referat gangguan makan rsmm jiwa bogor
-
Upload
fugue-ahmad-fauzi -
Category
Documents
-
view
216 -
download
0
Transcript of referat gangguan makan rsmm jiwa bogor
REFERAT
GANGGUAN MAKAN
03007256 Teuku Arie Hidayat 03008123 I Ketut W. Merthadana
03007240 Sisca Purnamasari 03008172 Namira
03007228 Roro Widiastuti 03008011 Ahmad Fauzi
03007234 Sarah Chaerani 03005056 Cendri Diana
03007222 Riri Mega Lestari 03007192 Novita Natasya
03007206 Putri Inda Fawzia
PEMBIMBING:
Dr. I Made Wiguna S, MM
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT JIWA
PERIODE 30 September 2013 – 2 November 2013
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA 2013
2
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan makan merupakan kondisi psikiatrik dengan akibat psikologis dan medis
yang serius. Gangguan makan, seperti anorexia nervosa (AN) dan bulimia nervosa (BN),
merupakan penyakit kronis yang didefinisikan sebagai gangguan perilaku makan atau
perilaku dalam mengkontrol berat badan. Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders, 4th Edition (DSM-IV) mengklasifikasikan ada tiga jenis gangguan makan yaitu
anorexia nervosa (AN), bulimia nervosa (BN), dan binge-eating disorder (BED). AN
ditandai dengan keengganan untuk menetapkan berat badan normal, penyimpangan
pandangan terhadap tubuh, ketakutan ekstrim menjadi gemuk, dan perilaku makan yang
sangat terganggu. BN ditandai dengan perilaku makan dalam jumlah yang besar yang
sering dan berulang-ulang, kemudian coba memuntahkan kembali, penggunaan obat
pencahar, berpuasa atau berolahraga secara berlebihan ( National Institute of Mental
Health.1
Diketahui jumlah pasien dengan gangguan makan telah meningkat secara global
sejak 50 tahun yang lalu. Di Amerika Serikat, dilaporkan satu hingga dua juta wanita
memenuhi kriteria diagnostik untuk BN, dan 500,000 wanita memenuhi kriteria diagnostik
untuk AN ( Academy for Eating Disorder , 2006). Peningkatan ini berkaitan dengan
kesadaran ekstrim tentang berat badan dan tampilan fisik, kebanyakan dikalangan generasi
muda.1
Penelitian internasional tentang gangguan makan menunjukkan 1% dari remaja
wanita di Amerika Serikat menderita AN, sedangkan 4% menderita BN. Sebanyak 1.2%
anak sekolah di Cairo dan 3.2% anak sekolah di Iran menderita BN.2 Di Norway, sebanyak
2.6% mahasiswa perempuan dan 1.3 % mahasiswa Itali menderita AN.3
Jika dibandingkan prevalensi di negara Barat dan di negara non-Barat, prevalensi di
negara non-Barat menunjukkan jumlah yang lebih rendah daripada di negara Barat tetapi
menunjukkan adanya peningkatan. Prevalensi di negara Barat untuk AN ialah 0.1-5.7%
pada subjek wanita, manakala untuk BN ialah 0-2-1% pada laki-laki, dan 0.3-7.3% pada
wanita. Prevalensi di negara non-Barat untuk BN ialah 0.46-3.2% pada wanita.3
Sejak 1980-an, terjadi peningkatan prevalensi gangguan makan dalam populasi Asia.
Sejak kebelakangan ini, terdapat peningkatan fenomena ini di kalangan wanita muda di
Singapura. Di Singapura, prevalensi wanita muda yang beresiko untuk menghidapi
gangguan makan ialah sebanyak 7.4%.4 Satu media di Singapura, pada tahun 2007,
3
melaporkan jumlah remaja dengan gangguan makan semakin meningkat sebanyak enam
kali lipat sejak tahun 2002. Singapore General Hospital menyatakan sebanyak 140 kasus
gangguan makan dilaporkan setiap tahun, tetapi hanya 10 hingga 20% yang datang
berobat. 0.05% sampel pasien psikitrik di Malaysia telah terdiagnosis mengalami AN dan
angka ini tidak meningkat selama 15 tahun.
Di Indonesia, 12-22% wanita berusia 15-29 tahun menderita defisiensi energi kronis
(IMT <18,5) di beberapa kawasan. Apakah defisiensi ini disebabkan oleh gangguan makan
atau hal lain tidaklah dijelaskan secara rinci. Bagaimanapun, masih kurang penelitian
dilakukan tentang gangguan makan di Indonesia sehingga prevalensinya tidak diketahui
secara pasti.
