Mola Hidatidosa MakalaH
Transcript of Mola Hidatidosa MakalaH
MAKALAH PBL BLOK 25SISTEM REPRODUKSI
Yenny
2007 – 10 – 126
Kelompok : A4
FakultasKedokteran UKRIDA
Universitas Kristen KridaWacana
Jakarta
2010
Mola Hidatidosa
A. Pemeriksaan
Anamnesis
Biodata
Mengkaji identitas pasienyang meliputi nama, umur, agama, suku bangsa,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke berapa, lamanya
perkawinan dan alamat
Keluhan utama
Tanyakan apakah ada menstruasi tidak lancar dan perdarahan pervaginam berulang
Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan sampai saat pasien pergi ke rumah sakit atau pada saat pengkajian seperti
perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia
kehamilan.
Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat pembedahan
Tanyakan apakah ada pembedahan yang pernah dialami oleh pasien, jenis
pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
Riwayat pen yakit yang pernah dialami
Menanyakan apakah ada penyakit yang pernah dialami oleh pasien misalnya DM ,
jantung , hipertensi , masalah ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakit-
penyakit lainnya.
Riwayat kesehatan keluarga
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi
mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
Riwayat kesehatan reproduksi
Menyakan tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah,
bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kapan menopause terjadi, gejala serta
keluahan yang menyertainya
Riwayat kehamilan , persalinan dan
Menanyakan bagaimana keadaan anak pasien mulai dari dalam kandungan hingga
saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
Riwayat seksual
Tanyakan mengenai aktivitas seksual pasien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta
keluahn yang menyertainya.
Riwayat pemakaian obat
Tanyakan riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis
obat lainnya.
Pola aktivitas sehari-hari
Tanyakan mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK),
istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
Biasanya pada anamnesis ditemukan:
Gejala-gejala hamil muda yang kadang-kadang lebih nyata dari kehamilan biasa
Kadang ada tanda toksemia gravidarum
Perdarahan yang sedikit atau banyak, tidak teratur, bewarna tengguli tua atau
kecoklatan
Pembesaran uterus tidak sesuai dengan tuanya kehamilan seharusnya (lebih besar)
Keluarnya jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan (tidak selalu ada) yang
merupakan diagnosa pasti
Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Muka dan kadang-kadang badan terlihat pucat kekuning-kuningan yang disebut
muka mola (mola face)
Kalau gelembung mola keluar dapat dilihat dengan jelas
Palpasi
Uterus lebih besar/membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba
lembek
Tidak teraba bagian-bagian janin dan ballottement juga gerakan janin
Adanya fenomena harmonica: darah dan gelembung mola keluar dan fundus
uteri turun, lalu naik lagi karena terkumpulnya darah baru
Auskultasi
Tidak terdengar bunyi denyut jantung janin
Terdengar bising dan bunyi khas
Pemeriksaan Penunjang
1. PemeriksaanLaboratorium
Kadar beta-HCG kuantitatif
Kadar HCG lebih besar dari 100,000 µ/mL mengindikasikan pertumbuhan
trophoblastik sehat dan meningkatkan kecurigaan bahwa diagnosis kehamilan
mola dapat disingkirkan. Kehamilan mola memiliki kadar HCG yang normal.
Penulis menemukan pada William Obstetric, terjadi peningkatan kadar HCG yang
lebih dari biasanya daripada yang diperkirakan untuk tahap gestasinya
Darah Rut in
Anemia merupakan komplikasi medis yang umum, dapat juga terjadi koagulopati
Waktu perdarahan
Pemeriksaan fungsi ini untuk menyingkirkan diagnosis koagulopati dan
mengatasinya jika ditemukan
Pemeriksaan fungsi hati
Pemeriksaan Blood urea nitrogen (BUN) dan kreatinin
Thyroxin
Walaupun wanita dengan kehamilan mola biasanya secara klinis euthyroid, kadar
thyroxin plasma biasanya meningkat dari angka normal untuk kehamilan.
