Seminar Autis

46
 

Transcript of Seminar Autis

Page 1: Seminar Autis

5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 1/46

 

 

Page 2: Seminar Autis

5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 2/46

 

Mitos Tentang Autisme

administrator

Mitos: Semua anak dengan autisme memiliki kesulitan belajar.

Fakta: Autisme memiliki manifestasi yang berbeda pada setiap orang. Simtom gangguan ini dapat

bervariasi secara signifikan dan meski beberapa anak memiliki kesulitan belajar yang berat, beberapa

anak lain dapat memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi dan mampu menyelesaikan materi

pembelajaran yang sulit, seperti persoalan matematika. Contohnya, anak dengan sindrom Asperger

biasanya berhasil di sekolah dan dapat menjadi mandiri ketika ia dewasa.

Mitos: Anak dengan autisme tidak pernah melakukan kontak mata.

Fakta: Banyak anak dengan autisme mampu melakukan kontak mata. Kontak mata yang dilakukan

mungkin lebih singkat durasinya atau berbeda dari anak normal, tetapi mereka mampu melihat orang

lain, tersenyum dan mengekspresikan banyak komunikasi nonverbal lainnya.

Mitos: Anak dengan autisme sulit melakukan komunikasi secara verbal.

Fakta: Banyak anak dengan autisme mampu mengembangkan kemampuan berbahasa yang fungsional.

Mereka mengembangkan beberapa keterampilan berkomunikasi, seperti dengan menggunakan bahasa

isyarat, gambar, komputer, atau peralatan elektronik lainnya.

Mitos: Anak dengan autisme tidak dapat menunjukkan afeksi.

Fakta: Salah satu mitos tentang autisme yang paling menyedihkan adalah miskonsepsi bahwa anak

dengan autisme tidak dapat memberi dan menerima afeksi dan kasih sayang. Stimulasi sensoris diproses

Page 3: Seminar Autis

5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 3/46

 

secara berbeda oleh beberapa anak dengan autisme, menyebabkan mereka memiliki kesulitan dalam

menunjukkan afeksi dalam cara yang konvensional. Memberi dan menerima kasih sayang dari seorang

anak dengan autisme akan membutuhkan penerimaan untuk menerima dan memberi kasih sayang

sesuai dengan konsep dan cara anak.

Orang tua terkadang merasa sulit untuk berkomunikasi hingga anak mau mulai membangun hubungan

yang lebih dalam. Keluarga dan teman mungkin tidak memahami kecenderungan anak untuk sendiri,

tetapi dapat belajar untuk menghargai dan menghormati kapasitas anak untuk menjalin hubungan

dengan orang lain.

Mitos: Anak dan orang dewasa dengan autisme lebih senang sendirian dan menutup diri serta tidak

peduli dengan orang lain.

Fakta: Anak dan orang dewasa dengan autisme pada dasarnya ingin berinteraksi secara sosial tetapi

kurang mampu mengembangkan keterampilan interaksi sosial yang efektif. Mereka sering kali sangat

peduli tetapi kurang mampu untuk menunjukkan tingkah laku sosial dan berempati secara spontan.

Mitos: Anak dan orang dewasa dengan autisme tidak dapat mempelajari keterampilan bersosialisasi.

Fakta: Anak dan orang dewasa dengan autisme dapat mempelajari keterampilan bersosialisasi jika

mereka menerima pelatihan yang dikhususkan untuk mereka. Keterampilan bersosialisasi pada anak dan

orang dewasa dengan autisme tidak berkembang dengan sendirinya karena pengalaman hidup sehari-

hari.

Mitos: Autisme hanya sebuah fase kehidupan, anak-anak akan melaluinya.

Fakta: Anak dengan autisme tidak dapat sembuh. Meski demikian, banyak anak dengan simtom autisme

yang ringan, seperti sindrom Asperger, dapat hidup mandiri dengan dukungan dan pendidikan yang

Page 4: Seminar Autis

5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 4/46

 

tepat. Anak-anak lain dengan simtom yang lebih berat akan selalu membutuhkan bantuan dan

dukungan, serta tidak dapat hidup mandiri sepenuhnya.

Hal itu menyebabkan kekhawatiran bagi sebagian orang tua, terutama ketika mereka menyadari bahwa

mereka mungkin tidak dapat mendampingi anak memasuki masa dewasanya. Oleh karena itu, anak

dengan autisme membutuhkan bantuan.

Untuk itu, diperlukan suatu diagnosis yang tepat dan benar untuk seorang anak dikatakan sebagai

autisme. Setelah mendapatkan diagnosis yang tepat, anak tersebut dapat melakukan suatu terapi. Anak

dengan autisme dapat dibantu dengan memberikan terapi yang sesuai dengan kebutuhannya. Salah satu

terapi yang dapat dilakukan adalah dengan terapi okupasi. (Dedy Suhaeri/"PR"/Winny Soenaryo, M.A.,

O.T.R./L. Pediatric Occupational Therapist)***

Pemutakhiran Teayasan Autisma Indonesia

Jl. Cipinang Kebembem I no. 6,

RT014/RW124, Jakarta 13230.

Telp: 021 4751086

Fax: 021 4751086

Ananda

Ibu Suci

Perum Persada Kemala Blok 29 No. 10

Jl. Taman Persada V Bekasi

Telp. (021) 8855130

Mitra Anakku

Page 5: Seminar Autis

5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 5/46

 

Dr. Achmad Fatchi, MBA

Ruko Kemang Pratama Blok AL-02

Jl. Kemang Pratama - Bekasi

Telp. (021) 8205446, 8205815

Klinik Anak Raja

Ibu Debbie R. Sianturi

Kemang Pratama

Jl. Express VI Blok UU No. 6

Bekasi 17116

Telp. (021) 82415642, 82402178

Klinik Anak Raja

Kemang Pratama I

Jl. Express Raya Blok AH No. 18

Bekasi 17116

Telp. (021) 82418031

Fax. (021) 82415642

AGCA Center

Ibu Ira Christiana

Perum Taman Galaxi

Page 6: Seminar Autis

5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 6/46

 

Jl. Taman Agave II Blok M 3/7

Bekasi

Telp. (021) 82406737, 8202702

Fax. (021) 8202710

Kelompok Belajar Insania

Komp. Pemuda Jatiasih

Jl. Nakula II Blok B No. 13 Jatiasih

Bekasi

Telp. (021) 82413579

Fax. (021) 82413578

Yayasan Masa Depan Anakku

Taman Galaxi Indah

Jl. Taman Bougenville Blok J1 No. 1 -2

Bekasi

Telp. (021) 8211491

Anak Kita

Ibu Essen Setia T.

Perum Pertamina SKG Tegal Gede No. D4

Jl. Raya Industri Cikarang

Page 7: Seminar Autis

5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 7/46

 

Bekasi 17550

Telp. (021) 8934407, 8934067 ext. 7294

Fax. (021) 8934967

email : [email protected]

Yayasan Pratama

Perum Jaka Permai

Jl. Cendana II/62A

Bekasi Barat

Telp. (021) 8851879

Fax. (021) 3900248

Mutiara Bunda

(Ibu Siti Umamah)

Jl. Tanjung I 8-A Pekayon Jaya

Bekasi Selatan 17148

Telp. (021) 8246229

Autism Link Therapist

(Ayuna Eprilisanti, S.Psi.)

Jl. Bina Lontar No. 42 Jatiwaringin

Pondok Gede

Page 8: Seminar Autis

5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 8/46

 

Telp/Fax. (021) 8463256

HP. 08129324326

email : [email protected]

Bintang Kecil Indonesia

Ibu Sita Purba

Komp. Telkom Satwika Permai B5 No. 5

Bekasi 17425

Telp./Fax. (021) 82419127

HP. 08164826051

rakhir ( Senin, 28 Desember 2009 21:50 )Sindrom Gangguan Autisme (Autism Syndrome Disorder )

administrator

Istilah autisme dikemukakan oleh Dr Leo Kanner pada 1943. Ada banyak definisi yang diungkapkan para

ahli. Chaplin menyebutkan: Autisme merupakan cara berpikir yang dikendalikan oleh kebutuhan

personal atau oleh diri sendiri, menanggapi dunia berdasarkan penglihatan dan harapan sendiri, dan

menolak realitas, keasyikan ekstrem dengan pikiran dan fantasi sendiri.

Pakar lain mengatakan: Autisme adalah ketidaknormalan perkembangan yang sampai yang sampai

sekarang tidak ada penyembuhannya dan gangguannya tidak hanya mempengaruhi kemampuan anak

untuk belajar dan berfungsi di dunia luar tetapi juga kemampuannya untuk mengadakan hubungan

dengan anggota keluarganya.

Page 9: Seminar Autis

5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 9/46

 

 

Semua masalah perilaku anak autis menunjukkan 3 serangkai gangguan yaitu: kerusakan di bidang

sosialisasi, imajinasi, dan komunikasi. Sifat khas pada anak autistik adalah: (1) Perkembangan hubungan

sosial yang terganggu, (2) gangguan perkembangan dalam komunikasi verbal dan non-verbal, (3) pola

perilaku yang khas dan terbatas, (4) manifestasi gangguannya timbul pada tiga tahun yang pertama.

Teori awal menyebutkan, ada 2 faktor penyebab autisme, yaitu: (1). Faktor psikososial, karena orang tua

dingin dalam mengasuh anak sehingga anak menjadi dingin pula; dan (2). Teori gangguan neuro-

biologist yang menyebutkan gangguan neuroanatomi atau gangguan biokimiawi otak. Pada 10-15 tahun

terakhir, setelah teknologi kedokteran telah canggih dan penelitian mulai membuahkan hasil. Penelitian

pada kembar identik menunjukkan adanya kemungkinan kelainan ini sebagian bersifat genetis karena

cenderung terjadi pada kedua anak kembar.

Meskipun penyebab utama autisme hingga saat ini masih terus diteliti, beberapa faktor yang sampai

sekarang dianggap penyebab autisme adalah: faktor genetik, gangguan pertumbuhan sel otak pada

 janin, gangguan pencernaan, keracunan logam berat, dan gangguan auto-imun. Selain itu, kasus autisme

 juga sering muncul pada anak-anak yang mengalami masalah pre-natal, seperti: prematur, postmatur,

pendarahan antenatal pada trisemester pertama-kedua, anak yang dilahirkan oleh ibu yang berusia

lebih dari 35 tahun, serta banyak pula dialami oleh anak-anak dengan riwayat persalinan yang tidak

spontan.