Akibat dari gangguan makan yang berkepanjangan, bisa terjadi hipotensi kronis,
bradikardia, hipotermia, pembengkakan kelenjar liur, anemia, dehidrasi, alkalosis dan
hipokloremia dapat dilihat. Ruptur lambung juga dapat terjadi. Lebih dari 90% penderita
AN mengalami amenorrea sekunder disebabkan oleh malnutrisi kronis. Pengurangan
densitas tulang merupakan masalah yang serius karena sukar diobati, dan keadaan ini
meningkatkan resiko fraktur tulang. Gangguan makan juga dapat menyebabkan gangguan
pada jantung. Resiko tertinggi pada panderita dengan gangguan makan adalah gagal
jantung.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Gangguan Makan
Gangguan makan ditandai dengan ekstrem. Gangguan makan hadir ketika seseorang
mengalami gangguan parah dalam tingkah laku makan, seperti mengurangi kadar makanan
dengan ekstrem atau makan terlalu banyak yang ekstrem, atau perasaan menderita atau
keprihatinan tentang berat atau bentuk tubuh yang ekstrem. Seseorang dengan gangguan
makan mungkin berawal dari mengkonsumsi makanan yang lebih sedikit atau lebih banyak
daripada biasa, tetapi pada tahap tertentu, keinginan untuk makan lebih sedikit atau lebih
banyak terus menerus di luar keinginan.6
Tipe Gangguan Makan
Terdapat dua tipe utama bagi gangguan makan adalah anoreksia nervosa dan
bulimia nervosa. Kategori ketiga adalah “gangguan makan lain yang tidak ditetapkan”
(EDNOS – eating disorders not otherwise specified ) yang memasukkan beberapa variasi
gangguan makan. Kebanyakannya adalah mirip dengan anoreksia atau bulimia tetapi
dengan karakter yang berbeda sedikit. Binge-eating disorder , yang menerima peningkatan
dalam jumlah penelitian dan perhatian media dalam beberapa tahun kebelakangan ini
adalah salah satu tipe EDNOS.6
II.1 Anoreksia Nervosa
Definisi
Anoreksia (anorexia) berasal dari bahasa Yunani an-, yang artinya “tanpa” dan
orexis artinya “hasrat untuk ”. Anoreksia memiliki arti “tidak memiliki hasrat untuk
(makan)”, yang sesungguhnya keliru, karena kehilangan nafsu makan diatara penderita
anoreksia nervosa jarang terjadi. Anoreksia adalah gangguan makan yang ditandai dengan
kelaparan secara sukarela dan stress dari melakukan kegiatan. Anorexia nervosa
merupakan sebuah penyakit kompleks yang melibatkan komponen psikososial,
sosiologikal, dan fisiologikal. Seseorang yang menderita anorexia disebut sebagai
5
anoreksik atau (lebih tidak umum) anorektik . Istilah ini sering kali namun tidak benar
disingkat menjadi anorexia, yang berarti gejala medis kehilangan nafsu makan.
Menurut DSM-IV, anoreksia nervosa (AN) dimaksudkan dengan “keengganan
untuk menetapkan berat badan kira-kira 85% dari yang diprediksi, ketakutan yang
berlebihan untuk menaikkan berat badan, dan tidak mengalami menstruasi selama 3 siklus
berturut-turut.” AN terbagi kepada dua jenis. Dalam jenis restricting-tye anorexia, individu
tersebut menurunkan berat badan dengan berdiet sahaja tanpa makan berlebihan (binge
eating ) atau muntah kembali ( purging ). Mereka terlalu menghendaki konsumsi karbohidrat
dan makan mengandung lemak. Manakala pada tipe binge-eating/purging , individu
tersebut makan secara berlebihan kemudian memuntahkannya kembali secara segaja.6
Etiologi dan Faktor Resiko
Etiologi gangguan tetap tidak jelas. Terdapat komponen pisikologis yang jelas,dan
diagnosis terutama didasarkan pada kriteria pisikologis dan prilaku .Namun demikian,
manisfestasi fisik anoreksia dapat mengarah pada kemungkinan faktor-faktor organic pada
etiologi.
Faktor predisposisi
Biologis
Diyakini ada hubungan keluarga dengan gangguan makan. Keturunan pertama
wanita pada orang yang mengalami gangguan makan beresiko tinggi daripada populasi
umum. Model biologis etiologi gangguan makan difokuskan kepada pusat pengatur nafsu
makan di hipotalamus, yang mengendalikan mekanisme neurokimia khusus untuk makan
dan kenyang. Serotonin dianggap terlibat dalam patofisiologi gangguan makan walaupun
model biologis ini masih dalam tahap perkembangan.
Studi tentang anoreksia nervosa menunjukkan bahwa gangguan tersebut cenderung
terjadi dalam keluarga. Oleh karena itu, kerentanan genetic mungkin muncul yang dipicu
oleh diet yang tidak tepat atau stress emosional. Kerentanan genetic ini mungkin muncul
karena tipe kepribadian tertentu atau kerentaan umum terhadap gangguan jiwa atau
kerentanan genetic mungkin secara langsung mencakup disfungsi hipotalamus.
6
Perkembangan
Anoreksia nervosa biasanya terjadi selama masa remaja dan diyakini bahwa
penyebabnya berhubungan dengan antara perkembangan pada tahap kehidupan ini.
Perjuangan untuk mengembangkan otonomi dan pembentukan indentitas yang unik adalah
2 tugas yang penting. Keterlibatan faktor kepribadian dinyatakan oleh fakta bahwa
penderita anoreksia cenderung wanita tertentu, muda, berkulit putih dan dari keluarga yang
bergerak ke atas yang menekankan pada pencapaian. Jenis latar belakang ini menyebabkan
tuntutan dan harapan keluarga yang menimbulkan stres, dan dalam konteks ini, penolakan
wanita untuk makan mungkin tanpaknya (tanpa disadari) sebagai cara menunjukan kendali.
