Penelitian OMA

47
PROFIL OTITIS MEDIA MULTI CENTER STUDY DI INDONESIA TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Otitis media merupakan peradangan mukosa telinga tengah yang terdiri atas otitis media non supuratif dan supuratif. Berdasarkan durasi waktu otitis media dibagi menjadi bentuk akut dan kronis. Selain itu terdapat sistem klasifikasi lain yang membagi otitis media, yaitu otitis media akut, otitis media efusi, otitis media supuratif kronik dan otitis media akut rekuren. 1 Insiden otitis media sangat bervariasi di berbagai Negara. Pada anak usia 1 tahun 19-26% di antaranya minimal pernah megalami 1 episode OMA. Pada anak usia 3 tahun 50-84% pernah mengalami OMA minimal 1 episode. Puncak insiden OMA terjadi pada usia kurang dari 1 tahun. Insiden OMA akan menurun pada usia 7 tahun. Otitis media berulang (Recurrent otitis media) adalah terjadinya > 3 episode OMA dalam satutahun. Hal ini terjadi pada 10-19% anak-anak. 2 Prevalensi OMA di Thailand pada anak berumur kurang dari 16 tahun tahun 1986 sampai 1991 menurut Prasansuk 3 (dikutip dari Bermen) sebesar 0,8%, sedangkan prevalensi OME pada tahun 1995 sebesar 9,6%. Berdasarkan survei kesehatan indra di 7 provinsi di Indonesia yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan 1

description

THT-KL

Transcript of Penelitian OMA

PROFIL OTITIS MEDIA

MULTI CENTER STUDY DI INDONESIA TAHUN 2015

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Otitis media merupakan peradangan mukosa telinga tengah yang terdiri atas otitis media non

supuratif dan supuratif. Berdasarkan durasi waktu otitis media dibagi menjadi bentuk akut

dan kronis. Selain itu terdapat sistem klasifikasi lain yang membagi otitis media, yaitu otitis

media akut, otitis media efusi, otitis media supuratif kronik dan otitis media akut rekuren.1

Insiden otitis media sangat bervariasi di berbagai Negara. Pada anak usia 1 tahun 19-26% di

antaranya minimal pernah megalami 1 episode OMA. Pada anak usia 3 tahun 50-84% pernah

mengalami OMA minimal 1 episode. Puncak insiden OMA terjadi pada usia kurang dari 1

tahun. Insiden OMA akan menurun pada usia 7 tahun. Otitis media berulang (Recurrent otitis

media) adalah terjadinya > 3 episode OMA dalam satutahun. Hal ini terjadi pada 10-19%

anak-anak.2

Prevalensi OMA di Thailand pada anak berumur kurang dari 16 tahun tahun 1986 sampai

1991 menurut Prasansuk3 (dikutip dari Bermen) sebesar 0,8%, sedangkan prevalensi OME

pada tahun 1995 sebesar 9,6%. Berdasarkan survei kesehatan indra di 7 provinsi di Indonesia

yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan tahun 1996, prevalensi OMSK sebesar

3,1%. Sedangkan menurut WHO berdas angka proyeksi pada tahun 2007, prevalensi OMSK

di Indonesia sebesar 5,4%.4,5

Beberapa faktor yang mendasari penyakit ini antara lain usia, anatomi, status gizi, faktor-

faktor demografi dan lingkungan serta penyakit-penyakit yang dapat mendasari misalnya

infeksi saluran napas atas, celah langit-langit, sistem imun dan alergi.6-10

Faktor lingkungan juga berpengaruh antara lain kepadatan tempat tinggal, fasilitas kesehatan

dan lingkungan perokok, baik perokok aktif maupun pasif. Pajanan asap rokok merupakan

faktor penting yang mempengaruhi pathogenesis otitis media baik akut maupun kronis. Hal

ini disebabkan karena pajanan asap rokok dapat menyebabkan kerusakan silia dan

1

mengganggu system mukosiliar di saluran napas atas. Gangguan ini menyebabkan gangguan

fungsi tuba Eustachius, yang memegang peran penting dalan patogenesis otitis media.6-10

Iversen12 dalam penelitiannya mendapatkan bahwa 60% anak-anak yang didiagnosis OME

berada dalam lingkungan perokok. Sedangkan Etzel13 dalam penelitiannya mendapatkan

bahwa sepertiga anak OME usia 6-7 tahun berada di lingkungan perokok. Durasi OME

bertambah 1,5 kali lebih lama pada OME dengan lingkungan perokok.11

Di sisi lain berdasarkan Susenas 200714 prevalensi perokok pasif pada anak-anak berusia 0-14

tahun sebesar 58,8%. Sedangkan prevalensi perokok pasif di lingkungan rumah di populasi

sebesar 40,5%. Berdasarkan kedua hal tersebut dapat dilihat bahwa peran perokok pasif

merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi prevalensi OME.

Hasil penelitian yang pernah dilakukan Sakina tahun 201436 didapatkan prevalensi OMA

pada anak-anak di kotamadya Jakarta Timur sebesar 5,38 %, dan prevalensi tertinggi terjadi

pada kelompok usia 2-5 tahun. Hubungan faktor risiko yang bermakna secara statistik

terhadap kejadian OMA adalah usia, jenis kelamin, riwayat ISPA dan lingkungan tempat

tinggal. Faktor usia dan ISPA memiliki hubungan paling bermakna dan dominan terhadap

kejadian OMA.

Akhir-akhir ini banyak kepustakaan yang menuliskan peran refluks laringofaring sebagai

faktor predisposisi terjadinya OME. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan

kadar pepsin/ pepsinogen pada cairan efusi pasien OME. Tasker15 mendapatkan kadar pepsin

pada cairan efusi telinga tengah 1000 kali lebih tinggi disbanding dengan kadar pada serum.

Hal ini terjadi pada 91% percontoh. Sadangkan Keles16 mendapatkan 64% anak-anak OME

yang menderita refluks laringofaring.

