Mola Hidatidosa MakalaH

30
MAKALAH PBL BLOK 25 SISTEM REPRODUKSI Yenny 2007 – 10 – 126 Kelompok : A4 FakultasKedokteran UKRIDA Universitas Kristen KridaWacana Jakarta

Transcript of Mola Hidatidosa MakalaH

Page 1: Mola Hidatidosa MakalaH

MAKALAH PBL BLOK 25SISTEM REPRODUKSI

Yenny

2007 – 10 – 126

Kelompok : A4

FakultasKedokteran UKRIDA

Universitas Kristen KridaWacana

Jakarta

2010

Page 2: Mola Hidatidosa MakalaH

Mola Hidatidosa

A. Pemeriksaan

Anamnesis

Biodata

Mengkaji identitas pasienyang meliputi nama, umur, agama, suku bangsa,

pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke berapa, lamanya

perkawinan dan alamat

Keluhan utama

Tanyakan apakah ada menstruasi tidak lancar dan perdarahan pervaginam berulang

Riwayat kesehatan sekarang

Keluhan sampai saat pasien pergi ke rumah sakit atau pada saat pengkajian seperti

perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia

kehamilan.

Riwayat kesehatan masa lalu

Riwayat pembedahan

Tanyakan apakah ada pembedahan yang pernah dialami oleh pasien, jenis

pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.

Riwayat pen yakit yang pernah dialami

Menanyakan apakah ada penyakit yang pernah dialami oleh pasien misalnya DM ,

jantung , hipertensi , masalah ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakit-

penyakit lainnya.

Riwayat kesehatan keluarga

Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi

mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.

Riwayat kesehatan reproduksi

Menyakan tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah,

bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kapan menopause terjadi, gejala serta

keluahan yang menyertainya

Riwayat kehamilan , persalinan dan

Menanyakan bagaimana keadaan anak pasien mulai dari dalam kandungan hingga

saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.

Page 3: Mola Hidatidosa MakalaH

Riwayat seksual

Tanyakan mengenai aktivitas seksual pasien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta

keluahn yang menyertainya.

Riwayat pemakaian obat

Tanyakan riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis

obat lainnya.

Pola aktivitas sehari-hari

Tanyakan mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK),

istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.

Biasanya pada anamnesis ditemukan:

Gejala-gejala hamil muda yang kadang-kadang lebih nyata dari kehamilan biasa

Kadang ada tanda toksemia gravidarum

Perdarahan yang sedikit atau banyak, tidak teratur, bewarna tengguli tua atau

kecoklatan

Pembesaran uterus tidak sesuai dengan tuanya kehamilan seharusnya (lebih besar)

Keluarnya jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan (tidak selalu ada) yang

merupakan diagnosa pasti

Pemeriksaan fisik

Inspeksi

Muka dan kadang-kadang badan terlihat pucat kekuning-kuningan yang disebut

muka mola (mola face)

Kalau gelembung mola keluar dapat dilihat dengan jelas

Palpasi

Uterus lebih besar/membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba

lembek

Tidak teraba bagian-bagian janin dan ballottement juga gerakan janin

Adanya fenomena harmonica: darah dan gelembung mola keluar dan fundus

uteri turun, lalu naik lagi karena terkumpulnya darah baru

Page 4: Mola Hidatidosa MakalaH

Auskultasi

Tidak terdengar bunyi denyut jantung janin

Terdengar bising dan bunyi khas

Pemeriksaan Penunjang

1. PemeriksaanLaboratorium

Kadar beta-HCG kuantitatif

Kadar HCG lebih besar dari 100,000 µ/mL mengindikasikan pertumbuhan

trophoblastik sehat dan meningkatkan kecurigaan bahwa diagnosis kehamilan

mola dapat disingkirkan. Kehamilan mola memiliki kadar HCG yang normal.

Penulis menemukan pada William Obstetric, terjadi peningkatan kadar HCG yang

lebih dari biasanya daripada yang diperkirakan untuk tahap gestasinya

Darah Rut in

Anemia merupakan komplikasi medis yang umum, dapat juga terjadi koagulopati

Waktu perdarahan

Pemeriksaan fungsi ini untuk menyingkirkan diagnosis koagulopati dan

mengatasinya jika ditemukan

Pemeriksaan fungsi hati

Pemeriksaan Blood urea nitrogen (BUN) dan kreatinin

Thyroxin

Walaupun wanita dengan kehamilan mola biasanya secara klinis euthyroid, kadar

thyroxin plasma biasanya meningkat dari angka normal untuk kehamilan.

