LEAFLET KB

25
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Osteomielitis adalah infeksi tulang, lebih sulit di sembuhkan dari pada infeksi jaringan lunak, karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi , tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (Pembentukan tulang baru disekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. Infeksi disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fukos infeksi di tempat lain ( misalnya : tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran nafas). Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi di tempat di mana terdapat trauma atau di mana terdapat resistensi rendah, kemungkinan akibat trauma subklinis (tak jelas). Infeksi dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak (misalnya : ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang ( misalnya : fraktur terbuka, cedera traumatic seperti luka tembak, pembedahan tulang). Pasien yang beresiko tinggi mengalami Osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu, pasien yang menderita artitis rheumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, mendapat terapi

description

HESTI WIRA SAKTI

Transcript of LEAFLET KB

Page 1: LEAFLET KB

BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Osteomielitis  adalah   infeksi   tulang,   lebih   sulit   di   sembuhkan  dari   pada   infeksi   jaringan   lunak, 

karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi , tingginya tekanan jaringan dan 

pembentukan involukrum (Pembentukan tulang baru disekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat 

menjadi   masalah   kronis   yang   akan   mempengaruhi   kualitas   hidup   atau   mengakibatkan   kehilangan 

ekstremitas.

Infeksi disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fukos infeksi di tempat lain 

(   misalnya   :   tonsil   yang   terinfeksi,   lepuh,   gigi   terinfeksi,   infeksi   saluran   nafas).   Osteomielitis   akibat 

penyebaran   hematogen   biasanya   terjadi   di   tempat   di   mana   terdapat   trauma   atau   di   mana   terdapat 

resistensi rendah, kemungkinan akibat trauma subklinis (tak jelas).

Infeksi dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak (misalnya : ulkus dekubitus 

yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang ( misalnya : fraktur terbuka, cedera 

traumatic seperti luka tembak, pembedahan tulang).

Pasien yang beresiko tinggi mengalami Osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk, lansia, 

kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu, pasien yang menderita artitis rheumatoid, telah di 

rawat lama di rumah sakit, mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi 

sebelum   operasi   sekarang,   atau   sedang   mengalami   sepsis   rentan,   begitu   pula   yang   menjalani 

pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, mengalami nefrosis insisi margial 

atau dehidrasi luka, atau memerlukan evakuasi hematoma pascaoperasi.

B.       Tujuan

a.    Tujuan Umum

Secara umum makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan 

osteomielitis

b.   Tujuan Khusus

Menjelaskan definisi, etiologi, dan patofisiologi dari osteomielitis

Menjelaskan manifestasi klinis dan pengobatan dari osteomielitis

Menjelaskan asuhan keperawatan dari osteomielitis

BAB II

Page 2: LEAFLET KB

PEMBAHASAN

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi jaringan 

lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan 

dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis 

dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan 

ekstremitas.   (Brunner,   suddarth.   (2001).  Beberapa   ahli   memberikan   defenisi   terhadap   osteomyelitis 

sebagai berkut :

Osteomyelitis   adalah   infeksi   Bone  marrow   pada   tulang-tulang  panjang   yang  disebabkan  oleh 

staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus influensae (Depkes RI, 1995).

Osteomyelitis   adalah   suatu   infeksi   yang   disebarkan   oleh   darah   yang   disebabkan   oleh 

staphylococcus (Henderson, 1997).

B. Anatomi dan Fisiologi

Pada umumnya penyusun tulang diseluruh tubuh kita semuanya berasal dari material yang sama. Dari luar 

ke dalam kita akan dapat menemukan lapisan-lapisan berikut ini:

a.    Periosteum

Pada   lapisan   pertama   kita   akan   bertemu   dengan   yang   namanya   periosteum.   Periosteum 

merupakan selaput   luar   tulang yang  tipis.  Periosteum mengandung osteoblas  (sel  pembentuk  jaringan 

tulang),   jaringan  ikat  dan pembuluh darah. Periosteum merupakan tempat melekatnya otot-otot rangka 

(skelet) ke tulang dan berperan dalam memberikan nutrisi, pertumbuhan dan reparasi tulang rusak.

b.    Tulang Kompak (Compact Bone)

