Referat Rinitis Kronis

download Referat Rinitis Kronis

of 22

Transcript of Referat Rinitis Kronis

  • 7/25/2019 Referat Rinitis Kronis

    1/22

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Rinitis adalah suatu inflamasi (peradangan) pada membran mukosa di hidung. Menurut

    sifatnya rinitis dibagi menjadi dua yaitu rinitis akut dan rinitis kronis. Rinitis kronis merupakan

    suatu penyakit infeksi hidung yang berulang dengan tanda adanya atrofi progresif tulang dan

    mukosa konka1.

    Sebagai istilah klinis, rinitis mengacu pada sekelompok heterogen gangguan hidung ditandai

    dengan 1 atau lebih dari gejala berikut: bersin, hidung gatal, rhinorrhea, dan hidung tersumbat .

    !eluhan subyektif yang sering ditemukan pada pasien biasanya napas bau, pasien menderita

    anosmia, ingus kental hijau, kusta hijau, gangguan penciuman, sakit kepala, dan hidung

    tersumbat. Mukosa hidung menghasilkan secret kental dan cepat mengering, sehingga terbentuk

    krusta berbau busuk1. "re#alensi menunjukkan bah$a %%& sampai '& dari pasien dengan

    rhinitis mungkin memiliki rinitis campuran, kombinasi alergi dan rinitis non alergik. "re#alensi

    di indonesia rinitis kronis adalah ,%& (berdasarkan keluhan responden)%.

    Rinitis kronis adalah rinitis simplek kronis, rhinitis hipertrofi, rhinitis atrofi, rinitis sika, dan

    rinitis kaseosa. Rinitis kronis yang tidak disebabkan oleh peradangan dapat kita jumpai pada

    rinitis alergi, rinitis #asomotor, rinitis medikamentosa, rinitis atrofi, dan rinitis hipertrofi*.

    Rinitis alergi melibatkan antibodi reaginik, basofil, sel mast, dan pelepasan +at mediator

    seperti histamine, prostaglandin dan leukotrien, yang ada gilirannya bekerja pada saluran hidung

    dan menimbulkan menifestasi klinis. Rinitis #asomotor suatu keadaan idiopatik beberapa

    hipotesis telah dikemukakan penyebabnya adalah neurogenik (disfungsi system otonom),

    neuropedtida, nitrit oksida, dan trauma. Rinitis atrofi disebabkan karena infeksi kuman spesifik,

    yang tersering ditemukan spesies klebsia, defiensi -, #itamin , sinusitis kronik yang akanmenyebabkan adanya atrofi mukosa dan tulang konka. Rinitis hipertrofi karena proses inflamasi

    kronis yang disebabkan oleh infeksi bakteri primer atau sekunder. Rinitis medikamentosa karena

    pemakaian obat topikal #asokontriktor yang berulang dalam $aktu yang lama yang akan

    menyebabkan fase dilatasi berulang (rebound dilation), keadaan ini diikuti dengan penurunan

    sensiti#itas reseptor alfa adrenergik di pembuluh darah sehingga terjadi suatu toleransi.

    1

  • 7/25/2019 Referat Rinitis Kronis

    2/22

    "enatalaksanaan rinitis tergantung dari rinitis nya, rinitis alergi dengan antihistamin dan bisa

    juga dengan dekongestan nasal spray, rinitis atrofi diberikan dapat bersifat konser#atif yaitu

    pemberian antibiotika berspektrum luas atau dengan uji resistensi kuman, rinitis medikamentosa

    hentikan pengobatan,obat dekonestan oral, rinitis hipertofi bisa dilakukan tindakan operatif

    kepada konka, rinitis #asomotor bisa menghindari stimulus, dan dengan obat / obatan

    dekongestan. "rognosis apabila faktor pencetus bisa dihindarkan atau dengan pengobatan yang

    baik maka akan mendapatkan hasil yang baik.

    2

  • 7/25/2019 Referat Rinitis Kronis

    3/22

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Anatomi Hidung

    1. Hidung Luar

    0idung luar berbentuk pyramid dengan bagianbagiannya dari atas ke ba$ah: 1)

    pangkal hidung (bridge), ) batang hidung (dorsumnasi), ) puncak hidung (hip), %) ala nasi, *)

    hidung luar, dapat dibedakan atas tiga bagian2 yang paling atas, a) kubah tulang, yang tak dapat

    digerakan2 diba$ahnya terdapat b) kubah kartilago yang sedikit bisa digerakan2 dan yang

    paling ba$ah adalah c) lobulus hidung yang mudah digerakan. 3elahan ba$ah aperture hanyakerangka tulangnya saja, memisahkan luar dengan hidung dalam. 4isebalah superior, struktur

    tulang hidung luar berupa prosesus maksila yang berjalan ke atas dan kedua tulang hidung,

    semuanya disokong oleh prosesus nasalis tulang frontalis dan suatu bagian lamina

    perpendikularis tulang etmoidalis. Spina nasalis anterior merupakan bagian dari prosesus

    maksilaris madeial embrio yang meliputi premaksila anterior, dapat pula dianggap sebagai

    hidung luar. 3agian berikutnya, yaitu kubah kartilago yang sedikit dapat digerakan, dibentuk

