MAKALAH MATERNITAS (MOLA HIDATIDOSA).doc

download MAKALAH MATERNITAS (MOLA HIDATIDOSA).doc

of 32

Transcript of MAKALAH MATERNITAS (MOLA HIDATIDOSA).doc

KATA PENGANTAR

MAKALAH MATERNITASMOLA HIDATIDOSA

OLEH KELOMPOK II1. AUZAN MUTAQIN 07.610.115.013

2. AZIZ AWALUDIN 07.610.115.014

3. DYAH ANUGRAH P 07.610.115.015

4. DIAH AYU P

07.610.115.016

5. DIAN OKTA P

07.610.115.017

6. DODIK PRAMANTO 07.610.115.018

7. DWI HAPSARI

07.610.115.019

8. EMILATUN NIKMAH 07.610.115.020

9. ERA MAZIRO A.

07.610.115.021

10. FERLINA

07.610.115.022

11. HANDRIK TINATA07.610.115.023

12. HOLIFAH

07.610.115.024

PRODI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

KATA PENGANTARPuji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis, sehingga makalah yang berjudul PERSALINAN MOLA ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana.

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas keperawatan maternitas semester IV, makalah ini memberikan gambaran tentang persalinan yang berbentuk mola dan asuhan keperawatannya.Dalam penjelasan makalah ini, penulis dapat bantuan dari beberapa pihak. Untuk itu, penulis ucapkan terima kasih kepada:

1.Yuanita S.kep Ns selaku dosen mata kuliah keperawatan anak di D3 keperawatan semester IV UM Surabaya.

2.Teman-teman semester IV serta semua pihak yang telah membantu penulis

Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. untuk itu saran dan kritik pembaca sangat diharapkan, atas saran dan kritiknya, penulis ucapkan terima kasih.

Surabaya, April 2009

penulisBAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPenyakit trophoblastic gestasional mencakup beberapa proses penyakit yang berasal dari plasenta. Ini termasuk mola sempurna atau parsial, tumor plasenta trophoblastik gestasional, choriocarcinoma, dan mola invasive..

Hampir semua wanita dengan penyakit trophoblastic gestasional yang malignan dapat disembuhkan dengan mempertahankan fungsi reproduksi. Diskusi berikut terbatas pada mola hidatidosa.

Kehamilan mola secara histologis ditandai dengan kelainan vili khorionik yang terdiri dari proliferasi trofoblas dengan derajat bervariasi dan edema stroma vilus. Mola biasanya terletak di rongga uterus, namun kadang-kadang terletak di tuba fallopi dan bahkan ovarium.

1.2 Rumusan Masalah

Jelaskan pengertian mola hidatidosa itu sendiri

1.3 Tujuan

- mengerti tentang mola hidatidosa

- mengetahui sebab dari mola hidatidosa

- mengerti penatalaksanaan dari mola hidatidosa

1.4 Manfaat

- Mahasiswa/Mahasiswi mengerti tentang mola hidatidosa

- Mahasiswa/Mahasiswi mengetahui sebab dari mola hidatidosa

- Mahasiswa/Mahasiswi mengerti penatalaksanaan dari mola hidatidosaBAB IIPEMBAHASAN

2.1 MOLA

Mola Hidatidosa ialah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stroma villus korialis langka vaskularisasi dan edematus.

M0la itu sendiri ada macamnya yaitu

1.Mola hidatidosa komplet (MHK) merupakan kehamilan abnormal tanpa embrio yang seluruh vili korialisnya mengalami degenerasi hidropit yang menyerupai anggur. Mikroskopik tampak edema stroma vili tanpa vaskularisasi disertai hyperplasia dari kedua lapisan trofoblas. Secara sitogenetik umumnya bersifat diploid 46 XX, sebagai hasil pembuahan 1 ovum, tidak berinti atau intinya tidak aktif, dibuahi oleh sperma yang mengandung 23 x kromosom, yang kemudian mengadakan duplikasi menjadi 46 XX. Jadi, umumnya MHK bersifat homozigot, wanita dan berasal dari bapak (androgenetik).

Kadang-kadang pembuahan terjadi oleh 2 buah sperma 23X dan 23 Y (dispermi) sehingga terjadi 46 XX atau 46 XY. Disini, MHK bersifat heterozigot, tetapi tetap androgenetik dan bias terjadi, walaupun sangat jarang terjadi hamil kembar dizigotik, yang terdiri dari 1 bayi normal dan 1 lagi MHK.

2. Mola Hidatidosa Parsial (MHP) seperti pada MHK, tetapi disini masih ditemukan embrio yang biasanya mati pada masa dini. Degenerasi hidropik dari vili bersifat setempat, dan yang mengalami hiperplasi hanya sinsitio trofoblas saja. Gambaran yang khas adalah crinkling atau scalloping dari vilidan stomal trophoblastic inclusion.

2.2 PatofisiologiMola sempurna tidak memiliki jaringan fetus. 90% merupakan genotip 46XX dan sisanya 46XY. Vili korionik berubah menjadi suatu massa vesikel-vesikel jernih. Mola sempurna dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu : Mola sempurna androgenetic Homozygous Merupakan 80% dari kejadian mola sempurna. Dua komplemen kromosom paternal identik, didapatkan dari duplikasi kromosom haploid seluruhnya dari ayah. Selalu perempuan; 46,YY tidak pernah ditemukan Heterozygous Merupakan 20% dari kejadian mola sempurna. Dapat laki-laki atau perempuan. Semua kromosom berasal dari kedua orang tua, kemungkinan besar terjadi karena pembuahan dua sperma. Mola sempurna biparental: Genotip ayah dan ibu terlihat namun gen maternal gagal mempengaruhi janin sehingga hanya gen paternal yang terekspresi. Mola sempurna biparental jarang ditemukan. Bentuk rekuren mola biparental (yang merupakan familial dan sepertinya diturunkan sebagai autosomal resesif) pernah ditemukan. Al-Hussaini menjelaskan seri 5 wanita dengan 9 kehamilan mola berturut-turut. Telah ditemukan daerah kromosom yang menjadi calon yaitu 19q13..2, 3Pada mola parsial, jaringan fetus biasanya didapatkan. Eritrosit dan pembuluh darah fetus pada villi merupakan penemuan yang seringkali ada. Komplemen kromosomnya yaitu 69,XXX atau 69,XXY. Ini diakibatkan dari fertilisasi ovum haploid dan duplikasi kromosom haploid paternal atau akibat pembuahan dua sperma. Tetraploidi juga biasa didapatkan. Seperti pada mola sempurna, ditemukan jaringan trofoblastik hyperplasia dan pembengkakan villi chorionic.

