Referat OMA

54
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otitis media akut (OMA) adalah suatu radang mukoperiosteum dari rongga telinga tengah yang disebabkan oleh bakteri. Pada umumnya merupakan komplikasi dari infeksi atau radang saluran nafas atas, misalnya common cold, influenza, sinusitis, morbili, dan sebagainya. Infeksi kebanyakan melaui tuba Eustachii, selanjutnya masuk ke telinga tengah. Adapun infeksi saluran nafas bagian atas akan menyebabkan invasi kuman ke telinga tengah bahkan sampai ke mastoid. Kuman penyebab utama adalah bakteri piogenik seperti Streptococcus hemolitikus, Staphylococcus aereus, Streptococcus pneumonia dan Haemophilus influeza. OMA lebih sering terjadi pada anak oleh karena infeksi saluran nafas atas sangat sering terjadi pada anak–anak dan bentuk anatomi tuba Eustachii pada anak lebih pendek, lebar dan agak horisontal letaknya dibanding orang dewasa. Dengan keadaan itu infeksi mudah menjalar melalui tuba Eustachii. Menurut Klein dan Howie frekuwensi tertinggi di OMA terdapat pada bayi dan anak berumur 0-2 tahun. Sedangkan menurut Moch. Zaman melaporkan 50 % dari 4

description

tht

Transcript of Referat OMA

Page 1: Referat OMA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Otitis media akut (OMA) adalah suatu radang mukoperiosteum

dari rongga telinga tengah yang disebabkan oleh bakteri. Pada umumnya

merupakan komplikasi dari infeksi atau radang saluran nafas atas, misalnya

common cold, influenza, sinusitis, morbili, dan sebagainya.

Infeksi kebanyakan melaui tuba Eustachii, selanjutnya masuk ke

telinga tengah. Adapun infeksi saluran nafas bagian atas akan menyebabkan

invasi kuman ke telinga tengah bahkan sampai ke mastoid. Kuman penyebab

utama adalah bakteri piogenik seperti Streptococcus hemolitikus,

Staphylococcus aereus, Streptococcus pneumonia dan Haemophilus influeza.

OMA lebih sering terjadi pada anak oleh karena infeksi saluran nafas atas

sangat sering terjadi pada anak–anak dan bentuk anatomi tuba Eustachii pada

anak lebih pendek, lebar dan agak horisontal letaknya dibanding orang

dewasa. Dengan keadaan itu infeksi mudah menjalar melalui tuba Eustachii.

Menurut Klein dan Howie frekuwensi tertinggi di OMA terdapat pada bayi

dan anak berumur 0-2 tahun. Sedangkan menurut Moch. Zaman melaporkan

50 % dari kasus OMA ditemukan pada anak berumur 0–5 tahun dan

frekwensi tertinggi pada umur 0-1 tahun. Gejala klinis dari OMA antara lain

sakit telinga, demam, kadang disertai otore bila telah terjadi perforasi dari

membran timpani. OMA dapat sembuh dengan atau tanpa disertai perforasi

membran timpani, tetapi dapat pula berlanjut menjadi otitis media kronik

(OMK) dan otitis media dengan efusi (OME). Proses peradangan akut pada

telinga tengah berjalan cepat dan sebagian dapat menimbulkan proses

destruktif, tidak hanya mengenai mukoperiostium saja tetapi juga mengenai

tulang-tulang sekitarnya karena telinga tengah hanya dibatasi tulang-tulang

yang tipis. Adapun penjalaran penyakit ke daerah sekitarnya tergantung pada

keadaan penyakitnya sendiri dan terapi yang diberikan. Otitis media akut atau

OMA dapat memberikan komplikasi seperti abses subperiosteal sampai

4

Page 2: Referat OMA

komplikasi yang berat (meningitis dan abses otak).

Standar kompetensi dokter umum terhadap otitis media adalah 4A,

artinya penangan harus diselesaikan sampai tuntas oleh dokter umum sendiri

tanpa merujuk. Oleh karena itu kemampuan dalam mendiagnosis OMA

secara tepat dan akurat haruslah di miliki terutama oleh tenaga kesehatan.

B. Tujuan

Tujuan dari penulisan referat ini untuk mengetahui penegakan

diagnosis secara cepat dan tepat serta mengetahui tanda-tanda yang mengarah

ke komplikasi sehingga dapat segera merujuk pada waktu yang tepat.

BAB II

5

Page 3: Referat OMA

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa liang

telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid.

Otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non-

supuratif, dimana masing-masing memiliki bentuk akut dan kronis. Otitis

media akut termasuk dalam bentuk otitis media supuratif. Otitis media

akut ialah peradangan telinga tengah yang mengenai sebagian atau seluruh

periosteum dan terjadi dalam waktu kurang dari 3 minggu.1

B. Etiologi

1. Bakteri

Bakteri piogenik merupakan penyebab OMA yang tersering.

Menurut penelitian, 65-75% kasus OMA dapat ditentukan jenis bakteri

piogeniknya melalui isolasi bakteri terhadap kultur cairan atau efusi

telinga tengah. Kasus lain tergolong sebagai non-patogenik karena tidak

ditemukan mikroorganisme penyebabnya. Tiga jenis bakteri penyebab

otitis media tersering adalah Streptococcuspneumoniae (40%), diikuti oleh

Haemophilus influenzae (25-30%) dan Moraxella catarhalis (10-15%)2.

Kira-kira 5% kasus dijumpai patogen-patogen yang lain seperti

Streptococcus pyogenes (group A beta-hemolytic), Staphylococcus aureus,

dan organisme gram negatif. Staphylococcus aureusdan organisme gram

negatif banyak ditemukan pada anak dan neonatus yang menjalani rawat

inap di rumah sakit. Haemophilus influenzae sering dijumpai pada anak

balita.Jenis mikroorganisme yang dijumpai pada orang dewasa juga

sama dengan yang dijumpai pada anak-anak2.

6

Page 4: Referat OMA

2. Virus

Virus juga merupakan penyebab OMA. Virus dapat dijumpai

tersendiri atau bersamaan dengan bakteri patogenik yang lain. Virus

yangpaling sering dijumpai pada anak-anak, yaitu respiratory syncytial

virus (RSV), influenza virus, atau adenovirus (sebanyak 30-40%). Kira-

kira 10-15% dijumpai parainfluenza virus, rhinovirus atau enterovirus.

Virus akan membawa dampak buruk terhadap fungsi tuba Eustachius,

menganggu fungsi imun lokal, meningkatkan adhesi bakteri, menurunkan

efisiensi obat antimikroba dengan menganggu mekanisme

farmakokinetiknya2. Dengan menggunakan teknik polymerase chain

reaction (PCR) dan virus specific enzyme-linked immunoabsorbent assay

(ELISA), virus-virus dapat diisolasi dari cairan telinga tengah pada anak

yang menderita OMA pada 75% kasus2,3.

C. Faktor Risiko

Faktor risiko terjadinya otitis media adalah umur, jenis kelamin,

ras, faktor genetik, status sosioekonomi serta lingkungan, asupan air susu

ibu (ASI) atau susu formula, lingkungan merokok, kontak dengan anak

lain, abnormalitas kraniofasialis kongenital, status imunologi, infeksi

bakteri atau virus di saluran pernapasan atas, disfungsi tuba Eustachius,

inmatur tuba Eustachius dan lain-lain2. Faktor umur juga berperan dalam

terjadinya OMA.