    oleh kartilago lateralis superior yang saling berfusi di garis tengah serta berfusi pula dengan

    tepi atas kartilago septum kuadrangularis, sepertiga ba$ah hidung luar atau lobules hidung,

    dipertahankan bentuknya oleh kartilago lateralis inferior. 5obules menutup #estibulum nasi dan

    dibatasi di sebelah medial oleh kolumela, dilateral oleh ala nasi dan anterosuperior oleh ujung

    hidung, mobilitas lobules hidung penting untuk ekspresi $ajah, gerakan mengendus, dan

    bersin. 6tot ekspresi $ajah yang terletak subkutan di atas tulang pipi hidung, pipi anterior, dan

    bibir atas menjamin mobilitas lobulus. 7aringan ikat subkutan dan kulit juga ikut menyokong

    hidung luar. 7aringan lunak di antara hidung dan dalam dibatasi di sebelah inferior oleh !rista

    piriformis dengan kulit penutupnya, di medial oleh septum nasi, dan tepi ba$ah kartilago

    lateralis superior sebagai batas superior dan lateral. Struktur tersempit dari seluruh saluran

    pernapasan atas adalah apa yang disebut sebagai limen nasi atau os internum oleh ahli anatomi,

    atau sebagai katup hidung.

    3

  • 7/25/2019 Referat Rinitis Kronis

    4/22

    8ambar 1.1 natomi hidung

    2. Hidung Dalam

    Struktur ini membentang dari os internum di sebelah anterior himgga koana di

    posterior, yang memisahkan rongga hidung dari nasofaring. Selanjutnya, pada dinding lateral

    hidung terdapat pula konka yaitu a) konka superior, b) konka media, c) konka inferior, dengan

    rongga udara yang tidak teratur diantara nya meatus superior, meatus media dan meatus

    inferior. Manusia mempunyai sekitar 1 rongga di sepanjang atap dan bagian lateral rongga

    udara hidung, jumlah, bentuk, ukuran dan simetri ber#ariasi. Sinus / sinus ini membentuk

    rongga di dalam beberapa tulang $ajah dan diberi nama yang sesuai: sinus maksilaris,

    sfenoidalis, frontalis, dan etmoidalis. 9ang terakhir biasanya berupa kelompok / kelompok sel

    etmoidalis anterior dan posterior yang saling berhubungan, masingmasing kelompok bermuara

    4

  • 7/25/2019 Referat Rinitis Kronis

    5/22

    ke dalam hidung. Seluruh sinus dilapisi oleh epitel saluran pernapasan yang mengalami

    modifikasi, dan mampu menghasilkan mucus, dan bersilia, secret disalurkan ke dalam rongga

    hidung. "ada orang sehat, sinus terutama berisi udara. Selain itu terdapat duktus nasolakrimalis

    bermuara pada meatus inferior di bagian anterior. 0iatus semilunaris dari meatus media

    merupakan muara sinus frontalis, etmoidalis anterior dan sinus maksilaris. Sel / sel sinus

    etmoidalis bermuara pada meatus superior, sedangkan sinus sfenoidalis bermuara pada resesus

    sfenoetmoidalis%.

    8ambar 1. natomi 0idung 4alam

    Septum nasi merupakan struktur tulang di garis tengah, secara anatomi membagi organ

    menjadi dua hidung. 3agian tualang dari septum terdiri dari 1) kartilago septum

    (kuadrangularis) di sebelah anterior, ) lamina perpindikularis tulang etmoidalis disebelah atas,

    ) #omer dan rostum sphenoid di posterior dan suatu !rista di sebelah ba$ah, terdiri dari %)

    !rista maksila dan !rista palatine. Septum hidung dilapisi oleh mukosa hidung.

    5

  • 7/25/2019 Referat Rinitis Kronis

    6/22

    8ambar 1. natomi Septum 0idung

    Komple! o!tiomeatal "K#$%

    !ompleks ostiomeatal (!6M) merupakan celah pada dinding lateral hidung yang

    dibatasi oleh konka media dan lamina papirasea. Struktur anatomi penting yang

    membentuk !6M adalah prosesus unsiatus, infundibulum etmoid, hiatus semilunaris,

    bula etmoid, agger nasi dan resesus frontal. !6M merupakan unit fungsional yang

    merukan tempat #entilasi dan dreanase dari sinus / sinus yang letaknya di anterior yaitu

    sinus maksila, etmoid anterior dan frontal.

    8ambar 1. natomi !6M

    Sinu! Parana!ali!

    Manusia mempunyai sekitar 1 rongga di sepanjang atap dan bagian lateral rongga

    udara hidung, jumlah dan bentuk ukuran, dan simetris ber#ariasi. Sinus / sinus ini membentuk

    rongga di dalam beberapa tulang $ajah dan diberi nama yang sesuai 2 sinus maksilaris,

    sfenoidalis, frontalis dan etmoidalis. Semuanya bermuara kedalam hidung, seluruh sinus dilapisi

    oleh epitel saluran pernapasan yang mengalami modifikasi, dan mampu menghasilkan mukus,

    6

  • 7/25/2019 Referat Rinitis Kronis

    7/22

    dan bersilia. "ada orang de$asa sinus berisi udara. Sinus maksilaris rudimenter, atau antrum

    umumnya telah ditemukan pada saat lahir. Sinus paranasalis lainnya timbul pada masa kanak /

    kanak dalam tulang $ajah.

