REFERATMola-Hidatidosa

30
REFERAT MOLA HIDATIDOSA Disusun Oleh : Viny Octofiad 1320221104 Pembimbing : dr. Hary Purwoko, SpOG, KFER 4

description

hkh

Transcript of REFERATMola-Hidatidosa

REFERATMOLA HIDATIDOSA

Disusun Oleh :Viny Octofiad 1320221104

Pembimbing :

dr. Hary Purwoko, SpOG, KFERKEPANITERAAN KLINIK ILMU KANDUNGAN DAN KEBIDANANRUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWAPERIODE 20 Oktober 27 Desember 2014LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR

KEPANITERAAN ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN

REFERATMola HidatidosaDiajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik

di Bagian Ilmu Kandungan dan Kebidananan

Rumah Sakit Umum AmbarawaDisusun Oleh :

Viny Octofiad 1320.221.104

Telah disetujui oleh Pembimbing

Nama Pembimbing

Tanda Tangan Tanggal

dr. Hary Purwoko, Sp.OG, KFER

Mengesahkan :

Koordinator Kepaniteraan Ilmu Kebidanan dan Kandungan

dr. Hary Purwoko, Sp.OG,KFER

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul MOLA HIDATIDOSA. Referat ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat ujian Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kandungan dan Kebidanan di RSUD Ambarawa.Penyusunan laporan ini dapat terselesaikan tak lepas dari pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis dalam merampungkan laporan ini. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

1. dr. Hary Purwoko, Sp.OG, KFER atas bimbingan dan kesabarannya selama penulis menempuh pendidikan di kepaniteraan klinik.

2. dr. Adi Rachmanadi, Sp.OG atas kesabaran dan bimbingannya selama penulis menempuh pendidikan di kepaniteraan klinik.

3. Para staf medis dan non-medis yang bertugas di Bagian Ilmu Kandungan dan Kebidanan di RSUD Ambarawa atas bantuannya untuk penulis.

4. Teman-teman seperjuangan di kepaniteraan klinik Ilmu Kandungan dan Kebidanan di RSUD Ambarawa.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang dapat membangun laporan ini kedepannya sangat penulis harapkan demi perbaikan materi penulisan dan menambah wawasan penulis.

Ambarawa, Desember 2014

PenulisDAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...3DAFTAR ISI.4BAB I PENDAHULUAN.5BAB II PEMBAHASAN..6BAB III PENUTUP.19DAFTAR PUSTAKA..23

BAB I

PENDAHULUAN

Didunia sejumlah kematian ibu makin meningkat hampir setiap hari. Dalam satu jam ada dua orang ibu yang kehilangan nyawanya atau meninggal. Penyebab kematian ibu dalam pertolongan persalinan yang terlambat, kehamilan ibu yang terganggu misalnya ibu menderita penyakit yang berat, preeklampsi, dan lain lain. Kesalahan mendiagnosa kehamilan juga akan membahayakan ibu dan anaknya. Seperti mendiagnosa mola hydatidosa yang bila dilakukan pemeriksaan tidak intensif ibu akan didiagnosa hamil.

Mola Hidatidosa adalah neoplasma jinak dari sel trofoblast. Pada mola hidatidosa kehamilan tidak berkembang menjadi janin yang sempurna, melainkan berkembang menjadi keadaan patologik. Mola Hidatidosa banyak ditemukan di negara negara Asia, Afrika dan Amerika latin daripada di Negara negara barat. Mola hidatidosa merupakan penyakit wanita dalam masa reproduksi antara umur 15 tahun sampai 45tahun. Penyebab Mola tidak diketahui, faktor faktor yang dapat menyebabkan antara lain yaitu keadaan sosioekonomi yang tinggi dan parietas tinggi.

