116656619 Referat Luka Bakar Ujian
-
Upload
priskillia-alberta-k -
Category
Documents
-
view
243 -
download
11
description
Transcript of 116656619 Referat Luka Bakar Ujian
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas kasih dan kemurahanNya sehingga penulis
dapat menyelesaikan referat “ Luka Bakar” sebagai tugas ujian Kepaniteraan Ilmu Bedah.
Penyusun menyadari dalam penulisan referat ini masih banyak kekurangan dan masih banyak
yang perlu diperbaiki. Oleh karena ini penyusun mengharapkan saran dan kritik yang
membangun guna menambah ilmu dan pengetahuan penyusun dalam ruang lingkup ilmu
bedah, khususnya yang berhubungan dengan referat ini.
Penyusun mengucapkan terima kasih pada dokter pembimbing di Departemen Ilmu Bedah
RS dr. Esnawan Antariksa, dr. Bambang Yudhadi, Sp B, atas ilmu dan bimbingannya selama
ini selaku pembimbing dalam penyusunan referat. Semoga referat ini bermanfaat bagi para
pembaca.
Jakarta, 26 Agustus 2015
Penyusun
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ....................................................................................................... 1
Daftar Isi ..................................................................................................................2
Pendahuluan ........................................................................................................... 3
Tinjauan Pustaka ....................................................................................................
Definisi ................................................................................................................... 4
Etiologi ........................................................................................................... 4
Klasifikasi Luka Bakar ...................................................................................6
Berat dan Luas Luka Bakar....................................................................................... 8
Pembagian Luka Bakar ..................................................................................11
Patofisiologi ...............................................................................................12
Fase Luka Bakar ...........................................................................................14
Indikasi Rawat Inap........................................................................................15
Pemeriksaan Penunjang ..................................................................................15
Penatalaksanaan ............................................................................................16
Komplikasi .................................................................................................. 23
Prognosis.......................................................................................................24
Kesimpulan ..................................................................................................25
Daftar Pustaka ..............................................................................................26
2ii
BAB I
PENDAHULUAN
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter. Luka bakar
berat dapat menyebabkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan
dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan untuk penanganannya pun tinggi. Di
Amerika Serikat, kurang lebih 250.000 orang mengalami luka bakar membutuhkan tindakan
emergensi, dan sekitar 210 penderita luka bakar meninggal dunia. Di Indonesia, belum ada
angka pasti mengenai luka bakar, tetapi dengan bertambahnya jumlah penduduk serta
industri, angka luka bakar tersebut makin meningkat.
Luka bakar menyebabkan hilangnya integritas kulit dan juga menimbukan efek
sistemik yang sangat kompleks. Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang
ditentukan oleh kedalaman luka bakar. Beratnya luka bergantung pada dalam, luas, dan letak
luka. Selain beratnya luka bakar, umur dan keadaan kesehatan penderita sebelumnya
merupakan faktor yang sangat mempengaruhi prognosis.1
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka
bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi yang
memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok) sampai fase lanjut.1
ETIOLOGI
Luka bakar dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara langsung maupun tidak
langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga.
Selain itu, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia juga dapat
menyebabkan luka bakar. Secara garis besar, penyebab terjadinya luka bakar dapat dibagi
menjadi:
Paparan api
Flame Burns
Kontak langsung dengan api merupakan penyebab kedua yang biasa
menyebabkan luka bakar. Terbakar api langsung dapat dipicu atau diperparah
dengan adanya cairan yang mudah terbakar seperti bensin, gas kompor rumah
tangga, cairan dari lubang pemantik api, yang akan menyebabkan luka bakar
pada seluruh atau sebagian tebal kulit. Api dapat membakar pakaian terlebih
dahulu baru mengenai tubuh. Serat alami memilki kecenderungan untuk
terbakar, sedangkan serat sintetik cenderung meleleh atau menyala dan
menimbulkan cedera tambahan berupa cedera kontak.1,2
Contact Burns
Terjadi kontak langsung dengan benda panas , misalnya yang terbuat dari
logam, plastik, kaca, atau batubara panas. Luka bakar yang dihasilkan
biasanya terbatas pada area tubuh yang mengalamai kontak, tapi bisa
menghasilkan luka yang dalam.1,2
Scalds (air panas)
4
Air panas menjadi penyebab tersering terjadinya luka bakar. Air mendidih biasanya
menyebabkan luka bakar yang dalam. Semakin kental cairan dan semakin lama waktu
kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan ditimbulkan. Luka yang disengaja
atau akibat kecelakaan dapat dibedakan berdasarkan pola luka bakarnya. Pada ksus
kecelakaan, luka umumnya menunjukkan pola percikan, yang satu sama lain
dipisahkan oloeh kulit sehat. Sedangkan pada kasus yang disengaja, luka umumnya
melibatkan keseluruhan ekstremitas dalam pola sirkumferensial dengan garis yang
