Dermatosis Eritroskuamosa Fenny

34
Refreshing DERMATOSIS ERITROSKUAMOSA Disusun oleh : Fenny Rahayu 2007730054 Pembimbing : Dr. Sofwan, Sp KK KEPANITERAAN KULIT DAN KELAMIN RSUD R.SYAMSUDIN, SH FAKULTAS KESEHATAN DAN KEDOKTERAN

Transcript of Dermatosis Eritroskuamosa Fenny

Page 1: Dermatosis Eritroskuamosa Fenny

RefreshingDERMATOSIS ERITROSKUAMOSA

Disusun oleh :

Fenny Rahayu

2007730054

Pembimbing :

Dr. Sofwan, Sp KK

KEPANITERAAN KULIT DAN KELAMIN RSUD R.SYAMSUDIN, SH

FAKULTAS KESEHATAN DAN KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2012

Page 2: Dermatosis Eritroskuamosa Fenny

DERMATOSIS ERITROSKUAMOSA

Penyakit kulit yang terutama ditandai dengan adanya eritema dan skuama. Pembagiannya

terbagi atas :

Psoriasis

Pitiriasis Rosea

Eritroderma

Dermatitis seboroik

Parapsoriasis

Psoriasis

Definisi

Psoriasis ialah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif,

ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang

kasar, berlapis-lapis dan transparan; disertai fenomena tetesan lilin, Auspitz, dan

Kobner. Psoriasis juga disebut psoriasis vulgaris berarti psoriasis yang biasa, karena ada

psoriasis lain, misalnya psoriasis pustulosa.

Etiologi

Etiologi belum diketahui, yang jelas ialah waktu pulih (turn over time) epidermis

dipercepat menjadi 3-4 hari, sedangkan pada kulit normal lamanya 27 hari.Berbagai

penyelidikan yang lebih mendalam untuk mengetahui penyebabnya yang pasti masih

banyak dilakukan. Beberapa faktor penting yang disangka menjadi penyebab timbulnya

Psoriasis :

a. Genetik

b. Imunologik

c. Stres Psikis

d. Infeksi focal

Page 3: Dermatosis Eritroskuamosa Fenny

Umumnya infeksi disebabkan oleh Kuman Streptococcus

e. Faktor Endokrin

Puncak insidens pada waktu pubertas dan menopause, pada waktu kehamilan membaik tapi menjadi lebih buruk pada masa pascapartus.

f. Gangguan Metabolik

Contohnya hipokalsemia dan dialisis.

g. Obat-obatan

Misalnya beta-adrenergic blocking agents, litium, antimalaria, dan penghentian mendadak korikosteroid sistemik.

h. Alkohol dan merokok

Patofisiologi

Psoriasis merupakan penyakit kronik yang dapat terjadi pada setiap usia. Perjalanan

alamiah penyakit ini sangat berfluktuasi. Pada psoriasis ditunjukan adanya penebalan

epidermis dan stratum korneum dan pelebaran pembuluh-pembuluh darah dermis bagian

atas. Jumlah sel-sel basal yang bermitosis jelas meningkat. Sel-sel yang membelah

dengan cepat itu bergerak dengan cepat ke bagian permukaan epidermis yang menebal.

Proliferasi dan migrasi sel-sel epidermis yang cepat ini menyebabkan epidermis menjadi

tebal dan diliputi keratin yang tebal (sisik yang berwarna seperti perak). Peningkatan

kecepatan mitosis sel-sel epidermis ini agaknya antara lain disebabkan oleh kadar

nukleotida siklik yang abnormal, terutama adenosin monofosfat (AMP) siklik dan

guanosin monofosfat (GMP) siklik. Prostaglandin dan poliamin juga abnormal pada

penyakit ini. Peranan setiap kelainan tersebut dalam mempengaruhi plak psoriatik belum

dapat dimengerti secara jelas.

Gejala Klinis

Penderita biasanya mengeluh adanya gatal ringan pada tempat-tempat predileksi,

yakni pada kulit kepala, perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstremitas bagian

ekstensor terutama siku serta lutut, dan daerah lumbosakral. Kelainan kulit terdiri atas

Page 4: Dermatosis Eritroskuamosa Fenny

bercak-bercak eritema yang meninggi (plak) dengan skuama diatasnya. Eritema berbatas

tegas dan merata. Skuama berlapis-lapis, kasar, dan berwarna putih seperti mika, serta

transparan.

Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner. Fenomena

tetesan lilin ialah skuama yang berubah warnanya menjadi putih pada goresan, seperti

lilin digores. Pada fenomena Auspitz serum atau darah berbintik-bintik yang disebabkan

karena papilomatosis. Trauma pada kulit, misalnya garukan, dapat menyebabkan kelainan

yang sama dengan kelainan psoriasis dan disebut kobner. Psoriasis juga dapat

menyebabkan kelainan kuku yang agak khas yang disebut pitting nail atau nail pit berupa

lekukan-lekukan miliar.

