Referat Sinusitis
-
Upload
milla-silvia -
Category
Documents
-
view
41 -
download
0
description
Transcript of Referat Sinusitis
BAB I
Pendahuluan
Sinusitis adalah infeksi atau peradangan dari mukosa sinus paranasal. Sinusitis
mungkin hanya terjadi pada beberapa hari (sinusitis akut) atau dapat berlanjut menjadi
sinusitis kronis jika tanpa pengobatan yang adekuat.(1)
Angka kejadian sinusitis akut mendekati 3 dalam 1000 orang. Sedangkan sinusitis
kronis lebih jarang kira-kira 1 dalam 1000 orang. Bayi di bawah 1 tahun tidak menderita
sinusitis karena pembentukan sinusnya belum sempurna, tetapi sinusitis dapat terjadi
pada berbagai usia dengan cara lain.(2) Di Amerika diperkirakan lebih dari 30 juta pasien
menderita sinusitis.(3)
Sekitar 0,5 sampai dengan 2 persen kasus viral rhinosinusitis akan berkembang
menjadi infeksi bakterial.(1) Sinusitis jarang mengancam jiwa, tetapi kadang dapat
menimbulkan komplikasi yang serius.(3)
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi
Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus paranasal. Umumnya
disertai atau dipicu oleh rintis sehingga sering disebut rinosinusitis. Bila mengenai
beberapa sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai semua sinus paranasal
disebut pansinusitis.
Sinusitis maksila dengan sinusitis etmoid adalah merupakan sinusitis yang paling
sering ditemukan bila dibanding dengan sinusitis frontalis dan sinusitis spenoidalis,
karena sinus maksila merupakan sinus paranasal yang paling besar, letak ostiumnya lebih
tinggi dari dasar sehingga aliran secret (drainase) sinus maksila hanya tergantung dari
gerakan silia, ostium sinus maksila terletak di meatus medius di sekitar hiatus semilunaris
yang sempit sehingga mudah tersumbat. Disamping itu dasar sinus maksila adalah dasar
akar gigi (prosesus alveolaris) sehingga infeksi gigi dapat menyebabkan sinusitis maksila.
II. Etiologi dan Faktor predisposisi
Etiologi sinusitis dapat berupa :
Virus
Sinusitis virus biasanya terjadi selama infeksi saluran nafas atas. Virus yang lazim
menyerang hidung dan nasofaring juga menyerang sinus. Mukosa sinus
paranasalis berjalan kontinu dengan mukosa hidung dan penyakit virus yang
menyerang hidung perlu dicurigai dapar meluas ke sinus.
Bakteri
Edema dan hilangnya fungsi silia normal pada infeksi virus menciptakan suatu
lingkungan yang ideal untuk perkembangan infeksi bakteri. Infeksi ini seringkali
melibatkan lebih dari satu bakteri. Bakteri aerob yang sering ditemukan dalam
frekuensi yang makin menurun antara lain Staphylococcus aureus, Streptococcus
viridans, Haemophilus influenza, Neisseria flavus, Staphylococcus epidermidis,
Streptococcus pneumoniae, dan Escherichia coli. Bakteri anaerob termasuk
Peptostreptococcus, Corynebacterium, Bacteroides dan Veillonella. Infeksi
campuran antara organisme aerob dan anaerob seringkali terjadi.
Jamur
Faktor predisposisi sinusitis antara lain deformitas rangka, alergi, gangguan gigi
geligi, benda asing, neoplasma, paparan terhadap infeksi sebelumnya (misalnya common
cold), lingkungan berpolusi, udara dingin dan kering serta kebiasaan merokok.
III. Klasifikasi
Konsensus tahun 2004 membagi sinusitis sebagai berikut :
1. Sinusitis akut : Bila infeksi beberapa hari sampai 4 minggu
2. Sinusitis subakut : Bila penyakit berlangsung 4 minggu sampai 3 bulan
3. Sinusitis Kronis : Bila penyakit berlangusng lebih dari 3 bulan
Sedangkan berdasarkan penyebabnya sinusitis dibagi atas :
Rhinogenik (penyebab kelainan atau masalah di hidung), Segala sesuatu yang
menyebabkan sumbatan pada hidung dapat menyebabkan sinusitis
Dentogenik/Odontogenik (penyebabnya kelainan gigi), yang sering menyebabkan
sinusitis infeksi pada gigi geraham atas (pre molar dan molar).