menandai permukaan cairan.3 Pada anak, kurang lebih 60% luka bakar disebabkan
oleh air panas yang terjadi pada kecelakaan rumah tangga, dan umumnya merupakan
luka bakar superficial, tetapi dapat juga mengenai seluruh ketebalan kulit (derajat
tiga).2
Uap panas
Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator mobil. Uap
panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang tinggi dari uap serta
dispersi oleh uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi inhalasi, uap panas dapat
menyebabkan cedera hingga ke saluran napas distal di paru.2
Gas panas
Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan oklusi jalan
nafas akibat edema.2
Aliran Listrik
Cedera yang timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan tubuh,
umumnya mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang menyebabkan percikan api dan
membakar pakaian dapat menyebabkan luka bakar tambahan.2
Zat Kimia
Bahan kimia ini bisa berupa asam atau basa kuat. Asam kuat menyebabkan
nekrosis koagulasi, denaturasi protein, dan rasa nyeri yang hebat. Asam hidrofluorida
mampu menembus jaringan sampai ke dalam dan menyebabkan toksisitas sistemik yang
fatal, bahkan pada luka yang kecil sekalipun. Alkali atau basa kuat yang banyak
terdapat dalam rumah tangga antara lain cairan pemutih pakaian (bleaching),berbagai
cairan pembersih, dll. Luka bakar yang disebabkan oleh basa kuat akan menyebabkan
jaringan mengalami nekrosis yang mencair (liquefactive necrosis). Kemampuan alkali
menembus jaringan lebih dalam lebih kuat daripada asam, kerusakan jaringan lebih
5
berat karena sel mengalami dehidrasi dan terjadi denaturasi protein dan kolagen. Rasa
sakit baru timbul belakangan sehingga penderita sering terlambat sehingga penderita
sering terlambat datang untuk berobat dan kerusakan jaringansudah meluas.1
Radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe
injury ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industry atau
dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh
sinar matahri akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka
bakar radiasi.1
KLASIFIKASI LUKA BAKAR
Kedalaman luka bakar ditentukan oleh tinggi suhu, lamanya pajanan suhu tinggi,
adekuasi resusitasi, dan adanya infeksi pada luka. Selain api yang langsung menjilat tubuh,
baju yang ikut terbakar juga memperdalam luka bakar. Bahan baju yang paling aman adalah
yang terbuat dari bulu domba (wol). Bahan sintetis seperti nilon dan dakron, selain mudah
terbakar juga mudah meleleh oleh suhu tinggi, lalu menjadi lengket sehingga memperberat
kedalaman luka bakar. 2
Kedalaman luka bakar dideskripsikan dalam derajat luka bakar, yaitu luka bakar
derajat I, II, atau III:
Derajat I
Luka bakar derajat 1 (luka bakar superfisial). Luka bakar hanya terbatas pada lapisan
epidermis. Luka bakar derajat I biasanya sembuh dalam 5-7 hari dan dapat sembuh secara
sempurna. Luka biasanya tampak sebagai eritema dan timbul dengan keluhan nyeri dan
atau hipersensitivitas lokal. Contoh luka bakar derajat I adalah sunburn.2
6
Derajat II
Luka bakar derajat dua mencapai kedalaman dermis tetapi masih ada elemen epitel yang
tersisa, seperti sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan folikel rambut.
Dengan adanya sisa epitel yang sehat ini, luka dapat sembuh sendiri dalam 10 – 21 hari.
Oleh karena kerusakan kapiler dan ujung saraf di dermis, luka derajat ini tampak lebih
pucat dan lebih nyeri dibandingkan luka bakar superfisial, karena adanya iritasi ujung
saraf sensorik. Juga timbul bula berisi cairan eksudat yang keluar dari pembuluh karena
permeabilitas dindingnya meninggi. 2
Luka bakar derajat 2 dibedakan menjadi : a. Derajat dua dangkal dimana kerusakan
mengenai bagian superfisial dari dermis dan penyembuhan terjadi secara spontan dalam
10- 14 hari. b. Derajat dua dalam dimana kerusakan mengenai hampir seluruh bagian
dermis. Bila kerusakan lebih dalam mengenai dermis, subyektif dirasakan nyeri.
Penyembuhan terjadi lebih lama tergantung bagian dari dermis yang memiliki
kemampuan reproduksi sel-sel kulit (epitel, stratum germinativum, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea dan lain sebagainya) yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi dalam
waktu lebih dari satu bulan.1,2,
7
Derajat III
Mengenai seluruh lapisan kulit, dari subkutis hingga mungkin organ atau jaringan
yang lebih dalam. Pada keadaan ini tidak tersisa jaringan epitel yang dapat menjadi
dasar regenerasi sel spontan, sehingga untuk menumbuhkan kembali jaringan kulit
harus dilakukan cangkok kulit. Koagulasi protein yang terjadi memberikan gambaran
luka bakar berwarna keputihan, tidak ada bula dan tidak nyeri.1,2
BERAT DAN LUAS LUKA BAKAR
Berat luka bakar bergantung pada dalam, luas, dan letak luka. Usia dan kesehatan
pasien sebelumnya akan sangat mempengaruhi prognosis. Adanya trauma inhalasi juga akan
mempengaruhi berat luka bakar.2
8
Jaringan lunak tubuh akan terbakar bila terpapar pada suhu di atas 46oC. Luasnya
kerusakan akan ditentukan oleh suhu permukaan dan lamanya kontak. Luka bakar
menyebabkan koagulasi jaringan lunak. Seiring dengan peningkatan suhu jaringan lunak,
permeabilitas kapiler juga meningkat, terjadi kehilangan cairan, dan viskositas plasma
meningkat dengan resultan pembentukan mikrotrombus. Hilangnya cairan dapat
menyebabkan hipovolemi dan syok, tergantung banyaknya cairan yang hilang dan respon
terhadap resusitasi. Luka bakar juga menyebabkan peningkatan laju metabolik dan energi
metabolisme. 1,2
Semakin luas permukaan tubuh yang terlibat, morbiditas dan mortalitasnya
meningkat, dan penanganannya juga akan semakin kompleks. Luas luka bakar dinyatakan
dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Ada beberapa metode cepat untuk menentukan
luas luka bakar, yaitu:1
Estimasi luas luka bakar menggunakan luas permukaan palmar pasien. Luas telapak
tangan individu mewakili 1% luas permukaan tubuh. Luas luka bakar hanya dihitung
pada pasien dengan derajat luka II atau III.
