Referat Apendisitis
description
Transcript of Referat Apendisitis
REFERAT
APENDISITIS AKUT
Pembimbing
dr. Setianingsih, Sp.Rad
dr. Ardhiana Kasaba, Sp.Rad
Disusun Oleh :
Rahardian Sigmawan 201410401011013
Robiatul Adawiyah 201410401011016
Sayuti Abdul Malik A 201410401011046
Mulyani 201410401011023
SMF RADIOLOGI RSU HAJI SURABAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2014
Makalah dengan judul Apendisitis Akut telah diperiksa dan disetujui sebagai salah satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi kepaniteraan Dokter Muda di bagian Ilmu Radiologi.
Surabaya, Juli 2014
Pembimbing 1 Pembimbing 2
dr. Setianingsih, Sp.Rad dr. Ardhiana Kasaba, Sp.Rad
2
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
Apendisitis Akut
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................... 1
Lembar Pengesahan ........................................................................................... 2
Daftar Isi ............................................................................................................ 3
Daftar Gambar ................................................................................................... 4
Kata Pengantar .................................................................................................. 5
Bab 1 Pendahuluan ............................................................................................ 6
Bab 2 Presentasi Kasus ...................................................................................... 7
2.1 Identitas Penderita ............................................................................... 7
2.2 Anamnesis ........................................................................................... 7
2.3 Pemeriksaan Fisik ................................................................................ 8
2.4 Pemeriksaan Laboratorium .................................................................. 10
Bab 3 Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 17
3.1 Anatomi dan Fisiologi Apendiks ......................................................... 17
3.2 Apendisitis ........................................................................................... 19
3.2.1 Patofisiologi .............................................................................. 19
3.2.2 Etiologi ...................................................................................... 20
3.2.3 Manifestasi Klinis ..................................................................... 21
3.2.4 Diagnosis ................................................................................... 22
3.2.5 Terapi ......................................................................................... 26
Bab 4 Analisis Kasus .......................................................................................... 30
Daftar Pustaka .................................................................................................... 32
3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Apendiks dan organ sekitar ........................................................ 17
Gambar 1.2 Macam-macam letak apendiks..................................................... 18
Gambar 1.3 Vaskularisasi Apendiks ............................................................... 18
Gambar 1.4 Patofisiologi Apendisitis ............................................................. 20
Gambar 1.5 Organisme Paling Sering pada Apendisitis.................................. 21
Gambar 1.6 Normal Appendix. A noncontrast CT image shows a normal appendix (arrow) as a small gas-filled tubular structure with a blind end ....................................................................................
23Gambar 1.7 US. Graded compression US demonstrates a distended appendix
with a diameter (between arrowheads) of 10 mm........................ 25
Gambar 1.8 CT image shows a dilated appendix (wide arrow) measuring 8 mm in diameter with irregularly thickened and indistinct walls....... .................................................................................
26
Gambar 1.9 Teknik Apendiktomi Mc Burney............................................... 29
4
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Segenap puji syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan
segala rahmat, hidayah dan inayah-Nya maka tugas makalah yang berjudul Apendisitis
Akut ini dapat diselesaikan dengan baik. Penyusunan tugas ini merupakan salah satu
tugas yang penulis laksanakan selama mengikuti kepaniteraan di SMF Radiologi RSU
Haji Surabaya.
Kami mengucapkan terima kepada dr. , Sp.Rad selaku dokter pembimbing dalam
penyeleseian tugas makalah ini, terima kasih atas bimbingan dan waktunya, sehingga
kami dapat menyeleseikan tugas ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
kritik dan saran selalu kami harapkan. Besar harapan kami semoga tugas kasus ini dapat
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya serta penyusun pada khususnya.
Akhir kata, penulis mengharapkan tugas ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalamu ’alaikum Wr. Wb.
Surabaya, Juli 2014
5
BAB 1
PENDAHULUAN
Apendisitis adalah peradangan pada appendix vermiformis. Obstruksi
lumen merupakan faktor penyebab yang paling dominan pada apendisitis akut.