2.3 FrekuensiAmerika Serikat

Pada negara-negara barat dan Amerika, mola terjadi pada 1 dari 1000-15000 kehamilan. Mola hidatidosa ditemukan secara tidak sengaja pada sekitar 1 dari 600 abortus therapeutic4, 5, 6 Insidensi

Secara umum dikatakan bahwa insidensi MH dinegara barat lebih rendah daripada Negara diasia dan beberapa Negara amerika latin, tapi angkanya sukar dibandingkan karena umumnya mereka menggunakan data populasi, sedangkan dinegara berkembang menggunakan data RS.

Insidensi mola hidatidosa dibeberapa Negara:

Amerika serikat

1:1000-1500 persalinan

Korea selatan

1:429-1:488 persalinan

Malasya

1:357 persalinan

Jepang

1:538 kelahiran hidup

Beberapa kabupaten jabar 1:28-105 persalinan

Beberapa kota Indonesia 1:51-141 kehamilanInternasionalPada negara Asia, jumlah kehamilanMola lebih banyak 15 kali dibandingkan pada Amerika Serikat. Jepang dilaporkan mempunyai 2 kasus dari 1000 kehamilan. Pada daerah timur Asia, beberapa sumber memperkirakan jumlah kehamilan mola hingga 1 kasus dari 120 kehamilan. Frekuensi kehamilan mola tertinggi ditemukan di Mexico, Iran, dan Indonesia.7Mortalitas/MorbiditasPada pasien dengan mola hidatidosa, 20% kasus berkembang menjadi keganasan trophoblastik. Setelah mola sempurna berkembang, invasi uterus terjadi pada 15%pasien dan metastasis terjadi pada 4% kasus. Tidak ada kasus choriocarcinoma yang dilaporkan berasal dari mola parcial, walaupun pada 4% pasien dengan mola parsial dapat berkembang penyakit trofoblastik gestasional persisten nonmetastatik yang membutuhkan kemoterapi.RasInsiden kehamilan mola beragam diantara kelompok-kelompok etnis dan biasanya tertinggi pada negara-negara Amerika Latin, Timur Tengah, dan Asia Timur.7UmurMola hidatidosa lebih sering terjadi pada puncak umur reproduktif. Wanita pada umur remaja muda atau premenopausal yang paling beresiko. Wanita dengan umur 35 tahun keatas memiliki peningkatan resiko 3 kali lipat. Wanita lebih tua dari 40 tahun mengalami peningkatan sebanyak 7 kali lipat dibandingkan wanita yang lebih mudah. Seberapa banyak partus sepertinya tidak mempengaruhi resiko.

Riwayat-Mola sempurna : Presentasi klinis yang tipikal pada kehamilan mola sempurna telah berubah dengan ditemukannya ultrasonography resolusi tinggi. Kebanyakan mola sekarang dapat didiagnosis pada trimester pertama sebelum onset gejala dan tanda muncul. -Perdarahan vagina : Gejala yang paling sering terjadi pada mola sempurna yaitu perdarahan vagina. Jaringan mola terpisah dari desidua dan menyebabkan perdarahan. Uterus dapat menjadi membesar akibat darah yang jumlahnya besar dan cairan merah gelap dapat keluar dari vagina. Gejala ini terjadi pada 97% kasus Mola hidatidosa. -Hiperemesis: Pasien juga melaporkan mual dan muntah yang hebat. Ini diakibatkan peningkatan kadar human chorionic gonadotropin (HCG). -Hiperthyroidisme: Sekitar 7% pasien juga datang dengan takikardia, tremor, dan kulit hangat-Mola Parsial : Pasien dengan mola parsial tidak memiliki manifestasi klinis yang sama pada mola sempurna. Pasien ini biasanya datang dengan tanda dan gejala yang mirip dengan aborsi inkomplit atau missed abortion. -Perdarahan vagina -Hilangnya denyut jantung janin

2.4 Penemuan Fisika.Mola sempurna Ukuran yang tidak sesuai dengan umur gestasi. Pembesaran uterus lebih besar daripada biasanya pada usia gestasi tertentu merupakan tanda yang klasik dari mola sempurna. Pembesaran tidak diharapkan disebabkan oleh pertumbuhan trofoblastik berlebih dan darah yang tertampung. Namun, pasien yang datang dengan ukuran sesuai dengan umur kehamilan bahkan lebih kecil tidak jarang ditemukan. -Preeklampsia: Sekitar 27% pasien dengan mola sempurna mengalami toxemia ditandai oleh adanya hipertensi (tekanan darah [BP] >140/90 mm Hg), proteinuria (>300 mg/d), dan edema dengan hyperreflexia. Kejang jarang terjadi.. -Kista teca lutein: Merupakan kista ovarium dengan diameter lebih besar dari 6cm dan diikuti dengan pembesaran ovarium. Kista ini biasanya tidak dapat dipalpasi pada pemeriksaan bimanual namun dapat teridentifikasi dengan USG. Pasien biasanya mengeluhkan nyeri pelvis. Karena adanya peningkatan ukuran ovarium, terdapat resiko torsi. Kista ini berkembang akibat adanya kadar beta-HCG yang tinggi dan kadarnya biasanya menurun setelah mola

Gambar 1. Contoh dari Mola Sempurna

b. Mola Parsial -Lebih sering tidak memperlihatkan tanda fisik. Paling sering ditemukan dengan USG -Pembesaran uterus dan preeklampsia dilaporkan terjadi hanya pada 3% kasus -Kista Theca lutein, hiperemesis, and hiperthyroidism jarang terjadi.

c. Mola Kembar

- Gestasi kembar dengan mola sempurna dan janin dengan plasenta normal telah dilaporkan. Kasus bayi lahir dengan sehat (dengan kembar mola) pada keadaan seperti ini juga pernah dilaporkan.

