atau mencurigai status asmatikus harus ditemukan sesak

napas yang diikuti dengan keadaan dibawah ini 5

1 Terjadinya gerakan paradoks thoracoabdominal

14

2 Mengi mungkin tidak terdengar ( pada pasien dengan obstruksi jalan napas

yang berat)

3 Hipoksemia berat yang bermanifestasi menjadi bradikardi

4 Pulsus paradoksus menghilang Ini menandakan bahwa otot-otot saluran

pernapasan menjadi lemah

Tes yang digunakan untuk mendiagnosis asma adalah 5

1 Tes fungsi paru seperti spirometri dan plethismografi

2 Latihan fisik Latihan fisik seperti treadmill dan bersepada harus diikuti

dengan tes spirometri yang biasanya akan menandakan denyut jantung

mencapai batas maksimum 60 persen diikuti dengan monitoring

menggunakan elektrokardiogram dan saturasi oksihemoglobin

3 Radiografi Gambaran radiologi akan menunjukkan hiperinflasi dan tanda

menikatnya corakan bronkovaskular Radiologi juga dapat menunjukkan

terjadinya penyakit parenkim paru atelektasis pneumonia anomali

kongenital atau benda asing

4 Evaluasi histologi pada jalan napas Akan ditemukan infiltrat yang tipikal

dengan serbukan sel inflamasi terbatasnya jalan napas akibat obstruksi

hilangnya epitel pada bronkus dan bronkiolus dan sekresi mukus

Pada pasien ini diagnosis hanya ditegakkan berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan fisik saja Pemeriksaan penunjang seperti tes fungsi paru

(spirometri) radiologi dan pemeriksaan patologi anatomi tidak dilakukan karena

keterbatasan alat dan biaya Tetapi pada pasien ini dapat ditegakkan diagnosis

karena ditemukan riwayat alergi udara dingin sesak napas batuk mengi dan

sesak napas mengalami perbaikan setelah pemberian bronkodilator

Prinsip umum tatalaksana asma adalah penyamaan persepsi dan

membangun komitmen dengan orang tua obat pengendali diberikan terus-

menerus tanpa melihat ada atau tidaknya serangan selama periode waktu yang

direncanakan sebelum menaikkan atau menurunkan dosis obat jangan lupa

evaluasi berkala tentang penghindaran terhadap faktor pencetus Identifikasi

15

faktor penyulit yang mungkin muncul selama terapi medikamentosa evaluasi

berkala tentang cara pemakaian obat catat frekuensi serangan akut yang muncul

sebelum terapi jangka panjang dilakukan3

Tatalaksana serangan asma ringan adalah sebagai berikut 3

1 Jika dengan sekali nebulisasi pasien menunjukkan respon yang baik

(complete response) berarti derajat serangannya ringan

2 Pasien diobservasi selama 1-2 jam jika respon tersebut bertahan pasien

dapat dipulangkan Pasien dibekali obat β-agonis (hirupan atau oral) yang

harus diberikan tiap 4-6 jam

3 Jika pencetus serangannya adalah infeksi virus dapat ditambahkan steroid

oral jangka pendek (3-5 hari)

4 Pasien kemudian dianjurkan kontrol ke klinik rawat jalan dalam waktu 24-

48 jam untuk evaluasi ulang tatalaksana

5 Jika sebelum serangan pasien sudah mendapat obat pengendali obat

tersebut diteruskan hingga evaluasi ulang yang dilakukan di klinik rawat

jalan Namun jika setelah observasi 2 jam gejala timbul kembali pasien

diperlakukan sebagai serangan asma sedang

Tatalaksana serangan asma sedang adalah sebagai berikut3

1 Jika dengan pemberian nebulisasi dua atau tiga kali pasien hanya

menunjukkan respon parsial (incomplete response) kemungkinan derajat

serangannya sedang Untuk itu derajat serangan harus dinilai ulang sesuai

pedoman

2 Jika serangannya memang termasuk serangan sedang pasien perlu

diobservasi dan ditangani di ruang rawat sehari Pada serangan asma

sedang diberikan kortikosteroid sistemik oral metilprednisolon dengan

dosis 05-1 mgkgBBhari selama3-5 hari

3 Walaupun belum tentu diperlukan untuk persiapan keadaan darurat

pasien yang akan diobservasi di RS langsung dipasang jalur parenteral

sejak di unit gawat darurat

16

Tatalaksana serangan asma berat adalah sebagai berikut3

1 Bila dengan 3 kali nebulisasi berturut-turut pasien tidak menunjukkan

respon (poor response) yaitu gejala dan tanda serangan masih ada pasien

harus dirawat di ruang inap

2 Oksigen 2-4 litermenit diberikan sejak awal termasuk saat nebulisasi

3 Kemudian dipasang jalur parenteral dan dilakukan foto toraks

4 Bila pasien menunjukkan gejala dan tanda ancaman henti napas pasien

harus langsung dirawat di ruang intensif Pada pasien dengan serangan

berat dan ancaman henti napas foto thoraks harus langsung dibuat untuk

mendeteksi komplikasi pneumotoraks dan atau pneumomediastinum

5 Jika ada dehidrasi dan asidosis diatasi dengan pemberian cairan intravena

dan koreksi terhadap asidosis

6 Steroid intravena diberikan secara bolus tiap 6-8 jam

7 Dosis steroid intravena 05-1 mgkgBBhari

8 Nebulisasi β-agonis ditambah antikolinergik dengan oksigen dilanjutkan

tiap 1-2 jam Jika dengan 4-6 kali pemberian mulai terjadi perbaikan klinis

jarak pemberian dapat diperlebar menjadi tiap 4-6 jam

9 Aminofilin diberikan secara intravena dengan ketentuan jika pasien belum

mendapat aminofilin sebelumnya diberikan aminofilin dosis awal (inisial)

sebesar 6-8 mgkgBB dilarutkan dalam dekstrosa 5 atau garam fisiologis

sebanyak 20 ml diberikan dalam 20-30 menit Jika pasien telah mendapat

aminofilin sebelumnya (kurang dari 4 jam) dosis yang diberikan adalah

setengah dosis inisial Selanjutnya aminofilin dosis rumatan diberikan

sebesar 05-1 mgkgBBjam

10 Jika dalam 24 jam pasien tetap stabil pasien dapat dipulangkan dengan

dibekali obat β-agonis (hirupan oral) yang diberikan tiap 4-6 jam selama

24-48 jam Selain itu steroid oral dilanjutkan hingga pasien kontrol ke

klinik rawat jalan dalam 24-48 jam untuk evaluasi ulang tata laksana

Dalam menentukan tata laksana jangka panjang asma dibutuhkan

penilaian yang seksama terhadap derajat penyakit asma serta keuntungan dan

17

kerugian pengobatan Menurut GINA keberhasilan tata laksana asma pada anak

tidak hanya dalam hal mengatasi serangan akut saja (tata laksana jangka pendek)

tetapi juga pada aspek pencegahan muncul atau berulangnya serangan yang

disebut juga tata laksana jangka panjang3

1 Asma Episodik Jarang3

Hanya butuh obat reliever (pereda) saja (β2-agonis teofilin) yang

diberikan saat dalam serangan saja

Tidak perlu diberikan obat pengendali

Jika pemakaian β2-agonis hirupan lebih dari 3x per minggu atau

serangan sedang atau berat muncul lebih dari 1x per bulan maka tata

laksana diperlakukan sebagai asma episodik sering

2 Asma Episodik Sering

Steroid hirupan dimulai dengan dosis rendah Untuk usia kurang dari

12 tahun Budesonide 100-200 μg (50-100 μg Flutikason) dan untuk

usia lebih dari 12 tahun Budesonide 200-400 μg (100-200 μg

Flutikason)

Evaluasi setelah 6-8 minggu (klinis dan uji fungsi paru) maksimal 8-12

minggu Jika respon buruk naikkan bertahap dosis steroid hirupan

dengan dosis menengah sampai 400 μg (step up) Jika respon baik

turunkan dosis steroid hirupan dan jika perlu hentikan (step down)

3 Asma Persisten Terdapat 2 alternatif

Steroid hirupan tetap dalam dosis rendah dan dikombinasi dengan

salah satu obat yaitu LABA (long acting β2-agonis) (Prokaterol

Bambuterol Salmeterol) atau Teofilin lepas lambat (teophiline slow

releaseTSR) atau Anti Leucotrien Receptor (ALTR) (Zafirlukas

Montelukas)

Meningkatkan dosis steroid hirupan menjadi dosis medium yaitu

Untuk usia kurang dari 12 tahun Budesonide 200-400 μg (100-200 μg

Flutikason) dan untuk usia lebih dari 12 tahun Budesonide 400-600

μg (200-300 μg Flutikason)

18

Evaluasi kembali setelah 6-8 minggu

Jika masih terdapat gejala atau serangan asma maka langkah berikutnya

memakai salah satu dari 2 alternatif selanjutnya yaitu 3

Steroid hirupan tetap dalam dosis medium ditambah salah satu obat

LABA TSR atau ALTR

Meningkatkandosis steroid hirupan menjadi dosis tinggi Untuk usia

kurang dari 12 tahun Budesonide lebih dari 400 μghari (gt 200 μghari

Flutikason) dan untuk usia lebih dari 12 tahun Budesonide lebih dari 600

μghari (gt 300 μghari Flutikason)

Evaluasi kembali setelah 6-8 minggu

19

Page 9: Refka Anak Asma Bronchial Dr.kartin

Asma merupakan penyakit yang mempunyai karakterisik yang ditandai

dengan obstruksi saluran napas yang reversibel reaktifitas bronkial yang

meningkatdan inflamasi jalan napas Asma merupakan hasil dari interaksi yang

sangat kompleks sel-sel inflamasi mediator inflamasi epitel sel jalan napas dan

otot polos saluran napas serta sistem saraf Secara keseluruhan pada individu

yang mudah mendapat serangan asma interaksi ini dapat dengan mudah

menyebabkan gejala napas pendek mengi batuk dan dada terasa sesak2

Asma menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2009) adalah mengi

berulang dan atau batuk persisten dengan karakteristik timbul secara episodik

cenderung pada malam atau dini hari (nokturnal) musiman setelah aktifitas fisik

serta terdapat riwayat asma atau atopi lain pada pasien dan atau keluarganya3

Prevalensi total asma diseluruh dunia diperkirakan 72 (10 pada anak)

dan sangat bervariasi antar negara Prevalensi asma di Indonesia berdasarkan

penelitian tahun 2002 pada anak usia 13-14 tahun adalah 673

Penyebab dari timbulnya asma dapat dibagi menjadi etiologi alergi dan

non alergi Aeroalergen dapat berupa serbuk bunga spora jamur debu tungau

alergi binatang dan makanan (khususnya pada anak-anak) Sedangkan penyebab

non-alergi pada asma berupa asap rokok cuaca dan udara dingin bahan-bahan

kimia obat-obatan (seperti aspirin dan NSAID latihan fisik perubahan hormonal

dan bahan-bahan makanan)3

Pada anamnesa pasien dapat ditemukan adanya keluhan sesak napas sesak

napas timbul 1-2x dalam sebulan sesak membaik apabila tidur dengan kepala

tinggi dan sesak bertambah hebat apabila terkena udara dingin Pasien ini juga

berulang-kali masuk rumah sakit dan dirawat lebih dari 3 kali Sesuai dengan teori

bahwa asma merupakan inflamasi saluran napas yang reversibel Sedangkan

penyebab dari timbulnya asma pada pasien ini adalah nonalergik yaitu udara

dingin

Patofisiologi asma tampaknya memperlihatkan hiperresponsivitas pada

jalan napas setelah terpajan satu atau lebih rangsangan iritan Karena jalan napas

9

yang rentan dan hiperresponsif reaksi inflamasi dan bronkokonstriksi keduanya

dapat terjadi bersamaan Mediator utama pada reaksi asmatik adalah eosinofil

salah satu jenis sel darah putih Eosinofil terkonsentrasi di satu area dan

melepaskan zat kimia yang menstimulasi degranulasi sel mast Eosinofil juga

menarik jenis sel darah putih lainnya termasuk basofil dan neutrofil

menstimulasi produk mukus dan meningkatkan pembengkakan serta edema

jaringan Respon inflamasi terjadi diawali oleh stimulus tetapi mungkin

memerlukan waktu paling lama 12 jam untuk memperlihatkan gejala Asma yang

lebih akut adalah efek dari histamin kimiawi pada otot polos bronkus Histamin

dilepaskan bersama IgE yang memediasi degranulasi sel mast dengan cepat dan

menyebabkan konstriksi dan spasme otot polos bronkiolus Histamin juga

menstimulasi produksi mukus dan meningkatkan permeabilitas kapiler

selanjutnya menyebabkan kongesti dan pembengkakan ruang interstitial paru1

Gambar 1 paparan pertama alergen pada asma

10

Gambar 2 reaksi imunologis pada asma

Gambar 3 efek dari reaksi imunologis

Respon alergi pada saluran napas merupakan interaksi kompleks dari sel

mast eosinofil limfosit T makrofag sel dendrit dan neutrofil Studi klinik

menyatakan perubahan ini disebabkan respon alergi yang dini yang dapat terjadi

dalam beberapa menit dan mencapai puncak dalam waktu 20 menit diikuti

terhirupnya suatu alergen Manifestasi klinik pada respon alergi dini saluran napas

