Referat Mens Kb

57
BAB I PENDAHULUAN Banyak kepercayaan mengenai menstruasi yang telah dicatat sepanjang sejarah. Pengetahuan dan sikap tentang aspek fisiologi wanita telah berubah secara perlahan-lahan. Dan dengan kemajuan ilmiah beberapa dekade terakhir telah mengungkapkan hubungan yang dinamis antara hormon hipofisis dan gonad dan sifat siklik dari proses reproduksi yang normal. Diagnosis dan pengelolaan fungsi menstruasi yang abnormal harus didasarkan pada pemahaman tentang mekanisme fisiologis dalam regulasi siklus menstruasi yang normal. (7) Pada wanita yang subur dan merupakan pelaku seksual aktif yang tidak menggunakan kontrasepsi memiliki tingkat kehamilan sampai 90 % dalam 1 tahun. Bagi mereka yang tidak menginginkan kehamilan, saat ini pengaturan kesuburan dapat dilakukan dan terdapat berbagai metode kontrasepsi yang efektif. Namun perlu diketahui bahwa tidak ada satupun kontrasepsi yang tanpa dengan efek samping atau yang dikategorikan tanpa bahaya. Namun dapat dipastikan bahwa dengan melakukan kontrasepsi dapat menimbulkan risiko kehamilan yang lebih kecil. (3) Angka kelahiran di Indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan data dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang diperoleh dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) dan dilansir 1

description

referat obsgyn

Transcript of Referat Mens Kb

Page 1: Referat Mens Kb

BAB IPENDAHULUAN

Banyak kepercayaan mengenai menstruasi yang telah dicatat sepanjang

sejarah. Pengetahuan dan sikap tentang aspek fisiologi wanita telah berubah

secara perlahan-lahan. Dan dengan kemajuan ilmiah beberapa dekade terakhir

telah mengungkapkan hubungan yang dinamis antara hormon hipofisis dan gonad

dan sifat siklik dari proses reproduksi yang normal. Diagnosis dan pengelolaan

fungsi menstruasi yang abnormal harus didasarkan pada pemahaman tentang

mekanisme fisiologis dalam regulasi siklus menstruasi yang normal. (7)

Pada wanita yang subur dan merupakan pelaku seksual aktif yang tidak

menggunakan kontrasepsi memiliki tingkat kehamilan sampai 90 % dalam 1

tahun. Bagi mereka yang tidak menginginkan kehamilan, saat ini pengaturan

kesuburan dapat dilakukan dan terdapat berbagai metode kontrasepsi yang efektif.

Namun perlu diketahui bahwa tidak ada satupun kontrasepsi yang tanpa dengan

efek samping atau yang dikategorikan tanpa bahaya. Namun dapat dipastikan

bahwa dengan melakukan kontrasepsi dapat menimbulkan risiko kehamilan yang

lebih kecil. (3)

Angka kelahiran di Indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan data dari

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang diperoleh dari

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) dan dilansir dari KOMPAS

pada tanggal 10 September 2008, menunjukkan bahwa, tahun 1971 nilai angka

kelahiran atau total fertility rate (TFR) mencapai 5,61, tahun 1980 sebesar 4,68,

tahun 1987 sebesar 3,39, tahun 1990 sebesar 3,02, tahun 1994 sebesar 2,86, tahun

1997 sebesar 2,78, dan 2002 sebesar 2,6. (6) Dibandingkan dengan Amerika

Serikat yang pada tahun 2003 sebesar 2,07 dan tahun 2010 sebesar 2.05. (5)

Pemahaman mengenai siklus menstruasi sangat erat kaitannya dengan

penggunaan kontrasepsi hormonal disebabkan kontrasepsi hormonal

mempengaruhi “keseimbangan” dari siklus haid yang normal. Dengan

menggunakan kontrasepsi maka angka kelahiran dapat diturunkan.

1

Page 2: Referat Mens Kb

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Menstruasi

Siklus menstruasi dapat ditinjau dari uterus maupun ovarium. Siklus

uterus berupa pertumbuhan dan pengelupasan bagian dalam uterus -

endometrium. Pada akhir fase menstruasi endometrium mulai tumbuh

kembali dan memasuki fase proliferasi. Pasca ovulasi, pertumbuhan

endometrium berhenti sesaat dan kelenjar endometrium menjadi lebih aktif –

fase sekresi. Perubahan endometrium dikendalikan oleh siklus yang terjadi

dalam ovarium.

Lama siklus menstruasi rata-rata adalah 28 hari dan terdiri dari :

1. Fase folikuler

2. Ovulasi

3. Fase luteal (pasca ovulasi)

Bila siklus menjadi panjang, fase folikuler yang akan menjadi panjang dan

fase luteal akan tetap konstan berlangsung selama 14 hari.

Agar siklus menstruasi berlangsung secara normal diperlukan :

1. Poros hipotalamus-hipofisis-ovarium yang baik

2. Didalam ovarium terdapat folikel yang responsif

3. Fungsi uterus berlangsung secara normal

2.1.1 Endokrinologi Siklus Menstruasi

Pengendalian maturasi folikel dan proses ovulasi dilakukan oleh poros

hipotalamus-hipofisis-ovarium. Hipotalamus mengendalikan siklus

menstruasi, namun organ ini sendiri dapat pula dipengaruhi oleh pusat otak

yang lebih tinggi, sehingga faktor kecemasan ataupun gangguan kejiwaan lain

dapat mengganggu pola menstruasi yang normal.

2

Page 3: Referat Mens Kb

Hipotalamus mempengaruhi hipofisis melalui pengeluaran GnRH-

Gonadotropin Releasing Hormon. GnRH melalui sistem sirkulasi portal

menuju hipofisis anterior dan menyebabkan gonadotrof hipofisis melakukan

sintesa dan pelepasan FSH - foliclle stimulating hormone dan LH -

Luteinizing hormone. FSH akan menyebabkan proses maturasi folikel selama

fase folikuler dan LH berperan dalam proses ovulasi serta produksi

progesteron oleh corpus luteum. Aktivitas siklis dalam ovarium berlangsung

melalui mekanisme umpan balik diantara ovarium – hipotalamus dan

hipofisis.

Gambar 2.1 Mekanisme Aksi Hormon Hipotalamus – Hipofisis - Ovarium

2.1.2 Ovarium pada Menstruasi

FASE FOLIKULER

HARI KE 1 – 10

Pada awal siklus, kadar FSH dan LH relatif tinggi dan hormon ini

akan merangsang pertumbuhan 10 – 20 folikel namun hanya 1 folikel yang

‘dominan’ yang menjadi matang dan sisanya akan mengalami atresia.

3

Page 4: Referat Mens Kb

Kadar FSH dan LH yang relatif tinggi dipicu oleh penurunan kadar

estrogen dan progesteron pada akhir fase sebelumnya. Selama dan segera

setelah menstruasi, kadar estrogen relatif rendah namun dengan

pertumbuhan folikel kadarnya akan segera meningkat.

Gambar 2.2 Siklus Menstruasi dan Ovarium

Hari KE 10 - 14

Dengan bertambahnya ukuran folikel, terjadi akumulasi cairan

diantara sel granulosa dan menyebabkan terbentuknya anthrum, sehingga

folikel primer berubah bentuk menjadi folikel d’graaf, disini oosit

menempati posisi excenteric dan dikelilingi oleh 2 – 3 lapisan sel

granulosa dan disebut sebagai cumulus oophorus .