Gangguan autisme mulai tampak sebelum usia 3 tahun dan 3-4 kali lebih banyak pada anak laki-laki,

tanpa memandang lapisan sosial ekonomi, tingkat pendidikan orang tua, ras, etnik maupun agama,

dengan ciri fungsi abnormal dalam tiga bidang: interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku yang terbatas

dan berulang, sehingga kesulitan mengungkapkan perasaan maupun keinginannya yang mengakibatkan

hubungan dengan orang lain menjadi terganggu. Gangguan perkembangan yang dialami anak autistik

menyebabkan tidak belajar dengan cara yang sama seperti anak lain seusianya dan belajar jauh lebih

Page 10: Seminar Autis

5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 10/46

 

sedikit dari lingkungannya bila dibandingkan dengan anak lain. Autisme merupakan kombinasi dari

beberapa kegagalan perkembangan, biasanya mengalami gangguan pada:

Komunikasi, perkembangan bahasa sangat lambat atau bahkan tidak ada sama sekali. Penggunakan

kata-kata yang tidak sesuai dengan makna yang dimaksud. Lebih sering berkomunikasi dengan

menggunakan gesture dari pada kata-kata; perhatian sangat kurang.

Interaksi Sosial, lebih senang menyendiri dari pada bersama orang lain; menunjukkan minat yang sangatkecil untuk berteman; response terhadap isyarat sosial seperti kontak mata dan senyuman sangat

minim.

Gangguan Sensorik, mempunyai sensitifitas indra (penglihatan, pendengaran, peraba, pencium dan

perasa) yang sangat tinggi atau bisa pula sebaliknya.

Gangguan Bermain, anak autistik umumnya kurang memiliki spontanitas dalam permainan yang bersifat

imajinatif; tidak dapat mengimitasi orang lain; dan tidak mempunyai inisiatif.

Perilaku, bisa berperilaku hiper-aktif ataupun hipo-pasif; marah tanpa sebab jelas; perhatian yang sangat

besar pada suatu benda; menampakkan agresi pada diri sendiri dan orang lain; mengalami kesulitan

dalam perubahan rutinitas.

Gangguan lain yang mempengaruhi fungsi otak penyandang autisme adalah: Epilepsi, Retardasi Mental,

Down Syndrome atau gangguan genetis lain. Melihat gangguan-gangguan yang biasanya menyertai

gejala autisme seperti yang dikemukakan di atas, menyebabkan banyak orang beranggapan bahwa

penyandang autisme tidak mempunyai harapan untuk sembuh dan hidup normal. Namun intervensi

behavioral, biologis, dan edukasional terbukti dapat dijadikan alat untuk mengurangi efek-efek autisme

Page 11: Seminar Autis

5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 11/46

 

yang merusak. Ada 3 pendekatan utama dalam terapi terhadap penderita autisme, yaitu: (1).

Pendekatan Psiko-dinamis; (2). Pendekatan Behavioral; dan (3). Medis.

PENDEKATAN TERAPI AUTISME

Autisme sejauh ini memang belum bisa disembuhkan (not curable) tetapi masih dapat diterapi

(treatable). Menyembuhkan berarti memulihkan kesehatan, kondisi semula, normalitas. Dari segi

medis, tidak ada obat untuk menyembuhkan gangguan fungsi otak yang menyebabkan autisme.

Beberapa simptom autisme berkurang seiring dengan pertambahan usia anak, bahkan ada yang hilang

sama sekali.

Dengan intervensi yang tepat, perilaku-perilaku yang tak diharapkan dari pengidap autisme dapat

dirubah. Namun, sebagian besar individu autistik dalam hidupnya akan tetap menampakkan gejala-

gejala autisme pada tingkat tertentu. Sebenarnya pada penanganan yang tepat, dini, intensif dan

optimal, penyandang autisme bisa normal. Mereka masuk ke dalam mainstream yang berarti bisa

sekolah di sekolah biasa, dapat berkembang dan mandiri di masyarakat, serta tidak tampak gejala sisa.

Kemungkinan normal bagi pengidap autisme tergantung dari berat tidaknya gangguan yang ada.

Terapi dengan Pendekatan Psikodinamis

Pendekatan terapi berorientasi psikodinamis terhadap individu autistik berdasarkan asumsi bahwa

penyebab autisme adalah adanya penolakan dan sikap orang tua yang dingin dalam mengasuh anak.

Terapi Bettelheim dilakukan dengan menjauhkan anak dari kediaman dan pengawasan orang tua. Kini

terapi dengan pendekatan psikodinamis tidak begitu lazim digunakan karena asumsi dasar daripendekatan ini telah disangkal oleh bukti-bukti yang menyatakan bahwa autisme bukanlah akibat salah

asuhan melainkan disebabkan oleh gangguan fungsi otak.. Pendekatan yang berorientasi Psiko-dinamis

didominasi oleh teori-teori awal yang memandang autisme sebagai suatu masalah ketidakteraturan

emosional.

Page 12: Seminar Autis

5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 12/46

 

 

Terapi Dengan Intervensi Behavioral

Pendekatan Behavioral telah terbukti dapat memperbaiki perilaku individu autistik. Pendekatan ini

merupakan variasi dan pengembangan teori belajar yang semula hanya terbatas pada sistem

pengelolaan ganjaran dan hukuman (reward and punishment). Prinsipnya adalah mengajarkan perilaku

yang sesuai dan diharapkan serta mengurangi/mengeliminir perilaku-perilaku yang salah pada individu

autistik. Pendekatan ini juga menekankan pada pendidikan khusus yang difokuskan pada pengembangan

kemampuan akademik dan keahlian-keahlian yang berhubungan dengan pendidikan. Saat ini ada

beberapa sistem behavioral yang diterapkan pada individu dengan kebutuhan khusus seperti autisme:

Operant Conditioning (konsep belajar operan). Pendekatan operan merupakan penerapan prinsip-

prinsip teori belajar secara langsung. Prinsip pemberian ganjaran dan hukuman: perilaku yang positif 

akan mendapatkan konsekuensi positif (reward), sebaliknya perilaku negatif akan mendapat

konsekuensi negatif (punishment). Dengan demikian diharapkan inti dan tujuan utama dari pendekatan

ini yaitu mengembangkan dan meningkatkan perilaku positif, serta mengurangi perilaku negatif yang

tidak produktif.

Cognitive Learning (konsep belajar kognitif).Struktur pengajaran pada pendekatan ini sedikit berbeda

dengan konsep belajar operan. Fokusnya lebih kepada seberapa baik pemahaman individu autistik

terhadap apa yang diharapkan oleh lingkungan. Pendekatan ini menggunakan ganjaran dan hukuman

untuk lebih menegaskan apa yang diharapkan lingkungan terhadap anak autistik. Fokusnya adalah pada

seberapa baik seorang penderita autistik dapat memahami lingkungan disekitarnya dan apa yang

diharapkan oleh lingkungan tersebut terhadap dirinya. Latihan relaksasi merupakan bentuk lain dari

pendekatan kognitif. Latihan ini difokuskan pada kesadaran dengan menggunakan tarikan napas

panjang, pelemasan otot-otot, dan perumpamaan visual untuk menetralisir kegelisahan.

Social Learning (konsep belajar sosial). Ketidakmampuan dalam menjalin interaksi sosial merupakan

masalah utama dalam autisme, karena itu pendekatan ini menekankan pada pentingnya pelatihan

keterampilan sosial (social skills training). Teknik yang sering digunakan dalam mengajarkan perilaku

sosial positif antara lain: modelling (pemberian contoh), role playing (permainan peran), dan rehearsal

Page 13: Seminar Autis

5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 13/46

 

(latihan/pengulangan). Pendekatan belajar sosial mengkaji perilaku dalam hal konteks sosial dan

implikasinya dalam fungsi personal.

Salah satu bentuk modifikasi dari intervensi behavioral yang banyak di terapkan di pusat-pusat terapi di

Indonesia adalah teknik modifikasi tatalaksana perilaku oleh Ivar Lovaas. Terapi ini menggunakan prinsip

belajar-mengajar untuk mengajarkan sesuatu yang kurang atau tidak dimiliki anak autis. Misalnya anak

diajar berperhatian, meniru suara, menggunakan kata-kata, bagaimana bermain. Hal yang secara alami

bisa dilakukan anak-anak biasa, tetapi tidak dimiliki anak penyandang autisme. Semua keterampilan

yang ingin diajarkan kepada penyandang autisme diberikan secara berulang-ulang dengan memberi

imbalan bila anak memberi respons yang baik. awalnya imbalan bisa berbentuk konkret seperti mainan,

makanan atau minuman. Tetapi sedikit demi sedikit imbalan atas keberhasilan anak itu diganti denganimbalan sosial, misalnya pujian, pelukan dan senyuman.

Bentuk-bentuk psikoterapi menggunakan pendekatan behavioral (behavior therapy) kepada

anak/individu dengan ASD, bersumber pada teori belajar, khususnya pengondisian operan Skinner.

Perspektif behaviorisme Skinner memandang individu sebagai organisme yang perbendaharaan tingkahlakunya di peroleh melalui belajar.

Skinner membedakan dua tipe respons tingkah laku: responden dan operan (operant). Respons (tingkah

laku) selalu didahului oleh stimulus dan tingkah laku responden diperoleh melalui belajar serta bisa

dikondisikan. Skinner yakin kecenderungan organisme untuk mengulang ataupun menghentikan tingkah

lakunya di masa datang tergantung pada hasil atau konsekuensi (pemerkuat/positive dan negative

reinforcer) yang diperoleh oleh organisme/individu dari tingkah lakunya tersebut. Para ahli teori belajarmembagi pemerkuat (reinforcer) menjadi dua: (1) pemerkuat primer (unconditioned reinforcer), adalah

kejadian atau objek yang memiliki sifat memperkuat secara inheren tanpa melalui proses belajar seperti:

makanan bagi yang lapar; sedangkan (2) pemerkuat sekunder (pemerkuat sosial) merupakan hal,

kejadian, atau objek memperkuat respons melalui pengalaman pengondisian atau proses belajar pada

organisme. Meskipun menurut Skinner nilai pemerkuat sekunder belum tentu sama pada setiap orang,

Page 14: Seminar Autis

5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 14/46

 

namun pemerkuat sekunder memiliki daya yang besar bagi pembentukan dan pengendalian tingkah

laku.

Thorndike dan Watson memandang bahwa "organisme dilahirkan tanpa sifat-sifat sosial atau psikologis;

perilaku adalah hasil dari pengalaman; dan perilaku di gerakkan atau dimotivasi oleh kebutuhan untuk

memperbanyak kesenangan dan mengurangi penderitaan". Behavioris melalui beberapa eksperimen

seperti: metode pelaziman klasik (classical conditioning), operant conditioning, dan konsep belajar sosial

(social learning) menyimpulkan bahwa manusia sangat plastis sehingga dapat dengan mudah di bentuk

oleh lingkungan.

Intervensi Biologis

Intervensi biologis mencakup pemberian obat dan vitamin kepada individu autistik. Pemberian obat

tidak telalu membantu bagi sebagian besar anak autistik. Secara farmakologis hanya sekitar 10-15%

pengidap autisme yang cocok dan terbantu oleh pemberian obat-obatan dan vitamin.