Fecaliths adalah penyebab paling sering obstruksi appendix. Penyebab lainnya
adalah hipertrofi jaringan limfoid, barium yang tidak terekskresi setelah x-ray,
tumor, sayuran, dan parasit usus. Keparahan proses inflamasi akan meningkatkan
frekuensi obstruksi. Fecaliths ditemukan pada 40% kasus simple acute
appendicitis, 65% pada kasus gangrenous appendicitis without rupture, dan
hampir 90% pada kasus gangrenous appendicitis with rupture.1
Insiden apendisitis di negara maju lebih tinggi dari pada di negara
berkembang. Namun, dalam tiga-empat dasawarsa terakhir kejadiannya menurun
secara bermakna. Hal ini di duga disebabkan oleh meningkatnya penggunaan
makanan berserat pada diit harian.2 Prevalensi hasil penelitian di Jawa Tengah
didapatkan 15 dari 27 pasien (55,6%) dinyatakan penderita apendisitis, 12%
lainnya menderita kista ovarian sebanyak 7 pasien, abscess tuboovarial 1 pasien,
hematosalping dengan kista felikel 1 pasien, invaginasi illeocecal 1 pasien dan
lulomyoma 1 pasien, uretrolithiasis dextra 1 pasien.3
6
BAB 2
PRESENTASI KASUS
2.1 IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. I
Umur : 53 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Mandor
Status pernikahan : belum kawin
BB : -
TB : -
Alamat : Medokan ayu III-O/35 Surabaya
Agama / Suku : Islam / Jawa
Tgl MRS : 16/07/2014 Jam : 07.50
Ruang : Marwah I bed 6 C
2.2 ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : Nyeri di perut kanan bawah
2. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) :
Nyeri perut kanan bawah sejak 4 hari yang lalu. Nyeri dirasakan
terus menerus dan menetap. Nyeri memberat jika dibuat batuk (+), tertawa
(+), mengejan (+). Nyeri hilang timbul. sudah dibawa ke klinik diberi obat
7
anti nyeri supositoria dan antibiotik oral, mual muntah 3 x, 2 x di rumah, 1
x di klinik, panas sumer-sumer sejak hari minggu, makan normal, BAB
tidak lancar selama 1 minggu, BAK disuria, hematuria negatif, nyeri
pinggang (+)
3. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) :
Hipertensi (-)
DM (-)
Riwayat batu ginjal
4. Riwayat Penyakit Keluarga (RPK) :
Tidak ada keluarga yang sakit seperti pasien
2.3 PEMERIKSAAN FISIK
16/07/14
S : KU : nyeri perut kanan bawah
RPS : nyeri perut kanan bawah sejak 4 hari yang lalu. Nyeri dirasakan terus
menerus dan menetap. Nyeri memberat jika dibuat batuk (+) tertawa (+) mengejan
(+). Sekarang nyeri hilang timbul (+) sumer sumer (-), mual dan muntah (+) hari
minggu saja. Isi makanan (+) tapi sekarang sudah tidak muntah. BAB tidak lancar
selama 1 minggu. BAK disuria, hematuria negatif, nyeri pinggang (+)
RPD : baru sakit seperti pertama. Riwayat operasi (-). Hipertensi (-). DM (-)
RPK : -
R.sos : makan berserat (+). Suka pedas (+)
O : KU : cukup
Kesadaran : CM /456
VS : TD : 120/80 N : 96 x/mnt RR : 20 x/mnt t : 36,1 C
8
K/L : a/i/c/d : -/-/-/- KGB (-), thyroid (-)
Cor : I: Dada kanan dan dada kiri simetris, kelainan bentuk dada (-), pulsasi (-), ictus cordis tidak tampak
P: Ictus cordis tidak kuat angkat, thrill (-)
P: Batas Jantung Kiri ICS V MCL S, batas jantung kanan ICS IV PSL D
A: S1S2 tunggal, (-), murmur (-), gallop (-)
Pulmo : I : Normochest, gerak dinding dada simetris
P : Gerak dinding dada simetris, deviasi trachea (-) nyeri (-), fremitus raba simetris
P: Sonor + +
+ +
+ +
A: suara nafas vesikular
+ +
+ +
+ +
Rhonki Wheezing
- - - -
- - - -
- - - -