IV. Patofisiologi
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan lancarnya
klirens mukosiliar di dalam KOM. Mukus juga mengandung substansi antimikrobial dan
zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk
bersama udara pernafasan.
Organ-organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan dan bila terjadi edema,
mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan
ostium tersumbat. Akibatnya terjadi tekanan negative di dalam rongga sinus yang
mneyebabkan terjadinya transudasi, mula-mula serous. Kondisi ini bisa dianggap sebagai
rinosinusitis non-bakterial dan biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa pengobatan.
Bila kondisi ini menetap, sekret yang terkumpul dalam sinus merupakan media
baik untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri. Sekret menjadi purulen. Keadaan ini
disebut sebagai rinosinusitis akut bakterial dan memerlukan terapi antibiotik.
Jika terapi tidak berhasil (misalnya karena ada faktor predisposisi), inflamasi
berlanjut terjadi hipoksi dan bakteri anaerob berkembang. Mukosa makin membengkak
dan ini merupakan rantai siklus yang terus berputar sampai akhirnya perubahan mukosa
menjadi kronik yaitu hipertrofi, polipoid, atau pembengkakan polip dan kista. Pada
keadaan ini mungkin diperlukan tindakan operasi.
V. Gejala dan Diagnosis
a. Sinusitis Akut
Gejala Subyektif
Dari anamnesis biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan atas (terutama
pada anak kecil), berupa pilek dan batuk yang lama, lebih dari tujuh hari.
Gejala subyektif terbagi atas gejala sistemik yaaitu demam dan rasa lesu, serta
gejala lokal yaitu hidung tersumbat, ingus kental yang kadang berbau dan mengalir ke
nasofaring (post nasal drip), halitosis, sakit kepala yang lebih berat pada pagi hari, nyeri
di daerah sinus yang terkena, serta kadang nyeri alih ke tempat lain.
1. Sinusitis Maksilaris
Sinus maksilaris disebut juga Antrum Highmore, merupakan sinus yang
sering terinfeksi oleh karena (1) merupakan sinus paranasal yang terbesar, (2)
letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar, sehingga aliran sekret(drainase) dari sinus
maksilaris hanya tergantung dari gerakan silia (3) dasar sinus maksila adalah
dasar akar gigi (procesus alveolaris), sehingga infeksi gigi dapat menyebabkan
sinusitis maksila, (4) ostium sinus maksila terletak di meatus medius di sekitar
hiatus semilunaris yang sempit sehingga mudah tersumbat.
Pada peradangan aktif sinus maksila atau frontal, nyeri biasanya sesuai
dengan daerah yang terkena. Pada sinusitis maksila nyeri terasa di bawah kelopak
mata dan kadang menyebar ke alveolus sehingga terasa nyeri di gigi. Nyeri alih
dirasakan di dahi dan depan telinga.
Wajah terasa bengkak, penuh dan gigi nyeri pada gerakan kepaala
mendadak, misalnya sewaktu naik atau turun tangga. Seringkali terdapat nyeri
pipi khas yang tumpul dan menusuk. Sekret mukopurulen dapat keluar dari
hidung dan terkadang berbau busuk. Batuk iritatif non produktif seringkli ada.
2. Sinusitis Ethmoidalis
Sinusitis ethmoidalis akut terisolasi lebih laim pada anak, seringkali
bermanifestasi sebagai selulitis orbita. Karena dinding lateral labirin ethmoidalis
(lamina papirasea) seringkali merekah dan karena itu cenderung lebih sering
menimbulkan selulitis orbita.
Pada dewasa seringkali bersama-sama dengan sinus maksilaris serta
dianggap sebagai penyerta sinusitis frontalis yang tidak dapat terelakkan.