RAPIDITAS PENGIDAP AUTISME

Jumlah penderita autisme terus meningkat, di Amerika telah dinyatakan sebagai national-alarming,

karena peningkatan jumlah penderita dari tahun ke tahun cukup mengkhawatirkan. Prevalensi

penderita autisme secara umum, terus menunjukkan peningkatan, pada 1987 ditemukan pada 1:5000

penduduk, sepuluh tahun berikutnya perbandingannya menjadi 1:500, kemudian menjadi 1:250 di

tahun 2000. Pada 2001 Center for Disease Control and Prevention autisme dijumpai pada 2-6 per 1.000

orang atau 1 di antara 150 penduduk, sedangkan pada tahun-tahun berikutnya diperkirakan

Page 15: Seminar Autis

5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 15/46

 

peningkatannya mencapai 10-17% per tahun, yang berarti akan terdapat 4 juta penyandang autisme di

Amerika pada dekade berikutnya.

Berdasarkan data di Poliklinik Jiwa Anak Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo Jakarta, pada

1989 tercatat hanya 2 pasien autisme. Pada 2000, meningkat menjadi 103 anak. Di RS Pondok Indah

Jakarta Selatan hampir setiap hari datang seorang pasien autisme baru. Di RSUD Soetomo Surabaya,

pada 1997 jumlahnya meningkat drastis sampai 20 anak per tahun, dari hanya 2-3 orang anak di tahun-

tahun sebelumnya. Data yang diungkapkan oleh ahli autisme di Indonesia, pada tahun 80-an pasien

autis masih sangat jarang tapi memasuki tahun 90-an kasus autisme mulai muncul 1-2 pasien baru

setiap harinya dan terus meningkat jumlahnya hingga 4-5 pasien baru di tahun 2000.

Pusat Pengamatan dan Pengkajian Tumbuh Kembang Anak (PPPTKA/P3TKA) Yogyakarta, sejak 1982

hingga 1990, anak yang terdiagnosis autisme berjumlah 40 anak. Data tersebut mengungkapkan 87,5 %

merupakan anak laki-laki, serta 50% merupakan anak pertama. Data pada Yayasan Autisme Semarang

(YAS), jumlah penyandang autisme yang telah terdeteksi sampai Juni 2003 mencapai 165 anak dengan

rentang usia 2-17 tahun. Jumlah tersebut belum dapat disebut angka pasti karena jumlah pengidapautisme yang tidak terdeteksi bisa jadi lebih banyak lagi, akibat ketidaktahuan masyarakat mengenai

gangguan perkembangan ini serta biaya diagnosa autisme yang memang relatif mahal.

Autisme tidak dapat didiagnosis hanya dengan observasi tunggal, melainkan harus dilakukan observasi

terhadap perkembangan anak dan perubahannya dalam suatu jangka yang lama. Idealnya seorang anak

yang diduga mengidap autisme perlu diperiksa secara multidisiplin oleh dokter anak, dokter syaraf,

psikolog, terapi wicara, konsultan pendidikan, atau pakar lain yang ahli dalam bidang autisme. Biayayang harus dikeluarkan untuk menegakkan diagnosa autisme menjadi sangat mahal.

PENYEBAB, KRITERIA DIAGNOSTIK DAN GEJALANYA

Page 16: Seminar Autis

5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 16/46

 

 

Belum ada kesepakatan mengenai penyebab utama autisme. Para ahli hanya meyakini disebabkan oleh

multifaktor yang saling berkaitan satu sama lain, seperti: faktor genetik, abnormalitas sistem

pencernaan (gastro-intestinal), polusi lingkungan, disfungsi imunologi, gangguan metabolisme (inborn

error), gangguan pada masa kehamilan/persalinan, abnormalitas susunan syaraf pusat/struktur otak,

dan abnormalitas biokimiawi.

Awalnya autisme diduga sebagai kegagalan orang tua dalam pengasuhan anak, yaitu perilaku orang tua

terutama ibu yang dingin dalam mengasuh anak sehingga anak menjadi dingin pula. Faktor

psikologis dianggap sebagai pencetus autisme yang menyebabkan anak menolak dunia luar. Teori ini

selanjutnya dikenal dengan teori psikososial serta populer sekitar tahun 1950-1960.

Teori tersebut kemudian disusul dengan teori neurologis. Dari berbagai gangguan perkembangan otak,

mungkin gangguan autisme adalah yang paling menarik dan misterius. Hal ini akibat kompleksitas

berbagai sistem otak yang berinteraksi dan rumit karena mengenai aspek sosial, kognitif dan linguistik

sehingga sangat erat dengan komunikasi dan humanitas. Penelitian dalam bidang neoroanatomi,

neorofisiologi, neorokimiawi dan genetika pada beberapa anak penyandang autisme menunjukkanadanya gangguan atau kelainan pada perkembangan sel-sel otak selama dalam kandungan. Pada saat

pembentukan sel-sel tersebut terjadi gangguan oksigenasi, pendarahan, keracunan, infeksi TORCH yang

mengganggu kesempurnaan pembentukan sel otak di beberapa tempat.

Faktor lain yang juga diduga dan diyakini penyebab autisme adalah faktor perinatal, yaitu: selama

kehamilan, gangguan pembentukan sel otak oleh berbagai faktor penyebab, serta berbagai faktor sesaat

setelah kelahiran. Selain itu, pengobatan pada ibu hamil juga dapat merupakan faktor resiko yangmenyebabkan autisme. Komplikasi yang paling sering dilaporkan berhubungan dengan autisme adalah

pendarahan trisemester pertama dan gawat janin disertai aspirasi mikonium saat mendekati kelahiran.

Kasus autisme ditemukan pada masalah-masalah pranatal, seperti: premature, postmature, pendarahan

antenatal pada trisemester pertama-kedua, umur ibu lebih dari 35 tahun, serta banyak dialami anak-

anak dengan riwayat persalinan yang tidak spontan serta repiratory distress syndrome.

Page 17: Seminar Autis

5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 17/46

 

 

Adanya gangguan struktur dan fungsi otak disebabkan oleh: (1) herediter/genetik, dimana saudara dari

para penyandang autisme mempunyai resiko puluhan kali untuk dapat menyandang autisme

dibandingkan dengan anak-anak lain yang tidak mempunyai saudara yang menyandang autisme; (2)

proses selama kehamilan dan persalinan. Diduga infeksi virus pada awal kehamilan, komplikasikehamilan dan persalinan, dapat berkaitan dengan lahirnya anak autisme.

Pada beberapa kasus, ditemukan bahwa autisme memang berkaitan dengan masalah genetik, walaupun

hingga kini belum ditemukan gen tertentu yang berhubungan secara langsung menyebabkan autisme.

Para ahli meyakini bahwa gen yang mendasari autisme sangat kompleks dan mungkin terdiri atas

kombinasi beberapa gen. Teori yang meyakini faktor genetik memegang peran penting dalam terjadinya

autisme diungkapkan pada tahun 1977. Hubungan autisme dan masalah genetik ini dibuktikan dengankenyataan bahwa 2,5% hingga 3% autisme ditemukan pada saudara dari pengidap autisme, yang berarti

 jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan populasi normal.

Faktor lain yang juga dituding adalah gangguan susunan syaraf pusat. Gangguan metabolisme yang

mengganggu kerja otak seperti: kekurangan vitamin, mineral, enzim, dsb.; alergi makanan; gangguan

pencernaan; infeksi dinding usus oleh jamur, virus, bakteri; keracunan logam berat; serta gangguan

kekebalan tubuh juga sering dikaitkan dengan munculnya autisme pada anak yang semula terlahirnormal tapi mulai menampakkan gejala autisme sekitar usia 2 tahun.

Selain merupakan gangguan perkembangan yang disebabkan oleh multifaktor, autisme juga mempunyai

gejala yang sangat beragam pada tiap individu. Inkonsistensi gejala yang muncul pada seorang anak

serta derajat gangguan yang bervariasi antara anak yang satu dan yang lainnya memerlukan ketelitian,

pengetahuan dan pengalaman para profesional dalam mendiagnosis autisme. Disamping itu, juga

diperlukan diagnosis banding untuk membedakan autisme dengan gangguan perkembangan yang lain

seperti: schizofrenia pada anak, retardasi mental, gangguan perkembangan berbahasa ekspresif ataupun

reseptif, sindrom asperger, gangguan pendengaran, dll.

Page 18: Seminar Autis

5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 18/46

 

 

Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV). Kategori diagnostik autisme terus

mengalami perubahan dari tahun ke tahun seiring dengan kemajuan riset mengenai autisme. Diagnosis

autisme dibuat jika ditemukan sejumlah kriteria yang terdaftar didalam DSM-IV:

Harus ada sedikitnya 6 atau lebih gejala dari a., b., dan c., dengan paling tidak 2 gejala dari a., dan

masing-masing 1 gejala dari tiap b. dan c.:

Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik, yang dimanifestasikan melalui paling tidak 2

dari gejala-gejala dibawah ini: (a) Gangguan yang berarti dalam tingkah laku nonverbal, seperti

pandangan/tatapan mata, ekspresi wajah, postur tubuh, dan gerak anggota badan yang mengatur

interaksi sosial. (b) Kegagalan untuk membangun hubungan dengan teman sebaya yang sesuai dengan

tingkat perkembangan mentalnya. (c) Kurangnya spontanitas dalam berbagi kesenangan, minat, dan

hasil/prestasi dengan orang lain (misalnya: jarang memperlihatkan, membawa, atau menunjukkan

benda/hal yang ia minati). (d) Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional yang timbal

balik.

Gangguan kualitatif dalam komunikasi, yang dimanifestasikan melalui paling tidak 1 dari gejala-gejala

dibawah ini: (a) Mengalami keterlambatan atau sama sekali tidak ada perkembangan bahasa lisan (tidak

ada upaya untuk menggantinya dengan cara berkomunikasi yang lain seperti gerak badan atau mimik

wajah). (b) Kemampuan bicara sangat individual, ditandai dengan gangguan dalam kemampuan untukmemulai dan melakukan pembicaraan dengan orang lain. (c) Penggunaan bahasa yang aneh dan

diulang-ulang. (d) Kurang variasi dan spontanitas dalam permainan berpura-pura atau peniruan sosial

yang sesuai dengan perkembangan mentalnya.

Page 19: Seminar Autis

5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 19/46

 

Perilaku, minat dan aktifitas yang terbatas dan berulang-ulang, yang dimanifestasikan oleh paling tidak 1

dari gejala-gejala di bawah ini: (a) Keasyikan yang tidak wajar dalam hal fokus dan intensitas terhadap

suatu pola minat yang terbatas dan berulang-ulang. (b) Terpaku terhadap rutinitas atau ritual yang tak

ada gunanya. (c) Perilaku motorik yang terbatas dan berulang-ulang (misalnya: mengepakkan atau

memutar tangan dan jari, atau menggerak-gerakkan seluruh anggota badan). (d) Keasyikan yang

berlebihan terhadap bagian tertentu dari objek/benda.