Hyperthyroidisme dapat menjadi gejala utama

Seruminhibin A dan activin A

Serum inhibin A dan activin A telah memperlihatkan peningkatan 7 hingga 10 kali

lebih besar pada kehamilan mola dibandingkan dari kehamilan normal pada usia

kehamilan yang sama. Adanya penurunan inhibin A dan activin A setelah

pengangkatan mola dapat berguna untuk memonitor remisi

Page 5: Mola Hidatidosa MakalaH

2. Gambaran Radiologi

Ultrasonography merupakan baku emas untuk mengidentifikasi baik mola

sempurna maupun parsial. Gambaran khas, dengan menggunakan teknologi USG

pada umumnya, yaitu adanya pola badai salju (Snowstorm) mengindikasikan

vilichorionik yang hydropic. USG resolusi tinggi memperlihatkan adanya massa

kompleks intrauterin yang mengandung banyak kista-kista kecil

Ketika kehamilan mola di diagnosa, pemeriksaan thorax x-ray sebaiknya

dilakukan. Paru-paru merupakan tempat metastasis paling utama terjadinya tumor

trophoblastik

Foto rontgen abdomen : tidak terlihat tulang-tulang janin (pada kehamilan 3 – 4

bulan)

3. GambaranHistologik

Mola Sempurna: Jaringan fetus tidak ditemukan dan proliferasi trophoblastik

berat, hydropic villi, dan kromosom 46,XX or 46,XY didapatkan. Sebagai

tambahan, mola sempurna memperlihatkan peningkatan ekspresi (dibandingkan

dengan plasenta normal) dari beberapa faktor pertumbuhan termasuk c-myc,

epidermal growth factor, dan c-erb B-2

Mola Parsial: Jaringan fetus biasanya ditemukan dalam bentuk amnion dan sel

darah merah janin. Hydropic villi dan proliferasi trophoblastic juga ditemukan

4. Uji Sonde

Sonde (penduga rahim) dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam kanalis

servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar setelah ditarik

sedikit, bila tetap tidak ada tahanan, kemungkinan mola (cara Acosta-Sison)

B. Diagnosis

Working diagnose

Mola hidatidosa

Hamil anggur atau mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal berupa tumor jinak

yang terjadi sebagai akibat kegagalan pembentukan “bakal janin”, sehingga

terbentuk jaringan permukaan membran (vili) mirip gerombolan buah anggur.Tumor

Page 6: Mola Hidatidosa MakalaH

jinak mirip anggur tersebut asalnya dari trofoblas, yakni sel bagian tepi ovum atau

sel telur, yang telah dibuahi, yang nantinya melekat di dinding rahim dan menjadi

plasenta (tembuni) serta membran yang memberi makan hasil pembuahan.

Mola hidatidosa dapat dibagi menjadi :

Mola Hidatidosa Sempurna

Villi korionik berubah menjadi suatu massa vesikel – vesikel jernih. Ukuran

vesikel bervariasi dari yang sulit dilihat, berdiameter sampai beberapa

sentimeter dan sering berkelompok – kelompok menggantung pada tangkai

kecil. 

Temuan Histologik ditandai oleh:

Degenerasi hidrofobik dan pembengkakan Stroma Vilus

Tidak adanya pembuluh darah di vilus yang membengkak

Proliferasi epitel tropoblas dengan derajat bervariasi

Tidak adanya janin dan amnion.

Mola sempurna tidak memiliki jaringan fetus. 90% merupakan genotip 46XX

dan sisanya 46XY. Vili korionik berubah menjadi suatu massa vesikel-vesikel

jernih.

Mola sempurna dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu : 

1. Sempurna androgenetic

a. Homozygous

- Merupakan 80% dari kejadian mola sempurna.

- Dua komplemen kromosom paternal identik, didapatkan dari

duplikasi kromosom haploid seluruhnya dari ayah.

- Selalu perempuan; 46,YY tidak pernah ditemukan

b. Heterozygous

- Merupakan 20% dari kejadian mola sempurna.

- Dapat laki-laki atau perempuan.

- Semua kromosom berasal dari kedua orang tua, kemungkinan besar

terjadi karena pembuahan dua sperma.

Page 7: Mola Hidatidosa MakalaH

2. Mola sempurna biparental

Genotip ayah dan ibu terlihat namun gen maternal gagal mempengaruhi

janin sehingga hanya gen paternal yang terekspresi.

- Mola sempurna biparental jarang ditemukan.

- Bentuk rekuren mola biparental (yang merupakan familial dan

sepertinya diturunkan sebagai autosomal resesif) pernah ditemukan.

Al-Hussaini menjelaskan seri 5 wanita dengan 9 kehamilan mola

berturut-turut.

- Telah ditemukan daerah kromosom yang menjadi calon yaitu 19q13.

Presentasi klinis yang tipikal pada kehamilan mola sempurna dapat di

diagnosis pada trimester pertama sebelum onset gejala dan tanda

muncul.

- Perdarahan vagina : Gejala yang paling sering terjadi pada mola

sempurna yaitu perdarahan vagina. Jaringan mola terpisah dari desidua

dan menyebabkan perdarahan. Uterus dapat menjadi membesar akibat

darah yang jumlahnya besar dan cairan merah gelap dapat keluar dari

vagina. Gejala ini terjadi pada 97% kasus Mola hidatidosa.

