Referat Ginekomastia

22
GINEKOMASTIA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jaringan payudara pada kedua jenis kelamin pria dan wanita secara histologi sama saat lahir dan cenderung untuk pasif selama masa anak-anak sampai pada saat pubertas. Pada kebanyakan pria, proliferasi sementara duktus dan jaringan mesenkim sekitar terjadi saat masa pematangan seksual, yang kemudian diikuti involusi dan atrofi duktus. Sebaliknya, duktus payudara dan jaringan periduktal pada wanita terus membesar dan membentuk terminal acini, yang memerlukan estrogen dan progesteron karena stimulasi estrogen terhadap jaringan payudara dilawan dengan efek androgen, ginekomastia dipertimbangkan sejak dulu akibat ketidakseimbangan antara hormon tersebut. Ginekomastia merupakan kelainan bentuk jinak yang terjadi sekitar 60% dari seluruh kelainan payudara pada laki-laki dan sekitar 85% dari kelainan benjolan pada payudara laki-laki. Berbagai studi populasi banyak menemukan ginekomastia. Ada tiga distribusi periode usia tersering terjadinya ginekomastia atau perubahan payudara yang pada umumnya KKS Ilmu Bedah RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran 2012 1

Transcript of Referat Ginekomastia

GINEKOMASTIA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jaringan payudara pada kedua jenis kelamin pria dan wanita secara histologi sama

saat lahir dan cenderung untuk pasif selama masa anak-anak sampai pada saat pubertas. Pada

kebanyakan pria, proliferasi sementara duktus dan jaringan mesenkim sekitar terjadi saat

masa pematangan seksual, yang kemudian diikuti involusi dan atrofi duktus. Sebaliknya,

duktus payudara dan jaringan periduktal pada wanita terus membesar dan membentuk

terminal acini, yang memerlukan estrogen dan progesteron karena stimulasi estrogen

terhadap jaringan payudara dilawan dengan efek androgen, ginekomastia dipertimbangkan

sejak dulu akibat ketidakseimbangan antara hormon tersebut.

Ginekomastia merupakan kelainan bentuk jinak yang terjadi sekitar 60% dari seluruh

kelainan payudara pada laki-laki dan sekitar 85% dari kelainan benjolan pada payudara laki-

laki. Berbagai studi populasi banyak menemukan ginekomastia. Ada tiga distribusi periode

usia tersering terjadinya ginekomastia atau perubahan payudara yang pada umumnya

dipengaruhi hormon. Periode

pertama ditemukan saat neonatus

yang terjadi sekitar 60-90% dari

seluruh kelahiran akibat penyaluran

estrogen melalui plasenta. Periode

kedua terjadi saat pubertas, yaitu

dimulai saat umur 10 tahun dan

puncaknya antara usia 13-14 tahun.

Periode ketiga ditemukan pada

orang dewasa yang terjadi antara

usia 50-80 tahun. Faktor ras tidak

berpengaruh terhadap kejadian

ginekomastia.

Tabel 1. Prevalensi terjadinya ginekomastia berdasarkan

penelitian

KKS Ilmu Bedah RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran 2012 1

GINEKOMASTIA

1.2. Batasan Masalah

Berdasarkan pemaparan/latar belakang di atas, maka batasan masalah yang akan

dibahas dalam referat ini mencakup anatomi payudara, definisi, etiologi, patogenesis,

diagnosis dan penatalaksanaan serta prognosis dari ginekomastia.

1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan referat ini yaitu untuk memenuhi tugas yang telah diberikan

oleh dokter pembimbing Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Bedah di RSUD H. Abdul Manan

Simatupang - Kisaran. Selain itu, penulisan referat ini juga bertujuan untuk lebih mengetahui

dan memahami anatomi payudara, definisi, etiologi, patogenesis, diagnosis dan

penatalaksanaan serta prognosis dari ginekomastia.

1.4. Manfaat Penulisan

Dengan adanya penulisan referat ini diharapkan bisa membantu penulis maupun

pembaca yang lainnya untuk menambah informasi maupun pengetahuan tentang

“Ginekomastia”.

1.5. Metode Penulisan

Penulisan referat ini disusun berdasarkan tinjauan kepustakaan yang bersumber dari

beberapa literature.