Hyperthyroidisme dapat menjadi gejala utama
Seruminhibin A dan activin A
Serum inhibin A dan activin A telah memperlihatkan peningkatan 7 hingga 10 kali
lebih besar pada kehamilan mola dibandingkan dari kehamilan normal pada usia
kehamilan yang sama. Adanya penurunan inhibin A dan activin A setelah
pengangkatan mola dapat berguna untuk memonitor remisi
2. Gambaran Radiologi
Ultrasonography merupakan baku emas untuk mengidentifikasi baik mola
sempurna maupun parsial. Gambaran khas, dengan menggunakan teknologi USG
pada umumnya, yaitu adanya pola badai salju (Snowstorm) mengindikasikan
vilichorionik yang hydropic. USG resolusi tinggi memperlihatkan adanya massa
kompleks intrauterin yang mengandung banyak kista-kista kecil
Ketika kehamilan mola di diagnosa, pemeriksaan thorax x-ray sebaiknya
dilakukan. Paru-paru merupakan tempat metastasis paling utama terjadinya tumor
trophoblastik
Foto rontgen abdomen : tidak terlihat tulang-tulang janin (pada kehamilan 3 – 4
bulan)
3. GambaranHistologik
Mola Sempurna: Jaringan fetus tidak ditemukan dan proliferasi trophoblastik
berat, hydropic villi, dan kromosom 46,XX or 46,XY didapatkan. Sebagai
tambahan, mola sempurna memperlihatkan peningkatan ekspresi (dibandingkan
dengan plasenta normal) dari beberapa faktor pertumbuhan termasuk c-myc,
epidermal growth factor, dan c-erb B-2
Mola Parsial: Jaringan fetus biasanya ditemukan dalam bentuk amnion dan sel
darah merah janin. Hydropic villi dan proliferasi trophoblastic juga ditemukan
4. Uji Sonde
Sonde (penduga rahim) dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam kanalis
servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar setelah ditarik
sedikit, bila tetap tidak ada tahanan, kemungkinan mola (cara Acosta-Sison)
B. Diagnosis
Working diagnose
Mola hidatidosa
Hamil anggur atau mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal berupa tumor jinak
yang terjadi sebagai akibat kegagalan pembentukan “bakal janin”, sehingga
terbentuk jaringan permukaan membran (vili) mirip gerombolan buah anggur.Tumor
jinak mirip anggur tersebut asalnya dari trofoblas, yakni sel bagian tepi ovum atau
sel telur, yang telah dibuahi, yang nantinya melekat di dinding rahim dan menjadi
plasenta (tembuni) serta membran yang memberi makan hasil pembuahan.
Mola hidatidosa dapat dibagi menjadi :
Mola Hidatidosa Sempurna
Villi korionik berubah menjadi suatu massa vesikel – vesikel jernih. Ukuran
vesikel bervariasi dari yang sulit dilihat, berdiameter sampai beberapa
sentimeter dan sering berkelompok – kelompok menggantung pada tangkai
kecil.
Temuan Histologik ditandai oleh:
Degenerasi hidrofobik dan pembengkakan Stroma Vilus
Tidak adanya pembuluh darah di vilus yang membengkak
Proliferasi epitel tropoblas dengan derajat bervariasi
Tidak adanya janin dan amnion.
Mola sempurna tidak memiliki jaringan fetus. 90% merupakan genotip 46XX
dan sisanya 46XY. Vili korionik berubah menjadi suatu massa vesikel-vesikel
jernih.
Mola sempurna dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu :
1. Sempurna androgenetic
a. Homozygous
- Merupakan 80% dari kejadian mola sempurna.
- Dua komplemen kromosom paternal identik, didapatkan dari
duplikasi kromosom haploid seluruhnya dari ayah.
- Selalu perempuan; 46,YY tidak pernah ditemukan
b. Heterozygous
- Merupakan 20% dari kejadian mola sempurna.
- Dapat laki-laki atau perempuan.
- Semua kromosom berasal dari kedua orang tua, kemungkinan besar
terjadi karena pembuahan dua sperma.
2. Mola sempurna biparental
Genotip ayah dan ibu terlihat namun gen maternal gagal mempengaruhi
janin sehingga hanya gen paternal yang terekspresi.
- Mola sempurna biparental jarang ditemukan.
- Bentuk rekuren mola biparental (yang merupakan familial dan
sepertinya diturunkan sebagai autosomal resesif) pernah ditemukan.
Al-Hussaini menjelaskan seri 5 wanita dengan 9 kehamilan mola
berturut-turut.
- Telah ditemukan daerah kromosom yang menjadi calon yaitu 19q13.
Presentasi klinis yang tipikal pada kehamilan mola sempurna dapat di
diagnosis pada trimester pertama sebelum onset gejala dan tanda
muncul.
- Perdarahan vagina : Gejala yang paling sering terjadi pada mola
sempurna yaitu perdarahan vagina. Jaringan mola terpisah dari desidua
dan menyebabkan perdarahan. Uterus dapat menjadi membesar akibat
darah yang jumlahnya besar dan cairan merah gelap dapat keluar dari
vagina. Gejala ini terjadi pada 97% kasus Mola hidatidosa.
- Hiperemesis: Pasien juga melaporkan mual dan muntah yang hebat. Ini
diakibatkan peningkatan kadar human chorionic gonadotropin (HCG).