Abd : I: Bentuk flat, simetris, collateral (-), striae (-)
P: nyeri tekan
P: Timpani pada seluruh regio abdomen
A: Bising usus (+), normal
9
Ext : Akral Hangat
+ +
+ +
Oedem
- -
- -
CRT < 2 detik
Tes profokasi :
- Nyeri tekan Mc Burney (+)
- Psoas Sign (+)
- Obturator Sign (-)
- Rebound Sign (-)
- Blumberg (+)
2.4 Pemeriksaan Lab (15/07/2014 17:00:27)DL Hb : 17,2 g/dl (Normal) Hematokrit : 49,1 (meningkat) Leukosit : 15,020 (meningkat) Trombosit : 232.000 (normal)UL BJ : 1.005 PH : 6.0 Nitrit : negatif Protein : negatif Glukosa : Normal Keton : Negatif Urobilin : Normal Bilirubin : Negatif Sedimen
Ery : 0 - 1Leko : 1 – 2Cylind : negatifBact : negatif
10
Cryst : negatifLain2 : negatif
Pemeriksaan Lab (15/07/2014 19:02:54)Hematologi :Ppt : 11.2 C : 11.3INR : 1.00APTT : 26.5 C : 24.7Kimia klinikBUN : 15Cretinin serum: 2.1SGOT : 24SGPT : 14Albumin : 3.9R/NA/CLKalium : 4.6Natrium : 140Chlorida : 101
A : Appedicitis akut
P : tx : OP appendictomy
RL 1500 cc/24 jam
Inj. Terfacef 2 x 1 gr
Inj. Antrain 3 x 1 stop
Inj. Ranitidin 2 x 1
Puasa (+)
Hasil USG :
11
Foto BOF
12
Foto Thoraks
- Susgeiting appendisitis akut
- Hydronefrosis berat disertai batu multipel ginjal bilateral. Batu terbesar di pelvis renalis. Ginjal kiri sekitar 2, 9 cm
13
- Pembesaran prostat volume 36,9 ml
- Mild fatty liver
- Organ abdomen lain dalam batas normal
Thy : usul, pw. Appendectomy
Co. urologi
17/07/14 (Ruangan Marwah I bed 6C )
S : puasa (+) persiapan OP. Nyeri perut kanan (+) mual (-) muntah (-) kentut (+). BAB & BAK normal
O : KU : cukup
Kesadaran : CM /456
VS : TD : 130/90 N : 82 x/mnt RR : 21x/mnt t : 36,5 C
K/L : a/i/c/d : -/-/-/-
Th. pulmo : Normochest, simetris, sonor +/+, Wh -/-, Rh -/-
Th. cor : ICS tidak tampak, ICS tidak kuat angkat, batas jantung N, S1S2 tunggal
Abd : I : flat
P : nyeri tekan kanan bawah, supel (+)
P : timpani
A : Bising usus (+) normal
Mc. Burney sign (+)
Nyeri tekan lepas (+)
Ext : Akral Hangat
+ +
+ +
14
Oedem
- -
- -
CRT < 2 detik
A : appendisitis akut
P : pro appendectomy hari ini
RL 1500 / 24 jam
Inj. Terfacef 2 x 1 gr
Inj. Ranitidin 2 x 1
4/12/09 (Ruangan IC )
S : nyeri bekas OP kadang-kadang (+), nyeri pinggang (-), BAK (+) normal, nyeri BAK (-), panas BAK (-), BAB (-) sudah kentut (+)
O : KU : cukup
Kesadaran : CM /456
VS : TD : 120/80 N : 80 x/mnt RR : 20x/mnt t : 36,1
K/L : a/i/c/d : -/-/-/-
Th. pulmo : Normochest, simetris, sonor +/+
Th. cor : ICS tidak tampak, ICS tidak kuat angkat, S1S2 tunggal
Abd : sesuai status lokalis
Ext : Akral Hangat
+ +
+ +
15
Oedem
- -
- -
CRT < 2 detik
Status urologis
Flank pain - / -
Flank mass - / -
Nyeri ketok costovertebrae angel - / -
M suprasimpisis - / -
Mass suprasimpisis - / -
VU kesan kosong
GE dbn
Status Lokalis
R/iliac dextra
I : luka bekas OP (+) darah merembes (-) pus (-)
P : nyeri tekan (-)
P : pekak hepar (+)
A : bising usus (+) normal
A : post OP appenictomy
Dx kerja : abdominal pain
Dx primer : apendicitis acute
Dx sekunder : nefrolitiasis multiple dextra sinistra + BPH grade I
Dx komplikasi : hedronefrotis berat
P :
16
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Anatomi dan Fisiologi Apendiks
Gambar 1.1
17
Apendiks dan Organ Sekitarnya 4
Apendiks merupakan organ digestif yang terletak pada rongga abdomen
bagian kanan bawah. Apendiks berbentuk tabung dengan panjang kisaran 10 cm
dan berpangkal utama di sekum.
