referat dermatosis vesikobulosa

45
REFERAT DERMATOSIS VESIKOBULOSA Disusun oleh : Laura Estelia 030.08.142 Pembimbing : dr. Nurhasanah, Sp. Kk KEPANITERAAN KLINIK ILMU KULIT DAN KELAMIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARAWANG FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI 1

Transcript of referat dermatosis vesikobulosa

Page 1: referat dermatosis vesikobulosa

REFERAT

DERMATOSIS VESIKOBULOSA

Disusun oleh :

Laura Estelia

030.08.142

Pembimbing :

dr. Nurhasanah, Sp. Kk

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KULIT DAN KELAMIN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARAWANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

PERIODE 30 SEPTEMBER – 2 NOVEMBER 2013

1

Page 2: referat dermatosis vesikobulosa

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat mengenai

“Dermatosis Vesikobulosa” guna memenuhi salah satu persyaratan dalam menempuh

Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas

Trisakti di RSUD Karawang.

Terwujudnya referat ini adalah berkat bantuan dan dorongan berbagai pihak. Dalam

kesempatan ini saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada

pembimbing saya dr. Nurhasanah , Sp. Kk yang telah banyak memberikan masukan dan

meluangkan waktu untuk membimbing saya.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan, maka penulis sangat mengharapkan

saran dan kritik yang membangun dari semua pihak, supaya referat ini dapat menjadi lebih

baik dan dapat berguna bagi semua yang membacanya. Penulis mohon maaf yang sebesar-

besarnya apabila masih banyak kesalahan maupun kekurangan dalam makalah ini.

Jakarta, 11 Oktober 2013

Penulis

2

Page 3: referat dermatosis vesikobulosa

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………………………….…. 1

Daftar Isi ……………………………………………………………………………….….. 2

1. Pemfigus ……………………………………………………………………….….. 51.1 Pemfigus Vulgaris ……………………………………………………….……. 51.2 Pemfigus Eritematosa ………………………………………………….……... 111.3 Pemfigus Foliaseus …………………………………………………….……... 121.4 Pemfigus Vegetans …………………………………………………….……… 13

2. Pemfigoid Bulosa ………………………………………………………….……… 153. Dermatitis Herpetiformis ………………………………………………….……… 224. Pemfigoid Sikatrisial …………………………………………………….……….. 295. Pemfigoid Gestationis ………………………………………………….………… 31

Daftar Pustaka ………………………………………………………………….………… 33

3

Page 4: referat dermatosis vesikobulosa

BAB I

PENDAHULUAN

Berbagai penyakit kulit yang manifestasi kliniknya ditandai terutama oleh adanya vesikel dan

bula, antara lain adalah penyakit dermatitis vesikobulosa kronik, yang termasuk golongan ini

adalah :

1. Pemfigus

2. Pemfigoid Bulosa

3. Dermatitis Herpetiformis

4. Chronic Bullous Disease of Childhood

5. Pemfigoid Sikatrisial

6. Pemfigoid Gestationis

Di dalam referat ini kita akan membahas satu persatu penyakit ini secara sistematis, baikdari

definisi, etiologi, pathogenesis, gejala klinis , serta penatalaksanaanya..

4

Page 5: referat dermatosis vesikobulosa

BAB II

DERMATOSIS VESIKOBULOSA

A. PEMFIGUS

Definisi

Istilah Pemfigus, berasal dari kata pemphix (Yunani) yang berarti lepuh atau

gelembung, merupakan kelompok penyakit berbula kronik, menyerang kulit dan membran

mukosa yang secara histologik di tandai dengan bula intraepidermal, dimana akibat dari

autoantibodi yang secara langsung menyerang permukaan keratinosit yang mengakibatkan

hilangnya adhesi antara keratinosit melalui proses yang disebut akantolisis. Dan secara

imunopatologik ditemukan antibody terhadap komponen desmosome pada permukaan

keratinosit jenis IgG, baik terikat maupun yang bebas di dalam sirkulasi darah.

Pemphigus dapat terjadi pada semua usia namun yang paling sering adalah usia

pertengahan. Pemphigus dapat ditemukan di seluruh dunia, namun insiden lebih tinggi di

kalangan Yahudi.

Secara garis besar, bentuk pemphigus dibagi menjadi 4 bentuk, yaitu pemfigus

vulgaris, pemfigus eritematous, pemfigus foliaseus, dan pemfigus vegetans. Menurut letak

dan celah, pemfigus dibagi menjadi 2 yaitu di suprabasal ialah pemfigus vulgaris dan

pemfigus vegetans, dan di stratum granulosum ialah pemfigus eritematous dan pemfigus

foliaseus. Semua penyakit tersebut memberikan gejala yang khas yaitu pembentukan bula

yang kendur pada kulit yang terlihat normal dan mudah pecah, pada penekanan, bula tersebut

meluas (tanda Nikolski positif), Akantolisis selalu positif, dan adanya antibody tipe IgG

terhadap antigen interselular di epidermis yang dapat ditemukan di dalam serum, meupun

terikat di epidermis.(1)

1.1 Pemfigus Vulgaris

1.1.1 Epidemiologi

PV merupakan bentuk yang tersering dijumpai (80% semua kasus). Penyakit ini

tersebar diseluruh dunia dan dapat mengenai semua bangsa dan ras. Frekuensinya pada kedua

jenis kelamin sama. Umumnya mengenai umur pertengahan (decade ke-4 dan ke-5) tetapi

5

Page 6: referat dermatosis vesikobulosa

dapat juga mengenai semua umur, termasuk anak. (1) Di india penyakit ini banyak mengenai

anak-anak jika dibandingkan di Negara barat. Di Negara – Negara timur seperti India, Cina,

Malaysia, dan Timur Tengah kasus pemfigus pliang umum adalah pemfigus blistering. Ras

Yahudi terutama Yahudi Ashkenazi memiliki peningkatan kerentanan terhadap PV. Di Afrika

selatan, PV ini ebih sering pada bangsa India dibanding pada bangsa kulit hitam dan berkulit

putih. PV jarang sekali terjadi pada orang barat. (1,2,3)

1.1.2 Etiopatogenesis

Pemfigus ialah penyakit autoimun, karena pada serum penderita ditemukan

autoantibody, juga dapat disebabkan oleh obat (drug induced pemphigus), misalnya D-

penisilamin dan kaptopril. Pada penyakit ini, autoantibodi yang menyerang desmoglein pada

permukaan keratinosit membuktikan bahwa autoantibody ini bersifat patogenik. Antigen PV

yang dikenali sebagai desmoglein 3, merupakan desmosomal kaderin yang terlibat dalam

perlekatan interselular pada epidermis. Antibody yang berikatan pada domain ekstraseluar

region terminal amino pada desmoglein 3 ini mempunyai efek langsung terhadap fungsi

kaderin. Desmoglein 3 dapat ditemukan pada desmosom dan pada sel keratinosit. Dapat

dideteksi pada saat diferensiasi keratinosit terutamanya pada epidermis bawah dan lebih

padat pda mukosa bucal dan kulit kepala berbanding di badan. Hal ini berbeda dengan

antigen Pemfigus Foliaseus, desmoglein 1 yang ditemukan di pda epidermis dan lebih padat

pada epidermis atas. Pengaruh faktor lingkungan dan cara hidup individu belum dapat

dibuktikan berpengaruh terhadap PV, namun penyakit ini dapat dikaitkan dengan genetic

pada kebanyakan kasus. (1,4,5,6)