Peningkatan insidens OMA pada bayi dan anak-anak kemungkinan

disebabkan oleh struktur dan fungsi tidak matang atau imatur

tubaEustachius. Selain itu, sistem pertahanan tubuh atau status imunologi

anak juga masih rendah. Insidens terjadinya otitis media pada anak laki-

laki lebih tinggi dibanding dengan anak perempuan. Anak-anak pada ras

Native American, Inuit, dan Indigenous Australian menunjukkan

prevalensi yang lebih tinggi dibanding dengan ras lain. Faktor genetik juga

berpengaruh. Status sosioekonomi juga berpengaruh, seperti kemiskinan,

7

Page 5: Referat OMA

kepadatan penduduk, fasilitas higiene yang terbatas, status nutrisi rendah,

dan pelayanan pengobatan terbatas, sehingga mendorong terjadinya OMA

pada anak-anak. ASI dapat membantu dalam pertahanan tubuh. Oleh

karena itu, anak-anak yang kurangnya asupan ASI banyak menderita

OMA.

Lingkungan merokok menyebabkan anak-anak mengalami OMA

yang lebih signifikan dibanding dengan anak-anak lain. Dengan adanya

riwayat kontak yang sering dengan anak-anak lain seperti di pusat

penitipan anak-anak, insidens OMA juga meningkat. Anak dengan adanya

abnormalitas kraniofasialis kongenital mudah terkena OMA karena fungsi

tuba Eustachius turut terganggu, anak mudah menderita penyakit telinga

tengah. Otitis media merupakan komplikasi yang sering terjadi akibat

infeksi saluran napas atas, baik bakteri atau virus2.

D. Klasifikasi

Otitis Media adalah peradangan pada sebagian atau seluruh mukosa

telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Otitis

media berdasarkan gejalanya dibagi atas otitis media efusi dan otitis media non

efusi, di mana masing-masing memiliki bentuk yang akut dan kronis. Selain itu,

juga terdapat jenis otitis media spesifik, seperti otitis media tuberkulosa, otitis

media sifilitika. Otitis media yang lain adalah otitis media adhesiva4. Sebelum

membicarakan tentang otitis media akan lebih baik bila kita memahami

terminologi berikut ini: Otitis media adalah peradangan pada telinga tengah dan

sistem sel udara mastoid. Otitis media efusi (OME) adalah peradangan telinga

tengah dan mastoid yang ditandai dengan akumulasi cairan di telinga tengah

tanpa disertai tanda atau gejala infeksi akut. Otitis media akut (OMA) adalah

proses infeksi yang ditentukan oleh adanya cairan di telinga tengah dan disertai

tanda dan gejala seperti nyeri telinga (otalgia), rasa penuh di telinga atau

gangguan dengar, serta gejala penyerta lainnya tergantung berat ringannya

penyakit, antara lain: demam, iritabilitas, letargi, anoreksia, vomiting, bulging

hingga perforasi membrana timpani, yang dapat diikuti dengan drainase

8

Page 6: Referat OMA

purulen.

Otitis media kronik (OMK) adalah proses peradangan di telinga tengah dan

mastoid yang menetap > 12 minggu4,5.

E. Patogenesis

Fungsi abnormal tuba Eustachius merupakan faktor yang penting

pada otitis media. Tuba Eustachius adalah saluran yang menghubungkan

rongga telinga tengah dengan nasofaring, yang terdiri atas tulang rawan

pada dua pertiga ke arah nasofaring dan sepertiganya terdiri atas tulang5.

Tuba Eustachius biasanya dalam keadaan steril serta tertutup dan baru

terbuka apabila udara diperlukan masuk ke telinga tengah atau pada saat

mengunyah, menelan dan menguap. Pembukaan tuba dibantu oleh

kontraksi muskulus tensor veli palatini apabila terjadi perbedaan tekanan

telinga tengah dan tekanan udara luar antara 20 sampai dengan 40 mmHg.

Tuba Eustachius mempunyai tiga fungsi penting, yaitu ventilasi, proteksi,

dan drainase sekret. Ventilasi berguna untuk menjaga agar tekanan udara

dalam telinga tengah selalu sama dengan tekanan udara luar. Proteksi,

yaitu melindung telinga tengah dari tekanan suara, dan menghalangi

masuknya sekret atau cairan dari nasofaring ke telinga tengah. Drainase

bertujuan untuk mengalirkan hasil sekret cairan telinga tengah ke

nasofaring2,4.

Pathogenesis OMA pada sebagian besar anak-anak dimulai oleh

infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) atau alergi, sehingga terjadi

kongesti dan edema pada mukosa saluran napas atas, termasuk nasofaring

dan tuba Eustachius. Tuba Eustachius menjadi sempit, sehingga terjadi

sumbatan tekanan negatif pada telinga tengah. Bila keadaan demikian

berlangsung lama akan menyebabkan refluks dan aspirasi virus atau

bakteridari nasofaring ke dalam telinga tengah melalui tuba Eustachius.

Mukosa telinga tengah bergantung pada tuba Eustachius untuk mengatur

proses ventilasi yang berkelanjutan dari nasofaring. Jika terjadi gangguan

akibat obstruksi tuba, akan mengaktivasi proses inflamasi kompleks dan

9

Page 7: Referat OMA

terjadi efusi cairan ke dalam telinga tengah. Ini merupakan faktor pencetus

terjadinya OMA dan otitis media dengan efusi. Bila tuba Eustachius

tersumbat, drainase telinga tengah terganggu, mengalami infeksi serta

terjadi akumulasi sekret ditelinga tengah, kemudian terjadi proliferasi

mikroba patogen pada sekret. Akibat dari infeksi virus saluran pernapasan

atas, sitokin dan mediator-mediator inflamasi yang dilepaskan akan

menyebabkan disfungsi tuba Eustachius. Virus respiratori juga dapat

meningkatkan kolonisasi dan adhesi bakteri, sehingga menganggu

pertahanan imum pasien terhadap infeksi bakteri. Jika sekret dan pus

bertambah banyak dari proses inflamasi lokal, perndengaran dapat

terganggu karena membran timpani dan tulang-tulang pendengaran tidak

dapat bergerak bebas terhadap getaran. Akumulasi cairan yang terlalu

banyak akhirnya dapat merobek membran timpani akibat tekanannya yang

meninggi2.

Obstruksi tuba Eustachius dapat terjadi secara intraluminal dan

ekstraluminal. Faktor intraluminal adalah seperti akibat ISPA, dimana

proses inflamasi terjadi, lalu timbul edema pada mukosa tuba serta

akumulasi sekret di telinga tengah. Selain itu, sebagian besar pasien

dengan otitis media dihubungkan dengan riwayat fungsi abnormal dari

tuba Eustachius, sehingga mekanisme pembukaan tuba terganggu. Faktor

ekstraluminal seperti tumor, dan hipertrofi adenoid2.

Hydrops ex Vacuo Theory

Teori ini dikemukakan oleh Adam Politzer seabad yang lalu. Pada

keadaan normal total tekanan equilibrium terhadap lingkungan luar adalah

760 mmHg. Tekanan parsial pada mukosa telinga tengah 710 mmHg,

sedangkan terdapat tekanan 50 mmHg pada telingga tengah yang

pertukaran udara secara diffuse pada telinga tengah ke mukosa. Jika tuba

tertutup maka akan terjadi tekanan negatif pada telinga tengah.sehingga

timbul transudasi cairan dari mukosa ke telinga tengah.

