Referat Mata

29
BAB I PENDAHULUAN Mata mempunyai sistem pelindung yang cukup baik seperti rongga orbita, kelopak, dan jaringan lemak retrobulbar selain terdapatnya refleks memejam atau mengedip, mata masih sering mendapat trauma dari dunia luar. Trauma dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata dan kelopak, saraf mata dan rongga orbita. Seperti bagian tubuh lainnya, mata pun tidak terhindarkan dari berbagai macam trauma yang mengenainya meskipun telah mendapat perlindungan. Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi penglihatan. 1 Trauma pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya penyulit yang lebih berat yang akan mengakibatkan kebutaan. Pada mata dapat terjadi trauma dalam bentuk-bentuk berikut : trauma tumpul, trauma tembus bola mata, dan trauma radiasi. 1,2 Katarak merupakan suatu keadaan dimana terjadi penurunan kejernihan pada lensa. Kekeruhan pada lensa akan menyebabkan sinar menjadi terhalang sehingga dapat terjadi penurunan daya penglihatan. 1 Katarak dapat mengenai semua umur dan terutama pada orang tua karena proses penuaan (katarak senile). Namun, dapat terjadi 1

description

Referat Mata

Transcript of Referat Mata

Page 1: Referat Mata

BAB I

PENDAHULUAN

Mata mempunyai sistem pelindung yang cukup baik seperti rongga orbita,

kelopak, dan jaringan lemak retrobulbar selain terdapatnya refleks memejam atau

mengedip, mata masih sering mendapat trauma dari dunia luar. Trauma dapat

mengakibatkan kerusakan pada bola mata dan kelopak, saraf mata dan rongga

orbita. Seperti bagian tubuh lainnya, mata pun tidak terhindarkan dari berbagai

macam trauma yang mengenainya meskipun telah mendapat perlindungan.

Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau memberikan penyulit sehingga

mengganggu fungsi penglihatan.1

Trauma pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah

terjadinya penyulit yang lebih berat yang akan mengakibatkan kebutaan. Pada

mata dapat terjadi trauma dalam bentuk-bentuk berikut : trauma tumpul, trauma

tembus bola mata, dan trauma radiasi.1,2

Katarak merupakan suatu keadaan dimana terjadi penurunan kejernihan

pada lensa. Kekeruhan pada lensa akan menyebabkan sinar menjadi terhalang

sehingga dapat terjadi penurunan daya penglihatan.1Katarak dapat mengenai

semua umur dan terutama pada orang tua karena proses penuaan (katarak senile).

Namun, dapat terjadi juga pada anak – anak. Katarak pada anak berhubungan

pada beberapa keadaan termasuk kelainan kromosom, sindrom sistemik,

kongenital serta faktor eksternal berupa trauma atau radiasi. Beberapa faktor lain

yang terlibat, mencakup trauma, toksisitas obat (steroid), penyakit metabolik

(diabetes dan hiperparatiroidisme) dan penyakit mata (uveitis dan ablasio

retina).1,3

1

Page 2: Referat Mata

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

KATARAK TRAUMATIK

I. DEFINISI

Katarak merupakan proses opasifikasi pada lensa. Katarak

traumatik merupakan katarak yang muncul sebagai akibat cedera pada mata,

dapat berupa trauma perforasi maupu tumpul yang terlihat setelah beberapa

hari atau beberapa tahun. Katarak traumatik ini dapat muncul akut, subakut

ataupun gejala sisa dari trauma mata.2

Katarak traumatik pada anak paling sering disebabkan karena

adanya trauma benda asing pada lensa atau adanya trauma tumpul pada bola

mata. Lensa akan menjadi berwarna putih beberapa saat setelah masuknya

masuknya benda asing atau trauma tumpul. Jika mengenai kapsul lensa

biasanya menyebabkan humour aquous ataupun viterus yang penetrasi ke

struktur lensa. Dapat memberikan manifestasi berupa cetakan dari iris di

permukaan anterior lensa.5

2

Page 3: Referat Mata

Traumatic di bagian lensa.