- Hiperthyroidisme: Sekitar 7% pasien juga datang dengan takikardia,
tremor, dan kulit hangat
Mola Hidatidosa Parsial
Apabila perubahan hidatidosa bersifat fokal dan kurang berkembang, dan
mungkin tampak sebagai jaringan janin. Terjadi perkembangan hidatidosa yang
berlangsung lambat pada sebagian villi yang biasanya avaskular, sementara
villi–villi berpembuluh lainnya dengan sirkulasi janin plasenta yang masih
berfungsi tidak terkena. Pasien dengan mola parsial tidak memiliki manifestasi
klinis yang sama pada mola sempurna. Pasien ini biasanya datang dengan tanda
dan gejala yang mirip dengan aborsi inkomplit atau missed abortion yakni
Perdarahan vagina dan hilangnya denyut jantung janin, Pada mola parsial,
jaringan fetus biasanya didapatkan, eritrosit dan pembuluh darah fetus pada villi
merupakan penemuan yang seringkali ada. Komplemen kromosomnya yaitu
XXX atau XXY. Ini diakibatkan dari fertilisasi ovum haploid dan duplikasi
kromosom haploid paternal atau akibat pembuahan dua sperma. Tetraploidi juga
biasa didapatkan. Seperti pada mola sempurna, ditemukan jaringan trofoblastik
hyperplasia dan pembengkakan villi chorionic.
Differential Diagnose
Kehamilan ganda
Merupakan suatu kehamilan dengan dua janin atau lebih. Untuk mempertimbangkan
ketepatan diagnosis, haruslah difikirkan kemungkinan kehamilan kembar bila
didapatkan hal-hal berikut : (1) besarnya uterus melebihi lamanya amenore (2) uterus
bertambah lebih cepat dari biasanya (3) penambahan berat badan ibu yang mencolok
yang tidak disebabkan edema atau obesitas (4) banyak bagian kecil teraba (5) teraba
bagian besar janin (6) teraba dua balotemen. Diagnosis pasti dapat ditentukan dengan
(1) terabanya 2 kepala, 2 bokong dan satu atau dua punggung (2) terdengar dua
denyut jantung yang letaknya berjauhan dengan perbedaan kecepatan paling sedikit
10 denyut permenit (3) sonogram dapat membuat diagnosis kehamilan kembar pada
triwulan pertama (4) roentgen foto pada abdomen.
Hidramnion
Hidramnion atau kadang-kadang disebut juga polihidramnion adalah keadaan dimana
banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc. Sampai sekarang etiologi hidramnion belum
jelas, tetapi diketahui bahwa hidramnion terjadi bila produksi air ketuban bertambah,
bila pengeluaran air ketuban terganggu atau kedua-duanya. Gejala hidramnion terjadi
semata-mata karena faktor mekanik sebagai akibat penekanan uterus yang besar
kepada organ-organ sekitarnya. Uterus yang besar akan menekan diafragma sehingga
si wanita merasa sesak. Penekanan vena-vena yang besar menyebabkan edem
terutama pada kedua tungkai, vulva dan abdomen. Diagnosis hidramnion mudah
ditegakkan apabila ditemukan uterus yang lebih besar dari tua kehamilan, bagian dan
detak jantung janin sukar ditentukan. Bila meragukan dapat dilakukanpemeriksaan
radiologik atau ultrasonografi.
Abortus
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
diluar kandungan dan sebagai batasan digunakan kehamilan kurang dari 20 minggu
atau berat janin kurang dari 500 gram. Abortus harus diduga bila seorang wanita
dalam masa reproduksi mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami
haid terlambat, sering terdapat pula rasa mules. Kecurigaan tersebut diperkuat dengan
ditemukannya kehamilan muda pada pemeriksaan bimanual dan dengan tes
kehamilan. Pada pemeriksaan USG tampak daerah anekhoik didalam kavum uteri
yang bentuknya kadang-kadang menyerupai kantong gestasi, sehingga dapat
disalahtafsirkan sebagai kehamilan ganda. Derah anekhoik tersebut berasal dari
perdarahan subkorionik. Gambaran USG pada abortus inkomplitus tidak spesifik.
Tergantung dari usia gestasi dan banyaknya sisa jaringan konsepsi uterus mungkin
masih memebesar, walaupun tidak sesuai lagi dengan usia kehamilan. Kavum uteri
mungkin berisi kantong gestasi yang bentuknya tidak utuh lagi.
