Referat Transfusi Darah (Ecah)

32
BAB I PENDAHULUAN Transfusi darah adalah suatu rangkaian proses pemindahan darah donor ke dalam sirkulasi darah resipien sebagai upaya pengobatan. Transfusi darah telah mulai dicoba dilakukan sejak abad ke 15 dan hingga pertengahan abad ke 17, namun berakhir dengan kegagalan, karena cara pemberiannya dan pada waktu itu dipakai sebagai sumber donornya adalah darah hewan. Melalui berbagai percobaan dan pengamatan kemudian disimpulkan bahwa manusia yang semestinya menjadi sumber darah. Pemikiran dasar pada transfusi adalah cairan intravaskuler dapat diganti atau disegarkan dengan cairan pengganti yang sesuai dari luar tubuh.Pada tahun 1901, Landsteiner menemukan golongan darah sistem ABO dan kemudian system antigen Rh (rhesus) ditemukan oleh Levine dan Stetson di tahun 1939.Kedua system ini menjadi dasar penting bagi transfusi darah modern. Sekitar tahun 1937 dimulailah sistem pengorganisasian bank darah yang terus berkembang sampai kini. 2,3 Namun transfusi bukanlah tanpa risiko, meskipun telah dilakukan berbagai upaya untuk memperlancar tindakan transfusi, namun efek samping, reaksi transfusi, atau infeksi akibat transfusi tetap mungkin terjadi.Maka bila diingat dan dipahami mengenai keamanannya, indikasinya perlu diperketat. Apabila memungkinkan, masih perlu dicari alternatif lain untuk mengurangi penggunaan transfusi darah. Pemberian komponen-komponen darah 1

Transcript of Referat Transfusi Darah (Ecah)

Page 1: Referat Transfusi Darah (Ecah)

BAB I

PENDAHULUAN

Transfusi darah adalah suatu rangkaian proses pemindahan darah donor ke dalam

sirkulasi darah resipien sebagai upaya pengobatan. Transfusi darah telah mulai dicoba dilakukan

sejak abad ke 15 dan hingga pertengahan abad ke 17, namun berakhir dengan kegagalan, karena

cara pemberiannya dan pada waktu itu dipakai sebagai sumber donornya adalah darah hewan.

Melalui berbagai percobaan dan pengamatan kemudian disimpulkan bahwa manusia yang

semestinya menjadi sumber darah.

Pemikiran dasar pada transfusi adalah cairan intravaskuler dapat diganti atau disegarkan

dengan cairan pengganti yang sesuai dari luar tubuh.Pada tahun 1901, Landsteiner menemukan

golongan darah sistem ABO dan kemudian system antigen Rh (rhesus) ditemukan oleh Levine

dan Stetson di tahun 1939.Kedua system ini menjadi dasar penting bagi transfusi darah modern.

Sekitar tahun 1937 dimulailah sistem pengorganisasian bank darah yang terus berkembang

sampai kini.2,3

Namun transfusi bukanlah tanpa risiko, meskipun telah dilakukan berbagai upaya untuk

memperlancar tindakan transfusi, namun efek samping, reaksi transfusi, atau infeksi akibat

transfusi tetap mungkin terjadi.Maka bila diingat dan dipahami mengenai keamanannya,

indikasinya perlu diperketat. Apabila memungkinkan, masih perlu dicari alternatif lain untuk

mengurangi penggunaan transfusi darah. Pemberian komponen-komponen darah yang

diperlukan saja lebih dibenarkan dibandingkan dengan pemberian darah lengkap (whole

blood).1,3

1

Page 2: Referat Transfusi Darah (Ecah)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Definisi Transfusi Darah

Transfusi darah adalah proses pemindahan darah atau komponen darah dari donor ke

sistem sirkulasi penerima melalui pembuluh darah vena.1 Berdasarkan sumber darah atau

komponen darah, transfusi darah dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu:

1. Homologous atau allogenictransfusion, yaitu transfusi menggunakan darah dari orang

lain;

2. Autologoustransfusion, yaitu transfusi dengan menggunakan darah resipien itu sendiri

yang diambil sebelum transfusi dilakukan.

2.2 Darah sebagai Organ

Darah yang semula dikategorikan sebagai jaringan tubuh, saat ini telah dimasukkan

sebagai suatu organ tubuh terbesar yang beredar dalam system kardiovaskular, tersusun dari

(1)komponen korpuskuler atau seluler, (2)komponen cairan. Komponen korpuskuler yaitu materi

biologis yang hidup dan bersifat multiantigenik, terdiri dari sel darah merah, sel darah putih dan

keping trombosit, yang kesemuanya dihasilkan dari sel induk yang senantiasa hidup dalam

sumsum tulang. Ketiga jenis sel darah ini memiliki masa hidup terbatas dan akan mati jika masa

hidupnya berakhir. Agar fungsi organ darah tidak ikut mati, maka secara berkala pada waktu-

waktu tertentu, ketiga butiran darah tersebut akan diganti, diperbaharui dengan sel sejenis yang

baru. Komponen cair yang juga disebut plasma, menempati lebih dari 50 volume % organ darah,

dengan bagian terbesar dari plasma (90%) adalah air, bagian kecilnya terdiri dari protein plasma

dan elektrolit. Protein plasma yang penting diantaranya adalah albumin, berbagai fraksi globulin

serta protein untuk factor pembekuan dan untuk fibrinolisis.2,3

2

Page 3: Referat Transfusi Darah (Ecah)

