Makalah Mola Hidatidosa

40
ASUHAN KEPERAWATAN MOLA HIDATIDOSA MAKALAH Oleh Kelompok 2 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN 1

description

Makalah Mola Hidatidosa

Transcript of Makalah Mola Hidatidosa

ASUHAN KEPERAWATAN MOLA HIDATIDOSAMAKALAH

Oleh Kelompok 2 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2015

ASUHAN KEPERAWATAN MOLA HIDATIDOSAMAKALAH

diajukan sebagai pemenuhan tugas mata kuliah KK 7Fasilitator : Iis Rahmawati S.Kep, M.KesOleh:

Mahbub Rahmadani

122310101003

Mega Puspita Warni

122310101069PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNVERSITAS JEMBER2015BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur. Angka kematian pada pasien mola hidatidosa masih cukup tinggi di negara berkembang yaitu berkisar antara 2,2% dan % dan 5,7%. Sedangkan di negara maju kematian mola hampir sudah tidak ada lagi. Frekuensi mola umumnya pada wanita Asia lebih tinggi (1 atas 20 kehamilan) daripada wanita di negara negara Barat (1 atas 2000 kahamilan). Tentang nasibnya kehamilan tidak normal ini dapat dikatakan, bahwa mola keluar sendiri atau dikeluarkan dengan suatu tindakan, pengeluaran sendiri disertai dengan perdarahan yang banyak yang bisa menyebabkan kematian.Dari mola yang jinak, dapat tumbuh menjadi tumor trofoblast yang bersifat ganas. Tumor ini ada yang kadang kadang masih mengandung villus disamping trofoblast yang berproliferasi, dapat mengadakan invasi yang umumnya bersifat lokal, dan dinamakan moladestruens (invasive mole, penyakit trofoblastganas jenis villosum).1.2 Rumusan Masalah

a. Apa pengertian Mola hidatidosa ?b. Bagaimana epidemiologi Mola hidatidosa ?c. Apa etiologi Mola hidatidosa ?d. Apa tanda dan gejala Mola hidatidosa ?e. Bagaimana patofisiologi Mola hidatidosa ?f. Bagaimana penatalaksanaan Mola hidatidosa ?g. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan Mola hidatidosa ?1.3 Tujuan

a. Untuk mengetahui pengertian Mola hidatidosa.

b. Untuk mengetahui epidemiologi Mola hidatidosa.c. Untuk mengetahui etiologi Mola hidatidosa.d. Untuk mengetahui tanda dan gejala Mola hidatidosa.e. Untuk mengetahui patofisiologi Mola hidatidosa.f. Untuk mengetahui komplikasi dan prognosis Mola hidatidosa.g. Untuk mengetahui penatalaksanaan Mola hidatidosa.h. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Mola hidatidosa.i. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan Mola hidatidosa. BAB 2. PEMBAHASAN2.1 Definisi

Menurut Mochtar, Rustam. Dkk, 1998 : 23, mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan.Proses keperawatan adalah metode kerja dalam pemberian pelayanan keperawatan untuk menganalisa masalah pasien secara sistematis, menentukan cara pemecahannya, melakukan tindakan dan mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan. Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan, merencanakan danmelaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu klien untuk mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Tindakan keperawatan tersebut dilaksanakan secara berurutan, terus menerus, saling berkaitan dan dinamisSedangkan menurut Mansjoer, 1999 mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh vili korialisnya mengalami perubahan hirofik. Kehamilan mola hidatidosa adalah suatu kondisi tidak normal dari plasenta akibat kesalahan pertemuan ovum dan sperma sewaktu fertilisasi (Sarwono Prawirohardjo, 2003).Mola hidatidosa adalah penyakit neoplasma yang jinak berasal dari kelainan pertumbuhan trofoblas plasenta atau calon plasenta dan disertai dengan degenerasi kristikvilli dan perubahan hidropik sehingga tampak membengkak, edomatous, dan vaksikuler (Benigna).Kehamilan mola merupakan komplikasi dan penyulit kehamilan pada trimester satu. Hasil konsepsi pada kehamilan mola tidakberkembang menjadi embrio setelah pembuahan tetapi terjadi villi koriales disertai dengan degenerasi hidropik. Rahim menjadi lunak dan berkembang lebih cepat dari usia kehamilan yang normal, tidak dijumpai adanya janin, dan rongga rahim hanya terisi oleh jaringan seperti buah anggur. Kehamilan mola hidatidosa disebut juga dengan kehamilan anggur.2.2 Epidemiologi