Tanda utama pada PV adalah dengan mencari autoantibody IgG pada permukaan

keratinosit. Hal ini merupakan fungsi patogenik primer dalam mengurangi perlekatan antara

sel-sel keratinosit yang menyebabkan terbentuknya bula-bula, erosi dan ulser yang

merupakan gambaran pada penyakit PV. (2,5,7)

Autoantibodi patologik yang menyebabkan terjadinya PV adalah autoantibody yang

melawan desmoglein 1 dan desmoglein 3, yang mana hal ini menyebabkan terjadinya

pembentukan bula. Pemeriksaan mikroskopi imunoelektron dapat menentukan lokasi antigen

pada desmosom untuk kedua PV dan pemifigus Foliaseus, yang lebih sering pada perlekatan

sel-sel pada epitel bertanduk. (2,5,6)

6

Page 7: referat dermatosis vesikobulosa

1.1.3 Gejala klinis(1)

Keadaan umum penderita biasanya buruk. Penyakit dapat mulai sebagai lesi di kulit

kepala yang berambut atau di rongga mulut kira-kira pada 60% kasus, berupa erosi yang

disertai pembentukan krusta, sehingga sering salah didiagnosis sebagai pioderma pada kulit

kepala yang berambut atau dermatitis dengan infeksi sekunder.

Semua selaput lender dengan epitel skuamosa dapat diserang, yakni selaput lender

konjungtiva, hidung, farings, larings, esophagus,uretra, vulva, dan serviks. Kebnyakan

penderita menderita stomatitis aftosasebelum di diagnosis pasti ditegakkan. Lesi mulut ini

dpat meluas dan menggangu pada waktu penderita makan oleh karena rasa nyeri.

Lesi di tempat tersebut dapat berlangsung berbulan-bulan sebelum timbul bula

generalisata.Bula yang timbul berdinding kendur, mudah pecah dengan meninggalkan kulit

terkelupas, dan diikuti oleh pembentukan krusta yang lama bertahan di atas kulit yang

terkelupas tersebut. Bula dapat timbul di atas kulit yang tampak normal atau yang eritematosa

dan generalisata. Tanda Nikolski positif disebabkan oleh adanya akantolisis. Cara mengetahui

tanda tersebut ada dua yaitu dengan menekan dan menggeser kulit diantara dua bula dan kulit

tersebut akan terkelupas atau dengan menekan bula, maka bula akan meluas karena cairan

yang didalamnya mengalami tekanan.

Pruritus tidaklah lazim pada pemfigus, tetapi penderita sering mengeluh nyeri pada

kulit yang terkelupas. Epitelisasi terjadi setelah penyembuhan dengan meninggakan

hipopigmentasi atau hiperpigmentasi dan biasanya tanpa jaringan parut.

7

Page 8: referat dermatosis vesikobulosa

Gambar 1. Stomatitis aftosa

Gambar 2. Pemfigus vulgaris

1.4 Histopatologi

Pada gambaran histopatologik didapatkan bula Intraepidermal suprabasal dan sel-sel

epitel yang mengalami akantolisis pada dasar bula yang menyebabkan percobaan Tzanck

positif. Percobaan ini berguna untuk menentukan adanya sel-sel akantolitik, tetapi bukan

diagnostik pasti untuk penyakit pemfigus. Pada pemeriksaan dengan menggunakan

mikroskop elektron dapat diketahui bahwa permulaan perubahan patologik ialah perlunakan

segmen interselular. Juga dapat dilihat perusakan desmosom dan tonofilamen sebagai

peristiwa sekunder.(1)

1.1.5 Imunologi

Pada tes imunofloresensi langsung didapatkan antibodi interselular tipe IgG dan C3.

Pada tes imunofloresensi tidak langsuog didapatkan (antibodi pemfigus tipe IgG. Tes yang

pertama lebih terpercaya daripada tes kedua, karena telah menjadi positif pada permulaan

penyakit, sering sebelum tes kedua menjadi positif, dan tetap positif pada waktu yang lama

meskipun penyakitnya telah membaik.(1)

8

Page 9: referat dermatosis vesikobulosa

1.1.6 Diagnosis

Untuk dapat mendiagnosis PV diperlukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang

lengkap. Lepuh dapt dijumpai pada berbagai penyakit sehingga dapat mempersulit dalam

penegakkan diagnosis. Perlu dilakukan pemeriksaan manual dermatologi untuk membuktikan

adanya nikolsky’s sign yang menunjukkan adanya PV. Untuk mencari tanda ini, dokter akan

dengan lembut menggosok daerah kulit normal di dekat daerah yang melepuh dengan kapas

atau jari. Jika memiliki PV, lapisan atas kulit akan cenderung terkelupas. Tanda ini

tampaknya adalah patognomonik karena hanya ditemukan pada pemfigus dan Nekrolisis

Epiderma Toksik.(8,9)

Beberapa pemeriksaan penunjang lain yang dapat diakukan antara lain :

1. Biopsi Kulit dan patologi anatomi

Pada pemeriksaan ini, diambi sampel kecil dari kulit yang berlepuh dan diperiksa di

bawah mikroskop. Pasien yang akan di biopsi sebaiknya pada pinggir lesi yang masih

baru dan dekat dari kulit yang normal. Gambaran histopatologi utama adalah adanya

akantolisis yaitu pemisahan keratinosit satu dengan yang lain.(5,10)

2. Imunofloresensi

2.1 Imunofloresensi langsung

Sampel yang diambil dari biopsy diwarnai dengan cairan flouresens.

Pemeriksaan ini dinamakan direct immunoflourescence (DIF). DIF menunjukan

deposit antibodi imonureaktan lainnya secara in vivo, misalnya komplemen. DIF

biasanya menunjukan IgG yang menempel pada permukaan keratinosit yang di dalam

maupun sekitar lesi.(5)

2.2 Imunofloresensi tidak langsung

Antibodi terhadap keratinosit dideteksi melaui serum pasien. Pemeriksaan ini

ditegakkan jika pemeriksaan imunofloresensi langsung dinyatakan positif. Serum

penderita mengandung autoantibody IgG yang menempel pada epidermis dapat

dideteksi dengan pemeriksaan ini. Sekitar 80-90% hasil pemeriksaan ini dinyatakan

sebagai penderita PV.(5)

9

Page 10: referat dermatosis vesikobulosa

1.1.7 Diagnosis banding(1)

Pemfigus vulgaris dibedakan dengan dermatitis herpetiformis dan pemfigoid bulosa.