Gambar 1.2Macam-macam Letak Apendiks10
Apendiks memiliki beberapa kemungkinan posisi, yang didasarkan pada
letak terhadap struktur-struktur sekitarnya, seperti sekum dan ileum. 33% terletak
di pelvikum, 63% terletak di belakang sekum, 1% terletak preileal, dan 1% yang
terletak retroileal. 5,6
18
Gambar 1.3Vaskularisasi Apendiks11
Apendiks mendapatkan persarafan otonom parasimpatis dari nervus
vagus dan persarafan simpatis dari nervus torakalis X. Persarafan ini yang
menyebabkan radang pada apendiks akan dirasakan periumbilikal.
Vaskularisasi apendiks adalah oleh arteri apendikularis yang tidak memiliki
kolateral.6
Fungsi apendiks dalam tubuh manusia sampai saat ini masih belum
sepenuhnya dipahami. Salah satu yang dikatakn pentik adalah terjadi produksi
imunglobulin oleh Gut Associated Lymphoid Tissue (GALT) yang
menghasilkan IgA. GALT ini sama dengan lapisan pada sepanjang saluran
cerna lainnya. Karena jumlahnya yang sedikit dan minimal, pengangkatan
apendiks dikatakan tidak mempengaruhi sistem perhanan mukosa. saluran
cerna. Apendiks juga menghasilkan lendir sebanyak 1-2 mL setiap harinya.
Aliran ini akan dialirkan ke sekum dan berperan untuk menjaga kestabilan
mukosa apendiks.6
3.2 Apendisitis
3.2.1 Patofisiologi
Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis. Apendisitis
akut secara umum terjadi karena proses inflamasi pada apendiks akibat infeksi.
Penyebab utama terjadinya infeksi adalah karena terdapat obstruksi. Obstruksi
yang terjadi mengganggu fisiologi dari apendiks, dimana menyebakan tekanan
intralumen meningkat sehingga terjadi kolonisasi bakteri yang dapat
menimbulkan infeksi pada daerah tersebut. Pada sebagaian kecil kasus, infeksi
dapat terjadi semerta-merta secara hematogen dari tempat lain sehingga tidak
ditemukan adanya obstruksi.2
19
Gambar 1.4Patofisiologi Apendisitis1,9
Infeksi terjadi pada tahap mukosa yang kemudian melibatkan seluruh
dinding apendiks pada 24-48 jam pertama.
Adaptasi yang dilakukan tubuh terhadap inflamasi lokal ini adalah
menutup apendiks dengan struktur lain yaitu omentum, usus halus, dan adneksa.
Hal ini yang menyebabkan terbentuknya masa periapendikuler, yang disebut juga
infiltrat apendiks. Pada infilitrat apendiks, terdapat jaringan nekrotik yang dapat
saja terbentuk menjadi abses sehingga menimbulkan risiko perforasi yang
berbahaya pada pasien apendisits. Pada sebagian kasus, apendisitis dapat melewati
fase akut tanpa perlu dilakukannya operasi. Akan tetapi, nyeri akan seringkali
berulang dan menyebabkan eksaserbasi akut sewaktu-waktu dan dapat langsung
berujung pada komplikasi perforasi. 1,6,7,8,9
3.2.2 Etiologi
Bakteriologi dari apendiks normal mirip dengan usus normal. Flora normal
pada apendiks tetap konstan sepanjang hidup kecuali Porphyromonas gingivalis.
Bakteri ini hanya terlihat pada orang dewasa. Jenis bakteri yang merupakan hasil
20
kultur dalam kasus apendisitis, mirip dengan infeksi kolon lainnya seperti
diverticulitis. Organisme utama yang sering terlihat pada apendiks yang normal,
apendisitis akut, dan apendisitis perforasi adalah Escherichia coli dan Bacteroides
fragilis.1
Gambar 1.5Organisme Paling Sering pada Apendisitis1
Apendisitis adalah infeksi polymicrobial, dari beberapa kasus didapatkan
sampai 14 organisme yang berbeda pada pasien dengan perforasi.
