REFERAT KRISIS HIPERTENSI

25
Referat Emergency hypertension Disusun Oleh: FARIDHA MONY 110.2007.113 Pembimbing: dr. Didiet p , Sp.PD FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

Transcript of REFERAT KRISIS HIPERTENSI

Page 1: REFERAT KRISIS HIPERTENSI

Referat

Emergency hypertension

Disusun Oleh:

FARIDHA MONY

110.2007.113

Pembimbing:

dr. Didiet p , Sp.PD

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSIKEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CILEGON

MAY 2013

KATA PENGANTAR

Page 2: REFERAT KRISIS HIPERTENSI

Puji sukur saya panjatkan kepada ALLAH SWT atas berkat dan rahmat-Nya saya

dapat menyelesaikan referat ini yang berjudul Penyaki emergency hypertension t.

Referat ini disusun sebagai salah satu tugas persyaratan kelulusan kepaniteraan klinik Bagian

Ilmu penyakit dalam RSUD cilegon

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Didiet P, Sp.PD

sebagai pembimbing dalam pembuatan referat ini. Tidak lupa terima kasih juga penulis

sampaikan kepada dokter-dokter pembimbing di RSUD Cilegon atas bimbingan yang kami

dapat selama kepaniteraan klinik ini.

Kami menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, dan masih banyak

kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh sebab itu diharapkan bantuan dari dokter

pembimbing serta rekan-rekan mahasiswa untuk memberikan saran dan masukan yang

berguna bagi penulis.

Lepas dari segala kekurangan yang ada, kami berharap semoga referat ini membawa

manfaat bagi kita semua.

Cilegon, 10 Mey 2013

Penulis

DAFTAR ISI

Page 3: REFERAT KRISIS HIPERTENSI

Kata Pengantar......................................................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................................ii

BAB I

Pendahuluan.........................................................................................................................1

BAB II

Tinjauan pustaka..................................................................................................................2

Emergency hypertension

2.1 Definisi ..............................................................................................................5

2.2 Etiologi...............................................................................................................5

2.3 Klasifikasi..........................................................................................................6

2.4 Patofisiologi.......................................................................................................6

2.5 Manifestasi klinis..............................................................................................8

2.6 Diagnosis...........................................................................................................9

2.7 Penatalaksanaan.............................................................................................10

BAB I

Page 4: REFERAT KRISIS HIPERTENSI

PENDAHULUAN

Hipertensi atau tekanan darah tinggi diderita oleh hampir semua golongan masyarakat

di seluruh dunia. Jumlah mereka yang menderita hipertensi terus bertambah;

terdapat sekitar 50 juta (21,7%) orang dewasa Amerika yang menderita hipertensi, Thailand

17%, Vietnam 34,6%, Singapura 24,9%, Malaysia 29,9%. Di Indonesia, prevalensi hipertensi

berkisar 6-15%.1

Menurut perkiraan, sekitar 30% penduduk dunia tidak terdiagnosa adanya hipertensi

(underdiagnosed condition). Hal ini disebabkan tidak adanya gejala atau dengan gejala ringan

bagi mereka yang menderita hipertensi. Sedangkan, hipertensi ini sudah dipastikan dapat

merusak organ tubuh, seperti jantung (70% penderita hipertensi akan merusak jantung),

ginjal, otak, mata serta organ tubuh lainnya. Sehingga, hipertensi disebut sebagai silent

killer.1

Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu - waktu bisa jatuh kedalam

keadaan gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi berlanjut menjadi

“Krisis Hipertensi”, dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70 tahun. Tetapi krisis hipertensi

jarang ditemukan pada penderita dengan tekanan darah normal tanpa penyebab sebelumnya.

