referat Radiologi

42
KELAINAN TRAKTUS URINARIUS YANG DIDAPAT Pembimbing: dr. Kemas. H. M. Sani, Sp.Rad Oleh: Ammar Setyawan 04101001057

Transcript of referat Radiologi

KELAINAN TRAKTUS URINARIUS YANG DIDAPAT

Pembimbing:dr. Kemas. H. M. Sani, Sp.Rad

Oleh:Ammar Setyawan04101001057

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN RADIOLOGIRUMAH SAKIT MOHAMMAD HOESIN PALEMBANGFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA2014HALAMAN PENGESAHAN

Refrat dengan judul Kelainan Traktus Urinarius yang Didapat

Oleh:Ammar Setyawan04101001057

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Kepanitraan Klinik di Departemen Radiologi Rumah Sakit Mohammad hoesin Palembang/Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.

Palembang, Mei 2014Pembimbing

dr. Kemas. H. M. Sani, Sp. Rad

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT atas rahmat, taufik dan karuniah-Nyalah sehingga saya dapat menyelesaikan menyelesaikan referat yang berjudul Kelainan Traktus Urinarius yang Didapat sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepanitraan Klinik di Departemen Radiologi RSMH Palembang/Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.Saya ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, saran, serta dukungan dalam proses penyelesaian referat ini, khususnya kepada dr. Kms. H. M. Sani, Sp. Rad sebagai pembimbing.Refrat ini telah saya susun berdasarkan berbagai referensi kedokteran antara lain buku dan journal kedokteran. Saya menyadari bahwa terdapat kekurangan dalam referat ini. Oleh karena itu, saya sebagai penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar referat ini dapat lebih baik di masa mendatang. Semoga referat ini bermanfaat sebagai sumber ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Palembang, Mei 2014

Ammar Setyawan

BAB I PENDAHULUAN Traktus urinarius (TU) memiliki berbagai fungsi penting bagi tubuh diantaranya memproduksi hormone penting dan menyimpan mineral esensial, membuang produk sisa dari darah, mengubah produk sisa menjadi urin, menyimpan urin pada vesika urinaria (VU) sampai pada volume tertentu, serta membuang urin.1Permasalahan pada traktus urinarius (TU) ada berbagai macam. Permasalahan yang sering terjadi pada TU adalah infeksi, penyakit, serta obstruksi yang dapat mengganggu sistem pembuangan cairan tubuh. Obstruksi pada TU dapat disebabkan oleh batu. Batu dapat ditemukan pada ginjal, VU, atau uretra. Batu dapat terbentuk karena terjadi dehidrasi yang lama, tingginya asupan kalsium, pengobatan yang menggunakan radiasi, operasi, kemoterapi, serta terapi hormon. Gejala dapat berupa nyeri dan hematuria .2Lebih dari 13 juta orang Amerika tercatat memiliki gangguan pada traktus urinarius. Sebagian besar masalah traktus urinarius dapat terselesaikan. Terapi dini merupakan kunci pengobatan gangguan TU. 3Meskipun dengan pemeriksaan manual dan anamnesis dapat membantu mendiagnosis gangguan pada TU, terkadang dibutuhkan pencitraan. Pencitraan pada gangguan TU menjadi salah satu modalitas untuk penegakkan diagnosis. Selain itu, pencitraan dapat membantu dokter dalam menentukan rencana terapi dan prognosis dari keadaan pasien.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Traktus urinarius (TU) memiliki berbagai fungsi penting bagi tubuh diantaranya memproduksi hormone penting dan menyimpan mineral esensial, membuang produk sisa dari darah, mengubah produk sisa menjadi urin, menyimpan urin pada vesika urinaria (VU) sampai pada volume tertentu, serta membuang urin1.Permasalahan pada traktus urinarius (TU) ada berbagai macam. Permasalahan yang sering terjadi pada TU adalah infeksi, penyakit, serta obstruksi yang dapat mengganggu sistem pembuangan cairan tubuh. Obstruksi pada TU dapat disebabkan oleh batu. Untuk membatu mengetahui kelainan tersebut dapat digunakan pencitraan.21.1 Inflamasi Traktus urinarius:Inflamasi pada TU dapat disebabkan oleh infeksi. Infeksi berarti terdapat bakteri yang menyebabkan gangguan pada TU. Menurut American Urological Assosiation Infeksi TU menjadi alasan pada 8.1 juta kunjungan ke dokter setiap tahunnya. Sekitar 40% wanita dan 12% pria akan mengalami setidaknya satu gejala infeksi TU sepanjang hidupnya. Ada tiga bentuk utama dari infeksi TU yakni sistitis, prostatitis, dan infeksi pada ginjal. 4USG ginjal merupakan screening awal yang dilakukan pada anak, dan pada pria dewasa ketika ada komplikasi dari infeksi TU. Hasil USG akan menggambarkan ketika adanya dilatasi pada traktus urinarius sedangkan ukuran ginjal dan ketebalan parenkim ginjal masih dalam bantas normal seperti yang digambarkan .Tingkat obstruksi dapat juga dilihat dengan menggunakan USG meskipun demikian hasilnya tidaklah definitif sehingga dibutuhkan pemeriksaan CT scan. CT sangat jarang diindikasikan pada infeksi akut traktus urinarius, tetapi CT dapat digunakan untuk memonitor perkembangan penyakit khususnya ketika proses penyembuhan berlangsung lama atau tidak sempurna. CT juga merupakan alat pencitraan yang baik untuk melihat adanya abses. 5Intravenous pyelography (IVP) digunakan untuk melihat struktur anatomi ginjal dan juga menilai fungsi ginjal, khususnya pada pasien pasca operasi kelaianan ginjal obstruksi atau juga untuk melihat kelainan penyakit. Namun jika pasien mengalami gangguan sekresi seperti adanya gangguan atau infeksi pada glomerulus, tidak dianjurkan untuk memberikan kontras. 5

