Referat BrainMetastaticTumor

download Referat BrainMetastaticTumor

of 27

Transcript of Referat BrainMetastaticTumor

  • 7/29/2019 Referat BrainMetastaticTumor

    1/27

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Tumor otak metastasis merupakan lesi otak yang cukup sering dijumpai.1-3

    Metastasis ke otak merupakan komplikasi sistemik kanker yang paling ditakuti dan

    merupakan tumor intrakranial yang paling umum pada orang dewasa.4

    Sekitar 15-20% pasien kanker akan didiagnosis dengan tumor otak metastasis.

    Insiden dari tumor ini diperkirakan 4.1-11.1 per 100.000 populasi/tahun. Insiden tumor

    otak metastasis meningkat sejalan dengan semakin majunya terapi sistemik yang

    memperpanjang angka harapan hidup, semakin banyaknya populasi lanjut usia,

    meningkatnya insiden kanker paru dan melanoma dan kemampuan MRI dalam

    mendeteksi metastasis berukuran kecil.1,5,6 Pada orang dewasa, sumber metastasis utama

    adalah kanker paru, payudara dan melanoma.Metastasis ke parenkim otak merupakan

    bentuk keterlibatan SSP yang tersering dari kanker sistemik. Penyebaran terutama secara

    hematogen. Selain itu penyebaran ke parenkim bisa juga terjadi sebagai akibat perluasan

    dari metastasis tulang yang berdekatan. Metastasis cenderung berada di gray-white matter

    junction karena pada daerah ini pembuluh darah berubah ukuran sehingga emboli

    metastatik dapat terperangkap.1,3 Penatalaksanaan tumor otak metastasis hingga saat ini

    masih terus menjadi tantangan karena asal metastasis otak yang sangat beragam dan

    waktu survival yang relatif singkat. 5

    1

  • 7/29/2019 Referat BrainMetastaticTumor

    2/27

    BAB II

    ANATOMI OTAK

    Susunan saraf terdiri dari: Susunan Saraf Pusat (SSP) dan Susunan Saraf Tepi

    (Nn. Craniales + Nn. Spinales). Susunan Saraf Pusat terdiri Encephalon dan Medulla

    Spinalis. Otak, atau ensefalon secara konvensional dibagi dalam 5 bagian utama :

    telensefalon atau otak besar, diensefalon atau otak antara, mesensefalon atau otak tengah,

    metensefalon atau otak belakang, dan mielensefalon atau medulla oblongata (sambungan

    sumsum tulang). Telensefalon dan diensefalon membentuk prosensefalon atau otak

    depan. Metensefalon dan mielensefalon membentuk rombensefalon atau otak belah

    ketupat. Metttensefalon terdiri dari pons danserebelum. Serebrum mencakup telensefalon,

    diensefalon dan otak tengah bagian atas.

    Serebrum sebagiannya terbagi dalam dua belahan hemisfer oleh suatu fisura

    longitudinal vertical yang dalam. Sebuah hemisfer serebrum adalah setengah bagian otak

    depan. Hemisfer serebrum meliputi struktur telensefalon seperti korteks serebrum, zat

    putih yang dalam terhadap korteks, ganglia basal, dan korpus kalosum. Sistem

    ventrikulus ialah rongga-rongga di dalam otak yang berisi cairan serebrospinal. Sistem itu

    dibagi sebagai berikut : ventrikel lateral ialah rongga di dalam hemisfer serebrum,

    ventrikel ketiga ialah rongga di dalam diensefalon, akuaduktus serebrum (akuaduktus

    sylvii) ialah rongga di dalam mesensefalon dan ventrikel keempat ialah rongga

    rombensefalon. Serebelum (otak kecil) ialah bagiandorsal metensefalon yang

    mengembang.

    Batang otak ialah istilah kolektif untuk diensefalon, mesensefalon dan

    rombensefalon tanpa serebelum. (Diensefalon kadang-kadang tidak dimasukkan ke dalam

    batang otak). Batang otak dibagi menurut hubungan topografiknya dengan tentorium

    dalam bagian supratentorium dan infratentorium.Diensefalon ialah bagian bagian supratentorium dan otak tengah, pons dan

    sambungan sumsum tulang belakang merupakan bagian infratentorium. Semua saraf otak

    kecuali saraf penghidu dan saraf optik, muncul dari batang otak bagian infratentorium.

    2

  • 7/29/2019 Referat BrainMetastaticTumor

    3/27

    FISIOLOGI SUSUNAN SARAF PUSAT

    Sistem saraf terdiri dari:

    1.Reseptor sensoris reaksi segera memori pada otak

    2.Informasi ( medulla spinalis, substansia retikularis)

    3.Efektor ke otot & kelenjar

    Fungsi sistem saraf adalah:

    1. Menghantarkan informasi dari satu tempat ke tempat yang lain

    2. Mengelola informasi sehingga dapat digunakan atau dapat menjadi jelas artinya pada

    pikiran.

    Tingkatan sistem saraf :

    1. Tingkat medulla spinalis, sinyal sensoris dihantarkan melalui saraf-saraf spinal menuju

    ke setiap segment Medulla Spinalis dan menyebabkan respons motorik lokal.

    2. Tingkat Otak Bagian.Bawah (Medulla Oblongata, pons, mesensephalon, hipotalamus,

    talamus, serebellum, dan ganglia basalis) mengatur aktivitas tubuh yang terjadi di bawah

    kesadaran.

    3. Tingkat otak bagian atas atau tingkat kortikal, daerah tempat penyimpanan informasi dan

    proses berpikir.

    3

  • 7/29/2019 Referat BrainMetastaticTumor

    4/27

    Patokan anatomis yag digunakan dlm pemetaan korteks serebri terdiri dari 4 lobus yaitu :

    1. Lobus oksipitalis, untuk pengelolaan awal masukan penglihatan

    2. Lobus Temporalis, untuk sensasi suara (Pendengaran).

    3. Lobus parietalis, untuk menerima & mengolah masukan sensorik seperti sentuhan,

    panas, tekanan, dingin dan nyeri dari permukaan tubuh.

    4. Lobus Frontalis, berfungsi :

    a. aktifitas motorik volunter

    b. Kemampuan berbicara

    c. Elaborasi pikiran.

    Fungsi korteks serebri :

    1. Persepsi sensorik

    2. Kontrol gerakan volunter

    3. Bahasa

    4. Sifat pribadi

    5. Proses berpikir, mengingat,kreatifitas

    Medulla Spinalis

    Berjalan melalui kanalis vertebralis dan dihubungkan dengan saraf spinalis. Terdiri

    dari :

    1. Substansia Grisea berbentuk seperti kupu-kupu(H) terdiri dari badan sel saraf dan

    dendritnya, antarneuron pendek dan sel-sel glia

    2. Substansia Alba tersusun menjadi traktus (jaras) yaitu :

    1. Traktus Asendens (dari Medulla Spinalis ke Otak), menyalurkan sinyal dari aferen ke

    otak.

