Real

download Real

of 38

description

p

Transcript of Real

25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kependudukan masih merupakan tantangan cukup berat bagi pembangunan Indonesia dewasa ini, dengan tingkat pertambahan penduduk yang mencapai 1,5 persen, diperkirakan jumlah pertambahan penduduk mencapai 3,04 juta jiwa pertahun. Dalam 5 tahun terakhir, jumlah peserta KB hanya bertambah 0,5 persen, dari 54,7 persen Pasangan Usia Subur (PUS) yang ada pada tahun 2007 menjadi 57,9 persen pada tahun 2012. Sementara itu jumlah rata-rata anak tiap PUS sejak 2002-2012 stagnan di angka 2,6 persen per tahun. Angka itu jauh tertinggal dibandingkan sasaran yang ingin dicapai sebanyak 65 persen, sedangkan dalam sepuluh tahun terakhir rata-rata kepemilikan anak diharapkan dapat ditekan menjadi 2 atau 3 anak. Untuk menyukseskan program KB. Maka, perlu langkah luar biasa untuk menggalakan kembali program KB.

Menurut data BKKBN 2012 rendahnya jumlah peserta KB dan tingginya jumlah anak yang dimiliki membuat jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2030 diperkirakan 312,4 juta jiwa. Padahal jumlah penduduk saat itu sebenarnya bisa ditekan menjadi 288,7 juta jiwa.

Tingginya jumlah penduduk ini mengancam pemanfaatan jendela peluang yang bisa dialami Indonesia pada tahun 2030. Jendela peluang adalah kondisi negara dengan tanggungan penduduk tidak produktif, oleh penduduk produktif paling sedikit. Kondisi ini hanya terjadi sekali dalam sejarah tiap bangsa.

Agar jendela peluang termanfaatkan, angka ketergantungan penduduk maksimal adalah 44 persen. Artinya ada 44 persen penduduk tidak produktif, baik anak-anak maupun orang tua, yang ditanggung 100 penduduk usia produktif berumur 15 sampai 60 tahun.

Untuk mencapai angka ketergantungan 44 persen, jumlah peserta KB minimal harus mencapi 65 persen dari PUS yang ada pada tahun 2015. Sementara itu jumlah anak per PUS juga harus ditekan menjadi 2,1 persen anak pada 2014.

Akan tetapi, target ini masih jauh dari kondisi yag ada. Angka ketergantungan pada 2010 masih mencapai 51,33 persen, turun 2,43 persen dibandingkan dengan tahun 2000. Sebaliknya, angka laju penduduk naik dari 1,45 persen pada tahun 2000 menjadi 1,49 persen pada tahun 2010. Persentasi kehamilan pada ibu berumur 15-49 tahun pun naik dari 3,9 persen pada 2007 menjadi 4,3 persen pada 2012.

Jumlah PUS yang ikut KB pada 2012 hanya 57,9 persen. Adapun masyarakat yang ingin ber-KB tetapi tidak terjangkau layanan KB hanya turun dari 9,1 persen pada 2007 menjadi 8,5 persen pada 2012. Terbatasnya dana untuk program KB dan kependudukan menjadi penyebab utamanya.

BKKBN menargetkan angka ketergantungan 44 persen dapat dicapai pada 2020. Dengan demikian, jika hasilnya tidak tercapai, masih ada waktu perbaikan menuju 2030.

Menurut POGI, jika jumlah penduduk tidak terkendalikan, persoalan fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan yang berkualitas dan penyediaan lapangan kerja akan terus menjadi masalah. Karena itu, semua pihak harus mendorong kembali agar pelaksanaan KB di Indonesia bisa sukses kembali seperti pada dekade 1990-an. Saat ini BKKBN sedang menyusun cetak biru pembangunan kependudukan di 503 kabupaten/kota seluruh Indonesia. Cetak biru ini bersifat sangat lokal karena persoalan kependudukan di setiap daerah berbeda. Cetak biru ini ditargetkan selesai pada pertengahan tahun 2013. Selain itu, petugas lapangan keluarga berencana (PLKB) akan dihidupkan kembali. Saat ini, jumlah PLKB hanya 21.501petugas untuk 79.075 desa. Ini jelas tak berimbang sehingga membuat seorang petugas harus mengelola 3-4 desa. Sedangkan idealny satu desa butuh dua PLKB sehingga total dibutuhkan 180.000 PLKB.