Bentuk Klinis :

1. Psoriasis Vulgaris

2. Psoriasis Gutata

3. Psoriasis Inversa ( Psoriasis Fleksural)

4. Psoriasis Eksudativa

5. Psoriasis Seboroik (Seboriasis)

6. Psoriasis Pustulosa ( Pustulosa Palmoplantar & Pustulosa Generalisata Akut)

7. Eritroderma Psoriatik

Diagnosis

Jika gambaran klinisnya khas, tidaklah sukar membuat diagnosis. Kalau tidak

khas, maka harus dibedakan dengan beberapa penyakit lain yang tergolong dermatitis

eritroskuamosa. Pada diagnosis banding hendaknya perlu diingat , bahwa pada psoriasis

terdapat tanda-tanda yang khas, yakni skuama kasar, transparan serta berlapis-lapis ,

fenomena tetesan lilin, dan fenomena auspitz serta kobner.

Diagnostik banding :

a. Dermatofitosis dengan keluhan gatal sekali dan ditemukan ada jamur.

b. Sifilis Psoriasiformis (sifilis stadium II).

c. Dermatitis seboroik.

Page 5: Dermatosis Eritroskuamosa Fenny

Penatalaksanaan Medik

Sampai saat ini belum ditemukan pengobatan yang spesifik karena penyebabnya belum

jelas dan banyak faktor yang berpengaruh. Psoriasis sebaiknya diobati secara topikal. Jika

hasilnya tidak memuaskan, baru dipertimbangkan pengobatan sistemik karena efek samping

pengobatan sistemik lebih banyak.

Pengobatan Sistemik

1. Kortikosteroid ( Prednison ), hanya digunakan pada psoriasis eritroderma dan psoriasis

pustulosa generalisata yaitu 40 – 60 mg.

2. Obat sitostatik ( Metrotrexat ). Metrotrexat 3 x 2.5 mg, interval 12 jam dalam seminggu.

Dosis total 7.5 mg. Jika tidak ada perbaikan dosis dinaikkan 2.5-5 mg perminggu. Dosis 3

x 5 mg perminggu biasanya sudah tanpak perbaikan.

3. Levodopa, 2 x 250 mg - 3x 500 mg

4. DDS(diaminodifenilsulfon), 2 x 100 mg

5. Etretinat dan Asitretein

6. Siklosporin, 6 mg/KgBB

Pengobatan Topikal

1. Preparat Ter ( fosil, kayu, batubara )

2. Kortikosteroid ( senyawa fluor )

3. Ditranol ( antralin )

4. Pengobatan dengan peyinaran

5. Calcipotrio

Page 6: Dermatosis Eritroskuamosa Fenny
Page 7: Dermatosis Eritroskuamosa Fenny

Pitiriasis Rosea

Definisi

Pitiriasis Rosea adalah suatu penyakit ringan yang menyebabkan peradangan kulit

disertai pembentukan sisik berwarna kemerahan. Bisa terjadi pada berbagai usia tetapi

paling sering timbul pada dewasa muda. Biasanya muncul selama musim semi dan

musim dingin.

Etiologi

Diduga penyebabnya adalah sejenis virus.

Gejala

- Suatu serangan biasanya berlangsung selama 4-8 minggu.

- Biasanya pitiriasis rosea berawal sebagai suatu bercak tunggal dengan ukuran yang

lebih besar, yang disebut herald patch atau mother patch.

- Beberapa hari kemudian akan muncul bercak lainnya yang lebih kecil.

- Bercak sekunder ini paling banyak ditemukan di batang tubuh, terutama di sepanjang

tulang belakang.

- Ruam memiliki batas yang tegas, bisa menyebar, kelainan kulitnya tampak seperti

sisik yang tengahnya lepas tetapi pinggirannya menempel.

- Kulit tampak merah dan meradang, disertai gatal-gatal yang sifarnya ringan sampai

berat.

- Daerah berbentuk bulat atau oval ini biasanya timbul di batang tubuh.

- Bisa timbul kelelahan, sakit kepala dan kadang rasa gatal yang sangat mengganggu.

Pengobatan

Page 8: Dermatosis Eritroskuamosa Fenny

Simptomatik :

o Sedativa untuk gatal

Topikal :

o Asam salisilat + mentol 0,05%

Page 9: Dermatosis Eritroskuamosa Fenny

Eritroderma

Definisi

Kelainan kulit yang ditandai dengan adanya eritema hampir di seluruh tubuh,

biasanya disertai skuama.