2.3 Fungsi darah :

1. Sebagai organ transportasi, khususnya oksigen(O2), yang dibawa dari paru- paru dan

diedarkan ke seluruh tubuh dan kemudian mengangkut sisa pembakaran (CO2) dari

jaringan untuk dibuang keluar melalui paru- paru. Fungsi pertukaran O2 dan CO2 ini

dilakukan oleh hemoglobin, yang terkandung dalam sel darah merah. Protein plasma ikut

berfungsi sebagai sarana transportasi dengan mengikat berbagai materi yang bebas dalam

plasma, untuk metabolisme organ- organ tubuh.2,3

2. Sebagai organ pertahanan tubuh(imunologik), khususnya dalam menahan invasi berbagai

jenis mikroba patogen dan antigen asing. Mekanisme pertahanan ini dilakukan oleh

leukosit (granulosit dan limfosit) serta protein plasma khusus (immunoglobulin).2,3

3. Peranan darah dalam menghentikan perdarahan (mekanisme homeostasis) sebagai upaya

untuk mempertahankan volume darah apabila terjadi kerusakan pada pembuluh darah.

Fungsi ini dilakukan oleh mekanisme fibrinolisis, khususnya jika terjadi aktifitas

homeostasis yang berlebihan.2,3

Apabila terjadi pengurangan darah yang cukup bermakna dari komponen darah

korpuskuler maupun non korpuskuler akibat kelainan bawaan ataupun karena penyakit yang

didapat, yang tidak dapat diatasi oleh mekanisme homeostasis tubuh dalam waktu singkat maka

diperlukan penggantian dengan jalan transfusi darah, khususnya dari komponen yang

diperlukan.2,3

2.4 Golongan Darah

Sedikitnya 20 antigen golongan darah terpisah dapat dikenal, tanda dari masing-masing

adalah di bawah kontrol genetik dari kromosom loci.Kebetulan, hanya ABO dan Rh Sistem yang

penting pada transfusi darah.Setiap orang biasanya menghasilkan antibody

(alloantibodies).Antibodi bertanggung jawab untuk reaksi-reaksi dari transfusi. Antibodi dapat

menjadi “alami” atau sebagai respon atas sensitisasi dari suatu kehamilan atau transfusi

sebelumnya.10

3

Page 4: Referat Transfusi Darah (Ecah)

Sistem ABO

Kromosomal untuk sistem ABO ini menghasilkan dua allel: A dan B. Masing-masing

merepresentasikan suatu enzim yang merupakan modifikasi dari suatu permukaan sel

glycoprotein, menghasilkan antigen yang berbeda. (Sebenarnya, ada berbagai varian A dan B.)

Hampir semua individu tidak mempunyai A atau B " natural" yang menghasilkan antibodi

(sebagian besar immunoglobulin M) melawan antigens di dalam tahun pertama kehidupan.

Antigen H adalah precursor dari system ABO tetapi diproduksi oleh suatu kromosom tempat

berbeda. Tidak adanya antigen H (hh genotype, juga disebut Bombay pheno-type) mencegah

munculny gen A atau B; individu dengan kondisi sangat jarang ini akan mempunyai anti-A,

anti-B, dan anti-H antibodi.4,8

Bila sel darah merah (SDM) yang ditransfusikan tidak kompatibel, antibodi dalam plasma

resipien akan mengikat reseptor khusus di dinding SDM donor. Hal ini akan mengaktifkan jalur

komplemen yang akan menyebabkan lisis dinding SDM (intravaskular hemolisis). Jalur

komplemen ini akan melepaskan anafilatoksin C3a dan C5a yang akan membebaskan sitokin

seperti TNF, IL1 Dan IL8, dan menstimulasi degranulasi sel mast dengan mengsekresikan

mediator vasoaktif. Semua substansi ini bisa menyebabkan inflamasi, peningkatan permeabilitas

vaskular, dan hipotensi yang akan mengarah ke shock dan gagal ginjal. Mediator juga akan

menyebabkan agregasi platelet, oedema paru peribronchial, dan kontraksi otot kecil.

Tabel 1. Daftar Golongan Darah

Golongan Antigen di RBC Antibodi dalam plasma Golongan donor yang kompatibel

A Antigen A Anti-B A, O

B Antigen B Anti-A B, O

AB Antigen A & B Tidak ada A, B, AB, O

O Tidak ada Anti- A & B O

Sumber: Kepustakaan No.2

4

Page 5: Referat Transfusi Darah (Ecah)

Sistem Rh

Sistem Rh ditandai oleh dua gen yang menempati chromosome 1. Ada sekitar 46 Rh-

berhubungan dengan antigen, tetapi secara klinis, ada lima antigen utama ( D, C, c, E, dan e) dan

menyesuaikan dengan antibodi.

Biasanya, ada atau tidak alel yang paling immunogenik dan umum, D antigen,

dipertimbangkan. Kira-Kira 80-85% tentang populasi orang kulit putih mempunyai antigen D.

Individu yang kekurangan alel ini disebut Rh-Negative dan biasanya antibodi akan melawan

antigen D hanya setelah terpapar oleh ( Rh-Positive) transfusi sebelumnya atau kehamilan

( seorang Ibu Rh-Negative melahirkan bayi Rh-Positive).