Pengobatan yang baik dan teratur dapat mencegah insiden krisis hipertensi menjadi kurang

dari 1 %.2

BAB II

Page 5: REFERAT KRISIS HIPERTENSI

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Definisi

Hipertensi darurat (emergency hypertension) : kenaikan tekanan darah mendadak

(sistolik  ≥180 mm Hg dan / atau diastolik ≥120 mm Hg) dengan kerusakan organ target yang

bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan segera, dalam hitungan menit

sampai jam. Tekanan darah yang sangat tinggi dan terdapat kerusakan organ, sehingga

tekanan darah harus diturunkan dengan segera (dalam menit atau jam) agar dapat membatasi

kerusakan yang terjadi. Tingginya tekanan darah untuk dapat dikategorikan sebagai

hipertensi darurat tidaklah mutlak, namun kebanyakan referensi di Indonesia memakan

patokan >220/140.

2.2.  Etiologi

Hipertensi emergensi merupakan spektrum klinis dari hipertensi dimana terjadi

kondisi peningkatan tekanan darah yang tidak terkontrol yang berakibat pada kerusakan

organ target yang progresif. Berbagai sistem organ yang menjadi organ target pada hipertensi

emergensi ini adalah sistem saraf yang dapat mengakibatkan hipertensi ensefalopati, infark

serebral, perdarahan subarakhnoid, perdarahan intrakranial; sistem kardiovaskular yang dapat

mengakibatkan infark miokard, disfungsi ventrikel kiri akut, edema paru akut, diseksi aorta;

dan sistem organ lainnya seperti gagal ginjal akut, retinopati, eklamsia, dan anemia hemolitik

mikroangiopatik.

Faktor Resiko Krisis Hipertensi

Penderita hipertensi tidak minum obat atau tidak  teratur minum obat. Kehamilan Penderita hipertensi dengan penyakit parenkim ginjal. Pengguna NAPZA Penderita dengan rangsangan simpatis tinggi. (luka bakar, trauma kepala, penyakit

vaskular/ kolagen)

Page 6: REFERAT KRISIS HIPERTENSI

2.3. Klasifikasi Hipertensi

Table 1. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik

Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmHg

Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg

Stadium 1(Hipertensi ringan)

140-159 mmHg 90-99 mmHg

Stadium 2(Hipertensi sedang)

160-179 mmHg 100-109 mmHg

Stadium 3(Hipertensi berat)

180-209 mmHg 110-119 mmHg

Stadium 4(Hipertensi maligna)

210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih

Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu - waktu bisa jatuh kedalam

keadaan gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi berlanjut menjadi

“Krisis Hipertensi”, dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70 tahun. Tetapi krisis hipertensi

jarang ditemukan pada penderita dengan tekanan darah normal tanpa penyebab sebelumnya.

Pengobatan yang baik dan teratur dapat mencegah insiden krisis hipertensi menjadi kurang

dari 1 %.

2.4. Patofisiologi

Bentuk manapun dari hipertensi yang menetap, baik primer maupun sekunder, dapat

dengan mendadak mengalami percepatan kenaikan dengan tekanan diastolik meningkat cepat

sampai di atas 130 mmHg dan menetap lebih dari 6 jam. Hal ini dapat menyebabkan nekrosis

arterial yang lama dan tersebar luas, serta hiperplasi intima arterial interlobuler nefron-

nefron. Perubahan patologis jelas terjadi terutama pada retina, otak dan ginjal. Pada retina

akan timbul perubahan eksudat, perdarahan dan udem papil. Gejala retinopati dapat

mendahului penemuan klinis kelainan ginjal dan merupakan gejala paling terpercaya dari

hipertensi maligna.

Otak mempunyai suatu mekanisme otoregulasi terhadap kenaikan ataupun penurunan

tekanan darah. Batas perubahan pada orang normal adalah sekitar 60-160 mmHg. Apabila

Page 7: REFERAT KRISIS HIPERTENSI

tekanan darah melampaui tonus pembuluh darah sehingga tidak mampu lagi menahan

kenaikan tekanan darah maka akan terjadi udem otak. Tekanan diastolik yang sangat tinggi

memungkinkan pecahnya pembuluh darah otak yang dapat mengakibatkan kerusakan otak

yang irreversible.