Dermatitis herpetiformis dapat mengenai anak dan dewasa, keadaan umumnya baik,

keluhannya sangat gatal, fuam polimorf, dinding vesikel/bula tegang dan berkelompok, dan

mempunyai tempat predileksi. Sebaliknya pemfigus terutama terdapat pada orang dewasa,

keadaan umumnya buruk, tidak gatal, bula berdinding kendur, dan biasanya generalisata.

Pemfigoid bulosa berbeda dengan pemfivulgaris karena keadaan umumnya baik,

dinding bula tegang, letaknya disubepidermal, dan terdapat lgG linear.

1.1.8 Penatalaksanaan

1. Medikamentosa

Obat utama ialah kortikosteroid karena bersifat imunosupresif. Kortikosteroid yang

paling banyak digunakan ialah prednison dan deksametason. Dosis prednison bervariasi

bergantung pada berat ringannya penyakit, yakni 60-150 mg sehari. Ada pula yang

menggunakan 3 mg/kgBB sehari bagi pemfigus yang berat.(1)

2. Non medikamentosa

Pada pemberian terapi dengan dosis optimal, tetapi pasien masih merasakan gejala-

gejala ringan dari penyakit ini. Maka perawatan luka yang baik adalah sangat penting karena

ia dapat memicu penyembuhan bula dan erosi. Pasien disarankan mengurangi aktivitas agar

resiko cedera pada kulit dan lapisan mukosa pada fase aktif penyakit ini dapat berkurang.

Aktivitas-aktivitas yang patut dikurangi adalah olahraga makan dan minum yang dapat

mengiritasi rongga mulut (makanan pedas, asam, keras, dan renyah).(7)

1.1.9 Prognosis

Sebelum kortikosteroid digunakan, maka kematian terjadi pada 50% penderita dalam

tahun pertama. Sebab kematian ialah sepsis, kakeksia, dan ketidakseimbangan elektrolit.

Pengobatan dengan kortikosteroid membuat prognosisnya lebih baik.(1)

10

Page 11: referat dermatosis vesikobulosa

1.2 Pemfigus eritematosa

1.2.1 Gejala Klinis

Keadaan umum penderita baik. Lesi mula-mula sedikit dan dapat berlangsung

berbulan-bulan, sering disertai remisi. Lesi kadang-kadang terdapat di mukosa. Kelainan kulit

berupa bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama dan krusta di muka menyerupai

kupu-kupu sehingga mirip lupus eritematosus dan dermatitis seboroika. Hubungannya dengan

lupus eritematosus juga terlihat pada pemeriksaan imunofloresensi langsung. Pada tes

tersebut didapati antibodi di interseluler dan juga di membrana basalis. Selain di muka, lesi

juga terdapat di tempat-tempat tersebut selain kelainan yang telah disebutkan juga terdapat

bula yang kendur. Penyakit ini dapat berubah menjadi pemfigus vulgaris atau foliaseus.(1)

1.2.2 Histopatologi

Gambaran histopatologiknya identik dengan pemfigus foliaseus. Pada lesi yang lama,

hiperkeratosis folikular, akantosis, dan diskeratosis stratum granulare tampak prominen.(1)

1.2.3 Diagnosis banding

Selain dengan dermatitis herpetiformis dan pemfigoid bulosa, penyakit ini mirip lupus

eritematosus dan dermatitis seboroika. Pada lupus eritematosus, kecuali eritema dan skuama

juga terdapat atrofi, telangiektasia, sedangkan skuamanya lekat dengan kulit. Di samping itu

terdapat sumbatan keratin dan biasanya tidak ada bula.(1)

1.2.4 Pengobatan

Pengobatannya dengan kortikosteroid seperti pada pemfigus vulgaris, hanya dosisnya

tidak setinggi seperti pada pengobatan pemfigus vulgaris. Kortikosteroid yang paling banyak

digunakan ialah prednison dan deksametason. Dosis prednison bervariasi bergantung pada

berat ringannya penyakit, Dosis patokan prednison 60 mg sehari.

1.2.5 Prognosis

Penyakit ini dianggap sebagai bentuk jinak pemfigus, karena itu prognosisnya lebih

baik daripada pemfigus vulgaris.(1)

11

Page 12: referat dermatosis vesikobulosa

1.3 Pemfigus foliaseus

1.3.1 Definisi

Pemfigus foliaseus ialah kumpulan penyakit kulit autoimun berbula kronik dengan

karakteristik ada lesi krusta.(1)

1.3.2 Gejala klinis

Umumnya terdapat pada orang dewasa, antara umur 40 - 50 tahun. Gejalanya tidak

seberat pemfigus vulgaris. Perjalanan penyakit kronik, remisi terjadi temporer. Penyakit

mulai dengan timbulnya vesikel/bula, skuama dan krusta dan sedikit eksudatif, kemudian

memecah dan meninggalkan erosi. Mula-mula dapat mengenai kepala yang berambut, muka,

dan dada bagian atas sehingga mirip dermatitis seboroika. Kemudian menjalar simetrik dan

mengenai seluruh tubuh setelah beberapa bulan. Yang khas ialah terdapatnya eritema yang

menyeluruh disertai banyak skuama yang kasar, sedangkan bula yang berdinding kendur

hanya sedikit, agak berbau. Lesi di mulut jarang terdapat.(1)

1.3.3 Histopatologi

Terdapat akantolisis di epidermis bagian atas distratum granulosum. Kemudian terbentuk

celah yang dapat menjadi bula, sering subkorneal dengan akantolisis sebagai dasar dan atap bula

tersebut. (1)

1.3.4 Diagnosis banding

Karena terdapat eritema yang menyeluruh, penyakit ini mirip eritroderma. Perbedaannya

dengan eritroderma karena sebab lain, pada pemfigus foliaseus terdapat bula dan tanda Nikolski

positif. Kecuali itu pemeriksaan histopatologik juga berbeda.(1)

1.3.5 Pengobatan

Pengobatannya dengan kortikosteroid, kortikosteroid yang paling banyak digunakan ialah

prednison dan deksametason. Dosis prednison bervariasi bergantung pada berat ringannya

penyakit, Dosis patokan prednison 60 mg sehari. (1)

1.3.6 Prognosis

Hasil pengobatan dengan kortikosteroid tidak sebaik seperti pada tipe pemfigus yang

lain. Penyakit akan berlangsung kronik. .(1)

12

Page 13: referat dermatosis vesikobulosa

1.4 Pemfigus vegetans

1.4.1 Definisi

Pemfigus vegetans ialah varian jinak pemfigus vulgaris dan sangat jarang ditemukan.