Kemungkinan lain yang lebih jarang disebutkan adalah penderita anoreksia mewakili
kenakalan seksualitas. Selain tidak mengalami menstruasi, wanita mengalami underweight
parah tidak memilki karakteristik seksual lain, seperti feminin yang sesunguhnya.
Lingkungan
Berbagai factor lingkungan dapat mempengaruhi individu untuk mengalami
gangguan makan. Riwayat terdahulu pasien mengalami gangguan makan sering dipersulit
oleh penyakit dalam dan bedah, kematian keluarga dan lingkungan keluarga dengan
konflik.
Psikologis
Kebanyakan pasien yang mengalami gangguan makan menunjukkan sekelompok
gejala psikologis seperti rigiditas, ritual risme, kehati – hatian , perfectsionisme serta
control infuse yang buruk. Aspek psikologis anoreksia nervosa yang mendominansi adalah
keinginan yang kuat untuk menguruskan berat badan dan takut gemuk, biasanya didahului
oleh periode 1 atau 2 tahun gangguan mood dan perubahan perilaku. Penurunan berat
badan biasanya dipicu oleh krisis yang khas pada remaja seperti awitan menstruasi atau
kecelakaan interpersonal traumatic yang memicu perilaku diet yang serius dan berlanjut
sampai tidak terkontrol.
Sering kali terdapat kesalahpahaman yang berlebihan terhadap penyimpanan lemak
normal yang merupakan karakteristik periode remaja awal , atau komentar orang lain
bahwa remaja putri terlihat gemuk. Penurunan berat badan mungkin merupakan respon
terhadap sindiran atau pergantian sekolah atau akan masuk kuliah. Remaja memasuki fase
pertumbuhan pubertas ketika akumulasi lemak biologis yang normal, terutama rentan
untuk muncul. Tuntutan dewasa ini untuk memiliki tubuh ramping merupakan faktor yang
7
sangat penting. Standar kecantikan ditunjukkan oleh tinggi badan, kerampingan, payudara
yang kecil seperti model – model yang ditampilkan oleh semua bentuk media.
Pada beberapa situasi remaja mengalami stress keluarga yang parah seperti
perpisahan atau perceraian orang tua. Pada kondisi ini atau lainnya remaja mengalami
kehilangan kontrol diri, keputusan untuk sabar atau tidak makan menjadi sebuah area yang
dapat melatih kontrol individu.
Sosio kultural
Pada budaya yang menerima atau mengahargai kemontokkan, jarang terjadi
gangguan makan. Lingkungan sosiokultural pada remaja dan wanita muda di Amerika
Serikat juga sangat menekankan kelangsingan dan pengendalian terhadap tubuh seseorang
menjadi indicator untuk evaluasi diri. Di Amerika serikat kelebihan berat badan dianggap
sebagai tanda kemalasan, kurang control diri atau mendapatkan tubuh yang sempurna
disamakan dengan cantik.
Orang yang mengalami anoreksia sering kali tidak makan lebih dari 500 – 700 kalori
dalam sehari dan mungkin mencerna sebanyak 200 kalori, namun mereka merasa yang
dimakan sudah cukup memadai untuk kebutuhan hidup mereka . Beberapa indivu yang
mengalami anoreksia mungkin tidak makan selama seharian. Walaupun melakukan
pembatasan, banyak penderita anoreksia mengalami preokupasi atau terobsesi oleh
makanan dan sering masak untuk keluarga. Individu yang mengalami gangguan makan
dapat melakukan berbagai perilaku pengurasan termasuk latihan olahraga yang berlebihan.
Menggunakan diuretic yang diresepkan dan di jual bebas, pil diet, laksatif dan steroid.
Banyak pasien yang mencari bantuan untuk menangani gangguan makan juga mengalami
gangguan jiwa seperti depresi , gangguan obsesif – konflusif dan gangguan kepribadian.
Gambaran Klinis
Kebanyakan orang dengan AN melihat diri mereka sebagai orang dengan kelebihan
berat badan, walaupun sebenarnya mereka menderita kelaparan atau malnutrisi. Makan,
makanan dan kontrol berat badan menjadi suatu obsesi. Seseorang dengan AN akan
sentiasa mengukur berat badannya berulang kali, menjaga porsi makanan dengan berhati-
hati, dan makan dengan kuantiti yang sangat kecil dan terhadap pada sebagian makanan.1,6
Kebanyakan pasien dengan AN juga akan mempunyai masalah psikiatri dan
macam-macam penyakit fisik, termasuk depresi, ansietas, perilaku terasuk (obsessive),
penyalahgunaan zat, komplikasi kardiovaskular dan neurologis, dan perkembangan fisik
yang terhambat. Gejala lain yang mungkin terlihat dari waktu ke waktu termasuk penipisan
8
tulang (osteopenia atau osteoporosis), rambut dan kuku yang rapuh, kulit yang kering dan
kekuningan, perkembangan rambut halus dikeseluruhan tubuh (misalnya, lanugo), anemia
ringan, kelemahan dan kehilangan otot, konstipasi berat, tekanan darah rendah, pernafasan
dan pols yang melemah, penurunan suhu tubuh internal; menyebabkan orang tersebut
sering merasa dingin, dan kelesuan.1,6
Sebagai akibat dari nutrisi buruk, gangguan endokrin yang melibatkan aksis
hipotalamus-pituitari-gonad timbul, bermanifestasi pada wanita yaitu amenorrea dan pada
laki-laki yaitu kurangnya minat berseksual dan kesuburan. Pada anak-anak yang
prapubertas, pubertasnya lambat dan perkembangan dan pertumbuhan fisiknya terbantut.
