referat apendisitis

49
Apendisitis Rahma, Lisa, Tanty 1 BAB I PENDAHULUAN Angka kejadian apendisitis cukup tinggi di dunia. Di Amerika Serikat saja terdapat 70.000 kasus kejadian apendisitis setiap tahunnya. Kejadian apendisitis di Amerika Serikat memiliki insiden 1-2 kasus per 10.000 anak per tahunnya antara kelahiran sampai anak tersebut berumur 4 tahun. Kejadian Apendisitis meningkat menjadi 25 kasus per 10.000 anak per tahunnya antara umur 10 dan umur 17 tahun di Amerika Serikat. Apabila dirata-ratakan, maka didapatkan kejadian apendisitis 1,1 kasus per 1000 orang per tahun nya di Amerika Serikat. Menurut Sandy Craig, MD, radang usus buntu sangatlah jarang terjadi pada kelompok neonatus. Kalaupun hal ini terjadi, biasanya diketahui setelah terdapat perforasi pada neonatus tersebut. Kejadian apendisitis ini dapat terjadi di seluruh kelompok umur. Diagnosa apendisitis pada kelompok usia muda biasanya sangat sulit dilakukan mengingat penderita usia muda sulit melukiskan perasaan sakit yang dialaminya, sehingga kejadian apendisitis pada usia muda lebih sering diketahui setelah terjadi perforasi. Berdasarkan jenis kelamin, angka kejadian apendisitis pada pria 1,4 kali lebih besar dari pada kelompok wanita. Di dunia internasional sendiri didapati kejadian apendisitis lebih rendah dalam budaya aseupan tinggi serat diet. Serat pangan diperkirakan menurunkan viskositas kotoran, mengurangi waktu transit usus, dan mencegah Kepanitraan Klinik Ilmu Radilogi RSUD Ciawi Periode 7 Juli – 2 Agustus 2014 Universitas Terumanagara

description

referat apendisitis

Transcript of referat apendisitis

Page 1: referat apendisitis

Apendisitis Rahma, Lisa, Tanty

1

BAB I

PENDAHULUAN

Angka kejadian apendisitis cukup tinggi di dunia. Di Amerika Serikat saja terdapat

70.000 kasus kejadian apendisitis setiap tahunnya. Kejadian apendisitis di Amerika Serikat

memiliki insiden 1-2 kasus per 10.000 anak per tahunnya antara kelahiran sampai anak

tersebut berumur 4 tahun. Kejadian Apendisitis meningkat menjadi 25 kasus per 10.000 anak

per tahunnya antara umur 10 dan umur 17 tahun di Amerika Serikat. Apabila dirata-ratakan,

maka didapatkan kejadian apendisitis 1,1 kasus per 1000 orang per tahun nya di Amerika

Serikat.

Menurut Sandy Craig, MD, radang usus buntu sangatlah jarang terjadi pada

kelompok neonatus. Kalaupun hal ini terjadi, biasanya diketahui setelah terdapat perforasi

pada neonatus tersebut. Kejadian apendisitis ini dapat terjadi di seluruh kelompok umur.

Diagnosa apendisitis pada kelompok usia muda biasanya sangat sulit dilakukan mengingat

penderita usia muda sulit melukiskan perasaan sakit yang dialaminya, sehingga kejadian

apendisitis pada usia muda lebih sering diketahui setelah terjadi perforasi. Berdasarkan jenis

kelamin, angka kejadian apendisitis pada pria 1,4 kali lebih besar dari pada kelompok wanita.

Di dunia internasional sendiri didapati kejadian apendisitis lebih rendah dalam budaya

aseupan tinggi serat diet. Serat pangan diperkirakan menurunkan viskositas kotoran,

mengurangi waktu transit usus, dan mencegah pembentukan fecaliths, yang mempengaruhi

individu untuk penghalang dari lumen appendiceal.

Peran ras, etnis, asuransi kesehatan, pendidikan, akses ke perawatan kesehatan dan

status ekonomi pada pengembangan dan pengobatan apendisitis masih diperdebatkan secara

luas sehingga masih belum ada bukti yang kuat antara hubungan kejadian apendisitis dengan

peran ras, etnis, asuransi kesehatan, dan lain-lain. Memahami manifestasi klinis khas

apendisitis adalah penting untuk membuat diagnosis dini dan akurat sebelum perforasi.

Variasi pada posisi usus buntu, umur pasien, dan derajat peradangan membuat presentasi

klinis apendisitis terkenal tidak konsisten. Hal yang penting untuk diingat adalah bahwa letak

dari apendiks itu sendiri variabel.

Kepanitraan Klinik Ilmu RadilogiRSUD Ciawi Periode 7 Juli – 2 Agustus 2014Universitas Terumanagara

Page 2: referat apendisitis

Apendisitis Rahma, Lisa, Tanty

2

BAB II

ANATOMI, FISIOLOGI DAN HISTOLOGI APENDIKS

A. ANATOMI APENDIKS1

Apendiks merupakan organ dengan struktur tubular yang rudimeter dan fungsi yang

jelas. Apendiks berkembang dari posteromedial caecum dengan panjang yang bervariasi

namun pada orang dewasa sekitar 5-15 cm dan diameter sekitar 0,5-0,8 cm. Apendiks

merupakan derivat bagian dari midgut yang terdapat diantara Illeum dan Colon ascendens.

Caecum terlihat pada terlihat pada minggu ke-5 kehamilan dan apendiks terlihat pada minggu

ke-8 kehamilan yaitu bagian ujung dari protuberans caecum. Dalam proses

perkembangannya, awalnya apendiks berada pada apeks caecum, tetapi kemudian berotasi

dan terletak lebih medial dekat plika ileocaecalis. Lumen apendiks sempit dibagian proksimal

proksimal dan melebar dibagian distal. Hampir seluruh permukaan apendiks dikelilingi oleh

peritoneum dan mesoapendiks (mesenter apendiks) yang merupakan lipatan peritoneum yang

berjalan kontinu sepanjang apendiks dan berakhir di ujung apendiks.

Pada apendiks terdapat 3 taenia coli (taenia libera, taenia mesocoli and taenia

omental) yang menyatu di persambungan caecum dan bisa berguna dalam menandakan

tempat untuk mendeteksi apendiks. Posisi apendiks terbanyak adalah retrocaecal 65,28% baik

intraperitoneal maupun retroperitoneal dimana apendiks berputar ke atas di belakang caecum.

Selain itu juga terdapat posisi pelvic (panggul) retroileal (dibelakang usus halus) 0,4%,

retrokolika, dan pre-ileal.

Vaskularisasi apendiks berasal dari arteri apendikularis yang berjalan di sepanjang

masoapendiks dan merupakan cabang trunkus mesenterik superior. Selain itu dari arteri

apendikular yang memperdarahi hampir seluruh apendiks, juga terdapat kontribusi dari arteri

asesorius. Untuk aliran balik, vena apendiseal cabang dari vena ileocoli berjalan ke vena

mesentrik superior dan masuk ke sirkulasi portal.

Persarafan parasimpatis dari apendiks berasal dari cabang nervus vagus yang

mengikuti arteri mesenterica superior dan arteri apendikularis, sedangkan persarafan simpatis

berasal dari nervus Thorakalis X.

Kepanitraan Klinik Ilmu RadilogiRSUD Ciawi Periode 7 Juli – 2 Agustus 2014Universitas Terumanagara

Page 3: referat apendisitis

Apendisitis Rahma, Lisa, Tanty

3

B. FISIOLOGI APENDIKS2

Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu secara normal dicurahkan ke

dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke caecum. Hambatan aliran lendir di muara apendiks

tampaknya berperan pada patogenesis apendisitis.

Awalnya, apendiks dianggap tidak memiliki fungsi. Namun akhir-akhir ini, apendiks

dikatakan sebagai organ imunologi yang secara aktif mensekresikan Imunoglobulin A (IgA).

Walaupun apendiks merupakan komponen integral dari sistem Gut Associated Lymphoid

Tissue (GALT), imunoglobulin ini sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi yaitu

mengontrol proliferasi bakteri, netralisasi virus, serta mencagah penetrasi enterotoksin dan

antigen intestinal lainnya. Namun, pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi sisitem imun

tubuh sebab jumlah jaringan sedikit sekali jika dibandingkan dengan jumlah di saluran cerna

dan seluruh tubuh.

Kepanitraan Klinik Ilmu RadilogiRSUD Ciawi Periode 7 Juli – 2 Agustus 2014Universitas Terumanagara

Page 4: referat apendisitis

Apendisitis Rahma, Lisa, Tanty

4

C. HISTOLOGI3

Komposisi histologi serupa dengan usus besar, terdiri dari empat lapisan yakni

mukosa, submukosa, muskularis eksterna, dan lapisan serosa. Permukaan dalam atau mukosa

secara umum sama seperti mukosa colon, berwarna kuning muda dengan gambaran nodular,

dan komponen limfoid yang prominen. Komponen limfoid ini mengakibatkan lumen dari

apendiks seringkali berbentuk irreguler (stelata) pada potongan melintang.