3.2.3 Manifestasi Klinis
Pada anamnesis lazim ditemukan, antara lain :
1. Riwayat nyeri hilang timbul yang dirasakan di ulu hati.
2. Nyeri kemudian berpindah ke kanan bawah dan menetap diikuti
badan panas
3. Riwayat gangguan pasase usus: kembung, mual dan muntah
4. Bila infeksi memberat:
panas menigkat,
Paralitik usus: kembung, diare
5. Tanda perforasi
Nyeri meluas dan bertambah saat bergerak/batuk
Febris dan paralitik usus
21
Pada pemeriksaan fisik didapatkan, antara lain :
1. Inspeksi : gambaran spesifik (-)
2. Auskultasi : BU normal (perforasi BU menurun)
3. Palpasi :
Nyeri tekan dengan defans muskuler
Rebound phenomene
Rovsing sign
Tenhorn Sign
Psoas Sign
Obturator Sign
4. Perkusi : nyeri pada iliaca dextra
5. RT : nyeri arah jam 10-11
3.2.4 Diagnosis
Diagnosis apendisitis bergantung pada penemuan klinis, yaitu dari
anamnesis mengenai gejala-gejala dan pemeriksaan fisik untuk menemukan
tanda-tanda yang khas pada apendisitis. Anamnesis mengenai gejala nyeri perut
beserta perjalanan penyakitnya, gejala penyerta seperti mual-muntah-anoreksia,
dan ada tidaknya gejala gastrointestinal.12
Pemeriksaan fisik dilakukan secara menyeluruh karena tanda-tanda vital
juga sudah dapat mengarah ke diagnosis apendisitis. Takikardia dan demam
sedang merupakan tanda-tanda yang sering ditemukan. Pada pemeriksaan gigi dan
mulut, sering ditemukana adanya lidah kering dan terdapat fethor oris. Pada
pemeriksaan abdomen dilakukan cermat pada tiap tahap. Dari auskultasi sering
ditemukan bising usus menurun karena terjadi ileus paralitik. Pada inspeksi, dapat
ditemukan bahwa dinding perut terlihat kaku dan kemudian dikonfirmasi dengan
palpasi. Pada palpasi, ditemukan nyeri tekan dan nyeri lepas serta terdapat tahanan
(deffense muscular). Palpasi dilakukan pada beberapa titik diagnostik apendisitis
yaitu titik McBurney, uji Rovsig, dan uji Blomberg. Uji psoas dan uji obturator
22
juga dapat dilakukan terutama pada kecurigaan apendisitis yang terjadi secara
retrosekal.6,7,8
Pemeriksaan radiologi untuk apendisitis dapat dilakukan dengan modalitas
CT, US, dan single-kontras pemeriksaan barium enema. Pada pemeriksaan dengan
barium enema gambar dapat divisualisasikan pada BOF dalam 6 sampai 48 jam
setelah pemberian oral barium. Kegagalan untuk mengisi lumen apendiks pada
pemeriksaan barium enema bukan bukti definitif adanaya apendisitis. Baik CT
dan US telah terbukti sangat berguna dalam diagnosis penyakit appendix,
terutama apendisitis akut.13
Apendisitis akut adalah penyebab paling sering dari kasus akut abdomen.
Biasanya dengan anamnesis dan pemeriksaan klinis diagnosis dapat ditegakkan.
Namun, pasien dengan gejala yang mirip dapat menyebabkan masalah dalam
menegakkan diagnosis. Pasien yang paling sulit adalah wanita pada usia
produktif, di antaranya penyakit kista ovarium yang pecah dan penyakit radang
panggul dapat gejalanya dapat menyerupai apendisitis akut.
Gambar 1.6Normal Appendix. A noncontrast CT image shows a normal appendix (arrow) as
a small gas-filled tubular structure with a blind end
23
Foto polos akan menunjukkan suatu kalkulus appendix (appendicolith atau
terlihatnya fekalith) pada sekitar 14% pasien dengan apendisitis akut. Sebuah
appendicolith dibentuk oleh deposisi kalsium dari tinja yang tidak bisa keluar.