10

Page 8: Referat OMA

GANGGUAN TUBE

EFUSITek (–)AMCT

SEMBUH / NORMAL

Infeksi (-)

OME

Sembuh

OMA

OMSK / OMPOME

ETIOLOGI-Perubahan Tekanan udara tiba-tiba-Alergi-Infeksi-SumbatanSekretTamponTumor

Tuba tetap terganggu + Ada Infeksi

Bagan 1. Patofisiologi OMA

Penyebab-penyebab Anak Mudah Terserang OMA

Dipercayai bahwa anak lebih mudah terserang OMA dibanding

dengan orang dewasa. Ini karena pada anak dan bayi, tuba lebih pendek,

lebih lebar dan kedudukannya lebih horizontal dari tuba orang dewasa,

sehingga infeksi saluran pernapasan atas lebih mudah menyebar ke telinga

tengah. Panjang tuba orang dewasa 37,5 mm dan pada anak di bawah

umur 9 bulan adalah 17,5 mm4,5. Ini meningkatkan peluang terjadinya

refluks dari nasofaring menganggu drainase melalui tuba Eustachius.

Insidens terjadinya otitis media pada anak yang berumur lebih tua

berkurang, karena tuba telah berkembang sempurna dan diameter tuba

Eustschius meningkat, sehingga jarang terjadi obstruksi dan disfungsi

tuba. Selain itu, sistem pertahanan tubuh anak masih rendah sehingga

mudah terkena ISPA lalu terinfeksi di telinga tengah. Adenoid merupakan

11

Page 9: Referat OMA

salah satu organ di tenggorokan bagian atas yang berperan dalam

kekebalan tubuh. Pada anak, adenoid relatif lebih besar dibanding orang

dewasa. Posisi adenoid yang berdekatan dengan muara tuba Eustachius

sehingga adenoid yang besar dapat mengganggu terbukanya tuba

Eustachius. Selain itu, adenoid dapat terinfeksi akibat ISPA kemudian

menyebar ke telinga tengah melalui tuba Eustachius2,4,5.

Gambar 1. Perbedaan Antara Tuba Eustachius pada Anak-anak dan

Orang Dewasa

Stadium OMA:

OMA dalam perjalanan penyakitnya dibagi menjadi lima stadium,

bergantung pada perubahan pada mukosa telinga tengah, yaitu stadium

oklusi tuba Eustachius, stadium hiperemis atau stadium pre-supurasi,

stadium supurasi, stadium perforasi dan stadium resolusi5.

12

Page 10: Referat OMA

Gambar 2. Membran timpani normal

1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius

Pada stadium ini, terdapat sumbatan tuba Eustachius yang

ditandai oleh retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan

intratimpani negatif di dalam telinga tengah, dengan adanya absorpsi

udara. Retraksi membran timpani terjadi dan posisi malleus menjadi

lebih horizontal, refleks cahaya juga berkurang. Edema yang terjadi

pada tuba Eustachius juga menyebabkannya tersumbat. Selain

retraksi, membran timpani kadang-kadang tetap normal dan tidak ada

kelainan, atau hanya berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah

terjadi tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini sulit dibedakan dengan

tanda dari otitis media serosa yang disebabkan oleh virus dan alergi.

Tidak terjadi demam pada stadium ini 2,5.

2. Stadium Hiperemis atau Stadium Pre-supurasi

Pada stadium ini, terjadi pelebaran pembuluh darah di

membran timpani, yang ditandai oleh membran timpani mengalami

hiperemis, edema mukosa dan adanya sekret eksudat serosa yang sulit

terlihat. Hiperemis disebabkan oleh oklusi tuba yang berpanjangan

sehingga terjadinya invasi oleh mikroorganisme piogenik. Proses

inflamasi berlaku di telinga tengah dan membran timpani menjadi

kongesti. Stadium ini merupakan tanda infeksi bakteri yang

menyebabkan pasien mengeluhkan otalgia, telinga rasa penuh dan

demam. Pendengaran mungkin masih normal atau terjadi gangguan

ringan, tergantung dari cepatnya proses hiperemis. Hal ini terjadi

karena terdapat tekanan udara yang meningkat di kavum timpani.

Gejala-gejala berkisar antara dua belas jam sampai dengan satu hari2,4.

13

Page 11: Referat OMA

Gambar 3. membran timpani hiperemi

3. Stadium Supurasi

Stadium supurasi ditandai oleh terbentuknya sekret eksudat

purulen atau bernanah di telinga tengah dan juga di sel-sel mastoid.

Selain itu edema pada mukosa telinga tengah menjadi makin hebat

dan sel epitel superfisial terhancur. Terbentuknya eksudat yang

purulen di kavum timpani menyebabkan membran timpani menonjol

atau bulging ke arah liang telinga luar Pada keadaan ini, pasien akan

tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat serta rasa nyeri di

telinga bertambah hebat. Pasien selalu gelisah dan tidak dapat tidur

nyenyak. Dapat disertai dengan gangguan pendengaran konduktif.

Pada bayi demam tinggi dapat disertai muntah dan kejang. Stadium

supurasi yang berlanjut dan tidak ditangani dengan baik akan

menimbulkan iskemia membran timpani, akibat timbulnya nekrosis

mukosa dan submukosa membran timpani. Terjadi penumpukan nanah

yang terus berlangsung di kavum timpani dan akibat tromboflebitis

vena-vena kecil, sehingga tekanan kapiler membran timpani

meningkat, lalu menimbulkan nekrosis. Daerah nekrosis terasa lebih

lembek dan berwarna kekuningan atau yellow spot. Keadaan stadium

supurasi dapat ditangani dengan melakukan miringotomi. Bedah kecil

ini kita lakukan dengan menjalankan insisi pada membran timpani

sehingga nanah akan keluar dari telinga tengah menuju liang telinga

luar. Luka insisi pada membran timpani akan menutup kembali,

14

Page 12: Referat OMA

sedangkan apabila terjadi ruptur, lubang tempat perforasi lebih sulit

menutup kembali. Membran timpani mungkin tidak menutup kembali

jikanya tidak utuh lagi2,5.

Gambar 4. Membran Timpani Bulging dengan Pus Purulen

4. Stadium Perforasi

Stadium perforasi ditandai oleh rupt ur membran timpani

sehingga sekret berupa nanah yang jumlahnya banyak akan mengalir

dari telinga tengah ke liang telinga luar. Kadang-kadang pengeluaran

sekret bersifat pulsasi (berdenyut). Stadium ini sering disebabkan oleh

terlambatnya pemberian antibiotik dan tingginya virulensi kuman

Setelah nanah keluar, anak berubah menjadi lebih tenang, suhu tubuh

menurun dan dapat tertidur nyenyak.Jika mebran timpani tetap

perforasi dan pengeluaran sekret atau nanah tetap berlangsung

melebihi tiga minggu, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif

subakut. Jika kedua keadaan tersebut tetap berlangsung selama lebih

satu setengah sampai dengan dua bulan, maka keadaan itu disebut

otitis media supuratif kronik 2,4,5.

15

Page 13: Referat OMA

Gambar 5. Membran timpani perforasi

5. Stadium Resolusi

Keadaan ini merupakan stadium akhir OMA yang diawali

dengan berkurangnya dan berhentinya otore. Stadium resolusi ditandai

oleh membran timpani berangsur normal hingga perforasi membran

timpani menutup kembali dan sekret purulen akan berkurang dan

akhirnya kering. Pendengaran kembali normal. Stadium ini

berlangsung walaupun tanpa pengobatan, jika membran timpani

masih utuh, daya tahan tubuh baik, dan virulensi kuman rendah.

Apabila stadium resolusi gagal terjadi, maka akan berlanjut menjadi

otitis media supuratif kronik. Kegagalan stadium ini berupa perforasi

membran timpani menetap, dengan sekret yang keluar secara terus-

menerus atau hilang timbul. Otitis media supuratif akut dapat

menimbulkan gejala sisa berupa otitis media serosa. Otitis media

serosa terjadi jika sekret menetap di kavum timpani tanpa mengalami

perforasi membran timpani2,5.