Kepanitraan Klinik Ilmu RadilogiRSUD Ciawi Periode 7 Juli – 2 Agustus 2014Universitas Terumanagara

Page 5: referat apendisitis

Apendisitis Rahma, Lisa, Tanty

5

BAB III

PEMBAHASAN

A. DEFINISI4

Apendisitis dikenal sebagai inflamasi dari lapisan dalam apendiks vermiformis yang

menyebar ke bagian lain dari apendiks. Selain diagnosis dan terapi obat-obtan yang kuat,

apendisitis menetap sebagai kegawatdaruratan klinis dan dan merupakan satu dari penyebab

tersering nyeri abdomen akut.

B. EPIDEMIOLOGI2

Insiden apendisitis akut di negara maju lebih tinggi daripada di negara berkembang.

Namun, dalam tiga perempat dasawarsa terkahir kejadiannya menurun secara bermakna. Hal

ini diduga disebabkan oleh meningkatnya penggunaan makanan beserat dalam menu sehari-

hari.

Apendisitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada anak kurang dari 1 tahun

jarang dilaporkan. Insiden tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun, setelah itu menurun.

Insidens pada lelaki dan perempuan umumnya sebanding, kecuali pada umur 20-30 tahun,

ketika itu insiden pada lelaki lebih tinggi.

C. ETIOLOGI2

Apendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal berperan sebagai faktor

pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai faktor

pencetus disamping hiperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks, dan cacing askaris

dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan

apendisitis adalah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E. Histolytica.

Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah serat

dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi akan menaikkan tekanan

intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya

pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuanya ini akan mempermudah timbulnya

apendisitis akut.

Kepanitraan Klinik Ilmu RadilogiRSUD Ciawi Periode 7 Juli – 2 Agustus 2014Universitas Terumanagara

Page 6: referat apendisitis

Apendisitis Rahma, Lisa, Tanty

6

D. PATOLOGI2

Patologi apendisitis dapat dimulai di mukosa dan kemudian melibatkan seluruh

lapisan dinding apendiks dalam waktu 24-48 jam pertama. Upaya pertahanan tubuh berusaha

membatasi proses radang ini dengan menutup apendiks dengan omentum, usus halus, atau

adneksa sehingga terbentuk massa periapendikuler yang secara salah dikenal dengan istilah

infiltrat apendiks. Didalamnya, dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang dapat

mengalami perforasi. Jika tidak terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan massa

periapendikuler akan menjadi tenang dan selanjutnya akan mengurai diri secara lambat.

Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna tetapi membentuk

jaringan aprut yang melengket dengan jaringan sekitarnya. Perlengketan ini dapat

menimbulkan keluhan berulang di perut kanan bawah. Suatu saat, organ ini dapat meradang

akut lagi dan dinyatakan sebagai eksaserbasi akut.

D. TANDA DAN GEJALA2,4

Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh radang

mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai maupun tidak disertai

rangsang peritoneum lokal. Gejala klasik apendisitis ialah nyeri samar-samar dan tumpul

yang merupakan nyeri viseral di daerah epigastrium di sekitar umbilikus. Keluhan ini sering

disertai mual dan kadang ada muntah. Umumnya nafsu makan menurun. Dalam beberapa jam

nyeri akan berpindah ke kanan bawah ke titik Mc. Burney. Disini nyeri dirasakan lebih tajam

dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatik setempat. Kadang tidak ada nyeri

epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan obat pencahar.

Tindakan itu dianggap berbahaya karena bisa mempermudah terjadinya perforasi

Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, karena letaknya terlindung oleh sekum,

tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak tanda rangsangan peritoneal. Rasa

nyeri lebih ke arah perut sisi kanan atau nyeri timbul pada saat berjalan karena kontraksi

m.psoas mayor yang menegang dari dorsal. Apendiks yang terletak di rongga pelvis, bila

meradang, dapat menimbulkan gejala dan tanda rangsangan sigmoid atau rektum sehingga

peristaltis meningkat, pengosongan rektum akan menjadi lebih cepat dan berulang-ulang. Jika

apendiks tadi menempel ke kandung kemih, dapat terjadi peningkatan frekuensi kencing

karena rangsangan dindingnya.

Kepanitraan Klinik Ilmu RadilogiRSUD Ciawi Periode 7 Juli – 2 Agustus 2014Universitas Terumanagara

Page 7: referat apendisitis

Apendisitis Rahma, Lisa, Tanty

7

Gejala klinis apendisitis adalah terkenal tidak konsisten. Riwayat klasik anoreksia dan

nyeri periumbilikus diiukuti oleh gejala mual, nyeri kuadran kanan bawah, dan muntah terjadi

hanya pada 50% kasus. Bentuknya meliputi :

Nyeri abdomen : sangat sering

Mual : 61-92% pasien

Anorexia : 74-78%

Muntah : hampir selalu mengikuti onset nyeri; muntah yang didahului

oleh rasa nyeri kemungkinan obstruksi usus

Diare atau konstipasi : 18% pasien

Bentuk dari nyeri abdomen:

Biasanya muncul sebagai periumbilikal atau nyeri epigastrik, lalu migrasi ke kuadran

kanan bawah

Pasien biasanya berbaring, melenturkan pinggul mereka, dan menarik lutut mereka

untuk mengurangi gerakan dan untuk menghindari memburuknya rasa sakit mereka

Durasi gejala kurang dari 2 hari kira-kira sekitar 80% pada dewasa dan lebih lama

pada usia tua dan pada orang dengan perforasi

E. DERAJAT APENDISITIS4

Derajat apendisitis dapat dibagi menjadi early, suppurative, gangrenous, perforated,

phlegmonous, spontaneous resolving, recurrent, and chronic.

Tahap awal apendisitis

Pada tahap awal apendisitis, obstruksi lumen apendix menyebabkan edema pada

mukosa, ulserasi mukosa, diapedesis bakteri, distensi apendiks akibat akumulasi cairan, dan

meningkatkan tekanan intraluminal. Serabut saraf aferen visceral dirangsang, dan pasien

merasakan periumbilical atau epigastrium nyeri viseral ringan, yang biasanya berlangsung 4-

6 jam.

Apendisitis supuratif

Kepanitraan Klinik Ilmu RadilogiRSUD Ciawi Periode 7 Juli – 2 Agustus 2014Universitas Terumanagara

Page 8: referat apendisitis

Apendisitis Rahma, Lisa, Tanty

8

Peningkatan tekanan intraluminal melebihi tekanan perfusi kapiler, yang berhubungan

dengan obstruksi limfatik dan drainase vena dan memungkinkan bakteri dan invasi cairan

dari dinding apendiks yang menegang. Penyebaran bakteri secara transmural menyebabkan

apendisitis supuratif akut. Ketika lapisan serosa apendiks meradang terjadi kontak dengan

peritoneum parietalis, pasien biasanya mengalami pergeseran klasik nyeri dari periumbilikus

ke kuadran kanan perut bagian bawah (RLQ), yang terus-menerus dan lebih parah daripada

nyeri viseral awal.

Gangren apendisitis

Terjadi intramural trombosis vena dan arteri, sehingga usus buntu menjadi gangren.

Usus buntu perforasi

Iskemi jaringan yang menetap sehingga menjadi infark pada apendiks dan perforasi.

Perforasi dapat menyebabkan peritonitis fokal atau general.

Apendisitis Phlegmonous atau abses

Usus buntu yang meradang atau perforasi dapat menyebar pada berdekatan omentum

yang lebih besar atau usus kecil, sehingga terjadi phlegmonous apendisitis atau abses fokal.

Apendisitis sembuh spontan

Jika obstruksi lumen apendiks dikeluarkan, apendisitis akut dapat sembuh dengan

sendirinya. Hal ini terjadi jika penyebab dari gejala adalah hiperplasia kelenjar limfoid atau

ketika sebuah fekalith dikeluarkan dari lumen.

Apendisitis berulang

Insidensi apendisitis berulang adalah 10%. Diagnosis diterima jika pasien mengalami

kejadian yang mirip dengan nyeri pada kuadaran kanan bawah pada saat yang berbeda,

setelah dilakukan apendektomi, dimana bukti secara histopatologi menunjukkan inflamsi

apendiks.

Apendisitis kronik

Kepanitraan Klinik Ilmu RadilogiRSUD Ciawi Periode 7 Juli – 2 Agustus 2014Universitas Terumanagara

Page 9: referat apendisitis

Apendisitis Rahma, Lisa, Tanty

9

Apendisitis kronik terjadi pada 1% insidens dan dibuktikan dengan: (1) riwayat pasien

nyeri kuadran kanan bawah minimal selama 3 minggu tanpa adanya diagnosis alternatif; (2)

setelah apendektomi, pasien mengalami gejala yang hilang total; (3) secara histopatologi,

gejala dibuktikan dengan adanya inflamasi kronik pada dinding apendiks atau fibrosis pada

apendiks.