KKS Ilmu Bedah RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran 2012 2

GINEKOMASTIA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Payudara

Pada pria dan wanita payudara adalah sama sampai masa pubertas, sampai estrogen

dan hormon-hormon lainnya mempengaruhi perkembangan payudara pada wanita dan pria.

Payudara terdiri dari jaringan kelenjar fibrosa dan lemak. Jaringan-jaringan ini

terpisah dari otot-otot dinding dada, otot pektoralis dan seratus anterior oleh jaringan ikat.

Sedikit di bawah pusat payudara dewasa terdapat puting (papila mamaria), tonjolan yang

berpigmen dikelilingi oleh areola, puting mempunyai perforasi pada ujungnya dengan

beberapa lubang kecil-kecil, apertura duktus laktiferosa. Tuberkel-tuberkel montgomery

adalah kelenjar lemak pada permukaan areola.

Gambar 1. Anatomi Payudara Wanita (kiri) dan Anatomi Payudara Pria (kanan)

Jaringan kelenjar membentuk 15-25 lobus yang tersusun radier di sekitar puting dan

dipisahkan oleh jaringan lemak yang bervariasi jumlahnya, yang mengelilingi jaringan ikat

(stroma) di antara lobus-lobus. Setiap lobus berbeda, sehingga penyakit yang menyerang satu

lobus tidak menyerang lobus lainnya. Drainase atau lobus menuju ke dalam sinus laktiferosa,

yang kemudian bermuara ke puting. Di banyak tempat jaringan ikat akan memadat

membentuk pita fibrosa yang tegak lurus terhadap substansi lemak, mengikat lapisan dalam

dari fasia subkutan payudara pada kulit. Pita ini yaitu ligamentum cooper, merupakan

ligamentum suspensorium dari payudara.

KKS Ilmu Bedah RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran 2012 3

GINEKOMASTIA

2.2. Ginekomastia

2.2.1. Definisi

Ginekomastia merupakan istilah yang

berasal dari bahasa Yunani yaitu gyvec yang

berarti perempuan dan mastos yang berarti

payudara, yang dapat diartikan sebagai

payudara seperti perempuan. Ginekomastia

berhubungan dengan beberapa kondisi yang

menyebabkan pembesaran abnormal dari

jaringan payudara pada pria. Ginekomastia

merupakan pembesaran jinak payudara laki-

laki yang diakibatkan proliferasi komponen

kelenjar. Ginekomastia biasanya ditemukan

secara kebetulan saat pemeriksaan kesehatan

rutin atau dapat dalam bentuk benjolan yang

terletak dibawah regio areola baik unilateral

maupun bilateral yang nyeri saat ditekan atau

pembesaran payudara yang progresif yang

tidak menimbulkan rasa sakit. Gambar 2. Ginekomastia

2.2.2. Etiologi

Ginekomastia dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologinya. Ginekomastia idiopatik

terjadi sekitar 75% dari kasus. Keadaan fisiologis terjadi pada bayi baru lahir dan usia dewasa

saat memasuki pubertas. Pada bayi baru lahir, jaringan payudara yang membesar berasal dari

interaksi estrogen ibu melalui transplasenta. Ginekomastia pada orang dewasa sering

ditemukan saat pubertas dan sering bersifat bilateral. Ginekomastia pada masa remaja terjadi

pada 2/3 remaja. Dan bertahan sampai beberapa bulan. Jika ginekomastia selama masa puber

ini menetap maka disebut ginekomastia esensial.

Kondisi patologik diakibatkan oleh defisiensi testosteron, peningkatan produksi

estrogen atau peningkatan konversi androgen ke estrogen. Kondisi patologik  juga didapatkan

pada anorchia kongenital, klinefelter sindrom, karsinoma adrenal, kelainan hati dan

malnutrisi.

