Makalah Permasalahan Anak Autis

26
MAKALAH BIMBINGAN KONSELING Permasalahan Anak Autis DISUSUN OLEH : 1. Dian Lestari 2. Mamah Rohimah 3. Siska Julaeha 4. Yuli Yuliawati

Transcript of Makalah Permasalahan Anak Autis

Page 1: Makalah Permasalahan Anak Autis

MAKALAH BIMBINGAN KONSELING

Permasalahan

Anak AutisDISUSUN OLEH :

1. Dian Lestari2. Mamah Rohimah

3. Siska Julaeha

4. Yuli Yuliawati

Semester 2 kelas A PGSD INSIDAKATA PENGANTAR

Page 2: Makalah Permasalahan Anak Autis

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah Swt semata, yang telah memberikan petunjuk

dan Rahmat-Nya kepada kita semua. Sehingga atas izin Nya lah makalah ini telah selesai dan

rampung, guna memenuhi tugas yang di amanahkah kepada kami.

Tentunya banyak pihak yang sudah membantu terselesaikannya tugas ini. Kami

mengucapkan banyak terimakasih kepada pada anggota yang merelakan waktu, tenaga dan

pikirannya untuk menyelesaikan tugas ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikan para

teman-teman sekalian, amin. Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada dosen

Administrasi Pendidikan yang telah sabar membimbing kami, semoga Allah Swt selalu

memberikan kesehatan dan keberkahan kepada ibu sekeluarga, amin.

Makalah ini tentunya sangat jauh dari sempurna, kami menyadari banyak kekurangan dan

kesalahan yang terjadi disana sini. Semoga hal itu bisa kami perbaiki pada kesempatan yang

lainnya.

Akhirnya kepada Allah lah tempat kami bersandar, semoga makalah ini memberikan

manfaat yang besar bagi kita semua dan semoga Allah Swt selalu meridhoi usaha kita, amin

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Sukabumi, Maret 2011

Tim Penulis

DAFTAR ISI

Page 3: Makalah Permasalahan Anak Autis

BAB I PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

I.2 TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN MAKALAH

BAB II APAKAH AUTISME ITU ?

II.1 PENGERTIAN AUTISME

II.2 GEJALA AUTISME

BAB III BAGAIMANA MENDETEKSI DINI AUTIS ?

III.1 PENYEBAB AUTIS

III.2 DETEKSI DINI AUTIS

BAB IV APAKAH AUTIS BISA DISEMBUHKAN ?

BAB V PENUTUP

BAB I

Page 4: Makalah Permasalahan Anak Autis

PENDAHUALUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Setiap anak yang lahir ke dunia, sangat rentan dengan berbagai masalah. Masalah

yang dihadapi anak, terutama anak usia dini, biasanya berkaitan dengan ganguuan pada

proses perkembannya. Bila gangguan tersebut tidak segera diatasi maka akan berlanjut

pada fase perkembangan berikutnya yaitu fase perkembangan anak sekolah pada gilirannya,

gangguan tersebut dapat menghambat proses perkembangan yang optimal. Dengan

demikian, penting bagi para orang tua dan guru untuk memahami permasalahan-

permasalahan anak agar dapat meminimalkan kemunculan dan dampak permasalahan

tersebut serta mampu memberikan upaya bantuan yang tepat.

Memiliki anak merupakan anugerah terindah yang dirasakan suami istri. Sudah pasti

hal terbaik pulalah yang kita harapkan dari buah hati kita itu. Tidak ada satu pun orang tua

yang menginginkan anaknya menderita autis. Sebagian masyarakat memang masih

menganggap tabu terhadap penderita autis. Bahkan, tidak sedikit sekolah yang menolak

anak autis berada di lingkungannya. Jumlah anak pengidap autis di Indonesia semakin

bertambah setiap tahunnya. Sehingga diperlukan semacam sosialisasi edukasi deteksi dini

pada orangtua, supaya bisa memperhatikan perkembangan anaknya dengan lebih baik.

I.2 TUJUAN

Adapun tujuan dalam penulisan ini adalah

1. Agar mahasiswa dapat mengetahui permasalahan anak penderita autisme

2. Mahasiswa memahami pengertian Autisme

3. Mahasiswa memahami cara mengetahui dan mendeteksi dini anak autis

4. Mahasiswa dapat mengambil tindakan dan kesimpulan yang bijaksana terhadap

lingkungan anak bermasalah.