Gejala berupa nyeri yang dirasakan di pangkal hidung dan kantus medius,
kadang-kadang nyeri di bola mata atau di belakangnya, terutama bila mata
digerakkan. Nyeri alih di pelipis. Post nasal drip dan sumbatan hidung.
3. Sinusitis Frontalis
Sinusitis frontalis akut hampir selalu bersama-sama dengan infeksi sinus
ethmoidalis anterior.
Gejala subyektif terdapat nyeri kepala yang khas, nyeri berlokasi di atas
alis mata, biasanya pada pagi hari dan memburuk menjelang tengah hari,
kemudian perlahan-lahan mereda hingga menjelang malam.
Pasien biasanya menyatakan bahwa dahi terasa nyeri bila disentuh dan
mungkin terdapat pembengkakan supra orbita.
4. Sinusitis Sfenoidalis
Pada Sinusitis sfenoidalis rasa nyeri terlokalisasi di verteks, oksipital, di
belakang bola mata dan di daerah mastoid. Namun, penyakit ini lebih lazim
menjadi bagian dari pansinusitis, sehingga gejalanya sering menjadi satu dengan
gejala infeksi sinus lainnya.
Gejala Obyektif
Jika sinus yang berbatasan dengan kulit (frontal, maskila dan ethmoid anterior)
terkena secara akut dapat terjadi pembengkakan dan edema kulit yang ringan akibat
periotitis. Palpasi dengan jari mendapati sensasi seperti ada penebalan ringan atau
seperti meraba beludru.
Pembengkakan pada sinus maksila terlihat di pipi dan kelopak mata bawah, pada
sinusitis frontal terlihat di dahi dan kelopak mata atas, pada sinusitis ethmoid jarang
timbul pembengkakan, kecuali bila ada komplikasi.
Pada rhinoskopi anterior tampak mukosa konka hiperemis dan edema. Pada
sinusitis maksila, sinusitis frontal dan sinusitis ethmoid anterior tampak mukopus atau
nanah di meatus medius, sedangkan pada sinusitis ethoid posterior dan sinusitis sfenoid
nanah tampak keluar dari meatus superior. Pada sinusitis akut tidak ditemukan polip,
tumor, maupun komplikasi sinusitis. Jika ditemukan maka kita harus melakukan
penatalaksanaan yang sesuai.
Pada rhinoskopi posterior tampak mukopus di nasofaring (post nasal drip). Pada
posisional test yakni pasien mengambil posisi sujud selama kurang lebih 5 menit dan
provokasi test yakni suction dimasukkan pada hidung, pemeriksa memencet hidung
pasien kemudian pasien disuruh menelan ludah dan menutup mulut dengan rapat, jika
positif sinusitis maksilari maka akan keluar pus dari hidung.
Pada pemeriksaan transiluminasi, sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap.
Pemeriksaan transiluminasi bermakna bila salah satu sisi sinus yang sakit, sehingga
tampak lebih suram dibanding sisi yang normal.
Pemeriksaan radiologik yang dibuat adalah posisi waters, PA dan lateral. Akan
tampak perselubungan atau penebalan mukosa atau batas cairan udara(air fluid level)
pada sinus yang sakit.
Pemeriksaan mikrobiologik sebaiknya diambil sekret dari meatus medius atau
meatus superior. Mungkin ditemukan bermacam-macam bakteri yang merupakan flora
normal di hidung atau kuman patogen, seperti Pneumococcus, streptococcus,
Staphylococcus dan Haemophylus influenzae. Selain itu mungkin juga ditemukan virus
atau jamur.
b. Sinusitis Sub Akut
Gejala klinisnya sama dengan sinusitis akut hanya tanda-tanda radang akutnya
(demam, sakit kepala hebat, nyeri tekan) sudah reda.
Pada rhinoskopi anterior tampak sekret di meatus medius atau superior. Pada
rhinoskopi posterior tampak sekret purulen di nasofaring. Pada pemeriksaan
transiluminasi tampak sinus yang sakit, suram atau gelap.
c. Sinusitis Kronis
Sinusitis kronis berbeda dengan sinusitis akut dalam berbagai aspek, umumnya
sukar disembuhkan dengan pengobataan medikamentosa saja. Harus dicari faktor
penyebab dan faktor predisposisinya.
