Referat Luka Bakar

15
Secara garis besar, perubahan – perubahan yang terjadi pada korban yang mengalami luka bakar adalah sebagai berikut : - Panas akan menyebabkan permeabilitas kapiler darah meningkat, sehingga cairan tubuh yaitu air, elektrolit (misalnya Na & Cl), protein akan keluar dari jaringan intravaskuler ke jaringan interstitial. Untuk 1% luas luka bakar, maka cairan tubuh yang keluar ke interstitial adalah 0,5% - 1% dari blood volume. Bila blood volume hilang sampai 20% maka akan terjadi penurunan tekanan darah sehingga berakibat terjadinya cardiac failure yang kemudian akan berakhir dengan shock. Pengeluaran cairan tubuh yang terbanyak yaitu pada 6 – 8 jam pertama. Insensibel water loss juga akan meningkat. Pada luka bakar, komposisi cairan bulla hampir sama dengan cairan plasma. - Eytrocit menjadi rapuh dan pecah karena panas. - Dapat terjadi akut renal failure oleh karena : 1. Shock 2. Timbunan hemoglobin dan pecahnya erytrocit. - Cortison release meningkat. - Dapat terjadi curling ulcers pada lambung, juga dapat terjadi akut dilatasi/paralise usus. - Rasa nyeri yang hebat dapat pula menyebabkan neurogenic shock.

description

referat luka bakar

Transcript of Referat Luka Bakar

Secara garis besar, perubahan perubahan yang terjadi pada korban yang mengalami luka bakar adalah sebagai berikut : Panas akan menyebabkan permeabilitas kapiler darah meningkat, sehingga cairan tubuh yaitu air, elektrolit (misalnya Na & Cl), protein akan keluar dari jaringan intravaskuler ke jaringan interstitial. Untuk 1% luas luka bakar, maka cairan tubuh yang keluar ke interstitial adalah 0,5% - 1% dari blood volume. Bila blood volume hilang sampai 20% maka akan terjadi penurunan tekanan darah sehingga berakibat terjadinya cardiac failure yang kemudian akan berakhir dengan shock. Pengeluaran cairan tubuh yang terbanyak yaitu pada 6 8 jam pertama. Insensibel water loss juga akan meningkat. Pada luka bakar, komposisi cairan bulla hampir sama dengan cairan plasma. Eytrocit menjadi rapuh dan pecah karena panas. Dapat terjadi akut renal failure oleh karena :1. Shock2. Timbunan hemoglobin dan pecahnya erytrocit. Cortison release meningkat. Dapat terjadi curling ulcers pada lambung, juga dapat terjadi akut dilatasi/paralise usus. Rasa nyeri yang hebat dapat pula menyebabkan neurogenic shock. Udara panas/sangat panas yang terhirup dapat menyebabkan larynx oedema yang mengakibatkan asphyxia. Dapat terjadi keracunan akibat gas CO ataupun gas toksik lainnya. Gas CO ini mempunyai affinitas terhadap Hb jauh lebih besar daripada affinitas O2 terhadap Hb. Akibatnya bila Hb banyak yang terikat oleh CO (COHb), maka akan sedikit Hb yang terikat dengan O2 sehingga akan terjadi Anoksia dan korban dapat mati lemas . Pada korban yang meninggal karena keracunan gas CO, maka saturasi COHb dalam darahnya dapat sampai 40% - 60%.PEMERIKSAAN KEMATIAN PADA KORBAN LUKA BAKAR.1. Pemeriksaan pada Tempat Kejadian Perkara (TKP).Sebagaimana pada pemeriksaan TKP secara umum, maka tujuan yang ingin dicapai adalah :a. Menentukan apakah korban masih hidup atau sudah meninggal. b. Menentuan perkiraan saat kematian.c. Menentukan sebab/akibat dari luka bakar.d. Membantu mengumpulkan barang bukti.e. Menentukan cara kematian.Menentukan apakah korban masih hidup atau sudah meninggal.Dalam melakukan pemeriksaan TKP, maka seorang dokter harus membawa stetoskop dan senter. Alat tersebut dapat dipakai dalam menentukan apakah korban tersebut masih hidup atau sudah meninggal. Apabila korban masih hidup, maka segera diberikan pertolongan. Dan apabila korban sudah meninggal, maka sebaiknya pemeriksaan selanjutnya jangan dilakukan dengan terburu buru.Menentukan perkiraan saat kematian. Data data yang diperlukan dalam menentukan saat kematian karena luka bakar adalah : a. Penurunan suhu tubuhb. Lebam mayatc. Kaku mayat d. Tanda tanda pembusukane. Umur larva pada jenazah yang sudah membusuk.Pada luka bakar yang dalam dan total seluruh tubuh, data data tersebut diatas mungkin agak sukar diperoleh, misalnya :a. Sikap puguilistik pada luka bakar total.b. Lebam mayat sulit ditentukan pada korban yang hangus terbakar.Untuk mengurangi kesalahan yang mungkin terjadi, maka dalam perkiraan saat kematian perlu diketahui jam ditemukannya korban meninggal dan jam terakhir korban terlihat hidup. Cara kematian pada luka bakar. Cara kematian pada luka bakar biasanya akibat kecelakaan, akan tetapi bukan tidak mungkin ada unsur kesengajaan (pembunuhan) atau bunuh diri. Seringkali pembakaran dilakukan untuk menutupi kekerasan/ jejas akibat tindakan fisik terhadap korban sebelum dibakar, bahkan dapat pula korban telah terbunuh sebelum dibakar. Untuk mencari cara kematian pada korban, maka perlu diperhatikan beberapa hal antara lain :1. Penyakit penyakit yang mungkin menyebabkan kecelakaan. Misalnya: epilepsi, hipertensi.2. Keadaan barang barang disekitar korban. Misalnya : pada bunuh diri maka barang barang disekitar korban masih tampak pada tempatnya yang sesuai (tidak berantakan).3. Adanya tanda tanda kekerasan yang lain, selain luka bakar. Misalnya : luka luka akibat benda tajam / tumpul yang mungkin terjadi sebelum terbakar.