BAB II

Page 5: Makalah Permasalahan Anak Autis

APAKAH AUTISME ITU ?

II.1 PENGERTIAN AUTISME

Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita,

yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang

normal. Akibatnya anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam dunia

repetitive, aktivitas dan minat yang obsesif. (Baron-Cohen, 1993). Menurut Power (1989)

karakteristik anak dengan autisme adalah adanya 6 gangguan dalam bidang:

interaksi sosial,

komunikasi (bahasa dan bicara),

perilaku-emosi ,

pola bermain ,

gangguan sensorik dan motorik

perkembangan terlambat atau tidak normal.

Gejala autisme dapat sangat ringan (mild), sedang (moderate) hingga parah (severe),

sehingga masyarakat mungkin tidak menyadari seluruh keberadaannya. Parah atau

ringannya gangguan autisme sering kemudian di-paralel-kan dengan keberfungsian.

Dikatakan oleh para ahli bahwa anak-anak dengan autisme dengan tingkat intelegensi dan

kognitif yang rendah, tidak berbicara (nonverbal), memiliki perilaku menyakiti diri sendiri,

serta menunjukkan sangat terbatasnya minat dan rutinitas yang dilakukan maka mereka

diklasifikasikan sebagai low functioning autism. Sementara mereka yang menunjukkan

fungsi kognitif dan intelegensi yang tinggi, mampu menggunakan bahasa dan bicaranya

secara efektif serta menunjukkan kemampuan mengikuti rutinitas yang umum

diklasifikasikan sebagai high functioning autism. Dua dikotomi dari karakteristik gangguan

sesungguhnya akan sangat berpengaruh pada implikasi pendidikan maupun model-model

treatment yang diberikan pada para penyandang autisme. Kiranya melalui media ini penulis

menghimbau kepada para ahli dan paktisi di bidang autisme untuk semakin

mengembangkan strategi-strategi dan teknik-teknik pengajaran yang tepat bagi mereka.

Apalagi mengingat fakta dari hasil-hasil penelitian terdahulu menyebutkan bahwa 80% anak

dengan autisme memiliki intelegensi yang rendah dan tidak berbicara atau nonverbal.

Page 6: Makalah Permasalahan Anak Autis

Namun sekali lagi, apapun diagnosa maupun label yang diberikan prioritasnya adalah segera

diberikannya intervensi yang tepat dan sungguh-sungguh sesuai dengan kebutuhan mereka.

II.2 GEJALA AUTIS

Anak dengan autisme dapat tampak normal di tahun pertama maupun tahun kedua dalam

kehidupannya. Para orang tua seringkali menyadari adanya keterlambatan kemampuan

berbahasa dan cara-cara tertentu yang berbeda ketika bermain serta berinteraksi dengan

orang lain. Anak-anak tersebut mungkin dapat menjadi sangat sensitif atau bahkan tidak

responsif terhadap rangsangan-rangasangan dari kelima panca inderanya (pendengaran,

sentuhan, penciuman, rasa dan penglihatan). Perilaku-perilaku repetitif (mengepak-kepakan

tangan atau jari, menggoyang-goyangkan badan dan mengulang-ulang kata) juga dapat

ditemukan. Perilaku dapat menjadi agresif (baik kepada diri sendiri maupun orang lain) atau

malah sangat pasif. Besar kemungkinan, perilaku-perilaku terdahulu yang dianggap normal

mungkin menjadi gejala-gejala tambahan. Selain bermain yang berulang-ulang, minat yang

terbatas dan hambatan bersosialisasi, beberapa hal lain yang juga selalu melekat pada para

penyandang autisme adalah respon-respon yang tidak wajar terhadap informasi sensoris

yang mereka terima, misalnya; suara-suara bising, cahaya, permukaan atau tekstur dari

suatu bahan tertentu dan pilihan rasa tertentu pada makanan yang menjadi kesukaan

mereka.

Beberapa atau keseluruhan karakteristik yang disebutkan berikut ini dapat diamati pada

para penyandang autisme beserta spektrumnya baik dengan kondisi yang teringan hingga

terberat sekalipun.