    &am'ar 1.( Anatomi !inu! parana!al

    ). Suplai Dara*

    abang sfenoplatina dari arteri maksilaris interna menyuplai konka, meatus, dan

    septum. abang etmoidalis anterior dan posterior dari arteri oftalmika menyuplai sinus

    frontalis dan etmoidalis serta atap hidung. Sedangkan sinus maksilaris diperdarai oleh suatu

    cabang arteri labialis superior dan cabang infraorbital serta al#eolaris dari arteri maksilaris

    interna, dan cabang faringealis dari arteri maksilaris interna disebarkan ke dalam sinus

    sfenoidalis. ;ena / #ena membentuk suatu pleksus ka#ernosus yang rapat di ba$ah membrane

    mukosa. "leksus ini terlihat nyata di atas konka media dan inferior, serta bagian ba$ah septum

    di mana ia membentuk jaringan erktil. 4rainase #ena terutama melalui #ena oftalmika, fasialis

    anterior dan sfenopalatina

  • 7/25/2019 Referat Rinitis Kronis

    8/22

    B. ,initi! Kroni!

    Rinitis !ronis merupakan suatu penyakit infeksi hidung yang berulang dengan tanda

    adanya atrofi progresif tulang dan mukosa konka1. Rhinitis kronis dibagi dalam beberapa

    macam yaitu rhinitis simplek kronis, rhinitis hipertrofi, rhinitis atrofi, rhinitis sika, dan

    rhinitis kaseosa. Rhinitis kronis yang tidak disebabkan oleh peradangan dapat kita jumpai

    pada rhinitis alergi, rhinitis #asomotor, dan rhinitis medikamentosa*.

    1. ,initi! Alergi

    Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh raksi alergi pada pasien

    atopi yang sebelumnya sudah tersenditisasi dengan allergen yang sama serta dilepaskannya

    suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan allergen spesifik tersebut.

    !arakteristik klinis rinitis alergika adalah bersin, hidung tersumbat, beringus, dan gatal di

    hidung, setelah mukosa hidung terpapar allergen yang diperantai oleh =8 -.

    a. Etiologi ,initi! Alergi

    "enyebab rinitis alergi tersering adalah alergen inhalan pada de$asa dan ingestan pada

    anak anak. "ada anakanak sering disertai gejala alergi lain, seperti urtikaria dan gangguan

    pencernaan.

    '. Berda!aran -ara ma!una allergen di'agi ata! /

    1. lergen inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernapasan, misalnya tungau, debu

    rumah, kecoa, serpihan epitel kulit binatang, rerumputan, serta jamur. lergen ingestan, yang masuk ke saluran cerna, misalnya susu sapi, telur, coklat, ikan, udang

    kepiting. lergen injektan, yang masuk melalui suntikan misalnya penisilin dan sengatan lebah%. llergen kontaktan, yang masuk melalui kontak kulit atau jaringan mukosa, misalnya bahan

    kosmetik, perhiasan.

    8

  • 7/25/2019 Referat Rinitis Kronis

    9/22

    -. Kla!i0ia!i ,initi! Alergi

    4ahulu rinitis alergi dibedakan dalam macam berdasrkan sifat berlangsungnya yaitu:1. Rinitis alergi musiman ( seasonal, hay fe#er, polinosis ). 4i =ndonesia tidak dikenal rinitis

    alergi musiman, hanya di negara yang mempunyai % musim. llergen penyebab nya spesifik,

    yauitu tepung sari (pollen) dan spora jamur. 8ejala klinik yang tampak ialah gejala padahidung dan mata ( mata merah, gatal disertai lakrimasi )

    . Rinitis alergi sepanjang tahun (perennial)8ejala pada penyakit ii timbul intermiten atau terus menerus, tanpa #ariasi musim, jadi dapat

    ditemukan sepanjang tahun.

    d. Kla!i0ia!i riniti! alergi 'erda!aran reomenda!i dari H# Initiatie A,IA Allergi-

    ,*initi! and it! Impa-t on A!tma % ta*un 23314 aitu 'erda!aran !i0at 'erlang!ungna

    di'agi men5adi /

    1. =ntermitan ( kadang / kadang ) : apabila gejala kurang dari % hari>minggu atau kurang dari %minggu

    . "ersisten>menetap bila gejala lebih dari % hari>minggu dan lebih dari % minggu.