Badan Pemberdayaan Perempuan, Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPPMKB) Kota Pekan Baru mencatat, jumlah PUS di Riau mencapai 157.300. Angka ini diperoleh BPPMKB berdasarkan hasil survei yang dilaksanakan pada akhir Desember 2012 yang lalu. Sedangkan PUS yang menjadi peserta KB aktif sebesar 115.236 akseptor atau hanya 73,26 persen. Untuk wilayah Kabupaten Kampar, wilayah kerja Puskesmas Kampar dari sekitar 8076 PUS, hanya 3729 akseptor KB aktif. Angka ini sungguh tidak sebanding, karena hanya mencakup 30 persen akseptor KB aktif. Dengan data pengguna pil 747 akseptor, suntik 2572 akseptor, kondom 103 akseptor, implant 168 akseptor, IUD 83 akseptor, MOW/MOP 65 akseptor, dan cara lain 2 akseptor.

Dari uraian di atas, dapat dilihat PUS yang bukan peserta KB aktif sangat tinggi, oleh sebab itu peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Rendahnya angka akseptor KB aktif pada PUS di Desa Pulau Jambu dan Desa Air Tiris Puskesmas Kampar.

1.2 Rumusan Masalah

Apa faktor yang mempengaruhi rendahnya angka akseptor KB aktif pada PUS di Desa Pulau Jambu dan Desa Air Tiris.

1.3 Tujuan Penelitian1. Tujuan UmumUntuk mengetahui faktor yang mempengaruhi rendahnya angka akseptor KB aktif di Desa Pulau Jambu dan Desa Air Tiris Puskesmas Kampar.2. Tinjauan Khususa. Untuk mengetahui apakah apakah sosio lingkungan PUS mempengaruhi rendahnya angka akseptor KB aktif di Desa Pulau Jambu dan Desa Air Tiris Puskesmas Kampar.b. Untuk mengetahui pengetahuan PUS mempengaruhi rendahnya angka akseptor KB aktif di Desa Pulau Jambu dan Desa Air Tiris Puskesmas Kampar.c. Untuk mengrtahui bagaimana penyediann layanan KB pemerintah di Desa Pulau Jambu dan Desa Air Tiris Puskesmas Kampar.1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi tempat penelitian Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi rendahnya angka akseptor KB aktif di Desa Pulau Jambu dan Desa Air Tiris Puskesmas Kampar.

2. Bagi Puskesmas KamparSebagai bahan evaluasi program KB pada di wilayah kerja Puskesmas Kampar.BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

4.1 Pengertian, Tujuan dan Sasaran Program KB

Berdasarkan UU no 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera, keluarga berencana adalah suatu upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.Misi program KB adalah membangun dan melestarikan kembali pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB nasional yang kuat di masa mendatang, sehingga visi untuk mewujudkan keluarga berkualitas 2015 dapat tercapai. Sedangkan tujuan utama program KB Nasional adalah untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas, menurunkan angka kematian ibu dan bayi serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.

Adapun yang menjadi sasaran gerakan KB adalah (1) Pasangan Usia Subur (PUS) yaitu pasangan suami istri yang hidup bersama dimana istrinya berusia 15-45 tahun yang harus dimotivasi terus-menerus, (2) Non PUS yaitu anak sekolah, orang yang belum menikah, pasangan di atas 45 tahun, tokoh masyarakat, (3) Institusional yaitu berbagai organisasi, lembaga masyarakat, pemerintah dan swasta.