- Wanita dengan gestasi normal dan mola beresiko untuk menjadi persisten dan cenderung dapat bermetastasis. Mengakhiri kehamilan merupakan pilihan yang direkomendasikan. - Kehamilan dapat dilanjutkan selama status maternal stabil, tanpa perdarahan, thyrotoxikosis, atau hipertensi berat. Pasien sebaiknya diberi tahu mengenai resiko dari morbiditas maternal akibat komplikasi mola kembar. - Diagnosis genetic prenatal melalui sampling chorionic villus atau amniosentesis direkomendasikan untuk mengevaluasi kariotype fetus.

2.5 gambaran klinik

dapat dibagi 3 bagian yaitu :

1. keluhan utama, aminore, dan perdarahan pervaginam.

2. perubahan yang menyertai:

a. uterus lebih besar dari tuanya kehamilan.

b. Kadar hCG yang jauh lebih tinggi dari kehamilan biasa. Pada kehamilan biasa, kadar Hcg darah paling tinggi 100000 IU/L, sedangkan pada mola hidatidosa bias mencapai 5 juta IU/L.

c. Adanya kista lutein, baik unilateral maupun bilateral.

3. adanya penyulit :

a. preeklamsi

b. tirotoksikosis

c. emboli paru (jantung)

disamping hal-hal tersebut mola hidatidosa juga menunjukkan gambaran klinik, seperti kehamilan lain, misalnya mual, muntah dan makan kurang.

MHK mempunyai keluhan dan penyulit yang lebih besar dibandingkan dengan MHP.

Diagnosis

Kehamilan mola hidatidosa dapat diperkirakan bila ditemukan hal-hal tersebut dibawah ini :

1. amenore

2. perdarahan pervaginam

3. uterus lebih besar dari tuanya kehamilan

4. tidak ditemukan pasti kehamilan

5. kadar beta Hcg yang tinggi.

2.6 PenyebabDefisiensi lemak hewan dan karoten dapat menjadi faktor resiko

2.7 DIFFERENSIAL DIAGNOSIS

Hyperemesis GravidarumHypertensionHypertension, MalignantHyperthyroidism2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG

a.Pemeriksaan Laboratorium- Kadar beta-HCG kuantitatif: Kadar HCG lebih besar dari 100,000 mIU/mL mengindikasikan pertumbuhan trophoblastik sehat dan meningkatkan kecurigaan bahwa diagnosis kehamilan mola dapat disingkirkan. Kehamilan mola memiliki kadar HCG yang normal. [Penulis menemukan pada William Obstetric, terjadi peningkatan kadar HCG yang lebih dari biasanya daripada yang diperkirakan untuk tahap gestasinya, ] - Darah Rutin: Anemia merupakan komplikasi medis yang umum, dapat juga terjadi koagulopati. - Waktu perdarahan: Pemeriksaan fungsi ini untuk menyingkirkan diagnosis koagulopati dan mengatasinya jika ditemukan. a. Pemeriksaan fungsi hati b. Pemeriksaan Blood urea nitrogen (BUN) dan kreatinin c. Thyroxin: Walaupun wanita dengan kehamilan mola biasanya secara klinis euthyroid, kadar thyroxin plasma biasanya meningkat dari angka normal untuk kehamilan. Hyperthyroidisme dapat menjadi gejala utama. d. Serum inhibin A dan activin A: Serum inhibin A dan activin A telah memperlihatkan peningkatan 7 hingga 10 kali lebih besar pada kehamilan mola dibandingkan dari kehamilan normal pada usia kehamilan yang sama. Adanya penurunan inhibin A dan activin A setelah pengangkatan mola dapat berguna untuk memonitor remisi. 8b. Gambaran RadiologiUltrasonography merupakan baku emas untuk mengidentifikasi baik mola sempurna maupun parsial. Gambaran khas, dengan menggunakan teknologi USG pada umumnya, yaitu adanya pola badai salju (Snowstorm) mengindikasikan vili chorionik yang hydropic. USG resolusi tinggi memperlihatkan adanya massa kompleks intrauterin yang mengandung banyak kista-kista kecil. Ketika kehamilan mola di diagnosa, pemeriksaan thorax x-ray sebaiknya dilakukan. Paru-paru merupakan tempat metastasis paling utama terjadinya tumor trophoblastikc. Gambaran Histologik- Mola Sempurna: Jaringan fetus tidak ditemukan dan proliferasi trophoblastik berat, hydropic villi, dan kromosom 46,XX or 46,XY didapatkan. Sebagai tambahan, mola sempurna memperlihatkan peningkatan ekspresi (dibandingkan dengan plasenta normal) dari beberapa faktor pertumbuhan termasuk c-myc, epidermal growth factor, dan c-erb B-2. - Mola Parsial: Jaringan fetus biasanya ditemukan dalam bentuk amnion dan sel darah merah janin. Hydropic villi dan proliferasi trophoblastic juga ditemukan.