1. Hambatan dalam komunikasi, misal: berbicara dan memahami bahasa.

2. Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain atau obyek di sekitarnya serta

menghubungkan peristiwa-peristiwa yang terjadi.

3. Bermain dengan mainan atau benda-benda lain secara tidak wajar.

4. Sulit menerima perubahan pada rutinitas dan lingkungan yang dikenali.

5. Gerakkan tubuh yang berulang-ulang atau adanya pola-pola perilaku yang tertentu

Page 7: Makalah Permasalahan Anak Autis

Para penyandang Autisme beserta spektrumnya sangat beragam baik dalam kemampuan

yang dimiliki, tingkat intelegensi, dan bahkan perilakunya. Beberapa diantaranya ada yang

tidak 'berbicara' sedangkan beberapa lainnya mungkin terbatas bahasanya sehingga sering

ditemukan mengulang-ulang kata atau kalimat (echolalia). Mereka yang memiliki

kemampuan bahasa yang tinggi umumnya menggunakan tema-tema yang terbatas dan sulit

memahami konsep-konsep yang abstrak. Dengan demikian, selalu terdapat individualitas

yang unik dari individu-individu penyandangnya.

Terlepas dari berbagai karakteristik di atas, terdapat arahan dan pedoman bagi para orang

tua dan para praktisi untuk lebih waspasa dan peduli terhadap gejala-gejala yang terlihat.

The National Institute of Child Health and Human Development (NICHD) di Amerika Serikat

menyebutkan 5 jenis perilaku yang harus diwaspadai dan perlunya evaluasi lebih lanjut :

1. Anak tidak bergumam hingga usia 12 bulan

2. Anak tidak memperlihatkan kemampuan gestural (menunjuk, dada, menggenggam)

hingga usia 12 bulan

3. Anak tidak mengucapkan sepatah kata pun hingga usia 16 bulan

4. Anak tidak mampu menggunakan dua kalimat secara spontan di usia 24 bulan

5. Anak kehilangan kemampuan berbahasa dan interaksi sosial pada usia tertentu

Adanya kelima ‘lampu merah’ di atas tidak berarti bahwa anak tersebut menyandang

autisme tetapi karena karakteristik gangguan autisme yang sangat beragam maka seorang

anak harus mendapatkan evaluasi secara multidisipliner yang dapat meliputi; Neurolog,

Psikolog, Pediatric, Terapi Wicara, Paedagog dan profesi lainnya yang memahami persoalan

autisme.

Page 8: Makalah Permasalahan Anak Autis

BAB III

BAGAIMANA MENDETEKSI DINI AUTISME

III.1 PENYEBAB AUTISME

Autisme adalah gangguan perkembangan yang sangat kompleks pada anak, yang gejalanya

sudah timbul sebelum anak itu mencapai usia tiga tahun.

Penyebab autisme adalah gangguan neurobiologis yang mempengaruhi fungsi otak

sedemikian rupa sehingga anak tidak mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan dunia

luar secara efektif.

Gejala yang sangat menonjol adalah sikap anak yang cenderung tidak mempedulikan

lingkungan dan orang-orang di sekitarnya, seolah menolak berkomunikasi dan berinteraksi,

serta seakan hidup dalam dunianya sendiri. Anak autistik juga mengalami kesulitan dalam

memahami bahasa dan berkomunikasi secara verbal.

Disamping itu seringkali (prilaku stimulasi diri) seperti berputar-putar, mengepak-ngepakan

tangan seperti sayap, berjalan berjinjit dan lain sebagainya.

Gejala autisme sangat bervariasi. Sebagian anak berperilaku hiperaktif dan agresif atau

menyakiti diri, tapi ada pula yang pasif. Mereka cenderung sangat sulit mengendalikan

emosinya dan sering tempertantrum (menangis dan mengamuk). Kadang-kadang mereka

menangis, tertawa atau marah-marah tanpa sebab yang jelas.

Selain berbeda dalam jenis gejalanya, intensitas gejala autisme juga berbeda-beda, dari

sangat ringan sampai sangat berat.

Oleh karena banyaknya perbedaan-perbedaan tersebut di antara masing-masing individu,

maka saat ini gangguan perkembangan ini lebih sering dikenal sebagai Autistic Spectrum

Disorder (ASD) atau Gangguan Spektrum Autistik (GSA).