Dengan semakin matangnya folikel, kadar estrogen menjadi semakin

bertambah (terutama dari jenis estradiol) dan mencapai puncaknya 18 jam

sebelum ovulasi. Dengan semakin meningkatnya kadar estrogen, produksi

FSH dan LH menurun ( umpan balik negatif ) untuk mencegah

hiperstimulasi ovarium dan maturasi folikel lainnya.

4

Page 5: Referat Mens Kb

Gambar 2.3 Gambar Aksis Hipotalamaus – Hipofisis – Ovarium terhadap siklus

menstruasi

OVULASI

HARI KE 14

Ovulasi terjadi dengan pembesaran folikel yang cepat dan diikuti

protrusi permukaan kortek ovarium dan pecahnya folikel menyebabkan

keluarnya oosit dan cumulus oophorus yang melekat dengannya.

Pada sejumlah wanita Kadang-kadang proses ovulasi ini

menimbulkan rasa sakit sekitar fossa iliaka yang dikenal dengan nama

‘mittelschmerz’ . Peningkatan kadar estradiol pada akhir mid-cycle

diperkirakan akibat LH surge dan penurunan kadar FSH akan

menyebabkan – peristiwa umpan balik positif. Sesaat sebelum ovulasi

terjadi penurunan kadar estradiol secara tiba-tiba dan peningkatan produksi

progesteron.

FASE LUTEAL

HARI 15 - 28

Sisa folikel yang telah ruptur berada didalam ovarium. Sel granulosa

mengalami luteinisasi dan membentuk corpus luteum. Corpus luteum

merupakan sumber utama dari hormon steroid seksual, estrogen dan

progesteron yang dikeluarkan oleh ovarium pada fase pasca ovulasi (fase

luteal)

5

Page 6: Referat Mens Kb

Gambar 2.4 Gambar mekanisme negative feed back aksis

hipotalamus - hipofisis

Terbentuknya corpus luteum akan menyebabkan sekresi progesteron

terus meningkat dan terjadi pula kenaikan kadar estradiol berikutnya.

Gambar 2.5 Gambar pola hormonal terhadap perkembangan endometrium

6

Page 7: Referat Mens Kb

Selama fase luteal, kadar gonadotropin tetap rendah sampai terjadi

regresi corpus luteum pada hari ke 26 – 28. Bila terjadi konsepsi dan

implantasi, corpus luteum tidak akan mengalami regresi oleh karena

keberadaanya dipertahankan oleh gonadotropin yang diproduksi oleh

trofoblas. Namun, bila tidak terjadi konsepsi dan implantasi, corpus luteum

akan mengalami regresi dan siklus menstruasi akan mulai berlangsung

kembali. Akibat penurunan kadar hormon steroid, terjadi peningkatan

kadar gonadotropin dan siklus menstruasi akan berlangsung kembali.

2.1.3 Endometrium pada Menstruasi

Endometrium memberikan respon secara khas terhadap progestin,

androgen dan estrogen. Inilah sebabnya mengapa endometrium dapat

mengalami proses menstruasi dan memungkinkan terjadinya proses

implantasi hasil konsepsi saat terjadi proses kehamilan.

Secara fungsional, endometrium dibagi menjadi 2 zona :

1. Bagian luar ( stratum fungsionalis ) yang mengalami perubahan

morfologik dan fungsional secara siklis

2. Bagian dalam ( stratum basalis ) yang secara relatif tidak mengalami

perubahan dan berperan penting dalam proses penggantian sel

endometrium yang terkelupas saat menstruasi. Arteri basalis berada dalam

stratum basalis dan arteri spiralis khususnya terbentuk dalam stratum

fungsionalis.

Perubahan siklis endometrium secara histofisiologi dibagia menjadi 3 stadium

: fase menstruasi, fase proliferasi (estrogenik) dan fase sekresi

( progestasional)

7

Page 8: Referat Mens Kb

Gambar 2.6 Gambar lapisan endometrium dan pola vaskularisasi

FASE PROLIFERASI

Selama fase folikuler, endometrium terpapar dengan sekresi estrogen.

Pada akhir menstruasi, regenerasi endometrium berlangsung dengan cepat.

Pada stadium ini – Fase Proliferasi , pola kelenjar endometrium adalah

regular dan tubuler, sejajar satu sama lain dan mengandung sedikit cairan

sekresi.

Gambar 2.7 Gambar Fase Proliferasi Endometrium

8

Page 9: Referat Mens Kb

FASE SEKRESI

Pasca ovulasi, produksi progesteron memicu terjadi perubahan sekresi

pada kelenjar endometrium. Terlihat adanya vakuola yang berisi cairan

sekresi pada epitel kelenjar. Kelenjar endometrium menjadi semakin berliku-

liku.

Gambar 2.8 Gambar Fase Sekresi Endometrium

FASE MENSTRUASI

Secara normal fase luteal berlangsung selama 14 hari.

Pada saat-saat akhir corpus luteum, terjadi penurunan produksi estrogen dan

progesteron. Penurunan ini diikuti dengan kontraksi spasmodik dari arteri

spiralis sehingga terjadi ischemik dan nekrosis lapisan superfisial

endometrium sehingga terjadi perdarahan.

Vasospasme nampaknya merupakan akibat adanya produksi

prostaglandin lokal. Prostaglandin juga menyebabkan kontraksi uterus saat

menstruasi. Darah menstruasi tidak mengalami pembekuan oleh karena

adanya aktivitas fibrinolitik dalam pembuluh darah endometrium yang

mencapai puncaknya saat menstruasi.

9

Page 10: Referat Mens Kb

2.1.4 Serviks pada Menstruasi

Pada wanita terdapat hubungan langsung antara traktus genitalis bagian

bawah dengan cavum peritoneal. Hubungan langsung ini memungkinkan

spermatozoa mencapai ovum, meskipun fertilisasi umumnya terjadi di dalam

tuba falopii. Hubungan langsung ini pula yang memudahkan wanita

mengalami infeksi genitalia interna. Namun keberadaan lendir servik dapat

mencegah hal itu terjadi.

Gambar 2.9 Cervical Mukus

Pada fase folikuler dini, konsistensi lendir servik kental dan impermeable (

seperti putih telur )

Pada fase folikuler lanjut, meningkatnya kadar estrogen menyebabkan

lendir yang menjadi lebih encer dan relatif semipermeabel dan relatif

mudah ditembus oleh spermatozoa. Perubahan lendiri servik yang menjadi

lebih encer ini disebut sebagai ‘spinnbarkheit’

Pasca ovulasi, progesteron yang dihasilkan corpus luteum menetralisir

efek estrogen sehingga lendir servik menjadi kental kembali dan

impermeabel.

10

Page 11: Referat Mens Kb

2.1.5 Perubahan Siklus Lain

Meskipun maksud dari perubahan hormon ovarium secara siklis adalah

ditujukan pada traktus genitalia, namun hormon-hormon tersebut juga dapat

mempengaruhi sejumlah organ tubuh lain.