Penggunaan susu botol dalam hal posisi minum susu botol dan penggunaan ASI juga

berpengaruh terhadap kejadian otitis media. Pada otitis media efusi pada anak merupakan

salah satu bentuk otitis media kronik, seringkali tidak terdiagnosis oleh karena anak belum

dapat menyampaikan keluhannya. 17

Otitis media akut

Otitis media akut merupakan peradangan akut mukosa telinga tengah yang meliputu sel-sel

kavum timpani, kavum mastoid dan tuba Eustachius. Selain gejala lokal akut seperti otalgia,

2

OMA dapat disertai dengan gejala sistemik berupa demam, malaise, diare hingga gejala-

gejala toksik.6

Otitis media efusi (OME)

OME merupakan keadaan terdapat cairan di telinga tengah dengan membran timpani utuh,

tanpa adanya gejala-gejala peradangan akut. OME pada anak seringkali tidak terdeteksi

secara dini, karena anak-anak belum dapat menyampakan keluhannya. 18,19

Otitis media supuratif kronik

Otitis media supuratif kronik merupakan peradangan kronis telinga tengah dengan perforasi

membran timpani dan keluar cairan dari telinga tengah secara terus menerus atau hilang

timbul. Cairan yang keluar dapat bersifat serosa, mukoid ataupun mukopurulen.20

Komplikasi Otitis Media

Otitis media dapat menimbulkan berbagai komplikasi baik komplikasi intratemporal maupun

ekstratemporal. Komplikasi intratemporal yang paling sering terjadi adalah gangguan

pendengaran yang dapat bersifat tuli konduktif, tuli campur dan sensorineural. Selain itu

dapat terjadi paresis nervus fasialis dan labirinitis. Komplikasi ekstratemporal atau

komplikasi intrakranial dapat terjadi terutama pada OMSK tipe bahaya. Komplikasi

intracranial yang dapat terjadi adalah meningitis, abses otak, trombosis sinus lateralis, dan

hidrosefalus otikus.6,20

Gangguan pendengaran merupakan komplikasi OME yang paling awal terjadi terutama

gangguan pendengaran konduktif. Hal ini terjadi karena gangguan konduksi suara yang

dihantarkan di telinga tengah. Gangguan pendengaran akibat otitis media terutama otitis

media kronik pada anak-anak seringkali tidak terdeteksi karena proses gangguan berjalan

secara perlahan-lahan. Selain itu anak-anak kadangkala belum dapat menyampaikan

keluhannya. Untuk menghindari komplikasi gangguan pendengaran pada anak tersebut

diperlukan deteksi dini berupa pemeriksaan pendengaran yang sederhana pada anak-anak.6,21

3

Masalah Penelitian

Otitis media merupakan peradangan telinga tengah yang sering terjadi di masyarakat salah

satunya adalah gangguan dengan berbagai komplikasi, sehingga diperlukan data profil otitis

media di masyarakat untuk dapat dibuat program deteksi dini dan tatalaksana komprehensif.

Penelitian ini merupakan penelitian tahap pertama tentang Profil Otitis Media yang dilakukan

oleh kelompok studi (Kodi) Perhimpunan Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorok Bedah

Kepala Leher Indonesia (Perhati-KL) seluruh cabang di Indonesia yang terdiri dari 20 cabang

dan merupakan penelitian lanjutan dari penelitian yang pernah dilakukan oleh Sakina Umar36.

Pada penelitian tahap pertama ini akan dilakukan pendataan Profil Otitis Media di 20 cabang

Perhati-KL. Diharapkan adanya penelitian ini, didapatkan data Nasional yang terbaru. Untuk

selanjutnya tahap kedua akan dibuat program pendataan secara elektronik yang dapat diinput

dan diakses secara mudah,cepat dan didapatkan data terbaru.

Pada tahap pertama penelitian ini akan diteliti 5 penelitian (5 topik) dengan masing-masing

proposal terlampir. Penelitian ini akan dilakukan di populasi terpilih untuk mengetahui profil

dan karakteristik otitis media yang meliputi faktor lingkungan dan demografi, faktor risiko,

keluhan, gejala, kalainan pemeriksaan otoskopi, dan status pendengaran. Penelitian akan

dilakukan secara serentak dan data yang diperoleh dipilah menjadi beberapa penelitian, yaitu:

Prevalensi dan gambaran karakteristik faktor-faktor risiko otitis media akut pada

anak-anak di Seluruh Indonesia.

Prevalensi otitis media supuratif kronik dan gambaran karakteristik faktor risiko di

Seluruh Indonesia.

Prevalensi otitis media efusi dan gangguan pendengaran pada anak usia 5-18 tahun

di Seluruh Indonesia.

Refluks laringofaring sebagai faktor risiko OME pada anak usia 5-18 tahun di

Seluruh Indonesia.

Prevalensi otitis media efusi dengan risiko pajanan asap rokok tembakau pada anak

usia 0-14 tahun berdasarkan kadar kotinin urin di Seluruh Indonesia.

Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian adalah untuk mendapatkan data terbaru profil otitis media di

masyarakat dan diharapkan dapat menjadi surveilance data nasional

4

Tujuan Khusus.

Tujuan khusus penelitian tahap pertama adalah

Sistem pendataan yang dapat digunakan untuk mendapatkan data nasional yang selalu

dapat diperbarui.

Mengetahui prevalensi otitis media akut, otitis media efusi, dan otitis media supuratif

kronik.

Mengetahui profil otitis media akut, otitis media efusi, dan otitis media supuratif

kronik.

Mengetahui status pendengaran pasien otitis media efusi dan otitis media supuratif

kronik.

Manfaat penelitian

Sebagai data epidemiologi profil penyakit otitis media, yang meiputi data demografi,

karakteristik otitis media akut, otitis media efusi, otitis media supuratif kronik di

Seluruh Indonesia.

Data nasional surveilance otitis media

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Otitis media (OM) merupakan peradangan mukosa telinga tengah, tuba Eustachius dan

kavum mastoid. Berdasarkan waktu kejadian, OM diklasifikasikan menjadi otitis media akut

dan otitis media kronik. Batasa otitis media akut adalah durasi kuarang dari 2 minggu,

sedangkan yang kroni adalah lebih dari 8 minggu. Durasi antara 2 -8 minggu dikenal sebagai

bentuk subakut. Sedangkan berdasarkan adanya cairan di rongga telinga tengah, OM dibagi

menjadi OM supuratif dan non supuratif (serosa). Pada OM supuratif yang akut disebut

sebagai OMA (otitis media akut) dan OM kronik disebut sebagai otitis media supuratif kronik

(OMSK). Pada OM yang non supuratif bentuk akut sebagai contoh barotrauma, sedangkan

yang bentuk kronis disebut sebagai otitis media efusi (OME).6,22

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya otitis media antara lain faktor anatomi, usia,

status ekonomi, status gizi, infeksi saluran napas atas, status imunitas, alergi dan adanya

celah langit-langit. Selain itu factor lingkungan juga turut berperan yaitu kepadatan tempat

tinggal, lingkungan perokok, dan fasilitas kesehatan. Pengguanaan ASI dan susu botol berupa

posisi menggunakan susu botol juga merupakan faktor yang mempengaruhi otitis media. 18,22

Anatomi dan fisiologi

Rongga telinga tengah merupakan suatu ruangan yang mempunyai batas-batas yaitu di bagian

lateral dibatasi oleh membran timpani, sedangkan batas medial adalah bagian lateral telinga

dalam. Pada batas medial terdapat promontoriumyang merupakan tonjolan putaran basal

koklea. Di bagian medial juga terdapat tingkap lonjong dan tingkap bundar. Pada

promontorium terdapat N, Jacobson yang merupakan bagian sensorik N. IX.23,24

Pada bagian anterior kavum timpani terdapat tuba Eustachius di bagian superior dan arteri

carotis di bagian inferior. Sedangkan di bagian posterior terdapat aditus ad antrum yang

menghubungkan telinga tengah dengan rongga mastoid. Aditus ad antrum merupakan bagian

yang krusial dalam patogenesis otitis media, karena bagian ini sangat sempit dan merupakan

akses ventilasi dari kavum timpani ke rongga mastoid.