11

adalah konstriksi bronkus edema jalan napas dan sekresi mukus Respon ini

merupakan hasil dari sel mast dan mediator inflamasinya 4 sampai 10 jam

kemudian terjadi respon alergi lambat akibat dari infiltrat sel inflamasi ke dalam

jalan napas dan penggabungan beberapa mediator dan sitokin inflamasi serta

aktifnya limfosit dan eosinofil2

Antigen presenting cells dalam hal ini makrofag dan sel dendrit melakukan

proses imunologis pada saluran napas dan mempresentasikan antigen pada sel T

helper sel T helper menjadi aktif dan mengeluarkan sitokin Sel T helper melalui

sitokin dapat menginduksi perkembangan sel T helper 1 (yang dapat

mengeluarkan sitokin interfereon-gamma IL-2) atau T helper 2 (yang

mengeluarkan sitokin IL-4 IL-5 IL-9 IL-13) Sel T regular mempunyai peran

penting tejadinya respon alergen pada sel T helper 2 Sel T helper 2 saat terikat

dengan alergen akan menginduksi sel B untuk memproduksi IgE dan

teraktivasinya eosinofil2

Gejala dan tanda yang dapat timbul pada pasien asma adalah mengibatuk

nafas pendek nyeri atau dada terasa berat Menurut National Asthma Education

and Prevention Program diagnosis dapat ditegakkan apabila ditemukan obstruksi

saluran napas yang episodik disertai gejala obstruksi saluran napas obstruksi

saluran napas dan gejala klinis yang timbul reversibel atau dapat sembuh dengan

sendirinya 4

Pada pasien ini saat dilakukan pemeriksaan fisis ditemukan bunyi mengi

pada saat ekspirasi batuk sesak napas dan napas pendek Setelah dilakukan

nebulizer di Instalasi Gawat Darurat RSU Anutapura gejala klinis yang timbul

pada pasien ini mulai berkurang Hal ini sesuai dengan teori dari asma itu sendiri

bahwa gejala klinis yang timbul mengalami perbaikan setelah pemberian obat

bronkodilator

12

Gambar 4 derajat pembagian asma menurut GINA

Eksaserbasi (serangan asma) adalah episode perburukan gejala-gejala

asma secara progresif Gejala yang dimaksud adalah sesak napasbatuk mengi

dada rasa tertekan atau berbagai kombinasi jalan tersebut Pada umumnya

eksaserbasi disertai distres pernapasan Serangan asma ditandai oleh penurunan

PEF atau FEV Derajat serangan asma bervariasi mulai dari yang ringan sedang

berat dan serangan yang mengancam jiwa perburukan dapat terjadi dalam

beberapa menit jam atau hari Serangan akut biasanya timbul akibat pajanan

terhadap faktorpencetus (paling sering infeksi virus atau alergen) sedangkan

serangan berupa perburukan yang bertahap mencerminkan kegagalan pengelolaan

jangka panjang penyakit 3

13

Derajat asma Gejala Gejala malam Faal paru

intermiten Bulanan

Gejala

lt1xmnggu tanpa

gejala diluar

serangan

Serangan singkat

le 2x sebulan APE ge80

Persisten ringan Mingguan

Gejala gt1xmgg tp

lt1xhari

Serangan dapat

mengganggu

aktivitas dan tidur

gt2x sebulan APE gt80

Persisten sedang Harian

Gejala setiap hari

serangan

mengganggu

aktifitas dan tidur

Bronkodilator setiap

hari

gt2x sebulan APE 60-80

Persisten berat Kontinyu

Gejala terus menerus

Sering kambuh

Aktivitas fisik

terbatas

sering APE le60

Tabel 1 klasifikasi asma menurut PNAA

Jika menemukan atau mencurigai status asmatikus harus ditemukan sesak

napas yang diikuti dengan keadaan dibawah ini 5

1 Terjadinya gerakan paradoks thoracoabdominal

14

2 Mengi mungkin tidak terdengar ( pada pasien dengan obstruksi jalan napas

yang berat)

3 Hipoksemia berat yang bermanifestasi menjadi bradikardi

4 Pulsus paradoksus menghilang Ini menandakan bahwa otot-otot saluran

pernapasan menjadi lemah

Tes yang digunakan untuk mendiagnosis asma adalah 5

1 Tes fungsi paru seperti spirometri dan plethismografi

2 Latihan fisik Latihan fisik seperti treadmill dan bersepada harus diikuti

dengan tes spirometri yang biasanya akan menandakan denyut jantung

mencapai batas maksimum 60 persen diikuti dengan monitoring

menggunakan elektrokardiogram dan saturasi oksihemoglobin

3 Radiografi Gambaran radiologi akan menunjukkan hiperinflasi dan tanda

menikatnya corakan bronkovaskular Radiologi juga dapat menunjukkan

terjadinya penyakit parenkim paru atelektasis pneumonia anomali

kongenital atau benda asing

4 Evaluasi histologi pada jalan napas Akan ditemukan infiltrat yang tipikal

dengan serbukan sel inflamasi terbatasnya jalan napas akibat obstruksi

hilangnya epitel pada bronkus dan bronkiolus dan sekresi mukus

Pada pasien ini diagnosis hanya ditegakkan berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan fisik saja Pemeriksaan penunjang seperti tes fungsi paru

(spirometri) radiologi dan pemeriksaan patologi anatomi tidak dilakukan karena

keterbatasan alat dan biaya Tetapi pada pasien ini dapat ditegakkan diagnosis

karena ditemukan riwayat alergi udara dingin sesak napas batuk mengi dan

sesak napas mengalami perbaikan setelah pemberian bronkodilator

Prinsip umum tatalaksana asma adalah penyamaan persepsi dan

membangun komitmen dengan orang tua obat pengendali diberikan terus-

menerus tanpa melihat ada atau tidaknya serangan selama periode waktu yang

direncanakan sebelum menaikkan atau menurunkan dosis obat jangan lupa

evaluasi berkala tentang penghindaran terhadap faktor pencetus Identifikasi

15

faktor penyulit yang mungkin muncul selama terapi medikamentosa evaluasi

berkala tentang cara pemakaian obat catat frekuensi serangan akut yang muncul

sebelum terapi jangka panjang dilakukan3

Tatalaksana serangan asma ringan adalah sebagai berikut 3

1 Jika dengan sekali nebulisasi pasien menunjukkan respon yang baik

(complete response) berarti derajat serangannya ringan

2 Pasien diobservasi selama 1-2 jam jika respon tersebut bertahan pasien

dapat dipulangkan Pasien dibekali obat β-agonis (hirupan atau oral) yang

harus diberikan tiap 4-6 jam

3 Jika pencetus serangannya adalah infeksi virus dapat ditambahkan steroid

oral jangka pendek (3-5 hari)

4 Pasien kemudian dianjurkan kontrol ke klinik rawat jalan dalam waktu 24-

48 jam untuk evaluasi ulang tatalaksana

5 Jika sebelum serangan pasien sudah mendapat obat pengendali obat

tersebut diteruskan hingga evaluasi ulang yang dilakukan di klinik rawat

jalan Namun jika setelah observasi 2 jam gejala timbul kembali pasien

diperlakukan sebagai serangan asma sedang

Tatalaksana serangan asma sedang adalah sebagai berikut3

1 Jika dengan pemberian nebulisasi dua atau tiga kali pasien hanya

menunjukkan respon parsial (incomplete response) kemungkinan derajat

serangannya sedang Untuk itu derajat serangan harus dinilai ulang sesuai

pedoman

2 Jika serangannya memang termasuk serangan sedang pasien perlu

diobservasi dan ditangani di ruang rawat sehari Pada serangan asma

sedang diberikan kortikosteroid sistemik oral metilprednisolon dengan

dosis 05-1 mgkgBBhari selama3-5 hari

3 Walaupun belum tentu diperlukan untuk persiapan keadaan darurat

pasien yang akan diobservasi di RS langsung dipasang jalur parenteral

sejak di unit gawat darurat

16

Tatalaksana serangan asma berat adalah sebagai berikut3

1 Bila dengan 3 kali nebulisasi berturut-turut pasien tidak menunjukkan

respon (poor response) yaitu gejala dan tanda serangan masih ada pasien

harus dirawat di ruang inap

2 Oksigen 2-4 litermenit diberikan sejak awal termasuk saat nebulisasi

3 Kemudian dipasang jalur parenteral dan dilakukan foto toraks

4 Bila pasien menunjukkan gejala dan tanda ancaman henti napas pasien

harus langsung dirawat di ruang intensif Pada pasien dengan serangan

berat dan ancaman henti napas foto thoraks harus langsung dibuat untuk

mendeteksi komplikasi pneumotoraks dan atau pneumomediastinum

5 Jika ada dehidrasi dan asidosis diatasi dengan pemberian cairan intravena

dan koreksi terhadap asidosis

6 Steroid intravena diberikan secara bolus tiap 6-8 jam

7 Dosis steroid intravena 05-1 mgkgBBhari

8 Nebulisasi β-agonis ditambah antikolinergik dengan oksigen dilanjutkan

tiap 1-2 jam Jika dengan 4-6 kali pemberian mulai terjadi perbaikan klinis

jarak pemberian dapat diperlebar menjadi tiap 4-6 jam

9 Aminofilin diberikan secara intravena dengan ketentuan jika pasien belum

mendapat aminofilin sebelumnya diberikan aminofilin dosis awal (inisial)

sebesar 6-8 mgkgBB dilarutkan dalam dekstrosa 5 atau garam fisiologis

sebanyak 20 ml diberikan dalam 20-30 menit Jika pasien telah mendapat

aminofilin sebelumnya (kurang dari 4 jam) dosis yang diberikan adalah

setengah dosis inisial Selanjutnya aminofilin dosis rumatan diberikan

sebesar 05-1 mgkgBBjam

10 Jika dalam 24 jam pasien tetap stabil pasien dapat dipulangkan dengan

dibekali obat β-agonis (hirupan oral) yang diberikan tiap 4-6 jam selama

24-48 jam Selain itu steroid oral dilanjutkan hingga pasien kontrol ke

klinik rawat jalan dalam 24-48 jam untuk evaluasi ulang tata laksana

Dalam menentukan tata laksana jangka panjang asma dibutuhkan

penilaian yang seksama terhadap derajat penyakit asma serta keuntungan dan

17

kerugian pengobatan Menurut GINA keberhasilan tata laksana asma pada anak

tidak hanya dalam hal mengatasi serangan akut saja (tata laksana jangka pendek)

tetapi juga pada aspek pencegahan muncul atau berulangnya serangan yang

disebut juga tata laksana jangka panjang3

1 Asma Episodik Jarang3

Hanya butuh obat reliever (pereda) saja (β2-agonis teofilin) yang

diberikan saat dalam serangan saja

Tidak perlu diberikan obat pengendali

Jika pemakaian β2-agonis hirupan lebih dari 3x per minggu atau

serangan sedang atau berat muncul lebih dari 1x per bulan maka tata

laksana diperlakukan sebagai asma episodik sering

2 Asma Episodik Sering

Steroid hirupan dimulai dengan dosis rendah Untuk usia kurang dari

12 tahun Budesonide 100-200 μg (50-100 μg Flutikason) dan untuk

usia lebih dari 12 tahun Budesonide 200-400 μg (100-200 μg

Flutikason)

Evaluasi setelah 6-8 minggu (klinis dan uji fungsi paru) maksimal 8-12

minggu Jika respon buruk naikkan bertahap dosis steroid hirupan

dengan dosis menengah sampai 400 μg (step up) Jika respon baik

turunkan dosis steroid hirupan dan jika perlu hentikan (step down)

3 Asma Persisten Terdapat 2 alternatif

Steroid hirupan tetap dalam dosis rendah dan dikombinasi dengan

salah satu obat yaitu LABA (long acting β2-agonis) (Prokaterol

Bambuterol Salmeterol) atau Teofilin lepas lambat (teophiline slow

releaseTSR) atau Anti Leucotrien Receptor (ALTR) (Zafirlukas

Montelukas)

Meningkatkan dosis steroid hirupan menjadi dosis medium yaitu

Untuk usia kurang dari 12 tahun Budesonide 200-400 μg (100-200 μg

Flutikason) dan untuk usia lebih dari 12 tahun Budesonide 400-600

μg (200-300 μg Flutikason)

18

Evaluasi kembali setelah 6-8 minggu

Jika masih terdapat gejala atau serangan asma maka langkah berikutnya

memakai salah satu dari 2 alternatif selanjutnya yaitu 3

Steroid hirupan tetap dalam dosis medium ditambah salah satu obat

LABA TSR atau ALTR

Meningkatkandosis steroid hirupan menjadi dosis tinggi Untuk usia

kurang dari 12 tahun Budesonide lebih dari 400 μghari (gt 200 μghari

Flutikason) dan untuk usia lebih dari 12 tahun Budesonide lebih dari 600

μghari (gt 300 μghari Flutikason)

Evaluasi kembali setelah 6-8 minggu

19

Page 10: Refka Anak Asma Bronchial Dr.kartin

yang rentan dan hiperresponsif reaksi inflamasi dan bronkokonstriksi keduanya

dapat terjadi bersamaan Mediator utama pada reaksi asmatik adalah eosinofil

salah satu jenis sel darah putih Eosinofil terkonsentrasi di satu area dan

melepaskan zat kimia yang menstimulasi degranulasi sel mast Eosinofil juga

menarik jenis sel darah putih lainnya termasuk basofil dan neutrofil

menstimulasi produk mukus dan meningkatkan pembengkakan serta edema

jaringan Respon inflamasi terjadi diawali oleh stimulus tetapi mungkin

memerlukan waktu paling lama 12 jam untuk memperlihatkan gejala Asma yang

lebih akut adalah efek dari histamin kimiawi pada otot polos bronkus Histamin

dilepaskan bersama IgE yang memediasi degranulasi sel mast dengan cepat dan

menyebabkan konstriksi dan spasme otot polos bronkiolus Histamin juga

menstimulasi produksi mukus dan meningkatkan permeabilitas kapiler

selanjutnya menyebabkan kongesti dan pembengkakan ruang interstitial paru1

Gambar 1 paparan pertama alergen pada asma

10

Gambar 2 reaksi imunologis pada asma

Gambar 3 efek dari reaksi imunologis

Respon alergi pada saluran napas merupakan interaksi kompleks dari sel

mast eosinofil limfosit T makrofag sel dendrit dan neutrofil Studi klinik

menyatakan perubahan ini disebabkan respon alergi yang dini yang dapat terjadi

dalam beberapa menit dan mencapai puncak dalam waktu 20 menit diikuti

terhirupnya suatu alergen Manifestasi klinik pada respon alergi dini saluran napas

