referat radiologi

23
RADIKULOPATI I. PendahuluanRadikulopati adalah suatu keadaan yang berhubungan dengan gangguan fungsi danstruktur radiks akibat proses patologik yang dapat mengenai satu atau lebih radiks saraf dengan pola gangguan bersifat dermatomal. II. EtiologiAda beberapa hal yang menyebabkan terjadinya radikulopati, diantaranya yaitu proses kompresif, proses inflammatory, proses degeneratif sesuai dengan struktur danlokasi terjadinya proses.a . P r o s e s k o m p r e s i f Kelainan-kelainan yang bersifat kompresif sehingga mengakibatkan radikulopatiadalah seperti : hernia nucleus pulposus (HNP) atau herniasi diskus, tumor medullaspinalis, neoplasma tulang, spondilolisis dan spondilolithesis, stenosis spinal,traumatic dislokasi, kompresif fraktur, scoliosis dan spondilitis tuberkulosa,cervical spondilosis b.Proses inflammatoriKelainan-kelainan inflamatori sehingga mengakibatkan radikulopati adalah seperti :Gullain-Barre Syndrome dan Herpes Zoster b.Proses degeneratif Kelainan-kelainan yang bersifat degeneratif sehingga mengakibatkan radikulopatiadalah seperti Diabetes Mellitus1 III. Tipe-tipe radikulopatia . R a d i k u l o p a t i l u m b a r Radikulopati lumbar merupakan problema yang sering terjadi yang disebabkan olehiritasi atau kompresi radiks saraf daerah lumbal. Ia juga sering disebut sciatica.Gejala yang terjadi dapat disebabkan oleh beberapa sebab seperti bulging diskus(disk bulges), spinal stenosis, deformitas vertebra atau herniasi nukleus pulposus.Radikulopati dengan keluhan nyeri pinggang bawah sering didapatkan (low back pain) b.Radikulopati cervicalRadikulopati cervical umunya dikenal dengan “pinched nerve” atau saraf terjepitmerupakan kompresi [ada satu atau lebih radix saraf uang halus pada leher. Gejala pada radikulopati cervical seringnya disebabkan oleh spondilosis cervical.c . R a d i k u l o p a t i t o r a k a l Radikulopati torakal merupakan bentuk yang relative jarang dari kompresi saraf pada punggung tengah. Daerah ini tidak didesain untuk membengkok sebanyak lumbal atau cervical. Hal ini menyebabkan area thoraks lebih jarang menyebabkansakit pada spinal. Namun, kasus yang sering yang ditemukan pada bagian ini adalahnyeri pada infeksi herpes zoster.Pengetahuan anatomi, pemeriksaan fisik diagnostik dan pengetahuan berbagai penyebab untuk radikulopati sangat diperlukan sehingga diagnosa dapat ditegakkansecara dini dan dapat diberikan terapi yang sesuai.Terdapat 5 ruas tulang vertebra lumbalis dan

Transcript of referat radiologi

Page 1: referat radiologi

  RADIKULOPATII. PendahuluanRadikulopati adalah suatu keadaan yang berhubungan dengan gangguan fungsi danstruktur radiks akibat proses patologik yang dapat mengenai satu atau lebih radiks saraf dengan pola gangguan bersifat dermatomal.II. EtiologiAda beberapa hal yang menyebabkan terjadinya radikulopati, diantaranya yaitu proses kompresif, proses inflammatory, proses degeneratif sesuai dengan struktur danlokasi terjadinya proses.a . P r o s e s k o m p r e s i f Kelainan-kelainan yang bersifat kompresif sehingga mengakibatkan radikulopatiadalah seperti : hernia nucleus pulposus (HNP) atau herniasi diskus, tumor medullaspinalis, neoplasma tulang, spondilolisis dan spondilolithesis, stenosis spinal,traumatic dislokasi, kompresif fraktur, scoliosis dan spondilitis tuberkulosa,cervical spondilosis b.Proses inflammatoriKelainan-kelainan inflamatori sehingga mengakibatkan radikulopati adalah seperti :Gullain-Barre Syndrome dan Herpes Zoster b.Proses degeneratif Kelainan-kelainan yang bersifat degeneratif sehingga mengakibatkan radikulopatiadalah seperti Diabetes Mellitus1

  III. Tipe-tipe radikulopatia . R a d i k u l o p a t i l u m b a r   Radikulopati lumbar merupakan problema yang sering terjadi yang disebabkan olehiritasi atau kompresi radiks saraf daerah lumbal. Ia juga sering disebut sciatica.Gejala yang terjadi dapat disebabkan oleh beberapa sebab seperti bulging diskus(disk bulges), spinal stenosis, deformitas vertebra atau herniasi nukleus pulposus.Radikulopati dengan keluhan nyeri pinggang bawah sering didapatkan (low back  pain)  b.Radikulopati cervicalRadikulopati cervical umunya dikenal dengan “pinched nerve” atau saraf terjepitmerupakan kompresi [ada satu atau lebih radix saraf uang halus pada leher. Gejala pada radikulopati cervical seringnya disebabkan oleh spondilosis cervical.c . R a d i k u l o p a t i t o r a k a l Radikulopati torakal merupakan bentuk yang relative jarang dari kompresi saraf  pada punggung tengah. Daerah ini tidak didesain untuk membengkok sebanyak lumbal atau cervical. Hal ini menyebabkan area thoraks lebih jarang menyebabkansakit pada spinal. Namun, kasus yang sering yang ditemukan pada bagian ini adalahnyeri pada infeksi herpes zoster.Pengetahuan anatomi, pemeriksaan fisik diagnostik dan pengetahuan berbagai penyebab untuk radikulopati sangat diperlukan sehingga diagnosa dapat ditegakkansecara dini dan dapat diberikan terapi yang sesuai.Terdapat 5 ruas tulang vertebra lumbalis dan diantaranya dihubungkan dengandiscus intervertebralis. Vertebra lumbalis ini menerima beban paling besar dari tulang belakang sehingga strukturnya sangat padat. 2  Tiap vertebra lumbalis terdiri dari korpus dan arkus neuralis. Korpus vertebra lumbal paling besar dibandingkan korpus vertebra torakal dan cervikal. Arkus neuralisterdiri dari 2 pedikel, prosesus tranversus, faset artikularis (prosesusartikularis) superior dan inferior, lamina arkus vertebra dan prosesus spinosus. Tiapvertebra dihubungkan dengan diskus intervertebralis, beberapa ligament spinalis dan prosesus artikularis/faset artikularis/sendi faset. Diskus intervertebralis berfungsisebagai shock absorbers dan bila terjadi rupture ke dalam kanalis spinalis dapat menekan radiks-radiks saraf.Pada vertebra lumbalis yang lebih atas, hubungan antara prosesus artikularis arahnya vertical, faset inferior menghadap ke lateral dan faset superior menghadap kemedial. Akibat susunan anatomi yang dem,ikian menyebabkan terbatasnya rotasi keaksial yang memungkinkan fleksi atau ekstensi.Pada dua vertebra lumbalis yang paling bawah, hubungan antara faset artikularistersebut lebih horizontal sehingga mobilitas rotasi aksialnya lebih besar atau luas. Halini menjelaskan sering terjadinya herniasi diskus pada lumbal 4 dan 5.3

