Referat Luka Bakar-1

48
LUKA BAKAR I. PENDAHULUAN Luka bakar atau combusio adalah suatu bentuk kerusakan dan kehilangan jaringan disebabkan kontak dengan sumber suhu yang sangat tinggi seperti kobaran api di tubuh (flame), jilitan api ke tubuh (flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat serangan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn) dan suhu yang sangat rendah. Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter. Jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibanding dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan dalam penangananyapun tinggi. Trauma termal menimbulkan morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi. Menguasai prinsip-prinsip dasar resusitasi awal pada penderita trauma dan menerapkan tindakan sederhana pada saat yang tepat dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas. Prinsip yang dimaksud adalah kewaspadaan yang tinggi akan terjadinya gangguan jalan napas pada trauma inhalasi, serta mempertahankan hemodinamik dalam batas normal melalui resusitasi cairan. Dokter penolong juga harus waspada dalam melaksanakan tindakan untuk mencegah dan 1

description

luka bakar

Transcript of Referat Luka Bakar-1

Page 1: Referat Luka Bakar-1

LUKA BAKAR

I. PENDAHULUAN

Luka bakar atau combusio adalah suatu bentuk kerusakan dan kehilangan

jaringan disebabkan kontak dengan sumber suhu yang sangat tinggi seperti kobaran

api di tubuh (flame), jilitan api ke tubuh (flash), terkena air panas (scald), tersentuh

benda panas (kontak panas), akibat serangan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta

sengatan matahari (sunburn) dan suhu yang sangat rendah. Luka bakar merupakan

cedera yang cukup sering dihadapi para dokter. Jenis yang berat memperlihatkan

morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibanding dengan cedera oleh sebab

lain. Biaya yang dibutuhkan dalam penangananyapun tinggi. Trauma termal

menimbulkan morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi. Menguasai prinsip-

prinsip dasar resusitasi awal pada penderita trauma dan menerapkan tindakan

sederhana pada saat yang tepat dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas. Prinsip

yang dimaksud adalah kewaspadaan yang tinggi akan terjadinya gangguan jalan

napas pada trauma inhalasi, serta mempertahankan hemodinamik dalam batas normal

melalui resusitasi cairan. Dokter penolong juga harus waspada dalam melaksanakan

tindakan untuk mencegah dan mengobati penyulit trauma termal, seperti misalnya

rhabfomiolisis dan gangguan irama jantung yang sering terjadi pada trauma listrik.

Kontrol suhu tubuh dan menyingkirkan penderita dari lingkungan yang berbahaya

juga merupakan prinsip utama pengelolaan trauma termal. (1,2)

Cedera listrik adalah salah satu jenis trauma dengan patofisiologi yang agak

berbeda dari trauma pada umumnya.Untuk memahami cedera listrik, diperlukan

pemahaman-pemahaman tertentu listrik dasar. (1,2)

Arus searah (DC) Arus dalam arah yang konstan. Baterai, misalnya,

memberikan energy langsung saat itu juga. arus searah tegangan tinggi digunakan

sebagai alat untuk transmisi sebagian besar tenaga listrik. Alternating current (AC)

adalah arus listrik yang membalikkan arahnya secara teratur. Setiap interval gerak

maju-mundur disebut siklus. Gelombang sirkuit listrik AC adalah gelombang sinus,

1

Page 2: Referat Luka Bakar-1

karena gelombang ini menghasilkan energy dalam transmisi paling efisien , tetapi,

pada saat yang sama, juga lebih berbahaya daripada DC. (1,2)

II. EPIDEMIOLOGI

Dari laporan American Burn Association 2012 dikatakan bahwa angka

morbiditas 96,1% lebih banyak terjadi pada wanita (69%). Berdasarkan tempat

kejadian, 69 % di rumah tangga dan 9% di tempat kerja, 7% di jalan raya, 5% di

rekreasi atau olahraga 10% dan lain-lain. (3,4)

Menurut surat kabar Tribun pada tanggal 8 Februari 2012, pada Simposium

Indonesia Burn and Wound Care Meeting yang diselengarakan Universitas

Padjadjaran di Bandung dilaporkan data terakhir yang dikeluarkan unit luka bakar

RSCM Januari 1998 - Mei 2001 menunjukkan bahwa 60% karena kecelakaan rumah

tangga, 20% karena kecelakaan kerja, dan 20% sisanya karena sebab-sebab lain. Dan

angka kematian akibat luka bakar pun di Indonesia masih tinggi, sekitar 40%,

terutama diakibatkan luka bakar berat. (3,4)

III. ANATOMI DAN FISIOLOGI KULIT

Kulit merupakan organ terbesar tubuh yang terdiri dari lapisan sel dipermukaan.

Kulit terdiri dari dua lapisan yaitu epidermis dan dermis. Luas kulit orang dewasa 1.5

m2 dengan berat kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan

vital serta merupakan cermin dari kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat sangat

kompleks, elastis, dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan

juga bergantung pada lokasi tubuh. (4,5)

Epidermis merupakan lapisan luar kulit yang utamanya disusun oleh sel-sel

epitel. Sel –sel yang terdapat dalam epidermis antara lain: keratinosit (sel terbanyak

pada lapisan epidermis), melanosit, sel merkel dan sel Langerhans. Epidermis terdiri

dari lima lapisan yang paling dalam yaitu stratum basale, stratum spinosum, stratum

granulosum, stratum lucidum dan stratum corneum. (3,4,5)

2

Page 3: Referat Luka Bakar-1

Dermis merupakan lapisan yang kaya akan serabut saraf, pembuluh darah dan

pembuluh darah limfe. Selain itu, dermis juga tersusun atas kelenjar keringat, kelenjar

sebasea, dan folikel rambut. Dermis terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan papillaris

dan lapisan retikularis, sekitar 80% dari dermis adalah lapisan retikularis. (4,5)

Gambar 1:Anatomi kulit

Antara fungsi kulit adalah: 1) Fungsi proteksi, kulit menjaga bagian dalam

terhadap gangguan fisis atau mekanis, misalnya tekanan, gesekan, tarikan; gangguan

kimiawi, misalnya zat-zat kimiawi terutama yang bersifat iritan, misalnya lisol,

karbol, asam, dan alkali. Gangguan yang bersifat panas, misalnya radiasi, sengatan

sinar ultra violet; gangguan infeksi luar terutama kuman/bakteri maupun jamur. 2)

fungsi absorpsi, kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat,

tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitupun yang larut lemak.

Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air memungkinkan kulit ikut

mengambil bagian pada fungsi respirasi. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah

antar sel menembus sel-sel epidermis atau melalui muara saluran kelenjar. 3) fungsi

ekskresi, kelenjar kulit mengeluarkan zat yang tidak berguna lagi atau sisa

metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, Urea, asam urat, dan amonia. Sebum yang

diproduksi melindungi kulit karena lapisan ini selalu meminyaki kulit jua menahan

3

Page 4: Referat Luka Bakar-1

evaporasi air yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering. 4) fungsi persepsi,

kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Terhadap

rangsangan panas diperankan oleh badan-badan ruffinidermis dan sukutis. 5) Fungsi

pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), kulit melakukan peranan ini dengan cara

mengeluarkan keringat dan mengerutkan pembuluh darah kulit. 6) Fungsi

pembentukan pigmen, sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak di lapisan basal dan

sel ini berasal dari rigi saraf. Pigmen disebar ke epidermis melalui tangan-tangan

dendrit. Sedangkan ke lapisan kulit di bawahnya dibawa oleh sel melanofag. 7)

Fungsi Kreatinisasi, lapisan epidermis dewasa mempunyai sel utama yaitu keratinosit,

sel langerhans, melanosis. 8) Fungsi pembentukan vitamin D, dimungkinkan dengan

mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari. (4,5,6)

IV. ETIOLOGI

Luka bakar pada kulit bisa disebabkan karena panas, dingin, ataupun zat

kimia.Ketika kulit terkena panas, maka kedalaman luka dipengaruhi oleh derjat

panas, durasi kontak panas pada kulit dan ketebalan kulit.

1. Luka Bakar Termal (Thermal Burns)

Luka bakar termal disebabkan oleh air panas(scald), jilitan api ke tubuh (flash),

koboran api ke tubuh (flame) dan akibat terpapar atau kontak dengan objek-

objek panas lainnya (misalnya plastik logam panas dan lain-lain). (5,6,7)

2. Luka Bakar Zat Kimia (Chemical Burns)

Luka bakar kimia biasanya disebabaka oleh asam kuat atau alkali yang biasa

digunakan bidang industri, militer, ataupun bahan pembersih yang sering

digunakan untuk keperluan rumah tangga. (5,6,7)

3. Luka Bakar Listrik(Electrical Burns)

Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan ledakan.

Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi

paling rendah; dalam hal ini cairan. Kerusakan terutama pada pembuluh darah,

khususnya tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal.

4

Page 5: Referat Luka Bakar-1

Seringkali kerusakan berada jauh dari lokasi kontak, baik kontak dengan

sumber arus maupun ground. (5,6,7)

Mekanisme utama akibat luka listrik adalah sebagai berikut:

a. Energi listrik menyebabkan kerusakan jaringan langsung, mengubah

potensial sel membran istirahat, dan tetani memunculkan otot.

b. Konversi energi listrik menjadi energi panas, menyebabkan kerusakan

jaringan besar dan nekrosis coagulative.

c. Cedera mekanis dengan trauma langsung akibat jatuh atau kontraksi otot

kekerasan. (5,6,7)

Sengatan listrik diklasifikasikan sebagai tegangan tinggi (> 1000 volt)

atau tegangan rendah (<1000 volt). Sebagai aturan umum, tegangan tinggi

dikaitkan dengan morbiditas dan kematian yang lebih besar, meskipun cedera

fatal dapat terjadi pada tegangan rendah. (5,6,7)

VOLTAGE Kulit Deep tisu Cardiac arrhythmia

Voltage rendah (<1000V)

Luka masuk dan keluar

Jarang Jarang cardiac arrest tiba-tiba

Voltage tinggi (>1000V)

Entrance full-thickness dan luka keluar

Kerusakan otot disertai

rhabdomyolysis dan sindrom kompartmen

Kerusakan pada myocardial dan

delaye arrhythmia

Petir Superfisialatay luka bakar

dermal. Luka keluar di kaki

Perforasi dinding telinga dan

kerusakan korneal

Respiratory arrest- bantuan

CPR

Tubuh memiliki tahanan yang berbeda-beda. Secara umum, jaringan

dengan cairan yang tinggi dan mengandung banyak elektrolit mampu

mengkonduksi listrik lebih baik. Tulang memiliki tahanan paling tinggi.

Sedangkan jaringan saraf memiliki tahanan paling rendah, dan bersama-sama

dengan pembuluh darah, otot, dan selaput lender juga memiliki tahanan yang

rendah terhadap listrik. Kulit memberikan tahanan “intermediate” dan

5

Page 6: Referat Luka Bakar-1

merupakan faktor yang paling penting menghambat aliran arus. Kulit adalah

resistor utama terhadap arus listrik, dan derajat resistensi ditentukan oleh

ketebalan dan kelembaban. Ini bervariasi dari 1000 ohm untuk kulit tipis

lembab untuk beberapa ribu ohm untuk kulit kapalan kering. (5,6,7)

4. Luka Bakar Radiasi (Radiation Exposure)

Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe

luka bakar ini sering disebabkan oleh penggunaaan radioaktif untuk keperluan

terapeutik dalam kedokteran dan industri. Akibat terpapar sinar matahari yang

terlalu lama juga dapat menyebabkan luka bakar radiasi. (5,6,7,8)

Gambar 2: Tipe luka bakar

6

Page 7: Referat Luka Bakar-1

V. PATOFISIOLOGI

Respon Lokal

Terdapat 3 zona luka bakar menurut Jackson 1947 yaitu: (5,6,7)

1. Zona Koagulasi

Merupakan daerah yang langsung mengalami kontak dengan sumber

panas dan terjadi nekrosis dan kerusakan jaringan yang irevisibel disebabkan

oleh koagulasi constituent proteins.

2. Zona Stasis

Zona stasis berada sekitar zona koagulasi, di mana zona ini mengalami

kerusakan endotel pembuluh darah, trombosit, leukosit sehingga penurunan

perfusi jaringan diikuti perubahan permeabilitas kapiler(kebocoran vaskuler)

dan respon inflamasi lokal. Proses ini berlangsung selam 12-24 jam pasca

cedera, dan mungkin berkakhir dengan nekrosis jaringan.

3. Zona Hiperemia

Pada zona hiperemia terjadi vasodilatasi karena inflamasi, jaringannya

masih viable. Proses penyembuhan berawal dari zona ini kecuali jika terjadi

sepsi berat dan hipoperfusi yang berkepanjangan.

Respon Sistemik

Perlepasan sitokin dan mediator inflamasi lainnya di tempat terjadinya luka

bakar memiliki efek sistemik jika luka bakar mencapai 30% luas permukaan tubuh.

Perubahan- perubahan yang terjadi sebagai efek sistemik tersebut berupa: (5,6,7)

a. Gangguan Kardiovaskuler, berupa peningkatan permeabilitas vaskuler yang

menyebabkan keluarnya protein dan cairan dari intravaskuler ke interstitial.

Terjadi vasokontriksi di pembuluh darah splanchnic dan perifer. Kontratilitas

miokardium menurun, kemungkinan adanya tumor necrosis factor-α (TNF-α).

7

Page 8: Referat Luka Bakar-1

Perubahan ini disertai dengan kehilangan cairan dari luka bakar menyebabkan

hipotensi sistemik dan hipoperfusi organ.

b. Gangguan respirasi, mediator inflamasi menyebabkan bronkokontriksi, dan pada

luka bakar yang berat dapat timbul Respiratory Distress Syndrome (RDS).

c. Gangguan metabolik, terjadi peningkatan basal metabolic rate hingga 3 kali lipat.