    Sedangkan untuk tingkat berat ringannya penyakit, rinitis alergi dibagi menjadi :1. Ringan bila tidak ditemukanngangguan tidur, gangguan aktifitas harian, bersantai,

    berolahraga, belajar, bekerja. Sedang / berat bila terdapatsatu atau lebih dari gangguan tersebut diatas

    e. Pato0i!iologi ,initi! Alergi

    Rinitis alergi merupakan suatu penyakit inflamasi yang dia$ali dengan tahap

    sensitisasi dan diikuti dengan reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari fase yaitu immediate

    phase allergic reaction atau reaksi alergi fase cepat (R) yang berlangsung sejak kontak

    dengan alergen sampai 1 jam setelahnya dan late phase allergic reaction atau reaksi alergi

    fase lambat (R5) yang berlangsung % jam dengan puncak

  • 7/25/2019 Referat Rinitis Kronis

    10/22

    "ada kontak pertama dengan alergen atau tahap sensitisasi, makrofag atau monosit yang

    berperan sebagai sel penyaji (ntigen "resenting ell>") akan menangkap alergen yang

    menempel di permukaan mukosa hidung. Setelah diproses, antigen akan membentuk fragmen

    pendek peptide dan bergabung dengan molekul 05 kelas == membentuk komplek peptide

    M0 kelas == (Major 0istocompatibility omple?) yang kemudian dipresentasikan pada sel

    @ helper (@hA). !emudian sel penyaji akan melepas sitokin seperti interleukin 1 (=51) yang

    akan mengaktifkan @hA untuk berproliferasi menjadi @h1 dan @h. @h akan menghasilkan

    berbagai sitokin seperti =5, =5%, =5*, dan =51. =5% dan =51 dapat diikat oleh

    reseptornya di permukaan sel limfosit 3, sehingga sel limfosit 3 menjadi aktif dan akan

    memproduksi imunoglobulin - (=g-). =g- di sirkulasi darah akan masuk ke jaringan dan

    diikat oleh reseptor =g- di permukaan sel mastosit atau basofil (sel mediator) sehingga kedua

    sel ini menjadi aktif. "roses ini disebut sensitisasi yang menghasilkan sel mediator yang

    tersensitisasi. 3ila mukosa yang sudah tersensitisasi terpapar alergen yang sama, maka kedua

    rantai =g- akan mengikat alergen spesifik dan terjadi degranulasi (pecahnya dinding sel)

    mastosit dan basofil dengan akibat terlepasnya mediator kimia yang sudah terbentuk

    ("erformed Mediators) terutama histamin. Selain histamin juga dikeluarkan Be$ly ormed

    Mediators antara lain prostaglandin 4 ("84), 5eukotrien 4% (5@ 4%), 5eukotrien % (5@

    %), bradikinin, "latelet cti#ating actor ("), berbagai sitokin (=5, =5%, =5*, =5

  • 7/25/2019 Referat Rinitis Kronis

    11/22

    8MS (8ranulocyte Macrophage olony Stimulating actor) dan lainlain. =nilah yang

    disebut sebagai Reaksi lergi ase epat (R). 0istamin akan merangsang reseptor 01

    pada ujung saraf #idianus sehingga menimbulkan rasa gatal pada hidung dan bersinbersin.

    0istamin juga akan menyebabkan kelenjar mukosa dan sel goblet mengalami hipersekresi

    dan permeabilitas kapiler meningkat sehingga terjadi rinore. 8ejala lain adalah hidung

    tersumbat akibat #asodilatasi sinusoid. Selain histamin merangsang ujung saraf ;idianus,

    juga menyebabkan rangsangan pada mukosa hidung sehingga terjadi pengeluaran =nter

    ellular dhesion Molecule 1 (=M1). Cni#ersitas Sumatera Ctara "ada R, sel

    mastosit juga akan melepaskan molekul kemotaktik yang menyebabkan akumulasi sel

    eosinofil dan netrofil di jaringan target. Respons ini tidak berhenti sampai disini saja, tetapi

    gejala akan berlanjut dan mencapai puncak

  • 7/25/2019 Referat Rinitis Kronis

    12/22

    1. Respon primer @erjadi proses eliminasi dan fagositosis antigen (g). Reaksi ini bersifat

    non spesifik dan dapat berakhir sampai disini. 3ila g tidak berhasil seluruhnya dihilangkan,

    reaksi berlanjut menjadi respon sekunder.

    . Respon sekunder Reaksi yang terjadi bersifat spesifik, yang mempunyai tiga kemungkinan

    ialah sistem imunitas seluler atau humoral atau keduanya dibangkitkan. 3ila g berhasil

    dieliminasi pada tahap ini, reaksi selesai. 3ila g masih ada, atau memang sudah ada defek dari

    sistem imunologik, maka reaksi berlanjut menjadi respon tersier.

    . Respon tersier Reaksi imunologik yang terjadi tidak menguntungkan tubuh. Reaksi ini

    dapat bersifat sementara atau menetap, tergantung dari daya eliminasi g oleh tubuh. 8ell dan

    oombs mengklasifikasikan reaksi ini atas % tipe, yaitu tipe 1, atau reaksi anafilaksis (immediate

    hypersensiti#ity), tipe atau reaksi sitotoksik, tipe atau reaksi kompleks imun dan tipe % atau

    reaksi tuberculin (delayed hypersensiti#ity).

    0. Diagno!i!

    namnesis

    namnesis sangat penting, karena seringkali serangan tidak terjadi dihadapan pemeriksa.

