Referat Tranfusi Darah

46
TRANFUSI DARAH DI BIDANG OBSTETRIK BAB I PEMBAHASAN 1.DARAH Darah berasal dari bahasa Yunani haima yang artinya darah. Dalam darah terkandung hemoglobin yang berfungsi sebagai pengikat oksigen. Hemoglobin merupakan protein pengangkut oksigen. 1.1. KOMPONEN DARAH Darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian dari darah, angka ini dinyatakan dalam nilai hermatokrit atau volume sel darah merah yang dipadatkan yang berkisar antara 40 sampai 47. Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk medium cairan darah yang disebut plasma darah. Korpuskula darah terdiri dari: 1. Sel darah mera h atau eritrosit (sekitar 99%). Eritrosit tidak mempunyai nukleus sel ataupun organela, dan tidak dianggap sebagai sel dari segi biologi. Eritrosit mengandung hemoglobin dan mengedarkan oksigen. Sel darah merah juga berperan dalam penentuan golongan darah. Orang yang kekurangan eritrosit menderita penyakit anemia. Jumlah pada pria dewasa sekitar 5 juta sel/cc darah dan pada wanita sekitar 4 juta sel/cc darah. Kadar Hb inilah yang dijadikan patokan dalam menentukan penyakit Anemia. Eritrosit berusia sekitar 120 hari. 1. Keping-keping darah atau trombosit (0,6 – 1,0%) Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 8 April 2013 – 15 Juni 2013 1

description

-

Transcript of Referat Tranfusi Darah

TRANFUSI DARAH DI BIDANG OBSTETRIK

BAB I

PEMBAHASAN

1.DARAH

Darah berasal dari bahasa Yunani haima yang artinya darah. Dalam darah terkandung hemoglobin yang berfungsi sebagai pengikat oksigen. Hemoglobin merupakan protein pengangkut oksigen.

1.1. KOMPONEN DARAH

Darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian dari darah, angka ini dinyatakan dalam nilai hermatokrit atau volume sel darah merah yang dipadatkan yang berkisar antara 40 sampai 47. Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk medium cairan darah yang disebut plasma darah.

Korpuskula darah terdiri dari:

1. Sel darah mera h atau eritrosit (sekitar 99%).

Eritrosit tidak mempunyai nukleus sel ataupun organela, dan tidak dianggap sebagai sel dari segi biologi. Eritrosit mengandung hemoglobin dan mengedarkan oksigen. Sel darah merah juga berperan dalam penentuan golongan darah. Orang yang kekurangan eritrosit menderita penyakit anemia. Jumlah pada pria dewasa sekitar 5 juta sel/cc darah dan pada wanita sekitar 4 juta sel/cc darah. Kadar Hb inilah yang dijadikan patokan dalam menentukan penyakit Anemia. Eritrosit berusia sekitar 120 hari.

1. Keping-keping darah atau trombosit (0,6 – 1,0%)

Trombosit bertanggung jawab dalam proses pembekuan darah. Normal berkisar antara 200.000-300.000 keping/mm³

1. Sel darah putih atau leukosit (0,2%)

Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, misal virus atau bakteri. Fungsi utama dari leukosit tersebut adalah untuk Fagosit (pemakan) bibit penyakit/ benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Peningkatan jumlah lekosit merupakan petunjuk adanya infeksi. Orang yang kelebihan leukosit menderita penyakit leukimia, sedangkan orang yang kekurangan leukosit menderita penyakit leukopenia. Jumlah sel pada orang dewasa berkisar antara

Kepaniteraan Klinik Obstetri dan GinekologiRumah Sakit Umum Daerah CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 8 April 2013 – 15 Juni 2013 1

TRANFUSI DARAH DI BIDANG OBSTETRIK

6000 – 9000 sel/cc darah.Plasma darah adalah bagian yang tidak mengandung sel darah. Komposisi plasma darah :

1. Air2. Protein

Protein plasma terdiri dari :

1.   Albumin       ( 57% )

-Menjaga tekanan osmotik koloid

2.  Globulin        ( 40% )

-Terdiri dari α1, α 2, ß , γ globulin.

-Berperan dlm kekebalan tubuh.

-Tiap antibodi bersifat spesifik terhadap antigen dan reaksinya bermacam-macam:

1. Antibodi yang dapat menggumpalkan antigen (Presipitin)

2. Antibodi yang dapat menguraikan antigen (Lisin)

3. Antibodi yang dapat menawarkan racun  (Antitoksin)

3. Fibrinogen     ( 3% )

-Mengandung faktor-faktor koagulasi

Serum adalah cairan berwarna kuning supernatan yg terdapat pada darah yg mengalami koagulasi. Serum tidak mengandung fibrinogen, faktor koagulasi ( f. II, f.V , f. VIII ).

1.2. FUNGSI DARAH

Fungsi Umum Darah adalah :1. Transportasi (sari makanan, oksigen, karbondioksida, sampah dan air)2. Termoregulasi (pengatur suhu tubuh)3. Imunologi (mengandung antibodi tubuh)4. Homeostasis (mengatur keseimbangan zat, pH regulator)

Kepaniteraan Klinik Obstetri dan GinekologiRumah Sakit Umum Daerah CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 8 April 2013 – 15 Juni 2013 2

TRANFUSI DARAH DI BIDANG OBSTETRIK

2. TRANSFUSI DARAH

Transfusi darah adalah tindakan memindahkan darah atau komponennya ke dalam sistim pembuluh darah seseorang. Komponen darah yang biasa ditransfusikan ke dalam tubuh seseorang adalah sel darah merah, trombosit, plasma, sel darah putih. Transfusi darah adalah suatu pengobatan yang bertujuan menggantikan atau menambah komponen darah yang hilang atau terdapat dalam jumlah yang tidak mencukupi.

Transfusi darah dapat dikelompokkan menjadi 2 golongan utama berdasarkan sumbernya,yaitu transfusi allogenic dan transfusi autologus. Transfusi allogenic adalah darah yang disimpan untuk transfusi berasal dari tubuh orang lain. Sedangkan transfusi autologus adalah darah yang disimpan berasal dari tubuh donor sendiri yang diambil 3 unit beberapa  hari sebelumnya, dan setelah 3 hari ditransferkan kembali ke pasien.

2.1 TUJUAN TRANSFUSI DARAH

Tujuan dari transfusi darah atara lain :

1. Meningkatkan volume darah sirkulasi (setelah pembedahan, trauma).2. Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar

hemoglobin pada klien anemia.3. Memberikan komponen seluler tertentu sebagai terapi (misalnya: faktor

pembekuan untuk membantu mengontrol perdarahan pada pasien hemofilia).4. Meningkatkan oksigenasi jaringan.5. Memperbaiki fungsi Hemostatis.

2.2 INDIKASI TRANSFUSI DARAH

Dalam pedoman WHO disebutkan :1. Transfusi tidak boleh diberikan tanpa indikasi kuat.2. Transfusi hanya diberikan berupa komponen darah pengganti yang hilang/kurang.

Berdasarkan pada tujuan di atas, maka saat ini transfusi darah cenderung memakai komponen darah disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya kebutuhan akan sel darah merah, granulosit, trombosit, dan plasma darah yang mengandung protein dan faktor-faktor pembekuan. Indikasi transfusi darah dan komponen-konponennya adalah :

1. Anemia pada perdarahan akut setelah didahului penggantian volume dengan cairan.

2. Anemia kronis.3. Gangguan pembekuan darah karena defisiensi komponen.4. Plasma loss atau hipoalbuminemia.

Kepaniteraan Klinik Obstetri dan GinekologiRumah Sakit Umum Daerah CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 8 April 2013 – 15 Juni 2013 3

TRANFUSI DARAH DI BIDANG OBSTETRIK

5. Kehilangan sampai 30% EBV umumnya dapat diatasi dengan cairan elektrolit saja. Kehilangan lebih daripada itu, setelah diberi cairan elektrolit perlu dilanjutkan dengan transfusi jika Hb<8 gr/dl.