Pada lapisan kedua ini kita akan bertemu dengan tulang kompak. Tulang ini teksturnya halus dan 

sangat   kuat.   Tulang   kompak   memiliki   sedikit   rongga   dan   lebih   banyak   mengandung   kapur   (Calsium 

Phosfat  dan Calsium Carbonat)  sehingga  tulang menjadi  padat  dan kuat.  Kandungan  tulang manusia 

dewasa lebih banyak mengandung kapur dibandingkan dengan anak-anak maupun bayi. Bayi dan anak-

anak memiliki  tulang yang lebih banyak mengandung serat-serat sehingga lebih lentur. Tulang kompak 

paling banyak ditemukan pada tulang kaki dan tulang tangan.

c.    Tulang Spongiosa (Spongy Bone)

Page 3: LEAFLET KB

Pada lapisan ketiga ada yang disebut dengan tulang spongiosa. Sesuai dengan namanya tulang 

spongiosa memiliki banyak rongga. Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat memproduksi 

sel-sel darah. Tulang spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut trabekula. Tulang ini terdiri 

atas batang yang halus atau selubung yang halus yaitu trabekula (L. singkatan dari trabs = sebuah balok) 

yang bercabang dan saling memotong ke berbagai arah untuk membentuk  jala-jala seperti  spons dari 

spikula   tulang,  yang  rongga-rongganya diisi  oleh sumsum tulang.  Pars  spongiosa merupakan  jaringan 

tulang   yang   berongga   seperti   spon   (busa).   Rongga   tersebut   diisi   oleh   sumsum   merah   yang   dapat 

memproduksi sel-sel darah. Tulang spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut trabekula.

d.   Sumsum Tulang (Bone Marrow)

Lapisan terakhir yang kita temukan dan yang paling dalam adalah sumsum tulang. Sumsum tulang 

wujudnya seperti jelly yang kental. Sumsum tulang ini dilindungi oleh tulang spongiosa seperti yang telah 

dijelaskan dibagian tulang spongiosa. Sumsum tulang berperan penting dalam tubuh kita karena berfungsi 

memproduksi sel-sel darah yang ada dalam tubuh.

C. Klasifikasi Osteomielitis

Dari uraian di atas maka dapat diklasifikasikan dua macam osteomielitis, yaitu:

1. Osteomielitis Primer.

Penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan 

beredar melalui sirkulasi darah.

2. Osteomielitis Sekunder.

Terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan sebagainya. 

Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu:

1. Osteomielitis akut

Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu 

timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi pada anak-anak dari pada orang dewasa dan biasanya terjadi 

sebagai   komplikasi   dari   infeksi   di   dalam   darah.   (osteomielitis   hematogen)   Osteomielitis   akut   terbagi 

menjadi 2, yaitu:

Page 4: LEAFLET KB

a.    Osteomielitis hematogen

Merupakan   infeksi   yang   penyebarannya   berasal   dari   darah.   Osteomielitis   hematogen   akut 

biasanya disebabkan oleh penyebaran bakteri darah dari daerah yang jauh. Kondisi ini biasanya terjadi 

pada anak-anak. Lokasi yang sering terinfeksi biasa merupakan daerah yang tumbuh dengan cepat dan 

metafisis menyebabkan thrombosis dan nekrosis local serta pertumbuhan bakteri pada tulang itu sendiri. 

Osteomielitis hematogen akut mempunyai perkembangan klinis dan onset yang lambat.

b.    Osteomielitis direk

Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat trauma atau pembedahan. 

Osteomielitis direk adalah infeksi tulang sekunder akibat inokulasi bakteri yang menyebabkan oleh trauma, 

yang   menyebar   dari   focus   infeksi   atau   sepsis   setelah   prosedur   pembedahan.   Manifestasi   klinis   dari 

osteomielitis direk lebih terlokasasi dan melibatkan banyak jenis organisme.

2. Osteomielitis sub-akut

Yaitu  osteomielitis  yang  terjadi  dalam 1-2  bulan  sejak   infeksi  pertama atau sejak  penyakit  pendahulu 

timbul.

3.         Osteomielitis kronis

Yaitu   osteomielitis   yang   terjadi   dalam   2   bulan   atau   lebih   sejak   infeksi   pertama   atau   sejak   penyakit 

pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut dan kronis biasanya terjadi pada orang dewasa dan biasanya 

terjadi karena ada luka atau trauma (osteomielitis kontangiosa), misalnya osteomielitis yang terjadi pada 

tulang yang fraktur.