    0ampir *A& diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis saja. 8ejala rinitis alergi yang khas

    adalah terdapatnya serangan bersin berulang. Sebetulnya bersin merupakan gejala yang

    normal, terutama pada pagi hari atau bila terdapat kontak dengan sejumlah besar debu. 0al ini

    merupakan mekanisme fisiologik, yaitu proses membersihkan sendiri (self cleaning

    process). 3ersin dianggap patologik, bila terjadinya lebih dari lima kali setiap serangan,

    terutama merupakan gejala pada R dan kadangkadang pada R5 sebagai akibat

    dilepaskannya histamin. 8ejala lain ialah keluar ingus (rinore) yang encer dan

    banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadangkadang disertai dengan banyak

    air mata keluar (lakrimasi). Rinitis alergi sering disertai oleh gejala konjungti#itis alergi. Sering

    kali gejala yang timbul tidak lengkap, terutama pada anak. !adangkadang keluhan hidung

    tersumbat merupakan keluhan utama atau satusatunya gejala yang diutarakan pasien.

    g. Pemeri!aan 6i!i

    12

  • 7/25/2019 Referat Rinitis Kronis

    13/22

    "ada rinoskopi anterior tampak mukosa edema, basah, ber$arna pucat atau li#id

    disertai adanya sekret encer yang banyak. 3ila gejala persisten, mukosa inferior tampak

    hipertrofi. "emeriksaan nasoendoskopi dapat dilakukan bila fasilitas tersedia. 8ejala spesifik lain

    pada anak adalah terdapatnya bayangan gelap di daerah ba$ah mata yang terjadi karena stasis

    #ena sekunder akibat obstruksi hidung. 8ejala ini disebut allergic shiner. Selain dari itu sering

    juga tampak anak menggosokgosok hidung, karena gatal, dengan punggung tangan. !eadaan ini

    disebut sebagai allergic salute. !eadaan menggosok ini lama kelamaan akan mengakibatkan

    timbulnya garis melintang di dorsumnasi bagian sepertiga ba$ah, yang disebut sebagai allergic

    crease. Mulut sering terbuka dengan lengkung langitlangit yang tinggi, sehingga akan

    menyebabkan gangguan pertumbuhan gigi geligi (facies adenoid). 4inding posterior faring

    tampak granuler dan edema (cobblestone appearance), serta dinding lateral faring menebal.

    5idah tampak seperti gambaran peta (geographic tongue).

    *. Pemeri!aan Penun5ang

    1.a. In itro

    0itung eosinofil dalam darah tepi dapat normal atau meningkat. 4emikian pula

    pemeriksaan =g- total (pristpaper radio imunosorbent test) sering kali menunjukkan

    nilai normal, kecuali bila tanda alergi pada pasien lebih dari satu macam penyakit, misalnya

    selain rinitis alergi juga menderita asma bronkial atau urtikaria. "emeriksaan ini berguna untuk

    prediksi kemungkinan alergi pada bayi atau anak kecil dari suatu keluarga dengan derajat

    alergi yang tinggi. 5ebih bermakna adalah dengan RS@ (Radio =mmuno Sorbent

    @est) atau -5=S (-n+yme 5inked =mmuno Sorbentssay @est). "emeriksaan sitologi hidung,

    $alaupun tidak dapat memastikan diagnosis, tetap berguna sebagai pemeriksaan pelengkap.

    4itemukannya eosinofil dalam jumlah banyak menunjukkan kemungkinan alergi inhalan. 7ika

    basofil (* sel>lap) mungkin disebabkan alergi makanan, sedangkan jika ditemukan sel

    "MB menunjukkan adanya infeksi bakteri.

    1.'. In io

    lergen penyebab dapat dicari dengan cara pemeriksaan tes cukit kulit, uji intrakutan

    atau intradermal yang tunggal atau berseri (Skin -ndpoint @itration>S-@). S-@

    dilakukan untuk alergen inhalan dengan menyuntikkan alergen dalam berbagai konsentrasi

    13

  • 7/25/2019 Referat Rinitis Kronis

    14/22

    yang bertingkat kepekatannya. !euntungan S-@, selain alergen penyebab juga derajat

    alergi serta dosis inisial untuk desensitisasi dapat diketahui. Cntuk alergi makanan, uji

    kulit seperti tersebut diatas kurang dapat diandalkan. 4iagnosis biasanya ditegakkan

    dengan diet eliminasi dan pro#okasi (Dhallenge @estE). lergen ingestan secara tuntas lenyap

    dari tubuh dalam $aktu lima hari. !arena itu pada hallenge @est, makanan yang dicurigai

    diberikan pada pasien setelah berpantang selama * hari, selanjutnya diamati reaksinya.

    "ada diet eliminasi, jenis makanan setiap kali dihilangkan dari menu makanan sampai suatu

    ketika gejala menghilang dengan meniadakan suatu jenis makanan.

    i. Pengo'atan

    1. Menghindari allergen penyebab. 4apat dicapai dengan mengisolasi pasien dengan allergen,

    menjauhkan allergen dari pasien.. @erapi simtomatik dengan obat / obatan. ntihistamin oral merupakan senya$a kimia yang

    dapat mela$an kerja histamine dengan mekanisme inhibisi kompetitif pada lokasi reseptor

    histamin. ntihistamin 01 yang sering digunakan adalah etanolamin, etilendiamin, akilamin,

    fenotia+in, dan agen lain seperti siprohrptadin, hidroksi+in dan pipera+in. 4iberikan juga suatu

    dekongestan secara tunggal atau dengan antihistamin 01 lokal atau peroral pada pengobatan

    rinitis alergika.

