REFERAT Radiologi
-
Upload
nik-azahani -
Category
Documents
-
view
649 -
download
23
Transcript of REFERAT Radiologi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ulkus peptikum merupakan suatu penyakit yang sering diderita di seluruh
dunia pada semua kelompok umur. Di Negara barat, angka kejadian ulkus
peptikum cukup tinggi dan menurut catatan angka statistik yang didasarkan atas
pemeriksaan radiologi dan otopsi, sekitar 10% dari jumlah penduduk sepanjang
hidupnya pernah mengalami ulserasi peptik. Kaum laki-laki lebih banyak
menderita ulkus peptikum dari pada kaum wanita dengan perbandingan 3–4 : 1.1
Dua jenis ulkus peptikum yang paling sering ditemukan adalah ulkus
gaster dan ulkus duodenum. Ulkus duodenum terjadi pada hampir 10% dari
populasi orang dewasa dalam beberapa waktu terakhir dan merupakan dua
pertiga dari semua ulkus peptikum, yang didefinisikan sebagai adanya perobekan
mukosa dengan ukuran 3 mm atau lebih. Sedangkan ulkus lambung menempati
sepertiga dari seluruh ulkus peptikum.1
Tidak seperti ulkus gaster, yang mungkin merupakan suatu keganasan
pada sekitar 5% dari kasus, ulkus duodenum hampir selalu jinak, karena itu,
pengobatan dengan obat antisekretorik bisa dimulai setelah diagnosis
radiologis,tanpa perlu dikakukan endoskopi sebelumnya.1
Ulkus duodenum kebanyakan digambarkan sebagai kumpulan kontras
barium yang berbentuk bulat atau oval; sekitar 5% mungkin linier, dan
kebanyakan diameternya lebih kecil dari 1 cm. Ulkus duodenum yang besar,
yang digambarkan mempunyai diameter 2 cm atau lebih. Ulkus yang besar
1
memiliki peningkatan risiko perforasi, obstruksi, dan perdarahan. Ulkus multipel
terjadi pada sekitar 15% dari pasien; sindrom Zollinger-Ellison harus
dipertimbangkan pada pasien ini.1
Sekitar 95% dari ulkus duodenum terjadi pada bulbus duodenum, dan
sisanya terjadi pada postbulbar duodenum, yaitu 2 cm proksimal dari duodenum
descendens di atas ampula vateri. Sebanyak setengah dari semua ulkus
duodenum terjadi pada dinding anterior dari bulbus duodenum.2
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana mekanisme terjadinya Ulkus Duodenum?
1.2.2 Apa saja komplikasi dari Ulkus Duodenum?
1.2.3 Bagaimana penegakan diagnosis dari Ulkus Duodenum?
1.2.4 Pemeriksaan Imaging apa saja yang diperlukan dalam membantu
penegakan diagnosis ulkus duodenum?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui mekanisme terjadinya Ulkus Duodenum
1.3.2 Mengetahui komplikasi akibat Ulkus Duodenum
1.3.3 Mengetahui Penegakan diagnosis Ulkus Duodenum
1.3.4 Mengetahui Pemeriksaan Imaging pendukung dalam diagnosis Ulkus
Duodenum
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Duodenum
Duodenum adalah organ yang terletak intraperitoneal dan retroperitoneal,
dekat dengan kandung empedu, pankreas, lambung, tulang belakang, aorta, hati,
dan segmen saluran pencernaan yang lain. Panjang duodenum sekitar 25 – 30
cm. Duodenum dibagi menjadi empat bagian. Bagian pertama (superior)
memanjang dari pilorus sampai ke kandung empedu. Bagian kedua (descending)
memanjang dari kandung empedu ke arah genu, biasanya setinggi vertebra
lumbal IV, dan kelainan pada bagian ini karena kondisi patologis struktur yang
berdekatan seperti pankreas dan kandung empedu. Bagian ketiga (horizontal)
memanjang dari vertebra lumbal IV sampai aorta. Bagian ini sering dipengaruhi
oleh trauma karena letaknya retroperitoneal dan dekat dengan tulang belakang.
