Referat Transfusi Darah

29
BAB I PENDAHULUAN Transfusi darah merupakan pemberian darah atau komponen darah dari satu individu (donor) ke individu lainnya (resipien). 1 Transfusi darah diperlukan saat tubuh kehilangan banyak darah, misalnya pada kecelakaan, trauma atau operasi pembedahan yang besar, menangani pasien anemia berat, pasien dengan kelainan darah bawaan, dan pasien yang mengalami penyakit liver ataupun penyakit lainnya yang mengakibatkan tubuh pasien tidak dapat memproduksi darah atau komponen darah. Pemikiran dasar pada tranfusi darah adalah cairan intravaskuler dapat diganti atau disegarkan dalam cairan pengganti yang sesuai dari luar tubuh. Pada tahun 1901, Landsteiner menemukan golongan darah sistem ABO dan kemudian sistem antigen Rh (rhesus) ditemukan oleh Levine dan Stetson di tahun 1939. Kedua sistem ini menjadi dasar penting bagi tranfusi darah modern. Meskipun kemudian sistem berbagai sistem antigen lain seperti Duffy, Kell dan lain-lain, tetapi sistem-sistem tersebut kurang berpengaruh. Tata cara tranfusi darah semakin berkembang dengan digunakannya antikoagulan pada tahun 1914 oleh Hustin (Belgia), Agote (Argentina), dan Lewisohn (1915). Sekitar tahun 1937 dimulailah sistem pengorganisasian bank darah yang terus berkembang sampai kini. 1

description

mnbvc

Transcript of Referat Transfusi Darah

Page 1: Referat Transfusi Darah

BAB I

PENDAHULUAN

Transfusi darah merupakan pemberian darah atau komponen darah dari satu individu

(donor) ke individu lainnya (resipien).1 Transfusi darah diperlukan saat tubuh kehilangan

banyak darah, misalnya pada kecelakaan, trauma atau operasi pembedahan yang besar,

menangani pasien anemia berat, pasien dengan kelainan darah bawaan, dan pasien yang

mengalami penyakit liver ataupun penyakit lainnya yang mengakibatkan tubuh pasien

tidak dapat memproduksi darah atau komponen darah.

Pemikiran dasar pada tranfusi darah adalah cairan intravaskuler dapat diganti atau

disegarkan dalam cairan pengganti yang sesuai dari luar tubuh. Pada tahun 1901, Landsteiner

menemukan golongan darah sistem ABO dan kemudian sistem antigen Rh (rhesus)

ditemukan oleh Levine dan Stetson di tahun 1939. Kedua sistem ini menjadi dasar penting

bagi tranfusi darah modern. Meskipun kemudian sistem berbagai sistem antigen lain seperti

Duffy, Kell dan lain-lain, tetapi sistem-sistem tersebut kurang berpengaruh. Tata cara tranfusi

darah semakin berkembang dengan digunakannya antikoagulan pada tahun 1914 oleh Hustin

(Belgia), Agote (Argentina), dan Lewisohn (1915). Sekitar tahun 1937 dimulailah sistem

pengorganisasian bank darah yang terus berkembang sampai kini.

Transfusi dilakukan dengan tujuan memperbaiki keadaan umum pasien tetapi

tindakan ini tidak lepas dari kemungkinan bahaya dan berbagai komplikasi. Transfusi darah

harus dilakukan dengan indikasi yang jelas sehingga manfaat yang ada jauh lebih besar

dibandingkan risiko yang mungkin terjadi.1 Pemberian komponen-komponen darah yang

diperlukan saja lebih dibenarkan dibandingkan dengan pemberian darah lengkap (whole

blood).

Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui tentang definisi transfusi

darah, macam bentuk sediaan darah serta komponen darah, indikasi pemberian transfusi

darah, dan reaksi transfusi darah.

1

Page 2: Referat Transfusi Darah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DARAH

1. Darah sebagai organ

Darah yang semula dikategorikan sebagai jaringan tubuh, saat ini telah dimasukkan sebagai

suatu organ tubuh terbesar yang beredar dalam sistem kardiovaskuler, tersusun dari :

a) Komponen korpuskuler atau seluler

Komponen korpuskuler yaitu materi biologis yang hidup dan bersifat multiantigenik,

terdiri dari sel darah merah, sel darah putih dan keping trombosit, yang kesemuanya

dihasilkan dari sel induk yang senantiasa hidup dalam sumsum tulang. Ketiga jenis sel

darah ini memiliki masa hidup terbatas dan akan mati jika masa hidupnya berakhir.

Agar fungsi organ darah tidak ikut mati, maka secara berkala pada waktu-waktu

tertentu, ketiga butiran darah tersebut akan diganti, diperbarui dengan sel sejenis yang

baru.

b) Komponen cairan

Komponen cair yang juga disebut plasma, menempati lebih dari 50 volume % organ

darah, dengan bagian terbesar dari plasma (90%) adalah air, bagian kecilnya terdiri dari

protein plasma dan elektrolit. Protein plasma yang penting diantaranya adalah albumin,

berbagai fraksi globulin serta protein untuk faktor pembekuan dan untuk fibrinolisis.2

