87177121 Referat Mata

29
KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan berkatya saya dapat menyelesaikan referat berjudul Dry Eyes yang dibuat untuk memenuhi salah satu tugas kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Mata di Rumah Sakit Otorita Batam. Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua dokter yang telah membimbing saya, khususnya dr Muhammad Edrial, Sp.M yang telah memberikan bimbingan sehingga saya data menyelesaikan referat ini. Saya menyadari bahwa referat ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya sangat terbuka menerima segala saran dan kritik yang diberikan demi kesempurnaan referat ini. Semoga referat yang telah saya susun ini dapat berguna bagi kita semua. Batam, Februari 2012 Penyusun

Transcript of 87177121 Referat Mata

Page 1: 87177121 Referat Mata

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan

berkatya saya dapat menyelesaikan referat berjudul Dry Eyes yang dibuat untuk

memenuhi salah satu tugas kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Mata di Rumah Sakit

Otorita Batam.

Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua dokter yang telah

membimbing saya, khususnya dr Muhammad Edrial, Sp.M yang telah memberikan

bimbingan sehingga saya data menyelesaikan referat ini.

Saya menyadari bahwa referat ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,

saya sangat terbuka menerima segala saran dan kritik yang diberikan demi

kesempurnaan referat ini. Semoga referat yang telah saya susun ini dapat berguna

bagi kita semua.

Batam, Februari 2012

Penyusun

Siti Nurliana Mohd Dani

Page 2: 87177121 Referat Mata

BAB I

PENDAHULUAN

Lebih dari 10 juta penduduk di Amerika Serikat menderita dry eyes.

Diperkirakan sebanyak 20 juta penduduk di Amerika Serikat yang menderita penyakit

ini. Dry eyes sangat memberikan dampak kepada kehidupan seharian seseorang.

Pasien dengan dry eyes paling sering mengeluhkan tentang sensasi gatal atau berpasir.

Gejala umum lainnya adalah gaal, sekresi mucus berlebihan, tidak mampu

menghasilkan air mata, sensasi terbakar, fotosensitivitas, merah, sakit dan sulit

menggerakkan palpebra. Selalunya gejala yang dikeluhkan adalah gangguan

penglihatan walaupun telah memakai kaca mata atau lens kontak.

Dry eyes merupakan salah satu gangguan yang sering pada mata, presentase

insidensnya sekitar 10-30% dari populasi, terutama pada orang yang usianya lebih

dari 40 tahun dan 90% terjadi pada wanita. Frekuensi insidens dry eyes lebih banyak

terjadi pada ras Hispanik dan Asia dibandingkan dengan ras kaukasius.

Referat ini akan membahaskan lagi tentang penyakit dry eyes dengan lebih

dalam. Diharapkan referat ini dapat digunakan pembaca untuk menambah ilmu,

khususnya untuk penyakit dry eyes.

Page 3: 87177121 Referat Mata

BAB II

ANATOMI, FISIOLOGI DAN EMBRIOLOGI

2.1 Anatomi

Aparatus lakrimal terdiri dari bagian sekresi dan ekskresi. Komponen sekresi

terdiri atas kelenjar yang menghasilkan berbagai unsur pembentuk cairan air mata.

Volume terbesar air mata dihasilkan oleh kelenjar air mata utama yang terletak di

fossa lakrimal di kuadran temporal atas orbita. Selain kelenjar air mata utama terdapat

kelenjar lakrimal tambahan. Meskipun hanya sepersepuluh dari massa utama, namun

mempunyai peran yang penting. Bagian sekresi terdiri dari:

a) Glandula lakrimal

b) Duktus lakrimal

Glandula lakrimal terdiri dari 2 bagian:

a) bagian atas yang lebih besar letaknya di fossa lakrimal os frontalis

b) bagian bawah yang terletak di bawah konjungitva fornix superior bagian

temporal

Gambar 2.1. Sistem lakrimal bagian sekresi dan ekskresi

Page 4: 87177121 Referat Mata

Selain itu, glandula lakrimalis aksesori, glandula Krause dan Wolfring yang

terletak di dalam substansia propria di konjungtiva palpebra turut berperan dalam

mengsekresikan komponen aquos air mata. Kelenjar Krause dan Wolfring identic

dengan kelenjar utama namun tidak mempunyai system saluran.