Bagian keempat (ascending) memanjang dari aorta sampai ke ligamen treitz.2
Gambar 1. Duodenum
3
2.2 Definisi Ulkus Duodenum
Dari segi anatomis, ulkus duodenum adalah suatu defek mukosa /
submukosa yang berbatas tegas , yang dapat menembus muskularis mukosa
sampai lapisan serosa sehingga dapat terjadi perforasi . Sedangkan secara
klinis, ulkus duodenum dapat diartikan sebagai hilangnya epitel superfisialis atau
lapisan dalam dengan diameter lebih dari 5 mm yang dapat diamati secara
endoskopis atau radiologis.2
2.3 Epidemiologi
Ulkus duodenum mengenai hampir 10% populasi dewasa dan lesi ini
berkontribusi kepada 2/3 dari ulkus peptikum. Walaupun sampai tahun 1940,
insidens ulkus gaster lebih sering dibandingkan ulkus duodenum, namun
insidensnya sekarang menjadi berkebalikan. Insidens ulkus duodenum menjadi 4
hingga 5 kali lipat dibanding kejadian ulkus gaster. Namun secara keseluruhan
insiden ulkus duodenum telah berkurang sejak 3-4 dekad lalu. Ulkus duodenum
terjadi orang dewasa pada semua usia, sedangkan ulkus gaster terjadi pada
pasien di atas usia 40 tahun. Namun, lebih tepatnya, kejadian ulkus duodenum
meningkat seiring peningkatan usia. Ini berkemungkinan karena peningkatan
prevalen infeksi H.pylori pada orang yang lebih tua dan juga peningkatan
penggunaan NSAID. Kecenderungan insiden ulkus duodenum meningkat pada
wanita dibanding lelaki terutamanya lelaki dewasa muda, yang mana kejadian
infeksi H. pylori pada grup ini rendah. Namun secara sejarahnya, ulkus
duodenum dipahami sebagai lebih sering mengenai kaum lelaki dibanding
wanita. Hari ini, insiden ulkus duodenum berkemungkinan sama antar kaum
lelaki dan wanita. Namun pada sumber yang lain (Maryland University),
4
mengatakan ulkus gaster lebih sering terjadi pada wanita dibanding lelaki, dan
sebaliknya ulkus duodenum lebih sering terjadi pada lelaki dibanding wanita.
Hampir semua insidens ulkus duodenum kebanyakannya terjadi di bulbus
duodenum dan kebanyakannya bersifat jinak.3
Insiden ulkus duodenum kebanyakan terjadi di bulbar (95%), yaitu dinding
anterior (50%), dinding posterios (23%), fornix inferior (22%), dan fornix superior
(5%) sedangkan insiden ulkus duodenum di postbulbar hanya sekitar (3-5%)
dengan mayoritas di dinding medial proksimal dari ampula Vateri.3,4
2.4 Etiologi
Etiologi yang telah diketahui sebagai faktor agresif yang merusak
pertahanan mukosa adalah antaranya Helicobacter pylori, OAINS, asam
lambung/ pepsin, faktor-faktor lingkungan dan kelainan satu atau beberapa faktor
pertahanan. H. pylori merupakan penyebab tersering yang dikaitkan dengan
insidens ulkus duodenum. H. pylori merupakan suatu bakteri gram negative yang
dapat hidup dalam suasana asam dalam lambung atau duodenum (antrum,
korpus dan bulbus). Bakteri ini berbentuk kurva atau S-shape dangan ukuran
panjang sekitar 3µm dan diameter 0.5µm, mempunyai satu atau lebih flagella
pada salah satu ujungnya. Penularan dalam bentuk fekal-oral atau oral-oral.
Bakteri ini berada pada lapisan mukus pada permukaan epitel yang sewaktu-
waktu dapat menembus sel-sel epitel atau antar epitel.3,4
5
Gambar 2. Bakteri H.pylori yang berbentuk S-shape
2.5 Faktor Resiko
Faktor resiko ulkus duodenum termasuk infeksi H. pylori, stress, merokok,
alkohol, caffein, obat-obat yang bersifat mengiritasi seperti aspirin,
biphosphonate dan obat NSAID lainnya. H.pylori memproduksi subtansi yang
melemahkan lapisan mukosa sehingga rawan terjadi kerusakan akibat asam dan
pepsin, selain bakteri ini sendiri memproduksi asam. Walaupun stress emosional
tidak lagi dianggap penyebab terjadinya ulkus, pasien dengan ulkus selalu
mengeluhkan pada saat stress emosional, rasa nyeri sering lebih terasa.
Walaubagaimanapun, stress fisik mungkin dapat meningkatkan resiko terjadinya
ulkus, terutamanya pada gaster. Misalnya pada orang yang cedera (luka bakar
yang parah) dan individu yang menjalani operasi major, sehingga sering
memerlukan terapi yang tegas untuk menghindari terjadinya ulkus dan
komplikasinya .Merokok dikatakan faktor resiko karena dipercayai dengan
merokok, dapat memperlambat proses penyembuhan ulkus dan berkontribusi
kepada terjadinya ulkus rekuren. Caffein berperan pula dalam stimulasi sekresi
asam di dalam gaster yang mana dapat menambahkan gejala nyeri.5,6
6
2.6 Patofisiologi
Mukosa duodenum menghindari terjadinya kerusakan diakibatkan faktor
agresif, seperti asam gaster dan enzim proteolitik, pepsin dengan bantuan faktor
protektif seperti lapisan mukosa, sekresi bikarbonat dan prostaglandin yang
protektif. Sel epitel pada gaster dan duodenum akan berespon pada iritasi pada
lapisan epithelial akibat stimulasi kolinergik. Sejumlah mukosa pada gaster dan
duodenum muncul dalam bentuk lapisan gel yang tidak permeable terhadap
asam dan pepsin. Sel lain yang terdapat pada gaster dan duodenum juga,
mensekresi bikarbonat, yang mana membantu dalam proses buffer asam yang
berada di lapisan mukosa. Prostaglandin tipe E (PGE) mempunyai peran protektif
penting, karena PGE ini meningkatkan produksi bikarbonat dan lapisan mukosa.