II. ANATOMI DAN FISIOLOGI LENSA

Lensa merupakan struktur yang transparan yang dilapisi oleh kapsul tipis

yang homogen, berbentuk cakram bikonveks. Letak di depan badan kaca dan

di belakang iris. Titik pusat permukan anterior dan posterior disebut polus

anterior dan polus posterior, garis yg melewati kedua polus disebut sumbu

(aksis). Lensa dibungkus suatu kapsul, yang merupakan membran bening yg

menutup lensa dengan erat dan tebal pd permukaan anterior.

Fungsi kapsul: mengubah bentuk lensa dan melindungi dari badan kaca

dan humor akuos, dan berperan pada proses akomodasi.Lensa dipertahankan

pa posisinya karena dari depan ditekan oleh humor akuos dan dari belakang

di tekan oleh humor vitreus (badan kaca) dan zonula (ligamentum

suspensorium) yg merupakan membran tipis yang menutupi permukaan

badan siliar, prosesus siliaris dan lensa.

Sifat fisik lensa sesuai usia. Pada fetus :lensa hampir sferis dan agak lunak.

Pada dewasa,permukaan anterior kurang cembung dibandingkan permukaan

posterior dan lebihkeras. Pada umur 40-45 tahun, lensa bertambah besar dan

pipih, warna kekuningan, dan lebih keras. Lensa tidak memiliki suplai darah

atau inervasi setelah perkembangan janin dan hal ini bergantung pada aquous

humor untuk memenuhi kebutuhan metaboliknya serta membuang sisa

metabolismenya. Lensa menerima suplai nutrisi dari humor aquos yang

membasahinya. Lensa dititupi oleh suatu kapsul yang elastis, ini adalah alasan

mengapa lensa cenderung pada keadaan sferis.1

Pada saat yang sama, kelengkungan lensa juga ikut bertambah, sehingga

semakin tua usia lensa memiliki kekuatan refraksi yang semakin bertambah.

3

Page 4: Referat Mata

Namun, indeks refraksi semakin menurun juga seiring usia, hal ini mungkin

dikarenakan adanya partikel-partikel protein yang tidak larut. Maka lensa

yang menua dapat menjadi lebih hiperopik atau miopik tergantung pada

keseimbangan faktor-faktor yang berperan.5

Bentuk dan posisi lensa. Lensa berbentuk bikonveks, berada pada fossa hyaloid,

dan membagi mata menjadi segmen anterior dan posterior.

Bagian–bagian lensa terdiri dari kapsul, epithelium lensa, korteks dan

nukleus.1

a. Kapsul

Kapsul lensa memiliki sifat elastis, terdiri dari substansia lensa yang dapat

mengkerut selama proses akomodasi. Lapis terluar dari kapsul lensa

adalah lamella zonularis yang berperan dalam perlengketan serat-serat

zonula. Kapsul lensa anterior lebih tebal dari kapsul posterior dan terus

meningkat ketebalannya selama kehidupan. Bagian paling tebal dari

kapsul lensa terdapat pada bagian anterior dan pre-ekuator posterior dan

yang paling tipis pada daerah kutub posterior sentral yaitu sekitar 2-4 mm.