Bagian ekskresi terdiri dari:

a) Pungtum lakrimal superior dan inferior

b) Kanalikuli lakrimal superior dan inferior

c) Sakus lakrimal

d) Duktus nasolakrimal

e) Meatus inferior

Air mata mengalir dari lacus lakrimalis melalui punctum superior dan inferior dan

kanalikuli ke saccus lakrimalis, yang terletak di dalam fossa glandula lakrimalis.

Duktus nasolakrimalis berlanjut ke bawah dari sakus dan bermuara ke meatus inferior

rongga hidung, lateral terhadap turbinatus inferior. Air mata diarahkan ke dalam

punctum oleh isapan kapiler, gravitasi, dan kedipan palpebral. Kombinasi kekuatan

isapan kapiler dalam kanalikuli, gravitasi dan aktivitas memompa otot Horner ke

belakang saccus lakrimalis akan meneruskan aliran air mata ke bawah melalui ductus

nasolacrimalis ke dalam hidung.

Perdarahan kelenjar air mata berasal dari arteria lakrimalis. Vena dari kelenjar

bergabung dengan vena ophthalmica. Drainase linfe bersatu dengan pembuluh limfe

konjungtiva dan mengalir ke kelenjar getah bening preaurikular.

Kelenjar air mata dipersarafi oleh:

a) nervus lakrimalis (sensoris), suatu cabang dari divisi pertama trigeminus

b) nervus petrosus superficialis magna (sekretoris), yang dating dari nucleus

salivarious superior

c) saraf simpatis yang menyertai arteria dan nervus lakrimalis

Page 5: 87177121 Referat Mata

2.2 Fisiologi

Sekretnya dikeluarkan melalui 6-12 saluran yang berjalan kebawah dan

bermuara di konjungtiva forniks superior bagian temporal. Pada bayi yang baru lahir,

air mata belum dibentuk dan baru di bentuk pada umur 3 minggu. Dengan berkedip,

air mata disalurkan ke seluruh bagian anterior mata dan terkumpul di daerah sakus

lakrimal. Dengan berkedip, m. orbukularis okuli menekan pada sakus lakrimal,

sehingga menimbulkan tekanan negative didalamnya.

Gambar 2.2. Fisiologi air mata

Pada waktu mata dibuka, dengan adanya tekanan negative ini, air mata dapat

terserap pungtum lakrimal dan seterusnya sampai ke meatus inferior, yang bermuara

di bawah concha nasalis inferior. Air mata tidak meleleh melalui hidung, oleh karena

rongga hidung mengandung banyak pembuluh darah, sehingga suhunya panas,

ditambah dengan pernafasan, sehingga mempercepat penguapan. Air mata tidak

meleleh melalui pipi juga, karena isi dari glandula meibom menjaga tertutup rapatnya

Page 6: 87177121 Referat Mata

margo palpebral pada waktu berkedip. Air mata membasahi epitel konjungtiva dan

kornea dengan ketebalan 7-10 mikrometer terdiri dari campuran air mata yang

dibentuk kelenjar air mata, sekresi kelenja goblet dan kelenjar meibom.

Air mata ini berguna untuk:

a) Membuat permukaan kornea menjadi licin

b) Membasahi permukaan konjungtiva dan kornea, untuk menghindari

kerusakan epitel pada jaringan tersebut

c) Untuk mencegah berkembangnya mikroorganisme pada konjungtiva dan

kornea karena sifatnya antibakteri

Air mata mengandung protein, gamma globulin (IgA, IgG, IgE), lisozim,

betalisin, glukosa, ion kalium, natrium. Ph rata-rata air mata 7,35. Dalam keadaan

normal, air mata bersifat isotonic. Lisozim bersama gamma globulin IgA

menyebabkan lisis dari bakteri. Akhir-akhir ini ditemukan betalisin di dalam air mata,

yang uga mempunyai antibakteri seperti lisozim.