2.3. JENIS TRANSFUSI DARAH

Darah lengkap (whole blood)

Darah lengkap mempunyai komponen utama yaitu eritrosit, darah lengkap juga mempunyai kandungan trombosit dan faktor pembekuan labil (V, VIII). Volume darah sesuai kantong darah yang dipakai yaitu antara lain 250 ml, 350 ml, 450 ml. Dapat bertahan dalam suhu 4°±2°C. Darah lengkap berguna untuk meningkatkan jumlah eritrosit dan plasma secara bersamaan. Hb meningkat 0,9±0,12 g/dl dan Ht meningkat 3-4 % post transfusi 450 ml darah lengkap. Tranfusi darah lengkap hanya untuk mengatasi perdarahan akut dan masif, meningkatkan dan mempertahankan proses pembekuan. Darah lengkap diberikan dengan golongan ABO dan Rh yang diketahui. Dosis pada pediatrik rata-rata 20 ml/kg, diikuti dengan volume yang diperlukan untuk stabilisasi.

Indikasi :

1. Penggantian volume pada pasien dengan syok hemoragi, trauma atau luka bakar2. Pasien dengan perdarahan masif dan telah kehilangan lebih dari 25% dari

volume darah total.

Rumus kebutuhan whole blood

6 x ∆Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB

Ket :

-Hb normal : Hb yang diharapkan atau Hb normal

-Hb pasien : Hb pasien saat ini

Darah lengkap ada 3 macam. Yaitu :

1. Darah Segar

Yaitu darah yang baru diambil dari donor sampai 6 jam sesudah pengambilan. Keuntungan pemakaian darah segar ialah faktor pembekuannya masih lengkap termasuk faktor labil (V dan VIII) dan fungsi eritrosit masih relatif baik. Kerugiannya sulit diperoleh dalam waktu yang tepat karena untuk pemeriksaan golongan, reaksi silang dan transportasi diperlukan waktu lebih dari 4 jam dan resiko penularan penyakit relatif banyak.

Kepaniteraan Klinik Obstetri dan GinekologiRumah Sakit Umum Daerah CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 8 April 2013 – 15 Juni 2013 4

TRANFUSI DARAH DI BIDANG OBSTETRIK

2. Darah Baru

Yaitu darah yang disimpan antara 6 jam sampai 6 hari sesudah diambil dari donor. Faktor pembekuan disini sudah hampir habis, dan juga dapat terjadi peningkatan kadar kalium, amonia, dan asam laktat.

3. Darah Simpan

Darah yang disimpan lebih dari 6 hari sampai 35 hari. Keuntungannya mudah tersedia setiap saat, bahaya penularan lues dan sitomegalovirus hilang. Sedang kerugiaannya ialah faktor pembekuan terutama faktor V dan VIII sudah habis. Kemampuan transportasi oksigen oleh eritrosit menurun yang disebabkan karena afinitas Hb terhadap oksigen yang tinggi, sehingga oksigen sukar dilepas ke jaringan. Hal ini disebabkan oleh penurunan kadar 2,3 DPG. Kadar kalium, amonia, dan asam laktat tinggi.

Sel darah merah

 Packed red cell

Packed red cell diperoleh dari pemisahan atau pengeluaran plasma secara tertutup atau septik sedemikian rupa sehingga hematokrit menjadi 70-80%. Volume tergantung kantong darah yang dipakai yaitu 150-300 ml. Suhu simpan 4°±2°C. Lama simpan darah 24 jam dengan sistem terbuka.(3)

Packed cells merupakan komponen yang terdiri dari eritrosit yang telah dipekatkan dengan memisahkan komponen-komponen yang lain. Packed cells banyak dipakai dalam pengobatan anemia terutama talasemia, anemia aplastik, leukemia dan anemia karena keganasan lainnya. Pemberian transfusi bertujuan untuk memperbaiki oksigenasi jaringan dan alat-alat tubuh. Biasanya tercapai bila kadar Hb sudah di atas 8 g%.

Untuk menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr/dl diperlukan PRC 4 ml/kgBB atau 1 unit dapat menaikkan kadar hematokrit 3-5 %. Diberikan selama 2 sampai 4 jam dengan kecepatan 1-2 mL/menit, dengan golongan darah ABO dan Rh yang diketahui.

Kebutuhan darah (ml) :

3 x ∆Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB

Ket :

-Hb normal : Hb yang diharapkan atau Hb normal

Kepaniteraan Klinik Obstetri dan GinekologiRumah Sakit Umum Daerah CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 8 April 2013 – 15 Juni 2013 5

TRANFUSI DARAH DI BIDANG OBSTETRIK

-Hb pasien : Hb pasien saat ini

Tujuan transfusi PRC adalah untuk menaikkan Hb pasien tanpa menaikkan volume darah secara nyata. Keuntungan menggunakan PRC dibandingkan dengan darah jenuh adalah:

1. Mengurangi kemungkinan penularan penyakit2. Mengurangi kemungkinan reaksi imunologis3. Volume darah yang diberikan lebih sedikit sehingga kemungkinan overload

berkurang4. Komponen darah lainnya dapat diberikan pada pasien lain.

Indikasi: :

1. Kehilangan darah >20% dan volume darah lebih dari 1000 ml.2. Hemoglobin <8 gr/dl.3. Hemoglobin <10 gr/dl dengan penyakit-penyakit utama : (misalnya empisema,

atau penyakit jantung iskemik)4. Hemoglobin <12 gr/dl dan tergantung pada ventilator.

Dapat disebutkan bahwa :

Hb sekitar 5 adalah CRITICAL

Hb sekitar 8 adalah TOLERABLE

Hb sekitar 10 adalah OPTIMAL

Transfusi mulai diberikan pada saat Hb CRITICAL dan dihentikan setelah mencapai batas TOLERABLE atau OPTIMAL

1. Frozen Wash Concentrated Red Blood Cells (Sel Darah Merah Pekat Beku yang Dicuci)

Diberikan untuk penderita yang mempunyai antibodi terhadap sel darah merah yang menetap.

2. Washed red cell

Washed red cell diperoleh dengan mencuci packed red cell 2-3 kali dengan saline, sisa plasma terbuang habis. Berguna untuk penderita yang tak bisa diberi human plasma. Kelemahan washed red cell yaitu bahaya infeksi sekunder yang terjadi selama proses serta masa simpan yang pendek (4-6 jam). Washed red cell dipakai dalam pengobatan aquired hemolytic anemia dan exchange transfusion.(3) Untuk penderita yang alergi terhadap protein plasma

Kepaniteraan Klinik Obstetri dan GinekologiRumah Sakit Umum Daerah CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 8 April 2013 – 15 Juni 2013 6

TRANFUSI DARAH DI BIDANG OBSTETRIK

3. Darah merah pekat miskin leukosit

Kandungan utama eritrosit, suhu simpan 4°±2°C, berguna untuk meningkatkan jumlah eritrosit pada pasien yang sering memerlukan transfusi. Manfaat komponen darah ini untuk mengurangi reaksi panas dan alergi.(6)

White Blood Cells (WBC atau leukosit)

Komponen ini terdiri dari darah lengkap dengan isi seperti PRC, plasma dihilangkan 80 % , biasanya tersedia dalam volume 150 ml. Dalam pemberian perlu diketahui golongan darah ABO dan sistem Rh. Apabila diresepkan berikan dipenhidramin. Berikan antipiretik, karena komponen ini bisa menyebabkan demam dan dingin. Untuk pencegahan infeksi, berikan tranfusi dan disambung dengan antibiotik.