Ditandai adanya eritema seluruh tubuh atau hampir seluruh tubuh, biasanya

disertai skuama. Mutlak harus ada eritema. Skuama tidak selalu terdapat, misalnya : pada

eritroderma karena alergi obat sistemik, awalnya skuama tidak ada baru kemudian pada

masa penyembuhan muncul skuama

Etiologi

Alergi obat biasanya secara sistemik

Perluasan penyakit kulit ,misalnya : psoriasis, pemfigus foliaseus, dermatitis

atopik.

Penyakit sistemik termasuk keganasan

Gejala

Akibat alergi secara sistemik

Konsumsi obat yang dimasukkan ke dalam badan dengan cara :

Melalui mulut, hidung

Dengan suntikan atau infuse

Melalui rektum atau vagina

Yaitu eritema universalis. Bila masih akut tidak terdapat skuama, pada

stadium penyembuhan baru timbul skuama.

Akibat perluasan penyakit kulit yaitu Eritroderma karena psoriasis

Eritem yang tidak merata. Pada tempat predileksi psoriasis dapat

ditemukan kelainan yang lebih eritromatosa dan agak meninggi daripada

sekitarnya dan skuama di tempat itu lebih tebal.

Page 10: Dermatosis Eritroskuamosa Fenny

Akibat penyakit sistemik termasuk keganasan

Sindrom Sezary ditandai dengan eritema berwarna merah membara yang

universal disertai skuama dan rasa gatal.

Pengobatan

Prednison 4x10 mg – 4x15 mg. Bila terjadi perbaikan tappering off.

Page 11: Dermatosis Eritroskuamosa Fenny

Dermatitis Seboroik

Dermatitis seboroik merupakan penyakit inflamasi kronik yang mengenai daerah kepala

dan badan di mana terdapat glandula sebasea. Prevalensi dermatitis seboroik sebanyak 1% - 5%

populasi. Lebih sering terjadi pada laki-laki daripada wanita. Penyakit ini dapat mengenai bayi

sampai dengan orang dewasa. Umumnya pada bayi terjadi pada usia 3 bulan sedangkan pada

dewasa pada usia 30-60 tahun.

Dermatitis seboroik dan Pityriasis capitis (cradle cap) sering terjadi pada masa kanak-

kanak. Berdasarkan hasil suatu survey terhadap 1116 anak-anak yang mencakup semua umur

didapatkan prevalensi dermatitis seboroik adalah 10% pada anak laki-laki dan 9,5% pada anak

perempuan. Prevalensi tertinggi pada anak usia tiga bulan, semakin bertambah umur anaknya

prevalensinya semakin berkurang. Sebagian besar anak-anak ini menderita dermatitis seboroik

ringan.Secara internasional frekuensinya sebanyak 3-5%. Ketombe yang merupakan bentuk

ringan dari dermatitis ini lebih umum dan mengenai 15 - 20% populasi.

Definisi

Dermatitis seboroik adalah peradangan kulit yang sering terdapat pada daerah tubuh

berambut, terutama pada kulit kepala, alis mata dan muka, kronik dan superfisial, didasari

oleh faktor konstitusi.

Etiologi dermatitis seboroik masih belum jelas, meskipun demikian berbagai macam

faktor seperti faktor hormonal, infeksi jamur, kekurangan nutrisi, faktor neurogenik diduga

berhubungan dengan kondisi ini. Menurut Djuanda (1999) faktor predisposisinya adalah

kelainan konstitusi berupa status seboroik.Keterlibatan faktor hormonal dapat menjelaskan

kenapa kondisi ini dapat mengenai bayi, menghilang secara spontan dan kemudian muncul

kembali setelah pubertas. Pada bayi dijumpai kadar hormon transplansenta meninggi

beberapa bulan setelah lahir dan penyakitnya akan membaik bila kadar hormon ini menurun.

Faktor lain yang berperan adalah terjadinya dermatitis seboroik berkaitan dengan

proliferasi spesies Malassezia yang ditemukan di kulit sebagai flora normal. Ragi genus ini

dominan dan ditemukan pada daerah seboroik tubuh yang mengandung banyak lipid sebasea

(misalnya kepala, tubuh, punggung). Selden (2005) menyatakan bahwa Malassezia tidak

Page 12: Dermatosis Eritroskuamosa Fenny

menyebabkan dermatitis seboroik tetapi merupakan suatu kofaktor yang berkaitan dengan

depresi sel T, meningkatkan kadar sebum dan aktivasi komplemen.

Dermatitis seboroik juga dicurigai berhubungan dengan kekurangan nutrisi tetapi belum

ada yang menyatakan alasan kenapa hal ini bisa terjadi.

Pada penderita gangguan sistem syaraf pusat (Parkinson, cranial nerve palsies, major truncal

paralyses) juga cenderung berkembang dermatitis seboroik luas dan sukar disembuhkan.