    2. Traktus Desendens (dari Otak ke Medulla Spinalis), menyampaikan pesan - pesan dari

    otak ke neuron eferen.

    Medulla Spinalis bertanggung jawab untuk integrasi banyak refleks dasar, mempunyai 2

    fungsi utama :

    4

  • 7/29/2019 Referat BrainMetastaticTumor

    5/27

    1. Sebagai penghubung untuk menyalurkan informasi antara otak dan bagian tubuh

    lainnya.

    2. Mengintegrasikan aktifitas refleks antara masukan aferen dan keluaran eferen tanpa

    melibatkan otak, jenis aktifitas refleks ini dikenal sbg refleks spinal.

    Serebelum

    Serebelum penting dalam keseimbangan serta merencanakan dan melaksanakan

    gerakan volunter. Terdiri dari :

    1. Vestibuloserebellum, mempertahankan keseimbangan dan mengontrol gerakan.

    2. Spinoserebellum, mengatur tonus otot dan gerakan volunter yang terampil dan

    terkoordinasi.

    3. Serebroserebellum, dalam perencanaan dan inisiasi gerakan volunter dengan

    memberikan masukan ke daerah motorik korteks

    5

  • 7/29/2019 Referat BrainMetastaticTumor

    6/27

    BAB III

    BRAIN METASTATIC TUMOR

    III.1. DEFINISITumor otak metastasis merupakan neoplasma yang berasal pada jaringan diluar sistem

    saraf pusat dan menyebar secara sekunder ke otak.6

    III.2. EPIDEMIOLOGI

    Tumor otak metastasis merupakan tumor intraserebral yang paling sering dijumpai

    walaupun insidensi pastinya tidak diketahui. Studi dari Percy et al menemukan insidensi

    metastasis otak sebesar 11.1 per 100.000. Studi lain menemukan insidensi metastasis otak

    sebesar 3.4 per 100.000.4 Metastasis otak dijumpai pada 20-40% pasien kanker dan

    memiliki perbandingan 10:1 dengan tumor otak primer. Diperkirakan 98.000 hingga

    170.000 pasien didiagnosis dengan tumor otak metastasis setiap tahunnya di Amerika

    Serikat. Jenis kanker yang paling sering bermetastasis ke otak adalah kanker paru, yaitu

    30-60% dari seluruh metastasis otak. 1,6

    6

  • 7/29/2019 Referat BrainMetastaticTumor

    7/27

    III.3. PATOFISIOLOGI

    Metastasis merupakan proses dinamis yang melibatkan berbagai proses. 1-4 Mekanisme

    spesifik dan urutan kejadian yang menyebabkan metastasis otak belum sepenuhnya

    dimengerti. Baik sel kanker yang bermetastasis ke otak maupun lingkungan pada otak itu

    sendiri memainkan peranan yang penting. Agar sel metastatik dapat meninggalkan tumor

    primer, sel-sel ini harus memiliki kemampuan untuk melepaskan diri, bersirkulasi dan

    menginvasi. Penyebaran sel tumor terjadi melalui sistem vaskular atau limfatik. Sebagian

    besar sel tumor menyebar melalui pembuluh darah atau limfatik (hipotesis hemodinamik)

    dan tertahan secara mekanik pada kapiler atau nodus limfarik yang pertama kali

    dijumpai. Sel-sel ini kemudian menjadi lokasi perkembangan tumor. Walaupun begitu,

    mekanisme ini tidak berlaku untuk seluruh fenomena metastasis. Walaupun otot, ginjal

    dan kulit merupakan struktur dengan vaskularisasi yang banyak, organ ini jarang menjadi

    tempat metastasis. Pada tahun 1889, Stephen Paget menganalisa hasil autopsi dari 735

    kasus kanker payudara dan menemukan bahwa walaupun aliran darah ke ginjal dan limpa

    lebih banyak, namun organ hepar merupakan tempat metastasis yang lebih sering. Ia

    menunjukkan bahwa tampaknya ada karakteristik organ host itu sendiri yang

    mempengaruhi dimana sel-sel tumor ini akan berkembang. Ini menghasilkan hipotesis

    seed and soil. Ia menyatakan bahwa sel-sel tumor (seed) hanya dapat berkembang jika

    berada pada organ yang tepat (soil). Banyak bukti yang mendukung hipotesis seed and

    soil atau molecular recognition. Sel-sel tumor mencapai organ melalui jalur vaskular dan

    limfatik. Setelah mencapai organ tertentu, sukses tidaknya sel-sel ini berkembang

    menjadi tumor bergantung pada kesesuaian soil. Satu studi otopsi memprediksi bahwa

    hipotesis hemodinamik berperan pada 66% metastase, sedagkan 20% mungkin

    disebabkan hipotesis molecular recognition. Metastasis lokal tampaknya disebabkan oleh

    proses hemodinamik, sedangkan penyebaran yang lebih jauh tampaknya disebabkan oleh

    molecular recognition antara sel-sel tumor dan host organ.2,3,4

    Kaskade Metastatik

    Kaskade metastatik adalah rangkaian proses yang terjadi pada proses penyebaran kanker.

    Tidak semua mekanisme dan faktor yang berperan telah teridentifikasi, namun sejumlah

    growth factors, sitokin, mediator imunologis dan jalur molekular tampaknya memainkan

    7

  • 7/29/2019 Referat BrainMetastaticTumor

    8/27

    peran. Urutan kejadiannya meliputi: detachment, intravasation, transpor embolisasi,

    ekstravasasi, kolonisasi dan angiogenesis. (tabel 2)4

    Detachment

    Setelah sel normal mengalami perubahan genetik yang mengubahnya menjadi sel tumor,

    agar dapat bermetastasis, sel tersebut pertama kali harus melepaskan diri sendiri dari

    massa tumor. Seperti pada sel normal, perlekatan antar sel sebagian besar dimediasi oleh

    cadherins. Cadherins merupakan bagian dari kelompok protein permukaan sel yang

    disebut cellular adhesion molecules (CAMS). CAMS adalah protein permukaan sel yang

    memungkinkan perlekatan sel satu sama lain, atau ke extracelluler matrix (ECM). Dari

    berbagai jenis cadherins, epitel cadherin (E-chaderin) adalah protein penting yang terlibat

    dalam interaksi antar sel; pada dasarnya molekul ini merupakan lem yang merekatkan

    selsel ini bersama-sama. Sel-sel tumor menonaktifkan E-chaderin, fase penting pada

    detachment. Selain hilangnya E-chaderin, sel-sel tumor mengaktifkan N-cadherin, yang

    meningkatkan motilitas dan invasi dengan memungkinkan sel tumor untuk melekat dan

    menginvasi stroma di bawahnya. Kehilangan adhesi adalah langkah penting pada

    epithelial mesenchymal transition (EMT). Down-regulation E-chaderin dan up-regulation

    N-chaderin merupakan dua peristiwa kunci yang terjadi selama EMT. Dengan demikian,

    sel dengan penurunan ekspresi E-chaderin memiliki potensi metastasis yang lebih tinggi.