Hal ini disertai dengan dengan adanya hipoperfusi splanchnic menyababkan

dibutuhkannya pemberian makanan enteral secara agresif untuk menurunkan

katabolisme dan mempertahankan integritas saluran pencernaan.

d. Gangguan imunologis, terdapat penurunan sistem imun yang mempengaruhi

sistem imun humoral dan seluler.

Gambar 3:Respon sistemik terjadi setelah luka bakar

Inti dari permasalahan luka bakar adalah kerusakan endotel dan epitel akibat

dan cedera termis yang melepaskan mediator-mediator proinflamasi dan berkembang

menjadi Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS), kondisi ini hampir

selalu berlanjut dengan Mutli-system Organ Dysfunction Syndrome (MODS). MODS

terjadi karena gangguan perfusi jaringan yang berkepanjangan akibat gangguan

8

Page 9: Referat Luka Bakar-1

sirkulasi makro menjadi berubah orientasi pada proses perbaikan perfusi (sirkulasi

mikro) sebagai end-point dari prosedur resusitasi. (5,6,7)

VI. KLASIFIKASI

Berdasarkan American Burn Association luka bakar diklasifikasikan

berdasarkan kedalaman, luas permukaan, dan derajat ringan luka bakar. (1,2,5)

1. Berdasarkan kedalamannya.

a. Luka bakar derajat I (superficial burns)

Luka bakar derajat ini terbatas hanya sampai lapisan epidermis.

Gejalanya berupa kemerahan pada kulit akibat vasodilatasi dari dermis,

nyeri, hangat pada perabaan dan pengisian kapilernya cepat. Pada derajat

ini, fungsi kulit masih utuh. Contoh luka bakar derajat I adalah bila kulit

terpapar oleh sinar matahari terlalu lama, atau tersiram air panas. Proses

penyembuhan terjadi sekitar 5-7 hari. Luka bakar derajat ini tidak

menghasilkan jaringan parut, dan pengobatannya bertujuan agar pasien

merasa nayaman dengan mengoleskan soothing salves dengan atau tanpa

gel lidah buaya. (7,8,9)

b. Luka bakar derajat II (partial thickness burns)

Luka bakar derajat II merupakan luka bakar yang kedalamanya

mencapai dermis. Bila luka bakar ini mengenai sebagian permukaan

dermis, luka bakar ini dikenali sebagai superficial partial thickeness burns

atau luka bakar derajat II A. Luka bakar derajat II A ini tampak eritema,

nyeri, pucat jika ditekan, dan ditandai adanya bulla berisi cairan eksudat

yang keluar dari pembuluh darah karena permeabilitas dindingya

meningkat. Luka ini mereepitelisasi dari struktur epidermis yang tersisa

pada rete ridge, folikel rambut dan kelenjar keringat dalam 7-14 hari secara

spontan. Setelah penyembuhan, luka bakar ini dapat memiliki sedikit

perubahan warna kulit dalam jangka waltu yang lama. (7,8,9)

9

Page 10: Referat Luka Bakar-1

Luka bakar derajat II yang mengenai sebagian bagian reticular dermis

(deep partial thickeness) , luka bakar ini dikenali sebagai deep partial

thickeness burns atau luka bakar derajat II B. Luka bakar derajat II B ini

tampak lebih pucat, tetapi masih nyeri jika ditusuk degan jarum (pin prick

test). Luka ini sembuh dalam 14-35 hari dengan reepitelisasi dari folikel

rambut, keratinosit dan kelenjar keringat, seringkali parut muncul sebagai

akibat dari hilangnya dermis. (7,8,9)

c. Luka bakar derajat III (full-thickess burns)

Kedalaman luka bakar ini mencapai seluruh dermis dan epidermis

sampai ke lemak subkutan. Luka bakar ini ditandai dengan eskar yang

keras, tidak nyeri, dan warnanya hitam, putih, atau merah ceri. Tidak ada

sisa epidermis maupun dermis sehingga luka harus sembuh dengan

reepitelisasi dari tepi luka. Full-thickness burns memerlukan eksisi dengan

skin grafting. (7,8,9)

d. Luka bakar derajat IV

Luka bakar derajat ini bisa meluas hingga mencapai organ dibawah

kulit seperti otot dan tulang.

Gambar 4: Derajat luka bakar berdasarkan kedalaman

10

Page 11: Referat Luka Bakar-1

2. Berdasarkan luas permukaan luka bakar.

Luas luka tubuh dinyatakan sebagai persentase terhadap luas permukaan

tubuh atau Total Body Surface Area (TBSA). Untuk menghitung secara cepat

dipakai Rules of Nine atau Rules of Walles dari Walles. Perhitungan cara ini

hanya dapat diterapkan pada orang dewasa, karena anak-anak mempunyai

proporsi tubuh yang berbeda. Pada anak-anak dipakai modifikasi Rule of Nines

menurut Lund and Browder, yaitu ditekankan pada umur 15 tahun, 5 tahun dan

1 tahun. (3,4,7,8)

Gambar 5: Wallence Rule of Nines

Gambar 6: Lund and Browder3. Bedasarkan derajat ringan luka bakar menurut American Burn Association:

11

Page 12: Referat Luka Bakar-1

a. Luka Bakar Ringan

i. Luka bakar derajat II < 5%

ii. Luka bakar derajat II 10% pada anak

iii. Luka bakar derajat II < 2%(1,3.6, 8)

b. Luka Bakar Sedang

i. Luka bakar derajat II 15-25% pada orang dewasa

ii. Luka bakar derajat II 10-20% pada anak-anak

iii. Luka bakar derajat III < 10%(1,3.6, 8)

c. Luka Bakar Berat

i. Luka bakar derajat II 25% atau lebih pada orang dewasa

ii. Luka bakar derajat II 20% atau lebih pada anak-anak

iii. Luka bakar derajat III 10% atau lebih

iv. Luka bakar mengenai tangan, telinga, mata, kaki, dan

genitalia/perineum.

v. Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain. (1,4,7,10)

4. Jenis-Jenis Luka Bakar Listrik

Jenis Luka Bakar Listrik adalah:

Direct contact : Arus masuk melewati tubuh, menyebabkan panas

menyebabkan “electrothermal burns”. Luka jenis biasanya terdapat titiK

kontak sumber dan titik arus keluar. (7,8,9)

Electrical arc : biasa disebut arus pendek. Bunga api yang terpancar antara

objek listrik yang memeiliki potensi berbeda ketika bersentuhan langsung.

Lalu arus juga masuk ke dalam tubuh. (7,8,9)

Flame : biasanya disebabkan karena pakaian yang terbakar akibat

electrothermal burns atau electrical arc sehingga kulit terbakar karena kontak

dengan api langsung yang berasal dari pakaian yang terbakar. (7,8,9)

Flash : ketika panas dari electrical arc bersentuhan langsung dengan tubuh,

akan menyebabkan luka bakar. Namun pada flash, arus tidak masuk kedalam

tubuh. (7,8,9)

12

Page 13: Referat Luka Bakar-1

VII. PEMERIKSAAN KEMATIAN PADA KORBAN LUKA BAKAR

1. Pemeriksaan pada Tempat Kejadian Perkara (TKP)

Sebagaimana pada pemeriksaan TKP secara umum, maka tujuan yang ingin

dicapai adalah:

a. Menentukan apakah korban masih hidup atau sudah meninggal.