Polusi bahan kimia menyebabkan silia rusak, sehingga terjadi perubahan mukosa
hidung. Perubahan tersebut juga dapat disebabkan oleh alergi dan defisiensi imunologik,
sehingga mempermudah terjadinya infeksi, dan infeksi menjadi kronis apabila
pengobatan sinusitis akut tidak sempurna.
Gejala Subjektif
Bervariasi dari ringan sampai berat, terdiri dari:
● Gejala hidung dan nasofaring, berupa sekret pada hidung dan sekret pasca nasal
(post nasal drip) yang seringkali mukopurulen dan hidung biasanya sedikit
tersumbat.
● Gejala laring dan faring yaitu rasa tidak nyaman dan gatal di tenggorokan.
● Gejala telinga berupa pendengaran terganggu oleh karena terjadi sumbatan tuba
eustachius
● Ada nyeri atau sakit kepala.
● Gejala mata, karena penjalaran infeksi melalui ductus nasolakrimalis.
● Gejala saluran nafas berupa batuk dan komplikasi di paru berupa bronkhitis atau
bronkhiektasis atau asma bronkhial.
● Gejala di saluran cerna mukopus tertelan sehingga terjadi gastroenteritis.
Gejala Objektif
Temuan pemeriksaan klinis tidak seberat sinusitis akut dan tidak terdapat
pembengkakan pada wajah. Pada rhinoskopi anterior dapat ditemukan sekret kental,
purulen dari meatus medius atau meatus superior, dapat juga ditemukan polip, tumor atau
komplikasi sinusitis. Pada rhinoskopi posterior tampak sekret purulen di nasofaring atau
turun ke tenggorok.
Dari pemeriksaan endoskopi fungsional dan CT Scan dapat ditemukan etmoiditis
kronis yang hampir selalu menyertai sinusitis frontalis atau maksilaris. Etmoiditis kronis
ini dapat menyertai poliposis hidung kronis.
Diagnosis Sinusitis Kronis
Diagnosis sinusitis kronis dapat ditegakkan dengan :
1. Anamnesis yang cermat
2. Pemeriksaan rhinoskopi anterior dan posterior
3. Pemeriksaan transiluminasi untuk sinus maksila dan sinus frontal, yakni pada
daerah sinus yang terinfeksi terlihat suram atau gelap.
4. Pemeriksaan radiologik, posisi rutin yang dipakai adalah posisi Water, PA dan
Lateral. Posisi Waters, maksud posisi waters adalah untuk memproyeksikan
tulang petrosus supaya terletak di bawah antrum maksila, yakni dengan cara
menengadahkan kepala pasien sedemikian rupa sehingga dagu menyentuh
permukaan meja. Posisi ini terutama untuk melihat adanya kelainan di sinus
maksila, frontal dan etmoid. Posisi posteroanterior untuk melihat sinus frontal
dan posisi lateral untuk melihat sinus frontal, spenoid dan etmoid.
5. Pungsi sinus maksilaris
6. Sinoskopi sinus maksilaris, dengan sinoskopi dapat dilihat keadaan dalaam
sinus, apakah ada sekret, polip, jaringan granulasi, massa tumor atau kista dan
bagaimana keadaan mukosa dan apakah osteum-nya terbuka. Pada sinusitis kronis
akibat perlengketan akan menyebabkan osteum tertutup sehingga drainase
menjadi terganggu.
7. Pemeriksaan histopatologi dari jaringan yang diambil pada waktu dilakukan
sinoskopi.
8. Pemeriksaan meatus medius dan meatus superior dengan menggunakan
nasoendoskopi.