Mola invasif dan choriocarcinoma
Klasifikasi berbagai degenerasi maligna dari MH yang sederhana : Mola Hidatidosa
Perubahan neoplastik derajat sedang : Invasif mole Mola destruktif Villous carcinoma
Choriocarcinoma
Mola Invasif dan Choriocarcinoma adalah keadaan yang jarang terjadi Gejala &
Tanda sama dengan Mola Hidatidosa namun sering disertai dengan metastase lokal
atau jauh ( paru : hemoptoe ; perdarahan serebral ) Gambaran histologi sangat
bervariasi Semakin ganas maka iregularitas seluler semakin nyata dan terdapat
aktivitas mitotik yang hebat Choriocarcinoma sering dijumpai pada kehamilan muda
disertai dengan mola hidatidosa atau bahkan dengan kehamilan normal
Perubahan keganasan mola 1 : 10 kasus biasanya dalam waktu 6 bulan Perubahan
keganasan pasca abortus dan pasca persalinan normal = 1 : 5000 kasus Resiko tinggi
mengalamai keganasan : Usia > 40 tahun Kadar hCG sangat tinggi > 100.000 IU / ml
Ukuran kista Theca Lutein > 6 cm Terapi : kemoterapi dan follow-up
C. Etiologi
Mola hidatifosa berasal dari plasenta dan/atau jaringan janin sehingga hanya mungkin
terjadi pada awal kehamilan. Massa biasanya terdiri dari bahan-bahan plasenta yang
tumbuh tak terkendali. Sering tidak ditemukan janin sama sekali.
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor penyebab yang
paling mungkin adalah :
1. Faktor ovum
Ovum memang sudah patologik sehingga mati , tetapi terlambat dikeluarkan.
2. Imunoselektif dari tropoblast
Dengan kematian fetus, pembuluh darah pada stroma villi menjadi jarang dan stroma
villi menjadi sembab dan akhirnya terjadi hyperplasia sel-sel trofoblast
3. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah
Keadaan sosial ekonomi akan berpengaruh terhadap pemenuhan gizi ibu yang pada
akhirnya akan mempengaruhi pembentukan ovum abnormal yang mengarah pada
terbentuknya mola hidatidosa
4. Paritas tinggi ibu
Dengan paritas tinggi, memiliki kemungkinan terjadinya abnormalitas pada
kehamilan berikutnya, sehingga ada kemungkinan kehamilan berkembang menjadi
mola hidatidosa
5. Kekurangan protein
Sesuai dengan fungsi protein untuk pembentukan jaringan atau fetus sehingga apabila
terjadi kekurangan protein saat hamil menyebabkan gangguan pembentukan fetus
secara sempurna yang menimbulkan jonjot-jonjot korion.
6. Infeksi virus
7. Sitogenetika
Mola hidatidosa komplet berasal dari genom paternal (genotipe 46 xx sering, 46 xy
jarang, tapi 46 xy nya berasal dari reduplikasi haploid sperma dan tanpa kromosom
dari ovum). Mola parsial mempunyai 69 kromosom 2 haploid paternal dan 1 haploid
maternal (triploid, 69 xxx atau 69 xxy dari 1 haploid ovum dan lainnya reduplikasi
haploid paternal dari satu sperma atau fertilisasi dispermia)
8. Usia
Mola hidatidosa lebih umum terjadi pada usia reproduktif yaitu wanita di bawah usia
20 tahun atau pada usia perimenopause (di atas 34 tahun). Wanita yang berusia lebih
dari 35 tahun memiliki peningkatan resiko 2 kali lipat, sedangkan wanita berusia lebih
dari 40 tahun mengalami peningkatan resiko 7 kali lipat dibandingkan wanita yang
lebih muda.
9. Riwayat kehamilan mola sebelumnya
Beberapa peneliti mendapatkan bahwa resiko mola hidatidosa naik pada wanita yang
pernah menderita kehamilan mola hidatidosa (4-5 kali resiko kehamilan mola
hidatidosa pertama).
10. Kehamilan ganda
Wanita yang hamil kembar meningkatkan resiko mola hidatidosa.
11. Golongan darah
Berdasarkan klinis penelitian didapatkan pada golongan darah O (42,9 %), B (30,5
%), A (21,2 %) dan AB (5,4 %).
D. Epidemiologi
Di negara barat (USA), frekuensi mola hidatidosa mempengaruhi 1 per 1000-2000
kehamilan. Frekuensi mola umumnya pada wanita di Asia lebih tinggi (1 atas 120
kehamilan) daripada wanita di negara-negara barat (1 atas 2000). Secara internasional, di
negara-negara Asia tingkat kejadiannya 15 kali lebih tinggi dibandingkan negara barat.