6

Adanya jaringan patologis di daerah ini misal jaringan granulasi, kolesteatoma, polip ataupun

mukosa yang edematous dapat menyebabkan gangguan ventilasi dan drainase sistem telinga

tengah. 23,24

Di bagian superior telinga tengah berbatasan dengan tegmen timpani yang merupakan bagian

dari fosa media serebri, sedangkan di bagian inferior terdapat bulbus jugularis. Di telinga

tengah terdapat rangkaian tulang pendengaran yang terdiri atas maleus, inkus dan stapes. Ke

tiga tulang ini berfungsi sebagai penghantar bunyi yang diterima oleh membran timpani.

Getaran pada membrane timpani menyebabkan gerak pada ketiga tulang ini yang

menyebabkan energi mekanik cukupkuat di daerah tingkap lonjong. Pada sistem hantaran

energy mekanik di telinga tengah terdapat mekanisme amplifikasi yaitu pembesaran energi

yang diterima oleh tingkaplonjong sebesar 22 kali. Amplifikasi ini disebabkan oleh bentuk

kerucut membran timpani, daya ungkit oleh persendian tulang maleus dan inkus, serta

perbedaan diameter membrane timpani dan tingkap lonjong. 23,24

Otitis media akut

OMA terutama dialami oleh bayi dan anak-anak. Berbagai studi epidemiologi di Amerika

Serikat (AS), dilaporkan prevalensi terjadinya OMA sekitar 17-20% pada 2 tahun kehidupan.

Prevalensi otitis media di negara-negara maju lainnya hampir sama dengan di AS. Studi

epidemiologi untuk OMA di negara-negara berkembang sangat jarang. Di Thailand,

Prasansuk (dikutip dari Bermen3) melaporkan bahwa prevalensi OMA pada anak yang

berumur kurang dari 16 tahun pada tahun 1986 sampai 1991 sebesar 0,8%. 17

Secara klinis OMA terdiri atas 5 stadium, yaitu stadium oklusi tuba, stadium hiperemis,

stadium supurasi, stadium perforasi dan stadium resolusi. Pada stadium supurasi, apabila

secret di rongga telinga tengah cukup banyak dapat meyebabkan membran timpani menonjol

ke lateral (bulging) dan dapat terjadi perforasi spontan. Apabila perforasi menetap hingga

lebih dari 8 minggu disebut sebagai OMSK.25

Berdasarkan berat ringannya penyakit OMA terdiri atas OMA risiko rendah dan OMA risiko

tinggi. Pembagian ini terutama membedakan tatalaksana OMA. Kriteria OMA risiko tinggi

adalah usia kurang dari 2 bulan, episode pertama kali mendapat OMA pada usia 6 bulan, 1

bulan terakhir menderita OMA, gizi buruk dan OMA berulang. 26

7

Diagnosis OMA dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan otoskopi atau

otomikroskopi. Pada anamnesis terdapat gejala demam, riwayat infeksi saluran napas atas,

letargi, dan gejala-gejala toksik. Kadang dapat disertai demam yang tidak membaik dan diare.

Pada bayi dan anak seringkali disertai gerak memegang telinga (tugging). Pada telinga dapat

dikeluhkan nyeri telinga (otalgia), gangguan pendengaran dan rasa penuh di telinga.27,28

Gambaran otoskopi OMA sesuai dengan stadium penyakit. Sacara otoskopi Stadium oklusi

tuba menunjukkan membran timpani (MT) yang suram, stadium hiperemis memiliki

gambaran MT hiperemis karena peningkatan dan pelebaran vaskularisasi akibat proses

radang akut. Pada stadium supurasi dapat terlibat MT bulging,sedangkan pada stadium

perforasi terdapat perforasi MT dan keluar cairan dari telinga (otorea). Pada stadium resolusi

MT dapat menutup kembali. Selain gambaran spesifik pada MT, pada OMA setingkali

terdapat gejala sistemik berupa demam, dan kadang-kadang menunjukkan gejala toksik. 27,28

OMA dapat disebabkan oleh bakteri ataupun virus, walaupun studi terakhir menunjukan virus

sebagai faktor kausatif utama pada OMA. Bakteri penyebab OMA terbanyak adalah

Streptococcus pneumonia sebanyak 30-40%, Haemophilus influenza 20%, serta Moraxella

catarrhalis 7-20%. Duapuluh persen OMA disebabkan oleh virus, terutama virus RSV dan

rinovirus. Virus lainnya yang juga ditemukan ialah parainfluenza, influenza, enterovirus, dan

adenovirus. Pasien OMA yang patogennya virus dan bakteri memiliki konsentrasi mediator

inflamasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang patogennya bakteri saja, sehingga

klinisnya lebih buruk.27-30

Otitis Media Efusi (OME)

OME adalah peradangan di telinga tengah disertatai akumulasi cairan di belakan membran

timpani yang utuh dan tidak terdapat gejala-gejala peradangan akut. Dari anamnesis pasien

dapat mengeluh telinga terasa penuh dan gangguan pendengaran. Pada pemeriksaan otoskopi

membran timpani dapat berwarna kekuningan, suram dan refleks cahaya berkurang atau tidak

ada. Warna MT dapat kekuningan, keabuan atau keruk. Di belakan MT dapat terlihat

bayangan batas cairan udara (air fluid level) atau gambaran gelembung udara (air bubble).6,18

8

Untuk mengetahui kondisi telinga tengah dapat dilakukan pemeriksaan timpanometri yang

dapat memberikan gambaran kelenturan membran timpani (compliance), refleks akustik, dan

tekanan di telinga tengah (pressure). Gambaran timpanogram tipe B (flat) menunjukkan

adanya cairan di telinga tengah. 31,32

Pemeriksaan pendengaran yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan penala, audiometri nada

murni, sedangkan untuk anak-anak yang belum kooperatif pemeriksaan pendengaran dapat

dilakukan dengan pemeriksaan yang obyektif yaitu brainstem evoked responseaudiometry

(BERA). Pada OME gangguan pendengaran yang ditimbulkan biasanya bersifat gangguan

pendengaran konduktif, tetapi tidak menutup kemungkinan gangguan saraf pendengaran

(sensorineural hearing loss) atau gangguan pendengaran campur.33-35

Otitis media supuratif kronik

OMSK adalah peradangan kronis telinga tengah dengan gajala keluar cairan dari telinga

(otore) yang bersifat menetap atau hilang timbul, dengan durasi lebih dari 8 minggu. Cairan

yang keluar dapat berupa serous, mukoid, atau purulen. 20

OMSK terdiri dari 2 tipe yaitu OMSK tipe aman dan OMSK tipe bahaya. Kedua tipe tersebut

dapat bersifat aktif atau tenang. Disebut sebagai OMSK tipe bahaya karena dapat

menyebabkan berbagai komplikasi berupa gangguan pendengaran, gangguan keseimbangan,

paresis fasialis, hingga komplikasi intracranial bahkan kematian.6

Diagnosis OMSK berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan otoskopi. Pada