Pada peristiwa asam dan pepsin menembusi sel epithelial,mekanisme tambahan
pula berperan untuk mengurangi kecederaan. Di dalam sel epithelial, terdapat
pula pump ion untuk meregulasi pH intrasel di mana, ia berperan dalam
mengeluarkan ion hidrogen yang berlebih. Seiring proses ini, sel sehat akan
bermigrasi ke tempat cedera. Aliran darah mukosa akan mengeluarkan asam
yang berdifusi pada area cedera dan menyediakan bikarbonat untuk melapisi sel
epithelial sebagai ganti. Ulkus duodenum terjadi apabila terjadi perubahan pada
faktor agresif dan protektif, yang mana pada akhirnya keseimbangan berpihak
kepada asam gaster dan pepsin. Sebarang proses yang meningkat keasaman
gaster (misalnya individu dengan peningkatan output asam basal dan maksimal),
penurunan produksi prostaglandin (misalnya penggunaan NSAID) dan sesuatu
yang mengganggu lapisan mukosa (misalnya infeksi H. pylori) dapat
menyebabkan ketidakseimbangan faktor tersebut dan mengarah terjadinya ulkus
peptikum. Pemahaman penuh terhadap patofisiologi dan patogenesis ulkus
7
duodenum memerlukan penerangan singkat untuk 2 etiologi mayor yaitu infeksi
H. pylori dan penggunaan NSAID.
Infeksi H.pylori yang predominan di antral membuat suatu keadaan
keradangan dengan level produksi tumor necrosis factor–alpha (TNF-α) dan
sitokin lain yang tinggi. Keadaan ini menstimulasi produksi asam gaster secara
langsung dari gastrin yang disekresi sel G dan menginhibisi produksi
somatostatin dari sel D di antral. Hal ini menyebabkan peningkatan sekresi asam
gaster, melebihi pertahanan mukosa. Produksi asam yang berlebih ini
menyebabkan metaplasia gaster, dan juga mukosa duodenum. H. pylori dapat
berkolonisasi pada mukosa duodenum dan melekat pada sel. Perlekatan ini
memicu sinyal pelbagai second messenger yang seterusnya diikuti respon
imunologis terhadap sel sehingga menyebabkan kerusakan mukosa yang
disebabkan neutrofil host dan sel inflamasi lainnya. H. pylori juga bekerja dengan
cara lain seperti memproduksi protease yang mendegradasi lapisan mukosa
yang protektif, menurunkan epidermal growth factor, yang normalnya untuk
penyembuhan mukosa gaster dan duodenum,dan juga memproduksi urease.
Urease ini akan menghidrolisasi urea kepada ammonia dan karbon dioksida. Ion
hidrogen yang terhasil dari tindakbalas ammonia dan air dapat merusak mukosa
gaster dan duodenum. Selain itu H.pylori juga memproduksi protein yang
bertindak sebagai faktor kemotaktik untuk neutrofil dan monosit, suatu sel
proinflammatory.
Sedangkan NSAID sendiri bersifat patogenik melalui perannya
menginhibisi cyclooxygenase-1 (COX-1) pathway, yang secara normalnya
berperan dalam penghasilan prostaglandin protektif tadi. Prostaglandin ini
protektif karena perannya meningkatkan produksi bikarbonat dan lapisan
8
mukosa, namun yang lebih penting adalah ia turut berperan meningkatkan aliran
darah mukosa dan inhibisi prostaglandin ini akan mengarah ke gangguan pada
aliran darah, sehingga menyebabkan lapisan mukosa rawan terjadi kerusakan.7,8
Gambar 3. Skema pembentukan Prostaglandin
2.7 Komplikasi
Sebagian besar ulkus duodenum bisa disembuhkan tanpa disertai
komplikasi lanjut. Tetapi pada beberapa kasus, ulkus duodenum bisa
menyebabkan komplikasi yang bisa berakibat fatal, seperti penetrasi, perforasi,
perdarahan dan penyumbatan.9
Penetrasi.
Sebuah ulkus dapat menembus dinding otot dari lambung atau duodenum
dan sampai ke organ lain yang berdekatan, seperti hati atau pankreas.