1.4.2 Klasifikasi

Terdapat 2 tipe ialah :

1. Tipe Neumann

2. Tipe Hallopeau (pyodermite vegetante)

1.4.3 Gejala kinis

1. Tipe Neumann

Biasanya menyerupai pemfigus vulgaris, kecuali timbulnya pada usia lebih muda.

Tempat predileksi di muka, aksila, genitalia eksterna, dan daerah Intertrigo yang lain.(1)

Yang khas pada penyakit ini ialah terdapatnya bula-bula yang kentfur, menjadi erosi

dan kemudian menjadi vegetatif dan proliferatif papilomatosa terutama di daerah intertrigo.

Lesi oral hampir selalu ditemukan. Perjalanan penyakitnya lebih lama daripada pemfigus

vulgaris, dapat terjadi lebih akut, dengan gambaran pemfigus vulgaris lebih dominan dan

dapat fatal. (1)

Histopatologi Tipe Neumann

Lesi dini sama seperti pada pemfigus vulgaris, tetapi kemudian timbul proliferasi

papil-papil ke atas, pertumbuhan ke bawah epidermis, dan terdapat abses-abses

intraepidermal yang hampir seluruhnya berisi eosinofil. (1)

2. Tipe Hallopeau

Perjalanan penyakit kronik, tetapi dapat seperti pemfigus vulgaris dan fatal. Lesi

primer ialah pustul-pustul yang bersatu, meluas ke perifer, menjadi vegetatif dan menutupi

13

Page 14: referat dermatosis vesikobulosa

daerah yang luas di aksila dan perineum. Di dalam mulut, dalam terlihat gambaran yang khas

ialah granulomatosis seperti beledu. (1)

Histopatologi Tipe Hallopeau

Lesi permulaan sama dengan tipe Neumann, terdapat akantolisis suprabasal,

mengandung banyak eosinofil, dan terdapat hiperplasi epidermis dengan abses eosinofilik

pada lesi yang vegetatif. Pada keadaan lebih lanjut akan tampak papilomatosis dan

hiperkeratosis tanpa abses. (1)

1.4.4 Pengobatan

Obat utama ialah kortikosteroid karena bersifat imunosupresif. Kortikosteroid yang

paling banyak digunakan ialah prednison dan deksametason. Dosis prednison bervariasi

bergantung pada berat ringannya penyakit, yakni 60-150 mg sehari. (1)

1.4.5 Prognosis

Tipe hallopeau, prognosisnya lebih baik karena berkecenderungan sembuh. (1)

14

Page 15: referat dermatosis vesikobulosa

2. PEMFIGOID BULOSA

2.1 Pendahuluan

Pemfigoid Bulosa (PB) adalah penyakit umum autoimun kronik yang ditandai

oleh adanya bula subepidermal pada kulit. Penyakit ini biasanya diderita pada orang tua

dengan erupsi bulosa disertai rasa gatal menyeluruh dan lebih jarang melibatkan mukosa,

tetapi memiliki angka morbiditas yang tinggi. Namun presentasinya dapat polimorfik dan

dapat terjadi kesalahan diagnosa, terutama pada tahap awal penyakit atau di varian

atipikal, di mana bula biasanya tidak ada. Dalam kasus ini, penegakan diagnosis PB

memerlukan tingkat pemeriksaan yang tinggi untuk kepentingan pemberian pengobatan

awal yang tepat. Antigen target pada antibodi pasien yang menunjukkan dua komponen

dari jungsional adhesi kompleks-hemidesmosom ditemukan pada kulit dan mukosa.(10)

Pemfigoid Bulosa (PB) ditandai oleh adanya bula subepidermal yang besar dan

berdinding tegang, dan pada pemeriksaan imunopatologik ditemukan C3 (komponen

komplemen ke-3) pada epidermal basement membrane zone, IgG sirkulasi dan antibody

IgG yang terikat pada basement membrane zone.2,3,4,5

Kondisi ini disebabkan oleh antibodi dan inflamasi abnormal terakumulasi di

lapisan tertentu pada kulit atau selaput lendir. Lapisan jaringan ini disebut "membran

basal." Antibodi (imunoglobulin) mengikat protein di membran basal disebut antigen

hemidesmosomal PB dan ini menarik sel-sel peradangan (kemotaksis).5

2.2 Epidemiologi

Sebagian besar pasien dengan Pemfigoid Bulosa berumur lebih dari 60 tahun .

Meskipun demikian, Pemfigoid Bulosa jarang terjadi pada anak-anak,dan laporan di

sekitar awal tahun 1970 (ketika penggunaan immunofluoresensi untuk diagnosis menjadi

lebih luas) adalah tidak akurat karena kemungkinan besar data tersebut memasukkan

anak-anak dengan penanda IgA, daripada IgG, di zona membran basal. Tidak ada

predileksi etnis, ras, atau jenis kelamin yang memiliki kecenderungan terkena penyakit

Pemfigoid Bulosa. Insiden Pemfigoid Bulosa diperkirakan 7 per juta per tahun di Prancis

dan Jerman.6

15

Page 16: referat dermatosis vesikobulosa

2.3 Etiologi

Etiologinya ialah autoimunitas, tetapi penyebab yang menginduksi produksi

autoantibodi pada pemfigoid bulosa masih belum diketahui.

2.4 Patogenesis

Antigen P.B. merupakan protein yang terdapat pada hemidesmosom sel basal,

diproduksi oleh sel basal dan merupakan bagian B.M.Z. (basal membrane zone) epitel gepeng

berlapis. Fungsi hemidesmosom ialah melekatkan sel-sel basal dengan membrana basalis,

strukturnya berbeda dengan desmosom.

Terdapat 2 jenis antigen P.B. ialah yang de-jhgan berat molekul 230 kD disebut

PBAgl (P.B. /Antigen 1) atau PB230 dan 180 kD dinamakan PBAg2 atau PB180. PB230

lebih banyak ditemukan daripada PB180.

Terbentuknya bula akibat komplemen yang teraktivasi melalui jalur klasik dan

alternatif kemudian akan dikeluarkan enzim yang merusak jaringan sehingga terjadi

pemisahan epidermis dan dermis.

Autoantibodi pada PB terutama IgG1, kadang-kadang IgA yang menyertai IgG.

Isotipe IgG yang utama ialah IgG1 dan IgG4, yang melekat pada kompelemen hanya IgG1.

Hamper 70% penderita mempunyai autoantibodi terhadap B.M.Z dalam serum dengan kadar

yang sesuai dengan keaktivasi penyakit, jadi berbeda dengan pemfigus.