Indikasi :

Pasien sepsis yang tidak berespon dengan antibiotik (khususnya untuk pasien dengan kultur darah positif, demam persisten /38,3° C dan granulositopenia).

Suspensi trombosit

Pemberian trombosit seringkali diperlukan pada kasus perdarahan yang disebabkan oleh kekurangan trombosit. Pemberian trombosit yang berulang-ulang dapat menyebabkan pembentukan thrombocyte antibody pada penderita. (3) Transfusi trombosit terbukti bermanfaat menghentikan perdarahan karena trombositopenia. Komponen trombosit mempunyai masa simpan sampai dengan 3 hari.(2)

Indikasi pemberian komponen trombosit ialah :

1. Setiap perdarahan spontan atau suatu operasi besar dengan jumlah trombositnya kurang dari 50.000/mm3. Misalnya perdarahan pada trombocytopenic purpura, leukemia, anemia aplastik, demam berdarah, DIC dan aplasia sumsum tulang karena pemberian sitostatika terhadap tumor ganas.

2. Splenektomi pada hipersplenisme penderita talasemia maupun hipertensi portal juga memerlukan pemberian suspensi trombosit prabedah.

Kepaniteraan Klinik Obstetri dan GinekologiRumah Sakit Umum Daerah CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 8 April 2013 – 15 Juni 2013 7

TRANFUSI DARAH DI BIDANG OBSTETRIK

Rumus Transfusi Trombosit

BB x 1/13 x 0.3

Macam sediaan:

1. Platelet Rich Plasma (plasma kaya trombosit)

Platelet Rich Plasma dibuat dengan cara pemisahan plasma dari darah segar. Penyimpanan 34°C sebaiknya 24 jam.

2. Platelet Concentrate (trombosit pekat)

Kandungan utama yaitu trombosit, volume 50 ml dengan suhu simpan 20°±2°C. Berguna untuk meningkatkan jumlah trombosit. Peningkatan post transfusi pada dewasa rata-rata 5.000-10.000/ul. Efek samping berupa urtikaria, menggigil, demam, alloimunisasi Antigen trombosit donor.

Dibuat dengan cara melakukan pemusingan (centrifugasi) lagi pada Platelet Rich Plasma, sehingga diperoleh endapan yang merupakan pletelet concentrate dan kemudian memisahkannya dari plasma yang diatas yang berupa Platelet Poor Plasma. Masa simpan ± 48-72 jam.

Plasma

Plasma darah bermanfaat untuk memperbaiki volume dari sirkulasi darah (hypovolemia, luka bakar), menggantikan protein yang terbuang seperti albumin pada nephrotic syndrom dan cirhosis hepatis, menggantikan dan memperbaiki jumlah faktor-faktor tertentu dari plasma seperti globulin.

Macam sediaan plasma adalah:

1. Plasma cair

Diperoleh dengan memisahkan plasma dari whole blood pada pembuatan packed red cell.

2. Plasma kering (lyoplylized plasma)

Diperoleh dengan mengeringkan plasma beku dan lebih tahan lama (3 tahun).

3. Fresh Frozen Plasma

Kepaniteraan Klinik Obstetri dan GinekologiRumah Sakit Umum Daerah CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 8 April 2013 – 15 Juni 2013 8

TRANFUSI DARAH DI BIDANG OBSTETRIK

Dibuat dengan cara pemisahan plasma dari darah segar dan langsung dibekukan pada suhu -60°C. Pemakaian yang paling baik untuk menghentikan perdarahan (hemostasis).(3)

Kandungan utama berupa plasma dan faktor pembekuan, dengan volume 150-220 ml. Suhu simpan -18°C atau lebih rendah dengan lama simpan 1 tahun. Berguna untuk meningkatkan faktor pembekuan bila faktor pembekuan pekat/kriopresipitat tidak ada. Ditransfusikan dalam waktu 6 jam setelah dicairkan. Fresh frozen plasma (FFP) mengandung semua protein plasma (faktor pembekuan), terutama faktor V dan VII. FFP biasa diberikan setelah transfusi darah masif, setelah terapi warfarin dan koagulopati pada penyakit hepar. Setiap unit FFP biasanya dapat menaikan masing-masing kadar faktor pembekuan sebesar 2-3% pada orang dewasa. Sama dengan PRC, saat hendak diberikan pada pasien perlu dihangatkan terlebih dahulu sesuai suhu tubuh.

Pemberian dilakukan secara cepat, pada pemberian FFP dalam jumlah besar diperlukan koreksi adanya hypokalsemia, karena asam sitrat dalam FFP mengikat kalsium. Perlu dilakukan pencocokan golongan darah ABO dan system Rh.

Efek samping berupa urtikaria, menggigil, demam, hipervolemia.

Indikasi :

-    Mengganti defisiensi faktor IX (hemofilia B)

-    Neutralisasi hemostasis setelah terapi warfarin bila terdapat perdarahan yang mengancam nyawa.

-    Adanya perdarahan dengan parameter koagulasi yang abnormal setelah transfusi massif

-    Pasien dengan penyakit hati dan mengalami defisiensi faktor pembekuan

4. Cryopresipitate

Komponen utama yang terdapat di dalamnya adalah faktor VIII, faktor pembekuan XIII, faktor Von Willbrand, fibrinogen. Penggunaannya ialah untuk menghentikan perdarahan karena kurangnya faktor VIII di dalam darah penderita hemofili A.

Cara pemberian ialah dengan menyuntikkan intravena langsung, tidak melalui tetesan infus, pemberian segera setelah komponen mencair, sebab komponen ini tidak tahan pada suhu kamar. (2)

Suhu simpan -18°C atau lebih rendah dengan lama simpan 1 tahun, ditransfusikan dalam waktu 6 jam setelah dicairkan. Efek samping berupa demam, alergi. Satu

Kepaniteraan Klinik Obstetri dan GinekologiRumah Sakit Umum Daerah CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 8 April 2013 – 15 Juni 2013 9

TRANFUSI DARAH DI BIDANG OBSTETRIK

kantong (30 ml) mengadung 75-80 unit faktor VIII, 150-200 mg fibrinogen, faktor von wilebrand, faktor XIII

Indikasi :

-          Hemophilia A

-          Perdarahan akibat gangguan faktor koagulasi

-          Penyakit von wilebrand

Rumus Kebutuhan Cryopresipitate :

0.5x ∆Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB

5. Albumin

Dibuat dari plasma, setelah gamma globulin, AHF dan fibrinogen dipisahkan dari plasma. Kemurnian 96-98%. Dalam pemakaian diencerkan sampai menjadi cairan 5% atau 20% 100 ml albumin 20% mempunyai tekanan osmotik sama dengan 400 ml plasma biasa

Rumus Kebutuhan Albumin

∆ albumin x BB x 0.8

2.4 GOLONGAN DARAH DAN CARA PENGUMPULAN DARAH

Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh).

-                      Sistem ABO

Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut:

Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A atau O.

Kepaniteraan Klinik Obstetri dan GinekologiRumah Sakit Umum Daerah CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 8 April 2013 – 15 Juni 2013 10

TRANFUSI DARAH DI BIDANG OBSTETRIK

Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B hanya dapat menerima darah dari orang dengan dolongan darah B atau O

Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang dengan golongan darah AB dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB.

Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang dengan golongan darah O hanya dapat menerima darah dari sesama O

-          Sistem Rhesus

Sistem rhesus ini ditemukan melalui penyuntikan sel-sel darah merah kera Macacca rhesus kepada marmot (guinea-pig) untuk mendapatkan anti serum. Anti serum yang didapat ternyata bereaksi dengan sel-sel darah merah. ,antigen-Rh yang ditemukan dalam darah kera Macaca rhesus oleh Landsteiner dan Wiener pada tahun 1940 itu juga ditemukan dalam darah manusia.

Berdasarkan ada tidaknya antigen-Rh, maka golongan darah manusia dibedakan atas dua kelompok, yaitu :

1.Rhesus positif, bila dalam darah merahnya terdapat faktor Rh pada permukaan sel darah merahnya

2.Rhesus negatif, bila dalam darah merahnya tidak terdapat faktor Rh pada permukaan sel darah merahnya

Jika seseorang Rh(+), maka ia dapat menerima darah dengan Rh(+) atau Rh(-). Sedangkan orang dengan Rh(-), hanya bisa menerima darah dengan Rh (-) saja. Oleh karena itu darah Rh(-) sering disediakan untuk operasi-operasi darurat dimana tidak ada waktu lagi untuk melakukan pengecekan golongan darah seseorang.

Untuk dapat menyumbangkan darah, seorang donor darah harus memenuhi syarat sebagai berikut:

1. calon donor harus berusia 17-60 tahun,2. berat badan minimal 50 kg

Kepaniteraan Klinik Obstetri dan GinekologiRumah Sakit Umum Daerah CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 8 April 2013 – 15 Juni 2013 11

TRANFUSI DARAH DI BIDANG OBSTETRIK

3. kadar hemoglobin >12,5 gr%4. tekanan darah 100-150 (sistole) dan 70-100 (diastole).5. Nadi 30-100x/menit teratur6. menandatangani formulir pendaftaranan7. tidak mengalami gangguan pada pembeku darah8. lulus pengujian kondisi berat badan, hemoglobin, golongan darah, dan

pemeriksaan oleh dokter9. untuk menjaga kesehatan dan keamanan darah, calon donor tidak boleh dalam

kondisi atau menderita sakit seperti alkoholik, penyakit hepatitis, diabetes militus, epilepsi, atau kelompok masyarakat risiko tinggi mendapatkan AIDS serta mengalami sakit seperti demam atau influensa; baru saja dicabut giginya kurang dari tiga hari; pernah menerima transfusi kurang dari setahun; begitu juga untuk yang belum setahun menato, menindik, atau akupunktur; hamil; atau sedang menyusui.

Penyumbang darah (donor) disaring keadaan kesehatannya.Denyut nadi, tekanan darah dan suhu tubuhnya diukur, dan contoh darahnya diperiksa untuk mengetahui adanya anemia.

Ditanyakan apakah pernah atau sedang menderita keadaan tertentu yang menyebabkan darah mereka tidak memenuhi syarat untuk disumbangkan.Keadaan tersebut adalah hepatitis, penyakit jantung, kanker (kecuali bentuk tertentu misalnya kanker kulit yang terlokalisasi), asma yang berat, malaria, kelainan perdarahan, AIDS dan kemungkinan tercemar oleh virus AIDS.

Hepatitis, kehamilan, pembedahan mayor yang baru saja dijalani, tekanan darah tinggi yang tidak terkendali, tekanan darah rendah, anemia atau pemakaian obat tertentu; untuk sementara waktu bisa menyebabkan tidak terpenuhinya syarat untuk menyumbangkan darah. Biasanya donor tidak diperbolehkan menyumbangkan darahnya lebih dari 1 kali setiap 2 bulan.

Untuk yang memenuhi syarat, menyumbangkan darah adalah aman.Keseluruhan proses membutuhkan waktu sekitar 1 jam, pengambilan darahnya sendiri hanya membutuhkan waktu 10 menit. Biasanya ada sedikit rasa nyeri pada saat jarum dimasukkan, tetapi setelah itu rasa nyeri akan hilang.

Standard unit pengambilan darah hanya sekitar 0,48 liter.Darah segar yang diambil disimpan dalam kantong plastik yang sudah mengandung bahan pengawet dan komponen anti pembekuan.

Sejumlah kecil contoh darah dari penyumbang diperiksa untuk mencari adanya penyakit infeksi seperti AIDS, hepatitis virus dan sifilis. Darah yang didinginkan dapat digunakan dalam waktu selama 42 hari. Pada keadaan tertentu, (misalnya untuk mengawetkan golongan darah yang jarang), sel darah merah bisa dibekukan dan disimpan sampai selama 10 tahun.

Kepaniteraan Klinik Obstetri dan GinekologiRumah Sakit Umum Daerah CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 8 April 2013 – 15 Juni 2013 12

TRANFUSI DARAH DI BIDANG OBSTETRIK

Karena transfusi darah yang tidak cocok dengan resipien dapat berbahaya, maka darah yang disumbangkan, secara rutin digolongkan berdasarkan jenisnya; apakah golongan A, B, AB atau O dan Rh-positif atau Rh-negatif. Sebagai tindakan pencegahan berikutnya, sebelum memulai transfusi, pemeriksa mencampurkan setetes darah donor dengan darah resipien untuk memastikan keduanya cocok: teknik ini disebut cross-matching.

Crossmatch adalah pemeriksaan serologis untuk menetapkan sesuai atau tidak sesuainya darah donor dengan darah resipien. Dilakukan sebelumtransfusi darah dan bila terjadi reaksi transfusi darah.

Terdapat dua cara pemeriksaan, yaitu:

1. Crossmatch mayor : mencampur enitrosit donor (aglutinongen donor) dengan serum resipien (aglutinin resipien)

2. Crossmatch minor : mencampur eritrosit resipien (aglutinongen resipien) dengan serum donor (aglutinin donor)

Cara menilai basil pemeriksaan adalah sebagai berikut:

-          Bila kedua pemeriksaan (crossmatch mayor dan minor tidak mengakibatkan aglutinasi eritrosit, maka diartikan bahwa darah donor sesuai dengan darah resipien sehingga transfusi darah boleh dilakukan; bila crossmatch mayor menghasilkan aglutinasi, tanpa memperhatikan hasil Crossmatch minor, diartikan bahwa darah donor tidak sesuai dengan darah resipien sehingga transfusi darah tidak dapat dilakukan dengan menggunakan darah donor itu

-          Bila Crossmatch mayor tidak menghasilkan aglutinasi, sedangkan dengan Crossmatch minor terjadi aglutinasi, maka Crossmatch minor harus diulangi dengan menggunakan serum donor yang diencerkan. Bila pemeriksaan terakhir ini ternyata tidak menghasilkan aglutinasi, maka transfusi darah masih dapat dilakukan dengan menggunakan darah donor tersebut. Bila pemeriksaan dengan serum donor yang diencerkan menghasilkan aglutinasi, maka darah donoritu tidak dapat ditransfusikan.

2.5 PROSES TRANSFUSI DARAH

1. Jelaskan prosedur kepada klien. Tentukan apakah klien pernah mendapatkan transfusi sebelumnya dan catatan reaksi ,jika ada.

2. Minta klien untuk melaporkan gejala berikut: Menggigil, sakit kepala, gatal dan kemerahan dengan segera.

3. Pastikan bahwa klien telah menandatangani format persetujuan / informed concern.

4. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan.5. Buat jalur IV dengan kateter besar (diameter 18-G atau 19-G).

Kepaniteraan Klinik Obstetri dan GinekologiRumah Sakit Umum Daerah CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 8 April 2013 – 15 Juni 2013 13

TRANFUSI DARAH DI BIDANG OBSTETRIK

6. Gunakan selang infus yang mempunyai filterGantungkan wadah larutan NaCl 0,9% untuk diberikan setelah menginfuskan/ pemberian transfusi darah.