Osteomyelitis menurut penyebabnya adalah osteomyelitis biogenik yang paling sering :

1.      Staphylococcus (orang dewasa)

2.      Streplococcus (anak-anak)

3.      Pneumococcus dan Gonococcus

D. Etiologi

Adapun penyebab – penyebab osteomielitis ini adalah:

1. Bakteri

Menurut Joyce & Hawks (2005), penyebab osteomyelitis adalah Staphylococcus aureus (70% - 

80%),   selain   itu   juga   bisa   disebabkan   oleh Escherichia   coli,   Pseudomonas,   Klebsiella, 

Salmonella, dan Proteus.

2. Virus

3. Jamur

Page 5: LEAFLET KB

4. Mikroorganisme lain (Smeltzer, Suzanne C,  2002).

Osteomyelitis juga bisa terjadi melalui 3 cara (Wikipedia, the free encyclopedia, 2000) yaitu:

1.      Aliran darah

Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus infeksi di tempat 

lain (misalnya tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi). Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari 

bagian tubuh yang lain ke tulang.

Pada anak-anak,  infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan. Sedangkan pada 

orang   dewasa   biasanya   terjadi   pada   tulang   belakang   dan   panggul. Osteomyelitis   akibat   penyebaran 

hematogen biasanya terjadi ditempat di mana terdapat trauma.

2.      Penyebaran langsung

Organisme   bisa   memasuki   tulang   secara   langsung   melalui   fraktur   terbuka,   cedera   traumatik 

seperti luka tembak, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang.

3.      Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya

Osteomyelitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak Infeksi pada jaringan 

lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak 

bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus 

di kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah (misalnya ulkus dekubitus yang terinfeksi).

Osteomyelitis dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam 

sistemik maupun manifestasi  lokal yang berjalan dengan cepat. Osteomyelitis kronik adalah akibat dari 

osteomielitis  akut  yang  tidak ditangani  dengan baik.  Osteomyelitis  kronis  akan mempengaruhi  kualitas 

hidup  atau  mengakibatkan  kehilangan  ekstremitas. Luka   tusuk  pada  jaringan   lunak  atau   tulang  akibat 

gigitan   hewan,   manusia   atau   penyuntikan   intramuskular   dapat   menyebabkan   osteomyelitis   eksogen. 

Osteomyelitis akut biasanya disebabkan oleh bakteri, maupun virus, jamur, dan mikroorganisme lain.

Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk, lansia, 

kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu, pasien yang menderita artritis rheumatoid, telah di 

rawat lama di rumah sakit, menjalani  pembedahan ortopedi, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, 

juga beresiko mengalami osteomyelitis.

E. Patofisiologi

Page 6: LEAFLET KB

Menurut Smeltzer, Suzanne (2001), Staphylococcus aureus merupakan penyebab terbesar infeksi 

tulang.   Organisme   patogenik   lainnya   yang   sering   dijumpai   pada   osteomielitis   meliputi   Haemophylus 

influenza, bakteri colli, salmonella thyposa, proteus, pseudomonas. Terdapat peningkatan insiden infeksi 

resisten  penisilin,   nosokomial,   gram negative  dan  anaerobic.  Awitan  osteomilitis   setelah  pembedahan 

ortopedi   dapat   terjadi   dalam   3   bulan   pertama   (   akut   fulminan   stadium   1   )   dan   sering   berhubungan 

dengan penumpukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat ( stadium 2 ) terjadi antara 4 

-  24  bulan  setelah  pembedahan.  Osteomielitis   awitan   lama   (   stadium 3   ) biasanya  akibat  penebaran 

hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan. Respons inisial tahap infeksi adalah salah 

satu dari inflamasi, peningkatan faskularisasi dan edema, setelah 2 atau 3 hari, thrombosis pada pembuluh 

darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang sehubungan dengan 

peningkatan   tekanan   jaringan   dan   medulla.   Infeksi   kemudian   berkembang   ke   kavitas   medularis   dan 

ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi disekitarnya. Kecuali bila proses 

infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan terbentuk abses tulang. Pada perjalanan alamiahnya, abses 

dapat keluar spontan, namun yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses 

yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati, namun seperti pada rongga abses pada 

umumnya, jaringan tulang mati ( sequestrum ) tidak mudah mencair dan mengalir ke luar. Rongga tidak 

dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan luka 

baru   (   involukrum )  dan mengelilingi  sequestrum.  Jadi  meskipun  tampak  terjadi  proses  penyembuhan 

namun sequestrum infeksius kronis yang tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup 

pasien. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.

