referat autis

28
AUTISME I. PENDAHULUAN Autisme, merupakan salah satu gangguan perkembangan yang semakin meningkat saat ini, menimbulkan kecemasan yang dalam bagi para orangtua. Hingga saat ini belum dapat ditemukan penyebab pasti dari gangguan autisme ini, sehingga belum dapat dikembangkn cara pencegahan dan penanganan yang tepat. Pada awalnya autisme dipandang sebagai gangguan yang disebabkan oleh faktor psikologis yaitu pola pengasuhan orangtua yang tidak hangat secara emosional, tetapi barulah sekitar tahun 1960 dimulai penelitian neurologist yang membuktikan bahwa autisme disebabkan oleh adanya abnormalitas pada otak. Autisme atau autisme infantile (Early Infantile Autism) pertama kali dikemukakan oleh Dr. Leo Kanner pada 1943 seorang psikiatris Amerika. Istilah autisme dipergunakan untuk menunjukkan suatu gejala psikosis pada anak-anak yang unik dan menonjol yang sering disebut Sindrom Kanner. Ciri yang menonjol pada sindrom Kanner antara lain ekspresi wajah yang kosong seolah-olah sedang melamun, kehilangan pikiran dan sulit sekali bagi orang lain untuk menarik perhatian mereka atau mengajak mereka berkomunikasi. Pada 1943, Dr. Leo Kanner mempublikasikan makalahnya, dimana ia menggambarkan 11 anak-anak yang 1

Transcript of referat autis

Page 1: referat autis

AUTISME

I. PENDAHULUAN

Autisme, merupakan salah satu gangguan perkembangan yang semakin

meningkat saat ini, menimbulkan kecemasan yang dalam bagi para orangtua.

Hingga saat ini belum dapat ditemukan penyebab pasti dari gangguan autisme

ini, sehingga belum dapat dikembangkn cara pencegahan dan penanganan yang

tepat. Pada awalnya autisme dipandang sebagai gangguan yang disebabkan oleh

faktor psikologis yaitu pola pengasuhan orangtua yang tidak hangat secara

emosional, tetapi barulah sekitar tahun 1960 dimulai penelitian neurologist yang

membuktikan bahwa autisme disebabkan oleh adanya abnormalitas pada otak.

Autisme atau autisme infantile (Early Infantile Autism) pertama kali

dikemukakan oleh Dr. Leo Kanner pada 1943 seorang psikiatris Amerika. Istilah

autisme dipergunakan untuk menunjukkan suatu gejala psikosis pada anak-anak

yang unik dan menonjol yang sering disebut Sindrom Kanner. Ciri yang

menonjol pada sindrom Kanner antara lain ekspresi wajah yang kosong seolah-

olah sedang melamun, kehilangan pikiran dan sulit sekali bagi orang lain untuk

menarik perhatian mereka atau mengajak mereka berkomunikasi.

Pada 1943, Dr. Leo Kanner mempublikasikan makalahnya, dimana ia

menggambarkan 11 anak-anak yang secara sosial terisolasi dengan “gangguan

autistic kontak afektif”, komunikasi terganggu, dan perilaku yang kaku. Dia

menciptakan istilah “autisme infantile” dan membahas penyebab dalam hal

proses biologis, meskipun pada waktu itu, perhatian ilmiah difokuskan pada

teori analisis tentang gangguan tersebut. Makalah Kanner awalnya tidak

menerima pengakuan secara ilmiah, dan anak-anak dengan gejala autis terus

salah didiagnosis dengan skizofrenia masa kanak-kanak. Pilihannya pada istilah

“autisme” mungkin telah menciptakan kebingungan, karena kata itu pertama

kali digunakan untuk menggambarkan keadaan mental fantastis, proses berpikir

yang egois, yang mirip dengan gejala skizofrenia.

Selama masa-masa sekolah, kelainan anak dalam perkembangan bahasa

(termasuk kebisuan atau penggunaan kata-kata aneh atau tidak tepat), penarikan

diri dari lingkungan sosial, ketidakmampuan untuk bergabung dengan

1

Page 2: referat autis

permainan anak-anak lain, atau perilaku yang tidak sesuai saat bermain, sering

membuat guru dan orang lain menilai adanya kemungkinan jenis gangguan

autis. Manifestasi autisme juga dapat berubah selama masa kanak-kanak,

tergantung pada gangguan perkembangan lain, kepribadian, dan adanya masalah

kesehatan medis atau mental lainnya.