OMSK tipe aman biasanya perforasi letak sentral, sedangkan pada OMSK tipe bahaya

perforasi dapat di attik atau perforasi marginal. Di telinga tengah dapat terlihat jaringan

granulasi, polip atau kolesteatoma. Tipe OMSK aman dan bahaya dibedakan berdasarkan ada

tidaknya kolesteatoma. Diagnosis gangguan pendengaran dapat dibuktikan dengan

pemeriksaan pendengaran yang subyektif (audiometri) maupun pemeriksaan pendengaran

yang obyektif missal BERA dan ASSR.6,20

Pemeriksaan penunjang lainnya adalah pemeriksaan radiologi baik radiologi konvensional

maupun tomografi komputer. Pemeriksaan foto polos Sculler dapat memberikan gambaran

telinga tengah yang cukup baik. Adanya kolesteatoma dapat terlihat sebagai gambaran

radiolusen berbatas tegas. Tomografi computer dapat menjelaskan lebih detail tentang osikel,

struktur-struktur penting seperti labirin, kanalis fasialis, dan destruksi. 33

9

Untuk mengetahui etiologi kuman penyebab dapat dilakukan pemeriksaan kultur dan tes

resistensi cairan telinga. Hal ini sangat bermanfaat terutama pada OMSK tipe bahaya yang

bersifat hilang timbul dan menimbulkan resistensi kuman. Pada OMSK kuman yang tersering

ditemukan adalah Pseudomonas aeruginosa dan Staphilococcus aureus. 38

Tatalaksana OMSK tipe aman adalah pengobatan secara konservatif dengan obat pencusi

telinga, antibiotika topikal yang tidak bersifat ototoksik dan antibiotika oral. Penyakit-

penyakit penyerta missal alergi, sinusitis, atau fokal infeksi di gigi juga perlu ditangani.

Apabila dengan terapi konservatif tidak ada perbaikan dalam hal otore hilang timbul atau

memerlukan rekonstruksi pendengaran, dapat dilakukan tindakan operatif yaitu timpanoplasti

dinding utuh. Pada OMSK tipe bahaya tatalaksana pilihan adalah operasi yang bertujuan

untuk mengatasi infeksi, mencegah komplikasi lebih lanjut dan memperbaiki pendengaran.33

10

BAB III

KERANGKA TEORI DAN KONSEP

KERANGKA TEORI

KERANGKA KONSEP

11

Faktor Sosiodemografi Lingkungan tempat

tinggal Pendapatan

Faktor Lingkungan Penggunaan dot Pajanan asap rokok Pengguna susu botol Posisi saat minum

susu

Akut Kronik

OMA OME

OMSKSembuh

Transudasi - Eksudasi

Membran Timpani Perforasi

Tekanan Negatif (-) di Telinga tengah

Gangguan Fungsi Tuba

Membran Timpani Utuh

Efusi Cairan di Telinga Tengah

Faktor Agen

Faktor Pejamu Usia Jenis kelamin Riwayat ASI ISPA Rinitis alergi Palatoskizis Status gizi Imunisasi Refluks laringofaring Hipertrofi adenoid Neoplasma

BAB IV

12

FAKTOR

- Pejamu- Agen- Lingkungan- Sosiodemografi

OMA

Gangguan pendengaran

OME

OMSK

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan survey di populasi yang bersifat deskriptif potong lintang untuk

mengetahui prevalensi dan karakteristik subyek otitis media, yang terdiri atas otitis media

akut, otitis media efusi dan otitis media supuratif kronis di Seluruh Indonesia.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di 20 cabang Perhati-KL, terdiri dari :

No Cabang1 Kalimantan Selatan Tengah

(Banjarmasin)2 Riau (Pekanbaru)3 Sulawesi Utara Tengah4 Sumatera Barat5 Kepulauan Riau (Batam)6 Jawa Tengah Utara

(Semarang)7 Sumatera Utara8 Kalimantan Barat (Pontianak)9 Jakarta10 Sulwasi Selatan Tenggara

(Makassar)11 Jawa Timur Utara (Surabaya)12 Sumatera Selatan13 Jambi14 Solo15 Jawa Tengah Selatan (Jogja)16 Aceh17 Banten18 Bali-Nusa19 Jawa Timur Selatan (Malang)20 Jawa Barat

dilaksanakan setelah mendapat izin dari wilayah setempat dan Panitia Tetap Etik Kedokteran/

Kesehatan FKUI-RSCM.

4.3. Alat dan Bahan Penelitian

Kuesioner penelitian

Alat pemeriksaan tinggi/ panjang badan dan timbangan berat badan

13

Alat-alat pemeriksaan THT: lampu kepala, otoskop, alat pembersih serumen,

spekulum hidung, spatula lidah

Dokumentasi: video endoskopi Storz

Audiometer NSA -100S

Timpanometer Interacoustic AT-235H

4.4. Populasi Penelitian

Populasi target adalah penduduk wilayah pada 7 sentra penelitian yang telah

disebutkan.

4.5. Kriteria Inklusi

Otitis Media Akut

Responden penduduk yang terpilih menjadi responden pada pemilihan sampel

Anak usia < 18 tahun terdapat gejala menderita peradangan akut telinga tengah sesuai

dengan kriteria diagnosis (anamnesis dan otoskopi) serta definisi operasional

Bersedia dan dapat mengikuti prosedur penelitian

Otitis Media Efusi

Responden penduduk yang terpilih menjadi responden pada pemilihan sampel

Pada pemeriksaan otoskopi memenuhi kriteria diagnosis OME dan sesuai definisi

operasional

Bersedia dan dapat mengikuti prosedur penelitian (pemeriksaan THT, pemeriksaan

pendengaran dengan audiometri dan pemeriksaan RFL)

Otitis Media Supuratif Kronik

Responden penduduk yang terpilih menjadi responden pada pemilihan sampel

Pada pemeriksaan otoskopi memenuhi kriteria diagnosis OMSK dan sesuai definisi

operasional

Bersedia dan dapat mengikuti prosedur penelitian

14

Kriteria Eksklusi

Membran timpani tidak dapat dievaluasi misal pada stenosis liang telinga, atresia

telinga, dan serumen liang telinga yang tidak dapat diekstraksi sebelum pemeriksaan

Responden tidak kooperatif

4.6. Cara Pemilihan sampel

Pemilihan sampel dilakukan secara stratified random sampling mulai dari kecamatan.

Selanjutnya dilakukan multi stage random sampling untuk memilih kelurahan, kemudian

sampel di kelurahan dipilih secara spatial random sampling.