SistitisSistitis merupakan diagnosis klinis yang berarti peradangan pada vesika urinaria. Biasanya sistitis tidak memerlukan pencitraan untuk mendiagnosanya. Sistitits dapat terjadi ketika terdapat > 100,000 bakteria /mL urin. Derajat keparahannya beragam, pada wanita biasanya disertai dengan perdarahan.6Pada kasus yang berat edema bulosa pada mukosa vesika urinaria dapat ditemukan dan tampak seperti batu. Sistitis lebih sering pada wanita seksual aktif, dapat terjadi 2-3 kali pertahun dan memberikan respon yang baik terhadap terapi antibiotika.Untuk mengrtahui penyebab sistitis dilakukan pencitraan untuk meng-ekslusi berbagai keadaan pada vesika urinaria seperti batu vesika, divertikula, colovesikal fistula, dan perivesikal abses. Pada foto konvensional akan tampak bayangan luscen ireguler pada vesika urinaria. Dapat tampak gas pada VU atau pada daerah proksimal ureter.7

Gambar 1. Foto polos pada pasien DM tipe 2 tidak terkontrol tampak emphysematous sistitis.(Sumber: Seth A, Teichman JM. What's new in the diagnosis and management of painful bladder syndrome/interstitial cystitis?.Curr Urol Rep. Sep 2008.)

1.1.2 ProstatitisProstatitis adalah inflamasi atau peradangan yang terjadi pada kelenjar prostat. Seringnya prostatitis disebabkan oleh infeksi. Gejala dari prostatitis dapat berupa nyeri ketika berkemih (disuria), nyeri ketika ejakulasi, rasa tidak nyaman pada daerah pelvis, genital, punggung dan bokong. Gejala ini biasanya hilang timbul sampai berbulan-bulan. Prostatitis dapat menyerang semua usia berbeda dengan penyakit prostat lainnya (kanker prostat dan pembesaran prostat) yang sering terjadi pada pria usia lanjut.8Pada gambar radiologi dengan CT menggunakan kontras dapat ditemukan pembesaran difus, kelenjar edem dengan predileksi pada daerah tepi. Jika terdapat abses maka akan tampak rim-enhancing, unilokular atau multilokular, hipodens pada daerah perifer.Infeksi dapat menjalar ke kapsul ke jaringan periprostatik, vesika seminalis hingga peritoneum.8

Gambar 2. Hasil USG tampak penyebaran daerah sekitar prostat (extra prostatic spread)

(Sumber: Aphinives C et al Prostatic abscesses: radiographic findings and treatment. J Med Assoc Thai. 2004)

Gambar 3. Hasil CT pasien akut bakterial prostatitis(sumber: Dr Charlie Chia-Tsong Hsuon http://radiopaedia.org/images/2232228 diakses tanggal 3 Mei 2014)