Air mata yang menutupi epitel kornea dan konjungtiva terdiri dari 3 lapisan:

a) Lapisan superfisial terdiri dari secret glandula Meibom

b) Lapisan tengah mengandung cairan yang dikeluarkan oleh kelenjar air mata

c) Lapisan terdalam terdiri dari lapisan mucin, yang dibentuk oleh sel goblet dan

membasahi seluruh permukaan epitel kornea dan konjungtiva

Dengan adanya kedipan mata, permukaan kornea dan konjungtiva dijaga tetap basah

dan licin.

Komponen lipid air mata disekresi oleh kelenjar Meibom dan Zeis di tepian

palpebra. Sekresi lipid ini dipengaruhi oleh serabut saraf kolinergik yang berisi kolin

esterase. Selain itu sekresi kelenjar ini dipengaruhi oleh hormone androgen sementara

hormone antiandrogen dan estrogen akan menekan sekresi kelenjar lipid. Reflex

mengedip juga memegang peran penting dalam sekresi oleh kelenjar meibom dan

zies. Mengedip menyebabkan lipid mengalir ke lapisan air mata.

Page 7: 87177121 Referat Mata

Komponen aquos air mata disekresi oleh glandula lakrimalis dan glandula

lakrimalis aksesori, kelenjar Krause dan Wolfring. Kelenjar Krause dan Wolfring

identic dengan kelenjar utama namun tidak mempunyai system saluran.

Glandula lakrimalis aksesori, glandula Krause dan Wolfring terletak di dalam

substansia propria di konjungtiva palpebra. Mekanisme sekresi aquos dipersarafi oleh

saraf kranial V (trigeminus). Stimulasi reseptor saraf V yang terdapat di kornea dan

mukosa nasal memacu sekresi air mata oleh kelenjar lakrimalis.

Komponen musin lapisan air mata diskresi oleh sel goblet konjungtiva dan sel

epitel permukaan. Mekanisme pengaturan sekresi musin oleh sel ini tidak diketahui.

Hilangnya sel goblet berakibat mengeringnya kornea meskipun banyak air mata dari

kelenjar lakrimal.

Gambar 2.3. Struktur air mata

Page 8: 87177121 Referat Mata

2.3 Embriologi

Kelenjar lakrimal dan kelenjar lakrimal aksesorius berkembang dari epitel

konjungtiva. System drainase lakrimal (kanalikuli, saccus lakrimalis, dan duktus

nasolacrimalis) juga merupakan derivate ectoderm permukaan, yang berkembang dari

korda epitel padat yang terbenam di antara processus maxillaris dan nasalis struktur-

struktur muka yang sedang berkembang. Saluran korda ini terbentuk sesaat sebelum

lahir.

Page 9: 87177121 Referat Mata

BAB III

DRY EYE

3.1 Definisi

Dry eye atau nama lain keratokonjungtivitis sika adalah suatu keadaan di

mana terjadi pengeringan pada bagian kornea dan konjungtiva mata disebabkan oleh

defisiensi komponen film air mata atau penguapan film air yang terlalu cepat. Dry eye

merupakan penyakit multifactorial pada kelenjar air mata dan permukaan okuler yang

menyebabkan perasaan tidak nyaman, gangguan pengliharan, air mata yang tidak

stabil sehingga berpotensi untuk menimbulkan kerusakan pada permukaan okuler.

Dry eye sering disertai dengan peingkatan osmolaritas dari air mata dan peradangan

dari permukaan okuler.