2.5 Tes Kompatibilitas

Tujuan tes ini adalah untuk memprediksi dan untuk mencegah reaksi antigen-antibody

sebagai hasil transfusi sel darah merah. Donor dan penerima donor darah harus di periksa adanya

antibody yang tidak baik.10

Tabel 2. Golongan darah ABO

TIPE Adanya antibodi dalam serum Insidensi*

A anti– B 45%

B anti – A 8%

AB - 4%

O anti A, anti–B 43%

* angka rata-rata pada orang di Eropa

5

Page 6: Referat Transfusi Darah (Ecah)

1. Tes ABO-Rh

Reaksi Transfusi yang paling berat adalah yang berhubungan dengan inkompatibilitas

ABO. antibodi yang didapat secara alami dapat bereaksi melawan antigen dari transfusi (asing),

mengaktifkan komplemen, dan mengakibatkan hemolisis intravaskular. Sel darah merah pasien

diuji dengan serum yang dikenal mempunyai antibody melawan A dan B untuk menentukan

jenis darah. Oleh karena prevalensi secara umum antibodi ABO alami, konfirmasi jenis darah

kemudian dibuat dengan menguji serum pasien melawan sel darah merah dengan antigen yang

dikenal.4,8

Sel darah merah pasien juga diuji dengan antibody anti-D untuk menentukan Rh. Jika

hasilnya adalah Rh-Negative, adanya antibodi anti-D d dapat diuji dengan mencampur serum

pasien dengan sel darah merah Rh (+). Kemungkinan berkembangnya antibodi anti-D setelah

paparan pertama pada antigen Rh adalah 50-70%.

2. Pemeriksaan lain terhadap infeksi.

Tabel 3. Risiko transmisi agen-agen infeksi sehingga perlu dilakukan pemeriksaan rutin

terhadap produk-produk darah 5,6,9

6

Page 7: Referat Transfusi Darah (Ecah)

2.6 Komponen Darah

Whole blood

Darah lengkap segar digunakan pada perdarahan akut, syok hemovolemik, dan bedah

mayor dengan perdarahan >1500 mL. Darah lengkap segar hanya untuk 48 jam, baru untuk 6

hari, dan biasa untuk 35 hari. Sekarang produk ini sudah jarang digunakan, para klinisi lebih

senang menggunakan produk komponen darah saja.10

7

Page 8: Referat Transfusi Darah (Ecah)

Sel darah merah

Biasa juga disebut PRC (packed red blood cells), mengandung konsentrat eritrosit dari

whole blood yang disentrifugasi atau dengan metode apheresis. Kandungan yang terdapat dalam

PRC: hematokrit sekitar 50-80%, +50 mL plasma, 42,5-80 hemoglobin (128-240 mL eritrosit

murni), 147-dan 278 mg besi. Transfusi PRC mempunyai waktu paruh sekitar 30 hari.11

Dosis: pada dewasa tergantung kadar hemoglobin sekarang dan yang akan dicapai. Satu

kantong akan menaikkan kadar hemoglobin resipien sekitar 1 g/dL. Pada neonatus, dosisnya 10-

15 mL/kgBB akan meningkatkan kadar hemoglobin 3 g/dL. Kadar hemoglobin akhir dapat

diperkirakan dengan rumus = volume darah x hematokrit x 0,91.

Indikasi: hanya pada pasien dengan gejala klinis gangguan hemodinamik seperti

hipoksia, transfusi pengganti misal pada bayi dengan penyakit hemolitik, thalasemia. Biasanya

bila kadar hemoglobin kurang dari 6 g/dL dengan target akhir 10 g/dL.10

Platelet

Merupakan derivat dari whole blood dengan kandungan >5,5 x 1010 platelet per kantong,

dan 50 mL plasma.

Dosis: pada kasus trombositopenia cukup 1 kantong, atau sesuai target kadar platelet

biasanya 40.000-50.000/mm3. 1 kantong dapat meningkatkan platelet sekitar 50-100.000/mm3.

Indikasi: untuk mengatasi perdarahan karena kurangnya jumlah platelet, dan fungsi

platelet resipien yang tidak normal dengan kadar platelet kurang dari 40.000 pada dewasa, dan

kurang dari 100.000/mm3 pada neonatus.10

Kontraindikasi: autoimun trombositopenia, trombotik trombositopeniapurpura.

Frozen plasma

Biasa disebut fresh frozen plasma (FFP).1 kantong berjumlah sekitar 250 mL yang

dibekukan pada suhu -180C dalam 6-8 jam. FFP dalam 24 jam mengandung Faktor V dan Faktor

VIII.10

Indikasi: perdarahan masif, setelah terapi warfarin dan kuagulopati pada penyakit hati,

trombotik trombositopenia purpura.

8

Page 9: Referat Transfusi Darah (Ecah)

Dosis: 10-20 mL/kg.

Cryoprecipitated AHF

Biasa disebut cryoprecipitated antihemophilic factor.Didapatkan dengan mencairkan FFP

pada suhu 1-60C. Mengandung 150 mg fibrinogen, 80 IU faktor VIII:C, faktor VIII:vWF (von

Willebrand factor), faktor XIII, fibronectin, dan 5-20 mL plasma.

Dosis: kebutuhan fibrinogen : 250 fibrinogen/kantong. Biasanya sekitar 1 kantong per 7-

10 kgBB.