Hal ini akan menyebabkan nyeri tajam yang hebat dan menetap, yang
bisa dirasakan di luar daerah yang terkena (misalnya di punggung,
karena ulkus duodenalis telah menembus pankreas). Nyeri akan
bertambah jika penderita merubah posisinya. 9
9
Perforasi
Ulkus di permukaan depan duodenum bisa menembus dindingnya dan
membentuk lubang terbuka ke rongga perut. Nyeri dirasakan secara tiba-
tiba, sangat hebat dan terus menerus, dan dengan segera menyebar ke
seluruh perut.
Penderita juga bisa merasakan nyeri pada salah satu atau kedua bahu,
yang akan bertambah berat jika penderita menghela nafas dalam.
Perubahan posisi akan memperburuk nyeri sehingga penderita seringkali
mencoba untuk berbaring mematung. Bila ditekan, perut terasa nyeri.
Demam menunjukkan adanya infeksi di dalam perut. Jika tidak segera
diatasi bisa terjadi syok.9,10
Perdarahan
Perdarahan adalah komplikasi yang paling sering terjadi. Gejala dari
perdarahan karena ulkus adalah muntah darah segar atau gumpalan
coklat kemerahan yang berasal dari makanan yang sebagian telah
dicerna atau tinja berwarna kehitaman atau tinja berdarah.9,10
Penyumbatan
Pembengkakan atau jaringan yang meradang di sekitar ulkus atau
jaringan parut karena ulkus sebelumnya, bisa mempersempit duodenum
(gastric outlet obstruction). Penderita akan mengalami muntah berulang,
dan seringkali memuntahkan sejumlah besar makanan yang dimakan
beberapa jam sebelumnya. Gejala lainnya adalah rasa penuh di perut,
perut kembung dan berkurangnya nafsu makan. Lama-lama muntah bisa
menyebabkan penurunan berat badan, dehidrasi dan ketidakseimbangan
mineral tubuh.10
10
2.8 Diagnosis dan Diagnosis Banding
Diagnosis ulkus peptikum ditegakkan berdasarkan : 1) pengamatan klinis,
dyspepsia, kelainan fisik yang dijumpai, 2) hasil pemeriksaan penunjang
(radiologi dan endoskopi), 3) hasil biosi untuk pemeriksaan CLO, histopatologi
kuman H. pylori.
Dari anamnesa pasien dengan ulkus duodenum sering mengeluhkan
nyeri di abdomen bagian atas dan dapat menjalar ke belakang. Nyeri dirasakan
hilang timbul. Seringnya saat lapar atau sebelum makan, dan berkurang dengan
pengambilan makanan atau konsumsi tablet antasida. Nyeri dapat
membangunkan pasien dari tidurnya. Gejala lain yang lebih jarang adalah
penurununan nafsu makan, penurunan berat badan, sensasi kembung, mual dan
berasa seperti hendak muntah.7
Gejala ulkus duodenum memiliki periode remisi dan eksaserbasi, menjadi
tenang dan berminggu-minggu-berbulan-bulan dan kemudian terjadi eksaserbasi
beberapa minggu merupakan gejala khas. Nyeri epigastirum merupakan gejala
yang paling dominan, nyeri seperti rasa terbakar, nyeri rasa lapar, rasa sakit/tidak
nyaman yang menganggu dan tidak terlokalisasi, biasanya terjadi setelah 90
menit- 3 jam post prandial dan nyeri dapat berkurang sementara sesudah
makan.7
Dari pemeriksaan fisik, tidak ada temuan fisikal yang karakteristik untuk
ulkus duodenum. Secara umumnya, kebanyakan pasien merasakan nyeri tekan
di epigastrium (tenderness) pada palpasi. Tetapi pemeriksaan ini mempunyai
nilai sensitifitas dan spesifitas yang rendah. Lebih jarang, nyeri dirasakan di right
11
upper quadrant (RUQ), left upper quadrant (LUQ), dan supraumbilikus. Pasien
dengan ulkus duodenum yang tidak complicated seringnya tanpa gejala.7
Pemeriksaan penunjang di antaranya adalah endoskopi, endoskopi telah
menjadi suatu prosedur diagnostik pilihan untuk pasien dengan suspek ulkus
duodenum. Walaubagaimanapun, pemeriksaan endoskopi ini bersifat invasif dan
lebih mahal dari tehnik pemeriksaan double- contrast Barium. Pemeriksaan
double- contrast traktus gastrointestinal atas masih menjadi alternatif
pemeriksaan paling berguna selain endosopi, tetapi mempunyai sensitivitas yang
rendah, terutamanya dalam mendeteksi ulkus duodenum yang berukuran kecil.