KKS Ilmu Bedah RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran 2012 4

GINEKOMASTIA

Penggunaan obat-obatan juga dapat menyebabkan ginekomastia. Obat-obat penyebab

ginekomastia dapat dikategorikan berdasarkan mekanisme kerjanya. Tipe pertama adalah

yang bekerja seperti estrogen, seperti diethylstilbestrol, digitalis dan juga kosmetik yang

mengandung estrogen. Tipe kedua adalah obat-obat yang meningkatkan pembentukan

estrogen endogen, seperti gonadotropin. Tipe ketiga adalah obat yang menghambat sintesis

dan kerja testosteron, seperti ketokonazole, metronidazole dan cimetidine. Tipe terakhir

adalah obat yang tidak diketahui mekanismenya seperti captopril, antidepresan trisiklik,

diazepam dan heroin.

Tabel 2. Etiologi Ginekomastia

KKS Ilmu Bedah RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran 2012 5

GINEKOMASTIA

2.2.3. Patogenesis

Jaringan payudara pada kedua jenis kelamin pria dan wanita secara histologi sama

saat lahir dan cenderung untuk pasif selama masa anak-anak sampai pada saat pubertas. Pada

kebanyakan pria, proliferasi sementara duktus dan jaringan mesenkim sekitar terjadi saat

masa pematangan seksual, yang kemudian diikuti involusi dan atrofi duktus. Sebaliknya,

duktus payudara dan jaringan periduktal pada wanita terus membesar dan membentuk

terminal acini, yang memerlukan estrogen dan progesteron karena stimulasi estrogen

terhadap jaringan payudara dilawan dengan efek androgen, ginekomastia dipertimbangkan

sejak dulu akibat ketidakseimbangan antara hormon tersebut.

Masa transisi dari prepuber ke post puber diikuti oleh peningkatan 30 kali lipat

hormon testosteron dan 3 kali lipat hormon estrogen. Ketidakseimbangan relatif antara level

estrogen dan androgen menghasilkan ginekomastia. Perubahan rasio estrogen dan androgen

ditemukan pada pasien ginekomastia yang berhubungan dengan obat-obatan, neoplasma

adrenal dan testis, sindrom Klinefelter, tirotoksikosis, sirosis, hipogonadisme, malnutrisi dan

penuaan.

Estradiol adalah hormon pertumbuhan pada payudara yang dapat meningkatkan

proliferasi jaringan payudara. Sebagian estradiol pada pria didapat dari konversi testosteron

dan adrenal estron. Mekanisme dasar ginekomastia adalah penurunan produksi androgen,

peningkatan produksi estrogen dan peningkatan availabilitas prekursor estrogen untuk

konversi estradiol.

a. Peningkatan konsentrasi  estrogen serum

Normalnya testis pria dewasa menghasilkan 15 persen estradiol dan kurang dari 5

persen estron dalam sirkulasi. Dan 85 persen estradiol dan lebih dari 95 persen estron

diproduksi di jaringan ekstragonad melalui aromatisasi prekusor. Prekusor utama dari

estradiol adalah testosterone, 95% dihasilkan oleh testis. Androstenedion, androgen yang

disekresikan oleh kelenjar adrenal, menjadi prekursor pada pembentukan estron. Tempat

ekstragrandular yang penting terhadap aromatisasi adalah jaringan adipose, hati dan otot.

Derajat intervensi substansial antara estron dan estradiol terjadi melalui reduktase enzim 17-

kortikosteroid yang juga mengkatalis konversi androstenedion ke testosteron.

KKS Ilmu Bedah RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran 2012 6

GINEKOMASTIA

Peningkatan patologis dari konsentrasi estrogen dalam serum ditemukan

pada beberapa keadaan. Tumor sel Leydig dan neoplasma adrenokortikal feminis mensintesis

dan menghasilkan jumlah estrogen yang meningkat. Aromatisasi prekusor estrogen yang

meningkat terjadi pada sel sertoli atau tumor seksual testis, tumor sel-germ testis terdiri dari

jaringan tropoblastik, beberapa kanker nontropoblastik dan pada pasien obesitas, penyakit

hati, hipertiroidisme, feminisasi testicular atau pada sindrom Klinefelter, pria yang

mengkonsumsi spironolakton. Peningkatan aromatisasi juga ditemukan pada penuaan, yang

menggambarkan peningkatan lemak tubuh. Peningkatan idiopatik pada aromatisasi

ekstraglandular, biasanya berhubungan dengan aromatase janin yang mengakibatkan

produksi estrogen perifer yang masif.

