Referat Sinusitis

17
BAB I Pendahuluan Sinusitis adalah infeksi atau peradangan dari mukosa sinus paranasal. Sinusitis mungkin hanya terjadi pada beberapa hari (sinusitis akut) atau dapat berlanjut menjadi sinusitis kronis jika tanpa pengobatan yang adekuat. (1) Angka kejadian sinusitis akut mendekati 3 dalam 1000 orang. Sedangkan sinusitis kronis lebih jarang kira-kira 1 dalam 1000 orang. Bayi di bawah 1 tahun tidak menderita sinusitis karena pembentukan sinusnya belum sempurna, tetapi sinusitis dapat terjadi pada berbagai usia dengan cara lain. (2) Di Amerika diperkirakan lebih dari 30 juta pasien menderita sinusitis. (3) Sekitar 0,5 sampai dengan 2 persen kasus viral rhinosinusitis akan berkembang menjadi infeksi bakterial. (1) Sinusitis jarang mengancam jiwa, tetapi kadang dapat menimbulkan komplikasi yang serius. (3)

description

sinusitis

Transcript of Referat Sinusitis

Page 1: Referat Sinusitis

BAB I

Pendahuluan

Sinusitis adalah infeksi atau peradangan dari mukosa sinus paranasal. Sinusitis

mungkin hanya terjadi pada beberapa hari (sinusitis akut) atau dapat berlanjut menjadi

sinusitis kronis jika tanpa pengobatan yang adekuat.(1)

Angka kejadian sinusitis akut mendekati 3 dalam 1000 orang. Sedangkan sinusitis

kronis lebih jarang kira-kira 1 dalam 1000 orang. Bayi di bawah 1 tahun tidak menderita

sinusitis karena pembentukan sinusnya belum sempurna, tetapi sinusitis dapat terjadi

pada berbagai usia dengan cara lain.(2) Di Amerika diperkirakan lebih dari 30 juta pasien

menderita sinusitis.(3)

Sekitar 0,5 sampai dengan 2 persen kasus viral rhinosinusitis akan berkembang

menjadi infeksi bakterial.(1) Sinusitis jarang mengancam jiwa, tetapi kadang dapat

menimbulkan komplikasi yang serius.(3)

TINJAUAN PUSTAKA

Page 2: Referat Sinusitis

I. Definisi

Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus paranasal. Umumnya

disertai atau dipicu oleh rintis sehingga sering disebut rinosinusitis. Bila mengenai

beberapa sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai semua sinus paranasal

disebut pansinusitis.

Sinusitis maksila dengan sinusitis etmoid adalah merupakan sinusitis yang paling

sering ditemukan bila dibanding dengan sinusitis frontalis dan sinusitis spenoidalis,

karena sinus maksila merupakan sinus paranasal yang paling besar, letak ostiumnya lebih

tinggi dari dasar sehingga aliran secret (drainase) sinus maksila hanya tergantung dari

gerakan silia, ostium sinus maksila terletak di meatus medius di sekitar hiatus semilunaris

yang sempit sehingga mudah tersumbat. Disamping itu dasar sinus maksila adalah dasar

akar gigi (prosesus alveolaris) sehingga infeksi gigi dapat menyebabkan sinusitis maksila.

II. Etiologi dan Faktor predisposisi

Etiologi sinusitis dapat berupa :

Virus

Sinusitis virus biasanya terjadi selama infeksi saluran nafas atas. Virus yang lazim

menyerang hidung dan nasofaring juga menyerang sinus. Mukosa sinus

paranasalis berjalan kontinu dengan mukosa hidung dan penyakit virus yang

menyerang hidung perlu dicurigai dapar meluas ke sinus.

Bakteri

Edema dan hilangnya fungsi silia normal pada infeksi virus menciptakan suatu

lingkungan yang ideal untuk perkembangan infeksi bakteri. Infeksi ini seringkali

melibatkan lebih dari satu bakteri. Bakteri aerob yang sering ditemukan dalam

frekuensi yang makin menurun antara lain Staphylococcus aureus, Streptococcus

viridans, Haemophilus influenza, Neisseria flavus, Staphylococcus epidermidis,

Streptococcus pneumoniae, dan Escherichia coli. Bakteri anaerob termasuk

Peptostreptococcus, Corynebacterium, Bacteroides dan Veillonella. Infeksi

campuran antara organisme aerob dan anaerob seringkali terjadi.