Gejala metabolik lainnya, seperti lelah dan intoleransi terhadap kedinginan juga
disebabkan oleh gangguan aksis hipotalamus-pituitari-gonad. Selain itu, resiko untuk
mengalami fraktur tulang berkaitan juga dengan pasien dengan AN karena saiz tulang yang
berkurang dan densitas mineral tulang.1
Kadar serum leptin dalam AN yang tidak dirawat adalah rendah. Pada AN juga
dijumpai peningkatan kadar kortisol dan kegagalan deksametason untuk mensupresinya.
Kadar thyroid-stimulating hormone (TSH) adalah normal, tetapi kadar tiroksin dan
triiodotironin adalah rendah. Growth hormone meningkat, tetapi insulin-like growth factor
1 (IGF-1) yang diproduksi oleh hati, menurun. Pengurangan densitas tulang diobservasi
pada pasien dengan AN meningkatkan risiko untuk mengalami fraktur dan berkaitan
dengan defisiensi berbagai nutrisi, penurunan sterois gonad dan peningkatan kortisol dan.6
Pada pasien dengan tipe tertentu AN, sering dilihat kadar serotonin total, yang
menyokong hipotesis bahwa kadar serotonin otak yang tinggi dapat menyebabkan
perbuatan kompulsif, atau mungkin menginhibisi pusat selera (Tecott, 1995).
Diagnosis
Onset anoreksia nervosa biasanya umur 10 tahun dan 30 tahun. Pasien diluar range
ini tidak tipikal, jadi diagnosa untuk pasien ini masih dipertanyakan. Setelah umur 13
tahun, onsetnya meningkat sangat cepat. Maksimum pada usia 17 tahun sampai 18 tahun
sekitar 85 % dari pasien anoreksia nervosa, onsetnya antara umur 13 tahun dan 20 tahun.
Diagnosa AN adalah berdasarkan karakteristik perilaku, psikologis dan fisiknya.
Kriteria diagnostik yang digunakan secara meluas ialah dari American Psychiatry
Association, melalui DSM-IV. Kriteria ini termasuklah : 6
9
Ketakutan berlebihan untuk meningkatkan berat badan atau menjadi gemuk
Keengganan untuk menetapkan berat badan pada atau di atas berat normal yang
minimal sesuai umur dan ketinggian tubuhnya
Distorsi pandangan tubuh (merasakan dirinya “terlalu gemuk” walaupun dirinya
telah underweight )
Tidak mengalami menstruasi (amenorrea) selama sekurang-kurangnya 3 siklus
berturut-turut.
Pedoman diagnostic Anoreksia Nervosa menurut PPDGJ-III adalah :
Mempunyai ciri khas gangguan adalah mengurangi berat badan dengan sengaja,
dipacu dan atau dipertahankan oleh penderita. Untuk suatu diagnosis yang pasti dibutuhkan
semua hal seperti di bawah ini, yaitu:
a. Berat badan tetap dipertahankan 15% di bawah yang seharusnya ( baik yang berkurang
maupun yang tidak tercapai) atau Quetelet’s body mass index adalah 17,5% atau
kurang.
b. Berkurangnya berat badan dilakukan sendiri dengan menghindari makanan yang
mengandung lemak dan salah satu hal di bawah ini :
-
Merangsang muntah oleh dirinya sendiri
- Menggunakan pencahar
- Olah raga berlebihan
-
Menggunakan obat penahan nafsu makan dan atau diuretika.
- Terdapat distorsi body image dalam psikopatologi yang spesifik dimana ketakutan
gemuk terus menerus menyerang penderita, penilaian yang berlebihan terhadap
berat badan yang rendah.
- Adanya gangguan endokrin yang meluas, melibatkan hypothalamic-piyuitary-
gonadal aksis, dengan manifestasi pada wanita sebagai amenore dan pada pria
suatu kehilangan minat dan potensi seksual. Juga dapat terjadi kenaikan hormon
pertumbuhan, kortisol, perubahan metabolisme peripheral dari hormone tiroid, dan
sekresi insulin abnormal.
10
Jika onset terjadinya pada masa prubertas, perkembangan prubertas tertunda atau
dapat juga tertahan. Pada penyembuhan, prubertas kembali normal, tetapi menarche
terlambat.
Diagnosa Banding
Klinis harus yakin bahwa pasien tidak memiliki penyakit yang dapat menyebabkan
kehilangan berat badan (contoh, tumot otak atau kanker).