Meskipun globulin pengikat hormon seksual sama-sama mengikat estrogen dan

androgen, namun afinitas pengikatan terhadap androgen lebih besar daripada estrogen.

Kemudian, obat-obatan seperti spironolakton dan ketokonazol yang dapat memecah ikatan

steroid dengan globulin, memecah estrogen lebih mudah daripada endrogen pada konsentrasi

yang rendah. Situasi lain dimana level sirkulasi estrogen bebas dapat meningkat antara lain

metabolisme estrogen yang menurun, sebuah mekanisme yang menyebabkan ginekomastia

pada pasien dengan sirosis. Hal ini tidak sepenuhnya benar karena laju klearens metabolic

dari estrogen normal pada pasien sirosis. Konsumsi estrogen baik sengaja maupun sebagai

obat, juga dapat memicu peningkatan dari konsentrasi estrogen total dan bebas dan

menimbulkan ginekomastia pada beberapa pasien. Aktivasi dari reseptor estrogen pada

jaringan payudara dapat terjadi pada konsumsi obat yang memiliki struktur yang sama

dengan esterogen seperti digoksin.

b. Penurunan konsentrasi androgen serum

Peningkatan rasio estrogen-androgen akan ditemukan pada pasien dengan level

estrogen yang normal atau meningkat tapi mengalami penurunan konsentrasi androgen.

Penurunan sekresi androgen biasanya ditemukan pada pria tua sebagai akibat dari

proses penuaan, pasien dengan hipogonadisme primer atau sekunder, pasien dengan

kekurangan enzim testikuler atau pada konsumsi obat seperti spironolakton dan ketokonazol

yang menginhibisi biosintesis testosterone. Penurunan sekresi juga ditemukan pada keadaan

hiperesterogenik, baik pada supresi hormone LH hipofisis yang diinduksi estrogen, yang

menghasilkan supresi sekresi hormone testosterone, maupun pada inhibisi aktivitas enzim

sitokrom P-450c 17 di testis yang di induksi estrogen yang dibutuhkan pada biosintesis

KKS Ilmu Bedah RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran 2012 7

GINEKOMASTIA

testosterone. Efek yang sama terlihat pada stimulasi LH pada sel interstisial testis yang terjadi

pada hipogonadisme primer, gonadotropinkorionik yang dihasilkan oleh tumor germ-sel

testikuler dan ekstragonad dan pada beberapa neoplasma nontropoblastik, seperti tumor paru-

paru, abdomen, hati atau ginjal. Level gonadotropin serum yang tinggi menstimulasi aktivitas

aromatase sel interstisial dan peningkatan sekresi estradiol yang kemudian menginhibisi

aktivitas enzim sitokrom P-450c 17. Level testosterone serum juga dapat turun sebagai

akibat peningkatan aromatase testosterone ke estradiol pada beberapa kondisi berhubungan

dengan ginekomastia atau peningkatan klirens dari sirkulasi melalui aktivitas reduktase cincin

reduktase-A testosterone hepatic sebagai akibat konsumsi alcohol. Karena androgen terikat

erat dengan globulin pengikatan hormon seks, maka kondisi-kondisi yang meningkatkan

level dari protein ini dapat mengakibatkan konsentrasi androgen bebas rendah, terutama jika

kondisi tersebut juga menurunkan produksi androgen.

c. Masalah reseptor androgen

Defek pada struktur dan fungsi dari reseptor androgen yang ada pada pasien dengan

sindrom insensitivitas androgen komplit atau parsial atau pelepasan androgen dari reseptor

androgen payudara oleh obat seperti spironolakton, cyproterone asetat, flutamide cimetidine

atau cimetidine mengakibatkan efek yang tidak diinginkan pada jaringan payudara.

d. Hipersensitivitas pada jaringan payudara

Ginekomastia terjadi jika jaringan payudara pada pria memiliki sensitivitas yang

meningkat pada estrogen. Meskipun peningkatan aktivitas aromatase ditemukan pada pasien

ginekomastia. Aromatase androgen ke estrogen dalam jaringan payudara merupakan

penyebab dari ginekomastia idiopatik. Ginekomastia yang terjadi pada neonatus biasanya

diikuti pada masa pubertas yang mendukung bahwa jaringan glanduler payudara lebih sensitif

terhadap stimulasi estrogen pada beberapa pria dibandingkan pria lainnya.