16

Page 14: Referat OMA

F. Gejala Klinis

Gejala klinis OMA bergantung pada stadium penyakit serta umur

pasien. Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah rasa

nyeri di dalam telinga, di samping suhu tubuh yang tinggi. Biasanya

terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya. Pada anak yang lebih besar atau

pada orang dewasa, selain rasa nyeri, terdapat gangguan pendengaran

berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang mendengar. Pada bayi dan

anak kecil, gejala khas OMA adalah suhu tubuh tinggi dapat mencapai

39,5°C (pada stadium supurasi), anak gelisah dan sukar tidur, tiba-tiba

anak menjerit waktu tidur, diare, kejang-kejang dan kadang-kadang anak

memegang telinga yang sakit. Bila terjadi ruptur membran timpani, maka

sekret mengalir ke liang telinga, suhu tubuh turun dan anak tidur tenang4,5.

Penilaian klinik OMA digunakan untuk menentukan berat atau ringannya

suatu penyakit. Penilaian berdasarkan pada pengukuran temperatur,

keluhan orang tua pasien tentang anak yang gelisah dan menarik telinga

17

Page 15: Referat OMA

atau tugging, serta membran timpani yang kemerahan dan membengkak

atau bulging.

Tabel 1. Tanda dan gejala OMA

Gejala dan tanda OMA Otitis Media dengan

Efusi

Nyeri telinga, demam, rewel + -

Efusi telinga tengah + +

Gendang telinga suram +/- +/-

Gendang telinga mengembung + -

Gerakan gendang berkurang + +

Berkurangnya pendengaran + +

Penilaian klinik OMA digunakan untuk menentukan berat atau ringannya

suatu penyakit. Penilaian berdasarkan pada pengukuran temperatur, keluhan orang

tua pasien tentang anak yang gelisah dan menarik telinga atau tugging, serta

membran timpani yang kemerahan dan membengkak atau bulging. Menurut Dagan

(2003) dalam Titisari (2005), skor OMA adalah seperti berikut6:

Tabel 2. Skoring OMA

OMA Skor

Suhu (°C) Gelisah Tarik telinga

Kemerahan pada membran timpani

Bengkak pada membran timpani (bulging)

0 <38,0 Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

1 38,0- 38,5 Ringan Ringan Ringan Ringan 2 38,6- 39,0 Sedang Sedang Sedang Sedang 3 >39,0 Berat Berat Berat Berat,

termasuk otore

Penilaian derajat OMA dibuat berdasarkan skor. Bila didapatkan

angka 0 hingga 3, berarti OMA ringan dan bila melebihi 3, berarti OMA

18

Page 16: Referat OMA

berat. Pembagian OMA lainnya yaitu OMA berat apabila terdapat otalgia

berat atau sedang, suhu lebih atau sama dengan 39°C oral atau 39,5°C

rektal. OMA ringan bila nyeri telinga tidak hebat dan demam kurang dari

39°C oral atau 39,5°C rektal6.

G. Diagnosis

Kriteria Diagnosis OMA

Menurut Kerschner (2007), kriteria diagnosis OMA harus memenuhi tiga

hal berikut, yaitu2:

1. Penyakitnya muncul secara mendadak dan bersifat akut.

2. Ditemukan adanya tanda efusi.

Efusi merupakan pengumpulan cairan di telinga tengah. Efusi

dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut, seperti

menggembungnya membran timpani atau bulging, terbatas atau tidak

ada gerakan pada membran timpani, terdapat bayangan cairan di

belakang membran timpani, dan terdapat cairan yang keluar dari

telinga.

3. Terdapat tanda atau gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan

dengan adanya salah satu di antara tanda berikut, seperti kemerahan

atau erythemapada membran timpani, nyeri telinga atau otalgia yang

mengganggu tidur dan aktivitas normal. Menurut Rubin et al. (2008),

keparahan OMA dibagi kepada dua kategori, yaitu ringan-sedang, dan

berat. Kriteria diagnosis ringan-sedang adalah terdapat cairan di telinga

tengah, mobilitas membran timpani yang menurun, terdapat bayangan

cairan di belakang membran timpani, membengkak pada membran

timpani, dan otore yang purulen. Selain itu, juga terdapat tanda dan

gejala inflamasi pada telinga tengah, seperti demam, otalgia, gangguan

pendengaran, tinitus, vertigo dan kemerahan pada membran timpani.

Tahap berat meliputi semua kriteria tersebut, dengan tambahan

ditandai dengan demam melebihi 39,0°C, dan disertai dengan otalgia

yang bersifat sedang sampai berat.

19

Page 17: Referat OMA

Perbedaan Stadium OMA:

STADIUM

OMA

TANDA-TANDA DI

MT

TERAPI

STADIUM

OKLUSI ET

- Retraksi MT

- + Normal

- + Keruh

- + Efusi

- Kausa Alergi

Virus Sulit dibedakan

1) Dekkongestan membuka ET

- R/ Tetes Hidung (HCl Efidrin

0.5% (A))

(HCl Efidrin 1% (B))

2)Antibiotik >< Kuman

STADIUM

HIPEREMIS

(PRESUPURA

SI)

- Venal Injction

- Hyperamie

- Oedeme

- Sekret Eksudat Sulit

terlihat

1) Antibiotika : Penisilin

Ampisilin

Eritromisin

1) Tetes hidung

2) Analgesik

AB –adekuat 7 hari

>< Mastoiditis

>< Gangguan Pendengaran

>< Kekambuhan

STADIUM

SUPURASI

-Bulging

Miringotomi

-Menderita, Sakit

- Nadi, Suhu naik

- Nyeri Telinga Hebat

- Ruptur MT

1) Antibiotika

2) Miringotomi

STADIUM PERFORASI

Ruptur MT

Nanah / Sekret Keluar

+ Pulsasi

- Cuci Telinga

H2023%

3-5 Hari

20

Page 18: Referat OMA

Anak Jadi tenang

Suhu Turun Tidur

Nyenyak

- Sekret 7 – 10 hari hilang ;

perforasi menutup

- Antibiotik Adequat

STADIUM RESOLUSI

1) MT – Normal

2) Sekret Keluar dari

perforasi MT

Kering Resolusi

1) Kronik (>6 Minggu)

Perforasi tetap dengan

Sekret Hilang / timbul

OMA tdk Perforasi

Otitis Media Serosa +

Cairan dari cavum

timpani

OMA + Sekret >>>3

minggu OMA Sub

Akut

OMSK

1) Resolusi

2) Tidak Resolusi

Antibiotik + 3 Minggu

+ Mastoiditis

a. Perbedaan Otitis media akut stadium oklusi tuba dengan tubair catarrh

Otitis media akut sering didiagnosis banding dengan tubair catarrh

karena tubair catarrh merupakan stage awal dari otitis media akut stadium

21

Page 19: Referat OMA

oklusi, adapun persamaannya adalah retraksi membran timpani (OMA

stadiumoklusi tuba Eustachius). Tubair Catarrh atau tubotympanitis

catarrhalis atau salpingitis adalah radang pada tuba Eustachius, yakni saluran

yang menghubungkan nasofaring dengan cavum tympani. Peradangan ini

merupakan lanjutan dari infeksi didalam rongga hidung (rhinitis) atau pada

tenggorokan (faryngitis). Tubair catarrh merupakan stage awal dalam

perkembangan otitis media akut. Penyebab dasar dari penyakit ini, bahwa

tuba Eustachius tidak membuka pada saat menelan, yang bisa disebabkan

oleh beberapa faktor. Gejala dari tubair catarrh antara lain didahului

infeksi saluran napas atas, batuk, pilek, demam, pendengaran menurun,

telinga terasa penuh/fullness, terkadang disertai dizziness, telinga kadang-

kadang terasa penuh secara berulang dalam beberapa menit atau bahkan

jam, mungkin juga disertai sakit telinga ringan. Gejala dapat muncul dari

beberapa jam hingga beberapa minggu atau lebih. Hal itu tergantung dari

penyebab. Pada banyak kasus pilek/batuk yang sudah mulai membaik,

penderita akan mendapat sensasi tidak nyaman dalam telinga. Hal ini

karena terperangkapnya mukus dan pembengkakan yang dapat

menghambat pembersihan walaupun infeksi sudah lama hilang. Selain itu,

pendengaran berkurang akan hilang dan timbul pada beberapa waktu

sebelum kembali pulih 2,5,13.