1.1.3 Infeksi ginjal PielonefritisPielonefritis merupakan infeksi pada parenkim ginjal dan sistem pengumpul. Keadaan klinis yang biasa ditemukan seperti flank pain, tegang pada daerah sudut kostovertebral dan keadaan infeksi traktus urinarius lain. Pencitraan dapat membantu khususnya jika terjadi komplikasi seperti abses renal. Temuan CT scan dapat tampak pembesaran ginjal, sedikit enhancement, ginjal seperti bergaris-garis yang biasa dikenal dengan istilah striated nephrogram.9

Gambar 4. CT dengan kontras pada pasien dengan gejala demam dan nyeri area flank . Hasil CT menunjukkan linear enhancement pada ginjal kiri (panah) yang dikenal dengan striated nephrogram yang merupakan gambaran pyelonefritis akut. (Sumber:https://www.med-ed.virginia.edu/courses/rad/gu/kidneys/Images/pyeloct1.jpg diakses tanggal 6 Mei 2014)

Gambar 5. Hasil USG pasien (sama dengan hasil CT) tampak peningkatan hiperekoik pada korteks.(Sumber: https://www.meded.virginia.edu/courses/rad diakses tanggal 5 Mei 2014)

GlomeluronefritisGlomerulonefritis akut menyebabkan edema yang disebabkan oleh inflamasi pada glomerulus yang menyebabkan pembesaran ginjal. Penggunaan kontras pada CT scan menjadi kontraindikasi. USG merupakan modalitas yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis. Temuan pencitraan biasanya tidak begitu spesifik dan hanya tampak pembesaran ginjal bilateral pada fase akut Peran dari pencitraan pada glomerulonefritis adalah untuk meng-ekslusi adanya obstruksi seabagai penyebab insufisiensi ginjal.10Gambar 6. USG pasien glomerulonefritis tampak peningkatan echogenitas namun tidak sampai ke bagian medulla. Gambaran USG pada ginjal kanan (A)tampak hiperekoik sehingga echoigenitasnya tampak sama seperti parenkim hepar(panah) . (B) tiga hari setelah terapi tampak echoigenotas menurun pada korteks renal meski perbesaran ginjal tidak mengalami perubahan.

(Sumber: http://intranet.tdmu.edu.ua/data/kafedra/internal/propedeutic_vn_des/classes_stud/en/stomat/ptn/Internal%20medicine/4/Lesson_9_Glomerulonephritis.files/image011.jpg diakses tanggal 6 Mei 2014)

1.2 Neoplasma pada traktus urinarius

1.2.1 Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)

Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) / pembesaran prostat jinak adalahsuatu keadaan histologis yang dialami oleh kebanyakan pria lanjut usia. Secaramakroskopik ditandai dengan pembesaran kelenjar prostat yang secara histologisdisebabkan oleh hiperplasia stroma dan kelenjar sel prostat yang progresif 11. BPH adalah proses patologik yang berkontribusi terhadap timbulnya gejala traktus urinarius pada pria lanjut usia. Meskipun BPH tidak mengancamjiwa, manifestasi klinisnya dapat menurunkan kualitas hidup pasien. Gejala yang mengganggu seperti, dysuria, frekuensi(berkemih lebih sering dari normal), urgensi (perasaan berkemih yang sulitditahan) ,serta nokturia (terbangun untuk berkemih beberapa kali pada malamhari), dan gejala-gejala obstruksi berkemih seperti, aliran lambat, keragu-raguan(sulit untuk memulaiproses berkemih), intermitten, mengedan saat berkemih, rasatidak puas berkemih, dan menetesnya urine di akhir berkemih. Gejala tersebut 60% akan dialami oleh pria dengan BPH dengan usia > 65 tahun. 12Pada intravenous pyelogram (IVP) menggunakan material kontras iodine yang diinjeksi kedalam vena dapat ditemukan pembesaran signifikan dari kelenjar prostat dapat menyebabkan dasar vesika urinaria elevasi dengan gambaran J- ing atau Fish hooking pada ureter distal.13

Gambar 7. BNO-IVP tampak elevasi vesika dan J-ing pada ureter distal(Sumber: Roux,P.J., Haematuria. Available From http://www.eradiography.net diakses 3 Mei 2014)