Insidensi tertinggi mola hidatidosa ada di Asia tenggara, Indonesia, India dan Turki
dengan rata-rata kejadian 2-12 insiden per 1000 kehamilan, di Amerika utara dan Eropa
insidensinya lebih rendah yakni 0,5-1 per 1000 kehamilan. Insidensi terendah terdapat di
Jepang, Korea dan Taiwan. Laksmi Sintari dan kawan-kawan melakukan penelitian
berdasarkan populasi di Malang dan menemukan angka untuk mola hidatidosa 2,47:1000
atau 1:405 persalinan. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan negara-negara barat,
dimana insidensinya berkisar 1:1000 sampai 1:2500 kehamilan.
Mola hidatidosa lebih sering terjadi pada puncak umur reproduktif. Wanita pada umur
remaja muda atau premenopausal yang paling beresiko. Wanita dengan umur 35 tahun
keatas memiliki peningkatan resiko 3 kali lipat. Wanita lebih tua dari 40 tahun mengalami
peningkatan sebanyak 7 kali lipat dibandingkan wanita yang lebih mudah. Seberapa
banyak partus sepertinya tidak mempengaruhi resiko.
Pada pasien dengan mola hidatidosa, 20% kasus berkembang menjadi keganasan
trophoblastik. Setelah mola sempurna berkembang, invasi uterus terjadi pada 15%pasien
dan metastasis terjadi pada 4% kasus. Tidak ada kasus choriocarcinoma yang dilaporkan
berasal dari mola parcial, walaupun pada 4% pasien dengan mola parsial dapat
berkembang penyakit trofoblastik gestasional persisten nonmetastatik yang membutuhkan
kemoterapi.
E. Patofisiologi
Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi :
1. Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin
2. Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin.
Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit
trofoblast :
Teori missed abortion.
Mudigah mati pada kehamilan 3 -5 minggu (missed abortion). Karena itu terjadi
gangguan peredaran darah sehingga terjadi penimbunan cairan dalam jaringan mesenkim
dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung. Menurut Reynolds, kematian
mudigah itu disebabkan kekurangan gizi berupa asam folik dan histidine pada kehamilan
hari ke 13 dan 21. Hal ini kemudian mengakibatkan gangguan angiogenesis.
Teori neoplasma dari Park.
Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi
reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehingga timbul gelembung. Hal ini
menyebabkan gangguan peredaran darah dan kematian mudigah.
Studi dari He\rtig
Studi dari Hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat
akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tiak adanya embrio komplit pada
minggu ke tiga dan ke lima. Adanya sirkulasi maternal yang terus menerus dan tidak
adanya fetus menyebabkan trofoblast berproliferasi dan melakukan fungsinya selama
pembentukan cairan.
F. Manifestasi Klinis
Gejala yang dapat ditemukan pada mola hidatidosa adalah:
1. Adanya tanda-tanda kehamilan disertai dengan perdarahan pervaginam.
Perdarahan timbul mulai kehamilan 8 minggu, berwarna merah segar karena berasal
dari jaringan mola yang lepas dari dinding uterus. Kadang-kadang timbul bekuan
darah yang tersimpan dalam kavum uterus yang kemudian akan mencair dan keluar
berwarna merah ungu akibat proses oksidasi. Perdarahan biasanya intermitten,
sedikit-sedikit atau sekaligus banyak sehingga menyebabkan syok atau kematian,
oleh karena itu umumnya pasien mola hidatidosa masuk rumah sakit dalam keadaan
anemia. Perdarahan uterus abnormal yang bervariasi dari spotting sampai perdarahan
hebat merupakan gejala yang paling khas dari kehamilan mola dan pertama kali
terlihat antara minggu keenam dan kedelapan setelah amenore. Sekret berdarah yang
kontinyu atau intermitten dapat berkaitan dengan keluarnya vesikel-vesikel yang
menyerupai buah anggur.
2. Hiperemesis gravidarum, yang ditandai dengan nausea dan vomiting yang berat.
Keluhan hiperemesis terdapat pada 14-18% kasus pada kehamilan kurang dari 24
minggu dan keluhan mual muntah terdapat pada mola hidatidosa dengan tinggi
fundus uteri lebih dari 24 minggu.
3. Tanda toksemia/ pre-eklampsia pada kehamilan trimester I
Kejadian preeklampsia cukup tinggi yaitu 20-26% kasus. Pada kehamilan normal,
preeklampsia timbul setelah kehamilan 20 minggu, namun pada mola hidatidosa
dapat terjadi lebih dini.