Page 2: referat radiologi
Page 3: referat radiologi

PEMERIKSAAN RADIOLOGI :: LUMBAL PUNKSI, CT SCAN, MRI, dan EEG

share

Share

BAB 1PENDAHULUAN

1.      LatarbelakangProsedur dan pemeriksaan khusus dalam keperawatan merupakan bagian dari

tindakan   untuk mengatasi masalah kesehatan yang dilaksanakan secara tim, perawat melakukan fungsi kolaboratif dalam memberikan tindakan. Hasil suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa,memantau perjalanan penyakit serta menentukan prognosa.

Karena itu perlu diketahui faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium. Terdapat 3 faktor utama yang  dapat mengakibatkan kesalahan hasil laboratorium yaitu :

1.    Faktor Pra instrumentasi : sebelum dilakukan pemeriksaan.2.    Faktor Instrumentasi : saat pemeriksaan ( analisa ) sample3.    Faktor Pasca instrumentasi : saat penulisan hasil pemeriksaan           

 Pada tahap prainstrumentasi sangat penting diperlukan kerjasama antara petugas,pasien dan dokter. Karena tanpa kerja sama yang baik akan mengganggu /mempengaruhi hasi lpemeriksaan laboratorium. Yang termasuk dalam tahapan pra instrumentasi meliputi :

1.    Pemahaman instruksi dan pengisian formulir laboratorium.2.    Persiapan penderita.3.    Persiapan alat yang akan dipakai.4.    Cara pengambilan sample.5.    Penanganan awal sampel ( termasuk pengawetan ) & transportasi.

2. Tujuan 2.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui berbagai macam pemeriksaan dan cara menpermudah para mahasiswa melakukan berbagai pemeriksaan.2.2. Tujuan Khusus

                                                      1.  Agar para mahasiswa dapat memehami definisi pemeriksaan                                                      2.  Agar para mahasiswa dapat memehami indikasi atau tujuan pemeriksaan

                                                      3.  Agar para mahasiswa dapat memehami kontra indikasi pemeriksaan                                                      4.  Agar para mahasiswa dapat memehami persiapan pasien pemeriksaan                                                      5.  Agar para mahasiswa dapat memehami prosedur tindakan pemeriksaan                                                      6.  Agar para mahasiswa dapat memehami persiapan alat pemeriksaan                                                      7.  Agar para mahasiswa dapat memehamihal – hal yang perlu diperhatikan pada berbagai pemeriksaan

Page 4: referat radiologi

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A.    Pemeriksaan Lumbal Funksi1.      Pengertian

Lumbar puncture adalah uapaya pengeluaran cairan serebrospinal dengan memasukan jarum kedalam ruang subarakhnoid. Test ini dilakukan untuk pemeriksaan cairan serebrospinali,mengukur dan mengurangi tekanan cairan serebrospinal,menentukan ada tidaknya darah pada cairan serebrospinal, untuk mendeteksi adanya blok subarakhnoid spinal,dan untuk memberikan antibiotic intrathekal ke dalam kanalis spinalterutama kasus infeksi. (Brunner and Suddarth’s, 1999, p 1630)

2.      Indikasi 1.      Mengambil bahan pemeriksaan CSF untuk diagnostic dan persiapan pemeriksaan pasien

yang dicurigasi mengalami meningitis, encepahilitis atau tumor malignan.2.      Untuk mengidentifikasi adanya darah dalam CSF akibat trauma atau dicurigai adanya

perdarahan subarachnoid.3.      Untuk memasukan cairan opaq ke dalam ruang subarakhnoid.4.      Untukmengidentifikasiadanyatekananintrakarnial/intraspinl

intrakarnial/intraspinal,untuk memasukan obat intratekal seperti terapi antibiotik atau obat sitotoksik.