2.9 PENATALAKSANAAN

a.Perawatan Medis-Menstabilkan kondisi pasien - Transfusi jika anemia. - Mengkoreksi koagulopati. - Menangani hipertensi

b.Penanganan Operasi- Evakuasi uterus dengan dilasi dan kuretasi selalu penting dilakukan. - Induksi Prostaglandin atau oxytocin tidak direkomendasikan karena peningkatan resiko perdarahan dan sequele malignan. - Oxytocin intravena sebaiknya dimulai bersamaan dengan pelebaran serviks dan dilanjutkan setelah operasi untuk mengurangi kemungkinan perdarahan. Pertimbangan untuk menggunakan formula uterotonik lainnya (eg, Methergine, Hemabate) juga telah terjamin - Distress pernapasan biasanya diamati pada saat operasi. Ini mungkin disebabkan oleh emboli trophoblastic, Cardiac output yang tinggi disebabkan anemia, atau cairan berlebihan (iatrogenic). Distress sebaiknya ditangani secepat mungkin dibantu dengan ventilasi dan pengawasan

c.KonsultasiSpesialis Obgyn Oncology sebaiknya dimintai konsultasinya jika pasien memiliki resiko penyakit malignansi..

d.DietTidak ada diet khusus yang diperlukan

e. Aktivitas- Pasien dapat melanjutkan aktivitas yang dapat ditoleransi. - Mengistirahatkan Pelvis direkomendasikan selama 4-6 minggu setelah evakuasi uterus dan pasien diminta untuk tidak hamil dalam jangka waktu 12 bulan. Kontrasepsi adekuat direkomendasikan pada periode ini.

2.10 PENGOBATAN

Kemoterapi profilaksis untuk mola hidatidosa masih kontroversial. Kebanyakan wanita disembuhkan dengan pengangkatan mola,

Terapi

Karena mola hidatidosa adalah suatu kehamilan patologi dan tidak jarang disertai penylit yang membahayakan jiwa, pada prinsipnya harus segera dikeluarkan.

Terapimola hidatidosa terdiri dari 3 tahap:

1. perbaikan keadaan umum adalah tranfusi darah untuk mengatasi syok hipovolemik/ anemi, pengobatan terhadap penyulit, seperti preeklamsi berat atau tirotoksikosis. Setelah penderita stabil, baru dilakukan evakuasi.

2. evakuasi pada umumnya evakuasi jaringa mola dilakukan dengan kuret vakum, kemudian sisanya dibersihkan dengan kuret tajam. Tindakan kuret hanya dilakukan 1 kali. Kuret ulangan hanya dilakukan jika ada indikasi.

Pada kasus mola hidatidosa yang belum keluar gelembungnya, harus dipasang dahulu laminaria stift (12 jm sebelum kuret), sedangkan pada kasus yang sudah keluar gelembungnya, dapat segers dikuret setelah keadaan umumnya distabilkan. Bila perlu dapat diberi norkosis neuroleptik.

3. tindakan profilaksis adalah untuk mencegah terjadinya keganasan pasca mola pada mereka yang mempunyai factor resiko, seperti umur diatas 35 tahun atu gambaran PA yang mencurigakan.

Ada 2 cara yaitu :

a. histerektomo dengan jaringan mola in toto, atau beberapa hari pasca kuret. Tindakan ini dilakukan pada wanita dengan umur diatas 35 tahun serta anak cukup.

b. Sitostatika profilaksis. Diberikan pada mereka yang menolak histerektomo atau wanita muda dengan PA mencurigakan.

Caranya :

nethotrexate 20 mg/hari atau

acthinomicin D1 flc/hari, 5 hari berturut-turut.

2.11 FOLLOW-UP

Perawatan lanjut pasien rawat jalanJangka waktu follow up setelah kehamilan mola masih dalam investigasi. ACOG (American College of Obstetrician and Gynecologist) merekomendasikan : 9 Pemeriksaan kuantitatif kadar Beta-HCG serial sebaiknya dilakukan Lakukan pada 48 jam pertama setelah evakuasi uterus kemudian setiap 2 minggu sampai kadarnya dalam angka normal. Kadarnya biasanya menurun secara konsisten dan jarang meningkat. Jika kadarnya mencapai angka normal, periksa setiap bulan selama satu tahun Peningkatan kadar sebaiknya diikuti dengan pemeriksaan foto thorax dan pemeriksaan pelvis untuk mendeteksi dini metastasis. Kontrasepsi direkomendasikan selama 6 bulan hingga satu tahun setelah evakuasi Pasien dengan kehamilan mola parsial atau sempurna sebelumnya memiliki 10 kali lipat resiko untuk terkena mola kedua pada kehamilan berikutnya. Evaluasi semua kehamilan berikutnya lebih dini dengan USG. Pada penelitian retrospective dari 126 pasien (72 mola sempurna dan 54 mola parsial), 72 pasien melengkapi follow-up yang direkomendasikan dan 54 tidak melengkapi protocol standar.4 Pada penelitian lain dari 320 pasien juga ditemukan bahwa penyakit ini tidak terjadi kembali pada pasien yang kadar hCGnya tidak terdeteksi paling tidak 1 kali pemeriksaan.

Komplikasi- Perforasi uterus selama kuretase suction biasanya terjadi karena uterus besar dan tipis. Jika perforasi diketahui, prosedur sebaiknya diselesaikan dengan bantuan laparoskopik - Perdarahan merupakan komplikasi yang sering terjadi selama evakuasi kehamilan mola. Karena alas an ini, oxytocin intravena sebaiknya dilakukan sebelum memulai prosedur. Methergine dan/atau Hemabate sebaiknya tersedia. Golongan darah pasien sebaiknya telah diketahui untuk mempersiapkan sekiranya dibutuhkan transfuse. - Penyakit trophoblastik malignan terjadi pada 20% kehamilan mola. Karena alas an ini, pemeriksaan hCG kuantitatif serial dilakukan selama 1 tahun pasca-evakuasi sampai hasilnya negative. - Faktor pertumbuhan yang dilepaskan oleh jaringan molar memiliki aktifitas fibrinolytik. Semua pasien sebaiknya di-skrining untuk kemungkinan terjadinya disseminated intravascular coagulopathy (DIC). - Emboli trophoblastic dipercaya merupakan penyebab dari insufisiensi pernapasan akut. Faktor resiko terbesar adalah uterus lebih besar daripada yang diharapkan untuk umur gestasi 16 minggu. Keadaan ini dapat fatal.

2.12 Prognosis-Karena diagnosis dini dan penatalaksanaan yang tepat, kematian dari mola hidatiformis pada saat ini belum dilaporkan. Sekitar 20% wanita dengan mola sempurna mengalami malignansi trophoblastik, Malignansi trophoblastik gestasional 100% dapat disembuhkan.

