Case Isip SH
description
Transcript of Case Isip SH
BAB I
PENDAHULUAN
Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologi yang
utama di Indonesia. Serangan otak ini merupakan kegawatdaruratan medis yang harus
ditangani secara cepat, tepat, dan cermat(1,2). Stroke adalah penyakit ketiga yang
menyebabkan kematian dibeberapa negara berkembang. Setiap tahunnya sekitar 4,5 juta
orang meninggal karena stroke. Stroke dapat terjadi pada semua umur tapi sebagian
dialami oleh orang yang berusia lebih dari 70 tahun(3).
Hampir semua orang lanjut usia sedikitnya memiliki beberapa sumbatan pada
suplai darah arteri ke otak, dan sebanyak 10% sebenarnya memiliki cukup banyak
sumbatan untuk menyebabkan gangguan fungsi atau stroke(4). Di Amerika Serikat, wanita
kulit putih dengan usia sekitar 50 tahun mempunyai resiko sekitar 20% menderita stroke
dan 8% mempunyai resiko meninggal karena stroke. Sekitar 1 dari 6 wanita amerika
meninggal karena stroke. Insidensi menderita stroke semakin meningkat pada usia lebih
dari 65 tahun. Sekali wanita menderita stroke maka perjalanan penyakit dan prognosisnya
lebih buruk bila dibandingkan dengan laki-laki. Faktor utama terjadinya stroke adalah
usia, hipertensi dan aterosklerosis(5).
Kebanyakan kasus stroke disebabkan oleh plak arteriosklerotik yang terjadi pada
satu atau lebih arteri yang memberi makanan ke otak. Plak biasanya mengaktifkan
mekanisme pembekuan darah, dan menghasilkan bekuan untuk membentuk dan
menghambat arteri, dengan demikian menyebabkan hilangnya fungsi otak secara akut
pada area yang terlokalisasi(4).
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Anamnesa
2.1.1 identitas
Nama : Tn. A
Jenis kelamin : Laki - laki
Umur : 51 tahun
Pendidikan : -
Agama : Islam
Alamat : Jl. Salak kel. Pondok Cabe Ilir, Pamulang.
2.1.2 Anamnesa
Keluhan Utama : Lemah separuh badan kiri
Keluhan Tambahan : Sakit kepala, mual dan muntah.
Riwayat perjalanan penyakit :
Pasien datang dengan keluhan lemah separuh badan kiri sejak ± 2 hari SMRS,
keluhan dirasakan tiba-tiba saat pasien berada di kamar mandi. Selain itu pasien
juga mengeluhkan nyeri kepala hebat mendadak, pasien terjatuh dan membentur
dinding kamar mandi sehingga menyebabkan muncul kemerahan di sekitar mata
kiri. muntah (+), mual (+). Pasien tidak berobat untuk mengurangi keluhan dan
keluhan tidak berkurang. Pasien baru pertama kali mengalami hal seperti ini
Terapi yang sudah didapat : -
Penyakit dahulu : Riwayat darah tinggi, Diabetes melitus disangkal
Kebiasaan : Merokok 1 bungkus / hari lebih dari 10 tahun, tapi
minum alkohol disangkal, riwayat memakai obat-
obatan disangkal.
2
2.2 Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Compos Mentis ( E4V5M6)
Nadi : 98 x/menit
Tekanan Darah : 150/110 mmHg.
Suhu : 37° C
Respirasi : 18 x/menit
Gizi : Cukup
Kulit : Sawo matang
KGB : Tidak teraba membesar
Kepala : Normochepali
Mata : Hematoma palpebra sinistra, Konjungtiva anemis -/-, SI-/-
Hidung : Bentuk biasa, lapang +/+, sekret -/-, deviasi septum -
Mulut : Mukosa bibir kering
Telinga : Bentuk biasa, serumen -/-
Leher : Dalam batas normal
Toraks : - Paru-paru : Pergerakan simetris, BND vesikuler, rhonki -/-, wh -/-
- Jantung : BJ I dan II normal, murmur -, gallop –
Abdomen : Datar, supel, BU (+) normal, hepar dan lien tidak membesar.
Vesika Urinaria : Bulging –
2.3 Pemeriksaan Neurologis
1. Rangsang Meningen
Kaku kuduk : -
Brudzinski I : -
Brudzinski II : -/-
Laseque : >70°/ >70°
Kerniq : -/-
3
2. Saraf Kranial
N.I (Olfaktorius)
Penciuman : Normosmia
N. II (Optikus)
Funduscopy : Tidak dilakukan
Lihat warna : Tidak dilakukan
N. III, IV, VI (Okolomotorius, Trochlearis, Abdusen)
Sikap bola mata simetris
Deviasi Konjuge : -
Ptosis : -/-
Strabismus : -/-
Nistagmus : -/-
Eksoftalmus : -/-
Enoptlmus : -/-
Diplopia : -/-
Deviasi Konjugasi: -/-
Pupil
Bentuk : Bulat, diameter 3mm/3mm
Isokor : Isokor
Letal : Ditengah
Tepi : Rata
Reflek cahaya Kanan Kiri
Langsung : + +
Konsensual : + +
N. V (Trigeminus)
4
Motorik :
membuka tutup mulut : Baik
Gerakan rahang : Baik
Sensorik :
Rasa raba : Baik/Baik
Rasa nyeri : Baik/Baik
Reflek : - Reflek Kornea : + / +
- Reflek Maseter : -
N.VII (Fasialis)
Mimik : Wajar
Menyeringai : Sulcus naso labialis mendatar kekiri
Rasa kecap 2/3 depan lidah : Tidak dilakukan
N.VIII (Vestibulokokhlearis)
Vestibularis
Nistagmus : -
Vertigo : -
Khoklearis :
Suara bisik : Normal/Normal
Gesekan jari : Normal/Normal
N. IX, X (Glosofaringeus, Vagus)
Arcus faring : sulit dinilai
Palatum molle : Letak di tengah
Uvula : Letak di tengah
Disartria : +
Disfoni : -
N.XI (Asesorius)
5
Menoleh (kanan, kiri) : Baik Baik
Angkat Bahu : Baik Lemah
N.XII (Hipoglosus)
Sikap lidah dalam mulut : Deviasi ke kiri
Fasikulasi : -
Atrofi : -
3. Motorik
Derajat kekuatan otot : 5555 / 1111
5555 / 1111
Atrofi otot : -
Tonus otot : normotonus
Gerakan spontan abnormal : -
4. Koordinasi
Statis : Tidak diperiksa
Dinamis
Telunjuk Hidung : Tidak dilakukan
5. Refleks
Refleks Tendo
- Biseps : ++/++
- Triseps : ++/++
- “Knee Pes Reflex” : ++/++
- “Achilles Pes Reflex” : ++/++
-
6
Refleks Patologis
Babinski : -/-
Chaddock : -/-
Oppenheim : -/-
Schuffer : -/-
Gordon : -/-
Klonus lutut : -/-
Klonus kaki : -/-
Hofman tromer : -/-
Rossolimo : -/-
Mandel batrew : -/-
6. Sensibilitas
Eksteroseptif :
Rasa raba (pakai tisu) : kanan > kiri
Rasa nyeri (pakai jarum) : kanan > kiri
Rasa suhu (pakai tabung air panas/air dingin) : Tidak
dilakukan
Propioseptif : Tidak dilakukan
7. Vegetatif
Miksi : Dengan Dower Catheter
Defekasi : Baik
Salivasi : Baik
Sekresi keringat : Baik
7
8. Fungsi Luhur
Memori : Baik
Bahasa : Baik
Afek dan emosi : Baik
Visuospatial : Baik
Kognitif : Baik
2.4 Pemeriksaan Penunjang
2.4.1 Laboratorium
26 Januari 2015
Pemeriksaan Hasil Nilai
Normal
Pemeriksaan Hasil Nilai
Normal
Hb 15,1 g/dL 13,2–17.3 Natrium 143 mmol/L 136-145
Leukosit 12,7.103/ul 3,8-10,6 Kalium 3,7 mmol/L 3,30-5,10
Ht 46 % 40-52 Clorida 104 mmol/L 98-106
Trombosit 252.103/ul 150-440 Ureum 45 mg/dL 10-50
Eritrosit 5,0 .103/ul 4,4-5,9 Creatinin 0,85 mg/dL <1,17
GDS 109 mg/dl <140 SGOT 18 U/L <37
Asam Urat 3,2 mg/dl 3,4-7 SGPT 14 U/L <41
Pemeriksaan Hasil Normal
Basofil 1% 0-1 Pemeriksaan Hasil Normal
Eosinofil 1% 2-4 Trigliserida 96 <150
Segmen 1% 3-5 Koleterol total 168 <200
Batang 85% 50-70 HDL 44 40-50
Limfosit 8% 25-40 LDL 105 <100
Monosit 4% 2-8
8
29 Januari 2015
2.4.2 Ct-Scan Kepala Non Kontras
Kesan:
perdarahan di temporoparietal kanan, volume sekitar 35cc dengan perifokal edema.