4.7. Besar Sampel

Penelitian ini merupakan cakupan 5 penelitian mengenai profil otitis media di Tujuh

Sentra Penelitian. Besar sampel minimal terbanyak pada bagian penelitian ini sebesar ....

rumah dengan interval kepercayaan 95%.

4.8. Metode Pengambilan sampel

Pengambilan sampel dengan metode consecutive sampling pada semua data di tujuh

sentar penelitian. Dan dilakukan stratified sampling dari setiap sentra.

15

4.9. Alur Penelitian

ALUR PENELITIAN

pemeriksaan THT awal

16

Kriteria Inklusi / Eksklusi

Informed Concert

Wawancara Pengisian Koesioner

OMSK

Pemeriksaan THT Otoskopi

Audiometri

Curiga OMEOMA

Video Dokumentasi

Diagnosis

Non OME (matching)OME

Timpanometri

- Audiometri

4.10. Manajemen dan Analisis Data

Definisi Operasional

Otitis media akut

Peradangan akut mukosa telinga tengah

Cara Ukur

Anamnesis

Terdapat keluhan nyeri telinga,tugging (memegang/ menarik telinga pada bayi dan anak),

gangguan pendengaran, keluar cairan telinga. Salah satu keluhan tersebut yang terjadi dalam

kurun waktu <2minggu merupakan gejala OMA, biasanya disertai riwayat batuk pilek.

Pemeriksaan otoskopi

Pemeriksaan otoskopi menggunakan otoskop merk Heine Mini 3000 R

Gambaran membran timpani dapat berupa hiperemis, bulging (menonjol), atau perforasi

Otitis media efusi

Definisi

OME adalah terdapat cairan di telinga tengah dengan membran timpani utuh, tanpa ada

tanda-tanda infeksi akut

Alat Ukur

Timpanometer Interacoustic AT-235H

Cara ukur

Jenis tipanogram yang diperoleh ditentukan bentuk dan tipenya berdasarkan ukuran tekanan

dan kelenturannya. Bila terdapat gambaran tipe B berbentuk datar (kelenturan 0,06-0,81 cc)

dan tekanan < -200 daPa (mmH2O) maka timpanogram tersebut mengindikasikan adanya

cairan pada telinga tengah.

Otitis media supuratif kronik

Cara Ukur

Anamnesis

Terdapat riwayat keluar cairan terus menerus atau hilang timbul dalam kurun waktu lebih

dari 2 bulan

Pemeriksaan Otoskopi

Terdapat perforasi membran timpani, terdapat atau tidak disertai cairan

Alat ukur: otoskop merk Heine Mini 3000

17

Umur

Definisi umur adalah rentang waktu responden dilahirkan hingga penelitian.

Cara ukur : anamnesis dan kalender Masehi

Hasil ukur : tahun, pembulatan ke atas dilakukan apabila kelebihan > 6 bulan dan

pembulatan ke bawah apabila < 6 bulan.

Anak-anak : usia < 18 tahun

Infeksi saluran napas atas (ISNA)

Definsi : kejadian infeksi saluran napas akut (batuk pilek) dengan onset < 2 minggu,

atau berulang (kronik eksaserbasi akut), >4 kali dalam 3 bulan atau >6 bulan

dalam 1 tahun dengan menunjukkan tanda-tanda akut

Alat Ukur : kuesioner

Hasil ukur : Ya, Tidak

Skla Ukur : nominal

Status Gizi

Definisi : Keadaaan gizi percontoh, diperiksa menggunakan indeks massa tubuh

(standar baku antropometri WHO-NCHS)

Alat Ukur : timbangan berat badan, pengukur tinggi badan (mistar)

Hasil ukur : sangat kurus, kurus , normal, gemuk

Skala ukur : nominal

Posisi saat minum susu

Definisi : minum susu dengan posisi duduk atau tidur

Alat ukur : kuesioner (ditanyakan pada responden usia < 5 tahun)

Hasil ukur : minum susu dengan posisi duduk, minum susu dengan posisi tidur

Skala ukur : nominal

Lingkungan tempat tinggal

Definisi : Daerah tempat tinggal yang dikategorikan berdasarkan aspek sosioekonomi

menurut BPS

Alat ukur : Alamat tempat tinggal disesuaikan dengan data BPS

Hasil ukur : daerah kumuh atau daerah tidak kumuh (berdasarkan data dari BPS)

18

Skala ukur : nominal

Pendapatan orang tua

Definisi : Jumlah penghasilan (keluarga) selama sebulan

Alat Ukur : Kuesioner (berdasarkan data dari BPS)

Hasil ukur : < Rp.1.800.000, > Rp.1.800.000

Skala ukur : nominal

Berat Badan

Definisi : Berat badan dalam kilogram (kg) untuk responden usia > 2 tahun dan dalam

gram (gr) untuk responden berusia < 2tahun

Alat ukur : Timbangan bayi (untuk usia < 2 tahun) dan timbangan digital (untuk umur >

2 tahun)

Cara ukur : dilakukan pengukuran berat badan dengan posisi anak tidak boleh bersandar

ataupun berpegangan

Hasil ukur : dikategorikan menjadi berat badan kurang, cukup, obesitas

Skala ukur : nominal

Tinggi Badan

Definisi : Panjang badan dalam sentimeter

ALat ukur : Alat pengukur panjang badan bayi (untuk bayi dan anak yang belum dapat

berdiri), microtoise (untuk anak yang sudah dapat berdiri).

Cara ukur : dilakukan pengukuran tinggi badan dengan posisi anak berdiri atau berbaring

dengan kaki tungkai lurus (betis dan lutut menempel pada sandaran), mata dan

telinga membentuk satu garis dan sudut 90 derajat terhadap sandaran.

Hasil ukur : dikategorikan menjadi tinggi badan kurang, cukup

Skala ukur : nominal

Hipertrofi adenoid

Definisi : Pembesaran dan multiplikasi jaringan folikel adenoid yang disebabkan oleh

proses alergi atau infeksi

Alat ukur : Rinofaringolaringoskopi serat lentur olympus

Cara ukur : Berdasarkan video nasofaringoskopi serat optik lentur dinilai pembesaran

adenoid dengan menggunakan kriteria dari Cassano

19

Grade 1 Pembesaran adenoid 0-25% dari koana, tanpa keterlibatan

tuba Eustachius

Grade 2 Pembesaran adenoid 25-50 % dari koana, tanpa keterlibatan

tuba Eustachius

Grade 3 Pembesaran adenoid 50-75 % dari koana, dengan keterlibatan

tuba Eustachius

Grade 4 Pembesaran adenoid >75 % dari koana, dengan keterlibatan

tuba Eustachius

Hasil ukur : Hipertrofi adenoid (+) jika termasuk dalam grade III atau IV

Skala : Nominal

Atresia/ stenosis liang telinga

Definisi : kegagalan terbentuknya liang telinga atau terjadi penyempitan liang telinga

Alat ukur : otoskop

Hasil ukur : normal, stenosis, atresia

Satuan : nominal

Audiometri nada murni

Definisi : pemeriksaan dilakukan oleh orang yang telah diltih menggunakan

audimeter. Bagian dari audiometer tombol pengatur intensitas bunyi, tombol

pengatur frekuensi, headphone untuk memeriksa hantaran udara (AC).