Dalam melakukan pemeriksaan TKP, maka seorang dokter harus

membawa stetoskop dan senter. Alat tersebut dapat dipakai dalam

menentukan apakah korban tersebut masih hidup atau sudah meninggal.

Apabila korban masih hidup, maka segera diberikan pertolongan.

Bilamana korban sudah meninggal, maka sebaiknya pemeriksaan

selanjutnya jangan dilakukan dengan terburu-buru. (9,10,11)

b. Menentukan perkiraan saat kematian.

Data-data yang diperlukan dalam menetukan saat kematian karena luka

bakar adalah: (9,10,11)

1). Penurunan suhu tubuh

2). Lebam mayat

3). Kaku mayat

4). Tanda-tanda pembusukan

5). Umur larva pada jenazah yang sudah membusuk

Pada luka bakar yang dalam dan total seluruh tubuh, data-data tersebut

diatas mungkin agak sukar diperoleh, misalnya:

- Sikap puguilistik pada luka bakar total

- Lebam mayat sulit ditentukan pada korban yang hangus terbakar

Untuk mengurangi kesalahan yang mungkin terjadi, maka dalam

perkiraan saat kematian perlu diketahui jam ditemukannya korban

meninggal dan jam terakhir korban terlihat hidup. (9,10,11)

c. Menentukan sebab/ akibat dari luka bakar.

13

Page 14: Referat Luka Bakar-1

Data yang diperoleh dapat diambil sesuai keadaan luka bakar pada tubuh

korban. Keadaan luka bakar tersebut dapat menunjukkan penyebabnya.

Sesuai dengan penyebabnya, maka luka bakar dapat dibagi menjadi dalam 2

jenis yaitu: (9,10,11)

a. Luka bakar oleh cairan (scalds)

Terdapat 2 derajat luka bakar jenis ini antara lain:

- Derajat I: luka bakar yang berupa kemerahan (hyperemia).

- Derajat II: luka bakar yang berupa gelembung air (vesicula).

Luka bakar ini dapat disebabkan oleh:

- Siraman air panas dari termos

- Cipratan minyak/ cairan yang sedang dimasak

- Tumpahan air ceret pada anak-anak, dan lain sebagainya.

b. Luka bakar panas (dry heat)

Jenis luka bakar ini bervariasi, mulai dari kemerahan biasa sampai

hangus. Hal ini tergantung dari tingkat panas dan lamanya kontak:

Penyebabnya dapat oleh karena:

- Tersentuh botol panas

- Terjilat nyala api

- Pakaian korban yang terbakar

- Kejadian kebakaran besar

d. Membantu mengumpulkan barang bukti.

Barang-barang bukti di TKP merupakan informasi penting yang perlu

dikumpulkan karena dapat mengungkapkan penyebab kebakaran dan

menunjukkan indikasi awal kebakaran. (9,10,11)

Penyelidikan menyeluruh pada lokasi sekitar korbanakan dapat pula

menunjukkan cara kematiannya. Barang bukti dikumpulkan dari jenazah dan

barang-barang bukti disekitar lokasi korban. (9,10,11)

Pengumpulan barang bukti pada jenazah korban dilaksanakan

sekaligus dengan identifikasi korban. Barang-barang bukti disekitar lokasi

14

Page 15: Referat Luka Bakar-1

korban diperlukan untuk mengungkapkan lokasi, sumber, penyebab luka

bakar. Ini dapat juga dinilai dari posisi korban waktu ditemukan dan bagian

yang terkena luka bakar. Barang bukti yang dapat dikumpulkan antara lain:

puntung rokok, kompor yang meledak, tangki bensin yang mudah terbakar,

tempat penampung air panas yang mendidih (termos), sumber uap panas dan

lain-lain. (9,10,11)

e. Menentukan cara kematian.

Cara kematian luka bakar biasanya akibat kecelakaan, akan tetapi

bukan tidak mungkin ada unsur kesengajaan (pembunuhan) atau bunuh diri.

Seringkali pembakaran dilakukan untuk menutupi kekerasan/ jejas akibat

tindakan fisik terhadap korban sebelum dibakar, bahkan dapat pula korban

telah terbunuh sebelum dibakar. (9,10,11)

Untuk mencapai car kematian pada korban, maka perlu diperhatikan

beberapa hal antara lain: (12,13,14)

1). Penyakit-penyakit yang mungkin menyebabkan kecelakaan. Misalnya:

epilepsy, hipertensi.

2). Keadaan barang-barang disekitar korban. Misalnya: pada bunuh diri maka

barang-barang disekitar korban masih tampak pada tempatnya yang sesuai

( tidak berantakan).

3). Adanya tanda-tanda kekerasan yang lain, selain luka bakar. Misalnya,

luka-luka akibat benda tajam/ tumpul yang mungkin terjadi sebelum

terbakar.

2. Sebab Kematian Luka Bakar

Sebab kematian yang biasanya ditemukan pada korban yang meninggal

akibat luka bakar antara lain: (12,13,14)

1). Shock (hypovolemik maupun neurogenik shock)

2). Infeksi

15

Page 16: Referat Luka Bakar-1

3). Akut Renal Failure

4). Larynx oedema

5). Keracunan akut gas CO atau gas-gas toksik yang lain. Misalnya karena

terbakarnya bahan-bahan yang terdapat pada lokasi antara lain:

- Wool atau sutra yang bila terbakar akan melepaskan gas ammonia

atau HCN

- Terbakarnya bahan nitrocellulose film dan bahan-bahan kulit imitasi

dapat melepaskan gas NO2 dan NO4.

3. Identifikasi korban

Identifikasi pada korban dilaksanakan pada pemeriksaan TKP maupun pada waktu

pemeriksaan jenazah. Identifikasi dapat diperoleh dengan mencatat hal-hal sebagai

berikut: (12,13,14)

1) Catat data-data dari korba, antara lain: tinggi badan, berat badan, jenis

kelamin, umur, Warna kulit, warna mata dan rambut.

2) Catat tanda-tanda pengenal khusus pada tubuh, seperti jaringan parut

luka, tattoo, kelainan-kelainan kongenital.

3) Simpan potongan pakaian yang tidak hangus terbakar.

4) Catat dan simpan barang-barang pribadi milik korban, misalnya:

kunci, uang, KTP dan identitas lain, surat-surat berharga serta

perhiasan yang dikenakan korban.

5) Kumpulkan dari sampel rambut yang tidak terbakar

6) Buat pemeriksaan gigi dan bila mungkin buat sidik jarinya

7) Buat pemeriksaan radiologi

8) Tentukan golongan darah korban

4. Autopsi pada korban yang meninggal karena luka bakar thermik.

16

Page 17: Referat Luka Bakar-1

Pada kasus luka bakar yang berat, terjadi kelainan yang luas pada tubuh dan

seringkali tubuh menjadi hangus, sehingga dapat mempersulit proses penyidikan.

