Referensi SH
-
Upload
intan-ayu-hapsari -
Category
Documents
-
view
219 -
download
0
Transcript of Referensi SH
-
8/16/2019 Referensi SH
1/20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Praktikum ini bertujuan mempelajari efektivitas beberapa jenis disinfektan dan
antiseptik serta. Selain itu, mempelajaru penerapan metode cakran kertas saring
dan metode difusi sumur untuk mengevaluasi aktivitas dan efektivitas beberapa
jenis disinfektan dan antiseptik.
-
8/16/2019 Referensi SH
2/20
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 Hasil
2.1.1 Metode Cakra !ertas Sarin"
Ta#el 1. Cakra !ertas Sarin" $oralde%id
!elo&o
k
Luas 'ona Ha#at ()* +ata,
+ata ()*
+ata,+ata
Luas ()2*1 2 - !ontrol
1 0,403 0,421 0,77 0,2!3 " 0,4!10 0,1!!#
2 1,!1 0,!2 1,077 0,!7 " 0,$$!$ 0,7#01
34,0#07 3,14 " " 1,41$ 3,!104 10,2322
4 0,#4 0,!7 0,07 0,$3 0,# 0,!313 0,312#
0,212 0,23 " " " 0,232 0,0424
! 1,2 0,$7 1,03 1,27 " 1,2000 1,1304
7 " " " " " " "
Ta#el 2. Cakra !ertas Sarin" Iodiu
!elo&o
k
Luas 'ona Ha#at ()*+ata,
+ata ()*
+ata,+ata
Luas ()2*
1 2 - !ontrol1 0,23 0,37$ 0,4# 0,30# " 0,34$ 0,0$$
2 0,70 0,! 0,#1#7 0,$1!2 0,772 0,4!#
3 " " " " " " "
4 0,17 0,17 0,0# 0,0 0,04 0,1200 0,0113
" " " " " " "
! 0,0$ 0,03 0,13 0,1# 0,01 0,1100 0,00$
7 " " " " " " "
-
8/16/2019 Referensi SH
3/20
Ta#el -. Cakra !ertas Sarin" !oersial
!elo&o
k
Luas 'ona Ha#at ()* +ata,+ata
()*
+ata,+ata
Luas ()2*1 2 - !ontrol
1 0,2$! 0,177 0,2$3 0,1$ " 0,23$0 0,044#2 0,!7 1,122 0,4 0,377 0,432 0,!7! 0,3#3
3 0,!!44 1,1304 " " 1,0202 0,#$74 0,!322
4 0,#4 0,0 0,0 0,0 0,04 0,24## 0,04#!
" " " " " " "
! 0,21 0,03 0,2# 0,37 0,2 0,22!3 0,0402
7 " " " " " " "
2.1.2 Metode Di/usi Suur
Ta#el . Di/usi Suur $oralde%id
!elo&o
k
Luas 'ona Ha#at ()*+ata,+ata
()*
+ata,+ata
Luas ()2*
1 2 - !ontrol
1 0,3## 0,2$3 0,3# 0,403 " 0,3!0 0,1020
2 1,07 0,$2 0,!1 0,$ " 0,#000 0,024
3 0,4298 0,!07$ 0,03 " 0,3!3! 0,103#
4 0,7# 0,!3 0,#3 0,!# 0,!2 0,7300 0,41#3
0,21 0,21 0,1$ 0,1# " 0,202 0,0322
! 0,74 0,7 0,!# 0,!! " 0,7100 0,3$7
7 0,2 0,2 0, 0, " 0,370 0,1104
Ta#el 0. Di/usi Suur Iodiu
!elo&o
k
Luas 'ona Ha#at ()*+ata,+ata
()*
+ata,+ata
Luas ()2*
1 2 - !ontrol
1 " " " " " " "
2 " " " " " " "
3 " " " " " " "
4 " " " " " " "
" " " " " " "
! 0,11 0,0 0,10 0,11 0,1! 0,0$7 0,007
7 " " " " " " "
-
8/16/2019 Referensi SH
4/20
Ta#el . Di/usi Suur !oersial
!elo&o
k
Luas 'ona Ha#at ()* +ata,+ata
()*
+ata,+ata
Luas ()2*1 2 - !ontrol
1 " " " " " " "2 0,714 1,4$!2 " " " 1,104 0,$$2
3 " " " " " " "
4 0,14 0,12 0,1$ 0,1$ 0,13 0,1!00 0,0201
" " " " " " "
! 0,0# 0,0! 0,0 0,11 " 0,077 0,0047
7 " " " " " " "
Keterangan:
%"& ' (idak ada areal bening
)elompok *anjil ' )omersial + , E.coli
)elompok *enap ' )omersial , S. Aureus
2.2 Pe#a%asan
-saa manusia untuk mengatasi mikroorganisme pen/ebab pen/akit dan
penurunan mutu baan pangan ban/ak menggunakan penambaan baan
pengaet untuk mencega atau mengurangi kerusakan dan kerugian /ang
