Askep Mola Hidatidosa

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kehamilan ialah hasil dari konsepsi atau pembuahan setelah melakukan senggama yang ditandai dengan perubahan fisiologis yang pada hakekatnya terjadi pada seluruh sistem organ, masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu/9 bulan 7 hari) dihitung dari HPHT (hari pertama haid terakhir). Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester yaitu trimester pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, trimester kedua dari bulan ke-4 sampai 6 bulan. Trimester ketiga dari bulan ke-7 sampai 9 bulan. Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta perubahan sosial di dalam keluarga. Di dalam kehamilan juga banyak terjadi proses patofisiologi yang terjadi, di dalam asuhan keperawatan ini akan dibahas tentang perdarahan pada kehamilan muda . Diantaranya adalah mola hidatidosa atau orang awam menyebutnya dengan hamil anggur. Mola hidatidosa ialah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh villi kanalis mengalami perubahan hidropik. Dalam hal sedemikian disebut mola hidatidosa atau complete mole, sedangkan bila disertai janin atau bagian dari janin disebut mola parsialis atau partial mole. 1.2 Rumusan Masalah

description

askep mola hidatidosa

Transcript of Askep Mola Hidatidosa

Page 1: Askep Mola Hidatidosa

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kehamilan ialah hasil dari konsepsi atau pembuahan setelah melakukan senggama yang

ditandai dengan perubahan fisiologis yang pada hakekatnya terjadi pada seluruh sistem organ,

masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.Lamanya hamil normal adalah 280

hari (40 minggu/9 bulan 7 hari) dihitung dari HPHT (hari pertama haid terakhir). Kehamilan

dibagi menjadi 3 trimester yaitu trimester pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan,

trimester kedua dari bulan ke-4 sampai 6 bulan. Trimester ketiga dari bulan ke-7 sampai 9 bulan.

Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta perubahan sosial di

dalam keluarga. Di dalam kehamilan juga banyak terjadi proses patofisiologi yang terjadi, di

dalam asuhan keperawatan ini akan dibahas tentang perdarahan pada kehamilan muda.

Diantaranya adalah mola hidatidosa atau orang awam menyebutnya dengan hamil

anggur. Mola hidatidosa ialah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak

ditemukan janin dan hampir seluruh villi kanalis mengalami perubahan hidropik. Dalam hal

sedemikian disebut mola hidatidosa atau complete mole, sedangkan bila disertai janin atau

bagian dari janin disebut mola parsialis atau partial mole.

1.2 Rumusan Masalah

1. Mengetahui dan memahami konsep Mola Hidatidosa

2. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan Mola Hidatidosa

1.3 Manfaat

1. Bagi pembaca

Bisa memberikan pengetahuan tentang Mola Hidatidosa

2. Bagi penulis

Bisa memberikan pengetahuan lebih dan mendorong penulis untuk menulis karya-karya

yang baru.

Page 2: Askep Mola Hidatidosa

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal tanpa embrio yang seluruh vili khoriolisnya

mengalami degenerasi hidrofik yang menyerupai anggur. (FK. UNPAD, 2005). Mola Hidatidosa

adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak ditemukan janin dan hampir

seluruh villi khorialis mengalami hidrofik. (Sarwono Prawirohardjo, 1999)

Mola Hidatidosa ( hamil anggur ) adalah kehamilan dimana setelah terjadi fertilisasi tidak

berkembang menjadi embrio, tetapi terjadi prolifesasi tropoblast, dan ditemukan villi korialis

yang mengalami perubahan degenerasi hidropik dan stroma yang hipo vaskuler atau avaskuler,

janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar danedematus itu hidup dan

tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur. Ada juga yang

mendefinisikan Mola Hidatidosa sebagai pembengkakan kistik, hidropik, daripada villi korialis,

disertai proliperasi hiperplastik dan anaplastik epitel korion serta tidak terbentuknya fetus. Dan

definisi yang lain dari Mola Hidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi korionik menjadi

sejumlah kista yang menyerupai anggur yangdipenuhi dengan cairan, embrio mati, mola tumbuh

dengan cepat, uterus membesar dan menghasilkan sejumlah besar Human Chorionic

Gonadotropin (HCG). (Taufan, 2010:107).