2.5 DIAGNOSA

2.5.1 GAMBARAN KLINIS

Fase Non Bulosa

Manifestasi kulit PB bisa polimorfik. Dalam fase prodromal penyakit non-bulosa,

tanda dan gejala sering tidak spesifik, dengan rasa gatal ringan sampai parah atau dalam

hubungannya dengan eksema, papul dan atau urtikaria, ekskoriasi yang dapat bertahan

selama beberapa minggu atau bulan. Gejala non-spesifik ini bisa ditetapkan sebagai satu-

satunya tanda-tanda penyakit.

Fase Bulosa

16

Page 17: referat dermatosis vesikobulosa

Tahap bulosa dari PB ditandai oleh perkembangan vesikel dan bula pada kulit

normal ataupun eritematosa yang tampak bersama-sama dengan urtikaria dan infiltrat

papul dan plak yang kadang-kadang membentuk pola melingkar. Bula tampak tegang,

diameter 1 – 4 cm, berisi cairan bening, dan dapat bertahan selama beberapa hari,

meninggalkan area erosi dan berkrusta. Lesi seringkali memiliki pola distribusi simetris,

dan dominan pada aspek lentur anggota badan dan tungkai bawah, termasuk perut.

Perubahan post inflamasi memberi gambaran hiper- dan hipopigmentasi serta, yang lebih

jarang, miliar. Keterlibatan mukosa mulut diamati pada 10-30% pasien. Daerah mukosa

hidung mata, faring, esofagus dan daerah anogenital lebih jarang terpengaruh. Pada

sekitar 50% pasien, didapatkan eosinofilia darah perifer.

Perjalanan penyakit biasanya ringan dan keadaan umum penderita baik. Penyakit

PB dapat sembuh spontan (self-limited disease) atau timbul lagi secara sporadik, dapat

generalisata atau tetap setempat sampai beberapa tahun. Rasa gatal kadang dijumpai,

walaupun jarang ada. Tanda Nikolsky tidak dijumpai karena tidak ada proses akantolisis.

Kebanyakan bula ruptur dalam waktu 1 minggu, tidak seperti pemfigus vulgaris, ia tidak

menyebar dan sembuh dengan cepat.4

Lesi kulit

Eritem, papul atau tipe lesi urtikaria mungkin mendahului pembentukan bula. Bula besar,

tegang, oval atau bulat; mungkin timbul dalam kulit normal atau yang eritema dan

mengandung cairan serosa atau hemoragik. Erupsi dapat bersifat lokal maupun

generalisata, biasanya tersebar tapi juga berkelompok dalam pola serpiginosa dan

arciform.3

Tempat Predileksi

Aksila; paha bagian medial, perut, fleksor lengan bawah, tungkai bawah3.

17

Page 18: referat dermatosis vesikobulosa

Gambar 3: Pemfigoid Bulosa. Bula tegang diatas kulit yang eritema.

Gambar 4 : Pemfigoid Bulosa

18

Page 19: referat dermatosis vesikobulosa

Gambar 5: Pemfigoid Bulosa

Gambar 6: Pemfigoid Bulosa

19

Page 20: referat dermatosis vesikobulosa

Gambar 7: Pemfigoid Bulosa

2.6 Histopatologi

Kelainan yang dini ialah terbentuknya celah di perbatasan dermalepidermal. Bula

terletak di subepidermal, sel infiltrat yang utama ialah eosinofil. (1)

2.7 Imunologi

Pada pemeriksaan imunofluoresensi terdapat endapan IgG dan C3 tersusun seperti pita

di B.M.Z. (Basement Membrane Zone). (1)

2.8 Diagnosis banding

Penyakit ini dibedakan dengan pemfigus vulgaris dan dermatitis herpetiformis. Pada

pemfigus keadaan umumnya buruk, dinding bula kendur, generalisata, letak bula

intraepidermal, dan terdapat IgG di stratum spinosum.

Pada dermatitis herpetiformis, sangat gatal, iruam yang utama ialah vesikel

berkelompok, terdapat IgA tersusun granular. (1)

2.9 Pengobatan

20

Page 21: referat dermatosis vesikobulosa

Pengobatannya dengan kortikosteroid. Dosis prednison 40 - 60 mg sehari, jika telah

tampak perbaikan dosis diturunkan periahan-lahan. Sebagian besar kasus dapat disembuhkan

dengan kortikosteroid saja. Jika dengan kortikosteroid belum tampak perbaikan, dapat

dipertimbangkan pemberian jitostatik yang dikombinasikan dengan kortikoiteroid. Cara dan

dosis pemberian sitostatik sama seperti pada pengobatan pemfigus. (1)

2.10 Prognosis

Kematian jarang dibandingkan dengan pemfigus vulgaris, dapat terjadi remisi

spontan. (1)

3. DERMATITIS HERPETIFORMIS

3.1 PENDAHULUAN

Dermatitis herpetiformis (DH) adalah manifestasi pada kulit yang disebabkan oleh

sensitivitas terhadap gluten. Lebih dari 90% pasien terbukti sensitif terhadap gluten, yang

mana dapat dimulai dari limfosit intraepitel jejunum sampai atrofi total vili usus kecil. Hanya

20% pasien DH yang memiliki gejala intestinal dari Celiac disease. Penyakit kulit maupun

pada intestinal keduanya berespon terhadap restriksi gluten dan membaik dengan penggantian

diet yang mengandung gluten. Ada hubungan genetik yang kuat, dengan 90% dari Celiac

disease dan pasien DH, yaitu memiliki HLA kelas II genotipe DQ2, terdiri dari alel

DQA1*0501 dan DQB1*02, dibandingkan dengan 20% pasien dengan kontrol normal.1

21

Page 22: referat dermatosis vesikobulosa

Prevalensi terjadinya dermatitis herpetiformis pada populasi bangsa Caucasian yaitu

10-39 per 100.000 orang. Dermatitis herpetiformis bisa terjadi pada semua umur, tapi yang

tersering pada umur 30 – 40 tahun.2

Empat temuan yang digunakan untuk mendukung diagnosis DH adalah papulovesikel

pruritus atau papula ekskoriasi pada permukaan ekstensor, infiltrasi netrofil pada papilla

dermis disertai formasi vesikel pada epidermal-dermal junction, deposisi granular IgA pada

papilla dermis pada kulit normal di sekitar lesi, respon kulit tetapi bukan penyakit kulit akibat

terapi Dapson.1

Remisi spontan dapat terjadi pada 10% pasien, tetapi kebanyakan remisi yang terjadi

berhubungan dengan pengurangan konsumsi gluten. Pengobatan dengan sulfone memberi

respon cepat pada pasien DH anak dan dewasa.1,3

3.2 EPIDEMIOLOGI

Dermatitis herpetiformis biasanya terjadi pada penduduk Eropa Utara. Jarang terjadi

pada penduduk Afrika-Amerika dan Asia. Berdasarkan studi di Finlandia (1978), tingkat

prevalensi DH adalah 10,4/100.000 orang dan insidensi per tahun adalah 1,3/100.000 orang.