Pinggir lateral lensa disebut ekuator, yaitu bagian yang dibentuk oleh

gabungan kapsul anterior dan posterior yang merupakan insersi dari

zonula.1,2

b. Serat Zonula

Serat zonula lensa disokong oleh serat-serat zonular yang berasal

dari lamina basalis dari epithelium non-pigmentosa pars plana dan pars

plikata korpus siliar. Terutama terdiri dari rangkaian serat yang melintas

4

Page 5: Referat Mata

dari badan siliar ke lensa. Menahan lensa pada posisinya dan

memungkinkan muskulus siliaris untuk dapat digunakan bergerak. Serat

ini tersusun dalam 3 kelompok

1) Serat yang berasal dari pars plana dan bagian anterior dari orra

serrata. Berjalan ke anterior untuk berinseri pada anterior dari

ekuator

2) Serat yang berasal dari bagian anterior pada prosessus siliaris

melintasi bagian posterior untuk berinsersi dengan ekuator bagian

posterior

3) Kelompok ketiga dari serat ini melintas dari puncak prosessus siliaris

secara lansung masuk kedalam untuk berinsersi pada ekuator. Serat-

serat zonula ini memasuki kapsul lensa pada region ekuatorial secara

kontinu. Seiring usia, serat-serat zonula ekuatorial ini beregresi,

meninggalkan lapis anterior dan posterior.1

c. Epitel lensa

Epitel lensa terletak tepat di belakang kapsul anterior lensa. Terdiri

dari sel-sel epithelial yang mengandung banyak organel sehingga sel-sel

ini secara metabolik aktif dan dapat melakukan semua aktivitas sel normal

termasuk biosintesis DNA, RNA, protein dan lipid sehingga dapat

menghasilkan ATP untuk memenuhi kebutuhan energi dari lensa. Sel

epitel akan mengalami perubahan morfologis ketika sel-sel epitelial

memanjang membentuk sel serat lensa yang sering disertai dengan

peningkatan masa protein dan pada waktu yang sama, sel-sel kehilangan

organel-organelnya, termasuk inti sel, mitokondria dan ribosom.

Hilangnya organel-organel ini dapat menguntungkan karena cahaya dapat

melalui lensa tanpa tersebar atau terserap oleh organel-organel ini, tetapi

dengan hilangnya organel maka fungsi metabolik pun akan hilang

sedangkan serat lensa bergantung pada energi yang dihasilkan oleh proses

glikolisis.1

d. Korteks dan Nukleus

5

Page 6: Referat Mata

Korteks merupakan bagian perifer yang terdiri dari serat lensa yang

masih muda. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Seiring

dengan bertambahnya usia, serat-serat lamellar subepitel terus diproduksi

sehingga lensa perlahan-lahan menjadi lebih besar dan kurang elastis.

Nukleus dan korteks terbentuk dari lamellar konsentrik yang panjang.

Garis-garis persambungan (suture line) yang terbentuk dari penyambungan

tepi-tepi serat lamellar tampak seperti huruf Y dengan slitlamp. Huruf Y

ini tampak tegak di anterior dan terbalik di posterior.2

Berdasarkan periode perkembangan zona yang berbeda, nukleus

lensa ini terbagi menjadi1,3:

1. Nukleus embrionik. Ini adalah bagian terdalam dari nukleus yang

berhubungan dengan lensa pada masa gestasi 3 bulan pertama. Terdiri

dari serat lensa primer yang dibentuk oleh pemanjangan dari sel

dinding posterior vesikel lensa

2. Nukleus fetal, berada disekitar nukleus embrionik dan berkaitan

dengan lensa pada 3 bulan pertama masa gestasi sampai dengan

kelahiran

3. Nukleus infantile. Berkaitan dengan lensa dari kelahiran sampai masa

remaja

4. Nukleus dewasa. Berhubungan dengan serat lensa yang terbentuk

setelah masa remaja sampai dengan kematian.

Struktur lensa

III. FISIOLOGI LENSA

6

Page 7: Referat Mata

Fungsi utama lensa adalah memfokuskan cahaya ke retina. Untuk

memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot siliaris relaksasi,

menggerakkan serat zonula dan memperkecil diameter antero-posterior lensa

sampai ukuran terkecil dalam posisi ini. Daya refraksi lensa akan diperkecil

sehingga berkas cahaya pararel akan terfokus ke retina. Gangguan lensa dapat

berupa kekeruhan, distorsi, dislokasi, dan anomali refraksi. Pasien yang

mengalami gangguan-gangguan tersebut mengalami kekeruhan penglihatan

tanpa nyeri.

Suplai makanan lensa berasal dari proses difusi humor aquos. Ini

menyerupai suatu struktur jaringan dengan humor aquos sebagai substratnya

dan bola mata sebagai wadah yang menyediakan suatu suhu yang konstan.

Metabolism dan proses biokimia yang lebih detail melibatkan proses yang

kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti. Oleh karena itu tidak

memungkinkan untuk mempengaruhi perkembangan katarak dengan

pengobatan.1

Aktivitas metabolik terutama utnuk pemeliharaan kesatuan, transparansi

dan fungsi optic dari lensa. Epitel dari lensa membantu untuk menjaga

keseimbangan ion dan memperbolehkan transportasi nutrisi, mineral dan air

pada lensa. Tipe transportasi ini diartikan sebagai “system pump-leak” yang

membuat transport aktif dari natrium, kalium, kalsium dan asam amino dari

humor aquos masuk kedalam lensa sebagai suatu proses difusi pasif sepanjang

kapsul lensa posterior.