9. Pemeriksaan CT-Scan, merupakan cara terbaik untuk memperlihatkan sifat dan
sumber masalah pada sinusitis dengan komplikasi. CT-Scan pada sinusitis akan
tampak : penebalan mukosa, air fluid level, perselubungan homogen atau tidak
homogen pada satu atau lebih sinus paranasal, penebalan dinding sinus dengan
sklerotik (pada kasus-kasus kronik)
Hal-hal yang mungkin ditemukan pada pemeriksaan CT-Scan :
a. Kista retensi yang luas, bentuknya konveks (bundar), licin, homogen, pada
pemeriksaan CT-Scan tidak mengalami ehans. Kadang sukar dibedakan dengan
polip yang terinfeksi, bila kista ini makin lama makin besar dapat menyebabkan
gambaran air fluid level.
b. Polip yang mengisi ruang sinus.
c. Polip antrokoanal
d. Massa pada cavum nasi yang menyumbat sinus.
e. Mukokel, penekanan, atrofi dan erosi tulang yang berangsur-angsur oleh massa
jaringan lunak mukokel yang membesar dan gambaran pada CT-Scan sebagai
perluasan yang berdensitas rendah dan kadang-kadang pengapuran perifer.
f. Tumor.
Pemeriksakan Mikrobiologi
Merupakan infeksi campuran oleh bermacam-macam mikroba, seperti kuman aerob
S. aureus, S. viridans, H. influenzae dan kuman anaerob Pepto streptococcus dan fuso
bakterium.
Penyebab lainnya Gejala Sinusitis
Alergi. Gejala dari kedua sinusitis dan rhinitis alergi termasuk obstruksi hidung
dan kemacetan. Kondisi-kondisi yang sering terjadi bersama-sama. Orang dengan alergi
dan tidak ada infeksi sinus mungkin memiliki:
Tipis, jelas, dan discharge hidung beringus
Gatal hidung, mata, atau tenggorokan (tidak terjadi dengan bakteri sinusitis)
Bersin berulang
Gejala alergi muncul hanya pada saat paparan terhadap alergen
Sakit kepala migrain dan lainnya. Banyak sakit kepala primer, terutama migrain atau
cluster, mungkin sangat mirip sinus sakit kepala. Migrain dan sakit kepala sinus bahkan
mungkin hidup berdampingan dalam banyak kasus. Sakit kepala sinus biasanya lebih
umum daripada migrain, namun seringkali sulit untuk membedakan mereka, terutama
jika sakit kepala adalah satu-satunya gejala dari sinusitis.
Neuralgia trigeminal. Dalam beberapa kasus, sakit kepala yang tetap ada setelah berhasil
pengobatan sinusitis kronis mungkin disebabkan neuralgia (nyeri saraf yang
berhubungan) di wajah.
Kondisi lain. Sejumlah kondisi lain dapat menyerupai sinusitis, yaitu :
Masalah gigi
Sebuah benda asing dalam hidung bagian
Arteritis temporal (sakit kepala yang disebabkan oleh arteri meradang di kepala)
Persistent infeksi saluran pernapasan bagian atas
Temporomandibular disorders (masalah pada sendi dan otot-otot rahang engsel)
Vasomotor rhinitis, suatu kondisi di mana bagian hidung menjadi sesak sebagai
respons terhadap iritasi atau stres. Ini sering terjadi pada wanita hamil.
VI. Penatalaksanaan Sinusitis
Tujuan terapi :1. Mempercepat penyembuhan2. Mencegah komplikasi3. Mencegah perubahan menjadi kronik
Prinsip pengobatan : membuka sumbatan di KOM (kompleks ostio meatal) sehingga drainase dan ventilasi sinus sinus pulih secara alamiA.Farmakologi
1. Antibiotik menghilangkan infeksi, pembengkakan mukosa dan membuka sumbatan ostium sinusAntibiotik pilihan : Golongan penisilin seperti amoksisilinBila kuman telah resisten atau telah memproduksi beta-laktamase : Amoksisilin-klavulanat atau golongan sefalosporin generasi keduaDiberikan selama 10-14 hari meskipun gejala klinis sudah hilang
2. Dekongestan oral atau topikal3. Obat-obatan lain : analgetik, mukolitik, steroid oral/topikal, antihisistamin
B. Tindakan operasiIndikasi : 1. sinusitis kronik yang tidak membaik setelah terapi adekuat2. sinusitis kronik disertai kista atau kelainan ireversibel : polip ekstensif3. adanya komplikasi sinusitis4. sinusitis jamur
Tindakan : Bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF/ FESS)