Gambar 8. USG transabdominal menunjukkan gambaran kalsifikasi lobules moderat. A. Longitudinal. B. tranversal(Sumber: Sutton,D., Seventh Edition.Textbook of Radiology and Imaging, Volume II.London. Churchill Livingstone. 2003)

Pada USG transabdomen dapat tampak Area inhomogen dari echodenicity tinggi dan rendah pada bagian tengah prostat, accoustic shadow mengindikasikankalsifikasi, visualisasi terbatas pada anatomi zona prostat, penonjolan dari pembesaran kelenjar prostat pada bagian bawah vesikaurinaria.13 Gambar 9 . Transrectal ultrasound(gambar transversal) pada pasien dengan pembesaran prostat jinak (BPH). (A) memperlihatkan tanda pembesaran prostat. Kelenjar sentral memperlihatkan gambaran multinoduler dengan kista jinak (panah)dan pembesaran yang nyata. Hal initelah diganti dan kompresilebih echogenic pada zona perifer. (B)memperlihatkan penyakit yang lebih sederhana dengan pembesaran kelenjar prostat yang kecil. Kista jinak (penunjuk panah)dan nodul adenomatous (panah-panah) dapat teridentifikasi.

(Sumber: Sutton,D., Seventh Edition.Textbook of Radiology and Imaging, Volume II.London. Churchill Livingstone. 2003)

Transrectal ultrasonografi (TRUS) dapat menilai anatomi prostat, zona anatomy, dan perubahan internal. Volume prostat dapat dengan mudah dinilai menggunakan TRUS. Secara umum, TRUS tidak diindikasikan untuk pemeriksaan awal BPH. Pencitraan menggunakan TRUS direkomendasikan pada beberapa pasien. Menyingkirkan kanker prostat pada pasien dengan peningkatan PSA (>4 ng/mL) merupakan indikasi pencitraan dengan TRUS untukmenentukan tindakan biopsi.

Gambar 10 Bidang Axial CT setelah kontras intravena memperlihatkan area homogenpada nodul pembesaran prostatjinak pada kelenjar sentral prostat (panah putih). (sumber: Baert.LA. editors, Encyclopedia of Diagnostic Imaging. New York. Springer.2008)

gambar 11. Serial T2-W MRI .Visualisasi zona anatomi prostat baik.Zona transisional ditandai dengan pembesaran dan penonjolan ke bagian dasar vesika urinaria(sumber: Hamm,B.,Asbach.,P.,Beyersdoff.D., Hein,P.,Lemke,U., Direct Diagnosis inRadiologi; Urogenital Imaging. New York. Thieme PublishingGroups.2008)

1.2.2 Neoplasma Vesika urinariaTransitional cell carcinoma (TCC)merupakan neoplasma primer dari vesika urinaria. TCC VU merupakan tumor yang paling sering ditemukan pada sistem urinarius .Hematuria sering menjadi keluhan utama pasien yang dapat berupa makroskopik ataupun mikroskopik. Tumor pada daerah vesikoureter junction dapat terjadi akibat obstruksi ureteral dan hidronefrosis yang memiliki gejala nyeri abdomen (flank pain). Selain itu, tumor pada daerah orifisium uretra dapat terjadi akibat obstruksi vesika ataupun retensi urin. Diagnosis dan penilaian stadium tumor dilakukan dengan sistoskopi dan biopsi.14

Gambar 12. CT urogram.CT abdomen dengan kontras pada proyeksi koronal tampak massa pada lateral kiri dinding VU (panah)(sumber: http://www.learningradiology.com/archives05/COW%20178Bladder%20cancer/bladdercacorrect.htm diakses tanggal 5 Mei 2014)

Gambar 13. MRI T2 tampak massa pada vesika urinariaSumber: http://radiopaedia.org/images/29258 diakses tanggal 1 Mei 2014