3.2 Epidemiologi

Dry eye adalah penyakit yang sering terjadi dengan presentase rata-rata

berkisar antara 10-30% dari jumlah populasi, terutama terjadi ada pasien usia lebih

dari 40 tahun. Di Amerika Serikat, diperkirakan ada sekitar 3,23 juta wanita dan 1,68

juta pria yang berusia 50 tahun ke atas yang menderita dry eyes. Frekuensi penyakit

dry eyes di beberapa negara hamper serupa dengan frekuensi di Amerika Serikat.

Frekuensi dan diagnosis klinis penyakit dry eyes lebih banyak terdapat pada

populasi Hispanic dan Asia berbanding populasi Caucasian. Dry eye juga lebih

cenderung terjadi pada pasien wanita berbanding laki-laki.

3.3 Patofisiologi

Sindrom dry eyes terjadi karena penurunan produksi komponen-komponen

dalam film mata dan perubahan komposisi film mata. Film air mata terdiri dari

komponen lipid, aquous dan musin. Apabila produksi lipid oleh kelenjar Meibom

berkurang, maka produksi untuk proteksi air mata turut berkurang. Ini menyebabkan

air mata lebih mudah menguap.

Page 10: 87177121 Referat Mata

Defisiensi lapisan aquoes ini merupakan penyebab utama dari sindrom dry

eye. Lapisan aquoes diproduksi oleh kelenjar lakrimal mayor dan minor yang

mengandung protein, elektrolit dan air. Apabila produksi aquoes berkurang, mata

akan menjadi kering dan kurang mendapat nutrisi dan oksigen.

Apabila produksi lapisan musin berkurang, perlekatan air mata dengan lapisan

epitel superfisial di kornea turut berkurang. Hal ini menyebabkan air mata mudah

menguap. Mata akan berkompensasi dengan memproduksi air mata yang berlebihan.

Kemudian proses penguapan terjadi lagi, ini menyebabkan mata cepat kering. Kornea

yang kering menyebabkan mata menjadi lebih rentan untuk kemasukan bakteri dan

debu karena tidak ada enzim lisozim, gamma-globulin dan factor antibakteri non-

lisozim lain yang membentuk mekanisme pertahanan penting terhadap infeksi. Jika

sudah teriritasi maka akan timbul gejala mata merah, gatal dan rasa berpasir.

3.4 Etiologi

Dry eye disebabkan oleh sebarang penyakit yang berkaitan dengan defisiensi

komponen film air atau berakibat pada perubahan permukaan mata yang secara

sekunder menyebabkan film air mata menjadi tidak stabil.

A. Kondisi Ditandai dengan Hipofungsi Kelenjar Lakrimal

1. Kongenital

a. Disautonomia familial (sindrom Riley-Day)

b. Aplasia kelenjar lakrimal (alakrima kongenital)

c. Displasia ectodermal

2. Didapat

a. Penyakit sistemik

1) Sindrom Sjogren

2) Sklerosis sistemik progresif

3) Sarkoidosis

4) Leukemia, limfoma

5) Amiloidoisis

6) Hemokromatosis

Page 11: 87177121 Referat Mata

b. Infeksi

1) Parotitis

c. Cedera

1) Pengangkatan secara bedah atau kerusakan kelenjar lakrimal

2) Radiasi

3) Luka bakar kimiawi

d. Medikasi

1) Antihistamin

2) Antimuskarinik : atropine, skopolamin

3) Penyekat beta-adrenergik : timolol

e. Neurogenik (paralisis nervus fasialis)