Sebelum usia 3 tahun terjadi keterlambatan atau abnormalitas fungsi yang tampak pada paling tidak 1

dari bidang-bidang berikut ini: a. interaksi sosial, b. bahasa yang digunakan dalam komunikasi sosial,

atau c. permainan yang bersifat simbolis atau imajinatif.

Gangguan tidak disebabkan oleh Sindroma Rett atau gangguan disintegratif masa kanak-kanak.

Secara umum ada beberapa gejala yang tampak pada individu autisme sebelum mencapai usia 3 tahun,

gejala-gejala tersebut adalah sebagai berikut:

Gangguan dalam bidang komunikasi verbal dan nonverbal: (a) Terlambat berbicara. (b) Berbicara denganbahasa yang tidak dapat dimengerti orang lain. (c) Bila kata-kata mulai diucapkan, tidak mengerti

artinya. (d) Bicara tidak dipakai untuk komunikasi. (e) Banyak meniru atau membeo (echolalia). (f)

Beberapa anak sangat pandai menirukan nyanyian, nada maupun kata-katanya, tanpa mengerti artinya,

sebagian dari anak-anak ini tetap tak dapat bicara sampai dewasa. (g) Bila menginginkan sesuatu,

menarik tangan yang terdekat dan mengharapkan tangan tersebut melakukan sesuatu untuknya.

Page 20: Seminar Autis

5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 20/46

 

Gangguan dalam bidang interaksi sosial: (a) Menolak/menghindari tatapan mata. (b) Tidak mau

menengok bila dipanggil. (c) Seringkali menolak untuk dipeluk. (d) Tak ada usaha untuk melakukan

interaksi dengan orang lain, lebih asyik main sendiri. (e) Bila didekati untuk diajak bermain malah

menjauh.

Gangguan dalam perilaku: (a) Pada anak autistik terlihat adanya perilaku berlebihan (excess) atau

kekurangan (deficit). Contoh perilaku yang berlebihan misalnya: hiperaktivitas motorik seperti tidak bisa

diam, jalan mondar-mandir tanpa tujuan yang jelas, melompat-lompat, dan mengulang-ngulang suatu

gerakan tertentu. Contoh perilaku yang kekurangan adalah: duduk dengan tatapan kosong, melakukan

permainan yang sama/monoton, sering duduk diam terpukau oleh suatu hal misalnya benda yang

berputar. (b) Kadang ada kelekatan tertentu pada benda tertentu yang terus dipegangnya dan dibawa

kemana-mana. (c) Perilaku yang ritualistik.

Gangguan dalam perasaan/emosi: (a) Tidak dapat ikut merasakan yang dirasakan oleh orang lain,

misalnya melihat anak menangis tidak akan merasa kasihan malah merasa terganggu, dan mungkin anak

yang mendatangi anak tersebut dan memukulnya. (b) Kadang tertawa-tawa sendiri, menangis atau

marah-marah tanpa sebab yang nyata. (c) Sering mengamuk tak terkendali, terutama jika tidak

mendapatkan apa yang diinginkan, bisa menjadi agresif atau destruktif.

Gangguan dalam persepsi sensoris: (a) Mencium-cium atau mengigit mainan atau benda-benda apa saja.

(b) Bila mendengar suara tertentu langsung menutup telinga. (c) Tidak menyukai rabaan atau pelukan.

(d) Merasa sangat tidak nyaman jika dipakaikan pakaian dari bahan yang kasar.

Gejala tersebut tidak harus ada pada setiap anak penyandang autisme. Pada penyandang autisme yang

berat mungkin hampir semua gejala itu ada, namun pada kelompok yang tergolong ringan hanya

terdapat sebagian dari gejala-gejala tersebut.

Autisme merupakan spectrum disorder, sehingga gejala dan karakteristik yang tampak pada setiap

individu autistik sangat beragam kombinasinya, dari ringan sampai berat. Karena itu tidak ada standard

tipe tertentu bagi individu autistik.

Page 21: Seminar Autis

5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 21/46

 

 

American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV). 1994.

Washington DC: Author

E. Koeswara. 1991. Teori-Teori Kepribadian. Bandung: PT Eresco

Grandin, Temple. 1995. Thinking In Pictures: and Other Reports from My Life with Autism. New York:

Vintage Books.

Kozlof, Martin A. 1998. Reaching the Autistic Child: A Parent Training Program. Massachusetts: Brookline

books.

L. Koegel and Lynn Kern Koegel. 1995. Teaching Children with Autism: Strategies for Initiating Positive

Interaction and Improving Learning Oportunities. Maryland: Paul H. Brookes Publishing Co.

Maurice, Catherine. 1996. Behavioral Intervention For Young Children With Autism. USA: Pro-Ed Inc.

Monks, F.J., A.M.P. Knoers dan Siti Rahayu Haditono. 1998. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam

Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Schopler, E. And Mesibov, G.B. 1993. The Effect of Autism on the Family. New York: Plenum Press.

Pemutakhiran Terakhir ( Senin, 12 April 2010 08:44 )PENDIDIKAN BAGI INDIVIDU AUTISTIK

19.09.2005

Page 22: Seminar Autis

5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 22/46

 

Dyah Puspita, Psikolog

I. PENDIDIKAN BAGI INDIVIDU AUTISTIK

Fakta bahwa individu-individu ASD belajar secara berbeda karena perbedaan neurobiologis bawaan

mereka memberikan dampak pada tiga hal (Siegel, 1996):

1. Belajar menjadi tugas yang lebih berat bagi individu ASD

2. Individu ASD harus diajarkan dalam gaya yang khusus bagi setiap individu, agar mereka bisa

memahami materi dengan baik. Berarti, stimulus disampaikan dalam bentuk atau cara yang khusus

3. Bila intervensi dilakukan lebih dini, maka perjuangan untuk mengajar individu-individu ini

diharapkan akan lebih mudah karena mereka sudah lebih tertata (tidak terlalu tantrum atau berperilaku

negatif lainnya)

Intervensi dini menjadi satu langkah yang penting, dan salah satu teknik/metode yang banyak digunakan

adalah Applied Behavioral Analysis yang ditemukan oleh Ivar O. Lovaas (Maurice, 1996). Penanganan

intervensi dini menggunakan teknik one-on-one atau satu guru satu anak, yang sangat intensif dan

terfokus dengan kurikulum yang sangat terstruktur.

Komponen one-on-one ini menjadi penting artinya pada proses belajar awal, terutama bagi anak-anak

yang masih rendah tingkat kepatuhan dan imitasi-nya. (Siegel, 1996). Intensitas (jumlah jam per minggu)

 juga sangat penting, seperti yang dilaporkan oleh hasil penelitian Lovaas (Lovaas, 1981). Kecenderungan

orang tua untuk panik dan mengharapkan hasil terbaik membuat mereka menjadwalkan penanganan

intensif terstruktur tanpa melihat pengaruhnya pada anak. Akibatnya, anak menjadi tertekan dan

bingung, apalagi bila di luar penanganan terstruktur tersebut tidak ada bentuk penanganan lain yang

lebih alami sementara penanganan (terapi) yang ia terima dilakukan secara kaku. Itu sebabnya,Greenspan (1998) mengusulkan adanya usaha orang tua meluangkan waktu bersama anak dalam

bentuk kegiatan tidak berstruktur tetapi alami.

Ada beberapa kemungkinan yang dapat ditempuh oleh anak ASD dalam jalur pendidikan. Penetapan

akan menempuh jalur yang mana sangat dipenuhi oleh berbagai aspek, antara lain: banyaknya gejala

Page 23: Seminar Autis

5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 23/46

 

autisme pada anak, daya tangkap, kemampuan berkomunikasi, usia dan harapan (atau tuntutan) orang

tua.

Alternatif pilihan bentuk pendidikan yang berlaku di Amerika Serikat, antara lain terbagi atas jalur

pendidikan khusus (Siegel, 1996):

1. Individual Therapy,

antara lain melalui penanganan di tempat terapi atau di rumah (home-based therapy dan kemudian

homeschooling).

Intervensi seperti ini merupakan dasar dari pendidikan individu ASD. Melalui penanganan one-on-one,

anak belajar berbagai konsep dasar dan belajar mengembangkan sikap mengikuti aturan yang ia

perlukan untuk berbaur di masyarakat.

2. Designated Autistic Classes

Salah satu bentuk transisi dari penanganan individual ke bentuk kelas klasikal, dimana sekelompok anak

yang semuanya autistik, belajar bersama-sama mengikuti jenis instruksi yang khas. Anak-anak ini berada

dalam kelompok yang kecil (1-3 anak), dan biasanya merupakan anak-anak yang masih kecil yang belum

mampu imitasi dengan baik.

3. Ability Grouped Classes.

Anak-anak yang sudah dapat melakukan imitasi, sudah tidak terlalu memerlukan penanganan one-on-one untuk meningkatkan kepatuhan, sudah ada respons terhadap pujian, dan ada minat terhadap alat

permainan; memerlukan jenis lingkungan yang menyediakan teman sebaya yang secara sosial lebih baik

meski juga memiliki masalah perkembangan bahasa.

4. Social Skills Development and Mixed Disability Classes

Kelas ini terdiri atas anak dengan kebutuhan khusus, tetapi tidak melulu autistik. Biasanya, anak autistik

berespons dengan baik bila dikelompokkan dengan anak-anak Down Syndrome yang cenderung

memiliki ciri hyper-social (ketertarikan berlebihan untuk membina hubungan sosial dengan orang lain).

Ciri ini membuat mereka cenderung bertahan, memerintah, dan berlari-lari di sekitar anak autis sekedar

untuk mendapatkan respons. Hal ini baik sekali bagi si anak autis.

dan jalur pendidikan umum (mainstream atau inclusion).

Page 24: Seminar Autis

5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 24/46

 

Maksud kata mainstream berarti melibatkan seorang anak dengan kebutuhan khusus ke dalam kelas-

kelas umum. Penanganan anak sungguh-sungguh dilakukan tanpa adanya perhatian pada kebutuhan

khusus yang ada pada anak. Padahal, sebetulnya anak memang memiliki kebutuhan khusus.

Istilah inklusi sebaliknya adalah menggambarkan keadaan dimana individu autistik dilibatkan dalam

kegiatan sekolah reguler, dengan kemungkinan: dengan atau tanpa pendamping. Pada umumnya

sekolah inklusi menyediakan jasa pembelajaran khusus bagi anak-anak autistik dimana mereka

kemudian ditarik untuk belajar di ruangan terpisah bilamana mereka mengalami hambatan mengikuti

pelajaran di kelas. Itu sebabnya, ada istilah full inclusion bagi anak-anak yang mengikuti semua pelajaran

(dengan pendamping sesuai keperluan) dan dengan bantuan remedial teaching. Serta ada istilah partial

inclusion bagi mereka yang hanya mengikuti pelajaran untuk memperoleh sebagian keuntungannya saja.