Onset penyakit ini terjadi sekitar umur 40 tahun, tapi dapat terjadi pada umur 2-90 tahun.

Anak-anak dan remaja jarang mendapat penyakit ini. DH lebih sering terjadi pada pria

dibandingkan wanita. Rasio pria : wanita adalah 2:1. Pada anak-anak lebih sering terjadi

pada anak perempuan dibandingkan laki-laki. Dari 1979 sampai 1996, insidensi familial DH

di Finlandia dipelajari secara prospektif. DH didiagnosis pada 1018 pasien dan 10,5% pada

satu atau lebih keturunan pertama.1

Pada tahun 1987, studi prevalensi DH di US hanya dilakukan di Utah dan prevalensi

yang ditemukan adalah 11,2/100.000 orang, menggambarkan lebih dominan terjadi pada

keturunan Eropa Utara. Insidensi selama tahun 1978 sampai 1987 adalah 0,98/100.000 orang

per tahun. Onset umur rata-rata pada laki-laki adalah 40,1 tahun dan wanita 36,2 tahun.

Rasio pria : wanita adalah 1,44:1. Pada studi banding lain di Utah, prevalensi DH lebih

tinggi didapatkan pada keturunan pertama yang diketahui pasien DH. Temuan ini

berhubungan dengan HLA yang mendukung predisposisi genetik terhadap sensitivitas

gluten.1

3.3 Definisi

Dermatitis herpetiformis (D.H.) ialah penyakit yang menahun dan residif, ruam

bersifat polimorfik terutama berupa vesikel, tersusun berkelompok dan simetrik serta disertai

rasa sangat gatal.

22

Page 23: referat dermatosis vesikobulosa

3.4 Etiologi

Etiologinya belum diketahui pasti. Di antara penderita DH, 77%-87% memiliki

antigen HLA B8 dan hampir 90% memiliki antigen HLA DW3. Antigen permukaan ini

ditandai oleh gen yang terikat dekat gen respon imun sehingga terdapat peningkatan respon

imun terhadap berbagai antigen termasuk self. DH merupakan akibat dari respon imun yang

terlalu aktif terhadap antigen yang ada secara alamiah.6

Petanda HLA ini dihubungkan dengan penyakit autoimun yang yang lain dan

merupakan petanda seorang pasien dengan respon imun berlebih terhadap beberapa antigen

dan dapat menjelaskan kompleks imun yang terjadi secara perlahan. DH lebih sering terjadi

pada anggota keluarga.3

Gluten, merupakan protein yang terdapat pada gandum, seperti sereal, memprovokasi

terjadinya DH. Iodin oral juga memperberat penyakit ini.3

3.5 Patogenesis

Pada D.H. tidak ditemukan antibodi IgA terhadap papila dermis yang bersirkulasi

dalam serum. Komplemen diaktifkan melalui jafur alternatif. Fraksi aktif C5a bersifat sangat

kemotaktik terhadap neutrofil.

Sebagai antigen mungkin ialah gluten, dan masuknya antigen mungkin di usus halus,

sel efektomya ialah neutrofil. Selain gluten juga yodium dapat mempengaruhi timbulnya

remisi dan eksaserbasi. Tentang hubungan kelainan di usus halus dan kelainan kulit belum

jelas diketahui.

3.6 Gejala klinis

D.H. mengenai anak dan dewasa. Perbandingan pria dan wanita 3:2, terbanyak pada

umur dekade ketiga. Mulainya penyakit biasanya perlahan-lahan, perjalanannya kronik dan

residi Biasaya berlangsung seumur hidup, remisi sponta terjadi pada 10 - 15% kasus.

Keadaan umum penderita baik. Keluhannya sangat gatal. Tempat predileksinya ialah

di pung gung, daerah sakrum, bokong, daerah ekstenso di lengan atas, sekitar siku, dan lutut.

Ruan berupa eritema, papulovesikel, dan vesikel/bula yang berkelompok dan sistemik.

23

Page 24: referat dermatosis vesikobulosa

Kelainan yang utama ialah vesikel, oleh karena itu disebu herpetiformis yang berarti

seperti herpes zoster Vesikel-vesikel tersebut dapat tersusun arsinai atau sirsinar. Dinding

vesikel atau bula tegang.

Gambar 8. a)vesikel. b)vesikulopapul *

Gambar 9. a)papulovesikel eritematous dan erosi pada siku. b)vesikel dan papula

Kelainan intestinal

Pada lebih dari 90% kasus D.H didapati spectrum histopatologik yang menunjukan

enteropati sensitive terhadap gluten pada jejunum dan ileum. Kelainan yang didapat

bervariasi dari infitrat mononuclear ( limfosit dan sel plasma) di lamina propia dengan atrofi

vili yang minimal hingga sel-sel epitel mukosa usus halus yang mendatar. Sejumlah 1/3 kasus

disertai steatore. Dengan diet bebas gluten kelainan tersebut akan membaik.

3.7 Histopatologi

24

Page 25: referat dermatosis vesikobulosa

Terdapat kumpulan neutrofil di papadermal yang membentuk mikroabses neutrofilik.

Kemudian terbentuk edema papilar, celah subepidermal, dan vesikel multiokular dan

subepidermal. Terdapat pula eosinofil pada infiltrat dermal, juga di cairan vesikel.

3.8 Diagnosis banding

D.H. dibedakan dengan pemfigus vulgaris V (P.V.), pemfigoid bulosa, dan Chronic

Bulous Diseases of Childhood (C.B.D.C.).

Pada P.V. keadaan umumnya buruk, tak gatal, kelainan utama ialah bula yang

berdinding kendur, generalisata, dan eritema bisa terdapat atau tidak. Pada gambaran

histopatologik terdapat akantolisis, letak vesikel intraepidermal. Terdapat IgG di stratum

spinosum.

P.B. berbeda dengan D.H. karena ruam yang utama ialah bula, tak begitu gatal, dan

pada pemeriksaan imunofluoresensi terdapat IgG tersusun seperti pita di subepidermal.

Supaya lebih jelas, perbedaan antara pemfigus vulgaris, pemfigoid bulosa, dan dermatitis

herpetiformis dicantumkan pada tabel 26-1.

C.B.D.C. terdapat pada anak, kelainan utama ialah bula, tak begitu gatal, eritema

tidak selalu ada, dan dapat berkelompok atau tidak. Terdapat IgA yang linear.

3.9 Pengobatan

Terapi yang utama pada pasien DH adalah dengan diet bebas gluten. Ini melibatkan

penghapusan gandum dan makanan yang terbuat dari biji-bijian dari diet pasien DH.