Identifikasi korban. Identifikasi pada korban dilaksanakan pada pemeriksaan TKP maupun pada waktu pemeriksaan jenazah. Identifikasi dapat diperoleh dengan mencatat hal hal berikut : 1. Catat data-data dari korban, antara lain : tinggi badan (TB), Berat badan (BB), jenis kelamin, umur, warna kulit, warna mata dan rambut. 2. Catat tanda-tanda pengenal khusus pada tubuh, seperti jaringan parut luka, tatto, kelainan-kelainan kongenital.3. Simpan potongan pakaian yang tidak hangus terbakar.4. Catat dan simpan barang-barang pribadi milik korban, misalnya: kunci, uang, KTP dan identitas lain, surat-surat berharga serta perhiasan yang dikenakan korban.5. Kumpulkan dari sampel rambut yang tidak terbakar.6. Buat pemeriksaan gigi dan bila mungkin buat sidik jarinya.7. Buat pemeriksaan radiologi.8. Tentukan golongan darah korban.Autopsi pada korban yang meninggal karena luka bakar thermik.Pada kasus luka bakar yang berat, terjadi kelainan yang luas pada tubuh dan seringkali tubuh menjadi hangus, sehingga dapat mempersulit proses penyidikan. Pada kasus-kasus seperti ini, autopsi dapat memberikan informasi yang penting. Dalam mengevaluasi sebab kematian korban, kadang-kadang kita mengalami kesulitan oleh karena sering tidak ditemukan hal-hal yang pathognomosis. Sarjana Teplitz mengusulkan beberapa prosedur yang bisa membantu, di samping pemeriksaan postmortem yang rutin antara lain: membuat irisan multiple pada luka bakar untuk pemeriksaan bakteriologis, dan bilamana dicurigai adanya sepsis maka perlu secepatnya dibuat biakan kuman postmortem dari darah dalam jantung, bagian basal paru, hati serta limpa.Pemeriksaan luar.a. Kulit.Perubahan-perubahan pada kulit sesuai dengan derajat luka bakarnya, oleh karena itu pada pemeriksaan luar perlu ditentukan: keadaan luka, luas luka, luas luka dan dalamnya luka. Pada pemeriksaan luka ini perlu dicari adanya tanda-tanda reaksi vital berupa darah yang berwarna merah pada perbatasan antara daerah yang terbakar. Tanda reaksi vital ini penting untuk membedakan apakah korban masih hidup atau sudah mati pada saat terbakar. Bila pada pemeriksaan makroskopik kita tidak menemukan tanda-tanda reaksi vital, maka perlu dilakukan pemeriksaan mikroskpik, untuk menemukan daerah kongesti dengan perdarahan dan infiltrasi lekosit.b. Heat stiffening. Pada korban yang meninggal akibat luka bakar, dapat ditemukan kekakuan postmortem pada otot-ototnya yang disebabkan oleh karena terjadinya koagulasi protein-protein otot yang terkena panas. Pada keadaan ini tidak terjadi rigor mortis dan keadaan ini berlangsung sampai proses pembusukan terjadi. Pada tubuh yang terbakar, akan terjadi fleksi pada siku, lutut dan paha, sehingga posisi korban dapat menyerupai orang yang bertinju yang disebut Pugillistic Attitide.