3.      Kontraindikasi1.      Infeksi dekat tempat penusukan. Kontaminasi dari infeksi akan menyebabkan meningitis.2.      Pasien dengan peningkatan tekanan intra cranial. Herniasi serebral atau herniasi serebral3.      Pasien yang mengalami penyakit sendi-sendi vertebra degeneratif. Hal ini akan sulit untuk

penusukan jarum ke ruang interspinal.4.      Persiapan alat1.      Troleey2.      Kassa steril3.      Kapas steril4.      Sarung tangan steril5.      Baju steril6.      Jarum punksi ukuran 19, 20, 22,23 G.7.      Manometer spinal8.      Masker dan pelindung mata9.      Alcohol dalam lauran antiseptic untuk membersihkan kulit.10.    Spuit dan jarum untuk memberikan obat anestesi local11.    Obat anestesi loka (lidokian 1% 2 x ml), tanpa epinefrin. 12.    Tempat penampung csf steril x 3 (untuk bakteriologi, sitologi dan biokimia).13.    Plester14.    Depper15.    Jam yang ada penunjuk detiknya16.    Tempat sampah.5.      Persiapan pasien

Page 5: referat radiologi

1.      Pasien diposisikan tidur lateral pada ujung tempat tidur dengan lutut ditarik ke abdomen. Catatan : bila pasiennya obesitas, bisa mengambil posisi duduk di atas kursi, dengan kursi dibalikan dan kepala disandarkan pada tempat sandarannya.

2.      Jelaskan prosedur pemeriksaan pada klien.6.      Prosedur1.      Preinteraksi 1)      Kaji catatan medis dan catatan keperawatan klien2)      Kesiapan perawat melakukan tindakan3)      Jelaskan tujuan tindakan4)      Persiapkan dan kumpulkan alat-alat5)      Cuci tangan.2.      Interaksi1)      Paparkan daerah lumbal.2)      Pasien diposisikan di ujung saping tempat tidur atau meja pemeriksaan dengan bokong

menghadap ke dokter,paha dan tungkai difleksikan semaksimal mungkin meningkatkan rongga antara prosesus spina vertebra, untuk mempercepat masuknya jarum ke ruang subarakhnoid.

3)      bantal kecil ditempatkan di bawah kepala pasien untuk mempertahankan spina dalamposisi lurus; mungkin juga bantal kecil ditempatkan diantara tungkai untuk mencegah tungkai atas berputar ke depan.

4)      Perawat membantu pasien mempertahankan kepala pasien untuk menghindari pergerakan yang tiba-tiba, karena akan menyebabkan trauma.

5)      Pasien dianjurkan untuk relaks dan diinstruksikan bernafas secara normal,karenahiperventilasi akan menurunkan meningginya tekanan.

6)      Perawat menggambarkan prosedur step demi step kepada pasien selama proses berlangsung.7)      Dokter membersihkan tempat penusukan dengan larutan antiseptic.8)      Anestesi local disuntikan ke tempat tempat penusukan dan jarum spinal dimasukan keruang

subarakhnoid melalui interspace lumbal ketiga dan keempat atau kelima.9)      Spesimen CSF dikeluarkan dan biasanya ditampung dalam tiga ples, diberi label. Jarum

dicabut.10)  Kassa ditempelkanpada tempat penusukan.11)  Ples-ples CSF dikirim ke laboratorium dengan segera.3.      Terminasi 1)      Anjurkan pasien berbaring terlentang selama 2 – 3 jam untuk memisahkan kelurusan bekas

jarum puncture dural dan arakhnoid di lapisan otak, untuk mengurangi kebocoran CSF.2)      Monitor pasien untuk komplikasi lumbar puncture. Memberi tahu dokter bila terjadi

komplikasi.3)      Anjurkan meningkatktan intake cairan untuk mengurangi risiko headache post-prosedur.

(Brunner and Suddarth’h. 1999 p 1631)4)      Rapikan alat-alat5)      Cuci tangan6)      dokumentasi7.      Hal-hal yang perlu diperhatikan 1.      Posisi yang tepat merupakan fungsi menuju sukses2.      Tindakan dapat dilakukan dengan pasien duduk dan membungkuk ke depan di atas bantal

yang di tempatkan di atas sandaran di samping tempat tidur3.      Jika berhasil pada tindakan pertama maka jarum di tarik kembali dari kulit dan di coba lagi

pada sudut yang sedikit berbeda

Page 6: referat radiologi

4.      Jika pasien sebelimnya pernah mengalami pembedahan spinal atau pernah mengalami suatu proses infeksi pada radio lumbal,maka diperlukan suatu konsultasi bedah syaraf untuk memperoleh cairan dari kanalis spinalis servikal

5.      Jika terdapat dugaan kuat adanya meningitis bakterialis maka antibiotik dapat diberikan sebelum pungsi lumbal

8.      Diagnosa yang mungkin muncul1.      Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan di tandai dengan pasien sering

bertanya-tanya tentang prosedur yang dilakukan2.      Gangguan nyaman nyeri berhubungan dengan infeksi pada luka bekas lumbal pungsi ditandai

dengan klien mengatakan dia sakit dan wajah klien tampak pucat.3.      Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan luka pada bekas penusukan lumbal pungsi

ditandai dengan klien nampak lemas,konjungtiva pucat dan klien sering terbangun pada malam hari.

B.     Pemerisaan CT SCAN1.      Pengertian

CT Scan adalah suatu prosedur yang digunakan untuk mendapatkan gambaran dari berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak dan otak

2.      Indikasi1)        Menemukan patologi otak dan medulla spinalis dengan teknik scanning/pemeriksaan tanpa

radioisotop2)        Menilai kondisi pembuluh darah misalnya pada penyakit jantung koroner, emboli paru,

aneurisma (pembesaran pembuluh darah) aorta dan berbagai kelainan pembuluh darah lainnya.

3)        Menilai tumor atau kanker misalnya metastase (penyebaran kanker), letak kanker, dan jenis kanker.

4)        Kasus trauma/cidera misalnya trauma kepala, trauma tulang belakang dan trauma lainnya pada kecelakaan. Biasanya harusdilakukan bila timbul penurunan kesadaran, muntah, pingsan ,atau timbulnya gejala gangguan saraf lainnya.