Mungkin diperlukan dua atau lebih tahun untuk deposit IgA bawah kulit untuk benar-benar

jelas.16

Diet gluten-free (GF) adalah komitmen seumur hidup dan tidak boleh dimulai

sebelum ada diagnosis pasti DH. Memulai diet tanpa pemeriksaan lengkap tidak

disarankan dan kemudian membuat diagnosis sulit. Tes untuk mengkonfirmasi DH bisa

negatif jika seseorang berada di diet GF untuk jangka waktu tertentu. Untuk diagnosis yang

valid, gluten perlu dikonsumsi kembali oleh pasien selama beberapa minggu sebelum

pemeriksaan lengkap. DH adalah suatu penyakit keturunan autoimun sehingga konfirmasi

DH akan membantu generasi mendatang sadar akan risiko dalam keluarga.16

25

Page 26: referat dermatosis vesikobulosa

Obat pilihan untuk DH ialah preparat sulfon, yakni DDS (diaminodifenilsulfon).

Pilihan kedua yakni sulfapiridin.15

Dapsone

Dosis DDS 200-300 mg/hari. Dicoba dulu 200 mg/hari. Jika ada perbaikan akan

tampak dalam 3-4 hari. Bila belum ada perbaikan, dosis dapat dinaikkan. Efek

sampingnya ialah agranulositosis, anemia hemolitik, dan methemoglobinemia.

Kecuali itu juga neuritis perifer dan bersifat hepatotoksik. Dengan dosis 100 mg

sehari umumnya tidak ada efek samping. Yang harus diperiksa adalah kadar Hb,

jumlah leukosit, dan hitung jenis, sebelum pengobatan dan 2 minggu sekali. Jika

klinis menunjukkan tanda-tanda anemia atau sianosis segera dilakukan

pemeriksaan laboratorium. Jika terdapat defisiensi G6PD, maka merupakan

kontraindikasi karena dapat terjadi anemia hemolitik. Bila telah sembuh dosis

diturunkan perlahan-lahan setiap minggu hingga 50 mg sehari, kemudian 2 hari

sekali, lalu menjadi seminggu 1x.15

Sulfapiridin

Sulfapiridin sukar didapat karena jarang diproduksi sebab efek toksiknya lebih

banyak dibandingkan dengan preparat sulfa yang lain. Obat tersebut kemungkinan

akan menyebabkan terjadinya nefrolithiasis karena sukar larut dalam air. Efek

samping hematologic seperti pada dapson, hanya lebih ringan. Khasiatnya kurang

dibandingkan dapson. Dosisnya antara 1-4 gram sehari.15

3.10 Prognosis

Sebagian besar penderita akan mengalami D.H. yang kronis dan residif.

4. CHRONIC BULLOUS DISEASE OF CHILDHOOD

4.1 Pendahuluan

Selain pemfigoid bulosa dan dermatitis hepetiformis rupanya ada bentuk peraihan

antara keduanya yang disebut dermatosis linear IgA. Umumnya penyakit ini terdapat pada

anak dan disebut C.B.D.C oleh karena itu istiah tersebut dipakai sebagai judul.

4.2 Definisi

26

Page 27: referat dermatosis vesikobulosa

C.B.D.C. ialah dermatosis autoimun yang biasanya mengenai anak usia kurang

dari 5 tahun ditandai dengan adanya bula dan terdapatnya deposit IgA linear yang

homogen pada epidermal basement membrane.

4.3 Etiologi

Belum diketahui pasti. Sebagai pencetus ialah infeksi dan antibiotik, yang sering

ialah penisilin.

4.4 Gejala klinis

Penyakit mulai pada usia sebelum sekolah, rata-rata berumur 4 tahun. Keadaan

umum tidak begitu gatal. Mulai penyakitnya dapat mengalami remisi dan eksaserbasi.

Kelainan kulit berupa vesikel atau bula, terutama bula, berdinding tegang di atas normal

atau eritematosa, cenderung bergerombol dan generalisata. Lesi tersebut sering tersusun

anular disebut sluster jewels configuration. Mukosa dapat dikenali. Umumnya tidak

didapati enteropati seperti pada dermatitis herpetiformis.

4.5 Diagnosis Banding

Sebagai diagnosis banding ialah dermatitis herpetiformis (D.H.) dan pemfigoid

bulosa. Pada D.H. penyakit berlangsung sehingga dewasa jarang pada umur sebelum 10

tahun. Lesi yang utama ialah vesikel, sangat gatal dan didapati IgA berbentuk granular

serta biasanya didapati enteropati. Mulainya penyakit pada C.B.D.C. lebih mendadak

daripada D.H., biasanya tidak terdapat H.L.A.-B8. Mengenai pengobatan, pada D.H.

memberi respons dengan sulfon, sedangkan CBDC dapat memberi respon atau tidak sama

sekali

4.6 Pengobatan

Biasanya memberi respons yang cepat (dengan sulfonamida, yakni dengan

sulfapiridin, A dosisnya 150 mg per kg berat badan sehari. Dapat pula dengan DOS atau

kortikosteroid I atau kombinasi. Diet bebas gluten seperti pada D.H. tidak perlu.

27

Page 28: referat dermatosis vesikobulosa

5. PEMFIGOID SIKATRISIAL

5.1 Definisi

Pemfigoid sikatrisial (P.S.) ialah dermatosis autoimun bulosa kronik yang terutama

ditandai oleh adanya bula yang menjadi sikatriks terutama dimukosa mulut dan konjungtiva.

5.2 Epidemiologi

Penyakit ini jarang ditemukan.

28

Page 29: referat dermatosis vesikobulosa

5.3 Gejala klinis

Keadaan umum penderita baik. Berbeda lengan pemfigoid bulosa, P.S. jarang

mengalami remisi. Kelainan mukosa yang tersering ialah mulut (90%), disusul oleh

konjungtiva (66%), dapat juga di mukosa lain, misalnya hidung, farings, tarings, esofagus,

dan genitalia. Permulaan penyakit mengenai mukosa bukal dan gingiva, palatum mole dan

durum biasanya juga terkena, kadang-kadang lidah, uvula, tonsil, dan bibir ikut terserang.

Bula umumnya tegang, lesi biasanya tertihat sebagai erosi. Lesi di mulut jarang meng-ganggu

penderita makan.

Simtom okular meliputi rasa terbakar, air mata yang berlebihan, fotofobia, dan sekret

yang mukoid. Kelainan mata ini dapat diikuti simblefaron, dan berakhir dengan kebutaan

disebabkan oleh kekeruhan kornea akibat kekeringan, pembentukan jaringan parut oleh

trikiasis, atau vaskularisasi epitel kornea.