Suhu badan basal

Terjadi kenaikan suhu badan basal kira-kira 10 F – 0.50 C pada saat

ovulasi dan kenaikan suhu tersebut dipertahankan sampai menstruasi. Ini

disebabkanb oleh efek termogenik progesteron. Bila terjadi konsepsi,

kenaikan suhu badan basal ini tetap bertahan sampai selama kehamilan.

Perubahan pada payudara

Kelenjar mamma sangat sensitif terhadap estrogen dan progesteron.

Pembengkakan payudara seringkali merupakan tanda pubertas sebagai

respon atas kenaikan estrogen ovarium.

Estrogen dan progesteron bekerja secara sinergistik terhadap

payudara dan selama siklus menstruasi, pembengkakan payu dara terjadi

pada fase luteal dimana kadar progesteron sedang tinggi.

Perubahan psikologi

Beberapa wanita mengalami perubahan ‘mood’ terkait dengan siklus

menstruasi. Terjadi instabilitas emosional pada fase luteal. Perubahan ini

disebabkan oleh penurunan progesteron.

Tidak dapat dipastikan apakah perubahan mood tersebut disebabkan oleh

siklus menstruasi atau merupakan sindroma premenstrual.

2.2 Kontrasepsi

Pengertian kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel

sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi

ke dinding rahim. Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam

kontrasepsi. Metode dalam kontrasepsi tidak ada satupun yang efektif secara

menyeluruh. Meskipun begitu, beberapa metode dapat lebih efektif

dibandingkan metode lainnya. Efektivitas metode kontrasepsi yang digunakan

11

Page 12: Referat Mens Kb

bergantung pada kesesuaian pengguna dengan instruksi. Perbedaan

keberhasilan metode juga tergantung pada tipikal penggunaan (yang

terkadang tidak konsisten) dan penggunaan sempurna (mengikuti semua

instruksi dengan benar dan tepat) (Medicastore, 2008). Kontrasepsi adalah

menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan

antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut (Depkes RI, 2002).

2.2.1 Macam-macam Kontrasepsi

a. Metode Sederhana

1) Tanpa alat

a) KB Alamiah

b) Coitus Interruptus

2) Dengan alat

a) Mekanis (barrier)

b) Kimiawi

b. Metode Modern

1) Kontrasepsi hormonal

a) Peroral : Pil Oral Kombinasi (POK), mini-pil, morning-after

pill

b) Injeksi / suntikan : DMPA, NET-EN, Microsheres,

Microcapsules

c) Sub-kutis : implant

2) Intra Uterine Devices (IUD)

3) Kontrasepsi mantap

2.2.2 Kontrasepsi Sederhana

2.2.3 Kontrasepsi Hormonal

2.2.3.1 Mekanisme Kerja Kontrasepsi Hormonal

A. Kontrasepsi hormonal mempengaruhi :

1. Ovulasi

2. Implantasi

12

Page 13: Referat Mens Kb

3. Transport gamet

4. Fungsi corpus luteum

5. Lendi serviks

B. Mekanisme Kerja Estrogen :

1. Ovulasi

a. Estrogen menghambat ovulasi melalui efek pada

hipotalamus, yang kemudian mengakibatkan suppresi pada

FSH dan LH kelenjar hipofise.

b. Penghambatan tersebut tampak dari tidak adanya estrogen

pada pertengahan siklus, tidak adanya puncak-puncak FSH

dan LH pada pertengahan siklus dan suppresi post-ovulasi

peninggian progesterone dalam serum dan pregnadediol

dalam urin yang terjadi dalam keadaan normal.

c. Ovulasi pun tidak selalu dihambat oleh estrogen dalam pil

oral kombinasi (yang berisi estrogen 50 mcg atau kurang),

karena estrogen mungkin hanya efektif 95-98% dalam

menghambat ovulasi, dan keadaan efektifitas hampir 100%

disebabkan efek kuat progesterone sebagai tambahan dalam

menghambat ovulasi oleh estrogen, yaitu karena efek

progesterone pada lender cervix dan lingkungan

endometrium serta tuba.

d. Produksi hormone endogenous memang dihambat, tetapi

tidak seluruhnya. Masih ada sedikit estrogen yang

dihasilkan ovarium seperti pada fase folikuler dini siklus

haid.

2. Implantasi

a. Implantasi dari blastocyst yang sedang berkembang terjadi

6 hari setelah fertilisasi, dan ini dapat dihambat bila

lingkungan endometrium tidak berada dalam Keadaan

optimal. Kadar estrogen atau progesterone yang berlebihan

atau kurang/inadekuat atau keseimbangan estrogen-

13

Page 14: Referat Mens Kb

progesteron yang tidak tepat, menyebabkan pola

endometrium yang abnormal sehingga menjadi tidak baik

untuk implantasi.

b. Implantasi dari ovum yang telah dibuahin juga dapat

dihambat oleh estrogen dosis tinggi ( diethylstilbestrol,

ethinyl estradiol ) yang diberikan sekitar pertengahan siklus

pada senggama yang tidak dilindungi, dan ini disebabkan

karena terganggunga perkembangan endometrium yang

normal. Efek inilah yang rupanya menjadi dasar bagi

metode kontrasepsi pasca-senggama/post-coital.

3. Transport Gamet/Ovum

Pada percobaan binatang, transport gamet/ovum dipercepat oleh

estrogen, dan ini disebabkan karena efek hormonal pada sekresi

dan peristaltic tuba serta kontraktilitas uterus.

4. Luteolysis

a. Yaitu degenerasi dari corpus luteum, yang menyebabkan

penurunan yang cepat dari produksi estrogen dan

progesterone oleh ovarium, yang selanjutnya menyebabkan

dilepaskannya/dibuangnya jaringan endometrium. Untuk

kelangsungan kehamilan yang baik diperlukan fungsi

corpus luteum yang baik.

b. Degenerasi dari corpus luteum menyebabkan penurunan

kadar progesterone serum dan selanjutnya mencegah

implantasi yang normal, merupakan efek yang mungkin

disebabkan oleh Pemberian estrogen dosis tinggi pasca

senggama.

C. Mekanisme Kerja Progesterone:

14

Page 15: Referat Mens Kb

1. Ovulasi

Ovulasi sendiri mungkin dapat dihambat karena terganggunya

fungsi poros hipotalamus-hypophyse-ovarium dank arena

modifikasi dari FSH dan LH pada pertengahan siklus yang

disebabkan oleh progesterone.

2. Implantasi

a. Implantasi mungkin dapat dicegah bila diberikan

progesterone pra-ovulasi. Ini yang menjadi dasar untuk

membuat IUD yang mengandung progesterone.

b. Pemberian progesterone-eksogenous dapat mengganggu

kadar puncak FSH dan LH, sehingga meskipun terjadi

ovulasi, produksi progesterone yang berkurang dari corpus

luteum menyebabkan poenghambatan dari implantasi.

c. Pemberian progesterone secara sistemik dan untuk jangka

waktu yang lama menyebabkan endometrium mengalami

keadaan “istirahat” dan atropi.

3. Transpor Gamet/Ovum

a. Pengangkutan ovum dapat diperlambat bila diberikan

progesterone sebelum terjadi fertilisasi.

b. Pengangkutan ovum yang lambat dapat menyebabkan

peninggian insiden implantasi ektopik (tubal) pada wanita

yang memakai kontrasepsi yang hanya mengandung

progesterone.