2.5 Kesimpulan
Pasien datang ke RSU Kota Tanggerang Selatan dengan keluhan lemah separuh
badan kiri sejak ± 2 hari SMRS, keluhan dirasakan tiba-tiba saat pasien sedang di kamar
9
mandi. Nyeri kepala (+), muntah (+) dan mual (+. )pasien terjatuh dan membentur
dinding kamar mandi sehingga menyebabkan muncul kemerahan di sekitar mata kiri,
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis GCS E4M6V5
Tek. Darah : 150/110 mmHg
Nadi : 98x/menit, reguler
Frek.Pernapasan : 18x/menitSuhu : 37⁰C
Status Lokalis : Dalam batas normal
Status Neurologis
Rangsang Meningen : -/-
Nervus Kranialis :
N.VII : SNL mendatar di kiri
N.XII : Julur lidah deviasi ke kiri
Motorik: 5 5 5 5 1 1 1 1
5 5 5 5 1 1 1 1
Sensibilitas : Kanan > kiri
Refleks fisiologis : ++ / ++
Refleks patologis : - / -
Fungsi luhur : baik
Tanda Regresi : tidak ada
Vegetatif : baik
2.5 Diagnosa
Klinis : Hemiparese sinistra
Parese Nervus VII sinistra tipe sentral
10
Parese Nervus XII sinistra tipe sentral
Topis : Korteks serebri hemisfer dextra Temporoparietal
Etiologis : Vaskular
2.6 Diagnosa Banding
Stroke Non Hemoragik
2.7 Pemeriksaan Penunjang
1. CT-Scan otak
2. Laboratorium : GDS, asam urat, profil lipid, Hb, Ht, Leukosit, trombosit, hitung
jenis, elektrolit,
3. Foto tórax
4. EKG
2.8 Prognosis
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad sanasionum : Dubia ad bonam
Ad fungsionum : Dubia ad bonam
2.9 Penatalaksanaan
2.9.1 IGD
• Oksigen 3-4 Lpm dengan Nasal Kanul
• IVFD Nacl 0,9% /12 jam
• Obat-obatan:
Inj Citicolin 1gr
Inj Pantoprazole 1 vial
Inj Ondancentron 4mg
2.9.2 Rawat Inap
Visit dr. Ichsan Sp.S
IVFD: RL 12 tpm
11
Inj citicolin 2 x 1gr
Inj Manitol 3 x 150 cc (tapering off/24 jam)
Inj Ceftriaxone 2 x 1gr
Inj Ranitidin 2 x 1 amp
PO Amlodipin 1 x 10mg
FOLLOW UP
Tanggal Visit Visit Spesialis
12
27 Januari 2015 S: lemah separuh badan
kiri, nyeri kepala (+)
O: E4V5M6
Mata: oedem palpebra
sinistra
Wajah: NSL kiri mendatar
Lidah: deviasi ke kiri
Motorik: 5555/1111
5555/1111
A: Stroke hemoragik
P: IVFD RL 12 tpm
Inj Nucholin 2 x 1gr
Inj Manitol 2 x 150 cc
Inj ceftriaxone 2 x 1a
Inj Ranitidine 2 x 1a
Po Amlodipin 1 x 10mg
S: nyeri kepala (+) oedem
palpebra sinistra
O: E4V5M6
Motorik: 5555/1111
5555/1111
A: Stroke Hemoragik
P: Terapi lanjut
28 Januari 2015 S: lemah separuh badan
kiri, nyeri kepala (+), BAB
(-) ± 3 hari
O: E4V5M6
TD: 130/80 Nadi: 88
RR: 18 Suhu: 36C
Mata: oedem palpebra
sinistra
Wajah: NSL kiri mendatar
Lidah: deviasi ke kiri
Motorik: 5555/1111
5555/1111
A: Stroke hemoragik
S: BAB (-) nyeri kepala (+)
oedem palpebra sinistra
O: E4V5M6
Motorik: 5555/1111
5555/1111
A: Stroke Hemoragik
P: Terapi lanjut
Dulcolax supp I
Manitol besok stop
13
P: IVFD RL 12 tpm
Inj Nucholin 2 x 1gr
Inj Manitol 1 x 150 cc
Inj ceftriaxone 2 x 1a
Inj Ranitidine 2 x 1a
Po Amlodipin 1 x 10mg
29 Januari 2015 S: lemah separuh badan
kiri, nyeri kepala (↓↓), BAB
(-)
O: E4V5M6
TD: 140/90 Nadi: 80
RR: 20 Suhu: 36C
Mata: oedem palpebra
sinistra
Wajah: NSL kiri mendatar
Lidah: deviasi ke kiri
Motorik: 5555/1111
5555/1111
A: Stroke hemoragik
P: IVFD RL 12 tpm
Inj Nucholin 2 x 1gr
Inj ceftriaxone 2 x 1a
Inj Ranitidine 2 x 1a
Po Amlodipin 1 x 10mg
S: nyeri kepala (↓) oedem
palpebra sinistra
O: E4V5M6
Motorik: 5555/1111
5555/1111
A: Stroke Hemoragik
P: Terapi lanjut
Dulcolax supp I
Kompres es pada mata
kiri
30 Januari 2015 S: lemah separuh badan kiri
O: E4V5M6
TD: 130/80 Nadi: 86
RR: 18 Suhu: 36C
Mata: oedem palpebra
Acc rawat jalan
14
sinistra
Wajah: NSL kiri mendatar
Lidah: deviasi ke kiri
Motorik: 5555/1111
5555/1111
A: Stroke hemoragik
P: IVFD RL 12 tpm
Inj Nucholin 2 x 1gr
Inj Manitol 1 x 150 cc
Inj ceftriaxone 2 x 1a
Inj Ranitidine 2 x 1a
Po Amlodipin 1 x 10mg
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
15
3.1 Pengertian Stroke dan Stroke Hemoragik
Menurut definisi WHO, stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang secara
cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dan gejala-gejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya
penyebab lain yang jelas selain vaskular. Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi
apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke
dalam ruang subaraknoid atau langsung ke dalam jaringan otak [3]
3.2 Epidemiologi Stroke dan Stroke Hemoragik
Stroke merupakan penyebab kematian ketiga dan penyebab utama kecacatan. [2]
Sekitar 0,2% dari populasi barat terkena stroke setiap tahunnya yang sepertiganya
meninggal pada tahun berikutnya dan sepertiganya bertahan hidup dengan kekacauan,
dan sepertiga sisanya dapat sembuh kembali seperti semula. Dari keseluruhan data di