Rumus 9 atau rule of nine untuk orang dewasa
Pada dewasa digunakan ‘rumus 9’, yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung,
pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha
kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%. Sisanya
1% adalah daerah genitalia. Rumus ini membantu menaksir luasnya permukaan tubuh
yang terbakar pada orang dewasa.
9
Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala anak
jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena perbandingan luas
permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi, dan rumus
10-15-20 untuk anak.
Metode Lund dan Browder
10
Metode yang diperkenalkan untuk kompensasi besarnya porsi massa tubuh di kepala
pada anak. Metode ini digunakan untuk estimasi besarnya luas permukaan pada anak.
Apabila tidak tersedia tabel tersebut, perkiraan luas permukaan tubuh pada anak dapat
menggunakan ‘Rumus 9’ dan disesuaikan dengan usia:2
o Pada anak di bawah usia 1 tahun: kepala 18% dan tiap tungkai 14%. Torso dan
lengan persentasenya sama dengan dewasa.
o Untuk tiap pertambahan usia 1 tahun, tambahkan 0.5% untuk tiap tungkai dan
turunkan persentasi kepala sebesar 1% hingga tercapai nilai dewasa.
PEMBAGIAN LUKA BAKAR
1. Luka bakar berat (major burn)1,2
a. Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas usia 50 tahun
b. Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir pertama
c. Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum
d. Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan luas luka
bakar
e. Luka bakar listrik tegangan tinggi
f. Disertai trauma lainnya
g. Pasien-pasien dengan resiko tinggi
2. Luka bakar sedang (moderate burn)1,2
a. Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa, dengan luka bakar derajat III kurang
dari 10 %
b. Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun atau dewasa > 40 tahun,
dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %
c. Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa yang tidak mengenai
muka, tangan, kaki, dan perineum
3. Luka bakar ringan 1,2
a. Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa
b. Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut
c. Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai muka, tangan, kaki,
dan perineum
PATOFISIOLOGI LUKA BAKAR
11
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler
yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya
ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan edema
dan menimbulkan bula yang mengandung banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan
berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan
kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang
terbentuk pada luka bakar derajat II, dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat
III.1,2
Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih
bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20%, akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala
yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah
menurun dan produksi urin yang berkurang. Pembengkakan terjadi pelan-pelan, maksimal
terjadi setelah delapan jam. Pada kebakaran ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah,
dapat terjadi kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap atau uap panas yang terisap.
Edema laring yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala
sesak napas, takipnea, stridor, suara serak dan dahak berwarna gelap akibat jelaga.
Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lainnya. CO akan mengikat
hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu lagi mengikat oksigen. Tanda
keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual dan muntah. Pada keracunan yang
berat terjadi koma. Bila lebih dari 60% hemoglobin terikat CO, penderita dapat meninggal.
Setelah 12-24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi serta
penyerapan kembali cairan edema ke pembuluh darah. Ini ditandai dengan meningkatnya
diuresis.2
Luka bakar sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati, yang merupakan medium
yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah infeksi. Infeksi ini sulit diatasi
karena daerahnya tidak tercapai oleh pembuluh kapiler yang mengalami trombosis. Padahal,
pembuluh ini membawa sistem pertahanan tubuh atau antibiotik. Kuman penyebab infeksi
pada luka bakar, selain berasal dari dari kulit penderita sendiri, juga dari kontaminasi kuman
saluran napas atas dan kontaminasi kuman di lingkungan rumah sakit. Infeksi nosokomial ini
biasanya sangat berbahaya karena kumannya banyak yang sudah resisten terhadap berbagai
antibiotik.2
Pada awalnya, infeksi biasanya disebabkan oleh kokus Gram positif yang berasal dari
kulit sendiri atau dari saluran napas, tetapi kemudian dapat terjadi invasi kuman Gram
negatif, Pseudomonas aeruginosa yang dapat menghasilkan eksotoksin protease dari toksin
12
lain yang berbahaya, terkenal sangat agresif dalam invasinya pada luka bakar. Infeksi
pseudomonas dapat dilihat dari warna hijau pada kasa penutup luka bakar. Kuman
memproduksi enzim penghancur keropeng yang bersama dengan eksudasi oleh jaringan
granulasi membentuk nanah.1,2
Infeksi ringan dan noninvasif ditandai dengan keropeng yang mudah terlepas dengan
nanah yang banyak. Infeksi yang invasif ditandai dengan keropeng yang kering dengan
perubahan jaringan di tepi keropeng yang mula-mula sehat menadi nekrotik; akibatnya, luka
bakar yang mula-mula derajat II menjadi derajat III. Infeksi kuman menimbulkan vaskulitis
pada pembuluh kapiler di jaringan yang terbakar dan menimbulkan trombosis sehingga
jaringan yang didarahinya nanti.1,2
Bila luka bakar dibiopsi dan eksudatnya dibiak, biasanya ditemukan kuman dan
terlihat invasi kuman tersebut ke jaringan sekelilingnya. Luka bakar demikian disebut luka
bakar septik. Bila penyebabnya kuman Gram positif, seperti stafilokokus atau basil Gram
negatif lainnya, dapat terjadi penyebaran kuman lewat darah (bakteremia) yang dapat
menimbulkan fokus infeksi di usus. Syok sepsis dan kematian dapat terjadi karena toksin
kuman yang menyebar di darah.2
Bila penderita dapat mengatasi infeksi, luka bakar derajat II dapat sembuh dengan