4. Kista lutein unilateral/bilateral
Mola hidatidosa sering disertai dengan kista lutein ±15% kasus. Umumnya kista ini
segera menghilang setelah jaringan mola dikeluarkan, tetapi ada juga kasus-kasus
dimana kista lutein baru ditemukan pada waktu follow up. Kista lutein dapat
menimbulkan gejala abdominal akut karena torsi atau pecah. Kista berisi cairan
serosanguineous dan strukturnya multilokulare. Bila uterusnya besar, maka kista ini
sukar diraba namun dapat diketahui dari pemeriksaan ultrasonografi. Kista menjadi
normal dalam waktu 2-4 bulan setelah dievakuasi. Kasus mola dengan kista lutein
mempunyai resiko 4 kali lebih besar untuk mendapatkan degenerasi keganasan
dikemudian hari dari pada kasus-kasus tanpa kista.
5. Umumya uterus lebih besar dari usia kehamilan
Lebih dari separuh penderita mola hidatidosa memiliki uterus yang lebih besar dari
usia kehamilannya. Bila uterus diraba, akan terasa lembek karena miometrium
teregang oleh gelembung-gelembung mola dan bekuan darah.
6. Tidak terdengar denyut jantung janin
7. Tidak dirasakan tanda-tanda adanya gerakan janin, tidak teraba bagian janin
(balottement), kecuali pada mola parsial
8. Kadar gonadotropin korion tinggi dalam darah dan urin
9. Emboli paru.
Penyulit lain yang mungkin terjadi ialah emboli sel trofoblas ke paru-paru.
Sebetulnya pada tiap kehamilan selalu ada migrasi sel trofoblas ke peredaran darah
kemudian ke paru-paru tanpa memberikan gejala apa-apa tetapi pada mola kadang-
kadang jumlah sel trofoblas ini demikian banyak sehingga dapat menimbulkan
emboli paru-paru akut yang bisa menyebabkan kematian.
10. Keluar jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan (tidak selalu ada), yang
merupakan diagnosa pasti.
11. Kadang-kadang disertai gejala lain yang tidak berhubungan dengan keluhan
obstetri, seperti tirotoksikosis, perdarahan gastrointestinal, dekompensasi kordis,
perdarahan intrakranial, perdarahan gastrointestinal, dan hemoptoe.
Hipertiroidisme pada mola hidatidosa dapat berkembang dengan cepat menjadi
tirotoksikosis. Berbeda dengan tirotoksikosis pada penyakit tiroid, tirotoksikosis
pada mola hidatidosa muncul lebih cepat dan gambaran klinisnya berbeda. Mola
yang disertai tirotoksikosis mempunyai prognosis yang lebih buruk, baik dari segi
kematian maupun kemungkinan terjadinya keganasan. Biasanya penderita
meninggal karena krisis tiroid.
Pemicu tirotoksikosis pada mola hidatidosa adalah tingginya kadar hCG. Diagnosis
tirotoksikosis pada mola hidatidosa sangat penting dan perlu ditanggulangi dahulu
sebelum dilakukan evakuasi jaringan molanya karena bila tidak segera dilakukan,
upaya evakuasi jaringan mola dapat menimbulkan kematian penderita akibat krisis
tiroid dan payah jantung akut. Adanya tirotoksikosis pada penderita mola dapat
diduga apabila terdapat gejala-gejala seperti nadi istirahat >100x/menit tanpa sebab-
sebab lain yang jelas.
Tirotoksikosis merupakan salah satu penyebab kematian penderita mola. Kariadi
menemukan bahwa kadar ß-hCG serum (RIA) > 300.000 ml pada penderita mola
sebelum jaringan molanya dievakuasi. Hal ini merupakan faktor risiko yang sangat
bermakna untuk terjadinya tirotoksikosis. Hipertiroid dapat diketahui secara klinis
terutama bila tidak terdapat fasilitas pemeriksaan T3 dan T4, yaitu dengan
menggunakan Indeks Wayne.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada mola hidatidosa terdiri atas 4 tahap, yaitu:
Perbaikan keadaan umum
Yang termasuk usaha ini misalnya pemberian transfuse darah untuk memperbaiki
syok atau anemia dan menghilangkan atau mengurangi penyulit seperti pre-
eklampsia atau tirotoksikosis, koreksi dehidrasi.
Pengeluaran jaringan mola
Ada 2 cara yaitu:
1. Vakum kuretase
Setelah keadaan umum diperbaiki dilakukan vakum kuretase tanpa pembiusan.
Untuk memperbaiki kontraksi diberikan pula uterotonika. Vakum kuretase
dilanjutkan dengan kuretase dengan menggunakan sendok kuret biasa yang
tumpul. Tindakan kuret cukup dilakukan 1 kali saja, asal bersih. Kuret kedua
hanya dilakukan bila ada indikasi.
2. Histerektomi
Tindakan ini dilakukan pada perempuan yang telah cukup umur dan cukup
mempunyai anak. Alasan untuk melakukan histerektomi ialah karena umur tua
dan paritas tinggi merupakan factor predisposisi untuk terjadinya keganasan.