2. Peran penting darah

a. Sebagai organ transportasi, khususnya oksigen (O2), yang dibawa dari paru-paru dan

diedarkan ke seluruh tubuh dan kemudian mengangkut sisa pembakaran (CO2) dari

jaringan untuk dibuang keluar melalui paru-paru. Fungsi pertukaran O2 dan CO2 ini

dilakukan oleh hemoglobin, yang terkandung dalam sel darah merah. Protein plasma ikut

berfungsi sebagai sarana transportasi dengan mengikat berbagai materi yang bebas dalam

plasma, untuk metabolism organ-organ tubuh.

b. Sebagai orgam pertahanan tubuh (imunologik), khususnya dalam menahan invasi

berbagai jenis mikroba pathogen dan antigen asing. Tranfusi darah adalah salah satu

rangkaian proses pemindahan darah donor ke dalam sirkulasi darah resipien sebagai

2

Page 3: Referat Transfusi Darah

upaya pengobatan.Mekanisme pertahanan ini dilakukan oleh leukosit (granulosit dan

limfosit) serta protein plasma khusus (immunoglobulin).

c. Peranan darah dalam menghentikan perdarahan (mekanisme homeostasis) sebagai upaya

untuk mempertahankan volume darah apabila terjadi kerusakan pada pembuluh darah.

Fungsi ini dilakukan oleh mekanisme fibrinolisis, khususnya jika terjadi aktifitas

homeostasis yang berlebihan.3

Apabila terjadi pengurangan darah yang cukup bermakna dari komponen darah

korpuskuler maupun non korpuskuler akibat kelainan bawaan ataupun karena penyakit yang

didapat, yang tidak dapat diatasi oleh mekanisme homeostasis tubuh dalam waktu singkat

maka diperlukan penggantian dengan tranfusi darah, khususnya dari komponen yang

diperlukan.3

B. TRANSFUSI DARAH

Tranfusi darah adalah suatu rangkain proses pemindahan darah donor ke dalam

sirkulasi dari resipien sebagai upaya pengobatan. Bahkan sebagai upaya untuk

menyelamatkan kehidupan. Berdasarkan asal darah yang diberikan tranfusi dikenal 1.

Homologous tranfusi (berasal dari darah orang lain), 2. Autologous tranfusi (berasal dari diri

sendiri).4

Tujuan tranfusi darah adalah :

a. Mengembalikan dan mempertahankan volume yang normal peredaran darah

b. Menggantikan kekurangan komponen seluler atau kimia darah

c. Meningkatkan oksigenasi jaringan

d. Memperbaiki fungsi homeostasis

e. Tindakan terapi khusus

Tranfusi darah dalam klinik

Darah dan berbagai komponen- komponen darah, dengan kemajuan teknologi

kedokteran, dapat dipisah- pisahkan dengan suatu proses dan ditransfusikan secara terpisah

sesuai kebutuhan.3 Darah dapat pula disimpan dalam bentuk komponen- komponen darah

yaitu: eritrosit, leukosit, trombosit, plasma dan factor- factor pembekuan darah dengan proses

tertentu yaitu dengan Refrigerated Centrifuge.

3

Page 4: Referat Transfusi Darah

Pemberian komponen-komponen darah yang diperlukan saja lebih dibenarkan

dibandingkan dengan pemberian darah lengkap (whole blood). Dasar pemikiran penggunaan

komponen darah: (1)lebih efisien, ekonomis, memperkecil reaksi transfusi, (2)lebih rasional,

karena (a)darah terdiri dari komponen seluler maupun plasma yang fungsinya sangat

beragam, serta merupakan materi biologis yang bersifat multiantigenik, sehingga

pemberiannya harus memenuhi syarat- syarat variasi antigen minimal dan kompatibilitas

yang baik, (b) transfusi selain merupakan live saving therapy tetapi juga replacement therapy

sehingga darah yang diberikan haruslah safety blood. Kelebihan terapi komponen

dibandingkan dengan terapi darah lengkap: (1)disediakan dalam bentuk konsentrat sehingga

mengurangi volume transfusi, (2)resiko reaksi imunologik lebih kecil, (3)pengawetan,

(4)penularan penyakit lebih kecil, (5)aggregasi trombosit dan leukosit dapat dihindari,

(6)pasien akan memerlukan komponen yang diperlukan saja, (7)masalah logistik lebih

mudah, (8)pengawasan mutu lebih sederhana.

Indikasi t ranfusi darah

Konsensus telah menetapkan suatu ketentuan tentang transfusi darah:

1. Pasien sehat dengan nilai hematokrit kurang dari 30% membutuhkan transfusi darah

perioperatif

2. Pasien yang menderita anemia akut (seperti kehilangan darah intraoperatif) dengan kadar

hematokrit kurang dari 21% membutuhkan transfusi darah segera

3. Pasien yang menderita anemia kronik (seperti saat gagal ginjal) dapat mentoleransi

konsentrasi hemoglobin kurang dari 7 g/dL1

Selain ketentuan transfusi seperti di atas, terdapat guideline lain yang direkomendasikan dari

American Society of Anesthesiologists, yaitu:

1. Transfusi jarang diindikasikan saat konsentrasi hemoglobin lebih besar daripada 10 g/dL

dan hampir selalu diindikasikan saat nilai Hb 6 g/dL, terutama pada kondisi anemia yang

akut.

2. Pada pasien dengan kadar Hb 6-10 g/dL, transfusi darah bergantung pada risiko

komplikasi akibat oksigenasi yang tidak adekuat.