Keluhan dari penderita seperti gejala gejala hamil muda yang kadang kadang lebih nyata dari kehamilan biasanya. Di referat ini akan membahas lebih jauh mengenai mola hidatidosa mulai dari pengertian hingga penatalaksanaan penyakit.BAB II

PEMBAHASAN1. PENGERTIAN

Mola Hidatidosa atau Hamil Anggur adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh wilayah vili korialisnya mengalami perubahan hidrofik yang terjadi pada awal kehamilan.

Mola hidatidosa juga dikatakan kehamilan abnormal berupa tumor jinak yang terbentuk akibat kegagalan pembentukan janin. Bakal janin tersebut dikenal dengan istilah mola hidatidosa. Istilah hamil anggur digunakan karena bentuk bakal janin tersebut mirip dengan gerombolan buah anggur. Mola hidatidosa juga dapat didefinisikan sebagai penyakit yang berasal dari kelainan pertumbuhan calon plasenta (trofoblas plasenta) dan disertai dengan degenerasi kistik villi serta perubahan hidrofik. Trofoblas adalah sel pada bagian tepi ovum (sel telur) yang telah dibuahi dan nantinya akan melekat di dinding rahim hingga berkembang menjadi plasenta serta membran yang memberi makan hasil pembuahan.2. EPIDEMIOLOGI

Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika, Amerika latindibandingkan dengan negara negara barat lainnya.Dinegara negara barat dilaporkan 1: 200 atau 2000 kehamilan . Di Negaranegara berkembang 1:100 atau 600 kehamilan. Biasanya dijumpai lebih sering pada umur reproduksi (15-45 tahun) dan pada multipara. Jadi dengan meningkatkan paritas kemungkinan menderita mola lebih besar.3.ETIOLOGI

Penyebab terjadinya mola belum sepenuhnya dimengerti. Penyebab yang paling mungkin adalah kelainan pada sel telur, rahim dan/atau kekurangan gizi. Namun yang paling cocok ialah teori Acosta Sison, yaitu defisiensi protein. Faktor resiko terjadinya mola adalah status sosial-ekonomi yang rendah , diet rendah protein, asam folat dan karotin. Resiko yang lebih tinggi ditemukan pada wanita yang berusia di bawah 20 tahun atau diatas 40 tahun.

4. PATOGENESISMola Hidatidosa berkembang dari trofoblas ekstraembrionik.

Mola Hidatidosa terbagi menjadi :

1. Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin.

2. Mola hidatidosa inkomplet (parsial) , jika disertai janin atau bagian janin.

Mola hidatidosa klasik / komplet : tidak terdapat janin atau bagian tubuh janin. Ciri-ciri histologik: ada gambaran proliferasi trofoblas,degenerasi hidropik villi chorialis dan berkurangnya vaskularisasi / kapiler dalam stroma. Sering disertai pembentukan kista lutein,(25-30%). Mola komplet atau klasik terjadi akibat fertilisasi sebuah telur yang intinya telah hilang atau tidak aktif (lihat gambar). Mola menyerupai setangkai buah anggur putih. Vesikel-vesikel hidropik (berisi cairan) bertumbuh dengan cepat, menyebabkan rahim menjadi lebih besar dari usia kehamilan yang seharusnya.Biasanya mola tidak mengandung janin, plasenta, membran amniotik atau air ketuban.Darah maternal tidak memiliki plasenta.Oleh karena itu, terjadi perdarahan ke dalam rongga rahim dan timbul perdarahan melalui vagina.Pada sekitar 3% kehamilan, mola ini berkembang menjadi koriokarsinoma (suatu neoplasma ganas yang bertumbuh dengan cepat). Potensi untuk menjadi ganas pada kehamilan mola sebagian jauh lebih kecil dibanding kehamilan mola komplet.Mola hidatidosa komplet tidak berisi jaringan fetus. 90 % biasanya terdiri dari kariotipe 46,XX dan 10% 46,XY. Semua kromosom berasal dari paternal.Ovum yang tidak bernukleus mengalami fertilisasi oleh sperma haploid yang kemudian berduplikasi sendiri, atau satu telur dibuahi oleh 2 sperma. Pada mola yang komplet, vili khoriales memiliki ciri seperti buah anggur, dan terdapat tropoblastik hiperplasia.mola hidatidosa komplet berasal dari genom paternal (genotipe 46xx sering, 46 xy jarang, tapi 46xx nya berasal dari reduplikasi haploid SPERMA dan tanpa kromosom dari ovum). Mola parsial mempunyai 69 kromosom terdiri dari kromosom 2 haploid paternal dan 1 haploid maternal (triploid, 69xxx atau 69xxy dari 1 haploid ovum dan lainnya reduplikasi haploid paternal dari satu sperma atau fertilisasi dispermia).