- Hiperemesis: Pasien juga melaporkan mual dan muntah yang hebat. Ini

diakibatkan peningkatan kadar human chorionic gonadotropin (HCG).

- Hiperthyroidisme: Sekitar 7% pasien juga datang dengan takikardia,

tremor, dan kulit hangat

Mola Hidatidosa Parsial

Apabila perubahan hidatidosa bersifat fokal dan kurang berkembang, dan

mungkin tampak sebagai jaringan janin. Terjadi perkembangan hidatidosa yang

berlangsung lambat pada sebagian villi yang biasanya avaskular, sementara

villi–villi berpembuluh lainnya dengan sirkulasi janin plasenta yang masih

berfungsi tidak terkena. Pasien dengan mola parsial tidak memiliki manifestasi

klinis yang sama pada mola sempurna. Pasien ini biasanya datang dengan tanda

dan gejala yang mirip dengan aborsi inkomplit atau missed abortion yakni

Perdarahan vagina dan hilangnya denyut jantung janin, Pada mola parsial,

jaringan fetus biasanya didapatkan, eritrosit dan pembuluh darah fetus pada villi

merupakan penemuan yang seringkali ada. Komplemen kromosomnya yaitu

XXX atau XXY. Ini diakibatkan dari fertilisasi ovum haploid dan duplikasi

Page 8: Mola Hidatidosa MakalaH

kromosom haploid paternal atau akibat pembuahan dua sperma. Tetraploidi juga

biasa didapatkan. Seperti pada mola sempurna, ditemukan jaringan trofoblastik

hyperplasia dan pembengkakan villi chorionic. 

Differential Diagnose

Kehamilan ganda

Merupakan suatu kehamilan dengan dua janin atau lebih. Untuk mempertimbangkan

ketepatan diagnosis, haruslah difikirkan kemungkinan kehamilan kembar bila

didapatkan hal-hal berikut : (1) besarnya uterus melebihi lamanya amenore (2) uterus

bertambah lebih cepat dari biasanya (3) penambahan berat badan ibu yang mencolok

yang tidak disebabkan edema atau obesitas (4) banyak bagian kecil teraba (5) teraba

bagian besar janin (6) teraba dua balotemen. Diagnosis pasti dapat ditentukan dengan

(1) terabanya 2 kepala, 2 bokong dan satu atau dua punggung (2) terdengar dua

denyut jantung yang letaknya berjauhan dengan perbedaan kecepatan paling sedikit

10 denyut permenit (3) sonogram dapat membuat diagnosis kehamilan kembar pada

triwulan pertama (4) roentgen foto pada abdomen.

Hidramnion

Hidramnion atau kadang-kadang disebut juga polihidramnion adalah keadaan dimana

banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc. Sampai sekarang etiologi hidramnion belum

jelas, tetapi diketahui bahwa hidramnion terjadi bila produksi air ketuban bertambah,

bila pengeluaran air ketuban terganggu atau kedua-duanya. Gejala hidramnion terjadi

semata-mata karena faktor mekanik sebagai akibat penekanan uterus yang besar

kepada organ-organ sekitarnya. Uterus yang besar akan menekan diafragma sehingga

si wanita merasa sesak. Penekanan vena-vena yang besar menyebabkan edem

terutama pada kedua tungkai, vulva dan abdomen. Diagnosis hidramnion mudah

ditegakkan apabila ditemukan uterus yang lebih besar dari tua kehamilan, bagian dan

detak jantung janin sukar ditentukan. Bila meragukan dapat dilakukanpemeriksaan

radiologik atau ultrasonografi.

Abortus

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup

diluar kandungan dan sebagai batasan digunakan kehamilan kurang dari 20 minggu

atau berat janin kurang dari 500 gram. Abortus harus diduga bila seorang wanita

dalam masa reproduksi mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami

haid terlambat, sering terdapat pula rasa mules. Kecurigaan tersebut diperkuat dengan

Page 9: Mola Hidatidosa MakalaH

ditemukannya kehamilan muda pada pemeriksaan bimanual dan dengan tes

kehamilan. Pada pemeriksaan USG tampak daerah anekhoik didalam kavum uteri

yang bentuknya kadang-kadang menyerupai kantong gestasi, sehingga dapat

disalahtafsirkan sebagai kehamilan ganda. Derah anekhoik tersebut berasal dari

perdarahan subkorionik. Gambaran USG pada abortus inkomplitus tidak spesifik.

Tergantung dari usia gestasi dan banyaknya sisa jaringan konsepsi uterus mungkin

masih memebesar, walaupun tidak sesuai lagi dengan usia kehamilan. Kavum uteri

mungkin berisi kantong gestasi yang bentuknya tidak utuh lagi.