Jamur

Page 3: Referat Sinusitis

Faktor predisposisi sinusitis antara lain deformitas rangka, alergi, gangguan gigi

geligi, benda asing, neoplasma, paparan terhadap infeksi sebelumnya (misalnya common

cold), lingkungan berpolusi, udara dingin dan kering serta kebiasaan merokok.

III. Klasifikasi

Konsensus tahun 2004 membagi sinusitis sebagai berikut :

1. Sinusitis akut : Bila infeksi beberapa hari sampai 4 minggu

2. Sinusitis subakut : Bila penyakit berlangsung 4 minggu sampai 3 bulan

3. Sinusitis Kronis : Bila penyakit berlangusng lebih dari 3 bulan

Sedangkan berdasarkan penyebabnya sinusitis dibagi atas :

Rhinogenik (penyebab kelainan atau masalah di hidung), Segala sesuatu yang

menyebabkan sumbatan pada hidung dapat menyebabkan sinusitis

Dentogenik/Odontogenik (penyebabnya kelainan gigi), yang sering menyebabkan

sinusitis infeksi pada gigi geraham atas (pre molar dan molar).

IV. Patofisiologi

Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan lancarnya

klirens mukosiliar di dalam KOM. Mukus juga mengandung substansi antimikrobial dan

zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk

bersama udara pernafasan.

Organ-organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan dan bila terjadi edema,

mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan

ostium tersumbat. Akibatnya terjadi tekanan negative di dalam rongga sinus yang

mneyebabkan terjadinya transudasi, mula-mula serous. Kondisi ini bisa dianggap sebagai

rinosinusitis non-bakterial dan biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa pengobatan.

Page 4: Referat Sinusitis

Bila kondisi ini menetap, sekret yang terkumpul dalam sinus merupakan media

baik untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri. Sekret menjadi purulen. Keadaan ini

disebut sebagai rinosinusitis akut bakterial dan memerlukan terapi antibiotik.

Jika terapi tidak berhasil (misalnya karena ada faktor predisposisi), inflamasi

berlanjut terjadi hipoksi dan bakteri anaerob berkembang. Mukosa makin membengkak

dan ini merupakan rantai siklus yang terus berputar sampai akhirnya perubahan mukosa

menjadi kronik yaitu hipertrofi, polipoid, atau pembengkakan polip dan kista. Pada

keadaan ini mungkin diperlukan tindakan operasi.

V. Gejala dan Diagnosis

a. Sinusitis Akut

Gejala Subyektif

Dari anamnesis biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan atas (terutama

pada anak kecil), berupa pilek dan batuk yang lama, lebih dari tujuh hari.

Gejala subyektif terbagi atas gejala sistemik yaaitu demam dan rasa lesu, serta

gejala lokal yaitu hidung tersumbat, ingus kental yang kadang berbau dan mengalir ke

nasofaring (post nasal drip), halitosis, sakit kepala yang lebih berat pada pagi hari, nyeri

di daerah sinus yang terkena, serta kadang nyeri alih ke tempat lain.

1. Sinusitis Maksilaris

Sinus maksilaris disebut juga Antrum Highmore, merupakan sinus yang

sering terinfeksi oleh karena (1) merupakan sinus paranasal yang terbesar, (2)

letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar, sehingga aliran sekret(drainase) dari sinus

maksilaris hanya tergantung dari gerakan silia (3) dasar sinus maksila adalah

dasar akar gigi (procesus alveolaris), sehingga infeksi gigi dapat menyebabkan

sinusitis maksila, (4) ostium sinus maksila terletak di meatus medius di sekitar

hiatus semilunaris yang sempit sehingga mudah tersumbat.

Pada peradangan aktif sinus maksila atau frontal, nyeri biasanya sesuai

dengan daerah yang terkena. Pada sinusitis maksila nyeri terasa di bawah kelopak

mata dan kadang menyebar ke alveolus sehingga terasa nyeri di gigi. Nyeri alih

dirasakan di dahi dan depan telinga.

Page 5: Referat Sinusitis

Wajah terasa bengkak, penuh dan gigi nyeri pada gerakan kepaala

mendadak, misalnya sewaktu naik atau turun tangga. Seringkali terdapat nyeri

pipi khas yang tumpul dan menusuk. Sekret mukopurulen dapat keluar dari

hidung dan terkadang berbau busuk. Batuk iritatif non produktif seringkli ada.