Dalam operasionalnya program Keluarga Berencana Nasional dapat dirumuskan dalam suatu strategi yang dinamakan dengan Pancakarya, yaitu :

a) Mendorong pasangan usia subur (PUS) yaitu istri yang belum berusia 30 tahun dan anaknya baru satu orang agar merasa cukup memiliki 2 orang anak saja.

b) Membantu PUS yang berusia lebih dari 30 tahun dan anaknya lebih dari tiga orang agar tidak menambah anak lagi.

c) Mengarahkan generasi muda untuk menghayati dan menerapkan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS).

d) Memperkuat proses pelembagaan keluarga berencana dalam masyarakat sehingga pelayanan keluarga berencana bukan hanya tugas pemerintah, akan tetapi dari dan untuk masyarakat sendiri.

e) Memperkuat proses pelembagaan dengan dukungan psikologis, sehingga setiap insan mengadopsi NKKBS dan ber KB atas kemauan sendiri. 4.2 Sejarah KB Keluarga berencana bukanlah sesuatu yang baru, karena menurut catatan dan tulisan yang berasal dari Mesir kuno, Yunani kuno, Tiongkok kuno dan India, hal ini telah dipraktekkan berabad-abad yang lalu, namun caranya masih kuno dan primitif. Cara keluarga berencana yang pertama dilakukan adalah dengan jalan berdoa dan memakai jimat anti hamil, sambil meminta dan berharap supaya wanita jangan hamil.

Pada zaman Yunani kuno, Soranus dan Ephenus membuat tulisan ilmiah tentang cara menjarangkan kelahiran yaitu mengeluarkan semen (air mani) dengan membersihkan vagina dengan kain dan minyak setelah selesai melakukan hubungan seksual. Selain itu, ada juga yang memasukkan rumput, daun-daunan, atau sepotong kain perca ke dalam vagina untuk menghalangi masuknya sperma ke dalam rahim pada waktu akan melakukan hubungan seksual.

Gerakan keluarga berencana bermula dari kepeloporan beberapa tokoh baik di dalam maupun diluar negeri. Awal abad 19 di Inggris, upaya keluarga berencana muncul atas prakarsa Maria Stopes (1880-1950) yang menaruh perhatian terhadap kesehatan ibu. Maria Stopes menganjurkan pengaturan kehamilan di kalangan kaum buruh di Inggris.Dia menyarankan pemakaian cap dari karet, dikombinasikan dengan supositoria yang mengandung bubuk kinine; dapat juga spons yang dibubuhi sabun bubuk.

Di Amerika Serikat, Margareth Sanger (1883-1966) merupakan pelopor Keluarga Berencana modern yang dikenal dengan program birth control-nya. Dia menganjurkan untuk menggunakan kondom atau cap yang dikombinasikan dengan penyemprotan setelah senggama.

Pada tahun 1917 didirikan National Birth Control League dengan Margareth Sanger sebagai ketuanya. Sejak saat itulah berdiri perkumpulan-perkumpulan keluarga berencana di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Di Indonesia keluarga berancana modern mulai dikenal pada tahun 1953. Pada tanggal 23 Desember 1957 berdirilah sebuah wadah dengan nama Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), dan merupakan pelopor pergerakan keluarga berencana nasional. PKBI memperjuangkan terwujudnya keluarga sejahtera melalui cara mengatur atau menjarangkan kehamilan, mengobati kemandulan dan memberi nasehat perkawinan. Kegiatan penerangan dan pelayanan sangat terbatas, karena banyaknya kesulitan dan hambatan yang melarang penyebarluasan gagasan Keluarga Berencana.