Indikasi: perdarahan karena defisiensi fibrinogen dan faktor XIII, pasien dengan hemofili

A atau von Willebrand’s disease.10

Granulosit

Transfusi Granulosit, yang dibuat dengan leukapheresis, diindikasikan pada pasien

neutropenia dengan infeksi bakteri yang tidak respon dengan antibiotik. Transfusi granulosit

mempunyai masa hidup dalam sirkulasi sangat pendek, sedemikian sehingga sehari-hari

transfusi 1010 granulosit pada umumnya diperlukan. Iradiasi dari granulosit menurunkan insiden

timbulnya reaksi graft-versus-host , kerusakan endothelial berhubungan dengan paru-paru, dan

lain permasalahan berhubungan dengan transfusi leukosit ( lihat di bawah), tetapi mempengaruhi

fungsi granulosit. Ketersediaan filgrastim (granulocyte colony-stimulating faktor, atau G-CSF)

dan sargramostim (granulocyte-macrophage colony-stimulating faktor, atau GM-CSF) telah

sangat mengurangi penggunaan transfusi granulosit.4

2.7 Darah Simpan

Darah donor sebelum disimpan untuk diberikan pada resipien harus dibebaskan

dari pelbagai macam penyakit yang mungkin dapat menulari resipien seperti hepatitis B

atau C, sifilis, malarian, HIV-1 atau HIV-2 virus human T-cell lymphotropic (HTLV-1

dan HTLV-2). Darah simpan supaya awet dan tidak membeku perlu disimpan dalam

suatu tempat dengan suhu sekitar 1o-6oC diberi pengawet. Umumnya digunakan

pengawet campuran sitrat untuk mengikat kalsium supaya tidak terjadi pembekuan, fosfat

sebagai penyangga (buffer), dekstrosa sebagai sumber energi sel darah merah, dan adenin

9

Page 10: Referat Transfusi Darah (Ecah)

membantu resintesis adenosintrifosfat dan menjaga supaya 2,3 DPG tidak cepat rusak.

Campuran ini dikenal dengan sebutan pengawet ACD (acid citrate dextrose), CPD

(citrate phospate dextrose) dan CPDA (citrate phospate dextrose adenine). Ketiga

pengawet tersebut yang paling sering digunakan untuk kepentingan klinik, terutama

CPDA-1. Pengawet jenis lain ialah AS-1 Adsol, AS-2 Nutrice, SAGM dan heparin.

Darah lengkap (whole blood) biasanya disediakan hanya untuk transfusi pada

perdarahan masif. Satu unit darah lengkap (450-540 ml) mengandung pengawet 60 ml

CPDA-1 atau CP2D dengan kadar hematrokit 30-40% dapat menaikkan kadar Hb

resipien 1 gr%. Bank darah modern jarang menyediakan darah lengkap, tetapi

menyediakan komponen darah seperti eritrosit dimampatkankan (red blood cell

concentrate, packed red cells, packed cells), plasma, dan faktor pembekuan, misalnya

Unit Transfusi Darah Daerah PMI DKI Jakarta menyediakan darah dengan pengawet

CPDA-1.

Pengawet Usia

Eritro

sit

p

H

2,3

DPG

K

+

Zat

Pembe

ku

Dar

ah

Seg

ar

2.8 Transfusi Darah pada Pembedahan

Pada bayi dengan kadar hemoglobin normal, kehilangan darah sebanyak 10-15% volume

darah , kerana tidak memberatkan kompensasi badan, maka cukup diberi cairan kristaloid atau

koloid, sedangkan di atas 15% perlu transfuse darah, kerana ada gangguan pengangkutan

oksigen. Sedangkan untuk orang dewasa dengan kadar Hb normal angka patokannya adalah

20%. Kehilangan darah sampai 20% ada gangguan factor pembekuan. Cairan kristaloid (ringer-

10

Page 11: Referat Transfusi Darah (Ecah)

laktat, asering) untuk mengisi ruang intravaskular diberikan sebanyak 3kali lipat jumlah darah

yang hilang, sedangkan koloid diberikan dengan jumlah yang sama.

Untuk mengetahui jumlah volume darah seseorang, biasanya digunakan patokan berat badan,

seperti table dibawah :

USIA ml/kgBB

Prematur 95

Cukup bulan 85

Anak kecil 80

Anak besar 75-80

Dewasa :Pria 75

Wanita 65

Makin aktif secara fisik seseorang, makin besar pula volume darahnya untuk setiap kilogram

berat badannya.

2.8 Indikasi Transfusi Darah

Transfusi darah umumnya >50% diberikan pada saat perioperatif dengan tujuan untuk

menaikkah kapasitas pengangkutan oksigen dan volume intravaskular. Kalau hanya menaikkan

volume intravaskular saja cukup dengan koloid atau kristaloid.

Indikasi transfusi darah ialah:

1. Perdarahan akut sampai Hb < 8 gr% atau Ht <30%

Pada orang tua, kelainan paru, kelainan jantung Hb <10% g/dl.

2. Bedah mayor kehilangan darah >20% volum darah.

11

Page 12: Referat Transfusi Darah (Ecah)

2.9 Transfusi Darah Masif

Perdarahan massif adalah perdarahan lebih dari sepertiga volume darah dalam waktu

<30menit. Definisi tentang transfuse darah massif masih tidak jelas dan banyak versi misalnya :

1. Transufusi darah sebanyak lebih dari 1-2kali volume darah dalam waktu lebih dari

24jam.