Menurut Johnson (2000) terjadinya dermatitis seboroik pada penderita tersebut sebagai

akibat peningkatan timbunan sebum yang disebabkan kurang pergerakan. Peningkatan sebum

dapat menjadi tempat berkembangnya P. Ovale sehingga menginduksi dermatitis seboroik.

Faktor genetik dan lingkungan dapat merupakan predisposisi pada populasi tertentu,

seperti penyakit komorbid, untuk berkembangnya dermatitis seboroik. Meskipun dermatitis

seboroik hanya terdapat pada 3% populasi, tetapi insidensi pada penderita AIDS dapat

mencapai 85%. Mekanisme pasti infeksi virus AIDS memacu onset dermatitis seboroik

(ataupun penyakit inflamasi kronik pada kulit lainnya) belum diketahui.

Berbagai macam pengobatan dapat menginduksi dermatitis seborok. Obat-obat tersebut

adalah auranofin, aurothioglucose, buspirone, chlorpromazine, cimetidin, ethionamide,

griseofulvin, haloperidol, interferon alfa, lithium, methoxsalen, methyldopa, phenothiazines,

psoralens, stanozolol, thiothixene, and trioxsalen.

C. Klasifikasi dan Manifestasi Klinik

Dermatitis seboroik umumnya berpengaruh pada daerah kulit yang mengandung

kelenjar sebasea dalam frekuensi tinggi dan aktif. Distribusinya simetris dan biasanya

melibatkan daerah berambut pada kepala meliputi kulit kepala, alis mata, kumis dan jenggot.

Adapun lokasi lainnya bisa terdapat pada dahi, lipatan nasolabial, kanalis auditoris external

dan daerah belakang telinga. Sedangkan pada tubuh dermatitis seboroik dapat mengenai

daerah presternal dan lipatan-lipatan kulit seperti aksila, pusar, inguinal, infra mamae, dan

anogenital.

Page 13: Dermatosis Eritroskuamosa Fenny

Menurut usia dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Pada remaja dan dewasa

Dermatitis seboroik pada remaja dan dewasa dimulai sebagai skuama berminyak ringan

pada kulit kepala dengan eritema dan skuama pada lipatan nasolabial atau pada belakang

telinga. Skuama muncul pada kulit yang berminyak di daerah dengan peningkatan kelenjar

sebasea (misalnya aurikula, jenggot, alis mata, tubuh (lipatan dan daerah infra mamae),

kadang-kadang bagian sentral wajah dapat terlibat. Dua tipe dermatitis seboroik dapat

ditemukan di dada yaitu tipe petaloid (lebih umum ) dan tipe pityriasiform (jarang).

Bentuknya awalnya kecil, papul-papul follikular dan perifollikular coklat kemerah-merahan

dengan skuama berminyak. Papul tersebut menjadi patch yang menyerupai bentuk daun

bunga atau seperti medali (medallion seborrheic dermatitis). Tipe pityriasiform umumnya

berbentuk makula dan patch yang menyerupai pityriasis rosea. Patch-patch tersebut jarang

menjadi erupsi.

Pada masa remaja dan dewasa manifestasi kliniknya biasanya sebagai scalp scaling

(ketombe) atau eritema ringan pada lipatan nasolabial pada saat stres atau kekurangan tidur.

2. Pada bayi

Pada bayi, dermatitis seboroik dengan skuama yang tebal, berminyak pada verteks kulit

kepala (cradle cap). Kondisi ini tidak menyebabkan gatal pada bayi sebagaimana pada anak-

anak atau dewasa. Pada umumnya tidak terdapat dermatitis akut (dengan dicirikan oleh

oozing dan weeping). Skuama dapat bervariasi warnanya, putih atau kuning. Gejala klinik

pada bayi dan berkembang pada minggu ke tiga atau ke empat setelah kelahiran. Dermatitis

dapat menjadi general. Lipatan-lipatan dapat sering terlibat disertai dengan eksudat seperti

keju yang bermanifestasi sebagai diaper dermatitis yang dapat menjadi general. Dermatitis

seboroik general pada bayi dan anak-anak tidak umum terjadi, dan biasanya berhubungan

dengan defisiensi sistem imun. Anak dengan defisiensi sistem imun yang menderita

dermatitis seboroik general sering disertai dengan diare dan failure to thrive (Leiner’s

disese). Sehingga apabila bayi menunjukkan gejala tersebut harus dievaluasi sistem

imunnya.