- Faktor kinis yang dikaitkan dengan resiko malignansi yaitu umur tua pada saat kehamilan, kadar HCG yang meningkat (>100,000 mIU/mL), eklampsia, hiperthyroidisme, dan kista teka lutein bilateral5 Kebanyakan dari faktor ini mengindikasikan adanya proliferasi trophoblastik. Memprediksi siapa yang akan mendapatkan penyakit trofoblastik gestasional masih sulit dilakukan, dan penatalaksanaan sebaiknya tidak hanya berdasarkan dari adanya faktor resiko tersebut..

Resiko kematian/ kesakitan pada penderita mola hidatidosa meningkat karena perdarahan, perforasi uterus, preklamsi berat, tirotoksitosis atau infeksi. Akan tetapi , sekarang kematian karena mola hidatidosa sudah jarang sekali.

Segera setelah jaringan mola dikeluarkan, uterus akan mengecil, kadar hcg menurun dan akanmmencapai kadar normal sekitar 10-12 minggu paska evakuasi. Kista lutein juga akan mengecil lagi. Pada beberapa kasus pengecilan ini bias mengambil waktu beberapa bulan.

Sebagian besar penderita mola hodatidosa akan baik kembali setelah kuretasi. Bila hamil lagi, umumnya berjalan normal. Mola hidatidosa berulang dapat terjadi, tetapi jarang. Walaupun demikian, 15-20% dari penderita pascamola hidatidosa dapat mengalami degenerasi keganasan menjadi tumor trofoblas gestasional (TTG), baik berupa mola infasif, korio karsinoma maupun plasental site tropoblastik (PSTT)

Keganasan ini biasanya terjadi pada satu tahun pertama pasca evakuasi yang terbanyak dalam 6 bulan pertama. MHP lebih jarang menjadi ganas. Factor resio terjadinya TTG pasca mola hidatidosa adlah umur diatas 35 tahun, uterus diatas 20 minggu, kadar hCG preevakuasi diatas 100000 IU/L, dan kista lutein bilateralaskepMola Hidatidosa

1. Pengertian

Mola Hidatidosa ialah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stroma villus korialis langka vaskularisasi dan edematus.

2. Patofisiologis

Faktor Ovum, Imunoselektif dari Tropoblas, Sosial ekonomi yang rendah, Pariatas tinggi, Kekurangan protein, Infeksi virus, Faktor kromosom yang belum jelas.

Chorionic villi berganda

Membentuk gelembung-gelembung berisi cairan menyerupai buah anggur

Diferensiasi Proliferasi Gastrula + Blastula BlastocytUterus menjadi besar

Gelembung mola kelaur beserta darah

Pada molahidatinosa tidak terjadi deperensiasi tetapi hanya froliferasi sehingga pertumbuhan tidak terkendali pada sel-sel tropoblas yang mana vaskularisasi tidak mencukupi sehingga bagian pinggir akan nekrosis dan keluar menimbulkan gelembung mola (fluksus) yang akhirnya akan mengalami mola abortion.

3. Diagnosis :

Kehamilan mola hidatidosa akan didapatkan gambaran/tanda :

Seperti keluhan kehamilan muda

Dengan perubahan secara cepat menyebabkan TFU (tinggi Fundus uteri) lebih besar dari pada usia kehamilan dari pada umumnya. Sehingga pada keadaan ini harus dibedakan dari pada kehamilan gemmelli.

4. Therapi

Evakuasi, dengan persiapan khusus

Cairan /darah

Upaya dilatasi tujuan utama bila osteum uteri belum terbuka ( amnion 10 12 jam)

Drip oxcitosin untuk menambah kontraksi, ekspulsi, menurunkan perdarahan, mencegah perforasi kebelakang

Terapi supportif (antibiotika, transfusi, dll)

Monitor kadar HCG sampai 1 bulan :

Apakah ada mola

Apakah ada tanda-tanda keganasan /Chorio Ca.

Curret bisa menyebabka robeknya mukosa endometrium sehingga bila diberikan oksitoxin maka endometrium akan menebal.

Predisposisi terjadinya Molahidatinosa :

1. Kekurangan vitamin B 12

2. Imunologi

3. Gizi terganggu

I. PENGKAJIAN

A. AKTIVITAS

Kelemahan.

Kesulitan ambulasi.

B. SIRKULASI

Takikardia, berkeringat, pucat, hipotensi (tanda syok).

Edema jaringan.

C. ELIMINASI

Ketidakmampuan defekasi dan flatus.

Diare (kadang-kadang).

Cegukan; distensi abdomen; aabdomen diam.

Penurunan haluan urine, warna gelap.

Penurunan/tak ada bising usus (ileus); bunyi keras hilang timbul, bising usus kasar (obstruksi); kekakuan abdomen, nyeri tekan. Hiperesonan/timpani (ileus); hilang suara pekak diatas hati (udara bebas dalam abdomen).

D. CAIRAN

Anoreksia, mual/muntah; haus.

Muntah proyektil.

Membran mukosa kering, lidah bengkak, turgor kulit buruk.

E. KENYAMANAN/NYERI

Nyeri abdomen, Distensi, kaku, nyeri tekan.

F. PERNAPASAN

Pernapasan dangkal, takipnea.

G. KEAMANAN

Riwayat inflamasi organ pelvik (salpingitis); infeksi pasca-melahirkan, abses retroperitoneal.

H. PENYULUHAN/PENBELAJARAN

Riwayat adanya trauma penetrasi abdomen, contoh luka tembak/tusuk atau trauma tumpul pada abdomen; perforasi kandung kemih/ruptur; penyakit saluran GI contoh apendisitis dengan perforasi, ganger/ruptur kandung empedu, perforasi karsinoma gaster/ulkus duodenal, obstruksi gang renosa usus, perforasi divertikulum, ileitis regional, hernia strangulasi.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko tinggi terhadap devisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan.

2. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuat pertahanan sekunder.

3. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan Penurunan komponen seluler yang di butuhkan untuk pengiriman oksigen/nutrien ke sel.

4. Gangguan Aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi.

5. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan jaringan intrauteri.

6. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan.

III. RENCANA INTERVENSI

INTERVENSI KEPERAWATAN :

1. Resiko tinggi terhadap devisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan

Tujuan:

Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun kualitas.

Intervensi :

a. Kaji kondisi status hemodinamika

Rasional : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki karekteristik bervariasi

b. Ukur pengeluaran harian

Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal

c. Catat haluaran dan pemasukanRasional : Mengetahuai penurunanan sirkulasi terhadap destruksi sel darah merah.d. Observasi Nadi dan TensiRasional : Mengetahui tanda hipovolume (perdarahan).e. Berikan diet halusRasional : Memudahkan penyerapan dietf. Nilai hasil lab. HB/HTRasional : Menghindari perdarahan spontan karena proliferasi sel darah merah.g. Berikan sejumlah cairan IV sesuai indikasiRasional : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dan tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan masif

h. Evaluasi status hemodinamika

Rasional : Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik.

2. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuat pertahanan sekunder.

Tujuan:

Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan

Intervensi :

a. Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau

Rasional : Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi

b. Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan

Rasional : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luar

c. Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart

Rasional : Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart

d. Lakukan perawatan vulva

Rasional : Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat menyebabkan infeksi.

e. Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda infeksi

Rasional : Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi

f. Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama selama masa perdarahan

Rasional : Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan ibu; senggama dalam kondisi perdarahan dapat memperburuk kondisi system reproduksi ibu dan sekaligus meningkatkan resiko infeksi pada pasangan.

g. Batasi pengunjung dan ajari pengunjung untuk mencuci tangan yang baik.

Rasional : Mencegah cross infeksi.h. Observasi suhu tubuh.

Rasional : Mengetahui infeksi lanjut.i. Nilai hasil lab. Leukosit,darah lengkap.

Rasional : Penurunan sel darah putih akibat dari proses penyakitj. Berikan obat sesuai terapi.

Rasional : Antibiotika profilaktik atau pengobatan.

3. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan Penurunan komponen seluler yang di butuhkan untuk pengiriman oksigen/nutrien ke sel.

Tujuan:

Tidak terjadi Perubahan perfusi jaringan selama perawatan perdarahan

Intervensi :

a. Kaji tanda vital, warna kulit, ujung jariRasional : Memberikan informasi mengenai perfusi

b. Pertahankan suhu lingkungan dan tubuh.

Rasional : Memperlancar vaskularisasi kejaringan perifer.

c. Nilai hasil lab.HB/HT dan jumlah SDM GDA.

Rasional : Mengidentifikasi/memperbaiki defisiensi untuk menurunkan resiko perdarahan.

d. Berikan sel darah merah seuai program terapi.

Rasional : Memaksimalkan transportasi oksigen kejaringan.

4. Gangguan Aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi

Tujuan :

Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi

Intervensi :

a. Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas

Rasional : Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif perlu diwaspadai untuk mencegah kondisi klien lebih buruk

b. Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandungan

Rasional : Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi

c. Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari

Rasional : Mengistiratkan klilen secara optimal

d. Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan/kondisi klien

Rasional : Mengoptimalkan kondisi klien, pada Mola Hidatidosa, istirahat mutlak sangat diperlukan

e. Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas

Rasional : Menilai kondisi umum klien

5. Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan intrauteri

Tujuan:

Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami

Intervensi :

a. Kaji kondisi nyeri yang dialami klien

Rasional : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun diskripsi.

b. Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya

Rasional : Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri

c. Kolaborasi pemberian analgetika

Rasional : Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik

6. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan

Tujuan:

Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit meningkat

Intervensi :

a. Kaji tingkat pengetahuan/persepsi klien dan keluarga terhadap penyakit.

Rasional : Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas.

b. Kaji derajat kecemasan yang dialami klien.

Rasional : Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan penialaian objektif klien tentang penyakit.

c. Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan.

Rasional : Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan merupakan support yang mungkin berguna bagi klien dan meningkatkan kesadaran diri klien.

d. Asistensi klien menentukan tujuan perawatan bersama.

Rasional : Peningkatan nilai objektif terhadap masalah berkontibusi menurunkan kecemasan.

e. Terangkan hal-hal seputar Mola Hidatidosa yang perlu diketahui oleh klien dan keluarga.

Rasional : Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien untuk meningkatkan pengetahuan dan membangun support system keluarga; untuk mengurangi kecemasan klien dan keluarga.

PENGKAJIAN

Tanggal masuk:

Jam masuk :

Ruang

:

No. Reg Med:

Pengkajian

:

Identitas

Nama Pasien:

Nama Suami:

Umur

:

Umur

Suku/Bangsa:

Suku/bangsa: Agama

:

Agama :

Pendidikan:

Pendidikan:Pekerjaan:

Pekerjaan:Alamat

:

RIWAYAT KEPERAWATAN

1. Riwayat Obstetri

a. Riwayat Menstruasi

b. Riwayat Kehamilan/nifas sebelumnya :

Klien sebelumnya belum pernah mengalami.

Klien belum memiliki anak.

2. Riwayat KB

Saat ini klien tidak menggunakan alat kontrasepsi.

3. Riwayat Kesehatan

Klien menyatakan tidak menderita penyakit jantung, paru, kencing manis, gondok, dan penyakit keturunan lainnya. Tidak ada riwayat keguguran pada anggota keluarga lainnya.

4. Kebutuhan Dasar Khusus

1. Pola Nutrisi

Klien makan 3 kali sehari, dengan cukup lauk dan sayuran; klien tidak mengalami gangguan nafsu makan, klien tidak berpantang makan.

2. Pola Aktivitas dan latihan

Sebagai ibu rumah tangga, klien menjalankan aktivitas seperti biasanya dan tidak menambah waktu istirahat karena klien tidak merasa bahwa dirinya hamil. Saat ini klien merasa nyeri pada perut bagian bawah dan perdarahan walaupun tidak terlalu mengganggu kegiatan sehari-hari. Nyeri yang timbul terasa lebih berat saat merubah posisi tubuh dengan cepat dan tiba-tiba.