4. Luteolysis

Pemberian jangka lama progesterone saja mungkin

menyebabkan fungsi corpus luteum yang tidak adekuat pada

siklus haid yang mempunyai ovulasi.

15

Page 16: Referat Mens Kb

5. Lendir Serviks yang Kental

a. Dalam 48 jan setelah Pemberian progesterone, sudah

tampak lender serviks yang kental, sehingga motilitas dan

daya penetrasi dari spermatozoa sangat terhambat.

b. Lender serviks yang “bermusuhan/tidak ramah” untuk

spermatozoa adalah lender yang jumlahnya sedikit, kental

dan seluler serta kurang menunjukkan ferning dan

spinnbarkeit.

2.2.4 Pil Oral Kombinasi (POK)

2.2.4.1 Mekanisme Kontrasepsi Sekunder

Pil oral harus diminum setiap hari agar efektif karena mereka

dimetabolisir dalam 24 jam. Bila akseptor lupa minum 1 atau 2 tablet,

maka mungkin akan terjadi peninggian hormon-hormon alamiah, yang

selanjutnya mengakibatkan ovum menjadi matang lalu dilepaskan.

Preparat hormon steroid juga menyediakan mekanisme kontrasepsi

sekunder yang dapat melindungi terhadap kehamilan meskipun terjadi

ovulasi, misalnya lender cervix menjadi sedikit, lebih kental dan seluler,

sehingga merupakan barrier fisik terhadap penetrasi spermatozoa. Pada

saat yang bersamaan, Perubahan-perubahan kelenjar dalam

endometrium timbul lebih awal dan dengan intensitas yang lebih besar,

sehingga endometrium tidak berada dalam fase yang sesuai dengan

ovulasi dan kurang dapat mendukung ovum yang mungkin dilepaskan

dan mengalami fertilisasi.

2.2.4.2 Meniru Keadaan Alamiah

Pemberian pil oral bukan saja mencegah ovulasi, tetapi juga

menimbulkan Gejala-gejala “pseudo-pregnancy” (“kehamilan palsu”)

seperti mual, muntah, payudara membesar dan terasa nyeri. Haid

dihambat sampai Pil oralnya dihentikan, dimana akan terjadi

perdarahan-lepas-obat (withdrawal bleeding).

16

Page 17: Referat Mens Kb

Meskipun secara biologic efek dari Pil oral adalah sama dengan

kehamilan dan amenorrhea laktasi, mereka sama sekali tidak

serupa/identik. Misalnya hormon-hormon yang dipergunakan bukan

hormone-hormon yang alamiah melainkan hormon sintetis, dosisnya

konstan dan tidak menyesuaikan diri terhadap perbedaan-perbedaan

siklis atau individual, serta masih ada juga sejumlah hormone alamiah

yang dihasilkan oleh ovarium meskipun diberikan hormone sintesis dari

luar.

Catatan : sering digunakan istilah : Progestin atau Progestogen yang

maksudnya adalah bentuk sintesis dari Progesterone. (Progesterone =

hormon alamiah).

2.2.4.3 Estrogen dalam POK

Yang dipakai adalah 2 senyawa estrogen :

1. Ethynil estradiol (EE)

2. Mestranol (diubah di hepar menjadi EE yang aktif)

Dosis yang umum dipakai saat ini : 20-100 mcg, dan yang paling

banyak dipakai : 30-35 mcg EE.

Menurut Penelitian Heinin (Heinen pyramid):

EE = 1,2-1,4x lebih kuat dari Mestranol

2.2.4.4 Progestin dalam POK

Senyawa progestin yang diapakai saat ini adalah

Kelompok Norethindrone :

1. Norethindrone

2. Norithendrone asetat

3. Lynestrenol

4. Norethynodrel

Kelompok Norgestrel :

1. Norgestrel

2. Levonogestrel

3. Desogestrel

17

Page 18: Referat Mens Kb

4. Gestodene

2.2.4.5 Kontra Indikasi POK

1. Kontra Indikasi Absolut

a. Trombophlebitis atau kelainan trombo-emboli lain

b. Kelainan cerebro-vaskuler

c. Penyakit jantung sistemik/penyakit A.koroner

d. Karsinoma payudara

e. Neoplasma yang tergantung pada estrogen.

f. Kehamilan

g. Tumor hepar (jinak atau ganas)

h. Perdarahan abnormal dari genetalia yang tidak diketahui

penyebabnya

2. Kontra Indikasi Relatif Kuat :

a. Sakit kepala hebat terutama yang vaskuler atau migraine

b. Hipertensi

c. Diabetes militus

d. Penyakit kandung empedu yang aktif

e. Fase akut mononukleosis

f. Penyakit Sikle cell atau penyakit Sikle C

g. Bedah-elektif

h. Umur >35 tahun

3. Kontra Indikasi Relatif Lain :

a. Pre diabetes atau riwayat keluarga dengan Diabetes yang kuat

b. Cholestasis selama kehamilan, hiperbilirubinemia kongenital

c. Saat ini memperlihatkan fungsi hepar yang terganggu

d. Umur >= 45 tahun

e. Post-partum (aterm) 10-14 hari

f. Bertambah berat badann 5 kg atau lebih selama minum Pil oral

g. Kegagalan mendapat siklus haid yang teratur

h. Penyakit jantung atau ginjal

18

Page 19: Referat Mens Kb

i. Keadaan dimana akseptor tidak dapat dipercaya untuk menuruti

aturan memakai Pil oral misalnya mental-retardasi, kelainan

psikiatrik berat, alkoholisme, dan lain-lain

j. Laktasi

k. Pengobatan dengan Rifampisin

2.2.4.6 Efek Samping dan Komplikasi POK

Dapat dibagi 2 kelompok :

1. Gejala-gejala “pseudo-pregnancy” :

a. Disebabkan oleh estrogen yang berlebihan :

muntah

pusing/sakit kepala

payudara membesar dan terasa lebih nyeri

oedem atau retensi cairan tubuh

berat badan yang bertambah

b. Disebabkan progestin yang berlebihan :

nafsu makan yang bertambah besar

rasa lelah

depresi

juga terjadi penambahan berat badan

2. Gejala-gejala yang berhubungan langsung dengan siklus haid

a. Umumnya Pil oral mempunyai efek menguntungkan pada

aspek haid seperti :

siklus menjadi lebih teratur

lamanya haid menjadi lebih singkat

jumlah darah haid berkurang

berkurangnya gejala sakit perut

hilangnya atau berkurangnya ketegangan pra-haid

19

Page 20: Referat Mens Kb

Gambar 2. 10 Pil Kontrasepsi

2.2.5 Mini Pil

Mini pil yang berisi microdose progestin saja, ternyata tidak

memenuhi apa yang sebelumnya diharapkan daripadanya yaitu sebagai

penerus dari kontrasepsi Pil oral kombinasi. Di seluruh dunia, Mini pil

tidak mendapatlan penerimaan yang luas, baik dari pihak wanita mauapun

dari pihak petugas medis KB. Lebih dari 50 juta akseptor kontrasepsi oral,

hanya 1 dari 150 wanita yang menggunakan Mini pil. Mini pil bukan

menjadi pengganti dari Pil Oral Kombinasi, tetapi hanya sebagai

suplemen/tambahan, yang digunakan oleh wanita-wanita yang ingin

menggunakan kontrasepsi oral tetapi sedang menyusui atau untuk wanita

yang harus menghindari estrogen oleh sebab apapun.