F. Manifestasi Klinis

a.    Fase akut   

Fase   sejak   infeksi   sampai   10-15   hari.   Makin   panas   tinggi,   nyeri   tulang   dekat   sendi,   tidak   dapat 

menggerakan anggota tubuh.

1. Infeksi dibwa oleh darah 

-  biasanya awitannya mendadak 

- sering terjadi dengan manifestas klinis septikemia (   misalnya menggigil, demam tinggi, denyut 

nadi cepat dan malaise, pembesaran kelenjar limfe regional)

2. Infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang 

- bagain yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak, dan sangat nyeri tekan.

3. Infeksi terjadi akibat penyebaran dari infeksi disekitarnya atau kontaminasi langsung.

Page 7: LEAFLET KB

- daerah terinfeksi bengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan. 

- sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka

- LAB = anemia, leukositosis

b.    Fase kronik      

Rasa sakit tidak begitu berat, anggota yang terkena merah dan bengkak dengan pus yang selalu mengalir 

keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, dan pengeluaran pus. Infeksi derajat 

rendah dapat terjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.

G. Komplikasi

1.    Dini :

Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi)

Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang yang mendasarinya sembuh

Atritis septik

2.    Lanjut :

Osteomielitis   kronik   ditandai   oleh   nyeri   hebat   rekalsitran,   dan   penurunan   fungsi   tubuh   yang 

terkena.

Fraktur patologis

Kontraktur sendi

Gangguan pertumbuhan

H. Pemeriksaan Penunjang

1.    Pemeriksaan darah

Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endap darah.

2.    Pemeriksaan titer antibody – anti staphylococcus

Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji   sensitivitas

3.    Pemeriksaan feses

Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri  salmonella.

4.    Pemeriksaan biopsy tulang.

Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan untuk serangkaian tes.

5.    Pemeriksaan ultra sound.

Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi.

6.    Pemeriksaan radiologis

Page 8: LEAFLET KB

Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik. Setelah 2 minggu 

akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus dan kerusakan tulang dan pembentukan tulang yang 

baru.

7.     Pemeriksaan tambahan :

Bone scan : dapat dilakukan pada minggu pertama

MR :   jika   terdapat   fokus   gelap   pada   T1   dan   fokus   yang   terang   pada   T2,   maka 

kemungkinan besar adalah osteomielitis.

I. Penatalaksanaan Medis

a) Terapi

Osteomielitis hematogen akut paling bagus di obati dengan evaluasi tepat terhadap mikroorganisme 

penyebab dan kelemahan mikroorganisme tersebut dan 4-6 minggu terapi antibiotic yang tepat.

Debridement   tidak perlu  dilakukan  jika  telah cepat  diketahui.  Anjuran pengobatan sekarang  jarang 

memerlukan debridement. Bagaimana jika terapi antibiotic gagal, debridement dan pengobatan 4-6 minggu 

dengan antibiotic parenteral sangat diperlukan. Setelah kultur mikroorganisme dilakukan, regimen antibiotic 

parenteral (nafcillin[unipen] + cefotaxime lain [claforan] atau ceftriaxone [rocephin]) diawali untuk menutupi 

gejala klinis organism tersangka. Jika hasil kultur telah diketahui, regimen antibiotic ditinjau kembali. Anak-

anak   dengan   osteomielitis   akut   harus   menjalani   2   minggu   pengobatan   dengan   antiniotik   parenteral 

sebelum anak-anak diberikan antibiotic oral.

Osteomielitis   kronis   pada   orang   dewasa   lebih   sulit   disembuhkan   dan   umumnya   diobati   dengan 

antibiotic dan tindakan debridement. Terapi antibiotik oral tidak dianjurkan untuk digunakan. Tergantung 

dari   jenis osteomielitis kronis. Pasien mungkin diobati  dengan antibiotik parenteral selama 2-6 minggu. 