7. Ikuti protokol institusi dalam mendapatkan produk darah dari bank darah. Minta darah bila anda telah siap menggunakannya.

8. Dengan perawat yang lain, identifikasi kebenaran produk darah dan klien : 1. Periksa kompatibilitas yang tertera pada kantong darah dan informasi

pada kantong itu sendiri.2. Untuk darah lengkap, periksa golongan ABO dan tipe RH pada catatan

klien.3. Periksa ulang produk darah dengan pesanan dokter.4. Periksa tanggal kadaluarsa pada kantong darah.5. Periksa darah terhadap adanya bekuan / gumpalan darah.6. Tanyakan nama klien dan periksa / cocokkan dengan gelang

tangannya/gelang nama.7. Dapatkan data dasar tanda-tanda vital klien.8. Mulai untuk mentransfusikan darah :

1. Utamakan / isi jalur IV dengan 0,9 % normal saline.2. Mulai transfusi dengan lambat melalui tetesan pertama pada

filter.3. Atur kecepatan tetesan 2 ml/menit pada 15 menit pertama

transfusi dan tetap bersama klien. Jika ditemukan adanya reaksi, hentikan transfusi, siram / suntik jalur IV dengan normal saline secara lambat dan beritahu dokter dan bank darah.

4. Monitor tanda-tanda vital : 1. Dapatkan tanda vital klien setiap 5 menit selama 15

menit pertama transfusi dan setiap jam untuk yang berikutnya mengikuti kebijakan institusi/rumah sakit.

2. Observasi klien terhadap adanya kemerahan, ruam kulit, gatal, dispnea, bintik-bintik merah di kulit.

12  Lepaskan dan buang sarung tangan. Cuci tangan.

13.  Lanjutkan mengobservasi terhadap reaksi samping / efek samping transfusi.

14.  Catat pemberian darah dan produk darah. Catat cairan yang digunakan mengikuti kebijakan rumah sakit / institusi.

Bila transfusi sudah selesai (complete), Kembalikan kantong plastik dan selangnya ke bank darah.

Kepaniteraan Klinik Obstetri dan GinekologiRumah Sakit Umum Daerah CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 8 April 2013 – 15 Juni 2013 14

TRANFUSI DARAH DI BIDANG OBSTETRIK

2.6 REAKSI TRANSFUSI DAN PENCEGAHANNYA

Pada umumnya komplikasi transfusi ini dibagi menjadi :

I. Reaksi imunologi

II. Reaksi non imunologi

I. REAKSI IMUNOLOGI

A. REAKSI TRANSFUSI HEMOLITIK

Reaksi transfusi hemolitik merupakan reaksi yang jarang terjadi tetapi serius dan terdapat pada satu diantara dua puluh ribu penderita yang mendapat transfusi.

Lisis sel darah donor oleh antibodi resipien. Hal ini bisa terjadi dengan cara reaksi transfusi hemolitik segera dan reaksi transfusi hemolitik lambat

Reaksi ini sering terjadi akibat kesalahan manusia sebagai pelaksana, misalnya salah memasang label atau membaca label pada botol darah.

Tanda-tanda reaksi hemolitik lain ialah menggigil, panas, kemerahan pada muka, bendungan vena leher , nyeri kepala, nyeri dada, mual, muntah, nafas cepat dan dangkal, takhikardi, hipotensi, hemoglobinuri, oliguri, perdarahan yang tidak bisa diterangkan asalnya, dan ikterus. Pada penderita yang teranestesi hal ini sukar untuk dideteksi dan memerlukan perhatian khusus dari ahli anestesi, ahli bedah dan lain-lain.

Tanda-tanda yang dapat dikenal ialah takhikardi, hemoglobinuri, hipotensi, perdarahan yang tiba-tiba meningkat, selanjutnya terjadi ikterus dan oliguri.

Terapi reaksi transfusi hemolitik : pemberian cairan intravena dan diuretika. Cairan digunakan untuk mempertahankan jumlah urine yang keluar. Diuretika yang digunakan ialah :

1. Manitol 25 %, sebanyak 25 gr diberikan secara intravena kemudian diikuti pemberian 40 mEq Natrium bikarbonat.

2. Furosemid

Bila terjadi hipotensi penderita dapat diberi larutan Ringer laktat, albumin dan darah yang cocok. Bila volume darah sudah mencapai normal penderita dapat diberi vasopressor. Selain itu penderita perlu diberi oksigen. Bila terjadi anuria yang menetap perlu tindakan dialysis.

Kepaniteraan Klinik Obstetri dan GinekologiRumah Sakit Umum Daerah CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 8 April 2013 – 15 Juni 2013 15

TRANFUSI DARAH DI BIDANG OBSTETRIK

B. REAKSI TRANSFUSI NON HEMILITIK

1. Reaksi transfusi “febrile”

Tanda-tandanya adalah sebagai berikut  : Menggigil, panas, nyeri kepala, nyeri otot, mual.

2. Reaksi alergi

a. Anafilaksis : Keadaan ini terjadi bila terdapat protein asing pada darah transfusi.

b. Urtikaria, paling sering terjadi dan penderita merasa gatal-gatal. Biasanya muka penderita sembab.

Terapi yang perlu diberikan ialah antihistamin, dan transfusi harus disetop.

II. REAKSI NON IMUNOLOGI

a. Reaksi yang disebabkan oleh volume yang berlebihan.

b. Reaksi karena darah transfusi terkontaminasi

c. Virus hepatitis, Malaria, sifilis, virus CMG dan virus Epstein-Barr parasit serta bakteri.

e. AIDS

Untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya reaksi selama transfusi, dilakukan beberapa tindakan pencegahan. Setelah diperiksa ulang bahwa darah yang akan diberikan memang ditujukan untuk resipien yang akan menerima darah tersebut, petugas secara perlahan memberikan darah kepada resipien, biasanya selama 2 jam atau lebih untuk setiap unit darah.

Karena sebagian besar reaksi ketidakcocokan terjadi dalam15 menit pertama, , maka pada awal prosedur, resipien harus diawasi secara ketat.Setelah itu, petugas dapat memeriksa setiap 30- 45 menit dan jika terjadi reaksi ketidakcocokan, maka transfusi harus dihentikan.

Kepaniteraan Klinik Obstetri dan GinekologiRumah Sakit Umum Daerah CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 8 April 2013 – 15 Juni 2013 16

TRANFUSI DARAH DI BIDANG OBSTETRIK

2.7 Transfusi Darah Bidang Obstetri

Pasien-pasien di bidang obstetri dan ginekologi banyak yang berpotensi

memerlukan transfusi darah. Seksio cesaria (SC) dan histerektomi adalah dua

tindakan bedah yang sering dan berpotensi terjadi perdarahan sehingga

memerlukan transfusi darah. Kondisi lainnya adalah perdarahan postpartum,

placenta previa, dan ruptur kehamilan ektopik. Perdarahan di bidang obstetri

masih merupakan penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia. Para ahli

kebidanan dan kandungan perlu mengetahui aspek-aspek transfusi darah dan

mengaplikasikannya dalam praktik klinis.

Referat ini akan mengupas tentang skrining golongan darah saat prenatal care,

indikasi transfusi darah, jenis komponen darah, efek samping/risiko transfusi

darah.