Selama perkembangan gangguan ini, pada tahun pertama kehidupan

biasanya ditandai dengan tidak adanya fitur diskriminatif jelas. Antara dua dan

tiga tahun, anak-anak menunjukkan gangguan dalam perkembangan bahasa,

khususnya pemahaman, penggunaan bahasa yang tidak biasa, respon yang buruk

terhadap panggilan, komunikasi non-verbal yang kurang baik, kurang tanggap

terhadap kebahagiaan orang lain atau tekanan, dan berbagai keterbatasan

imajinatif bermain atau kepura-puraan, terutama imajinasi sosial.

II. DEFINISI

Autisme berasal dari bahasa Yunani “autos” yang berarti segala sesuatu

yang mengarah pada diri sendiri. Istilah autisme dipergunakan untuk

menunjukkan suatu gejala psikosis pada anak-anak yang unik dan menonjol

yang sering disebut dengan sindroma Kanner.

Autisme adalah salah satu gangguan perilaku pada awal kehidupan anak

yang disebabkan oleh gangguan perkembangan otak yang ditandai dengan ciri

pokok yaitu terganggunya perkembangan komunikasi sosial, interaksi sosial,

dan imajinasi sosial. Mereka dengan gejala autisme menampilkan perilaku yang

bersifat repetitive. Autisme merupakan suatu kondisi mengenai seseorang sejak

lahir ataupun saat masa balita yang membuat dirinya tidak dapat membentuk

hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Akibatnya anak tersebut

terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam dunia repetitive, aktivitas dan

minat yang obsesif.

Pada awalnya istilah “autisme” diambilnya dari gangguan skizofrenia,

dimana menggambarkan perilaku pasien skizofrenia yang menarik diri dari

dunia luar dan menciptakan dunia fantasinya sendiri. Namun ada perbedaan

yang jelas antara penyebab dari autisme pada penderita skizofrenia dengan

penyandang autisme infantile. Pada skizofrenia, autisme disebabkan dampak

area gangguan jiwa yang di dalamnya terkandung halusinasi dan delusi yang

berlangsung minimal selama 1 bulan, sedangkan pada anak-anak dengan

2

Page 3: referat autis

autisme infantile terdapat kegagalan dalam perkembangan yang tergolong dalam

kriteria gangguan pervasive dengan kehidupan autistic yang tidak disertai

dengan halusinasi dan delusi (DSM IV, 1995).

III. EPIDEMIOLOGI

Autisme mempengaruhi sekitar 0,5-1 dalam 1000 anak dengan rasio antara

laki-laki dan wanita 4:1. Menurut suatu studi, autisme meningkat di populasi

kanak-kanak. Pada tahun 1966, 4-5 bayi per 10.000 kelahiran dikembangkan

autisme, sedangkan pada tahun 2003, dua studi menunjukkan bahwa antara 14-

39 bayi per 10.000 mengembangkan gangguan tersebut.

IV. ETIOLOGI

Etiologi pasti dari autis belum sepenuhnya jelas. Beberapa teori yang

menjelaskan tentang autisme yaitu:

1. Teori Psikoanalitik

Teori yang dikemukakan oleh Bruto Bettelheim (1967) menyatakan

bahwa autisme terjadi karena penolakan orangtua terhadap anaknya.

Anak menolak orang tuanya dan mampu merasakan perasaan negatif

mereka. Anak tersebut meyakini bahwa dia tidak memiliki dampak

apapun pada dunia sehingga menciptakan ”benteng kekosongan” untuk

melindungi dirinya dari penderitaan dan kekecewaan.

2. Teori Genetika

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa laki-laki 3-4 kali beresiko

lebih tinggi dari wanita. Sementara risiko autis jika memiliki saudara

kandung yang juga autis sekitar 3%. Kelainan gen dari pembentuk

metalotianin juga berpengaruh pada kejadian autis. Metalotianin adalah

kelompok protein yang merupakan mekanisme kontrol tubuh terhadap

tembaga dan seng. Fungsi lainnya yaitu perkembangan sel saraf,

detoksifikasi logam berat, pematangan saluran cerna, dan penguat

sistem imun. Disfungi metalotianin akan menyebabkan penurunan

produksi asam lambung, ketidakmampuan tubuh untuk membuang

logam berat dan kelainan sistem imun yang sering ditemukan pada

orang autis. Teori ini juga dapat menerangkan penyebab lebih

3

Page 4: referat autis

berisikonya laki-laki dibanding perempuan. Hal ini disebabkan karena

sintesis metalotianin ditingkatkan oleh estrogen dan progesteron.