Pemeriksaan lain yang mungkin dapat dilakukan adalah pemeriksaan untuk
mendeteksi adanya H. pylori, misalnya pemeriksaan sampel feces, 'breath test',
atau pemeriksaan darah, atau juga dari pemeriksaan biopsy yang didapatkan
dari pemeriksaan endoskopi.10
Diagnosis banding untuk ulkus peptikum adalah ; 1) dyspepsia non ulkus,
2) dyspepsia fungsional, 3) tumor lambung/saluran cerna bagian atas 4) GERD,
5) Penyakit vascular, 6) penyakit pankreatobilier dan 7) penyakit gastroduodenal
Crohn’s.7
2.9 Pemeriksaan Penunjang
2.9.1 Endoskopi
Endoskopi telah menjadi suatu prosedur diagnostik pilihan untuk pasien
dengan suspek ulkus duodenum. Gambaran endoskopi untuk suatu ulkus jinak
berupa luka terbuka dengan pinggiran teratur, mukosa licin dan normal disertai
lipatan yang teratur keluar dari pinggiran ulkus. Karena tingginya kejadian
12
keganasan pada ulkus gaster (70%) maka dianjurkan untuk dilakukan biopsy dan
endoskopi ulang setelah 8-12 minggu terapi eradikasi.7
Gambar 4. Endoskopi ulkus duodenum
2.9.2 Pemeriksaan Histopatologis
Pemeriksaan histopatologis merupakan golden standard penegakan
diagnosis dari ulcus peptic. Pemeriksaan ini memiliki sensitifitas secara umum
90-95%. Pada umumnya pemeriksaan ini menggunakan pewarnaan Warthin-
Starry, Hematoxylin Eosin (HE), Giemsa (jaringan difiksasi dalam larutan formalin
10% atau dengan larutan Carnoy).
Gambaran histologi pada ulkus duodenum diantaranya terjadi
peningkatan jumlah sel goblet yang diwarna dengan Periodic acid-Schiff reagent
(PAS), peningkatan epitel yang dilakukan pewarnaan dengan PAS, peningkatan
atrofi vili, peningkatan ketinggian sel kolumnar, peningkatan sel inflamasi dan
mikro-erosi serta metaplasi.
Pada ulkus duodenum yang aktif didapatkan gambaran penurunan
jumlah sel goblet, vili, penumpulan dari vili, peningkatan ketinggian sel columnar,
peningkatan sel epitel dengan pewarnaan PAS. Setelah proses penyembuhan,
gambaran histology yang menetap adalah penumpulan vili.
13
2.9.3 Barium Doubel Kontras
Pasien harus dalam keadaan puasa. Sebelum dimulai, diberikan suntikan
antispasmodik, dengan maksud agar lambung dan usus tenang dan lemas
(supple atau pliable). Hal ini akan membantu membuat gambaran lambung
menjadi bagus dan halus. Pasien diminta meminum suspensi barium sulfat.
Kemudian dilanjutkan dengan kontras ganda. Kontras negatif yang paling bagus
14
Gambar 5. Sebuah glandula antral pada
lumen lambung koloni yang banyak dari H.
pylori yang telah di cat Giemsa (panah)
dengan pembesaran 250x.
Gambar 6. Peptic ulcer - duodenum
dan murah ialah udara. Sebuah tabung karet nasogastrik dimasukkan lewat
hidung dan esofagus ke dalam lambung, kemudian dipompakan udara.
Sebaiknya sebanyak jumlah suspensi yang diminum tadi (kira-kira 300 ml).
Dengan demikian lambung dan bulbus duodenum menjadi kembung dan selaput
lendir menjadi rata dan gambaran lambung menjadi jernih dan transparan.
Selaput lendirnya tidak kentara lagi, yang tampak sekarang adalah area
gastricnya. Ulkus kecil yang berukuran kurang dari 2 mm dapat terdeteksi
dengan cara ini, demikian pula sikatriksnya. Juga kanker yang masih kecil dan
masih berada di mukosa dapat terlihat.
Meskipun udara merupakan kontras negatif paling bagus dan bersih,
namun tidak disukai oleh pasien. Untuk itu dapat diganti dengan butiran yang
disebut effervescent powders. Pada prinsipnya, butiran ini terdiri atas natrium
bikarbonat dan asam lemah. Campuran kedua bahan ini dibuat sedimikian rupa
sehingga tidak bereaksi selama masih dalam tabung atau kapsulnya. Begitu
tabung terbuka dan serbukan tiba di mulut dan perut yang basah itu, maka
terjadilah reaksi kimiawi antara kedua bahan tersebut, yang menghasilkan gas
CO2 cukup banyak untuk pemeriksaan kontras ganda. Dalam cara DC memotret
ulkus en face lebih informatif daripada en profile (kebalikan dari cara SC).