Pada kasus-kasus seperti ini, autopsy dapat memberikan informasi yang penting.

Dalam mengevaluasi sebab kematian korban, kadang-kadang kita mengalami

kesulitan oleh karena sering tidak ditemukan hal-hal yang pathognomosis. Sarjana

Teplitz mengusulkan beberapa prosedur yang bias membantu, disamping

pemeriksaan postmortem yang rutin antara lain: membuat irisan multiple pada luka

bakar untuk pemeriksaan bakteriologis. Bilamana dicurigai adanya sepsis maka

perlu secepatnya dibuat biakan kuman postmortem dari darah dalam jantung,

bagian basal paru, hati dan limpa. (12,13,14)

Pemeriksaan Luar

a. Kulit

Perubahan-perubahan pada kulit sesuai dengan derajat luka bakarnya, oleh

karena itu pada pemeriksaan luar perlu ditentukan : keadaan luka, luas

luka dan dalamnya luka. Pada pemeriksaan luka ini perlu dicari adanya

tanda-tanda reaksi vital berupa daerah yang berwarna merah pada

perbatasan antara daerah yang terbakar. Tanda reaksi vital ini penting

untuk membedakan apakah korban masih hidup atau sudah mati pada saat

terbakar. Bila pada pemeriksaan makroskopik kita tidak menemukan

tanda-tanda reaksi vital, maka perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopik

untuk menemukan daerah kongesti dengan perdarahan dan infiltrasi

lekosit. (12,13,14)

b. Heat Stiffening

Pada korban yang meninggal akibat luka bakar, dapat ditemukan

kekakuan postmortem pada otot-ototnya yang disebabkan oleh karena

terjadinya koagulasi protein-protein otot yang terkena panas. Pada

keadaan ini tidak terjadi rigor mortis dan keadaan ini berlangsung sampai

proses pembusukan terjadi. Pada tubuh yang terbakar, akan terjadi fleksi

17

Page 18: Referat Luka Bakar-1

pada siku, lutut dan paha, sehingga posisi korban dapat menyerupai orang

yang bertinju yang disebut pugillictic attitude. (12,13,14)

c. Lebam Mayat

Pada kematian akibat luka bakar, lebam mayat yang terjadi kadang-

kadang sukar dilihat. Bila masih ada sebagian dari tubuh yang tidak

terbakar, maka lebam mayat masih dapat ditemukan pada daerah tersebut. (12,13,14)

Pemeriksaan dalam

Pada korban yang meninggal karena luka bakar, tidak ditemukan

kelainan yang spesifik, dimana kelainan-kelainan yang ditemukan pada

pemeriksaan dalam juga bisa dijumpai pada keadaan-keadaan lain. (12,13,14)

Kelainan-kelainan tersebut hampir meliputi semua sistem organ,

diantaranya:

a. Sistem pernapasan

Pada pemeriksaan makroskopik paru-paru menjadi lebih berat dan

mengalami konsolidasi. Kelainan yang tersering ditemukan antara lain : (12,13,14)

- Oedema laryngophariynx

- Tracheobrinchitis

- Pneumonia

- Kongesti paru

- Oedema paru interstitial

- Petechiae pada pleura

- Adanya pigmen karbon melekat pada mukosa saluran napas,

adanya pigmen karbon ini menunjukkan bahwa korban telah

menghirup asap dan masih hidup saat terbakar

b. Jantung

18

Page 19: Referat Luka Bakar-1

Oedema interstitial dan fragmentasi myocardium dapat terjadi pada

penderita dengan luka bakar thermos, tetapi perubahan-perubahan ini tidak

khas dan dapat ditemukan pada keadaan-keadaan lain. Pada penderita

dengan septicaemia, ditemukan adanya metastase focus-fokus septic pada

myocardium dan endocardium. Perubahan lain berupa gambaran petechiae

pada pericardium dan endocardium. (12,13,14)

c. Hati

Pada korban yang meninggal karena luka bakar yang superficial,

ditemukan adanya perlemakan hati, bendungan, nekrosis dan

hepatomegali. Hal ini merupakan tanda yang non-spesifik.

Perlemakan hati sering dihubungkan dengan nutrisi yang tidak

optimal. Nekrosis hati relatif jarang ditemukan dan biasanya merupakan

tipe perdarahan centrilobuler. Keadaan ini dapat dijumpai pada shock

yang lama, hypoksemia dan kegagalan jantung kongesti. Tipe nekrosis ini

lebih banyak disebabkan oleh bahan koagulasi yang dipakai dalam

pengobatan daripada karena luka bakar sendiri. (12,13,14)

Beberapa sarjana melaporkan bahwa insiden dari kerusakan hati

meningkat jika dalam pengobatan digunakan bahan-bahan seperti asam

tannat, perak nitrat dan fericloride. Sedangkan hepatomegali sering

ditemukan pada keadaan hypalbuminemia. (12,13,14)

d. Limpa dan kelenjar getah bening

Kelainan-kelainan yang ditemukan adalah oedema dan nekrose dari

limfoid germinal center dan infiltrasi macrophage. Peneliti lain

melaporkan adanya oesinopenia dalam limpa, yaitu sebagai akibat adanya

hiperaktifitas adrenal. (12,13,14)

e. Ginjal

Organ ini tidak terpengaruh langsung pada luka bakar thermik.

Perubahan yang terjadi pada organ ini biasanya merupakan akibat dari

komplikasi yang terjadi. Pada korban yang mengalami komplikasi berupa

19

Page 20: Referat Luka Bakar-1

shock yang lama, dapat terjadi acut tubular necrosis pada tubular

proksimal dan distal serta thrombosis vena. Akut tubular nekrosis ini

diduga disebabkan oleh adanya heme cast pada medulla yang bisa

ditemukan pada pemeriksaan mikroskopik. (12,13,14)

Pada korban yang mengalami luka bakar yang fatal, dapat ditemukan

adanya pembesaran ginjal. Tractus genitalis merupakan sumber infeksi

yang potensial pada korban luka bakar, terutama pada korban yang

memakai dauer catheter, dimana populasi bakteri yang ditemukan

biasanya tidak berbeda dengan populasi bakteri pada luka yang terjadi,

bakteri tersebut antara lain : pseudomonas, aerobacter, staphylococcus dan

proteus. (12,13,14)

f. Saluran pencernaan

Pada penderita luka bakar dapat dijumpai Curling’s ulcer , yang

kadang-kadang mengalami perforasi. Kalainan-kelainan ini dapat sebagai

ancaman bagi penderita luka bakar karena bisa terjadi perdarahan

profuse dan perforasi dari mukosa saluran pencernaan yang biasanya

berakibat fatal. (12,13,14)

g. Kelenjar endokrin

1). Thyroid

Berat dan aktifitas kelenjar thyroid meningkat pada penderita luka

bakar. (12,13,14)

2). Thymus

Perubahan pada organ ini adalah terjadinya involusi yang diduga

disebabkan oleh hiperaktifitas kelenjar adrenal sebagai respos terhadap

stress yang non-spesifik. (12,13,14)