diakibatkan. aan pengaet untuk mencega kerusakan biologi /ang disebabkan
ole mikroorganisme disebut dengan antimikroba. Sen/aa antimikroba ada /ang
termasuk kelompok antibiotika, desinfektan, dan antiseptik. ntibiotika adala
suatu substansi /ang diasilkan mikroorganisme /ang dalam jumla amat sedikit
menunjukkan kegaiatan antimikroba.
ntiseptik adala at /ang biasa digunakan untuk mengambat
pertumbuan dan membunu mikroorganisme berbaa/a %patogenik& /ang
terdapat pada permukaan tubu luar maluk idup. ntibiotik adala segolongan
sen/aa, baik alami maupun sintetik, /ang mempun/ai efek menekan atau
mengentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, kususn/a dalam proses
infeksi ole bakteri %raig., 1$$#&. erdasarkan sifatn/a antibiotik dibagi menjadi
dua5 antibiotik /ang bersifat bakterisidal, /aitu antibiotik /ang bersifat destruktif
teradap bakteri dan antibiotik /ang bersifat bakteriostatik, /aitu antibiotik /ang
bekerja mengambat pertumbuan atau multiplikasi bakteri %6an Saene., 200&.
esinfektan adala at kimia /ang mematikan sel vegetatif belum tentu
-
8/16/2019 Referensi SH
5/20
mematikan bentuk spora mikroorganisme pen/ebab suatu pen/akit. esinfektan
digunakan untuk mengambat pertumbuan mikroorganisme pada benda"benda
mati seperti meja, lantai, objek glass dan lain"lain.
)eefektifan pengambatan merupakan sala satu kriteria pemilian
suatu sen/aa antimikroba untuk diaplikasikan sebagai baan pengaet
baan pangan. Semakin kuat pengambatann/a semakin efektif digunakan.
)erusakan /ang ditimbulkan komponen antimikroba dapat bersifat mikrosidal
%kerusakan tetap& atau mikrostatik %kerusakan sementara /ang dapat kembali&.
Suatu komponen akan bersifat mikrosidal atau mikrostatik tergantung pada
konsentrasi dan kultur /ang digunakan. 8ekanisme pengambatan
mikroorganisme ole sen/aa antimikroba dapat disebabkan ole beberapa
faktor, antara lain' gangguan pada sen/aa pen/usun dinding sel, peningkatan
permeabilitas membran sel /ang dapatmen/ebabkan keilangan komponen
pen/usun sel, menginaktivasi enim, dan destruksi atau kerusakan fungsi material
genetik.
Pada praktikum Sanitasi dan 9igiene pada tanggal 1# :ktober 2012,
dilakukan pengujian teradap efektivitas beberapa disinfektan /aitu formaldeid,
iodium, dan komersial dengan metode difusi sumur dan metode cakram kertas
saring.
2.2.1 Metode Cakra !ertas Sarin"
8etode )irb/"auer atau metode difusi disk merupakan cara /ang paling
ban/ak dipakai untuk menentukan kepekaan kuman teradap berbagai macam
antibiotika. Pada metode difusi disk digunakan cakram kertas saring /ang
mengandung suatu obat %antibakteri& dengan konsentrasi tertentu /ang
ditempelkan pada lempeng agar /ang tela ditanami kuman. 9ambatan %killing zone& akan tampak sebagai daera /ang tidak memperliatkan pertumbuan
kuman disekitar cakram. ;ebar daera ambatan tergantung ada atau tidakn/a
da/a serap obat kedalam agar dan kepekaan kuman teradap obat tersebut
%nonim, 200$&.