Pemeliharaan keseimbangan (homeostasis) adalah penting untuk

kejernihan lensa dan sangat berkaitan erat dengan keseimbangan cairan.

Muatan air dari lensa berkuran seiring dengan perjalanan usia dimana isi dari

protein lensa yang insoluble (albuminoid) meningkat lensa menjadi lebih

keras, kurang elastis dan kurang transparan. Suatu penurunan kejernihan lensa

yang berkaitan dengan usia adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari sama

halnya dengan pengerutan kulit dan rambut putih. Gambaran klinik dari

penurunan kejernihan lensa muncul pada 95% dari seluruh orang diatas umur

7

Page 8: Referat Mata

65 tahun. Porsi bagian tengan atau nukleus dari lensa menjadi sklerosis dan

sedikit kekuningan seiring dengan perjalanan usia.1

IV. KLASIFIKASI

Klasifikasi berdasarkan waktu perkembangan katarak sebagai berikut :

1. Katarak kongenital (bayi)

2. Katarak juvenil (anak umur < 40 tahun)

3. Katarak senil (orang tua >= 40 taun tanpa disertai penyakit/penyebab

katarak lain)

a) Stadium insipien

Lensa mata mulai keruh

Penderita mulai merasakan kabur

Sering kali visus masih normal (6/6)

b) Katarak senilis imatur

Kekeruhan pada lensa mata belum menyeluruh

Katarak anterior: pasien melirik, kabut bergerak pada arah

yang sama

Katarak nuklearis: pasien melirik, kabut tetap pada tengah

Katarak subposterior: pasien melirik, kabut bergerak

sebaliknya

c) Katarak senilis matur

Penderita mengeluh tidak dapat melihat

Kekeruhan sudah menyeluruh pada lensa mata

Visus penderita 2/60 – 1/ ~ lp buruk

d) Katarak hipermatur

Penderitan merasa penglihatan sangat terganggu

Biasanya disertai keluhan: matasakit, cekot-cekot kadang

merah, tergantung sejauh mana komplikasi yang sudah

terjadi.

8

Page 9: Referat Mata

Pembagian berdasarkan lokasinya ada 3 mayor katarak :

1) Katarak kortikal : merusak lapisan luar lensa. Kekeruhan yang tampak

seperti gelombang reguler dan perifer ke sentral lensa. Kekeruhan terus

berkembang hingga menganggu penglihatan jauh.

2) Katarak subskapuler merupakan dikarakteristikan oleh gumpalan sel-

sel epitel yang abnormal pada kutub posterior lensa tepat didalam

kapsul. Sel-sel tersebut secara cepat membentuk plak di pusat aksis

visual. Ketajaman memburuk pada cahaya terang ketika pupil

mengecil.

Dibagi mejadi 2 yaitu : Sub kapsuler anterior :

kekeruhansearahdengangerakan bola mata. Sub

Kapsulerposterior :Saat bola matabergerak,

kekeruhanbergerakberlaeanan dg gerakan bola mata

3) Katarak Nuklear : mengenai inti dari lensa. Saat bola matabergerak,

kekeruhantdkbergerak/diam

Katarak komplikata (disebabkan penyakit lain):

e) trauma tembus [intra okuler],

f) post op intra okuler,

g) infeksi [uveitis],

h) diabetes melitus

Klasifikasi katarak karena traumatik:3

a) Kontusio

b) Injuri Perforasi

c) Radiasi ionisasi

V. ETIOLOGI

1. Katarak Unilateral

- Idiopatik

- Anomali okular

- Katarak Traumatik

9

Page 10: Referat Mata

Penyebab katarak traumatik adalah akibat trauma, baik trauma

tajam sebagai benda asing yang mengenai lensa maupun trauma tumpul,

radiasi dan kimia pada bola mata yang memperlihatkan manifestasi

kekeruhan lensa sesudah beberapa hari atau beberapa tahun.2

VI. PATOFISIOLOGI

Klasifikasi katarak traumatik : 5

1. Trauma tumpul (Kontusio)

2. Injuri perforasi

3. Radiasi Elektromagnetik

1. Trauma Tumpul

Trauma tumpul okuler dapat terjadi pada beberapa keadaan1,8:

a. Pukulan langsung pada bola mata misalnya dengan kepalan tangan,

bola atau benda – benda yang tumpul seperti batu,

b. Trauma tumpul akibat kecelakaan yang mengenai bola mata, dapat

terjadi pada kecelakaan lalu lintas, juga dalam pekerjaan.