Autisme dapat terjadi pada siapa saja, tanpa membedakan warna kulit, status sosial

ekonomi maupun pendidikan seseorang. Tidak semua individu ASD/GSA memiliki IQ yang

rendah. Sebagian dari mereka dapat mencapai pendidikan di perguruan tinggi. Bahkan ada

Page 9: Makalah Permasalahan Anak Autis

pula yang memiliki kemampuan luar biasa di bidang tertentu (musik, matematika,

menggambar).

Prevalensi autisme menigkat dengan sangat mengkhawatirkan dari tahun ke tahun.

Menurut Autism Research Institute di San Diego, jumlah individu autistik pada tahun 1987

diperkirakan 1:5000 anak. Jumlah ini meningkat dengan sangat pesat dan pada tahun 2005

sudah menjadi 1:160 anak. Di Indonesia belum ada data yang akurat oleh karena belum ada

pusat registrasi untuk autisme. Namun diperkirakan angka di Indonesia pun mendekati

angka di atas. Autisme lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita, dengan

perbandingan 4:1

Para ilmuwan menyebutkan autisme terjadi karena kombinasi berbagai faktor, termasuk

faktor genetik yang dipicu faktor lingkungan. Berikut adalah faktor-faktor yang diduga kuat

mencetuskan autisme yang masih misterius ini.

1. Genetik

Ada bukti kuat yang menyatakan perubahan dalam gen berkontribusi pada terjadinya

autisme. Menurut National Institute of Health, keluarga yang memiliki satu anak autisme

memiliki peluang 1-20 kali lebih besar untuk melahirkan anak yang juga autisme.

Penelitian pada anak kembar menemukan, jika salah satu anak autis, kembarannya

kemungkinan besar memiliki gangguan yang sama.

Secara umum para ahli mengidentifikasi 20 gen yang menyebabkan gangguan spektrum

autisme. Gen tersebut berperan penting dalam perkembangan otak, pertumbuhan otak, dan

cara sel-sel otak berkomunikasi.

2. Pestisida

Paparan pestisida yang tinggi juga dihubungkan dengan terjadinya autisme. Beberapa riset

menemukan, pestisida akan mengganggu fungsi gen di sistem saraf pusat. Menurut Dr Alice

Mao, profesor psikiatri, zat kimia dalam pestisida berdampak pada mereka yang punya

bakat autisme.

Page 10: Makalah Permasalahan Anak Autis

3. Obat-obatan

Bayi yang terpapar obat-obatan tertentu ketika dalam kandungan memiliki risiko lebih besar

mengalami autisme. Obat-obatan tersebut termasuk valproic dan thalidomide. Thalidomide

adalah obat generasi lama yang dipakai untuk mengatasi gejala mual dan muntah selama

kehamilan, kecemasan, serta insomnia.

Obat thalidomide sendiri di Amerika sudah dilarang beredar karena banyaknya laporan bayi

yang lahir cacat. Namun, obat ini kini diresepkan untuk mengatasi gangguan kulit dan terapi

kanker. Sementara itu, valproic acid adalah obat yang dipakai untuk penderita gangguan

mood dan bipolar disorder.

4. Usia orangtua

Makin tua usia orangtua saat memiliki anak, makin tinggi risiko si anak menderita autisme.

Penelitian yang dipublikasikan tahun 2010 menemukan, perempuan usia 40 tahun memiliki

risiko 50 persen memiliki anak autisme dibandingkan dengan perempuan berusia 20-29

tahun.

"Memang belum diketahui dengan pasti hubungan usia orangtua dengan autisme. Namun,

hal ini diduga karena terjadinya faktor mutasi gen," kata Alycia Halladay, Direktur Riset Studi

Lingkungan Autism Speaks.

5. Perkembangan otak

Area tertentu di otak, termasuk serebal korteks dan cerebellum yang bertanggung jawab

pada konsentrasi, pergerakan dan pengaturan mood, berkaitan dengan autisme.

Ketidakseimbangan neurotransmiter, seperti dopamin dan serotonin, di otak juga

dihubungkan dengan autisme.

III.2 DETEKSI DINI AUTISME

Bila gejala autisme dapat dideteksi sejak dini dan kemudian dilakukan penanganan yang

Page 11: Makalah Permasalahan Anak Autis

tepat dan intensif, kita dapat membantu anak autis untuk berkembang secara optimal.