    8

  • 7/29/2019 Referat BrainMetastaticTumor

    9/27

    Beberapa bukti terakhir menunjukkan bahwa up-regulation dari N-cadherin dengan

    sendirinya dapat menyebabkan detachment dan motilitas.4

    Intravasasi

    Setelah memisahkan diri dari tumor primer, sel-sel tumor yang bermetastasis akan

    bergerak menuju pembuluh darah kemudian menembus membran endotel dan ECM.

    ECM berfungsi tidak hanya sebagai penopang untuk sel atasnya, namun juga terlibat

    dalam signaling, proliferasi dan mengkoordinasi migrasi. Sel-sel ini memulai proses

    dengan melepaskan beberapa faktor untuk menghancurkan membran basal. Matrix

    metalloproteins(MMPs) adalah salah satu enzim proteolitik kunci yang terlibat dan

    dirancang untuk menghancurkan sejumlah protein seperti kolagen, laminin dan

    fibronektin. Dalam sel nonneoplastik yang secara aktif bermitosis, ini memungkinkan

    remodelling dari ECM untuk mengakomodasi sel progeni. MMPs telah diklasifikasikan

    sesuai dengan kemampuan mereka untuk mendegradasi protein tertentu.4 MMP-2 dan

    MMP-9 dianggap yang paling menonjol dalam perkembangan metastasis. Enzim-enzim

    ini diklasifikasikan sebagai gelatinases karena kemampuan khusus mereka untuk

    menghancurkan denaturated kolagen. Peningkatan ekspresi MMP-9 telah ditemukan pada

    metastasis otak dan tumor otak primer. MMPs menunjukkan keragaman fungsi dan dapat

    bekerja pada banyak tepat di sepanjang kaskade metastatik termasuk proliferasi , migrasi,

    diferensiasi, angiogenesis, dan apoptosis sel. Misalnya, MMPs adalah salah satu kekuatan

    pendorong EMT dan merekajuga dapat bertindak untuk menghancurkan E-chaderin.

    Urokinase plasminogen activator (UPA) merupakan protease aktif lainnya. Jika terikat ke

    molekul permukaan sel, urokinase aktivator plasminogen reseptor (uPAR), UPA yang

    aktif mengkonversi zymogens lainnya menjadi protease aktif. Yang paling penting dari

    ini adalah plasminogen, yang dipecah menjadi plasmin. Plasmin kemudian dapat

    mengaktifkan MMPs lainnya, terutama jenis 1,2,3,9 dan 14, atau bisa langsung

    mencerna fibrin. Seperti MMP-2, kadar uPAR yang timggi dapat menunjukkan

    perjalanan yang lebih agresif dan prognosis yang buruk. Selain meningkatkan degradasi

    membran basal, kedua protease juga dianggap dapat mengaktifkan faktor pertumbuhan

    dan kemokin yang pada akhirnya mendorong tumorigenesis. 4 Studi dari Rojiani et al

    (2010) pada 28 kasus tumor otak metastasis menemukan bahwa 57.14% tumor

    metastatik menunjukkan immunoreaktivitas untuk MMP-2, sedangkan 42.86% negatif.16

    9

  • 7/29/2019 Referat BrainMetastaticTumor

    10/27

    Transpor dan Embolisasi

    Sel-sel kanker, seperti semua sel-sel lain, bergantung pada kontak dengan elemen stroma

    agar dapat bertahan hidup. Biasanya, begitu sel-sel berada dalam pembuluh darah dan

    tidak lagi terikat ke matriks yang mendasarinya, sel-sel ini mengalami apoptosis, yang

    disebut anoikis, bahasa Yunani untuk "tunawisma". Sel-sel metastatik bersifat resisten

    terhadap anoikis. Over-ekspresi dari integrin-linked kinase (ILK), suatu protein yang

    terlibat dalam dow-regulation dari E-chaderin, diperkirakan berkontribusi terhadap

    resistensi terhadap anoikis. Baru-baru ini, sebuah molekul anti-apoptosis baru, TrkB, juga

    telah diidentifikasi. TrkB adalah reseptor untuk beberapa protein faktor pertumbuhan

    yang menginduksi kelangsungan hidup dan diferensiasi sel populasi sel. Sel-sel tumor

    yang terlepas juga harus menahan serangan dari sel natural killer, makrofag dan elemen

    lain dari sistem kekebalan tubuh serta bertahan dari kerusakan mekanik dari velocity-

    related shear forces. Untuk mengatasi ini, sel-sel tumor sering merekatkan dirinya dengan

    trombosit dan leukosit yang bertindak sebagai pendamping. Selectins, subset lain dari

    CAMS milik leukosit (L-selectin), platelet (P-selectin) dan sel endotel (E-selectin),

    memungkinkan sel tumor untuk melekat pada trombosit dan leukosit, sehingga

    memudahkan transportasi mereka. Sebagian besar metastase mencapai otak melalui

    pembuluh darah, yaitu, menyebar hematogen. Setelah berjalan melalui sirkulasi vena dan

    melewati jantung, sel tumor akan menetap di kapiler bed pertama kali dijumpai, yaitu

    paru-paru. Dari sini, mereka mengikuti sirkulasi ke jantung kiri dan kemudian ke organ

    lain.Sekitar 20% dari cardiac output adalah ke otak, karena itu, tidak mengejutkan bahwa

    tumor paru-paru, baik primer atau sekunder, seringkali merupakan sumber metastasis

    otak. Penyebaran melalui CSS dapat dijumpai pada beberapa kasus penyebaran

    leptomeningeal, dan metastasis dural atau parenkim dapat terjadi melalui ekstensi

    langsung dari tumor basis kranii.4

    Metastase otak yang paling ditemukan di perbatasan grey-white matter, di mana

    pembuluh darah menyempit hingga ke titik kritis untuk menjebak emboli tumor. Selain

    itu, distribusi aliran darah serebral sebagian besar adalah ke hemisfer otak (80%),

    kemudian ke serebelum dan batang otak. Dengan demikian, 85% dari metastase otak

    ditemukan dalam cerebrum, 10-15% di serebelum dan 3% di batang otak.Temuan ini

    mendukung penyebaran hemodinamik sebagai mekanisme primer yang terlibat. Namun,

    10

  • 7/29/2019 Referat BrainMetastaticTumor

    11/27

    untuk alasan yang tidak diketahui, tumor gastrointestinal dan pelvis memiliki

    kecenderungan yang tidak biasa untuk bermetastasis ke fosa posterior; sekitar 50% dari

    metastase tunggal dari tumor ini dijumpai pada serebelum. Hal ini tampaknya disebabkan

    oleh karena afinitas molekul antara sel-sel tumor dan lingkungan. Jadi, di otak, pola

    metastasis dapat dijelaskan dengan hipotesis hemodinamik dan molecular recognition.4