c. Lebam mayat.Pada kematian akibat luka bakar, lebam mayat yang terjadi kadang-kadang sukar dilihat. Bila masih ada sebagian dari tubuh yang tidak terbakar, maka lebam mayat masih ditemukan pada daerah tersebut.Pemeriksaan dalam.Pada korban yang meninggal karena luka bakar, tidak ditemukan kelainan yang spesifik,dimana kelainan-kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan dalam juga bisa dijumpai pada keadaan-keadaan lain.Kelainan-kelainan tersebut hampir meliputi semua sistem organ, diantaranya:a. Sistem pernafasan.Pada pemeriksaan makroskopik, paru-paru menjadi lebih berat dan mengalami konsolidasi. Kelainan yang sering ditemukan antara lain : Oedema laryngopharynx Trancheobrinchitis Pneumonia Kongesti paru Oedema paru interstitial Petechiae pada pleura Adanya pigmen karbon melekat pada mukosa saluran nafas. Adanya pigmen karbon ini menunjukkan bahwa korban telah menghirup asap dan masih hidup pada saat terbakar.b. Jantung.Oedema interstitial dan fragmentasi myocardium dapat terjadi pada penderita dengan luka bakar thermis, tetapi perubahan-perubahan ini tidak khas dan dapat ditemukan pada keadaan-keadaan lain. Pada penderita dengan septicaemia, ditemukan adanya metastase fokus-fokus septik pada myocardium dan endocardium. Perubahan lain berupa gambaran petechiae pada pericardium dan endocardium.c. Hati.Pada korban yang meninggal karena luka bakar yang superfisial, ditemukan adanya perlemakan hati, bendungan, nekrosis dan hepatomegali. Hal ini merupakan tanda yang non spesifik.Perlemakan hati sering dihubungkan dengan nutrisi yang tidak optimal. Nekrosis hati relatif jarang ditemukan dan biasanya merupakan tipe perdarahan centrilobuler. Keadaan ini dapat dijumpai pada shock yang lama, hypoksemia dan kegagalan jantung kongesti yang dipakai dalam pengobatan dari pada karena luka bakar sendiri.Beberapa sarjana melaporkan bahwa insiden dari kerusakan hati meningkat jika dalam pengobatan digunakan bahan-bahan seperti asam tannat, perak nitrat dan fericloride. Sedangkan hepatomegali sering ditemukan pada keadaan hypoalbuminemia.d. Limpa dan kelenjar getah bening.Kelainan-kelainan yag ditemukan adalah odema dan nekrose dari limfoid germinal centre dan infiltrasi makrophage. Peneliti lain melaporkan adanya eosinopia dalam limpa, yaitu sebagai akibat adanya hiperaktifitas adrenal.e. Ginjal. Organ ini tidak terpengaruh langsung pada luka bakar termik. Perubahan yang terjadi pada organ ini biasanya merupakan akibat komplikasi yang terjadi. Pada korban yang mengalami komplikasi berupa shock yang lama, dapat terjadi acut tubular necrosis pada tubular proximal dan distal serta trombosis vena. Acut tubular necrosis ini diduga disebabkan oleh adanya heme