-
8/16/2019 Referensi SH
6/20
mempun/ai da/a antimikroba. lternatif kedua iala apabila di sekitar paper
disk tidak terdapat ona bening /ang bebas dari pertumbuan bakteri din/atakan
negatif /ang berarti desinfektan /ang diuji tersebut tidak mempun/ai da/a
antimikroba %Pudjaroto, 1$$2&. Pada praktikum ini, pengujian efektivitas
disinfektan dan antiseptik dengan metode cakram kertas saring menggunakan
media formaldeid, iodium, dan komersial.
2.2.1.1 Metode Cakra !ertas Sarin" $oralde%id
=ormaldeid ini suda dikenal sejak lama sebagai at bakterisid.
8empun/ai sifat>sifat reduksi /ang kuat sekali dan sangat reaktif teradap asam
amino dan protein, dan berdasarkan al inila maka formaldeid ini mempun/ai
da/a antibakteri. =ormaldeid diaplikasikan dalam bidang medis untuk sterilisasi,
sebagai pengaet, dan baan pembersi ruma tangga. =ungsin/a sebagai
desinfektan untuk membunu virus, bakteri, fungi, dan parasit baru efektif jika
konsentrasi penggunaann/a besar. lgae, protooa, dan organisme uniseluler lain
cukup sensitif teradap formaldeid dengan konsentrasi akut letal berkisar 0,3"22
mg?l %@9:, 1$#$&. 8ekanisme formaldeid sebagai desinfektan adala
membunu sel dengan cara mendeidrasi sel jaringan dan sel bakteri dan
menggantikan cairan /ang normal dengan komponen kaku seperti gel seingga sel
bakteri akan kering.
Setela diinkubasi selama dua ari, asil pengamatan dengan cakram
kertas saring formaldeid pada kelompok 1 luas areal bening sebesar 0,1!!# cm2.
Pada kelompok 2, luas areal bening sebesar 0,7#01 cm2. Pada kelompok 3, luas
areal bening sebesar 10,2322 cm2. Pada kelompok 4, luas areal bening sebesar
0,312# cm2. Pada kelompok , luas areal bening sebesar 0,0424 cm2. Pada
kelompok !, luas areal bening sebesar 1,1304 cm2
. Pada kelompok 7, tidak terbentuk areal sebesar bening. Searusn/a pada perlakuan kontrol tidak ada ona
areal bening karena cairan /ang di tambakan an/a air steril /ang tidak bersifat
sebagai antimikroba. 9al tersebut mungkin dikarenakan karena ada cairan
formaldeid /ang menetes pada tempat bagian kontrol seingga air steril /ang
bercampur dengan formaldeid mempun/ai efektivitas sebagai antimikroba.
erdasarkan asil praktikum dapat diliat luas areal bening E.coli dan
S.aureus berbeda. Aarak ona ambat formaldeid pada bakteri E.coli lebi besar
-
8/16/2019 Referensi SH
7/20
dibandingkan dengan S.aureus. ;uas areal bening terbesar pada difusi sumur
S.aureus /aitu sebesar 1,1304 cm2 sedangkan E.coli /akni sebesar 10,2322 cm2.
Perbedaan ketaanan bakteri dapat disebabkan adan/a perbedaan alamia
antara kedua golongan bakteri. Staphylococcus aureus adala bakteri gram positif
dimana seln/a sebagian besar %$0B& terdiri dari lapisan peptidoglikan dan lapisan
tipis asam teikoat %=ardia, 1$#$&. sam teikoat men/ebabkan permukaan sel
bakteri gram positif bersifat polar dan mempun/ai muatan negatif. Sifat ini akan
mempengarui laju penetrasi molekul"molekul ke dalam sel /ang akirn/a dapat
men/ebabkan kebocoran sel.