Kehamilan mola hidatidosa ditemukan pada wanita dalam masa reproduksi dan multiparitas. Kejadian kehamilan mola hidatidosa di rumah sakit besar Indonesia berkisar 1 dari 80 kehamilan. Sedangkan di negara barat prevalensinya adalah 1 : 200 atau 2000 kehamilan.2.3 Etiologi

Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor penyebabnya menurut Mochtar (1998), adalah :a. Faktor ovum

Spermatozoa memasuki ovum yang telah kehilangan nukleusnya atau dua serum memasuki ovum tersebut sehingga akan terjadi kelainan atau gangguan dalam pembuahanb. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah.Dalam masa kehamilan keperluan zat-zat gizi meningkat. Hal ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan janin, dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah maka untuk memenuhi zat-zxat gizi yang diperlukan tubuh kurang sehingga mengakibatkan gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan janin.c. Paritas tinggi

Ibu multipara cenderung beresiko terjadi kehamilan mola hidatidosa karena trauma kelahiran atau penyimpangan transmisi secara genetik dan dapat diidentifikasikan dan penggunaan stimulan drulasi seperti klomifen atau menotropiris

d. Kekurangan proteinProtein dalah zat untuk membangun jaringan-jaringan bagian tubuh sehubungan dengan pertumbuhan janin, pertumbuhan rahin, dan buah dada ibu, keperluan akan zat protein pada waktu hamil sangat meningkat. Dan apabila kekurangan protein dalam makanan mengakibatkan bayi akan lahir lebih kecil dari normal

e. , Infeksi virusInfeksi mikroba dapat mengenai semua orang termasuk wanita hamil. Masuk atau adanya mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu akan menimbulkan penyakit (desease). Hal ini sangat tergantung dari jumlah mikroba (kuman atau virus) yang masuk virulensinya serta daya tahan tubuh.

f. Imuno selektif dari troboblas2.4 Manifestasi klinis

Tanda dan gejala kehamilan dini didapatkan pada mola hidatidosa. Kecurigaaan biasanya terjadi pada minggu ke 14 16 dimana ukuran rahim lebih besar dari kehamilan biasa, pembesaran rahim yang terkadang diikuti perdarahan, dan bercak berwarna merah darah beserta keluarnya materi seperti anggur pada pakaian dalam. Tanda dan gejala serta komplikasi mola:

a. Mual dan muntah yang parah yang menyebabkan 10% pasien masuk RS.

b. Pembesaran rahim yang tidak sesuai dengan usia kehamilan (lebih besar).

c. Gejala-gejala hipertitoidisme seperti intoleransi panas, gugup, penurunan BB yang tidak dapat dijelaskan, tangan gemetar dan berkeringat, kulit lembab.

d. Gejala-gejala pre-eklampsi seperti pembengkakan pada kaki dan tungkai, peningkatan tekanan darah, proteinuria (terdapat protein pada air seni).2.5 Patofisiologi

Menurut Mansjoer, 1999 Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi :

a. Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin.

b. Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin.Menurut Sarwono, 1994, Patofisiologi dari kehamilan mola hidatidosa yaitu karena tidak sempurnanya peredaran darah fetus, yang terjadi pada sel telur patologik yaitu : hasil pembuahan dimana embrionya mati pada umur kehamilan 3-5 minggu dan karena pembuluh darah villi tidak berfungsi maka terjadi penimbunan cairan di dalam jaringan mesenkim villi

Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit trofoblast:

a. Teori missed abortionMudigah mati pada kehamilan 3 5 minggu karena itu terjadi gangguan peredarah darah sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung.

b. Teori neoplasma dari ParkSel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehigga timbul gelembung.

c. Studi dari HertigStudi dari Hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tiak adanya embrio komplit pada minggu ke tiga dan ke lima. Adanya sirkulasi maternal yang terus menerus dan tidak adanya fetus menyebabkan trofoblast berproliferasi dan melakukan fungsinya selama pembentukan cairan (Price, Wilson, 2006).2.6 Komplikasi dan Prognosis

2.5.1 Komplikasi

komplikasi yang muncul akibat penyakit mola hidatidosa dibagi menjadi dua yaitu :a. Karena penyakit

1) Perdarahan hebat;2) Perdarahanberulang;3) Anemia;4) Krisis tiroid;5) Infeksi;6) Perforasi uterus secara spontan;7) Keganasan.b. Karena tindakan 1) Perforasi uterus.2.5.2 PrognosisHampir dari 20% mola hodatidosa berlanjut menjadi keganasan, sedangkan mola hidatidosa parsial jarang. Mola yang terjadi berulang disertai dengan tirotoksikosis atau kista lutein memiliki kemungkinan keganasan yang lebih tinggi,2.7 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang diberikan kepada pasien dengan mola hidatidosa menurut Mansjoer, 1999, adalah :

1. Perbaiki keadaan umum

2. Keluarkan jaringan mola dengan vakum kuretase dilanjutkan dengan kuret tajam. Lakukan kuretase kedua bila tinggi uterus lebih dari 20 minggu sesudah hari ketujuh.

3. Untuk memperbaiki kontraksi sebelumnya berikan uterotonik (20-40 unit oksitosin dalam 250 cc darah atau 50 unit oksitosin dalam 500 ml Nacl 0,9%). Bila tidak dapat dilakukan vakum kuretase, dapat diambil tindakan histerotomi.

4. Histerotomi perlu dipertimbangkan pada wanita yang telah cukup umur dan cukup anak. Batasan yang dipakai ialah umur 35 tahun dengan anak hidup tiga.

5. Terapi profilaksis dan sitostatik metotreksat atau aktinimisin D pada kasus dengan risiko keganasan tinggi seperti umur tua dan paritas tinggi.

6. Pemeriksaan ginekologi, radiologi, dan kadat beta hCG lanjutan untuk deteksi diri keganasan. Terjadinya proses keganasan bisa berlangsung antara 7 haru sampai 3 tahunpasca mola, yang paling banyak dalam 6 bulan pertama 6 bulan pertama. Pemeriksaan kadar beta hCG tiap minggu sampai kadar menjadi negetif selama tiga minggu lalau tiap bulan selama 6 bulan. Pemeriksaan foto toraks tiap bulan sanpai kasar beta hCG negatif.

7. Kontrasepsi sebaiknya diberikan preparat progesteron selama 2 tahun

2.8 Pemeriksaan Penunjang

a. Quantitative beta-hCG

Kadar hCG lebih dari 100.000 mIU/mL mengindikasikan trofoblas yang berlebihan (exuberant trophoblastic growth) dan dugaan adanya kehamilan mola haruslah disingkirkan. Kadar hCG pada kehamilan mola biasanya normal.

b. Uji Sonde Sonde (penduga rahim) dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan, kemungkinan mola (cara Acosta-Sison). c. Hitung darah dengan trombosit

Anemia merupakan komplikasi medis yang umum terjadi, sebagai perkembangan divelopment dari proses koagulopati.

d. Fungsi pembekuan (Clotting Funcion)Tes ini dilakukan untuk menyingkirkan adanya dugaan komplikasi akibat proses perkembangan koagulopati.