Berdasarkan hasil penandatanganan Deklarasi Kependudukan PBB tahun 1967, maka dibentuklah Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN) sebagai lembaga semi pemerintah. Dan pada tahun 1970, ditetapkan sebagai Badan Pemerintah melalui Keppres no.8 tahun 1970 dan diberi nama badan koordinasi keluarga berencana nasional (BKKBN) yang bertanggung jawab kepada presiden, dan bertugas mengkoordinasikan perencanaan, pengawasan dan penilaian pelaksanaan program keluarga berencana.4.3 Kontrasepsi Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha itu dapat bersifat sementara dan dapat juga bersifat permanen. Sampai saat ini cara kontrasepsi yang ideal belum ada. Kontrasepsi ideal harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :a. dapat dipercayab. tidak menimbulkan efek yang menggangu kesehatanc. daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhantidak menimbulkan gangguan sewaktu koitusd. tidak memerlukan motivasi terus-meneruse. mudah menggunakannyaf. murah sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakatg. dapat diterima oleh penggunanya 4.4 Metode Kontrasepsi a. Metode Sederhana 1. Kontrasepsi Tanpa Menggunakan Alat Senggama TerputusCara ini merupakan cara kontrasepsi tertua yang dikenal manusia, dan sampai sekarang masih digunakan oleh manusia. Senggama terputus adalah penarikan penis dari vagina sebelum terjadi ejakulasi. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa pria menyadari sebelumnya akan ada terjadi ejakulasi, dan dalam waktu kira-kira 1 detik sebelum ejakulasi terjadi digunakan untuk menarik penis keluar dari vagina. Keuntungan dari cara ini adalah tidak memutuhkan biaya, alat maupun persiapan. Akan tetapi kekurangannya adalah dibutuhkan pengendalian diri yang besar dari pria dan penggunaan cara ini dapat menimbulkan neurasteni. Kegagalan dengan cara ini dapat disebabkan oleh adanya pengeluaran air mani sebelum ejakulasi yang mengandung sperma, terlambatnya pengeluaran penis dari vagina dan pengeluaran semen dekat vulva dapat menyebabkan kehamilan. Pantang Berkala Prinsip metode pantang berkala ini adalah tidak melakukan senggama pada masa subur yaitu pertengahan siklus haid atau ditandai dengan keluarnya lendir encer dari liang vagina. Untuk menghitung masa subur digunakan rumus siklus terpanjang dikurangi 11 hari dan siklus terpendek dikurangi 18 hari. Dua angka yang diperoleh merupakan range masa subur. Dalam jangka waktu subur tersebut harus pantang sanggama, dan diluarnya merupakan masa aman. Sebagai contoh, jika seorang wanita mempunyai siklus haid dari hari ke 28 sampai hari ke 36, maka perhitungannya adalah 28-18 = 10, dan 36-11 = 25. Maka konsepsi dapat terjadi hari ke 10 hingga hari ke 25 daur haid, sehingga masa aman adalah hari pertama sampai hari ke 9 daur haid.Metode ini tanpa efek samping, gratis, tidak menggunakan bahan kimia, dapat digunakan oleh semua wanita baik tua maupun muda. Bagi wanita, cara ini sangat sulit dilaksanakan karena sukar menentukan saat ovulasi yang tepat terlebih lagi hanya sedikit wanita yang mempunyai daur haid teratur.2. Kontrasepsi Dengan Menggunakan Alat Kondom

Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produk hewani) yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual.16 Kondom sudah digunakan di Mesir sejak tahun 1350 sebelum Masehi. Pada abad ke 18 diberi nama kondom yang pada waktu itu digunakan dengan tujuan mencegah penularan penyakit kelamin.Kondom menghalangi masuknya sperma ke dalam vagina sehingga pembuahan dapat dicegah.Pada dasarnya ada 2 jenis kondom, kondom kulit dan kondom karet. Kondom kulit dibuat dari usus domba, sedangkan kondom karet lebih elastis dan murah sehingga lebih banyak digunakan. Sedangkan tipe kondom terdiri dari kondom biasa, kondom berkontur (bergerigi), kondom beraroma, dan kondom tidak beraroma. Kondom untuk pria sudah cukup dikenal sedangkan kondom untuk wanita walaupun sudah ada belum dikenal. Kekurangan dari kondom adalah dapat robek, pelumas kurang atau tekanan pada waktu ejakulasi, dan sebagian kecil ditemukan kasus alergi terhadap kondom karet. Dan kelebihan dari alat kontrasepsi ini adalah murah, mudah diperoleh, tidak memerlukan pengawasan dan dapat mengurangi kemungkinan penularan penyakit kelamin.