Pada pemeriksaan cavum tympani tampak retraksi/tertarik ke

dalam karena pada auris media tekanan menjadi lebih negatif, buram, atau

sedikit kemerahan, canalis auditoris externa tidak ada kelainan, gangguan

pendengaran konduktif dapat dideteksi pada pemeriksaan audiologi.

Diagnosis banding dari tubair catarrh dapat dibedakan dengan otitis media

akut dari adanya gangguan pendengaran konduktif dengan membran

timpani utuh13.

Inflamasi pada tuba eustachius umumnya terjadi karena oklusi dari

lumen, karena pembengkakan membran atau efusi. Hal tersebut

menyebabkan tidak adanya pertukaran udara dari liang telinga, dengan

gejala berdenging, penurunan pendengaran, dan mungkin nyeri. Penurunan

22

Page 20: Referat OMA

pendengaran unilateral biasanya terlewatkan, khususnya pada anak2.

Tanda dari tuba oklusi adalah terdayat retraksi membrane timpani. Tai

dengan Reflek cahaya bias menghilang, atau mungkin menurun, jika

menetap tuba oklusi bias menyebabkan tuli konduksi. Tuba oklusi bisa

juga disertai cairan, hal tersebut disebabkan reaksi virus atau reaksi

alergi15.

Pada oklusi tuba sangat sulit dibedakan dengan adenoid, alergi,

inveksi virus dan barotrauma. Bisa dikatankan pada stadium ini tanda dan

gejalanya menandakan adanya tympanic air absorbtion, penebalan mukosa

dan efusi yang non purulen. Dan karena hal-hal tersebut di atas mungkin

ini adalah tahap awal yang mengindikasikan otitis media supuratif sampai

etiologi diketahui secara pasti15.

Diagnosis Banding Otitis Media Non-Supurativa

Membran Tuba

Warna Posisi Mobile Passable Suara

Otitis

Media Non-

Supurativa

dengan

efusi

Semuanya

gelap atau

bagian

terendahnya

saja yang

berwarna

hitam seperti

hairline

dengan

gelembung

udara

Retraksi Elastic

rebound

ketika

dihisap

dengan

suction

Biasanya

tanpa

hambatan

Jelas

Hanya

Obstruksi

Tuba

Palely

opaque

Retraksi Terganggu

atau

normal

Dengan

hambatan

Bergemuruh

Otitis

Media

Garis fibrosis

yang putih

Retraksi/ Terfiksir Tidak

bisa

Tidak ada

23

Page 21: Referat OMA

Adhesiva atau patchy

opaque

Normal dilewati suara

Otosklerosis Normal Normal Normal Normal Normal

b. Perbedaan otitis media akut dan oitis eksterna difusa

Dalam mendiagnosis OME diperlukan kejelian dari pemeriksa.

Ini disebabkan keluhan yang tidak khas terutama pada anak-anak.

Biasanya orang tua mengeluh adanya gangguan pendengaran pada

anaknya, guru melaporkan bahwa anak mempunyai problem

pendengaran, kemunduran dalam pelajaran di sekolah, bahkan dalam

gangguan wicara dan bahasa. Sering kali OME ditemukan secara tidak

sengaja pada saat skrining pemeriksaan telinga dan pendengaran di

sekolah-sekolah13.

Pada anak-anak dengan OME dari anamnesis keluhan yang

paling sering adalah penurunan pendengaran dan kadang merasa

telinga merasa penuh sampai dengan merasa nyeri telinga. Dan pada

anak-anak penderita OME biasanya mereka juga sering didapati

dengan riwayat batuk pilek dan nyeri tenggorokan berulang.3 Pada

anak-anak yang lebih besar biasanya mereka mengeluhkan kesulitan

menengarkan pelajaran di sekolah, atau harus membesarkan volume

saat menonton televisi di rumah. Orang tua juga sering mendengarkan

keluhan telinga anaknya terasa tidak nyaman atau sering melihat

anaknya menarik-narik daun telinganya13,14.

Pada pemeriksaan otoskopi menunjuk kecurigaan OME

apabila ditemukan tanda-tanda antara lain14 :

Tidak didapatkan tanda-tanda radang akut.

Terdapat perubahan warna membrana timpani akibat refleksi dari

adanya cairan didalam kavum timpani.

24

Page 22: Referat OMA

Membran timpani tampak lebih menonjol.

Membran timpani retraksi atau atelektasis.

Didapatkan air fluid levels atau buble, atau

Mobilitas membran berkurang atau fikasi.

c. Perbedaan Otitis Media Akut stadium Supurasi dengan Miringitis Bulosa

Stadium supurasi ditandai oleh terbentuknya sekret eksudat purulen

atau bernanah di telinga tengah dan juga di sel-sel mastoid. Selain itu

edema pada mukosa telinga tengah menjadi makin hebat dan sel epitel

superfisial terhancur. Terbentuknya eksudat yang purulen di kavum

timpani menyebabkan membran timpani menonjol atau bulging ke arah

liang telinga luar. Pada keadaan ini, pasien akan tampak sangat sakit, nadi

dan suhu meningkat serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Dapat

disertai dengan gangguan pendengaran konduktif. Otitis media akut

stadium perforasi kadang sulit dibedakan dengan miringitis bulosa12,13.

Miringitis bulosa merupakan suatu miringitis akut yang ditandai oleh

adanya pembentukan bulla pada membran timpani. Adapun referensi lain

menyebutkan bahwa miringitis bulosa adalah bentuk perandangan virus

yang jarang dalam telinga yang menyertai selesma dan influenza.2

Keluhan utama pasien yang mengalami miringitis adalah nyeri pada

daerah telinga yang onsetnya 2-3 hari terakhir sebab bulla terbentuk pada

area yang kaya akan persarafan pada epitel terluar membran timpani.

25

Otitis media akut Otitis eksterna difusa

Stadium hiperemi membran

timpani tampak hiperemi serta

oedem

Tragus pain (-)

Pada otitis eksterna difusa liang

telinga sempit, kulit liang telinga

terlihat hiperemis dan oedem yang

batasnya tidak jelas serta sekret

yang sedikit

Tragus pain (+)

Page 23: Referat OMA

Keluhan pada telinga dan gangguan pendengaran juga14.

Pemeriksaan yang penting untuk mendiagnosis miringitis bulosa

adalah otoskopi. Adapaun beberapa temuan yang bisa didapatkan dari

pemeriksaan otoskopi pada pasien miringitis antara lain:14

Terdapat tanda-tanda inflamasi pada membran impani, seperti warna

membran terlihat lebih merah, serta tampak mengalami deformasi, dan

refleks cahaya memendek atau bahkan menghilang sama sekali.