Pada jantung kenaikan tekanan darah yang cepat dan tinggi akan menyebabkan

kenaikan after load, sehingga terjadi payah jantung. Sedangkan pada hipertensi kronis hal ini

akan terjadi lebih lambat karena ada mekanisme adaptasi. Penderita feokromositoma dengan

krisis hipertensi akan terjadi pengeluaran norefinefrin yang menetap atau berkala.

Gambar 1. Skema Patofisiologi Hipertensi Emergensi

Aliran darah ke otak pada penderita hipertensi kronis tidak mengalami perubahan bila

Mean Arterial Pressure ( MAP ) 120 mmHg – 160 mmHg, sedangkan pada penderita

hipertensi baru dengan MAP diantara 60 – 120 mmHg. Pada keadaan hiper kapnia,

autoregulasi menjadi lebih sempit dengan batas tertinggi 125 mmHg, sehingga perubahan

yang sedikit saja dari TD menyebabkan asidosis otak akan mempercepat timbulnya oedema

otak. Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:

         Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi sehingga mengalirkan lebih banyak

cairan pada setiap detiknya.

         Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat

mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah

pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya

dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding

arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan

Page 8: REFERAT KRISIS HIPERTENSI

darah juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk

sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.

         Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal

ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah

garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan

darah juga meningkat. Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri

mengalami pelebaran, dan banyak cairan keluar dari sirkulasi maka tekanan darah akan

menurun.

2.5. Manifestasi Klinis

Gambaran klinis krisis hipertensi umumnya adalah gejala organ target yang

terganggu, diantaranya nyeri dada dan sesak nafas pada gangguan jantung dan diseksi aorta;

mata kabur dan edema papilla mata; sakit kepala hebat, gangguan kesadaran dan lateralisasi

pada gangguan otak; gagal ginjal akut pada gangguan ginjal; di samping sakit kepala dan

nyeri tengkuk pada kenaikan tekanan darah umumnya. Gambaran klinik hipertensi darurat

dapat dilihat pada table 2.

Tabel 2. Gambaran Klinik Hipertensi Darurat 5

Tekanan

darah

Funduskopi Status

neurologi

Jantung Ginjal Gastrointestinal

> 220/140

mmHg

Perdarahan,

eksudat,

edema

papilla

Sakit kepala,

kacau,

gangguan

kesadaran,

kejang.

Denyut jelas,

membesar,

dekompensasi

, oliguria

Uremia,

proteinuria

Mual, muntah

Page 9: REFERAT KRISIS HIPERTENSI

  Table 3. Hipertensi Emergensi (darurat)

Tingginya TD yang dapat menyebabkan kerusakan organ sasaran tidak hany dari

tingkatan TD aktual, tapi juga dari tingginya TD sebelumnya, cepatnya kenaikan TD, bangsa,

seks dan usia penderita. Penderita hipertensi kronis dapat mentolelir kenaikan TD yang lebih

tinggi dibanding dengan normotensi, sebagai contoh : pada penderita hipertensi kronis, jarang

terjadi hipertensi ensefalopati, gangguan ginjal dan kardiovaskular dan kejadian ini dijumpai

bila TD Diastolik > 140 mmHg. Sebaliknya pada penderita normotensi ataupun pada

penderita hipertensi baru dengan penghentian obat yang tiba-tiba, dapat timbul hipertensi

ensefalopati demikian juga pada eklampsi, hipertensi ensefalopati dapat timbul walaupun TD

160/110 mmHg.

2.6. Diagnosis

Diagnosis hipertensi emergensi harus ditegakkan sedini mungkin, karena hasil terapi

tergantung kepada tindakan yang cepat dan tepat. Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan

yang menyeluruh walaupun dengan data-data yang minimal kita sudah dapat mendiagnosis

suatu krisis hipertensi.