Misal, orangtua yang memasukkan anaknya untuk tujuan sosialisasi di sekolah reguler.

II. BENTUK SEKOLAH IDEAL

Greenspan (1998) dalam bukunya The Child with Special Needs mengungkapkan bahwa untuk

memungkinkan anak belajar berinteraksi, penting sekali membaurkan anak berkebutuhan khusus

dengan anak lain yang tidak bermasalah.

Guna memungkinkan terjadinya proses belajar yang optimal, adalah ideal bila sekolah tersebut memiliki

karakteristik sebagai berikut:

· Terdapat pendekatan yang mengacu pada tahap perkembangan dan perbedaan individu; yang

mendorong terjadinya kemajuan perkembangan dalam hal perhatian yang sama, keterlibatan dan

interaksi timbal balik.

· Adanya guru-guru yang tahu bagaimana mengupayakan terjadinya hubungan dengan anak yang

mengalami keterlambatan perkembangan.

· Adanya guru-guru yang peka terhadap perbedaan individu dan menghargai strategi tiap anak dalam

menenangkan dirinya sendiri.

· Terdiri atas kelompok-kelompok kecil yang dipimpin oleh orang dewasa.

Page 25: Seminar Autis

5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 25/46

 

· Lingkungan yang menyediakan atau memberikan kesempatan setiap anak memiliki guru pendamping

untuk bekerja secara individu dengan anak.

· Kebijakan yang mendorong keterlibatan orang tua dalam proses belajar mengajar secara keseluruhan.

· Keterbukaan akan saran dari orang tua.

· Pengaturan yang membaurkan anak berkebutuhan khusus dengan anak lain yang tidak memiliki

kebutuhan khusus.

Karakteristik tersebut di atas tentu sulit diterapkan secara sekaligus dan seketika. Namun, bila memang

sekolah didirikan untuk mendidik anak kita perlu mengupayakan agar setidaknya situasi pendidikan

di Indonesia mendekati bentuk ideal tersebut sehingga pendidikan tidak diperuntukkan bagi anak yang

sempurna saja seperti yang terjadi saat ini.

III. PERSIAPAN YANG SEBAIKNYA DIJALANKAN

Berdasarkan uraian di atas, tentu saja kita harus menarik satu kesimpulan: ada jenjang persiapan yang

harus dijalani sebelum anak dengan gangguan perkembangan autisme ini dimasukkan ke dalam

lingkungan sekolah umum.

Persiapan tersebut perlu dijalani oleh berbagai pihak yang terlibat: anak, sekolah dan orang tua.

* Anak: dua hal penting yang harus dipertimbangkan adalah kesiapan anak untuk belajar dalam

kelompok (kecil atau besar, tergantung masing-masing sekolah) dan kesiapan anak mengikuti rutinitas di

sekolah (makan bersama, toileting, olah raga, upacara dsb).

Semua pihak perlu mempertimbangkan faktor berikut:

- Fungsi kognitif 

Tingkatan fungsi kognisi, verbal atau non-verbal

Page 26: Seminar Autis

5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 26/46

 

- Bahasa dan komunikasi

Tingkatan pemahaman bahasa (bicara >< tertulis), tingkatan kemampuan berkomunikasi

- Kemampuan akademis

Pemahaman konsep bahasa, matematika, kebutuhan akan bantuan dari orang lain

- Perilaku di kelas

Kesanggupan mengikuti proses belajar mengajar di kelas (1:3, 1:8, 1:15, 1:30).

Kesanggupan mengerjakan tugas secara mandiri

Kesanggupan untuk menyesuaikan diri dengan transisi atau perubahan di dalam kelas

* Sekolah:

Saat ini sudah ada beberapa sekolah menerima keberadaan anak autistik di dalam kelas umum. Tetapi

sikap menerima saja tidak cukup bila tidak diikuti dengan beberapa penyesuaian, antara lain:

- Modifikasi lingkungan:

Bangunan sekolah, tata-letak di dalam kelas, lingkungan sekitar

- Pelatihan staf:

Menerima perbedaan anak dan mau belajar lagi

Keterbukaan akan kerja sama dengan pihak lain terkait

Pengetahuan dan ketrampilan untuk membantu tatalaksana anak autistik

- Penyuluhan kepada orang tua/anak lain:

Hal ini tidak mudah, karena banyak orang tua lain beranggapan bahwa sekolah umum seharusnya tidak

menerima anak dengan masalah. Mereka khawatir sifat autisme anak akan menular pada anak-anak

mereka.

- Sikap terhadap saudara kandung:

apakah keberadaan saudara sekandung dengan autisme ini menjadi suatu keuntungan atau kekurangan

bagi kakak/adik

Page 27: Seminar Autis

5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 27/46

 

 

* Orang tua:

Keadaan orang tua sangat menentukan proses belajar mengajar dan pencapaian masing-masing anak.

Dalam hal ini, yang penting diperhatikan adalah:

- Pengharapan keluarga: Apa yang diharapkan dicapai dari keberadaan anak berada di sekolah: apakah

full inclusion atau social mainstream ?

Pengharapan ini sangat menentukan target pendidikan bagi anak di sekolah. Target yang lepas dari

konteks dalam arti tidak sesuai potensi yang ditampilkan anak (berlebihan), tentu akan membuat

siapapun yang terlibat menjadi frustrasi. Anak bahkan bisa tidak suka belajar / sekolah. Sebaliknya,

target di bawah kemampuan anak akan membuat ia bosan dan juga tidak suka sekolah.

- Kebutuhan dari anggota keluarga yang lain: Anggota keluarga bukan terdiri atas anak autistik ini saja,

tetapi tentu saja menyangkut kakak/adik dan orang tua anak. Keterlibatan anak di lingkungan sekolah

umum, mau tidak mau akan mempengaruhi kegiatan sehari-hari seluruh keluarga. Anak harus

mengerjakan pekerjaan rumah, orang tua harus menunggui, kakak/adik diberi tanggung jawab

mengenai kegiatan anak di rumah dan sekolah, dsb.

- Adanya dukungan lingkungan: Lingkungan disini, termasuk juga orang tua lain di sekolah tersebut

(POMG). Bagaimanakah sikap mereka, apakah mendukung atau tidak. Bagaimana juga sikap anak lain di

sekolah tersebut, apakah menerima keberadaan anak autistik ini atau tidak. Bagaimana sikap guru diluar kelas ini, sikap kepala sekolah dsb.

* Tenaga profesional terkait:

Adakah tenaga profesional yang dilibatkan dalam tim pendukung anak:

- Dokter: Peran dokter disini (dokter anak, psikiater anak, dokter mata, THT, gizi dsb sesuai kebutuhan

anak) amat penting karena proses belajar mengajar anak tidak akan lancar kecuali ia dalam keadaan

sehat.

- Psikolog: Peran psikolog adalah untuk memberikan gambaran profil psikologis anak (psychological

profile), sehingga orang tua dan pihak sekolah paham kelebihan dan kekurangan anak secara

Page 28: Seminar Autis

5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 28/46

 

menyeluruh. Gambaran profil ini dapat membantu semua pihak terkait dalam mengarahkan anak

sehingga potensi aktual dapat terealisir secara optimal tanpa membuat anak tertekan.

- Guru pendamping: Pada umumnya anak autistik memerlukan guru pendamping pada masa awal

penyesuaian di lingkungan kelas yang jelas berbeda dengan lingkungan terapi individual. Masalahnya,

tidak semua sekolah menyediakan guru pendamping dengan kualifikasi yang jelas, atau tidak semuaorang tua bersedia menggunakan guru pendamping yang disediakan pihak sekolah oleh karena berbagai

alasan. Guru pendamping juga sering tidak paham sebatas mana mereka diperbolehkan membantu

anak. Akibatnya, anak tergantung pada guru pendamping, guru kelas tidak berusaha kenal anak karena

anak hampir selalu berada bersama dengan guru pendamping, dan pada akhirnya anak tetap menjadi

anak bawang karena ia tidak terlalu berbaur dengan lingkungannya.

- Terapis: Meskipun sudah bersekolah di sekolah umum, sebagian dari anak autistik masih

memerlukan bimbingan khusus di rumah. Tugas ini biasanya dibebankan kepada terapis rumah, yaitu

terapis atau guru yang bertugas untuk mengulang materi yang dipelajari di sekolah lengkap dengan

generalisasi-nya, mempersiapkan anak akan materi yang akan datang, dan membantu anakmengkompensasi kelemahannya melalui berbagai teknik dan kiat praktis.

Apakah ada kerja sama yang baik antara tenaga profesional dengan sekolah dan keluarga, dalam arti

keterbukaan secara profesional demi kemajuan si anak. Adakah bantuan akademis (dalam bentuk sesi

khusus atau modifikasi proses), atau kelompok orang tua dengan masalah sama?

PENUTUP:

Penting diingat oleh para orang tua bahwa kondisi masing-masing anak sangat berbeda, sehingga modal

awal dan hasil akhir setiap individu akan sangat tergantung pada banyak sekali faktor, antara lain:

kuantitas dan kualitas gejala autisme pada anak, intensitas penanganan dini, tingkat inteligensi anak,

kemampuan anak berkomunikasi, konsistensi pola asuh dalam keluarga, sikap sekolah dalam membantu

anak, pengetahuan guru, dan sebagainya.

Bagi pihak sekolah, penting diperhatikan bahwa banyak langkah yang dapat dilakukan untuk membantu

anak ASD berprestasi di lingkungan sekolah reguler. Selain kesempatan, mereka juga memerlukan

penanganan yang terpadu dan terfokus sesuai keadaan masing-masing anak.

Page 29: Seminar Autis

5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 29/46

 

Pihak keluarga tidak bisa hanya menuntut pihak sekolah untuk memberikan yang terbaik, karena tanpa

kerja sama dari pihak keluarga, semua upaya memberikan kesempatan kepada anak menjadi mubazir

dan tidak tepat sasaran. Sebaliknya pihak sekolah tidak dapat menyerahkan segala usaha kepada orang

tua, karena bagaimanapun anak-anak ASD ini adalah bagian dari masa depan bangsa ini. Sebagai

pendidik, sudah sewajarnya kita memberikan yang terbaik kepada anak didik kita. Sebagai pendidik, kita

tidak boleh memilih murid.