Untuk dapat mengetahui gejala autisme sejak dini, telah dikembangkan suatu checklist yang

dinamakan M-CHAT (Modified Checklist for Autism in Toddlers). Berikut adalah pertanyaan

penting bagi orangtua:

1. Apakah anak anda tertarik pada anak-anak lain?

2. Apakah anak anda dapat menunjuk untuk memberitahu ketertarikannya pada sesuatu?

3. Apakah anak anda pernah membawa suatu benda untuk diperlihatkan pada orangtua?

4. Apakah anak anda dapat meniru tingkah laku anda?

5. Apakah anak anda berespon bila dipanggil namanya?

6. Bila anda menunjuk mainan dari jarak jauh, apakah anak anda akan melihat ke arah

mainan tersebut?

Bila jawaban anda TIDAK pada 2 pertanyaan atau lebih, maka anda sebaiknya berkonsultasi

dengan profesional yang ahli dalam perkembangan anak dan mendalami bidang autisme.

Page 12: Makalah Permasalahan Anak Autis

BAB IV

APAKAH AUTIS BISA DISEMBUHKAN ?

Sebelum kita membahas terapi atau pengobatan apa saja yang bisa dilakukan oleh

penderita Autisme, hal terpenting adalah mengenali Autis dengan simbol-simbolnya sebagai

upaya mendeteksi dini Autisme.

Kenali Autisme

Anak-anak penyandang spektrum autisme biasanya memperlihatkan setidaknya setengah

dari daftar tanda-tanda yang disebutkan di bawah ini. Gejala-gejala autisme dapat berkisar

dari ringan hingga berat dan intensitasnya berbeda antara masing-masing individu.

Hubungi profesional yang ahli dalam perkembangan anak dan mendalami bidang autisme,

jika anda mencurigai anak anda memperlihatkan setidaknya separuh dari gejala-gejala ini :

Sulit bersosialisasi dengan anak-anak lainnya

Tertawa atau tergelak tidak pada tempatnya

Tidak pernah atau jarang sekali kontak mata

Tidak peka terhadap rasa sakit

Lebih suka menyendiri; sifatnya agak menjauhkan diri.

Page 13: Makalah Permasalahan Anak Autis

Suka benda-benda yang berputar / memutarkan benda

Ketertarikan pada satu benda secara berlebihan

Hiperaktif/melakukan kegiatan fisik secara berlebihan atau malah tidak melakukan apapun (terlalu pendiam)

Kesulitan dalam mengutarakan kebutuhannya; suka menggunakan isyarat atau menunjuk dengan tangan daripada kata-kata

Menuntut hal yang sama; menentang perubahan atas hal-hal yang bersifat rutin

Tidak peduli bahaya

Menekuni permainan dengan cara aneh dalam waktu lama

Echolalia (mengulangi kata atau kalimat, tidak berbahasa biasa)

Page 14: Makalah Permasalahan Anak Autis

Tidak suka dipeluk (disayang) atau menyayangi

Tidak tanggap terhadap isyarat kata-kata; bersikap seperti orang tuli

Tidak berminat terhadap metode pengajaran yang biasa

Tentrums – suka mengamuk/memperlihatkan kesedihan tanpa alasan yang jelas

Kecakapan motorik kasar/motorik halus yang seimbang (seperti tidak mau menendang bola namun dapat menumpuk balok-balok)

Catatan : Daftar di atas bukan pengganti diagnosa. Hubungi profesional yang ahli untuk memperoleh diagnosa lengkap

Palembang (ANTARA News) - Anak yang menderita autis atau "cacat mental" bisa disembuhkan

dengan penanganan yang sabar dan bertahap, kata Ketua Yayasan Bina Autis Mandiri dr Muniyati

Ismael di Palembang, Selasa. Autisme belum ada obatnya. Ada banyak metode penanganan yang

dapat membuat hidup penderita autisme menjadi lebih baik.

Dr Muniyati yang telah lama berpengalaman membina anak penderita autis mengatakan, lanjut dia,

pembinaan harus dilaksanakan secara berkelanjutan, jangan setengah-setengah supaya mental

mereka semakin normal.