Frekuensi yang diperiksa 1000 Hz, 2000 Hz dan 4000 Hz

Alat ukur : audiometer merek NSA-100S

Hasil ukur : gambaran audiogram

Gangguan pendengaran

Definisi : ambang dengar > 20dB pada pemeriksaan audiometri nada murni menurut

ASHA (The American Speech Language Hearing Association), AAA (The

American Academy of Audiology)

Alat ukur : Audiometer merk NSA-100S

Hasil ukur : Penjumlahan nilai konduksi udara pada pemeriksaan audiometri nada murni

dan dibagi dengan banyaknya frekuensi yang diperiksa

Satuan : kategori

20

Risiko Pajanan Asap Tembakau Rokok

Definisi : Risiko timbulnya suatu penyakit pada individu akibat menghirup asap rokok

yang berasal dari lingkungan asap rokok tembakau. Individu dapat seorang

perokok pasif atau perokok aktif.

Alat ukur : Menggunakan alat test kadar kotinin urine (The COT One Step Cotinine Test

Device)

Cara ukur : Mengukur hasil metabolit nikotin di dalam tubuh yaitu kadar kotinin urin

dengan menggunakan teknik lateral flow chromatographic immunoassay.

Hasil ukur : Risiko pajanan asap rokok tembakau positif (kotinin urin >200 ng/ml) atau

negatif (koinin urin <200 ng/ml)

Satuan : Nominal

Perokok Aktif

Definisi : Individu yang melakukan langsung aktivitas merokok dalam arti menghisap

batang rokok yang telah dibakar. Definisi WHO untuk perokok sekarang

adalah mereka yang merokok seiap hari untuk jangka waktu minimal 6 bulan

selamanya hidupnya dan masih merokok pada saat penelitian dilakukan.

Alat ukur : Kuesioner

Hasil ukur : Ya atau tidak

Satuan : Nominal

Penjelasan kepada pasien/ orang tua

Bapak/ Ibu yth.

21

Perkumpulan Ahli THT Indonesia Pusat sedang mengadakan penelitian tentang

penyakit peradangan telinga di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

angka kejadian penyakit radang telinga, risiko, penyebab dan sifat-sifat penyakit peradangan

telinga. Prosedur penelitian sebagai berikut, apabila bapak/ ibu/ anak terpilih sebagai

percontoh untuk diteliti, bapak/ ibu/ anak akan diwawancarai oleh petugas terlatih, kemudian

ditimbang dan diukur berat badan serta tinggi badan. Setelah itu dilakukan pemeriksaan

telinga menggunakan senter khusus pada liang telinga (otoskop dan didokumentasikan). Pada

tahap ini diambil kesimpulan apakah telinga bapak/ ibu/ anak tergolong normal atau

menderita radang telinga (akut, kronik, congek).

Selanjutnya apabila bapak/ ibu/ anak menglami peradangan telinga jenis yang kronik

(lama) akan dilakukan pemeriksaan pendengaran. Apabila gendang telinga utuh juga

dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui kondisi telinga tengah, dengan cara menggunakan

alat lunak yang diletakkan di liang telinga kanan dan kiri secara bergantian. Pemeriksaan ini

memerlukan waktu lebih kurang 5 menit, tanpa menimbulkan rasa nyeri.

Apabila pada telinga tengah anak bapak/ ibu terdapat cairan di telinga tengah dengan

gendang telinga yang utuh, selanjutnya akan dilakukan penampungan cairan telinga untuk

diperiksa.

Penelitian ini bersifat sukarela, bapak / ibu/ anak dapat menolak bila tidak bersedia.

Semua data dalam penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya.

Apabila ada hal-hal yang perlu ditanyakan atau disampaikan dapat menghubungi tim

peneliti.

Tim Peneliti

STATUS PENELITIAN

No. Kuesioner : _ _/_ _ _/_ _ _ _

22

I. IDENTITAS

I.1. IDENTITAS RESPONDEN

Nama : ......................................................................................................

Tanggal lahir :

Jenis kelamin :

Alamat : ......................................................................................................

......................................................................................................

......................................................................................................

Talepon : ......................................................................................................

Anak ke / dari : ......................................................................................................

Jumlah orang tinggal serumah : ..............................................................................

I.2. IDENTITAS ORANGTUA / WALI (NARASUMBER)Ayah Ibu

Nama

Usia

Pendidikan Tidak Sekolah SD SMP SMA Diploma S1 S2

Tidak Sekolah SD SMP SMA Diploma S1 S2

Pekerjaan Pegawai Negeri Pegawai Swasta Buruh Wiraswasta Pensiun Tidak Bekerja Lainnya, Sebutkan .......

Pegawai Negeri Pegawai Swasta Buruh Wiraswasta Pensiun Tidak Bekerja Ibu Rumah Tangga Lainnya, Sebutkan .......

Pendapatan/bln ≤ Rp2.500.000,- Rp 2.500.001,- s/d Rp 5.000.000,- > Rp 5.000.000,- Menolak Menjawab

≤ Rp2.500.000,- Rp 2.500.001,- s/d Rp 5.000.000,- > Rp 5.000.000,- Menolak Menjawab

II. ANAMNESIS

No Variabel Kanan Kiri Bilateral1 Rasa sakit di telinga 1. Ya 1. Ya 1. Ya

23

PL

2. Tidak3. NA

2. Tidak3. NA

2. Tidak3. NA

2 Memegang/menarik telinga 1. Ya2. Tidak3. NA

1. Ya2. Tidak3. NA

1. Ya2. Tidak3. NA

3 Keluar cairan dari telinga 1. Ya2. Tidak3. NA

1. Ya2. Tidak3. NA

1. Ya2. Tidak3. NA

4 Telinga terasa penuh 1. Ya2. Tidak3. NA

1. Ya2. Tidak3. NA

1. Ya2. Tidak3. NA

Sejak (hari/bulan/tahun).......

5 Penurunan pendengaran 1. Ya2. Tidak3. NA

1. Ya2. Tidak3. NA

1. Ya2. Tidak3. NA

Sejak (hari/bulan/tahun)........

6 Telinga berbunyi 1. Ya2. Tidak3. NA

1. Ya2. Tidak3. NA

1. Ya2. Tidak3. NA

Sejak (hari/bulan/tahun)........

7 Nyeri kepala hebat disertai muntah menyemprot

1. Ya2. Tidak3. NA

1. Ya2. Tidak3. NA

1. Ya2. Tidak3. NA

Sejak (hari/bulan/tahun)........

8 Gangguan komunikasi 1. Ya2. Tidak3. NA

1. Ya2. Tidak3. NA

1. Ya2. Tidak3. NA

Sejak (hari/bulan/tahun)........