dunia, ternyata stroke sebagai penyebab kematian mencapai 9% (sekitar 4 juta) dari total
kematian per tahunnya. [4]
Insidens kejadian stroke di Amerika Serikat yatu 500.000 pertahunnya dimana 10-
15% merupakan stroke hemoragik khususnya perdarahan intrasebrebral. Mortalitas dan
morniditas pada stroke hemoragik lebih berat daripada stroke iskemik. Dilaporkan hanya
sekitar 20% saja pasien yang mendaatkan kembali kemandirian fungsionalnya. Selain itu
ada sekitar 40-80% akhirnya meningal pada 30 hari pertama setelah serangan dan sekitar
50% meninggl pada 48 jam pertama. Enelitian meunjukan dari 251 penderita stroke ada
47% wanita dan 53% laki-laki dengan rata-rata umur 69 tahun (78%( berumur lebih dari
60 tahun. Pasien dengan umur lebih dari 75 tahun dan berjenis kelamin laki-laki
menunjukan outcome yang lebih buruk. [2]
3.3 Etiologi Stroke Hemoragik
Penyebab stroke hemoragik sangat beragam, yaitu:[5]
Perdarahan intraserebral primer (hipertensif)
16
Ruptur kantung aneurisma
Ruptur malformasi arteri dan vena
Trauma (termasuk apopleksi tertunda pasca trauma)
Kelainan perdarahan seperti leukemia, anemia aplastik, ITP, gangguan
fungsi hati, komlikasi obat trombolitik atau anti koagulan,
hipofibrinogenemia, dan hemofilia.
Perdarahan primer atau sekunder dari tumor otak.
Septik embolisme, myotik aneurisma
Penyakit inflamasi pada arteri dan vena
Amiloidosis arteri
Obat vasopressor, kokain, herps simpleks dan ensefalitis.
3.4 Faktor Resiko Stroke Hemoragik
Faktor yang berperan dalam meningkatkan resiko terjadinya stroke hemoragik
dijelaskan dalam table berikut : [6]
Faktor Resiko Keterangan
Umur Umur merupakan faktor risiko yang paling kuat untuk stroke.
Sekitar 30% dari stroke terjadi sebelum usia 65; 70% terjadi pada
mereka yang 65 ke atas. Risiko stroke adalah dua kali ganda untuk
setiap 10 tahun di atas 55 tahun.
Hipertensi Risiko stroke berkaitan dengan tingkat sistolik hipertensi. Hal ini
berlaku untuk kedua jenis kelamin, semua umur, dan untuk resiko
perdarahan, atherothrombotik, dan stroke lakunar, menariknya,
risiko stroke pada tingkat hipertensi sistolik kurang dengan
meningkatnya umur, sehingga ia menjadi kurang kuat, meskipun
masih penting dan bisa diobati, faktor risiko ini pada orang tua.
Seks Infark otak dan stroke terjadi sekitar 30% lebih sering pada laki-laki
berbanding perempuan, perbedaan seks bahkan lebih tinggi sebelum
usia 65.
Riwayat keluarga Terdapat lima kali lipat peningkatan prevalensi stroke antara
kembar monozigotik dibandingkan dengan pasangan kembar laki-
17
laki dizigotik yang menunjukkan kecenderungan genetik untuk
stroke. Pada 1913 penelitian kohort kelahiran Swedia menunjukkan
tiga kali lipat peningkatan kejadian stroke pada laki-laki yang ibu
kandungnya meninggal akibat stroke, dibandingkan dengan laki-laki
tanpa riwayat ibu yang mengalami stroke. Riwayat keluarga juga
tampaknya berperan dalam kematian stroke antara populasi
Kaukasia kelas menengah atas di California.
Diabetes mellitus Setelah faktor risiko stroke yang lain telah dikendalikan, diabetes
meningkatkan risiko stroke tromboemboli sekitar dua kali lipat
hingga tiga kali lipat berbanding orang-orang tanpa diabetes.
Diabetes dapat mempengaruhi individu untuk mendapat iskemia
serebral melalui percepatan aterosklerosis pembuluh darah yang
besar, seperti arteri koronari, arteri karotid atau dengan, efek lokal
pada mikrosirkulasi serebral.
Penyakit jantung Individu dengan penyakit jantung dari jenis apa pun memiliki lebih
dari dua kali lipat risiko stroke dibandingkan dengan mereka yang
fungsi jantungnya normal.
Penyakit Arteri koroner :
Indikator kuat kedua dari keberadaan penyakit difus vaskular
aterosklerotik dan potensi sumber emboli dari thrombi mural karena
miocard infarction.
Gagal Jantung kongestif, penyakit jantung hipertensi :
Berhubungan dengan meningkatnya kejadian stroke
Fibrilasi atrial :
Sangat terkait dengan stroke emboli dan fibrilasi atrial
karena penyakit jantung rematik; meningkatkan risiko stroke
sebesar 17 kali.
Lainnya :
18
Berbagai lesi jantung lainnya telah dikaitkan dengan stroke, seperti
prolaps katup mitral, patent foramen ovale, defek septum atrium,
aneurisma septum atrium, dan lesi aterosklerotik dan trombotik dari
ascending aorta.
Merokok Beberapa laporan, termasuk meta-analisis angka studi,
menunjukkan bahwa merokok jelas menyebabkan peningkatan
risiko stroke untuk segala usia dan
kedua jenis kelamin, tingkat risiko berhubungan dengan jumlah
batang rokok yang dihisap, dan penghentian merokok mengurangi
risiko, dengan resiko kembali seperti bukan perokok dalam masa
lima tahun setelah penghentian.