Bagaimanapun,tanpa   debridement   yang   bagus,   osteomielitis   kronis   tidak   akan   merespon   terhadap 

kebanyakan regiment antibiotic, berapa lama pun terapi dilakukan. Terapi intravena untuk pasien rawat 

jalan menggunakan kateter intravena yang dapat dipakai dalam jangka waktu lama (contohnya : kateter 

hickman) akan menurunkan masa rawat pasien di rumah sakit.

Terapi secara oral menggunakan antibiotic fluoroquinolone untuk organism gram negative sekarang ini 

digunakan pada orang dewasa dengan osteomielitis. Tidak ada fluoroquinolone yang tersedia digunakan 

sebagai antistaphylococcus yang optimal, keuntungan yang paling penting dari insidensi kebalnya infeksi 

nosokomial yang didapat dengan bakteri  staphylococcus. Untuk  lebih  lanjutnya, sekarang  ini  quinolone 

tidak menyediakan pengobatan

Page 9: LEAFLET KB

Daerah   yang   terkana   harus   diimobilisasi   untuk   mengurangi   ketidak   nyamanan   dan   mencegah 

terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk 

meningkatkan aliran darah.

Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi, Kultur darah dan swab dan 

kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi  organisme dan memilih antibiotika yang terbaik. Kadang, 

infeksi disebabkan oleh lebih dari satu patogen.

Begitu spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapi antibiotika intravena, dengan asumsi 

bahwa   dengan   infeksi   staphylococcus   yang   peka   terhadap   penisilin   semi   sintetik   atau   sefalosporin. 

Tujuannya adalah mengentrol infeksi sebelum aliran darah ke daerah tersebut menurun akibat terjadinya 

trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus menerus sesuai waktu sangat penting untuk mencapai kadar 

antibiotika dalam darah yang terus menerus tinggi.  Antibiotika yang paling sensitif   terhadap organisme 

penyebab   yang   diberikan   bila   telah   diketahui   biakan   dan   sensitivitasnya.   Bila   infeksi   tampak   telah 

terkontrol,   antibiotika   dapat   diberikan   per   oral   dan   dilanjutkan   sampai   3   bulan.   Untuk   meningkatkan 

absorpsi antibiotika oral, jangan diminum bersama makanan.

Bila   pasien   tidak   menunjukkan   respons   terhadap   terapi   antibiotika,   tulang   yang   terkena   harus 

dilakukan pembedahan,  jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan daerah itu diiringi  secara langsung 

dengan larutan salin fisiologis steril. Tetapi antibitika dianjurkan.

Pada   osteomielitis   kronik,   antibiotika   merupakan   ajuran   terhadap   debridemen   bedah.   Dilakukan 

sequestrektomi (pengangkatan involukrum secukupnya supaya ahli bedah dapat mengangkat sequestrum). 

Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang untuk memajankan rongga yang dalam menjadi cekungan 

yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat 

terjadi penyembuhan yang permanen.

Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau dipasang tampon agar dapat 

diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan grafting dikemudian hari. Dapat dipasang drainase berpengisap 

untuk mengontrol hematoma dan mebuang debris. Dapat diberikan irigasi larutan salin normal selama 7 

sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping dengan pemberian irigasi ini.

Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang kanselus untuk merangsang penyembuhan. 

Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi dengan transfer tulang berpembuluh darah atau flup otot 

(dimana suatu otot diambil  dari   jaringan sekitarnya namun dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik 

bedah   mikro   ini   akan   meningkatkan   asupan   darah;   perbaikan   asupan   darah   kemudian   akan 

memungkinkan penyembuhan  tulang dan eradikasi   infeksi.  Prosedur bedah  ini  dapat dilakukan secara 

bertahap  untuk  menyakinkan  penyembuhan.  Debridemen  bedah  dapat  melemahkan   tulang,   kemudian 

Page 10: LEAFLET KB

memerlukan   stabilisasi   atau   penyokong   dengan   fiksasi   interna   atau   alat   penyokong   eksterna   untuk 

mencegah terjadinya patah tulang.

b) Pemberian antibiotic dapat dilakukan :

1. Melalui oral (mulut)

Melalui   infuse   :   jika   diberikan   melalui   infus,  maka   diberikan   selama  2   minggu,   kemudian   diganti 

menjadi melalui  mulut.  Jika dalam 24 jam pertama gejala  tidak membaik,  maka perlu dipertimbangkan 

untuk dilakukan tindakan operasi untuk mengurangi tekanan yang terjadi dan untuk mengeluarkan nanah 

yang   ada.   Setelah   itu   dilakukan   irigasi   secara   kontinyu  dan  dipasang  drainase.   Teruskan   pemberian 

antibiotik selama 3-4 minggu hingga nilai laju endap darah (LED) normal.