B. Kondisi Ditandai dengan Defisiensi Musin

1. Avitaminosis A

2. Sindrom Steven-Johnson

3. Pemfigoid ocular

4. Konjungtivitis kronik

5. Luka bakar kimiawi

6. Medikasi – Antihistamin

7. Obat tradisional

C. Kondisi Ditandai dengan Defisiensi Lipid

1. Parut tepian palpebral

2. Blefaritis

D. Penyebaran film air mata yang kurang sempurna disebabkan oleh:

1. Kelainan palpebral

a. Defek, koloboma

b. Ektropion, entropion

c. Keratinasi tepian palpebral

Page 12: 87177121 Referat Mata

d. Kurang atau tidak adanya berkedip

1) Gangguan neurologic

2) Hipertiroidisme

3) Lensa kontak

4) Obat

5) Keratitis herpes simpleks

6) Lepra

e. Lagoftalmos

1) Lagoftalmos nocturnal

2) Hipertiroidisme

3) Lepra

2. Kelainan konjungtiva

a. Pterigium

b. Simblefaron

3. Proptosis

3.5 Manifestasi klinis

A. Anamnesis

Pasien dengan dry eye sering mengeluhkan sensasi tergores atau berpasir.

Gejala umum lainnya adalah gatal, sekresi mucus berlebih, ketidakmampuan

menghasilkan air mata, sensasi terbakar, fotosensitivitas, kemerahan, sakit dan sulit

menggerakkan palpebra.

B. Pemeriksaan fisik

Dari pemeriksaan fisik pasien dengan dry eye dapat ditemukan:

- Dilatasi konjungtiva bulbi

- Penurunan meniscus air mata

- Permukaan kornea yang irregular

- Penurunan absorbsi air mata

- Keratopati epitel kornea punctate

- Korea berfilamen

Page 13: 87177121 Referat Mata

- Peningkatan debris pada lapisan air mata

- Keratitis punctata superfisialis

- Secret mucus

- Ulkus korena pada kasus berat

Gejala-gejala dry eye selalunya tidak berhubungan dengan tanda-tanda dry

eyes. Pada kasus berat, dapat ditemukan defek epitel atau infiltrasi kornea steril atau

ulkus kornea. Keratitis infeksi sekunder juga dapat terjadi. Baik perforasi kornea

karena steril atau infeksi dapat terjadi.

3.6 Pemeriksaan penunjang

a) Tes Schimer

Tes ini dilakukan dengan mengeringkan lapisan air mata dan memasukkan

strip Schimer (kertas saring Whartman No. 41) ke dalam cul-de-sac konjungtiva

inferior pada batas sepertiga tengah dan temporal dari palpebral inferior. Bagian basah

yang terpapar diukur lima menit setelah dimasukkan. Panjang bagian basah kurang

dari 10mm tanpa anestesi dianggap abnormal.

Gambar 3.1. Tes Schirmer

Page 14: 87177121 Referat Mata

b) Tes Break up Time

Tes ini berguna untuk menilai stabilitas air mata dan komponen lipid dalam

cairan air mata, diukur dengan meletakkan secarik kertas berfluorescin di konjungtiva

bulbi dan meminta penderita untuk berkedip. Lapisan air mata kemudian diperiksa

dengan bantuan filter cobalt pada slitlamp, sementara penderita diminta tidak

berkedip. Selang waktu sampai munculnya titik-titik kering yang pertama dalam lapis

fluorescin kornea adalah break up time. Biasanya lebih dari 15 detik. Selang waktu

akan memendek pada mata dengan defisiensi lipid pada air mata.

c) Tes Ferning Mata

Sebuah tes sederhana dan murah untuk meneliti komponen musin air mata,

dilakukan dengan mengeringkan kerokan lapisan air mata di atas kaca objek bersih.

d) Sitologi

Impresi adalah cara menghitung densitas sel goblet pada permukaan

konjungtiva. Pada orang normal, populasi sel goblet paling tinggi di kuadran

infranasal.

e) Pemulasan Flourescin

Dilakukan dengan secarik kertas kering fluoresin untuk melihat derajat

basahnya air mata dan melihat meniscus air mata. Fluoresin akan memulas daerah

yang tidak tertutup oleh epitel yang tidak tertutup oleh lapisan musin yang mongering

dari kornea dan konjungtiva.

f) Pemulasan Rose Bengal

Rose Bengal lebih sensitive daripada fluoresin. Pewarna ini akan memulas semua sel

epitel yang tidak tertutup oleh lapisan musin yang mengering dari kornea dan

konjungtiva.