cast pada medulla yang bisa ditemukan pada pemeriksaan mikroskopik. Pada korban yang mengalami luka bakar yang fatal, dapat ditemukan adanya pembesaran ginjal. Tractus genitalis merupakan sumber infeksi yang potensial pada korban luka bakar, terutama pada korban yang memakai dauer cateter, dimana populasi bakteri yang ditemukan biasanya tidak berbeda dengan populasi bakteri pada luka yang terjadi, bakteri tersebut antara lain: pseudomonas,aerobacter, staphylococcus dan proteus.f. Saluran pencernaan.Pada penderita luka bakar dapat dijumpai Curlings ulcer, yang kadang-kadang mengalami perforasi. Kelainan-kelainan ini dapat sebagai ancaman bagi penderita luka bakar karena bisa terjadi perdarahan profuse dan perforasi dari mukosa saluran pencernaan yang biasanya berakibat fatal.g. Kelenjar endocrine.1). ThyroidBerat dan aktifitas kelenjar thyroid meningkat pada penderita dengan luka bakar. 2). Thymus.Perubahan pada organ ini adalah terjadinya involusi yang diduga disebabkan oleh hyperaktifitas kelenjar adrenal sebagai respon terhadap stress yang non spesifik.3). Adrenal.Kenaikan kadar steroid dalam darah dan urine pada penderita luka bakar termik diduga karena peningkatan aktifitas dan ukuran kelenjar adrenal . Perubahan-perubahan patologis yang terjadi pada kelenjar adrenal setelah luka bakar termik ialah penimbunan lemak dan bendungan sinusoid-sinusoid pada cortex dan medulla. Perubahan-perubahan ini bersama dengan autolisis dan dapat menyebabkan perdarahan fokal pada kelenjar.h. Susunan saraf pusat.Dilaporkan adanya perubahan-perubahan pada susunan saraf pusat berupa oedema, kongesti, kenaikan tekanan intra kranial dan herniasi dari tonsilla cerebellum melewati foramen magnum serta adanya perdarahan intra kranial. Tetapi perubahan-perubahan ini diduga terjadi akibat adanya gangguan keseimbangan air dan elektrolit, karena kebanyakan pada pasien dengan luka bakar terjadi kenaika temperatur tubuh tidak lebih dari 1 derajat, jadi dengan demikian otak tidak selalu terpengaruhi jejas thermik.Sel-sel neuron tidak menunjukkan perubahan-perubahan abnormal kecuali sel-sel purkinye yang menunjukkan perubahan degeneratif. Pada penderita yang mengalami komplikasi berupa sepsis, maka dapat ditemukan adanya mikroabses dan meningitis hematogenous.i. Sistem muskuloskeletal.Otot-otot, tendo dan tulang, jarangsekali terpengaruh oleh luka bakar termik, kecuali pada kebakaran luas. Perubahan yang dapat terjadi adalah fraktur patologis yaitu pada tulang kepala. Hal ini dapat disebabkan oleh karena kenaikan intrakranial yang mendadak, sedangkan pada anggota gerak disebabkan oleh pendekatan otot-oot yang berlebihan sehingga terjadi tarikan yang berlebihan pada tendon dan tulang.