meninggalkan cacat berupa parut. Penyembuhan ini dimulai dari sisa elemen epitel yang
masih vital, misalnya sel kelenjar sebasea, sel basal, sel kelenjar keringat, atau sel pangkal
rambut. Luka bakar derajat II yang dalam mungkin meninggalkan parut hipertrofik yang
nyeri, gatal, kaku dan secara estetik jelek. Luka bakar derajat III yang dibiarkan sembuh
sendiri akan mengalami kontraktur. Bila terjadi di persendian, fungsi sendi dapat berkurang
atau hilang.1,2
Pada luka bakar berat dapat ditemukan ileus paralitik. Pada fase akut, peristalsis usus
menurun atau berhenti karena syok, sedangkan pada fase mobilisasi, peristalsis dapat
menurun karena kekurangan ion kalium.1,2
Stres atau badan faali yang terjadi pada penderita luka bakar berat dapat menyebabkan
terjadinya tukak di mukosa lambung atau duodenum dengan gejala yang sama dengan gejala
tukak peptik. Kelainan ini dikenal sebagai tukak Curling. 1
Fase permulaan luka bakar merupakan fase katabolisme sehingga keseimbangan protein
menjadi negatif. Protein tubuh banyak hilang karena eksudasi, metabolisme tinggi dan
infeksi. Penguapan berlebihan dari kulit yang rusak juga memerluka kalori tambahan. Tenaga
yang diperlukan tubuh pada fase ini terutama didapat dari pembakaran protein dari otot
skelet. Oleh karena itu, penderita menjadi sangat kurus, otot mengecil, dan berat badan
13
menurun. Dengan demikian, korban luka bakar menderita penyakit berat yang disebut
penyakit luka bakar. Bila luka bakar menyebabkan cacat, terutama bila luka mengenai wajah
sehingga rusak berat, penderita mungkin mengalami beban kejiwaan berat. Jadi prognosis
luka bakar ditentukan oleh luasnya luka bakar.1,2
FASE PADA LUKA BAKAR
Dalam perjalanan penyakit, dapat dibedakan menjadi tiga fase pada luka bakar, yaitu:
1. Fase akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan mengalami
ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan circulation
(sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah
terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi
dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama
penderiat pada fase akut.Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik.1,2
2. Fase sub akut
Masalah utama pada fase ini adalah Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS)
dan Multi-system Organ Dysfunction Syndrome (MODS) dan sepsis. Hal ini merupakan
dampak dan atau perkembangan masalah yang timbul pada fase pertama dan masalah
yang bermula dari kerusakan jaringan (luka dan sepsis luka).2
3. Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah penutupan luka sampai terjadinya maturasi jaringan.
Masalah yang dihadapi adalah penyulit dari luka bakar seperti parut hipertrofik,
kontraktur dan deformitas lain yang terjadi akibat kerapuhan jaringan atau struktur
tertentu akibat proses inflamasi yang hebat dan berlangsung lama.1,2
Pembagian zona kerusakan jaringan:
14
1. Zona koagulasi, zona nekrosis
Merupakan daerah yang langsung mengalami kerusakan (koagulasi protein) akibat
pengaruh cedera termis, hampir dapat dipastikan jaringan ini mengalami nekrosis
beberapa saat setelah kontak. Oleh karena itulah disebut juga sebagai zona nekrosis.1,2
2. Zona statis
Merupakan daerah yang langsung berada di luar/di sekitar zona koagulasi. Di daerah
ini terjadi kerusakan endotel pembuluh darah disertai kerusakan trombosit dan
leukosit, sehingga terjadi gangguam perfusi (no flow phenomena), diikuti perubahan
permeabilitas kapilar dan respon inflamasi lokal. Proses ini berlangsung selama 12-24
jam pasca cedera dan mungkin berakhir dengan nekrosis jaringan.1,2
3. Zona hiperemi
Merupakan daerah di luar zona statis, ikut mengalami reaksi berupa vasodilatasi tanpa
banyak melibatkan reaksi selular. Tergantung keadaan umum dan terapi yang
diberikan, zona ketiga dapat mengalami penyembuhan spontan, atau berubah menjadi
zona kedua bahkan zona pertama.1,2
INDIKASI RAWAT INAP PASIEN LUKA BAKAR
Menurut American Burn Association, seorang pasien diindikasikan untuk dirawat inap
bila:1
1. Luka bakar derajat III > 5%
2. Luka bakar derajat II > 10%
3. Luka bakar derajat II atau III yang melibatkan area kritis (wajah, tangan, kaki,
genitalia, perineum, kulit di atas sendi utama) risiko signifikan untuk masalah
kosmetik dan kecacatan fungsi
4. Luka bakar sirkumferensial di thoraks atau ekstremitas
5. Luka bakar signifikan akibat bahan kimia, listrik, petir, adanya trauma mayor lainnya,
atau adanya kondisi medik signifikan yang telah ada sebelumnya
6. Adanya trauma inhalasi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan:2
1. Pemeriksaan darah rutin dan kimia darah
2. Urinalisis
3. Pemeriksaan keseimbangan elektrolit
15
4. Analisis gas darah
5. Radiologi – jika ada indikasi ARDS
6. Pemeriksaan lain yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis SIRS dan MODS
PENATALAKSANAAN LUKA BAKAR
Non medikamentosa
Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api pada tubuh, misalnya dengan
menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen pada
api yang menyala. Korban dapat mengusahakannya dengan cepat menjatuhkan diri dan
berguling agar bagian pakaian yang terbakar tidak meluas. Kontak dengan bahan yang panas
juga harus cepat diakhiri, misalnya dengan mencelupkan bagian yang terbakar atau
menceburkan diri ke air dingin, atau melepaskan baju yang tersiram panas.1,2
Pertolongan pertama setelah sumber panas dihilangkan adalah merendam daerah luka
bakar dalam air atau menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima
belas menit. Upaya pendinginan ini, dan upaya mempertahankan suhu dingin pada jam
pertama akan menghentikan proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu
tinggi. Yang akan terus berlangsung walaupun api telah dipadamkan, sehingga destruksi tetap
meluas. Oleh karena itu, merendam bagian yang terbakar selama lima belas menit pertama
dalam air sangat bermanfaat untuk menurunkan suhu jaringan sehingga kerusakan lebih
dangkal dan diperkecil, luka yang sebenarya menuju derajat dua dapat berhenti pada derajat
satu, atau luka yang akan menjadi tingkat tiga dihentikan pada tingkat dua atau satu.