Mola hidatidosa parsial / inkomplet : terdapat janin atau bagian tubuh janin. Ciri histologik, terdapat jaringan plasenta yang sehat dan fetus.Gambaran edema villi hanya fokal dan proliferasi trofoblas hanya ringan dan terbatas pada lapisan sinsitiotrofoblas.Perkembangan janin terhambat akibat kelainan kromosom dan umumnya, Mati pada trimester pertama.mola hidatidosa parsial terdapat jaringan fetus. Eritrosit fetus dan pembuluh darah di vili khorialis sering didapatkan.Vili khorialis terdiri dari berbagai ukuran dan bentuk dengan stroma tropoblastik yang menonjol dan berkelok-kelok.

Gambar 1. Mola hidatidosa komplet Gambar 2. Gambaran mikroskopik Mola hidatidosa komplet

Gambar 3. Gambaran mikroskopik Mola hidatidosa inkomplet Gambar 4. Mola hidatidosa inkompletSebagian dari villi berubah menjadi gelembung-gelembung berisi cairan jernih.Biasanya tidak ada janin, hanya pada mola partialis kadang-kadang ada janin.Gelembung itu sebesar bulir kacang hijau sampai sebesar buah anggur.Gelembung ini dapat mengisi seluruh cavum uteri.

Di bawah mikroskop nampak degenerasi hydropik dari stroma jonjot, tidak adanya pembuluh darah dan proliferasi trofoblast.Pada pemeriksaan chromosom didapatkan poliploidi dan hampir pada semua karus mola susunan sex chromatin adalah wanita.Pada mola hydatidosa, ovaria dapat mengandung kista lutein ka-dang-kadang hanya pada satu ovarium kadang-kadang pada keduanya.Kista ini berdinding tipis dan berisikan cairan kekuning-kuningan dan dapat mencapai ukuran sebesar tinju atau kepala bayi. Kista lutein terjadi karena perangsangan ovarium oleh kadar gonadotropin chorion yang tinggi. Kista ini hilang sendiri setelah mola dilahirkan.B-hCG meningkat - aktifitas ovarium meningkat (ovarium kistik) - estrogen tinggimenimbulkan efek hipertiroidisme dari aktifitas B-hCG yang tinggi. Teori Acosta-Sison : defisiensi protein.5. MANIFESTASI KLINIS Amenore dan tanda tanda kehamilan

Perdarahan pervagina berulang, dari bercak sampai perdarahan berat. Darah cenderung berwarna cokelat.sifat perdarahan bisa intermiten selama berapa minggu sampai beberapa bulan sehingga dapat menyebabkan anemia defisiensi besi. Pada keadaan lanjut kadang keluar gelembung mola.

Uterus sering membesar lebih cepat dari biasanya tidak sesuai dengan usia kehamilan.

Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya BJJ sekalipun uterus sudah membesar setinggi pusar atau lebih.

Tidak dirasakan tanda tanda adanya gerakan janin maupun ballotement

Preeklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu.

Mual dan muntah yang parah yang menyebabkan 10% pasien masuk RS.

Gejala gejala hipertitoidisme seperti intoleransi panas, gugup, penurunan BB yang tidak dapat dijelaskan, tangan gemetar dan berkeringat, kulit lembab.

Gejala-gejala pre-eklamsi yang terjadi pada trimester I atau awal trimester II (tekanan darah tinggi, pembengkakan kaki-pergelangan kaki-tungkai, proteinuria).