Progestin yang terdapat di dalam mini pil terdiri dari 2 golongan, yaitu :

1. Analog progesterone :

a. Chlormadinone asetat

b. Megastrol asetat

Kedua preparat ini sekarang tidak dipakai lagi karena ternyata

dapat menyebabkan benjolan/nodule payudara pada binatang

percobaan anjing beagle.

2. Derivate testosterone (19-norsteroids), ditemukan tahun 1970-an dan

dipakai sampai saat ini :

a. Norithendrone

20

Page 21: Referat Mens Kb

b. Norgestrel

c. Ethynodiol

d. Lynestrenol (Exluton)

Gambar 2.11 Gambar Mini pil

2.2.5.1 Keuntungan Mini Pil

1. Dapat diberikan dengan wanita dengan Keadaan tromboembolik

2. Laktasi

3. Mungkin cocok untuk wanita dengan keluhan efek samping yang

disebabkan oleh estrogen (sakit kepala, hipertensi, nyeri tungkai

bawah, chloasma, berat badan bertambah dan rasa mual)

2.2.5.2 Kerugian Mini Pil

Dari penelitian-penelitian terbukti, meskipun mini pil lebih jarang

menimbulkan efek samping dan lebih jarang mempengaruhi

metabolism dibandingkan Pil Oral Kombinasi, Mini Pil juga

mempunyai kelemahan-kelemahan yang perlu mendapat perhatian

seperti :

1. Mini pil kurang efektif dalam mencegah kehamilan dibandingkan

Pil Oral Kombinasi.

Teoritis, Mini Pil sama efektifnya seperti IUD, dengan angka

kegagalan kira-kira 2%, tetapi dalam prakteknya kegagalan jauh

lebih tinggi (user failure).

2. Karena tidak mnegandung estrogen , Mini Pil menambah insidens

dari perdarahan bercak (spotting), perdarahan menyerupai haid

21

Page 22: Referat Mens Kb

(breakthrough bleeding), variasi dalam panjang siklus haid,

kadang-kadang amenorrhea.

Dan bila terjadi perdarahan abnormal pervaginam pada akseptor

Mini Pil, maka kemungkinan terlambatnya diagnose dari Keadaan

patologis uterus seperti hyperplasia, dapat membahayakan

akseptor.

3. Mini Pil seperti IUD, kurang efektif dsalam mencegah kehamilan

ektopik dibandingkan dengan mencegah kehamilan intrauterine

4. Lupa minum 1 atau2 tablet Mini pil, atau kegagalan dalam absorbs

Mini Pil oleh sebab muntah, atau diare, sudah cukup untuk

meniadakan proteksi kontraseptifnya.

2.2.5.3 Mekanisme Kerja Mini Pil

1. Mencegah terjadinya ovulasi pada beberapa siklus

a. Dari penelitian-penelitian ternyata bahwa Mini Pil hanya

mencegah terjadinya ovulasi pada 15-40% dari siklus haid.

b. Pencegahan ovulasi disebabkan gangguan pada sekresi hormon

LH oleh kelenjar hypophyse, sehingga tidak terjadi puncak mid-

siklus. (pada Keadaan normal terjadi puncak sekresi LH pada

pertengahan siklus dan ini menyebabkan pelepasan ovum dari

folikelnya).

c. Tetapi, meskipun terjadi Perubahan kadar hormon LH,

tampaknya ovulasi tampaknya kadang-kadang masih dapat

terjadi.

2. Perubahan dalam motilitas tuba

Transport ovum melalui saluran tuba mungkin dipercepat sehingga

mengurangi kemungkinan terjadinya fertilisasi.

3. Perubahan dalam fungsi corpus luteum

Mungkin tidak terjadi perkembangan corpus luteum yang berfungsi

normal dari bekas folikel setelah ovulasi, atau corpus luteum

berfungsi abnormal, dimana sekresi progesterone sangat sedikit

sekali sehingga tidak dapat terjadi konsepsi normal dan/atau

implantasi.

22

Page 23: Referat Mens Kb

4. Perubahan lendir serviks

Progestetin mencegah penipisan lendir serviks pada pertengan

siklus sehingga lendir serviks, tetap kental dan sedikit, yang tidak

memungkinkan penetrasi spermatozoa, spermatozoanya akan

diimobilisir, pergerakannya akan sangat lambat sehingga hanya

sedikit atau sama sekali tidak ada spermatozoa yang mencapai

cavum uteri.

5. Perubahan dalam endometrium

Bila tetap terjadi ovulasi dan fertilisasi, Mini Pil masih mungkin

mencegah kehamilan melalui efeknya terhadap endometrium. Mini

Pil mengganggu perkembangannya siklus endometrium sehingga

endometrium berada dalam fase yang salah atau menunjukkan

sifat-sifat irregular atau atrofis, sehingga endometrium tidak dapat

menerima ovum yang telah dibuahi.

2.2.5.4 Kontra Indikasi Mini Pil

1. Umumnya konta indikasi absolut Mini pil adalah sama dengan

kontra indikasi absolut POK

2. Karena Mini Pil sering menyebabkan perdarahan irregular, maka

perdarahan abnormal pervaginam yang tidak diketahui

penyebabnya meruapakan salah satu kontra indikasi utama untuk

pemakaian Mini Pil, terutama untuk wanita yang usianya lebih tua.

3. Mini Pil Jangan diberikan pada wanita yang mempunyai penyakit

Mononucleosis akut atau penyakit-penyakit hepar.

2.2.5.5 Efek Samping Mini Pil

1. Mini Pil dikembangkan dari keinginan untuk mencari kontrasepsi

oral dengan efek samping seminimal mungkin. Dengan

menghilangkan estrogen dan mengurangi dosis progestinnya,

diharapkan tidak timbul keluhan-keluhan seperti pusing, mual,

sakit kepala, nyeri payudara.

23

Page 24: Referat Mens Kb

2. Meskipun Mini Pil jauh lebih sedikit menimbulkkan efek samping

tersebut, keuntungan ini masih kalah dibandingkan kerugiannya

yaitu adanya gangguan dan Perubahan pola haid, yang disebabkan

oleh Pemberian progestin tanpa estrogen.

2.2.5.6 Laktasi dan Mini Pil

1. Mini Pil tidak mempengaruhi kuantitas atau jangka waktu laktasi.

Bahkan ada beberapa peneliti yang melaporkan bahwa Mini Pil

menambah volume ASI.

2. Memang terjadi Perubahan dalam komposisi ASI, tetapi tidak

mempengaruhi kesehatan bayi maupun pertumbuhan bayi.

3. Disamping itu, dari penelitian radiologis, ditemukan adanya

progestin atau hasil-hasil metabolismenya di dalam ASI, tetapi

dalam jumlah sangat kecil dan tidak berpengaruh buruk pada

bayinya.