e. Thyroxin : Pemeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala tirotoksikosisBAB 3. PATHWAYS

Ovum atropi, rendahnya sosial ekonomi, infeksi virus,

prietas tinggi, imuno selektif dari troboblas

hasil pembuahan dimana

embrionya mati pada umur 3-5 tahun

pembuluh darah villi tidak berfungsi

penimbunan cairan

sehingga membentuk gelembung-gelembung

MOLA HIDATIDOSA

Adanya perlukaan

Curatage

pada jalan lahir

Pengaruh anastesi

molalitas usus

NYERI AKUT

Distensi abdomen

Mual muntah

Nafsu makan menurun

Ketidakseimbangan nutrisi

Kurang dari kebutuhan tubuh

Tindakan pembedahan Hystrektomi

Adanya luka operasiTerputusnya jaringan

PerdarahanKehilangan cairan

Pengaruh

Darah yang banyak

anastesi

kurang pengetahuan syaraf

perawatan luka

Aliran darah ke jar

Molalitas

NYERI AKUT

usus

Invasi mikroorganisme

otot lemah

Distensi abdomen

Resiko tinggi infeksi

kelemahan

Mual muntah

Nafsu makan menurun

Ketidakseimbangan nutrisi

Kurang dari kebutuhan tubuh

BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 Pengkajian

1. Biodata

Mengkaji identitas klien seperti nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan, lamanya perkawinan dan alamat tinggal pasien.2. Keluhan utama

Kaji adanya menstruasi yang tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam yang berulang.3. Riwayat kesehatana) Riwayat kesehatan sekarang: Keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan, dsb.b) Riwayat kesehatan masa lalu: Kaji adanya penyakit pada system reproduksi yang pernah pasien alami pada beberapa waktu yang lalu.

c) Riwayat pembedahan: Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan.d) Riwayat penyakit yang pernah dialami: Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah ginekologi atau urinari, penyakit endokrin, dsb.

e) Riwayat kesehatan keluarga: Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan yang terdapat dalam keluarga.f) Riwayat kesehatan reproduksi: Kaji tentang adanya mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe pada pasien, serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluhan lain yang menyertainya.g) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas: Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, dan bagaimana keadaan kesehatannya.h) Riwayat seksual: Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluhan yang menyertainya.i) Riwayat pemakaian obat: Kaji riwayat penggunaan obat-obatan kontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.4. Pola aktivitas sehari-hari

Berikut ini hal- hal yang dapat dikaji berdasarkan aspek pengkajian menurut Doengoes, 1999:

a. Aktivitas/istirahat.

Biasanya pasien akan mengalami insomnia, terjadi peningkatan sensitifitas, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat.Selain itu, akan muncul adanyaatrofi otot, dan tremor.

b. Sirkulasi. Terjadi perdarahan pervaginam. Munculnya peningkatan pada tekanan darah, dan takikardi saat istirahat.

c. Eliminasi.

Pada umumnya dalam tidak terjadi permasalahan.

d. Intergritas ego.

Pasien biasanya akan mengalami stress yang berat baik secara emosional maupun fisik. Emosi pasien juga akan menjadi labil (euphoria sedang sampai delirium), dan depresi.

e. Makanan/cairan.

Pasien akan kehilangan BB secara mendadak, terjadi penurunan nafsu makan, serta adanya mual dan muntah. Terlihat tanda adanya distensi vena jugularis, dan edema

f. Neurosensori.

Rasa ingin pingsan/pusing, tremor halus, kesemutan. Muncul adanya gangguan pada status mental, bicara cepat/parau, perilaku seperti bingung, gelisah, disorientasi, peka rangsang, delirium, psikosis, struktur koma.g. Nyeri.

Pasien biasanya merasakan nyeri pada abdomen. Serta pasien akan memberikan tanda seperti mengkerutkan muka, menjaga area yang sakit, respon emosional terhadap nyeri, dsb.

h. Pernafasan.