F. DIAGNOSIS

Pemeriksaan fisik4

Pemeriksaan fisik meliputi:

Nyeri lepas, nyeri pada perkusi, kaku, dan tegang : temuan paling spesifik

Nyeri kuadran kanan bawah: ditemukan pada 96% pasien namun tidak spesifik

Nyeri kuadran kiri bawah: mungkin manisfestasi utama pada pasien dengan situs

inversus atau pada pasien dengan apendiks yang memanjang ke kuadran kiri bawah

Pada bayi laki-laki atau anak-anak kadang kadang ditemukan inflamasi hemiskrotum

Pada wanita hamil, nyeri kuadaran kanan bawah dominan pada trimester pertama,

namun pada stengah dari kehamilan yang lanjut, quaran kanan atas atau nyeri pada

flank mungkin bisa terjadi

Tanda dibawah ini mungkin ditemukan pada sebagian kecil pasien:

Rovsing sign (nyeri kuadran kanan bawah dengan palpasi pada kuadran kiri bawah) :

curiga iritasi peritoneal

Obturator sign (nyeri kuadran kanan dengan rotasi internal atau eksternal dengan

pinggul kanan difleksikan) : curiga inflamasi apendiks yang terletak pada hemipelvis

kanan

Psoas sign (nyeri kuadran kanan bawah dengan melakukan ekstensi pada pinggul

kanan atau dengan memfleksikan pinggul kanan melawan tahanan) : curiga inflamasi

apendiks yang terletak di sepanjang otot psoas kanan

Dunphy sign (nyeri tajam pada kuadran kanan bawah yang dicetuskan dengan batuk

secara volunter): curiga peritonitis lokal

Kepanitraan Klinik Ilmu RadilogiRSUD Ciawi Periode 7 Juli – 2 Agustus 2014Universitas Terumanagara

Page 10: referat apendisitis

Apendisitis Rahma, Lisa, Tanty

10

Posisi apendiks yang beragam, usia pasien, dan derajat inflamasi membuat gejala

klinis apendisitis terkenal tidak konsisten. Statistik melaporkan 1 dari 5 kasus apendisitis

adalah salah diagnosis, walaupun, apendiks normal ditemukan pada 15-40% pasien yang

melakukan apendektomi emergency.

Sebagai tambahan dalam riwayat nyeri abdomen, memperoleh cerita lengkap dari

riwayat penyakit sekitar gastroenterologik, genitouroinari, dan kondisi pneumologi, juga

mempertimbangkan riwayat ginekologi pada pasien wanita. Inflamasi apendiks yang dekat

dengan buli-buli atau ureter dapat menyebabkan gejala iritasi pada saat berkemih dan

hematuria atau piuria. Sistitis pada pasien laki-laki jarang tanpa adanya intrumentasi.

Mempertimbangkan kemungkinan adanya inflamasi apendiks pada pasien laki-laki dengan

gejala sistitis yang jelas. Juga mempertimbangkan kemungkinan apendisitis pada pasien

pediatri atau dewasa mumcul dengan gejala retensi urine akut.

Sangatlah penting mengingat posisi apendiks bervariasi. 100 pasien melakukan

MDCT (3 dimensional multidetector computed tomography), dasar dari apendiksb yang

berlokasi pada titik Mcburney hanya sekitar 4% pasien; dalam 36%, dasar apendiks sekiatr 3

cm; dalam 28%, sekitar 3-5 cm dari titik tersebut dan pada 36% pasien, dasar apendiks

adalah lebih dari 5 cm dari titik Mcburney.

Temuan pemeriksaan fisik yang paling spesifik pada apendisitis adalah nyeri tekan

lepas, nyeri pada perkusi, otot kaku dan tegang. Walaupun nyeri pada kuadaran kanan bawah

ditemukan pada 96% pasien, namun temuan ini tidak spesifik. Jarang, nyeri pada kuadaran

kiri bawah menjadi manifestasi utama pasien dengan situs inversus atau pada pasien dengan

apendiks yang memanjang meluas ke kuadaran kiri bawah. Nyeri pada palpasi kuadran kanan

bawah pada titik Mcburney adalah tanda yang paling penting pada pasien.

Pemeriksaan fisik yang cermat, tidak terbatas pada perut, harus dilakukan pada semua

pasien dengan dugaan apendisitis. Gastrointestinal (GI), genitourinari, dan sistem paru harus

dipelajari. Bayi dan anak laki-laki kadang-kadang tampak dengan hemiscrotum yang

meradang karena migrasi dari peradangan apendiks atau nanah melalui prosesus vaginalis

paten. Hal ini sering awalnya salah didiagnosis sebagai torsi testis akut. Selain itu, melakukan

pemeriksaan dubur pada pasien dengan gambaran klinis yang tidak jelas, dan melakukan

pemeriksaan pelvis pada semua wanita dengan nyeri perut.

Kepanitraan Klinik Ilmu RadilogiRSUD Ciawi Periode 7 Juli – 2 Agustus 2014Universitas Terumanagara

Page 11: referat apendisitis

Apendisitis Rahma, Lisa, Tanty

11

Menurut American College of Physicians Darurat (Acep) 2010 pada Update kebijakan

klinis, tanda-tanda dan gejala klinis harus digunakan untuk stratifikasi risiko pasien dan

memilih langkah selanjutnya untuk pengujian dan manajemen.

Accessory signs4

Dalam sebagian kecil pasien dengan apendisitis akut, beberapa tanda-tanda lain dapat

dicatat. Namun, ketidakhadiran mereka tidak menyingkirkan adanya apendisitis. Rovsing

sign (nyeri RLQ dengan palpasi LLQ) menunjukkan iritasi peritoneal dalam RLQ dipicu oleh

palpasi di lokasi yang jauh. Obturator sign (nyeri RLQ dengan rotasi internal dan eksternal

dari pinggul kanan tertekuk) menunjukkan bahwa usus buntu yang meradang terletak jauh di

dalam hemipelvis. Psoas sign (nyeri RLQ dengan perpanjangan pinggul kanan atau dengan

fleksi pinggul kanan melawan tahanan) menunjukkan bahwa peradangan terletak di

sepanjang jalannya otot psoas kanan.

Dunphy sign (nyeri tajam di RLQ ditimbulkan oleh rangsangan batuk) dapat

membantu dalam membuat diagnosis klinis peritonitis lokal. Demikian pula, nyeri RLQ pada

perkusi dari kuadran perut terpencil, atau perkusi pada tumit pasien, menunjukkan

peradangan peritoneum. Markle sign, nyeri yang timbul pada kuadran perut tertentu ketika

pasien berdiri lalu turun dari berdiri pada jari kaki lalu ke tumit, dipelajari di 190 pasien yang

menjalani operasi usus buntu dan ditemukan memiliki sensitivitas 74%.

Pemeriksaan rektal4

Tidak ada bukti dalam literatur medis bahwa pemeriksaan colok dubur (DRE)

memberikan informasi yang berguna dalam evaluasi pasien yang diduga apendisitis. Namun,

kegagalan untuk melakukan pemeriksaan dubur sering dikutip dalam klaim malpraktek. Pada

tahun 2008, Sedlak et al meneliti 577 pasien yang menjalani DRE sebagai bagian dari

evaluasi untuk pasien dugaan apendisitis dan tidak menemukan nilai yang berarti sebagai

sarana membedakan pasien dengan dan tanpa apendisitis.

Diagnostic Scoring4

Beberapa peneliti telah menciptakan sistem penilaian diagnostik untuk memprediksi

kemungkinan apendisitis akut. Dalam sistem ini, jumlah terbatas variabel klinis yang

Kepanitraan Klinik Ilmu RadilogiRSUD Ciawi Periode 7 Juli – 2 Agustus 2014Universitas Terumanagara

Page 12: referat apendisitis

Apendisitis Rahma, Lisa, Tanty

12

ditimbulkan dari pasien dan masing-masing diberi nilai numerik; kemudian, jumlah nilai-nilai

tersebut digunakan. Yang paling terkenal dari sistem penilaian ini adalah MANTRELS skor,

yang tabulates migrasi nyeri, anoreksia, mual dan / atau muntah, nyeri di RLQ, nyeri lepas,

suhu tinggi, leukositosis, dan bergeser ke kiri (lihat Tabel 1).

Table 1. MANTRELS Score

Characteristic Score

M = Migration of pain to the RLQ 1

A = Anorexia 1

N = Nausea and vomiting 1

T = Tenderness in RLQ 2

R = Rebound pain 1

E = Elevated temperature 1

L = Leukocytosis 2

S = Shift of WBCs to the left 1

Total 10

Source: Alvarado.