3). Adrenal

Kenaikan kadar steroid dalam darah dan urine pada penderita luka

bakar termik diduga karena peningkatan aktifitas dan ukuran kelenjar

adrenal. Perubahan-perubahan patologis yang terjadi pada kelenjar adrenal

20

Page 21: Referat Luka Bakar-1

setelah luka bakar thermik ialah penimbunan lemak dan bendungan

sinusoid-sinusoid pada cortex dan medulla. Perubahan-perubahan ini

bersama dengan autolysis dan dapat menyebabkan perdarahan fokal pada

kelenjar. (12,13,14)

h. Susunan saraf pusat

Dilaporkan adanya perubahan-perubahan pada susunan saraf pusat

berupa oedema, kongesti, kenaikan tekanan intracranial, dan herniasi dari

tonsila cerebellum melewati foramen magnum serta adanya perdarahan

intra cranial. Tetapi perubahan-perubahan ini diduga terjadi akibat adanya

gangguan keseimbangan air dan elektrolit, karena kebanyakan pasien

dengan luka bakar terjadi kenaikan temperature tubuh tidak lebih dari 1

derajat, jadi dengan demikian otak tidak terpengaruh jejas thermik. (12,13,14)

Sel-sel neuron tidak menunjukkan perubahan-perubahan abnormal

kecuali sel-sel purkinje yang menunjukkan perubahan degenerative.

Pada penderita yang mengalami komplikasi berupa sepsis, maka dapat

ditemukan adanya mikroabses dan meningitis hematogenous. (12,13,14)

i. Sistem musculoskeletal

Otot-otot, tendo dan tulang, jarang sekali terpengaruh oleh luka bakar

thermik, kecuali pada kebakaran luas. Perubahan yang dapat terjadi adalah

fraktur patologis yaitu pada tulang kepala. Hal ini dapat disebabkan oleh

karena kenaikan tekanan intracranial yang mendadak, sedangkan pada

anggota gerak disebabkan oleh pemendekan otot-otot yang berlebihan

sehingga terjadi tarikan yang berlebihan pada tendon dan tulang. (12,13,14)

21

Page 22: Referat Luka Bakar-1

Hypothermis

Hypotermi dibagi menjadi dua yaitu sistemik hypotermi dan local

hypotermi. Suhu udara yang kritis bagi manusia tanpa pelindung apapun kurang lebih

27 C. pada suhu ini manusia dapat mempertahankan suhu tubuhnya tanpa aktifitas

apapun. (13,14)

Telah diketahui bahwa pengaturan suhu tubuh berpusat pada hypothalamus

anterior. Bila terjadi lesi pada bagian ini, maka akan menyebabkan krisis hypothermi.

Kemudian diketahui pula bahwa sebagai mediator pengaturan suhu tubuh ini adalah

sistim simpatik, dalam hal ini terjadi vasokonstriksi. Pada kulit dan otot merupakan

mekanisme yang penting untuk pengaturan suhu tubuh. Manifestasi kerusakan

permanen otot berhubungan dengan kurangnya aliran darah, hypothermi tidak

menyebabkan lesi permanen selama aliran darah baik. Pada saraf perifer terjadi

penurunan kecepatan penjalaran impuls. Menghilangnya ketangkasan tangan dan

kekakuan berjalan merupakan indikator terganggunya transmisi. (12,13,14)

Pada jantung terjadi penurunan denyut nadi. Penurunan ini berbanding lurus

dengan penurunan suhu tubuh, kecuali pada saat tubuh menggigil maka akan terjadi

kenaikan denyut nadi temporer. Pada suhu tubuh dibawah 30 C sering terjadi atrial

fibrilasi. Kondisis paling berbahaya adalah ketika terjadinya ventrikel vibrilasi yang

biasanya terjadi pada suhu 25 C sampai 28 C. penyebabnya belum diketahui, namun

salah satu kemungkinan adalah gangguan pada pompa Na-K. kemungkinan adalah

terbentuknya focus ectopic pada dinding ventrikel. Pada suhu kurang dari 20 C, dan

jantung selamat dari fibrilasi biasanya denyut nadi menjadi pelan. Akan tetapi irama

yang normal akan pulih kembali bila pasien dihangatkan. (12,13,14)

Selama fase pertama hypothermi antara 37 C sampai 34 C, tekanan darah

akan terus meningkat, namun dengan terus menurunnya suhu tubuh, tekanan darah

terus akan menurun sampai terjadi hipotensi dan biasanya tekanan darah menjadi

tidak teratur pada suhu 29 C. penurunan denyut nadi dan tekanan darah diikuti oleh

pengendapan sel-sel darah merah di vena-vena post kapiler. (12,13,14)

22

Page 23: Referat Luka Bakar-1

Respiratory rate dan tidal volume menurun pada hypothermi. Dead space

meningkat 50% pada suhu 25 C yang disebabkan hambatan nervus vagus. Telah

diketahui bahwa suhu dingin dapat menyebabkan lesi pada epitel alveoli dan

bronchioli yang merupakan jalan bagi invasi bakteri. Asidosis respiratorik sering

terjadi pada kasus hypothermi bila tidak dilakukan pernapasan buatan. (12,13,14)

Hypotermi dapat menyebabkan paralysis usus, hal ini menjelaskan mengapa

korban yang diselamatkan dari paparan dingin, sering mengeluh sakit perut. Mukosa

lambung yang merupakan target organ pada hypothermi, didasarkan pada fakta sering

terjadinya erosi dan haemorrhagik pada lambung (Wischneusky ulcer) dimana

sebenarnyua kasus ini jarang terjadi. Ulcus semacam ini dapat ditemukan pula pada

ileum dan colon. Penemuan yang aneh terjadi pada pancreas yaitu pancreatitis. Hal

ini diduga berhubungan dengan ileus paralitik dan refluks isi usus ke saluran

pankreas. Sedangkan hati relatif tidak mengalami gangguan, namun kalau ada

biasanya reversible. (12,13,14)

Ginjal bereaksi terhadap dingin dengan dieresis, yang mulai pada suhu

lingkungan 15 C. reaksi ini sapat dijelaskan dengan 2 cara yaitu : (12,13,14)

- Berkurangnya absorpsi

- Vasokonstriksi perifer sehingga meningkatkan aliran darah pada

organ dalam.

Keadaan yang berlawanan pada keadaan diatas yaitu oligouria, terjadi pada paparan

suhu dingin (sekitar 30 C tubuh) pada waktu lebih lama, terutama pada orang tua.