Karakteristik dari miringitis bulosa adalah adanya bulla pada

membran timpani. Kita harus dapat membedakan antara bulla yang

berasal dari membran timpani dan bula yang berasal dari saluran

telinga luar. Bulla ini dapat pecah dan menimbulkan perdarahan pada

membran timpani.

Pada beberapa kasus dapat ditemukan nyeri ketika pinna ditarik.

Pneumatik otoskopi, dengan pemeriksaan ini kita dapat menentukan

apakah miringitis bulosa sudah menyebabkan perforasi.

d. Perbedaan Otitis Media Akut Stadium Perforasi Akut dan Kronis

1) Perforasi Membran Timpani

26

bula – 1. lapis luar

2. virus

3. parasintese – lapis 2 utuh

bulging 1. 3 lapis

2. bakteri

3. parasintesi – 3 lapis

lubang

Page 24: Referat OMA

Perforasi membrane timpani yang disebabkan oleh otitis

media diklasifikasikan berdasarkan durasinya, area gendang telinga

yang terlibat, ukuran, ada dan tidaknya kondisi yang berhubungan

seperti otitis media dan kolesteatoma. Peforasi juga terjadi karena

komplikasi dari operasi untuk penanganan otitis media seperti

miringotomi dan timpanostomi. Perforasi akut umumnya terjadi

karena otitis media akut. Walaupun perforasi terjadi dalam waktu 2

atau 3 bulan bisa dipertimbangkan menjadi kronis. Perforasi

tersebut terjadi di pars tensa dan melibatkan 1 atau lebih kuadran

yaitu anterosupeior, anteroinferior, posterosuperior, atau

posteroinferior. Bisa terjadi pada seluruh pars tensa atau hanya

sebagian kecil yang dapat dilihat dari otomikroskop atau dengan

elektroakustik. Perforasi diklasifikasikan menjadi dua yaitu

perforasi sentral dan marginal tanpa memandang ukuran14,15.

2) Perforasi Akut

Perforasi akut biasanya terjadi pada otitis media kronik

dengan efusi. Karena perforasi spontan pada umumnya

berhubungan dengan infeksi akut telinga tengah yang bisa jadi

merupakan perjalanan alamiah dari penyakit tersebut bukan

komplikasi. Perforasi membrane timpani muncul pada

semipatulous tuba eustachii. Tuba esutachii dengan resistensi yang

rendah akan membiarkan koloni bakteri dari nasofaring menuju

telinga tengah sehingga terjadi infeksi di tuba eustachii. Perforasi

membrane timpani bias sulit dibedakan antara virus, bakteri, atau

penurunan resistensi dari host. Anak-anak yang mengalami

perforasi membrane timpani harus mendapatkan terapi yang sama

dengan otitis media dengan tidak adanya perforasi. Kemudian

27

Page 25: Referat OMA

dilakukan kultur specimen atau otitis media akut tanpa perforasi.

Membran timpani biasanya sembuh setelah stadium supurasi

berhenti. Defek biasanya menutup setelah seminggu setelah infeksi.

Tetapi ketika cairan tetap muncul setelah hari ke-10 pada

pemberian antibiotic, anak harusnya mendapat evaluasi yang

intensif dan manajemen yang efektif. Jika cairan tetap muncul

setelah 2 sampai 3 minggu, anak-anak harus dirawat inap dan

diberikan antibiotic oral. Anak-anak juga harus dievaluasi lagi

untuk mengetahui penyakit yang mendasarinya yang mungkin akan

mengganggu resolusi dari infeksi14,15.

3) Perforasi Kronis

Perforasi kronis biasanya terjadi karena gagalnya perbaikan

pada otitis media akut atau setelah timpanostomi. Perforasi kronis

jugadapat berkembang menjadi atelektasis ketika perforasi

kromatik akut gagal membaik. Ketika perforasi kronis tanpa tanda

perbaikan dan tidak adanya infeksi telinga tengah kemungkinan

perforasinya bersifat permanen. Efek pendengaran pada perforasi

kronis yang kecil tanpa memandang lokasinya dan adanya kelainan

padatelinga tengah. Tapi bagaimana pun perforasi yang luas sangat

behubungan dengan tuli konduksi. Akhir-akhir ini penanganan

perforasi kronis pada anak-anak menimbulkan controversial. Di

satu sisi perforasi membantu ventilasi dan drainase dari telinga

tengah. Tetapi di sisi lainnya, fungsi proteksi secara fisiologis tuba

eustachius dan telinga tengah terganggu. Telinga tengah dan sel

mastoid tidak mendapatkan udara untuk mencegah secret

nasofaringeal memasuki telinga yang bisa menghasilkan refluks

otitis media. Jikaepisodenya jarang, penanganan sebaiknya

disamakan dengan peforasi akut yang berhubungan dengan otitis

media akut. Tapi jika episodenya sering dan intervalnya pendek

sebaiknya agen profilaksis antimkobial diperpanjang. Sayangnya,

28

Page 26: Referat OMA

kebanyakan anak-anak yang mempunyai defek pada membrane

timpani bias diawasi sampai risiko infeksi berulang rendah14,15.

H. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan OMA tergantung pada stadium penyakitnya.

Pengobatan pada stadium awal ditujukan untuk mengobati infeksi saluran

napas, dengan pemberian antibiotik, dekongestan lokal atau sistemik, dan

antipiretik. Tujuan pengobatan pada otitis media adalah untuk

menghindari komplikasi intrakrania dan ekstrakrania yang mungkin

terjadi, mengobati gejala, memperbaiki fungsi tuba Eustachius,

menghindari perforasi membran timpani, dan memperbaiki sistem imum

lokal dan sistemik6.

Pada stadium oklusi tuba, pengobatan bertujuan untuk membuka

kembali tuba Eustachius sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang.

Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,5 % dalam larutan fisiologik

untuk anak kurang dari 12 tahun atau HClefedrin 1 % dalam larutan

fisiologis untuk anak yang berumur atas 12 tahun pada orang dewasa.

Sumber infeksi harus diobati dengan pemberian antibiotik4,5.

Pada stadium hiperemis dapat diberikan antibiotik, obat tetes

hidung dan analgesik. Dianjurkan pemberian antibiotik golongan penisilin

atau eritromisin. Jika terjadi resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan

asam klavulanat atau sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan penisilin

intramuskular agar konsentrasinya adekuat di dalam darah sehingga tidak

terjadi mastoiditis terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa

dan kekambuhan. Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari. Bila pasien

alergi tehadap penisilin, diberikan eritromisin. Pada anak, diberikan

ampisilin 50-100 mg/kgBB/hari yang terbagi dalam empat dosis,

amoksisilin atau eritromisin masing-masing 50 mg/kgBB/hari yang

terbagi dalam 3 dosis5.

Pada stadium supurasi, selain diberikan antibiotik, pasien harus

dirujuk untuk melakukan miringotomi bila membran timpani masih utuh

sehingga gejala cepat hilang dan tidak terjadi ruptur5.

29

Page 27: Referat OMA

Pada stadium perforasi, sering terlihat sekret banyak keluar,

kadang secara berdenyut atau pulsasi. Diberikan obat cuci telinga (ear

toilet) H2O2 3% selama 3 sampai dengan 5 hari serta antibiotik yang

adekuat sampai 3 minggu. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi akan

menutup kembali dalam 7 sampai dengan 10 hari5.

Pada stadium resolusi, membran timpani berangsur normal

kembali, sekret tidak ada lagi, dan perforasi menutup. Bila tidak terjadi

resolusi biasanya sekret mengalir di liang telinga luar melalui perforasi di

membran timpani. Antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila

keadaan ini berterusan, mungkin telah terjadi mastoiditis4,5.