RLQ = right lower quadrant; WBCs = white blood cells

Sistem penilaian klinis yang menarik karena kesederhanaan mereka; Namun, tak satu

pun telah terbukti secara prospektif untuk memperbaiki penilaian klinisi dalam pasien yang

dievaluasi di gawat darurat (ED) untuk sakit perut curiga usus buntu. The MANTRELS

score, pada kenyataannya, didasarkan pada populasi pasien rawat inap karena dicurigai usus

buntu, yang berbeda nyata dari penduduk terlihat di UGD.

Dalam meninjau catatan dari 150 pasien ED yang menjalani abdominopelvic

computed tomography (CT) scanning untuk menyingkirkan usus buntu, McKay dan

Shepherd menyatakan bahwa pasien dengan skor 0-3 MANTRELS bisa habis tanpa

Kepanitraan Klinik Ilmu RadilogiRSUD Ciawi Periode 7 Juli – 2 Agustus 2014Universitas Terumanagara

Page 13: referat apendisitis

Apendisitis Rahma, Lisa, Tanty

13

pencitraan, bahwa orang-orang dengan skor 7 atau di atas 7 menerima konsultasi bedah, dan

orang-orang dengan skor 4-6 menjalani CT evaluasi. Para peneliti menemukan bahwa pasien

dengan skor MANTRELS dari 3 atau lebih rendah memiliki insiden 3,6% dari radang usus

buntu, pasien dengan skor 4-6 memiliki 32 % kejadian usus buntu, dan pasien dengan skor 7-

10 memiliki insiden 78% dari radang usus buntu.

Dalam studi lain, Schneider et al menyimpulkan bahwa skor MANTRELS tidak

cukup akurat untuk digunakan sebagai satu-satunya metode untuk menentukan kebutuhan

usus buntu pada populasi anak. [21] peneliti ini, mempelajari 588 pasien berusia 3-21 tahun

dan menemukan bahwa skor MANTRELS dari 7 atau lebih memiliki nilai prediktif positif

65% dan nilai prediksi negatif 85%.

Pemeriksaan Laboratorium2

Pemeriksaan jumlah leukosit membantu menegakkan diagnosis appendisitis akut.

Pada kebanyakan kasus terdapat leukositosis, terlebih pada kasus dengan komplikasi.

Pada penderita dengan keluhan dan pemeriksaan fisik yang karakteristik apendisitis

akut, akan ditemukan pada pemeriksaan darah adanya leukositosis 11.000-14.000/mm3,

dengan pemeriksaan hitung jenis menunjukkan pergeseran ke kiri hampir 75%. Jika jumlah

lekosit lebih dari 18.000/mm3 maka umumnya sudah terjadi perforasi dan peritonitis.

Kombinasi antara kenaikan angka leukosit dan granulosit adalah yang dipakai untuk

pedoman menentukan diagnosa apendisitis akut.

Tes laboratorium bersifat kurang spesifik, sehingga hasilnya kurang dapat dipakai

sebagai konfirmasi penegakan diagnosa.

Apendisitis dan kehamilan4

Insiden apendisitis tidak mengalami perubahan pada kehamilan dibandingkan dengan

populasi umum, namun gejala klinis lebih beragam dibandingkan pada waktu-waktu lainnya.

Pada saat hamil, apendiks migrasi searah jarum jam menuju ke ginjal kanan, naik ke

atas krista iliaka pada 18 minggu masa gestasi. Nyeri kuadran kanan bawah dan nyeri yang

dirasakan pada trimester pertama, namun pada kehamilan lanjut, nyeri pada kuadaran kanan

atas atau pada flank area harus dipertimbangkan kemungkinan tanda-tanda adanya inflamasi

pada apendiks.

Kepanitraan Klinik Ilmu RadilogiRSUD Ciawi Periode 7 Juli – 2 Agustus 2014Universitas Terumanagara

Page 14: referat apendisitis

Apendisitis Rahma, Lisa, Tanty

14

Mual, muntah, dan anorexia sering tidak kompleks pada trimerter pertama, namun

gejala ini timbul berulang pada masa kehamilan lanjut harus dilihat sebagai hal yang

mencurigakan.

Pencitraan5

1. Radiografi

Radiografi abdominal menunjukkan hasil normal pada pasien dengan akut apendisitis.

Oleh karena itu, foto polos jarang digunakan untuk menegakkan diagnosis. Pada satu

penelitian, temuan foto polos dengan apendisitis akut diamati hanya mencapai 20% dari

pasien yang apendisitis.

Adanya kalsifikasi di apendiks dimana paling sering ditemukan di foto polos, hal ini

terjadi pada kurang dari 10% pasien.

Temuan lain pada foto polos adalah konveksi lumbal skoliosis, hilangnya tepi psoas

kanan, air-fluid levels di kuadran kanan bawah, udara pada apendiks, dan

pneumoperitoneum.

Barium enema dapat dilakukan dengan aman dan cepat dengan menggunakan teknik

single-colomn. Pengisian lengkap pada apendiks yang normal secara efektif menyingkirkan

diagnosis apendisitis; namun jika barium tidak terisi atau tidak lengkap mengisi di apendiks,

disertai dengan efek tekanan atau spasme di sekum, menjukkan apendisitis.

Tingkat kepercayaan

Konsensus dalam literatur adalah bahwa foto polos tidak sensitif dan nonspesifik.

Foto polos tidak dilakukan rutin, kecuali untuk mengevaluasi obstruksi dari udara bebas.

Kepanitraan Klinik Ilmu RadilogiRSUD Ciawi Periode 7 Juli – 2 Agustus 2014Universitas Terumanagara

Page 15: referat apendisitis

Apendisitis Rahma, Lisa, Tanty

15

Apendikolit dapat ditemukan pada individu tanpa apendisitis, dan pada foto polos

yang mempunyai tanda-tanda apendisitis, yang dapat dipantau pada penyakit abdomen yang

lain.

Meskipun akurasi diagnostik dari barium enema dilaporkan 80-100%, teknik ini

memiliki beberapa kelemahan, seperti gambaran apendiks yang tidak terisi, dimana dapat

ditemukan pada 15-30% pasien tanpa usus buntu.

2. CT Scan

CT Scan memeiliki keuntungan yaitu dari visualisasi langsung dari apendiks, serta

perapendiceal dan struktur intra abdomen. CT Scan dapat digunakan untuk mengevaluasi

apendiks yang abnormal dan normal, derajat keparahan dan perluasan pada daerah yang

berhubungan dengan proses inflamasi.

Keuntungan dari CT Scan adalah sensitivitas dan akurasi yang tinggi dibandingkan

dengan tehnik pencitraan yang lain, ketersediaan, noninvasif dan memiliki potensi untuk

mengetahui diagnosis alternatif selanjutnya. Dalam studi oleh Pickhardt et al, CT Scan di

konfirmasi sebagai tes yang bernilai untuk mengkonfirmasi apendisitis akut pada orang

dewasa. Selama penelitian ini dari 2871 pasien, 675 pasien telah menderita apendisitis.

Multidetektor CT Scan memiliki nilai sensitivitas 98,5%, spesifisitas 98%, nilai prediksi

negatif 99,5%, nilai prediksi positif 93,9%. CT Scan juga menyarankan diagnosis alternatif

pada 893 pasien tanpa apendisitis atau apendektomi. Kekurangannya termasuk paparan

radiasi, potensi reaksi anafilaksis jika kontras digunakan, panjang waktu akuisisi jika

menggunakan kontras oral, dan ketidaknyamanan pasien jikan menggunakan kontras melalui

rektal.

Temuan khas pada CT Scan berupa apendiks tidak terisi dengan distensi dan

penebalan dinding apendiks dan caecum, pembesaran nodus mesenterika, dan peradangan

periapendiceal atau cairan.

Tercatat dalam salah satu studi tanpa gejala yang melakukan CT Scan pelvis

ditemukan 42% dari individu memiliki ukuran apendiks lebih besar dari 6 mm dan 78%

apendiks tidak terisi setelah pemberian kontas oral. Dengan demikian, temuan CT Scan harus

berkorelasi dengan skenario klinis.

Kepanitraan Klinik Ilmu RadilogiRSUD Ciawi Periode 7 Juli – 2 Agustus 2014Universitas Terumanagara

Page 16: referat apendisitis

Apendisitis Rahma, Lisa, Tanty

16

Temuan apendisitis pada CT Scan

Dengan resolusi yang tinggi dari CT Scan, apendiks yang abnormal dapat di

observasi, dan variasi temuan dapat dievaluasi pada pasien dengan akut apendisitis.

Temuan spesifik CT Scan dari apendisitis berupa pembesaran apendiks (>10 mm

diameter luar), hyperenhancement dari dinding apendiks, penebalan dinding apendiks

(>3mm), tidak ada opasitas pada apendiks yang besar, peningkatan cairan intraluminal, lemak

disekitar wilayah periapendiks, dan adanya apendikolit dalam apendiks. Apendikolit dapat

dilihat di luar lumen apendiks, dalam peradangan massa atau dalam pengumpulan cairan.