Page 14: Dermatosis Eritroskuamosa Fenny

Menurut daerah lesinya, dermatitis seboroik dibagi tiga:

1. Seboroik kepala

Pada daerah berambut, dijumpai skuama yang berminyak dengan warna kekuning-

kuningan sehingga rambut saling melengket; kadang-kadang dijumpai krusta yang disebut

Pitriasis Oleosa (Pityriasis steatoides). Kadang-kadang skuamanya kering dan berlapis-

lapis dan sering lepas sendiri disebut Pitiriasis sika (ketombe). Pasien mengeluhkan gatal

di kulit kepala disertai dengan ketombe. Pasien berpikir bahwa gejala-gejala itu timbul

dari kulit kepala yang kering kemudian pasien menurunkan frekuensi pemakaian shampo,

sehingga menyebabkan akumulasi lebih lanjut.

Inflamasi akhirnya terjadi dan kemudian gejala makin memburuk.

Bisa pula jenis seboroik ini menyebabkan rambut rontok, sehingga terjadi alopesia dan

rasa gatal. Perluasan bisa sampai ke belakang telinga. Bila meluas, lesinya dapat sampai

ke dahi, disebut Korona seboroik. Dermatitis seboroik yang terjadi pada kepala bayi

disebut Cradle cap .

Selain kulit kepala terasa gatal, pasien dapat mengeluhkan juga sensasi terbakar

pada wajah yang terkena. Dermatitis seboroik bisa menjadi nyata pada orang dengan

kumis atau jenggot, dan menghilang ketika kumis dan jenggotnya dihilangkan. Jika

dibiarkan tidak diterapi akan menjadi tebal, kuning dan berminyak, kadang-kadang dapat

terjadi infeksi bakterial.

2. Seboroik muka

Pada daerah mulut, palpebra, sulkus nasolabialis, dagu, dan lain-lain terdapat

makula eritem, yang diatasnya dijumpai skuama berminyak berwarna kekuning-

kuningan. Bila sampai palpebra, bisa terjadi blefaritis. Sering dijumpai pada wanita. Bisa

didapati di daerah berambut, seperti dagu dan di atas bibir, dapat terjadi folikulitis. Hal

ini sering dijumpai pada laki-laki yang sering mencukur janggut dan kumisnya. Seboroik

muka di daerah jenggot disebut sikosis barbe.

Page 15: Dermatosis Eritroskuamosa Fenny

3. Seboroik badan dan sela-sela

Jenis ini mengenai daerah presternal, interskapula, ketiak, inframama, umbilicus,

krural (lipatan paha, perineum). Dijumpai ruam berbentuk makula eritema yang pada

permukaannya ada skuama berminyak berwarna kekuning-kuningan. Pada daerah badan,

lesinya bisa berbentuk seperti lingkaran dengan penyembuhan sentral. Di daerah

intertrigo, kadang-kadang bisa timbul fisura sehingga menyebabkan infeksi sekunder.

D. Diagnosis

1. Anamnesis

Bentuk yang banyak dikenal dan dikeluhkan pasien adalah ketombe/ dandruft.

Walaupun demikian, masih terdapat kontroversi para ahli. Sebagian mengganggap

dandruft adalah bentuk dermatitis seboroik ringan tetapi sebagian berpendapat lain.

2. Pemeriksaan fisik

Secara klinis kelainan ditandai dengan eritema dan skuama yang berbatas relatif

tegas. Skuama dapat kering, halus berwarna putih sampai berminyak kekuningan,

umumnya tidak disertai rasa gatal. Kulit kepala tampak skuama patch ringan sampai

dengan menyebar, tebal, krusta keras. Bentuk plak jarang. Dari kulit kepala dermatitis

seboroik dapat menyebar ke kulit dahi, belakang leher dan belakang telinga.

Distribusi mengikuti daerah berambut pada kulit dan kepala seperti kulit kepala, dahi,

alis lipatan nasolabial, jenggot dan belakang telinga. Perluasan ke daerah submental

dapat terjadi.

3. Histologis

Pemeriksaan histologis pada dermatitis seboroik tidak spesifik. Dapat

ditemukan hiperkeratosis, akantosis, spongiosis fokal dan paraketatosis.

Biopsi kulit dapat efektif membedakan dermatitis seboroik dengan penyakit sejenis.

Pada dermatitis seboroik terdapat neutrofil dalam skuama krusta pada sisi ostia

follicular. AIDS berkaitan dengan dermatitis seboroik tampak sebagai parakeratosis,

nekrotik keratinosites dalam epidermis dan sel plasma dalam dermis. Ragi kadang

tampak dalam keratinosites dengan pengecatan khusus.

Page 16: Dermatosis Eritroskuamosa Fenny

E. Diagnosis Banding

1. Dermatitis atopik

Dermatitis atopik pada dewasa tampak pada fossa antecutabital dan poplitae.

Bayi dapat menderita dermatitis atopi predileksi terutama pada bagian tubuh tertentu

(misalnya kulit kepala, wajah, daerah sekitar popok, permukaan otot ekstensor)

menyerupai dermatitis seboroik. Akan tetapi dermatitis seboroik pada bayi memiliki

ciri-ciri axillary patches, kurang oozing dan weeping dan kurang gatal.