9 Bisul belakang telinga 1. Ya2. Tidak3. NA

1. Ya2. Tidak3. NA

1. Ya2. Tidak3. NA

Sejak (hari/bulan/tahun)........

10 Muka mencong 1. Ya2. Tidak3. NA

1. Ya2. Tidak3. NA

1. Ya2. Tidak3. NA

Sejak (hari/bulan/tahun)........

11 Apakah gejala tersebut diatas disertai gejala Demam

1. Ya2. Tidak

Sejak (hari/bulan/tahun).......

24

12 Apakah gejala tersebut diatas disertai gejala Diare

1. Ya2. Tidak

Sejak (hari/bulan/tahun).......

13 Apakah gejala tersebut diatas disertai gejala Batuk pilek

1. Ya2. Tidak

Sejak (hari/bulan/tahun).......

PERTANYAAN UNTUK SUBYEK USIA ≤ 5 TAHUNNo Pertanyaan Jawaban1 Apakah responden pernah mendapat ASI? 1. Ya

2. TidakJika ya, berapa lama? (bulan)

2 Apakah responden menggunakan botol saat minum susu? 1. Ya2. Tidak

3 Posisi responden saat minum susu? 1. Berbaring2. Duduk

4 Apakah responden mengalami batuk pilek berulang?(>4x dalam 3 bulan atau >6x dalam 1 tahun)

1. Ya2. Tidak

5 Apakah responden memiliki riwayat bersin-bersin pagi hari disertai hindung tersumbat dan ingus cair ketika anda tidak sedang mengalami flu?

1. Ya2. Tidak

Keluhan diatas terjadi dalam 12 bulan terakhir? 1. Ya2. Tidak

6 Apakah responden perokok aktif? 1. Ya2. Tidak

7 Apakah ada anggota keluarga responden tinggal serumah yang merokok tembakau di dalam rumah?

1. Ya2. Tidak

8 Jumlah anggota keluarga yang merokok tembakau? 1. ≤12. >1

9 Jika ya, siapa anggota keluarga yang merokok tembakau? 1. Ayah2. Ibu3. Ayah dan Ibu4. Lainnya

10 Apakah responden mendapat imunisasi dasar lengkap? 1. Ya2. Tidak

11 Apakah responden mempunyai suara sengau? 1. Ya2. Tidak

III. PEMERIKSAAN FISIK THT

Berat badan : .................... g / kg

Tinggi badan : .................... cm

25

III.1. TELINGANo Variabel Kanan Kiri1 Liang telinga 1. Lapang

2. Sempit1. Lapang2. Sempit

2 Daun Telinga Luar 1. Normal2. Mikrotia3. Makrotia

1. Normal2. Mikrotia3. Makrotia

3 Kelainan Kongenital Peraurikuler Fistel

1. Ada2. Tidak

1. Ada2. Tidak

4 Sekret 1. Ya2. Tidak

1. Ya2. Tidak

5 Konsistensi 1. Serosa2. Mukoid3. Mukopurulen

1. Serosa2. Mukoid3. Mukopurulen

6 Membran timpani 1. Utuh2. Perforasi

1. Utuh2. Perforasi

Jika utuh, Warna membran timpani

1. Merah (red)2. Biru / abu-abu (blue/grey)3. Putih keabuan (silver)

1. Merah (red)2. Biru / abu-abu (blue/grey)3. Putih keabuan (silver)

7 Kondisi membran timpani 1. Normal2. Retraksi ringan3. Retraksi berat4. Bulging5. Gelembung udara6. Batas cairan-udara

1. Normal2. Retraksi ringan3. Retraksi berat4. Bulging5. Gelembung udara6. Batas cairan-udara

Jika perforasi: Ukuran 1. Total

2. Subtotal3. Sentral

1. Total2. Subtotal3. Sentral

Letak 1. Sentral2. Marginal

1. Sentral2. Marginal

Jaringan granulasi 1. Ada2. Tidak

1. Ada2. Tidak

Kolesteatoma 1. Ada2. Tidak

1. Ada2. Tidak

8 Retroaurikular Sikatriks 1. Ada

2. Tidak1. Ada2. Tidak

Fistel 1. Ada2. Tidak

1. Ada2. Tidak

26

Edema 1. Ada2. Tidak

1. Ada2. Tidak

Hiperemis 1. Ada2. Tidak

1. Ada2. Tidak

Nyeri tekan 1. Ada2. Tidak

1. Ada2. Tidak

Fluktuasi 1. Ada2. Tidak

1. Ada2. Tidak

III.2. HIDUNGNo Variabel Kanan Kiri1 Kavum nasi 1. Lapang

2. Sempit1. Lapang2. Sempit

2 Konka 1. Eutrofi2. Hipertrofi3. Edema4. Pucat5.Hiperemis

1. Eutrofi2. Hipertrofi3. Edema4. Pucat5.Hiperemis

3 Sekret 1. Ada2. Tidak ada

1. Ada2. Tidak ada

4 Septum 1. Lurus2. Deviasi

1. Lurus2. Deviasi

5 Polip 1. Ada2. Tidak

1. Ada2. Tidak

III.3. TENGGOROKANNo Variabel1 Faring granuler 1. Ada

2. Tidak

2 Hiperemis 1.Ya2. Tidak

3 Tonsil (ukuran) 1. T12. T23. T34. T45. T0

4 Kripti melebar 1.Ya2. Tidak

27

5 Detritus 1.Ya2. Tidak

6 Celah palatum 1.Ya2. Tidak

Paresis Nervus Fasialis (House Brackman) AD / AS

0 1 2 3 4 5 6

AUDIOMETRI

AC 500 1000 2000 4000 8000

Kanan

Kiri

TIMPANOMETRI

AD AS

Compliance

Pressure

Type

KESIMPULAN Normal / OME / OMSK

REKOMENDASI Reviewer :

Pewawancara :

Tgl wawancara :

DAFTAR PUSTAKA

28

1. Yates PD, Anari S. Otitis media. In: Current ad. Head and Neck Surgery

Otolaryngology 2nd ed. Lange. McGraw Hill; 2008. P. 655-65.

2. Elden LM. Otitis Media. In: Wetmore RF. Pediatric Otolaryngology : The Requisites

in Pediatrics. 1st ed. Philadelphia: Mosby Elsevier; 2007. P.77-94.

3. Berman S. Otitis media in developing countries. Pediatrics. July 1995;96(1): 126-30.

4. Departemen Kesehatan RI. Hasil Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan

Pendengaran. Jakarta : 1998.

5. World health organization (WHO). Chronic Suppurative Otitis Media of Illness and

Management Options. Child and adolescents Health and Development Prevention of

Blindness and Deafness. WHO Geneva, Switzerland 2007.

6. Bluestone CD, Klein JO. Otitis media in infant and children. 4 th ed. Philadelphia: WB

Saunders, 2007: 1-19

7. Rovers MM, Numans ME, Langenbach E, Grobbee DE, Verheij TJM and Schilder

AGM. Is Pacifier use a risk factor for acute otitis media? A dynamic cohort study.