Diameter apendiks sekitar 6-10mm biasanya samar-samar, dan terkait temuan lainnya yang

tercantum diatas diperlukan untuk mengkonfirmasi diagnosis apendisitis.

Beberapa temuan sekunder sering ditemui pada apendisitis akut. Penebalan fokal

caecum dapat terjadi. Proses inflamasi dapat dilihat untuk memisahkan lumen caecal dari

dasar apendiks atau apendikolit. Medium kontras dapat diamati dalam caecum sampai ketitik

dari obstruksi apendiks.

Gangren apendisitis diakui sebagai pembesaran apendiks, dengan terkait gambaran

cairan dan loculated air di dalam lumen.

Apendisitis distal didiagnosis ketika CT Scan mengungkapkan apendiks yang terlibat

di distal apendiks dengan tampilan normal pada proksimal apendiks.

Deteksi phlegmons, abses dan peradangan kuadran kanan bawah dengan caecum

sangat sugestif tetapi tidak pathognomonic untuk akut apendisitis. Perforasi apendisitis

biasanya disertai dengan pericaecal phhlegmon atau pembentukan abses. Udara bebas

intraabdomen dapat dilihat dibawah difragma kanan atau di retroperitoneal pada pasien yang

perforasi. Temuan CT Scan termasuk udara ekstraluminal, ditandai penebalan ileocaecal,

lokal limfadenopati, peritonitis, dan obstruksi usus halus.

Kepanitraan Klinik Ilmu RadilogiRSUD Ciawi Periode 7 Juli – 2 Agustus 2014Universitas Terumanagara

Page 17: referat apendisitis

Apendisitis Rahma, Lisa, Tanty

17

Tingkat Kepercayaan

Teknik konvensional dan heliks CT Scan telah mendokumentasikan dengan akurasi

tinggi (96-98%), sensitivitas (96-100%), spesifisitas (95-97%), nilai prdiksi positif (97-99%),

dan nilai prediksi negatif (88-100%).

Studi awal dievaluasi berurutan (nonhelikal) CT Scan dalam mendiagnosis

apendisitis. Pada tahun 1993, Malone mengevaluasi nonenhaced, Sequential CT pada 211

pasien dan dilaporkan dengan hasil sensitivitas 87% dan spesifisitas 97%. Dengan

penambahan kontras intravena dan oral menghasilkan peningkatan kepekaan 96-98%.

Dengan demikian, beurutan CT Scan dengan penggunaan kontras oral dan intravena

sangat akurat. Namun, pemeriksaan ini juga memakan waktu dan mahal; yang terbaik adalah

digunakan untuk presentasi samar-samar ketika CT Scan heliks tidak tersedia.

Kepanitraan Klinik Ilmu RadilogiRSUD Ciawi Periode 7 Juli – 2 Agustus 2014Universitas Terumanagara

Apendiks Normal

Apendisitis

Page 18: referat apendisitis

Apendisitis Rahma, Lisa, Tanty

18

Pada tahun 1997, Lane et al mengevaluasi heliks CT Scan tanpa menggunakan

kontras dan menunjukkan sensitivitas 90% dan spesifisitas 97%. Penelitian lain dari heliks

CT Scan tanpa kontras pada orang dewasa dengan dugaan apendisitis telah menunjukkan

sesitivitas 91-96% dan spesifisitas 92-100% untuk pemeriksaan ini.

Dalam sebuah penelitian terhadap 2.004 pasien anak, Kaiser at al menemukan bahwa

sensitivitas nonenhanced CT adalah 66%. Sensitivitas meningkat menjadi 90% dengan

pengguanaan kontras intravena.

Dalam sebuah studi tahun 2005 dari 112 pasien anak, Hoecker dan Bilman

menemukan bahwa unenhanced CT mencapai sensitivitas 87,5%, spesifisitas 98,7%, nilai

prediksi positif 91,3%, dan nilai prediksi negatif 90,8%.

Pada tahun 1997, Rao et al menemukan bahwa fokus (perut bagian bahwa dan

panggul bagian atas) heliks CT dengan 3% Gastrografin yang dimasukkan ke dalam colon

(tanpa kontras intravena) memiliki sensitivitas 98% dan spesifisitas 98%.

Dua studi pada heliks CT scan dengan rectal kontras pada anak-anak menunjukkan

sensitivitas 95-97%.

Studi dari 173 orang dewasa dengan menggunakan heliks CT Scan dengan kontras

intravena, tetapi tidak dengan kontras rektal atau oral, memiliki sensitivitas 100%, spesifisitas

97%, nilai prediksi positif 95%, dan nilai prediksi negatif 100%.

CT Scan memiliki akurasi diagnostik yang tinggi dalam mendeteksi komplikasi,

terutama pada pasien yang diduga perforasi apendiks. CT Scan juga dapat digunakan untuk

memandu bedah atau perkutan abses drainase.

Positif Palsu atau Negatif Palsu

Beberapa temuan CT Scan yang sugestif atau sering menyertai apendisitis akut tidak

spesifik dan dapat diamati dengan kondisi kuadran kanan bawah lainnya, seperti penyakit

Crohn, Kolitis Ulseratif, Pankreatitis, Perforasi Ulkus Duodenum dan Kolesistitis. Salah tafsir

dari tanda-tanda ini sebagai indikasi apendisitis dapat menyebabkan positif palsu.

Sebaliknya, tanda-tanda tertentu dapat keliru. Tanpa opasitas caecal yang optimal,

perut yang membuncit, apendisitis bisa salah menjadi linkaran usus kecil. Jarang, suatu

lumen apendiks diisi dengan apendikolit dapat menyerupai lumen yang opak pada CT Scan.

Apendisitis distal dapat berpotensi menjadi penyebab intrepretasi negatif palsu.

Kepanitraan Klinik Ilmu RadilogiRSUD Ciawi Periode 7 Juli – 2 Agustus 2014Universitas Terumanagara

Page 19: referat apendisitis

Apendisitis Rahma, Lisa, Tanty

19

3. Magnetic Resonance Imaging

Sebuah studi oleh Incesu et al menggambarkan enhancement signifikan dari apendiks

yang meradang dan lemak sekitarnya pada gadolinium enhanced, superesi lemak, T1-

weighted, spin-echo images. Enhancement ringan dapat dilihat pada apenndiks yang normal

dan usus. Dengan menggunakan tehnik saturasi lemak, tampak perbedaan kontras antara

apendisitis dengan lemak disekitarnya. Supresi lemak, T2-weight, potongan aksial dan

koronal dapat membantu untuk mendeteksi dan mengevaluasi apendisitis dan komplikasinya.

Pada studi lain, Hormann et al menyarankan unenhanced, aksial, T2-weighted, spim-

echo imanging lebih sensitif untuk mendiagnosis akut apendisitis. Para penulis memperoleh

aksial, T1, turbo, spin-echo sequences, aksial dan koronal, T2-wighted, turbo, spin-echo

seqeunces; dan aksial, fat-suppressed, short inversion-time, inversion-recovery, turbo, spin-

echo squences.

Pada studi, T2-weighted, ultraturbo, spin-echo images, akut apendisitis menunjukkan

hiperintensitas sentral yang nyata dan hiperintesitas jaringan periapendikal yang nyata, serta

dinding yang menebal dengan sedikit hiperintensitas.

Agen kontras berbasis gadolinium (gadopentetate dimeglumine [Magnevist],

gadobenate dimeglumine [MultiHance], gadodiamide [Omniscan], gadoversetamide

[OptiMARK], gadoteridol [ProHance]) telah dikaitkan dengan pegembangan fibrosis

sistemik nefrogenik (NSF) atau nephrogenic fibrosing dermopathy (NFD). Penyakit ini

terjadi pada pasien dengan stadium akhir penyakit ginjal yang berat setelah diberi agen

kontras berbasis gadolinum untuk meningkatkan MRI atau MRA scan.

NSF/NFD adalah penyakit yang melemahkan dan terkadang dapat menjadi fatal.

Karateristiknya terdiri dari bercak merah atau gelap pada kulit; rasa terbakar, gatal, bengkak,

pengerasan, dan pengencangan kulit; bintik-bintik kuning pada bagian putih mata; kekauan

Kepanitraan Klinik Ilmu RadilogiRSUD Ciawi Periode 7 Juli – 2 Agustus 2014Universitas Terumanagara

Page 20: referat apendisitis

Apendisitis Rahma, Lisa, Tanty

20

sendi dengan kesulitan bergerak atau meluruskan tangan atau kaki; nyeri yang mendalam di

pinggul atau costae; dan kelemahan otot.

Tingkat Kepercayaan

Fat-suppressed, gadolinium-enhanced MRI scans memiliki sensitivitas 97% dan

akurasi 95% untuk mendeteksi akut apendisitis; walaupun tehnik ini tidak rutin dilakukan

untuk mendiagnosis akut apendisitis. Unenhanced MRI scanning juga digunakan untuk

mengevaluasi apendisitis dengan akurasi 100%.