Batasan yang dipakai adalah umur 35 tahun dengan anak hidup tiga.
Penanganan awal kehamilan mola :
Jika diagnosa kehamilan mola telah ditegakkan, lakukan evaluasi uterus :
1. Jika dibutuhkan dilatasi serviks, gunakkan blok paraservikal.
2. Pengosongan dengan aspirasi vakum manuaal lebih aman daripada kuretase
tajam. Resiko perforasi dengan menggunakan kuret tajam cukup tinggi.
3. Jika sumber vakum adalah tabung manual,, siapkan peralatan aspirasi vakum
manual minimal 3 set agar dapat digunakan secara bergantian hingga
pengosongan kavum uteri selesai. Isi uterus cukup banyak tetapi penting untuk
cepat dikosongkan.
Penanganan selanjutnya kehamilan mola :
1. Pasien dianjurkan untuk menggunakan konntrasepsi hormonal (apabila masih
ingin anak) atau tubektomi apabila ingin menghentikan fertilitas.
2. Lakukan pemantauan setiap 8 minggu selaama minimal 1 tahun pasca evakuasi
dengan menggunakan tes kehamilan dengan urin karena adanya resiko
timbulnya penyakit trofoblas yang menetap atau khoriokarsinoma. Jika tes
kehamilan dengan urin tidak negatif setelah 8 minggu atau menjadi positif
kembali dalam 2 tahun pertama, rujuk ke pusat kesehatan tersier untuk
pemantauan dan penanganan lebih lanjut.
H. Komplikasi
1. Perforasi uterus selama kuretase suction biasanya terjadi karena uterus besar dan tipis.
Jika perforasi diketahui, prosedur sebaiknya diselesaikan dengan bantuan
laparoskopik
2. Perdarahan merupakan komplikasi yang sering terjadi selama evakuasi kehamilan
mola. Karena alasan ini, oxytocin intravena sebaiknya dilakukan sebelum memulai
prosedur. Methergine dan/atau Hemabate sebaiknya tersedia. Golongan darah pasien
sebaiknya telah diketahui untuk mempersiapkan sekiranya dibutuhkan transfuse.
3. Penyakit trophoblastik malignan terjadi pada 20% kehamilan mola. Karena alasan ini,
pemeriksaan hCG kuantitatif serial dilakukan selama 1 tahun pasca-evakuasi sampai
hasilnya negative.
4. Faktor pertumbuhan yang dilepaskan oleh jaringan molar memiliki aktifitas
fibrinolytik. Semua pasien sebaiknya di-skrining untuk kemungkinan terjadinya
disseminated intravascular coagulopathy (DIC).
5. Emboli trophoblastic dipercaya merupakan penyebab dari insufisiensi pernapasan
akut. Faktor resiko terbesar adalah uterus lebih besar daripada yang diharapkan untuk
umur gestasi 16 minggu. Keadaan ini dapat fatal.
I. Pencegahan
Karena pengertian dan penyebab dari mola masih belum diketahui secara pasti maka
kejadian mola hidatidosa sulit untuk dicegah. Bagaimanapun juga, nutrisi ibu yang baik
dapat menurunkan risiko terjadinya mola.
J. Prognosis
1. Karena diagnosis dini dan penatalaksanaan yang tepat, kematian dari mola hidatiformis
pada saat ini belum dilaporkan. Sekitar 20% wanita dengan mola sempurna mengalami
malignansi trophoblastik, Malignansi trophoblastik gestasional 100% dapat
disembuhkan.
2. Faktor kinis yang dikaitkan dengan resiko malignansi yaitu umur tua pada saat
kehamilan, kadar HCG yang meningkat (>100,000 mIU/mL), eklampsia,
hiperthyroidisme, dan kista teka lutein bilateral5 Kebanyakan dari faktor ini
mengindikasikan adanya proliferasi trophoblastik. Memprediksi siapa yang akan
mendapatkan penyakit trofoblastik gestasional masih sulit dilakukan, dan
penatalaksanaan sebaiknya tidak hanya berdasarkan dari adanya faktor resiko tersebut.
3. Hampir kira-kira 20% wanita dengan kehamilan mola komplet berkembang menjadi
penyakit trofoblastik ganas. Penyakit trofoblas ganas saat ini 100% dapat diobati.