Membedakannnya berdasarkan gejala klinis karena kenaikan kadar immunoglobulin E

pada dermatitis atopik tidak spesifik.

2. Kandidiasis

Pada pemeriksaan histologis kandidiasis menghasilkan pseudohipa.

3. Langenhan cell histiocytosis

Bayi jarang menderita Langenhan cell histiocytosis. Langenhan cell

histiocytosis cirinya seborrheic dermatitis-like eruptions pada kulit kepala disertai

demam.

4. Psoriasis

Pada psoriasis dijumpai skuama yang lebih tebal, kasar, berlapis-lapis, putih

seperti mutiara dan tak berminyak. Selain itu ada gejala yang khusus untuk psoriasis5.

Tanda lain dari psoriasi seperti pitting nail atau onycholysis distal dapat untuk

membantu membedakan.

5. Pitiriasis rosasea

Pitiriaris rosasea dapat terjadi eritem pada wajah menyerupai dermatitis

seboroik. Meskipun rosasea cenderung melibatkan daerah sentral wajah tetapi dapat

juga hanya pada dahi3. Pada pitiriasis rosea, skuamanya halus dan tak berminyak.

Sumbu panjang lesi sejajar dengan garis kulit.

Page 17: Dermatosis Eritroskuamosa Fenny

6. Tinea

Pada tinea kapitis, dijumpai alopesia, kadang-kadang dijumpai kerion. Pada

tinia kapitis dan tine kruris eritem lebih menonjuo di pinggir dan pinggirnya lebih aktif

dibandingkan tengahnya (Hrahap, 2000). Tinea capitis, facei dan korporis dapat

ditemukan hipa pada pemeriksaan sitologik dengan potassium hydroksida.

F. Penatalaksanaan

Terapi yang efektif untuk dermatitis seboroik yaitu obat anti inflamasi

(immunomodulatory), keratolitik, anti jamur dan pengobatan alternatif.

1. Obat anti inflamasi (immunomodulatory)

Terapi konvensional untuk dermatitis seboroik dewasa pada kulit kepala dengan

steroid topikal atau inhibitor calcineuron. Terapi tersebut pemberiannya dapat berupa

shampo seperti fluocinolon (Synalar), solusio steroid topikal, losio yang dioleskan pada

kulit kepala atau krim pada kulit.

Kortikosteroid merupakan hormon steroid yang dihasilkan oleh korteks adrenal

yang pembuatan bahan sintetik analognya telah berkembang dengan pesat. Efek utama

penggunaan kortikosteroid secara topikal pada epidermis dan dermis ialah efek

vasokonstriksi, efek anti inflamasi, dan efek antimitosis. Adanya efek vasokonstriksi

akan mengakibatkan berkurangnya eritema. Adanya efek anti inflamasi yang terutama

terhadap leukosit akan efektif terhadap berbagai dermatoses yang didasari oleh proses

inflamasi seperti dermatitis. Sedangkan adanya efek antimitosis terjadi karena

kortikosteroid bersifat menghambat sintesis DNA berbagai jenis sel.

Terapi dermatitis seboroik pada dewasa umumnya menggunakan steroid topikal

satu atau dua kali sehari, sering diberikan sebagai tambahan ke shampo. Steroid topikal

potensi rendah efektif untuk terapi dermatitis seboroik pada bayi terletak di daerah

lipatan atau dewasa pada persisten recalcitrant seborrheic dermatitis. Topikal azole

dapat dikombinasikan dengan regimen desonide (dosis tunggal perhari selama dua

minggu). Akan tetapi penggunaan kortikosteroid topikal ini memiliki efek samping

pada kulit dimana dapat terjadi atrofi, teleangiectasi dan dermatitis perioral.

Page 18: Dermatosis Eritroskuamosa Fenny

Topikal inhibitor calcineurin (misalnya oinment tacrolimus (Protopix), krim

pimecrolimus (Elidel)) memiliki efek fungisidal dan anti inflamasi tanpa resiko atropi

kutaneus. Inhibittor calcineurin juga baik untuk terapi dimana wajah dan telinga

terlibat, tetapi efeknya baru bisa dilihat setelah pemberian tiap hari selama seminggu.

2. Keratolitik

Terapi lain untuk dermatitis seboroik dengan menggunakan keratolitik.

Keratolitik yang secara luas dipakai untuk dermatitis seboroik adalah tar, asam

salisiklik dan shampo zinc pyrithion. Zinc pyrithion memliki efek keratolitik non

spesifik dan anti fungi, dapat diberikan dua atau tiga kali per minggu. Pasien sebaiknya

membiarkan rambutnya dengan shampo tersebut selama lima menit agar shampo

mencapai kulit kepala. Pasien dapat menggunakannya juga untuk tempat lain yang

terkena seperti wajah.