Sekitar 80% kasus OMA sembuh dalam 3 hari tanpa pemberian

antibiotik. Observasi dapat dilakukan. Antibiotik dianjurkan jika gejala

tidak membaik dalam dua sampai tiga hari, atau ada perburukan gejala.

Ternyata pemberian antibiotik yang segera dan dosis sesuai dapat terhindar

dari tejadinya komplikasi supuratif seterusnya. Masalah yang muncul

adalah risiko terbentuknya bakteri yang resisten terhadap antibiotik

meningkat. Menurut American Academy of Pediatrics (2004) dalam

Kerschner (2007), mengkategorikan OMA yang dapat diobservasi dan

yang harus segera diterapi dengan antibiotik sebagai berikut2,7.

Tabel 3. Kriteria Terapi Antibiotik dan Observasi pada Anak dengan

OMA

Usia Diagnosis pasti Diagnosis meragukan

Kurang dari 6 bulan Antibiotik Antibiotik

6 bulan sampai 2 tahun Antibiotik Antibiotik jika gejala

berat, observasi jika

gejala ringan

2 tahun keatas Antibiotik jika gejala

berat, observasi jika

gejala ringan

observasi

Diagnosis pasti OMA harus memiliki tiga kriteria, yaitu bersifat

30

Page 28: Referat OMA

akut, terdapat efusi telinga tengah, dan terdapat tanda serta gejala

inflamasi telinga tengah. Gejala ringan adalah nyeri telinga ringan dan

demam kurang dari 39°C dalam 24 jam terakhir. Sedangkan gejala berat

adalah nyeri telinga sedang-berat atau demam 39°C. Pilihan observasi

selama 48-72 jam hanya dapat dilakukan pada anak usia enam bulan

sampai dengan dua tahun, dengan gejala ringan saat pemeriksaan, atau

diagnosis meragukan pada anak di atas dua tahun. Follow-up dilaksanakan

dan pemberian analgesia seperti asetaminofen dan ibuprofen tetap

diberikan pada masa observasi2,5,7.

Menurut American Academic of Pediatric (2004), amoksisilin

merupakan first-lineterapi dengan pemberian 80mg/kgBB/hari sebagai

terapi antibiotik awal selama lima hari. Amoksisilin efektif terhadap

Streptococcus penumoniae. Jika pasien alergi ringan terhadap amoksisilin,

dapat diberikan sefalosporin seperti cefdinir. Second-line terapi seperti

amoksisilin-klavulanat efektif terhadap Haemophilus influenzae dan

Moraxella catarrhalis, termasuk Streptococcus penumoniae2.

Pneumococcal 7-valent conjugate vaccine dapat dianjurkan untuk

menurunkan prevalensi otitis media7.

Apakah otitis media perlu antibiotik?

Pada tahun 1936 Sebelum ada sufonamide tatalaksana oma harus

dimonitor secara ketak karena jika terjadi stadium supuratif terjadi

komplikasi yang berat. Setelah adanya sulfonamid dan amoxicilin adan

antibiotik lainnya prevalensi mortalitas menurun dengan signifikan. Pada

1938 frekuensi dari mastoidektomi yang berhubungan dengan OMA

adalah 20% tetapi 1948 itu mengalami penurunan 2,5%. Bahkan pada

penelitian lain menurun sampai angka 0%2.

Amoxicilin sudah menjadi drug of choice untuk terapi OMA sejak

1970. Karena spektrum dan aktivitas melawan bakterial patogen dan harga

murah, efek samping jarang terjadi. Namun karena peningkatan proporsi

dari bakteri patogen OMA yang memghasilkan beta laktam dan

31

Page 29: Referat OMA

menginaktifasi amoxicilin, sehingga ada antibiotik lain yang menjadi

pilihan terapi OMA, namun harganya jauh lebih mahal5.

Alternatif amoxicilin sebagai terapi OMA

Jika proporsi kegagalan penggunaan amoxicilin meningkan, maka

alternatif antibiotik lain harus dipikirkan. Obat yang tersedia adalah

amoxicillin-clavulanate, tujuh golongan sefalosporin (cefaclor, cefixime,

cefuroxime axetil, cefprozil, loracar bef, cefpodoxime, ceftibuten), dua

golongan makrolit (clarithromycin dan azithromycin), dan dua preparat

sulfonamide (erythromycin-sulfisoxazole dan trimethoprim-sulfa

methoxazole). Namun ada yang harus dipertimbangkan yaitu, set efek

adalah diare pada pemberian amoxicilin clavulanat daripada sefalosporin

generasi terbaru, biaya yang dikeluarkan lebih mahal untuk golongan obat

anternatif dari amoxicilin. Pemberian antibiotik sefalosporin adalah 10-14

hari.. jika membran timpani yang intak diberikan 5 hari. Dan pada anak-

anak dengan sekret purulen bisa diberikan lebih lama2,5.

Terdapat beberapa tindakan pembedahan yang dapat menangani

OMA rekuren, seperti miringotomi dengan insersi tuba timpanosintesis,

dan adenoidektomi3.

1. Miringotomi

Miringotomi ialah tindakan insisi pada pars tensa membran

timpani, supa ya terjadi drainase sekret dari telinga tengah ke liang

telinga luar. Syaratnya adalah harus dilakukan secara dapat dilihat

langsung, anak harus tenang sehingga membran timpani dapat dilihat

dengan baik. Lokasi miringotomi ialah di kuadran posterior-inferior.

Bila terapi yang diberikan sudah adekuat, miringotomi tidak perlu

dilakukan, kecuali jika terdapat pus di telinga tengah4,5. Indikasi

miringostomi pada anak dengan OMA adalah nyeri berat, demam,

komplikasi OMA seperti paresis nervus fasialis, mastoiditis

labirinitis, dan infeksi sistem saraf pusat. Miringotomi merupakan

32

Page 30: Referat OMA

terapi third-line pada pasien yang mengalami kegagalan terhadap dua

kali terapi antibiotik pada satu episode OMA. Salah satu tindakan

miringotomi atau timpanosintesis dijalankan terhadap anak OMA

yang respon kurang memuaskan terhadap terapi second-line, untuk

menidentifikasi mikroorganisme melalui kultur2.

2. Timpanosintesis3,6,8

Menurut Bluestone (1996) dalam Titisari (2005),

timpanosintesis merupakan pungsi pada membran timpani, dengan

analgesia lokal supaya mendapatkan sekret untuk tujuan pemeriksaan.

Indikasi timpanosintesis adalah terapi antibiotik tidak memuaskan,

terdapat komplikasi supuratif, pada bayi baru lahir atau pasien yang

sistem imun tubuh rendah. Menurut Buchman (2003), pipa

timpanostomi dapat menurun morbiditas OMA seperti otalgia, efusi

telinga tengah, gangguan pendengaran secara signifikan dibanding

dengan plasebo dalam tiga penelitian prospertif, randomized trial yang

telah dijalankan.

3. Adenoidektomi

Adenoidektomi efektif dalam menurunkan risiko terjadi otitis

media dengan efusi dan OMA rekuren, pada anak yang pernah

menjalankan miringotomi dan insersi tuba timpanosintesis, tetapi hasil

masih tidak memuaskan. Pada anak kecil dengan OMA rekuren yang

tidak pernah didahului dengan insersi tuba, tidak dianjurkan

adenoidektomi, kecuali jika terjadi obstruksi jalan napas dan

rinosinusitis rekuren2.