    5. Progno!i!"asien rinitis alergi yang tanpa komplikasi yang respon dengan pengobatan memiliki

    prognosis baik.

    2.,initi! Atro0i

    Rhinitis atrofi merupakan infeksi hidung kronik, yang ditandai oleh adanya atrofi

    progresif pada mukosa dan tulang konka. !arakteristiknya ialah adanya atropi mukosa dan

    jaringan pengikat submukosa struktur fossa nasalis, disertai adanya crustae yang berbau khas.

    Secara klinis, mukosa hidung menghasilkan sekret yang kental dan cepat mengering, sehingga

    terbentuk krusta yang berbau busuk. "enyakit ini lebih banyak menyerang $anita daripada pria,

    terutama pada umur sekitar pubertas.

    14

  • 7/25/2019 Referat Rinitis Kronis

    15/22

    a. Etiologi

    3anyak teori mengenai etiologi dan patofgenesis rinitis alergi dikemukakan, antara lain:

    1) infeksi oleh kuman spesifik. 9ang tersering ditemukan adalah spesies klebsiella, terutama

    klebsiela o+aena. !uman yang lainnya juga sering ditemukan adalah stafilokokus, streptokokusdan pseudomonas aeruginosa. ) defisiensi -, ) defiensi #itamin , %) sinusitis kronik, *)

    kelainan hormonal,

  • 7/25/2019 Referat Rinitis Kronis

    16/22

    "erubahan histopatologi dalam hidung pada rinitis atrofi (6+aena), yaitu :

    Mukosa hidung, berubah menjadi lebih tipis

    Silia hidung, silia akan menghilang -pitel hidung, terjadi perubahan metaplasia dari epitel torak sial menjadi epitel kubik !elenjar hidung mengalami degenerasi atrofi atau jumlah nya berkurang'.

    -. &e5ala lini!

    !eluhan biasanya berupa napas berbau ada ingus kental yang ber$arna hijau, ada kerak

    (krusta) hijau, ada gangguan penghidu, sakit kepala dan hidung merasa tersumbat. !eluhan lain

    dari rinitis atrofi yaitu penurunan penciuman, nyeri kepala dan epistaksisF. Meskipun jalan napas

    jelas menjadi semakin lebar, pasien merasakan sumbatan yang makin progresif saat bernapas

    le$at hidung, terutama karena katup udara yang mengatur perubahan tekanan hidung danmenghantarkan impuls sensorik dari mukosa hidung ke system saraf pusat telah bergerak

    semakin jauh dasri gambaran."ada pemeriksaan hidung, didapatkan rongga hidung sangat lapang, konka inferior dan media

    menjadi hipertrofi atau atrofi, ada secret purulen dan krusta yang ber$arna hijau.

    d. Pengo'atan

    "engobatan yang diberikan dapat bersidat konser#atif, atau kalau tidak dapat menolong

    dilakukan pembedahan.

    Pengo'atan on!erati0. 4iberikan antibiotika berspektrum luas atau sesuai dengan ujiresistensi kuman, dengan dosis yang adekuat. Cntuk membantu menghilangkan bau busuk akibat

    hasil proses infeksi serta secret purulen dan krusta, dapat dipakai obat cuci hidung. 5arutan yang

    dapat digunakan dalam larutan garam hipertonik. 5arutan dihirup ke dalam rongga hidung dan

    dikeluarkan lagi dengan menghembuskan kuatkuat. ir masuk nasofaring dikeluarkan melalui

    mulut, larutan ini dipakai kali sehari.Pengo'atan operati04jika dengan pengobatan tidak ada apa perbaikan maka dilakukan tindakan

    operatif. @indakan ini bertujuan untuk menyempitkan rongga hidung yang lapang, mengurangi

    pengeringan dan pembentukan krusta, mengistirahatkan mukosa dan memungkinkan terjadi

    regenerasi. @ekinik operasi antara lain operasi penutupan lubang hidung atau penyempitan

    lubang hidung dengan implantasi atau dengan jabir osteoperiosteal1A F.

    e. Progno!i!

    4engan operasi diharapkan perbaikan mukosa dan penyakitnya.

    16

  • 7/25/2019 Referat Rinitis Kronis

    17/22

    ). ,initi! *iperto0i

    =stilah hipertrofi digunakan untuk menunjukan perubahan mukosa hidung pada konka

    inferior ynag mengalami hipertrofi karena proses inflamasi kronis yang disebabkan oleh infeksi

    bakteri primer atau sekunder. !onka inferior dapat juga mengalami hipertrofi tanpa terjadiinfeksi bakteril, misalnya sebagai lanjutan dari rinitis alergi dan #asomotor.