Mola invasif dan choriocarcinoma

Klasifikasi berbagai degenerasi maligna dari MH yang sederhana : Mola Hidatidosa

Perubahan neoplastik derajat sedang : Invasif mole Mola destruktif Villous carcinoma

Choriocarcinoma

Mola Invasif dan Choriocarcinoma adalah keadaan yang jarang terjadi Gejala &

Tanda sama dengan Mola Hidatidosa namun sering disertai dengan metastase lokal

atau jauh ( paru : hemoptoe ; perdarahan serebral ) Gambaran histologi sangat

bervariasi Semakin ganas maka iregularitas seluler semakin nyata dan terdapat

aktivitas mitotik yang hebat Choriocarcinoma sering dijumpai pada kehamilan muda

disertai dengan mola hidatidosa atau bahkan dengan kehamilan normal

Perubahan keganasan mola 1 : 10 kasus biasanya dalam waktu 6 bulan Perubahan

keganasan pasca abortus dan pasca persalinan normal = 1 : 5000 kasus Resiko tinggi

mengalamai keganasan : Usia > 40 tahun Kadar hCG sangat tinggi > 100.000 IU / ml

Ukuran kista Theca Lutein > 6 cm Terapi : kemoterapi dan follow-up

C. Etiologi

Mola hidatifosa berasal dari plasenta dan/atau jaringan janin sehingga hanya mungkin

terjadi pada awal kehamilan. Massa biasanya terdiri dari bahan-bahan plasenta yang

tumbuh tak terkendali. Sering tidak ditemukan janin sama sekali.

Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor penyebab yang

paling mungkin adalah :

Page 10: Mola Hidatidosa MakalaH

1. Faktor ovum

Ovum memang sudah patologik sehingga mati , tetapi terlambat dikeluarkan.

2. Imunoselektif dari tropoblast

Dengan kematian fetus, pembuluh darah pada stroma villi menjadi jarang dan stroma

villi menjadi sembab dan akhirnya terjadi hyperplasia sel-sel trofoblast

3. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah

Keadaan sosial ekonomi akan berpengaruh terhadap pemenuhan gizi ibu yang pada

akhirnya akan mempengaruhi pembentukan ovum abnormal yang mengarah pada

terbentuknya mola hidatidosa

4. Paritas tinggi ibu

Dengan paritas tinggi, memiliki kemungkinan terjadinya abnormalitas pada

kehamilan berikutnya, sehingga ada kemungkinan kehamilan berkembang menjadi

mola hidatidosa

5. Kekurangan protein

Sesuai dengan fungsi protein untuk pembentukan jaringan atau fetus sehingga apabila

terjadi kekurangan protein saat hamil menyebabkan gangguan pembentukan fetus

secara sempurna yang menimbulkan jonjot-jonjot korion.

6. Infeksi virus

7. Sitogenetika

Mola hidatidosa komplet berasal dari genom paternal (genotipe 46 xx sering, 46 xy

jarang, tapi 46 xy nya berasal dari reduplikasi haploid sperma dan tanpa kromosom

dari ovum). Mola parsial mempunyai 69 kromosom 2 haploid paternal dan 1 haploid

maternal (triploid, 69 xxx atau 69 xxy dari 1 haploid ovum dan lainnya reduplikasi

haploid paternal dari satu sperma atau fertilisasi dispermia)

8. Usia

Page 11: Mola Hidatidosa MakalaH

Mola hidatidosa lebih umum terjadi pada usia reproduktif yaitu wanita di bawah usia

20 tahun atau pada usia perimenopause (di atas 34 tahun). Wanita yang berusia lebih

dari 35 tahun memiliki peningkatan resiko 2 kali lipat, sedangkan wanita berusia lebih

dari 40 tahun mengalami peningkatan resiko 7 kali lipat dibandingkan wanita yang

lebih muda.

9. Riwayat kehamilan mola sebelumnya

Beberapa peneliti mendapatkan bahwa resiko mola hidatidosa naik pada wanita yang

pernah menderita kehamilan mola hidatidosa (4-5 kali resiko kehamilan mola

hidatidosa pertama).

10. Kehamilan ganda

Wanita yang hamil kembar meningkatkan resiko mola hidatidosa.

11. Golongan darah

Berdasarkan klinis penelitian didapatkan pada golongan darah O (42,9 %), B (30,5

%), A (21,2 %) dan AB (5,4 %).

D. Epidemiologi

Di negara barat (USA), frekuensi mola hidatidosa mempengaruhi 1 per 1000-2000

kehamilan. Frekuensi mola umumnya pada wanita di Asia lebih tinggi (1 atas 120

kehamilan) daripada wanita di negara-negara barat (1 atas 2000). Secara internasional, di

negara-negara Asia tingkat kejadiannya 15 kali lebih tinggi dibandingkan negara barat.