5)        Menilai organ dalam, misalnya pada stroke, gangguan organ pencernaan dll.

6)        Membantu proses biopsy jaringan atau proses drainase/pengeluaran cairan yang menumpuk di tubuh. Disini CT scan berperan sebagai “mata” dokter untuk melihat lokasi yang tepat untuk melakukan tindakan.

7)        Alat bantu pemeriksaan bila hasil yang dicapai dengan pemeriksaan radiologi lainnya kurang memuaskan atau ada kondisi yang tidak memungkinkan anda melakukan pemeriksaan selain CT scan.

3.      Kontraindikasi1.      Pasien dengan berat badan kurang dari145 kg.2.      Pasien tidak mempunyai kesanggupan untuk diam tanpa mengadakan perubahan selama 20-

25 menit.3.      Pasien dengan alergi iodine4.      Persiapan alat

Persiapan alat dan bahanAlat dan bahan yang digunakan untukpemeriksaan kepala dibedakan menjadi dua, yaitu :

a)      Peralatan sterill meliputi:1.      Alat-alat suntik

Page 7: referat radiologi

2.      Spuit.3.      Kassa dan kapas 4.      Alkoholb)      Peralatan non-steril meliputi:1.      Pesawat CT-Scan2.      Media kontras 3.      Tabung oksigen

Persiapan Media kontras dan obat-obatan dalam pemeriksaan CT-scan kepala pediatrik di butuhkan media kontras nonionik, karena untuk menekan reaksi terhadap media kontras seperti pusing, mual dan muntah serta obat anastesi jika diperlukan. Media kontras digunakan agar struktur-struktur anatomi tubuh seperti pembuluh darah dan orga-organ tubuh lainnya dapat dibedakan dengan jelas. Selain itu dengan penggunaan media kontras maka dapat menampakan adanya kelainan-kelainan dalam tubuh seperti adanya tumor.Teknik injeksi secara Intra Vena ( Seeram, 2001 ).

1.   Jenis media kontras : omnipaque, visipaque2.   Volume pemakaian : 2 – 3 mm/kg, maksimal 150 m3.   Injeksi rate : 1 – 3 mm/sec.

5.      Persiapan pasiena.         CT scan otak :1)        Klien dan keluarga klien sebaiknya di berikan informasi mengenai pemeriksaan yang akan

dilakukan2)        Inform concent3)        Jelaskan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan serta resiko-resiko yang timbul akibat

pemeriksaan tersebut, khususnya akibat pemakaian bahan kontras. 4)        Pasien di anjurkan untuk puasa .Pasien sebaiknya puasa minimal 6 – 8 jam sebelum

pemeriksaan. Hal ini bertujuan agar pasien pada saat pemeriksaan tidak mual sebagai akibat penyuntikan bahan kontras secara intra vena.

5)        injeksi dengan 50 cc bolus injeksi dan dengan 100 cc drip infus melalui kontras intravena. tumor. Teknik injeksi secara Intra Vena ( Seeram, 2001 )Jenis media kontras : omnipaque, visipaqueVolume pemakaian : 2 – 3 mm/kg, maksimal 150 mInjeksi rate : 1 – 3 mm/sec

b.        CT scan thorax :1)        Klien dan keluarga klien sebaiknya di berikan informasi mengenai pemeriksaan yang akan

dilakukan2)        Inform concent3)        Jelaskan tujuan tindakan kepada klien dan keluarga 4)        Pasien di anjurkan untuk puasa .Pasien sebaiknya puasa minimal 6 – 8 jam sebelum

pemeriksaan. Hal ini bertujuan agar pasien pada saat pemeriksaan tidak mual sebagai akibat penyuntikan bahan kontras secara intra vena.

5)        injeksi dengan 50 cc bolus injeksi dan dengan 100 cc drip infus melalui kontras intravena. tumor. Teknik injeksi secara Intra Vena ( Seeram, 2001 ).

c.         CT Scan abdomen1)        Klien dan keluarga klien sebaiknya di berikan informasi mengenai pemeriksaan yang akan

dilakukan2)        inform consent 3)        Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan kepada klien4)        Pasien meminum kontras :      Pasien minum kontras 300 cc 2 jam sebelum pemeriksaan.      Satu jam sebelum pemeriksaan pasien minum 200 cc yang kedua.

Page 8: referat radiologi

      Ketika akan dilakukan pemeriksaan pasien minum bahan kontras ke tiga sebanyak 200 cc, dimasukkan bahan kontras per anal sebanyak 500 cc.

6.      Prosedur1.      Preinteraksi1.      Lihat catatan keperawatan dan catatan medis2.      Jelaskan tujuan dilakukan pemeriksaan kepada klien2.      Interaksi 1.      Cuci tangan2.      Memakai handscone3.      Posisi terlentang dengan tangan terkendali.4.      Meja elektronik masuk ke dalam alat scanner.5.      Dilakukan pemantauan melalui komputer dan pengambilan gambar dari beberapa sudut yang

dicurigai adanya kelainan.6.      Selama prosedur berlangsung pasien harus diam absolut selama 20-45 menit.7.      Pengambilan gambar dilakukan dari berbagai posisi dengan pengaturan komputer.8.      Selama prosedur berlangsung perawat harus menemani pasien dari luar dengan memakai

protektif lead approan.9.      Cuci tangan3.      Terminasi

1.      Sesudah pengambilan gambar pasien dirapihkan.2.      Evaluasi3.      Dokumentasi

7.      Hal-hal yang perlu diperhatikan1.      Observasi keadaan alergi terhadap zat kontras yang disuntikan. Bila terjadi alergi dapat

diberikan deladryl 50 mg.2.      Mobilisasi secepatnya karena pasien mungkin kelelahan selama prosedur berlangsung.3.      Ukur intake dan out put. Hal ini merupakan tindak lanjut setelah pemberian zat kontras yang

eliminasinya selama 24 jam. Oliguri merupakan gejala gangguan fungsi ginjal, memerlukan koreksi yang cepat oleh seorang perawat dan dokter

8.      Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul1.      Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan terhadap prosedur pemeriksaan ditandai

dengan klien tampak pucat,tekanan darah meningkat dan klien sering menanyakan dampak dari prosedur pemeriksaan.