    Adhesi

    Mikroemboli tumor yang bersirkulasi akhirnya berhenti di suatu vascular bed, proses

    tertahannya ini berhubungan dengan untuk ukuran tumor, tetapi juga dengan pengikatan

    sel tumor ke molekul permukaan pada endotel yang disebut addressins endotel. Molekul-

    molekul ini unik untuk kapiler organ tertentu. Protein ini bertindak sebagai berth untuk

    sel-sel tumor yeng bersirkulasi yang mengekspresikan protein pelengkap, seperti integrin.

    Integrin, subset lain dari CAMS, adalah protein integral tertanam dalam membran plasma

    sel. Peran utamanya terkait dengan perlekatan sitoskeleton selular ke ECM serta

    transduksi sinyal dari ECM ke sel. Beberapa bukti menunjukkan mereka terlibat dalam

    adhesisel tumor ke trombosit selama embolisasi, serta induksi protease seperti MMPs

    selama intravasasi. CD44 adalah protein membran integral yang memediasi adhesi sel

    tumor ke endotel di lokasi sekunder. Ekspresinya meningkat pada hampir 50% dari

    metastase otak, terutama pada payudara, tiroid dan melanoma. E-selektin yang

    diekspresikan pada sel endotel juga dapat membantu dalam adhesi sel tumor.

    Ekstravasasi

    Proses ini, seperti halnya intravasasi, membutuhkan degradasi ECM. Dengan demikian,

    beberapa faktor yang sama yang terlibat dalam intravasasi, termasuk MMPs dan UPA,

    juga terlibat di sini. Salah satu langkah yang lebih penting dalam ekstravasasi melibatkan

    degradasi proteoglikan heparan sulfat (HSPG) dalam membran basal dan ECM oleh

    endoglycosidase heparinase yang mencerna rantai HSPG. Normalnya diekspresikan oleh

    trombosit dan leukosit, heparinase juga dapat dihasilkan oleh sel termasuk astrosit dan

    kanker tertentu seperti prostat. Kompleks UPA-uPAR juga aktif dalam restrukturisasi

    basement membran dan mengaktifkan protease lainnya. Sel tumor dapat memperoleh

    akses ke jaringan sekitarnya dengan gaya geser (shear force). Sebuah fokus tumor yang

    kecil, sekali tertahan di pembuluh darah, dapat mulai berproliferasi dan tumbuh menjadi

    11

  • 7/29/2019 Referat BrainMetastaticTumor

    12/27

    massa yang memungkinkannya mendorong melalui lapisan sel endotel pembuluh darah

    untuk berkontak dengan membran basal.

    Kolonisasi

    Setelah berhasil menyerang jaringan parenkim, sel-sel kanker sekarang dapat tumbuh

    untuk membentuk massa. Ini adalah titik krusial yang menentukan nasib sel ini. Jika

    mereka tidak mampu tumbuh, mereka akan tetap berada dalam keadaan dorman sebagai

    suatu micrometastasis. Micrometastases didefinisikan sebagai fokus tumor kurang dari

    atau sama dengan 2 mm dalam dimensi terbesar. Dapat dijumpai jumlah yang tak

    terhitung dari sel ini yang tersebar di seluruh tubuh, tetap dorman sampai mereka

    mencapai kemampuan untuk berproliferasi. Beberapa bukti menunjukkan bahwa langkah

    awal dari metastasis relatif mudah, dan langkah terakhir dari kolonisasi ini yang tidak

    mudah; oleh karena itu, hal ini dianggap sebagai rate-limiting step dari kaskade ini. Satu

    penelitian menunjukkan bahwa 80% dari sel melanoma disuntikkan ke tikus bertahan

    sampai titik di mana mereka mencapai ekstravasasi. Namun begitu, kurang dari 3%

    mikrometastases, dan hanya 1% yang terus membentuk metastase klinis jelas yang jelas.4

    Angiogenesis

    Semua jaringan, baik neoplastik atau tidak, tergantung pada suplai darah yang cukup.

    Suatu tumor tidak dapat tumbuh melebihi 1 sampai 2 mm3 jika tidak memperoleh suplai

    darah sendiri,biasanya melalui angiogenesis. Sejumlah faktor yang menyebabkan

    pembentukan pembuluh darah baru termasuk vascular endothelial growth factor (VEGF),

    basic fibroblast growth factor(bFGF), platelet derived growth factor(PDGF), dan

    epidermal growth factor (EGF). VEGF tampaknya adalah yang paling signifikan. VEGF,

    juga disebut vascular permeabilitas factor (VPF), memainkan peran penting dalam edema

    otak yang berhubungan tumor. VEGF berikatan dengan reseptor pada sel endotel dan

    menginduksi eovaskularisasi, meningkatkan permeabilitas dan mengaktifkan UPA. Hal

    ini juga ampaknya merupakan penanda untuk pertumbuhan dan perkembangan tumor

    dan dapat berfungsi sebagai suatu penanda prognostik. Angiogenesis adalah proses

    dengan berbagai langkah. Pertama, sel-sel endotel berproliferasi dan menembus ECM

    host. Mereka kemudian berkumpul menjadi pembuluh darah yang sangat ireguler

    dibandingkan dengan jaringan normal. Migrasi dan transformasi sel endotel dapat

    dimediasi oleh bFGF, yang juga dapat merangsang produksi protease. Pembuluh darah