Peningkatan
hematokrit
Penigkatan viskositas menyebabkan gejala stroke ketika hematokrit
melebihi 55%. Penentu utama viskositas darah keseluruhan adalah
dari isi sel darah merah;
plasma protein, terutamanya fibrinogen, memainkan peranan
penting. Ketika meningkat viskositas hasil dari polisitemia,
hyperfibrinogenemia, atau paraproteinemia, biasanya menyebabkan
gejala umum, seperti sakit kepala, kelesuan, tinnitus, dan
penglihatan kabur. Infark otak fokal dan oklusi vena retina jauh
kurang umum, dan dapat mengikuti disfungsi trombosit akibat
trombositosis. Perdarahan Intraserebral dan subarachnoid kadang-
kadang dapat terjadi.
Peningkatan
tingkat fibrinogen
dan kelainan
system pembekuan
Tingkat fibrinogen tinggi merupakan faktor risiko untuk stroke
trombotik. Kelainan sistem pembekuan darah juga telah dicatat,
seperti antitrombin III dan kekurangan protein C serta protein S dan
berhubungan dengan vena thrombotic.
Penyalahgunaan
obat
Obat yang telah berhubungan dengan stroke termasuk
methamphetamines, norepinefrin, LSD, heroin, dan kokain.
Amfetamin menyebabkan sebuah vaskulitis nekrosis yang dapat
mengakibatkan pendarahan petechial menyebar, atau fokus bidang
iskemia dan infark. Heroin dapat timbulkan sebuah hipersensitivitas
19
vaskular menyebabkan alergi . Perdarahan subarachnoid dan
difarction otak telah dilaporkan setelah penggunaan kokain.
Hiperlipidemia Meskipun tingkat kolesterol tinggi telah jelas berhubungan dengan
penyakit jantung koroner, mereka sehubungan dengan stroke kurang
jelas. Peningkatan kolesterol tidak muncul untuk menjadi faktor
risiko untuk aterosklerosis karotis, khususnya pada laki-laki di
bawah 55 tahun. Kejadian hiperkolesterolemia menurun dengan
bertambahnya usia. Kolesterol berkaitan dengan perdarahan
intraserebral atau perdarahan subarachnoid. Tidak ada hubungan
yang jelas antara tingkat kolesterol dan infark lakunar.
Kontrasepsi oral Pil KB, estrogen tinggi yang dilaporkan meningkatkan risiko stroke
pada wanita muda. Penurunan kandungan estrogen menurunkan
masalah ini, tetapi tidak dihilangkan sama sekali. Ini adalah faktor
risiko paling kuat pada wanita yang lebih dari 35 tahun . Mekanisme
diduga meningkat koagulasi, karena stimulasi estrogen tentang
produksi protein liver, atau jarang penyebab autoimun
Diet Konsumsi alkohol :
Ada peningkatan risiko infark otak, dan perdarahan subarakhnoid
dikaitkan dengan penyalahgunaan alkohol pada orang dewasa
muda. Mekanisme dimana etanol dapat menghasilkan stroke
termasuk efek pada darah tekanan, platelet, osmolalitas plasma,
hematokrit, dan sel-sel darah merah. Selain itu, alkohol bisa
menyebabkan miokardiopati, aritmia, dan perubahan di darah aliran
otak dan autoregulasi.
Kegemukan :
Diukur dengan berat tubuh relatif atau body mass indexs, obesitas
telah secara konsisten meramalkan berikutnya
stroke. Asosiasi dengan stroke dapat dijelaskan sebagian oleh
adanya hipertensi dan diabetes. Sebuah berat relatif lebih dari 30%
di atas rata-rata kontributor independen ke-atherosklerotik infark
20
otak berikutnya.
Infeksi Infeksi meningeal dapat mengakibatkan infark serebral melalui
pengembangan perubahan inflamasi dalam dinding pembuluh darah.
Sifilis meningovaskular dan mucormycosis dapat menyebabkan
arteritis otak dan infark.
Sirkadian dan
faktor musim
Variasi sirkadian dari stroke iskemik, puncaknya antara pagi dan
siang hari. Hal ini telah menimbulkan hipotesis bahwa perubahan
diurnal fungsi platelet dan fibrinosis mungkin relevan untuk stroke.
Hubungan antara variasi iklim musiman dan stroke iskemik telah
didalihkan. Peningkatan dalam arahan untuk infark otak diamati di
Iowa. Suhu lingkungan rata-rata menunjukkan korelasi negatif
dengan kejadian cerebral infark di Jepang. Variasi suhu musiman
telah berhubungan dengan resiko lebih tinggi cerebral infark dalam
usia 40-64 tahun pada penderita yang nonhipertensif, dan pada
orang dengan kolesterol serum bawah 160mg/dL.
3.5. Patogenesis Stroke Hemoragik
A. Perdarahan Intraserebral
Perdarahan intraserebral primer (perdarahan intraserebral hipertensif)
disebabkan oleh hipertensi kronis yang menyebabkan vaskulopati serebral dengan akibat
pecahnya pembuluh darah otak. Sedangkan perdarahan sekunder terjadi antara lain akibat
anomali vaskuler kongenital, koagulopati, tumor otak, vaskulopati nonhipertensif
(amiloid serebral), vaskulitis, moya-moya, post stroke iskemik, obat antikoagulan
(fibrinolitik atau simpatomimetik). Diperkirakan hampir 50% penyebab perdarahan
intraserebral adalah hipertensi kronik, 25% karena anomali kongenital dan sisanya
penyebab lain ( Kaufman,1991).
Perdarahan intraserebral paling sering terjadi ketika tekanan darah tinggi kronis
melemahkan arteri kecil, menyebabkannya robek. Penggunakan kokain atau amfetamin
dapat menyebabkan tekanan darah dan perdarahan sementara tapi sangat tinggi. Pada
21
beberapa orang tua, sebuah protein abnormal yang disebut amiloid terakumulasi di arteri
otak. Akumulasi ini (disebut angiopati amiloid) melemahkan arteri dan dapat
menyebabkan perdarahan.[6]
Penyebab umum yang kurang termasuk kelainan pembuluh darah saat lahir, luka,
tumor, peradangan pembuluh darah (vaskulitis), gangguan perdarahan, dan penggunaan
antikoagulan dalam dosis yang terlalu tinggi. Pendarahan gangguan dan penggunaan
antikoagulan meningkatkan resiko kematian dari perdarahan intraserebral.[6]
B. Perdarahan Subaraknoid
Perdarahan subaraknoid biasanya hasil dari cedera kepala. Namun, perdarahan
karena cedera kepala menyebabkan gejala yang berbeda dan tidak dianggap sebagai
stroke.[6]
Perdarahan subaraknoid dianggap stroke hanya jika terjadi secara spontan yaitu,
ketika perdarahan tidak hasil dari kekuatan-kekuatan eksternal, seperti kecelakaan atau
jatuh. Sebuah perdarahan spontan biasanya hasil dari pecahnya aneurisma mendadak di
sebuah arteri otak, yaitu pada bagian aneurisma yang menonjol di daerah yang lemah dari
dinding arteri itu.[6]
Aneurisma biasanya terjadi di percabangan arteri. Aneurisma dapat muncul pada
saat kelahiran (bawaan), atau dapat berkembang kemudian, yaitu setelah bertahun-tahun
dimana tekanan darah tinggi melemahkan dinding arteri. Kebanyakan perdarahan
subaraknoid adalah hasil dari aneurisma kongenital.7
Mekanisme lain yang kurang umum adalah perdarahan subaraknoid dari pecahnya
koneksi abnormal antara arteri dan vena (malformasi arteri) di dalam atau di sekitar otak.