2.      Kurangnya pengetahuan terhadap prosedur pemeriksaan berhubungan dengan kurangnya mendapat penyuluhan tentang prosedur pemeriksaan ditandai dengan klien terlihat bingung dan sering bertanya-tanya tentang pemeriksaan.

C.    Pemeriksaan MRI1.      Pengertian

1.         Pemeriksaan MRI merupakan salah satu bentuk pemeriksaan radiologi yang menggunakan prinsip magnetisasi. Medan magnet digunakan untuk proses magnetisasi komponen ion hidrogen dari kandungan air di tubuh. MRI dapat menggambarkan dengan sangat jelas dan kontras berbagai bagian organ tubuh

2.         Magnetic Resonance Imaging ( MRI ) adalah suatu alat diagnostik muthakhir untuk memeriksa dan mendeteksi tubuh dengan menggunakan medan magnet yang besar dan gelombang frekuensi radio, tanpa operasi, penggunaan sinar X, ataupun bahan radioaktif, yang menghasilkan rekaman gambar potongan penampang tubuh / organ manusia dengan menggunakan medan magnet berkekuatan antara 0,064 – 1,5 tesla (1 tesla = 1000 Gauss) dan resonansi getaran terhadap inti atom hydrogen (Satya Negara, dkk,2010).

Page 9: referat radiologi

3.        Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu teknik penggambaran penampang tubuh berdasarkan prinsip resonansi magnetik inti atom hydrogen (Eko Bastiansyah 2008)

2.      Tujuan 1.      MRI dapat mengidentifikasikan zat kimia yang terdapat pada area yang membedakan tumor

otak dan abses otak 2.      Perfusi MRI dapat di gunakan untuk mengestiminasi aliran darah3.      Difusi MRI dapat digunakan untuk mendeteksi akumulasi cariran (edema) secara tiba-tiba.3.      Indikasi1.   Neoplasma2.   Infection3.   Infarction4.   Di bidang saraf: stroke, tumor otak, kelainan mielinisasi otak, gangguan aliran cairan

otak/hidrocephalus, beberapa bentuk infeksi otak, gangguan pembuluh darah otak, dsb.5.   Di bidang muskuloskeletal: tumor jaringan tulang atau otot, kelainan saraf tulang belakang,

tumor spinal, jeputan akar saraf tulang belakang, dsb.6.   Di bidang kardiologi: pembuluh darah besar, pemeriksaan MRA (Magnetic Resonance

Angiografi) carotis, dsb.4.      Kontraindikasi1.        Relatif :a.       Anemia hemolitikab.      Riwayat alergi dengan bahan yodida2.        Mutlak :a.       Kehamilan dan menyusui b.      Gagal ginjal

3.        Untuk pasien yang menggunakan alat pacu jantung (pace marker),4.        Pasien dengan alat bantu dengar5.        pasien dengan alat/klip/protesa berupa logam, yang di pasang pada bagian tubuhnya, antara

lain dapat berupa klippadaoperasi aniurisma, facemarker pada jantung, alat bantu dengar, gigi palsu dan sebagainya

6.        Pasien yang sedang menjalani kemoterapi, pasien dengan pompa insulin di mohon untuk melaporkan pada dokter. Pada kasus- kasus di atas, MRI dapat di batalkan dengan alas an trakut melukaipasien.

5.      Persiapan alat1.      Meja MRI2.      Bel6.      Persiapan klien1.      Pasien diharap tidak mengenakan aksesoris tubuh yang berasal dari bahan logam secara

berlebih. Hal ini penting karena MRI menggunakan prinsip magnetisasi. 2.      Pasien akan diminta diam untuk beberapa saat sampai prose magnetisasi selesai. 3.      Memberikan kesempatan pada pasien melihat dulu alat MRI beberapa saat sebelum prosedur

untuk menghindari ketakutan terhadap ruang sempit (klustrofobia4.      Memberikan inform cocent5.      Berikan medikasi sebelum tes6.      Kaji kemungkinan reaksi iodin7.      Prosedur1.      Preinteraksi1.      Cuci tangan2.      Jelaskan tujua dilakukan pemeriksaan pada klien2.      Interaksi

Page 10: referat radiologi

1.    Pasien berbaring terlentang dengan posisi kedua tangan disamping badan2.    Meja MRI akan bergerak maju kedalam posisi medan magnet yang tepat3.    Pasien akan mendengar suara dari gelombang radio frekuensi,seperti suara ketukan selama

jalannya pemeriksan4.    Selama pemeriksaan MRI,pasien akan selalu dibawah pengawasan petugas,dan dapat

langsung berkomunikasi dengan petugas MRI5.    Pasien akan diberi bel ditangan dan dapat ditekan untuk memanggil petugas MRI,atau

mengalami kondisi yang kurang nyaman6.    Pada umumnya pemeriksaan ini membutuhkan waktu sekitar 40 menit7.    Setelah pemeriksan MRI selesai pasien dapat melakukan aktifitas normal seperti biasa8.    Cuci tangan

3.      Terminasi 1.Evaluasi2.Dokumentasi

8.      Hal-hal yang perlu diperhatikan1.        Pada pemeriksaan MRI ini tidak boleh dilakukan pada wanita yang hamil muda(trisemester

1)2.        Pasien memberikan informasi kepada petugas sebelum dilakukan pemeriksaan9.      Diagnosa yang mungkin muncul1.      Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan terhadap prosedur pemeriksaan ditandai

dengan klien nampak bingung dan tekanan darah klien meningkat.2.      Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan tingkat pendidikan yang rendah ditandai

dengan klien tidak memahami prosedur pemeriksaan.