Sebuah studi, menilai akurasi MRI pada 51 pasien ibu hamil dengan suspek

apendisitis yang dengan ultrasonografi tidak terdiagnosis. Sensitivitas, spesifisitas, nilai

prediksi positif dan negatif dan akurasi dari MRI masing-masing adalah 100%, 93,6%,

91,4%, 100% dan 94,0%.

Positif Palsu dan Negatif Palsu

Hasil negatif palsu pda MRI biasanya dari keterbatasan tehnik yang terkait, seperti

saturasi lamak yang tidak efisien yang menyebabkan peningkatan dinding apendiks yang

menjadi kabur oleh lemak mesenterika.

Penyakit inflamasi dari usus, seperti ileal divertikular abses dan inflamasi ileal

segmen dari penyakit Chorn dapat menyerupai apendisitis, dapat dilaporkan sebagai positif

palsu dari enhanced MRI.

4. Ultrasonografi

USG adalah modalitas yang tersedia secara luas dan murah yang memiliki potensi

untuk pencitraan yang sangat akurat pada pasien yang diduga menderita apendisitis akut.

Keuntungan dari USG adalah noninvasive, waktu akuisisi singkat, kurangnya paparan

radiasi, dan potensi untuk diagnosis penyebab lain dari sakit perut, terutama pada wanita usia

subur. Banyak pihak percaya bahwa USG harus menjadi tes pencitraan awal pada wanita

hamil dan pada pasein anak, karena paparan radiasi yang sangat tidak diinginkan pada

kelompok ini.

Pada suatu studi kasus, pada 1.228 anak dengan suspek apendisitis, dengan awalnya

penggunaan USG kemudian CT Scan jika hanya temunnya samar-samar. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa, sensitivitas 98,6%, spesififisitas 90,6%. Tingkat negatif apendektomi

8,1%. Tingakat missed apendisitis 0,5%.

Kepanitraan Klinik Ilmu RadilogiRSUD Ciawi Periode 7 Juli – 2 Agustus 2014Universitas Terumanagara

Page 21: referat apendisitis

Apendisitis Rahma, Lisa, Tanty

21

Temuan Ultrasonografi

Temuan mayor ultrasonografi pada apendisitis akut pada kuadran kanan bawah

meliputi:

o Aperistaltik, non kompresibel, blind-end, struktur sausage-shaped yang timbul dari

dasar sekum

o Perbedaan lapisan dinding apendiks

o Diameter lapisan luar lebih besar dari 6 mm

o Adanya target appearance

o Apendicolith

o Kumpilan cairan pada periapendikal

o Ekogenik, prominent lemak pericecal

Apendiks Normal

Pada apendiks normal jarang diamati dengan menggunakan skala abu-abu USG, tetapi

struktur ini dapat divisualisasikan sebagai blind-ended, tubular, kompresi lingkaran usus yang

tersambung dengan sekum dan memiliki diameter 6 mm, terutama pada pasien yang kurus.

Criteria penciteraan yang paling penting untuk evaluasi appendicitis adalah diameter

luarnya, walaupun telah dilaporkan overlap diameter appendix normal dan yang inflamasi,

nilai ambang 6-7 mm biasa yang digunakan, appendix normal memiliki diameter terluar 6

mm, dikelilingi oleh lemak homogen non inflamasi.6

Kepanitraan Klinik Ilmu RadilogiRSUD Ciawi Periode 7 Juli – 2 Agustus 2014Universitas Terumanagara

Page 22: referat apendisitis

Apendisitis Rahma, Lisa, Tanty

22

Apendisitis Supuratif

Ultrasonografi longitudinal dapat melihat apendiks yang tidak perforasi, apendiks

yang inflamasi yang dicirikan dengan aperistaltik, non kompresibel, blind-ended, struktur

tubular dengan dinding berlapis yang muncul dari dasar cecum. Ketika peradangan ringan

dan visualisasi yang optimal, 5 lapisan dinding apendiks yang berbeda dapat diindentifikasi.

Dengan USG tranversal, apendiks yang abnormal tampil sebagai target appeearance,

dan pada diamater luar melebihi 6 mm pada kuadran kanan bawah. Ketebalan dinding luar

yang melebihi 3 mm dievaluasi sebagai hal yang patologis.

Apendikolit, yang diidentifikasi sebagai fokus echogenik intraluminal dengan

bayangan posterior, yang dapat dideteksi olaeh USG sekitar 30% dari pasien yang menderita

apendisitis akut.

Gangren Apendisitis

Hilangnya general atau fokal ekogenik lapisan submukosal dari dinding apendiks,

serta prominent, sekitarnya, lemak ekogenik, konsisten dengan gangren apendisitis.

Perforasi Apendisitis

Diagnosis perforasi apendisitis, USG skala abu-abu juga merupakan alat diagnostik

yang berharga, meskipun fakta bahwa perforasi apendisitis tidak dapat divisualisasikan dalam

kuadran kanan bawah. Ketidakteraturan dan kerusakan kontur apendiks dengan adanya cairan

periapendiceal dan hiperekoik, lemak pericecal menonjol adalah diagnosis perforasi.

Kepanitraan Klinik Ilmu RadilogiRSUD Ciawi Periode 7 Juli – 2 Agustus 2014Universitas Terumanagara

Page 23: referat apendisitis

Apendisitis Rahma, Lisa, Tanty

23

Gelembung gas terjadi dalam kumpulan cairan dalam kasus perforasi atau sebagai akibat dari

organisme pembentuk gas. Sebuah perforasi lokal dari ujung apendiks juga menunjukkan

kantung das pada sisi yang perforasi.

Phlegmon Periapediceal dan Abses

Phlegmon muncul sebagai pengumpulan cairan lokal, yang berdinding yang

berdekatan dengan omentum dan usus kecil. Abses apendiks muncul sebagai kompleks,

massa hipoekoik yang berdekatan dengan apendiks. Pada pasien ini, apendiks yang inflamasi

mungkin tidak dapat dilihat.

Alternatif penyakit

Pemeriksaan USG juga berguna untuk mendiagnosis patologi alternatif, seperti abses

tubo-ovarian, torsio ovarium, kista ovarium, atau adenitis mesenterik, terutama pada wanita

usia subur. Pembentukan diagnosis alternatif tidak terkecuali apendisitis. Namun, manfaat

ganda ketika apendisitis dapat dilihat dengan USG dan diagnosis alternatif dibuat.

Temuan Ultrasonografi Color Doppler

Ultrasonografi Color Doppler bermanfaat dalam mengevaluasi kondisi peradangan

dari saluran usus. Pada apendiks yang normal jarang ditemukan hiperemia ringan pada

pemeriksaan Doppler Ultrasonografi. Namun, pada apendiks yang meradang menunjukkan

aliran lebih besar dari pada apendiks yang normal, dan warna yang melingkar pada dinding

apendiks yang inflamasi dapat dilihat pada ultrasonografi warna doppler yang merupakan

indikatot kuat apendisitis akut.

Kepanitraan Klinik Ilmu RadilogiRSUD Ciawi Periode 7 Juli – 2 Agustus 2014Universitas Terumanagara

Page 24: referat apendisitis

Apendisitis Rahma, Lisa, Tanty

24

Tampilan yang mengalir pada Doppler ultrasonografi telah dilaporkan sugestif dari

apendiks yang patologis, tetapi tidak adanya aliran tidak dapat dibedakan dari yang normal

dan abnormal apendiks. Vaskularisasi perifer dari mesenterium dan omentum yang inflamasi

dapat dilihat, namun deteksi hiperemia pada dinding apendiks tidak memungkinkan pada

pasien dengan apendisitis gangren kerena nekrosis vaskular yang berdekatan dengan dinding

apendiks yang telah meradang.

Tingkat Kepercayaaan

Sejumlah penelitian menyatakan sensitifitas 75-90%, spesifisitas 86-100%. Akurasi

87-96%, nilai prediksi positif 91-94%, dan nilai prediksi negatif 89-97% untuk mendiagnosis

apendisitis akut.

Lima studi lain yang dilakukan pada anak-anak sepakat meyatakan sensitivitas

keseluruhan mencapai 95-95% dan spesifisitas berkisar 47-96%. Satu studi yang lain

menemukan sensitivitas 35% dan spesifisitas 98% pada pasien anak dengan perforasi

apendisitis.

Positif Palsu dan Negatif Palsu

Beberapa jebakan utama yang terlibat dalam overdiagnosis apendisitis dengan

mengguanakan USG, termasuk salah tafsif dari illeus terminal sebagai apendisitis dan salah

tafsir dari apendiks normal sebagai apendiks yang inflamasi.

Apendiks dapat menjadi inflamasi sekunder sebagai hasil dari berbagai proses

inflamasi. Dalam kasus neoplasma intrinsik, apendiks dapat membesar dan nonkompresibel.