    8ejala utama adalah sumbatan hidung atau gejala di luar hidung akibat hidung yang

    tersumbat, seperti mulut kering, nyeri kepala dan gangguan tidur. Secret biasanya banyak dan

    mukopurulen."ada pemeriksaan ditemukan konka hipertrofi, terutama konka inferior. "ermukaannya

    berbenjolbenjol karena mukosa yang juga hipertrofi. kibatnya pasase udara dalam rongga

    hidung menjadi sempit. Secret mukopurulen dapat ditemukan di antara konka inferior dan sptum

    dan juga di dasar rongga hidunh.@ujuan terapi adlah mengatasi factorfaktor yang menyebabkan terjadinya rinitis

    hipertrofi. @erapi simtomatis untuk mengurangi sumbatan hidung akibat hipertrofi konka dapat

    dilakukan kausatik konka dengan +at kimia (nitras argenti atau trikloroasetat) atau dengan kauter

    listrik (elektrokauterisasi). 3ila tidak menolang, dapat dilakukan luksasi konka, frakturisasi

    konka multiple, konkoplasti atau bila perlu dilakukan konkotomi parsial.

    (. ,initi! 7a!omotor

    8angguan #asomotor hidung adalah terdapatnya gangguan fisiologi lapisan mukosa

    hidung yang disebabkan peningkatan akti#itas saraf simpatis. 8ejalanya mirip dnegan rinitis

    alergi, tetapi bukan suatu reaksi allergi atau inflamasi. Rinitis ini digolongkan menjadi no alergi

    bila adanya alergi>allergen spesifik tidak dapat diindentifikasi dengan pemeriksaan alergi yang

    sesuai ( anamnesis, tes kulit, kadar antibody =g- spesifik serum).

    a. Etiologi

    3elum diketahui, diduga akibat gangguan keseimbangan #asomotor. !eseimbangan

    #asomotor ini dipengaruhi berbagai hal21. Beurogenik (disfungsi system otonom). Serabut simpatis melepaskan kotransmiter

    moradrenalin dan neropeptida 9 yang menyebabkan #osokontriksi dan penurunan

    sekresi hidung. @onus simpatis ini berfluktuasi sepanjang hari yang menyebabkan

    adanya peningkatan tahanan rongga hidung yang bergantian setiap % jam.

    17

  • 7/25/2019 Referat Rinitis Kronis

    18/22

    . Beuropeptida, pada mekanisme ini terjadi disfungsi hidung yang diakibatkan oleh

    meningkatnya rangsangan terhadap saraf sensoris serabut dihidung. danya

    rangsangan abnormal saraf sensoris ini akan diikuti dengan penimgkatan pelepasan

    neuropeptida seperti substance " dan calcitonin generelated protein yang

    menyebabkan peningkatan permeabilitas #ascular dan sekresi kelenjar.. 6abatobatan yang menekan dan menghambat kerja saraf simpatis, seperti

    ergotamine, klorporma+ine, obat antihipertensi, dan obat #asokonstriktor local%. aktor fisik, iritasi asap rokok, udara dingin, kelembaban udara yang dingin, dan bau

    yang merangsang*. actor endokrin, seperti kehamilan, pubertas, hipertiroidisme

  • 7/25/2019 Referat Rinitis Kronis

    19/22

    e. Penatala!anaan

    4i cari faktor yang mempengarhi keseimbangan #asomotor dan disingkirkan

    kemungkinan rinitis alergi. @erapi ber#ariasi, tergantung factor penyebab dan gejala yang

    menonjol secara umum terbagi atas: Menghindari penyebab "engobatan simtomatis, dengan obat dekongestan oral, diatermi, kauterisasi konka yang

    hipertrofi dengan nitras argenti *& atau trikloroasetat pekat. 4apat juga diberikan

    kortikosteroid topikal, misalnya budesonid, dengan dosis ?1AAAA, dapat ditigkatkan

    sampe %AA mikrogram, sehari. 6perasi, dengan bedah beku, elekrokauter, atau konkatomi konka inferior. Beurotomi ner#us #idianus sebagai saraf otonom mukosa hidung, jika caracara di atas

    tidak berhasil. 6perasinya tidak mudah dan komplikasinya cukup berat F.

    0. Progno!i!

    "rognosis dari rinitis #asomotor ber#ariasi. "enyakit kadangkadang dapat

    membaik dengan tibatiba, tetapi bisa juga resistensi terhadap pengobatan yang diberikan.

    +. ,initi! $ediamento!a

    Rinitis medikamentosa adalah suatu kelainan hidung berupa gangguan respon normal

    #asomotor yang diakibatkan oleh pemakain #asokonstriktor topikal ( tetes hidung atausemprot hidung ) dalam $aktu lama dan berlebihan, sehingga menyebabkan sumbatan

    hidung yang menetap. 4apat dikatakan bah$a hal disebabkan oleh pemakaian obat yang

    berlebihan (drug abuse).

    a. Pato0i!iologi

    Mukosa hidung merupakan organ sangat peka terhadap rangsangan atau iritan,

    sehingga harus berhatihati memakai topikal #asokontriksi. 6bat topikal #asokontriktor

    dari golongan simpatomimetik akan menyebabkan siklus nasi terganggu dan akan

    berfungsi normal kembali apabila pemakaian obat itu dihentikan.