FAKTOR GENETIK dianggap sebagai satu-satunya penyebab autisme sehingga penderitanya

dianggap tidak bisa disembuhkan namun bukti-bukti yang sekarang muncul menunjukkan

ada peluang untuk penyembuhan karena gangguan itu tidak hanya dipengaruhi oleh faktor

genetik melainkan juga dipengaruhi faktor lingkungan.

Pada peringatan Hari Peduli Autisme Sedunia di Jakarta, Rabu (2/4), dr. Melly Budiman SpKJ

Page 15: Makalah Permasalahan Anak Autis

dari Yayasan Autisma Indonesia mengatakan hal itu juga menunjukkan adanya peluang

penyembuhan dan perbaikan kondisi bagi penyandang autisme.

"Autisme memengaruhi otak dan tubuh. Jika gangguan pada tubuh dapat disembuhkan

maka itu akan membantu memperbaiki otak pula," katanya dan menambahkan bahwa hal

itu didukung pula oleh fakta tentang banyaknya anak autistik yang "menyembuh".

Lebih lanjut dia menjelaskan, anak dengan gangguan spektrum autistik (Autistic Spectrum

Disorder/ASD) biasanya mengalami gangguan pada saluran pencernaan, sistem kekebalan

tubuh, susunan syaraf pusat dan proses detoksifikasi.

Mereka, ia melanjutkan, juga alergi terhadap banyak jenis makanan, keracunan logam berat

(Hg,Pb,As,Cd) dan kondisi biokimiawi tubuhnya terganggu. "Bila semua gangguan di

tubuhnya dapat disembuhkan, maka otaknya akan bisa lebih berfungsi dengan baik,"

katanya. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa yang terpenting dalam hal ini adalah

mendeteksi dan mendapat diagnosa gangguan tersebut sedini mungkin.

Semakin awal seorang anak terdiagnosa dan mendapat terapi yang tepat, menurut dia,

semakin besar kesempatannya untuk kembali ke jalur perkembangan yang normal.

Penatalaksanaan komprehensif bagi penyandang autisme, katanya, meliputi perbaikan

tubuh dari dalam (penatalaksanaan biomedis), medikamentosa (obat) bila diperlukan dan

tatalaksana non-medis seperti terapi perilaku, wicara, okupasi, integrasi sensoris dan yang

lainnya.

"Tak ada satu jenis obatpun yang bisa menyembuhkan autisme," tambahnya. Ia

menjelaskan pula bahwa keberhasilan penyembuhan atau perbaikan gangguan autisme

tergantung pada banyak faktor seperti berat atau ringannya gangguan pada otak, berat atau

ringannya gangguan pada tubuh, kecepatan anak terdiagnosa serta penanganan dini, tepat,

terpadu dan intensif.

"Banyak anak mengalami perkembangan yang luar biasa, namun banyak pula yang tidak

berkembang dengan baik," katanya. Ia menjelaskan pula bahwa dalam hal ini orang tua

Page 16: Makalah Permasalahan Anak Autis

penyandang autisme membutuh dukungan dari dokter, terapis dan terutama masyarakat

supaya bisa tegar menghadapi keadaan anaknya dan tidak berputus asa.

"Karena itu kami mengimbau masyarakat untuk lebih memahami apa itu autisme, dan tidak

mengolok-olok atau melecehkan individu autistik, tetapi lebih bersikap toleran dan

membantu, untuk bersikap empatik terhadap orang tua anak penyandang autisme dan

mengerti kesulitan yang mereka hadapi," katanya.

Pengelola sekolah, kata dia, hendaknya juga memberi kesempatan pendidikan kepada anak

penyandang autisme yang memang layak dan mampu. "Dan pemerintah tentunya harus

memberi jaminan dalam bidang kesehatan, pendidikan dan terapi yang terjangkau oleh

semua golongan masyarakat," demikian dr. Melly.

10 Jenis Terapi Autisme

Akhir-akhir ini bermunculan berbagai cara / obat / suplemen yang ditawarkan dengan iming-

iming bisa menyembuhkan autisme. Kadang-kadang secara gencar dipromosikan oleh si

penjual, ada pula cara-cara mengiklankan diri di televisi / radio / tulisan-tulisan.