    12

  • 7/29/2019 Referat BrainMetastaticTumor

    13/27

    yang baru ini memiliki bentuk yang tidak normal, ukuran bervariasi, dan memiliki

    orientasi yang tidak teratur. Mereka tidak memiliki barrier endotel yang tipikal. Sel-sel

    endotel ini tidak kohesif, dan memiliki tight junctionyang jarang. Faktor-faktor ini

    menyebabkan pembuluh darah baru menjadi lebih permeabel. Keuntungan dari

    neovaskularisasi dua kali lipat, karena tidak hanya memungkinkan sel tumor untuk

    berkembang, tetapi pembuluh darah ini lebih permeabel memungkinkan sel

    untukmemasuki sirkulasi dengan mudah dan menyebabkan metastasis. Hypoxic ischemic

    factor (HIF) merupakan mediator penting lain pada angiogenesis. HIF-1 terkait erat

    dengan oksigenasi jaringan. Dalam kondisi sel hipoksia, seperti yang terlihat pada sel

    tumor yang terlalu aktif metabolismenya, HIF-1 meningkat. Hal ini kemudian memicu

    up-regulation faktor lain yang penting untuk meningkatkan oksigenasi termasuk VEGF

    dan eritropoietin.Pertumbuhan mikrometastasis yang dorman tampaknya ditekan oleh

    faktor antiangiogenesis yang dilepaskan dari kanker primer. Saat tumor primer

    dibuang,mediator antiangiogenesis mediator dihilangkan dan menyebabkan pertumbuhan

    metastasis jauh. Sel-sel stroma di sekitarnya juga dapat berfungsi sebagai faktor pro-

    angiogenesis. Ini termasuk sel endotel yang dapat mengeluarkan angiopoietin, yang

    merangsang diferensiasi sel, serta makrofag host yang mengekspresikan beberapa faktor

    pertumbuhan seperti VEGF, TGF dan interleukin-8.4

    III.4. GAMBARAN KLINIS

    Gejala dan tanda dari tumor metastase ke otak terdiri dari : tanda-tanda akibat

    peninggian tekanan intrakranial dan tanda-tanda dari iritasi / destruksi fokal neuron.

    Tandatanda dari peninggian tekanan intrakranial meliputi : sakit kepala, muntah dan

    confusion. Tanda-tanda dari irritasi neuron meliputi: hemiparese, kejang fokal dan

    ataxia.1-3,6 Nyeri kepala merupakan gejala yang paling sering dijumpai dan lebih sering

    pada metastasis multipel. Nyeri bersifat menekan dan sering berlokasi di bifrontal.

    Kelemahan fokal adalah gejala tersering kedua. Seizure fokal atau umum dapat dijumpai

    pada 10% pasien. Gejala dan tanda tumor otak metastasis tidak berbeda secara signifikan

    dengan tumor otak primer. Terdapat edema yang cukup nyata di sekeliling metastasis,

    yang sering menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial walaupun lesi nya masih

    kecil. Perbedaan utama tanda klinis tumor primer dan metastasis adalah bahwa metastasis

    13

  • 7/29/2019 Referat BrainMetastaticTumor

    14/27

    biasanya tumbuh lebih cepat, menimbulkan gejala yang berkembang selama beberapa

    minggu. Tumor metastasis multipel dapat menunjukkan gejala dan tanda yang unik.

    Pasien dengan tumor metastasis multipel dapat mengalami penurunan kesadaran yang

    subakut tanpa tanda lateralisasi. Secara klinis, pasien ini menyerupai pasien dengan

    ensefalopati metabolik dan hanya dapat dibedakan dengan pemeriksaan neuroimejing.

    Beberapa tumor metastasis bahkan dapat tidak menunjukkan gejala. Oleh sebab itu,

    pasien dengan kanker paru atau melanoma harus dievaluasi dengan pemeriksaan

    imejing.2,3

    III.5. PROSEDUR DIAGNOSTIK

    Prosedur diagnostik utama adalah pemeriksaan neuroimejing. Pada pemeriksaan CT scan

    tanpa kontras, metastasis biasanya tampak isodens dan berbatas tegas. (gambar). Lesi

    hiperdens menunjukkan adanya perdarahan atau kalsifikasi. Hipodensitas ekstrim dapat

    menggambarkan lemak. Pemeriksaan CT scan tanpa kontras juga bermanfaat untuk

    mendeteksi efek massa seperti midline shift atau hidrosefalus. Edema peritumoral akan

    terlihat sebagai hipodensitas di sekitar tumor hingga ke white matter.2-4 Pada

    pemeriksaan CT scan dengan kontras lesi menjadi hiperdens yang menggambarkan

    kerusakan sawar darah otak, neovaskular dan peningkatan permeabilitas

    kapiler.Penyangatan di sekitarnya juga dapat dijumpai (gambar) Lesi biasanya bulat,

    terutama jika berukuran kecil, dan berbatas tegas. Pada MRI, sebagian besar lesi

    menunjukkan hipointens pada T1, dengan hiperintensitas pada T2 dan FLAIR. (gambar)

    2-4,7. Pada CT scan atau MRI, biasanya metastasis otak tampak sebagai lesi enhancement

    dikelilingi oleh edema sampai ke substansia alba. Tidak seperti tumor primer otak,

    metastasis otak jarang mengenai corpus calosum atau melewati midline.

    14

  • 7/29/2019 Referat BrainMetastaticTumor

    15/27

    III.6. DIAGNOSIS BANDING

    Diagnosis banding tumor otak metastasis cukup luas, mencakup tumor primer (glioma,

    meningioma, limfoma), infeksi (abses serebri, ensefalitis), lesi demielinasi, infarkserebral dan perdarahan intraserebral. Sebagian besar tumor metastasis berupa lesi

    multipel yang menyangat kontras.2 Beberapa penyebab lesi multipel pada otak yang

    menyangat kontras terlihat pada tabel 3.

    15

  • 7/29/2019 Referat BrainMetastaticTumor

    16/27

    III.7. PENATALAKSANAAN

    III.7.1. TERAPI SIMPTOMATIS DAN SUPORTIF

    Penatalaksanaan pasien dengan metastasis otak selalu difokuskan pada pilihan terapi

    seperti pembedahan, radioterapi dan kemoterapi. Namun begitu manajemen gejala dan

    perawatan suportif juga sama pentingnya, termasuk pemberian kortikosteroid,

    penatalaksanaan kejang dan nyeri, penilaian gangguan menelan, penatalaksanaan

    kejadian tromboemboli, penggunaan antikoagulan yang tepat dan aman, serta evaluasi

    masalah psikiatrik. Penatalaksaaan suportif yang baik akan meningkatkan kualitas hidup

    dan memungkinkan pasien untuk berkonsentrasi pada terapinya.4

    16

  • 7/29/2019 Referat BrainMetastaticTumor

    17/27

    Seizure dan Terapi Antikonvulsan

    Seizure merupakan komplikasi tumor otak yang sering dijumpai dan dapat mengganggu