Sering terjadi hemokonsentrasi pada hypothermi. Hal ini disebabkan oleh

mekanisme diuresis dan merembesnya plasma keruangan extracellular yang dikenal

sebagai cold oedema. Disamping hal tersebut pada suhu lingkungan yang dingin sel

darah merah meningkat O2 lebih kuat sehingga pada akhirnya menyebabkan sistemik

anoksia. (12,13,14)

Pada lokal hypothermi, beratnya kerusakan dibagi beberapa derajat antara lain :

1). Derajat I : hanya hiperemi dan oedema

2). Darajat II : terjadi nekrosis kulit sampai subkutis

23

Page 24: Referat Luka Bakar-1

3). Derajat III : nekrosis kulit dan subcutis, nyeri dan bila sembuh terjadi keropeng

berwarna hitam

4). Derajat IV : terjadi kerusakan seluruh jaringan

Beberapa obat dapat menyebabkan hypothermi terutama pada dosis toksis,

antara lain barbiturate dan promazine. Namun kedua obat ini jarang ditemukan pada

riwayat korban-korban kematian akibat hypothermi. Sedangkan untuk alkohol masih

diperdebatkan pengaruhnya terhadap hypothermi. Secara umum telah disetujui bahwa

konsumsi alcohol dalam jumlah sedikit dapat digunakan untuk mengatasi suhu

dingin. (12,13,14)

VIII. KRITERIA PERAWATAN

Kriteria perawatan luka bakar menurut American Burn Association yang

digunakan untuk pasien yang harus diadministrasi dan dirawat khusus di unit luka

bakar adalah seperti berikut: (1,2,3,4)

1. Partial- thickness burns (luka bakar derajat II) dan full-thickness burns (luka

bakar derajat III) dengan >10 % dari TBSA pada pasien berumur kurang dari 10

tahun atau lebih dari 50 tahun.

2. Partial- thickness burns (luka bakar derajat II) dan full-thickness burns (luka

bakar derajat III) dengan >20 % dari TBSA pada kelompok usia lainnya.

3. Partial- thickness burns (luka bakar derajat II) dan full-thickness burns (luka

bakar derajat III) yang melibatkan wajah, tangan, kaki, alat kelamin, perineum,

atau sendi utama.

4. Full-thickness burns (luka bakar derajat III) lebih >5 persen TBSA pada semua

kelompok usia.

5. Luka bakar listrik, termasuk cedera petir.

6. Luka bakar pada pasien dengan riwayat gangguan medis sebelumnya yang bisa

mempersulit manajemen, memperpanjang periode pemulihan, atau

mempengaruhi kematian.

7. Luka bakar kimia.

24

Page 25: Referat Luka Bakar-1

8. Trauma inhalasi

9. Setiap luka bakar dengan trauma lain (misalnya, patah tulang) di mana luka

bakar tersebut menimbulkan risiko terbesar dari morbiditas dan mortalitas.

10. Luka bakar pada anak-anak yang dirawat di rumah sakit tanpa unit perawatan

anak yang berkualitas maupun peralatannya.

11. Luka bakar pada pasien yang membutuhkan rehabilitasi khusus seperti sosial,

emosional, termasuk kasus yang melibatkan keganasan pada anak.

IX. PENATALAKSANAAN

1. Prehospital

Hal pertama yang harus dilakukan jika menemukan pasien luka bakar di

tempat kejadian adalah menghentikan proses kebakaran. Maksudnya adalah

membebaskan pasien dari pajanan atau sumber dengan memperhatikan

keselamatan diri sendiri. Bahan yang meleleh atau menempel pada kulit tidak

bisa dilepaskan. Air suhu kamar dapat disiriamkan ke atas luka dalam waktu 15

menit sejak kejadian, namun air dingin tidak dapat diberikan untuk mencegah

terjadinya hipotermia dan vasokonstriksi. (1,2,3,4)

2. Resusitasi jalan nafas

Bertujuan untuk mengupayakan suplai oksigen yang adekuat. Pada luka

bakar dengan kecurigaan cedera inhalasi, tindakan intubasi dikerjakan sebelum

edema mukosa menimbulkan manifestasi obstruksi. Sebelum dilakukan

intubasi, oksigen 100% diberikan dengan menggunakan face mask. Intubasi

bertujuan untuk mempertahankan patensi jalan napas, fasilitas pemeliharaan

jalan napas (penghisapan sekret) dan broncoalveolar lavage. Krikotiroidotomi

masih menjadi perdebatan karena dianggap terlalu agresif dan morbiditasnya

lebih besar dibandingkan intubasi. Krikotiroidotomi dilakukan pada kasus yang

diperkirakan akan lama menggunakan ETT yaitu lebih dari 2 minggu pada luka

bakar luas yang disertai cedera inhalasi. Kemudian dilakukan pemberian

oksigen 2-4 liter/menit melalui pipa endotracheal. Terapi inhalasi

25

Page 26: Referat Luka Bakar-1

mengupayakan suasana udara yang lebih baik disaluran napas dengan cara uap

air menurunkan suhu yang meningkat pada proses inflamasi dan mencairkan

sekret yang kental sehingga lebih mudah dikeluarkan. Pada cedera inhalasi

perlu dilakukan pemantauan gejala dan distres pernapasan. Gejala dan tanda

berupa sesak, gelisah,takipneu, pernapasan dangkal, bekerjanya otot-otot bantu

pernapasan dan stridor. Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan adalah

analisa gas darah serial dan foto thorax. (1,2,3,4)

3. Resusitasi cairan

Jenis cairan

Terdapat tiga jenis cairan secara umum yaitu kristaloid, cairan

hipertonik dan koloid:

Larutan kristaloid

Larutan ini terdiri atas cairan dan elektrolit. Contoh larutan ini adalah

Ringer Laktat dan NaCl 0,9%. Komposisi elektrolit mendekati kadarnya

dalam plasma atau memiliki osmolalitas hampir sama dengan plasma. Pada

keadaan normal, cairan ini tidak hanya dipertahankan di ruang

intravaskular karena cairan ini banyak keluar ke ruang interstisial.

Pemberian 1 L Ringer Laktat (RL) akan meningkatkan volume

intravaskuer 300 ml. (1,2,3,4)

Larutan hipertonik

Larutan ini dapat meningkatkan volume intravaskuler 2,5 kali dan

penggunaannya dapat mengurangi kebutuhan cairan kristaloid. Larutan

garam hiperonik tersedia dalam beberapa konsentrasi, yaitu NaCl 1,8%,

3%, 5 %, 7,5% dan 10%. Osmolalitas cairan ini melebihi cairan intraseluler

sehingga cairan akan berpindah dari intraseluler ke ekstraseluler. Larutan

garam hipertonik meningkatkan volume intravaskuler melalui mekanisme

penarikan cairan dari intraseluler. (1,2,3,4)

26

Page 27: Referat Luka Bakar-1

Larutan koloid

Contoh larutan koloid adalah Hydroxy-ethyl starch (HES) dan

Dextran. Molekul koloid cukup besar sehingga tidak dapat melintasi

membran kapiler, oleh karena itu sebagian akan tetap dipertahankan

didalam ruang intravaskuler. Pada luka bakar dan sepsis, terjadi

peningkatan permeabilitas kapiler sehingga molekul akan berpindah ke

ruang interstisium. Hal ini akan memperburuk edema interstisium yang

ada. (1,2,3,4)