Mola Hidatidosa adalah keadaan patologi dari khorion dengan sifat degenerasi kistik villi

dan perubahan hidrofik, tidak ada pembuluh darah janin, dan proliferasi trofoblas. (Balai

penerbit FKUI)

2.1 Etiologi

Menurut Prof. Rustam Moechtar dalam bukunya Sinopsis Obstetri, penyebab mola hidatidosa

belum diketahui secara pasti. Faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab adalah:

1. Faktor Ovum

Spermatozoon memasuki ovum yang telah kehilangan nukleusnya atau dua serum memasuki

ovum tersebut sehingga akan terjadi kelainan atau gangguan dalam pembuahan.

2. Keadaan Sosial Ekonomi yang Rendah

Page 3: Askep Mola Hidatidosa

Dalam masa kehamilan keperluan akan zat-zat gizi meningkat. Hal ini diperlukan untuk

memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan janin, dengan keadaan sosial

ekonomi yang rendah maka untuk memenuhi zat-zat gizi yang diperlukan tubuh kurang

sehingga mengakibatkan gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan janinnya.

3. Paritas Tinggi

Ibu multipara cenderung beresiko terjadi kehamilan mola hidatidosa karena trauma kelahiran

atau penyimpangan tranmisi secara genetik yang dapat diidentifikasikan dan penggunaan

stimulan drulasi seperti klomifen atau menotropiris (pergonal).

4. Kekurangan Protein

Protein adalah zat untuk membangun jaringan-jaringan bagian tubuh sehubungan dengan

pertumbuhan janin, pertumbuhan rahim, dan buah dada ibu, keperluan akan zat protein pada

waktu hamil sangat meningkat apabila kekurangan protein dalam makanan mengakibatkan

bayi akan lahir lebih kecil dari normal.

5. Infeksi virus

Infeksi mikroba dapat mengenai semua orang termasuk wanita hamil. Masuk atau adanya

mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu akan menimbulkan penyakit (desease). Hal ini

sangat tergantung dari jumlah mikroba (kuman atau virus) yang masuk virulensinya serta

daya tahan tubuh. (Taufan, 2010: 108)

2.3 Manifestasi Klinis

Kebanyakan wanita dengan kehamilan mola juga mengalami reaksi kehamilan seperti wanita

hamil normal.

1. Mengalami perdarahan bercak coklat gelap pada akhir trimester pertama.

2. Hipertensi dan hiperemesis akibat kehamilan sebelum umur kehamilan 20 minggu.

3. Inspeksi pada muka dan badan tampak pucat kekuning-kuningan atau disebut muka mola

(mola face).

4. Pemeriksaan fisik ditemukan pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan, tidak

ditemukan ballotemen dan denyut jantung janin, keluar jaringan mola.

5. Kadar HCG tinggi dan tiroksin plasma juga mengalami peningkatan.

6. Pemeriksaan USG terdapat gambaran vesikular (badai salju) dan tidak terlihat janin.

Page 4: Askep Mola Hidatidosa

2.4 Klasifikasi Mola Hidatidosa

Kehamilan mola hidatidosa dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Mola hidatidosa lengkap

Mola hidatidosa lengkap apabila vili hidropik, tidak ada janin dan membran, kromosom

maternal haploid dan paternal 2 haploid.

2. Mola hidatidosa parsial

Mola hidatidosa parsial apabila janin tidak teridentifikasi, campuran villi hidropik  dan

normal, kromosom paternal diploid

3. Mola hidatidosa invasive

Mola hidatidosa invasif apabila korioadenoma destruen, menginvasi miometrium,

terdiagnosis 6 bulan pasca evakuasi mola.

2.5 Patofisiologi

Mola Hidatidosa terbagi menjadi :

1. Mola Hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin.

2. Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin.

Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakt trofoblast

1. Teori missed abortion

Mudigah mati pada kehamilan 3 – 5 minggu karena itu terjadi gangguan peredaran darah

sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah

gelembung-gelembung.

2. Teori neoplasma dari Park

Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi

reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehingga timbul gelembung,

3. Studi dari Hertig

Mola hidatidosa semata-mata akibat akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal

atau tidak adanya embrio komplit pada minggu ke tiga dan ke lima. Adanya sirkulasi

maternal yang terus menerus dan tidak adanya fetus.menyebabkan trofoblast

berproliferasi dan melakukan fungsinya selama pembentukan cairan.

2.6 Pemeriksaan Diagnostik

Page 5: Askep Mola Hidatidosa

1. Pemeriksaan kadar beta hCG: pada mola terdapat peningkatan kadar beta hCG darah

atau rutin.

2. Uji Sonde : Sonde (penduga rahim) dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam

kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar setelah ditarik

sedikit, bila tetap tidak ada tahanan, kemungkinan mola (cara Acosta-Sison).

3. Foto rontgen abdomen : tidak terlihat tulang-tulang janin (pada kehamilan 3 – 4 bulan).

4. Ultrasonografi: pada mola akan terlihat badai salju (snow flake pattern) dan tidak terlihat

janin.

5. Foto thoraks : pada mola ada gambaran emboli udara.

6. Pemeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala tirotoksikosis.

(Taufan, 2010: 112)

2.7 Penatalaksanaan

1. Penanganan yang biasa dilakukan pada mola hidatidosa adalah : diagnosis dini akan

menguntungkan prognosis.

2. Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis. Pada fasilitas kesehatan di mana sumber

daya sangat terbatas, dapat dilakukan :

1) Evaluasi klinim dengan fokus pada riwayat haid terakhir dan kehamilan.

2) Perdarahan tidak teratur atau spotting

3) Pembesaran abnormal uterus.

4) Pelunakan serviks dan korpus uteri

5) Kajian uji kehamilan dengan pengenceran urin

6) Patikan tidak ada janin (Ballottement) atau DJJ sebelum upaya diagnosis dengan

Perasat Hanifa Wiknjosastro atau Acosta Sisson.

3. Lakukan pengosongan jaringan mola dngan segera.

4. Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau perforasi uterus)

5. Lakukan pengamatan lanjut hingga minimal 1 tahun.

Pengolaan Mola Hidatidosa sebaiknya dilakukan di rumah sakit, adapun langkah langkah

pengelolaannya adalah :

a) Pengelolaan syok bila terjadi syok

Page 6: Askep Mola Hidatidosa

b) Transfusi darah bila kadar Hb < 8 gr %

c) Kuretase sebaiknya dengan vakum kuretase, kemudian dilanjutkan dengan sendok

kuret yang tumpul setelah terjadi pengecilan uterus dan harus dilindungi dengan

oksitosin 10 iu dalam 500 ml Dextrose 5 % apabila sondase uterus > 12 cm.

d) Pasca kuretase diberikan ergometrin tablet 3 X 1 tablet/hari.

e) Adanya penyulit pre-eklamsia dikelola sesuai dengan prokol pre-eklamsia.

f) Adanya penyulit tirotoksikosis dikelola dengan konsultasi internis.

g) Pengamatan lanjut dilakukan untuk kemungkinan keganasan pasca Mola hidatidosa,

selama 1-2 tahun dengan jadwal sebagai berikut :

a. 1x1 minggu pertama selama 1 bulan (4x)

b. 1x2 minggu selama 2 bulan (4x)

c. 1x1 bulan selama 4 bulan (4x)

d. 1x3 bulan selama 1 tahun (4x). Dilakukan sampai 2x pemeriksaan berturut-

turut negatif.

h) Untuk tidak mengacaukan pengamatan, pasien dianjurkan menggunakan kontrasepsi

kondom dan tidak hamil selama pengawasan.

(Taufan, 2010: 112-113)

2.8 Komplikasi

Komplikasi yang dapat timbul akibat kehamilan mola hidatidosa adalah:

1. Perdarahan hebat sampai syok;

2. Perdarahan berulang;

3. Anemia;

4. Infeksi sekunder;

5. Perforasi karena tindakan dan keganasan, dan

6. Keganasan apabila terjadi mola destruens/ koriokarsinoma.

(Taufan, 2010: 114)

2.9 Asuhan Keperawatan Mola Hidatidosa

1. Pengkajian

a. Biodata

Page 7: Askep Mola Hidatidosa

Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi : nama, umur, agama, suku bangsa,

pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke-, lamanya perkawinan dan alamat

b. Keluhan utama

Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang

c. Riwayat kesehatan, yang terdiri atas :

a) Riwayat kesehatan sekarang

Yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti

perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia

kehamilan.

b) Riwayat kesehatan masa lalu :

1. Riwayat pembedahan

Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan, kapan,

oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.

2. Riwayat penyakit yang pernah dialami

Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung,

hipertensi, masalah ginekologi/urinari, penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit

lainnya.

3. Riwayat kesehatan keluarga.

Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi

mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.

4. Riwayat kesehatan reproduksi

Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau,

warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta

keluahan yang menyertainya.

5. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas

Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini,

bagaimana keadaan kesehatan anaknya.

6. Riwayat seksual

Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta

keluahan yang menyertainya.

7. Riwayat pemakaian obat

Page 8: Askep Mola Hidatidosa

Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat

lainnya.

8. Pola aktivitas sehari-hari

Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur,

hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit

d. Pemeriksaan fisik

a) Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada

penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidu. Hal yang diinspeksi

antara lain : mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi

terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh,

pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan

seterusnya.

b) Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari. Sentuhan :

merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit

atau menentukan kekuatan kontraksi uterus. Tekanan : menentukan karakter nadi,

mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati

turgor. Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang

abnormal.

c) Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan tubuh

tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnya.

Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada

tidaknya cairan, massa atau konsolidasi. Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan

amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut

apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak.

d) Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bantuan stetoskop dengan

menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar. Mendengar :

mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru

abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin. (Johnson & Taylor, 2005)

e. Pemeriksaan Laboraturium

Pemeriksaan laboratorium :

a) Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smear.

Page 9: Askep Mola Hidatidosa

b) Keluarga berencana : kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju,

apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.

f. Data lain-lain

Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan selama dirawat di RS.

g. Data psikososial

Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi dalam keluarga, hal yang

menjadi beban pikiran klien dan mekanisme koping yang digunakan.

h. Status sosio-ekonomi

Kaji masalah finansial klien

i. Data spiritual

Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan kegiatan keagamaan yang biasa

dilakukan.

2. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri  berhubungan   dengan   kerusakan  jaringan intrauteri.

2. Resiko Tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan.

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuat pertahanan sekunder.

4. Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan.

5. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

3. Intervensi Keperawatan

1. Diagnosa 1 : Nyeri  berhubungan   dengan   kerusakan  jaringan intrauteri.

Tujuan : Klien akan menunjukkan nyeri berkurang.

Kriteria Hasil

a) Klien mengatakan nyeri berkurang.

b) Ekspresi wajah tenang .

c) TTV dalam batas waktu normal.

Intervensi Rasional

Kaji tingkat nyeri, lokasi dan skala nyeri

yang dirasakan klien.

Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan

sehingga dapat membantu menentukan

intervensi yang  tepat.

Page 10: Askep Mola Hidatidosa

Observasi tanda-tanda vital.

Anjurkan klien untuk melakukan teknik

relaksasi & teknik distraksi.

Beri posisi yang nyaman.

Kolaborasi pemberian analgetik.

Perubahan tanda-tanda vital terutama suhu

dan nadi merupakan salah satu indikasi

peningkatan nyeri yang dialami oleh klien.

Teknik relaksasi dapat membuat klien

merasa sedikit nyaman dan distraksi dapat

mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri

sehingga dapat membantu mengurangi nyeri

yang dirasakan.

Posisi yang nyaman dapat menghindarkan

penekanan p ada area luka/nyeri.

Obat-obat analgetik akan memblok reseptor

nyeri sehingga nyeri tidak dapat

dipersepsikan.

6. Diagnosa 2 : Kekurangan Resiko Tinggi kekurangan volume cairan berhubungan

dengan perdarahan.

Tujuan : Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output

baik jumlah maupun kualitas.

Kriteria Hasil

a) TTV stabil

b) Membran mukosa lembab

c) Turgor kulit baik

Intervensi Rasional

Kaji kondisi status hemodinamika.

Observasi Nadi dan Tensi.

Berikan sejumlah cairan IV sesuai indikasi.

Ukur pengeluaran harian.

Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat

abortus memiliki karekteristik bervariasi.

Mengetahui tanda hipovolume (perdarahan).

Mempertahankan keseimbangan cairan dan

elektrolit dan transfusi.

Jumlah cairan ditentukan dari jumlah

kebutuhan harian ditambah dengan jumlah

Page 11: Askep Mola Hidatidosa

Nilai hasil lab. Hb/Ht.

cairan yang hilang pervaginal.

Menghindari perdarahan spontan karena

proliferasi sel darah merah.

2. Diagnosa 3 : Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuat

pertahanan sekunder.

Tujuan : Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan

Kriteria Hasil : Tidak ada tanda-tanda infeksi.

Intervensi Rasional

Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar;

jumlah, warna, dan bau.

Terangkan pada klien pentingnya

perawatan vulva selama masa perdarahan.

Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart.

Lakukan perawatan vulva.

Jelaskan pada klien cara mengidentifikasi

tanda infeksi.

Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji

setiap saat dischart keluar. Adanya warna

yang lebih gelap disertai bau tidak enak

mungkin merupakan tanda infeksi.

Infeksi dapat timbul akibat kurangnya

kebersihan genital yang lebih luar.

Berbagai kuman dapat teridentifikasi

melalui dischart.

Inkubasi kuman pada area genital yang

relatif cepat dapat menyebabkan infeksi.

Berbagai manifestasi klinik dapat menjadi

tanda nonspesifik infeksi; demam dan

peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan

gejala infeksi.

3. Diagnosa 4 : Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan.

Tujuan : Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga terhadap

penyakit meningkat.

Kriteria Hasil

a) Klien tenang.

Page 12: Askep Mola Hidatidosa

b) Klien dapat informasi tentang penyakitnya.

Intervensi Rasional

Kaji tingkat pengetahuan/persepsi klien

dan keluarga terhadap penyakit.

Kaji derajat kecemasan yang dialami

klien.

Bantu klien mengidentifikasi penyebab

kecemasan.

Terangkan hal-hal seputar Mola

Hidatidosa yang perlu diketahui oleh

klien dan keluarga.

Ketidaktahuan dapat menjadi dasar

peningkatan rasa cemas.

Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan

penurunan penilaian objektif klien tentang

penyakit.

Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan

keperawatan merupakan support yang

mungkin berguna bagi klien dan

meningkatkan kesadaran diri klien

Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi

klien untuk meningkatkan pengetahuan dan

membangnn support system keluarga

4. Diagnosa 5 : Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan

Tujuan : Klien akan menunjukkan terpenuhinya kebutuhan rawat diri dan ADL.

Kriteria Hasil  

a) Kebutuhan personal hygiene terpenuhi.

b) Klien tampak rapi dan bersih.

Intervensi RasionalKaji kemampuan klien dalam memenuhi rawat diri.

Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Anjurkan klien untuk melakukan aktifitas sesuai kemampuannya.

Mengetahui tingkat kemampuan/ ketergantungan klien dalam merawat diri sehingga dapat membantu klien memenuhi kebutuhan hygienenya.Kebutuhan hygienenya klien terpenuhi tanpa membuat klien ketergantungan pada perawat.Pelaksanaan aktivitas dapat membantu klien untuk mengembalikan kekuatan secara bertahap dan menambah kemandirian dalam

Page 13: Askep Mola Hidatidosa

Anjurkan keluarga klien untuk selalu berada didekat klien dan membantu memenuhi kebutuhan klien.

memenuhi kebutuhannya.Membantu memenuhi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi secara mandiri.

4. Implementasi

Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang telah dibuat.

5. Evaluasi

a) Klien tidak merasakan nyeri.

b) Tidak terjadi defisit volume cairan.

c) Tidak terjadi infeksi.

d) Klien sudah tidak merasa cemas.

e) Klien dapat melakukan aktivitas secara mandiri.

Page 14: Askep Mola Hidatidosa

BAB III

TINJAUAN KASUS

Kasus

Ny. S 38 tahun, seorang ibu rumah tangga, G9P0A8, masuk rumah sakit tanggal 19

September 2011 dengan keluhan merasa hamil disertai mual muntah dan perdarahan pervaginam.

Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan hasil: uterus sebesar 16 minggu, porsio tertutup, fluxus

(+).

Dengan hasil pemeriksaan laboratorium: hemopoetik: normal, SGOT 444,3 U/L. T3

1,58ng/ml, T4 > 24,86 ug/dl, TSH 0,005 mLU/L, beta hCG 772,093 IU/ml, fungsi ginjal baik.

Pengkajian

1. Informasi umum

Nama : Ny S

Umur : 38 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Tanggal masuk : 19 september 2011

Diagnosa medik : Mola hidatidosa

2. Riwayat Kesehatan

a) Keluhan utama

Klien mengatakan merasa hamil disertai mual muntah dan pendarahan pervaginam

b) Riwayat penyakit sekarang

Klien merasa hamil dan mual muntah, dan keluar darah pervaginam

c) Riwayat obstetric dan gynekologi

Klien dengan G9 P0 A8. Saat ini klien berada dikehamilan yang ke 9 namun sudah 8 kali

mengalami keguguran dan belum mempunyai anak.

3. Pemeriksaan fisik

a) Uterus sebesar 16 minggu

b) Forsio tertutup

Page 15: Askep Mola Hidatidosa

c) Fluxus ( + )

Hasil pemeriksaan laboratorium :

a. Hemopoetik : Normal

b. SGOT : 444,3 v/l

c. SGPT : 566,7 v/l

d. T3 : 1,58 ng/ml

e. T4 : 724,86 ug/dl

f. TSH : 0,05 ml u/l

g. ΒhCG : 772,093 IU/ml

Diagnosa Keperawatan

1. Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah

DS : Klien mengatakan mual muntah.

DO : Nilai beta hCG tinggi yaitu 772,093 IU/ml

2. Risiko infeksi berhubungan dengan perdarahan pervagina yang abnormal

DS : Klien mengatakan masih mengeluarkan darah pervagina

DO : Terdapat perdarahan pervagina yang abnormal, TSH : 0,05 VTV/ml

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemahaman dan tidak mengenal sumber

informasi

DS : Klien mengatakan ia merasa hamil

DO : Uterus sebesar 16 minggu, Porsio tertutup, Fluxus (+).

Intervensi

1. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah

Tujuan : klien akan mengungkapkan nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil :

a) Nafsu makan meningkat

b) Porsi makan dihabiskan

c) Mual muntah teratasi

Intervensi Rasional

Kaji status nutrisi klien. Sebagai awal menetapkan langlah

Page 16: Askep Mola Hidatidosa

Anjurkan makan sedikit demi sedikit tapi

sering.

Anjurkan makan-makanan dalam keadaan

hangat dan bervariasi

Timbang berat badan sesuai indikasi.

Tingkatkan kenyaman lingkungan

termasuk sosialisasi saat makan dan

anjurkan orang terdekat untuk membawa

makanan yang disukai klien.

selanjutnya.

Makan demi sedikit mampu membantu

meminimalkan anoreksia.

Makanan yang hangat dan bervariasi dapat

membangkitkan nafsu makanan klien.

Mengevaluasi kefektifan atau kebutuhan

mengubah pemberian nutrisi.

Sosialisasi waktu makan dengan orang

terdekat atau teman dapat meningkatkan

pemasukan dan menormalkan fungsi

makanan.

2. Risiko infeksi berhubungan dengan perdarahan pervagina yang abnormal

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam infeksi tidak terjadi

Kriteria hasil :

a) Tidak ada tanda-tanda infeksi (dolor, color, rubor, tumor dan fungsi leasa)

b) Tanda-tanda vital dalam batas normal

Intervensi Rasional

Catat suhu, jumlah bau dan warna darah

pervagina.

Pantau respon merugikan pada pemberian

produk darah.

Berikan informasi tentang risiko

penerimaan produk darah.

Anjurkan ganti pembalut bila basah atau

habis BAK.

Kolaborasi pemberian antibiotic.