Keluar jaringan mola seperti buah anggur, yang merupakan diagnosa pasti.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan sonde uterus (Hanifa).

Tes Acosta Sison. Dendan tang abortus, gelembung mola dapat dikeluarkan.

Peningkatan kadar beta hCG darah atau urin.

Ultrasonografi menunjukkan gambaran badai salju (snow flake pattern)

Foto toraks ada gambaran emboli udara.

Pemeriksaan dan bila ada gejala tirotoksikosis

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah :1. Serum -hCG untuk memastikan kehamilan dan pemeriksaan -hCG serial (diulang pada interval waktu tertentu)2. Ultrasonografi (USG). Melalui pemeriksaan USG kita dapat melihat adakah janin di dalan kantung gestasi (kantung kehamilan) dan kita dapat mendeteksi gerakan maupun detak jantung janin. Apabila semuanya tidak kita temukan di dalam pemeriksaan USG maka kemungkinan kehamilan ini bukanlah kehamilan yang normal3. Foto rontgen dada7.DIAGNOSISDiagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang sepertilaboratorium, USG dan histologis. Pada mola hidatidosa yang komplet terdapat tanda dan gejalaklasik yakni:1. Perdarahan vaginal. Gejala klasik yang paling sering pada mola komplet adalah perdarahanvaginal. Jaringan mola terpisah dari desidua, menyebabkan perdarahan. Uterus membesar(distensi) oleh karena jumlah darah yang banyak, dan cairan gelap bisa mengalir melalui vagina.Gejala ini terdapat dalam 97% kasus.2. Hiperemesis. Penderita juga mengeluhkan mual dan muntah yang berat. Hal ini merupakanakibat dari peningkatan secara tajam hormon -HCG.3. Hipertiroid. Setidaknya 7% penderita memiliki gejala seperti takikardi, tremor dan kulit yanghangat.Kebanyakan mola sudah dapat dideteksi lebih awal pada trimester awal sebelum terjadi onsetgejala klasik tersebut, akibat terdapatnya alat penunjang USG yang beresolusi tinggi. Gejala mola parsial tidak sama seperti komplet mola. Penderita biasanya hanya mengeluhkan gejalaseperti terjadinya abortus inkomplet atau missed abortion, seperti adanya perdarahan vaginal dantidak adanya denyut jantung janin. Dari pemeriksaan fisik pada kehamilan mola kompletdidapatkan umur kehamilan yang tidak sesuai dengan besarnya uterus (tinggi fundus uteri).Pembesaran uterus yang tidak konsisten ini disebabkan oleh pertumbuhan trofoblastik yangeksesif dan tertahannya darah dalam uterus. Didapatkan pula adanya gejala preeklamsia yangterjadi pada 27% kasus dengan karakteristik hipertensi ( TD > 140/90 mmHg), protenuria (>300mg.dl), dan edema dengan hiperefleksia. Kejadian kejang jarang didapatkan. Kista theca lutein,yakni kista ovarii yang diameternya berukuran > 6 cm yang diikuti oleh pembesaran ovarium. Kista ini tidak selalu dapat teraba pada pemeriksaan bimanual melainkan hanya dapatdiidentifikasi dengan USG. Kista ini berkembang sebagai respon terhadap tingginya kadar betaHCG dan akan langsung regresi bila mola telah dievakuasi.Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan antara lain kadar beta HCG yang normal. Biladidapatkan > 100.000 mIU/mL merupakan indikasi dari pertumbuhan trofoblastik yang banyaksekali dan kecurigaan terhadap kehamilan mola harus disingkirkan. Anemia merupakan komplikasi yang sering terjadi disertai dengan kecenderungan terjadinya koagulopati.sehinggapemeriksaan darah lengkap dan tes koagulasi dilakukan. Dilakukan juga pemeriksaan tes fungsi hati, BUN dan kreatinin serta thyroxin dan serum inhibin A dan activin.Pemeriksaan ultrasonografi merupakan pemeriksaan standar untuk mengidentifikasi kehamilan mola. Dari gambaran USG tampak gambaran badai salju (snowstorm) yang mengindikasikan vilikhoriales yang hidropik. Dengan resolusi yang tinggi didapatkan massa intra uterin yangkompleks dengan banyak kista yang kecil-kecil. Bila telah ditegakkan diagnosis mola hidatidosa, maka pemeriksaan rontgen pulmo harus dilakukan karena paru - paru merupakan tempat metastasis pertama bagi PTG.