11

adalah konstriksi bronkus edema jalan napas dan sekresi mukus Respon ini

merupakan hasil dari sel mast dan mediator inflamasinya 4 sampai 10 jam

kemudian terjadi respon alergi lambat akibat dari infiltrat sel inflamasi ke dalam

jalan napas dan penggabungan beberapa mediator dan sitokin inflamasi serta

aktifnya limfosit dan eosinofil2

Antigen presenting cells dalam hal ini makrofag dan sel dendrit melakukan

proses imunologis pada saluran napas dan mempresentasikan antigen pada sel T

helper sel T helper menjadi aktif dan mengeluarkan sitokin Sel T helper melalui

sitokin dapat menginduksi perkembangan sel T helper 1 (yang dapat

mengeluarkan sitokin interfereon-gamma IL-2) atau T helper 2 (yang

mengeluarkan sitokin IL-4 IL-5 IL-9 IL-13) Sel T regular mempunyai peran

penting tejadinya respon alergen pada sel T helper 2 Sel T helper 2 saat terikat

dengan alergen akan menginduksi sel B untuk memproduksi IgE dan

teraktivasinya eosinofil2

Gejala dan tanda yang dapat timbul pada pasien asma adalah mengibatuk

nafas pendek nyeri atau dada terasa berat Menurut National Asthma Education

and Prevention Program diagnosis dapat ditegakkan apabila ditemukan obstruksi

saluran napas yang episodik disertai gejala obstruksi saluran napas obstruksi

saluran napas dan gejala klinis yang timbul reversibel atau dapat sembuh dengan

sendirinya 4

Pada pasien ini saat dilakukan pemeriksaan fisis ditemukan bunyi mengi

pada saat ekspirasi batuk sesak napas dan napas pendek Setelah dilakukan

nebulizer di Instalasi Gawat Darurat RSU Anutapura gejala klinis yang timbul

pada pasien ini mulai berkurang Hal ini sesuai dengan teori dari asma itu sendiri

bahwa gejala klinis yang timbul mengalami perbaikan setelah pemberian obat

bronkodilator

12

Gambar 4 derajat pembagian asma menurut GINA

Eksaserbasi (serangan asma) adalah episode perburukan gejala-gejala

asma secara progresif Gejala yang dimaksud adalah sesak napasbatuk mengi

dada rasa tertekan atau berbagai kombinasi jalan tersebut Pada umumnya

eksaserbasi disertai distres pernapasan Serangan asma ditandai oleh penurunan

PEF atau FEV Derajat serangan asma bervariasi mulai dari yang ringan sedang

berat dan serangan yang mengancam jiwa perburukan dapat terjadi dalam

beberapa menit jam atau hari Serangan akut biasanya timbul akibat pajanan

terhadap faktorpencetus (paling sering infeksi virus atau alergen) sedangkan

serangan berupa perburukan yang bertahap mencerminkan kegagalan pengelolaan

jangka panjang penyakit 3

13

Derajat asma Gejala Gejala malam Faal paru

intermiten Bulanan

Gejala

lt1xmnggu tanpa

gejala diluar

serangan

Serangan singkat

le 2x sebulan APE ge80

Persisten ringan Mingguan

Gejala gt1xmgg tp

lt1xhari

Serangan dapat

mengganggu

aktivitas dan tidur

gt2x sebulan APE gt80

Persisten sedang Harian

Gejala setiap hari

serangan

mengganggu

aktifitas dan tidur

Bronkodilator setiap

hari

gt2x sebulan APE 60-80

Persisten berat Kontinyu

Gejala terus menerus

Sering kambuh

Aktivitas fisik

terbatas

sering APE le60

Tabel 1 klasifikasi asma menurut PNAA

Jika menemukan atau mencurigai status asmatikus harus ditemukan sesak

napas yang diikuti dengan keadaan dibawah ini 5

1 Terjadinya gerakan paradoks thoracoabdominal

14

2 Mengi mungkin tidak terdengar ( pada pasien dengan obstruksi jalan napas

yang berat)

3 Hipoksemia berat yang bermanifestasi menjadi bradikardi

4 Pulsus paradoksus menghilang Ini menandakan bahwa otot-otot saluran

pernapasan menjadi lemah

Tes yang digunakan untuk mendiagnosis asma adalah 5

1 Tes fungsi paru seperti spirometri dan plethismografi

2 Latihan fisik Latihan fisik seperti treadmill dan bersepada harus diikuti

dengan tes spirometri yang biasanya akan menandakan denyut jantung

mencapai batas maksimum 60 persen diikuti dengan monitoring

menggunakan elektrokardiogram dan saturasi oksihemoglobin

3 Radiografi Gambaran radiologi akan menunjukkan hiperinflasi dan tanda

menikatnya corakan bronkovaskular Radiologi juga dapat menunjukkan

terjadinya penyakit parenkim paru atelektasis pneumonia anomali

kongenital atau benda asing

4 Evaluasi histologi pada jalan napas Akan ditemukan infiltrat yang tipikal

dengan serbukan sel inflamasi terbatasnya jalan napas akibat obstruksi

hilangnya epitel pada bronkus dan bronkiolus dan sekresi mukus

Pada pasien ini diagnosis hanya ditegakkan berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan fisik saja Pemeriksaan penunjang seperti tes fungsi paru

(spirometri) radiologi dan pemeriksaan patologi anatomi tidak dilakukan karena

keterbatasan alat dan biaya Tetapi pada pasien ini dapat ditegakkan diagnosis

karena ditemukan riwayat alergi udara dingin sesak napas batuk mengi dan

sesak napas mengalami perbaikan setelah pemberian bronkodilator

Prinsip umum tatalaksana asma adalah penyamaan persepsi dan

membangun komitmen dengan orang tua obat pengendali diberikan terus-

menerus tanpa melihat ada atau tidaknya serangan selama periode waktu yang

direncanakan sebelum menaikkan atau menurunkan dosis obat jangan lupa

evaluasi berkala tentang penghindaran terhadap faktor pencetus Identifikasi

15

faktor penyulit yang mungkin muncul selama terapi medikamentosa evaluasi

berkala tentang cara pemakaian obat catat frekuensi serangan akut yang muncul

sebelum terapi jangka panjang dilakukan3

Tatalaksana serangan asma ringan adalah sebagai berikut 3

1 Jika dengan sekali nebulisasi pasien menunjukkan respon yang baik

(complete response) berarti derajat serangannya ringan

2 Pasien diobservasi selama 1-2 jam jika respon tersebut bertahan pasien

dapat dipulangkan Pasien dibekali obat β-agonis (hirupan atau oral) yang

harus diberikan tiap 4-6 jam

3 Jika pencetus serangannya adalah infeksi virus dapat ditambahkan steroid

oral jangka pendek (3-5 hari)

4 Pasien kemudian dianjurkan kontrol ke klinik rawat jalan dalam waktu 24-

48 jam untuk evaluasi ulang tatalaksana

5 Jika sebelum serangan pasien sudah mendapat obat pengendali obat

tersebut diteruskan hingga evaluasi ulang yang dilakukan di klinik rawat

jalan Namun jika setelah observasi 2 jam gejala timbul kembali pasien

diperlakukan sebagai serangan asma sedang

Tatalaksana serangan asma sedang adalah sebagai berikut3

1 Jika dengan pemberian nebulisasi dua atau tiga kali pasien hanya

menunjukkan respon parsial (incomplete response) kemungkinan derajat

serangannya sedang Untuk itu derajat serangan harus dinilai ulang sesuai

pedoman

2 Jika serangannya memang termasuk serangan sedang pasien perlu

diobservasi dan ditangani di ruang rawat sehari Pada serangan asma

sedang diberikan kortikosteroid sistemik oral metilprednisolon dengan

dosis 05-1 mgkgBBhari selama3-5 hari

3 Walaupun belum tentu diperlukan untuk persiapan keadaan darurat

pasien yang akan diobservasi di RS langsung dipasang jalur parenteral

sejak di unit gawat darurat

16

Tatalaksana serangan asma berat adalah sebagai berikut3

1 Bila dengan 3 kali nebulisasi berturut-turut pasien tidak menunjukkan

respon (poor response) yaitu gejala dan tanda serangan masih ada pasien

harus dirawat di ruang inap

2 Oksigen 2-4 litermenit diberikan sejak awal termasuk saat nebulisasi

3 Kemudian dipasang jalur parenteral dan dilakukan foto toraks

4 Bila pasien menunjukkan gejala dan tanda ancaman henti napas pasien

harus langsung dirawat di ruang intensif Pada pasien dengan serangan

berat dan ancaman henti napas foto thoraks harus langsung dibuat untuk

mendeteksi komplikasi pneumotoraks dan atau pneumomediastinum

5 Jika ada dehidrasi dan asidosis diatasi dengan pemberian cairan intravena

dan koreksi terhadap asidosis

6 Steroid intravena diberikan secara bolus tiap 6-8 jam

7 Dosis steroid intravena 05-1 mgkgBBhari

8 Nebulisasi β-agonis ditambah antikolinergik dengan oksigen dilanjutkan

tiap 1-2 jam Jika dengan 4-6 kali pemberian mulai terjadi perbaikan klinis

jarak pemberian dapat diperlebar menjadi tiap 4-6 jam

9 Aminofilin diberikan secara intravena dengan ketentuan jika pasien belum

mendapat aminofilin sebelumnya diberikan aminofilin dosis awal (inisial)

sebesar 6-8 mgkgBB dilarutkan dalam dekstrosa 5 atau garam fisiologis

sebanyak 20 ml diberikan dalam 20-30 menit Jika pasien telah mendapat

aminofilin sebelumnya (kurang dari 4 jam) dosis yang diberikan adalah

setengah dosis inisial Selanjutnya aminofilin dosis rumatan diberikan

sebesar 05-1 mgkgBBjam

10 Jika dalam 24 jam pasien tetap stabil pasien dapat dipulangkan dengan

dibekali obat β-agonis (hirupan oral) yang diberikan tiap 4-6 jam selama

24-48 jam Selain itu steroid oral dilanjutkan hingga pasien kontrol ke

klinik rawat jalan dalam 24-48 jam untuk evaluasi ulang tata laksana

Dalam menentukan tata laksana jangka panjang asma dibutuhkan

penilaian yang seksama terhadap derajat penyakit asma serta keuntungan dan

17

kerugian pengobatan Menurut GINA keberhasilan tata laksana asma pada anak

tidak hanya dalam hal mengatasi serangan akut saja (tata laksana jangka pendek)

tetapi juga pada aspek pencegahan muncul atau berulangnya serangan yang

disebut juga tata laksana jangka panjang3

1 Asma Episodik Jarang3

Hanya butuh obat reliever (pereda) saja (β2-agonis teofilin) yang

diberikan saat dalam serangan saja

Tidak perlu diberikan obat pengendali

Jika pemakaian β2-agonis hirupan lebih dari 3x per minggu atau

serangan sedang atau berat muncul lebih dari 1x per bulan maka tata

laksana diperlakukan sebagai asma episodik sering

2 Asma Episodik Sering

Steroid hirupan dimulai dengan dosis rendah Untuk usia kurang dari

12 tahun Budesonide 100-200 μg (50-100 μg Flutikason) dan untuk

usia lebih dari 12 tahun Budesonide 200-400 μg (100-200 μg

Flutikason)

Evaluasi setelah 6-8 minggu (klinis dan uji fungsi paru) maksimal 8-12

minggu Jika respon buruk naikkan bertahap dosis steroid hirupan

dengan dosis menengah sampai 400 μg (step up) Jika respon baik

turunkan dosis steroid hirupan dan jika perlu hentikan (step down)

3 Asma Persisten Terdapat 2 alternatif

Steroid hirupan tetap dalam dosis rendah dan dikombinasi dengan

salah satu obat yaitu LABA (long acting β2-agonis) (Prokaterol

Bambuterol Salmeterol) atau Teofilin lepas lambat (teophiline slow

releaseTSR) atau Anti Leucotrien Receptor (ALTR) (Zafirlukas

Montelukas)

Meningkatkan dosis steroid hirupan menjadi dosis medium yaitu

Untuk usia kurang dari 12 tahun Budesonide 200-400 μg (100-200 μg

Flutikason) dan untuk usia lebih dari 12 tahun Budesonide 400-600

μg (200-300 μg Flutikason)

18

Evaluasi kembali setelah 6-8 minggu

Jika masih terdapat gejala atau serangan asma maka langkah berikutnya

memakai salah satu dari 2 alternatif selanjutnya yaitu 3

Steroid hirupan tetap dalam dosis medium ditambah salah satu obat

LABA TSR atau ALTR

Meningkatkandosis steroid hirupan menjadi dosis tinggi Untuk usia

kurang dari 12 tahun Budesonide lebih dari 400 μghari (gt 200 μghari

Flutikason) dan untuk usia lebih dari 12 tahun Budesonide lebih dari 600

μghari (gt 300 μghari Flutikason)

Evaluasi kembali setelah 6-8 minggu

19

Page 11: Refka Anak Asma Bronchial Dr.kartin

Gambar 2 reaksi imunologis pada asma

Gambar 3 efek dari reaksi imunologis

Respon alergi pada saluran napas merupakan interaksi kompleks dari sel

mast eosinofil limfosit T makrofag sel dendrit dan neutrofil Studi klinik

menyatakan perubahan ini disebabkan respon alergi yang dini yang dapat terjadi

dalam beberapa menit dan mencapai puncak dalam waktu 20 menit diikuti

terhirupnya suatu alergen Manifestasi klinik pada respon alergi dini saluran napas