3. Anti fungi

Sebagian besar anti jamur menyerang Malassezia yang berkaitan dengan

dermatitis seboroik. Dosis satu kali sehari gel ketokonazol (Nizoral) dalam dua minggu,

satu kali sehari regimen desonide (Desowan) dapat berguna untuk dermatitis seboroik

pada wajah. Shampo yang mengandung selenium sulfide (Selsun) atau azole dapat

dipakai. Shampo tersebut dapat diberikan dua sampai tiga kali seminggu. Ketokonazole

(krim atau gel foaming) dan terbinfin (Lamisil) oral dapat berguna. Anti jamur topikal

lainnya seperti ciclopirox (Loprox) dan flukonazole (Diflucan) mempunyai efek anti

inflamasi juga. Anti jamur (selenium sulfide, pytrithion zinc, azola, sodium

sulfasetamid dan topical terbinafin) dapat menurunkan kolonisasi oleh ragi lipopilik.

4. Pengobatan Alternatif

Terapi alami menjadi semakin popular. Tea tree oil (Melaleuca oil) merupakan

minyak essensial dari seak belukar Australia. Terapi ini efektif dan ditoleransi dengan

baik jika digunakan setiap hari sebagai shampo 5%.

Page 19: Dermatosis Eritroskuamosa Fenny

Penatalaksanaan dermatitis seboroik pada kulit kepala dan daerah jenggot

Banyak kasus dermatitis seboroik di kulit kepala dapat diterapi secara efektif

dengan memakai shampo tiap hari atau berselang satu hari dengan shampo anti

ketombe yang mengandung 2,5 persen selenium sulfide atau 1-2 persen pyrithione

zinc. Alternatif lain shampo ketoconazole dapat dipakai. Shampo sebaiknya

mengenai kulit kepala dan daerah jenggot selama 5 sampai 10 menit sebelum

dibilas. Shampo moisturizing dapat dipakai setelah itu untuk mencegah kerontokan

rambut. Setelah penyakit dapat dikendalikan frekuensi memakan shampo dapat

dikurangi menjadi dua kali seminggu atau seperlunya. Solusio topical terbinafin 1

% efektif untuk terapi dermatitis seboroik pada kulit kepala.

Jika kulit kepala tertutupi oleh skuama difus dan tebal, skuama dapat dihilangkan

dengan memberikan minyak mineral hangat atau minyak zaitun pada kulit kepala

dan dibersihkan dengan deterjen seperti dishwashing liquid atau shampoo tar

beberapa jam setelahnya.

Skuama ekstensif dengan peradangan dapat diterapi dengan moistening kulit

kepala dan kemudian memberikan fluocinolone asetonid 0,01% dalam minyak

pada malam hari diikuti dengan shampo pada pagi harinya. Terapi ini dilakukan

sampai dengan peradangan bersih, kemudian frekuensinya diturunkan menjadi satu

sampai tiga kali seminggu. Solusio kortikostreroid, losion atau ointment dipakai

satu atau dua kali sehari di tempat fluocinolon acetonid dan dihentikan pada saat

gatal dan eritema hilang. Pemberian kortikosteroid dapat diulang satu sampai tiga

minggu sampai gatal dan eritemanya hilang dan kemudian dipakai lagi jika

diperlukan. Pemeliharaan dengan shampo anti ketombe dapat secara adekuat.

Pasien dianjurkan agar memakai steroid topikal poten dengan hemat sebab

pemakaian yang berlebihan dapat menyebabkan atrofi dan telangiectasi pada kulit.

Bayi sering terkena dermatitis seboroik, disebut “cradle cap”. Dapat

mengenai kulit kepala, wajah dan intertrigo. Daerah yang terkena dapat luas tetapi

kelainan ini dapat sembuh secara spontan 6-12 bulan dan tidak kambuh sampai

dengan pubertas. Terapinya dapat dengan memakai shampo antiketombe. Jika

skuama mencakup daerah luas pada kepala, skuama dapat dilembutkan dengan

minyak yang disikan ke sikat rambut bayi kemudian dibilas.

Page 20: Dermatosis Eritroskuamosa Fenny

Penatalaksanaan pada wajah

Daerah pada wajah yang terkena dapat sering di cuci dengan shampo yang

efektif untuk seborik. Alternatif lain dapat dipakai kream ketokonazone 2%,

diberikan 1-2 kali. Hidrokortison 1% sering kali diberikan 1-2 kali dan akan

menghasilkan proses resolusi eritema dan gatal. Losion Sodium sulfacetamide

10% juga efektif sebagai agen topikal untuk dermatitis seboroik.