Faktor klinis yang berhubungan dengan resiko keganasan seperti umur penderita yang
tua, kadar hCG yang tinggi (>100.000mIU/mL),eclamsia,hipertiroidisme, dan kista
teka lutein bilateral. Kebanyakan faktor-faktor ini muncul sebagai akibat dari jumlah
proliferasi trofoblas. Untuk memprediksikan perkembangan mola hidatidosa menjadi
PTG masih cukup sulit dan keputusan terapi sebaiknya tidak hanya berdasarkan ada
atau tidaknya faktor-faktor risiko ini. Risiko terjadinya rekurensi adalah sangat sekitar
1-2%. Setelah 2 atau lebih kehamilan mola, maka risiko rekurensinya menjadi 1/6,5
sampai 1/17,5.
Daftar Pustaka
1. Lukas E, Djuanna AA. Mola hidatidosa. Dalam : Pedoman diagnosis dan terapi
obstetric dan ginekologi. EditorManoe IMSM, Rauf S, Usmany H. Ujung Pandang :
Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin ; 1999.
p.108-11
2. Mansjoer. A. Dkk., Kelainan pada Kehamilan. Dalam Kapita Selekta Kedokteran.
Edisi ketiga, Jilid Pertama. Penerbit Media Aesculapius Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta., 2001. 265 – 67
3. Kampono N. Sjamsuddin S. Penyakit Trofoblastik Gestational (PTG).
http://www.geocities.com., last up dated Mei, 2004
4. Martaadisoebrata. Penyakit serta Kelainan Plasenta dan Selaput Janin dalam
Wiknyosastro Saifuddin AB, Rachimhadhi T, eds. Ilmu Kebidanan. Ed. III. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. 1991. 339-354.
5. Pengurus Besar POGI. Standar Pelayanan Medik Obstetri & Ginekologi. Bag. 1.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI 1995. 41-45.
6. Disaia PJ, Creasman WT, Gestational Trophoblastic Neoplasia. in : Clinical
Gynecology Oncology 4th ed. Missouri : Mosby Year Book. 1993. 210-237.
7. Cunningham F, Mac. Donald PC, Gant NF. Disease and Abnormalities of the
Placenta and Fetal Membranes. in : William's Obstetrics 18th ed. Connecticut :
Appleton & Lange. 1989. 540-553.
8. Martaadisoebrata. Epidemiologi & Perkembangan Penanggulangan Penyakit
Trofoblas. Bandung : Kanwil Depkes Jawa Barat, Yayasan Kanker Indonesia. 1987.
11-40.
9. Budi A., Muin A., Lukas E., Djuanna A. Penatalaksanaan Penyakit Trofoblas
Kehamilan. Makassar : Bagian Obstetri & Ginekologi FKUH UP. 1995.
10. Mola hidatosa diunduh dari http://www.klikdokter.com/illness/detail/132 (2008)
11. Askep Mola Hidatidosa diunduh dari
http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/07/askep-mola-hidatidosa/ (2009)
12. Mola Hidatidosa (Hamil Anggur) diunduh dari
http://medicastore.com/penyakit/893/Mola_Hidatidosa_Hamil_Anggur.html (2007)
13. Mola Hidatidosa diunduh dari
http://botefilia.com/index.php/archives/2009/01/11/mola-hidatidosa/ (2009)
14. Mola Hidatidosa diunduh dari
http://yudhim.blogspot.com/2008/01/molahidatidosa.html (2008)
15. Mola Hidatidosa diunduh dari http://ezcobar.com/dokter-online/dokter15/index.php?
option=com_content&view=article&id=213:mola-hidatidosa&catid=41:ibu-a-
anak&Itemid=55 (2007)
16. Mola Hidatidosa diunduh dari http://cetrione.blogspot.com/2008/06/mola-
hidatidosa.html (2008)
17. kehamilan mola hidatidosa diunduh dari http://www.medicalera.com/index.php?
option=com_myblog&show=kehamilan-mola-hidatidosa.html&Itemid=314 (2010)
18. Mola Hidatidosa diunduh dari http://www.akbidnet.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=34:mola-
hidatidosa&catid=32:genekologi&Itemid=86 (2006)
19. Mola Hidatidosa (Hamil Anggur) diunduh dari
http://anugerahsehat.blogspot.com/2009/05/mola-hidatidosa-hamil-anggur.html
(2009)
20. 24 MINGGU DENGAN MOLA HIDATIDOSA diunduh dari
http://ayurai.wordpress.com/2009/03/14/giip10001-uk-24-minggu-dengan-mola-
hidatidosa/ (2009)
21. mola hidatidosa diunduh dari http://theeyebrow.blogspot.com/2008/01/mola-
hidatidosa.html (2008)
22. Mola hidatidosa (hamil anggur) diunduh dari
http://sembiring-jo.blogspot.com/2009/11/mola-hidatidosa-hamil-anggur.html (2009)
23. Mola Hidatidosa diunduh dari http://cahrun.blogspot.com/2009/10/mola-
hidatidosa.html (2009)