Sebuah malformasi arteri dapat muncul pada saat kelahiran, tetapi biasanya hanya
diidentifikasi jika gejala berkembang. Jarang sekali suatu bentuk bekuan darah pada
katup jantung yang terinfeksi, perjalanan (menjadi emboli) ke arteri yang memasok otak,
dan menyebabkan arteri menjadi meradang. arteri kemudian dapat melemah dan pecah.[6]
3.6. Patofisiologi Stroke Hemoragik
Penghentian total aliran darah ke otak menyebabkan hilangnya kesadaran dalam
waktu 15-20 detik dan kerusakan otak yang irreversibel terjadi setelah tujuh hingga
sepuluh menit. Penyumbatan pada satu arteri menyebabkan gangguan di area otak yang
22
terbatas (stroke). Mekanisme dasar kerusakan ini adalah selalu defisiensi energi yang
disebabkan oleh iskemia. Perdarahan juga menyebabkan iskemia dengan menekan
pembuluh darah di sekitarnya.[7]
Pembengkakan sel, pelepasan mediator vasokonstriktor, dan penyumbatan lumen
pembuluh darah oleh granulosit kadang-kadang mencegah reperfusi, meskipun pada
kenyataannya penyebab primernya telah dihilangkan. Kematian sel menyebabkan
inflamasi, yang juga merusak sel di tepi area iskemik (penumbra). Gejala ditentukan oleh
tempat perfusi yang terganggu, yakni daerah yang disuplai oleh pembuluh darah tersebut.[7]
Penyumbatan pada arteri serebri media yang sering terjadi menyebabkan
kelemahan otot dan spastisitas kontralateral, serta defisit sensorik (hemianestesia) akibat
kerusakan girus lateral presentralis dan postsentralis. Akibat selanjutnya adalah deviasi
okular, hemianopsia, gangguan bicara motorik dan sensorik, gangguan persepsi spasial,
apraksia, dan hemineglect.[7]
Penyumbatan arteri serebri anterior menyebabkan hemiparesis dan defisit sensorik
kontralateral, kesulitan berbicara serta apraksia pada lengan kiri jika korpus kalosum
anterior dan hubungan dari hemisfer dominan ke korteks motorik kanan terganggu.
Penyumbatan bilateral pada arteri serebri anterior menyebabkan apatis karena kerusakan
dari sistem limbik.[7]
Penyumbatan arteri serebri posterior menyebabkan hemianopsia kontralateral
parsial dan kebutaan pada penyumbatan bilateral. Selain itu, akan terjadi kehilangan
memori.[7]
Penyumbatan arteri karotis atau basilaris dapat menyebabkan defisit di daerah
yang disuplai oleh arteri serebri media dan anterior. Jika arteri koroid anterior tersumbat,
ganglia basalis (hipokinesia), kapsula interna (hemiparesis), dan traktus optikus
(hemianopsia) akan terkena. Penyumbatan pada cabang arteri komunikans posterior di
talamus terutama akan menyebabkan defisit sensorik.[7]
Penyumbatan total arteri basilaris menyebabkan paralisis semua eksteremitas dan
otot-otot mata serta koma. Penyumbatan pada cabang arteri basilaris dapat menyebabkan
infark pada serebelum, mesensefalon, pons, dan medula oblongata. Efek yang
ditimbulkan tergantung dari lokasi kerusakan:[7]
23
Pusing, nistagmus, hemiataksia (serebelum dan jaras aferennya, saraf
vestibular).
Penyakit Parkinson (substansia nigra), hemiplegia kontralateral dan tetraplegia
(traktus piramidal).
Hilangnya sensasi nyeri dan suhu (hipestesia atau anastesia) di bagian wajah
ipsilateral dan ekstremitas kontralateral (saraf trigeminus [V] dan traktus
spinotalamikus).
Hipakusis (hipestesia auditorik; saraf koklearis), ageusis (saraf traktus
salivarus), singultus (formasio retikularis).
Ptosis, miosis, dan anhidrosis fasial ipsilateral (sindrom Horner, pada
kehilangan persarafan simpatis).
Paralisis palatum molle dan takikardia (saraf vagus [X]). Paralisis otot lidah
(saraf hipoglosus [XII]), mulut yang jatuh (saraf fasial [VII]), strabismus (saraf
okulomotorik [III], saraf abdusens [V]).
Paralisis pseudobulbar dengan paralisis otot secara menyeluruh (namun
kesadaran tetap dipertahankan).
3.7. Gejala Klinis Stroke Hemoragik
Gejala klinis stroke ada berbagai macam, diantaranya adalah ditemukan
perdarahan intraserebral (ICH) yang dapat dibedakan secara klinis dari stroke iskemik,
hipertensi biasanya ditemukan, tingkat kesadaran yang berubah atau koma lebih umum
pada stroke hemoragik dibandingkan dengan stroke iskemik. Seringkali, hal ini
disebabkan peningkatan tekanan intrakranial. Meningismus dapat terjadi akibat adanya
darah dalam ventrikel.[2]
Defisit neurologis fokal. Jenis defisit tergantung pada area otak yang terlibat. Jika
belahan dominan (biasanya kiri) terlibat, suatu sindrom yang terdiri dari hemiparesis
kanan, kerugian hemisensory kanan, meninggalkan tatapan preferensi, bidang visual kana
terpotong, dan aphasia mungkin terjadi. Jika belahan nondominant (biasanya kanan)
terlibat, sebuah sindrom hemiparesis kiri, kerugian hemisensory kiri, preferensi tatapan
ke kanan, dan memotong bidang visual kiri. Sindrom belahan nondominant juga dapat
mengakibatkan pengabaian dan kekurangan perhatian pada sisi kiri.[2]
24
Jika cerebellum yang terlibat, pasien beresiko tinggi untuk herniasi dan kompresi
batang otak. Herniasi bisa menyebabkan penurunan cepat dalam tingkat kesadaran,
apnea, dan kematian. Tanda-tanda lain dari keterlibatan cerebellar atau batang otak antara
lain: ekstremitas ataksia, vertigo atau tinnitus, mual dan muntah, hemiparesis atau
quadriparesis, hemisensori atau kehilangan sensori dari semua empat anggota, gerakan
mata yang mengakibatkan kelainan diplopia atau nistagmus, kelemahan orofaringeal atau
disfagia, wajah ipsilateral dan kontralateral tubuh.[2]
A. Perdarahan Intraserebral
Sebuah perdarahan intraserebral dimulai tiba-tiba. Di sekitar setengah dari jumlah
penderita, serangan dimulai dengan sakit kepala parah, sering selama aktivitas. Namun,
pada orang tua, sakit kepala mungkin ringan atau tidak ada. Gejala disfungsi otak
menggambarkan perkembangan yang terus memburuk sebagai perdarahan. Beberapa
gejala, seperti kelemahan, kelumpuhan, hilangnya sensasi, dan mati rasa, sering hanya
mempengaruhi satu sisi tubuh. Orang mungkin tidak dapat berbicara atau menjadi
bingung. Visi dapat terganggu atau hilang. Mata dapat menunjukkan arah yang berbeda
atau menjadi lumpuh. Mual, muntah, kejang, dan hilangnya kesadaran yang umum dan
dapat terjadi dalam beberapa detik untuk menit.[8]
B. Perdarahan Subaraknoid
Sebelum robek, aneurisma yang biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali menekan
pada saraf atau kebocoran sejumlah kecil darah, biasanya sebelum pecah besar (yang
menyebabkan sakit kepala), menghasilkan tanda-tanda peringatan, seperti berikut:[8]
Sakit kepala, yang mungkin luar biasa tiba-tiba dan parah (kadang-kadang disebut
sakit kepala halilintar)
Sakit pada mata atau daerah fasial
Penglihatan ganda
Kehilangan penglihatan tepi
Tanda-tanda peringatan dapat terjadi menit ke minggu sebelum pecahnya aneurisma.