Skrining golongan darah

Salah satu pemeriksaan laboratorium rutin untuk setiap wanita hamil saat

kunjungan pertama prenatal care adalah pemeriksaan golongan darah ABO dan

Rhesus serta skrining antibodi untuk mendeteksi antibodi yang berpotensi

menyebabkan hemolytic disease of the newborn (HDN). Keuntungan dari

pemeriksaan ini antara lain dapat mempersiapkan donor darah sesuai golongan

darah dan jika wanita hamil tersebut bergolongan darah Rh(D) negatif maka dapat

diberikan anti(D) immune-globulin sesuai indikasi. Pemberian anti(D) immune-

globulin dosis 500mg/IM kepada semua ibu dengan Rh(D) negatif dalam 72 jam

setelah persalinan jika bayi Rh(D) positif, ini merupakan upaya yang umumnya

dilakukan untuk mencegah HDN. Hal ini dapat memberikan perlindungan sampai

4mL sel darah merah bayi. Upaya tersebut penting mengingat prevalensi populasi

dengan Rh(D) negatif di Indonesia sangat rendah (kurang dari 1%). Tetapi,

Kepaniteraan Klinik Obstetri dan GinekologiRumah Sakit Umum Daerah CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 8 April 2013 – 15 Juni 2013 17

TRANFUSI DARAH DI BIDANG OBSTETRIK

berdasarkan survei di beberapa rumah sakit besar dan klinik bersalin di

Yogyakarta, pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan. Pemeriksaan skrining antibodi

tidak dapat dilakukan oleh setiap rumah sakit di Indonesia dan biayanya relatif

mahal.

Indikasi transfusi darah

Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)

kurang dari 11 g/dL pada trimester I dan III serta 10,5 g/dL pada trimester II.

Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan

merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi darah.

Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja, tetapi

juga berdasar indikasi klinis pasien. Perdarahan yang terjadi pada persalinan

normal atau seksio cesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika

kadar Hb ibu sebelum persalinan di atas 10,0 – 11,0 g/dL. Sebaliknya, transfusi

darah hampir selalu diindikasikan jika Hb <7 g/dL.

Contoh schedule pemesanan darah (Tabel 1) sebagai panduan

memperkirakan penggunaan darah untuk tindakan pembedahan pada pasien

dewasa adalah sebagai berikut:

Kepaniteraan Klinik Obstetri dan GinekologiRumah Sakit Umum Daerah CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 8 April 2013 – 15 Juni 2013 18

TRANFUSI DARAH DI BIDANG OBSTETRIK

Pemesanan darah minimal dilakukan 2 hari sebelum prosedur atau

tindakan dilakukan. Keuntungan tenggat waktu ini adalah untuk penyiapan darah

atau mencari donor darah jika tidak tersedia stok darah di Unit Pelayanan

Transfusi Darah (UPTD). Turnaround times untuk pemeriksaan golongan darah

pasien dan donor adalah 15 menit sedangkan untuk crossmatch dibutuhkan

waktu sekitar 1 jam. Jika tidak tersedia stok darah dan darah diambil langsung

dari donor, maka perlu waktu sedikitnya 3 jam agar produk darah siap dan aman

untuk ditransfusikan.

Pada kasus terminasi kehamilan, persalinan normal, seksio cesaria,

kuretase, atau histerektomi simple jika ternyata membutuhkan darah dan

emergency maka berlaku prosedur emergency yaitu darah sesuai golongan ABO

dan Rh yang belum dilakukan crossmatch atau Packed Red Cell (PRC) golongan

O dapat diberikan kepada pasien.

Jenis komponen darah

Beberapa komponen darah tersedia untuk penggantian volume sirkulasi

serta mengganti faktor koagulasi dan kapasitas angkut oksigen. Pemberian

komponen darah memungkinkan penggantian komponen darah secara spesifik

sesuai yang dibutuhkan pasien. Transfusi darah dan atau komponen darah

ditujukan untuk menjaga kadar fibrinogen di atas 1 g/L, menjaga Prothrombin

Time (PT) dan Activated Partial Thromboplastin Time (APTT) kurang dari 1,5

kali nilai kontrol, serta menghentikan perdarahan aktif yang persisten/berlanjut.

Whole blood (WB)

Isi - Hematokrit 35-45%

- Tidak ada trombosit dan faktor

koagulasi labil (V dan VIII) yang

fungsional

Penyimpanan

- Disimpan pada suhu 2-6°C di blood

Kepaniteraan Klinik Obstetri dan GinekologiRumah Sakit Umum Daerah CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 8 April 2013 – 15 Juni 2013 19

TRANFUSI DARAH DI BIDANG OBSTETRIK

bank refrigerator

- Masa simpan 28 hari

- Darah harus sudah ditransfusikan

kepada pasien dalam 30 menit setelah

darah keluar dari blood bank

refrigerator

Indikasi

- Penggantian sel darah merah pada

perdarahan akut disertai hipovolumia

- Transfusi tukar

- Pasien yang membutuhkan penggantian

sel darah merah tetapi komponen PRC

tidak tersedia.

Kontraindikasi

- Anemia kronis

- Pasien gagal jantung

Cara transfusi

- Golongan darah ABO dan Rh antara

pasien dan donor harus

kompatibel/cocok

- Tidak boleh menambahkan obat dalam

kantong darah

- Transfusi 1 unit WB diselesaikan

maksimal dalam 4

Kepaniteraan Klinik Obstetri dan GinekologiRumah Sakit Umum Daerah CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 8 April 2013 – 15 Juni 2013 20

TRANFUSI DARAH DI BIDANG OBSTETRIK

Catatan :

Yang disebut fresh whole blood (FWB) adalah darah lengkap dengan masa

simpan ≤36 jam.3 Dalam masa simpan tersebut komponen darah selain sel darah

merah seperti trombosit dan faktor koagulasi diharapkan masih viable dan

bermanfaat bagi pasien.

Tidak setiap kabupaten/kota di Indonesia memiliki Unit Transfusi Darah (UTD)

yang dikelola PMI atau RSUD dan tidak setiap UTD mampu memproses

pemisahan komponen darah. Pada kondisi seperti ini, kebutuhan transfusi darah

hanya dapat dipenuhi dengan WB. Monitor ketat transfusi perlu dilakukan untuk

menghindari kemungkinan overload cairan.

Packed red cell (PRC)

Isi

Penyimpanan

: Hematokrit 55-75%

- Disimpan pada suhu 2-6°C di blood bank

refrigerator

- Masa simpan 28 hari

- Darah harus sudah ditransfusikan kepada

pasien dalam 30 menit setelah darah keluar

dari blood bank refrigerator

Indikasi Penggantian sel darah merah pada pasien

anemia:

- Hb <7 g/dL

- Hb <10 g/dL dengan gejala anemia dan atau

tanda vital tidak stabil

Cara transfusi

- Golongan darah ABO dan Rh antara pasien

dan donor harus kompatibel/cocok

- Tidak boleh menambahkan obat dalam

kantong darah

- Transfusi 1 unit PRC diselesaikan maksimal

Kepaniteraan Klinik Obstetri dan GinekologiRumah Sakit Umum Daerah CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 8 April 2013 – 15 Juni 2013 21

TRANFUSI DARAH DI BIDANG OBSTETRIK

dalam 4 jam

- Untuk memperlancar aliran transfusi, dapat

ditambahkan normal saline (50-100 mL)

menggunakan set infuse Y-pattern

Tujuan transfusi PRC adalah penggantian kapasitas angkut oksigen oleh sel darah merah.

Dosis awal biasanya 2-4 unit.7 Transfusi 1 unit PRC diharapkan menaikkan kadar

hematokrit sekitar 3%.

Washed Red Cell (WRC)

indikasi untuk pasien yang mengalami reaksi alergi terhadap protein plasma.