11

adalah konstriksi bronkus edema jalan napas dan sekresi mukus Respon ini

merupakan hasil dari sel mast dan mediator inflamasinya 4 sampai 10 jam

kemudian terjadi respon alergi lambat akibat dari infiltrat sel inflamasi ke dalam

jalan napas dan penggabungan beberapa mediator dan sitokin inflamasi serta

aktifnya limfosit dan eosinofil2

Antigen presenting cells dalam hal ini makrofag dan sel dendrit melakukan

proses imunologis pada saluran napas dan mempresentasikan antigen pada sel T

helper sel T helper menjadi aktif dan mengeluarkan sitokin Sel T helper melalui

sitokin dapat menginduksi perkembangan sel T helper 1 (yang dapat

mengeluarkan sitokin interfereon-gamma IL-2) atau T helper 2 (yang

mengeluarkan sitokin IL-4 IL-5 IL-9 IL-13) Sel T regular mempunyai peran

penting tejadinya respon alergen pada sel T helper 2 Sel T helper 2 saat terikat

dengan alergen akan menginduksi sel B untuk memproduksi IgE dan

teraktivasinya eosinofil2

Gejala dan tanda yang dapat timbul pada pasien asma adalah mengibatuk

nafas pendek nyeri atau dada terasa berat Menurut National Asthma Education

and Prevention Program diagnosis dapat ditegakkan apabila ditemukan obstruksi

saluran napas yang episodik disertai gejala obstruksi saluran napas obstruksi

saluran napas dan gejala klinis yang timbul reversibel atau dapat sembuh dengan

sendirinya 4

Pada pasien ini saat dilakukan pemeriksaan fisis ditemukan bunyi mengi

pada saat ekspirasi batuk sesak napas dan napas pendek Setelah dilakukan

nebulizer di Instalasi Gawat Darurat RSU Anutapura gejala klinis yang timbul

pada pasien ini mulai berkurang Hal ini sesuai dengan teori dari asma itu sendiri

bahwa gejala klinis yang timbul mengalami perbaikan setelah pemberian obat

bronkodilator

12

Gambar 4 derajat pembagian asma menurut GINA

Eksaserbasi (serangan asma) adalah episode perburukan gejala-gejala

asma secara progresif Gejala yang dimaksud adalah sesak napasbatuk mengi

dada rasa tertekan atau berbagai kombinasi jalan tersebut Pada umumnya

eksaserbasi disertai distres pernapasan Serangan asma ditandai oleh penurunan

PEF atau FEV Derajat serangan asma bervariasi mulai dari yang ringan sedang

berat dan serangan yang mengancam jiwa perburukan dapat terjadi dalam

beberapa menit jam atau hari Serangan akut biasanya timbul akibat pajanan

terhadap faktorpencetus (paling sering infeksi virus atau alergen) sedangkan

serangan berupa perburukan yang bertahap mencerminkan kegagalan pengelolaan

jangka panjang penyakit 3

13

Derajat asma Gejala Gejala malam Faal paru

intermiten Bulanan

Gejala

lt1xmnggu tanpa

gejala diluar

serangan

Serangan singkat

le 2x sebulan APE ge80

Persisten ringan Mingguan

Gejala gt1xmgg tp

lt1xhari

Serangan dapat

mengganggu

aktivitas dan tidur

gt2x sebulan APE gt80

Persisten sedang Harian

Gejala setiap hari

serangan

mengganggu

aktifitas dan tidur

Bronkodilator setiap

hari

gt2x sebulan APE 60-80

Persisten berat Kontinyu

Gejala terus menerus

Sering kambuh

Aktivitas fisik

terbatas

sering APE le60

Tabel 1 klasifikasi asma menurut PNAA

Jika menemukan atau mencurigai status asmatikus harus ditemukan sesak

napas yang diikuti dengan keadaan dibawah ini 5

1 Terjadinya gerakan paradoks thoracoabdominal

14

2 Mengi mungkin tidak terdengar ( pada pasien dengan obstruksi jalan napas

yang berat)

3 Hipoksemia berat yang bermanifestasi menjadi bradikardi

4 Pulsus paradoksus menghilang Ini menandakan bahwa otot-otot saluran

pernapasan menjadi lemah

Tes yang digunakan untuk mendiagnosis asma adalah 5

1 Tes fungsi paru seperti spirometri dan plethismografi

2 Latihan fisik Latihan fisik seperti treadmill dan bersepada harus diikuti

dengan tes spirometri yang biasanya akan menandakan denyut jantung

mencapai batas maksimum 60 persen diikuti dengan monitoring

menggunakan elektrokardiogram dan saturasi oksihemoglobin

3 Radiografi Gambaran radiologi akan menunjukkan hiperinflasi dan tanda

menikatnya corakan bronkovaskular Radiologi juga dapat menunjukkan

terjadinya penyakit parenkim paru atelektasis pneumonia anomali

kongenital atau benda asing

4 Evaluasi histologi pada jalan napas Akan ditemukan infiltrat yang tipikal

dengan serbukan sel inflamasi terbatasnya jalan napas akibat obstruksi

hilangnya epitel pada bronkus dan bronkiolus dan sekresi mukus

Pada pasien ini diagnosis hanya ditegakkan berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan fisik saja Pemeriksaan penunjang seperti tes fungsi paru

(spirometri) radiologi dan pemeriksaan patologi anatomi tidak dilakukan karena

keterbatasan alat dan biaya Tetapi pada pasien ini dapat ditegakkan diagnosis

karena ditemukan riwayat alergi udara dingin sesak napas batuk mengi dan

sesak napas mengalami perbaikan setelah pemberian bronkodilator

Prinsip umum tatalaksana asma adalah penyamaan persepsi dan

membangun komitmen dengan orang tua obat pengendali diberikan terus-

menerus tanpa melihat ada atau tidaknya serangan selama periode waktu yang

direncanakan sebelum menaikkan atau menurunkan dosis obat jangan lupa

evaluasi berkala tentang penghindaran terhadap faktor pencetus Identifikasi

15

faktor penyulit yang mungkin muncul selama terapi medikamentosa evaluasi

berkala tentang cara pemakaian obat catat frekuensi serangan akut yang muncul

sebelum terapi jangka panjang dilakukan3

Tatalaksana serangan asma ringan adalah sebagai berikut 3

1 Jika dengan sekali nebulisasi pasien menunjukkan respon yang baik

(complete response) berarti derajat serangannya ringan

2 Pasien diobservasi selama 1-2 jam jika respon tersebut bertahan pasien

dapat dipulangkan Pasien dibekali obat β-agonis (hirupan atau oral) yang

harus diberikan tiap 4-6 jam

3 Jika pencetus serangannya adalah infeksi virus dapat ditambahkan steroid

oral jangka pendek (3-5 hari)

4 Pasien kemudian dianjurkan kontrol ke klinik rawat jalan dalam waktu 24-

48 jam untuk evaluasi ulang tatalaksana

5 Jika sebelum serangan pasien sudah mendapat obat pengendali obat

tersebut diteruskan hingga evaluasi ulang yang dilakukan di klinik rawat

jalan Namun jika setelah observasi 2 jam gejala timbul kembali pasien

diperlakukan sebagai serangan asma sedang

Tatalaksana serangan asma sedang adalah sebagai berikut3

1 Jika dengan pemberian nebulisasi dua atau tiga kali pasien hanya

menunjukkan respon parsial (incomplete response) kemungkinan derajat

serangannya sedang Untuk itu derajat serangan harus dinilai ulang sesuai

pedoman

2 Jika serangannya memang termasuk serangan sedang pasien perlu

diobservasi dan ditangani di ruang rawat sehari Pada serangan asma

sedang diberikan kortikosteroid sistemik oral metilprednisolon dengan

dosis 05-1 mgkgBBhari selama3-5 hari

3 Walaupun belum tentu diperlukan untuk persiapan keadaan darurat

pasien yang akan diobservasi di RS langsung dipasang jalur parenteral

sejak di unit gawat darurat

16

Tatalaksana serangan asma berat adalah sebagai berikut3

1 Bila dengan 3 kali nebulisasi berturut-turut pasien tidak menunjukkan

respon (poor response) yaitu gejala dan tanda serangan masih ada pasien

harus dirawat di ruang inap

2 Oksigen 2-4 litermenit diberikan sejak awal termasuk saat nebulisasi

3 Kemudian dipasang jalur parenteral dan dilakukan foto toraks

4 Bila pasien menunjukkan gejala dan tanda ancaman henti napas pasien

harus langsung dirawat di ruang intensif Pada pasien dengan serangan

berat dan ancaman henti napas foto thoraks harus langsung dibuat untuk

mendeteksi komplikasi pneumotoraks dan atau pneumomediastinum

5 Jika ada dehidrasi dan asidosis diatasi dengan pemberian cairan intravena

dan koreksi terhadap asidosis

6 Steroid intravena diberikan secara bolus tiap 6-8 jam

7 Dosis steroid intravena 05-1 mgkgBBhari

8 Nebulisasi β-agonis ditambah antikolinergik dengan oksigen dilanjutkan

tiap 1-2 jam Jika dengan 4-6 kali pemberian mulai terjadi perbaikan klinis

jarak pemberian dapat diperlebar menjadi tiap 4-6 jam

9 Aminofilin diberikan secara intravena dengan ketentuan jika pasien belum

mendapat aminofilin sebelumnya diberikan aminofilin dosis awal (inisial)

sebesar 6-8 mgkgBB dilarutkan dalam dekstrosa 5 atau garam fisiologis

sebanyak 20 ml diberikan dalam 20-30 menit Jika pasien telah mendapat

aminofilin sebelumnya (kurang dari 4 jam) dosis yang diberikan adalah

setengah dosis inisial Selanjutnya aminofilin dosis rumatan diberikan

sebesar 05-1 mgkgBBjam

10 Jika dalam 24 jam pasien tetap stabil pasien dapat dipulangkan dengan

dibekali obat β-agonis (hirupan oral) yang diberikan tiap 4-6 jam selama

24-48 jam Selain itu steroid oral dilanjutkan hingga pasien kontrol ke

klinik rawat jalan dalam 24-48 jam untuk evaluasi ulang tata laksana

Dalam menentukan tata laksana jangka panjang asma dibutuhkan

penilaian yang seksama terhadap derajat penyakit asma serta keuntungan dan

17

kerugian pengobatan Menurut GINA keberhasilan tata laksana asma pada anak

tidak hanya dalam hal mengatasi serangan akut saja (tata laksana jangka pendek)

tetapi juga pada aspek pencegahan muncul atau berulangnya serangan yang

disebut juga tata laksana jangka panjang3

1 Asma Episodik Jarang3

Hanya butuh obat reliever (pereda) saja (β2-agonis teofilin) yang

diberikan saat dalam serangan saja

Tidak perlu diberikan obat pengendali

Jika pemakaian β2-agonis hirupan lebih dari 3x per minggu atau

serangan sedang atau berat muncul lebih dari 1x per bulan maka tata

laksana diperlakukan sebagai asma episodik sering

2 Asma Episodik Sering

Steroid hirupan dimulai dengan dosis rendah Untuk usia kurang dari

12 tahun Budesonide 100-200 μg (50-100 μg Flutikason) dan untuk

usia lebih dari 12 tahun Budesonide 200-400 μg (100-200 μg

Flutikason)

Evaluasi setelah 6-8 minggu (klinis dan uji fungsi paru) maksimal 8-12

minggu Jika respon buruk naikkan bertahap dosis steroid hirupan

dengan dosis menengah sampai 400 μg (step up) Jika respon baik

turunkan dosis steroid hirupan dan jika perlu hentikan (step down)

3 Asma Persisten Terdapat 2 alternatif

Steroid hirupan tetap dalam dosis rendah dan dikombinasi dengan

salah satu obat yaitu LABA (long acting β2-agonis) (Prokaterol

Bambuterol Salmeterol) atau Teofilin lepas lambat (teophiline slow

releaseTSR) atau Anti Leucotrien Receptor (ALTR) (Zafirlukas

Montelukas)

Meningkatkan dosis steroid hirupan menjadi dosis medium yaitu

Untuk usia kurang dari 12 tahun Budesonide 200-400 μg (100-200 μg

Flutikason) dan untuk usia lebih dari 12 tahun Budesonide 400-600

μg (200-300 μg Flutikason)

18

Evaluasi kembali setelah 6-8 minggu

Jika masih terdapat gejala atau serangan asma maka langkah berikutnya

memakai salah satu dari 2 alternatif selanjutnya yaitu 3

Steroid hirupan tetap dalam dosis medium ditambah salah satu obat

LABA TSR atau ALTR

Meningkatkandosis steroid hirupan menjadi dosis tinggi Untuk usia

kurang dari 12 tahun Budesonide lebih dari 400 μghari (gt 200 μghari

Flutikason) dan untuk usia lebih dari 12 tahun Budesonide lebih dari 600

μghari (gt 300 μghari Flutikason)

Evaluasi kembali setelah 6-8 minggu

19

Page 12: Refka Anak Asma Bronchial Dr.kartin

adalah konstriksi bronkus edema jalan napas dan sekresi mukus Respon ini

merupakan hasil dari sel mast dan mediator inflamasinya 4 sampai 10 jam

kemudian terjadi respon alergi lambat akibat dari infiltrat sel inflamasi ke dalam

jalan napas dan penggabungan beberapa mediator dan sitokin inflamasi serta

aktifnya limfosit dan eosinofil2

Antigen presenting cells dalam hal ini makrofag dan sel dendrit melakukan

proses imunologis pada saluran napas dan mempresentasikan antigen pada sel T

helper sel T helper menjadi aktif dan mengeluarkan sitokin Sel T helper melalui

sitokin dapat menginduksi perkembangan sel T helper 1 (yang dapat

mengeluarkan sitokin interfereon-gamma IL-2) atau T helper 2 (yang

mengeluarkan sitokin IL-4 IL-5 IL-9 IL-13) Sel T regular mempunyai peran

penting tejadinya respon alergen pada sel T helper 2 Sel T helper 2 saat terikat

dengan alergen akan menginduksi sel B untuk memproduksi IgE dan

teraktivasinya eosinofil2

Gejala dan tanda yang dapat timbul pada pasien asma adalah mengibatuk

nafas pendek nyeri atau dada terasa berat Menurut National Asthma Education

and Prevention Program diagnosis dapat ditegakkan apabila ditemukan obstruksi

saluran napas yang episodik disertai gejala obstruksi saluran napas obstruksi

saluran napas dan gejala klinis yang timbul reversibel atau dapat sembuh dengan

sendirinya 4

Pada pasien ini saat dilakukan pemeriksaan fisis ditemukan bunyi mengi

pada saat ekspirasi batuk sesak napas dan napas pendek Setelah dilakukan

nebulizer di Instalasi Gawat Darurat RSU Anutapura gejala klinis yang timbul

pada pasien ini mulai berkurang Hal ini sesuai dengan teori dari asma itu sendiri

bahwa gejala klinis yang timbul mengalami perbaikan setelah pemberian obat

bronkodilator

12

Gambar 4 derajat pembagian asma menurut GINA

Eksaserbasi (serangan asma) adalah episode perburukan gejala-gejala

asma secara progresif Gejala yang dimaksud adalah sesak napasbatuk mengi

dada rasa tertekan atau berbagai kombinasi jalan tersebut Pada umumnya

eksaserbasi disertai distres pernapasan Serangan asma ditandai oleh penurunan

PEF atau FEV Derajat serangan asma bervariasi mulai dari yang ringan sedang

berat dan serangan yang mengancam jiwa perburukan dapat terjadi dalam

beberapa menit jam atau hari Serangan akut biasanya timbul akibat pajanan

terhadap faktorpencetus (paling sering infeksi virus atau alergen) sedangkan

serangan berupa perburukan yang bertahap mencerminkan kegagalan pengelolaan

jangka panjang penyakit 3

13

Derajat asma Gejala Gejala malam Faal paru

intermiten Bulanan

Gejala

lt1xmnggu tanpa

gejala diluar

serangan

Serangan singkat

le 2x sebulan APE ge80

Persisten ringan Mingguan

Gejala gt1xmgg tp

lt1xhari

Serangan dapat

mengganggu

aktivitas dan tidur

gt2x sebulan APE gt80

Persisten sedang Harian

Gejala setiap hari

serangan

mengganggu

aktifitas dan tidur

Bronkodilator setiap

hari

gt2x sebulan APE 60-80

Persisten berat Kontinyu

Gejala terus menerus

Sering kambuh

Aktivitas fisik

terbatas

sering APE le60

Tabel 1 klasifikasi asma menurut PNAA

Jika menemukan atau mencurigai status asmatikus harus ditemukan sesak

napas yang diikuti dengan keadaan dibawah ini 5

1 Terjadinya gerakan paradoks thoracoabdominal

14

2 Mengi mungkin tidak terdengar ( pada pasien dengan obstruksi jalan napas

yang berat)