Hormon utama pada laki-laki adalah testosteron, yang dihasilkan testis . Pada wanita

hormon utama adalah estrogen, yang dikeluarkan oleh ovarium. Kedua hormon tersebut

masing-masing diproduksi oleh kedua kelenjar. Estrogen juga diproduksi di testis dan

sejumlah testosteron juga diproduksi di ovarium. Ginekomastia terjadi karena

ketidakseimbangan antara estrogen (yang menstimuli jaringan payudara) dan androgen (yang

menghambat stimulus).

KKS Ilmu Bedah RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran 2012 8

GINEKOMASTIA

Gambar 3. Proses terbentuknya estrogen yang menyebabkan ginekomastia

2.2.4. Diagnosis

Langkah pertama dalam evaluasi klinik adalah menetapkan bahwa benjolan ini adalah

ginekomastia. Keadaan yang paling sulit dibedakan dengan ginekomastia adalah pembesaran

jaringan lemak subareolar payudara tanpa proliferasi kelenjar (psuedoginekomastia).

Pasien dengan pseudoginekomastia memiliki badan obesitas menyeluruh dan tidak

mengeluhkan nyeri. Dan sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan payudara.

Pemeriksaan yang baik dengan meletakkan tangan pasien dibelakang kepala sambil pasien

baring. Pemeriksa meletakkan ibu jari pada sisi yang satu dan jari kedua diletakkan pada sisi

lain lalu memeriksa dengan seksama. Pada pasien ginekomastia akan didapatkan benjolan

yang kenyal dan berbatas tegas dan berada ditengah dan puting susu serta mudah dipalpasi.

Sedangkan pada pseudoginekomastia tidak ada hambatan saat kedua jari dipertemukan.

KKS Ilmu Bedah RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran 2012 9

GINEKOMASTIA

Gambar 4. Cara pemeriksaan fisik dalam mendiagnosis ginekomastia

Biasanya ginekomastia terjadi asimetrik. Ginekomastia unilateral biasanya

menandakan adanya pertumbuhan ginekomastia bilateral. Meskipun kelainan seperti

neurofibroma, limpangioma, hematoma, lipoma dan kista dermoid dapat mengakibatkan

pembesaran unilateral, namun yang paling harus dibedakan ialah dengan karsinoma payudara

yang terjadi pada pria kurang dari 1%. Kanker payudara pada pria biasanya massanya

unilateral, keras, terfiksasi pada jaringan dibawahnya, adanya dimpling, retraksi atau crusting

puting susu, keluarnya cairan dari puting susu atau adanya limfadenopati aksilla.

Gambar 5. Ginekomastia asimetris

KKS Ilmu Bedah RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran 2012 10

GINEKOMASTIA

Setelah diagnosis ginekomastia dapat dibuat, beberapa etiologi lain dapat diketahui

melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesis didapatkan rasa sakit pada

payudara. Riwayat penggunaan obat-obatan dan juga riwayat kelainan hati dan ginjal menjadi

hal penting dalam menetapkan etiologi. Riwayat penurunan berat badan, takikardi, gemetar,

diaporesis dan hiperdefekasi dapat membantu ke arah hipertiroid. Pada pemeriksaan fisik

dilakukan palpasi pada payudara untuk membedakan dengan pembesaran akibat jaringan

lemak. Pemeriksaan palpasi pada testis juga perlu dilakukan untuk menilai apakah ada rasa

sakit atau tidak. Gejala-gejala dan hipogonadisme juga perlu di periksa, seperti penurunan

libido, impotensi, penurunan kekuatan dan juga atrofi testis. Pemeriksaan yang teliti terutama

untuk massa di abdomen, dapat membantu dalam menemukan kanker adrenocortical.

Mammografi atau FNA sangat membantu dalam membedakan kanker atau

ginekomastia, meskipun biopsy bedah harus dilakukan jika kedua prosedur sebelumnya tidak

menunjukkan adanya proses keganasan. Pada pasien dengan kemungkinan neoplasma

testikular dapat dilakukan USG testis.