3. Studi biokimia dan riset neurologis

Pemeriksaan post mortem otak dari beberapa penderita autistik

menunjukkan adanya dua daerah di dalam sistem limbik yang kurang

berkembang yaitu amygdala dan hippocampu. Kedua daerah ini

bertanggung jawab atas emosi, agresi, sensory input, dan belajar.

Penelitian ini juga menemukan adanya defisiensi sel Purkinje di

serebelum. Dengan menggunakan MRI, telah ditemukan dua daerah di

serebelum, lobulus VI dan VII yang pada individu autistik secara nyata

lebih kecil daripada orang normal. Satu dari kedua daerah ini dipahami

sebagai pusat yang bertanggung jawab atas perhatian. Dari segi

biokimia jaringan otak, banyak penderita autistik menunjukkan

kenaikan dari serotonin dalam darah dan cairan serebrospinal

dibandingkan dengan orang normal.

V. PATOFISIOLOGI

Saat ini penyebab dan patofisiologi tepat autisme tidak diketahui, namun

tampaknya bahwa setidaknya ada beberapa kasus faktor genetic yang terlibat.

Teori penyebab yang paling kotemporer sangat menyarankan gangguan genetik

atau gangguan neurodevelopmental awal dengan manifestasi klinis yang

berpotensi untuk dimodifikasi oleh kondisi sosial atau pengalaman lingkungan.

Disfungsi serotonin telah terlibat sebagai faktor dalam asal-usul gangguan

autis sejak ditemukan kenaikan signifikan kadar 5-HT pada pemeriksaan darah.

Hiperserotonemia adalah sebuah temuan yang kuat dalam gangguan autis. Pada

anak-anak non-autistik, kapasitas serotonin, diukur dengan tomografi emisi

positron (PET), lebih dari 200% meningkat sampai usia 5 tahun, dan mulai

menurun saat menuju dewasa. Pada anak autis, sintesis serotonin telah terbukti

meningkatkan secara bertahap antara usia 2 hingga 15, dan mencapai 1,5 kali

pada tingkat dewasa yang normal. Dalam studi yang terkait, telah menunjukkan

bahwa kadar serotonin tampak stabil setelah usia 12 tahun. Beberapa penelitian

telah menunjukkan seluruh kadar serotonin darah memiliki korelasi positif

antara autis dan orang tua mereka dan saudara-saudara. Hal ini menunjukkan

bahwa pasien dengan autisme menunjukkan peningkatan penyerapan

4

Page 5: referat autis

serotonergik atau penurunan pelepasan serotonergik. Ada bukti untuk korelasi

positif antara kadar serotonin dan tingkat transportasi serotonin.

Akhir-akhir ini dari penelitian terungkap juga hubungan antara gangguan

pencernaan dan gejala autistik. Ternyata lebih dari 60% penyandang autistik ini

mempunyai sistem pencernaan yang kurang sempurna. Makanan tersebut berupa

susu sapi (casein) dan tepung terigu (gluten) yang tidak tercerna dengan

sempurna. Protein dari kedua makanan ini tidak semua berubah menjadi asam

amino tapi juga menjadi peptida, suatu bentuk rantai pendek asam amino yang

seharusnya dibuang lewat urine. Ternyata pada penyandang autistik, peptida ini

diserap kembali oleh tubuh, masuk ke dalam aliran darah, masuk ke otak dan

dirubah oleh reseptor opioid menjadi morfin yaitu casomorfin dan gliadorphin,

yang mempunyai efek merusak sel-sel otak dan membuat fungsi otak terganggu.

Fungsi otak yang terkena biasanya adalah fungsi kognitif, reseptif, atensi dan

perilaku.

VI. GAMBARAN KLINIS

Perkembangan abdnormal terlihat sebelum usia 3 tahun dengan gangguan

dalam interaksi sosial dan komunikasi, terbatas dan berulang kepentingan dan

perilaku.

A. Terganggu interaksi sosial

Ada ketidakmampuan untuk membentuk hubungan dengan teman sebaya ,

dan kurang mengembangkan keterampilan empati (kemampuan untuk

memahami bagaimana orang lain merasa dan berpikir). Bermain kurang

dan biasanya kontak mata dihindari. Selain itu pada kualitas tatapan

berbeda, menjadi lebih tetap (kaku) dan lebih tahan lama dibandingkan

non-autistik individu.