D.    Pemeriksaan EEG1.      Pengertian1.      Elektro Ensefalografi adalah suatu prosedur pemeriksaan menggunakan alat elektromedik

yang digunakan untuk merekam aktivitas listrik otak, melalui tengkorak yang utuh.juga merupakan pemeriksaan syaraf otak dengan mereka gelombanggelombang otak.

2.      EEG adalah pemeriksaan penunjang yang sangat diperlukan di bagian syaraf untuk menentukan adanya kelainan gelombanggelombang di otak secara fungsional(Jan Nissl, 2006)

2.      IndikasiEEG dilakukan untuk (Jan Nissl, 2006)

1.      Mendiagnosa dan mengklasifikasikan Epilepsi2.      Mendiagnosa dan lokalisasi tumor otak, Infeksi otak, perdarahan otak,parkinson3.      Mendiagnosa Lesi desak ruang lain4.      Mendiagnosa Cedera kepala5.      Periode keadaan pingsan atau dementia.6.      Narcolepsy.7.      Memonitor aktivitas otak saat seseorang sedang menerima anesthesia umum selama

perawatan.8.      Mengetahui kelainan metabolik dan elektrolit3.      Kontraindikasi1.   Kejang2.   Tumor otak3.   Cedera kepala 4.   pendarahan intrakranial5.   abses otak 6.   ensefalitis

Page 11: referat radiologi

7.   mati batang otak4.      Persiapan alat1.      Mesin eeg2.      Pasta ten 203.      Bantal bayi4.      Abrasive gel5.      Cotton bud

5.      Persiapan klien1.      Pasien tidak dalam keadaan Batuk, Pilek atau Demam.2.      Berhenti meminum obat tertentu ( Obat Penenang).3.      Hindari makanan yang mengandung Kafein ( seperti Kopi, Teh, Cola, Coklat) sedikitnya 8

jam se belum test.4.      Hindari Puasa malam sebelum prosedur, Makanlah dalam porsi kecil sebelum test, sebab

gula darah rendah dapat mempengaruhi hasil EEG.5.      Rambut Harus Bersih, bebas dari minyak rambut. hair spray, gel, conditioner atau cairan

yang mengandung obat kulit (atau sebaiknya keramas terlebih dahulu).6.      Tidur malam yang cukup.7.      Tidak perlu persiapan puasa8.      Jelaskan prosedur tindakan pada klien 9.      Inform concent6.      Prosedur1.      Preinteraksi1.    Jelaskan tujuan pemeriksaan pada klien

2.      Interaksi1.      Tutup sampira2.      Cuci tangan3.      Memakai hanscone4.      Pastikan pasien sudah keramas sebelum pemeriksaan EEG5.      Sebelum pemeriksaan jangan menggunakan minyak rambut,dan make up6.      Untuk pemasangan elektroda yang benar,ukur kepala dengan tekhnik 10-20 sistem7.      Setelah diukur berikan tanda dengan pensil khusus EEG disetiap titik pelekatan elektroda8.      Bersihkan tiap titik pelekatan elektroda dengan abrasive gel,9.      Letakan abrasive gel ke cutton bud kemudian gosok perlahan-lahan di titik yang akan

diletakan elektrodanya.10.  Elektroda pertama yang dipasang sebaiknya elektroda Ref (diletakan di antara CZ dan

FCZ),dan Ground(diletakan di FPZ)11.  Rekatkan elektroda ke kepala dengan pasta ten 20.12.  Perhatikan setelah pemasangan elektroda akan muncul nilai ipedansi di layar monitor13.  Bila angka dibawah 5 kohm(mesin EEG berwarna hijau dan berwarna merah jika lebih dari

5),berarti pemasangan sudah baik.14.  Pada saat perekaman, biasanya pasien dalam kondisi terentang, ganjal kepala pasien dengan

bantal, pergunakan bantal yang nyaman tapi tidak mengganggu elektroda yang terpasang. Penulis menyarankan gunakan bantal guling kecil (bantal bayi).

15.  Tanyakan ke pasien apakah posisi kepalanya sudah nyaman dan tidak tegang. Beritahukan juga ke pasien agak tidak terlalu sering berkedip dan bergerak.Renggangkan rahang pasien, maksudnya antara gigi atas dan gigi bawah jangan menempel. Semua ini dimaksudkan agar mengurangi artefact yang timbul dari pasien sendiri.

16.  Setelah semua prosedur diatas dilakukan, lihatlah ke monitor, apakah gelombang EEG sudah baik (tidak banyak artefact), Bila sudah lakukanlah perekaman.

Page 12: referat radiologi

17.  Dalam awal perekaman perintahkanlah ke pasien agar membuka dan menutup mata, lakukanlah beberapa kali. Jangan lupa memberikan marker pada saat melakukan setiap perintah yang kita minta. Biasanya pada mesin EEG sudah terdapat tamplate marker seperti Eye Open, Eye Close dll. Operator tinggal mengklik saja.

18.  Aktivitas pasien harus selalu dipantau, misalkan saat pasien bergerak atau batuk, berikanlah marker. Ini memudahkan dokter dalam membaca hasil rekaman. Saat ini teknologi EEG sudah berkembang, selain menggunakan marker untuk menandai setiap aktivitas pasien ada juga EEG dengan fasilitas Video recording, jadi saat hasil EEG dibaca, dokter pembaca dapat melihat langsung aktivitas pasien selama perekaman bersamaan dengan gelombang EEG.