Mekanisme Trauma pada bola mata akibat benda tumpul1:

a. Dampak langsung (Direct impact on the globe). Menghasilkan

kerusakan maksimum ketika terkena trauma langsung (gambar A).

b. Compression wave force. Ditransmisi melalui cairan ke seluruh arah

dan menghantam bilik mata depan, mendorong diafragma iris ke

belakang, dan juga menghantam koroid dan retina. Kadang- kadang

gelombang penekanan sangat besar sehingga menyebabkan cedera

pada tempat yang jauh dari tempat cedera awal yang disebut counter

coup(gambar B).

c. Reflected compression wave force. Setelah mengenai dinding luar,

maka gelombang penekanan menuju ke kutub belakang dan dapat

merusak fovea(gambar C).

d. Rebound compression wave forcer. Setelah mengenai dinding

belakang, gelombang penekanan dikembalikan lagi ke depan, yang

10

Page 11: Referat Mata

dapat merusak koroid dan diafragma dengan tarikan dari belakang ke

depan(gambar D).

e. Indirect force. Kerusakan okuler dapat juga dapt disebabkan trauma

tidak langsung, misalnya bola mata mengenai struktur tulang dan

elastis dari struktur penyusun bola mata.

Mekanisme trauma pada bola mata

Terdapat empat mekanisme yang berperan dalam trauma okuli, antara lain

sebagai berikut1,3,6:

1) Coup

Coup merupakan kekuatan awal yang langsung disebabkan oleh trauma.

2) Countercoup

Countercoup diartikan pada gelombang energi yang merupakan akibat

dari mekanisme coup dimana gelombang tersebut ditransmisikan

seluruhnya ke bagian okuler serta struktur orbita lainnya. Jadi,

countercoup menunjuk pada cedera yang jauh dari tempat trauma awal.

3) Pemanjangan Equatorial

Selama terjadi trauma tumpul, ada pemendekkan cepat pada bagian

anterior-posterior yang diikuti pemanjangan equator dari bola mata dan

kemudian akan kembali mengkerut seperti keadaan normal sebelumnya.

Peregangan dari ekuatorial akan meregangkan kapsul lensa, zonula

zinnia ataupun keduanya.

4) Global repositioning

11

Page 12: Referat Mata

Mekanisme terakhir, bola mata akan kembali ke bentuk normal tetapi

tidak memungkinkan dapat sembuh dan menyebabkan adanya

kerusakan pada bola mata.

Trauma tumpul pada mata dapat diakibatkan benda yang keras atau lunak,

dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan keras (kencang) ataupun

lambat. Trauma pada lensa dapat mengakibatkan luka berupa :

- Vissius ring. Merupakan gambaran cincin berwarna coklat yang

terlihat pada kapsula anterior

- Katarak traumatic merupakan katarak yang terjadi akibat trauma

tumpul atau perforasi yang terlihat sesudah beberapa hari atau tahun.

- Subluksasi lensa terjadi akibat putusnya sebagian zonula zinn sehingga

lensa berpindah tempat. Dapat terjadi secara spontan pada keadaan

zonula zinn yang rapuh (sindroma marphan)

- Dislokasi lensa dapat terjadi pada keadaan putusnya zonula zinn ang

menyebabkan kedudukan lensa terganggu.

Pada umumnya, manifesatasi awal dari katarak kontusio adalah

opasifikasi bentuk stellate atau bentuk rosette (rosette cataract). Biasanya

tampak pada sumbu aksial termasuk kapsul posterior lensa. Selain itu,

dapat memberikan tanda berupa pigmen dari iris yang tercetak ke

permukaan anterior lensa yang disebut vossius ring. Walaupun vossius

ring secara visual dapat menghilang dalam beberapa waktu, namun tanda

ini merupakan indicator dalam trauma tumpul.1

Vossius Ring katarak stellate

12

Page 13: Referat Mata

2. Trauma Perforasi

Luka perforasi pada mata mempunyai tendensi yang cukup tinggi

untuk terbentuknya katarak, terutama perforasi pada lensa sangat sering

menimbulkan opasifikasi pada korteks lensa yang mengalami trauma.