Individu harus melaporkan setiap sakit kepala yang tidak biasa ke dokter segera.[8]
Aneurisma yang pecah biasanya menyebabkan sakit kepala, tiba-tiba parah dan
mencapai puncak dalam beberapa detik. Hal ini sering diikuti dengan kehilangan
25
kesadaran singkat. Hampir setengah dari orang yang terkena meninggal sebelum
mencapai rumah sakit. Beberapa orang tetap berada dalam koma atau tidak sadar dan
sebagian lainnya bangun, merasa bingung, dan mengantuk. Dalam beberapa jam atau
bahkan menit, penderita mungkin menjadi tidak responsif dan sulit untuk dibangunkan. [8]
Dalam waktu 24 jam, darah dan cairan serebrospinal di sekitar otak mengiritasi
lapisan jaringan yang menutupi otak (meninges), menyebabkan leher kaku serta sakit
kepala terus, sering dengan muntah, pusing, dan nyeri pinggang. [2]
Sekitar 25% dari orang yang mengalami gejala-gejala yang mengindikasikan
kerusakan pada bagian tertentu dari otak, seperti berikut: [2,8]
Kelemahan atau kelumpuhan pada satu sisi tubuh (paling umum)
Kehilangan sensasi pada satu sisi tubuh
Kesulitan memahami dan menggunakan bahasa
Gangguan berat dapat berkembang dan menjadi permanen dalam beberapa menit
atau jam. Demam adalah gejala umum selama 5 sampai 10 hari pertama. Sebuah
perdarahan subaraknoid dapat menyebabkan beberapa masalah serius lainnya, seperti: [2,8]
Hydrocephalus: Dalam waktu 24 jam, darah dari perdarahan subaraknoid dapat
membeku. Darah beku dapat mencegah cairan di sekitar otak (cairan serebrospinal)
dari pengeringan seperti biasanya tidak. Akibatnya, darah terakumulasi dalam
otak, peningkatan tekanan dalam tengkorak. Hydrocephalus mungkin akan
menyebabkan gejala seperti sakit kepala, mengantuk, kebingungan, mual, dan
muntah-muntah dan dapat meningkatkan risiko koma dan kematian.
Vasospasme: Sekitar 3 sampai 10 hari setelah pendarahan itu, arteri di otak dapat
kontrak (kejang), membatasi aliran darah ke otak. Kemudian, jaringan otak tidak
mendapatkan oksigen yang cukup dan dapat mati, seperti pada stroke iskemik.
Vasospasm dapat menyebabkan gejala mirip dengan stroke iskemik, seperti
kelemahan atau hilangnya sensasi pada satu sisi tubuh, kesulitan menggunakan
atau memahami bahasa, vertigo, dan koordinasi terganggu.
Pecah kedua: Kadang-kadang pecah kedua terjadi, biasanya dalam seminggu.
3.8. Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang Stroke Hemoragik
26
Diagnosis stroke dapat ditegakkan berdasarkan riwayat dan keluhan utama pasien.
Beberapa gejala/tanda yang mengarah kepada diagnosis stroke antara lain: hemiparesis,
gangguan sensorik satu sisi tubuh, hemianopia atau buta mendadak, diplopia. Vertigo,
afasia, disfagia, disartria, ataksia, kejang atau penurunan kesadaran yang keseluruhannya
terjadi secara mendadak. [1]
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mendukung diagnosis stroke dan
menyingkirkan diagnosis bandingnya. Laboratorium yang dapat dilakukan pada penderita
stroke diantaranya adalah hitung darah lengkap, profil pembekuan darah, kadar elektrolit,
dan kadar serum glukosa. [2]
Pemeriksaan pencitraan juga diperlukan dalam diagnosis. Pencitraan otak adalah
langkah penting dalam evaluasi pasien dan harus didapatkan dalam basis kedaruratan.
Pencitraan otak membantu dalam diagnosis adanya perdarahan, serta dapat
menidentifikasi komplikasi seperti perdarahan intraventrikular, edem otak, dan
hidrosefalus. Baik CT non kontras ataupun MRI otak merupakan pilihan yang dapat
digunakan.2
CT non kontras otak dapat digunakan untuk membedakan stroke hemoragik dari
stroke iskemik. Pencitraan ini berguna untuk membedakan stroke dari patologi
intrakranial lainnya. CT non kontras dapat mengidentifikasi secara virtual hematoma
yang berdiameter lebih dari 1 cm.2
MRI telah terbukti dapat mengidentifikasi stroke lebih cepat dan lebih bisa
diandalkan daripada CT scan, terutama stroke iskemik. MRI dapat mengidentifikasi
malformasi vaskular yang mendasari atau lesi yang menyebabkan perdarahan.2
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah elektrokardiogram (EKG) untuk
memulai memonitor aktivitas hantung. Disritmia jantung dan iskemia miokard memiliki
kejadian signifikan dengan stroke.2
Oleh karena tidak seluruh Rumah Sakit memiliki alat-alat di atas, maka untuk
memudahkan pemeriksaan dapat dilakukan dengan sistem lain, misalnya sistem skoring
yaitu sistem yang berdasarkan gejala klinis yang ada pada saat pasien masuk Rumah
Sakit. Sistem skoring yang sering digunakan antara lain:
27
Siriraj Hospital Score [11]
Algoritma Stroke Gajah Mada
28
(2.5 x kesadaran) + (2 x muntah) + ( 2 x sakit kepala) + (0.1 x tekanan darah diastolik) – (3 x atheroma) – 12.