1.2.3 Kanker ginjalRenal cell carcinomas (RCC) merupakan massa ganas yang berasal dari sel epitel ginjal. RCC merupakan tumor ganas pada ginjal yang paling sering ditemukan dengan berbagai gambaran radiografi. Pasien RCC biasanya berumur 50-70 tahun dengan ratio pria dibandingkan wanita 2:1. 2% kanker merupakan RCC dan termasuk neoplasma ginjal yang paling sering terjadi pada orang dewasa (80-90%). Gejala klasik yang ditimbulkan dapat berupa triad RCC yakni makroskopik hematuria, nyeri abdomen dan teraba masa pada abdomen.15Pencitraan merupakan hal penting untuk mengetahui staging dari RCC dan juga untuk merencanakan tindakan operasi. Meskipun USG sangat sering dilakukan untuk mengetahuo keadaan traktus urinarius namun USG tidak sensitive dan spesifik seperti pada CT dan MRI. Pada USG tampak pseudocapsule tumor dengan gambaran hypoechoic halo. Penggunaan kontras dapat meningkatkan sensitivitas dari USG.15

Gambar 14. USG RCC pada ginjal kiri

(Sumber: http://radiopaedia.org/images/1822662 diakses tanggal 5 Mei 2014)

CT sering digunakan baik untuk mendiagnosa ataupun untuk mengetahui stadium RCC. Pada CT tanpa kontras tampak lesi penegasan garis jaringan lunak. Lesi yang lebih besar sering memiliki area nekrosis. Kurang lebih 30% hasil Ct pada RCC menunjukkan adanya kalsifikasi. MRI tidak hanya baik untuk melihat pencitraan ginjal dan menentukan stadium tumor namun juga sering digunakan untuk melihat kelianan histology pada perbedaan T2 yang dapat diuraikan sebagai berikut: Pada T1terkadang tampak heterogenitas karena adanya nekrosis, hemoragik dan komponen solid Pada T2- gambarannya bergantung pada histology clear cell RCC - hyper intense papillary RCC - hypo intense T1 C+ (Gd) sering menunjukkan enhancement arterial

Gambar 15. CT scan abdomen pasien RCC tampak massa pada ginjal kanan(sumber : http://radiopaedia.org/images/3417782 diakses tanggal 5 mei 2014)

1.2.4 Kanker prostatKarsinoma prostat merupakan salah satu keganasan yang paling banyak dijumpai pada laki laki di Amerika Serikat. Karsinoma prostat merupakan penyakit yang erat hubungannya dengan usia, jarang terjadi pada pria di bawah 40 tahun. Penggunaan USG sebagai alat bantu diagnosa cukup akurat dan bersifat non invasive. Gejala karsinoma prostat seperti gejala pada prostatitis kadangkala hematuria. Gejala tambahan dapat meliputi nyeri tulang atau fraktur tulang yang berhubungan dengan metastase.16Secara klasik gambaran dari karsinoma prostat digambarkan sebagai suatu massa hipoekoik (70%). Sebagai tanda sekunder dari kanker yaitu perubahan bagian tepi kapsul prostat yang ditandai dengan suatu bulging atau squaring. Perubahan dari duktus ejakulatorius yang komplek dapat dijadikan sebagai suatu indikasi dasar kanker mengalami penyebaran dari apeks atau telah meluas ke dalam vesikula seminalis.16

Gambar 16. Pencitraan kanker prostat (A) TRUS polos. (B) Dengan pewarnaan Doppler(sumber: http://www.jultrasoundmed.org/content/25/7/815.full diakses tanggal 4 Mei 2014) Pada transrectal ultrasonografi (TRUS) untukpada gambar A tampak lesi hipoekoik yang jelas (panah). Gambar B, setelah dilakukan pewarnaan Doppler tampak peningkatan vaskularisasi disekeliling jaringan prostat

Gambar 17. Potongan Koronal, T2-weighted MRI tampak Low signal intensity (panah) pada sisi kiri prostat.(Sumber: Turkbey B, Albert PS, Kurdziel K, Choyke PL. Imaging localized prostate cancer: current approaches and new developments.AJR Am J Roentgenol. Jun 2009)