Kehilangan berat badan, kebiasaan makan yang aneh, dan muntah dapat terjadi
pada beberapa gangguan mental, gangguan depresi, dan anoreksia nervosa mempunyai
beberapa gejala yang sama seperti perasaan depresi, musim-musim menangis, gangguan
tidur, sering merenung, dan kadang-kadang pikiran bunuh diri. Bagaimanapun juga kedua
gangguan tersebut memiliki beberapa gejala yang berbeda. Umumnya pasien dengan
gangguan depresi mengalami penurunan nafsu makan, pasien anoreksia nervosa
mengklaim memiliki nafsu makan normal dan merasa lapar.
Hanya pada stadium yang parah dari anoreksia nervosa pasiennya mengalani
penurunan nafsu makan. Preokupasi dengan kandungan kalori makan, resep, ahli dalam
mencicipi makanan di pesta, tipikal pada pasien anoreksia nervosa. Dan pada gangguan
depresi pasien tidak takut akan kegemukan atau gangguan citra tubuh, seperti pada
anoreksia nervosa.
Anoreksia nervosa harus dibedakan dari bulimia nervosa, suatu gangguan dimana
terdapat episode Ginge-eating diikuti mood yang terdepresi, mencela diri sendiri dan
menginduksi muntah. Terjadi ketika pasien mempertahankan berat mereka dibawah berat
badan normal. Lebih jauh lagi pada pasien bulimia nervosa, pasien jarang kehilangan 15 %
berat badan mereka.
Anoreksia Nervosa Tak Khas
Istilah ini harus digunakan untuk individu dimana satu atau lebih dari ciri utama
anoreksia nervosa, seperti amenore atau kehilangan berat badan yang bermakna, tidak
ditemukan atau tidak ada, tetapi yang sebetulnya akan memberikan gambaran klinis yang
cukup khas. Pasien demikian biasanya ditemukan secara kebetulan di pelayanan psikiatrik
di rumah sakit umum atau di pelayanan kesehatan dasar. Pasien yang mempunyai semua
gejala utama, tetapi hanya taraf ringan dapat juga dimasukkan dalam kelompok ini. Istilah
11
ini tidak boleh digunakan untuk gangguan makan yang menyerupai anoreksia nervosa
tetapi yang diakibatkan oleh penyakit fisik yang diketahui.
Terapi
Terdapat beberapa indikasi pasien dengan AN yang perlu dirawat inap di rumah
sakit, antara lain ialah berat badan kurang daripada 75% daripada berat badan ideal,
walaupun pemeriksaan darah rutin dalam batas normal. Untuk pasien yang berat badannya
sangat kurang, kalori yang cukup (kira-kira 1200-1800 kkal/hari) perlu diberi dalam
hidangan sehari-hari dalam bentuk makanan atau suplemen cairan untuk meningkatkan
berat badan dan menstabilkan keseimbangan cairan dan elektrolit.6
Konseling gizi juga membantu untuk menetapkan berat badan sehat dan
memperlengkapkan pasien dan keluarga tentang diet sehat dan risiko jangka pendek dan
jangka panjang akibat gangguan makan.6
Keterlibatan keluarga dalam penatalaksanaan AN pada remaja telah menjadi
komponen standar, walaupun pengobatan utamanya lebih kepada mengembalikan nutrisi di
rumah sakit dan psikoterapi individu atau konseling. Walaupun sebagian besar pasien
dengan AN perlu dirawat inap, peran keluarga juga memainkan peranan penting dalam
pengobatan yang efektif.6
Pengobatan dengan olanzapin ternyata meningkatkan berat badan dan selera makan
pada pasien AN, dan mengubah persepsi diri tentang gambaran tubuhnya. Mereka akan
memikirkan bahwa mereka lebih normal dan matang.1,6
Prognosis
Mortalitas merupakan risiko pada pasien dengan AN, disebabkan oleh percobaan
bunuh diri atau komplikasi dari gangguan makan yang kronis. Risiko mortalitas telah
menurun sepanjang 25 tahun ini dengan pengobatan dan identifikasi dini AN. Kira-kira
25% tetap simptomatik. Proses penyembuhan berlangsung lama, bisa 2 tahun dari onset
AN.
Terdapat juga pasien dengan AN beralih kepada jenis gangguan makan lain, seperti
bulimia nervosa dan binge-eating disorder , menunjukkan terdapat hubungan antara
gangguan makan tersebut.1
Gangguan makan dapat berakibat fatal akibat dari defisiensi nutrisi yang
berkelanjutan. Pasien dengan gangguan makan kadang kala mencoba untuk membunuh diri
12
atau menghindari kegiatan sosialnya. Perlu ditekankan bahawa gangguan ini tidak hanya
mengganggu perilaku makan, tetapi juga mendatangkan akibat pada fisik, psikologis dan
aspek sosial pasien.5
II.2 Bulimia Nervosa
Definisi
Bulimia nervosa yang lebih sering ditemukan daripada anoreksia nervosa, terdiri
dari episode rekuren makan sejumlah besar makanan disertai oleh perasaan di luar kendali.