Sedangkan E. coli adala bakteri gram negatif dimana dinding seln/a lebi
kompleks dibandingkan dengan bakteri gram positif. akteri gram positif an/a
mempun/ai satu lapisan membran /ang mengandung peptidoglikan sedangkan
bakteri gram negatif mempun/ai membran dalam dan membran luar. ;apisan
membran luar %outer 34 wall layer & mengandung fosfolipid, lipopolisakarida, dan
lipoprotein. ;apisan ini bersifat impermeabel teradap molekul besar tetapi dapat
melalukan molekul kecil. ;ipopolisakarida dan peptidoglikan merupakan saringan
bagi berbagai ukuran molekul, sedangkan plasma membran bersifat impermeabel
bagi molekul /ang ukurann/a jau lebi kecil %;a/ dan 9astoo, 1$$2 dalam
Curmila +, 200$&.
8enurut *orman %1$$1& dalam Caufalin, dkk %2004& pada bakteri gram
negatif terdapat sisi idrofilik /aitu gugus karboksil, amino, fosfat, dan idroksil
/ang peka teradap sen/aa polar. Sedangkan kepekaan bakteri gram positif
disebabkan tidak terdapatn/a molekul reseptor spesifik untuk penetrasi
antimikroba dan susunan matrikn/a terbuka %Dussell, 1$$1 dalam Caufalin,
2004&. Pada bakteri gram positif susunan dinding sel lebi sederana terdiri atas 2lapis namun memiliki lapisan peptidoglikan /ang tebal. 8eskipun dinding sel
bakteri E.coli lebi kompleks terdiri atas 3 lapis namun lapisan peptidoglikan tipis
%everidge, 1$$7 dalam Auliantina, 200#&. =ormaldeid dapat merusak bakteri
karena bakteri adala protein. Pada reaksi formeldeid dengan protein, /ang
pertama kali diserang adala gugus amina pada posisi dari lisin diantara gugus"
gugus polar dari peptidan/a %ngka, 1$$2&.
-
8/16/2019 Referensi SH
8/20
erdasarkan pengamatan, baan formaldeid dapat membentuk ona
bening terbesar pada media tumbu bakteri S.aureus. dan bakteri E.coli.
=ormaldeid dapat mengambat pertumbuan bakteri karena didalamn/a terdapat
unsur aldeida. =ormaldeid membunu bakteri dengan membuat jaringan dalam
bakteri deidrasi %kekurangan air&. 8enurut ei %2010& unsur aldeida
didalamn/a bersifat muda bereaksi dengan protein, karena ketika dimasukan ke
media, formaldeid akan mengikat unsur protein mulai dari bagian permukaan
ingga terus meresap ke bagian dalam. Protein /ang tela rusak, tidak akan
digunakan bakteri untuk bermetabolisme dan mengasilkan energi, seingga tidak
terjadi pertumbuan bakteri karena sumber nutrien untuk tumbu tela dirusak
ole antibiotik formaldeid.
2.2.1.2 Metode Cakra !ertas Sarin" Iodiu
-
8/16/2019 Referensi SH
9/20
Povidone iodine adala suatu iodofor suatu kompleks /odium dengan
polivinil pirolidon. +odium /ang dilepas, bekerja sebagai antiseptik berspektrum
luas. Povidone Iodine merupakan iodine kompleks /ang berfungsi sebagai
antiseptik,mampu membunu mikroorganisme seperti bakteri, jamur, virus,
protooa, dan spora bakteri.
-
8/16/2019 Referensi SH
10/20
komersial /ang menetes pada tempat bagian kontrol seingga air steril /ang
bercampur dengan formaldeid mempun/ai efektivitas sebagai antimikroba.
erdasarkan asil praktikum dapat diliat luas areal bening E.coli dan
S.aureus berbeda. Aarak ona ambat formaldeid pada bakteri E.coli lebi besar
dibandingkan dengan S.aureus. ;uas areal bening terbesar pada difusi sumur
S.aureus /aitu sebesar 0,3#3 cm2 sedangkan E.coli /akni sebesar 0,!322 cm2.