2. Transfusi darah lebih besar dari 50% volume darah dalam waktu singkat (misalnya 5

unit dalam 1jam untuk berat 70kg)

2.10 Strategi Alternatif Penanganan Kehilangan Darah

2.10.1 Transfusi Autologus

Pasien yang mengalami prosedur pembedahan elektif dengan suatu kemungkinan tinggi

untuk transfusi dapat mendonorkan darah mereka sendiri untuk digunakan selama operasi.Darah

ini dapat dikumpulkan mulai 4-5 minggu sebelum operasi.Pasien diperbolehkan untuk

mendonorkan satu kantong darah sepanjang hematokrit kurang lebih 34% atau hemoglobin

sekitar 11 g/dl. Kebutuhan pemakaian darah minimum 72 jam antara mendonorkan darah dan

membuat volume plasma kembali normal. Dengan suplementasi besi dan terapi eritropoetin

rekombinan ( 400 U perminggu), sedikitnya tiga atau empat unit pada umumnya dikumpulkan

sebelum operasi.4

Beberapa studi menyatakan bahwa transfusi darah autologous tidak mempunyai efek

tambahan yang mempengaruhi survival pada pasien yang mengalami operasi untuk kanker.

Walaupun transfusi autologous mungkin mengurangi resiko infeksi dan reaksi transfusi, mereka

tidaklah dengan sepenuhnya bebas dari resiko. Resiko meliputi reaksi immunologi yang

berhubungan dengan kesalahan pekerjaan karyawan dalam pengumpulan dan label, pencemaran,

dan gudang/penyimpanan yang tidak benar. Reaksi alergi dapat terjadi dalam kaitan dengan

alergen (misalnya, ethylen oksida), dapat masuk kedalam darah dari tempat pengumpulan dan

gudang penyimpanan. Pengumpulan darah preoperative autologous dilakukan dengan frekuensi

berkurang.4

2.10.2 Penyimpanan Darah dan Pemberian Cairan Melalui Infus Berulang

12

Page 13: Referat Transfusi Darah (Ecah)

Teknik ini umumnya digunakan pada bedah jantung, vaskular dan bedah tulang.Darah di

aspirasi intraoperatif bersama-sama dengan suatu pencegah pembekuan darah (heparin) ke dalam

suatu reservoir.Setelah jumlah darah cukup dikumpulkan, sel darah yang merah di konsentratkan

dan dicuci untuk dimurnikan dari kotoran dan zat pembeku kemudian di transfusikan kembali ke

dalam pasien.Konsentrat darah tersebut umumnya mempunyai hematokrit 50-60%.Untuk

digunakan secara efektif, teknik ini memerlukan kehilangan darah lebih besar dari 1000-1500

mL.Kontrainidikasi meliputi pencemaran dari luka yang busuk dan tumor malignan, meskipun

demikian kekhawatiran tentang kemungkinan reinfusi sel malignan via teknik ini tidak

dibenarkan. Sistem lebih modern dan sederhana memungkinkan reinfusion darah tanpa

centrifuge.4

2.10.3 Normovolemik Hemodilusi

Hemodilution normovolemic akut bergantung pada pendapat bahwa jika konsentrasi sel

darah merah dikurangi, total kehilangan sel darah merah dapat dikurangi apabila darah dalam

jumlah besar ditumpahkan.Lebih dari itu, cardiac output tetap normal sebab volume

intravaskular terkontrol.Darah umumnya dikeluarkan sebelum operasi melalui kateter intravena

yang besar dan digantikan dengan cairan kristaloid dan koloid, supaya pasien tetap

normovolemic tetapi dengan hematocrit 21-25%. Darah yang dikeluarkan disimpan dalam

kantong CPD pada suhu sampai 6 jam untuk menjaga fungsi dari trombosit. Darah di

transfusikan kembali ke pasien setelah kehilangan darah atau lebih cepat jika diperlukan.4

2.10.4 Donor – Transfusi Langsung

Pasien dapat meminta donor darah dari anggota keluarga atau teman yang mengandung

ABO kompatibilitas.Kebanyakan bank darah tidak menyarankan hal ini dan umumnya

memerlukan donor kurang lebih 7 hari sebelum operasi untuk memproses darah dan

mengkonfirmasikan kompatibilitas. Studi yang membandingkan keamanan dari pendonor-

langsung dengan donor secara random tidak ada perbedaan, ataupun bank darah lebih aman.4

2.11 Komplikasi Transfusi Darah

13

Page 14: Referat Transfusi Darah (Ecah)

Reaksi Hemolisis

Reaksi Hemolisis pada umumnya melibatkan destruksi spesifik dari sel darah merah

yang ditransfusikan oleh antibodi resipien. Lebih sedikit biasanya, hemolisis sel darah merah

resipien terjadi sebagai hasil transfusi antibodi sel darah merah. Transfusi dalam jumlah besar

dapat menyebabkan hemolisis intravaskular.4

Reaksi Hemolisis biasanya digolongkan akut ( intravascular) atau delayed

(extravascular).4

1. Reaksi hemolisis akut

Hemolisis Intravascular akut pada umumnya berhubungan dengan Inkompatibilitas ABO

dan frekwensi yang dilaporkan kira-kira 1:38,000 transfusi. Penyebab yang paling umum adalah

misidentifikasi suatu pasien, spesimen darah, atau unit transfusi. Reaksi ini adalah yang terberat.

Resiko suatu reaksi hemolytic fatal terjadi 1 dalam 100,000 transfusi. Pada pasien yang sadar,

gejala meliputi rasa dingin, demam, nausea, dan sakit dada. Pada pasien yang dianestesi,

manifestasi dari suatu reaksi hemolytic akut adalah suhu meningkat, tachycardia tak dapat

dijelaskan, hypotensi, hemoglobinuria, dan oozing yang difus dari lapangan operasi.