2. Sinusitis Ethmoidalis

Sinusitis ethmoidalis akut terisolasi lebih laim pada anak, seringkali

bermanifestasi sebagai selulitis orbita. Karena dinding lateral labirin ethmoidalis

(lamina papirasea) seringkali merekah dan karena itu cenderung lebih sering

menimbulkan selulitis orbita.

Pada dewasa seringkali bersama-sama dengan sinus maksilaris serta

dianggap sebagai penyerta sinusitis frontalis yang tidak dapat terelakkan.

Gejala berupa nyeri yang dirasakan di pangkal hidung dan kantus medius,

kadang-kadang nyeri di bola mata atau di belakangnya, terutama bila mata

digerakkan. Nyeri alih di pelipis. Post nasal drip dan sumbatan hidung.

3. Sinusitis Frontalis

Sinusitis frontalis akut hampir selalu bersama-sama dengan infeksi sinus

ethmoidalis anterior.

Gejala subyektif terdapat nyeri kepala yang khas, nyeri berlokasi di atas

alis mata, biasanya pada pagi hari dan memburuk menjelang tengah hari,

kemudian perlahan-lahan mereda hingga menjelang malam.

Pasien biasanya menyatakan bahwa dahi terasa nyeri bila disentuh dan

mungkin terdapat pembengkakan supra orbita.

4. Sinusitis Sfenoidalis

Pada Sinusitis sfenoidalis rasa nyeri terlokalisasi di verteks, oksipital, di

belakang bola mata dan di daerah mastoid. Namun, penyakit ini lebih lazim

menjadi bagian dari pansinusitis, sehingga gejalanya sering menjadi satu dengan

gejala infeksi sinus lainnya.

Gejala Obyektif

Page 6: Referat Sinusitis

Jika sinus yang berbatasan dengan kulit (frontal, maskila dan ethmoid anterior)

terkena secara akut dapat terjadi pembengkakan dan edema kulit yang ringan akibat

periotitis. Palpasi dengan jari mendapati sensasi seperti ada penebalan ringan atau

seperti meraba beludru.

Pembengkakan pada sinus maksila terlihat di pipi dan kelopak mata bawah, pada

sinusitis frontal terlihat di dahi dan kelopak mata atas, pada sinusitis ethmoid jarang

timbul pembengkakan, kecuali bila ada komplikasi.

Pada rhinoskopi anterior tampak mukosa konka hiperemis dan edema. Pada

sinusitis maksila, sinusitis frontal dan sinusitis ethmoid anterior tampak mukopus atau

nanah di meatus medius, sedangkan pada sinusitis ethoid posterior dan sinusitis sfenoid

nanah tampak keluar dari meatus superior. Pada sinusitis akut tidak ditemukan polip,

tumor, maupun komplikasi sinusitis. Jika ditemukan maka kita harus melakukan

penatalaksanaan yang sesuai.

Pada rhinoskopi posterior tampak mukopus di nasofaring (post nasal drip). Pada

posisional test yakni pasien mengambil posisi sujud selama kurang lebih 5 menit dan

provokasi test yakni suction dimasukkan pada hidung, pemeriksa memencet hidung

pasien kemudian pasien disuruh menelan ludah dan menutup mulut dengan rapat, jika

positif sinusitis maksilari maka akan keluar pus dari hidung.

Pada pemeriksaan transiluminasi, sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap.

Pemeriksaan transiluminasi bermakna bila salah satu sisi sinus yang sakit, sehingga

tampak lebih suram dibanding sisi yang normal.

Pemeriksaan radiologik yang dibuat adalah posisi waters, PA dan lateral. Akan

tampak perselubungan atau penebalan mukosa atau batas cairan udara(air fluid level)

pada sinus yang sakit.

Pemeriksaan mikrobiologik sebaiknya diambil sekret dari meatus medius atau

meatus superior. Mungkin ditemukan bermacam-macam bakteri yang merupakan flora

normal di hidung atau kuman patogen, seperti Pneumococcus, streptococcus,

Staphylococcus dan Haemophylus influenzae. Selain itu mungkin juga ditemukan virus

atau jamur.

b. Sinusitis Sub Akut

Page 7: Referat Sinusitis

Gejala klinisnya sama dengan sinusitis akut hanya tanda-tanda radang akutnya

(demam, sakit kepala hebat, nyeri tekan) sudah reda.