Beberapa temuan USG positif palsu dapat dihasilkan dari penyembuahan spontan apendisitis.

Usus yang berisi cairan dan distensi fekal dan gas menggangu visualisasi daerah apendiks.

Sekitar 30% dari apendisitis tidak terdeteksi dengan USG yang dilaporkan sebagai apendiks

retrocecal. Masalah ini mungkin sebagian diatasi dengan memindai pada bidang koronal

untuk memvisualisasikan posterior sekum.

Kepanitraan Klinik Ilmu RadilogiRSUD Ciawi Periode 7 Juli – 2 Agustus 2014Universitas Terumanagara

Page 25: referat apendisitis

Apendisitis Rahma, Lisa, Tanty

25

Apendiks yang berisi gas dapat mempersulit diagnostik dan dapat menjadi salah

interpretasi sebagai usus halus atau gas pada abses periapendiceal,

Positif palsu dapat terjadi pada pasien dengan penyakit Crohn.

5. Pencitraan Nuklir

Indium-111 (111 In) penglabelan leukosit sangat sensitif dan spesifik dalam

mendeteksi apendisitis, dengan akurasi keseluruhan 91-95%. Namun, indium mahal, waktu

optimal untuk pencitraan panjang (17-24 jam setelah injeksi), dan teknik ini tidak selalu

tersedia.

Beberapa teknik yang ada untuk penglabelan leukosit dengan teknesium-99m (99m

Tc), sebuah isotop murah dan tersedia. Dalam teknik ini, darah diambil, dan neutrofil dan

makrofag diberi label dengan 99m Tc, yang diberikan secara intravena. Kemudian, gambar

nuklir perut dan panggul diperolrh serial lebih dari 4 jam. Serapan lokal bahan tracer di

kuadran kanan bawah menunjukkan radang apendiks.

Pada satu studi menyatakan pemindai leukosit dengan 99m Tc albumin koloid label

sensitivitas teknik ini mencapai 89%.

Studi lain mengguanakan Tc 99m hexamethylproleneamine oxime label leukosit

untuk memindai apendisitis dan melaporkan sensitivitas menjadi 81% dan akurasi menjadi

89%.

99m Tc serapan imunoglobulin manusia juga telah diusulkan sebagai metode yang

akurat dan aman dalam mendeteksi apendisitis akut.

Teknik skintigrafi biasanya selesai dalam waktu 5 jam, jangka waktu yang dapat

menunda pengobatan operatif lebih lama dari delay yang disebabkan oleh pengguanan USG

dan CT Scan.

Kepanitraan Klinik Ilmu RadilogiRSUD Ciawi Periode 7 Juli – 2 Agustus 2014Universitas Terumanagara

Page 26: referat apendisitis

Apendisitis Rahma, Lisa, Tanty

26

o Positif Palsu dan Negatif Palsu Pada Sonografi dan CT Scan6

o Adenitis Mesenterika

Adenitis mesenterika telah dilaporkan sebagai penyebab nyeri abdomen

kuadran kanan bawah paling sering kedua setelah appendicitis, terhitung 2- 14 %

diagnosis pada pasien dengan curiga appendicitis. Didefinisikan sebagai inflamasi

jinak self limiting pada limfonodus mesenterika sebelah kanan tanpa teridentifikasi

proses inflamasi yang mendasari, sering terjadi pada anak-anak dibandingkan

dewasa.sonografi dan CT menunjukkan adenopati berkelompok. karena adenopati

juga sering terjadi dengan appendicitis, appendix normal harus di lihat pada

penciteraan sebelum menetapkan diagnosis adenitis mesenterika.

o Infeksi Enterocolitis

Infeksi enterocolitis dapat menyebabkan geja ringan mirip gastroenteritis virus

umum, tetapi bisa juga secara klinis dengan presentasi yang tidak bisa dibedakan

dengan appendicitis. Presentasi terakhir ini dapat terjadi pada ileocecitis bakteri yang

disebabkan oleh Yersinia, Campylobacter, Salmonella spp. Studi penciteraan

menunjukkan penebalan mural ileum terminal dan sekum tanpa peradangan lemak

sekitarnya dan adenopati mesenterika sedang.

Kepanitraan Klinik Ilmu RadilogiRSUD Ciawi Periode 7 Juli – 2 Agustus 2014Universitas Terumanagara

Page 27: referat apendisitis

Apendisitis Rahma, Lisa, Tanty

27

o Epiploic Appendages

Epiploic appendages adalah tonjolan adipose kecil dari permukaan serosa

kolo. Epiploic appendages bisa terjadi melalui puntiran dan inflamasi sekunder,

menyebabkan nyeri abdomen fokal yang menstimulasi appendicitis ketika lokasinya

di kuadran kanan bawah. Epiploic appendages adalah penyakit self limiting yang telah

dilaporkan sekitar 1% pada pasien yang secara klinis suspect appendicitis. sonografi

dan CT menggambarkan massa lemak yang terinflamasi yang berdekatan dengan

kolon dengan karakteristik cincin yang menipis pada dasar peritoneal visceral yang

tebal dan penebalan focus sentral yang disebabkan oleh thrombus pembuluh darah

atau perubahan hemoragic pada CT.

o Infark Omentum

Infark omentum memiliki patofisiologi dan presentasi klinik yang mirip

dengan epiploic appendicitis, dengan jaringan lemak yang mengalami infark di bagian

kanan segmen omentum. penciteraan menunjukkan massa lemak terinflamasi

berbentuk seperti cake lebih besar dari epiploic appendicitis dan tidak ada cincin yang

menipis pada CT. beberapa kasus sulit membedakan epiploic appendagitis dari infark

omentum.

Kepanitraan Klinik Ilmu RadilogiRSUD Ciawi Periode 7 Juli – 2 Agustus 2014Universitas Terumanagara

Page 28: referat apendisitis

Apendisitis Rahma, Lisa, Tanty

28

o Diverticulitis Kolon

Diverticulitis kolon bagian kanan bisa secara klinis menyerupai appendicitis atau

cholecystitis.dibandingkan dengan divertikel sigmoid, divertikel kolon bagian kanan biasanya

adalah true diverticula, yang mengantung keluar di dinding kolon yang terdiri dari semua

lapisan dinding.hal ini dapat menjelaskan karakter benign self limiting dari diverticulitis

bagian kanan. Temuan sonografi dan CT terdiri dari perubahan inflamasi pada lemak

pericolic dengan penebalan segmental dinding kolon pada level divetriculum terinflamasi.

o Penyakit Crohn

Penyakit crohn sering menyebabkan gejala berkepanjangan, tapi sampai 1/3

pasien dengan penyakit crohn ileocaecal menunjukkan gejala awal yang akut yang

misdiagnosis sebagai appendicitis. Pada fase aktif akut dari penyakit crohn

ileocaecal, penciteraan menunjukkan penebalan dinding usus transmural, sering

predominan pasa lapisan submukosa, dengan perubahan inflamasi yang sering pada

lemak sekitar.

Kepanitraan Klinik Ilmu RadilogiRSUD Ciawi Periode 7 Juli – 2 Agustus 2014Universitas Terumanagara

Page 29: referat apendisitis

Apendisitis Rahma, Lisa, Tanty

29

o Intususepsi Ileocecal

Intususepsi ileocecal perdominan terjadi pada anak kecil dengan riwayat

gastroenteritis dan menunjukkan gejala pada kuadran kanan bawah. Pembesaran

limfonodus mesenterika atau hyperplasia limfoid pada ileum distal sering ditetapkan

sebagai point pasti untuk intususepsi. Penciteraan menunjukkan konfigurasi usus

didalam usus dengan massa seperti target pada sonografi yang terdiri dari cincin

konsentik multiple berhubungan dengan invaginasi lapisan dinding usus.

o Kondisi Ginekologis

Kondisi ginekologis seperti penyakit inflamasi pelvis atau perdarahan kista

ovari fungsional dapat menyebabkan nyeri pelvis akut yang bisa menstimulasi

appendicitis. Pada evaluasi kelainan ini, sonografi transvaginl adalah superior untuk

pendekatan transabdominal karena dekatnya transduser ke organ genital. Pada

penyakit inflamasi pelvis, temuan penciteraan bervariasi menurut keparahan penyakit

dan mungkin bisa normal pada kondisi awal. Pada stadium lebih lanjut, temuan bisa

termasuk pembesaran organ genital internal dengan kontur yang tidak jelas dan

cairan bebas pelvis.

Kepanitraan Klinik Ilmu RadilogiRSUD Ciawi Periode 7 Juli – 2 Agustus 2014Universitas Terumanagara

Page 30: referat apendisitis

Apendisitis Rahma, Lisa, Tanty

30

G. TATALAKSANA2

Bila diagnosis klinis sudah jelas, tindakan paling tepat da merupakan satu-satunya

pilihan yang baik adalah appendektomi. Pada apendisitis tanpa komplikasi, biasanya tidak

diperlukan pemeberian antibiotik, kecuali pada apendisitis gangrenosa atau apendisitis

perforata. Penundaan tindakan bedah sambil memberikan antibiotik dapat mengakibatkan

abses atau perforasi.