Insidensi tertinggi mola hidatidosa ada di Asia tenggara, Indonesia, India dan Turki

dengan rata-rata kejadian 2-12 insiden per 1000 kehamilan, di Amerika utara dan Eropa

insidensinya lebih rendah yakni 0,5-1 per 1000 kehamilan. Insidensi terendah terdapat di

Jepang, Korea dan Taiwan. Laksmi Sintari dan kawan-kawan melakukan penelitian

berdasarkan populasi di Malang dan menemukan angka untuk mola hidatidosa 2,47:1000

atau 1:405 persalinan. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan negara-negara barat,

dimana insidensinya berkisar 1:1000 sampai 1:2500 kehamilan.

Page 12: Mola Hidatidosa MakalaH

Mola hidatidosa lebih sering terjadi pada puncak umur reproduktif. Wanita pada umur

remaja muda atau premenopausal yang paling beresiko. Wanita dengan umur 35 tahun

keatas memiliki peningkatan resiko 3 kali lipat. Wanita lebih tua dari 40 tahun mengalami

peningkatan sebanyak 7 kali lipat dibandingkan wanita yang lebih mudah. Seberapa

banyak partus sepertinya tidak mempengaruhi resiko.

Pada pasien dengan mola hidatidosa, 20% kasus berkembang menjadi keganasan

trophoblastik. Setelah mola sempurna berkembang, invasi uterus terjadi pada 15%pasien

dan metastasis terjadi pada 4% kasus. Tidak ada kasus choriocarcinoma yang dilaporkan

berasal dari mola parcial, walaupun pada 4% pasien dengan mola parsial dapat

berkembang penyakit trofoblastik gestasional persisten nonmetastatik yang membutuhkan

kemoterapi.

E. Patofisiologi

Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi :

1. Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin

2. Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin.

Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit

trofoblast :

Teori missed abortion.

Mudigah mati pada kehamilan 3 -5 minggu (missed abortion). Karena itu terjadi

gangguan peredaran darah sehingga terjadi penimbunan cairan dalam jaringan mesenkim

dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung. Menurut Reynolds, kematian

mudigah itu disebabkan kekurangan gizi berupa asam folik dan histidine pada kehamilan

hari ke 13 dan 21. Hal ini kemudian mengakibatkan gangguan angiogenesis.

Teori neoplasma dari Park.

Page 13: Mola Hidatidosa MakalaH

Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi

reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehingga timbul gelembung. Hal ini

menyebabkan gangguan peredaran darah dan kematian mudigah.

Studi dari He\rtig

Studi dari Hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat

akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tiak adanya embrio komplit pada

minggu ke tiga dan ke lima. Adanya sirkulasi maternal yang terus menerus dan tidak

adanya fetus menyebabkan trofoblast berproliferasi dan melakukan fungsinya selama

pembentukan cairan.

F. Manifestasi Klinis

Gejala yang dapat ditemukan pada mola hidatidosa adalah:

1. Adanya tanda-tanda kehamilan disertai dengan perdarahan pervaginam.

Perdarahan timbul mulai kehamilan 8 minggu, berwarna merah segar karena berasal

dari jaringan mola yang lepas dari dinding uterus. Kadang-kadang timbul bekuan

darah yang tersimpan dalam kavum uterus yang kemudian akan mencair dan keluar

berwarna merah ungu akibat proses oksidasi. Perdarahan biasanya intermitten,

sedikit-sedikit atau sekaligus banyak sehingga menyebabkan syok atau kematian,

oleh karena itu umumnya pasien mola hidatidosa masuk rumah sakit dalam keadaan

anemia. Perdarahan uterus abnormal yang bervariasi dari spotting sampai perdarahan

hebat merupakan gejala yang paling khas dari kehamilan mola dan pertama kali

terlihat antara minggu keenam dan kedelapan setelah amenore. Sekret berdarah yang

kontinyu atau intermitten dapat berkaitan dengan keluarnya vesikel-vesikel yang

menyerupai buah anggur.

2. Hiperemesis gravidarum, yang ditandai dengan nausea dan vomiting yang berat.

Keluhan hiperemesis terdapat pada 14-18% kasus pada kehamilan kurang dari 24

minggu dan keluhan mual muntah terdapat pada mola hidatidosa dengan tinggi

fundus uteri lebih dari 24 minggu.

3. Tanda toksemia/ pre-eklampsia pada kehamilan trimester I

Page 14: Mola Hidatidosa MakalaH

Kejadian preeklampsia cukup tinggi yaitu 20-26% kasus. Pada kehamilan normal,

preeklampsia timbul setelah kehamilan 20 minggu, namun pada mola hidatidosa

dapat terjadi lebih dini.