Page 15: 87177121 Referat Mata

Gambar 3.2. Pemulasan Rose Bengal pada sel kornea dan konjungtiva pada pasien

dengan keratokonjungtivitis sicca

g) Pengujian kadar lisozim air mata

Air mata ditampung pada kertas Schimer dan diuji kadarnya dengan cara

spektrofotometri.

h) Osmolaritas air mata

Hiperosmolaritas air mata telah dilaporkan pada keratokonjungtivitis sicca dan

pemakai lensa kontak, diduga sebagai akibat berkurangnya sensitifitas kornea.

Laporan-laporan penelitian menyebutkan bahwa hiperosmolaritas adalah tes yang

paling spesifik bagi keratokonjungtivitis sicca, karena dapat ditemukan pada pasien

dengan tes Schirmer normal dan pemulasan Rose Bengal normal.

i) Laktoferin

Laktoferin dalam cairan air mata akan rendah pada pasien dengan hiposekresi

kelenjar lakrimalis.

Page 16: 87177121 Referat Mata

Untuk mengukur kuantitas komponen aquous dalam air mata dapat dilakukan

tes Schirmer. Tes Schirmer merupakan indicator tidak langsung untuk menilai

produksi air mata. Berkurangnya komponen aquous dalam air mata mengakibatkan air

mata tidak stabil. Kestabilan air mata pada dry eyes disebabkan kerusakan epitel

permukaan bola mata sehingga mucus yang dihasilkan tidak normal yang berakibat

pada proses penguapan air mata. Salah satu pemeriksaan untuk menilai stabilitas

lapisan air mata adalah dengan pemeriksaan break up time (BUT).

j) Slit lamp

Pada pemeriksaan dengan slit lamp didapatkan dilatasi pembuluh darah

konjungtiva dan injeksi perikornea. Ciri khas pada pemeriksaan ini adalah terputus

atau tiadanya meniscus air mata di tepian palpebral inferior. Benang- benang mucus

kental kekuningan kadang-kadang terlihat dalam fornix konjungtiva inferior. Pada

konjungtiva bulbaris tidak tampak kilauan yang normal dan mungkin menebal,

edema, dan hiperemis.

3.7 Diagnosis banding

- Konjungtivitis (alergi, bacterial, viral)

- Kelainan kornea (abrasi, erosi, corpus alienum)

- Keratitis

- Komplikasi lensa kontak

- Dermatitis atopi

- Dermatitis kontak

- Episkleritis

- Skleritis

3.8 Komplikasi

Pada awal perjalanan keratokonjungtivitis sika, penglihatan sedikit terganggu.

Dengan memburuknya keadaan, ketidaknyamanan bisa sangat mengganggu. Pada

kasus lanjut, dapat timbul ulkus kornea, penipisan kornea, dan perforasi. Sesekali

Page 17: 87177121 Referat Mata

dapat terjadii infeksi bakteri sekunder dan berakibat parut serta vaskularisasi pada

kornea yang sangat menurunkan penglihatan. Terapi dini dapat mencegah komplikasi-

komplikasi ini.

3.9 Penatalaksanaan

Terdapat banyak penyebab dari dry eyes oleh itu, deteksi dini dan terapi yang

agresif dapat membantu dalam mencegah terjadinya ulkus kornea dan sikatriks.

Tujuan utama dari pengobatan sindrom dry eye adalah penggantian cairan mata. Air

mata buatan dijadikan sebagai pelumas air mata dan salep berguna sebagai pelumas

jangka panjang terutama saat tidur. Terapi tambahan dapat dilakukan juga dengan

memakai pelembap, kacamata pelembap atau kacamata renang.

Untuk menjaga agar air mata tidak terdrainase dengan cepat dapat digunakan

punctual plug, dengan demikian mata akn lebih terasa lembap, tidak kering, tidak

gatal dan tidak seperti terbakar. Salmon merupakan sumber asam lemak omega 3

yang dapat mengurangi resiko dry eyes.