3. Pemberian transfusi darah perlu mempertimbangkan fisiologi tubuh dan oksigenasi

jaringan.

4

Page 5: Referat Transfusi Darah

4. Jika tersedia, pemberian transfusi darah autolog prabedah, intrabedah dan pascabedah

pada hemodilusi normovolemik akkut dan kehilangan darah yang mengakibatkan

hipotensi dapat memberikan manfaat pada pasien

5. Indikasi transfusi sel darah merah autolog lebih banyak dibandingkan dengan sel darah

merah alogenik karena risiko yang lebih rendah1

Indikasi transfusi darah mengikuti rule of thumb bahwa administrasi dari 1 unit PRC akan

meningkatkan nilai hematokrit seesar 3% - 5%:

1. Kehilangan darah lebih dari 20% volum darah (> 100 ml)

2. Kadar hemoglobin kurang dari 8 g/dL

3. Kadar hemoglobin kurang dari 10 g/dL dengan penyakit mayor (misalnya emfisema,

penyakit jantung iskemik)

4. Kadar hemoglobin kurang dari 10 g/dL setelah transfusi dengan darah autolog

5. Kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dL dan pasien yang bergantung pada ventilator.1

Prosedur pelaksanaan tranfusi darah

Banyak laporan mengenai kesalahan tatalaksana tranfusi, misalnya kesalahan pemberian

darahmilik pasien lain. Untuk menghindari berbagai kesalahan, maka perlu diperhatikan :

a. Identitas pasien harus dicocokan secara lisan maupun tulisan

b. Identitas dan jumlah darah dalam kemasan dicocokkan dengan formulir permintaan

darah

c. Tekanan darah, frekuensi denyut jantung dan suhu harus diperiksa sebelumnya, serta

diulang secra rutin.

d. Observasi ketat, terutama pada 15menit pertama setelah tranfusi darah dimulai.

Sebaiknya 1 unit darah diberikan dalam waktu 1-2 jam tergantung status kardiovaskuler

dan dianjurkan tidak lebih dari 4 jam mengingat kemungkinan proliferasi bakteri pada

suhu kamar.1

Antigen eritrosit dan antibodi golongan darah

Sejak ditemukan sistem ABO oleh Landsteiner, sampai saat ini terdapat 25 sistem

golongan darah dan lebih dari 250 antigen goleongan darah yang telah diidentifikasi menurut

International Society of Blood Transfusion. Sistem golongan darah terdiri dari satu atau lebih

5

Page 6: Referat Transfusi Darah

antigen yang ditentukan baik oleh gen tunggal atau dari dua atau lebih gen homolog yang

berkaitan erat.1,5

Makna klinis golongan darah dalam transfusi darah adalah bahwa individu yang tidak

mempunyai antigen golongan darah tertentu akan menghasilkan antibodi yang bereaksi

dengan antigen tersebut yang kemungkinan akan menyebabkan reaksi transfusi. Sistem

golongan darah yang penting secara klinis yaitu ABO dan rhesus (Rh).1,5

Sistem ABO

Sistem ini terdiri atas tiga gen alel: A, B, O. Gen A dan B mengendalikan sintesis enzim

spesifik yang bertanggung jawab unuk penambahan residu karbohidrat tunggal pada

glikoprotein atau glikolipid antigenik dasar dengan gula terminal L-fruktosa pada eritrosit,

yang dikenal substansi H. Gen O adalah gen amorf dan tidak mentransformasikan substansi

H. Antibodi alamiah terhadap antigen A dan/atau B ditemukan dalam plasma individu yang

eritrositnya tidak mempunyai antigen tersebut.

Fenotipe Genotipe Antigen Antibodi Alamiah

O OO OAnti A

Anti B

A AA/AO A Anti B

B BB/BO B Anti A

AB AB AB Tidak ada

Sistem Rh

Lokus golongan darah Rh tersusun atas dua gen struktural yang saling terkait (RhD dan

RhCE) yang mengkode protein membran yang membawa antigen D, Cc, dan Ee. Antibodi Rh

jarang timbul secara alamiah, dihasilkan dari transfusi atau kehamilan sebelumnya. Anti-D

bertanggung jawab untuk sebagian besar gangguan klinis yang terkait dengan sistem Rh.

Karena itu penggolongan subyek dalam sistem Rh dibagi menjadi Rh D positif dan Rh D

negatif.1,4

Anti Rh (D) Kontrol Rh Tipe Rh

6

Page 7: Referat Transfusi Darah

Positif Negatif D+

Negatif Negatif D – (d)

Positif PositifHarus diulang atau diperiksan dengan

Rh (D) typing (Saline tube test)

Uji Kompatibilitas

Tujuan dari uji kompatibilitas adalah untuk memprediksi dan mencegah reaksi

antigen-antibodi setelah transfusi darah.5 Skrining golongan darah ABO-Rh, crossmatch dan

antibodi kerap kali digunakan untuk uji kompatibilitas.1

Pemeriksaan golongan darah dan tipe Rh penting sekali dilakukan untuk mencegah

terjadinya reaksi serius akibat transfusi darah ABO yang inkompatibel dengan darah resipien.

Reaksi ini terjadi akibat kandungan antibodi dalam darah (misalnya anti-A dan anti-B) yang

mengaktivasi komplemen dan menyebabkan hemolisis intravaskular.1,4

Donor Resipien

O O, A, B, AB

A A, AB

B B, AB

AB AB

Tabel Golongan darah donor dan resipien

Uji crossmatch dilakukan sebelum transfusi dengan menggunakan tabung tertentu, di

mana sel darah merah donor dicampurkan dengan serum darah resipien untuk mendeteksi

adanya reaksi transfusi potensial yang mungkin terjadi. Hasil uji crossmatch dapat dilihat

setelah 45 sampai 60 menit dan dibagi menjadi 3 fase: fase segera, fase inkubasi, dan fase

antiglobulin. Fase pertama dilakukan pada suhu ruangan dengan tujuan untuk mendeteksi

inkompatibilitas ABO. Fase ini berlangsung sekitar 1 hingga 5 menit. Fase kedua termasuk

inkubasi reaksi fase pertama pada suhu 37⁰C pada albumin atau larutan low-ionic strength

salt. Penggunaan albumin dan larutan low-ionic strength salt bertujuan untuk mendeteksi

incomplete antibody atau antibodi yang menempel pada antigen spesifik (pada sensitisasi)

tetapi tidak mampu menyebabkan aglutinasi pada suspense sel darah merah. Fase ini turut

mendeteksi antibodi Rh. Inkubasi berlangsung selama 30-45 menit pada larutan albumin dan

10-20 menit pada larutan low-ionic strength salt. Fase ketiga adalah crossmatch, uji

7

Page 8: Referat Transfusi Darah

antiglobulin indirek, dengan memberikan antiglobulin sera pada tabung uji yang telah

diinkubasi. Dengan penambahan antiglobulin ini, antibody anti-manusia yang terdapat pada

sera menjadi menempel pada antiodi globulin pada sel darah merah, menyebabkan aglutinasi.

Fase antiglobulin ini mendeteksi incomplete antibody pada seluruh sistem klasifikasi darah,

termasuk sistem Rh, Kell, Kidd, dan Duffy.1

Transfusi Emergensi

Pada situasi-situasi tertentu, dibutuhkan transfusi darah segera sebelum uji

kompatibilitas terlaksana (ABO-Rh, skrining antibodi dan crossmatch). Apabila golongan

darah pasien tidak diketahui, crossmatch singkat yang membutuhkan waktu kurang dari 5

menit dapat menentukan kompatibilitas ABO. Jika golongan darah resipien dan status Rh

tidak diketahui secara pasti dan transfusi harus segera dilakukan, maka dapat diberikan darah

golongan darah O Rh negatif (donor universal).5

Type-specific, Partially Crossmatched Blood

Saat menggunakan darah tanpa uji crossmatch, paling tidak harus dilakukan pemeriksaan

ABO-Rh dan crossmatch fase segera. Uji crossmatch yang tidak lengkap memiliki tujian

untuk mencegah terjadinya reaksi hemolitik berat akibat golongan darah ABO. Uji dilakukan

dengan menambahkan serum pasien ke sel darah merah donor pada temperatur kamar,

disentrifugasi dan melihat apakah terdapat aglutinasi makroskopik. Uji ini berlangsung

selama 1 sampai 5 menit.1

Type-specific, Uncrossmatched Blood

Pada teknik ini, tetap dilakukan pemeriksaan golongan ABO-Rh, tanja uji crossmatch.

Penggunaan darah tanpa uji crossmatch aman pada orang yang sebelumnya tidak pernah

ditransfusi, meskipun tida menutup kemungkinan terjadinya suatu reaksi transfusi yang serius

(sekitar 1 dari 1000 kasus). Sebaliknya, pada orang yang memiliki riwayat pernah terpajan

dengan antigen sel darah merah asing, transfusi tanpa pemeriksaan crossmatch dapat

berakibat buruk. 1

Type O-Rh Negative, Uncrossmatched Blood

Golongan darah O tidak memiliki antigen A dan B dan tentu saja tidak dapat terjadi hemolisis

oleh antibodi anti-A atau anti-B pada darah resipien. Oleh karena itu, pasien dengan golongan

8

Page 9: Referat Transfusi Darah

darah O disebut dengan donor universal. Pendonor dapat mendonorkan darah mereka pada

suatu transfusi darurat di mana tidak dapat dilakukan uji kompatibilitas.1

PRODUK DARAH

1. Whole Blood

Produk darah ini berisi sel darah merah, leukosit, trombosit, dan plasma. Whole blood

digunakan untuk meningkatkan jumah sel darah merah dan volum plasma dalam waktu yang

bersamaan. Transfusi darah lengkap diindikasikan pada pasien anemia kronik yang

normovolemik. Transfusi 1 unit darah lengkap akan meningkatkan Hb sekitar 1 g/dL atau

hematokrit 3-4%. Pada anak-anak, darah lengkap 8 mL/kg akan meningkatkan Hb sekitar 1

g/dL.

2. Packed Red Cell

Packed red cell diperoleh dari pemisahan atau pengeluaran plasma secara tertutup atau septic

berisi eritrosit, trombosit, leukosit dan sedikit plasma, dengan nilai hematokrit 60-70%.

Volume tergantung kantong darah yang dipakai yaitu 150-300 ml.1 Lama simpan darah 24

jam dengan sistem terbuka.

Packed red cell merupakan komponen yang terdiri dari eritrosit yang telah dipekatkan dengan

memisahkan komponen-komponen yang lain. Packed red cell banyak dipakai dalam

pengobatan anemia terutama talasemia, anemia aplastik, leukemia dan anemia karena

keganasan lainnya. Pemberian transfusi bertujuan untuk memperbaiki oksigenasi jaringan dan

alat-alat tubuh. Biasanya tercapai bila kadar Hb sudah di atas 8 g%.

Untuk menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr/dl diperlukan PRC 4 ml/kgBB atau 1 unit dapat

menaikkan kadar hematokrit 3-5 %. Diberikan selama 2 sampai 4 jam dengan kecepatan 1-2

mL/menit, dengan golongan darah ABO dan Rh yang diketahui.

Rumus kebutuhan darah (ml) :

Ket :

9

3 x ∆Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB

Page 10: Referat Transfusi Darah

- Hb normal : Hb yang diharapkan atau Hb normal

- Hb pasien : Hb pasien saat ini

Tujuan transfusi PRC adalah untuk menaikkan Hb pasien tanpa menaikkan volume darah

secara nyata. Keuntungan menggunakan PRC dibandingkan dengan darah jenuh adalah:

1. Mengurangi kemungkinan penularan penyakit

2. Mengurangi kemungkinan reaksi imunologis

3. Volume darah yang diberikan lebih sedikit sehingga kemungkinan overload

berkurang

4. Komponen darah lainnya dapat diberikan pada pasien lain.

Indikasi: :

1. Kehilangan darah >20% dan kehilangan volume darah lebih dari 1000 ml.

2. Hemoglobin <8 gr/dl.

3. Hemoglobin <10 gr/dl dengan penyakit-penyakit utama : (misalnya empisema, atau

penyakit jantung iskemik)

4. Hemoglobin <12 gr/dl dan tergantung pada ventilator.

3. Suspensi Trombosit

Suspensi trombosit dapat diperoleh dari 1 unit darah lengkap segar donor tunggal, atau dari

darah donor dengan cara/ melalui tromboferesis. Komponen ini masih mengandung

trombosit, sedikit sel darah merah, leukosit, dan plasma. Komponen ini ditransfusikan dengan

tujuan menghentikan perdarahan karena trombositopenia, atau untuk mencegah perdarahan

yang berlebihan pada pasien dengan trombositopenia yang akan mendapatkan tindakan

invasif.

Indikasi pemberian komponen trombosit ialah :

- Setiap perdarahan spontan atau suatu operasi besar dengan jumlah trombositnya kurang

dari 50.000/uL.

10

Page 11: Referat Transfusi Darah

- Profilaksis diberikan pada semua kasus dengan jumalh trombosit 5000-10.000/uL yang

berhubungan dengan hipoplasia sumsum tulang akibat kemoterapi, invasi tumor, atau

aplasia primer sumsum tulang.5

Rumus Transfusi Trombosit

Macam sediaan:

Platelet Rich Plasma (plasma kaya trombosit)

Platelet Rich Plasma dibuat dengan cara pemisahan plasma dari darah segar.

Penyimpanan 34°C sebaiknya 24 jam.

Platelet Concentrate (trombosit pekat)

Kandungan utama yaitu trombosit, volume 50 ml dengan suhu simpan 20°±2°C.

Berguna untuk meningkatkan jumlah trombosit. Peningkatan post transfusi pada

dewasa rata-rata 5.000-10.000/ul. Efek samping berupa urtikaria, menggigil, demam,

alloimunisasi Antigen trombosit donor. Dibuat dengan cara melakukan pemusingan

(centrifugasi) lagi pada Platelet Rich Plasma, sehingga diperoleh endapan yang

merupakan platelet concentrate dan kemudian memisahkannya dari plasma yang

diatas yang berupa Platelet Poor Plasma. Masa simpan ± 48-72 jam.

4. Fresh Frozen Plasma (FFP)

FFP adalah bagian cair dari darah lengkap yang dipisahkan kemudian dibekukan dalam

waktu 8 jam setelah pengambilan darah. Hingga sekarang, komponen ini masih diberikan

untuk defisiensi berbagai faktor pembekuan. (bila ada/ tersedia, harus diberikan faktor

pembekuan yang spesifik sesuai dengan defisiensinya).

FFP mengandung semua protein plasma termasuk sebagian besar faktor pembekuan.

Transfusi FFP atas indikasi defisiensi faktor pembekuan, pembalikan terapi warfarin dan

koreksi koagulapati yang berhubungan dengan penyakit liver. 5

Indikasi lain transfusi FFP adalah sebagai cairan pengganti selama penggantian plasma pada

penderita dengan purpura trombotik trombositopenik atau defisiensi antithrombin.4,5 Selain

itu FFP juga dapat digunakan pada pasien yang mendapat transfusi massif dan mengalami

11

BB x 1/13 x 0.3

Page 12: Referat Transfusi Darah

perdarahan walaupun setelah mendapat transfusi trombosit. Transfusi FFP tidak lagi

dianjurkan untuk penderita dengan hemofilia A atau B yang berat, karena sudah tersedia

konsentrat faktor VIII dan IX yang lebih aman. Plasma beku segar tidak dianjurkan untuk

koreksi hipovolemia atau sebagai terapi pengganti imunoglobulin karena ada alternatif yang

lebih aman, seperti larutan albumin atau imunoglobulin intravena.

5. Cryopresipitate

Komponen utama yang terdapat di dalamnya faktor VIII, faktor pembekuan XIII, faktor Von

Willbrand dan fibrinogen. Penggunaannya ialah untuk menghentikan perdarahan karena

kurangnya faktor VIII di dalam darah penderita hemofili A.

Cara pemberian ialah dengan menyuntikkan intravena langsung, tidak melalui tetesan infus,

pemberian segera setelah komponen mencair, sebab komponen ini tidak tahan pada suhu

kamar.

Suhu simpan -18°C atau lebih rendah dengan lama simpan 1 tahun, ditransfusikan dalam

waktu 6 jam setelah dicairkan. Efek sampingnya berupa demam dan alergi. Satu kantong (30

ml) mengadung 75-80 unit faktor VIII, 150-200 mg fibrinogen, faktor von wilebrand, dan

faktor XIII.

Indikasi :

- Hemophilia A

- Perdarahan akibat gangguan faktor koagulasi

- Penyakit von willbrand

6. Albumin

Albumin merupakan derivat plasma yang terdiri dari 96% albumin dan 4% globulin serta

beberapa protein lain. Pemberian albumin digunakan untuk meningkatkan volum sirkulasi.

Namun sekarang dengan tersedianya banyak cairan sintetik pengganti volum tubuh,

penggunaan albumin sudah sangat selektif. Selain harganya mahal, albumin berpotensi

menyebabkan banyak kerugian.

12

Page 13: Referat Transfusi Darah

7. Kompleks faktor IX

Komponen ini disebut juga kompleks protrombin, mengandung faktor pembekuan yang

tergantung vitamin K, yang disintesis di hati, seperti factor VII, IX, X, serta protrombin.

Sebagian ada pula yang mengandung protein C. Komponen ini biasanya digunakan untuk

pengobatan hemofilia B. Kadang diberikan pada hemofilia yang mengandung inhibitor faktor

VIII dan pada beberapa kasus defisiensi factor VII dan X. Dosis yang dianjurkan adalah 80-

100 unit/kgBB setiap 24 jam.

8. Granulosit

Transfusi granulosit diindikasikan pada pasien neutropenia dengan infeksi bakteri yang tidak

respon terhadap antibiotik dan pada pemeriksaan sumsum tulang menunjukkan hipoplasia.

Dengan adanya granulocyte colony-stimulating factor (G-CSF) dan granulocyte macrophage

colony-stimulating factor (GM-CSF) menurunkan penggunaan transfrusi granulosit.1

9. Imunoglobulin

Komponen ini merupakan konsentrat larutan materi zat anti dari plasma, dan yang baku

diperoleh dari kumpulan sejumlah besar plasma. Komponen yang hiperimun didapat dari

donor dengan titer tinggi terhadap penyakit seperti varisela, rubella, hepatitis B, atau rhesus.

Biasanya diberikan untuk mengatasi imunodefisiensi, pengobatan infeksi virus tertentu, atau

infeksi bakteri yang tidak dapat diatasi hanya dengan antibiotika dan lain-lain. Dosis yang

digunakan adalah 1-3 ml/kgBB.

Transfusi Darah Autologus

Transfusi jenis ini menggunakan darah pasien sendiri, yang dikumpulkan terlebih dahulu,

untuk kemudian ditransfusikan lagi. Hal ini sebagai pilihan jika pasien memiliki zat anti dan

tak ada satu pun golongan darah yang cocok, juga jika pasien berkeberatan menerima donor

orang lain. Meski demikian, tetap saja bisa terdapat efek samping dan reaksi transfusi seperti

terjadinya infeksi.1,5

13

Page 14: Referat Transfusi Darah

KOMPLIKASI TRANFUSI DARAH

1. Reaksi Hemolitik

a) Reaksi Transfusi Hemolitik Akut

Reaksi transfusi hemolitik akut (RTHA) terjadi hampir selalu karena ketidakcocokan

golongan darah ABO (antibodi jenis IgM yang beredar) dan sekitar 90%-nya terjadi karena

kesalahan dalam mencatat identifikasi pasien atau unit darah yang akan diberikan.1,5

Gejala dan tanda yang dapat timbul pada RTHA adalah demam dengan atau tanpa menggigil,

mual, sakit punggung atau dada, sesak napas, urine berkurang, hemoglobinuria, dan

hipotensi. Pada keadaan yang lebih berat dapat terjadi renjatan (shock), koagulasi

intravaskuler diseminata (KID), dan/atau gagal ginjal akut yang dapat berakibat kematian.1,5

Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan tindakan sebagai berikut:

- meningkatkan perfusi ginjal,

- mempertahankan volume intravaskuler,

- mencegah timbulnya DIC.5

Managemen pada reaksi transfusi:

- Stop transfusi

- Naikkan tekanan darah dengan koloid, kristaloid, jika perlu tambah vasokonstriktor,

inotropik

- Berikan oksigen 100%

- Diuretika manitol 50mg atau furosemid 10-20mg

- Antihistamin

- Steroid dosis tinggi

- Jika perlu exchange transfusion

- Periksa analisa gas dan pH darah 6

b) Reaksi Transfusi Hemolitik Lambat

Reaksi transfusi hemolitik lambat (RTHL) biasanya disebabkan oleh adanya antibodi yang

beredar yang tidak dapat dideteksi sebelum transfusi dilakukan karena titernya rendah. Reaksi

yang lambat menunjukkan adanya selang waktu untuk meningkatkan produksi antibodi

tersebut. Hemolisis yang terjadi biasanya ekstravaskuler.5

14

Page 15: Referat Transfusi Darah

Gejala dan tanda yang dapat timbul pada RTHL adalah demam, pucat, ikterus, dan kadang-

kadang hemoglobinuria. Biasanya tidak terjadi hal yang perlu dikuatirkan karena hemolisis

berjalan lambat dan terjadi ekstravaskuler, tetapi dapat pula terjadi seperti pada RTHA.

Apabila gejalanya ringan, biasanya tanpa pengobatan. Bila terjadi hipotensi, renjatan, dan

gagal ginjal, penatalaksanaannya sama seperti pada RTHA.5

2. Reaksi Transfusi Non-Hemolitik

a. Demam

Demam merupakan lebih dari 90% gejala reaksi transfusi. Umumnya ringan dan

hilang dengan sendirinya. Dapat terjadi karena antibodi resipien bereaksi dengan leukosit

donor. Demam timbul akibat aktivasi komplemen dan lisisnya sebagian sel dengan

melepaskan pirogen endogen yang kemudian merangsang sintesis prostaglandin dan

pelepasan serotonin dalam hipotalamus. Dapat pula terjadi demam akibat peranan sitokin (IL-

1b dan IL-6). Umumnya reaksi demam tergolong ringan dan akan hilang dengan sendirinya.5

b. Reaksi alergi

Reaksi alergi (urtikaria) merupakan bentuk yang paling sering muncul, yang tidak

disertai gejala lainnya. Bila hal ini terjadi, tidak perlu sampai harus menghentikan transfusi.

Reaksi alergi ini diduga terjadi akibat adanya bahan terlarut di dalam plasma donor yang

bereaksi dengan antibodi IgE resipien di permukaan sel-sel mast dan eosinofil, dan

menyebabkan pelepasan histamin. Reaksi alergi ini tidak berbahaya, tetapi mengakibatkan

rasa tidak nyaman dan menimbulkan ketakutan pada pasien sehingga dapat menunda

transfusi. Pemberian antihistamin dapat menghentikan reaksi tersebut.1,5

c. Reaksi anafilaktik

Reaksi yang berat ini dapat mengancam jiwa, terutama bila timbul pada pasien

dengan defisiensi antibodi IgA atau yang mempunyai IgG anti IgA dengan titer tinggi.

Reaksinya terjadi dengan cepat, hanya beberapa menit setelah transfusi dimulai. Aktivasi

komplemen dan mediator kimia lainnya meningkatkan permeabilitas vaskuler dan konstriksi

otot polos terutama pada saluran napas yang dapat berakibat fatal. Gejala dan tanda reaksi

anafilaktik biasanya adalah angioedema, muka merah (flushing), urtikaria, gawat pernapasan,

hipotensi, dan renjatan.

15

Page 16: Referat Transfusi Darah

Penatalaksanaannya adalah :

- menghentikan transfusi dengan segera,

- tetap infus dengan NaCl 0,9% atau kristaoid,

- berikan antihistamin dan epinefrin.

Pemberian dopamin dan kortikosteroid perlu dipertimbangkan. Apabila terjadi

hipoksia, berikan oksigen dengan kateter hidung atau masker atau bila perlu melalui

intubasi.5

d. Transfusion-Related Acute Lung Injury (TRALI)

TRALI merupakan diagnosis klinis berupa hipoksemia akut dan edema pulmonal

bilateral yang terjadi dalam waktu 6 jam setelah transusi dilakukan. Manifestasi klinis yang

ditemui adalah dispnea, takipnea, demam, takikardia, hipotensi atau hipertensi dan

leukopenia akut sementara. Penyebab terjadinya kondisi ini salah satunya adalah reaksi antara

neutrofil resipien dengan antibodi donor yang mempunyai HLA atau antigen neutrofil

spesifik. Akibatnya terjadi kerusakan pada membran kapiler alveolar. 1

e. GVHD (Graft versus Host disease)

GVHD merupakan reaksi/ efek samping lain yang mungkin terjadi pada pasien

dengan imunosupresif atau pada bayi prematur. Hal ini terjadi oleh karena limfosit donor

bersemai (engrafting) dalam tubuh resipien dan bereaksi dengan antigen penjamu. Reaksi ini

dapat dicegah dengan pemberian komponen SDM yang diradiasi atau dengan leukosit

rendah.5

f. Purpura post transfusi

Pada kasus yang jarang, trombositopenia mungkin terjadi setelah transfusi darah.

Purpura yang timbul merupakan akibat dari terbentuknya alloantibodi trombosit yang

merusak trombosit pasien sendiri. Penurunan kadar trombosit terjadi 5-10 hari setelah

transfusi darah.4,5

16

Page 17: Referat Transfusi Darah

3. Efek samping lain dan resiko lain transfusi

a. Komplikasi dari transfusi massif

Transfusi massif adalah transfusi sejumlah darah yang telah disimpan, dengan volume darah

yang lebih besar daripada volume darah resipien dalam waktu 24 jam. Pada keadaan ini dapat

terjadi hipotermia bila darah yang digunakan tidak dihangatkan, hiperkalemia, hipokalsemia

dan kelainan koagulasi karena terjadi pengenceran dari trombosit dan faktor- faktor