5. Pemeriksaaan Fisik

Kesadaraan Umum: Composmentis

Tekanan Darah

: 120/70 mmHg

Pernafasan

: 20 X/menit

Nadi

: 80 X/menit

Konjungtiva: Anemis

Sclera

: Anikteric

Turgor kulit: elastis

Warna kulit: agak pucat

a. Inspeksi :

Pembesaran relatif abdomen

Linea alba tidak ada

Striae pada perut sedikit

b. Palpasi

Leopold I: Tinggi Fundus Uteri: 2 Jari diatas pusat.

Periksa Dalam (Vaginal Toucher) :

- Vaginal Toucher

: tidak ditemukan fluks

- Portio

: Lunak, nyeri goyang (-), Pembukaan 1 Cm

- Cavum Uteri

: TFU 2 jari di atas pusat.

- Adnexia Parametrium ka/ki: Nyeri tekan (-) Massa (-)

- Cavum Douglas

: tidak menonjol

- Inspekulo

: Fleks (+)

c. Auskultasi

Doppler tidak dilakukan

6. Data Penunjang

HCG Test

: Positif

Hemoglobin

: 9 mg%

Ultra Sonografi

:

Diagnosa Medik: Mola Hidatidosa + Anemis

Analisa Data

DataEtiologiMasalah Keperawatan

DS :

Mengeluh nyeri perut bagian bawah dan perdarahan sudah 6 hari, badan lemah

DO :

Perdarahan pervaginal bergumpal.

Hb. 9 mg%

Kulit agak pucat

DS :

Mengeluh perdarahan sudah 6 hari

DO :

Perdarahan pervaginal bergumpal.

Vulva kotor & lembab

DS :

Menyatakan Nyeri perut bagian bawah.

Mengeluh Perdarahan sudah 6 hari

DO :

Kadang meringis menahan nyeri

DS :

Menyatakan tidak tahu kalau dirinya bukan hamil

Menyatakan perdarahan yang terjadi adalah haid

Menyatakan bingung apa yang harus dilakukan

DO :Perdarahan akibat kerusakan jaringan intra uterus menimbulkan perdarahan dan penurunan volume cairan.

Akibat perdarahan mengakibatkan kondisi vulva hygiene menjadi berkurang dan selalu lembab, beresiko terhadap terjadinya infeksi

Kerusakan jaringan yang terjadi dapat mengakibatkan nyeri dan mengganggu kondisi fisik dan psikologis klien

Kekurangtahuan terhadap kondisi dapat mengakibatkan kecemasan dan mengakibatkan perawatan yang dilakukan tidak maksimalDevisit Volume Cairan

Resiko tinggi untuk Infeksi

Gangguan Rasa Nyaman : (Nyeri)

Cemas

Diagnosa Keperawatan :

1. Devisit Volume Cairan berhubungan dengan perdarahan.

2. Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan intrauteri

3. Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva lembab.

4. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan.

RENCANA KEPERAWATAN :

1. Devisit Volume Cairan berhubungan dengan Perdarahan

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, maka Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun kualitas.

Intervensi :

a. Kaji kondisi status hemodinamika

Rasional : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki karekteristik bervariasi

b. Ukur pengeluaran harian

Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal

c. Anjurkan klien memenuhi kebutuhan cairan

Rasional : Motivasi untuk memenuhi kebutuhan cairan

2. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan Kerusakan jaringan intrauteri

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami.

Intervensi :

a. Kaji kondisi nyeri yang dialami klien

Rasional : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun deskripsi.

b. Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya

Rasional : Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri

c. Kolaborasi pemberian analgetika

Rasional : Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik

d. Lakukan pendidikan kesehatan teknik distraksi

Rasional : Adaptasi terhadap nyeri merupakan teknik yang dapat menurunkan nyeri disamping kecemasan

3. Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva lembab

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawtan, diharapkan tidak terjadi infeksi selama perdarahan berlangsung

Intervensi :

a. Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau

Rasional : Perubahan yang terjadi pada dischart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi.

b. Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan

Rasional : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luar.

c. Lakukan perawatan vulva

Rasional :Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat menyebabkan infeksi.

d. Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda inveksi

Rasional : Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi.

e. Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama selama masa perdarahan.

Rasional : Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan ibu; senggama dalam kondisi perdarahan dapat memperburuk kondisi system reproduksi ibu dan sekaligus meningkatkan resiko infeksi pada pasangan.

4. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien tidak merasa cemas, pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit meningkat

Intervensi :

a. Kaji tingkat pengetahuan/persepsi klien dan keluarga terhadap penyakit

Rasional : Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas

b. Kaji derajat kecemasan yang dialami klien

Rasional : Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan penilaian objektif klien tentang penyakit

c. Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan

Rasional : Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan merupakan support yang mungkin berguna bagi klien dan meningkatkan kesadaran diri klien

d. Asistensi klien menentukan tujuan perawatan bersama

Rasional : Peningkatan nilai objektif terhadap masalah berkontibusi menurunkan kecemasan

e. Terangkan hal-hal seputar Molahidatidosa yang perlu diketahui oleh klien dan keluarga

Rasional : Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien untuk meningkatkan pengetahuan dan membangun support system keluarga; untuk mengurangi kecemasan klien dan keluarga.

IMPLEMENTASI & EVALUASI

Devisit Volume Cairan berhubungan dengan Perdarahan

WaktuImplementasiRespon

08.00Mengukur jumlah cairan yang keluar

Menerangkan bahaya pengeluaran cairan berlebihan

Melakukan penghitungan intake dan output

Mengajarkan cara mengukur kebutuhan cairan sederhana

Menganjurkan klien cukup banyak minum dan makan

Mengajarkan cara menentukan jumlah minum yang diperlukan selama perdarahan Vol darah + 200 cc keluar, warna merah segar bergumpal

Menyatakan takut dengan perdarahan, dan menanyakan cara agar perdarahan berhenti

Intake harian + 1200 cc, Output + 1400 cc.