Kalsifikasi ini biasanya dilapisi dengan gambaran radiolusen. Abses appendix
atau peradangan periappendiceal dapat mengakibatkan massa jaringan lunak
terlihat di kuadran kanan bawah. Pemeriksaan barium enema sering tidak spesifik.
Apabila kontras mengisi sampai ujung appendix dalah bukti kuat terhadap bahnya
apendisitis tidak terjadi. Namun, apendix yang tidak terisi kontras, seperti yang
diharapkan dengan obstruksi luminal, tidak memiliki nilai diagnostik sendiri.
USG, menggunakan graded compression technique, cukup akurat dalam
memberikan diagnosis definitif dan umumnya teknik pencitraan ini merupakan
pilihan utama pada wanita usia produktif dan pada anak-anak. Slow graded
compression digunakan bersama near-focus transducer pada daerah pasien
merasakan nyeri yang paling hebat.13 Appendix yang normal memiliki diameter
kurang dari 6 mm ketika dikompresi. Tanda-tanda apendisitis akut pada
pemeriksaan USG adalah: (1) appendix yang noncompressible dengan ukuran
lebih besar dari 6 mm, diukur dari dinding luar ke dinding luar, (2) adanya
gambaran appendicolith. Apabila disertai perforasi maka sonografi akan
menunjukkan gambaran cairan di daerah pericecal dengan dinding appendiks
yang terputus, dan lemak pericecal yang menonjol.
24
Gambar 1.7US. Graded compression US demonstrates a distended appendix with a diameter
(between arrowheads) of 10 mm. The mucosal interface produces a bright echogenic line (thin arrow). The blunt tip (wide arrow) confirms identification of this tubular structure as the appendix. Inflammation of the periappendiceal fat
(asterisk) increases its echogenicity. Surgery confirmed an acutely inflamed and focally necrotic appendix
CT adalah metode pencitraan pilihan pada pria, pada pasien yang lebih tua,
dan ketika dicurigai adanya abses periappendiceal .14 Diagnosis CT pada kasus
apendisitis akut didasarkan pada: (1) pelebaran yang abnormal (> 6 mm),
enhancing appendix; (2) enhancing appendix yang dikelilingi oleh inflamasi atau
abses; atau (3) Abses pericecal atau massa inflamasi dengan appendicolith yang
terkalsifikasi.14,15 Massa inflamasi dapat dilihat sebagai jaringan lunak dengan
kepadatan CT lebih besar dari 20 H. Massa cair kurang dari 20 H pada kepadatan
CT merupakan bukti adanya abses
25
Gambar 1.8CT image shows a dilated appendix (wide arrow) measuring 8 mm in diameter
with irregularly thickened and indistinct walls. Marked stranding (arrowheads) in the periappendiceal fat is indicative of inflammation. An appendicolith (thin
arrow) is seen in the lumen of the appendix
3.2.5 Terapi
Sebelum operasi :
Tirah baring Puasa
Terapi medikamentosa:
Infus RL 40-50cc/kgBB
Antibiotik :
Sefotaksim iv 2 gr tiap 12 jam selama 2 hari
Terapi operatif :
Open apendektomi :
1. Mc burney insisi:
26
Sayatan dilakukan pada garis yang tegak lurus pada garis yang menghubungkan spina iliaka anterior superior dengan umbilikus pada batas sepertiga lateral (titik mcburney).