Kesadaran:Sadar = 0; mengantuk, stupor = 1; semikoma, koma = 2
Muntah: tidak = 0 ; ya = 1
Sakit kepala dalam 2 jam: tidak = 0 ; ya = 1
Tanda-tanda ateroma: tidak ada = 0 ; 1 atau lebih tanda ateroma = 1(anamnesis diabetes; angina; klaudikasio intermitten)
Pembacaan:Skor > 1 : Perdarahan otak
< -1: Infark otak
Stroke dapat didiagnosa banding dengan penyakit-penyakit lain seperti:
ensefalitis, meningitis, migrain, neoplasma otak, hipernatremia, stroke iskemik,
perdarahan subaraknoid, hematoma subdural, kedaruratan hipertensif, hipoglikemia,
labirinitis, dan Transient Ischemic Attack (TIA).2
29
Stroke non hemoragik Stroke hemoragik
1. Onset mendadak 1. Onset mendadak
2. Pada waktu istirahat 2. Pada waktu beraktivitas
3. Tanda-tanda TIK meningkat (-) 3. Tanda-tanda TIK meningkat (+) :
Sakit kepala hebat, muntah proyektil,
kesadaran menurun
4. Funduskopi : papil edema (-) 4. Papil edema (+)
5. Rangsang meningeal (-) 5. Rangsang meningeal (+) pada
perdarahan subarakhnoid
6. Lumbal punksi :
- Warna : Jernih
- Tekanan : Normal
- Eritrosit : < 300/mm3
6. Lumbal punksi :
- Warna : Merah
- Tekanan : Meningkat
- Eritrosit : >1000/mm3
7. CT Scan : hipodens 7. CT Scan : hiperdens
3.9. Penatalaksanaan Stroke Hemoragik
A. Penatalaksanaan di Ruang Gawat Darurat
1. Evaluasi cepat dan diagnosis
2. Terapi umum (suportif)
a. stabilisai jalan napas dan pernapasan
b. stabilisasi hemodinamik/sirkulasi
c. pemeriksaan awal fisik umum
d. pengendalian peninggian TIK
e. penanganan transformasi hemoragik
f. pengendalian kejang
30
g. pengendalian suhu tubuh
h. pemeriksaan penunjang
B. Penatalaksanaan Stroke Perdarahan Intra Serebral (PIS)
Terapi medik pada PIS akut:
a. pasien dengan defisiensi berat faktor koagulasi atau trombositopenia berat
sebaiknya mendapatkan terapi penggantian faktor koagulasi atau trombosit.
b. Pasien dengan perdarahan intrakranial dan peningkatan INR terkait obat
antikoagulan oral sebaiknya tidak diberikan warfarin, tetapi mendapat terapi untuk
mengganti vitamin-K-dependen factor dan mengkoreksi INR serta mendapat
vitamin K intravena. Konsentrat kompleks protombin tidak menunjukan perbaikan
keluaran dibandingkan dengan Fresh Frozen Plasma (FFP). Namun pemberian
konsentrat protombin dapat mengurangi komplikasi dibandingkan dengan FFP dan
dapat dipertimbangkan sebagai alternatif FFP.
c. Apabila terjadi gangguan koagulasi maka dapat di koreksi sebagai berikut:
Vitamin K 10 mg IV diberikan pada penderita dengan peningkatan INR
dan diberikan dalam waktu yang sama dengan terapi yang lain karen
efek akan timbul 6 jam kemudian. Kcepata pemberian <1mg/menit
untuk meminimalkan risiko anafilaksis.
FFP 2-6 unit diberikan untuk menoreksi defisiensi faktor pembekuan
darah bila ditemukan sehingga dengan cepat memperbaiki INR atau
aPTT.
d. Pasien PIS akibat penggunaan unfractionated atau low moleculer weight heparin
diberikan Protamine Sulfat, dan pasien dengan trombositopenia atau adanya
gangguan fungsi platelet dapat diberikan dosis tunggal Desmopressin, transfusi
platelet, atau keduanya.
e. Pada pasien yang memang harus menggunakan antikoagulan maka pemberian obat
dapat dimulai pada hari ke-7-14 setelah terjadinya perdarahan.
31
f. Anti edema
Anti edema otak adalah cairan hiperosmolar, misalnya manitol 20%,
larutan gliserol 10%, dextrose 5%, furosemid (lasix), kortikosteroid (metil
prednisolon, prednisone, dexametason). Pembatasan cairan juga dapat
membantu.
g. Tindakan bedah pada PIS
Penanganan dan pemantauan tekanan intracranial
Pasien dengan skor GCS <*, dengan tanda klinis herniasi
transtentorial atau dengan perdarahan intraventrikuler yang luas
atau hidrosefalus, dapat dipertimbangkan untuk penanganan dan
pemantauan tekanan intracranial. Tekanan perfusi otak 50-
70mmHg dapat dipertahankan tergantung pada status otoregulasi
otak.
Drainase ventrikuler sebagai tatalaksana hidrsefalus dapat
dipertimbangkan pada pasien dnegan penurunan tingkat kesadaran.
Evakuasi hematom
Pada sebagian besar pasien dengan perdarahan itrakranial,
kegunaan operasi masih belum pasti.
Pasien dengan PIS yang mengalami perburukan neurologis atau
yang terdapat komprei batang otak, dan atau hidrosefalus akibat
obstruksi ventrikel sebaiknya menjalani operasi evakuasi bekuan
darah secepatnya. Tatalaksana awal pada pasien tersebut dengan
drainase ventrikuler saja tanpa evakuasi bekuan darah tidak
direkomendasikan.
Pada pasien dengan bekuan darah di lobus >30 ml dan terdapat di
1cm dari permukaan, evakuasi perdarahan intracranial
supratentorial dengan kraniotomi standar dapat dipertimbangkan.
h. Rehabilitas dan Pemulihan
32
Mengingat potensi yang serius dari perdarahan intracranial berupa kecacatan yang
berat dan serius, dan kompleks semua pasien sebaiknya dilakukan rehabilitasi secara
multidisiplin. Jika memungkinkan, rahbilitasi dapat dilakukan sedini mungkin dan
berlanjut di sarana rehabilitas komunitas sebagai bagian dari progam terkoordinasi yang
baik antara perawatan di rumah sakit dengan perawatan berbasis rumah.
3.10. Komplikasi dan Prognosis Stroke Hemoragik
Peningkatan tekanan intrakranial dan herniasi adalah komplikasi yang paling
ditakutkan pada perdarahan intraserebral. Perburukan edem serebri sering mengakibatkan
deteoriasi pada 24-48 jam pertama. Perdarahan awal juga berhubungan dengan
deteorisasi neurologis, dan perluasan dari hematoma tersebut adalah penyebab paling
sering deteorisasi neurologis dalam 3 jam pertama. Pada pasien yang dalam keadaan
waspada, 25% akan mengalami penurunan kesadaran dalam 24 jam pertama. Kejang
setelah stroke dapat muncul. Selain dari hal-hal yang telah disebutkan diatas, stroke
sendiri adalah penyebab utama dari disabilitas permanen.2
Prognosis bervariasi bergantung pada tingkap keparahan stroke dan lokasi serta
ukuran dari perdarahan. Skor dari Skala Koma Glasgow yang rendah berhubungan
dengan prognosis yang lebih buruk dan mortalitas yang lebih tinggi. Apabila terdapat
volume darah yang besar dan pertumbuhan dari volume hematoma, prognosis biasanya
buruk dan outcome fungsionalnya juga sangat buruk dengan tingkat mortalitas yang
tinggi. Adanya darah dalam ventrikel bisa meningkatkan resiko kematian dua kali lipat.