2.6.1 Anamnesis 2

Sewaktu penderita masuk, dilakukan anamnesa singkat. Hal yang penting ditanyakan :

a.       Riwayat hipertensi, lama dan beratnya.

b.      Obat anti hipertensi yang digunakan dan kepatuhannya.

c.       Usia, sering pada usia 30 – 70 tahun.

d.      Gejala sistem syaraf ( sakit kepala, pusing, perubahan mental, ansietas ).

e.       Gejala sistem ginjal ( gross hematuri, jumlah urine berkurang )

f.       Gejala sistem kardiovascular ( adanya payah jantung, kongestif dan oedem paru, nyeri dada ).

g.      Riwayat penyakit glomerulonefrosis, pyelonefritis.

h.      Riwayat kehamilan, tanda- tanda  eklampsi.

2.6.2 Pemeriksaan fisik 2,4

Page 10: REFERAT KRISIS HIPERTENSI

Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dikedua lengan, mencari

kerusakan organ sasaran ( retinopati, gangguan neurologi, payah jantung kongestif, diseksi

aorta ). Palpasi denyut nadi di keempat ekstremitas. Auskultasi untuk mendengar ada atau

tidak bruit pembuluh darah besar, bising jantung dan ronki paru.   

Perlu dibedakan komplikasi krisis hipertensi dengan kegawatan neurologi ataupun

payah jantung, kongestif dan oedema paru. Perlu dicari penyakit penyerta lain seperti

penyakit jantung koroner.

2.6.3    Pemeriksaan penunjang 2,4

Pemeriksaan laboratorium awal : urinalisis, Hb, Ht, ureum, kreatinin, gula darah dan 

elektrolit.

Pemeriksaan penunjang: elektrokardiografi, foto thorak

Pemeriksaan penunjang lain bila memungkinkan: CT scan kepala, ekokardiogram,

ultrasonogram.

2.7. Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan pada keadaan darurat hipertensi ialah menurunkan tekanan darah

secepat dan seaman mungkin yang disesuaikan dengan keadaan klinis penderita. Pengobatan

biasanya diberikan secara parenteral dan memerlukan pemantauan yang ketat terhadap

penurunan tekanan darah untuk menghindari keadaan yang merugikan atau munculnya

masalah baru.

Obat yang ideal untuk keadaan ini adalah obat yang mempunyai sifat bekerja cepat,

mempunyai jangka waktu kerja yang pendek, menurunkan tekanan darah dengan cara yang

dapat diperhitungkan sebelumnya, mempunyai efek yang tidak tergantung kepada sikap

tubuh dan efek samping minimal.

Penurunan tekanan darah harus dilakukan dengan segera namun tidak terburu-buru.

Penurunan  tekanan darah yang terburu-buru dapat menyebabkan iskemik pada otak dan

ginjal. Tekanan darah harus dikurangi 25% dalam waktu 1 menit sampai 2 jam dan

diturunkan lagi ke 160/100 dalam 2 sampai 6 jam. Medikasi yang diberikan sebaiknya per

Page 11: REFERAT KRISIS HIPERTENSI

parenteral (Infus drip, BUKAN INJEKSI). Obat yang cukup sering digunakan adalah

Nitroprusid IV dengan dosis 0,25 ug/kg/menit. Bila tidak ada, pengobatan oral dapat

diberikan sambil merujuk penderita ke Rumah Sakit. Pengobatan oral yang dapat diberikan

meliputi Nifedipinde 5-10 mg, Captorpil 12,5-25 mg, Clonidin 75-100 ug, Propanolol 10-40

mg. Penderita harus dirawat inap.

Tabel 4: Algoritma untuk Evaluasi Krisis Hipertensi 3,5

Parameter Hipertensi Mendesak Hipertensi Darurat

Biasa Mendesak

Tekanan darah

(mmHg)

> 180/110 > 180/110 > 220/140

Gejala Sakit kepala,

kecemasan; sering 

kali tanpa gejala

Sakit kepala hebat, sesak

napas

Sesak napas, nyeri dada, nokturia,

dysarthria, kelemahan, kesadaran

menurun

Pemeriksaan Tidak ada kerusakan

organ target, tidak ada

penyakit

kardiovaskular

Kerusakan organ target;

muncul klinis penyakit

kardiovaskuler, stabil

Ensefalopati, edema paru,

insufisiensi ginjal, iskemia jantung

Terapi Awasi 1-3 jam;

memulai/teruskan obat

oral, naikkan  dosis

Awasi 3-6 jam; obat oral

berjangka kerja pendek

Pasang jalur IV, periksa

laboratorium standar, terapi obat

IV

Rencana Periksa ulang dalam 3

hari

Periksa ulang dalam 24

jam

Rawat ruangan/ICU

Adapun obat hipertensi oral yang dapat dipakai untuk hipertensi mendesak (urgency)

dapat dilihat pada tabel 5.