4. Kista lutein unilateral/bilateral

Mola hidatidosa sering disertai dengan kista lutein ±15% kasus. Umumnya kista ini

segera menghilang setelah jaringan mola dikeluarkan, tetapi ada juga kasus-kasus

dimana kista lutein baru ditemukan pada waktu follow up. Kista lutein dapat

menimbulkan gejala abdominal akut karena torsi atau pecah. Kista berisi cairan

serosanguineous dan strukturnya multilokulare. Bila uterusnya besar, maka kista ini

sukar diraba namun dapat diketahui dari pemeriksaan ultrasonografi. Kista menjadi

normal dalam waktu 2-4 bulan setelah dievakuasi. Kasus mola dengan kista lutein

mempunyai resiko 4 kali lebih besar untuk mendapatkan degenerasi keganasan

dikemudian hari dari pada kasus-kasus tanpa kista.

5. Umumya uterus lebih besar dari usia kehamilan

Lebih dari separuh penderita mola hidatidosa memiliki uterus yang lebih besar dari

usia kehamilannya. Bila uterus diraba, akan terasa lembek karena miometrium

teregang oleh gelembung-gelembung mola dan bekuan darah.

6. Tidak terdengar denyut jantung janin

7. Tidak dirasakan tanda-tanda adanya gerakan janin, tidak teraba bagian janin

(balottement), kecuali pada mola parsial

8. Kadar gonadotropin korion tinggi dalam darah dan urin

9. Emboli paru.

Penyulit lain yang mungkin terjadi ialah emboli sel trofoblas ke paru-paru.

Sebetulnya pada tiap kehamilan selalu ada migrasi sel trofoblas ke peredaran darah

kemudian ke paru-paru tanpa memberikan gejala apa-apa tetapi pada mola kadang-

kadang jumlah sel trofoblas ini demikian banyak sehingga dapat menimbulkan

emboli paru-paru akut yang bisa menyebabkan kematian.

10. Keluar jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan (tidak selalu ada), yang

merupakan diagnosa pasti.

Page 15: Mola Hidatidosa MakalaH

11. Kadang-kadang disertai gejala lain yang tidak berhubungan dengan keluhan

obstetri, seperti tirotoksikosis, perdarahan gastrointestinal, dekompensasi kordis,

perdarahan intrakranial, perdarahan gastrointestinal, dan hemoptoe.

Hipertiroidisme pada mola hidatidosa dapat berkembang dengan cepat menjadi

tirotoksikosis. Berbeda dengan tirotoksikosis pada penyakit tiroid, tirotoksikosis

pada mola hidatidosa muncul lebih cepat dan gambaran klinisnya berbeda. Mola

yang disertai tirotoksikosis mempunyai prognosis yang lebih buruk, baik dari segi

kematian maupun kemungkinan terjadinya keganasan. Biasanya penderita

meninggal karena krisis tiroid.

Pemicu tirotoksikosis pada mola hidatidosa adalah tingginya kadar hCG. Diagnosis

tirotoksikosis pada mola hidatidosa sangat penting dan perlu ditanggulangi dahulu

sebelum dilakukan evakuasi jaringan molanya karena bila tidak segera dilakukan,

upaya evakuasi jaringan mola dapat menimbulkan kematian penderita akibat krisis

tiroid dan payah jantung akut. Adanya tirotoksikosis pada penderita mola dapat

diduga apabila terdapat gejala-gejala seperti nadi istirahat >100x/menit tanpa sebab-

sebab lain yang jelas.

Tirotoksikosis merupakan salah satu penyebab kematian penderita mola. Kariadi

menemukan bahwa kadar ß-hCG serum (RIA) > 300.000 ml pada penderita mola

sebelum jaringan molanya dievakuasi. Hal ini merupakan faktor risiko yang sangat

bermakna untuk terjadinya tirotoksikosis. Hipertiroid dapat diketahui secara klinis

terutama bila tidak terdapat fasilitas pemeriksaan T3 dan T4, yaitu dengan

menggunakan Indeks Wayne.

G. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada mola hidatidosa terdiri atas 4 tahap, yaitu:

Perbaikan keadaan umum

Page 16: Mola Hidatidosa MakalaH

Yang termasuk usaha ini misalnya pemberian transfuse darah untuk memperbaiki

syok atau anemia dan menghilangkan atau mengurangi penyulit seperti pre-

eklampsia atau tirotoksikosis, koreksi dehidrasi.

Pengeluaran jaringan mola

Ada 2 cara yaitu:

1. Vakum kuretase

Setelah keadaan umum diperbaiki dilakukan vakum kuretase tanpa pembiusan.

Untuk memperbaiki kontraksi diberikan pula uterotonika. Vakum kuretase

dilanjutkan dengan kuretase dengan menggunakan sendok kuret biasa yang

tumpul. Tindakan kuret cukup dilakukan 1 kali saja, asal bersih. Kuret kedua

hanya dilakukan bila ada indikasi.

2. Histerektomi

Tindakan ini dilakukan pada perempuan yang telah cukup umur dan cukup

mempunyai anak. Alasan untuk melakukan histerektomi ialah karena umur tua

dan paritas tinggi merupakan factor predisposisi untuk terjadinya keganasan.