Thrombocyte concentrate (TC)

Isi : 3,9 – 4,3 x 109 trombosit

Penyimpanan

- Disimpan pada suhu 20-24°C di platelet agitator

- Masa simpan 5 hari

Penyimpanan lebih lama meningkatkan risiko

kontaminasi bakteri

Indikasi

- Trombositopenia:

1. Jumlah trombosit <15.000/mmk

2. Jumlah trombosit <50.000/mmk dengan

perdarahan atau pembedahan

3. Jumlah trombosit <100.000/mmk dengan

perdarahan masif atau perdarahan terus-menerus.

- Gangguan/kelainan kualitas trombosit

Kontraindikasi

- Immune Thrombocytopenia Purpura (ITP)

- Thrombotic Thrombocytopenia Purpura (TTP)

- Untreated Disseminated Intravascular

Coagulation (DIC)

Kepaniteraan Klinik Obstetri dan GinekologiRumah Sakit Umum Daerah CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 8 April 2013 – 15 Juni 2013 22

TRANFUSI DARAH DI BIDANG OBSTETRIK

- Hipersplenisme

Cara transfusi dari platelet agitator di UPTD dan selesai

maksimal dalam 4 jam.

- Trombosit tidak boleh dimasukkan dalam

refrigerator/kulkas di bangsal karena akan

mengurangi fungsi trombosit

Catatan

- 1 unit TC diharapkan menaikkan jumlah

trombosit sekitar 3000-5000/mmk sehingga

transfusi 6 unit TC diharapkan menaikkan jumlah

trombosit 18.000-30.000/mmk.

- Kenaikan jumlah trombosit kurang tercapai jika

terdapat splenomegali, DIC, atau septicemia pada

pasien.

- Keberhasilan transfusi trombosit dapat

dievaluasi dengan menilai corrected platelet count

increment (CCI)

Fresh frozen plasma (FFP)

Indikasi:

1. PT dan APTT >1,5 kali nilai kontrol

2. Overdosis obat antikoagulan

3. Diketahui menderita defisiensi faktor koagulasi dengan perdarahan

4. PT>16 detik atau INR>1,8 dengan perdarahan atau untuk mengantisipasi

tindakan invasif.

5. DIC

6. TTP

7. Transfusi masif >10 unit PRC

Kepaniteraan Klinik Obstetri dan GinekologiRumah Sakit Umum Daerah CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 8 April 2013 – 15 Juni 2013 23

TRANFUSI DARAH DI BIDANG OBSTETRIK

8. >1500 ml cell saver blood reinfused

9. PT>35 detik dengan perdarahan atau untuk mengantisipasi tindakan invasif.

Fresh Frozen Plasma berisi semua faktor pembekuan, AT III, protein C dan S,

albumin serta imunoglobulin. Dosis awal biasanya 2-6 unit. Kadar faktor

koagulasi labil akan menurun dengan cepat sehingga harus ditransfusikan

dalam 6 jam setelah dicairkan. Plasma golongan A dapat diberikan pada

pasien golongan A atau O; plasma golongan B dapat diberikan pada pasien

golongan B atau O; plasma golongan O hanya dapat diberikan pada pasien

golongan O; dan plasma golongan AB dapat diberikan pada semua pasien.

Reaksi transfusi yang sering terjadi pada transfusi FFP berupa reaksi alergi

akut sampai anafilaksis terutama dengan kecepatan infus cepat.

Cryoprecipitate/AHF

Indikasi:

1. Isolated Factor VIII, Factor IX, Factor XIII deficiency or von Willebrand’s

disease

2. Hipofibrinogenemia (kadar fibrinogen <80-100 mg/dL) dan disfibrinogenemia

3. Pasien dengan surgical coagulopathy

4. Digunakan sebagai local factor coagulant selama pembedahan

Cryoprecipitate berisi kurang lebih setengah faktor VIII dan fibrinogen

dari kadarnya dalam darah lengkap, misal 56-75 IU/unit, fibrinogen 105-210

mg/unit. Dosis awal biasanya 10-20 unit.

Berdasarkan laporan pengeluaran darah UPTD RSUP DR Sardjito Januari

- April 2010, rata-rata penggunaan darah oleh Bagian Kebidanan dan

Kandungan RSUP DR. Sardjito sebanyak 195 unit/bulan atau 8% dari total

pengeluaran darah. Perbandingan penggunaan WB dibanding komponen darah

adalah 3:7. Komponen darah yang dipakai adalah PRC (66%) dan TC (4%).

Jumlah unit darah yang diminta ke UPTD dibanding jumlah darah yang

digunakan adalah 2:1 sehingga banyak unit darah yang tidak jadi terpakai. Data

ini menunjukkan bahwa penggunaan darah di Bagian Kebidanan dan Kandungan

Kepaniteraan Klinik Obstetri dan GinekologiRumah Sakit Umum Daerah CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 8 April 2013 – 15 Juni 2013 24

TRANFUSI DARAH DI BIDANG OBSTETRIK

RSUP DR. Sardjito sudah cukup baik dengan indikasi penggunaan komponen

darah sampai 70% tetapi rencana penggunaan darah belum efektif. Oleh karena

itu diperlukan kerjasama dan komunikasi yang baik antara klinisi pengguna

darah dan penyedia darah (UPTD).

Pelayanan darah emergency

Perdarahan pada proses persalinan kadang tak dapat diprediksi dan masif.

Saat persalinan, aliran darah ke plasenta kurang lebih 700 mL per menit. Seluruh

volume darah pasien dapat habis/hilang dalam 5-10 menit. Kondisi tersebut

menjadi alasan mengapa perdarahan akut merupakan salah satu penyebab utama

kematian ibu jika tidak segera ditangani dengan cepat dan tepat.

Untuk mendapatkan darah/komponen darah pada kasus perdarahan masif

(kondisi emergency), langkah pertama yang dilakukan adalah menginformasikan

kebutuhan darah bagi pasien melalui telepon ke Unit Pelayanan Transfusi Darah

(UPTD). Langkah kedua adalah mengirimkan surat permintaan darah dan

sampel darah pasien ke UPTD. Di UPTD telah disediakan stok darah emergency

dari setiap golongan ABO sehingga pasien mendapat darah sesuai golongan

sistem ABO-nya dan belum dilakukan uji silang serasi (uncrossmatched). Pada

kondisi tidak tersedia darah sesuai golongan ABO, dapat diberikan packed red

cell (PRC) golongan O (dalam waktu 5 menit). Karena prevalensi Rh(D) negatif

sangat rendah, untuk kasus emergency seperti tersebut di atas tidak perlu

diberikan golongan O Rh(D) negatif, tetapi dengan golongan O Rh(D) positif.

Jika pasien telah diketahui golongan darah sistem ABO dan Rh saat prenatal

care, maka penentuan golongan darah Rh yang akan diberikan tidak menjadi

masalah lagi. Sebelum darah dikeluarkan untuk pasien, petugas UPTD

melakukan pemeriksaan konfirmasi golongan darah pasien dan donor.

Turnaround time untuk pemeriksaan konfirmasi golongan darah adalah 15

menit. Uji silang serasi tetap dilanjutkan di UPTD dan jika hasilnya

inkompatibel maka akan diinformasikan kepada dokter yang merawat pasien.

Petugas dari bagian kebidanan yang mengantarkan surat permintaan darah dan

sampel pasien menunggu proses konfirmasi golongan darah pasien dan donor

Kepaniteraan Klinik Obstetri dan GinekologiRumah Sakit Umum Daerah CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 8 April 2013 – 15 Juni 2013 25

TRANFUSI DARAH DI BIDANG OBSTETRIK

atau menunggu darah dikeluarkan. Langkah ketiga, petugas dari bagian

kebidanan langsung membawa darah ke ruang operasi/bangsal dimana pasien

membutuhkan darah. Untuk mencegah kemungkinan kesalahan transfusi,

perawat atau dokter mencocokkan kembali identitas pasien pada label kantong

darah dan pergelangan tangan pasien atau papan di tempat tidur pasien sebelum

darah ditransfusikan.