Page 12: REFERAT KRISIS HIPERTENSI

Tabel 5: Obat hipertensi oral 3,5

Obat Dosis Efek / Lama Kerja Perhatian khususCaptopril 12,5 - 25 mg PO;

ulangi per 30 min ; SL, 25 mg

15-30 min/6-8 jam ;              SL 10-20 min/2-6 jam

Hipotensi, gagal ginjal, stenosis arteri renalis

Clonidine PO 75 - 150 ug, ulangi per jam

30-60 min/8-16 jam Hipotensi, mengantuk, mulut kering

Propanolol

10 - 40 mg PO; ulangi setiap 30 min

15-30 min/3-6 jam Bronkokonstriksi, blok jantung, hipotensi ortostatik

Nifedipine

5 - 10  mg PO; ulangi setiap 15 menit

5 -15 min/4-6 jam Takikardi, hipotensi, gangguan koroner

SL, Sublingual. PO, PeroralSedangkan untuk hipertensi darurat (emergency) lebih dianjurkan untuk pemakaian

parenteral, daftar obat hipertensi parenteral yang dapat dipakai dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6: Obat hipertensi parenteral 3,5

Obat Dosis Efek / Lama

Kerja

Perhatian khusus

Sodium

nitroprusside

0,25-10 mg / kg /

menit sebagai

infus IV

langsung/2-3

menit setelah

infus

Mual, muntah, penggunaan jangka

panjang dapat menyebabkan

keracunan tiosianat,

methemoglobinemia, asidosis,

keracunan sianida.

Selang infus lapis perak

Nitrogliserin 500-100 mg

sebagai infus IV

2-5 min /5-10

min

Sakit kepala, takikardia, muntah, ,

methemoglobinemia; membutuhkan

sistem pengiriman khusus karena obat

mengikat pipa PVC

Nicardipine 5-15 mg / jam

sebagai infus IV

1-5 min/15-30

min

Takikardi, mual, muntah, sakit kepala,

peningkatan tekanan intrakranial;

hipotensi

Klonidin 150 ug, 6 amp

per 250 cc

Glukosa 5%

mikrodrip

30-60 min/ 24

jam

Ensepalopati dengan gangguan

koroner

5-15 ug/kg/menit 1-5 min/ 15- Takikardi, mual, muntah, sakit kepala,

Page 13: REFERAT KRISIS HIPERTENSI

Diltiazem sebagi infus IV 30 min peningkatan tekanan intrakranial;

hipotensi

Pada hipertensi darurat (emergency) dengan komplikasi seperti hipertensi emergensi

dengan penyakit payah jantung, maka memerlukan pemilihan obat yang tepat sehingga tidak

memperparah keadaannya. Pemilihan obat untuk hipertensi dengan komplikasi dapat dilihat

pada tabel 7.

Tabel 7: Obat yang dipilih untuk Hipertensi darurat dengan komplikasi 2,5

Komplikasi Obat Pilihan Target Tekanan Darah

Diseksi aorta Nitroprusside + esmolol SBP 110-120 sesegera

mungkin

AMI, iskemia Nitrogliserin, nitroprusside,

nicardipine

Sekunder untuk bantuan

iskemia

Edema paru Nitroprusside, nitrogliserin,

labetalol

10% -15% dalam 1-2 jam

Gangguan Ginjal Fenoldopam, nitroprusside,

labetalol

20% -25% dalam 2-3 jam

Kelebihan katekolamin Phentolamine, labetalol 10% -15% dalam 1-2 jam

Hipertensi ensefalopati Nitroprusside 20% -25% dalam 2-3 jam

Subarachnoid

hemorrhage

Nitroprusside, nimodipine,

nicardipine

20% -25% dalam 2-3 jam

Stroke Iskemik nicardipine 0% -20% dalam 6-12 jam

AMI, infark miokard akut; SBP, tekanan sistolik bood.