    kualitas hidup karena membatasi aktivitas pasien, dapat menimbulkan cedera yang terkait

    seizure, mengurangi waktu kerja dan menambah kecemasan pasien, juga akibat efek

    samping, interaksi obat dan biaya akibat penggunaan obat anti epilepsi (OAE). Sekitar 20

    hingga 40% pasien dengan tumor otak metastasis mengalami seizure. Terdapat konsensus

    yang menyatakan bahwa tiap pasien dengan tumor otak metastase yang mengalami

    seizure harus mendapatkan OAE. (tabel 3). Monoterapi dengan fenitoin, karbamazepin,

    atau valproat merupakan pilihan awal pada sebagian besar pasien.Pada beberapa pasien,

    obat kedua harus ditambahkan jika obat pertama dengan konsentrasi yang tinggi tidak

    dapat mengontrol aktivitas seizure. Pilihan lain terdiri dari antikonvulsan generasi baru

    (misalnya levetiracetam,gabapentin, topiramat, zonisamide) dapat ditambahkan.4

    Kortikosteroid

    Penggunaan kortikosteroid seringkali dibutuhkan pada pasien tumor otak metastasis

    untuk mengendalikan gejala yang disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial.

    Edema peritumoral merupakan penyebab utama peningkatan tekanan intrakranial dan

    dimediasi oleh berbagai mekanisme, termasuk peningkatan permeabilitas yaang dinduksi

    oleh faktor-faktor yang disekresi oleh tumor dan jaringan sekitar, seperti radikal bebas,

    asam arakidonat, glutamat, histamin, bradikinin, atrial natriuretic peptide, dan VEGF.

    Dexamethasone merupakan steroid potensi tinggi yang paling sering digunakan untuk

    mengatasi edema yang berhubungan dengan tumor otak. Mekanisme dexamethasone dan

    glukokortikoid lain dalam mengurangi edema masih belum jelas.Seperti diketahui bahwa

    tumor otak metastasis memiliki konsentrasi reseptor glukokortikoid yang tinggi. Efek

    obat-obatan ini tampaknya dimediasi melalui pengikatan dengan reseptor ini yang

    akhirnya menyebabkan ekspresi gen baru. Inhibisi produksi dan pelepasan faktor

    vasoaktif yang disekresi oleh sel-sel tumor dan sel-sel endotel, seperti VEGF dan

    prostasiklin, tampaknya terlibat dalam proses ini. Sebagai tambahan, glukokortikoid

    tampaknya menghambat reaktivitas sel-sel endotel terhadap beberapa substansi yang

    menginduksi permeabilitas kapiler.4

    17

  • 7/29/2019 Referat BrainMetastaticTumor

    18/27

    Pada pasien tumor otak metastase dengan gejala ringan akibat efek massa,

    direkomendasikan pemberian kortikosteroid dengan dosis 4-8 mg per hari, sedangkan

    untuk pasien dengan gejala menengah hingga berat direkomendasikan dosis 16 mg atau

    lebih per hari (level 3). Dexamtehasone merupakan kortikosteroid pilihan dan sebaiknya

    diturunkan perlahan selama 2 minggu. (level 3). Dexamethasone diturunkan setelah

    pemberian selama satu minggu dan dihentikan setelah 2 miggu jika memungkinkan.14

    Nyeri Kanker

    Nyeri dapat timbul pada tumor otak metastasis. Metastasis pada parenkim otak

    menyebabkan nyeri dengan meningkatkan tekanan intra kranial (TIK) dan menyebabkan

    traksi dura. Nyeri kepala biasanya tidak terlokalisasi dengan baik dan sering dirasakan di

    seluruh kepala. WHO telah menetapkan pendekatan farmakologis dalam tatalaksana nyeri

    kanker, yang bergantung pada intensitas nyeri, apakah ringan, sedang atau berat. Langkah

    1 adalah untuk pasien dengan nyeri ringan atau menengah dan terdiri dari penggunaan

    analgetik nonopioid, yaitu asetaminofen, salisilat dan nonsteroidal anti-inflammatory

    drugs (NSAID). Langkah 2 ditujukan pada pasien dengan nyeri ringan hiingga

    menengah yang tidak teratasi dengan analgesik onopioid dan untuk pasien dengan nyeri

    menengah hingga berat saat onset yang terdiri dari opioid potensi rendah yaitu kodein,

    oxycodone, hydrocodone, dan propoxyphene. Langkah 3 merupakan opioid potensi

    tinggi, mencakup morfin, oxycodone, hydromorphone, levorphanol, methadone dan

    fentanyl. Langkah 3 ditujukan pada pasien dengan nyeri berat atau yang tidak teratasi

    dengan opioid potensi rendah. Analgetik ajuvan dapat diberikan bersamaan dengan obat-

    obat pada langkah 1,2,3. 1

    III.7.2. Tindakan Bedah

    Tindakan bedah pada metastasis intrakranial memberikan beberapa keuntungan.

    Pertama, reseksi total menghilangkan efek massa, iritasi otak, dan edema. Karena lesi

    metastatik tumbuh dengan cara ekspansi dan bukannya invasi ke jaringan otak, maka

    eksisi dapat memperbaiki disfungsi neurologis yangdisebabkan oleh kompresi ke jaringan

    otak. Kedua, tindakan bedah memungkinkan diagnosis patologis pada kasus dimana

    kanker primernya belum diketahui. Keuntungn tindakan bedah harus ditimbang dengan

    18

  • 7/29/2019 Referat BrainMetastaticTumor

    19/27

    risikonya pada tiap pasien. Operasi harus dipertimbangkan hanya pada pasien yang akan

    mendapat manfaat dari tindakan bedah. Manfaat dari operasi dalam pengobatan fokus

    metastasistunggal telah divalidasi oleh data dari berbagai studi. Tindakan bedah tetap

    menjadi terapi utama pada pasien dengan metastasis tunggal yang terlalu besar jika hanya

    diterapi dengan radiosurgery. Peran tindakan bedah pada pasien dengan metastasis

    multipel masih belum jelas. 6 Tindakan bedah dilakukan jika terdapat efek massa yang

    signifikan dan /atau debulking diiperlukan untuk menghilangkan gejala dengan segera

    dan atau meningkatkan kualitas hidup. 9

    Tujuan dari gross total resection (GTR) adalah untuk mengangkat seluruh jaringan tumor

    dan jaringan normal sekitarnya seminimal mungkin untuk memperoleh batas ynag

    jelas. Ini biasa dilakukan dengan reseksi mikorsurgikal agar dapat membedakan jaringan

    tumor dan jarungan normal dengan jelas. Harus dilakukan dengan hati-hati agar

    tidakmencederai pembuluh darah di sekitarnya yang dapat melalui ata uberdekatan

    dengan tumor namun memberikan perfusi ke jaringan otak normal.9

    Klasifikasi RPA

    The Radiation Therapy Oncology Group mengembangkan metode stastistik untuk

    mengkategorikan pasien kanker yang dikenal dengan sistem klasifikasi Recursive

    Partitioning Analysis. Sistem klasifiksi ini berdasarkan usia, skor Karnofsky Performance