Pada rhinoskopi anterior tampak sekret di meatus medius atau superior. Pada

rhinoskopi posterior tampak sekret purulen di nasofaring. Pada pemeriksaan

transiluminasi tampak sinus yang sakit, suram atau gelap.

c. Sinusitis Kronis

Sinusitis kronis berbeda dengan sinusitis akut dalam berbagai aspek, umumnya

sukar disembuhkan dengan pengobataan medikamentosa saja. Harus dicari faktor

penyebab dan faktor predisposisinya.

Polusi bahan kimia menyebabkan silia rusak, sehingga terjadi perubahan mukosa

hidung. Perubahan tersebut juga dapat disebabkan oleh alergi dan defisiensi imunologik,

sehingga mempermudah terjadinya infeksi, dan infeksi menjadi kronis apabila

pengobatan sinusitis akut tidak sempurna.

Gejala Subjektif

Bervariasi dari ringan sampai berat, terdiri dari:

● Gejala hidung dan nasofaring, berupa sekret pada hidung dan sekret pasca nasal

(post nasal drip) yang seringkali mukopurulen dan hidung biasanya sedikit

tersumbat.

● Gejala laring dan faring yaitu rasa tidak nyaman dan gatal di tenggorokan.

● Gejala telinga berupa pendengaran terganggu oleh karena terjadi sumbatan tuba

eustachius

● Ada nyeri atau sakit kepala.

● Gejala mata, karena penjalaran infeksi melalui ductus nasolakrimalis.

● Gejala saluran nafas berupa batuk dan komplikasi di paru berupa bronkhitis atau

bronkhiektasis atau asma bronkhial.

● Gejala di saluran cerna mukopus tertelan sehingga terjadi gastroenteritis.

Gejala Objektif

Page 8: Referat Sinusitis

Temuan pemeriksaan klinis tidak seberat sinusitis akut dan tidak terdapat

pembengkakan pada wajah. Pada rhinoskopi anterior dapat ditemukan sekret kental,

purulen dari meatus medius atau meatus superior, dapat juga ditemukan polip, tumor atau

komplikasi sinusitis. Pada rhinoskopi posterior tampak sekret purulen di nasofaring atau

turun ke tenggorok.

Dari pemeriksaan endoskopi fungsional dan CT Scan dapat ditemukan etmoiditis

kronis yang hampir selalu menyertai sinusitis frontalis atau maksilaris. Etmoiditis kronis

ini dapat menyertai poliposis hidung kronis.

Diagnosis Sinusitis Kronis

Diagnosis sinusitis kronis dapat ditegakkan dengan :

1. Anamnesis yang cermat

2. Pemeriksaan rhinoskopi anterior dan posterior

3. Pemeriksaan transiluminasi untuk sinus maksila dan sinus frontal, yakni pada

daerah sinus yang terinfeksi terlihat suram atau gelap.

4. Pemeriksaan radiologik, posisi rutin yang dipakai adalah posisi Water, PA dan

Lateral. Posisi Waters, maksud posisi waters adalah untuk memproyeksikan

tulang petrosus supaya terletak di bawah antrum maksila, yakni dengan cara

menengadahkan kepala pasien sedemikian rupa sehingga dagu menyentuh

permukaan meja. Posisi ini terutama untuk melihat adanya kelainan di sinus

maksila, frontal dan etmoid. Posisi posteroanterior untuk melihat sinus frontal

dan posisi lateral untuk melihat sinus frontal, spenoid dan etmoid.

5. Pungsi sinus maksilaris

6. Sinoskopi sinus maksilaris, dengan sinoskopi dapat dilihat keadaan dalaam

sinus, apakah ada sekret, polip, jaringan granulasi, massa tumor atau kista dan

bagaimana keadaan mukosa dan apakah osteum-nya terbuka. Pada sinusitis kronis

akibat perlengketan akan menyebabkan osteum tertutup sehingga drainase

menjadi terganggu.

7. Pemeriksaan histopatologi dari jaringan yang diambil pada waktu dilakukan

sinoskopi.

8. Pemeriksaan meatus medius dan meatus superior dengan menggunakan

nasoendoskopi.