Adanya frekuensi pernafasan yang meningkat. Selain itu munculnya tanda fungsi mental seperti kegelisahan, serta kesadaran/rileks.

i. Keamanan.

Resiko akan infekski sangat tinggi yang dikarenakan luka akibat tindakan invasif. Tidak toleransi terhadap panas, keringat berlebihan.Adanya kenaikan pada suhu tubuh pasien sampai 37,40C lebih, diaporesis, kulit halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis, mengkilap dan lurus.

j. Seksualitas.

Terjadi penurunan libido, dan hipomenorhea. Dan juga riwayat pernah melakukan aborsi pada terimester pertama. k. Integumen.

Adanya luka bekas operasi.

l. Verbal. Terdapat gejala secara verbal seperti pernyataan yang tidak dapat dimengerti. Pasien biasanya mengalami kerusakan pada kemampuan untuk bicara, gagap, disastria, afasia, suara lemah atau bahkan tidak mendengar.m. Penyuluhan

Adanya riwayat keluarga yang mengalami masalah pada penyakit trofoblast, terutama mola hidatidosa.5. Pemeriksaan fisik

a. Inspeksi

Hal yang harus diinspeksi antara lain: Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya.b. PalpasiPalpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.1. Sentuhan: Merasakan adanya pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.

2. Tekanan: Menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.

3. Pemeriksaan dalam: Menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal.

c. PerkusiPerkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan tubuh tertentu untuk memastikan tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnya.1. Menggunakan jari: ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan, massa atau konsolidasi.

2. Menggunakan palu perkusi: ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak.d. AuskultasiMendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin (Johnson & Taylor, 2005).4.2 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya kerusakan jaringan.2. Resiko ketidakseimbangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan adanya perdarahan. 3. Resiko intoleransi aktivitas berhubungan dengan 4. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder yang inadekuat.

5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan adanya keluhan (mual, anoreksia, dan pembatasan medis).

4.3 Intervensi keperawatanDiagnosa keperawatanTujuan dan Kriteria hasilIntervensiRasional

Nyeri akut berhubungan dengan adanya kerusakan jaringan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami1. Kaji kondisi nyeri yang dialami klien

2. Berikan lingkungan yang tenang dan aktivitas untuk mengalihkan rasa nyeri

3. Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya.

4. Berikan tehnik relaksasi nyeri

5. Kolaborasikan pemberian analgetika.1. Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun diskripsi

2. Membantu menurunkan skala nyeri

3. Meningkatkan koping klien dalam melakukan mengatasi nyeri yang dirasakan

4. Sebagai relaksasi unruk menurunkan skala nyeri

5. Mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien

Resiko ketidakseimbangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan adanya perdarahanSetelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan klien Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun kualitas.1. Kaji kondisi status hemodinamika2. Ukur pengeluaran harian

3. Catat haluaran intake dan output cairan pasien4. Observasi nadi dan tekanan darah pasien5. Berikan sejumlah cairan IV sesuai indikasi

1. Pengeluaran cairan pervasinal sebagai akibat abortus memiliki karakteristik bervariasi2. Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal3. Mengetahui penurunan sirkulasi terhadap destruksi sel darah merah 4. Mengetahui tanda hipovolume (perdarahan)5. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dan transfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan massif

Resiko intoleransi aktifitas fisik yang berhubungan dengan kelemahanSetelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan Klien dapat menoleransi aktivitas & melakukan ADL dengan baik, dengan kriteria hasil:

a.Klien menunjukan peningkatan kemampuan dalam beraktivitas sesuai kemampuan

b.Klien dapat melakukan ADL dengan tanpa bantuan1. Anjurkan klien membatasi aktifitas dengan isrirahat yang cukup.2. Bantu klien beraktivitas secara bertahap jika muntah berkurang