Pemeriksaan histologis memperlihatkan pada mola komplet tidak terdapat jaringan fetus,terdapat proliferasi trofoblastik, vili yang hidropik, serta kromosom 46,XX atau 46,XY. Sebagai tambahan pada mola komplet memperlihatkan peningkatan faktor pertumbuhan, termasuk c-myc, epidermal growth factor, dan c-erb B-2, dibandingkan pada plasenta yang normal. Padamola parsial terdapat jaringan fetus beserta amnion dan eritrosit fetus. Gejala Klinisa. Berdasarkan anamnesis: ada kehamilan disertai gejala dan tanda kehamilan muda yangberlebihan, perdarahan pervaginam berulang cenderung berwarna coklatdan kadang bergelembung seperti busa.

b. Pemeriksaan fisikInspeksi : muka dankadang-kadang badan kelihatan kekuningan yang disebut muka mola(mola face)

c. Palpasi : Uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba lembek tidak

terababagian-bagian janin dan ballotement dan gerakan janin.d. Auskultasi : tidak terdengar bunyidenyut jantung janinPemeriksaan dalam : Memastikan besarnyauterus, Uterus terasa lembek, Terdapat perdarahandalam kanalis servikalisHasil Penemuan Fisik.

I) Mola sempurna1) Ukuran yang tidak sesuai dengan umur gestasi. Pembesaran uterus lebih besar daripadabiasanya pada usia gestasi tertentu merupakan tanda yang klasik dari mola sempurna.Pembesaran tidak diharapkan disebabkan oleh pertumbuhan trofoblastik berlebih dan darah yangtertampung. Namun, pasien yang datang dengan ukuran sesuai dengan umur kehamilan bahkanlebih kecil tidak jarang ditemukan.2) Preeklampsia: Sekitar 27% pasien dengan mola sempurna mengalami toxemia ditandai olehadanya hipertensi (tekanan darah [BP] >140/90 mm Hg), proteinuria (>300 mg/d), dan edemadengan hyperreflexia. Kejang jarang terjadi..3) Kista teca lutein: Merupakan kista ovarium dengan diameter lebih besar dari 6cm dan diikutidengan pembesaran ovarium. Kista ini biasanya tidak dapat dipalpasi pada pemeriksaanbimanual namun dapat teridentifikasi dengan USG. Pasien biasanya mengeluhkan nyeri pelvis.Karena adanya peningkatan ukuran ovarium, terdapat resiko torsi. Kista ini berkembang akibatadanya kadar beta-HCG yang tinggi dan kadarnya biasanya menurun setelah mola Gambar 1.Contoh dari Mola SempurnaII) Mola Parsial1) Lebih sering tidak memperlihatkan tanda fisik. Paling sering ditemukan dengan USG2) Pembesaran uterus dan preeklampsia dilaporkan terjadi hanya pada 3% kasus3) Kista Theca lutein, hiperemesis, and hiperthyroidism jarang terjadiIII) Mola Kembar1) Gestasi kembar dengan mola sempurna dan janin dengan plasenta normal telah dilaporkan.Kasus bayi lahir dengan sehat (dengan kembar mola) pada keadaan seperti ini juga pernahdilaporkan.2) Wanita dengan gestasi normal dan mola beresiko untuk menjadi persisten dan cenderungdapat bermetastasis. Mengakhiri kehamilan merupakan pilihan yang direkomendasikan.3) Kehamilan dapat dilanjutkan selama status maternal stabil, tanpa perdarahan, thyrotoxikosis,atau hipertensi berat. Pasien sebaiknya diberi tahu mengenai resiko dari morbiditas maternalakibat komplikasi mola kembar.4) Diagnosis genetic prenatal melalui sampling chorionic villus atau amniosentesisdirekomendasikan untuk mengevaluasi kariotype fetus.II Laboratorium Pengukuran kadar Hormon Karionik Ganadotropin (HCG) yang tinggi maka uji biologik danimunologik (Galli Mainini dan Plano test) akan positif setelah titrasi (pengeceran) : Galli Mainini1/300 (+) maka suspek molahidatidosaIII Radiologik- Plain foto abdomen-pelvis : tidak ditemukan tulang janin- USG : ditemukan gambaran snow strom atau gambaran seperti badai salju.IV Uji Sonde (cara Acosta-sison) Tidak rutin dikerjakan. Biasanya dilakukan sebagai tindakan awal curretage.V HistopatologikDari gelembung-gelembung yang keluar, dikirim ke Lab.8.PENATALAKSANAAN 1. Evaluasi