Pada umumnya, proses tersebut berkembang sangat cepat. Jika objek yang

menyebabkan perforasi tembus melalui kornea tanpa mengenai lensa

biasanya tidak memberi dampak pada lensa, dan bila trauma tidak

menimbulkan suatu luka memar yang signifikan maka katarak juga tidak

terbentuk. Hal ini tentu juga bergantung pada penatalaksanaan luka kornea

yang hati – hati dan pencegahan terhadap infeksi. 2

Urutan dari dampak setelah trauma juga bergantung pada usia

pasien. Saat kapsul lensa yang ruptur terjadi pada anak – anak, maka akan

diikuti oleh reaksi inflamasi di bilik anterior dan massa lensa biasanya

secara berangsur – angsur diserap jika tidak ditangani dalam waktu kurang

lebih 1 bulan. Namun demikian, pasien tidak dapat melihat dengan jelas

karena sebagian besar dari kemampuan refraktif mata telah hilang. Oleh

karena itu, dibutuhkan penggunaan lensa buatan intraokuler.

Opasifikasi cortical complete setelah trauma Soemering”

perforasi dengan kerusakan pada kapsul lensa

3. RadiasiElektromagnetik

Trauma radiasi yang sering ditemukan adalah : 2

a. Sinar infra merah

Akibat sinar infra merah dapat terjadi pada saat menatap gerhana

matahari dan pada saat bekerja di pemanggangan. Bila seseorang

berada pada jarak 1 kaki selama satu menit di depan kaca yang

mencair dan pupilnya midriasis maka suhu lensa akan naik sebanyak

13

Page 14: Referat Mata

9°C. Demikian pula iris yang mengabsorpsi sinar infra merah akan

panas sehingga berakibat tidak baik terhadap kapsul lensa di dekatnya.

Absorpsi sinar infra merah oleh lensa dapat mengakibatkan katarak

dan eksfoliasi kapsul lensa.

b. Sinar ultraviolet

Sinar ultraviolet banyak terdapat pada saat bekerja las dan menatap

sinar matahari. Sinar ultra violet biasanya memberikan kerusakan

terbatas pada kornea sehingga kerusakan pada lensa dan retina tidak

akan nyata terlihat.

c. Sinar X dan sinar terionisasi 2

Sinar ionisasi dan sinar X dapat mengakibatkan katarak dan rusaknya

retina. Akibat dari sinar ini pada lensa, terjadi pemecahan diri sel epitel

secara tidak normal.

VII. GEJALA KLINIS

Penurunan ketajaman visus

Katarak menyebabkan penurunan ketajaman visual baik itu jarak jauh atau

dekat. Jenis katarak yang berbeda memiliki tajam penglihatan yang

berbeda, seperti pada katarak subkasupler posterior, mengurangi tajam

penglihatan dekat, dari pada jauh. Katarak nuklear menurunkan tajam

penglihatan jauh dan tetap baik pada jarak dekat.

Silau

Keluhan ini ditemukan pada katarak jenis subkapsuler posterior dan

kortikol.

Sensitivitas kontrs .

Akan sulit membedakan ketajaman gambar, kecerahan jarak ruang

sehingga menunjukkan adanya gangguan penglihatan.

Penglihatan ganda.

Benda yang dilihat dapat berwarna sedikit kekuning-kuningan.

14

Page 15: Referat Mata

VIII. DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis pasien.

Pada anamnesis diperoleh sebagai berikut :4

- Riwayat dan mekanisme trauma, apakah tajam atau tumpul

- Riwayat keadaan mata sebelumnya apakah ada riwayat operasi,

glukoma, retinal detachment, penyakit mata karena gangguan

metabolik

- Riwayat penyakit lain seperti diabetes, sickle cell, sindroma marfan,

homosistinuria, defisiensi sulfat oksidase. Keluhan mengenai

penglihatan seperti penurun visus, pandangan ganda pada satu mata

atau kedua mata dan nyeri pada mata

Pada pemeriksaan fisis diperoleh sebagai berikut:9

- Visus, lapangan pandang dan pupil

- Kerusakan ekstraokular – fraktur tulang orbita, gangguan saraf

traumatik

- Tekanan intraocular – glaucoma sekunder, pendarahan retrobulbar

- Bilik anterior – hifema, iritis, iridodonesis, robekan sudut

- Lensa – subluksasi, dislokasi, integritas kapsula (anterior dan

posterior), katarak (luas dan tipe)