19.  Untuk jenis mesin EEG lama, operator harus merubah montage tiap beberapa menit, Biasanya 2 sampai 3 menit perekaman operator harus merubah montage , dari montage I sampai VIII

20.  Di mesin EEG terbaru operator sudah tidak perlu lagi merubah montage, dikarenakan pada saat merekam semua montage sudah direkam oleh mesin EEG. Penulis menyarankan pada saat rekaman gunakanlah montage Referential, contoh : FP1-Ref, FP2-Ref, F4-Ref dst. Kenapa penulis menyarankan menggunakan montage Referential? Karena dengan montage referential pada saat ada elektroda yang lepas atau bed connect dapat langsung terlihat posisi elektroda mana yang bermasalah, jadi operator dengan mudah dan cepat untuk memperbaikinya.

3.      Terminasi1.      Cuci tangan2.      Dokumentasi 7.      Hal-hal yang perlu diperhatikan1.      Prosedur ini sangat aman. Namun, lampu berkedip atau bernafas cepat (hiperventilasi) yang

diperlukan selama pengujian dapat memicu kejang pada mereka dengan gangguan kejang.

8.      Diagnosa yang mungkin muncul1.      Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur EEG ditandai dengan

klien nampak memikirkan kondisi fisiknya saat dilakukan pemeriksaan

DAFTAR PUSTAKA

Page 13: referat radiologi

Brunner,suddart.1966.keperawatan medikal bedah.Jakarta:EGC http://www.google.com

Smeltzer,suzanne C,dan Brenda G. Bare.2001.keperawatan Medikal Bedah edisi 8.Jakarta:EGC

Teknik Pemeriksaan CT-Scan Columna Vertebra Lumbal

6:05 PM  Ajunk Artawijaya  No comments Cekidot langsung aja gan..A. PengertianTeknik pemeriksaan CT-Scan Columna vertebra lumbal adalah teknik pemeriksaan secara radiologi untuk mendapatkan informasi anatomi irisan melintang vertebra lumbal yang diolah dengan menggunakan teknologi computer.B. Indikasi Patologis 

1. Lesi pada vertebra lumbal 2. Ligamentum flavum 3. Destruksi 4. Kelainan di facet joint. 

C. Persiapan pemeriksaanTidak ada persiapan khusus pada pasien, hanya saja intruksi-intruksi yang menyangkut posisi penderita dan prosedur pemeriksaan harus diberitahukan dengan jelas. Untuk kenyamanan pasien, mengingat pemeriksaan dilakukan diruangan ber-AC sebaiknya tubuh pasien diberi selimut. Baju yang dikenakan pasien diganti dengan baju khusus pasien agar tidak menyebabkan timbulnya artefak. D. Persiapan Alat dan BahanAlat dan bahan untuk pemeriksaan CT-Scan Columna Vertebra Lumbal yaitu : 

1. Pesawat CT-Scan2. Apron 3. Tabung oksigen 4. Selimut 5. Standar infus 

E. Teknik Pemeriksaan 

Posisi Pasien : Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan batas atas objek pada Processus xypoideus, pasien diberi immobilisasi band agar pasien tidak bergerak. 

Posisi obyek : Mid Sagital Plane (MSP) tubuh pasien ditempatkan tepat ditengah meja pemeriksaan. Kedua tangan ditempatkan diatas kepala, berpegangan pada handle. Batas atas obyek diatur pada processus xypoidus. Mid Coronal Plane (MCP) diatur pada garis tengah horizontal pesawat. Batas bawah obyek diatur pada simfisis pubis. Pasien difiksasi untuk menghindari gerakan pasien selama pemeriksaan berlangsung.

Page 14: referat radiologi

Pasien diberi selimut untuk kenyamanan mengingat ruang pemeriksaan yang ber-AC dan waktu pemeriksaan yang lama.

Scan Parameter o Scanogram : Side View o Slice Thickness : 5-10mm o Range : Processus xypoideus sampai dengan simpisis pubis o FOV : 39 cm o kV : 120 o mAs : 205 o Rekonstruksi algoritma : High resolution o Window width : 300 o Window level : -50 sampai -100 

F. Hasil CT-ScanGambar Hasil CT-Scan Columna Vertebra Lumbal Gambar yang dihasilkan dalam pemeriksaan CT-Scan Columna Vertebra Lumbal pada umumnya dapat dilihat dari gambar dibawah ini :

Gambar 2.5: CT Scan Vertebra Lumbal Normal (Amstrong, 1989)

Pungsi Lumbal (LP) :LP akan normal pada fase permulaan prolaps diskus, namun belakangan akan terjadi transudasi dari low molecular weight albumin sehingga terlihat albumin yang sedikit meninggi sampai dua kali level normal. Pada pasien ini tak dilakukan tindakan LP karena pemeriksaan ini tidak memberikan gambaran yang spesifik terhadap HNP, juga perannya telah dapat digantikan oleh adanya gambaran radiologis yang lebih objektif dan tidak invasif.  Pemeriksaan Radiologis :Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau kadang-kadang dijumpai penyempitan ruangan intervertebral, spondilolistesis, perubahan degeneratif, dan tumor spinal. Penyempitan ruangan intervertebral kadang-kadang terlihat bersamaan dengan suatu posisi yang tegang dan melurus dan suatu skoliosis akibat spasme otot paravertebral.CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level neurologis telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.Mielografi berguna untuk melihat kelainan radiks spinal, terutama pada pasien yang sebelumnya dilakukan operasi vertebra atau dengan alat fiksasi metal.CT mielografi dilakukan dengan suatu zat kontras berguna untuk melihat dengan lebih jelas ada atau tidaknya kompresi nervus atau araknoiditis pada pasien yang menjalani operasi

Page 15: referat radiologi

vertebra multipel dan bila akan direncanakan tindakan operasi terhadap stenosis foraminal dan kanal vertebralis.3

MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan menunjukkan berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli bedah ortopedi tetap memerlukan suatu EMG untuk menentukan diskus mana yang paling terkena.MRI sangat berguna bila:

vertebra dan level neurologis belum jelas kecurigaan kelainan patologis pada medula spinal atau jaringan lunak untuk menentukan kemungkinan herniasi diskus post operasi kecurigaan karena infeksi atau neoplasma

Menurut gradasinya, herniasi dari nukleus pulposus yang terjadi terbagi atas: 9

         Protruded intervertebral disc, dimana nukleus terlihat menonjol ke suatu arah tanpa kerusakan anulus fibrosus.