Mendidik anak tidak bermasalah bisa dilakukan siapa saja, tetapi membantu anak bermasalah

khususnya anak ASD untuk dapat mengatasi permasalahannya, memerlukan kemampuan yang luar

biasa. Kreativitas, daya juang, kemampuan untuk bertahan, dan yang terpenting keikhlasan untuk

membantu anak ASD mendapatkan masa depan yang baik.

Bentuk pendidikan yang ideal bagi individu ASD di Indonesia masih harus diperjuangkan, tapi berbagaiperkembangan yang terjadi sekarang sudah cukup melegakan.

REFERENSI

Greenspan, Stanley , MD and Serena Wieder, PhD; The Child with Special Needs, 1998 Perseus

Publishing, US

Lovaas, O.Ivar, PhD; The 'Me' Book -- Teaching Developmentally Disabled Children; 1981,

Department of Psychology, University of California, Los Angeles, ProEd Inc-USA.

Maurice, Catherine, Gina Green, PhD and Stephen C. Luce, PhD; Behavioral Intervention forYoung Children with Autisme, 1996, ProEd Inc-USA.

Siegel, Bryna, PhD; The World of the Autistic Child -- Understanding and Treating Autistic

Spectrum Disorders, 1996, Oxford University Press - New York, 1996.

Page 30: Seminar Autis

5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 30/46

 

 

*) Penulis adalah Sekretaris Yayasan Autisma Indonesia; dan Penanggung Jawab Pendidikan Sekolah

Mandiga, Jakarta

KESULITAN MAKAN PADA PENYANDANG AUTIS

Dr Widodo Judarwanto SpA

KORESPONDENSI DAN KOMUNIKASI

telp : (021) 70081995 4264126 31922005

email : [email protected] , http://kesulitanmakan.bravehost.com

ABSTRAK

Jumlah penyandang Autis semakin meningkat pesat dalam dekade terakhir ini. Dengan adanya metode

diagnosis yang kian berkembang hampir dipastikan penyandang yang ditemukan terkena Autis akan

semakin besar. Autis adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya

gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi, interaksi sosial dan

gangguan persepsi sensoris.

Beberapa gangguan Autis seringkali melibatkan gangguan neuroanatomis dan neurofungsional tubuh.

Bila gangguan tersebut melibatkan gangguan neurofungsional tubuh salah satu yang terganggu adalah

kemampuan koordinasi motorik oral seperti mengunyah dan menelan. Dalam keadaan demikian proses

makan pada penyandang akan terganggu sehingga akan mengalami kesulitan makan. Faktor penyebab

lainnya adalah karena gangguan nafsu makan. Gangguan neurofungsional dan gangguan nafsu makan

tersebut sangat berkaitan dengan gangguan saluran cerna yang di alami penyandang Autis. Pendekatan

diet eliminasi provokasi makanan adalah cara yang ideal untuk mencari penyebab gangguan saluran

Page 31: Seminar Autis

5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 31/46

 

cerna tersebut. Gangguan saluran cerna penyandang Autis dapat disebabkan karena alergi makanan,

intoleransi makanan, intoleransi gluten (celiac) atau reaksi simpang makanan lainnya.

Penanganan kesulitan makan pada penyandang Autis harus dilakukan dengan optimal, untuk mencegah

komplikasi gangguan tumbuh dan berkembangnya. Perbaikan saluran cerna sebagai salah satu cara

penanganan masalah kesulitan makan sekaligus akan memperbaiki gangguan perilaku lainnya pada

penyandang Autis.

PENDAHULUAN

Upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia harus dilakukan sejak dini, sistematis dan

berkesinambungan. Optimalisasi tumbuh dan kembang khususnya penyandang Autis adalah menjadi

prioritas utama,. Salah satu masalah yang sering dialami penyandang autis adalah kesulitan pemberian

makan pada anak yang dapat mengakibatkan berbagai komplikasi.

Tumbuh dan berkembangnya anak yang optimal tergantung dari beberapa hal, diantaranya adalah

pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas sesuai dengan kebutuhan. Dalam masa tumbuh

kembang tersebut pemberian nutrisi atau asupan makanan pada anak tidak selalu dapat dilaksanakan

dengan sempurna. Sering timbul masalah terutama dalam pemberian makanan karena faktor kesulitan

makan pada anak.

Pemberian makan pada anak memang sering menjadi masalah buat orangtua atau pengasuh padapenyandang Autis. Keluhan tersebut sering dikeluhkan orang tua kepada dokter yang merawat anaknya.

Lama kelamaan hal ini dianggap biasa, sehingga akhirnya timbul komplikasi dan gangguan tumbuh

kembang lainnya. Padahal penyandang Autis sudah mempunyai kendala dalam tahap

perkembangannya. Salah satu keterlambatan penanganan masalah tersebut adalah pemberian vitamin

tanpa mencari penyebabnya sehingga kesulitan makan tersebut terjadi berkepanjangan. Akhirnya orang

tua berpindah-pindah dokter dan berganti-ganti vitamin tapi tampak anak kesulitan makannya tidak

membaik. Dengan penanganan kesulitan makan pada penyandang autis secara optimal diharapkan

dapat mencegah komplikasi yang ditimbulkan. Sehingga dapat meningkatkan kualitas penyandang Autis.

Kesulitan makan bukanlah diagnosis atau penyakit, tetapi merupakan gejala atau tanda adanya

penyimpangan, kelainan dan penyakit yang sedang terjadi pada tubuh anak. Pengertian kesulitan makan

adalah jika anak tidak mau atau menolak untuk makan, atau mengalami kesulitan mengkonsumsi

makanan atau minuman dengan jenis dan jumlah sesuai usia secara fisiologis (alamiah dan wajar), yaitu

mulai dari membuka mulutnya tanpa paksaan, mengunyah, menelan hingga sampai terserap

dipencernaan secara baik tanpa paksaan dan tanpa pemberian vitamin dan obat tertentu. Gejala

kesulitan makan pada anak (1). Kesulitan mengunyah, menghisap, menelan makanan atau hanya bisa

makanan lunak atau cair, (2) Memuntahkan atau menyembur-nyemburkan makanan yang sudah masuk

Page 32: Seminar Autis

5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 32/46

 

di mulut anak, (3).Makan berlama-lama dan memainkan makanan, (4) Sama sekali tidak mau

memasukkan makanan ke dalam mulut atau menutup mulut rapat, (5) Memuntahkan atau

menumpahkan makanan, menepis suapan dari orangtua, (6). Tidak menyukai banyak variasi makanan

dan (7), Kebiasaan makan yang aneh dan ganjil.

PENYEBAB

Penyebab kesulitan makanan itu sangatlah banyak dan luas, semua gangguan fungsi organ tubuh dan

penyakit bisa berupa adanya kelainan fisik, maupun psikis dapat dianggap sebagai penyebab.. Kelainan

fisik dapat berupa kelainan organ bawaan atau infeksi bawaan sejak lahir dan infeksi didapat dalam usia

anak. Kelainan fisik dapat berupa kelainan organ bawaan atau infeksi bawaan sejak lahir atau infeksi

didapat. Pada penyandang Autis tampaknya gangguan saluran cerna merupakan penyebab yang paling

sering yang mengakibatkan terjadinya kesulitan makan.

Secara umum penyebab umum kesulitan makan pada anak dibedakan dalam 3 faktor, diantaranya

adalah hilang nafsu makan, gangguan proses makan di mulut dan pengaruh psikologis. Beberapa faktor

tersebut dapat berdiri sendiri tetapi sering kali terjadi lebih dari 1 faktor. Pada penyandang Autis

penyebab paling sering yang terjadi adalah gangguan nafsu makan dan gangguan proses makan.

GANGGUAN NAFSU MAKAN

Gangguan nafsu makan tampaknya merupakan penyebab utama masalah kesulitan makan pada anak.

Pengaruh nafsu makan ini bisa mulai dari yang ringan (berkurang nafsu makan) hingga berat (tidak ada

nafsu makan). Tampilan gangguan nafsu makan yang ringan berupa minum susu botol sering sisa,

waktu minum ASI berkurang (sebelumnya 20 menit menjadi 10 menit), makan hanya sedikit atau

mengeluarkan, menyembur-nyemburkan makanan atau menahan makanan di mulut terlalu lama.

Sedangkan gangguan yang lebih berat tampak anak menutup rapat mulutnya, menepis suapan orang tua

atau tidak mau makan dan minum sama sekali. Gangguan nafsu makan pada penyandang Autis sering

diakIbatkan karena gangguan saluran cerna seperti alergi makanan, intoleransi makanan, intoleransi

gluten dan sebaginya. Gangguan utama gangguan saluran cerna pada penyandang Autis berupa

gangguan permeabilitias saluran cerna yang sering disebut leaky gut.

Gangguan pencernaan tersebut kadang tampak ringan seperti tidak ada gangguan. Tampak anak sering

mudah mual atau muntah bila batuk, menangis atau berlari. Sering nyeri perut sesaat dan bersifat

hilang timbul, bila tidur sering dalam posisi nungging atau perut diganjal bantal Sulit buang air besar

(bila buang air besar ngeden, tidak setiap hari buang air besar, atau sebaliknya buang air besar sering

(>2 kali/perhari). Kotoran tinja berwarna hitam atau hijau dan baunya sangat menyengat, berbentuk

Page 33: Seminar Autis

5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 33/46

 

keras, bulat (seperti kotoran kambing), pernah ada riwayat berak darah. . Lidah tampak kotor, berwarna

putih serta air liur bertambah banyak atau mulut berbau.

Keadaan ini sering disertai gangguan tidur malam. Gangguan tidur malam tersebut seperti malam sering

rewel, kolik, tiba-tiba terbangun, mengigau atau menjerit, tidur bolak balik dari ujung ke ujung lain

tempat tidur. Saat tidur malam timbul gerakan brushing atau beradu gigi sehingga menimbulkan bunyigemeretak.

Biasanya disertai gangguan kulit : timbal bintik-bintik kemerahan seperti digigit nyamuk atau serangga,

biang keringat, kulit berwarna putih (seperti panu) di wajah atau di bagian badan lainnya dan

sebagainya. Kulit di bagian tangan dan kaki tampak kering dan kusam

Tanda dan gejala tersebut di atas sering dianggap biasa oleh orang tua bahkan banyak dokter atau

klinisi karena sering terjadi pada anak. Padahal bila di amati secara cermat tanda dan gejala tersebut

merupakan manifestasi adanya gangguan pencernaan, yang mungkin berkaitan dengan kesulitan makan

pada anak.

GANGGUAN PROSES MAKAN DI MULUT

Proses makan terjadi mulai dari memasukkan makan dimulut, mengunyah dan menelan.

Ketrampilan dan kemampuan koordinasi pergerakan motorik kasar di sekitar mulut sangat berperanan

dalam proses makan tersebut. Pergerakan morik tersebut berupa koordinasi gerakan menggigit,

mengunyah dan menelan dilakukan oleh otot di rahang atas dan bawah, bibir, lidah dan banyak otot

lainnya di sekitar mulut. Gangguan proses makan di mulut tersebut seringkali berupa gangguanmengunyah makanan.