- Vitreus – ada atau tidak adanya pendarahan vitreus posterior

- Fundus – Retinal detachment, rupture koroid, pendarahan preintra dan

sub retina, kondisi saraf optic

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:9

- B-scan – jika pole posterior tidak dapat terlihat

- A-scan – sebelum ekstraksi katarak

- CT scan orbita – adanya fraktur, benda asing atau kelainan lain.

IX. PENATALAKSANAAN

1. Non Operatif

Pemberian antibiotik sistemik dan topical serta kortikosteroid

topical dalam beberapa hari untuk memperkecil kemungkinan infeksi

15

Page 16: Referat Mata

dan uveitis. Atropine sulfat 1% 1 tetes 3 kali sehari dianjurkan untuk

menjaga pupil tetap berdilatasi dan untuk mencegah pembentukan

sinekia posterior.

2. Operatif

Penatalaksanaan katarak traumatik tergantung pada saat terjadinya.

Bila terjadi pada anak-anak sebaiknya dipertimbangkan akan

kemungkinan terjadinya ambliopia. Untuk mencegah ambliopia pada

anak dapat dipasang lensa intraokular primer atau sekunder. Apabila

tidak terdapat penyulit maka dapat ditunggu sampai mata menjadi

tenang. Bila terjadi penyulit seperti glaucoma, uveitis, dan lain

sebagainya maka segera dilakukan ekstraksi lensa. Penyulit uveitis dan

glaucoma sering dijumpai pada orang tua. Pada beberapa pasien dapat

terbentuk cincin soemmering pada pupil sehingga dapat mengurangi

tajam penglihatan. Keadaan ini dapat disertai pendarahan, ablasi retina,

uveitis atau salah letak lensa.4

Katarak dapat dikeluarkan pada saat pengeluaran benda asing atau

setelah perandangan mereda. Apabila terjadi glaucoma selama periode

menunggu, bedah katarak jangan ditunda walaupun masih terdapat

peradangan. Untuk mengeluarkan katarak traumatik, biasanya

digunakan teknik-teknik yang sama dengan yang digunakan untuk

mengeluarkan katarak kongenital , terutama pada pasien berusia

kurang dari 30 tahun.

Merencanakan pendekatan pembedahan sepenuhnya penting pada

kasus-kasus katarak traumatik. Integritas kapsular preoperative dan

stabilitas zolnular harus diketahui/diprediksi. Pada kasus dislokasi

posterior tanpa glaucoma, inflamasi atau hambatan visual, pembedahan

mungkin tidak diperlukan. Indikasi untuk penatalaksanaan

pembedahan pada kasus-kasus katarak traumatik adalah sebagai

berikut4:

- Penurunan visus yang berat (unacceptable)

16

Page 17: Referat Mata

- Hambatan penglihatan karena proses patologis pada bagian

posterior.

- Inflamasi yang diinduksi lensa atau terjadinya glaucoma

- Rupture kapsul dengan edema lensa

- Keadaan patologis ocular lain yang disebabkan trauma dan

membutuhkan tindakan bedah

X. KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat terjadi antara lain dapat terjadi ambylopia jika

tidak segera dilakukan operasi. Dapat juga terjadi dislokasi lensa dan

subluksasi yang sering ditemukan bersamaan dengan katarak traumatik. Pada

katarak traumatik bila terjadi penyulit seperti glaukoma dan uveitis maka

segera akan dilakukan ekstraksi lensa.2,4

Lebih dari 200.000 operasi katarak dilakukan setiap tahunnya di Inggris,

dan meskipun teknik operasi modern memiliki tingkat keamanan yang

diharapkan, komplikasi masih terjadi. Harapan pasien untuk operasi katarak

sangat tinggi. Semua pasien harus diingatkan untuk kemungkinan resiko

pembedahan sebelum diberikan persetujuan untuk operasi.4,9

1. Endophtalmitis infeksi. Infeksi yang merusak ini terjadi sangat jarang (

sekitar 1 dalam 1000 operasi) tapi dapat menyebabkan penurunan

penglihatan berat yang permanen. Propioniobacterium dapat

menyebabkan pasien datang dalam beberapa minggu setelah operasi

dengan uveitis refraktori.