Pada pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan pemeriksaan kadar serum hormon-

hormon tertentu untuk dapat menentukan etiologi, seperti pemeriksaan gonadotropin korionik

serum (hCG), testosterone, estradiol dan LH.

2.2.5. Penatalaksanaan

Penanganan ginekomastia dilakukan berdasarkan penyebabnya. Secara umum tidak

ada pengobatan bagi ginekomastia fisiologis. Tujuan utama pengobatan adalah untuk

mengurangi kesakitan dan menghindari komplikasi. Penanganan ginekomastia meliputi tiga

hal yaitu observasi, medikamentosa dan operasi.

2.2.5.1. Observasi

Observasi dilakukan pada pasien-pasien yang mendapatkan terapi obat-obatan yang

biasa menyebabkan ginekomastia. Penggunaan obat-obatan tersebut dihentikan dan pasien

dievaluasi setelah 1 bulan. Jika ginekomastia terjadi akibat obat-obatan, maka penghentian

konsumsi obat-obatan tersebut akan menyebabkan berkurangnya rasa sakit pada payudara.

Penggantian obat yang menyebabkan ginekomastia dengan obat lainnya dapat dilakukan.

KKS Ilmu Bedah RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran 2012 11

GINEKOMASTIA

Sebagai contoh, ketika hendak memberikan obat calcium channel blocker  pada

orangtua, penggunaan nifedipine lebih berpotensi timbulnya ginekomastia, dibandingkan

dengan verapamil dan juga diltiazem. Keadaan yang sama juga terjadi pada penggunaan

histamin reseptor atau parietal cell proton-pump. Penggunaan obat cimetidine lebih memiliki

resiko dibandingkan ranitide dan juga omeprazole.

Observasi juga dapat dilakukan pada keadaan fisiologis, termasuk pasien usia

pubertas dan memiliki pemeriksaan fisik dan testis yang normal. Pasien tersebut dievaluasi

selam 6 bulan

2.2.5.2. Medikamentosa

Identifikasi kelainan penyebab ginekomastia dapat membantu meringankan

pembesaran payudara. Obat-obat yang dapat digunakan sebagai berikut :

a) Clomiphene (anti estrogen) dapat diberikan dengan dosis 50-100 mg setiap hari selama 6

bulan. Efek samping obat ini dapat mengakibatkan gangguan penglihatan, muntah dan

bintik merah.

b) Tamoxifen (antagonis estrogen) dapat diberikan dengan dosis 10-20 mg dua kali sehari

selama 3 bulan. Efek samping obat ini dapat mengganggu epigastrium dan mual.

c) Danazol, obat testosteron sintetik, yang menghambat sekresi LH dan FSH dan

menurunkan sintesis estrogen di testis. Diberikan dengan dosis 200 mg dua kali sehari.

Efek samping obat ini adalah akne, penambahan berat badan, retensi cairan, mual dan

hasil fungsi hati yang abnormal.

d) Testolactone (inhibitor aromatisasi), diberikan 450 mg sehari selama 6 bulan. Efek

samping obat ini adalah mual, muntah dan udem.

2.2.5.3. Operatif

Pengobatan dengan bedah bertujuan mengembalikan bentuk normal payudara dan

memperbaiki kalainan payudara, puting dan areola. Pengobatan operatif dilakukan jika

respon obat-obatan tidak mencukupi. Pembedahan yang bersifat kuratif dapat dilakukan pada

tumor yang menyerang penghasil estrogen atau hCG.

KKS Ilmu Bedah RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran 2012 12

GINEKOMASTIA

Ada 2 jenis operasi yang dapat dilakukan yaitu Surgical resection (subcutaneous

mastectomy) dan Liposuctio-assisted mastectomy.

a. Surgical Resection (Subkutaneus Mastektomi)

Ada beberapa jenis irisan pada eksisi payudara laki-laki. Jenis irisan yang sering

dilakukan adalah dengan insisi intra-areolar atau Webster incision. Insisi Webster dibuat

sepanjang lingkaran areola bagian bawah dan dengan panjang irisan yang bervariasi

tergantung dari areola pasien. Insisi lain yang digunakan adalah insisi tranversal yang

melewati papilla mamae. Insisi ini memiliki bukaan yang terbatas. Triple-V incision memiliki

bukaan yang paling besar namun jarang digunakan saat sekarang. Sebelum operasi, dokter

bedah harus menentukan garis insisi dan memperkirakan kedalaman jaringan lemak dan

jaringan payudara yang akan dikeluarkan. Selain itu ada teknik Letterman dan juga teknik

yang digunakan jika ginekomastia bersifat masif.