Banyak anak yang menolak dipegang atau disentuh meskipun mereka bisa

menikmati kontak tubuh jika mereka memulainya. Kesulitan anak-anak ini

dalam berinteraksi sering membuat sulit bagi orang lain untuk hangat

dengan mereka. Orang tua mungkin merasa bersalah tentang kurangnya

kehangatan yang mereka hadirkan sendiri. Kelainan komunikasi

pembangunan dari usia dini adalah masalah memahami isyarat dan pidato,

dengan penundaan yang pasti dalam pengembangan dan pemahaman

5

Page 6: referat autis

bahasa lisan. Satu dari dua anak dengan autis gagal untuk mengembangkan

bahasa lisan yang bermanfaat, dan melakukannya dalam bentuk yang

normal. Tidak memiliki komunikasi sosial kesana kemari, seringkali

diulang-ulang atau mengambil bentuk monolog. Gangguan dalam

komunikasi verbal maupun non verbal seperti terlambat bicara. Lebih dari

setengah anak autis tidak dapat berbicara yang lainnya hanya mengoceh,

merengek, menjerit, atau menunjukkan ekolalia, yaitu menirukan apa yang

dikatakan orang lain. Beberapa anak autis mengulang potongan lagu, iklan

TV, atau potongan kata yang terdengar olehnya tanpa tujuan. Beberapa

anak autis menggunakan kata ganti dengan cara yang aneh. Menyebut diri

mereka sebagai orang kedua “kamu” atau orang ketiga “dia”. Intinya anak

autisme tidak dapat berkomunikasi dua arah (respirok) dan tidak dapat

terlibat dalam pembicaraan normal.

B. Tingkah laku sterotipes 

Gangguan pada bidang perilaku yang terlihat dari adanya perilaku yang

berlebih dan kekurangan, seperti impulsif, hiperaktif, repetitif namun

dilain waktu terkesan pandangan mata kosong, melakukan permainan yang

sama dan monoton. Anak autis sering melakukan gerakan yang berulang-

ulang secara terus menerus tanpa tujuan yang jelas. Sering berputar-putar,

berjingkat-jingkat dan lain sebagainya. Gerakan yang dilakukan berulang-

ulang ini disebabkan oleh adanya kerusakan fisik. Misalnya karena adanya

gangguan neurologis. Anak autis juga mempunyai kebiasaan menarik-

narik rambut dan menggigit jari. Walaupun sering menangis kesakitan

akibat perbuatannya sendiri, dorongan untuk melakukan tingkah laku yang

aneh ini sangat kuat dalam diri mereka. Anak autis juga tertarik pada

hanya bagian-bagian tertentu dari sebuah objek. Misalna pada roda mainan

mobil-mobilannya. Anak autis juga menyukai keadaan lingkungan dan

kebiasaan yang monoton.

C. Abnormal terhadap respon rangsangan sensorik

Dari usia yang sangat muda respon abnormal sensorik stimulus dapat

hadir, kadang-kadang menyesatkan klinisi ke mencurigai bahwa anak ini

baik buta atau tuli. Meskipun sentuhan ringan dapat mengakibatkan

penarikan, anak sengaja dapat menggigit dan membakar bagian tubuh

mereka. Tanggapan terhadap rangsangan visual yang mungkin termasuk

6

Page 7: referat autis

pesona dengan kontras cahaya dan mengintip pada objek dalam cara yang

tidak biasa dan dengan visi perifer. Hiperaktif bersamaan dan mode

makanan yang umum. Fitur mencolok adalah hilangnya commensurability

dari menanggapi rangsangan kehilangan “fine tuning”.

D. Intelijen

Sekitar tiga perempat dari individu autis memiliki IQ dibawah 70. Terlepas

dari IQ ada profil kognitif yang berbeda dengan kemampuan visuospasial,

pemahaman tentang ide-ide abstrak dan keterampilan kreatif.

VII. DIAGNOSIS

 Kriteria autistik menurut DSM IV:

DSM IV: Kriteria Diagnosis untuk 299.00 Gangguan Autistik

A. Enam atau lebih gejala dari (1), (2), and (3), dengan paling sedikit 2 dari (1)

dan 1 dari masing-masing (2) and (3)

1.Gangguan kualitatif interaksi sosial, yang terlihat sebagai paling sedikit 2 dari

gejala berikut:

  1.1.

Gangguan yang jelas dalam perilaku non-verbal (perilaku yang dilakukan

tanpa bicara) misalnya kontak mata, ekspresi wajah, posisi tubuh, dan mimik

untuk mengatur interaksi sosial.

  1.2. Tidak bermain dengan teman seumurnya, dengan cara yang sesuai.

  1.3.

Tidak berbagi kesenangan, minat, atau kemampuan mencapai sesuatu hal

dengan orang lain, misalnya tidak memperlihatkan mainan pada orang tua,

tidak menunjuk ke suatu benda yang menarik, tidak berbagi kesenangan

dengan orang tua.