3 Hipoksemia berat yang bermanifestasi menjadi bradikardi

4 Pulsus paradoksus menghilang Ini menandakan bahwa otot-otot saluran

pernapasan menjadi lemah

Tes yang digunakan untuk mendiagnosis asma adalah 5

1 Tes fungsi paru seperti spirometri dan plethismografi

2 Latihan fisik Latihan fisik seperti treadmill dan bersepada harus diikuti

dengan tes spirometri yang biasanya akan menandakan denyut jantung

mencapai batas maksimum 60 persen diikuti dengan monitoring

menggunakan elektrokardiogram dan saturasi oksihemoglobin

3 Radiografi Gambaran radiologi akan menunjukkan hiperinflasi dan tanda

menikatnya corakan bronkovaskular Radiologi juga dapat menunjukkan

terjadinya penyakit parenkim paru atelektasis pneumonia anomali

kongenital atau benda asing

4 Evaluasi histologi pada jalan napas Akan ditemukan infiltrat yang tipikal

dengan serbukan sel inflamasi terbatasnya jalan napas akibat obstruksi

hilangnya epitel pada bronkus dan bronkiolus dan sekresi mukus

Pada pasien ini diagnosis hanya ditegakkan berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan fisik saja Pemeriksaan penunjang seperti tes fungsi paru

(spirometri) radiologi dan pemeriksaan patologi anatomi tidak dilakukan karena

keterbatasan alat dan biaya Tetapi pada pasien ini dapat ditegakkan diagnosis

karena ditemukan riwayat alergi udara dingin sesak napas batuk mengi dan

sesak napas mengalami perbaikan setelah pemberian bronkodilator

Prinsip umum tatalaksana asma adalah penyamaan persepsi dan

membangun komitmen dengan orang tua obat pengendali diberikan terus-

menerus tanpa melihat ada atau tidaknya serangan selama periode waktu yang

direncanakan sebelum menaikkan atau menurunkan dosis obat jangan lupa

evaluasi berkala tentang penghindaran terhadap faktor pencetus Identifikasi

15

faktor penyulit yang mungkin muncul selama terapi medikamentosa evaluasi

berkala tentang cara pemakaian obat catat frekuensi serangan akut yang muncul

sebelum terapi jangka panjang dilakukan3

Tatalaksana serangan asma ringan adalah sebagai berikut 3

1 Jika dengan sekali nebulisasi pasien menunjukkan respon yang baik

(complete response) berarti derajat serangannya ringan

2 Pasien diobservasi selama 1-2 jam jika respon tersebut bertahan pasien

dapat dipulangkan Pasien dibekali obat β-agonis (hirupan atau oral) yang

harus diberikan tiap 4-6 jam

3 Jika pencetus serangannya adalah infeksi virus dapat ditambahkan steroid

oral jangka pendek (3-5 hari)

4 Pasien kemudian dianjurkan kontrol ke klinik rawat jalan dalam waktu 24-

48 jam untuk evaluasi ulang tatalaksana

5 Jika sebelum serangan pasien sudah mendapat obat pengendali obat

tersebut diteruskan hingga evaluasi ulang yang dilakukan di klinik rawat

jalan Namun jika setelah observasi 2 jam gejala timbul kembali pasien

diperlakukan sebagai serangan asma sedang

Tatalaksana serangan asma sedang adalah sebagai berikut3

1 Jika dengan pemberian nebulisasi dua atau tiga kali pasien hanya

menunjukkan respon parsial (incomplete response) kemungkinan derajat

serangannya sedang Untuk itu derajat serangan harus dinilai ulang sesuai

pedoman

2 Jika serangannya memang termasuk serangan sedang pasien perlu

diobservasi dan ditangani di ruang rawat sehari Pada serangan asma

sedang diberikan kortikosteroid sistemik oral metilprednisolon dengan

dosis 05-1 mgkgBBhari selama3-5 hari

3 Walaupun belum tentu diperlukan untuk persiapan keadaan darurat

pasien yang akan diobservasi di RS langsung dipasang jalur parenteral

sejak di unit gawat darurat

16

Tatalaksana serangan asma berat adalah sebagai berikut3

1 Bila dengan 3 kali nebulisasi berturut-turut pasien tidak menunjukkan

respon (poor response) yaitu gejala dan tanda serangan masih ada pasien

harus dirawat di ruang inap

2 Oksigen 2-4 litermenit diberikan sejak awal termasuk saat nebulisasi

3 Kemudian dipasang jalur parenteral dan dilakukan foto toraks

4 Bila pasien menunjukkan gejala dan tanda ancaman henti napas pasien

harus langsung dirawat di ruang intensif Pada pasien dengan serangan

berat dan ancaman henti napas foto thoraks harus langsung dibuat untuk

mendeteksi komplikasi pneumotoraks dan atau pneumomediastinum

5 Jika ada dehidrasi dan asidosis diatasi dengan pemberian cairan intravena

dan koreksi terhadap asidosis

6 Steroid intravena diberikan secara bolus tiap 6-8 jam

7 Dosis steroid intravena 05-1 mgkgBBhari

8 Nebulisasi β-agonis ditambah antikolinergik dengan oksigen dilanjutkan

tiap 1-2 jam Jika dengan 4-6 kali pemberian mulai terjadi perbaikan klinis

jarak pemberian dapat diperlebar menjadi tiap 4-6 jam

9 Aminofilin diberikan secara intravena dengan ketentuan jika pasien belum

mendapat aminofilin sebelumnya diberikan aminofilin dosis awal (inisial)

sebesar 6-8 mgkgBB dilarutkan dalam dekstrosa 5 atau garam fisiologis

sebanyak 20 ml diberikan dalam 20-30 menit Jika pasien telah mendapat

aminofilin sebelumnya (kurang dari 4 jam) dosis yang diberikan adalah

setengah dosis inisial Selanjutnya aminofilin dosis rumatan diberikan

sebesar 05-1 mgkgBBjam

10 Jika dalam 24 jam pasien tetap stabil pasien dapat dipulangkan dengan

dibekali obat β-agonis (hirupan oral) yang diberikan tiap 4-6 jam selama

24-48 jam Selain itu steroid oral dilanjutkan hingga pasien kontrol ke

klinik rawat jalan dalam 24-48 jam untuk evaluasi ulang tata laksana

Dalam menentukan tata laksana jangka panjang asma dibutuhkan

penilaian yang seksama terhadap derajat penyakit asma serta keuntungan dan

17

kerugian pengobatan Menurut GINA keberhasilan tata laksana asma pada anak

tidak hanya dalam hal mengatasi serangan akut saja (tata laksana jangka pendek)

tetapi juga pada aspek pencegahan muncul atau berulangnya serangan yang

disebut juga tata laksana jangka panjang3

1 Asma Episodik Jarang3

Hanya butuh obat reliever (pereda) saja (β2-agonis teofilin) yang

diberikan saat dalam serangan saja

Tidak perlu diberikan obat pengendali

Jika pemakaian β2-agonis hirupan lebih dari 3x per minggu atau

serangan sedang atau berat muncul lebih dari 1x per bulan maka tata

laksana diperlakukan sebagai asma episodik sering

2 Asma Episodik Sering

Steroid hirupan dimulai dengan dosis rendah Untuk usia kurang dari

12 tahun Budesonide 100-200 μg (50-100 μg Flutikason) dan untuk

usia lebih dari 12 tahun Budesonide 200-400 μg (100-200 μg

Flutikason)

Evaluasi setelah 6-8 minggu (klinis dan uji fungsi paru) maksimal 8-12

minggu Jika respon buruk naikkan bertahap dosis steroid hirupan

dengan dosis menengah sampai 400 μg (step up) Jika respon baik

turunkan dosis steroid hirupan dan jika perlu hentikan (step down)

3 Asma Persisten Terdapat 2 alternatif

Steroid hirupan tetap dalam dosis rendah dan dikombinasi dengan

salah satu obat yaitu LABA (long acting β2-agonis) (Prokaterol

Bambuterol Salmeterol) atau Teofilin lepas lambat (teophiline slow

releaseTSR) atau Anti Leucotrien Receptor (ALTR) (Zafirlukas

Montelukas)

Meningkatkan dosis steroid hirupan menjadi dosis medium yaitu

Untuk usia kurang dari 12 tahun Budesonide 200-400 μg (100-200 μg

Flutikason) dan untuk usia lebih dari 12 tahun Budesonide 400-600

μg (200-300 μg Flutikason)

18

Evaluasi kembali setelah 6-8 minggu

Jika masih terdapat gejala atau serangan asma maka langkah berikutnya

memakai salah satu dari 2 alternatif selanjutnya yaitu 3

Steroid hirupan tetap dalam dosis medium ditambah salah satu obat

LABA TSR atau ALTR

Meningkatkandosis steroid hirupan menjadi dosis tinggi Untuk usia

kurang dari 12 tahun Budesonide lebih dari 400 μghari (gt 200 μghari

Flutikason) dan untuk usia lebih dari 12 tahun Budesonide lebih dari 600

μghari (gt 300 μghari Flutikason)

Evaluasi kembali setelah 6-8 minggu

19

Page 13: Refka Anak Asma Bronchial Dr.kartin

Gambar 4 derajat pembagian asma menurut GINA

Eksaserbasi (serangan asma) adalah episode perburukan gejala-gejala

asma secara progresif Gejala yang dimaksud adalah sesak napasbatuk mengi

dada rasa tertekan atau berbagai kombinasi jalan tersebut Pada umumnya

eksaserbasi disertai distres pernapasan Serangan asma ditandai oleh penurunan

PEF atau FEV Derajat serangan asma bervariasi mulai dari yang ringan sedang

berat dan serangan yang mengancam jiwa perburukan dapat terjadi dalam

beberapa menit jam atau hari Serangan akut biasanya timbul akibat pajanan

terhadap faktorpencetus (paling sering infeksi virus atau alergen) sedangkan

serangan berupa perburukan yang bertahap mencerminkan kegagalan pengelolaan

jangka panjang penyakit 3

13

Derajat asma Gejala Gejala malam Faal paru

intermiten Bulanan

Gejala

lt1xmnggu tanpa

gejala diluar

serangan

Serangan singkat

le 2x sebulan APE ge80

Persisten ringan Mingguan

Gejala gt1xmgg tp

lt1xhari

Serangan dapat

mengganggu

aktivitas dan tidur

gt2x sebulan APE gt80

Persisten sedang Harian

Gejala setiap hari

serangan

mengganggu

aktifitas dan tidur

Bronkodilator setiap

hari

gt2x sebulan APE 60-80

Persisten berat Kontinyu

Gejala terus menerus

Sering kambuh

Aktivitas fisik

terbatas

sering APE le60

Tabel 1 klasifikasi asma menurut PNAA

Jika menemukan atau mencurigai status asmatikus harus ditemukan sesak

napas yang diikuti dengan keadaan dibawah ini 5

1 Terjadinya gerakan paradoks thoracoabdominal

14

2 Mengi mungkin tidak terdengar ( pada pasien dengan obstruksi jalan napas

yang berat)

3 Hipoksemia berat yang bermanifestasi menjadi bradikardi

4 Pulsus paradoksus menghilang Ini menandakan bahwa otot-otot saluran

pernapasan menjadi lemah

Tes yang digunakan untuk mendiagnosis asma adalah 5

1 Tes fungsi paru seperti spirometri dan plethismografi

2 Latihan fisik Latihan fisik seperti treadmill dan bersepada harus diikuti

dengan tes spirometri yang biasanya akan menandakan denyut jantung

mencapai batas maksimum 60 persen diikuti dengan monitoring

menggunakan elektrokardiogram dan saturasi oksihemoglobin

3 Radiografi Gambaran radiologi akan menunjukkan hiperinflasi dan tanda

menikatnya corakan bronkovaskular Radiologi juga dapat menunjukkan

terjadinya penyakit parenkim paru atelektasis pneumonia anomali

kongenital atau benda asing

4 Evaluasi histologi pada jalan napas Akan ditemukan infiltrat yang tipikal

dengan serbukan sel inflamasi terbatasnya jalan napas akibat obstruksi

hilangnya epitel pada bronkus dan bronkiolus dan sekresi mukus

Pada pasien ini diagnosis hanya ditegakkan berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan fisik saja Pemeriksaan penunjang seperti tes fungsi paru