a. Perbaiki keadaan umum

b. Keluarkan jaringan mola dengan vakum kuretase dilanjutkan dengan kuret tajam. Lakukan kuretase kedua bila tinggi fundus uterus lebih dari 20 minggu sesudah hari ketujuh .

c. Untuk memperbaiki kontrasksi , sebelumnya diberikan uterotonik (20-40 unit oksitosin dalam 250 cc darah atau 50 unit oksitosin dalam 500ml NaCl 0,9 % ) . Bila tidak dapat dilakukan vakum kuretase, dapat diambil tindakan histerotomi.

d. Histerektomi perlu dipertimbangkan pada wanita yang telah cukup umur dan cukup anak. Batasan yang dipakai adalah umur 35 tahun dengan anak hidup 3.

e. Terapi profilaksis dengan sitostatik metotreksat atau aktinomisin D pada kasus dengan risiko keganasan tinggi seperti umur tua dan paritas tinggi

f. Pemeriksaan ginekologi , radiologi , dan kadar beta hCG lanjutan untuk deteksi dini keganasan. Terjadinya proses keganasan bias berlangsung antara 7 hari sampai 3 tahun pasca mola, yang paling banyak dalam 6 bulan pertama . Pemeriksaan kadar beta hCG tiap minggu sampai kadar menjadi negative selama 3 minggu lalu tiap bulan selama 6 bulan. Pemeriksaan foto toraks tiap 6 bulan sampai kadar beta hCG negatif.