  1.4.Kurangnya interaksi sosial timbal balik.Misalnya: tidak berpartisipasi aktif

dalam bermain, lebih senang bermain sendiri.

2.Gangguan kualitatif komunikasi yang terlihat sebagai paling tidak satu dari gejala

berikut:

  2.1.

Keterlambatan atau belum dapat mengucapkan kata-kata berbicara, tanpa

disertai usaha kompensasi dengan cara lain misalnya mimik dan bahasa

tubuh.

7

Page 8: referat autis

  2.2.Bila dapat berbicara, terlihat gangguan kesanggupan memulai atau

mempertahankan komunikasi dengan orang lain.

  2.3.Penggunaan bahasa yang stereotipik dan berulang, atau bahasa yang tidak

dapat dimengerti.

  2.4.Tidak adanya cara bermain yang bervariasi dan spontan, atau bermain meniru

secara sosial yang sesuai dengan umur perkembangannya.

3.Pola perilaku, minat dan aktivitas yang terbatas, berulang dan tidak berubah

(stereotipik), yang ditunjukkan dengan adanya 2 dari gejala berikut:

  3.1.Minat yang terbatas, stereotipik dan menetap dan abnormal dalam intensitas

dan focus.

  3.2.Keterikatan pada ritual yang spesifik tetapi tidak fungsional secara kaku dan

tidak fleksibel.

  3.3.Gerakan motorik yang streotipik dan berulang, misalnya flapping tangan dan

jari, gerakan tubuh yang kompleks.

  3.4. Preokupasi terhadap bagian dari benda.

B. Keterlambatan atau fungsi abnormal pada keterampilan berikut, yang muncul

sebelum umur 3 tahun.

1. Interaksi sosial.

2. Bahasa yang digunakan sebagai komunikasi sosial.

3. Bermain simbolik atau imajinatif.

C. Bukan lebih merupakan gejala sindrom Rett atau Childhood Disintegrative

Disorder.

VIII. ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK

Gejala autisme timbul sebelum anak mencapai usia 3 tahun. Pada sebagian

anak gejala gangguan perkembangan ini sudah terlihat sejak lahir. Ada

beberapa gejala yang harus diwaspadai terlihat sejak bayi atau anak menurut

usia.

a. Usia 0-6 bulan

Bayi tampak terlalu tenang (jarang menangis)

Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik

8

Page 9: referat autis

Gerakan tangan dan kaki berlebihan terutama bila mandi

Tidak ditemukan senyum sosial diatas 10 minggu

Tidak ada kontak mata diatas umur 3 bulan

Perkembangan motor kasar/halus sering tampak normal

b. Usia 6-12 bulan

Bayi tampak terlalu tenang (jarang menangis)

Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik

Gerakan tangan dan kaki berlebihan

Sulit bila digendong

Menggigit tangan dan badan orang lain secara berlebihan

Tidak ditemukan senyum sosial

Tidak ada kontak mata

Perkembangan motor kasar/halus sering tampak normal

c. Usia 1-2 tahun

Kaku bila digendong

Tidak mau bermain permainan sederhana (cilukba, dada)

Tidak mengeluarkan kata

Tidak tertarik pada boneka

Memperhatikan tangannya sendiri

Terdapat keterlambatan dalam perkembangan motor

kasar/halus

Mungkin tidak dapat menerima makanan cair

d. Usia 2-3 tahun

Tidak tertarik untuk bersosialisasi dengan anak lain

Melihat orang sebagai ”benda”

Kontak mata terbatas

Tertarik pada benda tertentu

Kaku bila digendong

e. Usia 4-5 tahun

Sering didapatkan ekolalia (membeo)

Mengeluarkan suara yang aneh (nada tinggi atau datar)

Marah bila rutinitas yang seharusnya berubah

Menyakiti diri sendiri (membenturkan kepala)

Temperamen tantrum atau agresif

9

Page 10: referat autis

Secara umum ada beberapa gejala autisme yang akan tampak semakin jelas

saat anak telah mencapai usia 3 tahun, yaitu:

a. Interaksi sosial

Tidak tertarik bermain bersama teman

Lebih suka menyendiri

Tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk bertatapan

Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia

inginkan

b. Komunikasi

Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada

Senang meniru atau membeo (ekolalia)

Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah berbicara tapi

kemudian sirna.