(spirometri) radiologi dan pemeriksaan patologi anatomi tidak dilakukan karena

keterbatasan alat dan biaya Tetapi pada pasien ini dapat ditegakkan diagnosis

karena ditemukan riwayat alergi udara dingin sesak napas batuk mengi dan

sesak napas mengalami perbaikan setelah pemberian bronkodilator

Prinsip umum tatalaksana asma adalah penyamaan persepsi dan

membangun komitmen dengan orang tua obat pengendali diberikan terus-

menerus tanpa melihat ada atau tidaknya serangan selama periode waktu yang

direncanakan sebelum menaikkan atau menurunkan dosis obat jangan lupa

evaluasi berkala tentang penghindaran terhadap faktor pencetus Identifikasi

15

faktor penyulit yang mungkin muncul selama terapi medikamentosa evaluasi

berkala tentang cara pemakaian obat catat frekuensi serangan akut yang muncul

sebelum terapi jangka panjang dilakukan3

Tatalaksana serangan asma ringan adalah sebagai berikut 3

1 Jika dengan sekali nebulisasi pasien menunjukkan respon yang baik

(complete response) berarti derajat serangannya ringan

2 Pasien diobservasi selama 1-2 jam jika respon tersebut bertahan pasien

dapat dipulangkan Pasien dibekali obat β-agonis (hirupan atau oral) yang

harus diberikan tiap 4-6 jam

3 Jika pencetus serangannya adalah infeksi virus dapat ditambahkan steroid

oral jangka pendek (3-5 hari)

4 Pasien kemudian dianjurkan kontrol ke klinik rawat jalan dalam waktu 24-

48 jam untuk evaluasi ulang tatalaksana

5 Jika sebelum serangan pasien sudah mendapat obat pengendali obat

tersebut diteruskan hingga evaluasi ulang yang dilakukan di klinik rawat

jalan Namun jika setelah observasi 2 jam gejala timbul kembali pasien

diperlakukan sebagai serangan asma sedang

Tatalaksana serangan asma sedang adalah sebagai berikut3

1 Jika dengan pemberian nebulisasi dua atau tiga kali pasien hanya

menunjukkan respon parsial (incomplete response) kemungkinan derajat

serangannya sedang Untuk itu derajat serangan harus dinilai ulang sesuai

pedoman

2 Jika serangannya memang termasuk serangan sedang pasien perlu

diobservasi dan ditangani di ruang rawat sehari Pada serangan asma

sedang diberikan kortikosteroid sistemik oral metilprednisolon dengan

dosis 05-1 mgkgBBhari selama3-5 hari

3 Walaupun belum tentu diperlukan untuk persiapan keadaan darurat

pasien yang akan diobservasi di RS langsung dipasang jalur parenteral

sejak di unit gawat darurat

16

Tatalaksana serangan asma berat adalah sebagai berikut3

1 Bila dengan 3 kali nebulisasi berturut-turut pasien tidak menunjukkan

respon (poor response) yaitu gejala dan tanda serangan masih ada pasien

harus dirawat di ruang inap

2 Oksigen 2-4 litermenit diberikan sejak awal termasuk saat nebulisasi

3 Kemudian dipasang jalur parenteral dan dilakukan foto toraks

4 Bila pasien menunjukkan gejala dan tanda ancaman henti napas pasien

harus langsung dirawat di ruang intensif Pada pasien dengan serangan

berat dan ancaman henti napas foto thoraks harus langsung dibuat untuk

mendeteksi komplikasi pneumotoraks dan atau pneumomediastinum

5 Jika ada dehidrasi dan asidosis diatasi dengan pemberian cairan intravena

dan koreksi terhadap asidosis

6 Steroid intravena diberikan secara bolus tiap 6-8 jam

7 Dosis steroid intravena 05-1 mgkgBBhari

8 Nebulisasi β-agonis ditambah antikolinergik dengan oksigen dilanjutkan

tiap 1-2 jam Jika dengan 4-6 kali pemberian mulai terjadi perbaikan klinis

jarak pemberian dapat diperlebar menjadi tiap 4-6 jam

9 Aminofilin diberikan secara intravena dengan ketentuan jika pasien belum

mendapat aminofilin sebelumnya diberikan aminofilin dosis awal (inisial)

sebesar 6-8 mgkgBB dilarutkan dalam dekstrosa 5 atau garam fisiologis

sebanyak 20 ml diberikan dalam 20-30 menit Jika pasien telah mendapat

aminofilin sebelumnya (kurang dari 4 jam) dosis yang diberikan adalah

setengah dosis inisial Selanjutnya aminofilin dosis rumatan diberikan

sebesar 05-1 mgkgBBjam

10 Jika dalam 24 jam pasien tetap stabil pasien dapat dipulangkan dengan

dibekali obat β-agonis (hirupan oral) yang diberikan tiap 4-6 jam selama

24-48 jam Selain itu steroid oral dilanjutkan hingga pasien kontrol ke

klinik rawat jalan dalam 24-48 jam untuk evaluasi ulang tata laksana

Dalam menentukan tata laksana jangka panjang asma dibutuhkan

penilaian yang seksama terhadap derajat penyakit asma serta keuntungan dan

17

kerugian pengobatan Menurut GINA keberhasilan tata laksana asma pada anak

tidak hanya dalam hal mengatasi serangan akut saja (tata laksana jangka pendek)

tetapi juga pada aspek pencegahan muncul atau berulangnya serangan yang

disebut juga tata laksana jangka panjang3

1 Asma Episodik Jarang3

Hanya butuh obat reliever (pereda) saja (β2-agonis teofilin) yang

diberikan saat dalam serangan saja

Tidak perlu diberikan obat pengendali

Jika pemakaian β2-agonis hirupan lebih dari 3x per minggu atau

serangan sedang atau berat muncul lebih dari 1x per bulan maka tata

laksana diperlakukan sebagai asma episodik sering

2 Asma Episodik Sering

Steroid hirupan dimulai dengan dosis rendah Untuk usia kurang dari

12 tahun Budesonide 100-200 μg (50-100 μg Flutikason) dan untuk

usia lebih dari 12 tahun Budesonide 200-400 μg (100-200 μg

Flutikason)

Evaluasi setelah 6-8 minggu (klinis dan uji fungsi paru) maksimal 8-12

minggu Jika respon buruk naikkan bertahap dosis steroid hirupan

dengan dosis menengah sampai 400 μg (step up) Jika respon baik

turunkan dosis steroid hirupan dan jika perlu hentikan (step down)

3 Asma Persisten Terdapat 2 alternatif

Steroid hirupan tetap dalam dosis rendah dan dikombinasi dengan

salah satu obat yaitu LABA (long acting β2-agonis) (Prokaterol

Bambuterol Salmeterol) atau Teofilin lepas lambat (teophiline slow

releaseTSR) atau Anti Leucotrien Receptor (ALTR) (Zafirlukas

Montelukas)

Meningkatkan dosis steroid hirupan menjadi dosis medium yaitu

Untuk usia kurang dari 12 tahun Budesonide 200-400 μg (100-200 μg

Flutikason) dan untuk usia lebih dari 12 tahun Budesonide 400-600

μg (200-300 μg Flutikason)

18

Evaluasi kembali setelah 6-8 minggu

Jika masih terdapat gejala atau serangan asma maka langkah berikutnya

memakai salah satu dari 2 alternatif selanjutnya yaitu 3

Steroid hirupan tetap dalam dosis medium ditambah salah satu obat

LABA TSR atau ALTR

Meningkatkandosis steroid hirupan menjadi dosis tinggi Untuk usia

kurang dari 12 tahun Budesonide lebih dari 400 μghari (gt 200 μghari

Flutikason) dan untuk usia lebih dari 12 tahun Budesonide lebih dari 600

μghari (gt 300 μghari Flutikason)

Evaluasi kembali setelah 6-8 minggu

19

Page 14: Refka Anak Asma Bronchial Dr.kartin

Derajat asma Gejala Gejala malam Faal paru

intermiten Bulanan

Gejala

lt1xmnggu tanpa

gejala diluar

serangan

Serangan singkat

le 2x sebulan APE ge80

Persisten ringan Mingguan

Gejala gt1xmgg tp

lt1xhari

Serangan dapat

mengganggu

aktivitas dan tidur

gt2x sebulan APE gt80

Persisten sedang Harian

Gejala setiap hari

serangan

mengganggu

aktifitas dan tidur

Bronkodilator setiap

hari

gt2x sebulan APE 60-80

Persisten berat Kontinyu

Gejala terus menerus

Sering kambuh

Aktivitas fisik

terbatas

sering APE le60

Tabel 1 klasifikasi asma menurut PNAA

Jika menemukan atau mencurigai status asmatikus harus ditemukan sesak

napas yang diikuti dengan keadaan dibawah ini 5

1 Terjadinya gerakan paradoks thoracoabdominal

14

2 Mengi mungkin tidak terdengar ( pada pasien dengan obstruksi jalan napas

yang berat)

3 Hipoksemia berat yang bermanifestasi menjadi bradikardi

4 Pulsus paradoksus menghilang Ini menandakan bahwa otot-otot saluran

pernapasan menjadi lemah

Tes yang digunakan untuk mendiagnosis asma adalah 5

1 Tes fungsi paru seperti spirometri dan plethismografi

2 Latihan fisik Latihan fisik seperti treadmill dan bersepada harus diikuti

dengan tes spirometri yang biasanya akan menandakan denyut jantung

mencapai batas maksimum 60 persen diikuti dengan monitoring

menggunakan elektrokardiogram dan saturasi oksihemoglobin

3 Radiografi Gambaran radiologi akan menunjukkan hiperinflasi dan tanda

menikatnya corakan bronkovaskular Radiologi juga dapat menunjukkan

terjadinya penyakit parenkim paru atelektasis pneumonia anomali

kongenital atau benda asing

4 Evaluasi histologi pada jalan napas Akan ditemukan infiltrat yang tipikal

dengan serbukan sel inflamasi terbatasnya jalan napas akibat obstruksi

hilangnya epitel pada bronkus dan bronkiolus dan sekresi mukus

Pada pasien ini diagnosis hanya ditegakkan berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan fisik saja Pemeriksaan penunjang seperti tes fungsi paru

(spirometri) radiologi dan pemeriksaan patologi anatomi tidak dilakukan karena

keterbatasan alat dan biaya Tetapi pada pasien ini dapat ditegakkan diagnosis

karena ditemukan riwayat alergi udara dingin sesak napas batuk mengi dan

sesak napas mengalami perbaikan setelah pemberian bronkodilator

Prinsip umum tatalaksana asma adalah penyamaan persepsi dan

membangun komitmen dengan orang tua obat pengendali diberikan terus-

menerus tanpa melihat ada atau tidaknya serangan selama periode waktu yang

direncanakan sebelum menaikkan atau menurunkan dosis obat jangan lupa

evaluasi berkala tentang penghindaran terhadap faktor pencetus Identifikasi

15

faktor penyulit yang mungkin muncul selama terapi medikamentosa evaluasi

berkala tentang cara pemakaian obat catat frekuensi serangan akut yang muncul

sebelum terapi jangka panjang dilakukan3

Tatalaksana serangan asma ringan adalah sebagai berikut 3

1 Jika dengan sekali nebulisasi pasien menunjukkan respon yang baik

(complete response) berarti derajat serangannya ringan

2 Pasien diobservasi selama 1-2 jam jika respon tersebut bertahan pasien

dapat dipulangkan Pasien dibekali obat β-agonis (hirupan atau oral) yang

harus diberikan tiap 4-6 jam

3 Jika pencetus serangannya adalah infeksi virus dapat ditambahkan steroid

oral jangka pendek (3-5 hari)

4 Pasien kemudian dianjurkan kontrol ke klinik rawat jalan dalam waktu 24-

48 jam untuk evaluasi ulang tatalaksana

5 Jika sebelum serangan pasien sudah mendapat obat pengendali obat

tersebut diteruskan hingga evaluasi ulang yang dilakukan di klinik rawat

jalan Namun jika setelah observasi 2 jam gejala timbul kembali pasien

diperlakukan sebagai serangan asma sedang

Tatalaksana serangan asma sedang adalah sebagai berikut3

1 Jika dengan pemberian nebulisasi dua atau tiga kali pasien hanya

menunjukkan respon parsial (incomplete response) kemungkinan derajat

serangannya sedang Untuk itu derajat serangan harus dinilai ulang sesuai

pedoman

2 Jika serangannya memang termasuk serangan sedang pasien perlu

diobservasi dan ditangani di ruang rawat sehari Pada serangan asma

sedang diberikan kortikosteroid sistemik oral metilprednisolon dengan

dosis 05-1 mgkgBBhari selama3-5 hari

3 Walaupun belum tentu diperlukan untuk persiapan keadaan darurat

pasien yang akan diobservasi di RS langsung dipasang jalur parenteral

sejak di unit gawat darurat

16

Tatalaksana serangan asma berat adalah sebagai berikut3

1 Bila dengan 3 kali nebulisasi berturut-turut pasien tidak menunjukkan

respon (poor response) yaitu gejala dan tanda serangan masih ada pasien

harus dirawat di ruang inap

2 Oksigen 2-4 litermenit diberikan sejak awal termasuk saat nebulisasi

3 Kemudian dipasang jalur parenteral dan dilakukan foto toraks

4 Bila pasien menunjukkan gejala dan tanda ancaman henti napas pasien

harus langsung dirawat di ruang intensif Pada pasien dengan serangan

berat dan ancaman henti napas foto thoraks harus langsung dibuat untuk

mendeteksi komplikasi pneumotoraks dan atau pneumomediastinum

5 Jika ada dehidrasi dan asidosis diatasi dengan pemberian cairan intravena

dan koreksi terhadap asidosis

6 Steroid intravena diberikan secara bolus tiap 6-8 jam

7 Dosis steroid intravena 05-1 mgkgBBhari

8 Nebulisasi β-agonis ditambah antikolinergik dengan oksigen dilanjutkan

tiap 1-2 jam Jika dengan 4-6 kali pemberian mulai terjadi perbaikan klinis

jarak pemberian dapat diperlebar menjadi tiap 4-6 jam

9 Aminofilin diberikan secara intravena dengan ketentuan jika pasien belum

mendapat aminofilin sebelumnya diberikan aminofilin dosis awal (inisial)

sebesar 6-8 mgkgBB dilarutkan dalam dekstrosa 5 atau garam fisiologis

sebanyak 20 ml diberikan dalam 20-30 menit Jika pasien telah mendapat

aminofilin sebelumnya (kurang dari 4 jam) dosis yang diberikan adalah

setengah dosis inisial Selanjutnya aminofilin dosis rumatan diberikan

sebesar 05-1 mgkgBBjam

10 Jika dalam 24 jam pasien tetap stabil pasien dapat dipulangkan dengan

dibekali obat β-agonis (hirupan oral) yang diberikan tiap 4-6 jam selama

24-48 jam Selain itu steroid oral dilanjutkan hingga pasien kontrol ke

klinik rawat jalan dalam 24-48 jam untuk evaluasi ulang tata laksana

Dalam menentukan tata laksana jangka panjang asma dibutuhkan

penilaian yang seksama terhadap derajat penyakit asma serta keuntungan dan

17

kerugian pengobatan Menurut GINA keberhasilan tata laksana asma pada anak

tidak hanya dalam hal mengatasi serangan akut saja (tata laksana jangka pendek)

tetapi juga pada aspek pencegahan muncul atau berulangnya serangan yang

disebut juga tata laksana jangka panjang3

1 Asma Episodik Jarang3

Hanya butuh obat reliever (pereda) saja (β2-agonis teofilin) yang

diberikan saat dalam serangan saja

Tidak perlu diberikan obat pengendali

Jika pemakaian β2-agonis hirupan lebih dari 3x per minggu atau

serangan sedang atau berat muncul lebih dari 1x per bulan maka tata

laksana diperlakukan sebagai asma episodik sering

2 Asma Episodik Sering

Steroid hirupan dimulai dengan dosis rendah Untuk usia kurang dari

12 tahun Budesonide 100-200 μg (50-100 μg Flutikason) dan untuk

usia lebih dari 12 tahun Budesonide 200-400 μg (100-200 μg

Flutikason)