Penyelaan sosial dan gangguan fisik yaitu nyeri abdomen atau mual menghentikan pesta
makanan, yang sering kali diikuti oleh rasa bersalah, depresi atau muak terhadap diri
sendiri. Orang yang selalu memiliki perilaku kompensasi yang rekuren seperti mencahar (
muntah yang diinduksi sendiri, pemakaian laksatif yang berulang atau pemakaian
diuretika), puasa atau latihan yang berat untuk mencegah penambahan berat badan.
Tidak seperti pasien anoreksia nervosa, pasien dengan bulimia nervosa dapat
mempertahankan berat badan normal. Menurut kriteria diagnostik dalam Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders edisi keempat (DSM-IV), pesta makan dan perilaku
kompensasi harus terjadi dengan rata rata sekurangnya dua kali seminggu selama tiga
bulan.
Epidemiologi
Bulimia nervosa lebih menonjol dibandingkan anoreksia nervosa. Diperkirakan
bulimia nervosa terentang dari 1-3 % wanita muda. Seperti anoreksia nervosa, bulimia
nervosa lebih sering ditemukan pada wanita dibandingkan laki laki, tapi onsetnya lebih
sering pada masa remaja. Walaupun bulimia nervosa sering kali ditemukan pada wanita
muda dengan berat badan normal, mereka kadang kadang memiliki riwayat kegemukan.
Etiologi
Faktor faktor yang menjadi etiologi bulimia nervosa antara lain
- Faktor biologis
Beberapa peneliti telah berusaha untuk menghubungkan siklus pesta makan dan
mencahar dengan berbagai neurotransmitter. Karena antidepresan sering kali bermanfaat
pada pasien dengan bulimia nervosa, serotonin dan norepinefrin yang telah dilibatkan.
Kadar endorfin plasma meningkat pada beberapa pasien bulimia yang muntah yang
13
mengakibatkan perasaan sehata yang dirasakan pasien setelah muntah mungkin
diperantarai oleh peningkatan kadar endorfin.
- Faktor sosial
Pasien dengan bulimia nervosa cenderung memiliki kedudukan tinggi dan perlu
berespons terhadap tekanan sosial untuk menjadi kurus. Sebagian besar pasien terdepresi
dan memiliki depresi familial yang tinggi. Keluarga pasien bulimia kurang dekat dan lebih
konfliktual dibandingkan dengan keluarga pasien anoreksia nervosa. Pasien bulimia
nervosa menggambarkan orang tuanya sebagai suka menelantarkan dan menolak.
- Faktor psikologis
Pasien bulimia nervosa memiliki kesulitan dengan kebutuhan remaja, tapi lebih
mengungkapkan, marah dan impulsif dibandingkan anoreksia nervosa. Ketergantungan
alkohol, mencuri di took dan labilitas emosional ( termasuk usaha bunuh diri) sebagian
besar berhubungan dengan bulimia nervosa. Pasien biasanya merasakan makan yang tidak
terkendali yang dilakukannya sebagai lebih ego-distonik sehingga lebih cepat mencari
bantuan. Pasien ini juga tidak mempunyai pengendalian superego dan kekuatan ego dari
imbangannya dengan anoreksia nervosa. Kesulitan yang dimiliki pasien dalam
mengendalikan impulsnya sering kali dimanifestasikan dengan ketergantungan zat dan
hubungan seksual yang merusak diri sendiri, di samping pesta makan dan mencahar yang
menjadi tanda utama gangguan.
Diagnosis dan gambaran klinis
Kriteria diagnostik untuk Bulimia Nervosa menurut DSM-IV
A. Episode rekuren pesta makan. Episode pesta makan ditandai oleh kedua
berikut ini :
1. Makan dalam periode waktu yang jelas ( misalnya dalam tiap periode 2
jam), jumlah makanan jelas lebih besar dibandingkan yang akan
dimakan oleh kebanyakan orang dalam periode waktu yang serupa dan
dalam situasi yang serupa
2. Perasaan hilang kendali terhadap makan selama episode ( misalnya
perasaan bahwa ia tidak dapat berhenti makan atau mengendalikan apa
dan berapa banyak yang dimakannya)
B. Perilaku kompensasi yang rekuren dan tidak layak untuk mencegah
kenaikan berat badan, seperti muntah diinduksi sendiri, penyalahgunaan
laksatif, diuretik, enema atau medikasi lain, puasa atau olahraga yang berat
14
C.
Pesta makan dan perilaku kompensasi yang tidak sesuai keduanya terjadi
dengan rata rata sekurangnya dua kali seminggu selama 3 bulan
D. Pemeriksaan diri sendiri terlalu dipengaruhi oleh bentuk dan berat badan
E.
Gangguan tidak terjadi semata mata selama episode anoreksia nervosa
Sebutkan jenis
Tipe mencahar : selama episode bulimia nervosa yang sekarang, pasien secara
teratur terlibat dalam muntah yang diinduksi diri sendiri atau pemakaian keliru
laktasif, diuretik atau enema.
Tipe tidak mencahar : selama periode bulimia nervosa yang sekarang, pasien
telah menggunakan perilaku kompensasi lain yang tidak layak, seperti puasa
atau olahraga berat tapi tidak secara teratur terlibat dalam muntah yang
diinduksi diri sendiri atau pemakaian keliru laktasif, diuretic atau enema.