Mengoceh tanpa arti berulang-ulang, dengan bahasa yang tidak dapat

dimengerti orang lain

Bila senang meniru, dapat hafal betul kata-kata atau nyanyian

tersebut tanpa mengerti artinya

Sebagian dari anak ini tidak berbicara (non verbal) atau sedikit bicara

(kurang verbal) sampai usia dewasa.

c. Pola bermain

Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya

Senang akan benda-benda yang berputar seperti kipas angin, roda

sepeda, gasing

Tidak bermain sesuai fungsi mainan, misalnya sepeda dibalik atau

rodanya diputar-putar

Dapat sangat lekat dengan benda-benda tertentu yang dipegang terus

dan dibawa kemana-mana

d. Gangguan sensoris

Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga

Sering menggunakan indera pencium dan perasanya, seperti senang

mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda

Dapat sangat sensitif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk

Dapat sangat sensitif terhadap rasa takut dan rasa sakit

10

Page 11: referat autis

e. Perkembangan terlambat atau tidak normal

Perkembangan tidak sesuai seperti pada anak normal, khususnya

dalam keterampilan sosial, komunikasi, dan kognisi.

Dapat mempunyai perkembangan yang normal pada awalnya,

kemudian menurun atau bahkan sirna, misalnya pernah dapat

bicara kemudian hilang

f. Penampakan gejala

Gejala diatas dapat mulai tampak sejak lahir atau saat masih kecil.

Biasanya sebelum usia 3 tahun gejala sudah ada.

Pada beberapa anak sekitar umur 5-6 tahun, gejala tampak agak

berkurang

Gejala yang juga sering tampak adalah dalam bidang:

1. Perilaku

a) Memperlihatkan perilaku stimulasi diri seperti bergoyang-

goyang, mengepakkan tangan seperti burung, berputar-

putar, mendekatkan mata ke TV, lari/berjalan bolak-balik,

melakukan gerakan yang diulang-ulang

b) Tidak suka pada perubahan

c) Dapat pula duduk bengong dengan tatapan kosong

2. Emosi

a) Sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-taawa

menangis tanpa alasan.

b) Kadang suka menyerang dan merusak

c) Kadang berperilaku yang menyakiti dirinya sendiri

d) Tidak memiliki empati dan tidak mengerti perasaan orang

lain.

IX. DIAGNOSIS BANDING

1. Skizofrenia dengan onset masa anak-anak

Skizofrenia jarang pada anak-anak dibawah 5 tahun. Skizofrenia disertai

dengan halusinasi atau waham, dengan insidensi kejang dan retardasi mental

yang lebih rendah dan dengan IQ yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak

autistik.

11

Page 12: referat autis

Kriteria Gangguan Autistik Skizofrenia dengan masa

onset anak-anak

Usia onset <38 bulan > 5 tahun

Insidensi 2-5 dalam 10.000 Tidak diketahui,

kemungkinan sama atau

bahkan lebih jarang

Rasio jenis kelamin (L:P) 3-4:1 1,67:1

Riwayat Keluarga

Skizofrenia

Tidak naik atau

kemungkinan tidak naik

Naik

Status sosioekonomi Sosioekonomi tinggi Lebih sering pada

sosioekonomi rendah

Penyulit prenatal dan

perinatal dan disfungsi

otak

Lebih sering pada

gangguan autistik

Lebih jarang pada

skizofrenia

Karakteristik perilaku Gagal mengembangkan

hubungan: tidak ada bicara

(ekolalia); frase sterotipik;

tidak ada atau buruknya

pemahaman bahasa;

kegigihan atas kesamaan

dan streotipik

Halusinasi dan waham,

gangguan pikiran

Fungsi adaptif Biasanya selalu terganggu Perburukan fungsi

Tingkat intelegensi Pada sebagian besar kasus

subnormal sering

terganggu parah (70%)

Dalam rentang normal,

sebagian besar normal

bodoh (15%-70%)

Pola IQ Jelas tidak rata Lebih rata

Kejang Grandmal 4-32% Tidak ada

2. Sindroma Rett

Sindroma rett adalah penyakit otak yang progresif tapi khusus mengenai anak

perempuan. Perkembangan anak sampai usia 5 bulan normal, namun setelah itu

mundur. Umumnya kmunduran yang terjadi sangat parah meliputi perkembangan

bahasa, interaksi sosial maupun motoriknya.

12

Page 13: referat autis

3. Sindroma Asperger

Pada sindroma Asperger mempunyai ketiga ciri autism namun masih memiliki

intelgensia yang baik dan kemampuan bahasanya juga hanya terganggu dalam derajat

ringan. Oleh karena itu, sindroma Asperger sering disebut sebagai “high functioning

autism”. Gangguan Asperger berbeda dengan autis. Onset usia autis infantile terjadi

lebih awal dan tingkat keparahannya lebih parah dibandingkan gangguan Asperger.