Pencelupan atau penyiraman dapat dilakukan dengan air apa saja yang dingin, tidak usah
steril.1,2
Pada luka bakar ringan prinsip penanganan utama adalah mendinginkan daerah yang
terbakar dengan air, mencegah infeksi dan memberi kesempatan sisa-sisa sel epitel untuk
berproliferasi, dan menutup permukaan luka. Luka dapat dirawat secara tertutup atau terbuka.
Pada luka bakar berat, selain penanganan umum seperti pada luka bakar ringan, kalau
perlu, dilakukan resusitasi segera bila penderita menunjukkan gejala syok. Bila penderita
menunjukkan gejala terbakarnya jalan nafas, diberikan campuran udara lembab dan oksigen.
Kalau terjadi udem laring, dipasang pipa endotrakea atau dibuat trakeostomi. Trakeostomi
berfungsi untuk membebaskan jalan napas, mengurangi ruang mati, dan memudahkan
16
pembersihan jalan napas dari lendir atau kotoran. Bila ada dugaan keracunan CO, segera
diberikan oksigen murni.1,2
Luka akibat asam hidrofluorida perlu dilavase (cuci bilas) sebanyak-banyaknya dan
diberi gel kalsium glukonat topikal. Pemberian kalsium sistemik juga diperlukan karena asam
hidrofluorida mengendapkan kalsium pada luka bakar.
Perawatan lokal adalah mengoleskan luka dengan antiseptik dan membiarkannya
terbuka untuk perawatan terbuka atau menutupnya dengan pembalut sterila untuk perawatan
tertutup. Kalau perlu, penderita dimandikan dahulu.
Selanjutnya pertolongan diarahkan untuk mengawasi tanda-tanda bahaya dari ABC (airway, breathing, Circulation).1,2
Airway and breathing
Perhatikan adanya stridor (mengorok), suara serak, dahak berwarna jelaga (black
sputum), gagal napas, bulu hidung yang terbakar, bengkak pada wajah. Luka bakar pada
daerah orofaring dan leher membutuhkan tatalaksana intubasi (pemasangan pipa saluran
napas ke dalam trakea/batang tenggorok) untuk menjaga jalan napas yang adekuat/tetap
terbuka. Intubasi dilakukan di fasilitas kesehatan yang lengkap.2
Circulation
Penilaian terhadap keadaan cairan harus dilakukan. Pastikan luas luka bakar untuk
perhitungan pemberian cairan. Pemberian cairan intravena (melalui infus) diberikan bila luas
luka bakar >10%. Bila kurang dari itu dapat diberikan cairan melalui mulut. Cairan
merupakan komponen penting karena pada luka bakar terjadi kehilangan cairan baik melalui
penguapan karena kulit yang berfungsi sebagai proteksi sudah rusak dan mekanisme dimana
terjadi perembesan cairan dari pembuluh darah ke jaringan sekitar pembuluh darah yang
mengakibatkan timbulnya pembengkakan (edema). Bila hal ini terjadi dalam jumlah yang
banyak dan tidak tergantikan maka volume cairan dalam pembuluh darah dapat berkurang
dan mengakibatkan kekurangan cairan yang berat dan mengganggu fungsi organ-organ
tubuh.2
17
Pemberian cairan intravena
Sebelum infus diberikan, luas dan dalamnya luka bakar harus ditentukan secara teliti.
Kemudian, jumlah cairan infus yang akan diberikan dihitung. Ada beberapa cara untuk
menghitung kebutuhan cairan ini.1,2
Cara Evans
1. Luas luka dalam % x BB dalam kg menjadi mL NaCl per 24 jam.
2. Luas luka dalam % x BB dalam kg menjadi mL plasma per 24 jam.
Keduanya merupakan pengganti cairan yang hilang akibat udem. Plasma diperlukan
untuk mengganti plasma yang keluar dari pembuluh da meninggikan tekanan osmosis
sehingga mengurangi perembesan keluar dan menarik kembali cairan yang telah
keluar.
3. Sebagai pengganti cairan yang hilang akibat penguapan, diberikan 2.000 cc glukosa
5% per 24 jam.
Separuh jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16
jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari
ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua. Penderita mula-mula dipuasakan karena
peristaltis usus terhambat pada keadaan prasyok, dan mulai diberikan minum segera setelah
fungsi usus normal kembali. Kalau diuresis pada hari ketiga memuaskan dan penderita dapat
dikurangi, bahkan dihentikan.1,2
Cara lain yang banyak dipakai dan lebih sederhana adalah menggunakan rumus
Baxter, yaitu luas luka bakar dalam % x BB dalam kg x 4mL larutan Ringer. Separuh dari
jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam. Hari
pertama terutama diberikan kristaloid yaitu larutan ringer laktat . Hari kedua diberikan
setengah cairan pertama.1,2
Pemberian cairan dapat ditambah (jika perlu), misalnya bila penderita dalam keadaan
syok, atau jika diuresis kurang. Untuk itu, pemantauan yang ketat sangat penting , karena
fluktuasi perubahan keadaan sangat cepat terutama pada fase awal luka bakar.2
Intinya, status hidrasi penderita luka bakar luas harus dipantau terus-menerus.