Diafragma Diafragma adalah suatu mangkok dangkal yang terbuat dari karet lunak yang dipakai oleh wanita menempel di mulut rahim, untuk mencegah sel mani agar tidak masuk ke dalam rahim. Spermisida yang dipakai bersamaan dengan diafragma akan membantu membunuh sel-sel mani dan juga melindungi terhadap ancaman terhadap penularan gonorrhea dan chlamydia. Diafragma terdapat dalam berbagai ukuran, dan diperlukan pemeriksaan oleh petugas kesehatan untuk menentukan ukuran diafragma yang cocok.Diafragma tidak mengganggu produksi ASI, tidak mengganggu hubungan seksual karena telah terpasang 6 jam sebelumnya, tidak mempunyai pengaruh sistemik, akan tetapi pada beberapa pengguna menjadi penyebab infeksi saluran uretra dan diafragma juga bisa bocor terutama setelah dipakai lebih dari satu tahun. Pemeriksaan pelvic oleh petugas kesehatan terlatih diperlukan untuk memastikan ketepatan pemasangan.

Spermisida Spermisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh sperma. Spermisida menyebabkan sel membran sperma terpecah, memperlambat pergerakan sperma dan menurunkan kemampuan pembunuhan sel telur. Spermisida dikemas dalam bentuk aerosol (busa), tablet vaginal atau krim.Spermisia kurang efektif dalam mencegah kehamilan apabila digunakan sendiri. Akan tetapi akan sangat efektif apabila digunakan dengan metode lainnya seperti diafragma dan kondom.Metode ini tidak mengganggu produksi ASI, mudah digunakan dan tidak memerlukan pemeriksaan kesehatan khusus. Disamping itu terdapat kekurangan metode ini, seperti kurang efektif dalam penggunaannya karena harus menunggu waktu 10-15 menit setelah pemakaian sebelum melakukan hubungan seksual dan efektivitas pemakaian hanya 1-2 jam saja.15 b. Metode Modern 1. Kontrasepsi Hormonal Pil Pil Kombinasi Pil kombinasi merupakan pil kontrasepsi yang sampai saat ini dianggap paling efektif, karena selain mencegah terjadinya ovulasi juga mempunyai efek lain terhadap traktus genitalis, seperti menimbulkan perubahan-perubahan pada lendir serviks sehingga menjadi kurang banyak dan kental, yang menyebabkan sperma tidak dapat masuk ke cavum uteri. Pil kombinasi ada yang berisi 21 atau 22 pil dan ada yang berisi 28 pil dalam satu bungkus. Pil kombinasi yang berisi 21 atau 22 pil dalam satu bungkus, diminum mulai hari kelima haid satu pil setiap hari sampai habis. Pil dalam bungkus kedua diminum 7 hari setelah pil dalam bungkus pertama habis. Pil kombinasi yang berisi 28 pil diminum setiap malam secara terus-menerus.Tidak semua wanita dapat menggunakan pil kombinasi. Wanita yang mempunyai masalah kesehatan sebagai berikut sebaiknya tidak menggunakan pil kombinasi antara lain penderita hepatitis atau penyakit kuning, penderita gejala stroke atau penyakit jantung, mempunyai masalah pembekuan darah merokok dan umur lebih dari 35 tahun karena akan mempunyai resiko serangan jantung atau pecah pembuluh darah otak dan menderita diabetes atau epilepsi.Efek samping dari pil kombinasi ini dapat dibagi menjadi dua yaitu efek samping ringan dan efek samping berat. Efek samping ringan berupa pertambahan berat badan, perdarahan di luar haid, depresi dan gangguan gastrointestinal. Sedangkan efek samping berat adalah tromboemboli yang terjadi karena peningkatan aktivitas faktor pembekuan dan dapat juga disebabkan pengaruh vaskuler secara langsung. Pil kombinasi ini efektif dalam pemakaiannya, frekuensi koitus tidak perlu diatur, siklus haid jadi teratur dan keluhan-keluhan dismenorea yang primer menjadi berkurang atau hilang sama sekali. Kekurangan pil kombinasi ini adalah harus diminum setiap hari sehingga kadang-kadang dapat lupa, dan ada efek samping yang bersifat sementara seperti mual, muntah, sakit kepala, buah dada terasa nyeri dan setelah berhenti minum pil dapat menimbulkan amenore yang persisten. Mini Pil Mini pil tidak mengandung estrogen dan hanya mengandung progestin saja, sehingga mini pil ini lebih aman bagi wanita yang tidak cocok menggunakan pil kombinasi. Mini pil ini baik bagi ibu yang sedang menyusui karena tidak mengandung zat yang menyebabkan pengurangan produksi ASI, dan digunakan mulai hari pertama sampai hari kelima masa haid.Mini pil tidak mengganggu hubungan seksual, tidak mempengaruhi produksi ASI, nyaman dan mudah digunakan, mengurangi nyeri haid, dan kesuburan cepat kembali. Sedangkan kekurangannya adalah mengalami gangguan haid, peningkatan atau penurunan berat badan, resiko kehamilan ektopik cukup tinggi dan apabila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar. Wanita yang tidak boleh menggunakan mini pil adalah mereka yang termasuk ke dalam :hamil atau diduga hamil, mengalami perdarahan pervaginaan yang belum jelas penyebabnya, menderita kanker payudara atau mempunyai riwayat kanker payudara, menderita mioma uterus karena progestin memicu pertumbuhan mioma uterus dan mempunyai riwayat stroke karena progestin menyebabkan spasme pembuluh darah. Suntikan