J. Masalah yang lazim muncul

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera bilogis (abses tulang).

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tonus otot menurun, 

ketidakmampuan mengabsorpsi makanan.

3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, alat imbolisasi dan keterbatasan beban berat 

badan.

4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan sirkulasi udara permukaan kulit (tirah 

baring lama), tonjolan tulang.

5. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan proses penyakit (proses inflamasi, kerusakan 

integritas jaringan).

6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk tulang, proses penyakit (deformitas 

dan bau pada luka).

7. Resiko infeksi berhubungan dengan port de entery kuman. 

K. Pencegahan

Pencegahan Osteomielitis  adalah sasaran utamanya.  Penanganan  infeksi   fokal  dapat  menurunkan 

angka   penyebaran   hematogen.   Penanganan   infeksi   jaringan   lunak   dapat   mengontrol   erosi   tulang. 

Pemilihan pasien dengan teliti dan perhatikan terhadap lingkungan operasi dan teknik pembedahan dapat 

menurunkan insiden osteomielitis pascaoperasi.

Page 11: LEAFLET KB

Antibiotika profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan yang memadai saat pembedahan dan 

Selama 24 sampai 48 jam setelah operasi akan sangat membantu. Teknik perawatan luka pascaoperasi 

aseptic   akan   menurunkan   insiden   infeksi   superficial   dan   potensial   terjadinya   osteomielitis   (Smeltzer, 

Suzanne C, 2002).

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan 

Osteomielitis  adalah   infeksi   tulang,   lebih   sulit   di   sembuhkan  dari   pada   infeksi   jaringan   lunak, 

karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi , tingginya tekanan jaringan 

dan   pembentukan   involukrum   (Pembentukan   tulang   baru   disekeliling   jaringan   tulang   mati). 

Osteomielitis   dapat   menjadi   masalah   kronis   yang   akan   mempengaruhi   kualitas   hidup   atau 

mengakibatkan kehilangan ekstremitas.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: EGC

http://nurse87.wordpress.com/2012/05/09/askep-osteomielitis/

Page 12: LEAFLET KB

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................................................

BAB I  : LATAR BELAKANG 

BAB II : PEMBAHASAN / ISI 

PENGERTIAN OSTEOMYELITIS ..........................................................................................

ANATOMI  FISIOLOGI............................................................................................................

KLASIFIKASI OSTEOMYELITIS.............................................................................................

ETIOLOGI OSTEOMYELITIS.................................................................................................

PATOFISIOLOGI OSTEOMYELITIS......................................................................................

MANIFESTASI KLINIS OSTEOMYELITIS..............................................................................

KOMPLIKASI OSTEOMYELITIS............................................................................................

PEMERIKSAAN PENUNJANG OSTEOMYELITIS.................................................................

PENTALAKSANAAN MEDIS OSTEOMYELITIS....................................................................

MASALAH YANG LAZIM MUNCUL........................................................................................

PENCEGAHAN OSTEOMYELITIS.........................................................................................

BAB III  : PENUTUP 

KESIMPULAN........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................

Page 13: LEAFLET KB

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita  panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa karena atas berkat rahmat dan hidayat 

yang diberikan kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang diberikan olehdosen mata 

kuliah.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh untuk dikatakan sempurna karena 

kami   hanya   manusia  biasa   yang   tak   pernah   luput   dari   kesalahan.   Sekiranya   semoga   makalah   yang 

sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Ambon ,  september 2015

Page 14: LEAFLET KB

KEPERAWATAN GERONTIK OSTEOMYELITIS

DMK : F.WENNO.AMK.S.Pd.M.M

DISUSUN OLEH :KELOMPOK 1 (UNGU)

DISUSUN OLEH :

NAMA :

SUKMAWATI TAMIN

SUDIRMAN KABAENA

TK : III C

Page 15: LEAFLET KB

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA

AKADEMI KEPERAWATAN

RUMKIT TK III Dr.J.A.LATUMETEN

AMBON 2015