Menyatakan mengerti cara pengukuran cairan

Menyatakan akan berusaha banyak minum

Menyatakan akan minum air tambahan 2 gelas tiap hari

Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan Kerusakan jaringgan intrauterine

WaktuImplementasiRespon

07.00Menilai derajad nyeri

Menerangkan penyebab nyeri

Menganjurkan klien tidak banyak bergerak/aktivitas

Menganjurkan klien untuk memberitahu perawat bila nyeri bertambah hebatNyeri seperti ditekan pada bagian bawah perut

Klien diam, menyatakan mengerti

Klien mengangguk

Klien mengangguk, menyatakan akan memperhatikan kondisi tubuhnya

Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulcva lembab

WaktuImplementasiRespon

07.30Mengajarkan pada ibu untuk dapat mengecek perdarahan tiap hari, menerangkan hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengkaji tanda infeksi pada vagina

Menganjurkan ibu untuk membersihkan kemaluan teratur

Menganjurkan pada ibu untuk segera memberitahu perawat bila ada tanda demam, perdarahan berbau atau keluar nanahMenyatakan ia telah berusaha memperhaikan perdarahan yang terjadi dan dapat menyebutkan tanda infeksi

Menganggguk dan menyatakan sanggup

Menyatakan akan segera memberitahu perawat bila ada tanda demam, perdarahan berbau atau keluar nanah

Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan

WaktuImplementasiRespon

08.30Menerangkan bahwa ibu saat ini sebenarnya tidak hamil.

Menerangkan agar ibu banyak istirahat.

Menerangkan perdarahan yang terjadiMengulang pernyataan bahwa dirinya tidak hamil.

Menyatakan ia akan banyak istirahat

-

IMPLEMENTASI & EVALUASI

Devisit Volume Cairan berhubungan dengan Perdarahan

WaktuImplementasiRespon

08.00Mengukur jumlah cairan yang keluar

Menerangkan bahaya pengeluaran cairan berlebihan

Melakukan penghitungan intake dan output

Mengajarkan cara mengukur kebutuhan cairan sederhana

Menganjurkan klien cukup banyak minum dan makan

Mengajarkan cara menentukan jumlah minum yang diperlukan selama perdarahanVol darah +200 cc keluar, warna merah segar dan bergumpal.

Menyatakan takut dengan perdarahan, dan menanyakan cara agar perdarahan berhenti

Intake harian + 1200 cc, Output + 1400 cc.

Menyatakan mengerti cara pengukuran cairan

Menyatakan akan berusaha banyak minum

Menyatakan akan minum air tambahan 2 gelas tiap hari

Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan Kerusakan jaringgan intrauterine

WaktuImplementasiRespon

07.00Menilai derajad nyeri

Menerangkan penyebab nyeri

Menganjurkan klien tidak banyak bergerak/aktivitas

Menganjurkan klien untuk segera memberitahu perawat bila nyeri bertambah hebatNyeri seperti ditekan pada bagian bawah perut

Klien diam, menyatakan mengerti

Klien mengangguk

Klien mengangguk, menyatakan akan memperhatikan kondisi tubuhnya

Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulcva lembab

WaktuImplementasiRespon

07.30Mengajarkan pada ibu untuk dapat mengecek perdarahan tiap hari, menerangkan hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengkaji tanda infeksi pada vagina

Menganjurkan ibu untuk membersihkan kemaluan teratur

Menganjurkan pada ibu untuk segera memberitahu perawat bila ada tanda demam, perdarahan berbau atau keluar nanahMenyatakan ia telah berusaha memperhaikan perdarahan yang terjadi

Dan dapat menyebutkan tanda infeksi

Menganggguk dan menyatakan sanggup

Menyatakan akan segera memberitahu perawat bila ada tanda demam, perdarahan berbau atau keluar nanah

Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan

WaktuImplementasiRespon

08.30Menerangkan bahwa ibu saat ini sebenarnya tidak hamil

Menerangkan agar ibu banyak istirahat

Menerangkan perdarahan yang terjadiMengulang pernyataan bahwa dirinya tidak hamil

Menyatakan ia akan banyak istirahat

-

BAB II

penutup

2.1 Kesimpulan

Mola Hidatidosa ialah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stroma villus korialis langka vaskularisasi dan edematus. Spesialis Obgyn Oncology sebaiknya dimintai konsultasinya jika pasien memiliki resiko penyakit malignansi. Kemoterapi profilaksis untuk mola hidatidosa masih kontroversial. Kebanyakan wanita disembuhkan dengan pengangkatan mola.

Karena mola hidatidosa adalah suatu kehamilan patologi dan tidak jarang disertai penylit yang membahayakan jiwa, pada prinsipnya harus segera dikeluarkan. Karena diagnosis dini dan penatalaksanaan yang tepat, kematian dari mola hidatiformis pada saat ini belum dilaporkan. Sekitar 20% wanita dengan mola sempurna mengalami malignansi trophoblastik, Malignansi trophoblastik gestasional 100% dapat disembuhkan.

2.2 SaranSetelah mahasiswa mempelajari materi ini diharapkan mahasiswa mampu memahami yang sudah dijelaskan diatas tadi dan diharapkan mahasiswa mengetahui, memahami dan mengaplikasikannya dalam pelaksanaan kehamilan yang mengalami kelainan/ kehamilan mola khususnya hidatidosa.Daftar Pustaka

Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad. (1981). Obstetri Patologi, Elstar Offset, Bandung.

JNPKKR-POGI. (2000). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

Marilynn E.Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.

Rustam Mochtar. (1992). Sinopsis Obstetri Jilid I, EGC, Jakarta.

Sarwono Prawirohardjo. (1999). Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

Wong,Dona L& Perry, Shanon W. (1998). Maternal Child Nursing Care, Mosby Year Book Co., Philadelphia.

. Protap Pelayanan Kebidanan RSUD Dr. Sutomo Surabaya, Surabaya