g. Mola harus dikeluarkan seluruhnya dari dalam rahim yang biasanya dilakukan melalui tindakan dilatasi dan kuretase atau lebih dikenal sebagai kuret. Sebagai alternatif dapat digunakan obat oksitosin atau prostaglandin untuk membuat rahim berkontraksi dan mengeluarkan isinya. Setelah itu tindakan kuretase tetap harus dilakukan untuk memastikan rahim sudah bersih.h. Ibu harus memeriksakan darah dan air seninya secara teratur selama 1 tahun setelah dilakukannya tindakan untuk memastikan hormon hCG kembali normal dan tidak ada pertumbuhan jaringan plasenta lagi. Apabila terapi berhasil dengan baik maka wanita pada umumnya dapat kembali hamil lagi jika mereka menginginkannya. Namun penting untuk diingatkan bahwa sebaiknya wanita dengan mola tidak hamil terlebih dahulu selama 12 bulan pertamai. Secara medis pasien distabilkan dahulu, dilakukan transfusi bila terjadi anemia, koreksi koagulopati dan hipertensi diobati. Evakuasi uterus dilakukan dengan dilatasi dan kuretase penting dilakukan. Induksi dengan oksitosin dan prostaglandin tidak disarankan karena resiko peningkatan perdarahan dan sekuele malignansi. Pada saat dilatasi infus oksitosin harus segera dipasang dan dilanjutkan pasca evakuasi untuk mengurangi kecenderungan perdarahan. Pemberian uterotonika seperti metergin atau hemabate juga dapat diberikan.j. Respiratori distres harus selalu diwaspadai pada saat evakuasi. Hal ini terjadi karena embolisasi dari trofoblastik, anemia yang menyebabkan CHF, dan iatrogenik overload. Distres harus segera ditangani dengan ventilator.Setelah dilakukan evakuasi, dianjurkan uterus beristirahat 4 6 minggu dan penderita disarankan untuk tidak hamil selama 12 bulan. Diperlukan kontrasepsi yang adekuat selama periode ini. Pasien dianjurkan untuk memakai kontrasepsi oral, sistemik atau barier selama waktu monitoring. Pemberian pil kontrasepsi berguna dalam 2 hal yaitu mencegah kehamilan dan menekan pembentukan LH oleh hipofisis yang dapat mempengaruhi pemeriksaan kadar HCG. Pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim(AKDR) tidak dianjurkan sampai dengan kadar HCG tidak terdeteksi karena terdapat resiko perforasi rahim jika masih terdapat mola invasif. Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi dan terapi sulih hormon dianjurkan setelah kadar hCG kembali normal. Tindak lanjut setelah evakuasi mola adalah pemeriksaan HCG yang dilakukan secara berkala sampai didapatkan kadar HCG normal selama 6 bulan. Kadar HCG diperiksa pasca 48 jam evakuasi mola, kemudian di monitor setiap minggu sampai dengan terdeteksi dalam 3 minggu berturut-turut. Kemudian diikuti dengan monitoring tiap bulan sampai dengan tdak terdeteksi dalam 6 bulan berturut turut. Waktu rata-rata yang dibutuhkan sampai dengan kadar HCG tidak terdeteksi setelah evakuasi kehamilan komplit maupun parsial adalah 9 11 minggu. Tinjauan kepustakaan lain menyebutkan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kadar normal sekitar 6-9 bulan. Setelah monitoring selesai maka pasien dapat periksa HCG tanpa terikat oleh waktu. 2. Terapi sitotastika profilaksisTerapi profilaksis diberikan pada kasus mola dengan resiko tinggi akan terjadinya keganasan misalnya umurnya tua dan paritas tinggi yang menolak untuk dilakukan histerektomi atau kasus mola dengan hasil histopatologi yang mencurigakan. Biasanya diberikan methotrexate atau antinomycin D. 3. Pengawasan Lanjutan

a. Ibu dianjurkan untuk tidak hamil dan dianjurkan memakai kontrasepsi oral

pil.b. Mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3 tahun :

Setiap minggu pada Triwulan pertama

Setiap 2 minggu pada Triwulan kedua

Setiap bulan pada 6 bulan berikutnya

Setiap 2 bulan pada tahun berikutnya, dan selanjutnya setiap 3 bulan.c. Setiap pemeriksaan ulang perlu diperhatikan :

Gejala Klinis : Keadaan umum, perdarahan

Pemeriksaan dalam : Keadaan Serviks

Uterus bertambah kecil atau tidakd. Laboratorium

Reaksi biologis dan imunologis :