Penatalaksaan pada tubuh

Dapat diterapi dengan zinc atau shampo yang mengandung tar batu bara atau

dengan dicuci dengan sabun yang mengandung zinc. Sebagai tambahan dapat

dipakai krim ketokonazole 2 % dan atau krim kortikosteroid, losion atau solusion

yang dipakai 1-2 kali sehari. Benzoil peroksida dapat dipakai untuk dermatitis

seboroik pada tubuh. Pasien harus membilas secara menyeluruh setelah pemakaian

zat tersebut.

Penatalaksanaan dermatitis seboroik berat

Pada pasien dengan dermatitis seboroik berat yang tidak responsif dengan

terapi topikal yang biasa dapat di terapi dengan isotretionoin. Isotretinoin dapat

menginduksi pengecilan glandula sebasea sampai dengan 90% dengan mengurangi

produksi sebum. Isotretinoin juga dapat dipakai sebagai anti inflamasi. Terapi

dengan isotretinoin 0,1 – 0,3 mg/ kg BB/ hari dapat memperbaiki dermatitis

seboroiknya. Kemudian dosis pemeliharaan 5-10 mg/ hari efektif untuk beberapa

tahun. Akan tetapi isotretinoin memiliki efek samping serius, yaitu teratogenik,

hiperlipidemia, neutropenia, anemia dan hepatitis. Efek samping mukokutaneus

mencakup khelitis, xerosis, konjungtivitis, uretritis dan kehilangan rambut.

Penggunaan jangka panjang berhubungan dengan perkembangan diffuse idiopathic

skeletal hyperostosis (DISH).

Pendekatan lain pada pasien yang sulit dengan mencoba berbagai macam

kombinasi yang berbeda dari obat-obat yang biasa dipakai : shampo anti ketombe,

anti jamur dan steroid topikal. Jika ini gagal dapat dipakai steroid topikal poten

jangka pendek . Pilihan terapinya mencakup steroid kelas III non fluorinate seperti

Page 21: Dermatosis Eritroskuamosa Fenny

mometasone furoate (Elocon) atau menggunakan steroid ekstra poten kelas I atau

steroid topikal kelas II seperti clobetasol propionate (Temovate) atau fluocinonude

(Lidex). Steroid topikal kelas III harus dipakai lebih dulu, tetapi jika masih tidak

resposif dapat menggunakan kelas I. Obat tersebut dapat diberikan satu sampai dua

kali sehari, bahkan untuk wajah, tetapi harus dihentikan setelah dua minggu sebab

terjadinya peningkatan efek samping. Jika pasien respon sebelum dua minggu,

obat harus di stop sesegera mungkin.

Sebagian besar kortikosteroid tersedia sebagai solusio, losion, kream dan

ointment. Penggunaan vehikulum ini tergantung pasien dan lokasi terapi. Losion

dan kream sering digunakan pada wajah dan tubuh sedangkan solusio dan ounment

sering digunakan pada kulit kepala. Umumnya pemakaian solusio kulit kepala

lebih dipilih pada orang kulit putih dan asia, untuk orang kulit hitam mungkin

terlalu kering, ointment merupakan pilihan yang lebih baik.

G. Saran

Penderita harus diberitahu bahwa penyakit berlangsung kronik dan sering

kambuh. Harus dihindari factor pencetus seperti stress emosional, makanan berlemak dan

sebagainya.

H. Prognosis

Pada sebagian kasus yang mempunyai faktor konstitusi penyakit ini agak sukar

disembuhkan.

Page 22: Dermatosis Eritroskuamosa Fenny

Parapsoriasis

Definisi

Parapsoriasis merupakan penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya, pada

umumnya tanpa keluhan, kalainan kulit terutama terdiri atas eritema dan skuama,

berkembangnya biasanya perlahan-lahan, perjalanannya umumnya kronik.

Klasifikasi

Parapsoriasis gutata

Ruam terdiri atas papul miliar serta lentikular, eritema dan skuama, dapat

hemoragik, kadang – kadang berkonfluens, dan umumnya simetrik. Gambaran

klinik mirip varisela

Parapsoriasis variegata

Predileksi badan, bahu, dan tungkai

Parapsoriasis en plaque

Predileksi badan, dan ekstremitas.Bercak eritematosa, permukaan datar,

bulat atau lonjong, skuama sedikit, merah jambu atau kuning

Pengobatan

Penyinaran UV

Kortikosteroid topikal

Eritromisin dosis 40 mg / KgBB untuk parapsoriasis gutata

Page 23: Dermatosis Eritroskuamosa Fenny

DAFTAR PUSTAKA

1. Adji prof. Dr. dr., Djuanda. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Universitas Indonesia

Ed.IV.2005. Balai Penerbit FK UI .Jakarta.

2. Marwali,Harahap Prof.Dr. Ilmu penyakit kulit.2000.EGC.Jakarta.

3. www.emedicine.com .

4. www.medicastore.com.