Transfusi masif di bidang obstetri

Transfusi masif didefinisikan sebagai transfusi darah lebih dari 10 unit

produk sel darah merah (PRC/WB) dalam 24 jam; sebanyak 50% volume darah

total diganti dalam waktu 2 jam; atau kehilangan darah lebih dari 150 mL/menit.

Transfusi masif di bidang obstetri mungkin dilakukan pada perdarahan

postpartum berat. Menurut WHO, definisi perdarahan postpartum adalah

kehilangan darah lebih dari 500 mL selama dan sesudah persalinan atau

kehilangan sejumlah darah postpartum yang menyebabkan instabilitas

hemodinamik; perdarahan postpartum berat yaitu kehilangan darah >1000 mL;

perdarahan obstetri masif yaitu kehilangan 50% volume darah sirkulasi <3jam

atau kehilangan darah >150 mL/menit.

Transfusi masif dengan darah (WB) simpan akan memperberat trombopati

dan koagulopati disebabkan karena trombositopenia dilusional, deplesi faktor

koagulasi, asidosis dan hipotermia. Oleh karena itu, setiap transfusi 5-10 unit

darah simpan diberikan 1 unit darah segar, setiap 1 liter transfusi citrated blood

diberikan 10 mL 10% calcium gluconate IV untuk mencegah toksisitas sitrat,

darah ditransfusikan dengan alat penghangat darah, dan menggunakan set

transfusi yang dilengkapi filter mikroagregat. Toksisitas sitrat mungkin akan

terlihat jika kecepatan transfusi melebihi 1 unit darah dalam 5 menit (1

mL/kgBB/menit). Tandanya antara lain adanya perubahan EKG (QT

memanjang, QRS melebar, gelombang T mendatar sampai henti jantung),

hipotensi, dan nadi cepat. Jika koreksi dengan kalsium gagal dapat diberikan

magnesium IV.

Efek samping/reaksi transfusi

Kepaniteraan Klinik Obstetri dan GinekologiRumah Sakit Umum Daerah CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 8 April 2013 – 15 Juni 2013 26

TRANFUSI DARAH DI BIDANG OBSTETRIK

Transfusi darah mungkin merupakan sutu tindakan yang menyelamatkan

hidup tetapi bukan tanpa risiko. Sebelum dokter memutuskan transfusi darah

bagi pasien, ia harus harus selalu mempertimbangkan manfaat dan risikonya.

Risiko terbesar transfusi darah adalah jika pasien ditransfusi dengan darah yang

‘salah’ (terbanyak disebabkan clerical error). Oleh karena itu prosedur baku

untuk mendapatkan sampel yang tepat, crossmatch, skrining infeksi menular

lewat transfusi darah dan pemberian transfusi harus dilakukan secara ketat

bahkan untuk kasus emergency.

Berikut ini adalah efek samping/reaksi dari transfusi darah, yaitu:

I. Komplikasi akut, yaitu reaksi transfusi yang terjadi selama dan segera setelah

transfusi (dalam 24 jam):

o Hipersensitif

o Febrile non hemolytic reaction

o Overload cairan

o Anafilaksis

o Hemolisis intravaskuler akut

o Kontaminasi bakteri dan syok septik

o TRALI (transfusion-associated acute lung injury)

o Komplikasi metabolik (hiperkalemia, toksisitas sitrat dan hipokalsemia)

II. Komplikasi lambat, yaitu reaksi transfusi dengan tanda dan gejala yang

muncul ≥ 5-10 hari setelah transfusi :

o Reaksi hemolitik lambat

o Post-transfusion purpura

o Graft versus host disease (GvHD)

o Overload besi khususnya pada transfusion-dependent patient

o Penularan infeksi menular lewat transfusi darah seperti HIV, HBV,

HCV, sifilis, malaria, CMV, atau lainnya (toxoplasmosis, Epstein-Barr

virus, chagas disease, brucellosis, human parvovirus B19, infectious

mononucleosis, dan Lymes disease).

Kepaniteraan Klinik Obstetri dan GinekologiRumah Sakit Umum Daerah CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 8 April 2013 – 15 Juni 2013 27

TRANFUSI DARAH DI BIDANG OBSTETRIK

BAB II

KESIMPULAN

Transfusi darah adalah tindakan memindahkan darah atau komponennya

ke dalam sistim pembuluh darah seseorang. Komponen darah yang biasa

ditransfusikan ke dalam tubuh

seseorang adalah sel darah merah, trombosit, plasma, sel darah putih.

Transfusi darah adalah suatu pengobatan yang bertujuan menggantikan atau

menambah komponen darah yang hilang atau terdapat dalam jumlah yang tidak

mencukupi.

Transfusi darah dapat dikelompokkan menjadi 2 golongan utama

berdasarkan sumbernya,yaitu transfusi allogenic dan transfusi autologus.

Transfusi allogenic adalah darah yang disimpan untuk transfusi berasal dari tubuh

orang lain. Sedangkan transfusi autologus adalah darah yang disimpan berasal

dari tubuh donor sendiri yang diambil 3 unit beberapa  hari sebelumnya, dan

setelah 3 hari ditransferkan kembali ke pasien.

Anemia pada kehamilan didefinisikan dengan kadar hemoglobin (Hb)

kurang dari 11 g/dL pada trimester I dan III serta 10,5 g/dL pada trimester II.

Diagnosis dan terapi yang efektif terhadap anemia kronik pada kehamilan

merupakan tindakan yang penting untuk mengurangi kebutuhan transfusi darah.

Keputusan untuk transfusi darah tidak boleh hanya berdasar kadar Hb saja, tetapi

juga berdasar indikasi

klinis pasien. Perdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau seksio

cesaria sebenarnya tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb ibu sebelum

persalinan di atas 10,0 – 11,0 g/dL.3 Sebaliknya, transfusi darah hampir selalu

diindikasikan jika Hb <7 g/dL.

Kepaniteraan Klinik Obstetri dan GinekologiRumah Sakit Umum Daerah CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 8 April 2013 – 15 Juni 2013 28

TRANFUSI DARAH DI BIDANG OBSTETRIK

DAFTAR PUSTAKA

1. Santoso J. T., Lin D. W., and Miller D. S., 1995.

Transfusion Medicine in Obstetric and Gynecology, CME

Review Articles, 50(6):470-481.

2. Lockwood C. J and Magriples U., 2009. The Initial

Prenatal Assessment and Routine Prenatal Care,

www.uptodate.com

3. WHO, 2002. The Clinical Use of Blood, Geneva

4. Anonim, 2009. Blood Usage in Obstetric Hemorrhage,

www.lancastergeneralcollege.edu

5. Anonim, 2008. Royal College of Obstetrician and

Gynaecologists, Blood Transfusion in Obstetrics, Green-

top Guideline 2008.

6. Anonim, 2010. Laporan Pengeluaran Darah UPTD RSUP

DR. Sardjito Januari-April 2010.

7. Martel M. J., 2002. Hemorrhagic Shock, SOGC Clinical

Practice Guideline .

8. Shroff M., Component Therapy in Massive Obstetric

Haemorrhage, www.obgyntoday.info

Kepaniteraan Klinik Obstetri dan GinekologiRumah Sakit Umum Daerah CiawiFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 8 April 2013 – 15 Juni 2013 29