Pengujian /ang dilakukan selanjutn/a adala pengujian teradap at
disinfektan, Eat disinfektan /ang digunakan adala disinfektan komersial F dan
disenfektan komersial /. Sedangkan bakteri /ang digunakan sebagai penguji
dalam metode cakram kertas saring kali ini /aitu S. Aureus dan E. coli. aan
kimia atau substansi /ang dapat mematikan bakteri disebut bakterisidal,
sedangkan baan kimia /ang mengambat pertumbuan bakteri disebut
bakteriostatik. aan antimikrobial dapat bersifat bakteriostatik pada konsentrasi
renda, namun bersifat bakterisidal pada konsentrasi tinggi.
alam mengambat aktivitas mikroba, sen/aa aktif antimikroba
berperan sebagai pendenaturasi dan pengkoagulasi protein, denaturasi dan
koagulasi protein akan merusak enim seingga mikroba tidak dapat memenui
kebutuan idupn/a dan akirn/a aktivitasn/a terenti. )eampuan suatu
antimikroba atau disinfektan dapat diliat dari seberapa besar ona bening /ang
terbentuk akibat berdifusin/a at disinfektan tersebut. ntimikroba atau
disinfektan /ang berbeda memiliki laju difusi /ang berbeda pula, karena itu
keampuan antimikroba satu tidak sama dengan antimikroba /ang lainn/a.
iliat dari asil pengamatan baan antimikroba berupa disinfektan
komersial F maupun disinfektan komersial / dari setiap kelompok penguji adala
substansi atau disinfektan mampu mengambat pertumbuan mikroba.8ekanisme pengambatan mikroorganisme ole sen/aa antimikroba dapat
disebabkan ole beberapa faktor, antara lain' gangguan pada sen/aa pen/usun
dinding sel, peningkatan permeabilitas membran sel /ang dapatmen/ebabkan
keilangan komponen pen/usun sel, menginaktivasi enim, dan destruksi atau
kerusakan fungsi material genetik.
8ekanisme pertama menggangu pembentukan dinding sel, mekanisme ini
disebabkan karena adan/a akumulasi komponen lipofilat /ang terdapat pada
-
8/16/2019 Referensi SH
11/20
dinding atau membran sel seingga men/ebabkan perubaan komposisi pen/usun
dinding sel. (erjadin/a akumulasi sen/aa antimikroba dipengarui ole bentuk
tak terdisosiasi.
8ekanisme kedua bereaksi dengan membran sel, komponen bioaktif dapat
mengganggu dan mempengarui integritas membran sitoplasma, /ang dapat
mengakibatkan kebocoran materi intraseluler, seperti sen/aa penol dapat
mengakibatkan lisis sel dan me/ebabkan deaturasi protein, mengambat
pembentukan protein sitoplasma dan asam nukleat, dan mengambat ikatan (P"
ase pada membran sel.
8ekanisme ketiga menginaktivasi enim, mekanisme /ang terjadi
menunjukkan baa kerja enim akan terganggu dalam mempertaankan
kelangsungan aktivitas mikroba, seingga mengakibatkan enim akan
memerlukan energi dalam jumla besar untuk mempertaankan kelangsungan
aktivitasn/a. kibatkn/a energi /ang dibutukan untuk pertumbuan menjadi
berkurang seingga aktivitas mikroba menjadi terambat atau jika kondisi ini
berlangsung lama akan mengakibatkan pertumbuan mikroba terenti
%inaktif&. Gfek sen/aa antimikroba dapat mengambat kerja enim jika
mempun/ai spesifitas /ang sama antara ikatan komplek /ang men/usun struktur
enim dengan komponen sen/aa antimikroba.
8ekanisme keempat menginaktivasi fungsi material genetik, komponen
bioaktif dapat mengganggu pembentukan asam nukleat %DC dan C&,
men/ebabkan terganggun/a transfer informasi genetik /ang selanjutn/a akan
menginaktivasi atau merusak materi genetik seingga terganggun/a
proses pembelaan sel untuk pembiakan.
2.2.2 Metode Di/usi Suur
8etoda /ang paling sering digunakan adala metoda difusi agar /ang
digunakan untuk menentukan aktivitas antimikroba. )erjan/a dengan mengamati
daera /ang bening, /ang mengindikasikan adan/a ambatan pertumbuan
mikroorganisme ole antimikroba pada permukaan media agar %Aaet et al .,
200&. Pada praktikum ini, metode difusi sumur /ang digunakan adala cara cup
plat . ara ini juga sama dengan cara cakram, dimana dibuat sumur pada media
-
8/16/2019 Referensi SH
12/20
agar /ang tela ditanami dengan mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi
antibiotik /ang akan di uji.