Keberhasilan pemberian cairan dapat diihat dari diuresis normal yaitu sekurang-kurangnya
18
1000-1500mL/24jam atau 1 mL/kgBB/jam dan 3mL/kgBB/jam pada pasien anak. Yang
penting juga adalah pengamatan apakah sirkulasi normal atau tidak.2
Besarnya kehilangan cairan pada luka bakar luas disertai resusitasi yang tidak betul dapat
menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. Hiponatremia sebagai gejala keracunan air dapat
menyebabkan udem otak dengan tanda-tanda kejang. Kekurangan ion K akibat banyaknya
kerusakan sel dapat diketahui dari EKG yang menunjukkan depresi segmen ST atau
gelomabang U. Ketidakseimbangan elektrolit ini juga harus dikoreksi namun bukan menjadi
prioritas utama dalam resusitasi cairan emergensi manajemen primer pasien trauma.2
Tindakan Bedah
Pemotongan eskar atau eskarotomi dilakukan pada luka bakar derajat tiga yang
melingkar pada ekstremitas atau tubuh karena pengerutan keropeng dan pembengkakan yang
terus berlangsung dapat mengakibatkan penjepitan yang membahayakan sirkulasi sehingga
bagian distal bisa mati. Tanda dini penjepitan adalah nyeri, kemudian kehilangan daya rasa
sampai kebas pada ujung-ujung distal. Keadaan ini harus cepat ditolong dengan membuat
irisan memanjang yang membuka keropeng sampai jepitan terlepas.1,3
1. Eksisi dini
Eksisi dini adalah tindakan pembuangan jaringan nekrosis dan debris (debridement)
yang dilakukan dalam waktu kurang dari 7 hari (biasanya hari ke 5-7) pasca cedera
termis. Dasar dari tindakan ini adalah:3,4
a. Mengupayakan proses penyembuhan berlangsung lebih cepat. Dengan dibuangnya
jaringan nekrosis, debris dan eskar, proses inflamasi tidak akan berlangsung lebih
lama dan segera dilanjutkan proses fibroplasia. Pada daerah sekitar luka bakar
umumnya terjadi edema, hal ini akan menghambat aliran darah dari arteri yang dapat
mengakibatkan terjadinya iskemi pada jaringan tersebut ataupun menghambat proses
penyembuhan dari luka tersebut. Dengan semakin lama waktu terlepasnya eskar,
semakin lama juga waktu yang diperlukan untuk penyembuhan.
b. Memutus rantai proses inflamasi yang dapat berlanjut menjadi komplikasi –
komplikasi luka bakar (seperti SIRS). Hal ini didasarkan atas jaringan nekrosis yang
melepaskan “burn toxic” (lipid protein complex) yang menginduksi dilepasnya
mediator-mediator inflamasi.
c. Semakin lama penundaan tindakan eksisi, semakin banyaknya proses angiogenesis
yang terjadi dan vasodilatasi di sekitar luka. Hal ini mengakibatkan banyaknya darah
19
keluar saat dilakukan tindakan operasi. Selain itu, penundaan eksisi akan
meningkatkan resiko kolonisasi mikro – organisme patogen yang akan menghambat
pemulihan graft dan juga eskar yang melembut membuat tindakan eksisi semakin
sulit.
Tindakan ini disertai anestesi baik lokal maupun general dan pemberian cairan
melalui infus. Tindakan ini digunakan untuk mengatasi kasus luka bakar derajat II dalam
dan derajat III. Tindakan ini diikuti tindakan hemostasis dan juga “skin grafting”
(dianjurkan “split thickness skin grafting”). Tindakan ini juga tidak akan mengurangi
mortalitas pada pasien luka bakar yang luas. Kriteria penatalaksanaan eksisi dini
ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:3
- Kasus luka bakar dalam yang diperkirakan mengalami penyembuhan lebih dari 3
minggu.
- Kondisi fisik yang memungkinkan untuk menjalani operasi besar.
- Tidak ada masalah dengan proses pembekuan darah.
- Tersedia donor yang cukup untuk menutupi permukaan terbuka yang timbul.
Eksisi dini diutamakan dilakukan pada daerah luka sekitar batang tubuh posterior.
Eksisi dini terdiri dari eksisi tangensial dan eksisi fasial.
Eksisi tangensial adalah suatu teknik yang mengeksisi jaringan yang terluka lapis
demi lapis sampai dijumpai permukaan yang mengeluarkan darah (endpoint). Adapun
alat-alat yang digunakan dapat bermacam-macam, yaitu pisau Goulian atau Humbly yang
digunakan pada luka bakar dengan luas permukaan luka yang kecil, sedangkan pisau
Watson maupun mesin yang dapat memotong jaringan kulit perlapis (dermatom)
digunakan untuk luka bakar yang luas. Permukaan kulit yang dilakukan tindakan ini
tidak boleh melebihi 25% dari seluruh luas permukaan tubuh. Untuk memperkecil
perdarahan dapat dilakukan hemostasis, yaitu dengan tourniquet sebelum dilakukan eksisi
atau pemberian larutan epinephrine 1:100.000 pada daerah yang dieksisi. Setelah
dilakukan hal-hal tersebut, baru dilakukan “skin graft”. Keuntungan dari teknik ini adalah
didapatnya fungsi optimal dari kulit dan keuntungan dari segi kosmetik. Kerugian dari
teknik adalah perdarahan dengan jumlah yang banyak dan endpoint bedah yang sulit
ditentukan.3,4
Eksisi fasial adalah teknik yang mengeksisi jaringan yang terluka sampai lapisan
fascia. Teknik ini digunakan pada kasus luka bakar dengan ketebalan penuh (full
thickness) yang sangat luas atau luka bakar yang sangat dalam. Alat yang digunakan pada
20
teknik ini adalah pisau scalpel, mesin pemotong “electrocautery”. Adapun keuntungan
dan kerugian dari teknik ini adalah:3,4
- Keuntungan : lebih mudah dikerjakan, cepat, perdarahan tidak banyak, endpoint
yang lebih mudah ditentukan
- Kerugian : kerugian bidang kosmetik, peningkatan resiko cedera pada saraf-saraf
superfisial dan tendon sekitar, edema pada bagian distal dari eksisi
2. Skin grafting
Skin grafting adalah metode penutupan luka sederhana. Tujuan dari metode ini
adalah:5
a. Menghentikan evaporate heat loss
b. Mengupayakan agar proses penyembuhan terjadi sesuai dengan waktu
c. Melindungi jaringan yang terbuka
Skin grafting harus dilakukan secepatnya setelah dilakukan eksisi pada luka bakar
pasien. Kulit yang digunakan dapat berupa kulit produk sintesis, kulit manusia yang
berasal dari tubuh manusia lain yang telah diproses maupun berasal dari permukaan tubuh
lain dari pasien (autograft). Daerah tubuh yang biasa digunakan sebagai daerah donor
autograft adalah paha, bokong dan perut. Teknik mendapatkan kulit pasien secara
autograft dapat dilakukan secara split thickness skin graft atau full thickness skin graft.