         Prolapsed intervertebral disc, dimana nukleus berpindah tetapi masih tetap dalam lingkaran anulus fibrosus.

         Ekstruded intervertebral disc, dimana nukleus keluar dari anulus fibrosus dan berada di bawah ligamen longitudinalis posterior.

         Sequestrated intervertebral disc, dimana nukleus telah menembus ligamen longitudinalis posterior.

Mielografi atau CT mielografi dan/atau MRI adalah alat diagnostik yang sangat berharga pada diagnosis LBP dan diperlukan oleh ahli bedah saraf/ortopedi untuk menentukan lokalisasi lesi pre-operatif dan menentukan adakah adanya sekwester diskus yang lepas dan mengeksklusi adanya suatu tumor.Mumenthaler (1983) menyebutkan adanya 25% false negative diskus prolaps pada mielografi dan 10% false positive dengan akurasi 67%. Pada penderita ini secara radiologis x-foto polos terlihat penyempitan ruang intervertebralis L4-5 dan pada MRI tampak penonjolan diskus intervertebralis L4-5 ke arah posterior yang menekan dural sac dan radiks kanan-kiri, juga adanya degenerasi diskus intervertebralis L2-3, L3-4, L4-5, L5-S1, alignment kolumna lumbosakral melurus, tampak osteofit korpus vertebra L4, L5 posterior. Hal ini menggambarkan telah terjadinya trauma mekanik pada vertebra yang terjadi secara berulang dalam waktu yang lama. Selain itu lordosis lumbal yang melurus menggambarkan adanya spasme otot-otot paravertebral yang lama. Diskografi dapat dilakukan dengan menyuntikkan suatu zat kontras ke dalam nukleus pulposus untuk menentukan adanya suatu annulus fibrosus yang rusak, dimana kontras hanya bisa penetrasi/menembus bila ada suatu lesi. Dengan adanya MRI maka pemeriksaan ini sudah tidak begitu populer lagi karena invasif. Elektromiografi (EMG) :Dalam bidang neurologi, maka pemeriksaan elektrofisiologis/neurofisiologis sangat berguna pada diagnosis sindroma radiks.Pemeriksaan EMG dilakukan untuk :         Menentukan level dari iritasi atau kompresi radiks         Membedakan antara lesi radiks dengan lesi saraf perifer         Membedakan adanya iritasi atau kompresi radiksPemeriksaan EMG adalah suatu pemeriksaan yang non-invasif, Motor Unit Action Potentials (MUAP) pada iritasi radiks terlihat sebagai :         Potensial yang polifasik

Page 16: referat radiologi

         Amplitudo yang lebih besar dan         Durasi potensial yang lebih panjang, pada otot-otot dari segmen yang terkena.Pada kompresi radiks, selain kelainan-kelainan yang telah disebut diatas, juga ditemukan aktivitas spontan pada pemeriksaan EMG berupa fibrilasi di otot-otot segmen terkena atau di otot paraspinal atau interspinal dari miotoma yang terkena. Sensifitas pemeriksaan EMG untuk mendeteksi penderita radikulopati lumbal sebesar 92,47%.10

EMG lebih sensitif dilakukan pada waktu minimal 10-14 hari setelah onset defisit neurologis, dan dapat menunjukkan tentang kelainan berupa radikulopati, fleksopati ataupun neuropati.6   Elektroneurografi (ENG)Pada elektroneurografi dilakukan stimulasi listrik pada suatu saraf perifer tertentu sehingga kecepatan hantar saraf (KHS) motorik dan sensorik (Nerve Conduction Velocity/NCV) dapat diukur, juga dapat dilakukan pengukuran dari refleks dengan masa laten panjang seperti F-wave dan H-reflex. Pada gangguan radiks, biasanya NCV normal, namun kadang-kadang bisa menurun bila telah ada kerusakan akson dan juga bila ada neuropati secara bersamaan.10

 Potensial Cetusan Somatosensorik (Somato-Sensory Evoked Potentials/SSEP) Kadang-kadang pemeriksaan SSEP diperlukan untuk membuat diagnosis lesi-lesi yang lebih proksimal sepanjang jaras-jaras somatosensorik. Terhadap penderita ini telah dilakukan EMG/ENG dan hasilnya menunjukkan adanya iritasi radiks L3-4 kiri dan kompresi radiks L5 – S1-S2 kiri. Dimana hasil ini sejalan dengan hasil MRI yaitu adanya HNP pada L4-5 yang telah mengiritasi dan menekan radiks. Tidak dilakukan SSEP karena tak ada tanda-tanda terjadinya lesi pada tingkat medula spinalis. Semua tes mempunyai hasil yang positif palsu dan negatif palsu serta penggunaan tes diagnostik lebih dari satu akan mempertajam akurasi diagnostik.Harus diingat bahwa seluruh pemeriksaan tambahan ini dilakukan dalam kerangka pemeriksaan klinis neurologis dan harus dievaluasi sebagai suatu kesatuan yang menyeluruh sehingga sampai pada suatu kesimpulan diagnosis yang akurat sehingga tindakan pembedahan yang berlebihan dapat dicegah.