Seminar Autis
-
Upload
prihatnolo1 -
Category
Documents
-
view
161 -
download
0
Transcript of Seminar Autis
5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 1/46
5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 2/46
Mitos Tentang Autisme
administrator
Mitos: Semua anak dengan autisme memiliki kesulitan belajar.
Fakta: Autisme memiliki manifestasi yang berbeda pada setiap orang. Simtom gangguan ini dapat
bervariasi secara signifikan dan meski beberapa anak memiliki kesulitan belajar yang berat, beberapa
anak lain dapat memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi dan mampu menyelesaikan materi
pembelajaran yang sulit, seperti persoalan matematika. Contohnya, anak dengan sindrom Asperger
biasanya berhasil di sekolah dan dapat menjadi mandiri ketika ia dewasa.
Mitos: Anak dengan autisme tidak pernah melakukan kontak mata.
Fakta: Banyak anak dengan autisme mampu melakukan kontak mata. Kontak mata yang dilakukan
mungkin lebih singkat durasinya atau berbeda dari anak normal, tetapi mereka mampu melihat orang
lain, tersenyum dan mengekspresikan banyak komunikasi nonverbal lainnya.
Mitos: Anak dengan autisme sulit melakukan komunikasi secara verbal.
Fakta: Banyak anak dengan autisme mampu mengembangkan kemampuan berbahasa yang fungsional.
Mereka mengembangkan beberapa keterampilan berkomunikasi, seperti dengan menggunakan bahasa
isyarat, gambar, komputer, atau peralatan elektronik lainnya.
Mitos: Anak dengan autisme tidak dapat menunjukkan afeksi.
Fakta: Salah satu mitos tentang autisme yang paling menyedihkan adalah miskonsepsi bahwa anak
dengan autisme tidak dapat memberi dan menerima afeksi dan kasih sayang. Stimulasi sensoris diproses
5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 3/46
secara berbeda oleh beberapa anak dengan autisme, menyebabkan mereka memiliki kesulitan dalam
menunjukkan afeksi dalam cara yang konvensional. Memberi dan menerima kasih sayang dari seorang
anak dengan autisme akan membutuhkan penerimaan untuk menerima dan memberi kasih sayang
sesuai dengan konsep dan cara anak.
Orang tua terkadang merasa sulit untuk berkomunikasi hingga anak mau mulai membangun hubungan
yang lebih dalam. Keluarga dan teman mungkin tidak memahami kecenderungan anak untuk sendiri,
tetapi dapat belajar untuk menghargai dan menghormati kapasitas anak untuk menjalin hubungan
dengan orang lain.
Mitos: Anak dan orang dewasa dengan autisme lebih senang sendirian dan menutup diri serta tidak
peduli dengan orang lain.
Fakta: Anak dan orang dewasa dengan autisme pada dasarnya ingin berinteraksi secara sosial tetapi
kurang mampu mengembangkan keterampilan interaksi sosial yang efektif. Mereka sering kali sangat
peduli tetapi kurang mampu untuk menunjukkan tingkah laku sosial dan berempati secara spontan.
Mitos: Anak dan orang dewasa dengan autisme tidak dapat mempelajari keterampilan bersosialisasi.
Fakta: Anak dan orang dewasa dengan autisme dapat mempelajari keterampilan bersosialisasi jika
mereka menerima pelatihan yang dikhususkan untuk mereka. Keterampilan bersosialisasi pada anak dan
orang dewasa dengan autisme tidak berkembang dengan sendirinya karena pengalaman hidup sehari-
hari.
Mitos: Autisme hanya sebuah fase kehidupan, anak-anak akan melaluinya.
Fakta: Anak dengan autisme tidak dapat sembuh. Meski demikian, banyak anak dengan simtom autisme
yang ringan, seperti sindrom Asperger, dapat hidup mandiri dengan dukungan dan pendidikan yang
5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 4/46
tepat. Anak-anak lain dengan simtom yang lebih berat akan selalu membutuhkan bantuan dan
dukungan, serta tidak dapat hidup mandiri sepenuhnya.
Hal itu menyebabkan kekhawatiran bagi sebagian orang tua, terutama ketika mereka menyadari bahwa
mereka mungkin tidak dapat mendampingi anak memasuki masa dewasanya. Oleh karena itu, anak
dengan autisme membutuhkan bantuan.
Untuk itu, diperlukan suatu diagnosis yang tepat dan benar untuk seorang anak dikatakan sebagai
autisme. Setelah mendapatkan diagnosis yang tepat, anak tersebut dapat melakukan suatu terapi. Anak
dengan autisme dapat dibantu dengan memberikan terapi yang sesuai dengan kebutuhannya. Salah satu
terapi yang dapat dilakukan adalah dengan terapi okupasi. (Dedy Suhaeri/"PR"/Winny Soenaryo, M.A.,
O.T.R./L. Pediatric Occupational Therapist)***
Pemutakhiran Teayasan Autisma Indonesia
Jl. Cipinang Kebembem I no. 6,
RT014/RW124, Jakarta 13230.
Telp: 021 4751086
Fax: 021 4751086
Ananda
Ibu Suci
Perum Persada Kemala Blok 29 No. 10
Jl. Taman Persada V Bekasi
Telp. (021) 8855130
Mitra Anakku
5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 5/46
Dr. Achmad Fatchi, MBA
Ruko Kemang Pratama Blok AL-02
Jl. Kemang Pratama - Bekasi
Telp. (021) 8205446, 8205815
Klinik Anak Raja
Ibu Debbie R. Sianturi
Kemang Pratama
Jl. Express VI Blok UU No. 6
Bekasi 17116
Telp. (021) 82415642, 82402178
Klinik Anak Raja
Kemang Pratama I
Jl. Express Raya Blok AH No. 18
Bekasi 17116
Telp. (021) 82418031
Fax. (021) 82415642
AGCA Center
Ibu Ira Christiana
Perum Taman Galaxi
5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 6/46
Jl. Taman Agave II Blok M 3/7
Bekasi
Telp. (021) 82406737, 8202702
Fax. (021) 8202710
Kelompok Belajar Insania
Komp. Pemuda Jatiasih
Jl. Nakula II Blok B No. 13 Jatiasih
Bekasi
Telp. (021) 82413579
Fax. (021) 82413578
Yayasan Masa Depan Anakku
Taman Galaxi Indah
Jl. Taman Bougenville Blok J1 No. 1 -2
Bekasi
Telp. (021) 8211491
Anak Kita
Ibu Essen Setia T.
Perum Pertamina SKG Tegal Gede No. D4
Jl. Raya Industri Cikarang
5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 7/46
Bekasi 17550
Telp. (021) 8934407, 8934067 ext. 7294
Fax. (021) 8934967
email : [email protected]
Yayasan Pratama
Perum Jaka Permai
Jl. Cendana II/62A
Bekasi Barat
Telp. (021) 8851879
Fax. (021) 3900248
Mutiara Bunda
(Ibu Siti Umamah)
Jl. Tanjung I 8-A Pekayon Jaya
Bekasi Selatan 17148
Telp. (021) 8246229
Autism Link Therapist
(Ayuna Eprilisanti, S.Psi.)
Jl. Bina Lontar No. 42 Jatiwaringin
Pondok Gede
5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 8/46
Telp/Fax. (021) 8463256
HP. 08129324326
email : [email protected]
Bintang Kecil Indonesia
Ibu Sita Purba
Komp. Telkom Satwika Permai B5 No. 5
Bekasi 17425
Telp./Fax. (021) 82419127
HP. 08164826051
rakhir ( Senin, 28 Desember 2009 21:50 )Sindrom Gangguan Autisme (Autism Syndrome Disorder )
administrator
Istilah autisme dikemukakan oleh Dr Leo Kanner pada 1943. Ada banyak definisi yang diungkapkan para
ahli. Chaplin menyebutkan: Autisme merupakan cara berpikir yang dikendalikan oleh kebutuhan
personal atau oleh diri sendiri, menanggapi dunia berdasarkan penglihatan dan harapan sendiri, dan
menolak realitas, keasyikan ekstrem dengan pikiran dan fantasi sendiri.
Pakar lain mengatakan: Autisme adalah ketidaknormalan perkembangan yang sampai yang sampai
sekarang tidak ada penyembuhannya dan gangguannya tidak hanya mempengaruhi kemampuan anak
untuk belajar dan berfungsi di dunia luar tetapi juga kemampuannya untuk mengadakan hubungan
dengan anggota keluarganya.
5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 9/46
Semua masalah perilaku anak autis menunjukkan 3 serangkai gangguan yaitu: kerusakan di bidang
sosialisasi, imajinasi, dan komunikasi. Sifat khas pada anak autistik adalah: (1) Perkembangan hubungan
sosial yang terganggu, (2) gangguan perkembangan dalam komunikasi verbal dan non-verbal, (3) pola
perilaku yang khas dan terbatas, (4) manifestasi gangguannya timbul pada tiga tahun yang pertama.
Teori awal menyebutkan, ada 2 faktor penyebab autisme, yaitu: (1). Faktor psikososial, karena orang tua
dingin dalam mengasuh anak sehingga anak menjadi dingin pula; dan (2). Teori gangguan neuro-
biologist yang menyebutkan gangguan neuroanatomi atau gangguan biokimiawi otak. Pada 10-15 tahun
terakhir, setelah teknologi kedokteran telah canggih dan penelitian mulai membuahkan hasil. Penelitian
pada kembar identik menunjukkan adanya kemungkinan kelainan ini sebagian bersifat genetis karena
cenderung terjadi pada kedua anak kembar.
Meskipun penyebab utama autisme hingga saat ini masih terus diteliti, beberapa faktor yang sampai
sekarang dianggap penyebab autisme adalah: faktor genetik, gangguan pertumbuhan sel otak pada
janin, gangguan pencernaan, keracunan logam berat, dan gangguan auto-imun. Selain itu, kasus autisme
juga sering muncul pada anak-anak yang mengalami masalah pre-natal, seperti: prematur, postmatur,
pendarahan antenatal pada trisemester pertama-kedua, anak yang dilahirkan oleh ibu yang berusia
lebih dari 35 tahun, serta banyak pula dialami oleh anak-anak dengan riwayat persalinan yang tidak
spontan.
Gangguan autisme mulai tampak sebelum usia 3 tahun dan 3-4 kali lebih banyak pada anak laki-laki,
tanpa memandang lapisan sosial ekonomi, tingkat pendidikan orang tua, ras, etnik maupun agama,
dengan ciri fungsi abnormal dalam tiga bidang: interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku yang terbatas
dan berulang, sehingga kesulitan mengungkapkan perasaan maupun keinginannya yang mengakibatkan
hubungan dengan orang lain menjadi terganggu. Gangguan perkembangan yang dialami anak autistik
menyebabkan tidak belajar dengan cara yang sama seperti anak lain seusianya dan belajar jauh lebih
5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 10/46
sedikit dari lingkungannya bila dibandingkan dengan anak lain. Autisme merupakan kombinasi dari
beberapa kegagalan perkembangan, biasanya mengalami gangguan pada:
Komunikasi, perkembangan bahasa sangat lambat atau bahkan tidak ada sama sekali. Penggunakan
kata-kata yang tidak sesuai dengan makna yang dimaksud. Lebih sering berkomunikasi dengan
menggunakan gesture dari pada kata-kata; perhatian sangat kurang.
Interaksi Sosial, lebih senang menyendiri dari pada bersama orang lain; menunjukkan minat yang sangatkecil untuk berteman; response terhadap isyarat sosial seperti kontak mata dan senyuman sangat
minim.
Gangguan Sensorik, mempunyai sensitifitas indra (penglihatan, pendengaran, peraba, pencium dan
perasa) yang sangat tinggi atau bisa pula sebaliknya.
Gangguan Bermain, anak autistik umumnya kurang memiliki spontanitas dalam permainan yang bersifat
imajinatif; tidak dapat mengimitasi orang lain; dan tidak mempunyai inisiatif.
Perilaku, bisa berperilaku hiper-aktif ataupun hipo-pasif; marah tanpa sebab jelas; perhatian yang sangat
besar pada suatu benda; menampakkan agresi pada diri sendiri dan orang lain; mengalami kesulitan
dalam perubahan rutinitas.
Gangguan lain yang mempengaruhi fungsi otak penyandang autisme adalah: Epilepsi, Retardasi Mental,
Down Syndrome atau gangguan genetis lain. Melihat gangguan-gangguan yang biasanya menyertai
gejala autisme seperti yang dikemukakan di atas, menyebabkan banyak orang beranggapan bahwa
penyandang autisme tidak mempunyai harapan untuk sembuh dan hidup normal. Namun intervensi
behavioral, biologis, dan edukasional terbukti dapat dijadikan alat untuk mengurangi efek-efek autisme
5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 11/46
yang merusak. Ada 3 pendekatan utama dalam terapi terhadap penderita autisme, yaitu: (1).
Pendekatan Psiko-dinamis; (2). Pendekatan Behavioral; dan (3). Medis.
PENDEKATAN TERAPI AUTISME
Autisme sejauh ini memang belum bisa disembuhkan (not curable) tetapi masih dapat diterapi
(treatable). Menyembuhkan berarti memulihkan kesehatan, kondisi semula, normalitas. Dari segi
medis, tidak ada obat untuk menyembuhkan gangguan fungsi otak yang menyebabkan autisme.
Beberapa simptom autisme berkurang seiring dengan pertambahan usia anak, bahkan ada yang hilang
sama sekali.
Dengan intervensi yang tepat, perilaku-perilaku yang tak diharapkan dari pengidap autisme dapat
dirubah. Namun, sebagian besar individu autistik dalam hidupnya akan tetap menampakkan gejala-
gejala autisme pada tingkat tertentu. Sebenarnya pada penanganan yang tepat, dini, intensif dan
optimal, penyandang autisme bisa normal. Mereka masuk ke dalam mainstream yang berarti bisa
sekolah di sekolah biasa, dapat berkembang dan mandiri di masyarakat, serta tidak tampak gejala sisa.
Kemungkinan normal bagi pengidap autisme tergantung dari berat tidaknya gangguan yang ada.
Terapi dengan Pendekatan Psikodinamis
Pendekatan terapi berorientasi psikodinamis terhadap individu autistik berdasarkan asumsi bahwa
penyebab autisme adalah adanya penolakan dan sikap orang tua yang dingin dalam mengasuh anak.
Terapi Bettelheim dilakukan dengan menjauhkan anak dari kediaman dan pengawasan orang tua. Kini
terapi dengan pendekatan psikodinamis tidak begitu lazim digunakan karena asumsi dasar daripendekatan ini telah disangkal oleh bukti-bukti yang menyatakan bahwa autisme bukanlah akibat salah
asuhan melainkan disebabkan oleh gangguan fungsi otak.. Pendekatan yang berorientasi Psiko-dinamis
didominasi oleh teori-teori awal yang memandang autisme sebagai suatu masalah ketidakteraturan
emosional.
5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 12/46
Terapi Dengan Intervensi Behavioral
Pendekatan Behavioral telah terbukti dapat memperbaiki perilaku individu autistik. Pendekatan ini
merupakan variasi dan pengembangan teori belajar yang semula hanya terbatas pada sistem
pengelolaan ganjaran dan hukuman (reward and punishment). Prinsipnya adalah mengajarkan perilaku
yang sesuai dan diharapkan serta mengurangi/mengeliminir perilaku-perilaku yang salah pada individu
autistik. Pendekatan ini juga menekankan pada pendidikan khusus yang difokuskan pada pengembangan
kemampuan akademik dan keahlian-keahlian yang berhubungan dengan pendidikan. Saat ini ada
beberapa sistem behavioral yang diterapkan pada individu dengan kebutuhan khusus seperti autisme:
Operant Conditioning (konsep belajar operan). Pendekatan operan merupakan penerapan prinsip-
prinsip teori belajar secara langsung. Prinsip pemberian ganjaran dan hukuman: perilaku yang positif
akan mendapatkan konsekuensi positif (reward), sebaliknya perilaku negatif akan mendapat
konsekuensi negatif (punishment). Dengan demikian diharapkan inti dan tujuan utama dari pendekatan
ini yaitu mengembangkan dan meningkatkan perilaku positif, serta mengurangi perilaku negatif yang
tidak produktif.
Cognitive Learning (konsep belajar kognitif).Struktur pengajaran pada pendekatan ini sedikit berbeda
dengan konsep belajar operan. Fokusnya lebih kepada seberapa baik pemahaman individu autistik
terhadap apa yang diharapkan oleh lingkungan. Pendekatan ini menggunakan ganjaran dan hukuman
untuk lebih menegaskan apa yang diharapkan lingkungan terhadap anak autistik. Fokusnya adalah pada
seberapa baik seorang penderita autistik dapat memahami lingkungan disekitarnya dan apa yang
diharapkan oleh lingkungan tersebut terhadap dirinya. Latihan relaksasi merupakan bentuk lain dari
pendekatan kognitif. Latihan ini difokuskan pada kesadaran dengan menggunakan tarikan napas
panjang, pelemasan otot-otot, dan perumpamaan visual untuk menetralisir kegelisahan.
Social Learning (konsep belajar sosial). Ketidakmampuan dalam menjalin interaksi sosial merupakan
masalah utama dalam autisme, karena itu pendekatan ini menekankan pada pentingnya pelatihan
keterampilan sosial (social skills training). Teknik yang sering digunakan dalam mengajarkan perilaku
sosial positif antara lain: modelling (pemberian contoh), role playing (permainan peran), dan rehearsal
5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 13/46
(latihan/pengulangan). Pendekatan belajar sosial mengkaji perilaku dalam hal konteks sosial dan
implikasinya dalam fungsi personal.
Salah satu bentuk modifikasi dari intervensi behavioral yang banyak di terapkan di pusat-pusat terapi di
Indonesia adalah teknik modifikasi tatalaksana perilaku oleh Ivar Lovaas. Terapi ini menggunakan prinsip
belajar-mengajar untuk mengajarkan sesuatu yang kurang atau tidak dimiliki anak autis. Misalnya anak
diajar berperhatian, meniru suara, menggunakan kata-kata, bagaimana bermain. Hal yang secara alami
bisa dilakukan anak-anak biasa, tetapi tidak dimiliki anak penyandang autisme. Semua keterampilan
yang ingin diajarkan kepada penyandang autisme diberikan secara berulang-ulang dengan memberi
imbalan bila anak memberi respons yang baik. awalnya imbalan bisa berbentuk konkret seperti mainan,
makanan atau minuman. Tetapi sedikit demi sedikit imbalan atas keberhasilan anak itu diganti denganimbalan sosial, misalnya pujian, pelukan dan senyuman.
Bentuk-bentuk psikoterapi menggunakan pendekatan behavioral (behavior therapy) kepada
anak/individu dengan ASD, bersumber pada teori belajar, khususnya pengondisian operan Skinner.
Perspektif behaviorisme Skinner memandang individu sebagai organisme yang perbendaharaan tingkahlakunya di peroleh melalui belajar.
Skinner membedakan dua tipe respons tingkah laku: responden dan operan (operant). Respons (tingkah
laku) selalu didahului oleh stimulus dan tingkah laku responden diperoleh melalui belajar serta bisa
dikondisikan. Skinner yakin kecenderungan organisme untuk mengulang ataupun menghentikan tingkah
lakunya di masa datang tergantung pada hasil atau konsekuensi (pemerkuat/positive dan negative
reinforcer) yang diperoleh oleh organisme/individu dari tingkah lakunya tersebut. Para ahli teori belajarmembagi pemerkuat (reinforcer) menjadi dua: (1) pemerkuat primer (unconditioned reinforcer), adalah
kejadian atau objek yang memiliki sifat memperkuat secara inheren tanpa melalui proses belajar seperti:
makanan bagi yang lapar; sedangkan (2) pemerkuat sekunder (pemerkuat sosial) merupakan hal,
kejadian, atau objek memperkuat respons melalui pengalaman pengondisian atau proses belajar pada
organisme. Meskipun menurut Skinner nilai pemerkuat sekunder belum tentu sama pada setiap orang,
5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 14/46
namun pemerkuat sekunder memiliki daya yang besar bagi pembentukan dan pengendalian tingkah
laku.
Thorndike dan Watson memandang bahwa "organisme dilahirkan tanpa sifat-sifat sosial atau psikologis;
perilaku adalah hasil dari pengalaman; dan perilaku di gerakkan atau dimotivasi oleh kebutuhan untuk
memperbanyak kesenangan dan mengurangi penderitaan". Behavioris melalui beberapa eksperimen
seperti: metode pelaziman klasik (classical conditioning), operant conditioning, dan konsep belajar sosial
(social learning) menyimpulkan bahwa manusia sangat plastis sehingga dapat dengan mudah di bentuk
oleh lingkungan.
Intervensi Biologis
Intervensi biologis mencakup pemberian obat dan vitamin kepada individu autistik. Pemberian obat
tidak telalu membantu bagi sebagian besar anak autistik. Secara farmakologis hanya sekitar 10-15%
pengidap autisme yang cocok dan terbantu oleh pemberian obat-obatan dan vitamin.
RAPIDITAS PENGIDAP AUTISME
Jumlah penderita autisme terus meningkat, di Amerika telah dinyatakan sebagai national-alarming,
karena peningkatan jumlah penderita dari tahun ke tahun cukup mengkhawatirkan. Prevalensi
penderita autisme secara umum, terus menunjukkan peningkatan, pada 1987 ditemukan pada 1:5000
penduduk, sepuluh tahun berikutnya perbandingannya menjadi 1:500, kemudian menjadi 1:250 di
tahun 2000. Pada 2001 Center for Disease Control and Prevention autisme dijumpai pada 2-6 per 1.000
orang atau 1 di antara 150 penduduk, sedangkan pada tahun-tahun berikutnya diperkirakan
5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 15/46
peningkatannya mencapai 10-17% per tahun, yang berarti akan terdapat 4 juta penyandang autisme di
Amerika pada dekade berikutnya.
Berdasarkan data di Poliklinik Jiwa Anak Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo Jakarta, pada
1989 tercatat hanya 2 pasien autisme. Pada 2000, meningkat menjadi 103 anak. Di RS Pondok Indah
Jakarta Selatan hampir setiap hari datang seorang pasien autisme baru. Di RSUD Soetomo Surabaya,
pada 1997 jumlahnya meningkat drastis sampai 20 anak per tahun, dari hanya 2-3 orang anak di tahun-
tahun sebelumnya. Data yang diungkapkan oleh ahli autisme di Indonesia, pada tahun 80-an pasien
autis masih sangat jarang tapi memasuki tahun 90-an kasus autisme mulai muncul 1-2 pasien baru
setiap harinya dan terus meningkat jumlahnya hingga 4-5 pasien baru di tahun 2000.
Pusat Pengamatan dan Pengkajian Tumbuh Kembang Anak (PPPTKA/P3TKA) Yogyakarta, sejak 1982
hingga 1990, anak yang terdiagnosis autisme berjumlah 40 anak. Data tersebut mengungkapkan 87,5 %
merupakan anak laki-laki, serta 50% merupakan anak pertama. Data pada Yayasan Autisme Semarang
(YAS), jumlah penyandang autisme yang telah terdeteksi sampai Juni 2003 mencapai 165 anak dengan
rentang usia 2-17 tahun. Jumlah tersebut belum dapat disebut angka pasti karena jumlah pengidapautisme yang tidak terdeteksi bisa jadi lebih banyak lagi, akibat ketidaktahuan masyarakat mengenai
gangguan perkembangan ini serta biaya diagnosa autisme yang memang relatif mahal.
Autisme tidak dapat didiagnosis hanya dengan observasi tunggal, melainkan harus dilakukan observasi
terhadap perkembangan anak dan perubahannya dalam suatu jangka yang lama. Idealnya seorang anak
yang diduga mengidap autisme perlu diperiksa secara multidisiplin oleh dokter anak, dokter syaraf,
psikolog, terapi wicara, konsultan pendidikan, atau pakar lain yang ahli dalam bidang autisme. Biayayang harus dikeluarkan untuk menegakkan diagnosa autisme menjadi sangat mahal.
PENYEBAB, KRITERIA DIAGNOSTIK DAN GEJALANYA
5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 16/46
Belum ada kesepakatan mengenai penyebab utama autisme. Para ahli hanya meyakini disebabkan oleh
multifaktor yang saling berkaitan satu sama lain, seperti: faktor genetik, abnormalitas sistem
pencernaan (gastro-intestinal), polusi lingkungan, disfungsi imunologi, gangguan metabolisme (inborn
error), gangguan pada masa kehamilan/persalinan, abnormalitas susunan syaraf pusat/struktur otak,
dan abnormalitas biokimiawi.
Awalnya autisme diduga sebagai kegagalan orang tua dalam pengasuhan anak, yaitu perilaku orang tua
terutama ibu yang dingin dalam mengasuh anak sehingga anak menjadi dingin pula. Faktor
psikologis dianggap sebagai pencetus autisme yang menyebabkan anak menolak dunia luar. Teori ini
selanjutnya dikenal dengan teori psikososial serta populer sekitar tahun 1950-1960.
Teori tersebut kemudian disusul dengan teori neurologis. Dari berbagai gangguan perkembangan otak,
mungkin gangguan autisme adalah yang paling menarik dan misterius. Hal ini akibat kompleksitas
berbagai sistem otak yang berinteraksi dan rumit karena mengenai aspek sosial, kognitif dan linguistik
sehingga sangat erat dengan komunikasi dan humanitas. Penelitian dalam bidang neoroanatomi,
neorofisiologi, neorokimiawi dan genetika pada beberapa anak penyandang autisme menunjukkanadanya gangguan atau kelainan pada perkembangan sel-sel otak selama dalam kandungan. Pada saat
pembentukan sel-sel tersebut terjadi gangguan oksigenasi, pendarahan, keracunan, infeksi TORCH yang
mengganggu kesempurnaan pembentukan sel otak di beberapa tempat.
Faktor lain yang juga diduga dan diyakini penyebab autisme adalah faktor perinatal, yaitu: selama
kehamilan, gangguan pembentukan sel otak oleh berbagai faktor penyebab, serta berbagai faktor sesaat
setelah kelahiran. Selain itu, pengobatan pada ibu hamil juga dapat merupakan faktor resiko yangmenyebabkan autisme. Komplikasi yang paling sering dilaporkan berhubungan dengan autisme adalah
pendarahan trisemester pertama dan gawat janin disertai aspirasi mikonium saat mendekati kelahiran.
Kasus autisme ditemukan pada masalah-masalah pranatal, seperti: premature, postmature, pendarahan
antenatal pada trisemester pertama-kedua, umur ibu lebih dari 35 tahun, serta banyak dialami anak-
anak dengan riwayat persalinan yang tidak spontan serta repiratory distress syndrome.
5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 17/46
Adanya gangguan struktur dan fungsi otak disebabkan oleh: (1) herediter/genetik, dimana saudara dari
para penyandang autisme mempunyai resiko puluhan kali untuk dapat menyandang autisme
dibandingkan dengan anak-anak lain yang tidak mempunyai saudara yang menyandang autisme; (2)
proses selama kehamilan dan persalinan. Diduga infeksi virus pada awal kehamilan, komplikasikehamilan dan persalinan, dapat berkaitan dengan lahirnya anak autisme.
Pada beberapa kasus, ditemukan bahwa autisme memang berkaitan dengan masalah genetik, walaupun
hingga kini belum ditemukan gen tertentu yang berhubungan secara langsung menyebabkan autisme.
Para ahli meyakini bahwa gen yang mendasari autisme sangat kompleks dan mungkin terdiri atas
kombinasi beberapa gen. Teori yang meyakini faktor genetik memegang peran penting dalam terjadinya
autisme diungkapkan pada tahun 1977. Hubungan autisme dan masalah genetik ini dibuktikan dengankenyataan bahwa 2,5% hingga 3% autisme ditemukan pada saudara dari pengidap autisme, yang berarti
jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan populasi normal.
Faktor lain yang juga dituding adalah gangguan susunan syaraf pusat. Gangguan metabolisme yang
mengganggu kerja otak seperti: kekurangan vitamin, mineral, enzim, dsb.; alergi makanan; gangguan
pencernaan; infeksi dinding usus oleh jamur, virus, bakteri; keracunan logam berat; serta gangguan
kekebalan tubuh juga sering dikaitkan dengan munculnya autisme pada anak yang semula terlahirnormal tapi mulai menampakkan gejala autisme sekitar usia 2 tahun.
Selain merupakan gangguan perkembangan yang disebabkan oleh multifaktor, autisme juga mempunyai
gejala yang sangat beragam pada tiap individu. Inkonsistensi gejala yang muncul pada seorang anak
serta derajat gangguan yang bervariasi antara anak yang satu dan yang lainnya memerlukan ketelitian,
pengetahuan dan pengalaman para profesional dalam mendiagnosis autisme. Disamping itu, juga
diperlukan diagnosis banding untuk membedakan autisme dengan gangguan perkembangan yang lain
seperti: schizofrenia pada anak, retardasi mental, gangguan perkembangan berbahasa ekspresif ataupun
reseptif, sindrom asperger, gangguan pendengaran, dll.
5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 18/46
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV). Kategori diagnostik autisme terus
mengalami perubahan dari tahun ke tahun seiring dengan kemajuan riset mengenai autisme. Diagnosis
autisme dibuat jika ditemukan sejumlah kriteria yang terdaftar didalam DSM-IV:
Harus ada sedikitnya 6 atau lebih gejala dari a., b., dan c., dengan paling tidak 2 gejala dari a., dan
masing-masing 1 gejala dari tiap b. dan c.:
Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik, yang dimanifestasikan melalui paling tidak 2
dari gejala-gejala dibawah ini: (a) Gangguan yang berarti dalam tingkah laku nonverbal, seperti
pandangan/tatapan mata, ekspresi wajah, postur tubuh, dan gerak anggota badan yang mengatur
interaksi sosial. (b) Kegagalan untuk membangun hubungan dengan teman sebaya yang sesuai dengan
tingkat perkembangan mentalnya. (c) Kurangnya spontanitas dalam berbagi kesenangan, minat, dan
hasil/prestasi dengan orang lain (misalnya: jarang memperlihatkan, membawa, atau menunjukkan
benda/hal yang ia minati). (d) Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional yang timbal
balik.
Gangguan kualitatif dalam komunikasi, yang dimanifestasikan melalui paling tidak 1 dari gejala-gejala
dibawah ini: (a) Mengalami keterlambatan atau sama sekali tidak ada perkembangan bahasa lisan (tidak
ada upaya untuk menggantinya dengan cara berkomunikasi yang lain seperti gerak badan atau mimik
wajah). (b) Kemampuan bicara sangat individual, ditandai dengan gangguan dalam kemampuan untukmemulai dan melakukan pembicaraan dengan orang lain. (c) Penggunaan bahasa yang aneh dan
diulang-ulang. (d) Kurang variasi dan spontanitas dalam permainan berpura-pura atau peniruan sosial
yang sesuai dengan perkembangan mentalnya.
5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 19/46
Perilaku, minat dan aktifitas yang terbatas dan berulang-ulang, yang dimanifestasikan oleh paling tidak 1
dari gejala-gejala di bawah ini: (a) Keasyikan yang tidak wajar dalam hal fokus dan intensitas terhadap
suatu pola minat yang terbatas dan berulang-ulang. (b) Terpaku terhadap rutinitas atau ritual yang tak
ada gunanya. (c) Perilaku motorik yang terbatas dan berulang-ulang (misalnya: mengepakkan atau
memutar tangan dan jari, atau menggerak-gerakkan seluruh anggota badan). (d) Keasyikan yang
berlebihan terhadap bagian tertentu dari objek/benda.
Sebelum usia 3 tahun terjadi keterlambatan atau abnormalitas fungsi yang tampak pada paling tidak 1
dari bidang-bidang berikut ini: a. interaksi sosial, b. bahasa yang digunakan dalam komunikasi sosial,
atau c. permainan yang bersifat simbolis atau imajinatif.
Gangguan tidak disebabkan oleh Sindroma Rett atau gangguan disintegratif masa kanak-kanak.
Secara umum ada beberapa gejala yang tampak pada individu autisme sebelum mencapai usia 3 tahun,
gejala-gejala tersebut adalah sebagai berikut:
Gangguan dalam bidang komunikasi verbal dan nonverbal: (a) Terlambat berbicara. (b) Berbicara denganbahasa yang tidak dapat dimengerti orang lain. (c) Bila kata-kata mulai diucapkan, tidak mengerti
artinya. (d) Bicara tidak dipakai untuk komunikasi. (e) Banyak meniru atau membeo (echolalia). (f)
Beberapa anak sangat pandai menirukan nyanyian, nada maupun kata-katanya, tanpa mengerti artinya,
sebagian dari anak-anak ini tetap tak dapat bicara sampai dewasa. (g) Bila menginginkan sesuatu,
menarik tangan yang terdekat dan mengharapkan tangan tersebut melakukan sesuatu untuknya.
5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 20/46
Gangguan dalam bidang interaksi sosial: (a) Menolak/menghindari tatapan mata. (b) Tidak mau
menengok bila dipanggil. (c) Seringkali menolak untuk dipeluk. (d) Tak ada usaha untuk melakukan
interaksi dengan orang lain, lebih asyik main sendiri. (e) Bila didekati untuk diajak bermain malah
menjauh.
Gangguan dalam perilaku: (a) Pada anak autistik terlihat adanya perilaku berlebihan (excess) atau
kekurangan (deficit). Contoh perilaku yang berlebihan misalnya: hiperaktivitas motorik seperti tidak bisa
diam, jalan mondar-mandir tanpa tujuan yang jelas, melompat-lompat, dan mengulang-ngulang suatu
gerakan tertentu. Contoh perilaku yang kekurangan adalah: duduk dengan tatapan kosong, melakukan
permainan yang sama/monoton, sering duduk diam terpukau oleh suatu hal misalnya benda yang
berputar. (b) Kadang ada kelekatan tertentu pada benda tertentu yang terus dipegangnya dan dibawa
kemana-mana. (c) Perilaku yang ritualistik.
Gangguan dalam perasaan/emosi: (a) Tidak dapat ikut merasakan yang dirasakan oleh orang lain,
misalnya melihat anak menangis tidak akan merasa kasihan malah merasa terganggu, dan mungkin anak
yang mendatangi anak tersebut dan memukulnya. (b) Kadang tertawa-tawa sendiri, menangis atau
marah-marah tanpa sebab yang nyata. (c) Sering mengamuk tak terkendali, terutama jika tidak
mendapatkan apa yang diinginkan, bisa menjadi agresif atau destruktif.
Gangguan dalam persepsi sensoris: (a) Mencium-cium atau mengigit mainan atau benda-benda apa saja.
(b) Bila mendengar suara tertentu langsung menutup telinga. (c) Tidak menyukai rabaan atau pelukan.
(d) Merasa sangat tidak nyaman jika dipakaikan pakaian dari bahan yang kasar.
Gejala tersebut tidak harus ada pada setiap anak penyandang autisme. Pada penyandang autisme yang
berat mungkin hampir semua gejala itu ada, namun pada kelompok yang tergolong ringan hanya
terdapat sebagian dari gejala-gejala tersebut.
Autisme merupakan spectrum disorder, sehingga gejala dan karakteristik yang tampak pada setiap
individu autistik sangat beragam kombinasinya, dari ringan sampai berat. Karena itu tidak ada standard
tipe tertentu bagi individu autistik.
5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 21/46
American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV). 1994.
Washington DC: Author
E. Koeswara. 1991. Teori-Teori Kepribadian. Bandung: PT Eresco
Grandin, Temple. 1995. Thinking In Pictures: and Other Reports from My Life with Autism. New York:
Vintage Books.
Kozlof, Martin A. 1998. Reaching the Autistic Child: A Parent Training Program. Massachusetts: Brookline
books.
L. Koegel and Lynn Kern Koegel. 1995. Teaching Children with Autism: Strategies for Initiating Positive
Interaction and Improving Learning Oportunities. Maryland: Paul H. Brookes Publishing Co.
Maurice, Catherine. 1996. Behavioral Intervention For Young Children With Autism. USA: Pro-Ed Inc.
Monks, F.J., A.M.P. Knoers dan Siti Rahayu Haditono. 1998. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam
Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Schopler, E. And Mesibov, G.B. 1993. The Effect of Autism on the Family. New York: Plenum Press.
Pemutakhiran Terakhir ( Senin, 12 April 2010 08:44 )PENDIDIKAN BAGI INDIVIDU AUTISTIK
19.09.2005
5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 22/46
Dyah Puspita, Psikolog
I. PENDIDIKAN BAGI INDIVIDU AUTISTIK
Fakta bahwa individu-individu ASD belajar secara berbeda karena perbedaan neurobiologis bawaan
mereka memberikan dampak pada tiga hal (Siegel, 1996):
1. Belajar menjadi tugas yang lebih berat bagi individu ASD
2. Individu ASD harus diajarkan dalam gaya yang khusus bagi setiap individu, agar mereka bisa
memahami materi dengan baik. Berarti, stimulus disampaikan dalam bentuk atau cara yang khusus
3. Bila intervensi dilakukan lebih dini, maka perjuangan untuk mengajar individu-individu ini
diharapkan akan lebih mudah karena mereka sudah lebih tertata (tidak terlalu tantrum atau berperilaku
negatif lainnya)
Intervensi dini menjadi satu langkah yang penting, dan salah satu teknik/metode yang banyak digunakan
adalah Applied Behavioral Analysis yang ditemukan oleh Ivar O. Lovaas (Maurice, 1996). Penanganan
intervensi dini menggunakan teknik one-on-one atau satu guru satu anak, yang sangat intensif dan
terfokus dengan kurikulum yang sangat terstruktur.
Komponen one-on-one ini menjadi penting artinya pada proses belajar awal, terutama bagi anak-anak
yang masih rendah tingkat kepatuhan dan imitasi-nya. (Siegel, 1996). Intensitas (jumlah jam per minggu)
juga sangat penting, seperti yang dilaporkan oleh hasil penelitian Lovaas (Lovaas, 1981). Kecenderungan
orang tua untuk panik dan mengharapkan hasil terbaik membuat mereka menjadwalkan penanganan
intensif terstruktur tanpa melihat pengaruhnya pada anak. Akibatnya, anak menjadi tertekan dan
bingung, apalagi bila di luar penanganan terstruktur tersebut tidak ada bentuk penanganan lain yang
lebih alami sementara penanganan (terapi) yang ia terima dilakukan secara kaku. Itu sebabnya,Greenspan (1998) mengusulkan adanya usaha orang tua meluangkan waktu bersama anak dalam
bentuk kegiatan tidak berstruktur tetapi alami.
Ada beberapa kemungkinan yang dapat ditempuh oleh anak ASD dalam jalur pendidikan. Penetapan
akan menempuh jalur yang mana sangat dipenuhi oleh berbagai aspek, antara lain: banyaknya gejala
5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 23/46
autisme pada anak, daya tangkap, kemampuan berkomunikasi, usia dan harapan (atau tuntutan) orang
tua.
Alternatif pilihan bentuk pendidikan yang berlaku di Amerika Serikat, antara lain terbagi atas jalur
pendidikan khusus (Siegel, 1996):
1. Individual Therapy,
antara lain melalui penanganan di tempat terapi atau di rumah (home-based therapy dan kemudian
homeschooling).
Intervensi seperti ini merupakan dasar dari pendidikan individu ASD. Melalui penanganan one-on-one,
anak belajar berbagai konsep dasar dan belajar mengembangkan sikap mengikuti aturan yang ia
perlukan untuk berbaur di masyarakat.
2. Designated Autistic Classes
Salah satu bentuk transisi dari penanganan individual ke bentuk kelas klasikal, dimana sekelompok anak
yang semuanya autistik, belajar bersama-sama mengikuti jenis instruksi yang khas. Anak-anak ini berada
dalam kelompok yang kecil (1-3 anak), dan biasanya merupakan anak-anak yang masih kecil yang belum
mampu imitasi dengan baik.
3. Ability Grouped Classes.
Anak-anak yang sudah dapat melakukan imitasi, sudah tidak terlalu memerlukan penanganan one-on-one untuk meningkatkan kepatuhan, sudah ada respons terhadap pujian, dan ada minat terhadap alat
permainan; memerlukan jenis lingkungan yang menyediakan teman sebaya yang secara sosial lebih baik
meski juga memiliki masalah perkembangan bahasa.
4. Social Skills Development and Mixed Disability Classes
Kelas ini terdiri atas anak dengan kebutuhan khusus, tetapi tidak melulu autistik. Biasanya, anak autistik
berespons dengan baik bila dikelompokkan dengan anak-anak Down Syndrome yang cenderung
memiliki ciri hyper-social (ketertarikan berlebihan untuk membina hubungan sosial dengan orang lain).
Ciri ini membuat mereka cenderung bertahan, memerintah, dan berlari-lari di sekitar anak autis sekedar
untuk mendapatkan respons. Hal ini baik sekali bagi si anak autis.
dan jalur pendidikan umum (mainstream atau inclusion).
5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 24/46
Maksud kata mainstream berarti melibatkan seorang anak dengan kebutuhan khusus ke dalam kelas-
kelas umum. Penanganan anak sungguh-sungguh dilakukan tanpa adanya perhatian pada kebutuhan
khusus yang ada pada anak. Padahal, sebetulnya anak memang memiliki kebutuhan khusus.
Istilah inklusi sebaliknya adalah menggambarkan keadaan dimana individu autistik dilibatkan dalam
kegiatan sekolah reguler, dengan kemungkinan: dengan atau tanpa pendamping. Pada umumnya
sekolah inklusi menyediakan jasa pembelajaran khusus bagi anak-anak autistik dimana mereka
kemudian ditarik untuk belajar di ruangan terpisah bilamana mereka mengalami hambatan mengikuti
pelajaran di kelas. Itu sebabnya, ada istilah full inclusion bagi anak-anak yang mengikuti semua pelajaran
(dengan pendamping sesuai keperluan) dan dengan bantuan remedial teaching. Serta ada istilah partial
inclusion bagi mereka yang hanya mengikuti pelajaran untuk memperoleh sebagian keuntungannya saja.
Misal, orangtua yang memasukkan anaknya untuk tujuan sosialisasi di sekolah reguler.
II. BENTUK SEKOLAH IDEAL
Greenspan (1998) dalam bukunya The Child with Special Needs mengungkapkan bahwa untuk
memungkinkan anak belajar berinteraksi, penting sekali membaurkan anak berkebutuhan khusus
dengan anak lain yang tidak bermasalah.
Guna memungkinkan terjadinya proses belajar yang optimal, adalah ideal bila sekolah tersebut memiliki
karakteristik sebagai berikut:
· Terdapat pendekatan yang mengacu pada tahap perkembangan dan perbedaan individu; yang
mendorong terjadinya kemajuan perkembangan dalam hal perhatian yang sama, keterlibatan dan
interaksi timbal balik.
· Adanya guru-guru yang tahu bagaimana mengupayakan terjadinya hubungan dengan anak yang
mengalami keterlambatan perkembangan.
· Adanya guru-guru yang peka terhadap perbedaan individu dan menghargai strategi tiap anak dalam
menenangkan dirinya sendiri.
· Terdiri atas kelompok-kelompok kecil yang dipimpin oleh orang dewasa.
5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 25/46
· Lingkungan yang menyediakan atau memberikan kesempatan setiap anak memiliki guru pendamping
untuk bekerja secara individu dengan anak.
· Kebijakan yang mendorong keterlibatan orang tua dalam proses belajar mengajar secara keseluruhan.
· Keterbukaan akan saran dari orang tua.
· Pengaturan yang membaurkan anak berkebutuhan khusus dengan anak lain yang tidak memiliki
kebutuhan khusus.
Karakteristik tersebut di atas tentu sulit diterapkan secara sekaligus dan seketika. Namun, bila memang
sekolah didirikan untuk mendidik anak kita perlu mengupayakan agar setidaknya situasi pendidikan
di Indonesia mendekati bentuk ideal tersebut sehingga pendidikan tidak diperuntukkan bagi anak yang
sempurna saja seperti yang terjadi saat ini.
III. PERSIAPAN YANG SEBAIKNYA DIJALANKAN
Berdasarkan uraian di atas, tentu saja kita harus menarik satu kesimpulan: ada jenjang persiapan yang
harus dijalani sebelum anak dengan gangguan perkembangan autisme ini dimasukkan ke dalam
lingkungan sekolah umum.
Persiapan tersebut perlu dijalani oleh berbagai pihak yang terlibat: anak, sekolah dan orang tua.
* Anak: dua hal penting yang harus dipertimbangkan adalah kesiapan anak untuk belajar dalam
kelompok (kecil atau besar, tergantung masing-masing sekolah) dan kesiapan anak mengikuti rutinitas di
sekolah (makan bersama, toileting, olah raga, upacara dsb).
Semua pihak perlu mempertimbangkan faktor berikut:
- Fungsi kognitif
Tingkatan fungsi kognisi, verbal atau non-verbal
5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 26/46
- Bahasa dan komunikasi
Tingkatan pemahaman bahasa (bicara >< tertulis), tingkatan kemampuan berkomunikasi
- Kemampuan akademis
Pemahaman konsep bahasa, matematika, kebutuhan akan bantuan dari orang lain
- Perilaku di kelas
Kesanggupan mengikuti proses belajar mengajar di kelas (1:3, 1:8, 1:15, 1:30).
Kesanggupan mengerjakan tugas secara mandiri
Kesanggupan untuk menyesuaikan diri dengan transisi atau perubahan di dalam kelas
* Sekolah:
Saat ini sudah ada beberapa sekolah menerima keberadaan anak autistik di dalam kelas umum. Tetapi
sikap menerima saja tidak cukup bila tidak diikuti dengan beberapa penyesuaian, antara lain:
- Modifikasi lingkungan:
Bangunan sekolah, tata-letak di dalam kelas, lingkungan sekitar
- Pelatihan staf:
Menerima perbedaan anak dan mau belajar lagi
Keterbukaan akan kerja sama dengan pihak lain terkait
Pengetahuan dan ketrampilan untuk membantu tatalaksana anak autistik
- Penyuluhan kepada orang tua/anak lain:
Hal ini tidak mudah, karena banyak orang tua lain beranggapan bahwa sekolah umum seharusnya tidak
menerima anak dengan masalah. Mereka khawatir sifat autisme anak akan menular pada anak-anak
mereka.
- Sikap terhadap saudara kandung:
apakah keberadaan saudara sekandung dengan autisme ini menjadi suatu keuntungan atau kekurangan
bagi kakak/adik
5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 27/46
* Orang tua:
Keadaan orang tua sangat menentukan proses belajar mengajar dan pencapaian masing-masing anak.
Dalam hal ini, yang penting diperhatikan adalah:
- Pengharapan keluarga: Apa yang diharapkan dicapai dari keberadaan anak berada di sekolah: apakah
full inclusion atau social mainstream ?
Pengharapan ini sangat menentukan target pendidikan bagi anak di sekolah. Target yang lepas dari
konteks dalam arti tidak sesuai potensi yang ditampilkan anak (berlebihan), tentu akan membuat
siapapun yang terlibat menjadi frustrasi. Anak bahkan bisa tidak suka belajar / sekolah. Sebaliknya,
target di bawah kemampuan anak akan membuat ia bosan dan juga tidak suka sekolah.
- Kebutuhan dari anggota keluarga yang lain: Anggota keluarga bukan terdiri atas anak autistik ini saja,
tetapi tentu saja menyangkut kakak/adik dan orang tua anak. Keterlibatan anak di lingkungan sekolah
umum, mau tidak mau akan mempengaruhi kegiatan sehari-hari seluruh keluarga. Anak harus
mengerjakan pekerjaan rumah, orang tua harus menunggui, kakak/adik diberi tanggung jawab
mengenai kegiatan anak di rumah dan sekolah, dsb.
- Adanya dukungan lingkungan: Lingkungan disini, termasuk juga orang tua lain di sekolah tersebut
(POMG). Bagaimanakah sikap mereka, apakah mendukung atau tidak. Bagaimana juga sikap anak lain di
sekolah tersebut, apakah menerima keberadaan anak autistik ini atau tidak. Bagaimana sikap guru diluar kelas ini, sikap kepala sekolah dsb.
* Tenaga profesional terkait:
Adakah tenaga profesional yang dilibatkan dalam tim pendukung anak:
- Dokter: Peran dokter disini (dokter anak, psikiater anak, dokter mata, THT, gizi dsb sesuai kebutuhan
anak) amat penting karena proses belajar mengajar anak tidak akan lancar kecuali ia dalam keadaan
sehat.
- Psikolog: Peran psikolog adalah untuk memberikan gambaran profil psikologis anak (psychological
profile), sehingga orang tua dan pihak sekolah paham kelebihan dan kekurangan anak secara
5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 28/46
menyeluruh. Gambaran profil ini dapat membantu semua pihak terkait dalam mengarahkan anak
sehingga potensi aktual dapat terealisir secara optimal tanpa membuat anak tertekan.
- Guru pendamping: Pada umumnya anak autistik memerlukan guru pendamping pada masa awal
penyesuaian di lingkungan kelas yang jelas berbeda dengan lingkungan terapi individual. Masalahnya,
tidak semua sekolah menyediakan guru pendamping dengan kualifikasi yang jelas, atau tidak semuaorang tua bersedia menggunakan guru pendamping yang disediakan pihak sekolah oleh karena berbagai
alasan. Guru pendamping juga sering tidak paham sebatas mana mereka diperbolehkan membantu
anak. Akibatnya, anak tergantung pada guru pendamping, guru kelas tidak berusaha kenal anak karena
anak hampir selalu berada bersama dengan guru pendamping, dan pada akhirnya anak tetap menjadi
anak bawang karena ia tidak terlalu berbaur dengan lingkungannya.
- Terapis: Meskipun sudah bersekolah di sekolah umum, sebagian dari anak autistik masih
memerlukan bimbingan khusus di rumah. Tugas ini biasanya dibebankan kepada terapis rumah, yaitu
terapis atau guru yang bertugas untuk mengulang materi yang dipelajari di sekolah lengkap dengan
generalisasi-nya, mempersiapkan anak akan materi yang akan datang, dan membantu anakmengkompensasi kelemahannya melalui berbagai teknik dan kiat praktis.
Apakah ada kerja sama yang baik antara tenaga profesional dengan sekolah dan keluarga, dalam arti
keterbukaan secara profesional demi kemajuan si anak. Adakah bantuan akademis (dalam bentuk sesi
khusus atau modifikasi proses), atau kelompok orang tua dengan masalah sama?
PENUTUP:
Penting diingat oleh para orang tua bahwa kondisi masing-masing anak sangat berbeda, sehingga modal
awal dan hasil akhir setiap individu akan sangat tergantung pada banyak sekali faktor, antara lain:
kuantitas dan kualitas gejala autisme pada anak, intensitas penanganan dini, tingkat inteligensi anak,
kemampuan anak berkomunikasi, konsistensi pola asuh dalam keluarga, sikap sekolah dalam membantu
anak, pengetahuan guru, dan sebagainya.
Bagi pihak sekolah, penting diperhatikan bahwa banyak langkah yang dapat dilakukan untuk membantu
anak ASD berprestasi di lingkungan sekolah reguler. Selain kesempatan, mereka juga memerlukan
penanganan yang terpadu dan terfokus sesuai keadaan masing-masing anak.
5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 29/46
Pihak keluarga tidak bisa hanya menuntut pihak sekolah untuk memberikan yang terbaik, karena tanpa
kerja sama dari pihak keluarga, semua upaya memberikan kesempatan kepada anak menjadi mubazir
dan tidak tepat sasaran. Sebaliknya pihak sekolah tidak dapat menyerahkan segala usaha kepada orang
tua, karena bagaimanapun anak-anak ASD ini adalah bagian dari masa depan bangsa ini. Sebagai
pendidik, sudah sewajarnya kita memberikan yang terbaik kepada anak didik kita. Sebagai pendidik, kita
tidak boleh memilih murid.
Mendidik anak tidak bermasalah bisa dilakukan siapa saja, tetapi membantu anak bermasalah
khususnya anak ASD untuk dapat mengatasi permasalahannya, memerlukan kemampuan yang luar
biasa. Kreativitas, daya juang, kemampuan untuk bertahan, dan yang terpenting keikhlasan untuk
membantu anak ASD mendapatkan masa depan yang baik.
Bentuk pendidikan yang ideal bagi individu ASD di Indonesia masih harus diperjuangkan, tapi berbagaiperkembangan yang terjadi sekarang sudah cukup melegakan.
REFERENSI
Greenspan, Stanley , MD and Serena Wieder, PhD; The Child with Special Needs, 1998 Perseus
Publishing, US
Lovaas, O.Ivar, PhD; The 'Me' Book -- Teaching Developmentally Disabled Children; 1981,
Department of Psychology, University of California, Los Angeles, ProEd Inc-USA.
Maurice, Catherine, Gina Green, PhD and Stephen C. Luce, PhD; Behavioral Intervention forYoung Children with Autisme, 1996, ProEd Inc-USA.
Siegel, Bryna, PhD; The World of the Autistic Child -- Understanding and Treating Autistic
Spectrum Disorders, 1996, Oxford University Press - New York, 1996.
5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 30/46
*) Penulis adalah Sekretaris Yayasan Autisma Indonesia; dan Penanggung Jawab Pendidikan Sekolah
Mandiga, Jakarta
KESULITAN MAKAN PADA PENYANDANG AUTIS
Dr Widodo Judarwanto SpA
KORESPONDENSI DAN KOMUNIKASI
telp : (021) 70081995 4264126 31922005
email : [email protected] , http://kesulitanmakan.bravehost.com
ABSTRAK
Jumlah penyandang Autis semakin meningkat pesat dalam dekade terakhir ini. Dengan adanya metode
diagnosis yang kian berkembang hampir dipastikan penyandang yang ditemukan terkena Autis akan
semakin besar. Autis adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya
gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi, interaksi sosial dan
gangguan persepsi sensoris.
Beberapa gangguan Autis seringkali melibatkan gangguan neuroanatomis dan neurofungsional tubuh.
Bila gangguan tersebut melibatkan gangguan neurofungsional tubuh salah satu yang terganggu adalah
kemampuan koordinasi motorik oral seperti mengunyah dan menelan. Dalam keadaan demikian proses
makan pada penyandang akan terganggu sehingga akan mengalami kesulitan makan. Faktor penyebab
lainnya adalah karena gangguan nafsu makan. Gangguan neurofungsional dan gangguan nafsu makan
tersebut sangat berkaitan dengan gangguan saluran cerna yang di alami penyandang Autis. Pendekatan
diet eliminasi provokasi makanan adalah cara yang ideal untuk mencari penyebab gangguan saluran
5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 31/46
cerna tersebut. Gangguan saluran cerna penyandang Autis dapat disebabkan karena alergi makanan,
intoleransi makanan, intoleransi gluten (celiac) atau reaksi simpang makanan lainnya.
Penanganan kesulitan makan pada penyandang Autis harus dilakukan dengan optimal, untuk mencegah
komplikasi gangguan tumbuh dan berkembangnya. Perbaikan saluran cerna sebagai salah satu cara
penanganan masalah kesulitan makan sekaligus akan memperbaiki gangguan perilaku lainnya pada
penyandang Autis.
PENDAHULUAN
Upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia harus dilakukan sejak dini, sistematis dan
berkesinambungan. Optimalisasi tumbuh dan kembang khususnya penyandang Autis adalah menjadi
prioritas utama,. Salah satu masalah yang sering dialami penyandang autis adalah kesulitan pemberian
makan pada anak yang dapat mengakibatkan berbagai komplikasi.
Tumbuh dan berkembangnya anak yang optimal tergantung dari beberapa hal, diantaranya adalah
pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas sesuai dengan kebutuhan. Dalam masa tumbuh
kembang tersebut pemberian nutrisi atau asupan makanan pada anak tidak selalu dapat dilaksanakan
dengan sempurna. Sering timbul masalah terutama dalam pemberian makanan karena faktor kesulitan
makan pada anak.
Pemberian makan pada anak memang sering menjadi masalah buat orangtua atau pengasuh padapenyandang Autis. Keluhan tersebut sering dikeluhkan orang tua kepada dokter yang merawat anaknya.
Lama kelamaan hal ini dianggap biasa, sehingga akhirnya timbul komplikasi dan gangguan tumbuh
kembang lainnya. Padahal penyandang Autis sudah mempunyai kendala dalam tahap
perkembangannya. Salah satu keterlambatan penanganan masalah tersebut adalah pemberian vitamin
tanpa mencari penyebabnya sehingga kesulitan makan tersebut terjadi berkepanjangan. Akhirnya orang
tua berpindah-pindah dokter dan berganti-ganti vitamin tapi tampak anak kesulitan makannya tidak
membaik. Dengan penanganan kesulitan makan pada penyandang autis secara optimal diharapkan
dapat mencegah komplikasi yang ditimbulkan. Sehingga dapat meningkatkan kualitas penyandang Autis.
Kesulitan makan bukanlah diagnosis atau penyakit, tetapi merupakan gejala atau tanda adanya
penyimpangan, kelainan dan penyakit yang sedang terjadi pada tubuh anak. Pengertian kesulitan makan
adalah jika anak tidak mau atau menolak untuk makan, atau mengalami kesulitan mengkonsumsi
makanan atau minuman dengan jenis dan jumlah sesuai usia secara fisiologis (alamiah dan wajar), yaitu
mulai dari membuka mulutnya tanpa paksaan, mengunyah, menelan hingga sampai terserap
dipencernaan secara baik tanpa paksaan dan tanpa pemberian vitamin dan obat tertentu. Gejala
kesulitan makan pada anak (1). Kesulitan mengunyah, menghisap, menelan makanan atau hanya bisa
makanan lunak atau cair, (2) Memuntahkan atau menyembur-nyemburkan makanan yang sudah masuk
5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 32/46
di mulut anak, (3).Makan berlama-lama dan memainkan makanan, (4) Sama sekali tidak mau
memasukkan makanan ke dalam mulut atau menutup mulut rapat, (5) Memuntahkan atau
menumpahkan makanan, menepis suapan dari orangtua, (6). Tidak menyukai banyak variasi makanan
dan (7), Kebiasaan makan yang aneh dan ganjil.
PENYEBAB
Penyebab kesulitan makanan itu sangatlah banyak dan luas, semua gangguan fungsi organ tubuh dan
penyakit bisa berupa adanya kelainan fisik, maupun psikis dapat dianggap sebagai penyebab.. Kelainan
fisik dapat berupa kelainan organ bawaan atau infeksi bawaan sejak lahir dan infeksi didapat dalam usia
anak. Kelainan fisik dapat berupa kelainan organ bawaan atau infeksi bawaan sejak lahir atau infeksi
didapat. Pada penyandang Autis tampaknya gangguan saluran cerna merupakan penyebab yang paling
sering yang mengakibatkan terjadinya kesulitan makan.
Secara umum penyebab umum kesulitan makan pada anak dibedakan dalam 3 faktor, diantaranya
adalah hilang nafsu makan, gangguan proses makan di mulut dan pengaruh psikologis. Beberapa faktor
tersebut dapat berdiri sendiri tetapi sering kali terjadi lebih dari 1 faktor. Pada penyandang Autis
penyebab paling sering yang terjadi adalah gangguan nafsu makan dan gangguan proses makan.
GANGGUAN NAFSU MAKAN
Gangguan nafsu makan tampaknya merupakan penyebab utama masalah kesulitan makan pada anak.
Pengaruh nafsu makan ini bisa mulai dari yang ringan (berkurang nafsu makan) hingga berat (tidak ada
nafsu makan). Tampilan gangguan nafsu makan yang ringan berupa minum susu botol sering sisa,
waktu minum ASI berkurang (sebelumnya 20 menit menjadi 10 menit), makan hanya sedikit atau
mengeluarkan, menyembur-nyemburkan makanan atau menahan makanan di mulut terlalu lama.
Sedangkan gangguan yang lebih berat tampak anak menutup rapat mulutnya, menepis suapan orang tua
atau tidak mau makan dan minum sama sekali. Gangguan nafsu makan pada penyandang Autis sering
diakIbatkan karena gangguan saluran cerna seperti alergi makanan, intoleransi makanan, intoleransi
gluten dan sebaginya. Gangguan utama gangguan saluran cerna pada penyandang Autis berupa
gangguan permeabilitias saluran cerna yang sering disebut leaky gut.
Gangguan pencernaan tersebut kadang tampak ringan seperti tidak ada gangguan. Tampak anak sering
mudah mual atau muntah bila batuk, menangis atau berlari. Sering nyeri perut sesaat dan bersifat
hilang timbul, bila tidur sering dalam posisi nungging atau perut diganjal bantal Sulit buang air besar
(bila buang air besar ngeden, tidak setiap hari buang air besar, atau sebaliknya buang air besar sering
(>2 kali/perhari). Kotoran tinja berwarna hitam atau hijau dan baunya sangat menyengat, berbentuk
5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 33/46
keras, bulat (seperti kotoran kambing), pernah ada riwayat berak darah. . Lidah tampak kotor, berwarna
putih serta air liur bertambah banyak atau mulut berbau.
Keadaan ini sering disertai gangguan tidur malam. Gangguan tidur malam tersebut seperti malam sering
rewel, kolik, tiba-tiba terbangun, mengigau atau menjerit, tidur bolak balik dari ujung ke ujung lain
tempat tidur. Saat tidur malam timbul gerakan brushing atau beradu gigi sehingga menimbulkan bunyigemeretak.
Biasanya disertai gangguan kulit : timbal bintik-bintik kemerahan seperti digigit nyamuk atau serangga,
biang keringat, kulit berwarna putih (seperti panu) di wajah atau di bagian badan lainnya dan
sebagainya. Kulit di bagian tangan dan kaki tampak kering dan kusam
Tanda dan gejala tersebut di atas sering dianggap biasa oleh orang tua bahkan banyak dokter atau
klinisi karena sering terjadi pada anak. Padahal bila di amati secara cermat tanda dan gejala tersebut
merupakan manifestasi adanya gangguan pencernaan, yang mungkin berkaitan dengan kesulitan makan
pada anak.
GANGGUAN PROSES MAKAN DI MULUT
Proses makan terjadi mulai dari memasukkan makan dimulut, mengunyah dan menelan.
Ketrampilan dan kemampuan koordinasi pergerakan motorik kasar di sekitar mulut sangat berperanan
dalam proses makan tersebut. Pergerakan morik tersebut berupa koordinasi gerakan menggigit,
mengunyah dan menelan dilakukan oleh otot di rahang atas dan bawah, bibir, lidah dan banyak otot
lainnya di sekitar mulut. Gangguan proses makan di mulut tersebut seringkali berupa gangguanmengunyah makanan.
Tampilan klinis gangguan mengunyah adalah keterlambatan makanan kasar tidak bisa makan nasi tim
saat usia 9 bulan, belum bisa makan nasi saat usia 1 tahun, tidak bisa makan daging sapi (empal) atau
sayur berserat seperti kangkung. Bila anak sedang muntah dan akan terlihat tumpahannya terdapat
bentukan nasi yang masih utuh. Hal ini menunjukkan bahwa proses mengunyah nasi tersebut tidak
sempurna. Tetapi kemampuan untuk makan bahan makanan yang keras seperti krupuk atau biskuit
tidak terganggu, karena hanya memerlukan beberapa kunyahan. Gangguan koordinasi motorik mulut ini
juga mengakibatkani kejadian tergigit sendiri bagian bibir atau lidah secara tidak sengaja.
Kelainan lain yang berkaitan dengan koordinasi motorik mulut adalah keterlambatan bicara dan
gangguan bicara (cedal, gagap, bicara terlalu cepat sehingga sulit dimengerti). Gangguan motorik proses
makan ini biasanya disertai oleh gangguan keseimbangan dan motorik lainnya. Gangguan ini berupa
tidak mengalami proses perkembangan normal duduk, merangkak dan berdiri. Terlambat bolak-balik
(normal usia 4 bulan), terlambat duduk merangkak (normal 6-8 bulan) atau tidak merangkak tetapi
langsung berjalan, keterlambatan kemampuan mengayuh sepeda (normal usia 2,5 tahun), jalan jinjit,
duduk bersimpuh leter W. Bila berjalan selalu cepat, terburu-buru seperti berlari, sering jatuh atau
5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 34/46
menabrak, sehingga sering terlambat berjalan. Ciri lainnya biasanya disertai gejala anak tidak bisa diam,
mulai dari overaktif hingga hiperaktif. Mudah marah serta sulit berkonsentrasi, gampang bosan dan
selalu terburu-buru.
Gangguan saluran pencernaan tampaknya merupakan faktor penyebab terpenting dalam gangguan
proses makan di mulut. Hal ini dapat dijelaskan bahwa dengan teori Gut Brain Axis. Teori inimenunjukkan bahwa bila terdapat gangguan saluran cerna maka mempengaruhi fungsi susunan saraf
pusat atau otak. Gangguan fungsi susunan saraf pusat tersebut berupa gangguan neuroanatomis dan
neurofungsional. Salah satu manifestasi klinis yang terjadi adalah gangguan koordinasi motorik kasar
mulut.
GANGGUAN PSIKOLOGIS
Gangguan psikologis dahulu dianggap sebagai penyebab utama kesulitan makan pada anak.
Tampaknya hal ini terjadi karena dahulu kalau kita kesulitan dalam menemukan penyebab kesulitan
makan pada anak. Gangguan psikologis dianggap sebagai diagnosis keranjang sampah untuk mencari
penyebab kesulitan makan pada anak. Untuk memastikan gangguan psikologis sebagai penyebab utama
kesulitan makan pada anak harus dipastikan tidak adanya kelainan organik pada anak. Kemungkinan lain
yang sering terjadi, gangguan psikologis memperberat masalah kesulitan makan yang memang sudah
terjadi sebelumnya.
Gangguan pskologis bisa dianggap sebagai penyebab bila kesulitan makan itu waktunya bersamaan
dengan masalah psikologis yang dihadapi. Bila faktor psikologis tersebut membaik maka gangguan
kesulitan makanpun akan membaik. Untuk memastikannya kadang sulit, karena dibutuhkan
pengamatan yang cermat dari dekat dan dalam jangka waktu yang cukup lama. Karenanya hal tersebut
hanya mungkin dilakukan oleh orang tua bekerjasama dengan psikater atau psikolog.
Beberapa aspek psikologis dalam hubungan keluarga, baik antara anak dengan orang tua, antara ayah
dan ibu atau hubungan antara anggota keluarga lainnya dapat mempengaruhi kondisi psikologis anak.
Misalnya bila hubungan antara orang tua yang tidak harmonis, hubungan antara anggota keluarga
lainnya tidak baik atau suasana keluarga yang penuh pertentangan, permusuhan atau emosi yang tinggi
akan mengakibatkan anak mengalami ketakutan, kecemasan, tidak bahagia, sedih atau depresi. Hal itu
mengakibatkan anak tidak aman dan nyaman sehingga bisa membuat anak menarik diri dari kegiatan
atau lingkungan keluarga termasuk aktifitas makannya
KOMPLIKASI KESULITAN MAKAN
5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 35/46
Peristiwa kesulitan makan yang terjadi pada penyandang Autis biasanya berlangsung lama.
Komplikasi yang bisa ditimbulkan adalah gangguan asupan gizi seperti kekurangan kalori, protein,
vitamin, mineral, elektrolit dan anemia (kurang darah).
Kekurangan kalori dan protein yang terjadi tersebut akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan atau
gagal tumbuh. Tampilan klinisnya adalah terjadi gangguan dalam peningkatan berat badan. Bahkanterjadi kecenderungan berat badan tetap dalam keadaan yang cukup lama. Dalam keadaan normal anak
usia di atas 2 tahun seharusnya terjadi peningkatan berat badan 2 kilogram dalam setahun.
Defisiensi zat gizi ini ternyata juga akan memperberat masalah gangguan metabolisme dan gangguan
fungsi tubuh lainnya yang sudah terjadi pada penyandang Autis. Keadaan ini tentunya akan
menghambat beberapa upaya penanganan dan terapi yang sudah dilakukan sebelumnya.
Tabel 1. Penyakit akibat kekurangan vitamin dengan gejala dan tanda klinis :
NAMA PENYAKIT
KEKURANGAN/ DEFISIENSI
GEJALA DAN TANDA KLINIS
1
Buta senja (xeroftalmia)
Vitamin A
Mata kabur atau buta
5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 36/46
2
Beri-beri
Vitamin B1
Badan bengkak, tampak rewel, gelisah, pembesaran jantung kanan
3
Ariboflavinosis
Vitamin B2
Retak pada sudut mulut, lidah merah jambu dan licin
4
Defisiensi B6
Vitamin B6
Cengeng, mudah kaget, kejang, anemia (kurang darah), luka di mulut
5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 37/46
5
Defisiensi Niasin
Niasin
Gejala 3 D (dermatitis /gangguan kulit, diare, deementia), Nafsu makan menurun, sakit di ldah dan
mulut, insominia, diare, rasa bingung.
6
Defisiensi Asam folat
Asam folat
Anemia, diare
7
Defisiensi B12
Vitamin B12
Anemia, sel darah membesar, lidah halus dan mengkilap, rasa mual, muntah, diare, konstipasi.
8
5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 38/46
Defisiensi C
Vitamin C
Cengeng, mudah mara, nyeri tungkai bawah, pseudoparalisis (lemah) tungkai bawah, perdarahan kulit
9
Rakitis dan Osteomalasia
Vitamin D
Pembekakan persendian tulang, deformitas tulang, pertumbuhan gigi melambat, hipotoni, anemia
10
Defisiensi K
Vitamin K
Perdarahan, berak darah, perdarahan hidung dsb
Tabel 2. Penyakit akibat kekurangan mineral dan elektrolit dengan gejala dan tanda klinis:
5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 39/46
Nama penyakit
Kekurangan/Defisiensi
Gejala dan tanda klinis
1
Anemia Defisiensi Besi
Zat besi
pucat, lemah, rewel
2
Defisiensi Seng
Seng
Mudah terserang penyakit, pertumbuhan lambat, nafsu makan berkurang, dermatitis
5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 40/46
3
Defisiensi tembaga
tembaga
Pertumbuhan otak terganggu, rambut jarana dan mudah patah, kerusakan pembuluh darah nadi,
kelainan tulang
4
Hipokalemi
kalium
Lemah otot, gangguan jantung
5
Defisiensi klor
klor
Rasa lemah, cengeng
5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 41/46
6
Defisiensi Fluor
Fluor
Resiko karies dentis (kerusakan gigi)
7
Defisiensi krom
krom
Pertumbuhan kurang, sindroma like diabetes melitus
8
Hipomagnesemia
magnesium
Defisiensi hormon paratiroid
9
5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 42/46
Defisiensi Fosfor
Fosfor
Nafsu makan menurun, lemas
10
Defisiensi Iodium
Iodium
Pembesaran kelenjar gondok, gangguan fungsI mental, perkembangan fisik
PENANGANAN KESULITAN MAKAN PADA penyandang AUTIS
Pendekatan dan penanganan terbaik pada kasus kesulitan makan pada penyandang autis bukanlah
hanya dengan pemberian vitamin nafsu makan, tetapi harus dilakukan pendekatan yang cermat, teliti
dan terpadu. Pemberian vitamin nafsu makan hanya akan mengaburkan penyebab Kesulitan makan
tersebut. Sering terjadi orang tua dalam menghadapi masalah kesulitan makan pada anaknya telah
berganti-ganti dokter dan telah mencoba berbagai vitamin tetapi tidak kunjung membaik.
Beberapa langkah yang dilakukan pada penatalaksanaan kesulitan makan pada anak yang harus
dilakukan adalah : (1). Pastikan apakah betul anak mengalami kesulitan makan (2) Cari penyebab
kesulitan makanan pada anak, (3). Identifikasi adakah komplikasi yang terjadi, (4) Pemberian
5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 43/46
pengobatan terhadap penyebab, (5). Bila penyebabnya gangguan saluran cerna (seperti alergi,
intoleransi atau coeliac), hindari makanan tertentu yang menjadi penyebab gangguan.
Bila terdapat kesulitan makan yang berkepanjangan lebih dari 2 minggu sebaiknya harus segera
berkonsultasi dengan dokter keluarga atau dokter anak yang biasa merawat. Dengan penanganan awal
namun kesulitan makan tidak membaik hingga lebih 1 bulan disertai dengan gangguan kenaikkan beratbadan dan belum bisa dipastikan penyebabnnya maka sebaiknya dilakukan penanganan beberapa
disiplin ilmu. Koordinator penanganannya adalah dokter anak atau dokter tumbuh kembang anak.
Dokter anak yang merawat harus mengkonsultasikan ke dokter spesialis anak dengan minat subspesialis
tertentu untuk menyingkirkan kelainan organik atau medis sebagai penyebab kesulitan makan tersebut.
Bila dicurigai adanya latar belakang psikologis maka kelainan makan tersebut harus dikonsultasikan pada
psikiater atau pskolog anak.
Penanganan kesulitan makan yang paling baik adalah dengan mengobati atau menangani penyebab
tersebut secara langsung. Mengingat penyebabnya demikian luas dan kompleks bila perlu hal tersebut
harus ditangani oleh beberapa disiplin ilmu tertentu yang berkaitan dengan kelainannya. Bila dalamwaktu satu bulan kesulitan makan tidak kunjung membaik disertai penurunan atau tidak meningkatnya
berat badan dan belum ditemukan penyebabnya kita harus waspada. Sebelum menjadi lebih berat dan
timbal komplikasi yang lebih berat maka bila perlu dalam penanganan kesulitan makan tersebut harus
melibatkan berbagai disilpin ilmu kedokteran. Dokter spesialis dengan peminatan tertentu yang sering
berkaitan dengan hal ini adalah : Dokter Spesialis Anak minat gizi anak, tumbuh kembang anak, alergi
anak, neurologi anak atau psikiater anak, psikolog anak, Rehabilitasi Medis, dan beberapa subspesialis
lainnya. Bila masalah gangguan pencernaan cukup menonjol maka sebaiknya berkonsultasi dengan
dokter spesialis anak gastroenterologi, bila masalah alergi yang dominan maka konsultasi ke dokter
alergi anak demikian seterusnya.
Penyebab kesulitan makanan demikian kompleks dan luas, kadang penyebabnya lebih dari satu bahkan
satu sama lain saling mempengaruhi dan memberatkan. Sehingga sering terjadi kebingungan pada orang
tua, karena beberapa diagnosis dan penanganannya sangat berbeda atau bertentangan antara dokter
satu dengan lainnya. Perbedaan ini terjadi karena kurangnya komunikasi antara dokter yang merawat
atau mungkin juga sering terjadi penanganan penyakit anak yang ditangani secara sepotong-sepotong.
Paling ideal dalam menangani kasus seperti ini adalah dengan cara holistik, dimana semua yang dicurigai
sebagai penyebab dicari dan ditangani secara tuntas secara bersamaan. Dokter yang harus merawat
melakukan komunikasi satu sama lainnya, baik melalui rekam medis (catatan penyandang) atau
hubungan langsung.
Gangguan pencernaan kronis pada penyandang Autis tampaknya sebagai penyebab paling penting
dalam kesulitan makan. Gangguan saluran cerna kronis yang terjadi adalah imaturitas saluran cerna,
alergi makanan, intoleransi makanan, penyakit coeliac dan gangguan reaksi simpang makanan lainnya.
Sebagian besar kelainan reaksi simpang makanan tersebut terjadi karena adanya jenis makanan yang
mengganggu saluran cerna anak sehingga menimbulkan kesulitan makan. Berkaitan dengan hal ini
tampaknya pendekatan diet merupakan penatalaksanaan terkini yang cukup inovatif.
5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 44/46
Penelitian yang dilakukan di Picky Eater Clinic Jakarta, dengan melakukan pendekatan diet pada 218
anak dengan kesulitan makan. Pendeketan diet adalah dengan cara penghindaran makanan yang
berpotensi mengakibatkan reaksi simpang makanan. Setelah dilakukan penghindaran makanan selama 3
minggu, tampak perbaikan kesulitan makan sejumlah 78% pada minggu pertama, 92% pada minggu ke
dua dan 96% pada minggu ketiga. Gangguan saluran cerna juga tampak membaik sekitar 84% dan 94%
penyandang antara minggu pertama dan ketiga. Tetapi perbaikan gangguan mengunyah dan menelan
hanya bisa diperbaiki sekitar 30%. Pendekatan diet mungkin dapat digunakan sebagai alat untuk
mendiagnosis gangguan saluran cerna yang ada, tanpa harus menggunakan pemeriksaan laboratorium
yang mahal dan invasif.m Perbaikkan yang terjadi pada gangguan kesulitan makan, gangguan saluran
cerna tersebut ternyata juga diikuti oleh perbaikkan pada gangguan perilaku yang menyertai seperti
gangguan tidur, gangguan konsentrasi, gangguan emosi dan sebagainya. Demikian pula pada
penyandang Aiutis, pendekatan penanganan tersebut selain memperbaiki permasalahan makan yang
dihadapi diharapkan sekaligus ikut memperbaiki beberapa gangguan perilaku yang terjadi.
Penanganan dalam segi neuromotorik dapat melalui pencapaian tingkat kesadaran yang optimal dengan
stimulasi sistem multisensoris, stimulasi kontrol gerak oral dan refleks menelan, teknik khusus untukposisi yang baik. Penggunaan sikat gigi listrik kadang membantu msnstimulasi sensoris otot di daerah
mulut. Tindakan yang tampaknya dapat membantu adalah melatih koordinasi gerakan otot mulut adalah
dengan membiasakan minum dengan memakai sedotan, latihan senam gerakan otot mulut, latihan
meniup balon atau harmonika. Terapi okupasi yang diberikan pada penyandang Autis yang berkaitan
dengan perbaikkan koordinasi motorik mulut juga akan membantu sekaligus mengatasi problem
kesulitan makan.
Pemberian vitamin tertentu sering dilakukan oleh orang tua atau dokter pada kasus kesulitan
makan pada anak. Tindakan ini bukanlah cara terbaik untuk menyelesaikan masalah, bila tidak disertai
dengan mencari penyebabnya. Kadangkala pemberian vitamin justru menutupi penyebab gangguantersebut, kalau penyebabnya tidak tertangani tuntas maka keluhan tersebut terus berulang. Bila
penyebabnya tidak segera terdeteksi maka anak akan tergantung dengan pemberian vitamin tersebut,
padahal bila kita tidak waspada terdapat beberapa akibat dari pemberian obat-obatan dan vitamin
dalam jangka waktu yang lama.
Selain mengatasi penyebab kesulitan makan sesuai dengan penyebab, harus ditunjang dengan
cara pemberian makan yang sesuai untuk anak. Pemberian makanan yang berserat seperti sayur
kangkung, bayam, atau sawi harus disajikan dalam bentuk yang lebih halus. Misalnya, harus diblender
atau dipotong kecil dan halus. Pilihan lain dicari alternatif sayur yang mudah dikunyah seperti wortel
atau kentang. Demikian juga dengan pemberian makanan daging sapi atau empal harus berupa bakso,
perkedel atau daging yang tidak berserat. Bila kesulitan dalam makan nasi sebaiknya dibuat nasi yang
lebih lembek atau kalau perlu bubur.
Anak dengan gangguan makan, kebiasaan dan perilaku makannya berbeda dengan anak yang sehat
lainnya. Keadaan ini biasanya terjadi jangka panjang, pada beberapa kasus seperti alergi makanan
keadaan akan membaik setelah usia setelah usia 5-7 tahun. Pada kasus penyakit coeliac atau intoleransi
makanan terjadi dalam waktu yang lebih lama bahkan tidak sedikit yang terjadi hingga dewasa.
5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 45/46
PENUTUP
Faktor utama penyebab kesulitan makan pada penyandang Autis adalah gangguan proses koordinasi
motorik mulut (gangguan mengunyah dan menelan) dan gangguan nafsu makan. Gangguan tersebut
sangat berkaitan dengan gangguan saluran cerna yang dialami penyandang Autis. Pendekatan diet
eliminasi provokasi makanan adalah cara yang ideal untuk mencari penyebab sekaligus penanganan
gangguan saluran cerna tersebut. Gangguan saluran cerna penyandang Autis dapat disebabkan karena
alergi makanan, intoleransi makanan, intoleransi gluten (celiac) atau reaksi simpang makanan lainnya.
Penanganan kesulitan makan pada penyandang Autis harus dilakukan sejak dini secara optimal.
Sehingga dapat dicegah komplikasi kesulitan makan dan gangguan tumbuh kembang lainnya. Perbaikan
saluran cerna sebagai salah satu cara penanganan masalah kesulitan makan sekaligus akan memperbaiki
gangguan perilaku yang terjadi pada penyandang Autis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Burd L, Kerbeshian J: Psychogenic and neurodevelopmental factors in autism. J Am Acad Child
Adolesc Psychiatry 1988 Mar; 27(2): 252-3.
2. Singer HS: Pediatric movement disorders: new developments. Mov Disord 1998; 13 (Suppl 2): 17.
3. Horvath K, Papadimitriou JC, Rabsztyn A, et al: Gastrointestinal abnormalities in children with
autistic disorder. J Pediatr 1999 Nov; 135(5): 559-63.
4. Volkmar FR, Cohen DJ: Neurobiologic aspects of autism. N Engl J Med 1988 May 26; 318(21): 1390-
2.
5. Agus Firmansyah.Aspek. Gastroenterology problem makan pada bayi dan anak. Pediatric Nutrition
Update, 2003.
6. Berg, Frances., ed. Afraid to Eat: Children and Teens in Weight Crisis. Hettinger, ND: Healthy
Weight Institute, 402 S. 14th St., Hettinger, ND 58639, 1996.
7. Hirschmann, Jane R., CSW, and Zaphiropoulos, Lela, CSW. Preventing Childhood Eating Problems:
A Practical, Positive Approach to Raising Children Free of Food & Weight Conflicts Carlsbad, CA: Gürze
Books, 1993
8. Kubersky, Rachel. Everything You Need to Know about Eating Disorders New York: Rosen
Publishing Group, 1992.
5/7/2018 Seminar Autis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/seminar-autis 46/46
9. Levine, Michael, PhD, and Hill, Laura, PhD. A 5-Day Lesson Plan on Eating Disorders: Grades 7-12
Tulsa, OK: NEDO, 1996.
Maine, Margo, PhD. Father Hunger: Fathers, Daughters, & Food Carlsbad, CA: Gürze Books, 1991.
10. Judarwanto Widodo, Kesulitan makan pada penyandang alergi dengan gastroenteropati Atopi.
(tidak dipublikasikan).
11. Soepardi Soedibyo, Sri Nasar. Feeding problem from nutrition perspective.Pediatric nutrition
update,2003.
12. Bryant-Waugh R., Lask B. Eating Disorders in Children. Journal of Child Psychology and Psychiatry
and Allied Disciplines 36 (3), 191-202, 1995.
13. Costa M, Brookes SJ. The enteric nervous system. Am J Gastroenterol 1994;89:S29-137.
14. Goyal RK, Hirano I. The enteric nervous system. N Engl J Med 1996;334:1106-1115.
Pemutakhiran Terakhir ( Sabtu, 09 Mei 2009 21:37