Batasan yang dipakai adalah umur 35 tahun dengan anak hidup tiga.

Penanganan awal kehamilan mola :

Jika diagnosa kehamilan mola telah ditegakkan, lakukan evaluasi uterus :

1. Jika dibutuhkan dilatasi serviks, gunakkan blok paraservikal.

2. Pengosongan dengan aspirasi vakum manuaal lebih aman daripada kuretase

tajam. Resiko perforasi dengan menggunakan kuret tajam cukup tinggi.

3. Jika sumber vakum adalah tabung manual,, siapkan peralatan aspirasi vakum

manual minimal 3 set agar dapat digunakan secara bergantian hingga

pengosongan kavum uteri selesai. Isi uterus cukup banyak tetapi penting untuk

cepat dikosongkan.

Penanganan selanjutnya kehamilan mola :

1. Pasien dianjurkan untuk menggunakan konntrasepsi hormonal (apabila masih

ingin anak) atau tubektomi apabila ingin menghentikan fertilitas.

Page 17: Mola Hidatidosa MakalaH

2. Lakukan pemantauan setiap 8 minggu selaama minimal 1 tahun pasca evakuasi

dengan menggunakan tes kehamilan dengan urin karena adanya resiko

timbulnya penyakit trofoblas yang menetap atau khoriokarsinoma. Jika tes

kehamilan dengan urin tidak negatif setelah 8 minggu atau menjadi positif

kembali dalam 2 tahun pertama, rujuk ke pusat kesehatan tersier untuk

pemantauan dan penanganan lebih lanjut.

H. Komplikasi

1. Perforasi uterus selama kuretase suction biasanya terjadi karena uterus besar dan tipis.

Jika perforasi diketahui, prosedur sebaiknya diselesaikan dengan bantuan

laparoskopik

2. Perdarahan merupakan komplikasi yang sering terjadi selama evakuasi kehamilan

mola. Karena alasan ini, oxytocin intravena sebaiknya dilakukan sebelum memulai

prosedur. Methergine dan/atau Hemabate sebaiknya tersedia. Golongan darah pasien

sebaiknya telah diketahui untuk mempersiapkan sekiranya dibutuhkan transfuse.

3. Penyakit trophoblastik malignan terjadi pada 20% kehamilan mola. Karena alasan ini,

pemeriksaan hCG kuantitatif serial dilakukan selama 1 tahun pasca-evakuasi sampai

hasilnya negative.

4. Faktor pertumbuhan yang dilepaskan oleh jaringan molar memiliki aktifitas

fibrinolytik. Semua pasien sebaiknya di-skrining untuk kemungkinan terjadinya

disseminated intravascular coagulopathy (DIC).

5. Emboli trophoblastic dipercaya merupakan penyebab dari insufisiensi pernapasan

akut. Faktor resiko terbesar adalah uterus lebih besar daripada yang diharapkan untuk

umur gestasi 16 minggu. Keadaan ini dapat fatal.

I. Pencegahan

Karena pengertian dan penyebab dari mola masih belum diketahui secara pasti maka

kejadian mola hidatidosa sulit untuk dicegah. Bagaimanapun juga, nutrisi ibu yang baik

dapat menurunkan risiko terjadinya mola.

Page 18: Mola Hidatidosa MakalaH

J. Prognosis

1. Karena diagnosis dini dan penatalaksanaan yang tepat, kematian dari mola hidatiformis

pada saat ini belum dilaporkan. Sekitar 20% wanita dengan mola sempurna mengalami

malignansi trophoblastik, Malignansi trophoblastik gestasional 100% dapat

disembuhkan.

2. Faktor kinis yang dikaitkan dengan resiko malignansi yaitu umur tua pada saat

kehamilan, kadar HCG yang meningkat (>100,000 mIU/mL), eklampsia,

hiperthyroidisme, dan kista teka lutein bilateral5 Kebanyakan dari faktor ini

mengindikasikan adanya proliferasi trophoblastik. Memprediksi siapa yang akan

mendapatkan penyakit trofoblastik gestasional masih sulit dilakukan, dan

penatalaksanaan sebaiknya tidak hanya berdasarkan dari adanya faktor resiko tersebut.

3. Hampir kira-kira 20% wanita dengan kehamilan mola komplet berkembang menjadi

penyakit trofoblastik ganas. Penyakit trofoblas ganas saat ini 100% dapat diobati.