Pemakaian obat-obat untuk krisis hipertensi

Page 14: REFERAT KRISIS HIPERTENSI

Obat anti hipertensi oral atau parenteral yang digunakan pada krisis hipertensi tergantung

dari apakah pasien dengan hipertensi emergensi atau urgensi. Jika hipertensi emergensi dan

disertai dengan kerusakan organ sasaran maka penderita dirawat diruangan intensive care

unit, ( ICU ) dan diberi salah satu dari obat anti hipertensi intravena ( IV ).

1.      Sodium Nitroprusside : merupakan vasodelator direkuat baik arterial maupun venous. Secara

i. V mempunyai onsep of action yang cepat yaitu : 1 – 2 dosis 1 – 6 ug / kg / menit. Efek

samping : mual, muntah, keringat, foto sensitif, hipotensi.

2.      Nitroglycerini : merupakan vasodilator vena pada dosis rendah tetapi bila dengan dosis tinggi

sebagai vasodilator arteri dan vena. Onset of action 2 – 5 menit, duration of action 3 – 5

menit.  Dosis : 5 – 100 ug / menit, secara infus i. V.  Efek samping : sakit kepala, mual,

muntah, hipotensi.

3.      Diazolxide : merupakan vasodilator arteri direk yang kuat diberikan secara i. V bolus. Onset

of action 1 – 2 menit, efek puncak pada 3 – 5 menit, duration of action 4 – 12 jam.  Dosis

permulaan : 50 mg bolus, dapat diulang dengan 25 – 75 mg setiap 5 menit sampai TD yang

diinginkan.  Efek samping : hipotensi dan shock, mual, muntah, distensi abdomen,

hiperuricemia, aritmia, dll.

4.      Hydralazine : merupakan vasodilator direk arteri.  Onset of action : oral 0,5 – 1 jam, i.v : 10 –

20 menit duration of action : 6 – 12 jam.  Dosis : 10 – 20 mg i.v bolus : 10 – 40 mg i.m

Pemberiannya bersama dengan alpha agonist central ataupun Beta Blocker untuk mengurangi

refleks takhikardi dan diuretik untuk mengurangi volume intravaskular.  Efeksamping :

refleks takhikardi, meningkatkan stroke volume dan cardiac out put, eksaserbasi angina, MCI

akut dll.

5.      Enalapriat : merupakan vasodelator golongan ACE inhibitor. Onsep on action 15 – 60 menit.

Dosis 0,625 – 1,25 mg tiap 6 jam i.v.

Page 15: REFERAT KRISIS HIPERTENSI

6.      Phentolamine ( regitine ) : termasuk golongan alpha andrenergic blockers. Terutama untuk

mengatasi kelainan akibat kelebihan ketekholamin.  Dosis 5 – 20 mg secar i.v bolus atau i.m.

Onset of action 11 – 2 menit, duration of action 3 – 10 menit.

7.      Trimethaphan camsylate : termasuk ganglion blocking agent dan menginhibisi sistem

simpatis dan parasimpatis.  Dosis : 1 – 4 mg / menit secara infus i.v.  Onset of action : 1 – 5

menit.  Duration of action : 10 menit.  Efek samping : opstipasi, ileus, retensia urine,

respiratori arrest, glaukoma, hipotensi, mulut kering.

8.      Labetalol : termasuk golongan beta dan alpha blocking agent.  Dosis : 20 – 80 mg secara i.v.

bolus setiap 10 menit ; 2 mg / menit secara infus i.v.  Onset of action 5 – 10 menit  Efek

samping : hipotensi orthostatik, somnolen, hoyong, sakit kepala, bradikardi, dll.  Juga tersedia

dalam bentuk oral dengan onset of action 2 jam, duration of action 10 jam dan efek samping

hipotensi, respons unpredictable dan komplikasi lebih sering dijumpai.