1x seminggu sampai hasil negative

1x2 minggu selama Triwulan selanjutnya

1x sebulan dalam 6 bulan selanjutnya

1x3 bulan selama tahun berikutnya

Kalau hasil reaksi titer masih (+) maka harus dicurigai adanya keganasan10. PROGNOSISKebanyakan kasus, mola tidak berkembang menjadi keganasan, namun sekitar 2-3 kasus per 1000 wanita, mola dapat berubah menjadi ganas dan disebut koriokarsinoma. Kemungkinan terjadinya mola berulang berkisar 1 dari 1000 wanita. Kadar hormon yang dihasilkan oleh mola hidatidosa lebih tinggi dari kehamilan biasa.Hampir 20% mola hidatidosa komplet berlanjut menjadi keganasan, sedangkan mola hidatidosa parsial jarang . Mola yang terjadi berulang disertai tirotoksikosis atau kista lutein memiliki kemungkinan menjadi lebih ganas lebih tinggi. Hampir kira-kira 20% wanita dengan kehamilan mola komplet berkembang menjadi penyakit trofoblastik ganas. Penyakit trofoblas ganas saat ini 100% dapat diobati. Faktor klinis yang berhubungan dengan resiko keganasan seperti umur penderita yang tua, kadar hCG yang tinggi (>100.000mIU/mL), eclamsia, hipertiroidisme, dan kista teka lutein bilateral. Kebanyakan faktor-faktor ini muncul sebagai akibat dari jumlah proliferasi trofoblas. Untuk memprediksikan perkembangan mola hidatidosa menjadi PTG masih cukup sulit dan keputusan terapi sebaiknya tidak hanya berdasarkan ada atau tidaknya faktor-faktor risiko ini.Risiko terjadinya rekurensi adalah sangat sekitar 1-2%. Setelah 2 atau lebih kehamilan mola, maka risiko rekurensinya menjadi 1/6,5 sampai 1/17,5.11. KOMPLIKASI- Perdarahan yang hebat sampai syok

- Perdarahan berulang-ulang yang dapat menyebabkan anemia

- Infeksi sekunder- Tirotoksikosis- Eklampsia- Perforasi karena tindakan atau keganasanBAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

1. Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh villi

Korialisnya mengalami perubahan hidrofobik

2. Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika dan Amerika Latin

3. Mola hidatidosa terbagi menjadi :

a. Mola hidatidosa sempurna

b. Mola hidatidosa parsial

4. Perdarahan pervaginaan dari bercak sampai perdarahan berat merupakan

gejala utama dari mola hidatidosa

5. Diagnosis ditegakkan berdasarkan Anamnesa, Pemeriksaan fisik,

pemeriksaan dalam, laboratorium, radiologik dan histopatologik

6. Penatalaksanaan :

a. Evakuasi : Kuret atau kuret isap

b. Pengawasan lanjut : Periksa ulang selama 2-3 tahun

c. Terapi profilaksis : Pemberian Metotreksat 7. Komplikasi

- Syok

- Anemia

- Infeksi Sekunder

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. M.N. dkk. Mola Hidatidosa. PEDOMAN DIAGNOSIS DAN

TERAPI LAB/UPF. KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN.

RSUD DOKTER SOETOMO SURABAYA. 1994. Hal 25-28.Cuninngham. F.G. dkk. Mola Hidatidosa Penyakit TrofoblastikGestasional Obstetri Williams. Edisi 21. Vol 2. Penerbit Buku

Kedokteran. EGG Jakarta. 2006. Hal 930-938.

Mansjoer, A. dkk. Mola Hidatidosa. KAPITA SELEKTA

KEDOKTERAN. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jilid I.

Media Aesculapius. Jakarta.2001. Hal 265-267

Martaadisoebrata. D, & Sumapraja, S. Penyakit Serta Kelainan Plasenta

& Selaput Janin. ILMU KEBIDANAN. Yayasan Bina pustaka

SARWONO PRAWIROHARDJO. Jakarta.2002 Hal 341-348.

Mochtar. R. Penyakit Trofoblas. SINOPSIS OBSTETRI. Jilid I. Edisi2.

Penerbit Buku Kedokteran. ECG. Jakarta. 1998. Hal. 238-243.

Prawirohadjo, S. & Wiknjosastro, H. Mola Hidatidosa. ILMU

KANDUNGAN. Yayasan Bina Pustaka SARWONO

PRAWIROHADJO. Jakarta. 1999. Hal . 262-264

Sastrawinata, S.R. Mola Hidatidosa. OBSETETRI PATOLOGIK.

Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas

Padjajaran. ELSTAR OFFSET. Bandung. 1981. Hal38-42.

22