Bahkan potret en profile dari ulkus dengan cara DC sering tidak kelihatan
lesinya.11
- Ulkus Bulbus Duodenum
Kawah ulkus bulbus duodenum digambarkan sebagai kontas barium yang
berbentuk bulat atau oval dengan batas tegas yang sering kali dikelilingi oleh
mukosa edema. Bayangan lipatan memancar konvergen ke tepi bentukan kawah
(Gambar 7). Ulkus di dinding anterior dapat dideteksi sebagai bayangan cincin
15
(Gambar 8), dengan lapisan barium menutupi bagian tepi ulkus yang tidak
terisi.11
Gambar 7. Gambaran Upper GI dengan barium dobel kontras. Ulkus duodenum pada dinding anterior
Gambar 8. Foto lateral dari ulkus dinding anterior duodenum pada pasien yang sama dengan foto sebelumnya
Bulbus duodenum sering mengalami deformitas karena edema dan
spasme yang berhubungan dengan ulkus atau parut dari ulkus sebelumnya
(Gambar 9,10). Ulkus kecil mungkin tidak terdeteksi pada bulbus yang
mengalami deformitas.11
16
Gambar 9. Foto barium single kontras menunjukkan adanya deformitas pada bulbus duodenum akibat ulkus yang rekuren.
Gambar 10. Foto barium dobel kontras pada pasien yang sama dengan foto sebelumnya.
- Ulkus Postbulbar
Ulkus postbulbar biasanya terletak di dinding medial proksimal
duodenum descenden di atas ampula vateri (Gambar 11,12) dan rentan
terhadap pendarahan. Deteksi kawah ulkus sering sulit karena adanya edema
dan spasme, yang juga dapat menyebabkan indentasi dari dinding lateral
duodenum descenden yang berlawanan dengan ulkus. Indentasi ini dapat
17
menyebabkan pembentukan striktur sebagai akibat dari fibrosis dan mungkin
dapat menyerupai bentukan suatu karsinoma duodenum.11
Gambar 11. Ulkus Postbulbar
Gambar 12. Foto barium single kontras pada pasien yang sama dengan foto
sebelumnya.
2.9.4 CT scan
CT-SCAN abdomen sering digunakan untuk menilai keadaan patologis
pada saluran pencernaan. Pemeriksaan CT-SCAN dapat digunakan untuk
menilai kelainan kelainan kongenital, traumatik, keradangan, maupun
keganasan. CT-SCAN konvensional diperoleh dengan menggunakan kontras
18
radioopak untuk menggambarkan saluran pencernaan. Jika ada kecurigaan lesi,
beberapa teknik dapat digunakan untuk mengoptimalkan gambar. Kontras yang
diminum membantu meningkatkan opasitas duodenum, dan bikarbonat
merangsang pembentukan gas karbondioksida dapat mendistensikan lambung
dan duodenum. Jika terdapat abnormalitas pada mukosa, maka kontras yang
digunakan adalah kontras dengan atenuasi rendah seperti air atau susu.
Pemberian kontras intravena dengan helical thin collimation berguna dalam
identifikasi struktur vaskuler dan meningkatkan tanda lesi duodemum.12
Ulkus duodenum yang mengalami perforasi dapat didiagnosa dengan CT-
SCAN melalui adanya (a) penebalan dinding (b) cairan periduodenal (c) udara
retroperitoneal atau (d) udara intraperitoneal.12
Gambar 13. Nyeri perut dan perforasi ulkus duodenum pada laki – laki berusia 79 tahu. CT-SCAN diperoleh dengan kontras oral menunjukkan ekstravasasi kontras bagian lateral duodenum (panah putih) dan kebocaran kontras pada hepar (panah hitam).
19
Gambar 14. Ulkus duodenum yang menyebabkan obstruksi gastric outlet pada laki – laki 79 tahun. CT-SCAN didapatkan dengan kontras oral menunjukkan dilatasi lambung dan penebalan dinding bulbus duodenum dengan lemak periduodenal yang tersebar (panah)
2.9.5 MRI
Secara tradisional, MRI hanya memberikan manfaat yang terbatas dalam
pemeriksaan abdomen karena banyaknya artefak yang bergerak. Dengan
adanya peningkatan gradien dan pencitraan dengan menahan napas telah
memungkinkan pencitraan MRI terhadap abdomen dan pelvis pada sebagian
besar pasien. Sebagai tambahan, untuk mencapai pencitraan yang optimal
dengan MRI seringkali membutuhkan penggunaan sejumlah besar volume zat
kontras positif atau negatif yang diberikan baik secara oral atau melalui selang
nasojejunal atau rektal.13
Akan tetapi, pasien dengan penyakit akut mungkin tidak dapat
mentoleransi pemberian sejumlah besar cairan per oral. Jika terjadi distensi usus
suboptimal, akan terjadi gangguan dalam mendeteksi segmen-segmen usus
yang terinflamasi. Parameter-parameter penyakit aktif mencakup penebalan
dinding, proliferasi fibrosa dan lemak, dan enhancement dinding usus dengan zat
kontras gadolinium-based.13
Selama fase inflamasi aktif, enhancement gadolinium dinding usus dapat
pula terlihat pada pencitraan T2-weighted, dan dapat dengan mudah dibedakan
dari usus yang normal. Secara singkatnya, pada MRI, satu-satunya tanda
adanya ulkus pada duodenum adalah apabila didapatkan penebalan dinding atau
20
penyempitan dengan inflamasi pada jaringan lemak sekeliling; ( surrounding fat).