2.2.5.7 Keuntungan Non Kontraseptif Mini Pil

Beberapa akseptor Mini Pil mengalami pengurangan dari disminore dan

sindroma pra haid yang siklis.

2.2.6 Kontrasepsi Suntikan (Injectable)

Dua kontrasepsi suntikan berdaya kerja lama yang sekarang banyak

dipakai adalah :

1. DMPA (depot Medroxyprogesterone asetat) = Depo-Provera

a. Dipakai di lebih dari 90 negara, telah digunakan selama kurang

lebih 20 tahun dan sampai saai ini akseptornya berjumlah kira-

kira 5 juta wanita.

b. Diberikan sekali setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg.

2. NET-EN (Norethindrone enanthate) = Noristerat

a. Dipakai lebih dari 40 negara, dengan jumlah akseptor kira-kira

1,5 juta

24

Page 25: Referat Mens Kb

b. Diberikan dalam dosis 200 mg sekali setiap 8 minggu atau sekali

setiap 8 minggu untuk 6 bulan pertama (= 3x suntikan pertama)

kemudian selanjutnya sekali setiap 12 minggu.

Gambar 2.12 Gambar Sediaan KB Suntik

2.2.6.1 Mekanisme kerja Kontrasepsi Suntikan

1. Primer : Mencegah Ovulasi

Kadar FSH dan Lh menurun dan tidak terjadi sentakan LH (LH

surge). Respon kelenjar hypophyse terhadap Gonadotropin releasing

hormon eksogenous tidak berubah, sehingga memberi kesan proses

terjadi di hipotalamus daripada di kelenjar hypophyse. Ini berbeda

dengan POK, yang tampaknya menghambta ovulasi melalui efek

langsung pada kelenjar hypophyse. Penggunaan kontrasepsi suntikan

tidak menyebabkan Keadaan hipo-estrogenik.

Pada pemakaian DMPA, endometrium menjadi dangkal dan atrofis

dengan kelenjar-kelenjar yang tidak aktif. Sering stroma menjadi

edematous. Dengan pemakain jangka lama, endometrium dapat

menjadi sedemikian sedikitnya, sehingga tidak didapatkansedikit

sekali jaringan bila dilakukan biopsy. Tetapi, Perubahan-perubahan

tersebut akan kembali menjadi normal dalam waktu 90 hari setelah

suntikan DMPA yang terakhir.

2. Sekunder

25

Page 26: Referat Mens Kb

Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, sehingga merupakan

barrier terhadap spermatozoa.

Membuat endometrium menjadi kurang baik/layak untuk

implantasi dari ovum yang telah dibuahi.

Mungkin mempengaruhi kecepatan transport ovum di dalam tuba

falopii.

2.2.6.2 Kontra Indikasi Suntikan

WHO menganjurkan untuk tidak menggunakan kontrasepsi suntikan

pada :

1. Kehamilan

2. Karsinoma payudara

3. Karsinoma traktus genetalia

4. Perdarahan abnormal uterus

2.2.6.3 Efek Samping

1. Gangguan haid, ini yang paling sering terjadi dan paling

mengganggu.

2. Berat badan yang bertambah

3. Sakit kepala

4. Pada system kardiovaskuler efeknya sangat sedikit, mungkin ada

sedikit peninggian dari kadar insulin dan penurunan HDL-

kolesterol.

2.2.6.4 Kontrasepsi Suntikan Sekali Sebulan

Kontrasepsi suntikan sekali sebulan memiliki beberapa kelebihan

dibandingkan kontrasepsi suntikan yang biasa/standart, yaitu :

1. Menimbulkan perdarahan teratur setiap bulankurang menimbulkan

perdarahan bercak atau perdarahan irregular lainnya.

2. Kurang menimbulkan amenore

3. Efek samping lebih cepat menghilang setelah suntikan dihentikan.

26

Page 27: Referat Mens Kb

Kerugian dari Kontrasepsi Suntikan Sekali Sebulan :

1. Penyuntikan lebih sering

2. Biaya keseluruhan lebih tinggi

3. Kemungkinan efek samping karena estrogennya

2.2.7 Implant (Sundermal) (AKBK = Alat Kontrasepsi Bawah Kulit)

2.2.7.1 Macam Implant :

1. Non-Biodegradable Impant

a. Norplant (6 kapsul) berisi hormon Levonogestrel, daya kerja 5

tahun

b. Norplant-2 (2 batang), idem daya kerja 3 tahun

c. Satu batang, berisi hormon ST-1435, daya kerja 2 tahun

d. Satu batang, berisi hormon 3-keto-desogestrel, daya kerja 2,5-4

tahun

2. Biodegradable Impant

a. Capronor

Suatu kapsul polymer berisi hormon Levonogestrel dengan

daya kerja 18 bulan

b. Pellets

Berisi norithendronedan sejumlah kecil ol, daya kerja 1 tahun

Gambar 2.13 Gambar KB Implant

27

Page 28: Referat Mens Kb

2.2.7.2 Kontra Indikasi Implant

1. Kehamilan/diduga hamil

2. Perdarahan traktus genetalia yang tidak diketahui penyebabnya

3. Trompophlebitis aktif atau penyakit tromboemboli

4. Penyakit hati akut

5. Tumor hati jinak atau ganas

6. Karsinoma payudara/tersangka karsinoma payudara

7. Tumor/neoplasma ginekologik

8. Penyakit jantung, hipertensi, diabetes militus

2.2.7.3 Mekanisme Kerja Implant

1. Mekanisme kerja yang tepat dari Implant belum jelas benar

2. Seperti kontrasepsi lain yang hanya berisi progestin saja, implant

tampaknya mencegah terjadinya kehamilan melalui beberapa cara :

a. Mencegah ovulasi

b. Perubahan lendir serviks menjadi kental dan sedikit, sehingga

menghambat pergerakan spermatozoa

c. Menghambat perkembangan siklis dari endometrium

Efek Samping Implant

1. Efek samping paling utama dari Norplant adalah Perubahan pola

haid, yang terjadi pada kira-kira 60% akseptor dalam tahun pertama

setelah insersi

2. Yang paling sering terjadi adalah

3. Umumnya perubahan-perubahan haid tersebut tidak mempunyai

efek yang membahayakan diri akseptor. Meskipun terjadi

perdarahan lebih sering daripada biasanya, volume darah yang

hilang tetap tidak berubah.

4. Pada sebagian akseptor, perdarahan ireguler akan berkurang

dengan jalannya waktu.

5. Perdarahan yang hebat jarang terjadi

28

Page 29: Referat Mens Kb

2.2.8 Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Intra Uterine Device (IUD)

Gambar 2.14 Gambar KB IUD

2.2.8.1 Penggolongan IUD

1. Un-Medicated Device = Inert Devices (First Generation)

Misalnya : - Grafenberg Ring

- Ota Ring

- Margulies coil

- Lippes Loop

- Saf-T-Coil

- Delta Loop

2. Medicated Devices = Bio – Active Devices (Second generation)

a. Mengandung Logam

AKDR-Cu Generasi Pertama (First Generation Copper

Devices)

Cu-T 200 = Tatum-T

29

Page 30: Referat Mens Kb

Cu-7 = Gravigard

MLCu-250

AKDR-Cu Generasi Kedua (Second Generation Cooper

devices)

CuT-380A =ParaGard

CuT-380Ag

CuT-220C

Nova-T = Novagard : mengandung Ag

Delta-T = Modified CuT-220C

MLCu-375

b. Mengandung Hormon : Progesterone atau Levonogestrel

Progestasert = Alza-T, dengan daya kerja 1 tahun

LNG-20 : mengandung Levonogestrel

2.2.8.2 Mekanisme Kerja IUD

Ada beberapa mekanisme kerja IUD yang telah diajukan :

1. Timbulnya reaksi radang local yang non spesifik di dalam cavum

uteri sehingga implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu.