Praktikum uji desinfektan dengan metode difusi sumur menggunakan
beberapa jenis desinfektan. (ujuan digunakan macam"macam jenis desinfektan
/akni untuk mengetaui desinfektan mana /ang paling efektif dalam mengambat
pertumbuan bakteri /ang diinokulasikan pada sumur. )erentanan bakteri
teradap suatu antibakteri dapat diukur secara in vitro dengan menggunakan
prinsip difusi agar. eberapa proses berlangsung ketika infusa /ang mengandung
antimikroba dimasukkan ke dalam sumur pada agar medium /ang tela
diinokulasi. Pertama, terjadi pen/erapan air dari medium agar dan kemudian
melarut. )emudian antimikroba itu berdifusi pada medium agar sesuai dengan
ukum fisika /ang berlaku atas proses difusi suatu molekul. 9asil /ang didapat
berupa diameter ona ambat pada agar sekeliling sumur. (erbentukn/a areal
bening di sekitar koloni bakteri menunjukkan adan/a pengambatan pertumbuan
bakteri uji. Semakin luas areal bening menunjukkan semakin tinggi aktivitas
antimikroba. Pada praktikum ini, pengujian efektivitas disinfektan dan antiseptik
dengan metode difusi sumur menggunakan media formaldeid, iodium, dan
komersial. Pengujian aktivitas antimikroba dilakukan dengan metode difusi sumur
teradap dua jenis bakteri /aitu Staphylococcus aureus /ang merupakan bakteri
gram positif dan Escherichia coli /ang merupakan bakteri gram negatif.
Penggunaan kedua bakteri tersebut didasarkan pada keberadaan bakteri E. coli dan
S. aureus /ang cukup ban/ak dan tersebar pada tubu manusia, keduan/a
merupakan bakteri patogen /ang dapat menganggu keseatan manusia.
2.2.1.1 Metode Di/usi Suur $oralde%id
=ormaldeida atau dikenal juga sebagai formalin, dengan konsentasiefektif sekitar #B. =ormaldeida merupakan disinfektan /ang
bersifat karsinogenik pada konsentrasi tinggi namun tidak korosif teradap metal,
dapat men/ebabkan iritasi pada mata, kulit, dan pernapasan. Sen/aa ini
memiliki da/a inaktivasi mikroba dengan spektrum luas. =ormaldeida juga dapat
terinaktivasi ole sen/aa organik.
=ormaldeid biasan/a digunakan sebagai desinfektan /ang efektif
teradap bakteri, jamur dan virus. =ormaldeid 1 B efektif sebagai bakterisid
http://id.wikipedia.org/wiki/Formaldehidahttp://id.wikipedia.org/wiki/Karsinogenikhttp://id.wikipedia.org/wiki/Karsinogenikhttp://id.wikipedia.org/wiki/Formaldehida
-
8/16/2019 Referensi SH
13/20
tetapi memerlukan aktu kontak /ang lama dan da/a kerjan/a lambat. )adar
formaldeid 0. B memerlukan aktu !"12 jam untuk membunu kuman, dan 2"4
ari untuk membunu spora, bakan dalam kadar # B diperlukan aktu 1# jam.
=ormaldeid 10 B juga digunakan untuk mensterilkan alat"alat kedokteran dan
untuk sterilisasi sputum pasien tuberkulosis digunakan larutan formaldeid # B
dalam larutan alkool 70 B %rif dan Sjamsudin, 1$$&.
Setela diinkubasi selama dua ari, asil pengamatan dengan cakram
kertas saring formaldeid pada kelompok 1 luas areal bening sebesar 0,1020 cm2.