9.      Methyldopa : termasuk golongan alpha agonist sentral dan menekan sistem syaraf simpatis.

Dosis : 250 – 500 mg secara infus i.v / 6 jam.  Onset of action : 30 – 60 menit, duration of

action kira-kira 12 jam.  Efek samping : Coombs test ( + ) demam, gangguan gastrointestino,

with drawal sindrome dll. Karena onset of actionnya bisa takterduga dan kasiatnya tidak

konsisten, obat ini kurang disukai untuk terapi awal.

10.  Clonidine : termasuk golongan alpha agonist sentral.  Dosis : 0,15 mg i.v pelan-pelan dalam

10 cc dekstrose 5% atau i.m.150 ug dalam 100 cc dekstrose dengan titrasi dosis.  Onset of

action 5 –10 menit dan mencapai maksimal setelah 1 jam atau beberapa jam.  Efek samping :

rasa ngantuk, sedasi, hoyong, mulut kering, rasa sakit pada parotis. Bila dihentikan secara

tiba-tiba dapat menimbulkan sindroma putus obat.

Page 16: REFERAT KRISIS HIPERTENSI

Pengobatan khusus krisis hipertensi

1.      Ensefalopati Hipertensi

Pada Ensefalofati hipertensi biasanya ada keluhan serebral. Bisa terjadi dari hipertensi

esensial atau hipertensi maligna, feokromositoma dan eklamsia. Biasanya tekanan darah naik

dengan cepat, dengan keluhan : nyeri kepala, mual-muntah, bingung dan gejala saraf fokal

(nistagmus, gangguan penglihatan, babinsky positif, reflek asimetris, dan parese terbatas)

melanjut menjadi stupor, koma, kejang-kejang dan akhirnya meninggal. Obat yang

dianjurkan : Natrium Nitroprusid, Diazoxide dan Trimetapan.

2.      Gagal Jantung Kiri Akut

Biasanya terjadi pada penderita hipertensi sedang atau berat, sebagai akibat dari

bertambahnya beban pada ventrikel kiri. Udem paru akut akan membaik bila tensi telah

terkontrol.

Obat pilihan : Trimetapan dan Natrium nitroprusid. Pemberian Diuretik IV akan

mempercepat perbaikan

3.    Feokromositoma

Katekolamin dalam jumlah berlebihan yang dikeluarkan oleh tumor akan berakibat

kenaikan tekanan darah. Gejala biasanya timbul mendadak : nyeri kepala, palpitasi, keringat

banyak dan tremor. Obat pilihan : Pentolamin 5-10 mg IV.

4.      Deseksi Aorta Anerisma Akut

Awalnya terjadi robekan tunika intima, sehingga timbul hematom yang meluas. Bila

terjadi ruptur maka akan terjadi kematian. Gejala yang timbul biasanya adalah nyeri dada

tidaj khas yang menjalar ke punggung perut dan anggota bawah. Auskultasi : didapatkan

bising kelainan katup aorta atau cabangnya dan perbedaan tekanan darah pada kedua lengan.

Pengobatan dengan pembedahan, dimana sebelumnya tekanan darah diturunkan terlebih dulu

dengan obat pilihan : Trimetapan atau Sodium Nitroprusid.

Page 17: REFERAT KRISIS HIPERTENSI

5.      Toksemia Gravidarum Gejala yang muncul adalah kejang-kejang dan kebingungan. Obat

pilihan : Hidralazin kemudian dilanjutkan dengan klonidin.

6.      Perdarahan Intrakranial

Pengobatan hipertensi pada kasus ini harus dilakukan dengan hati-hati, karena penurunan tekanan

yang cepat dapat menghilangkan spasme pembuluh darah disekitar tempat perdarahan, yang justru

akan menambah perdarahan. Penurunan tekanan darah dilakukan sebanyak 10-15 % atau diastolik

dipertahankan sekitar 110-120 mmHg Obat pilihan : Trimetapan atau Hidralazin.