    Scale (KPS) dan luasnya penyakit sistemik. Pasien dengan RPA kelas 1 memiliki usia

    kurang dari 65 tahun, memiliki skor KPS 70 atau lebih dan tidak memiliki penyakit

    sistemik atau memiliki penyakit sistemik yang terkontrol. Pasien dengan RPA kelas 2

    memiliki usia 65 tahun atau lebih dan memiliki penyakit sistemik yang tidak terkontrol,

    namun nilai KPS yang lebih dari 70. Pasien dengan KPS kurang dari 70 dikategorikan

    sebagai RPA kelas 3. Pasien dengan RPA kelas 1 dianggap sebagai kandidat yang baik

    untuk tindakan kraniotomi, sedangkan pasien dengan RPA kelas 3 dianggap sebagai

    kandidat yang buruk. Pemilihan pasien dengan RPA kelas 2 kurang begitu jelas, dan

    membutuhkan pertimbangan yang lebih hati-hati seperti durasi dan faktor risiko medis.

    Selama lebih dari 30 tahun, radiosurgery (RS) merupakan pilihan terapi bagi pasien

    tumor otak. Pada 15 tahun terakhir, RS merupakan pilihan terapeutik yang juga

    dipertimbangkan pada pasien dengan metastasis otak. Tindakan RS relatif aman dan

    19

  • 7/29/2019 Referat BrainMetastaticTumor

    20/27

    efektif bagi pasien dengan metastasis otak. Walaupun data kelas I terbatas, sejumlah

    studi menunjukkan bahwa penambahan RS pada WBRT meningkatkan survival pasien

    dengan metastasis tunggal, memperbaiki kontrol lokal pada pasin dengan dua hingga

    empat metastasis dan memperbaiki outcome fungsional pasien.Sejumlah data kelas II dan

    III juga mendukung penggunaan RS dengan WBRT atau sebagai moterapi dan

    menunjukkan bahwa efikasinya serupa dengan tindakan bedah.4 Beberapa studi

    retrospektif menunjukkan bahwa RS dan tindakan bedah memiliki efektivitas yang sama

    pada metastasis otak. Tabel berikut menunjukkan risiko dan manfaat tindakan bedah dan

    RS. Lokasi dan ukuran tumor dan adanya edema merupakan perimbangan yang penting

    dala memutuskan penggunaan RS atau tindakan bedah. Tumor dengan ukuran besar, pada

    lokasi yang mudah dijangkau, dan berkaitan dengan efek massa harus dilakukan yang

    tidak diketahui untuk memperoleh diagnosis. Tumor dengan ukuuran kecil (

  • 7/29/2019 Referat BrainMetastaticTumor

    21/27

    III.7.3. Radiasi

    Whole brain radiation therapy (WBRT) telah menjadi terapi utama pada tumor otak

    metastase selama lebih dari 50 tahun dan merupakan terapi paliatif yang paling efektif

    pada sebagian besar pasien. Isu penting pada penggunaan WBRT adalah mengoptimalkan

    efikasinya jika digunakan bersamaan dengan tindakan bedah, radiosurgery, agen

    radiosensitizing dan agen kemoterapi. Pendekatan multimodal ini memberikan

    peningkatan median survival yang signifikan pada banyak pasien. Tindakan bedah

    dengan atau tanpa WBRT masih menjadi pilihan penting pada pasien dengan metastasis

    otak tunggal. Walaupun begitu reseksi bedah dikontraindikasikan pada banyak pasien

    karena kondisi komorbid atau lokasi yang unresectable.10

    III.7.4. Kemoterapi

    21

  • 7/29/2019 Referat BrainMetastaticTumor

    22/27

    Tumor otak metastasis umumnya menunjukkan respon yang buruk terhadap kemoterapi.

    Hal ini tampaknya disebabkan oleh beberapa faktor misalnya sifat tumor yang relatif

    resisten obat, fakta bahwa metastasis otak biasanya dijumpai pada pasien dimana

    kemoterapi sebelumnya telah gagal dan adanya sawar darah otak.Terdapat sejumlah studi

    tentang penggunaan temozolamide pada tumor otak metastasis. Agen kemoterapi oral ini

    telah banyak dgunakan pada terapi highgrade glioma dan menunjukkan penetrasi yang

    baik pada sawar darah otak. Sejauh ini, efek obat ini masih terbatas. Obat ini lebih efektif

    jika digunakan dengan kombinasi dengan WBRT atau radiosurgery.6

    III.7.5. Pendekatan Terapi

    Penatalaksanaan tumor otak metastasis terdiri dari tindakan bedah, radiosurgery (RS),

    WBRT dan kemoterapi. Belum ada terapi standar, walaupun terdapat panduan umum

    untuk penatalaksanaan metastasis tunggal,oligometastases (dua atau tiga metastasis), dan

    multipel (empat atau lebih) dan untuk penyakit rekuren.8

    Metastasis Tunggal

    Pasien dengan metastasis tunggal dan penyakit sistemik yang terkontrol atau stabil harus

    diterapi secara agresif dengan tindakan bedah atau RS, kecuali jika faktor prognostik

    lainnya seperti skor KPS atau penyakit sistemik tidak memungkinkan tindakan yang

    sangat agresif. Hasil studi menunjukkan bahwa pada pasien dengan prognosis yang baik,

    tindakan bedah dan radioterapi lebih unggul jika dibandngkan dengan radioterapi saja;

    begitu pula RS ditambah WBRT lebih unggul dibandingkan WBRT saja.8

    Pada pasien dengan lesi tunggal dan skor KPS 70 terapi dengan single-dose SRS

    bersamaan dengan WBRT menunjukkan survival pasien yang lebih lama jika

    dibandingkan dengan WBRT saja.(level 1) 15

    Metastasis Multipel

    Penatalaksanaan pasien dengan empat lesi metastatik atau lebih masih terbatas. Secara

    umum, pasien ini harus menerima terapi paliatif dengan WBRT saja dengan dosis yang