Crater; kawah ulkus jarang sekali terlihat pada gambaran cross sectional.
Walaubagaimanapun, MRI maupun CT scan dapat mendeteksi lesi kecil
seukuran 1- 2 cm dalam diameter.13
Gambar 15. MRI usus kecil follow trough pada wanita 34 tahun dengan Chron’s disease. Gambaran menunjukkan adanya penebalan (panah putih) dan ulcerasi (panah hitam melengkung) dari duodenum. Tampak pemisahan dari loop usus halus dan peningkatan lemak mesenterika.
2.9.6 Skintigrafi
Teknik pengobatan nuklir menawarkan berbagai macam cara untuk
mengevaluasi motilitas saluran pencernaan. Pengosongan lambung tetap
menjadi baku emas untuk mempelajari fungsi motorik lambung, namun
aplikasinya di berbagai center masih terbatas untuk menilai pengosongan
lambung total meskipun data yang menunjukkan penilaian fungsi fundus dan
antrum mempunyai nilai klinik untuk mengevaluasi pasien dengan dispepsia.13
Pengosongan lambung yang cepat adalah faktor utama pada dumping
syndrome biasanya terlihat setelah pembedahan ulkus pepticum dengan dan
tanpa vagotomi. Gejala awalnya terjadi pada jam awal setelah makan, gejala
21
dapat berupa diare, abdominal discomfort, mual, kembung, dan gejala
vasomotor. Beberapa gejala ini sulit dibedakan dengan gejala gastroparesis.
Dumping syndrome yang lama dapat memberikan gejala diaforesis, palpitasi,
kelemahan.13
Cara sederhana untuk menilai pengosongan lambung data dilaporkan
50% pengosongan (T1/2) atau menggunakan prosentasi pengosongan yang
ditentukan setelah makanan masuk. Sampai sekarang, penilaian pengosongan
lambung dilakukan sampai 2 jam setelah makan. Penelitian terbaru menunjukkan
bahwa prosentasi pengosongan lambung 4 jam lebih akurat dan mendeteksi
lebih banyak pasien dengan kelainan pengosongan lambung. Akan tetapi masih
diperdebatkan berapa lama pengosongan lambung harus dilakukan dan apa
parameter yang terbaik untuk menilai pengosongan lambung.13
Pada pemeriksaan skintigrafi, pasien diberi 100 ml air yang dicampur
dengan 500µCi koloid sulfur yang dilabel dengan technetium 99m. Pasien berada
pada posisi supine kemudian dilakukan akuisisi dengan gamma kamera selama
kurang lebih 1 jam dengan interval masing-masing selama 5 menit.
Pada ulkus duodenum akan tampak adanya gambaran peningkatan
aktivitas radio nuklida pada daerah superior dari bulbus duodenum dan antrum
gaster, yang diambil secara berurutan yaitu pada menit ke 5, 10, 15, 20, dan 25.
(Gambar 15). Tampak adanya peningkatan intensitas dan penyebaran ke arah
superior ke kurvatura minor. Tidak ada bukti adanya obstruksi outlet gaster,
namun kemungkinan ada kelambatan pengosongan gaster. Pada gambar di
bawah ini, tampaknya ada perforasi dari area posterior dari bulbus duodenum.
22
Gambar 16. A: Foto awal bagian anterior dari saluran cerna bagian atas. Aktivitas radio nuklida abnormal di superior dari bulbus duodenum (tanda panah terbuka). B-D: Foto serial pada menit ke 5, 15 dan 20 menunjukkan area dengan peningkatan aktivitas yang progresif di superior dari kurvatura minor. (tanda panah tertutup)
Gambaran skintigrafi yang lain yang kami temukan adalah gambaran
serial yang menunjukkan adanya akumulasi radiotracer yang semakin meningkat
seiring bertambahnya waktu pengambilan foto.
23
Gambar 17. Akumulasi radiotracer yang semakin meningkat seiring penambahan waktu.
2.9.7 USG Abdomen
USG addomen menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan
gambaran dari organ-organ dan struktur lain di perut bagian atas. Kadang-
kadang USG khusus digunakan untuk evaluasi lebih rinci tentang organ tertentu,
24
seperti USG ginjal. USG perut dapat mengevaluasi aorta abdominal, liver,
gallblader, pankreas, spleen dan kidney.