Bedanya dari teknik – teknik tersebut adalah lapisan-lapisan kulit yang diambil sebagai
donor. Untuk memaksimalkan penggunaan kulit donor tersebut, kulit donor tersebut dapat
direnggangkan dan dibuat lubang – lubang pada kulit donor (seperti jaring-jaring dengan
perbandingan tertentu, sekitar 1 : 1 sampai 1 : 6) dengan mesin. Metode ini disebut mess
grafting. Ketebalan dari kulit donor tergantung dari lokasi luka yang akan dilakukan
grafting, usia pasien, keparahan luka dan telah dilakukannya pengambilan kulit donor
sebelumnya. Pengambilan kulit donor ini dapat dilakukan dengan mesin ‘dermatome’
ataupun dengan manual dengan pisau Humbly atau Goulian. Sebelum dilakukan
pengambilan donor diberikan juga vasokonstriktor (larutan epinefrin) dan juga anestesi.
Prosedur operasi skin grafting sering menjumpai masalah yang dihasilkan dari eksisi
luka bakar pasien, dimana terdapat perdarahan dan hematom setelah dilakukan eksisi,
sehingga pelekatan kulit donor juga terhambat. Oleh karenanya, pengendalian perdarahan
sangat diperlukan. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan penyatuan
kulit donor dengan jaringan yang mau dilakukan grafting adalah:5
21
- Kulit donor setipis mungkin
- Pastikan kontak antara kulit donor dengan bed (jaringan yang dilakukan grafting),
hal ini dapat dilakukan dengan cara :
o Cegah gerakan geser, baik dengan pembalut elastik (balut tekan)
o Drainase yang baik
o Gunakan kasa adsorben
Nutrisi
Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan keseimbangan
nitrogen yang negatif pada fase katabolisme, yaitu sebanyak 2.500-3.000 kalori sehari dengan
kadar protein tinggi.2
Penderita yang sudah mulai stabil keadaannya memerlukan fisioterapi untuk
memperlancar peredaran darah dan mencegah kekakuan sendi. Kalau perlu, sendi
diistirahatkan dalam posisi fungsional dengan bidai.1
Medikamentosa
Antibiotik sistemik spektrum luas diberikan untuk mencegah infeksi. Yang banyak
dipakai adalah golongan aminoglikosida yang efektif terhadap pseudomonas. Bila ada
infeksi, antibiotik diberikan berdasarkan hasil biakan dan uji kepekaan kuman.
Untuk mengatasi nyeri, paling baik diberikan opiat melalui intravena dalam dosis
serendah mungkin yang bisa menghasilkan analgesia yang adekuat namun tanpa disertai
hipotensi.1
Selanjutnya, diberikan pencegahan tetanus berupa ATS dan/atau toksoid.
Luka bakar derajat satu dan dua yang menyisakan elemen epitel berupa kelenjar sebasea,
kelenjar keringat, atau pangkal rambut, dapat diharapkan sembuh sendiri, asal dijaga supaya
elemen epitel tersebut tidak hancur atau rusak karena infeksi. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pencegahan infeksi. Pada luka lebih dalam, perlu diusahakan secepat mungkin
membuang jaringan kulit yang mati dan memberi obat topikal yang daya tembusnya tinggi
sampai mencapai dasar jaringan mati. Perawatan setempat dapat dilakukan secara terbuka
atau tertutup.1
22
Ada beberapa jenis obat yang dianjurkan seperti golongan silver sulfadiazine dan
yang terbaru MEBO (moist exposure burn ointment). Obat topikal yang dipakai dapat
berbentuk larutan, salep atau krim. Antibiotik dapat diberikan dalam bentuk sediaan kasa
(tulle). Antiseptik yang dipakai adalah yodium povidon atau nitras-argenti 0,5%. Kompres
nitras-argenti yang selalu dibasahi tiap 2 jam efektif sebagai bakteriostatik untuk semua
kuman. Obat ini mengendap sebagai garam sulfida atau klorida yang memberi warna hitam
sehingga mengotori semua kain. Krim silver sulfadiazine 1% sangat berguna karena bersifat
bakteriostatik, mempunyai daya tembus yang cukup, efektif terhadap semua kuman, tidak
menimbulkan resistensi, dan aman. Krim ini dioleskan tanpa pembalut, dan dapat dibersihkan
dan diganti setiap hari.1
Keuntungan perawatan terbuka adalah mudah dan murah. Permukaan luka yang selalu
terbuka menjadi dingin dan kering sehingga kuman sulit berkembang. Kerugiannya, bila
digunakan obat tertentu, misalnya nitras-argenti, alas tidur menjadi kotor. Penderita dan
keluarga pun merasa kurang enak karena melihat luka yang tampak kotor. Sedapat mungkin
luka yang tampak kotor. Sedapat mungkin luka dibiarkan terbuka setelah diolesi obat.1,2
Perawatan tertutup dilakukan dengan memberikan balutan yang dimaksudkan untuk
menutup luka dari kemungkinan kontaminasi, tetapi tutupnya sedeikian rupa sehingga masih
cukup longgar untuk berlangsungnya penguapan. Keuntungan perawatan tertutup adalah luka
tampak rapi, terlindung, dan enak bagi penderita. Hanya, diperlukan tenaga dan dan lebih
banyak pembalut dan antiseptik. Kadang suasana luka yang lembap dan hangat
memungkinkan kuman untuk berkembang biak. Oleh karena itu, bila pembalut melekat pada
luka, tetapi tidak berbau, sebaiknya jangan dilepaskan, tetapi ditunggu sampai terlepas
sendiri.1
KOMPLIKASI
Sistemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS), Multi-system Organ Dysfunction
Syndrome (MODS),dan Sepsis
SIRS dan MODS merupakan penyebab utama tingginya angka mortalitas pada pasien luka
bakar maupun trauma berat lainnya. 1,2
SIRS adalah suatu bentuk respon klinik yang bersifat sistemik terhadap berbagai
stimulus klinik berat akibat infeksi ataupun noninfeksi seperti trauma, luka bakar, reaksi
autoimun, sirosis, pankreatitis, dll.