Gambar 6. (a) Webster incision, (b) Webster incision yang diperlebar ke arah medial dan

lateral, (c) Transverse incision, (d) Triple-V incision, (e) Teknik yang paling

sering digunakan untuk reseksi kulit dan transposisi puting susu (Letterman

Technique), (f) Teknik yang digunakan pada ginekomastia massif.

KKS Ilmu Bedah RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran 2012 13

GINEKOMASTIA

b. Liposuctio-assisted mastectomy

Liposuctio-assisted mastectomy

merupakan salah satu jenis operasi

untuk  pseudognikomastia. Insisi dibuat

sekitar 1 cm diatas areola, lalu jaringan

kelenjar dan parenkim disedot keluar.

Diperkenalkan pertama kali pada tahun

1980an. Sekarang digunakan ultrasonic

liposuction yang meningkatkan hasil

koreksi payudara. Komplikasi

pascaoperasi ini lebih kecil

dibandingkan dengan operasi open

mastektomi.

Gambar 7. Sebelum dan setelah operasi

Liposuction-assisted mastectomy

2.2.6. Prognosis

Prognosis dari ginekomastia baik untuk semua etiologi. Suatu studi menunjukkan

90% pasien ginekomastia fisiologis membaik dalam 2 tahun. Pasien ginekomastia akibat

keadaan patologik dapat membaik dengan terapi obat dan pembedahan.

KKS Ilmu Bedah RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran 2012 14

GINEKOMASTIA

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Ginekomastia merupakan kelainan bentuk jinak yang terjadi sekitar 60% dari seluruh

kelainan payudara pada laki-laki dan sekitar 85% dari kelainan benjolan pada payudara laki-

laki.

Ginekomastia berhubungan dengan beberapa kondisi yang menyebabkan pembesaran

abnormal dari jaringan payudara pada pria. Ginekomastia merupakan pembesaran jinak

payudara laki-laki yang diakibatkan proliferasi komponen kelenjar. Ginekomastia biasanya

ditemukan secara kebetulan saat pemeriksaan kesehatan rutin atau dapat dalam bentuk

benjolan yang terletak dibawah regio areola baik unilateral maupun bilateral yang nyeri saat

ditekan atau pembesaran payudara yang progresif yang tidak menimbulkan rasa sakit.

Ginekomastia dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologinya. Ginekomastia idiopatik

terjadi sekitar 75% dari kasus. Keadaan fisiologis terjadi pada bayi baru lahir, masa pubertas

dan lanjut usia (memasuki usia 50-80 tahun). Kondisi patologik diakibatkan oleh defisiensi

testosteron, peningkatan produksi estrogen atau peningkatan konversi androgen ke estrogen

misalnya pada sindrom klinefelter, karsinoma adrenal, kelainan hati dan lain-lain juga bisa

menyebabkan ginekomastia. Selain itu, penggunaan obat-obatan juga dapat menyebabkan

terjadinya ginekomastia.

Penanganan ginekomastia dilakukan berdasarkan penyebabnya. Secara umum tidak

ada pengobatan bagi ginekomastia fisiologis. Tujuan utama pengobatan adalah untuk

mengurangi kesakitan dan menghindari komplikasi. Penanganan ginekomastia meliputi tiga

hal yaitu observasi, medikamentosa dan operasi.

3.2. Saran

Untuk mencegah dan mengontrol resiko ginekomastia, hal berikut dapat dilakukan :

Hindari penyalahgunaan narkoba dan doping, termasuk steroid, heroin dan lain-lain.

Hindari konsumsi alkohol, meskipun sedikit.

Periksa ulang obat-obat harian yang dikonsumsi dan konsultasi ke dokter.

KKS Ilmu Bedah RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran 2012 15