Pasien autis menunjukkan penundaan dan penyimpangan dalam kemahiran berbahasa

serta adanya gangguan kognitif. Oral vocabulary test menunjukkan keadaan yang

lebih baik pada gangguan Asperger. Defisit sosial dan komunikasi lebih berat pada

autisme. Selain itu ditemukan adanya manerisme motorik sedangkan pada gangguan

Asperger yang menonjol adalah perhatian terbatas dan motorik yang canggung, serta

gagal mengerti isyarat non verbal. Lebih sulit membedakan gangguan Asperger

dengan autisme infantil tanpa retardasi mental. Gangguan Asperger biasanya

memperlihatkan gambaran IQ yang lebih baik daripada autisme infantil kecuali

autisme infantil high functioning. Batas antara gangguan Asperger dan high

functioning autism untuk gangguan berbahasa dan gangguan belajar sangat kabur.

Gangguan Asperger mempunyai verbal intelligence yang normal sedangkan autisme

infantil mempunyai verbal intelligence yang kurang. Gangguan Asperger mempunyai

empati yang lebih baik dibandingkan dengan autisme infantil, sekalipun keduanya

mengalami kesulitan berempati.

4. Retardasi Mental

Hal yang tidak mudah untuk membedakan autisme infantil dengan retardasi

mental, sebab autisme juga sering disertai retardasi mental. Kira-kira 40% anak

autistik adalah teretardasi sedang, berat atau sangat berat, dan anak yang

teretardasi mungkin memiliki gejala perilaku yang termasuk ciri autistik. Pada

retardasi mental tidak terdapat 3 ciri pokok autism secara lengkap. Retardasi

mental adalah gangguan intelegensi, biasanya diketahui setelah anak sekolah

karena ketidaksanggupan anak mengikuti pelajaran formal. Pembagian retardasi

mental dilihat dari kemampuan IQ. Retardasi mental ringan IQ 55-70, RM sedang

40-55, RM berat 25-40, sangat berat IQ <25/ Ciri utama yang membedakan antara

gangguan autistik dan retardasi mental adalah:

13

Page 14: referat autis

a.Anak teretardasi mental biasanya berhubungan dengan orang tua atau nak-

anak lain dengan cara yang sesuai dengan umur mentalnya.

b. Mereka menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain

c.Mereka memiliki sifat gangguan yang relatif tetap tanpa pembelahan fungsi.

X. PENATALAKSANAAN

Sampai saat ini tidak ada obat-obatan atau cara lain yang dapat menyembuhkan

autisme. Meskipun demikian, obat-obat antidepresan yang bersifat seratongenik dapat

mengendalikan gejala-gejala stereotipi dan perubahan-perubahan iklim perasaan,

tetapi masih diperlukan suatu penelitian klinis lebih lanjut dan lebih terkendali dari

obat-obat ini. Dalam tatalaksana gangguan autisme, terapi perilaku merupakan yang

paling penting. Metode yang digunakan adalah metode Lovaas. Metode Lovaas

adalah metode modifikasi tingkah laku yang disebut dengan Applied Behavior

Analysis (ABA). Berbagai kemampuan yang diajarkan melalui program ABA dapat

dibedakan menjadi enam kemampuan besar, yaitu:

1. Kemampuan memperhatikan

Program ini terdapat dua prosedur. Pertama melatih anak untuk bisa

memfokuskan pandangan mata pada orang yang ada di depannya atau

disebut dengan kontak mata. Yang kedua melatih anak untuk

memperhatikan keadaan atau objek yang ada di sekelilngnya.

2. Kemampuan menirukan

Pada kemampuan imitasi anak diajarkan untuk meniru gerakan motorik

kasar dan halus. Selanjutnya urutan gerakan, meniru tindakan yang disertai

bunyi-bunyian.

3. Bahasa reseptif

Melatih anak agar mempunyai kemampuan mengenal dan bereaksi terhadap

seseorang, terhadap kejadian lingkungan sekitarnya, mengerti maksud

mimik dan nada suara dan akhirnya mengerti kata-kata.