Gambar 18. Ulkus Duodenum. Gambaran oblique di abdomen bagian atas menunjukkan fokus echogenic (panah) di duodenum (DUO), yang menunjukkan udara di cekungan ulkus dari ulkus duodenum.
Gambar 19. Ulkus Duodenum Perforata. Gambaran USG menunjukkan adanya penebalan dari dinding septum kandung empedu, cairan bebas di kantong Morrison (panah putih) dan foci hiperreflektif (panah hitam) dengan artefak “ekor komet” pada fissure ligamentum teres (panah putih kecil). Selain itu didapatkan penebalan dinding duodenum
25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
- Ulkus duodenum adalah suatu defek mukosa / submukosa yang berbatas
tegas, yang dapat menembus muskularis mukosa sampai lapisan serosa
sehingga dapat terjadi perforasi. Sebagian besar terjadi di area bulbus
duodenum.
- Patogenesis ulkus duodenum melibatkan 2 etiologi mayor yaitu infeksi H. pylori
dan penggunaan NSAID
- Diagnosis ulkus peptikum ditegakkan berdasarkan : 1) pengamatan klinis,
dyspepsia, kelainan fisik yang dijumpai, 2) hasil pemeriksaan penunjang
(radiologi dan endoskopi), 3) hasil biopsi untuk pemeriksaan CLO, histopatologi
kuman H. pylori.
- Ulkus bulbus duodenum digambarkan sebagai kontas barium yang berbentuk
bulat atau oval dengan batas tegas yang sering kali dikelilingi oleh mukosa
edema.
3.2 Saran
- Apabila seorang pasien dicurigai mengalami ulkus duodenum, maka
pemeriksaan penunjang paling awal yang dirasa tepat adalah pemeriksaan
radiologis dengan barium kontras ganda. Karena pemeriksaan ini tidak invasif
dan lebih murah.
- Apabila tidak didapatkan kelainan dari pemeriksaan radiologis, kemungkinan
ulkus tersebut berukuran kecil, sehingga perlu pemeriksaan penunjang lain
yang lebih detail seperti endoskopi.
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Thomson, Alan. 2010. Duodenal Ulcers.
http://emedicine.medscape.com/article/173727-diagnosis . Diakses tanggal
25 Maret 2011
2. Yoga. A, Ukus duodenum, 2009. Online:
http://yhogatimur.blogspot.com/2009/09/ulkus-duodenum.html (Diakses
tanggal 26 Maret 2011)
3. Learningradiology.com, Duodenal Ulcer Disease, 2009 .Online:
http://www.learningradiology.com/notes/ginotes/duodenalulcerpage.htm
(Diakses tanggal 26 Maret 2011)
4. Isaac Hassan, MB, ChB, FRCR, DMRD, 2009. Imaging in Duodenal Ulcers.
Online: http://emedicine.medscape.com/article/367878-media. (Diakses
tanggal 24 Maret 2011)
5. Alan BR Thomson, MD dkk, 2010. Duodenal Ulcers. Online:
http://emedicine.medscape.com/article/173727-overview. (Diakses tanggal 26
Maret 2011)
6. Manuka H. , Duodenal ulcer, 2011. Online:
http://www.patient.co.uk/health/Duodenal-Ulcer.htm. (Diakses tanggal 27
Maret 2011)
7. Akil, H.A.M, Tukak duodenum, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, editor
Aru W. Sudoyo, dkk., Edisi IV, FKUI, 2007.
8. University of Maryland, Digestive disorders, 2008. Online:
http://www.umm.edu/digest/ulcers.htm. (Diakses tanggal 27 Maret 2011)
9. Gina S., Ulkus Peptikum (Peptic Ulcer Disease), 2010 .Online:
http://ginaseptiani.blogspot.com/2010/04/ulkus-peptikum-peptic-ulcer-
disease.html. (Diakses tanggal 27 Maret 2011)
10. Samporna N. 2009. Ulkus Duodenum.
http://www.indonesiaindonesia.com/f/10771-ulkus- peptikum/ . Diakses
tanggal 27 Maret 2011.
27
11. Hassan, Issac. 2009. Imaging in Duodenal Ulcers.
http://emedicine.medscape.com/article/367878-overview. Diakses tanggal 25
Maret 2011
12. CT of the Duodenum: An Overlooked Segment Gets Its Due. 2001.
Jayaraman, Mahesh V; Mayo-Smith, William W; Movson, Jonathan S; Dupuy,
Damian E; Wallach, Michael T. Page 147 – 160
13. Neal C. Dalrymple, dkk, 2009 .Problem Solving in Abdominal Imaging.
Elsevier Health Science; Halaman 433.
14. Maurer, Alan H dan Parkman, Henry P. 2006. Update on Gastrointestinal
Scintigraphy. Seminar in Nuclear Medicine 36 : 110 – 118
28