Faktor klinis yang berhubungan dengan resiko keganasan seperti umur penderita yang

tua, kadar hCG yang tinggi (>100.000mIU/mL),eclamsia,hipertiroidisme, dan kista

teka lutein bilateral. Kebanyakan faktor-faktor ini muncul sebagai akibat dari jumlah

proliferasi trofoblas. Untuk memprediksikan perkembangan mola hidatidosa menjadi

PTG masih cukup sulit dan keputusan terapi sebaiknya tidak hanya berdasarkan ada

atau tidaknya faktor-faktor risiko ini. Risiko terjadinya rekurensi adalah sangat sekitar

1-2%. Setelah 2 atau lebih kehamilan mola, maka risiko rekurensinya menjadi 1/6,5

sampai 1/17,5.

Daftar Pustaka

1. Lukas E, Djuanna AA. Mola hidatidosa. Dalam : Pedoman diagnosis dan terapi

obstetric dan ginekologi. EditorManoe IMSM, Rauf S, Usmany H. Ujung Pandang :

Page 19: Mola Hidatidosa MakalaH

Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin ; 1999.

p.108-11

2. Mansjoer. A. Dkk., Kelainan pada Kehamilan. Dalam Kapita Selekta Kedokteran.

Edisi ketiga, Jilid Pertama. Penerbit Media Aesculapius Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Jakarta., 2001. 265 – 67

3. Kampono N. Sjamsuddin S. Penyakit Trofoblastik Gestational (PTG).

http://www.geocities.com., last up dated Mei, 2004

4. Martaadisoebrata. Penyakit serta Kelainan Plasenta dan Selaput Janin dalam

Wiknyosastro Saifuddin AB, Rachimhadhi T, eds. Ilmu Kebidanan. Ed. III. Jakarta :

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. 1991. 339-354.

5. Pengurus Besar POGI. Standar Pelayanan Medik Obstetri & Ginekologi. Bag. 1.

Jakarta : Balai Penerbit FKUI 1995. 41-45.

6. Disaia PJ, Creasman WT, Gestational Trophoblastic Neoplasia. in : Clinical

Gynecology Oncology 4th ed. Missouri : Mosby Year Book. 1993. 210-237.

7. Cunningham F, Mac. Donald PC, Gant NF. Disease and Abnormalities of the

Placenta and Fetal Membranes. in : William's Obstetrics 18th ed. Connecticut :

Appleton & Lange. 1989. 540-553.

8. Martaadisoebrata. Epidemiologi & Perkembangan Penanggulangan Penyakit

Trofoblas. Bandung : Kanwil Depkes Jawa Barat, Yayasan Kanker Indonesia. 1987.

11-40.

9. Budi A., Muin A., Lukas E., Djuanna A. Penatalaksanaan Penyakit Trofoblas

Kehamilan. Makassar : Bagian Obstetri & Ginekologi FKUH UP. 1995.

10. Mola hidatosa diunduh dari http://www.klikdokter.com/illness/detail/132 (2008)

11. Askep Mola Hidatidosa diunduh dari

http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/07/askep-mola-hidatidosa/ (2009)

12. Mola Hidatidosa (Hamil Anggur) diunduh dari

http://medicastore.com/penyakit/893/Mola_Hidatidosa_Hamil_Anggur.html (2007)

13. Mola Hidatidosa diunduh dari

http://botefilia.com/index.php/archives/2009/01/11/mola-hidatidosa/ (2009)

Page 20: Mola Hidatidosa MakalaH

14. Mola Hidatidosa diunduh dari

http://yudhim.blogspot.com/2008/01/molahidatidosa.html (2008)

15. Mola Hidatidosa diunduh dari http://ezcobar.com/dokter-online/dokter15/index.php?

option=com_content&view=article&id=213:mola-hidatidosa&catid=41:ibu-a-

anak&Itemid=55 (2007)

16. Mola Hidatidosa diunduh dari http://cetrione.blogspot.com/2008/06/mola-

hidatidosa.html (2008)

17. kehamilan mola hidatidosa diunduh dari http://www.medicalera.com/index.php?

option=com_myblog&show=kehamilan-mola-hidatidosa.html&Itemid=314 (2010)

18. Mola Hidatidosa diunduh dari http://www.akbidnet.com/index.php?

option=com_content&view=article&id=34:mola-

hidatidosa&catid=32:genekologi&Itemid=86 (2006)

19. Mola Hidatidosa (Hamil Anggur) diunduh dari

http://anugerahsehat.blogspot.com/2009/05/mola-hidatidosa-hamil-anggur.html

(2009)

20. 24 MINGGU DENGAN MOLA HIDATIDOSA diunduh dari

http://ayurai.wordpress.com/2009/03/14/giip10001-uk-24-minggu-dengan-mola-

hidatidosa/ (2009)

21. mola hidatidosa diunduh dari http://theeyebrow.blogspot.com/2008/01/mola-

hidatidosa.html (2008)

22. Mola hidatidosa (hamil anggur) diunduh dari

http://sembiring-jo.blogspot.com/2009/11/mola-hidatidosa-hamil-anggur.html (2009)

23. Mola Hidatidosa diunduh dari http://cahrun.blogspot.com/2009/10/mola-

hidatidosa.html (2009)