Suntikan Kombinasi Jenis suntikan kombinasi adalah Cycloferm dan Mesigyna yang mengandung hormon estrogen dan progestin yang disuntikkan setiap bulan. Jenis suntikan ini cocok untuk wanita yang ingin mendapat haid yang teratur setiap bulan. Suntikan kombinasi membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu, dan menekan ovulasi. Suntikan kombinasi tidak mengganggu hubungan seksual, risiko terhadap kesehatan kecil, tidak diperlukan pemeriksaan dalam jangka panjang, mengurangi nyeri saat haid dan mengurangi jumlah perdarahan. Efek samping yang ditimbulkannya adalah terjadi perdarahan bercak atau spotting, mual, pusing, nyeri payudara ringan, penambanhan berat badan dan dapat mengakibatkan efak samping yang serius seperti serangan jantung, stroke, adanya bekuan darah dalam paru atau otak dan dapat menyebabkan timbulnya tumor hati. Wanita yang tidak boleh menggunakan suntikan kombinasi adalah mereka yang termasuk ke dalam wanita hamil atau diduga hami,l wanita menyusui di bawah umur 6 minggu pasca persalinan mengalami perdarahan pervaginaan yang belum jelas penyebabnya, penderita penyakit hati akut, mempunyai riwayat penyakit jantung, stroke atau tekanan darah tinggi (>180/110 mmHg, wanita berumur diatas 35 tahun yang merokok, mempunyai riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis yang berumur di atas 20 tahun danenderita kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migrain.