Tampilan klinis gangguan mengunyah adalah keterlambatan makanan kasar tidak bisa makan nasi tim

saat usia 9 bulan, belum bisa makan nasi saat usia 1 tahun, tidak bisa makan daging sapi (empal) atau

sayur berserat seperti kangkung. Bila anak sedang muntah dan akan terlihat tumpahannya terdapat

bentukan nasi yang masih utuh. Hal ini menunjukkan bahwa proses mengunyah nasi tersebut tidak

sempurna. Tetapi kemampuan untuk makan bahan makanan yang keras seperti krupuk atau biskuit

tidak terganggu, karena hanya memerlukan beberapa kunyahan. Gangguan koordinasi motorik mulut ini

 juga mengakibatkani kejadian tergigit sendiri bagian bibir atau lidah secara tidak sengaja.

Kelainan lain yang berkaitan dengan koordinasi motorik mulut adalah keterlambatan bicara dan

gangguan bicara (cedal, gagap, bicara terlalu cepat sehingga sulit dimengerti). Gangguan motorik proses

makan ini biasanya disertai oleh gangguan keseimbangan dan motorik lainnya. Gangguan ini berupa

tidak mengalami proses perkembangan normal duduk, merangkak dan berdiri. Terlambat bolak-balik

(normal usia 4 bulan), terlambat duduk merangkak (normal 6-8 bulan) atau tidak merangkak tetapi

langsung berjalan, keterlambatan kemampuan mengayuh sepeda (normal usia 2,5 tahun), jalan jinjit,

duduk bersimpuh leter W. Bila berjalan selalu cepat, terburu-buru seperti berlari, sering jatuh atau

Page 34: Seminar Autis

5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 34/46

 

menabrak, sehingga sering terlambat berjalan. Ciri lainnya biasanya disertai gejala anak tidak bisa diam,

mulai dari overaktif hingga hiperaktif. Mudah marah serta sulit berkonsentrasi, gampang bosan dan

selalu terburu-buru.

Gangguan saluran pencernaan tampaknya merupakan faktor penyebab terpenting dalam gangguan

proses makan di mulut. Hal ini dapat dijelaskan bahwa dengan teori Gut Brain Axis. Teori inimenunjukkan bahwa bila terdapat gangguan saluran cerna maka mempengaruhi fungsi susunan saraf 

pusat atau otak. Gangguan fungsi susunan saraf pusat tersebut berupa gangguan neuroanatomis dan

neurofungsional. Salah satu manifestasi klinis yang terjadi adalah gangguan koordinasi motorik kasar

mulut.

GANGGUAN PSIKOLOGIS

Gangguan psikologis dahulu dianggap sebagai penyebab utama kesulitan makan pada anak.

Tampaknya hal ini terjadi karena dahulu kalau kita kesulitan dalam menemukan penyebab kesulitan

makan pada anak. Gangguan psikologis dianggap sebagai diagnosis keranjang sampah untuk mencari

penyebab kesulitan makan pada anak. Untuk memastikan gangguan psikologis sebagai penyebab utama

kesulitan makan pada anak harus dipastikan tidak adanya kelainan organik pada anak. Kemungkinan lain

yang sering terjadi, gangguan psikologis memperberat masalah kesulitan makan yang memang sudah

terjadi sebelumnya.

Gangguan pskologis bisa dianggap sebagai penyebab bila kesulitan makan itu waktunya bersamaan

dengan masalah psikologis yang dihadapi. Bila faktor psikologis tersebut membaik maka gangguan

kesulitan makanpun akan membaik. Untuk memastikannya kadang sulit, karena dibutuhkan

pengamatan yang cermat dari dekat dan dalam jangka waktu yang cukup lama. Karenanya hal tersebut

hanya mungkin dilakukan oleh orang tua bekerjasama dengan psikater atau psikolog.

Beberapa aspek psikologis dalam hubungan keluarga, baik antara anak dengan orang tua, antara ayah

dan ibu atau hubungan antara anggota keluarga lainnya dapat mempengaruhi kondisi psikologis anak.

Misalnya bila hubungan antara orang tua yang tidak harmonis, hubungan antara anggota keluarga

lainnya tidak baik atau suasana keluarga yang penuh pertentangan, permusuhan atau emosi yang tinggi

akan mengakibatkan anak mengalami ketakutan, kecemasan, tidak bahagia, sedih atau depresi. Hal itu

mengakibatkan anak tidak aman dan nyaman sehingga bisa membuat anak menarik diri dari kegiatan

atau lingkungan keluarga termasuk aktifitas makannya

KOMPLIKASI KESULITAN MAKAN

Page 35: Seminar Autis

5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 35/46

 

Peristiwa kesulitan makan yang terjadi pada penyandang Autis biasanya berlangsung lama.

Komplikasi yang bisa ditimbulkan adalah gangguan asupan gizi seperti kekurangan kalori, protein,

vitamin, mineral, elektrolit dan anemia (kurang darah).

Kekurangan kalori dan protein yang terjadi tersebut akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan atau

gagal tumbuh. Tampilan klinisnya adalah terjadi gangguan dalam peningkatan berat badan. Bahkanterjadi kecenderungan berat badan tetap dalam keadaan yang cukup lama. Dalam keadaan normal anak

usia di atas 2 tahun seharusnya terjadi peningkatan berat badan 2 kilogram dalam setahun.

Defisiensi zat gizi ini ternyata juga akan memperberat masalah gangguan metabolisme dan gangguan

fungsi tubuh lainnya yang sudah terjadi pada penyandang Autis. Keadaan ini tentunya akan

menghambat beberapa upaya penanganan dan terapi yang sudah dilakukan sebelumnya.

Tabel 1. Penyakit akibat kekurangan vitamin dengan gejala dan tanda klinis :

NAMA PENYAKIT

KEKURANGAN/ DEFISIENSI

GEJALA DAN TANDA KLINIS

1

Buta senja (xeroftalmia)

Vitamin A

Mata kabur atau buta

Page 36: Seminar Autis

5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 36/46

 

 

2

Beri-beri

Vitamin B1

Badan bengkak, tampak rewel, gelisah, pembesaran jantung kanan

3

Ariboflavinosis

Vitamin B2

Retak pada sudut mulut, lidah merah jambu dan licin

4

Defisiensi B6

Vitamin B6

Cengeng, mudah kaget, kejang, anemia (kurang darah), luka di mulut

Page 37: Seminar Autis

5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 37/46

 

5

Defisiensi Niasin

Niasin

Gejala 3 D (dermatitis /gangguan kulit, diare, deementia), Nafsu makan menurun, sakit di ldah dan

mulut, insominia, diare, rasa bingung.

6

Defisiensi Asam folat

Asam folat

Anemia, diare

7

Defisiensi B12

Vitamin B12

Anemia, sel darah membesar, lidah halus dan mengkilap, rasa mual, muntah, diare, konstipasi.

8

Page 38: Seminar Autis

5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 38/46

 

 

Defisiensi C

Vitamin C

Cengeng, mudah mara, nyeri tungkai bawah, pseudoparalisis (lemah) tungkai bawah, perdarahan kulit

9

Rakitis dan Osteomalasia

Vitamin D

Pembekakan persendian tulang, deformitas tulang, pertumbuhan gigi melambat, hipotoni, anemia

10

Defisiensi K

Vitamin K

Perdarahan, berak darah, perdarahan hidung dsb

Tabel 2. Penyakit akibat kekurangan mineral dan elektrolit dengan gejala dan tanda klinis:

Page 39: Seminar Autis

5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 39/46

 

 

Nama penyakit

Kekurangan/Defisiensi

Gejala dan tanda klinis

1

Anemia Defisiensi Besi

Zat besi

pucat, lemah, rewel

2

Defisiensi Seng

Seng

Mudah terserang penyakit, pertumbuhan lambat, nafsu makan berkurang, dermatitis

Page 40: Seminar Autis

5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 40/46

 

 

3

Defisiensi tembaga

tembaga

Pertumbuhan otak terganggu, rambut jarana dan mudah patah, kerusakan pembuluh darah nadi,

kelainan tulang

4

Hipokalemi

kalium

Lemah otot, gangguan jantung

5

Defisiensi klor

klor

Rasa lemah, cengeng

Page 41: Seminar Autis

5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 41/46

 

6

Defisiensi Fluor

Fluor

Resiko karies dentis (kerusakan gigi)

7

Defisiensi krom

krom

Pertumbuhan kurang, sindroma like diabetes melitus

8

Hipomagnesemia

magnesium

Defisiensi hormon paratiroid

9

Page 42: Seminar Autis

5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 42/46

 

 

Defisiensi Fosfor

Fosfor

Nafsu makan menurun, lemas

10

Defisiensi Iodium

Iodium

Pembesaran kelenjar gondok, gangguan fungsI mental, perkembangan fisik

PENANGANAN KESULITAN MAKAN PADA penyandang AUTIS

Pendekatan dan penanganan terbaik pada kasus kesulitan makan pada penyandang autis bukanlah

hanya dengan pemberian vitamin nafsu makan, tetapi harus dilakukan pendekatan yang cermat, teliti

dan terpadu. Pemberian vitamin nafsu makan hanya akan mengaburkan penyebab Kesulitan makan

tersebut. Sering terjadi orang tua dalam menghadapi masalah kesulitan makan pada anaknya telah

berganti-ganti dokter dan telah mencoba berbagai vitamin tetapi tidak kunjung membaik.

Beberapa langkah yang dilakukan pada penatalaksanaan kesulitan makan pada anak yang harus

dilakukan adalah : (1). Pastikan apakah betul anak mengalami kesulitan makan (2) Cari penyebab

kesulitan makanan pada anak, (3). Identifikasi adakah komplikasi yang terjadi, (4) Pemberian

Page 43: Seminar Autis

5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 43/46

 

pengobatan terhadap penyebab, (5). Bila penyebabnya gangguan saluran cerna (seperti alergi,

intoleransi atau coeliac), hindari makanan tertentu yang menjadi penyebab gangguan.

Bila terdapat kesulitan makan yang berkepanjangan lebih dari 2 minggu sebaiknya harus segera

berkonsultasi dengan dokter keluarga atau dokter anak yang biasa merawat. Dengan penanganan awal

namun kesulitan makan tidak membaik hingga lebih 1 bulan disertai dengan gangguan kenaikkan beratbadan dan belum bisa dipastikan penyebabnnya maka sebaiknya dilakukan penanganan beberapa

disiplin ilmu. Koordinator penanganannya adalah dokter anak atau dokter tumbuh kembang anak.

Dokter anak yang merawat harus mengkonsultasikan ke dokter spesialis anak dengan minat subspesialis

tertentu untuk menyingkirkan kelainan organik atau medis sebagai penyebab kesulitan makan tersebut.