2. Perdarahan suprakoroid. Perdarahan intraoperatif yang berat dapat

menyebabkan penurunan penglihatan yang serius dan permanen.

3. Perforasi okuli. Jarum yang tajam digunakan untuk berbagai bentuk

anestesi intraokuler, dan perforasi bola mata sangat kecil

kemungkinannya.

4. Ablasio retina. Ini adalah komplikasi post operatif yang serius dan

jarang terjadi, tetapi lebih sering terjadi pada pasien miop setelah

komplikasi intra operatif.

17

Page 18: Referat Mata

5. Ruptur kapsul posterior dan hilangnya cairan vitreus. Jika kapsul yang

lembut rusak selama pembedahan atau ligament yang halus (Zonula)

yang menahan lensa menjadi lemah, kemudian cairan vitreus akan

prolaps ke bilik mata depan. Komplikasi ini berarti bahwa lensa

intraokuler tidak dapat dimasukkan dalam pembedahan, pasien juga

dalam resiko tinggi ablasio retina post operatif.

6. Uveitis. Peradangan post operatif lebih sering terjadi dalam berbagai

tipe mata. Sebagai contoh pada pasien dengan riwayat diabetes atau

penyakit radang mata sebelumnya.

7. Edema makular cystoids. Akumulasi cairan pada macula selama post

operatif dapat menurunkan visus pada minggu-minggu pertama setelah

operasi katarak berhasil dilakukan. Pada banyak kasus, ini dapat

diobati dengan penanganan radang post operasi.

8. Glaukoma. Peningkatan tekanan intraokuler secara persisten akan

membutuhkan penanganan post operatif.

9. Kekeruhan kapsul posterior. Bekas luka dari bagian posterior dari

kantung kapsul, dibelakang lensa intraokuler terjadi pada lebih dari

20% pasien. Laser kapsulotomi akan dibutuhkan.

XI. PROGNOSIS

Prognosis sangat bergantung kepada luasnya trauma yang terjadi

pada saat terjadinya trauma dan kerusakan yang terjadi akibat trauma.

Apabila trauma yang terjadi tidak mencapai segmen posterior maka visus

akan lebih baik jika dibandingkan terjadi trauma hingga segmen posterior

bola mata. Mengenai visual katarak pada anak terutama pada anak yang

memerlukan operasi, prognosisnya tidak sebaik pada katarak orang

dewasa. Hal ini berhubungan dengan terjadinya ambliopia dan kelaianan

tambahan lain yang menyertai, misalnya adanya kelainan pada nervus

optic atau retina akan membatasi tingkat penglihatan.5,6

18

Page 19: Referat Mata

DAFTAR PUSTAKA

1. Khurana AK. Ocular Injury. Comprehensive Ophthalmology. 4thEd. New

Delhi: New Age International (P). 2007. p. 401-15.

2. Ilyas HS. Trauma mata. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia: Jakarta. 2009. h.1-13, 259-276

3. Lang, Gerhard K. Ophthalmology A Short Textbook. In: Lens. New York:

thieme Stuttgart. 2000. p. 169-203.

4. Kuhn. F. Lens. Ocular trauma Principle and Practice. Thieme: New York.

2002. p. 180-97.

5. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Lensa. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Widya

Medika: Jakarta. 2009. h. 169-77.

6. Sundaram,V. Cataract. Training in Ophthalmology the Essential Clinical

Curriculum. Oxford Universuty Press: London. p. 256-60.

7. Wilson, EM. Pediatric Ocular Trauma. Pediatric Ophthalmology Current

Thougt and A Practical Guide. Springer: USA. 2009. p. 377, 475-6.

8. Rappon J. Primary Care Ocular Trauma Management. Pacific University

Oregon. Available from : http://www.pacificu.edu/optometry/ce/list/documents/PrimaryCareOcularTraumaMa

nagement.pdf

9. Khaw, PT. Cataract. ABC of Eye. 4rh Ed. BMJ: Spain. 2004. p. 47-9.

-

19