Disseminated Intravascular Coagulation, shock, dan penurunan fungsi ginjal dapat berkembang

dengan cepat. Beratnya suatu reaksi seringkali tergantung pada berapa banyak darah yang

inkompatibel yang sudah diberikan. Gejala yang berat dapat terjadi setelah transfusi 10 – 15 ml

darah yang ABO inkompatibel.

Manajemen reaksi hemolisis dapat simpulkan sebagai berikut;

Jika dicurigai suatu reaksi hemolisis, transfusi harus dihentikan dengan segera.

Darah harus di cek ulang dengan slip darah dan identitas pasien.

Kateter urin dipasang , dan urin harus dicek adanya hemoglobin.

Osmotic diuresis harus diaktifkan dengan mannitol dan cairan kedalam pembuluh

darah.

Jika ada perdarahan akut, indikasi pemberian platelets dan FFP

2. Reaksi hemolisis lambat

14

Page 15: Referat Transfusi Darah (Ecah)

Suatu reaksi hemolisis lambat biasanya disebut hemolisis extravaskular biasanya ringan

dan disebabkan oleh antibodi non D antigen sistem Rh atau ke alel asing di sistem lain seperti

Kell, Duffy, atau Kidd antigen. Berikut suatu transfusi ABO dan Rh D-kompatibel, pasien

mempunyai 1-1.6% kesempatan membentuk antibody untuk melawan antigen asing. Pada saat

itu sejumlah antibody ini sudah terbentuk ( beberapa minggu sampai beberapa bulan), tranfusi

sel darah telah dibersihkan dari sirkulasi. Lebih dari itu, titer antibody menurun dan mungkin

tidak terdeteksi. Terpapar kembali dengan antigen asing yang sama selama transfuse sel darah,

dapat mencetuskan respon antibody melawan antigen asing. Peristiwa ini dilihat jelas dengan

Sistem Kidd antigen.Reaksi hemolisis pada tipe lambat terjadi 2-21 hari setelah transfusi, dan

gejala biasanya ringan, terdiri dari malaise, jaundice, dan demam.Hematokrit pasien tidak

meningkat setelah transfusi dan tidak adanya perdarahan. Serum bilirubin unconjugated

meningkat sebagai hasil pemecahan hemoglobin.4

Diagnosa antibodi-reaksi hemolisis lambat mungkin difasilitasi oleh antiglobulin

(Coombs) Test. Coombs test mendeteksi adanya antibodi di membran sel darah. Test ini tidak

bisa membedakan antara membran antibodi resipien pada sel darah merah dengan membran

antibodi donor pada sel darah merah. Jadi, ini memerlukan suatu pemeriksaan ulang yang lebih

terperinci pretransfusi pada kedua spesimen : pasien dan donor.4

Penanganan reaksi hemolisis lambat adalah suportif.Frekuensi reaksi transfusi hemolisis

lambat diperkirakan kira-kira 1:12.000 transfusi. Kehamilan ( terpapar sel darah merah janin)

dapat juga menyebabkan pembentukan alloan-tibodies pada seldarah merah.

Manajemen: perlu dilakukan pemeriksaan darah rutin, blood film, LDH, direct

antiglobulin test, renal profile, serum bilirubin, haptoglobin, dan urinalysis. Fungsi ginjal harus

dimonitoring ketat. Terapi spesisfik sangat jarang dibutuhkan, hanya saja pada transfusi

selanjutnya perlu berhati-hati dengan melakukan screening golongan darah dan atibodi.4

Reaksi Febris

Sensitisasi leukosit atau platelet secara khas manifestasinya adalah reaksi febris.Reaksi

ini umumnya 1-3% tentang episode transfusi dan ditandai oleh suatu peningkatan temperatur

15

Page 16: Referat Transfusi Darah (Ecah)

tanpa adanya hemolisis. Pasien dengan suatu riwayat febris berulang harus menerima tranfusi

lekosit saja. Transfusi darah merah dapat dibuat leukositnya kurang dengan sentrifuge, filtrasi,

atau teknik freeze-thaw.4

Reaksi Urtikaria

Reaksi Urtikaria pada umumnya ditandai oleh eritema, penyakit gatal bintik merah dan

bengkak, dan menimbulkan rasa gatal tanpa demam. Pada umumnya ( 1% tentang transfusi) dan

dipikirkan berkaitan dengan sensitisasi pasien terhadap transfusi protein plasma. Reaksi

urtikaria dapat diatasi dengan obat antihistamin ( H, dan mungkin H2 blockers) dan steroid.4

Reaksi Anafilaksis

Reaksi Anafilaksis jarang terjadi (kurang lebih 1 dari 150,000 transfusi). Reaksi ini berat

dan terjadi setelah hanya beberapa mililiter darah ditranfusi, secara khas pada IgA pasien

dengan defisiensi anti-IgA yang menerima tranfusi darah yang berisi IgA. Prevalensi defisiensi

IgA diperkirakan 1:600-800 pada populasi yang umum. Reaksi ini diatasi dengan pemberian

epinefrin, cairan, kortikosteroid, H1, dan H2 bloker. Pasien dengan defisiensi IgA perlu

menerima Washed Packed Red Cells, deglycerolized frozen red cells, atau IgA-Free blood Unit .4

Tandanya meliputi hipotensi, bronkospasme, periorbital dan laryngeal edema, mual &

muntah, erythema, urtikaria, konjunctivitis, dyspnoea, nyeri dada, dan nyeri abdomen.

Manajemen: hentikan transfusi sampai gejala menghilang selama 30 menit. Untuk

menghilangkan gejala berikan antihistamin, misalnya chlorpheniramine 10 mg. Berikan

chlorpheniramine sebelum transfusi berikutnya dilakukan.4

Edema Pulmoner Nonkardiogenik

Sindrom acute lung injury (Transfusion-Related Acute Lung Injury [TRALI]) merupakan

komplikasi yang jarang terjadi(<1:10,000). Ini berkaitan dengan transfusi antileukositik atau

anti-HLA antibodi yang saling berhubungan dan menyebabkan sel darah putih pasien teragregasi

16

Page 17: Referat Transfusi Darah (Ecah)

di sirkulasi pulmoner.Tranfusi sel darah putih dapat berinteraksi dengan leukoaglutinin.

Perawatan Awal TRALI adalah sama dengan Acute Respiratory distress syndrome (ARDS),

tetapi dapat sembuh dalam 12-48 jam dengan terapi suportif.

Manajemen: atasi distres pernapasan dengan ventilator, dan berikan steroid.

Graft versus Host Disease

Reaksi jenis ini dapat dilihat pada pasien immune-compromised.Produk sel darah berisi

limfosit mampu mengaktifkan respon imun. Penggunaan filter leukosit khusus sendiri tidak

dapat dipercaya mencegah penyakit graft-versus-host. Iradiasi (1500-3000 cGy) sel darah merah,

granulocyte, dan transfusi platelet secara efektif menginaktifasi limfosit tanpa mengubah efikasi

dari transfusi.4

Purpura Posttransfusi

Thrombositopenia jarang terjadi setelah transfusi darah dan ini berkaitan dengan

berkembangnya aloantibodi trombosit.Karena alasan yang tidak jelas, antibodi menghancurkan

trombosit. Hitung trombosit secara jelas menurun 1 minggu setelah tranfusi. Plasmapheresis

dalam hal ini dianjurkan.4

Imunosupresi

Transfusi leukosit merupakan produk darah dapat sebagai immunosuppressi.Ini adalah

terlihat jelas pada penerima cangkok ginjal, di mana transfusi darah preoperatif nampak untuk

meningkatkan survival dari graft.Beberapa studi menyatakan bahwa rekurensi dari pertumbuhan

malignan mungkin lebih mirip pada pasien yang menerima transfusi darah selama pembedahan.

Dari kejadian yang ada juga menyatakan bahwa tranfusi leukosit allogenik dapat mengaktifkan

virus laten pada resipien. Pada akhirnya, transfusi darah dapat meningkatkan timbulnya infeksi

yang serius setelah pembedahan atau trauma.4

17

Page 18: Referat Transfusi Darah (Ecah)

Overload Cairan

Overload cairan terjadi bila transfusi dilakukan terlalu cepat. Gagal jantung ventrikel kiri

akut sering terjadi disertai dyspnoe, tachypnoea, batuk kering, peningkatan JVP, ronki basal

paru, hipertensi, dan takikardi.10

Manajemen: hentikan transfusi, dan berikan oksigen dan diuretik.

Iron Overload

Komplikasi ini sering terjadi pada resipien dengan kelainan yang hidupnya bergantung

pada transfusi darah seperti talasemia dan sickle cell. Komplikasi ini terjadi bila transfusi sudah

mencapai 10-50 kantong.10

Manajemen: dilakukan iron chelation therapy dengan desferoxamine 30-50 mg subkutan

atau infus lambat saat malam, minimal 5x/minggu.10

Komplikasi Infeksi

Infeksi Virus Hepatitis

Sampai tes rutin untuk virus hepatitis telah diterapkan, insidensi timbulnya hepatitis

setelah transfusi darah 7-10%. Sedikitnya 90% tentang kasus ini adalah dalam kaitan dengan

hepatitis C virus. Timbulnya hepatitis posttransfusi antarab 1:63,000 dan 1:1,600,000, 75%

tentang kasus ini adalah anikterik, dan sedikitnya 50% berkembang menjadi penyakit hati kronis.

Lebih dari itu, tentang kelompok yang terakhir ini, sedikitnya 10-20% berkembang menjadi

cirrhosis.4

Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)

Virus yang bertanggung jawab untuk penyakit ini, HIV-1, ditularkan melalui transfusi

darah.Semua darah dites untuk mengetahui adanya anti-HIV-1 dan - 2 antibodi. Dengan adanya

FDA yang menguji asam nukleat memperkecil waktu kurang dari satu minggu dan menurunkan

resiko dari penularan HIV melalui tranfusi 1:1.900.000 tranfusi.4

Infeksi Virus Lain

18

Page 19: Referat Transfusi Darah (Ecah)

Cytomegalovirus (CMV) dan Epstein-Barr Virus umumnya menyebabkan penyakit

sistemik ringan atau asimptomatik. Yang kurang menguntungkan, pada beberapa individu

menjadi pembawa infeksi asimptomatik; lekosit dalam darah dari donor dapat menularkan

virus. Pasien immunosupresif dan Immunocompromise (misalnya, bayi prematur dan penerima

transplantasi organ) peka terhadap infeksi CMV berat setelah tranfusi.Idealnya, pasien - pasien

menerima hanya CMV negatif.