23
Respon ini merupakan dampak dari pelepasan mediator-mediator inflamasi
(proinflamasi) yang mulanya bersifat fisiologik dalam proses penyembuhan luka, namun oleh
karena pengaruh beberapa faktor predisposisi dan faktor pencetus, respon ini berubah secara
berlebihan (mengalami eksagregasi) dan menyebabkan kerusakan pada organ-organ sistemik,
menyebabkan disfungsi dan berakhir dengan kegagalan organ terkena menjalankan
fungsinya; MODS (Multi-system Organ Disfunction Syndrome) bahkan sampai kegagalan
berbagai organ (Multi-system Organ Failure/MOF).1,2
Ada 5 hal yang bisa menjadi aktivator timbulnya SIRS, yaitu infection, injury,
inflamation, inadequate blood flow, dan ischemia-reperfusion injury. 1
Jaringan Parut Akibat Luka Bakar
Ada tiga jenis parut utama yang biasanya disebabkan oleh luka bakar: Keloid, Parut
hipertrofik dan kontraktur. Keloid adalah jaringan parut yang tebal tak beraturan dan
membesar secara progresif akibat pembentukan kolagen yang berlebihan dalam lapisan
korium selama pembentukan jaringan ikat pada bekas luka. Parut akan tumbuh di luar lokasi
yang luka. Parut ini biasanya berwarna merah muda atau merah dan pada akhirnya akan
menjadi berwarna coklat gelap. Parut Hipertrofik biasanya berwarna merah, tebal, berbeda
dengan keloid, parut hipertrofik berada di luar lokasi dari luka. Kontraktur adalah suatu
pengencangan kulit yang permanen yang bisa mempengaruhi otot dan tendon dibawahnya
sehingga membatasi pergerakan dan mungkin merusak atau mengurangi fungsi saraf.4,5
PROGNOSIS
Prognosis dan penanganan luka bakar terutama tergantung pada dalam dan luasnya
permukaan luka bakar, dan penanganan sejak awal hingga penyembuhan. Selain itu faktor
letak daerah yang terbakar, usia dan keadaan kesehatan penderita juga turut menentukan
kecepatan penyembuhan.
Penyulit juga mempengaruhi progonosis pasien. Penyulit yang timbul pada luka bakar
antara lain gagal ginjal akut, edema paru, SIRS, infeksi dan sepsis, serta parut hipertrofik dan
kontraktur.1
24
BAB III
KESIMPULAN
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter. Luka
bakar menyebabkan hilangnya integritas kulit juga menimbukan efek sistemik yang
sangat kompleks. Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh
kedalaman luka bakar. Berat lukanya bergantung pada dalam, luas, dan letak luka. Selain
beratnya luka, umur dan keadaan kesehatan penderita sebelumnya merupakan faktor yang
sangat mempengaruhi prognosis.. Terapi pada luka bakar dengan resusitasi, pemberian
cairan, tindakan bedah, pemberian nutrisi dan obat topical. . Penanganan secara cepat dan
tepat dapat megrurangi tingkat mortalitas pasien luka bakar. Komplikasi pada luka bakar
meliputi SIRS, MODS, sepsis, dan terdapat jaringan parut akibat luka bakar.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Ahmadsyah I, Prasetyono TOH. Luka. Dalam: Sjamsuhidajat R, de Jong W, editor. Buku
ajar ilmu bedah. Ed. 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007. h. 103-10
2. Moenadjat Y. Luka bakar. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003.
3. Heimbach DM, Holmes JH. Burns. In: Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, Dunn
DL, Hunter JG, Pollock RE, editors. Schwartz’s principal surgery. 8th ed. USA: The
McGraw-Hill Companies; 2007.
4. Naradzay JFX, Alson R. Thermal burns. Dalam: Slapper D, Talavera F, Hirshon JM,
Halamka J, Adler J, editors. Diunduh dari: http://www.emedicine health .com . 26 Agusuts
2015.
5. Split & Full Thickness Skin Grafting. Diunduh dari
http://www.burnsurvivorsttw.org/burns/grafts.html.28 Agustus 2015.
26