Disamping itu dengan munculnya lekosit PMN, macrofag, foreign

body giant cells, sel mononuclear dan sel plasma yang dapat

mengakibatkan lysis dari spermatozoa/ovum dan blastocyst.

2. Produksi local prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan

terhambatnya implantasi

3. Gangguan/terlepasnya blastocyst yang telah berimplantasi di dalam

endometrium

4. Pergerakan ovum yang bertambah cepat di dalam tuba falopii

5. Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri

6. Mencegah spermatozoa membuahi sel telu (mencegah fertilisasi)

7. Untuk IUD yang mengandung Cu :

Antagonism katonik yang spesifik terhadap Zn yang terdapat

dalam enzim carbonic anhydrase yaitu salah satu enzim dalam

traktus genetalia wanita, dimana Cu menghambat enzyme

30

Page 31: Referat Mens Kb

carbonic anhydrase sehingga tidak memungkinkan terjadinya

implantasi dan mungkin juga menghambat aktivitas alkali

phosphatase

Mengganggu pengambilan estrogen endogenous oleh mukosa

uterus

Mengganggu jumlah DNA dalam sel endometrium

Mengganggu metabolisme glikogen

8. Untuk IUD yang mengandung hormon progesterone :

Gangguan proses pematangan proliferative sekretoir sehingga

timbul penekanan terhadap endometrium dan terganggunya

proses implantasi (endometrium tetap berada dalam fase

decidual/progestational)

Lendir serviks yang menjadi lebih/tebal karena pengaruh

progestin

2.2.8.3 Kontra Indikasi Insersi IUD

1. Kontra Indikasi Absolut

a. Infeksi pelvis yang aktif (akut atau subakut), termasuk

persangkaan Gonorrhea atau Chlamydia

b. Kehamilan atau persangkaan kehamilan

2. Kontra Indikasi Relatif yang Kuat :

a. Patner seksual yang banyak

b. Patner seksual yang banyak dari patner akseptor IUD

c. Kesukaran memperoleh pertolongan gawat darurat bila terjadi

komplikasi

d. Pernah mengalami infeksi pelvis atau infeksi pelvis yang

rekuren, post-partum endometritis atau abortus febrilis dalam

tiga bulan terakhir

e. Cervicitis akut atau purulent

f. Kelainan darah yang tidak diketahui penyebabnya

g. Riwayat kehamilan ektopik atau Keadaan-keadaan yang

menyebabkan predisposisi untuk terjadinya kehamilan ektopik

31

Page 32: Referat Mens Kb

h. Pernah mengalami infeksi pelvis satu kali dan masih

menginginkan kehamilan selanjutnya

i. Gaungguan respon tubuh terhadap infeksi (AIDS, Diabetes

Militus, pengibatan dengan kortikosteroid, dll)

j. Kelainan pembekuan darah

3. Keadaan-keadaan lain yang dapat merupakan kontra indikasi untuk

insersi IUD :

a. Penyakit katup jantung

b. Keganasan endometrium atau serviks

c. Stenosis serviks yang berat

d. Uterus yang kecil sekali

e. Endometriosis

f. Myoma uteri

g. Polip endometrium

h. Kelainan kongenital uterus

i. Diminore yang berat

j. Darah haid yang banyak, haid yang ireguler atau perdarahan

bercak (spotting)

k. Alergi terhadap Cu atau penyakit Wilson yaitu penyakit

gangguan Cu yang turun menurun

l. Anemia

m. Dll

2.2.8.4 Efek Samping dan Komplikasi IUD

1. Saat Insersi :

a. Rasa sakit atau nyeri

b. Muntah, keringat dingin dan syncope

c. Perforasi uterus

2. Di kemudian hari :

a. Rasa sakit dan perdarahan

b. Embedding dan Displacement (IUD tertanam dalam-dalam di

endometrium atau myometrium)

32

Page 33: Referat Mens Kb

c. Infeksi

d. Kehamilan Intrauterin

e. Kehamilan Ektopik

f. Ekspulsi

g. Komplikasi lain

2.2.9 Kontrasepsi Mantap Wanita/ Medis Operatif Wanita (MOW)

Dasar : oklusi tuba falopii sehingga spermatozoa dan ovum tidak bertemu

Untuk memperoleh hal tersebut, diperlukan 2 langkah tindakan, yaitu :

1. Mencapai Tuba Falopii

Dapat dilakukan dengan cara :

a. Abdominal/transabdominal :

Laparotomy

Mini Laparotomy = Mini- Lap :

Sub-umbilikal/infra-umbilikal : post-partum

Supra-pubis/Mini-Pfannenstiel : post abortus, interval

Laparascopi

b. Vaginal/Transvaginal :

Kolpotomi

Kuldoskopi

c. Transcervical/Transuterine :

Histeroskopi)

Tanpa melihat langsung (blind delivery

2. Oklusi/penutupan tuba falopii

Dilakukan berdasarkan :

a. Tempat oklusi tuba falopii

Infundibulum

Ampulla atau isthmus (bagian tengah)

Interstitial (dekat utero-tubal-junction)

b. Cara oklusi tuba falopii

Ligasi

33

Page 34: Referat Mens Kb

Elektro-koagulasi

Thermo-koagulasi

Bands/ring/cincin

Clips

Zat-zat kimia/Plugs

Solid plugs/Intratubal device

Fimbriotexy

Ovariotexy

Sinar laser

2.2.10 Kontrasepsi Mantap Pria/ Medis Operatif Pria (MOP)

2.2.10.1 Dasar Kontap-Pria :

Oklusi Vas deferens, sehingga menghambat perjalanan spermatozoa

dan tidak didapatkan spermatozoa di dalam semen/ejakulat (tidak ada

penghantaran spermatozoa dari testis ke penis)

2.2.10.2 Keuntungan Kontap-Pria :

1. Efektif

2. Aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas

3. Sederhana

4. Cepat, hanya memerlukan waktu 5-10 menit

5. Menyenangkan bagi akseptor karena memerlukan anestesi local

saja

6. Biaya rendah

7. Secara kultural, sangat dianjurkan di Negara-negara dimana wanita

merasa malu untuk ditangani oleh dokter pria atau kurang tersedia

dokter wanita dan para medis wanita

2.2.10.3 Kerugian Kontap Pria :

1. Diperlukan suatu tindakan operatif

2. Kadang-kadang menyebabkan komplikasi seperti perdarahan atau

infeksi

34

Page 35: Referat Mens Kb

3. Kontap pria belum memberikan perlindungan total sampai semua

spermatozoa, yang sudah ada di dalam system reproduksi distal

dari tempat oklusi vas deferens, dikeluarkan

4. Problems psikologis yang berhubungan dengan perilaku seksual

mungkin bertambah parah setelah tindakan operatif yang

menyangkut system reproduksi pria

2.2.10.4 Kontra Indikasi Kontap Pria :

1. Infeksi kulit local, misalnya scabies

2. Infeksi traktus genetalia

3. Kelainan skrotum dan sekitarnya :

a. Varicocele

b. Hydrocele besar

c. Filariasis

d. Hernia inguinalis

e. Orchiopexy

f. Luka parut bekas operasi hernia

g. Skrotum yang sangat tebal

4. Penyakit sistemik :

a. Penyakit-penyakit perdarahan

b. Diabetes militus

c. Penyakit jantung coroner yang baru

5. Riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak stabil

2.2.10.5 Efek Samping dan Komplikasi Kontap Pria :

Komplikasi Minor :