Bagaimanapun, studi terbaru menunjukkan bahwa resiko transmisi CMV dari transfusi

dari darah yang leukositnya berkurang sama dengan tes darah yang CMV negatif. Oleh karena

itu, pemberian darah dengan leukosit yang dikurangi secara klinis cocok diberikan pada pasien

seperti itu. Human T sel virus lymphotropic I dan II ( HTLV-1 dan HTLV-2) adalah leukemia

dan lymphoma virus, kedua-duanya telah dilaporkan ditularkan melalui transfusi darah;

leukemia dihubungkan dengan myelopathy. Penularan Parvovirus telah dilaporkan setelah

transfusi faktor pembekuan.dan dapat mengakibatkan krisis transient aplastic pada pasien

immunocompromised. Penggunaan filter leukosit khusus nampaknya mengurangi tetapi tidak

mengeliminasi timbulnya komplikasi di atas.4

Infeksi Parasit

Penyakit parasit yang dapat ditularkan melalui transfusi seperti malaria, toxoplasmosis,

dan Penyakit Chagas'. Namun kasus-kasus tersebut jarang terjadi.4

Infeksi Bakteri

Kontaminasi bakteri adalah penyebab kedua kematian melalui transfusi. Prevalensi kultur

positif dari kantong darah berkisar dari 1/2000 trombosit sampai 1/7000 untuk RBC. Prevalensi

sepsis oleh karena transfusi darah berkisar dari 1/25,000 tromobosit sampai 1/250,000 untuk

RBC.Angka-angka ini secara relatif besar dibandingkan ke resiko HIV atau hepatitis, yang

adalah di sekitar 1/1-2 juta.Baik bakteri gram-positif (Staphylococus) dan bakteri gram-negatif

(Yersinia dan Citrobacter) jarang mencemari transfusi darah dan menularkan penyakit.Untuk

mencegah kemungkinan kontaminasi dari bakteri, darah harus berikan dalam waktu kurang dari

4 jam. Penyakit bakteri yang ditularkan melalui transfusi darah dari donor meliputi sifilis,

brucellosis, salmonellosis, yersiniosis, dan berbagai macam rickettsia.4

19

Page 20: Referat Transfusi Darah (Ecah)

Manajemen: penanganan kasus ini adalah dengan memberikan antibiotik sesuai bakteri

penginfeksi. Bila jenis bakterinya tidak diketahui, kombinasi berikut dapat dipertimbangkan:

- Bakteri gram negatif: piperacillin 4,5 g tds iv; atau ceftriaxone 1 g 1x/hari; atau meropenem

1 g tds iv.

- Bakteri gram positif: teicoplain 400mg bd iv x2; atau vancomycin 1 g bd iv.10

2.12 Penanggulangan reaksi transfuse :

1. stop transfuse

2. naikkan tekanan darah dengan koloid , kristaloid , jika perlu tambah vasokonstriktor ,

inotropic

3. berikan oksigen 100%

4. diuretika manitol 50mg atau furosemide (Lasix) 10-20mg

5. antihistamin

6. steroid dosis tinggi

7. jika perlu ‘exchange transfusion’

8. periksa analisa gas dan pH darah

BAB III

KESIMPULAN

20

Page 21: Referat Transfusi Darah (Ecah)

Transfusi darah memang merupakan upaya untuk menyelamatkan kehidupan dalam

banyak hal, dalam bidang anestesi misalnya dalam proses pembedahan besar. Dalam

pembedahan, pasien dapat mengalami perdarahan dari yang paling ringan sampai perdarahan

massif.

Penggantian darah dapat optimal apabila pemilihan jenis darah yang digantikan tepat dan

sesuai kondisi pasien pada saat itu, dengan mempertimbangkan komplikasi yang dapat terjadi

dalam reaksi transfusi darah penggantian darah ataupun komponen-komponen darah merupakan

suatu tindakan yang sangat berarti bagi pasien sesuai dengan tujuan utama transfusi yaitu

memelihara dan mempertahankan kesehatan donor, memelihara keadaan biologis darah atau

komponen agar lebih bermanfaat, memelihara dan mempertahankan volume darah yang normal

pada peredaran darah (stabilitas peredaran darah). mengganti kekurangan komponen seluler atau

kimia darah, meningkatkan oksigenasi jaringan, memperbaiki fungsi hemostatis.

DAFTAR PUSTAKA

21

Page 22: Referat Transfusi Darah (Ecah)

1. Intravenous Fluids. Clinical Practice Guidelines. Royal Children’s Hospital Melbourne.

http://www.rch.org.au/clinicalguide/cpg.cfm

2. C Waitt, P Waitt, M Pirmohamed. Intravenous Therapy. Postgrad. Med. J. 2004; 80; 1-6.

3. Latief AS, dkk. Petunjuk praktis anestesiologi: terapi cairan pada pembedahan. Edisi

Kedua. Bagian anestesiologi dan terapi intensif, FKUI. 2002

4. Banks JB, Meadows S. Intravenous Fluids for Children with Gastroenteritis. Clinical

Inquiries, American Family Physician, January 1 2005. American Academy of Family

Physicians.

5. D Payne J, Elliot E. Gastroenteritis in Children. Clin Evid 2004; 12: 1-3. BMJ

Publishing Group Ltd 2004.

6. Eliason BC, Lewan RB. Gastroenteritis in Children: Principles of Diagnosis and

Treatment. American Family Physician Nov 15 1998. American Academy of Family

Physicians.

7. Morgan G.E, et al. Clinical Anesthesiology. Fourth edition. New York: Lange Medical

Books – McGraw Hill Companies. 2006: 662-689

8. Martin S. Intravenous Therapy. Nova Southeastern University PA Program.

9. Ellsbury DL, George CS. Dehydration. eMed J [serial online] 2006 Mar

URL:http://www.emedicine.com/CHILD/topic925.htm .

10. McClelland, DBL. Handbook of transfusion medicine ed. 4. 2007. United kingdom blood

service.

22