Mukosa hidung dapat terkena dan dapat mengakibatkan obstruksi nasal. Jika farings

terkena, dapat terjadi pembentukan jaringan parut dan stenosis tarings. Esofagus jarang

terkena, pernah dilaporkan terjadinya adesi dan penyempitan yang memerlukan dilatasi. Lesi

di vulva dan penis biasanya berupa bula atau erosi, sehingga dapat mengganggu aktivitas

seksual. Kelainan kulit dapat ditemukan pada 10 -30% penderita, berupa bula tegang di

daerah inguinal dan ekstremitas, dapat pula generalisata. Jarang sekali timbul kelainan tanpa

disertai lesi di membran mukosa.

5.5 Diagnosis banding

Pada permulaan perjalanan penyakit, P.S. dibedakan dengan pemfigus vulgaris, liken

planus oral, eritema multiforme, penyakit Behcet, dan ginggivitis deskuamativa. Bila terdapat

manifestasi alat lainnya, seperti kelainan mata, maka diagnosisnya tidak sulit. Pemeriksaan

imunofluoresensi dari lesi di mulut dapat menyokong diagnosis.

5.6 Pengobatan

Hasil pengobatan penyakit ini kurang memuaskan. Kortikosteroid sistemik mungkin

merupakan obat terbaik, dengan prednison dosisnya 60 mg.Oleh karena terbentuk jaringan

parut dan sekuele lainnya, steroid sistemik untuk jangka waktu yang lama mungkin

mempunyai alasan yang tepat, meskipun ada efek sampingnya.Obat imunosupresif, termasuk

metotreksat, siklofos-famid, dan azatioprin pernah dicoba, hasiinya menguntungkan pada

29

Page 30: referat dermatosis vesikobulosa

sebagian penderita, se-dangkan pada sebagian penderita yang lain hanya memperiihatkan

sedikit kemajuan.

6. PEMFIGOID GESTATIONIS

6.1 Definisi

Pemfigoid getationis (P.G.), adalah dermatosis autoimun dengan ruam polimorf yang

berkelompok dan gatal, timbul pada masa kehamilan, dan masa pascapartus.

6.2 Etiologi

Etiologinya ialah autoimun. Sering bergabung dengan penyakit autoimun yang lain,

misalnya penyakit Grave, vitiligo, dan alopesia areata.

30

Page 31: referat dermatosis vesikobulosa

6.3 Epidemiologi

Hanya terdapat pada wanita pada masa subur. Insidensnya menurut Kolodny, 1 kasus

per 10.000 kelahiran.

6.4 Gejala klinis

Gejala prodromal, kalau ada, berupa demam malese, mual, nyeri kepala, dan rasa

panas dingin silih berganti. Beberapa hari sebelum timbul erupsi dapat didahului dengan

perasaan sangat gatal seperti terbakar.

Biasanya tertihat banyak papulo-vesikel yang sangat gatal dan berkelompok. Lesinya

polimorf terdiri atas eritema, edema, papul, dan bula tegang. Bentuk intermediate juga dapat

ditemukan, misalnya vesikel yang kecil, plakat mirip urtika, vesikel berkelompok, erosi. dan

krusta. Kasus yang berat menunjukkan semua unsur polimorf, tetapi terdapat pula kasus yang

ringan yang hanya terdiri atas beberapa papul eritematosa, plakat yang edematosa, disertai

gatal ringan.

Tempat predileksi pada abdomen dan ekstremitas, termasuk telapak tangan dan kaki

dapat pula mengenai seluruh tubuh dan tidak si metrik. Selaput lendir jarang sekali terkena.

Erupsi sering disertai edema di muka dan tungkai. Kalau melepuh pecah, maka lesi akan

menjadi lebih merah ; dan terdapat ekskoriasi dan krusta. Sering pula diikuti radang oleh

kuman. Jika lesi sembuh akan meninggalkan hiperpigmentasi, tetapi kalau ekskoriasinya

dalam akan meninggalkan jaringan parut. Kuku kaki dan tangan akan mengalami lekukan

melintang sesuai waktu terjadinya eksaserbasi. Kadang-kadang didapati leukositosis dan

eosinofilia sampai 50%.

6.5 Pengobatan

Tujuan pengobatan ialah menekan terjadi nya bula dan mengurangi gatal yang timbul.

Hal ini dapat dicapai dengan pemberian prednison 20 - 40 mg per hari dalam dosis terbagi

rata.

Takaran ini perlu dinaikkan atau diturunkan sesuai dengan keadaan penyakit yang

meningkat pada waktu melahirkan dan haid, dan akan menurun pada waktu nifas.

6.6 Prognosis

31

Page 32: referat dermatosis vesikobulosa

Komplikasi yang timbul pada ibu hanyalah rasa gatal dan infeksi sekunder. Kelahiran

mati dan kurang umur akan meningkat.

Jika penyakit timbul pada masa akhir kehamilan maka akan lama sembuh dan

seringkali timbul pada kehamilan berikutnya

DAFTAR PUSTAKA

1. Wiryadi, Benny E., Dermatosis Vesikobulosa., Dalam: Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit

Kulit dan Kelamin. FK UI. Jakarta. 2005.

2. Wojnarowska F et al. Immunobulosa disease. Burn T et al, ed. Rook’stextbook of

dermatology. 7th edition. Australia : Blackwell publication ; 2004;2033-91.

3. Siregar. S.R. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. EGC. Jakarta. 2004; 204-08.

4. Hert M, ed. Autoimmune disease of the skin : pathogenesis,diagnosis,management.

2nd revised edition.Austria : Springer-verlag Wien; 2005;60-79.

32

Page 33: referat dermatosis vesikobulosa

5. Stanley JR. Pemfigus. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS,

Leffell DJ (eds). Fitzpatrick’s dermatology in general medicine (two vol. set). 7th ed.

New York: McGraw-Hill;2008:459-74.

6. Hall JC, ed. sauer’s Manual of skin Disease. 8th edition. Lippincott Williams &

Wilkins.2000;232-36.

7. Amagai M. Pemfigus. In:Bolognia JL,Jorizzo JL,Rapini RP (eds). Dermatology.

Spain:Elsevier.2008;5;417-29.

8. James WD, Berger TG, Elston DM,eds. Andrews Disease of the Skin Clinical

Symptoms. 10th ed. Phildelphia.Saunders Elsevier;2006;581-93.

9. Brown, Robin Graham, Tony Burns. Dermatologi Lectures Notes. Edisi Kedelapan.

Erlangga Medical Series.2002;144-46.

10. Borradori L, Bernard P. Bullous pemphigoid in Bolognia. J L Jorizzo, J L Rapini, R

P. Dermatology, vol 1 2nd Edition by Mosby.

11. MacKie M. R. Clinical Dermatology. 4th Edition. Oxford medical publications;1997.

P. 233-235.

12. Schachner A L, Hansen C R. Pediatric Dermatology. 2th Edition.

33