    "emakaian topikal #asokontriktor yang berulang dan dalam $aktu yang lama akan

    menyebabkan terjadinya fase dilatasi berulang (rebound dilatation) setelah #asokontriksi,

    sehingga timbul gejala obstruksi. danya gejala obstruksi ini menyebabkan pasien lebih

    19

  • 7/25/2019 Referat Rinitis Kronis

    20/22

    sering dan lebih banyak lagi memakai obat tersebut. "ada keadaan ini ditemukan kadar

    agonis alfa adrenergic yang tinggi di mukosa hidung. 0al ini akan diikuti dengan

    penurunan sensiti#itas reseptor alfaadrenergik di pembuluh darah sehingga terjadi suatu

    toleransi. kti#itas dari tonus simpatis yang menyebabkan #asikontriksi (dekongestan

    mukosa hidung) menghilang. kan tetapi terjadi dilatasi dan kongesti jaringan mukosa

    hidung. !eadaan ini juga dsebut sebagai rebound congestion.

    '. &e5ala dan tanda

    "asien mengeluh hidungnya tersumbat terus menerus dan berair. "ada pemeriksaan

    tampak edema > hipertrofi konka dengan sekret hidung yang berlebihan. pabila diberi

    tampon adrenalin, edema konka tidak berkurang.

    -. Penala!anaan

    1. 0entikan pemakaian obat tetes atau semprot #asokonstriktor hidung. Cntuk mengatasi sumbatan berulang (rebound congestion), dapat diberikan

    kortikosteroid oral dosis tinggi jangka pendek dan dosis diturunkan secara

    bertahap (tapering off) dengan menurunkan dosis sebanyak * mg setiap hari.

    4apat juga diberikan kortikosteroid topikal selama minimal minggu untuk

    mengembalikan proses fisiologik mukosa hidung. 6bat dekongestan oral (biasanya mengandung pseudoefedrin).

    d. Progno!i!

    "asien yang menghentikan pemakaian obatobatan tetes hidung akan menunjukan

    penyembuhan sempurna.

    20

  • 7/25/2019 Referat Rinitis Kronis

    21/22

    BAB III

    KESI$PULAN

    Rinitis adalah suatu inflamasi (peradangan) pada membran mukosa di hidung. Menurut

    sifatnya rinitis dibagi menjadi dua yaitu rinitis akut dan rinitis kronis. Rinitis kronis merupakan

    suatu penyakit infeksi hidung yang berulang dengan tanda adanya atrofi progresif tulang dan

    mukosa konka.

    Rinitis kronis adalah rinitis simplek kronis, rhinitis hipertrofi, rhinitis atrofi, rinitis sika,

    dan rinitis kaseosa. Rinitis kronis yang tidak disebabkan oleh peradangan dapat kita jumpai pada

    rinitis alergi, rinitis #asomotor, rinitis medikamentosa, rinitis atrofi, dan rinitis hipertrofi.

    8ejala rinitis alergi yang khas adalah terdapatnya serangan bersin berulang, keluar ingus

    (rinore) yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadang

    kadang disertai dengan banyak air mata keluar (lakrimasi). Rinitis alergi sering disertai oleh

    gejala konjungti#itis alergi. 8ejala rinitis atrofi yaitu !eluhan biasanya berupa napas berbau ada

    ingus kental yang ber$arna hijau, ada kerak (krusta) hijau, ada gangguan penghidu, sakit kepala

    dan hidung merasa tersumbat. 8ejala utama rinitis hipertrofi adalah sumbatan hidung atau gejala

    di luar hidung akibat hidung yang tersumbat, seperti mulut kering, nyeri kepala dan gangguan

    tidur. Secret biasanya banyak dan mukopurulen. 8ejala rinitis medikamentos pasien mengeluh

    hidungnya tersumbat terus menerus dan berair. "ada pemeriksaan tampak edema > hipertrofi

    konka dengan sekret hidung yang berlebihan. 4alam pengobatan yang sesuai akan ada perbaikan

    dalam setiap penyakitnya.

    21

  • 7/25/2019 Referat Rinitis Kronis

    22/22

    Da0tar Pu!taa

    1. 7umarto arif, 0artanto Rudy, "rastiyanto 4idik. (AAF). Gplikasi 7aringan Saraf @iruan

    3ackpropagation Cntuk Memprediksi "enyakit @0@ 4i Rumah Sakit Mardi Rahayu

    !udusH. 7urnal @eknik -lektro. ;ol. 1. Bo. 1.. Iallace, 4.;., 4yke$ic+, M.S., 3ernstein, 4.=., 3ernstein, =.5., 3lessingMoore, 7., o?,

    5. et al. @he 7oint orce on "ractice "arameters, representing the =, =,

    7=. @he diagnosis and management of rhinitis: n updated practice parameter. J

    Allergy Clin Immunol. AA'2 1: S1/S'%. 3ousJuet, 7., !haltae#, B., ru+, .., 4enburg, 7., okkens, I.7., @ogias, . et

    al. llergic Rhinitis and =ts =mpact on sthma (R=) AA' update (in collaboration $ith

    the Iorld 0ealth 6rgani+ation, 8()5-B and ller8en).Allergy. AA'2