HES merupakan suatu bentuk hydroxy-substitued amilopectin

sintetik, HES berbentuk larutan 6% dan 10% dalam larutan fisiologik. T ½

dalam plasma selama 5 hari, tidak bersifat toksik, memiliki efek samping

koagulopati namun umumnya tidak menyebabkan masalah klinis. HES

dapat memperbaiki permeabilitas kapiler dengan cara menutup celah

interseluler pada lapisan endotel sehingga menghentikan kebocoran cairan,

elektrolit dan protein. Penelitian terakhir mengemukakan bahwa HES

memiliki efek antiinflamasi dengan menurunkan lipid protein complex

yang dihasilkan oleh endotel, hal ini diikuti oleh perbaikan permeabilitas

kapiler. Efek anti inflamasi diharapkan dapat mencegah terjadinya SIRS. (1,2,3,4)

4. Perawatan luka

Perawatan luka dilakukan setelah tindakan resusitasi jalan napas,

mekanisme bernapas dan resusitasi cairan dilakukan. Tindakan meliputi

debridement secara alami, mekanik (nekrotomi) atau tindakan bedah (eksisi),

pencucian luka, wound dressing dan pemberian antibiotik topikal . Tujuan

perawatan luka adalah untuk menutup luka dengan mengupaya proses

reepiteliasasi, mencegah infeksi, mengurangi jaringan parut dan kontraktur dan

untuk menyamankan pasien. Debridement diusahakan sedini mungkin untuk

membuang jaringan mati dengan jalan eksisi tangensial. Tindakan ini dilakukan

27

Page 28: Referat Luka Bakar-1

setelah keadaan penderita stabil, karena merupakan tindakan yang cukup berat.

Untuk bullae ukuran kecil tindakannya konservatif sedangkan untuk ukuran

besar(>5cm) dipecahkan tanpa membuang lapisan epidermis diatasnya. (1,2,3,4)

Pengangkatan keropeng (eskar) atau eskarotomi dilakukan juga pada luka

bakar derajat III yang melingkar pada ekstremitas atau tubuh sebab pengerutan

keropeng(eskar) da pembengkakan yang terus berlangsung dapat

mengakibatkan penjepitan (compartment syndrome) yang membahayakan

sirkulasi sehingga bahgian distal iskemik dan nekrosis(mati). Tanda dini

penjepitan (compartment syndrome) berupa nyeri kemudian kehilangan daya

rasa (sensibilitas) menjadi kebas pada ujung-ujung distal. Keaadan ini harus

cepat ditolong dengan membuat irisan memanjang yang membuka keropeng

sampai penjepitan bebas. (1,2,3,4)

Pencucian luka dilakukan dengan hidroterapi yaitu memandikan pasien

atau dengan air hangat mengalir dan sabun mandi bayi. Lalu luka dibalut

dengan kasa lembab steril dengan atau tanpa krim pelembap. Perawatan luka

tertutup dengan occlusive dressing untuk mencegah penguapan berlebihan.

Penggunaan tulle (antibiotik dalam bentuk sediaan kasa) berfungsi sebagai

penutup luka yang memfasilitasi drainage dan epitelisasi. Sedangkan krim

antibiotik diperlukan untuk mengatasi infeksi pada luka. (1,2,3,4)

5. Eksisi dan graft

Luka bakar derajat IIB dan III tidak dapat mengalami penyembuhan

spontan tanpa autografting. Jika dibiarkan, jaringan yang sudah mati ini akan

menjadi fokus inflamasi dan infeksi. Eksisi dini dan grafting saat ini dilakukan

sebagian besar ahli bedah karena memiliki lebih banyak keuntungan

dibandingkan debridement serial. Setelah dilakukan eksisi, luka harus ditutup

melalui skin graft (pencakokan kulit) dengan menggunakan biological dressing.

Terdapat 3 bahan biological dressing yaitu homografts (kulit mayat dan

penutup luka sementara), xenografts/heterografts (kulit binatang seperti babi

28

Page 29: Referat Luka Bakar-1

dan penutup luka sementara) dan autografts (kulit pasien sendiri dan penutup

luka permanen). Idealnya luka ditutup dengan kulit pasien sendiri (autograft).

Terdapat 2 tipe primer autografts kulit yaitu split-thickness skin grafts (STSG)

dan full-thickness skin grafts (FTSG). Pada luka bakar 20-30% biasanya dapat

dilakukan dalam satu kali operasi dengan penutupan oleh STSG diambil dari

bagian tubuh pasien. (1,2,3,4)

6. Lain-lain

Pemberian antibiotik pada kasus luka bakar bertujuan sebagai profilaksis

infeksi dan mengatasi infeksi yang sudah terjadi. Dalam3-5 hari pertana

populasi kuman yang sering dijumpai adalah bakteri Gram positif non-

patogen.Sedangkan hari 5-10 adalah bakteri Gram negative patogen. Dalam 1-3

hari pertama pasca cedera, luka masih dalam keadaan steril sehingga tidak

diperlukan antibiotik. Beberapa antibiotik topikal yang dapat digunakan adalah

silver sulfadiazine 1%, silver nitrate dan mafenide (sulfamylon) dan

xerofom/bacitracin. Antasida diberikan untuk pencegahan tukak beban (tukak

stress/stress ulcer), antipiretik bila suhu tinggi dan analgetik bila nyeri. (1,2,3,4)

Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan

keseimbnagan nitrogen yang negatif pada fase katabolisme, yaitu sebanyak

2500-3000 kalori sehari dengan kadar protein tinggi. Kalau perlu makanan

diberikan melalui enteral atau ditambah dengan nutrisi parenteral. Pemberian

nutrisi enteral dini melalui nasaogastik dalam 24 jam pertama pasca cedera

bertujuan untuk mencegah terjadinya atrofi mukosa usus. Pemberian enteral

dilakukan dengan aman bila Gastric Residual Volume (GRV) <150 ml/jam

yang menandakan pasase saluran cerna baik. (1,2,3,4)

Penderita yang sudah mulai stabil keadaannya perlu fisioterapi untuk

memperlancarkan peredaran darah dan mencegah kekakuan sendi. Kalau perlu

sendi diistirahatkan dalam posisi fungsional degan bidai. Penderita luka bakar

luas harus dipantau terus menerus. Keberhasilan pemberian cairan dapat dilihat

29

Page 30: Referat Luka Bakar-1

dari diuresis normal yaitu 1ml/kgBB/jam. Yang penting juga adalah sirkulasi

normal atau tidak dengan menilai produksi urin,analisa gas darah, elektrolit,

hemoglobin dan hematokrit. (1,2,3,4)

X. PROGNOSIS

Prognosis pada luka bakar tergantung dari derajat luka bakar, luas permukaan

badan yang terkena luka bakar, adanya komplikasi seperti infeksi, dan kecepatan

pengobatan medikamentosa. Luka bakar minor ini dapat sembuh 5-10 hari tanpa

adanya jaringan parut. Luka bakar moderat dapat sembuh dalam 10-14 hari dan

mugkin dapat menimbulkan luka parut. Jaringan parut akan membatasi gerakan dan

fungsi. Dalam beberapa kasus, pembedahan dapat diperlukan untuk membuang

jaringan parut. (1,2,3,4)

30