Para orang tua harus hati-hati dan jangan sembarangan membiarkan anaknya sebagai

kelinci percobaan. Sayangnya masih banyak yang terkecoh , dan setelah mengeluarkan

banyak uang menjadi kecewa oleh karena hasil yang diharapkan tidak tercapai.

Dibawah ini ada 10 jenis terapi yang benar-benar diakui oleh para professional dan memang

bagus untuk autisme. Namun, jangan lupa bahwa Gangguan Spectrum Autisme adalah suatu

gangguan proses perkembangan, sehingga terapi jenis apapun yang dilakukan akan

memerlukan waktu yang lama. Kecuali itu, terapi harus dilakukan secara terpadu dan setiap

anak membutuhkan jenis terapi yang berbeda.

1) Applied Behavioral Analysis (ABA)

ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai , telah dilakukan penelitian dan didisain

khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah memberi pelatihan khusus

Page 17: Makalah Permasalahan Anak Autis

pada anak dengan memberikan positive reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini bias

diukur kemajuannya. Saat ini terapi inilah yang paling banyak dipakai di Indonesia.

2) Terapi Wicara

Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan berbahasa.

Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu autistic yang non-verbal atau

kemampuan bicaranya sangat kurang.

Kadang-kadang bicaranya cukup berkembang, namun mereka tidak mampu untuk memakai

bicaranya untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain.

Dalam hal ini terapi wicara dan berbahasa akan sangat menolong.

3) Terapi Okupasi

Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan motorik

halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang pinsil dengan cara

yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap makanan kemulutnya, dan

lain sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk melatih mempergunakan

otot -otot halusnya dengan benar.

4) Terapi Fisik

Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara individu autistik

mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya.

Kadang-kadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat. Keseimbangan

tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak

menolong untuk menguatkan otot-ototnya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya.

5) Terapi Sosial

Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang komunikasi

dan interaksi . Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan dalam ketrampilan

berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan main bersama ditempat bermain. Seorang

Page 18: Makalah Permasalahan Anak Autis

terqapis sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan

teman-teman sebaya dan mengajari cara2nya.

6) Terapi Bermain

Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistik membutuhkan pertolongan dalam

belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya berguna untuk belajar bicara, komunikasi

dan interaksi social. Seorang terapis bermain bisa membantu anak dalam hal ini dengan

teknik-teknik tertentu.

7) Terapi Perilaku.

Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali tidak memahami

mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya, Mereka banyak yang

hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila mereka sering

mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar belakang dari perilaku

negatif tersebut dan mencari solusinya dengan merekomendasikan perubahan lingkungan

dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki perilakunya,

8) Terapi Perkembangan

Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention) dianggap sebagai

terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya dan tingkat

perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional dan

Intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA yang

lebih mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik.

9) Terapi Visual

Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual thinkers). Hal

inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar komunikasi melalui

gambar-gambar, misalnya dengan metode …………. Dan PECS ( Picture Exchange

Communication System). Beberapa video games bisa juga dipakai untuk mengembangkan

ketrampilan komunikasi.

Page 19: Makalah Permasalahan Anak Autis

10) Terapi Biomedik

Terapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang tergabung dalam DAN! (Defeat

Autism Now). Banyak dari para perintisnya mempunyai anak autistik. Mereka sangat gigih

melakukan riset dan menemukan bahwa gejala-gejala anak ini diperparah oleh adanya

gangguan metabolisme yang akan berdampak pada gangguan fungsi otak. Oleh karena itu

anak-anak ini diperiksa secara intensif, pemeriksaan, darah, urin, feses, dan rambut. Semua

hal abnormal yang ditemukan dibereskan, sehingga otak menjadi bersih dari gangguan.

Terrnyata lebih banyak anak mengalami kemajuan bila mendapatkan terapi yang

komprehensif, yaitu terapi dari luar dan dari dalam tubuh sendiri (biomedis).

Page 20: Makalah Permasalahan Anak Autis

BAB V

PENUTUP

Setiap permasalahan tentu memiliki solusi. Demikian pula permasalahan yang dihadapi

anak, merupakan suatu cara bagi orang tua dan guru untuk belajar memberikan solusi yang

terbaik bagi proses tumbuh kembang anak-anak mereka. Semoga paparan dalam makalah

ini memberikan manfaat bagi banyak pihak. Terima kasih.