pembekuan. Penggunaan darah simpan dalam waktu yang lama akan menyebabkan terjadinya

beberapa komplikasi diantaranya adalah kelainan jantung, asidosis, kegagalan hemostatik,

acute lung injury.5

b. Penularan penyakit Infeksi

1) Hepatitis

Penularan virus hepatitis merupakan salah satu bahaya/ resiko besar pada transfusi

darah. Diperkirakan 5-10 % resipien transfusi darah menunjukkan kenaikan kadar

enzim transaminase, yang merupakan bukti infeksi virus hepatitis. Sekitar 90%

kejadian hepatitis pasca transfusi disebabkan oleh virus hepatitis non A non B. Meski

sekarang ini sebagian besar hepatitis pasca transfusi ini dapat dicegah melalui seleksi

donor yang baik dan ketat, serta penapisan virus hepatitis B dan C, kasus tertular

masih tetap terjadi. Perkiraan resiko penularan hepatitis B sekitar 1 dari 200.000 dan

hepatitis C lebih besar yaitu sekitar 1:10.000. 1,4

2) AIDS (Acquired Immune Deficiency syndrome)

Penularan retrovirus HIV telah diketahui dapat terjadi melalui transfusi darah, yaitu

dengan rasio 1:670.000, meski telah diupayakan penyaringan donor yang baik dan

ketat.

3) Infeksi CMV

Penularan CMV terutama berbahaya bagi neonatus yang lahir premature atau pasien

dengan imunodefisiensi. Biasanya virus ini menetap di leukosit danor, hingga

penyingkiran leukosit merupakan cara efektif mencegah atau mengurangi

kemungkinan infeksi virus ini. Transfusi sel darah merah rendah leukosit merupakan

hal terbaik mencegah CMV ini.1,5

4) Penyakit infeksi lain yang jarang

Beberapa penyakit walaupun jarang, dapat juga ditularkan melalui transfusi adalah

malaria, toxoplasmosis, HTLV-1, mononucleosis infeksiosa, penyakit chagas

17

Page 18: Referat Transfusi Darah

(disebabkan oleh trypanosoma cruzi), dan penyakit CJD ( Creutzfeldt Jakob Disease).

Pencemaran oleh bakteri juga mungkin terjadi saat pengumpulan darah yang akan

ditransfusikan. Pasien yang terinfeksi ini dapat mengalami reaksi transfusi akut,

bahkan sampai mungkin renjatan. Keadaan ini perlu ditangani seperti pada RTHA

ditambah dengan pemberian antibiotic yang adekuat.

18

Page 19: Referat Transfusi Darah

BAB III

KESIMPULAN

Transfusi darah merupakan pemberian darah atau komponen darah dari satu individu

(donor) ke individu lainnya (resipien) yang diberikan secara intravena melalui pembuluh

darah. Darah yang dipindahkan dapat berupa darah lengkap dan komponen darah. Tujuan

transfusi darah adalah meningkatkan kemampuan darah dalam mengangkut oksigen,

memperbaiki volume darah tubuh,memperbaiki kekebalan,memperbaiki masalah pembekuan.

Transfusi darah merupakan bentuk terapi yang dapat menyelamatkan jiwa. Berbagai

bentuk upaya telah dan hampir dapat dipastikan akan dilaksanakan, agar transfusi menjadi

makin aman, dengan resiko yang makin kecil. Meskipun demikian, transfusi darah belum

dapat menghilangkan secara mutlak resiko dan efek sampingnya. Untuk itulah indikasi

transfusi haruslah ditegakkan dengan sangat hati- hati, karena setiap transfusi yang tanpa

indikasi adalah suatu kontraindikasi. Maka untuk memutuskan apakah seorang pasien

memerlukan transfusi atau tidak, harus mempertimbangkan keadaan pasien menyeluruh. Pada

pemberian transfusi sebaiknya diberikan komponen yang diperlukan secara spesifik untuk

mengurangi resiko terjadinya reaksi transfusi. Indikasi untuk pelaksanaan transfusi didasari

oleh penilaian secara klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium.

19

Page 20: Referat Transfusi Darah

DAFTAR PUSTAKA

1. Marsaban AHM, Kapuangan C. Transfusi Darah. Dalam: Soenarto RF, Chandra S,

Editors. Buku Ajar Anestesiologi. Jakarta: FKUI. 2012. p. 259-73.

2. Ramelan S, Gatot D, Transfusi Darah Pada Bayi dan Anak dalam Pendidikan Kedokteran

berkelanjutan (Continuing Medical Education) Pediatrics Updates, 2005, Jakarta, IDAI

cabang Jakarta, halaman: 21-30.

3. Sudoyo AW, Setiohadi B. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Keempat.

Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006.

4. Dzieckowski JS, Anderson KC. Transfusion Biology and Therapy. In: Longo DL, Editor.

Harrison’s Hematology and Oncology. New York: The McGraw-Hill; 2010.p.143-51.

5. Butterwoth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Fluid Management & Blood Component

Therapy. In: Butterwoth JF, Mackey DC, Wasnick JD, Editors. Morgan and Mikail’s

Clinical Anesthesiology. 5th Ed. New York: The McGraw-Hill; 2013.p.1169-76.

6. Latief SA, Suryadi KA, Cachlan MR. Transfusi darah dalam pembedahan. Dalam:

Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi kedua. Jakarta: FKUI; 2009.p.145.

20