Diagnosis Banding
Diagnosis bulimia nervosa tidak dapat dibuat jika perilaku pesta makan dan
mencahar terjadi hanya selama episode anoreksia nervosa. Pada kasus tersebut diagnosis
adalah anoreksia nervosa tipe pesta makan atau mencahar.
Klinisi harus memastikan bahwa pasien tidak menderita penyakit neurologis seperti
kejang ekuivalen – epileptik, sindrom Kluver-Bucy atau sindrom Kleine-Levin. Ciri
patologis yang dimanifestasikan oleh sindrom Kluver-Bucy adalah agnosia visual, menjilat
dan menggigit yang kompulsif, memeriksa objek dengan mulut, ketidakmampuan
mengenali tiap stimulus, plasiditas, perubahan perilaku seksual dan perubahan kebiasaan
makanan khususnya hiperfagia. Sindrom ini sangat jarang dan kemungkinan tidak
menyebabkan masalah dalam diagnosis banding.
Sindrom Kleine Levin terdiri dari hipersomnia periodik yang berlangsung dua
sampai tiga minggu dan hiperfagia. Seperti pada bulimia nervosa, onset biasanya selama
masa remaja, sindroma lebih sering pada laki laki daripada perempuan. Pasien dengan
gangguan kepribadian ambang kadang kadang pesta makan, tapi makan adalah disertai
dengan tanda lain dari gangguan.
15
Penatalaksanaan
Terapi bulimia nervosa terdiri dari berbagai intervensi, termasuk psikoterapi
individual dengan pendekatan kognitif perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga dan
farmakoterapi. Sebagian besar pasien dengan bulimia nervosa tanpa penyulit tidak
memerlukan perawatan di rumah sakit. Pada umumnya, pasien tidak perlu merahasiakan
gejalanya dibandingkan dengan pasien anoreksia nervosa sehingga terapi rawat jalan
biasanya tidak sulit. Tapi biasanya psikoterapi sering kali sulit dan berkepanjangan.
Beberapa pasien bulimia nervosa yang gemuk yang menjalani psikoterapi berkepanjangan
memang membaik secara mengejutkan.
Beberapa laporan mendukung pemakaian psikoterapi kognitif perilaku untuk
menjawab perilaku tertentu di sekitar dan yang menyebabkan periode pesta makan.
Beberapa program yang membantu antara lain suatu kontrak perilaku dan desensitisasi
terhadap pikiran dan perasaan yang dimiliki pasien bulimia tepat sebelum pesta makan.
Tapi banyak pasien bulimia memiliki psikopatologi yang melebihi perilaku pesta makan
sehingga pendekatan psikoterapeutik tambahan seperti terapi psikodinamika, interpersonal
dan keluarga dapat sangat bermanfaat.
Terapi psikodinamika untuk pasien dengan bulimia telah menemukan suatu
kecenderungan untuk mengkonkretkan mekanisme pertahanan introjektif dan proyektif.
Dalam cara yang mirip dengan membelah, pasien membagi makanan dalam dua kategori :
makanan yang bergizi dan makanan yang tidak sehat. Makanan yang dianggap bergizi
mungkin diingesti dan dipertahankan karena makanan tersebut secara tidak sadar
menyimbolkan introjeksi yang baik. Tapi makanan yang buruk secara tidak sadar
dihubungkan dengan introjeksi yang buruk dan dengan demikian, dikeluarkan melalui
muntah dengan khayalan bawah sadar bahwa semua destruktivitas, kebencian dan
kejahatan telah dibuang. Pasien mungkin secara sementara merasa sehat setelah muntah
karena pembuangan yang dikhayalkannya tapi perasaan segalanya baik adalah singkat,
karena perasaan itu didasarkan pada kombinasi yang tidak stabil dari pembelahan dan
proyeksi.
Medikasi antidepresan dapat menurunkan pesta makan dan mencahar terlepas dari
adanya suatu gangguan mood. Jadi untu siklus pesta makan dan mencahar yang sukar dan
tidak berespons terhadap psikoterapi, penggunaan antidepresan cukup mambantu.
Imipramine ( Tofranil), desipramine ( Norpramin), trazodone ( Desyrel) dan inhibitor
monoamine oksidase telah membantu. Fluoxetine ( Prozac) juga menjanjikan sebagai
terapi yang efektif.
16
Prognosis
Secara keseluruhan, bulimia nervosa tampaknya memiliki prognosis yang lebih
baik dibandingkan anoreksia nervosa. Dalam jangka pendek, pasien bulimia nervosa yang
mampu melibatkan diri dalam pengobatan telah dilaporkan lebih dari 50 persen yang
mengalami perbaikan dalam pesta makan dan mencahar di antara pasien rawat jalan,
perbaikan tampaknya berlangsung lebih dari lima tahun. Tapi pasien tidak bebas gejala
selama periode perbaikan, bulimia nervosa adalah gangguan kronis dengan perjalanan
penyakit yang hilang timbul. Beberapa pasien dengan penyakit yang ringan memiliki
remisi jangka panjang.