Page 9: Referat Sinusitis

9. Pemeriksaan CT-Scan, merupakan cara terbaik untuk memperlihatkan sifat dan

sumber masalah pada sinusitis dengan komplikasi. CT-Scan pada sinusitis akan

tampak : penebalan mukosa, air fluid level, perselubungan homogen atau tidak

homogen pada satu atau lebih sinus paranasal, penebalan dinding sinus dengan

sklerotik (pada kasus-kasus kronik)

Hal-hal yang mungkin ditemukan pada pemeriksaan CT-Scan :

a. Kista retensi yang luas, bentuknya konveks (bundar), licin, homogen, pada

pemeriksaan CT-Scan tidak mengalami ehans. Kadang sukar dibedakan dengan

polip yang terinfeksi, bila kista ini makin lama makin besar dapat menyebabkan

gambaran air fluid level.

b. Polip yang mengisi ruang sinus.

c. Polip antrokoanal

d. Massa pada cavum nasi yang menyumbat sinus.

e. Mukokel, penekanan, atrofi dan erosi tulang yang berangsur-angsur oleh massa

jaringan lunak mukokel yang membesar dan gambaran pada CT-Scan sebagai

perluasan yang berdensitas rendah dan kadang-kadang pengapuran perifer.

f. Tumor.

Pemeriksakan Mikrobiologi

Merupakan infeksi campuran oleh bermacam-macam mikroba, seperti kuman aerob

S. aureus, S. viridans, H. influenzae dan kuman anaerob Pepto streptococcus dan fuso

bakterium.

Penyebab lainnya Gejala Sinusitis

Page 10: Referat Sinusitis

Alergi. Gejala dari kedua sinusitis dan rhinitis alergi termasuk obstruksi hidung

dan kemacetan. Kondisi-kondisi yang sering terjadi bersama-sama. Orang dengan alergi

dan tidak ada infeksi sinus mungkin memiliki:

Tipis, jelas, dan discharge hidung beringus

Gatal hidung, mata, atau tenggorokan (tidak terjadi dengan bakteri sinusitis)

Bersin berulang

Gejala alergi muncul hanya pada saat paparan terhadap alergen

Sakit kepala migrain dan lainnya. Banyak sakit kepala primer, terutama migrain atau

cluster, mungkin sangat mirip sinus sakit kepala. Migrain dan sakit kepala sinus bahkan

mungkin hidup berdampingan dalam banyak kasus. Sakit kepala sinus biasanya lebih

umum daripada migrain, namun seringkali sulit untuk membedakan mereka, terutama

jika sakit kepala adalah satu-satunya gejala dari sinusitis.

Neuralgia trigeminal. Dalam beberapa kasus, sakit kepala yang tetap ada setelah berhasil

pengobatan sinusitis kronis mungkin disebabkan neuralgia (nyeri saraf yang

berhubungan) di wajah.

Kondisi lain. Sejumlah kondisi lain dapat menyerupai sinusitis, yaitu :

Masalah gigi

Sebuah benda asing dalam hidung bagian

Arteritis temporal (sakit kepala yang disebabkan oleh arteri meradang di kepala)

Persistent infeksi saluran pernapasan bagian atas

Temporomandibular disorders (masalah pada sendi dan otot-otot rahang engsel)

Vasomotor rhinitis, suatu kondisi di mana bagian hidung menjadi sesak sebagai

respons terhadap iritasi atau stres. Ini sering terjadi pada wanita hamil.

Page 11: Referat Sinusitis

VI. Penatalaksanaan Sinusitis

Tujuan terapi :1. Mempercepat penyembuhan2. Mencegah komplikasi3. Mencegah perubahan menjadi kronik

Prinsip pengobatan : membuka sumbatan di KOM (kompleks ostio meatal) sehingga drainase dan ventilasi sinus sinus pulih secara alamiA.Farmakologi

1. Antibiotik menghilangkan infeksi, pembengkakan mukosa dan membuka sumbatan ostium sinusAntibiotik pilihan : Golongan penisilin seperti amoksisilinBila kuman telah resisten atau telah memproduksi beta-laktamase : Amoksisilin-klavulanat atau golongan sefalosporin generasi keduaDiberikan selama 10-14 hari meskipun gejala klinis sudah hilang

2. Dekongestan oral atau topikal3. Obat-obatan lain : analgetik, mukolitik, steroid oral/topikal, antihisistamin

B. Tindakan operasiIndikasi : 1. sinusitis kronik yang tidak membaik setelah terapi adekuat2. sinusitis kronik disertai kista atau kelainan ireversibel : polip ekstensif3. adanya komplikasi sinusitis4. sinusitis jamur

Tindakan : Bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF/ FESS)