Evaluasi setelah 6-8 minggu (klinis dan uji fungsi paru) maksimal 8-12

minggu Jika respon buruk naikkan bertahap dosis steroid hirupan

dengan dosis menengah sampai 400 μg (step up) Jika respon baik

turunkan dosis steroid hirupan dan jika perlu hentikan (step down)

3 Asma Persisten Terdapat 2 alternatif

Steroid hirupan tetap dalam dosis rendah dan dikombinasi dengan

salah satu obat yaitu LABA (long acting β2-agonis) (Prokaterol

Bambuterol Salmeterol) atau Teofilin lepas lambat (teophiline slow

releaseTSR) atau Anti Leucotrien Receptor (ALTR) (Zafirlukas

Montelukas)

Meningkatkan dosis steroid hirupan menjadi dosis medium yaitu

Untuk usia kurang dari 12 tahun Budesonide 200-400 μg (100-200 μg

Flutikason) dan untuk usia lebih dari 12 tahun Budesonide 400-600

μg (200-300 μg Flutikason)

18

Evaluasi kembali setelah 6-8 minggu

Jika masih terdapat gejala atau serangan asma maka langkah berikutnya

memakai salah satu dari 2 alternatif selanjutnya yaitu 3

Steroid hirupan tetap dalam dosis medium ditambah salah satu obat

LABA TSR atau ALTR

Meningkatkandosis steroid hirupan menjadi dosis tinggi Untuk usia

kurang dari 12 tahun Budesonide lebih dari 400 μghari (gt 200 μghari

Flutikason) dan untuk usia lebih dari 12 tahun Budesonide lebih dari 600

μghari (gt 300 μghari Flutikason)

Evaluasi kembali setelah 6-8 minggu

19

Page 15: Refka Anak Asma Bronchial Dr.kartin

2 Mengi mungkin tidak terdengar ( pada pasien dengan obstruksi jalan napas

yang berat)

3 Hipoksemia berat yang bermanifestasi menjadi bradikardi

4 Pulsus paradoksus menghilang Ini menandakan bahwa otot-otot saluran

pernapasan menjadi lemah

Tes yang digunakan untuk mendiagnosis asma adalah 5

1 Tes fungsi paru seperti spirometri dan plethismografi

2 Latihan fisik Latihan fisik seperti treadmill dan bersepada harus diikuti

dengan tes spirometri yang biasanya akan menandakan denyut jantung

mencapai batas maksimum 60 persen diikuti dengan monitoring

menggunakan elektrokardiogram dan saturasi oksihemoglobin

3 Radiografi Gambaran radiologi akan menunjukkan hiperinflasi dan tanda

menikatnya corakan bronkovaskular Radiologi juga dapat menunjukkan

terjadinya penyakit parenkim paru atelektasis pneumonia anomali

kongenital atau benda asing

4 Evaluasi histologi pada jalan napas Akan ditemukan infiltrat yang tipikal

dengan serbukan sel inflamasi terbatasnya jalan napas akibat obstruksi

hilangnya epitel pada bronkus dan bronkiolus dan sekresi mukus

Pada pasien ini diagnosis hanya ditegakkan berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan fisik saja Pemeriksaan penunjang seperti tes fungsi paru

(spirometri) radiologi dan pemeriksaan patologi anatomi tidak dilakukan karena

keterbatasan alat dan biaya Tetapi pada pasien ini dapat ditegakkan diagnosis

karena ditemukan riwayat alergi udara dingin sesak napas batuk mengi dan

sesak napas mengalami perbaikan setelah pemberian bronkodilator

Prinsip umum tatalaksana asma adalah penyamaan persepsi dan

membangun komitmen dengan orang tua obat pengendali diberikan terus-

menerus tanpa melihat ada atau tidaknya serangan selama periode waktu yang

direncanakan sebelum menaikkan atau menurunkan dosis obat jangan lupa

evaluasi berkala tentang penghindaran terhadap faktor pencetus Identifikasi

15

faktor penyulit yang mungkin muncul selama terapi medikamentosa evaluasi

berkala tentang cara pemakaian obat catat frekuensi serangan akut yang muncul

sebelum terapi jangka panjang dilakukan3

Tatalaksana serangan asma ringan adalah sebagai berikut 3

1 Jika dengan sekali nebulisasi pasien menunjukkan respon yang baik

(complete response) berarti derajat serangannya ringan

2 Pasien diobservasi selama 1-2 jam jika respon tersebut bertahan pasien

dapat dipulangkan Pasien dibekali obat β-agonis (hirupan atau oral) yang

harus diberikan tiap 4-6 jam

3 Jika pencetus serangannya adalah infeksi virus dapat ditambahkan steroid

oral jangka pendek (3-5 hari)

4 Pasien kemudian dianjurkan kontrol ke klinik rawat jalan dalam waktu 24-

48 jam untuk evaluasi ulang tatalaksana

5 Jika sebelum serangan pasien sudah mendapat obat pengendali obat

tersebut diteruskan hingga evaluasi ulang yang dilakukan di klinik rawat

jalan Namun jika setelah observasi 2 jam gejala timbul kembali pasien

diperlakukan sebagai serangan asma sedang

Tatalaksana serangan asma sedang adalah sebagai berikut3

1 Jika dengan pemberian nebulisasi dua atau tiga kali pasien hanya

menunjukkan respon parsial (incomplete response) kemungkinan derajat

serangannya sedang Untuk itu derajat serangan harus dinilai ulang sesuai

pedoman

2 Jika serangannya memang termasuk serangan sedang pasien perlu

diobservasi dan ditangani di ruang rawat sehari Pada serangan asma

sedang diberikan kortikosteroid sistemik oral metilprednisolon dengan

dosis 05-1 mgkgBBhari selama3-5 hari

3 Walaupun belum tentu diperlukan untuk persiapan keadaan darurat

pasien yang akan diobservasi di RS langsung dipasang jalur parenteral

sejak di unit gawat darurat

16

Tatalaksana serangan asma berat adalah sebagai berikut3

1 Bila dengan 3 kali nebulisasi berturut-turut pasien tidak menunjukkan

respon (poor response) yaitu gejala dan tanda serangan masih ada pasien

harus dirawat di ruang inap

2 Oksigen 2-4 litermenit diberikan sejak awal termasuk saat nebulisasi

3 Kemudian dipasang jalur parenteral dan dilakukan foto toraks

4 Bila pasien menunjukkan gejala dan tanda ancaman henti napas pasien

harus langsung dirawat di ruang intensif Pada pasien dengan serangan

berat dan ancaman henti napas foto thoraks harus langsung dibuat untuk

mendeteksi komplikasi pneumotoraks dan atau pneumomediastinum

5 Jika ada dehidrasi dan asidosis diatasi dengan pemberian cairan intravena

dan koreksi terhadap asidosis

6 Steroid intravena diberikan secara bolus tiap 6-8 jam

7 Dosis steroid intravena 05-1 mgkgBBhari

8 Nebulisasi β-agonis ditambah antikolinergik dengan oksigen dilanjutkan

tiap 1-2 jam Jika dengan 4-6 kali pemberian mulai terjadi perbaikan klinis

jarak pemberian dapat diperlebar menjadi tiap 4-6 jam

9 Aminofilin diberikan secara intravena dengan ketentuan jika pasien belum

mendapat aminofilin sebelumnya diberikan aminofilin dosis awal (inisial)

sebesar 6-8 mgkgBB dilarutkan dalam dekstrosa 5 atau garam fisiologis

sebanyak 20 ml diberikan dalam 20-30 menit Jika pasien telah mendapat

aminofilin sebelumnya (kurang dari 4 jam) dosis yang diberikan adalah

setengah dosis inisial Selanjutnya aminofilin dosis rumatan diberikan

sebesar 05-1 mgkgBBjam

10 Jika dalam 24 jam pasien tetap stabil pasien dapat dipulangkan dengan

dibekali obat β-agonis (hirupan oral) yang diberikan tiap 4-6 jam selama

24-48 jam Selain itu steroid oral dilanjutkan hingga pasien kontrol ke

klinik rawat jalan dalam 24-48 jam untuk evaluasi ulang tata laksana

Dalam menentukan tata laksana jangka panjang asma dibutuhkan

penilaian yang seksama terhadap derajat penyakit asma serta keuntungan dan

17

kerugian pengobatan Menurut GINA keberhasilan tata laksana asma pada anak

tidak hanya dalam hal mengatasi serangan akut saja (tata laksana jangka pendek)

tetapi juga pada aspek pencegahan muncul atau berulangnya serangan yang

disebut juga tata laksana jangka panjang3

1 Asma Episodik Jarang3

Hanya butuh obat reliever (pereda) saja (β2-agonis teofilin) yang

diberikan saat dalam serangan saja

Tidak perlu diberikan obat pengendali

Jika pemakaian β2-agonis hirupan lebih dari 3x per minggu atau

serangan sedang atau berat muncul lebih dari 1x per bulan maka tata

laksana diperlakukan sebagai asma episodik sering

2 Asma Episodik Sering

Steroid hirupan dimulai dengan dosis rendah Untuk usia kurang dari

12 tahun Budesonide 100-200 μg (50-100 μg Flutikason) dan untuk

usia lebih dari 12 tahun Budesonide 200-400 μg (100-200 μg

Flutikason)

Evaluasi setelah 6-8 minggu (klinis dan uji fungsi paru) maksimal 8-12

minggu Jika respon buruk naikkan bertahap dosis steroid hirupan

dengan dosis menengah sampai 400 μg (step up) Jika respon baik

turunkan dosis steroid hirupan dan jika perlu hentikan (step down)

3 Asma Persisten Terdapat 2 alternatif

Steroid hirupan tetap dalam dosis rendah dan dikombinasi dengan

salah satu obat yaitu LABA (long acting β2-agonis) (Prokaterol

Bambuterol Salmeterol) atau Teofilin lepas lambat (teophiline slow

releaseTSR) atau Anti Leucotrien Receptor (ALTR) (Zafirlukas

Montelukas)

Meningkatkan dosis steroid hirupan menjadi dosis medium yaitu

Untuk usia kurang dari 12 tahun Budesonide 200-400 μg (100-200 μg

Flutikason) dan untuk usia lebih dari 12 tahun Budesonide 400-600

μg (200-300 μg Flutikason)

18

Evaluasi kembali setelah 6-8 minggu

Jika masih terdapat gejala atau serangan asma maka langkah berikutnya

memakai salah satu dari 2 alternatif selanjutnya yaitu 3

Steroid hirupan tetap dalam dosis medium ditambah salah satu obat

LABA TSR atau ALTR

Meningkatkandosis steroid hirupan menjadi dosis tinggi Untuk usia

kurang dari 12 tahun Budesonide lebih dari 400 μghari (gt 200 μghari

Flutikason) dan untuk usia lebih dari 12 tahun Budesonide lebih dari 600

μghari (gt 300 μghari Flutikason)

Evaluasi kembali setelah 6-8 minggu

19

Page 16: Refka Anak Asma Bronchial Dr.kartin

faktor penyulit yang mungkin muncul selama terapi medikamentosa evaluasi

berkala tentang cara pemakaian obat catat frekuensi serangan akut yang muncul

sebelum terapi jangka panjang dilakukan3

Tatalaksana serangan asma ringan adalah sebagai berikut 3

1 Jika dengan sekali nebulisasi pasien menunjukkan respon yang baik

(complete response) berarti derajat serangannya ringan

2 Pasien diobservasi selama 1-2 jam jika respon tersebut bertahan pasien

dapat dipulangkan Pasien dibekali obat β-agonis (hirupan atau oral) yang

harus diberikan tiap 4-6 jam

3 Jika pencetus serangannya adalah infeksi virus dapat ditambahkan steroid

oral jangka pendek (3-5 hari)