3. Anjurkan Pasien untuk tirah baring

1. Menghemat energi dan menghindari pengeluaran tenaga yang terus-menerus untuk meminimalkan kelelahan. 2. Aktivitas bertahap meminimalkan terjadinya trauma dan meringankan klien dalam memenuhi kebutuhannya

3. Tirah baring meningkatkan mengurangi penggunaan energi.

Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuat pertahanan sekunder.Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan1. Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar; jumlah, warna, dan bau2. Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan.3. Lakukan perawatan vulva.Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda infeksi4. Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama selama masa perdarahan

5. Observasi suhu tubuh

6. Kolaborasi pemberian obat sesuai terapi.

1. Perubahan yang terjadi pada dischart dikaji setiap saat dischartkeluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi.

2. Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yanglebih luar.

3. Berbagai manifestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakangejala infeksi.

4. Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikanibu senggama dalam kondisi perdarahan dapat memperburuk kondisi sistem reproduksi ibu sekaligus meningkatkan resikoinfeksi pada pasangan.

5. Mengetahui infeksi lanjut

6. Antibiotika profilaktik atau pengobatan

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat yang nausea dan vomitus yang menetapSetelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria hasil:

a. Asupan nutrisi adekuat

b. Konsumsi asupan diet oral adekuat

c. Porsi makanan yang disediakan dihabiskan

d. Berat badan stabil

e. Mual muntah tidak ada

f. Tanda-tanda vital dalam batas normal1. Batasi intake oral hingga muntah berhenti.2. Timbang berat badan pasien 3. Kaji kebutuhan nutrisi ibu. 4. Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering5. Berikan makanan dalam keadaan hangat dan berfariasi6. Anjurkan untuk menghindari makanan yang berlemak7. Anjurkan untuk makan makanan selingan seperti biskuit, roti dan teh (panas) hangat sebelum bagun tidur pada siang hari dan sebelum tidur8. Kolaborasikan untuk pemberian obat anti emetik, misalnya Phenergan10-20mg/i.v.1. Memelihara keseimbangan cairan elektfolit dan mencegah muntah selanjutnya.2. Dengan menimbang BB bisa diketahui keseimbangan BB sesuai usia kehamilan dan pengaruh nutrisi.3. Dengan mengetahui kebutuhan nutrisi ibu dapat dinilai sejauh mana kekurang nutrisi pada ibu dan menetukan langkah selanjutnya.4. Makanan dalam porsi kecil dapat memenuhi pemenuhan lambung dan mengurangi kerja peristaltik usus serta memudahkan proses penyerapan.5. Makanan yang hangat diharapkan dapat mengurangi rasa mual dan makanan yang berfariasi untuk menambah nafsu makan ibu, sehingga diharapkan kebutuhan nutrisinya bisa terpenuhi6. dapat menstimulus mual dan muntah7. Makanan selingan dapat mengurangi atau menghindari rangsang mual muntah yang berlebih

8. Mencegah muntah serta memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit

4.4 Implementasi

Telah dilakukan semua perencanaan asuhan keperawatan pada masing-masing diagnosa keperawatan pada pasien dengan mola hidatidosa.4.5 Evaluasia. Nyeri akut teratasib. Resiko tinggi ketidakseimbangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh teratasi

c. Resiko intoleransi aktivitas

d. Resiko tinggi infeksi teratasi

e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur.

Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin dan mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin.

Penyebab Mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor penyebabnya adalah Faktor ovum, Imunoselektif dari tropoblast, Keadaan sosio-ekonomi yang rendah, paritas tinggie, kekurangan protein dan infeksi virus.

DAFTAR PUSTAKADoengoes.2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.Edisi 2. Jakarta: EGCJohnson & Taylor. 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta: EGC

Mansjoer, dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteranedisi 2 Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta: EGC

Price & Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit edisi 6 Vol 2. Jakarta: EGC

Sarwono, Prawirohardjo. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Resiko Ketidakseimbangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh

Resiko intoleransi aktivitas

11