    22

  • 7/29/2019 Referat BrainMetastaticTumor

    23/27

    standar.Lebih kurang setengah pasien dengan metastasis multipel akhirya meninggal

    karena perkembangan penyakitnya. Tindakan bedah harus dilakukan pada tumor dengan

    efek massa dan RS dapat dipertimbangkan pada pasien dengan tumor yang radioresistan.8

    III. 8. PROGNOSIS

    Jika tidak diterapi, metastasis tumor otak fatal dalam waktu kurang lebih 1,5

    bulan dari diagnosis. Pasien tersebut akan meninggal karena masalah neurologiknya,

    bukan sistemik. Prognosis yang buruk juga berhubungan dengan penyakit sistemik yang

    luas, lesi yang multipel. Menurut penelitian, pasien dengan kanker payudara berusia

    kurang dari 40 tahun memiliki prognosis yang lebih buruk dibanding usia yang lebih

    lanjut.10

    Dengan radioterapi paliatif, angka kematian karena masalah neurologikal menjadi

    menurun. Metastasis otak dari kanker payudara memiliki pronogsis yang lebih baik

    dibanding dengan metastasis yang berasal dari kanker paru, melanoma, atau kanker

    kolorektal.

    23

  • 7/29/2019 Referat BrainMetastaticTumor

    24/27

    Untuk kedepannya, sepertinya lebih fokus pada kemoterapi dan penanganan target

    kanker, seperti penghambat molekul kecil pada jalur pertumbuhan tumor,

    mengembangkan penggunaan radiosurgery untuk lesi yang lebih besar dan lebih banyak,

    juga menggunakan terapi oksigen atau radiosensitizers hipoksik.

    24

  • 7/29/2019 Referat BrainMetastaticTumor

    25/27

    BAB IV

    KESIMPULAN

    Brain metastasis tumor merupakan tumor yang berkembang dari sel-sel kanker,menyebar dari kanker primer ke otak, biasanya melalui sistem sirkulasi dan menetap

    sebagai tumor sekunder. Insidens meningkat pada usia 45-64 tahun dan tertinggi pada

    pasien dengan usia lebih dari 65 tahun. Terbanyak berlokasi di cerebrum. Penyebabnya

    berasal dari tumor primernya di tempat lain seperti di payudara, kulit, paru-paru, ginjal,

    dan lain-lain. Gejala klinis berupa peningkatan tekanan intrakranial, yaitu nyeri kepala,

    kejang, mual, muntah, defisit neurologis, perubahan status mental, dan lain-lain.

    Diagnosis terutama menggunakan CT scan dengan kontras dan MRI dengan

    kontras agar massa tumor terlihat lebih jelas. Disamping itu juga dilakukan pemeriksaan

    fisik dan pemeriksaan penunjang lainnya seperti CT scan thoraks, abdomen, pelvis,

    mammografi, bone scan, tumor marker, PET scan, dan biopsi, untuk mengetahui asal

    tumor primernya. Penatalaksanaan bisa simptomatis dengan kortikosteroid, obat anti

    kejang. Selain itu terapi dengan tindakan bedah dan radioterapi sesuai indikasi.

    Prognosis, angka kematian akan menurun bila dilakukan terapi yang tepat.

    25

  • 7/29/2019 Referat BrainMetastaticTumor

    26/27

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Schiff D, Wen PT. Cancer Neurology in Clinical Practice. New Jersey. 2003.

    2. De angelis LM, Gutin PH, Leibel SA, Posner JB. Intracranial Tumors: Diagnosis and

    treatment. United Kingdom: Martin Dunitz; 2002.

    3. Kaye AH, Laws ER. Brain Tumor, 2nd

    4. Raizer JJ, Abrey LE. Brain Metastases. New York ; Springer; 2007. ed. London :

    Churchiil Livingstone; 2001.

    5. Brem S, Panattil JG. An Era of Rapid Advancement: Diagnosis and Treatment of

    Metastatic Brain Cancer. 2005. Neurosurgery 57:S4-5-9.

    6. Tonn JC. Westphal M, Rutka JT, Grossman SA. Neurooncology of CNS Tumors.

    Berlin: Springer. 2006.

    7. Young RJ, Sills AK, Brem S.Neuroimaging of Metastatic Brain Disease.

    Neurosurgery. 2005. S4-10-23.

    8. Ewend MG, Elbabaa S, Carey LA. Current Treatment Paradigms for The Management

    of Patients With Brain Metastases. Neurosurgery. 2005; 57: S4-54-S4-56.

    9. Sills AK. Current Treatment Approaches to Surgery for Brain Metastases.

    Neurosurgery. 2005.57. S4-24-32.

    10. Mehta MP, Khuntia D. Current Strategies in Whole-Brain Radiation Therapy for

    Brain Metastases. Neurosurgery. 2005. 57; S4-33-S4-44.

    11. McDermott MW, Sneed PK. Radiosurgery in Metastatic Brain Cancer. Neurosurgery.

    2005; S5-45-S4-53.

    12. Peereboom DM. Chemotherapy in Brain Metastases. Neurosurgery. 2005; 57: S4-54

    S4-56.

    13. DeMonte F, Gilbert, Mahajan A, et al. Tumors of the Brain and Spine. New York

    Springer. 2007.

    14. Ryken TC, McDermott, Robinson PD, et al. The Role of Steroids in The Management

    of Brain Metastases: A Systematic Review and Evidence-Based Clinical Practice

    Guideline. J Neurooncol. 2010; 96 : 103-114.

    26

  • 7/29/2019 Referat BrainMetastaticTumor

    27/27

    15. Linskey ME, Andrews DW, Asher AL, et al. The role of stereotactic radiosurgery in

    the management of patients with newly diagnosed brain metastases: a systematic review

    and evidence-based clinical practice guideline. J Neurooncol. 2010; 96 : 45-68.

    16. Rojiani MV, Aldina J, Espositi N, et al. Expression of MMP-2 correlates with

    increased angiogenesiss on CNS metastasis of lung carcinoma. Int J Clin Exp Pathol.

    2010; 3 (8): 775-781.

    17. Kalkanis N, et al. The role of surgical resection in the management of newly

    diagnosed brain metastases: a systematic review and evidence-based clinical practice

    guideline. J Neurooncol. 2010: 96:3343

    18. Linskey ME, et al. The role of stereotactic radiosurgery in the management of

    patients with newly diagnosed brain metastases: a systematic review and evidence-based

    clinical practice guideline. J Neurooncol. 2010. 96:4568

    19. Gaspar LE, et al. The role of whole brain radiation therapy in the management of

    newly diagnosed brain metastases: a systematic review and evidence-based clinical

    practice guideline. J Neurooncol. 2010.96:1732