4 Pasien kemudian dianjurkan kontrol ke klinik rawat jalan dalam waktu 24-

48 jam untuk evaluasi ulang tatalaksana

5 Jika sebelum serangan pasien sudah mendapat obat pengendali obat

tersebut diteruskan hingga evaluasi ulang yang dilakukan di klinik rawat

jalan Namun jika setelah observasi 2 jam gejala timbul kembali pasien

diperlakukan sebagai serangan asma sedang

Tatalaksana serangan asma sedang adalah sebagai berikut3

1 Jika dengan pemberian nebulisasi dua atau tiga kali pasien hanya

menunjukkan respon parsial (incomplete response) kemungkinan derajat

serangannya sedang Untuk itu derajat serangan harus dinilai ulang sesuai

pedoman

2 Jika serangannya memang termasuk serangan sedang pasien perlu

diobservasi dan ditangani di ruang rawat sehari Pada serangan asma

sedang diberikan kortikosteroid sistemik oral metilprednisolon dengan

dosis 05-1 mgkgBBhari selama3-5 hari

3 Walaupun belum tentu diperlukan untuk persiapan keadaan darurat

pasien yang akan diobservasi di RS langsung dipasang jalur parenteral

sejak di unit gawat darurat

16

Tatalaksana serangan asma berat adalah sebagai berikut3

1 Bila dengan 3 kali nebulisasi berturut-turut pasien tidak menunjukkan

respon (poor response) yaitu gejala dan tanda serangan masih ada pasien

harus dirawat di ruang inap

2 Oksigen 2-4 litermenit diberikan sejak awal termasuk saat nebulisasi

3 Kemudian dipasang jalur parenteral dan dilakukan foto toraks

4 Bila pasien menunjukkan gejala dan tanda ancaman henti napas pasien

harus langsung dirawat di ruang intensif Pada pasien dengan serangan

berat dan ancaman henti napas foto thoraks harus langsung dibuat untuk

mendeteksi komplikasi pneumotoraks dan atau pneumomediastinum

5 Jika ada dehidrasi dan asidosis diatasi dengan pemberian cairan intravena

dan koreksi terhadap asidosis

6 Steroid intravena diberikan secara bolus tiap 6-8 jam

7 Dosis steroid intravena 05-1 mgkgBBhari

8 Nebulisasi β-agonis ditambah antikolinergik dengan oksigen dilanjutkan

tiap 1-2 jam Jika dengan 4-6 kali pemberian mulai terjadi perbaikan klinis

jarak pemberian dapat diperlebar menjadi tiap 4-6 jam

9 Aminofilin diberikan secara intravena dengan ketentuan jika pasien belum

mendapat aminofilin sebelumnya diberikan aminofilin dosis awal (inisial)

sebesar 6-8 mgkgBB dilarutkan dalam dekstrosa 5 atau garam fisiologis

sebanyak 20 ml diberikan dalam 20-30 menit Jika pasien telah mendapat

aminofilin sebelumnya (kurang dari 4 jam) dosis yang diberikan adalah

setengah dosis inisial Selanjutnya aminofilin dosis rumatan diberikan

sebesar 05-1 mgkgBBjam

10 Jika dalam 24 jam pasien tetap stabil pasien dapat dipulangkan dengan

dibekali obat β-agonis (hirupan oral) yang diberikan tiap 4-6 jam selama

24-48 jam Selain itu steroid oral dilanjutkan hingga pasien kontrol ke

klinik rawat jalan dalam 24-48 jam untuk evaluasi ulang tata laksana

Dalam menentukan tata laksana jangka panjang asma dibutuhkan

penilaian yang seksama terhadap derajat penyakit asma serta keuntungan dan

17

kerugian pengobatan Menurut GINA keberhasilan tata laksana asma pada anak

tidak hanya dalam hal mengatasi serangan akut saja (tata laksana jangka pendek)

tetapi juga pada aspek pencegahan muncul atau berulangnya serangan yang

disebut juga tata laksana jangka panjang3

1 Asma Episodik Jarang3

Hanya butuh obat reliever (pereda) saja (β2-agonis teofilin) yang

diberikan saat dalam serangan saja

Tidak perlu diberikan obat pengendali

Jika pemakaian β2-agonis hirupan lebih dari 3x per minggu atau

serangan sedang atau berat muncul lebih dari 1x per bulan maka tata

laksana diperlakukan sebagai asma episodik sering

2 Asma Episodik Sering

Steroid hirupan dimulai dengan dosis rendah Untuk usia kurang dari

12 tahun Budesonide 100-200 μg (50-100 μg Flutikason) dan untuk

usia lebih dari 12 tahun Budesonide 200-400 μg (100-200 μg

Flutikason)

Evaluasi setelah 6-8 minggu (klinis dan uji fungsi paru) maksimal 8-12

minggu Jika respon buruk naikkan bertahap dosis steroid hirupan

dengan dosis menengah sampai 400 μg (step up) Jika respon baik

turunkan dosis steroid hirupan dan jika perlu hentikan (step down)

3 Asma Persisten Terdapat 2 alternatif

Steroid hirupan tetap dalam dosis rendah dan dikombinasi dengan

salah satu obat yaitu LABA (long acting β2-agonis) (Prokaterol

Bambuterol Salmeterol) atau Teofilin lepas lambat (teophiline slow

releaseTSR) atau Anti Leucotrien Receptor (ALTR) (Zafirlukas

Montelukas)

Meningkatkan dosis steroid hirupan menjadi dosis medium yaitu

Untuk usia kurang dari 12 tahun Budesonide 200-400 μg (100-200 μg

Flutikason) dan untuk usia lebih dari 12 tahun Budesonide 400-600

μg (200-300 μg Flutikason)

18

Evaluasi kembali setelah 6-8 minggu

Jika masih terdapat gejala atau serangan asma maka langkah berikutnya

memakai salah satu dari 2 alternatif selanjutnya yaitu 3

Steroid hirupan tetap dalam dosis medium ditambah salah satu obat

LABA TSR atau ALTR

Meningkatkandosis steroid hirupan menjadi dosis tinggi Untuk usia

kurang dari 12 tahun Budesonide lebih dari 400 μghari (gt 200 μghari

Flutikason) dan untuk usia lebih dari 12 tahun Budesonide lebih dari 600

μghari (gt 300 μghari Flutikason)

Evaluasi kembali setelah 6-8 minggu

19

Page 17: Refka Anak Asma Bronchial Dr.kartin

Tatalaksana serangan asma berat adalah sebagai berikut3

1 Bila dengan 3 kali nebulisasi berturut-turut pasien tidak menunjukkan

respon (poor response) yaitu gejala dan tanda serangan masih ada pasien

harus dirawat di ruang inap

2 Oksigen 2-4 litermenit diberikan sejak awal termasuk saat nebulisasi

3 Kemudian dipasang jalur parenteral dan dilakukan foto toraks

4 Bila pasien menunjukkan gejala dan tanda ancaman henti napas pasien

harus langsung dirawat di ruang intensif Pada pasien dengan serangan

berat dan ancaman henti napas foto thoraks harus langsung dibuat untuk

mendeteksi komplikasi pneumotoraks dan atau pneumomediastinum

5 Jika ada dehidrasi dan asidosis diatasi dengan pemberian cairan intravena

dan koreksi terhadap asidosis

6 Steroid intravena diberikan secara bolus tiap 6-8 jam

7 Dosis steroid intravena 05-1 mgkgBBhari

8 Nebulisasi β-agonis ditambah antikolinergik dengan oksigen dilanjutkan

tiap 1-2 jam Jika dengan 4-6 kali pemberian mulai terjadi perbaikan klinis

jarak pemberian dapat diperlebar menjadi tiap 4-6 jam

9 Aminofilin diberikan secara intravena dengan ketentuan jika pasien belum

mendapat aminofilin sebelumnya diberikan aminofilin dosis awal (inisial)

sebesar 6-8 mgkgBB dilarutkan dalam dekstrosa 5 atau garam fisiologis

sebanyak 20 ml diberikan dalam 20-30 menit Jika pasien telah mendapat

aminofilin sebelumnya (kurang dari 4 jam) dosis yang diberikan adalah

setengah dosis inisial Selanjutnya aminofilin dosis rumatan diberikan

sebesar 05-1 mgkgBBjam

10 Jika dalam 24 jam pasien tetap stabil pasien dapat dipulangkan dengan

dibekali obat β-agonis (hirupan oral) yang diberikan tiap 4-6 jam selama

24-48 jam Selain itu steroid oral dilanjutkan hingga pasien kontrol ke

klinik rawat jalan dalam 24-48 jam untuk evaluasi ulang tata laksana

Dalam menentukan tata laksana jangka panjang asma dibutuhkan

penilaian yang seksama terhadap derajat penyakit asma serta keuntungan dan

17

kerugian pengobatan Menurut GINA keberhasilan tata laksana asma pada anak

tidak hanya dalam hal mengatasi serangan akut saja (tata laksana jangka pendek)

tetapi juga pada aspek pencegahan muncul atau berulangnya serangan yang

disebut juga tata laksana jangka panjang3

1 Asma Episodik Jarang3

Hanya butuh obat reliever (pereda) saja (β2-agonis teofilin) yang

diberikan saat dalam serangan saja

Tidak perlu diberikan obat pengendali

Jika pemakaian β2-agonis hirupan lebih dari 3x per minggu atau

serangan sedang atau berat muncul lebih dari 1x per bulan maka tata

laksana diperlakukan sebagai asma episodik sering

2 Asma Episodik Sering

Steroid hirupan dimulai dengan dosis rendah Untuk usia kurang dari

12 tahun Budesonide 100-200 μg (50-100 μg Flutikason) dan untuk

usia lebih dari 12 tahun Budesonide 200-400 μg (100-200 μg

Flutikason)

Evaluasi setelah 6-8 minggu (klinis dan uji fungsi paru) maksimal 8-12

minggu Jika respon buruk naikkan bertahap dosis steroid hirupan

dengan dosis menengah sampai 400 μg (step up) Jika respon baik

turunkan dosis steroid hirupan dan jika perlu hentikan (step down)

3 Asma Persisten Terdapat 2 alternatif

Steroid hirupan tetap dalam dosis rendah dan dikombinasi dengan

salah satu obat yaitu LABA (long acting β2-agonis) (Prokaterol

Bambuterol Salmeterol) atau Teofilin lepas lambat (teophiline slow

releaseTSR) atau Anti Leucotrien Receptor (ALTR) (Zafirlukas

Montelukas)

Meningkatkan dosis steroid hirupan menjadi dosis medium yaitu

Untuk usia kurang dari 12 tahun Budesonide 200-400 μg (100-200 μg

Flutikason) dan untuk usia lebih dari 12 tahun Budesonide 400-600

μg (200-300 μg Flutikason)

18

Evaluasi kembali setelah 6-8 minggu

Jika masih terdapat gejala atau serangan asma maka langkah berikutnya

memakai salah satu dari 2 alternatif selanjutnya yaitu 3

Steroid hirupan tetap dalam dosis medium ditambah salah satu obat

LABA TSR atau ALTR

Meningkatkandosis steroid hirupan menjadi dosis tinggi Untuk usia

kurang dari 12 tahun Budesonide lebih dari 400 μghari (gt 200 μghari

Flutikason) dan untuk usia lebih dari 12 tahun Budesonide lebih dari 600

μghari (gt 300 μghari Flutikason)

Evaluasi kembali setelah 6-8 minggu

19

Page 18: Refka Anak Asma Bronchial Dr.kartin

kerugian pengobatan Menurut GINA keberhasilan tata laksana asma pada anak

tidak hanya dalam hal mengatasi serangan akut saja (tata laksana jangka pendek)

tetapi juga pada aspek pencegahan muncul atau berulangnya serangan yang

disebut juga tata laksana jangka panjang3

1 Asma Episodik Jarang3

Hanya butuh obat reliever (pereda) saja (β2-agonis teofilin) yang

diberikan saat dalam serangan saja

Tidak perlu diberikan obat pengendali

Jika pemakaian β2-agonis hirupan lebih dari 3x per minggu atau

serangan sedang atau berat muncul lebih dari 1x per bulan maka tata

laksana diperlakukan sebagai asma episodik sering

2 Asma Episodik Sering

Steroid hirupan dimulai dengan dosis rendah Untuk usia kurang dari

12 tahun Budesonide 100-200 μg (50-100 μg Flutikason) dan untuk

usia lebih dari 12 tahun Budesonide 200-400 μg (100-200 μg

Flutikason)

Evaluasi setelah 6-8 minggu (klinis dan uji fungsi paru) maksimal 8-12

minggu Jika respon buruk naikkan bertahap dosis steroid hirupan

dengan dosis menengah sampai 400 μg (step up) Jika respon baik

turunkan dosis steroid hirupan dan jika perlu hentikan (step down)

3 Asma Persisten Terdapat 2 alternatif

Steroid hirupan tetap dalam dosis rendah dan dikombinasi dengan

salah satu obat yaitu LABA (long acting β2-agonis) (Prokaterol

Bambuterol Salmeterol) atau Teofilin lepas lambat (teophiline slow

releaseTSR) atau Anti Leucotrien Receptor (ALTR) (Zafirlukas

Montelukas)

Meningkatkan dosis steroid hirupan menjadi dosis medium yaitu

Untuk usia kurang dari 12 tahun Budesonide 200-400 μg (100-200 μg

Flutikason) dan untuk usia lebih dari 12 tahun Budesonide 400-600

μg (200-300 μg Flutikason)

18

Evaluasi kembali setelah 6-8 minggu

Jika masih terdapat gejala atau serangan asma maka langkah berikutnya

memakai salah satu dari 2 alternatif selanjutnya yaitu 3

Steroid hirupan tetap dalam dosis medium ditambah salah satu obat

LABA TSR atau ALTR

Meningkatkandosis steroid hirupan menjadi dosis tinggi Untuk usia

kurang dari 12 tahun Budesonide lebih dari 400 μghari (gt 200 μghari

Flutikason) dan untuk usia lebih dari 12 tahun Budesonide lebih dari 600

μghari (gt 300 μghari Flutikason)

Evaluasi kembali setelah 6-8 minggu

19

Page 19: Refka Anak Asma Bronchial Dr.kartin

Evaluasi kembali setelah 6-8 minggu

Jika masih terdapat gejala atau serangan asma maka langkah berikutnya

memakai salah satu dari 2 alternatif selanjutnya yaitu 3

Steroid hirupan tetap dalam dosis medium ditambah salah satu obat

LABA TSR atau ALTR

Meningkatkandosis steroid hirupan menjadi dosis tinggi Untuk usia

kurang dari 12 tahun Budesonide lebih dari 400 μghari (gt 200 μghari

Flutikason) dan untuk usia lebih dari 12 tahun Budesonide lebih dari 600

μghari (gt 300 μghari Flutikason)

Evaluasi kembali setelah 6-8 minggu

19