Prognosis tergantung pada keparahan sekuela mecahar yaitu apakah pasien
mengalami gangguan keseimbangan elektrolit dan sampai derajat mana muntah yang
sering menghasilkan esofagitis, amilasemia, pembesaran kelenjar liur dan karies gigi. Pada
beberapa kasus bulimia nervosa yang tidak diobati, remisi spontan terjadi dalam satu
sampai dua tahun.(8)
II.3 Binge-eating Disorder
Definisi
Menurut DSM-IV, kriteria binge-eating disorder (BED) memerlukan episode
makan berlebihan, sama seperti BN, tetapi yang membedakan BED dengan BN ialah BED
tidak melibatkan perbuatan untuk melawan perilaku makan berlebihan, seperti
memuntahkan kembali makanan, penggunaan pencahar dan beriadah berlebihan.6
Etiologi dan Faktor Resiko
Obesitas semasa kecil dan orang tua yang mengalami obesitas merupakan faktor
risiko spesifik untuk terjadinya BED, dan BED berkaitan dengan kelainan genetik yang
sangat jarang, yaitu mutasi pada gen untuk reseptor melanokortin 4.6
Gambaran Klinis
BED digolongkan pada orang dengan episode binge-eating yang rekuren sewaktu
seseorang merasakan hilangnya penguasaan terhadap perilaku makannya. Tidak seperti
BN, episode binge-eating ini tidak diikuti dengan proses penyingkiran, olahraga yang
berlebihan, atau puasa. Hasilnya, orang dengan BED adalah kebiasaanya kelebihan berat
17
badan atau gemuk. Mereka juga merasa bersalah, malu dan/atau distress dengan binge-
eating yang dapat membawa kepada lebih banyak episode binge-eating . Mereka juga
sering mempunyai penyakit psikologis termasuklah ansietas, depresi, dan kekacauan
kepribadian.6
Diagnosis
Diagnosis BED menggunakan kriteria diagnostik yang dikemukakan oleh DSM-IV.
Kriteria BED termasuk:6
Episode makan berlebihan yang berulang, seperti BN.
Episode makan berlebihan yang lebih cepat daripada biasa, makan hingga perut
terasa terlalu penuh, makan sejumlah besar makanan walaupun tidak merasa
lapar, makan sendirian karena merasa malu dengan jumlah makanan yang
dikonsumsinya, dan/atau merasa jelek terhadap diri sendiri, depresi, dan rasa
bersalah selepas makan.
Rasa tertekan terhadap perbuatan makan yang berlebihan.
Perilaku makan tersebut berlaku sekurang-kurangnya 2 hari/minggu selama 6
bulan.
Perilaku makan tersebut tidak diikuti dengan perbuatan kompensatori untuk
melawan balik perilaku makan itu.
Terapi
Tujuan terapi pada pasien dengan BED ialah untuk megurangi perilaku makan
berlebihan tersebut, memperbaiki simptom gangguan mood dan rasa cemas yang berkaitan
dengan ED, dan mengurangi berat badan pada individu yang juga mengalami obesitas.
Terapi psikologis seperti cognitive behavioral therapy dan farmakologis bukan saja efektif
mengobati BN tetapi berguna untuk mengurangi frekuensi makan padan pasien dengan
BED dan memperbaiki gangguan mood .7
Prognosis
BED mempunyai kadar remisi yang tinggi, walaupun tanpa pengobatan. Juga tidak
ada kecenderungan untuk BED beralih ke tipe gangguan makan yang lain.1
18
DAFTAR PUSTAKA
1. National Institute of Mental Health, 2007. Eating Disorders. NIH Publication.
Diunduh
dari:http://www.nimh.nih.gov/health/ publications/eatingdisorders/nimheatingdisord
ers.pdf (diakses pada tanggal 2 Oktober 2013)
2.
Makino, M., Tsuboi, K., Dennerstein, L., 2004. Prevalence of Eating Disorder : A
Comparison of Western and Non-Western Countries. Medscape General Medicine
3. Edquist, K., 2009. Globalizing Pathologies? Eating Disorders and the Global
Deterritorialization of Authority, Oregon. Diunduh dari:
http://www.allacademic.com/meta/p_mla_apa_research_citation/0/8/7/7/2/p87726_
index.html [diakses pada tanggal 2 Oktober 2013]
4. Ho, T. F., Tai B. C., Lee, E.L., Cheng, S., Liow P. H., 2006. Prevalence and Profile
of Females At Risk of Eating Disorder in Singapore. Singapore Med J
5. Tsuboi, K., 2005. Eating Disorders in Adolescence and Their Implications. Japan
of Japan Medical Association.
6. American Psychiatric Association (APA), 2005. Let’s Talk Facts About Eating
Disorders. Diunduh dari : http://www.healthyminds.org /letstalkfacts.cfm (diakses
pada tanggal 2 Oktober 2013)
7. Kay, J., Tasman, A., 2006, Essentials of Psychiatry. USA: John Wiley & Sons.
8. Kaplan HI, Sadock BJ, Grab JA. Sinopsis Psikiatri: ilmu pengetahuan perilaku
psikiatri klinis Jilid 2. Tangerang: Binarupa Aksara; 2010. p.194-210