Jika permasalahan timbul akibat lingkungan, maka dapat digunakan kacamata

hitam ketika beraktivitas di luar ruangan untuk mengurangi paparan sinar matahari,

angin dan debu.

Silicon plug yang dimasukkan ke dalam kelenjar lakrimalis pada ujung mata

dapat menjaga air mata terdrainase lebih lambat sehingga menjaga kelembapan mata.

Alat ini dikenal dengan istilah lakrimal plug. Untuk sebagian orang, silicon plug

terasa tidak nyaman di mata maka dapat dilakukan puncta kauterisasi.

Gambar 3.3. Terapi dry eye dengan menggunakan silicon plug

Page 18: 87177121 Referat Mata

Dapat juga mengkonsumsi obat-obatan seperti restasis, kortikosteroid topical,

tetrasiklin oral, doksisiklin. Obat restasis memiliki efek dalam memproduksi cairan air

mata sehingga mata dapat menghasilkan air mata alami sehingga dapat mengurangi

kekeringan pada mata disebabkan oleh proses penuaan atau agen yang menyebabkan

produksi menurun. Tindakan pembedahan dilakukan jika terdapat kelainan anatomis

dari bulu mata.

Page 19: 87177121 Referat Mata

BAB IV

KESIMPULAN

Dry eye merupakan penyakit multifactorial pada kelenjar air mata dan

permukaan okuler yang menghasilkan gejala-gejala ketidaknyamanan, gangguan

penglihatan, air mata yang tidak stabil sehingga berpotensi untuk menimbulkan

kerusakan pada permukaan okuler. Sindrom dry eye lebih sering terjadi pada wanita

yang berusia 50 tahun ke atas. Karena bersifat multifactorial, maka penyebab dry eyes

sangat bervariasi dan cara pengangannya disesuaikan dengan penyebabnya. Dry eye

dapat terjadi karena produksi film mata yang berkurang atau penguapan film air yang

terlalu cepat.

Pasien sering mengeluhkan terdapat sensasi tergores atau berpasir, gatal,

sekresi mucus berlebih, kemerahan, fotosensitiviti, sakit dan sulit menggerakkan

palpebra. Untuk mendiagnosa pasien dengan dry eye dapat dilakukan pemeriksaan tes

Schirmer untuk mengetahui jumlah produksi mata air. Pemeriksaan tear break-up time

pula dapat digunakan untuk memperkirakan kandungan komponen musin dalam

cairan air mata.

Terapi pada saat ini adalah air mata buatan. Deteksi dini dry eyes diperlukan

karena keluhan dry eyes ini sangat mengganggu penglihatan kita.

Page 20: 87177121 Referat Mata

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan D, Asbury T. General Ophthalmology. 16th edition. The McGraw

Hill Companies Inc. 2007. Chapter 4. Lids, Lacrimal Apparatus, & Tears.

2. Gerhard K. Lang. Opthalmology A Short Textbook. Georg Thieme Verlag.

2000. Lacrimal System. pg 49-53.

3. Schlote T, Rohrbach J, et al. Pocket Atlas of Ophthalmology. Georg Thieme

Verlag. 2006. Dry Eye. Pg 34-35.

4. Ming A, Constable I.J, Color Atlas of Ophthalmology. 3rd edition. Dry eyes.

Pg 39.

5. Langston D. Manual of Ocular Diagnosis and Therapy. 5th edition. Lippincott

Williams & Wilkins. 2002. Dry eyes. Pg 106-108.

6. Kanski J. Clinical Ophthalmology A Systematic Approach. 5th edition.

Butterworth-Heinemann. 2003. Tear film. Pg 89-98.

7. Ventocilla M, Roy H. Keratitis Sica. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/1196733-overview. Access on 10

February 2012.

8. Keenan J. Dry Eyes: Causes, Symptoms and Treatment. Available from: