Referat Apendisitis

44
REFERAT APENDISITIS AKUT Pembimbing dr. Setianingsih, Sp.Rad dr. Ardhiana Kasaba, Sp.Rad Disusun Oleh : Rahardian Sigmawan 201410401011013 Robiatul Adawiyah 201410401011016 Sayuti Abdul Malik A 201410401011046 Mulyani 201410401011023

description

apendisitis

Transcript of Referat Apendisitis

Page 1: Referat Apendisitis

REFERAT

APENDISITIS AKUT

Pembimbing

dr. Setianingsih, Sp.Rad

dr. Ardhiana Kasaba, Sp.Rad

Disusun Oleh :

Rahardian Sigmawan 201410401011013

Robiatul Adawiyah 201410401011016

Sayuti Abdul Malik A 201410401011046

Mulyani 201410401011023

SMF RADIOLOGI RSU HAJI SURABAYA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2014

Page 2: Referat Apendisitis

Makalah dengan judul Apendisitis Akut telah diperiksa dan disetujui sebagai salah satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi kepaniteraan Dokter Muda di bagian Ilmu Radiologi.

Surabaya, Juli 2014

Pembimbing 1 Pembimbing 2

dr. Setianingsih, Sp.Rad dr. Ardhiana Kasaba, Sp.Rad

2

LEMBAR PENGESAHAN

REFERAT

Apendisitis Akut

Page 3: Referat Apendisitis

DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................... 1

Lembar Pengesahan ........................................................................................... 2

Daftar Isi ............................................................................................................ 3

Daftar Gambar ................................................................................................... 4

Kata Pengantar .................................................................................................. 5

Bab 1 Pendahuluan ............................................................................................ 6

Bab 2 Presentasi Kasus ...................................................................................... 7

2.1 Identitas Penderita ............................................................................... 7

2.2 Anamnesis ........................................................................................... 7

2.3 Pemeriksaan Fisik ................................................................................ 8

2.4 Pemeriksaan Laboratorium .................................................................. 10

Bab 3 Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 17

3.1 Anatomi dan Fisiologi Apendiks ......................................................... 17

3.2 Apendisitis ........................................................................................... 19

3.2.1 Patofisiologi .............................................................................. 19

3.2.2 Etiologi ...................................................................................... 20

3.2.3 Manifestasi Klinis ..................................................................... 21

3.2.4 Diagnosis ................................................................................... 22

3.2.5 Terapi ......................................................................................... 26

Bab 4 Analisis Kasus .......................................................................................... 30

Daftar Pustaka .................................................................................................... 32

3

Page 4: Referat Apendisitis

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Apendiks dan organ sekitar ........................................................ 17

Gambar 1.2 Macam-macam letak apendiks..................................................... 18

Gambar 1.3 Vaskularisasi Apendiks ............................................................... 18

Gambar 1.4 Patofisiologi Apendisitis ............................................................. 20

Gambar 1.5 Organisme Paling Sering pada Apendisitis.................................. 21

Gambar 1.6 Normal Appendix. A noncontrast CT image shows a normal appendix (arrow) as a small gas-filled tubular structure with a blind end ....................................................................................

23Gambar 1.7 US. Graded compression US demonstrates a distended appendix

with a diameter (between arrowheads) of 10 mm........................ 25

Gambar 1.8 CT image shows a dilated appendix (wide arrow) measuring 8 mm in diameter with irregularly thickened and indistinct walls....... .................................................................................

26

Gambar 1.9 Teknik Apendiktomi Mc Burney............................................... 29

4

Page 5: Referat Apendisitis

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Segenap puji syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan

segala rahmat, hidayah dan inayah-Nya maka tugas makalah yang berjudul Apendisitis

Akut ini dapat diselesaikan dengan baik. Penyusunan tugas ini merupakan salah satu

tugas yang penulis laksanakan selama mengikuti kepaniteraan di SMF Radiologi RSU

Haji Surabaya.

Kami mengucapkan terima kepada dr. , Sp.Rad selaku dokter pembimbing dalam

penyeleseian tugas makalah ini, terima kasih atas bimbingan dan waktunya, sehingga

kami dapat menyeleseikan tugas ini.

Kami menyadari bahwa penyusunan tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk

kritik dan saran selalu kami harapkan. Besar harapan kami semoga tugas kasus ini dapat

bermanfaat bagi pembaca pada umumnya serta penyusun pada khususnya.

Akhir kata, penulis mengharapkan tugas ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamu ’alaikum Wr. Wb.

Surabaya, Juli 2014

5

Page 6: Referat Apendisitis

BAB 1

PENDAHULUAN

Apendisitis adalah peradangan pada appendix vermiformis. Obstruksi

lumen merupakan faktor penyebab yang paling dominan pada apendisitis akut.

Fecaliths adalah penyebab paling sering obstruksi appendix. Penyebab lainnya

adalah hipertrofi jaringan limfoid, barium yang tidak terekskresi setelah x-ray,

tumor, sayuran, dan parasit usus. Keparahan proses inflamasi akan meningkatkan

frekuensi obstruksi. Fecaliths ditemukan pada 40% kasus simple acute

appendicitis, 65% pada kasus gangrenous appendicitis without rupture, dan

hampir 90% pada kasus gangrenous appendicitis with rupture.1

Insiden apendisitis di negara maju lebih tinggi dari pada di negara

berkembang. Namun, dalam tiga-empat dasawarsa terakhir kejadiannya menurun

secara bermakna. Hal ini di duga disebabkan oleh meningkatnya penggunaan

makanan berserat pada diit harian.2 Prevalensi hasil penelitian di Jawa Tengah

didapatkan 15 dari 27 pasien (55,6%) dinyatakan penderita apendisitis, 12%

lainnya menderita kista ovarian sebanyak 7 pasien, abscess tuboovarial 1 pasien,

hematosalping dengan kista felikel 1 pasien, invaginasi illeocecal 1 pasien dan

lulomyoma 1 pasien, uretrolithiasis dextra 1 pasien.3

6

Page 7: Referat Apendisitis

BAB 2

PRESENTASI KASUS

2.1 IDENTITAS PENDERITA

Nama : Tn. I

Umur : 53 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Mandor

Status pernikahan : belum kawin

BB : -

TB : -

Alamat : Medokan ayu III-O/35 Surabaya

Agama / Suku : Islam / Jawa

Tgl MRS : 16/07/2014 Jam : 07.50

Ruang : Marwah I bed 6 C

2.2 ANAMNESIS

1. Keluhan Utama : Nyeri di perut kanan bawah

2. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) :

Nyeri perut kanan bawah sejak 4 hari yang lalu. Nyeri dirasakan

terus menerus dan menetap. Nyeri memberat jika dibuat batuk (+), tertawa

(+), mengejan (+). Nyeri hilang timbul. sudah dibawa ke klinik diberi obat

7

Page 8: Referat Apendisitis

anti nyeri supositoria dan antibiotik oral, mual muntah 3 x, 2 x di rumah, 1

x di klinik, panas sumer-sumer sejak hari minggu, makan normal, BAB

tidak lancar selama 1 minggu, BAK disuria, hematuria negatif, nyeri

pinggang (+)

3. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) :

Hipertensi (-)

DM (-)

Riwayat batu ginjal

4. Riwayat Penyakit Keluarga (RPK) :

Tidak ada keluarga yang sakit seperti pasien

2.3 PEMERIKSAAN FISIK

16/07/14

S : KU : nyeri perut kanan bawah

RPS : nyeri perut kanan bawah sejak 4 hari yang lalu. Nyeri dirasakan terus

menerus dan menetap. Nyeri memberat jika dibuat batuk (+) tertawa (+) mengejan

(+). Sekarang nyeri hilang timbul (+) sumer sumer (-), mual dan muntah (+) hari

minggu saja. Isi makanan (+) tapi sekarang sudah tidak muntah. BAB tidak lancar

selama 1 minggu. BAK disuria, hematuria negatif, nyeri pinggang (+)

RPD : baru sakit seperti pertama. Riwayat operasi (-). Hipertensi (-). DM (-)

RPK : -

R.sos : makan berserat (+). Suka pedas (+)

O : KU : cukup

Kesadaran : CM /456

VS : TD : 120/80 N : 96 x/mnt RR : 20 x/mnt t : 36,1 C

8

Page 9: Referat Apendisitis

K/L : a/i/c/d : -/-/-/- KGB (-), thyroid (-)

Cor : I: Dada kanan dan dada kiri simetris, kelainan bentuk dada (-), pulsasi (-), ictus cordis tidak tampak

P: Ictus cordis tidak kuat angkat, thrill (-)

P: Batas Jantung Kiri ICS V MCL S, batas jantung kanan ICS IV PSL D

A: S1S2 tunggal, (-), murmur (-), gallop (-)

Pulmo : I : Normochest, gerak dinding dada simetris

P : Gerak dinding dada simetris, deviasi trachea (-) nyeri (-), fremitus raba simetris

P: Sonor + +

+ +

+ +

A: suara nafas vesikular

+ +

+ +

+ +

Rhonki Wheezing

- - - -

- - - -

- - - -

Abd : I: Bentuk flat, simetris, collateral (-), striae (-)

P: nyeri tekan

P: Timpani pada seluruh regio abdomen

A: Bising usus (+), normal

9

Page 10: Referat Apendisitis

Ext : Akral Hangat

+ +

+ +

Oedem

- -

- -

CRT < 2 detik

Tes profokasi :

- Nyeri tekan Mc Burney (+)

- Psoas Sign (+)

- Obturator Sign (-)

- Rebound Sign (-)

- Blumberg (+)

2.4 Pemeriksaan Lab (15/07/2014 17:00:27)DL Hb : 17,2 g/dl (Normal) Hematokrit : 49,1 (meningkat) Leukosit : 15,020 (meningkat) Trombosit : 232.000 (normal)UL BJ : 1.005 PH : 6.0 Nitrit : negatif Protein : negatif Glukosa : Normal Keton : Negatif Urobilin : Normal Bilirubin : Negatif Sedimen

Ery : 0 - 1Leko : 1 – 2Cylind : negatifBact : negatif

10

Page 11: Referat Apendisitis

Cryst : negatifLain2 : negatif

Pemeriksaan Lab (15/07/2014 19:02:54)Hematologi :Ppt : 11.2 C : 11.3INR : 1.00APTT : 26.5 C : 24.7Kimia klinikBUN : 15Cretinin serum: 2.1SGOT : 24SGPT : 14Albumin : 3.9R/NA/CLKalium : 4.6Natrium : 140Chlorida : 101

A : Appedicitis akut

P : tx : OP appendictomy

RL 1500 cc/24 jam

Inj. Terfacef 2 x 1 gr

Inj. Antrain 3 x 1 stop

Inj. Ranitidin 2 x 1

Puasa (+)

Hasil USG :

11

Page 12: Referat Apendisitis

Foto BOF

12

Page 13: Referat Apendisitis

Foto Thoraks

- Susgeiting appendisitis akut

- Hydronefrosis berat disertai batu multipel ginjal bilateral. Batu terbesar di pelvis renalis. Ginjal kiri sekitar 2, 9 cm

13

Page 14: Referat Apendisitis

- Pembesaran prostat volume 36,9 ml

- Mild fatty liver

- Organ abdomen lain dalam batas normal

Thy : usul, pw. Appendectomy

Co. urologi

17/07/14 (Ruangan Marwah I bed 6C )

S : puasa (+) persiapan OP. Nyeri perut kanan (+) mual (-) muntah (-) kentut (+). BAB & BAK normal

O : KU : cukup

Kesadaran : CM /456

VS : TD : 130/90 N : 82 x/mnt RR : 21x/mnt t : 36,5 C

K/L : a/i/c/d : -/-/-/-

Th. pulmo : Normochest, simetris, sonor +/+, Wh -/-, Rh -/-

Th. cor : ICS tidak tampak, ICS tidak kuat angkat, batas jantung N, S1S2 tunggal

Abd : I : flat

P : nyeri tekan kanan bawah, supel (+)

P : timpani

A : Bising usus (+) normal

Mc. Burney sign (+)

Nyeri tekan lepas (+)

Ext : Akral Hangat

+ +

+ +

14

Page 15: Referat Apendisitis

Oedem

- -

- -

CRT < 2 detik

A : appendisitis akut

P : pro appendectomy hari ini

RL 1500 / 24 jam

Inj. Terfacef 2 x 1 gr

Inj. Ranitidin 2 x 1

4/12/09 (Ruangan IC )

S : nyeri bekas OP kadang-kadang (+), nyeri pinggang (-), BAK (+) normal, nyeri BAK (-), panas BAK (-), BAB (-) sudah kentut (+)

O : KU : cukup

Kesadaran : CM /456

VS : TD : 120/80 N : 80 x/mnt RR : 20x/mnt t : 36,1

K/L : a/i/c/d : -/-/-/-

Th. pulmo : Normochest, simetris, sonor +/+

Th. cor : ICS tidak tampak, ICS tidak kuat angkat, S1S2 tunggal

Abd : sesuai status lokalis

Ext : Akral Hangat

+ +

+ +

15

Page 16: Referat Apendisitis

Oedem

- -

- -

CRT < 2 detik

Status urologis

Flank pain - / -

Flank mass - / -

Nyeri ketok costovertebrae angel - / -

M suprasimpisis - / -

Mass suprasimpisis - / -

VU kesan kosong

GE dbn

Status Lokalis

R/iliac dextra

I : luka bekas OP (+) darah merembes (-) pus (-)

P : nyeri tekan (-)

P : pekak hepar (+)

A : bising usus (+) normal

A : post OP appenictomy

Dx kerja : abdominal pain

Dx primer : apendicitis acute

Dx sekunder : nefrolitiasis multiple dextra sinistra + BPH grade I

Dx komplikasi : hedronefrotis berat

P :

16

Page 17: Referat Apendisitis

BAB 3

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi dan Fisiologi Apendiks

Gambar 1.1

17

Page 18: Referat Apendisitis

Apendiks dan Organ Sekitarnya 4

Apendiks merupakan organ digestif yang terletak pada rongga abdomen

bagian kanan bawah. Apendiks berbentuk tabung dengan panjang kisaran 10 cm

dan berpangkal utama di sekum.

Gambar 1.2Macam-macam Letak Apendiks10

Apendiks memiliki beberapa kemungkinan posisi, yang didasarkan pada

letak terhadap struktur-struktur sekitarnya, seperti sekum dan ileum. 33% terletak

di pelvikum, 63% terletak di belakang sekum, 1% terletak preileal, dan 1% yang

terletak retroileal. 5,6

18

Page 19: Referat Apendisitis

Gambar 1.3Vaskularisasi Apendiks11

Apendiks mendapatkan persarafan otonom parasimpatis dari nervus

vagus dan persarafan simpatis dari nervus torakalis X. Persarafan ini yang

menyebabkan radang pada apendiks akan dirasakan periumbilikal.

Vaskularisasi apendiks adalah oleh arteri apendikularis yang tidak memiliki

kolateral.6

Fungsi apendiks dalam tubuh manusia sampai saat ini masih belum

sepenuhnya dipahami. Salah satu yang dikatakn pentik adalah terjadi produksi

imunglobulin oleh Gut Associated Lymphoid Tissue (GALT) yang

menghasilkan IgA. GALT ini sama dengan lapisan pada sepanjang saluran

cerna lainnya. Karena jumlahnya yang sedikit dan minimal, pengangkatan

apendiks dikatakan tidak mempengaruhi sistem perhanan mukosa. saluran

cerna. Apendiks juga menghasilkan lendir sebanyak 1-2 mL setiap harinya.

Aliran ini akan dialirkan ke sekum dan berperan untuk menjaga kestabilan

mukosa apendiks.6

3.2 Apendisitis

3.2.1 Patofisiologi

Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis. Apendisitis

akut secara umum terjadi karena proses inflamasi pada apendiks akibat infeksi.

Penyebab utama terjadinya infeksi adalah karena terdapat obstruksi. Obstruksi

yang terjadi mengganggu fisiologi dari apendiks, dimana menyebakan tekanan

intralumen meningkat sehingga terjadi kolonisasi bakteri yang dapat

menimbulkan infeksi pada daerah tersebut. Pada sebagaian kecil kasus, infeksi

dapat terjadi semerta-merta secara hematogen dari tempat lain sehingga tidak

ditemukan adanya obstruksi.2

19

Page 20: Referat Apendisitis

Gambar 1.4Patofisiologi Apendisitis1,9

Infeksi terjadi pada tahap mukosa yang kemudian melibatkan seluruh

dinding apendiks pada 24-48 jam pertama.

Adaptasi yang dilakukan tubuh terhadap inflamasi lokal ini adalah

menutup apendiks dengan struktur lain yaitu omentum, usus halus, dan adneksa.

Hal ini yang menyebabkan terbentuknya masa periapendikuler, yang disebut juga

infiltrat apendiks. Pada infilitrat apendiks, terdapat jaringan nekrotik yang dapat

saja terbentuk menjadi abses sehingga menimbulkan risiko perforasi yang

berbahaya pada pasien apendisits. Pada sebagian kasus, apendisitis dapat melewati

fase akut tanpa perlu dilakukannya operasi. Akan tetapi, nyeri akan seringkali

berulang dan menyebabkan eksaserbasi akut sewaktu-waktu dan dapat langsung

berujung pada komplikasi perforasi. 1,6,7,8,9

3.2.2 Etiologi

Bakteriologi dari apendiks normal mirip dengan usus normal. Flora normal

pada apendiks tetap konstan sepanjang hidup kecuali Porphyromonas gingivalis.

Bakteri ini hanya terlihat pada orang dewasa. Jenis bakteri yang merupakan hasil

20

Page 21: Referat Apendisitis

kultur dalam kasus apendisitis, mirip dengan infeksi kolon lainnya seperti

diverticulitis. Organisme utama yang sering terlihat pada apendiks yang normal,

apendisitis akut, dan apendisitis perforasi adalah Escherichia coli dan Bacteroides

fragilis.1

Gambar 1.5Organisme Paling Sering pada Apendisitis1

Apendisitis adalah infeksi polymicrobial, dari beberapa kasus didapatkan

sampai 14 organisme yang berbeda pada pasien dengan perforasi.

3.2.3 Manifestasi Klinis

Pada anamnesis lazim ditemukan, antara lain :

1. Riwayat nyeri hilang timbul yang dirasakan di ulu hati.

2. Nyeri kemudian berpindah ke kanan bawah dan menetap diikuti

badan panas

3. Riwayat gangguan pasase usus: kembung, mual dan muntah

4. Bila infeksi memberat:

panas menigkat,

Paralitik usus: kembung, diare

5. Tanda perforasi

Nyeri meluas dan bertambah saat bergerak/batuk

Febris dan paralitik usus

21

Page 22: Referat Apendisitis

Pada pemeriksaan fisik didapatkan, antara lain :

1. Inspeksi : gambaran spesifik (-)

2. Auskultasi : BU normal (perforasi BU menurun)

3. Palpasi :

Nyeri tekan dengan defans muskuler

Rebound phenomene

Rovsing sign

Tenhorn Sign

Psoas Sign

Obturator Sign

4. Perkusi : nyeri pada iliaca dextra

5. RT : nyeri arah jam 10-11

3.2.4 Diagnosis

Diagnosis apendisitis bergantung pada penemuan klinis, yaitu dari

anamnesis mengenai gejala-gejala dan pemeriksaan fisik untuk menemukan

tanda-tanda yang khas pada apendisitis. Anamnesis mengenai gejala nyeri perut

beserta perjalanan penyakitnya, gejala penyerta seperti mual-muntah-anoreksia,

dan ada tidaknya gejala gastrointestinal.12

Pemeriksaan fisik dilakukan secara menyeluruh karena tanda-tanda vital

juga sudah dapat mengarah ke diagnosis apendisitis. Takikardia dan demam

sedang merupakan tanda-tanda yang sering ditemukan. Pada pemeriksaan gigi dan

mulut, sering ditemukana adanya lidah kering dan terdapat fethor oris. Pada

pemeriksaan abdomen dilakukan cermat pada tiap tahap. Dari auskultasi sering

ditemukan bising usus menurun karena terjadi ileus paralitik. Pada inspeksi, dapat

ditemukan bahwa dinding perut terlihat kaku dan kemudian dikonfirmasi dengan

palpasi. Pada palpasi, ditemukan nyeri tekan dan nyeri lepas serta terdapat tahanan

(deffense muscular). Palpasi dilakukan pada beberapa titik diagnostik apendisitis

yaitu titik McBurney, uji Rovsig, dan uji Blomberg. Uji psoas dan uji obturator

22

Page 23: Referat Apendisitis

juga dapat dilakukan terutama pada kecurigaan apendisitis yang terjadi secara

retrosekal.6,7,8

Pemeriksaan radiologi untuk apendisitis dapat dilakukan dengan modalitas

CT, US, dan single-kontras pemeriksaan barium enema. Pada pemeriksaan dengan

barium enema gambar dapat divisualisasikan pada BOF dalam 6 sampai 48 jam

setelah pemberian oral barium. Kegagalan untuk mengisi lumen apendiks pada

pemeriksaan barium enema bukan bukti definitif adanaya apendisitis. Baik CT

dan US telah terbukti sangat berguna dalam diagnosis penyakit appendix,

terutama apendisitis akut.13

Apendisitis akut adalah penyebab paling sering dari kasus akut abdomen.

Biasanya dengan anamnesis dan pemeriksaan klinis diagnosis dapat ditegakkan.

Namun, pasien dengan gejala yang mirip dapat menyebabkan masalah dalam

menegakkan diagnosis. Pasien yang paling sulit adalah wanita pada usia

produktif, di antaranya penyakit kista ovarium yang pecah dan penyakit radang

panggul dapat gejalanya dapat menyerupai apendisitis akut.

Gambar 1.6Normal Appendix. A noncontrast CT image shows a normal appendix (arrow) as

a small gas-filled tubular structure with a blind end

23

Page 24: Referat Apendisitis

Foto polos akan menunjukkan suatu kalkulus appendix (appendicolith atau

terlihatnya fekalith) pada sekitar 14% pasien dengan apendisitis akut. Sebuah

appendicolith dibentuk oleh deposisi kalsium dari tinja yang tidak bisa keluar.

Kalsifikasi ini biasanya dilapisi dengan gambaran radiolusen. Abses appendix

atau peradangan periappendiceal dapat mengakibatkan massa jaringan lunak

terlihat di kuadran kanan bawah. Pemeriksaan barium enema sering tidak spesifik.

Apabila kontras mengisi sampai ujung appendix dalah bukti kuat terhadap bahnya

apendisitis tidak terjadi. Namun, apendix yang tidak terisi kontras, seperti yang

diharapkan dengan obstruksi luminal, tidak memiliki nilai diagnostik sendiri.

USG, menggunakan graded compression technique, cukup akurat dalam

memberikan diagnosis definitif dan umumnya teknik pencitraan ini merupakan

pilihan utama pada wanita usia produktif dan pada anak-anak. Slow graded

compression digunakan bersama near-focus transducer pada daerah pasien

merasakan nyeri yang paling hebat.13 Appendix yang normal memiliki diameter

kurang dari 6 mm ketika dikompresi. Tanda-tanda apendisitis akut pada

pemeriksaan USG adalah: (1) appendix yang noncompressible dengan ukuran

lebih besar dari 6 mm, diukur dari dinding luar ke dinding luar, (2) adanya

gambaran appendicolith. Apabila disertai perforasi maka sonografi akan

menunjukkan gambaran cairan di daerah pericecal dengan dinding appendiks

yang terputus, dan lemak pericecal yang menonjol.

24

Page 25: Referat Apendisitis

Gambar 1.7US. Graded compression US demonstrates a distended appendix with a diameter

(between arrowheads) of 10 mm. The mucosal interface produces a bright echogenic line (thin arrow). The blunt tip (wide arrow) confirms identification of this tubular structure as the appendix. Inflammation of the periappendiceal fat

(asterisk) increases its echogenicity. Surgery confirmed an acutely inflamed and focally necrotic appendix

CT adalah metode pencitraan pilihan pada pria, pada pasien yang lebih tua,

dan ketika dicurigai adanya abses periappendiceal .14 Diagnosis CT pada kasus

apendisitis akut didasarkan pada: (1) pelebaran yang abnormal (> 6 mm),

enhancing appendix; (2) enhancing appendix yang dikelilingi oleh inflamasi atau

abses; atau (3) Abses pericecal atau massa inflamasi dengan appendicolith yang

terkalsifikasi.14,15 Massa inflamasi dapat dilihat sebagai jaringan lunak dengan

kepadatan CT lebih besar dari 20 H. Massa cair kurang dari 20 H pada kepadatan

CT merupakan bukti adanya abses

25

Page 26: Referat Apendisitis

Gambar 1.8CT image shows a dilated appendix (wide arrow) measuring 8 mm in diameter

with irregularly thickened and indistinct walls. Marked stranding (arrowheads) in the periappendiceal fat is indicative of inflammation. An appendicolith (thin

arrow) is seen in the lumen of the appendix

3.2.5 Terapi

Sebelum operasi :

Tirah baring Puasa

Terapi medikamentosa:

Infus RL 40-50cc/kgBB

Antibiotik :

Sefotaksim iv 2 gr tiap 12 jam selama 2 hari

Terapi operatif :

Open apendektomi :

1. Mc burney insisi:

26

Page 27: Referat Apendisitis

Sayatan dilakukan pada garis yang tegak lurus pada garis yang menghubungkan spina iliaka anterior superior dengan umbilikus pada batas sepertiga lateral (titik mcburney).

27

Page 28: Referat Apendisitis

28

Page 29: Referat Apendisitis

Gambar 1.9Teknik Apendiktomi Mc Burney

2. rocky davis insisi (tranverse)

3. Laparaskopi

29

Page 30: Referat Apendisitis

BAB 4

ANALISIS KASUS

Pasien didiagnosis appendisitis akut berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

fisik, dan laboratorium. Dari anamnesis didapatkan Nyeri perut kanan bawah

sejak 4 hari yang lalu. Nyeri dirasakan terus menerus dan menetap di kuadran

kanan bawah (Mc Burney). Nyeri bertambah jika pasien mengalami batuk,

tertawa dan mengejan. Hal ini menunjukkan telah terjadi inflamasi pada

peritoneun parietal sehingga pasien juga mengeluhkan badan panas sumer-sumer

sejak hari minggu. Pasien ini sudah dibawa ke klinik untuk diobati dan pasien

mendapatkan obat anti nyeri supositoria dan antibiotik oral. Keluhan yang lain

dari pasien ini adalah mual muntah tiga kali (dua kali dirumah dan 1 kali di

klinik), buang air besarnya tidak lancar selama 1 minggu, sedangkan buang air

kecilnya juga mengalami gangguan yaitu nyeri saat berkemih (disuria), tidak

didapatkan hematuria tetapi pasien mengeluh nyeri pinggang. Keluhan penyerta

yang lain merupakan riwyat penyakit dahulu yaitu batu ginjal dan sampai

sekarang keluhannya masih dirasakan pasien.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan dan nyeri lepas pada titik

Mc Burney, psoas sign (+), obturator sign (+),Nyeri tekan Mc Burney (+)

Blumberg (+) dan pada pemeriksaan RT didapatkan nyeri tekan pada arah jam 10-

11. Nyeri tekan dan lepas pada titik Mc Burney merupakan salah satu kunci

diagnosis apendisitis akut. Pemeriksaan psoas dan obturator dilakukan untuk

mengetahui letak appendix yang meradang. Uji psoas dilakukan dengan

rangsangan otot psoas dengan cara hiperekstensi sendi panggul kanan atau fleksi

aktif sendi panggul kanan, kemudian paha kanan ditahan. Bila appendix yang

meradang menempel di m. Psoas mayor maka tindakan tersebut akan

menimbulkan nyeri. Sedangkan uji obturator dilakukan dengan cara gerakan fleksi

dan endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang. Bila appendix yang

meradang kontak dengan m. Obturator internus yang merupakan dinding panggul

kecil, maka tindakan ini akan menimbulkan nyeri.

30

Page 31: Referat Apendisitis

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis yang mana hal ini

sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa pada pemeriksaan darah lengkap

ditemukan jumlah leukosit antara 15,020/ml. Penatalaksanaan pada pasien adalah

dilakukan apendektomi. Hal ini sesuai dengan teori yang mana bila diagnosis

positif apendisitis akut, maka tindakan yang paling tepat adalah segera dilakukan

appendektomi.

31

Page 32: Referat Apendisitis

DAFTAR PUSTAKA

1. Abu-Yousef MM. Ultrasonography of the right lower quadrant.

Ultrasound Q 2001. 17:211-225.

2. Brant, William E, Helms, Clyde A. Fundamentals of Diagnostic

Radiology. 3rd Edition. Lippincott Williams & Wilkins; 2007.

3. Ellis, Harold. Clinical Anatomy, Eleventh edition. Massachusets:

Blackwell Publishing; 2006. 79-81.

4. Hansson.J, 2012. Antibiotic therapy as single treatment of acute appendicitis. University of gothenburg.

5. http://digilab.litbang.depkes.co.id

6. http://www.surgicaltutor.org.uk/defaulthome.htm?system/abdomen

/appendicitis.htm~right

7. Humes DJ, Simpson J. Clinical Review: Acute appendicitis. BMJ; 2007.

333:540-34.

8. Levine CD, Aizenstein O, Lehavi O, Blachar A. Why we miss the

diagnosis of appendicitis on abdominal CT: evaluation of imaging features

of appendicitis incorrectly diagnosed by CT. AJR Am J Roentgenol; 2005.

184:855-859.

9. Mansjoer. A, Suprohaita, wardhani., dkk. 2000. Kapita selekta kedokteran FK UI. Hal : 307. Jakarta : Media Aesculapius

10. Putz R Pabst R. Sobotta: Atlas Anatomi Manusia. Jilid 2. Jakarta: EGC;

2010.

11. Santacroce, Luigi, and Juan B. Ochoa. "Appendicitis." eMedicine. Eds.

Oscar Joe Hines, et al. 1 May. 2009.

12. Saputra J, Cheng W. Makalah Presentasi Kasus Apendisitis Akut.

Universitas Indonesia; 2014.

13. Sjamsuhidajat R, de Jong W. Buku ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta:

EGC; 2011. hal 755-64.

32

Page 33: Referat Apendisitis

14. Tjandra JJ, Clunie GJA, Kaye AH, Smith JA. Textbook of Surgery. 3rd ed.

Blackwell Publishing; 2006. 123-27.

15. Townsend. Sabiston Textbook of Surgery 18th ed. Saunders, An Imprint

of Elsevier; 2007.

16. Vaswani KK, Seth SK, Vitellas KM, Reader DW, et al. Normal appendix,

appendicitis, and complications: CT evaluation a practical approach and

challenges for diagnostic radiologists. Radiologist; 2002. 9:31-45.

33