1.3 Batu Traktus UrinariusDi Indonesia penyakit batu saluran kemih masih menempati porsi terbesar dari jumlah pasien di klinik urologi. Insidensi dan prevalensi yang pasti dari penyakit ini di Indonesia belum dapat ditetapkan secara pasti. 17Dari data dalam negeri yang pernah dipublikasi didapatkan peningkatan jumlah penderita batu ginjal yang mendapat tindakan di RSUPN-Cipto Mangunkusumo dari tahun ke tahun mulai 182 pasien pada tahun 1997 menjadi 847 pasien pada tahun 2002, peningkatan ini sebagian besar disebabkan mulai tersedianya alat pemecah batu ginjal non-invasif ESWL (Extracorporeal shock wave lithotripsy) yang secara total mencakup 86% dari seluruh tindakan (ESWL, PCNL, dan operasi terbuka).171.3.1 Batu ureterBatu ureter pada umumnya adalah batu yang terbentuk di dalam sistim kalik ginjal, yang turun ke ureter. Terdapat tiga penyempitan sepanjang ureter yang biasanya menjadi tempat berhentinya batu yang turun dari kalik yaitu ureteropelvic junction (UPJ), persilangan ureter dengan vasa iliaka, dan muara ureter di dinding buli.18Pada radiografi batu dapat tampak pada foto polos BNO atau menggunakan kontras. Batu dapat tampak seperti gambaran radioopak pada ureter. Pencitraan juga membantu untuk mengetahui lokasi dan ukuran batu untuk memudahkan perencanaan terapi.19Gambar 18. Batu ureter. Foto BNO-IVP tampak ginjal kiri dilatasi sampai ureter. Dilatasi dibatasi dengan adanya bayangan radioopak (panah)(sumber: http://www.comiterpa.com/hematuria%20radiologic_studies.htm diakses tanggal 4 Mei 2014)

Gambar 19. Batu ureter pada penampang axial CT scan (sumber: http://www.mghradrounds.org/ diakses tanggal 4 Mei 2014)

Batu ginjalBatu ginjal adalah suatu keadaan terdapat satu atau lebih baru di dalam pelvis atau kaliks ginja;. Batu ginjal dalam saluran kemih adalah masa keras yang terbentuk di sepanjang traktus urinarius. Gejala yang timbul dapat berubpa nyeri, daerah flank, hematuria, disuria, serta jika obstruksi mengganggu sistem drainage maka dapat terjadi infeksi . Batu dapat tebentuk diginjal dan proses pembentukan batu tersebut dikenal dengan urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis)20Pencitraan dapat dilakukan ketika dicurigai ada tanda batu ginjal. Jika pada foto polos terlihat bayangan opak pada ginjal perlu diperhatikan penggunaan kontras jika telah terjadi kerusakan ginjal.20

Gambar 20. Foto polos abdomen tampak batu (lingkaran) pada ginjal kanan dan kiri. Selain itu tampak juga bayangan opak pada buli-buli. (Sumber: http://www.spinabifida.net/wp-content/ diakses tanggal 6 Mei 2014 )

Gambar 21. Hasil USG ginjal kanan tampak pelvis ginal berdilatasi (P) tampak batu (S). Anata batu kalsifikasi dan cairan yang mengisi pelvis ginjal tampak perbedaan ekogenik(Sumber: https://www.med-ed.virginia.edu/courses/rad/gu/ diakses tanggal 5 Mei 2014)

Gambar 22. Hasil CT (dilakukan tanpa IV ataupun oral kontras) tampak batu bilateral (panah). Sistem pengumpul mengalami dilatasi Sumber: https://www.med-ed.virginia.edu/courses/rad/ diakses tanggal 5 Mei 2014)Belum ada kesepakatan mengenai definisi batu cetak/ staghorn ginjal. Definisi yang sering dipakai adalah batu ginjal yang menempati lebih dari satu collecting system, yaitu batu pielum yang berekstensi ke satu atau lebih kaliks. Istilah batu cetak/ staghorn parsial digunakan jika batu menempati sebagian cabang collecting system, sedangkan istilah batu cetak/staghorn komplit digunakan batu jika menempati seluruh collecting system.20

Gambar 23. Foto polos abdomen tampak batu staghorn yang melibatkan seluruh daerah pelvikaliks pada ginjal kanan (panah) (Sumber: http://img.medscape.com diakses tanggal 4 Mei 2014)

Batu vesika urinariaKasus batu kandung kemih pada orang dewasa di Negara barat sekitar 5% dan terutama diderita oleh pria, sedangkan pada anak-anak insidensinya sekitar 2-3%. Beberapa faktor risiko terjadinya batu kandung kemih : obstruksi infravesika, neurogenic bladder, infeksi saluran kemih (urea-splitting bacteria), adanya benda asing, divertikel kandung kemih.21Pada umumnya komposisi batu kandung kemih terdiri dari : batu infeksi(struvit), ammonium asam urat dan kalsium oksalat. Batu kandung kemih sering ditemukan secara tidak sengaja pada penderita dengan gejala obstruktif dan iritatif saat berkemih. Tidak jarang penderita datang dengan keluhan disuria, nyeri suprapubik, hematuria dan buang air kecil berhenti tiba-tiba.21