4. Bahasa ekspresif

Melatih kemampuan anak untuk mengutarakan pikirannya, dimulai dari

komunikasi preverbal (sebelum anak dapat berbicara), komunikasi dengan

ekspresi wajah, gerakan tubuh dan akhirnya dengan menggunakan kata-kata

atau berkomunikasi verbal

5. Kemampuan preaakademis

14

Page 15: referat autis

Melatih anak untuk dapat bermain dengan benar, memberikan permainan

yang mengajarkan anak tentang emosi, hubungan ketidakteraturan, dan

stimulus-stimulus di lingkungannya seperti bunyi-bunyian serta melatih anak

untuk mengembangkan imajinasinya lewat media seni seperti menggambar

benda-benda yang ada di sekitarnya.

6. Kemampuan mengurus diri sendiri

Program ini bertujuan untuk melatih anak agar bisa memenuhi kebutuhan

dirinya sendiri. Pertama anak dilatih untuk bisa makan sendiri. Yang kedua,

anak dilatih untuk bisa buang air kecil atau yang disebut toilet training.

Kemudian tahap selanjutnya melatih mengenakan pakaian, menyisir rambut, dan

menggosok gigi.

XI. PROGNOSIS

Prognosis anak autisme dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

Berat ringannya gejala atau kelainan otak

Usia, diagnosis dini sangat penting oleh karena

semakin muda umur anak saat dimulainya terapi semakin besar

kemungkinan untuk berhasil

Kecerdasan, makin cerdas anak tersebut makin

baik prognosisnya

Bicara dan bahasa, 20% anak autis tidak mampu

berbicara seumur hidup, sedangkan sisanya mempunyai kemampuan

bicara dengan kefasihan yang berbeda-beda.

Terapi yang intensif dan terpadu.

Penanganan/intervensi terapi pada anak autisme harus dilakukan dengan

intensif dan terpadu. Seluruh keluarga harus terlibat untuk memacu

komunikasi dengan anak. Penanganan anak autisme memerlukan

kerjasama tim yang terpadu yang berasal dari berbagai disiplin ilmu

antara lain psikiater, psikolog, neurolog, dokter anak, terapis bicara dan

pendidik.

Prognosis untuk penderita autisme tidak selalu buruk. Pada gangguan

autisme, anak yang mempunyai IQ diatas 70 dan mampu menggunakan

komunikasi bahasa mempunyai prognosis yang baik. Berdasarkan

gangguan pada otak, autisme tidak dapat sembuh total tetapi gejalanya

15

Page 16: referat autis

dapat dikurangi, perilaku dapat diubah ke arah positif dengan berbagai

terapi.

16

Page 17: referat autis

KESIMPULAN

1. Autisme merupakan gangguan pada anak yang ditandai dengan munculnya

gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, komunikasi, ketertarikan

pada interaksi sosial, dan perilakunya

2. Beberapa faktor diduga menjadi penyebab autisme antara lain teori

psikoanalitik, genetik, serta berdasarkan studi biokimia dan riset neurologis

3. Terapi perilaku merupakan tata laksana yang paling penting dengan

menggunakan metode Lovaas.

4. Faktor yang mempengaruhi prognosis autisme antara lain berat ringannya

gejala, usia, kecerdasan, bicara dan bahasa, serta terapi intensif dan terpadu.

17

Page 18: referat autis

DAFTAR PUSTAKA

1. Kasran, Suharko. 2003. Autisme: Konsep yang Sedang Berkembang. Bagian

Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. Jurnal

Kedokteran Trisakti, Vol 22 No. 1; 24-30.

2. Sadock, B. J dan Alcot, V. 2007. Kaplan and Sadock’s Synopsis of Psychiatry

Behavioural Sciences/Clinical Psychiatry. 10th Edition. University School of

Medicine New York; Chapter 42.

3. Campbell JM, Morgan SB, et al. 2004. Autism Spectrum Disorder and Mental

Retardation.

4. Chamberlin, Stacey; Narins, Brigham. 2005. The Gale Encyclopedia of

Neurological Disorders volume 1. USA; p 122-26

5. Sidharta P. 1994. Neurologi Klinis dalam Praktek Umum. Dian Rakyat.

6. Jerald Kay; Allan Tasman. 2006. Essentials of Psychiatry. John Wiley & Sons,

Ltd.

7. Azwandi, Yosfan. 2005. Mengenal dan Membantu Penyandang Autisme,

Jakarta. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

8. Yatim, Faisal. 2003. Autisme Suatu Gangguan Jiwa pada Anak-anak. Jakarta:

Pustaka Popular Obor.

9. Danuatmaja, B. 2003. Terapi Anak Autis di Rumah, Jakarta: Puspa Suara

10. Sutadi Rudi, Bawazir L.A, et al. 2003. Penatalaksanaan Holistik Autisme.

Jakarta Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:

FKUI

18