27
28
Gambar 1.9Teknik Apendiktomi Mc Burney
2. rocky davis insisi (tranverse)
3. Laparaskopi
29
BAB 4
ANALISIS KASUS
Pasien didiagnosis appendisitis akut berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan laboratorium. Dari anamnesis didapatkan Nyeri perut kanan bawah
sejak 4 hari yang lalu. Nyeri dirasakan terus menerus dan menetap di kuadran
kanan bawah (Mc Burney). Nyeri bertambah jika pasien mengalami batuk,
tertawa dan mengejan. Hal ini menunjukkan telah terjadi inflamasi pada
peritoneun parietal sehingga pasien juga mengeluhkan badan panas sumer-sumer
sejak hari minggu. Pasien ini sudah dibawa ke klinik untuk diobati dan pasien
mendapatkan obat anti nyeri supositoria dan antibiotik oral. Keluhan yang lain
dari pasien ini adalah mual muntah tiga kali (dua kali dirumah dan 1 kali di
klinik), buang air besarnya tidak lancar selama 1 minggu, sedangkan buang air
kecilnya juga mengalami gangguan yaitu nyeri saat berkemih (disuria), tidak
didapatkan hematuria tetapi pasien mengeluh nyeri pinggang. Keluhan penyerta
yang lain merupakan riwyat penyakit dahulu yaitu batu ginjal dan sampai
sekarang keluhannya masih dirasakan pasien.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan dan nyeri lepas pada titik
Mc Burney, psoas sign (+), obturator sign (+),Nyeri tekan Mc Burney (+)
Blumberg (+) dan pada pemeriksaan RT didapatkan nyeri tekan pada arah jam 10-
11. Nyeri tekan dan lepas pada titik Mc Burney merupakan salah satu kunci
diagnosis apendisitis akut. Pemeriksaan psoas dan obturator dilakukan untuk
mengetahui letak appendix yang meradang. Uji psoas dilakukan dengan
rangsangan otot psoas dengan cara hiperekstensi sendi panggul kanan atau fleksi
aktif sendi panggul kanan, kemudian paha kanan ditahan. Bila appendix yang
meradang menempel di m. Psoas mayor maka tindakan tersebut akan
menimbulkan nyeri. Sedangkan uji obturator dilakukan dengan cara gerakan fleksi
dan endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang. Bila appendix yang
meradang kontak dengan m. Obturator internus yang merupakan dinding panggul
kecil, maka tindakan ini akan menimbulkan nyeri.
30
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis yang mana hal ini
sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa pada pemeriksaan darah lengkap
ditemukan jumlah leukosit antara 15,020/ml. Penatalaksanaan pada pasien adalah
dilakukan apendektomi. Hal ini sesuai dengan teori yang mana bila diagnosis
positif apendisitis akut, maka tindakan yang paling tepat adalah segera dilakukan
appendektomi.
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Abu-Yousef MM. Ultrasonography of the right lower quadrant.
Ultrasound Q 2001. 17:211-225.
2. Brant, William E, Helms, Clyde A. Fundamentals of Diagnostic
Radiology. 3rd Edition. Lippincott Williams & Wilkins; 2007.
3. Ellis, Harold. Clinical Anatomy, Eleventh edition. Massachusets:
Blackwell Publishing; 2006. 79-81.
4. Hansson.J, 2012. Antibiotic therapy as single treatment of acute appendicitis. University of gothenburg.
5. http://digilab.litbang.depkes.co.id
6. http://www.surgicaltutor.org.uk/defaulthome.htm?system/abdomen
/appendicitis.htm~right
7. Humes DJ, Simpson J. Clinical Review: Acute appendicitis. BMJ; 2007.
333:540-34.
8. Levine CD, Aizenstein O, Lehavi O, Blachar A. Why we miss the
diagnosis of appendicitis on abdominal CT: evaluation of imaging features
of appendicitis incorrectly diagnosed by CT. AJR Am J Roentgenol; 2005.
184:855-859.
9. Mansjoer. A, Suprohaita, wardhani., dkk. 2000. Kapita selekta kedokteran FK UI. Hal : 307. Jakarta : Media Aesculapius
10. Putz R Pabst R. Sobotta: Atlas Anatomi Manusia. Jilid 2. Jakarta: EGC;
2010.
11. Santacroce, Luigi, and Juan B. Ochoa. "Appendicitis." eMedicine. Eds.
Oscar Joe Hines, et al. 1 May. 2009.
12. Saputra J, Cheng W. Makalah Presentasi Kasus Apendisitis Akut.
Universitas Indonesia; 2014.
13. Sjamsuhidajat R, de Jong W. Buku ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta:
EGC; 2011. hal 755-64.
32
14. Tjandra JJ, Clunie GJA, Kaye AH, Smith JA. Textbook of Surgery. 3rd ed.
Blackwell Publishing; 2006. 123-27.
15. Townsend. Sabiston Textbook of Surgery 18th ed. Saunders, An Imprint
of Elsevier; 2007.
16. Vaswani KK, Seth SK, Vitellas KM, Reader DW, et al. Normal appendix,
appendicitis, and complications: CT evaluation a practical approach and
challenges for diagnostic radiologists. Radiologist; 2002. 9:31-45.
33