Bila dicurigai adanya latar belakang psikologis maka kelainan makan tersebut harus dikonsultasikan pada

psikiater atau pskolog anak.

Penanganan kesulitan makan yang paling baik adalah dengan mengobati atau menangani penyebab

tersebut secara langsung. Mengingat penyebabnya demikian luas dan kompleks bila perlu hal tersebut

harus ditangani oleh beberapa disiplin ilmu tertentu yang berkaitan dengan kelainannya. Bila dalamwaktu satu bulan kesulitan makan tidak kunjung membaik disertai penurunan atau tidak meningkatnya

berat badan dan belum ditemukan penyebabnya kita harus waspada. Sebelum menjadi lebih berat dan

timbal komplikasi yang lebih berat maka bila perlu dalam penanganan kesulitan makan tersebut harus

melibatkan berbagai disilpin ilmu kedokteran. Dokter spesialis dengan peminatan tertentu yang sering

berkaitan dengan hal ini adalah : Dokter Spesialis Anak minat gizi anak, tumbuh kembang anak, alergi

anak, neurologi anak atau psikiater anak, psikolog anak, Rehabilitasi Medis, dan beberapa subspesialis

lainnya. Bila masalah gangguan pencernaan cukup menonjol maka sebaiknya berkonsultasi dengan

dokter spesialis anak gastroenterologi, bila masalah alergi yang dominan maka konsultasi ke dokter

alergi anak demikian seterusnya.

Penyebab kesulitan makanan demikian kompleks dan luas, kadang penyebabnya lebih dari satu bahkan

satu sama lain saling mempengaruhi dan memberatkan. Sehingga sering terjadi kebingungan pada orang

tua, karena beberapa diagnosis dan penanganannya sangat berbeda atau bertentangan antara dokter

satu dengan lainnya. Perbedaan ini terjadi karena kurangnya komunikasi antara dokter yang merawat

atau mungkin juga sering terjadi penanganan penyakit anak yang ditangani secara sepotong-sepotong.

Paling ideal dalam menangani kasus seperti ini adalah dengan cara holistik, dimana semua yang dicurigai

sebagai penyebab dicari dan ditangani secara tuntas secara bersamaan. Dokter yang harus merawat

melakukan komunikasi satu sama lainnya, baik melalui rekam medis (catatan penyandang) atau

hubungan langsung.

Gangguan pencernaan kronis pada penyandang Autis tampaknya sebagai penyebab paling penting

dalam kesulitan makan. Gangguan saluran cerna kronis yang terjadi adalah imaturitas saluran cerna,

alergi makanan, intoleransi makanan, penyakit coeliac dan gangguan reaksi simpang makanan lainnya.

Sebagian besar kelainan reaksi simpang makanan tersebut terjadi karena adanya jenis makanan yang

mengganggu saluran cerna anak sehingga menimbulkan kesulitan makan. Berkaitan dengan hal ini

tampaknya pendekatan diet merupakan penatalaksanaan terkini yang cukup inovatif.

Page 44: Seminar Autis

5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 44/46

 

Penelitian yang dilakukan di Picky Eater Clinic Jakarta, dengan melakukan pendekatan diet pada 218

anak dengan kesulitan makan. Pendeketan diet adalah dengan cara penghindaran makanan yang

berpotensi mengakibatkan reaksi simpang makanan. Setelah dilakukan penghindaran makanan selama 3

minggu, tampak perbaikan kesulitan makan sejumlah 78% pada minggu pertama, 92% pada minggu ke

dua dan 96% pada minggu ketiga. Gangguan saluran cerna juga tampak membaik sekitar 84% dan 94%

penyandang antara minggu pertama dan ketiga. Tetapi perbaikan gangguan mengunyah dan menelan

hanya bisa diperbaiki sekitar 30%. Pendekatan diet mungkin dapat digunakan sebagai alat untuk

mendiagnosis gangguan saluran cerna yang ada, tanpa harus menggunakan pemeriksaan laboratorium

yang mahal dan invasif.m Perbaikkan yang terjadi pada gangguan kesulitan makan, gangguan saluran

cerna tersebut ternyata juga diikuti oleh perbaikkan pada gangguan perilaku yang menyertai seperti

gangguan tidur, gangguan konsentrasi, gangguan emosi dan sebagainya. Demikian pula pada

penyandang Aiutis, pendekatan penanganan tersebut selain memperbaiki permasalahan makan yang

dihadapi diharapkan sekaligus ikut memperbaiki beberapa gangguan perilaku yang terjadi.

Penanganan dalam segi neuromotorik dapat melalui pencapaian tingkat kesadaran yang optimal dengan

stimulasi sistem multisensoris, stimulasi kontrol gerak oral dan refleks menelan, teknik khusus untukposisi yang baik. Penggunaan sikat gigi listrik kadang membantu msnstimulasi sensoris otot di daerah

mulut. Tindakan yang tampaknya dapat membantu adalah melatih koordinasi gerakan otot mulut adalah

dengan membiasakan minum dengan memakai sedotan, latihan senam gerakan otot mulut, latihan

meniup balon atau harmonika. Terapi okupasi yang diberikan pada penyandang Autis yang berkaitan

dengan perbaikkan koordinasi motorik mulut juga akan membantu sekaligus mengatasi problem

kesulitan makan.

Pemberian vitamin tertentu sering dilakukan oleh orang tua atau dokter pada kasus kesulitan

makan pada anak. Tindakan ini bukanlah cara terbaik untuk menyelesaikan masalah, bila tidak disertai

dengan mencari penyebabnya. Kadangkala pemberian vitamin justru menutupi penyebab gangguantersebut, kalau penyebabnya tidak tertangani tuntas maka keluhan tersebut terus berulang. Bila

penyebabnya tidak segera terdeteksi maka anak akan tergantung dengan pemberian vitamin tersebut,

padahal bila kita tidak waspada terdapat beberapa akibat dari pemberian obat-obatan dan vitamin

dalam jangka waktu yang lama.

Selain mengatasi penyebab kesulitan makan sesuai dengan penyebab, harus ditunjang dengan

cara pemberian makan yang sesuai untuk anak. Pemberian makanan yang berserat seperti sayur

kangkung, bayam, atau sawi harus disajikan dalam bentuk yang lebih halus. Misalnya, harus diblender

atau dipotong kecil dan halus. Pilihan lain dicari alternatif sayur yang mudah dikunyah seperti wortel

atau kentang. Demikian juga dengan pemberian makanan daging sapi atau empal harus berupa bakso,

perkedel atau daging yang tidak berserat. Bila kesulitan dalam makan nasi sebaiknya dibuat nasi yang

lebih lembek atau kalau perlu bubur.

Anak dengan gangguan makan, kebiasaan dan perilaku makannya berbeda dengan anak yang sehat

lainnya. Keadaan ini biasanya terjadi jangka panjang, pada beberapa kasus seperti alergi makanan

keadaan akan membaik setelah usia setelah usia 5-7 tahun. Pada kasus penyakit coeliac atau intoleransi

makanan terjadi dalam waktu yang lebih lama bahkan tidak sedikit yang terjadi hingga dewasa.

Page 45: Seminar Autis

5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 45/46

 

 

PENUTUP

Faktor utama penyebab kesulitan makan pada penyandang Autis adalah gangguan proses koordinasi

motorik mulut (gangguan mengunyah dan menelan) dan gangguan nafsu makan. Gangguan tersebut

sangat berkaitan dengan gangguan saluran cerna yang dialami penyandang Autis. Pendekatan diet

eliminasi provokasi makanan adalah cara yang ideal untuk mencari penyebab sekaligus penanganan

gangguan saluran cerna tersebut. Gangguan saluran cerna penyandang Autis dapat disebabkan karena

alergi makanan, intoleransi makanan, intoleransi gluten (celiac) atau reaksi simpang makanan lainnya.

Penanganan kesulitan makan pada penyandang Autis harus dilakukan sejak dini secara optimal.

Sehingga dapat dicegah komplikasi kesulitan makan dan gangguan tumbuh kembang lainnya. Perbaikan

saluran cerna sebagai salah satu cara penanganan masalah kesulitan makan sekaligus akan memperbaiki

gangguan perilaku yang terjadi pada penyandang Autis.

DAFTAR PUSTAKA

1. Burd L, Kerbeshian J: Psychogenic and neurodevelopmental factors in autism. J Am Acad Child

Adolesc Psychiatry 1988 Mar; 27(2): 252-3.

2. Singer HS: Pediatric movement disorders: new developments. Mov Disord 1998; 13 (Suppl 2): 17.

3. Horvath K, Papadimitriou JC, Rabsztyn A, et al: Gastrointestinal abnormalities in children with

autistic disorder. J Pediatr 1999 Nov; 135(5): 559-63.

4. Volkmar FR, Cohen DJ: Neurobiologic aspects of autism. N Engl J Med 1988 May 26; 318(21): 1390-

2.

5. Agus Firmansyah.Aspek. Gastroenterology problem makan pada bayi dan anak. Pediatric Nutrition

Update, 2003.

6. Berg, Frances., ed. Afraid to Eat: Children and Teens in Weight Crisis. Hettinger, ND: Healthy

Weight Institute, 402 S. 14th St., Hettinger, ND 58639, 1996.

7. Hirschmann, Jane R., CSW, and Zaphiropoulos, Lela, CSW. Preventing Childhood Eating Problems:

A Practical, Positive Approach to Raising Children Free of Food & Weight Conflicts Carlsbad, CA: Gürze

Books, 1993

8. Kubersky, Rachel. Everything You Need to Know about Eating Disorders New York: Rosen

Publishing Group, 1992.

Page 46: Seminar Autis

5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 46/46

 

9. Levine, Michael, PhD, and Hill, Laura, PhD. A 5-Day Lesson Plan on Eating Disorders: Grades 7-12

Tulsa, OK: NEDO, 1996.

Maine, Margo, PhD. Father Hunger: Fathers, Daughters, & Food Carlsbad, CA: Gürze Books, 1991.

10. Judarwanto Widodo, Kesulitan makan pada penyandang alergi dengan gastroenteropati Atopi.

(tidak dipublikasikan).

11. Soepardi Soedibyo, Sri Nasar. Feeding problem from nutrition perspective.Pediatric nutrition

update,2003.

12. Bryant-Waugh R., Lask B. Eating Disorders in Children. Journal of Child Psychology and Psychiatry

and Allied Disciplines 36 (3), 191-202, 1995.

13. Costa M, Brookes SJ. The enteric nervous system. Am J Gastroenterol 1994;89:S29-137.

14. Goyal RK, Hirano I. The enteric nervous system. N Engl J Med 1996;334:1106-1115.

Pemutakhiran Terakhir ( Sabtu, 09 Mei 2009 21:37