Pada kelompok 2, luas areal bening sebesar 0,024 cm2. Pada kelompok 3, luas
areal bening sebesar 0,103# cm2. Pada kelompok 4, luas areal bening sebesar 0,41#
cm23. Pada kelompok , luas areal bening sebesar 0,0322 cm2. Pada kelompok !,
luas areal bening sebesar 0,3$7 cm2. Pada kelompok 7, luas areal bening sebesar
0,1104 cm2. Pada kelompok 4, pada perlakuan kontrol, terdapat ona areal bening,
Searusn/a pada perlakuan kontrol tidak ada ona areal bening karena cairan /ang
di tambakan an/a air steril /ang tidak bersifat sebagai antimikroba. 9al tersebut
mungkin dikarenakan karena ada cairan formaldeid /ang menetes pada lubang
bagian kontrol seingga air steril /ang bercampur dengan formaldeid
mempun/ai efektivitas sebagai antimikroba.
erdasarkan asil praktikum dapat diliat luas areal bening E.coli dan
S.aureus berbeda. Aarak ona ambat formaldeid pada bakteri E.coli lebi kecil
dibandingkan dengan S.aureus. ;uas areal bening terbesar pada difusi sumur
S.aureus /aitu sebesar 0.0024 cm2 sedangkan E.coli /akni sebesar 0.024 cm2.
Perbedaan ona ambat %luas areal bening& disebabkan karena perbedaan struktur
dinding sel bakteri. Staphylococcus aureus adala bakteri gram positif dimana
seln/a sebagian besar %$0B& terdiri dari lapisan peptidoglikan dan lapisan tipisasam teikoat %=ardia, 1$#$&. sam teikoat men/ebabkan permukaan sel bakteri
gram positif bersifat polar dan mempun/ai muatan negatif. Sifat ini akan
mempengarui laju penetrasi molekul"molekul ke dalam sel /ang akirn/a dapat
men/ebabkan kebocoran sel.
Sedangkan E. coli adala bakteri gram negatif dimana dinding seln/a lebi
kompleks dibandingkan dengan bakteri gram positif. akteri gram positif an/a
mempun/ai satu lapisan membran /ang mengandung peptidoglikan sedangkan
-
8/16/2019 Referensi SH
14/20
bakteri gram negatif mempun/ai membran dalam dan membran luar. ;apisan
membran luar %outer 34 wall layer & mengandung fosfolipid, lipopolisakarida, dan
lipoprotein. ;apisan ini bersifat impermeabel teradap molekul besar tetapi dapat
melalukan molekul kecil. ;ipopolisakarida dan peptidoglikan merupakan saringan
bagi berbagai ukuran molekul, sedangkan plasma membran bersifat impermeabel
bagi molekul /ang ukurann/a jau lebi kecil %;a/ dan 9astoo, 1$$2 dalam
Curmila +, 200$&.
Eona bening tersebut terjadi karena antimikroba akan mengakibatkan
pembentukan cincin"cincin ambatan di dalam area pertumbuan bakteri /ang
padat seingga tak ada bakteri /ang tumbu di dalam cincin tersebut. )eampuan
suatu antimikroba dapat diliat dari seberapa besar ona bening /ang terbentuk
akibat berdifusin/a at antibiotika tersebut, ntimikroba /ang berbeda memiiki
laju difusi /ang berbeda pula, karena itu keampuan antimikroba satu sama lain
tidak sama %@ilson 1$#2&. =ormaldeid membunu bakteri dengan membuat
jaringan dalam bakteri deidrasi %kekurangan air&. 8enurut ei %2010& unsur
aldeida didalamn/a bersifat muda bereaksi dengan protein, karena ketika
dimasukan ke media, formalin akan mengikat unsur protein mulai dari bagian
permukaan ingga terus meresap ke bagian dalam. Protein /ang tela rusak, tidak
akan digunakan bakteri untuk bermetabolisme dan mengasilkan energi, seingga
tidak terjadi pertumbuan bakteri kerena sumber nutrien untuk tumbu tela
dirusak ole antibiotik formalin.
2.2.1.2 Metode Di/usi Suur Iodiu
-
8/16/2019 Referensi SH
15/20
tertinggi. dapun keuntungan dari iodium iala pencuci dan desinfektan tidak
meninggalkan arna, meninggalkan residu anti baktrei, iodium tinktur bersifat
tuberkulosidal. an kelemaan dari iodium adala tintur menimbulkan arna dan
iritasi kulit, aktifitasn/a ilang di dalam air sada, korosif teradap logam,
men/ebabkan pengeringan kulit.