Kehilangan darah berlebihan dengan

penurunan haemoglobin meningkatkan

risiko klien untuk terkena infeksi.

Pengenalan dan intervensi dini dapat

mencegah situasi yang mengancam hidup.

Komplikasi seperti hepatitis dan (HIV /

AIDS) dapat tidak bermanfestasi selama

perawatan di rumah sakit.

Basah merupakan media kuman untuk

berkembang.

Untuk mencegah dan meminimalkan

infeksi.

Page 17: Askep Mola Hidatidosa

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemahaman dan tidak mengenal

sumber informasi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan klien

mengerti / paham tentang penyakitnya.

Kriteria hasil :

a) Klien tampak rileks

b) Klien dapat mengungkapkan tentang penyakitnya dalam istilah sederhana sesuai dengan

situasi klinis.

c) Tanda-tanda vital dalam batas normal

Intervensi Rasional

Jelaskan tindakan dan rasional yang

ditentukan untuk kondisi hemoragic.

Kaji ulang pengetahuan pasien tentang

pengetahuan

Motivasi pasien untuk menerima

keadaannya.

Libatkan keluarga untuk memberi

dukungan moril maupun spiritual pada

klien.

Memberi informasi, Memperjelas

kesalahan konsep dan membantu

menurunkan stress yang berhubungan.

Untuk mengetahui seberapa jauh

pengetahuan pasien tentang penyakitnya.

Untuk mengetahui seberapa jauh

pengetahuan pasien tentang penyakitnya.

Penerimaan tentang keadaan dapat

mengurangi stress psikologisnya.

Memberi support membantu untuk

pemulihan kesembuhan pasien.

Implementasi

Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang telah dibuat.

Evaluasi

a) Nafsu makan klien meningkat

b) Tidak terjadi infeksi.

c) Klien dan keluarga memahami dan mengenal sumber-sumber informasi mengenai

kehamilan ektopik.

Page 18: Askep Mola Hidatidosa

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Hamil anggur atau yang dalam dunia medis dikenal sebagai mola hidatidosa adalah suatu

kehamilan yang berkembang tidak wajar. Di dalam rahim tidak ditemukan janin, melainkan

jaringan berbentuk gelembung-gelembung seperti buah anggur yang berisi cairan.

Mola hidatidosa ialah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak

ditemukan janin dan hampir seluruh villi kanalis mengalami perubahan hidropik. Dalam hal

sedemikian disebut mola hidatidosa atau complete mole, sedangkan bila disertai janin atau

bagian dari janin disebut mola parsialis atau partial mole. Menurut Prof. Rustam Moechtar dalam

bukunya Sinopsis Obstetri, penyebab mola hidatidosa belum diketahui secara pasti. Faktor-faktor

yang mungkin menjadi penyebab adalah a) faktor ovum, b) keadaan sosial ekonomi yang rendah

c) paritas tinggi, d) kekurangan protein, dan e) infeksi virus.

4.2 Saran

1. Diharapkan dengan adanya makalah ini bisa menambah pengetahuan pembaca tentang

Mola Hidatidosa dan bagi perawat bisa melakukan asuhan keperawatan Hidatidosa

dengan baik.

2. Diharapkan di dalam kasus ditambahkan diagnose kekurangan volume cairan dan

gangguan rasa nyaman nyeri.

Page 19: Askep Mola Hidatidosa

DAFTAR PUSTAKA

JNPKKR-POGI. (2000). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.

Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Nugroho, Taufan. 2010. Kasus Emergency Untuk Kebidanan dan Keperawatan. Yogyakarta: Nuha

Medika.

Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kandungan (Edisi Kedua). Jakarta : Tridasa Printer.

Prawirohardjo, Sarwono. (2008). Ilmu Kebidanan (Edisi Keempat). Jakarta: Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Rohmah, Nikmatur dan Saiful Walid. 2009. Proses Keperawatan :Teori dan Aplikasi.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Rustam, Mochtar. (1992). Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta: EGC.

Suzanne, Smeltzer. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 2. Edisi 8. Jakarta: EGC.

http://perawatyulius.blogspot.com/2012/04/asuhan-keperawatan-molahidatidosa.html (Kasus)