Family Practice. 2008; 25: 233-6

8. Greenberg D, Hoffman S, Leibovitz E, Dagan R. acute otitis media in children:

association with day care centers-antibacterial resistance, treatment, and prevention.

Pediatr Drugs. 2008; 10(2); 75-83

9. Lee KJ. Audiology. In: Lee KJ, editors. Essential otolaryngology : Head and Neck

Surgery 9th ed. United States of America: The McGraw Hill Company; 2008. P.24-69

10. Blackford AL, Yang G, Avila MH, Przewozniak K, et al. Cotinine concentration in

smokers from different countries: relationship with amount smoked and cigarette

type. Cancer Epidemiol Biomarkers Prev 2006; 15: 1799-804

11. Jacoby PA, Coates HL, Arumugaswamy A, et al. The effect of passive smoking on

the risk of otitis media in Aboriginal and non-Aboriginal children in the Kalgoorlie-

Boulder region of Western Australia. MJA 2008; 118: 559-603

Badan Pusat Statistik. Survei sosial ekonomi nasional (Susenas), 2007

12. Tasker A, Dettmar Peter W, Panetti M, et al. Reflux of gastric juice and glue ear in

children. Lancet 2002; 359:493.

13. Keles B, Oztruk K, Gunel E, Arbag H, Ozer B. Pharyngeal reflux in children with

chronic otitis media with effusion. Acta otolaryngol 2004; 124:1178-81.

14. Casselbrant ML, Mandel EM. Epidemiology.In: Rosenfeld RM, Bluestone CD,

editors. Evidence-based otitis media. Hamilton, ON, Canada: BC Decker. 2003:p.147-

62.

29

15. Gultekin E, Develioglu ON, Yener M, Ozdemir I, Kulekci M. Prevalence and risk

factors for persistent otitis media with effusion in primary school children in Istanbul,

Turkey. Auris Nasus Larynx 2010; 37: 145-9

16. Corbee L. what is new in otitis media? Eur J Pediatr 2007; 166: 511-519

17. World health organization (WHO). Chronic Suppurative Otitis Media of Illness and

Management Options. Child and adolescents Health and Development Prevention of

Blindness and Deafness. WHO Geneva, Switzerland 2004.

18. Yousaf M, Inayatullah, Khan AR, ahmad N, Ali S. The presentation pattern of otitis

media with effusion. J Med Sci 2009; 17: 53-5

19. Bluestone CD, Klein JO. Epidemiology. In: Bluestone CD, ed. Otitis Media in infants

and children 4th ed.: BC Decker Inc., 2007: 87-94

20. Bluestone CD. Eustachian tube function and dysfunction. In: Rosenfeld RM,

Bluestone CD, editors. Evidence-based otitis media. Hamilton, ON, Canada: BC

Decker. 2003:p.163–79.

21. Wright A. Anatomy and ultrastucture of human ear. In: Kerr AG, Booth JB, editors.

Scott-Brown’s Otolaryngology, 6th ed. Oxford: Butterwoth-Heinemann, 1997:

p1/1/1-50.

22. Djaafar ZA, Helmi, Restuti RD. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi EA,

Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku ajar ilmu kesehatan telinga

hidung tenggorok. Edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007.hal.64-9.

23. Guideline penyakit tht di Indonesia. 2007:hal.55.

24. American Academy of Pediatrics Subcommittee on Management of Acute Otitis

Media. Diagnosis and management of acute otitis

media. Pediatrics. May 2004;113(5):1451-65. 

25. Carlson LH, Carlson RD. Diagnosis. In: Rosenfeld RM, Bluestone CD, editors.

Evidence-based otitis media. Hamilton, ON, Canada: BC Decker. 2003:p.147-62.

26. Broides A, Dagan R, Greenberg D, Givon-Lavi N, Leibovits E. Acute otitis media

caused by Moraxella catarrhalis: epidemiologic and clinical characteristics. Clin

Infect Dis. Dec 2009; 49(11): 1641-7

27. Tauriainen S et al. Temporal relationship between human parechovirus I infection and

otitis media in Young Children. J Infect Dis. 2008: 198: 35-40

28. Shanks J, Shonet J. Tympanometry in clinical practice. In: handbook of clinical

audiology 6th ed. Lippincott Williams & wilkins ; 2009. P. 157-88

30

29. Gelfand SA. Acoustic immitance assessment. In: Essentials of audiology 2nd ed.

Thieme;2001.p.227-9

30. Rosenfeld RM, Culpepper L, Doyle KJ, Grundfast KM, Hoberman A, Kenna MA, et

al. Clinical practice guideline: otitis media in effusion. Supplement to Otolaryngology

Head and Neck Surgery 2004; 130

31. Gelfand SA. Audiological screening. In: Essentials of audiology 2nd ed.

Thieme;2001.p. 408-17

32. Lee IW, Goh EK, Roh HJ, et al. Histologic changes in the Eustachian tube mucosa of

rats after short-term exposure to cigarette smoke. Otology & Neurotology 2006; 27:

433-40

33. Kotsis George P, Nikolopoulos TP, Yiotakis IE, Papacharalampus GX, Kandiloros

DC. Recurrent acute otitis media and gastroesophageal reflux disease in children, Is

there an association. Int J of Ped Otorhinolaryngol 2009; 73: 1373-80

34. Schreiber S, Garten D, Sudhov H. Pathophysiological mechanics of extraesophageal

reflux in otolaryngeal disorders. Eur Arch Otorhinolaryngol 2009; 266: 17-24

35. Oyeleke, S. B. Screening for bacteria agents responsible for otitis media and their

antibiogram. African J Microbiol Res. 2009; 3; p. 249-52.

36. Umar, Sakina. Prevalensi dan Faktor Risiko Otitis Media Akut Pada Anak-Anak di

Kotamadya Jakarta Timur. Tesis. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

2014

31

JADWAL RISET

Uraian kegiatan yang akan dikerjakan (jangka waktu disesuaikan dengan objektif yang akan

dicapai)

Uraian KegiatanBulan

Maret April Mei Juni Juli Agustus

Persiapan sosialisasi dan

perizinan wilayah

Pengajuan proposal etik

Pengumpulan data

Analisis data

Pembuatan Laporan dan

publikasi

32

PERKIRAAN PEMBIAYAAN PENELITIANPROFIL OTITIS MEDIA DI INDONESIA

NO ALAT JUMLAH KETERANGAN Jumlah1 Alat Kesehatan Alat dan bahan untuk pemeriksaan Rp 2.500.000

2 ATK Print Audiometri, timpanometri, Kuisioner Rp 7.500.000

3 Kader 2 puskesmas Rp 1.000.0004 Souvenir 400 Rp 20.000.0005 Puskesmas 2 Garpu tala dan otoskop Rp 3.000.0006 Pengolahan data dan program Rp 5.000.0007 Konsumsi sampel Rp 5.000.000

TOTAL Rp 44.000.000

33