Gambar 24. Foto polos abdomen tampak batu vesika (panah merah)(Sumber: http://www.urologystone.com diakses tanggal 8 Mei 2014)

Gambar 25. CT scan aksial dengan kontras tampak batu multiple pada vesika urinaria(sumber: https://www.med-ed.virginia.edu/courses/rad/gu/bladder/Images/bldrstones_2.jpg diakses tanggal 8 mei 2014

DAFTAR PUSTAKA1. GuytonA.C. and J.E. Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. EGC. 2007;. 74,76, 1070,1340.2. Menon M, Resnick MI.In : Walsh PC.,eds. Campbells urology. Saunders. 2002:3288-3289.3. American Urological Association. AUA Guideline on the Management of Staghorn Calculi:Diagnosis and Treatment Recommendations. 20054. Foxman B. Epidemiology of urinary tract infections: incidence, morbidity, and economic costs.Am J Med. Jul 8 2002;113 5. Daunt SW. Accuracy of ultrasonography and plain-film abdominal radiography in the diagnosis of urologic abnormalities in men with urinary tract infection: critically appraised topic.Can Assoc Radiol J. Feb 2004;55(1)6. Johnson JR. Laboratory diagnosis of urinary tract infections in adult patients.Clin Infect Dis. Sep 15 2004;39(6):873; 7. Seth A, Teichman JM. What's new in the diagnosis and management of painful bladder syndrome/interstitial cystitis?.Curr Urol Rep. Sep 2008.)8. Habermacher GM, Chason JT, Schaeffer AJ. Prostatitis/chronic pelvic pain syndrome.Annu Rev Med. 2006;57:195-2069. National Kidney and Urologic Diseases Information Clearinghouse (NKUDIC).2012. Imaging of the urinary tract. Washington D.C Amerika Serikat . sumber: http://kidney.niddk.nih.gov/kudiseases/pubs/imagingut/ diakses tanggal 5 Mei 2014 10. Ruden, N.M., J. L. Brandon, B. S. Jeun, M. J. Bassignani, S.B. Gay. Genitourinary Radiology. Online Publishing of University of Virginia Health Sciences Center Department of Radiology. 2013 https://www.med-ed.virginia.edu/courses/rad/html diakses tanggal 6 Mei 201411. Speakman,M.J., Lower Urinary Tract Symptoms Suggestive of Benign Prostatic Hyperplasia (LUTS/BPH) : More Than Treating Symptoms. EurUrol Suppl 2008

12. Rosette., Alivizatos., C.Madersbaher., Sanz,R., Nordling, J., emberton, M.,Gravas,S., Michel., Oelke., Guidelines on Benign Prostatic Hyperplasia.European Association of Urology.200613. Sutton,D., Seventh Edition.Textbook of Radiology and Imaging, Volume II.London. Churchill Livingstone. 2003) 14. Bladder cancer. http://www.learningradiology.com/archives05/COW%20178 diakses tanggal 5 Mei 201415. Kidney Cancer http://www.radiopedia.com/ diakses tangggal 3 Mei 2014 16. Turkbey B, Albert PS, Kurdziel K, Choyke PL. Imaging localized prostate cancer: current approaches and new developments.AJR Am J Roentgenol. Jun 2009)17. Rahardjo D, Hamid R. Perkembangan penatalaksanaan batu ginjal di RSCM tahun 1997-2002. J I Bedah Indones 2004; 32(2):58-63.18. Kamal BA, Anikwe RM, Darawani H, et al: Urethral calculi: presentation and management. BJU International 2004;93(4):549-552.19. Maheswari PN, Shah HN : In-situ holmium laser lithotripsy for impacted urethral calculi. J Endourol 2005;19(8):1009-1011.20. American Urological Association. AUA Guideline on the Management of Staghorn Calculi:Diagnosis and Treatment Recommendations. 200521. Schwartz BF, Stoller ML.: The vesical calculus. Urol Clin North Am 2000;27(2):333-346.22. Teichman JMH, Rogenes VJ, McIver BJ, et al: Holmium :YAG laser cystolithotripsy of large bladder calculi. Urology 1997b;50:44-48.

30