Pasien yang menggunakan antikoagulasi oral yang berhubungan dengan perdarahan
intraserebral juga memiliki outcome fungsional yang buruk dan tingkat mortilitas yang
tinggi.2
3.11. Pencegahan Stroke Hemoragik
33
Pencegahan primer pada stroke meliputi upaya memperbaiki gaya hidup dan mengatasi
berbagai faktor risiko. Upaya ini ditujukan pada orang sehat maupun kelompok risiko
tinggi yang berlum pernah terserang stroke. Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan
adalah:1
Mengatur pola makan yang sehat
Melakukan olah raga yang teratur
Menghentikan rokok
Menhindari minum alkohol dan penyalahgunaan obat
Memelihara berat badan yang layak
Perhatikan pemakaian kontrasepsi oral bagi yang beresiko tinggi
Penanganan stres dan beristirahat yang cukup
Pemeriksaan kesehatan teratur dan taat advis dokter dalam hal diet dan obat
Pemakaian antiplatelet
Pada pencehagan sekunder stroke, yang harus dilakukan adalah pengendalian
faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi, dan pengendalian faktor risiko yang dapat
dimodifikasi seperti hipertensi, diabetes mellitus, riwayat TIA, dislipidemia, dan
sebagainya.1
BAB IV
ANALISA KASUS
Pasien seorang pria berusia 51 tahun datang dengan kelemahan separuh badan kiri
dan nyeri kepala hebat. Diagnosis Klinis : Hemiparese Sinistra ; Diagnosis Topis:
Temporoparietal; serta Diagnosis Etiologis : vaskular. Hal ini bisa disimpulkan dari hasil
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Anamnesis :
Keluhan utama adalah kelemahan anggota gerak sebelah kiri
Keluhan tambahan sakit kepala, mual dan muntah
34
Umur pasien (51 tahun) bisa menjadi salah satu faktor resiko yang tidak
dapat dimodifikasi
Riwayat merokok sejak pasien muda.
Pada pemeriksaan fisik :
Ditemukan gejala-gejala neurologik, seperti :
N VII: Menyeringai : Sulcus naso labialis mendatar kekiri
N XII: sikap lidah : deviasi ke kiri
Kekuatan motorik : 5555/1111
5555/1111
-
Pemeriksaan penunjang :
Pada pasien ini dilakukan CT Scan kepala tanpa kontras yang hasilnya didapatkan adanya
perdarahan di temporoparietal kanan, volume sekitar 35cc dengan perifokal edema
Skor Gajah Mada (SGM)
Berdasarkan SIRRIRAJ STROKE SCORE (SSS)
35
Kriteria Nilai
Kesadaran : -Sadar
-Delirium,stupor
-Semi koma dan koma
0
1
2
Muntah / sakit kepala dalam dua jam :-Tidak ada
-Ada
0
1
Aterom / Riwayat diabetes : -Tidak ada
-1 atau lebih
0
1
SSS : Diagnosa
>1 : Perdarahan serebral
<-1 : Infark serebral
-1 sampai 1 : Diagnosa tidak pasti digunakan kurva kemungkinan / CT-Scan
SSS=(2,5 x kesadaran) + (2 x muntah) + (2 x sakit kepala) + (0,1 x tekanan darah
diastole) – (3 x aterom ) -12
SSS=(2,5 x 0 ) + (2 x 1 ) + (2 x 1 ) + (0,1 x 110) – (3 x 0) – 12 = 3
Berdasarkan hasil CT-Scan kepala, Gajah Mada Score dan Siriraj Score
menunjukan adanya Stroke Hemoragik.
Pada pemeriksaan fisik sitolik <180 mmHg maka tidak perlu dilakukan penurunan
tekanan darah.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Leukosit yag meningkat (12.700 /UL)
yang menandakan adanya infeksi, maka diperlukan pemberian antibiotik pada
pasien ini.
Dilakukan pemantauan jantung (EKG) dan status neurologi pasien.
Penatalaksanaan yang telah dilakukan pada pasien di IGD:
• Oksigen 3-4 Lpm dengan Nasal Kanul
• IVFD Nacl 0,9% /12 jam
36
Pemilihan cairan pada stroke akut sebaiknya tidak mengandung
glukosa karena hiperglikemia menyebabkan perburukan fungsi
neurologis dan keluaran, misalnya NaCl 0,9 % atau Ringer laktat.
• Obat-obatan:
o Inj Citicolin 1gr
o Inj Pantoprazole 1 vial. Untuk mencegah stress ulcer dan
pencegahan terjadinya tukak lambung.
o Inj Ondancentron 4mg
o Visit dr. Ichsan Sp.S
IVFD: RL 12 tpm
Inj citicolin 2 x 1gr
Inj Manitol 3 x 150 cc (tapering off/24 jam)
Inj Ceftriaxone 2 x 1gr
Inj Ranitidin 2 x 1 amp
PO Amlodipin 1 x 10mg
Penatalaksanaan yang diberikan sesuai dengan stroke hemoragik yang bertujuan
untuk penatalaksanaan dini, stabilisasi tekanan darah, neuroproteksi, penatalaksanaan
simtomatik dan suportif, menjaga vital jantung, ginjal, dan keseimbangan elektrolit.
Jika memungkinkan, rehabilitasi dapat dilakukan sedini mungkin dan berlanjut di
sarana rehabilitas komunitas sebagai bagian dari progam terkoordinasi yang baik antara
perawatan di rumah sakit dengan perawatan berbasis rumah.
37
DAFTAR PUSTAKA
1. Kelompok Studi Stroke Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia.Guideline Stroke 2011. Edisi Revisi. Perhimpunan Dokter Spesialis
Saraf Indonesia: Jakarta, 2011.
2. Nasissi, Denise. Hemorrhagic Stroke Emedicine. Medscape, 2010. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/793821-overview. Access on : September 29,
2012.
3. Price, Sylvia A. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit ed.6.EGC, Jakarta.
2006
4. Sjahrir, Hasan. Stroke Iskemik. Yandira Agung: Medan, 2003
5. Ropper AH, Brown RH. Adams dan Victor’s Principles of Neurology. Edisi 8. BAB 4.
Major Categories of Neurological Disease: Cerebrovascular Disease. McGraw Hill: New
York.2005
38
6. Sotirios AT,. Differential Diagnosis in Neurology and Neurosurgery.New York. Thieme
Stuttgart. 2000.
7. Silbernagl, S., Florian Lang. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. EGC: Jakarta, 2007.
8. MERCK, 2007. Hemorrhagic Stroke. Available at:
http://www.merck.com/mmhe/sec06/ch086/ch086d.html. Access On : October 1, 2012
9. Samino. Perjalanan Penyakit Peredaran Darah Otak. FK UI/RSCM, 2006. Diunduh dari:
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/
13PerjalananPenyakitPeredaranDarahOtak021.pdf/
13PerjalananPenyakitPeredaranDarahOtak021.html
10. Mesiano, Taufik. Perdarahan Subarakhnoid Traumatik. FK UI/RSCM, 2007. Diunduh
dari:
http://images.omynenny.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/
R@uuzQoKCrsAAFbxtPE1/SAH%20traumatik%20Neurona%20by%20Taufik
%20M.doc?nmid=88307927
11. Poungvarin, N. Skor Siriraj stroke dan studi validasi untuk membedakan
perdarahan intraserebral supratentorial dari infark. Diunduh dari:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1670347/.
39