I. Komplikasi

Berdasarkan pelaporan dari Divisi Otologi Departemen THT

FKUI/RSCM periode April 2010 hingga April 2011 ditemukan dua kasus

otitis media akut dengan komplikasi intratemporal (labirintitis, gangguan

pendengaran) dan intrakranial (meningitis)9.

Ada beberapa mekanisme terjadinya komplikasi ke intratemporal

33

Page 31: Referat OMA

dan intrakranial, yaitu melalui erosi tulang, invasi langsung dan

tromboflebitis. Kecenderungan invasi kuman dari telinga tengah ke

intrakranial dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu virulensi kuman,

sensitivitas antibiotik, imunitas, terapi antibiotik yang adekuat, jalur

anatomi dan barier yang bisa menyebarkan infeksi dan drainase daerah

pneumatisasi karena operasi atau alami. Komplikasi intrakranial yang

dapat terjadi antara lain yaitu meningitis, abses otak, tromboflebitis

supuratif otogenik, hidrosefalus otikus, empiema subdural, abses epidural

dan pneumocephalus. Komplikasi intratemporal yang dapat terjadi adalah

perforasi pars tensa, atelektasis telinga tengah, mastoiditis akut, petrositis,

paresis fasialis, labirintitis dan gangguan pendengaran9,10,11.

Sakran et al. mengutip beberapa literatur menyatakan bahwa

untuk menegakkan diagnosis OMA bisa digunakan otoskopi pneumatik.

Akibat peningkatan angka resistensi antibiotik pada kuman penyebab

OMA saat ini, maka timpanosintesis merupakan pemeriksaan‘gold

standard’ untuk menegakkan diagnosis OMA10.

J. Prognosis

Dengan pengobatan yang adekuat (antibiotik yang tepat dan dosis

cukup), prognosis OMA adalah baik untuk fungsi pendengaran dan

kesembuhan penyakit2.

K. Pencegahan

Terdapat beberapa hal yang dapat mencegah terjadinya OMA.

Mencegah ISPA pada bayi dan anak-anak, menangani ISPA dengan

pengobatan adekuat, menganjurkan pemberian ASI minimal enam bulan,

menghindarkan pajanan terhadap lingkungan merokok, dan lain-lain2.

34

Page 32: Referat OMA

35

Page 33: Referat OMA

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan dari penulisan referat ini adalah :

1. Dapat mendiagnosis otitis media akut dengan cepat dan tepat.

2. Dapat menyingkirkan diagnosis differensial setiap stadium dari otitis

media akut dengan tepat.

Otitis media akut stadium oklusi tuba dapat dibedakan dengan

tubair catarrh dengan adanya gangguan pendengaran konduktif

dengan membran timpani utuh pada otitis media akut.

Otitis media akut stadium hiperemis dapat dibedakan dengan

otitis eksterna difusa dilihat dari membrana timpaninya, jika

otitis media akut membrana timpani hiperemis sedangkan

canalis auricula eksterna dalam batas normal dan tidak ada

tragus pain. Sedangkan otitis eksterna difusa terdapat tragus

pain, canalis auricula eksterna hiperemis, tetapi membrana

timpani dalam batas normal.

Otitis media akut stadium supurasi dapat dibedakan dengan

miringitis bulosa dilihat dari lapisan pembentuknya, jika OMA

stadium supurasi akan terbentuk bula sedangkan miringitis

bulosa terbentuk bula. Bulging terdiri dari satu lapis, biasanya

disebabkan oleh virus, dan jika dilakukan parasintesis akan

terbentuk dua lapisan yang utuh. Sedangkan bula terdiri dari

tiga lapis, biasanya disebabkan oleh bakteri, dan jika dilakukan

parasintesis akan terbentuk 3 lapisan yang berlubang.

Otitis media akut stadium perforasi terdiri dari perforasi akut

dan kronis. Perforasi akut dan kronis dibedakan berdasarkan

waktunya, jika perforasi akut dibatasi selama 2-3 minggu jika

lebih dari itu dikatakan sebagai perforasi kronis.

36

Page 34: Referat OMA

3. Otitis media akut yang tidak tertangani dengan baik bisa berlanjut dan

dapat menimbulkan komplikasi intratemporal (labirintitis, gangguan

pendengaran) dan intrakranial (meningitis). Oleh karena itu, diperlukan

ketepatan diagnosis dan terapi yang tepat.

37

Page 35: Referat OMA

4.

DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton, Arthur C. & John E. Hall, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran,

Edisi 9, Editor: Irawati Setiawan. Jakarta; ECG:2001.p.178-182

2. Kerschner, J.E., 2007. Otitis Media. In: Kliegman, R.M., ed. Nelson

Textbook of Pediatrics. 18th ed. USA: Saunders Elsevier, 2632-2646.

3. Buchman, C.A., Levine, J.D., Balkany, T.J., 2003. Infection of the Ear. In:

Lee, K.J., ed. Essential Otolaryngology Head and Neck Surgery. 8thed.

USA: McGraw-Hill Companies, Inc., 462-511

4. Djaafar, Z.A., 2002, Kelainan Telinga Tengah, dalam Soepardi, E.A., dkk,

(ed), Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher,

Edisi 5, Balai Penerbit FK UI, Jakarta

5. Djaafar, Z.A., 2003, Otittis Media Supuratif Kronik, dalam Soepardi, S.A.,

dkk, (ed), Penatalaksanaan Penyakit dan Kelainan Telinga Hidung

Tenggorok, Edisi 3, Balai Penerbit FK UI, Jakarta

6. Titisari, H., 2005. Prevalensi dan Sensitivitas Haemophilus Influenzae

pada Otitis Media Akut di PSCM dan RSAB Harapan Kita. Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

7. American Academy of Pediatrics and America Academy of Family

Physicians, 2004. Diagnosis and Management of Acute Otitis Media.

Pediatrics113(5):1451-1465

8. Bluestone, C.D., Klein, J.O., 1996. Otitis Media, Atelektasis, and

Eustachian Tube Dysfunction. In Bluestone, Stool, Kenna eds. Pediatric

Otolaryngology. 3rded. London: WB Saunders, Philadelphia, 388-582.

9. Yates PD, Anari SA. Otitis media. In: Current diagnosis and treatment in

Otolaryngology Head and Neck. 2nd ed. United States of America:

McGraw-Hill Companies; 2008. p. 655-65.

10. Sakran W, Makary H, Colodner R, Ashkenazi D, Rakover Y, Halevy R, et

al. Acute otitis media in infants less than three months of age: clinical

presentation etiology and concomitant disease. Int J Ped Otorhinolaryngol

38

Page 36: Referat OMA

2006; 70:613-7.

11. Levine SC, Souza CD, Shinners MJ. Intracranial complications of otitis

media. In: Gulya AJ, Minor LB, Poe DS, eds. Glasscock-Shaumbaugh

surgery of the ear. 6th ed. United States of America: People Medical

Publishing House; 2010. p. 451-64.

12. Ars, Bernard, 2008. Chronic Otitis Media Pathogenesis Oriented

Therapeutic Management Netherland : Kugler Publications

13. Megantara, Imam. 2008. Informasi Kesehatan THT: Otitis Media Efusi. [5

screens] Cited 15 Juni 2009. Available from: http://www.perhati-kl.org/

14. Thrasher, Richard D. 2009. Middle Ear, Otitis Media With Effusion [10

screens] Cited 15 Juni 2009. Available from: http://www.emedicine.

medscape.com/ 9Admin . 2009. Otitis Media Akut. [15 screens] Cited 6

Juni 2014.

15. Mawson, Stuard R. 1974. Diseases of The Ear. Third Edition. Oxford:

Alden Press. pp. 283-344.

39