1. Ecchymosis, terjadi pada 2-65%

2. Pembekakan

3. Rasa sakit/rasa tidak enak

Komplikasi Mayor :

35

Page 36: Referat Mens Kb

1. Hematoma

2. Infeksi

3. Sperm granuloma

2.2.3 Kontrasepsi Darurat

Kontrasepsi darurat adalah kontrasepsi yang dapat mencegah

kehamilan bila digunakan segera setelah hubungan seksual. Hal ini sering

disebut “Kontrasepsi pascasanggama” atau “morning after pil” atau

“morning after treatment”. Istilah “kontrasepsi sekunder” atau

“kontrasepsi darurat” asalnya untuk menepis anggapan obat tersebut harus

segera dipakai/digunakan setelah hubungan seksual atau harus menunggu

hingga keesokan harinya dan bila tidak, berarti sudah terlambat sehingga

tidak dapat berbuat apa-apa lagi.

Manfaat dari penggunaan kontrasepsi darurat antara lain : 

1. Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan

2. Bukan sebagai pil penggugur kandungan

3. Cara kerja Kondar adalah “fisiologis”, sehingga tidak mempengaruhi

kesuburan dan siklus haid yang akan datang

4. Efek samping ringan dan berlangsung singkat

5. Tidak ada pengaruh buruk di kemudian hari pada organ sistem

reproduksi dan organtubuh lainnya.

Paling sedikit ada 5 cara pemberian Kontrasepsi darurat yang telah

diteliti secara luas. Masing-masing bersifat hormonal dan saat ini diterapkan

secara oral. Sekalipun pemberian pervaginal dalam tahap penelitian, namun 

kepustakaan yang telah dipublikasikan masih terbatas pada pemberian per

oral. Lima cara tersebut adalah : Pil KB Kombinasi (mis: Microgynon), Pil

36

Page 37: Referat Mens Kb

Progestin (mis : mini pil), Pil Estrogen (mis: Premarin), Mifepristone (mis :

RU-486), Danazol (mis : Danocrine).

Cara kerja :

1)   Merubah endometrium sehingga tidak memungkinkan implantasi hasil

pembuahan

2)   Mencegah ovulasi / menunda ovulasi

3)   Mengganggu pergerakan saluran telur (tuba fallopi)

Cara pemberian :

1) Pil Kombinasi

Pil KB biasa yang berisi kombinasi antara estrogen (ethynilestradiol)

dan prgogesteron (levonorgestrel atau dl-norgestrel) metode ini dikenal

sebagai “metode yuzpe” dan telah dieliti dan dipakai secara luas sejak

pertengahan tahun 1970an.

a)   Untuk pil dosis tinggi yang berisi ethynilestradiol 50 mg dan

lovenorgestrel 250 mg (atau dl-norgestrel 500 mg) : 2 pil harus

diminum maksimal 72 jam setelah hubungan seksual tanpa

perlindungan diikuti dengan 2 buah pil 12 jam kemudian (neogynon)

b)   Untuk pil yang berisi ethynilestradinol 30 mg dan levonorgestrel 150

mg atau (dl-norgestrel 300 mg) : 4 buah pil harus diminum maksimal

72 jam setelah hubungan seksual tanpa perlindungan diikuti 4 pil 12

jam kemudian (microgynon)

2)   Pil Progestin

Pil KB yang hanya mengandung hormone progestin dalam dosis rendah

(mini pil). Pil mini atau pil progestin disebut juga pil menyusui.

Mengandung 0,75 levonorgestrel dengan cara pemakaiannnya yaitu:

37

Page 38: Referat Mens Kb

Dosis pertama diminum daam kurang dari 72 jam minum 1 pil.

Dilanjutkan dengan dosis kedua diminum 1 pil dari 12 jam setelah

dosis awal.

Pil ini dapat mengurangi risiko kehamilan sebesar 88% (sebanyak

12 orang hamil dari 100 orang yang memakai pil ini dalam satu

tahun). Pil ini lebih cenderung memiliki efek samping lebih ringan

dibandingkan dengan pil kombinasi seperti mual, muntah, sakit

kepala, pusing, nyeri payudara, perdarahan uterus yang tidak teratur

dan rasa lelah.

3)   Mifepristone (RU 486) :  1×600 mg dalam waktu 3 hari pasca

seenggama

Metode ini dapat mencegah kehamilan dengan menghambat produksi

progesteron dan menghambat terjadinya implantasi. Mifepristone

efektive sampai dengan 17 hari post koitus.Mifepristone hanya tersedia

di Cina, Vietnam dan Rusia dan pil generasi baru yang mengandung

asetat ulipristal, yang tersedia dengan resep di Amerika Serikat dengan

merek ella dan di Eropa dengan merek ellaOne.

4) Pil Danazol  :   2×4 tablet dalam waktu 3 hari pasca senggama, (dosis

pertama 1×4 tablet diulang 1×4 tablet 12 jam kemudian setelah dosis

Pertama).

38

Page 39: Referat Mens Kb

DAFTAR PUSTAKA1. Adashi E : The ovarian cycle. In Yen SSC, Jaffe RB (eds) : reproductive

Endocrinology, 4th Philadelphia, WB Saunders, 1977

2. Drife.J , Magowan B (ed) : 2004) Clinical pelvic anatomy in Clinical

Obstetric Gynaecology. Saunders 2004

3. Hacker NF, Moore JG, Gambone JC : (2004) Essentials of Obstetrics

and Gynecology, 4th ed. Philadelphia, Pennsylvania, Elsevier Saunders,

2004

4. John M Goldenring (2007-02-01). "All About Menstruation". WebMD.

http://www.webmd.com/a-to-z-guides/all-about-menstruation. Retrieved

on 2009-10-05L Speroff, MD and Marc A Fritz, MD: (2004) Clinical

Gynecologic Endocrinology and Fertility, 7th ed. Baltimore, Williams &

Wilkins, 2004

5. Loose, Davis S.; Stancel, George M. (2006). "Estrogens and Progestins".

in Brunton, Laurence L.; Lazo, John S.; Parker, Keith L. (eds.). Goodman

& Gilman's The Pharmacological Basis of Therapeutics (11th ed. ed.). New

York: McGraw-Hill. pp. 1541–1571. ISBN 0-07-142280-3.

6. (http://www.kontrasepsidarurat.com/pil-kondar.html)

39

Page 40: Referat Mens Kb

40