Setela diinkubasi selama dua ari, asil pengamatan dengan cakram kertas
saring iodium pada kelompok ! luas areal bening sebesar 0,007 cm2. Pada
kelompok 1, 2, 3, 4, , dan 7, tidak terbentuk luas areal bening. Searusn/a pada
kontrol tidak terdapat areal bening karena kontrol an/a berisi air steril. 9al ini
kemungkinan dikarenakan terkontaminasi ole udara saat membuka caan
mungkin terlalu lebar ataupun karena terkena tetesan dari iodin pada lubang
sumur didekatn/a. erdasarkan asil praktikum dapat diliat luas areal bening
E.coli dan S.aureus berbeda. Aarak ona ambat formaldeid pada bakteri E.coli
lebi kecil dibandingkan dengan S.aureus. ;uas areal bening terbesar pada difusi
sumur S.aureus /aitu sebesar 0.007 cm2 sedangkan E.coli tidak terbentuk ona
ambat.
;arutan desinfektan %iodium& ini akan menimbulkan gradien konsentrasi di
dalam agar dan membentuk pengambatan /ang dapat diliat sebagai ona
bening. Semakin jau jarak masuk ke dalam agar, maka konsentrasi produk /ang
dapat mengambat pertumbuan bakteri, berkurang dan an/a beberapa bakteri
/ang dapat terambat. 9al inila /ang menimbulkan gradient /ang berbeda pada
tingkat konsentrasi tertentu %avidson dan Paris, 1$$3&. atas dari ona bening
adala pada saat kekuatan larutan desinfektan %iodium& suda jau berkurang,
seingga tidak lagi mengambat pertumbuan bakteri uji. Eona bening /ang
terbentuk disebut juga diameter pengambatan. iameter pengambatan /angdibentuk, dipengarui ole beberapa faktor, seperti konsentrasi produk, tingkat
kelarutan produk dan kemampuan produk untuk berdifusi ke dalam agar %Prescott
etal., 2003&. Semakin lebar diameter pengambatan, maka aktivitas sen/aa
antimikroba semakin besar. Gkstrak /ang menunjukkan aktivitas pengambatan
terkuat akan dipili untuk taap penelitian selanjutn/a.
8ekanisme kerja iodine sebagai antimikroba dengan mempresentasikan
protein"protein, sebagaian ilang dalam bentuk ikatan dan sebagaian lagi
-
8/16/2019 Referensi SH
16/20
dikonversikan dalam bentuk ion iodida.
-
8/16/2019 Referensi SH
17/20
-
8/16/2019 Referensi SH
18/20
DA$TA+ PUSTA!A
gnesa, . 2010. -ji sensitifitas. ttp'??kesmas"unsoed.blogspot.com I7
Covember 2012J
ei, =). 2010. ktivetas antibakteri akstrak etanol bua mengkudu teradap
bekteri pembusuk daging segar Iterubung berkalaJ
ttp'??eprints.uns.ac.id I1$ 8ei 2011J.
*ould, ina dan rooker. 2003. Mikroiologi !erapan "ntuk Perawat. Aakarta '
uku )edokteran G*
Parudin. 200!. plikasi baan pengaet untuk memperpanjang umur simpan
mie basa matang. ogor' =akultas (eknologi Pertanian,
-
8/16/2019 Referensi SH
19/20
LAMPI+AN
La&iran 1. Pert%itun"an Luas areal Benin"
• ifusi Sumur =ormadeid )elompok
π d2
4 K3,14 x 0,2025
2
4 K 0,0322 cm2
• akram )ertas Saring =ormaldeid )elompok
π d2
4 K3,14 x 0,2325
2
4 K 0,424 cm2
La&iran 2. a#ar Hasil Pen"aatan
*ambar 1. ifusi Sumur =ormaldeid
*ambar 2. ifusi Sumur
-
8/16/2019 Referensi SH
20/20
*ambar 3. ifusi Sumur )omersial +
*ambar 4. )ertas akram Saring )omersial +
*ambar . )ertas akram Saring