Apendektomi bisa dilakukan secara terbuka atau dengan laparaskopi. Bila

apendektomi terbuka, insisi McBurney paling banyak dipilih oleh ahli bedah. Pada penderita

yang diagnosisnya tidak jelas, sebaiknya dilakukan observasi terlebih dahulu. Pemeriksaan

laboratorium dan ultrasonografi dapat dilakukan bila dalam observasi masih terdapat

keraguan. Bila tersedia laparaskop, tindakan laparaskopi diagnostik pada kasus meragukan

dapat segera menentukan akan dilakukan operasi atau tidak.

Kepanitraan Klinik Ilmu RadilogiRSUD Ciawi Periode 7 Juli – 2 Agustus 2014Universitas Terumanagara

Page 31: referat apendisitis

Apendisitis Rahma, Lisa, Tanty

31

H. DIGANOSA BANDING2

Pada keadaan tertentu, beberapa penyakit perlu dipertimbangkan sebagai diagnosis

banding, seperti:

Gastroenteritis

Pada gastroenteritis, mual, muntah, dan diare mendahului rasa sakit. Sakit perut lebih

ringan dan tidak berbatas tegas. Hiperperistaltis sering ditemukan. Panas dan

leukositosis kurang menonjol dibandingkan dengan apendisitis akut.

Demam Dengue

Dapat dimulai dengan sakit perut mirip peritonitis. Di sini didapatkan hasil tes positif

untuk Rumpel Leede, trombositopenia, dan hematokrit meningkat.

Kelainan ovulasi

Folikel ovarium yang pecah (ovulasi) mungkin memberikan nyeri perut kanan bawah

pada pertengahan siklus menstruasi.

Infeksi panggul

Salpingitis akut kanan sering dikacaukan dengan apendisitis akut. Suhu biasanya lebih

tinggi daripada apendisitis dan nyeri perut bagian bawah perut lebih difus.

Kehamilan di luar kandungan

Hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan yang tidak menentu. Jika

ada ruptur tuba atau abortus kehamilan di luar rahim dengan pendarahan, akan timbul

nyeri yang mendadak difus di daerah pelvis dan mungkin terjadi syok hipovolemik.

Kista ovarium terpuntir

Timbul nyeri mendadak dengan intensitas yang tinggi dan teraba massa dalam rongga

pelvis pada pemeriksaan perut, colok vaginal, atau colok rektal.

Endometriosis ovarium eksterna

Endometrium di luar rahim akan memberikan keluhan nyeri di tempat endometriosis

berada, dan darah menstruasi terkumpul di tempat itu karena tidak ada jalan keluar.

Kepanitraan Klinik Ilmu RadilogiRSUD Ciawi Periode 7 Juli – 2 Agustus 2014Universitas Terumanagara

Page 32: referat apendisitis

Apendisitis Rahma, Lisa, Tanty

32

Urolitiasis pielum/ ureter kanan

Adanya riwayat kolik dari pinggang ke perut menjalar ke inguinal kanan merupakan

gambaran yang khas. Eritrosituria sering ditemukan.

Penyakit saluran cerna lainnya

Penyakit lain yang perlu diperhatikan adalah peradangan di perut, seperti divertikulitis

Meckel, perforasi tukak duodenum atau lambung, kolesistitis akut, pankreatitis,

divertikulitis kolon, obstruksi usus awal, perforasi kolon, demam tifoid abdominalis,

karsinoid, dan mukokel apendiks.

I. KOMPLIKASI2

Komplikasi yang paling sering ditemukan adalah perforasi, baik berupa perforasi

bebas maupun perforasi pada apendiks yang telah mengalami perdindingan sehingga berupa

massa yang terdiri atas kumpulan apendiks, sekum, dan lekuk usus halus.

J. PROGNOSIS4

Angka kematian keseluruhan mencapai 0,2-0,8% disebabkan komplikasi penyakit

daripada intervensi bedah. Angka kematian pada anak-anak mencapai 0,1% sampai 1%, pada

pasien yang lebih tua dari 70 tahun, meningkat menjadi 20%, terutama karena keterlambatan

diagnosis dan terapi.

Perforasi apendiks dikaitkan dengan meningkatnya morbiditas dan mortalitas

dibandingkan apendisitis yang tidak perforasi. Resiko kematian pada apendisitis akut tetapi

tidak gangren kurang dari 0,1%, namun resiko meningkat menjasi 0,6% pada apendisitis

gangren. Tingkat perforasi bervariasi dari 16 sampai 40%, dengan frekuensi tertinggi terjadi

pada kelompok usia muda (40-70%) dan pada pasien yang lebih tua dari 50 tahun (55-70%),

dimana ynag umum terjadi adalah misdiagnosis dan diagnosis tertunda. Komplikasi tejadi

pada 1-5% pasien dengan apendisitis, dan infeksi luka pasca operasi terhitubg hampir

sepertiga dari morbiditas terkait.

Kepanitraan Klinik Ilmu RadilogiRSUD Ciawi Periode 7 Juli – 2 Agustus 2014Universitas Terumanagara

Page 33: referat apendisitis

Apendisitis Rahma, Lisa, Tanty

33

BAB IV

KESIMPULAN

Apendisitis merupakan inflamasi dari lapisan dalam apendiks vermiformis yang

menyebar ke bagian lain dari apendiks. Apendisitis dapat ditemukan pada semua umur.

Insiden tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun. Insidens pada lelaki dan perempuan

umumnya sebanding, kecuali pada umur 20-30 tahun, ketika itu insiden pada lelaki lebih

tinggi.

Penyebab apendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Sumbatan lumen apendiks

merupakan faktor yang diajukan sebagai faktor pencetus disamping hiperplasia jaringan

limfe, fekalit, tumor apendiks, dan cacing askaris dapat pula menyebabkan sumbatan.

Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan apendisitis adalah erosi mukosa apendiks

karena parasit seperti E. Histolytica.

Gambaran klinisnya berupa nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri

viseral di daerah epigastrium di sekitar umbilikus. Keluhan ini sering disertai mual dan

kadang ada muntah. Umumnya nafsu makan menurun. Dalam beberapa jam nyeri akan

berpindah ke kanan bawah ke titik Mc. Burney. Disini nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih

jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatik setempat.

Diagnosis dapat ditegakan melaui anamnesis, pemeriksaan fisik pemeriksaan

laboratorium dan pemeriksaan radiologi.

Dengan pemeriksaan radiologi dapat digunakan pencitaan radiografi, ultrasonografi,

CT scan, MRI dan Nuklir. Namun harus diperhatikan secara klinis, apendicitis bisa meniru

berbagai penyakit yang dapat menyebabkan diagnosis false negative. Sebaliknya berbagai

macam penyakit awalnya di diagnosis salah sebagai appendicitis.misdiagnosis ini dapat

menyebabkan pengobatan yang terlambat pada pasien dengan appendicitis atau pengambilan

appendix normal pada pasien dengan nyeri abdomen akibat penyebab lain.diagnosis yang

cepat dan tepat diperlukan untuk meminimalisir morbiditas.

Tatalaksana apendisitis adalah apendektomi dengan cara laparastomi atau dapat

dengan cara laparaskopi. Pemberian antibiotik hanya pada apendisitis gangrenosa dan

perforata. Keterlambatan diagnosis dan terapi dapat menyebabkan perforasi apendisitis yang

dapat menyebabkan kematian.

Kepanitraan Klinik Ilmu RadilogiRSUD Ciawi Periode 7 Juli – 2 Agustus 2014Universitas Terumanagara

Page 34: referat apendisitis

Apendisitis Rahma, Lisa, Tanty

34

DAFTAR PUSTAKA

1. Faiz, O, et al. Anatomy At Glance. Edisi ketuga. England : Oxford;2011.

2. Sjamsuhidajat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ketiga. Jakarta : EGC; 2012.

3. Eroschenko, Viktor P. Atlas Histologi di Fiore Edisi 9. Jakarta. EGC. 2003

4. Craig, Sandy, et al. Appendicitis. Cited 18 July 2014. Avaible from :

http://emedicine.medscape.com/article/773895-overview

5. Incesu, Lutfi. Imaging Appendicitis. Cited 18 July 2014. Avaible from :

http://emedicine.medscape.com/article/363818-overview

6. Vrisman, Adriaan, et al. Mimic of Appendicitis: Alternative Nonsurgical Diagnoses

With Sonography and CT. Cited 22 July 2014. Avaible from :

http://www.ajronline.org/doi/full/10.2214/AJR.05.0085

Kepanitraan Klinik Ilmu RadilogiRSUD Ciawi Periode 7 Juli – 2 Agustus 2014Universitas Terumanagara