Suntikan Progestin Suntikan progestin seperti Depo-Provera dan Noris-terat mengandung hormon progestin saja. Suntikan ini sangat baik bagi wanita yang menyusui dan suntikan diberikan setiap dua bulan atau tiga bulan sekali. Suntikan ini mengentalkan lendir serviks dan menurunkan kemampuan penetrasi sperma, menjadikan selaput lendir rahim tipis dan strofi sehingga menghambat transportsi gamet oleh tuba. Penyuntikan harus dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan.Suntikan ini sangat efektif dalam mencegah kehamilan dalam jangka panjang, tidak mengganggu hubungan seksual, tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah. Efek samping yang ditimbulkannya adalah perdarahan yang tidak teratur atau bercak-bercak darah, berat badan meningkat, dan pada penggunaan jangka panjang dapat munurunkan kepadatan tulang (densitas), kekeringan pada vagina, menurunkan libido dan sakit kepala. Wanita yang tidak boleh menggunakan suntikan ini adalah mereka yang hamil, mengalami perdarahan pervaginaan, menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara dan yang menderita diabetes mellitus disertai komplikasi. Implant/Susuk Implant merupakan salah satu alat kontrasepsi yang dipasang di bawah kulit di lengan kiri penggunanya. Metode ini dapat dipakai oleh semua wanita dalam usia reproduksi dan aman dipakai pada masa menyusui. Pemasangan dan pencabutan kembali metode ini hanya dapat dilakukan oleh petugas kesehatan yang terlatih. Metode ini membuat lendir serviks menjadi kental, mengganggu proses pembentukan endometrium, mengurangi transportasi sperma sehingga menekan ovulasi.Sesuai dengan perkembangannya, implant terdiri atas tiga jenis yaitu :

Norplant, terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan penjang 3,4 cm,diameter 2,4 mm, dan diisi dengan 36 mg Levonogestrel. Jenis norplant ini efektif untuk penggunaan selama 5 tahun. Implanon, terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, diameter 2 mm yang diisi dengan 68 mg 3-keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun. Jadena dan indoplant, terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.

Implant efektif dalam menunda kehamilan jangka panjang (5 tahun), bebas dari pengaruh estrogen, tidak mengggangu hubungan seksual, tidak mengganggu produksi ASI dan dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan. Waktu yang paling baik untuk pemasangan implant adalah sewaktu haid berlangsung atau masa pra-evolusi dari masa haid. Efek samping yang ditimbulkannya adalah nyeri kepala, peningkatan atau penurunan berat badan, nyeri payudara, mual, pening, mengalami gangguan haid (terjadinya spotting, perdarahan haid memanjang atau lebih sering berdarah). Wanita yang tidak boleh menggunakan implant adalah wanita hamil atau disangka hamil, penderita penyakit hati, kanker payudara, diabetes mellitus, kelainan kardiovaskular dan wanita yang mempunyai riwayat kehamilan ektopik.2. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) merupakan alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang terbuat dari bahan plastik dan tembaga yang hanya boleh dipasang oleh dokter atau bidan terlatih. Setelah di rahim, AKDR akan mencegah sperma pria bertemu dengan sel telur wanita. Pemakaian AKDR dapat sampai 10 tahun (tergantung kepada jenisnya) dan dapat dipakai oleh semua wanita umur reproduksi. Sampai saat ini terdapat banyak jenis AKDR, dan yang paling banyak digunakan dalam program keluarga berencana di Indonesia adalah jenis Lippes loop. AKDR dapat dibagi dalam bentuk yang terbuka linear dan bentuk tertutup sebagai cincin. Yang termasuk dalam golongan bentuk terbuka linear antara lain Lippes loop, Saf-T-coil, multiload 250, Cu-7, Cu-T, Cu t 380 A, Spring coil, Margulies spiral, dan lain-lain; sedang yang termasuk dalam golongan bentuk tertutup dengan bentuk dasar cincin antara lain adalah Ota ring, Antigon F, Ragab ring, cincin Gravenberg, cincin Hall-Stone, Birnberg bow, dan lain-lain.Pemasangan AKDR sebaiknya dilakukan pada masa haid, untuk mengurangi rasa sakit dan memudahkan insersi melalui kanalis servikalis. Segera setelah pemasangan AKDR, rasa nyeri atau kejang di perut dapat terjadi. Biasanya rasa nyeri ini dapat berangsur-angsur hilang dengan sendirinya. Rasa nyeri dapat dikurangi atau dihilangkan dengan pemberian analgetika. Jika keluhan berlangsung terus, sebaiknya AKDR dikeluarkan dan diganti dengan AKDR yang mempunyai ukuran yang lebih kecil.Sebagai alat kontrasepsi AKDR mempunyai efektivitas yang tinggi dan merupakan metode jangka panjang, tidak mengganggu hubungan seksual, tidak mempengaruhi produksi ASI, dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi), dapat digunakan setelah menopause, tidak ada interaksi dengan obat-obat dan membantu mencegah kehamilan ektopik. Efek samping yang ditimbulkannya adalah perubahan siklus haid, haid menjadi lebih banyak dan lama, adanya perdarahan berat saat haid sehingga memungkinkan menyebabkan anemia. Wanita yang tidak dapat menggunakan AKDR adalah mereka yang dalam keadaan :

Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil) Mengalami perdarahan pervaginaan yang tidak diketahui Menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis) Tiga bulan terakhir sedang mengalami abortus septik Mempunyai kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri Menderita kanker alat genital

3. Sterilisasi Sterilisasi Wanita (Metode Operasi Wanita/MOW) Sterilisasi wanita adalah pemutusan saluran telur wanita yang dilakukan dengan operasi. Sterilisasi ini merupakan tindakan bedah yang aman dan hanya berlangsung selama 30 menit. Petugas kesehatan melakukan sayatan kecil di kulit perut ibu, kemudian memotong atau mengikat saluran yang membawa sel telur dari indung talur ke rahim. Tindakan ini tidak akan mempengaruhi hubungan seksual wanita.19 Operasi dapat dilakukan selama siklus haid, pasca persalinan dan pasca keguguran.Pada konferensi khusus Perkumpulan Sterilisasi Sukarela Indonesia di Medan (3-5 Juni 1976), MOW dianjurkan pada wanita dengan usia antara 25- 40 tahun, dengan jumlah anak umur antara 25-30 tahun dengan 3 orang anak atau umur antara 30-35 tahun dengan 2 orang anak atau lebih dan umur antara 35-40 tahun dengan 1 orang anak atau lebih. Wanita yang sebaiknya tidak melakukan tubektomi adalah wanita hamil atau diduga hamil, mengalami perdarahan vaginal yang belum jelas mengalami infeksi sistemik atau pelvik yang akut dan kurang pasti keinginannya untuk melakukan sterilisasi.

Sterilisasi Pria (Metode Operasi Pria/MOP) Sterilisasi pria adalah suatu tindakan bedah yang sangat sederhana yaitu dilakukan pemotongan saluran yang membawa sperma dari scrotum ke penis. Tindakan operasi ini hanya berlangsung beberapa menit dan tidak mempengaruhi kemampuan pria untuk melakukan hubungan seksual. Pria masih mampu untuk ejakulasi cairan sperma, akan tetapi cairan sperma tersebut tidak mengandung benih sperma. Setelah operasi, pria tersebut harus terlebih dahulu ejakulasi sampai 20 kali sebelum benih sperma benar-benar bersih. Oleh karena itu, sebelum vasektomi dikatakan benar-benar steril, dianjurkan menggunakan alat kontrasepsi yang biasa digunakan. 4.5 Faktor Yang Berhubungan Dengan Angka Akseptor KB Aktif pada Pasangan Usia Subur1. Faktor sosio demografi

a. Umur Masa kehidupan reproduksi wanita pada dasarnya dapat dibagi dalam tiga periode yaitu, reproduksi muda (15-19 tahun), reproduksi sehat (20-35 tahun) dan reproduksi tua (36-45 tahun). Pembagian ini didasarkan atas data epidemiologi yang menyatakan bahwa risiko kehamilan dan persalinan baik bagi ibu maupun bagi anak lebih tinggi pada usia kurang dari 20 tahun, paling rendah pada usia 20-35 tahun, dan meningkat setelah usia lebih dari 35 tahun. Jenis kontrasepsi yang digunakan sebaiknya disesuaikan dengan tahap masa reproduksi tersebut. Umur merupakan salah satu faktor yang berhubungan perilaku seseorang termasuk dalam penggunaan alat kontrasepsi. Mereka yang berumur tua mempunyai peluang kecil untuk menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan dengan yang muda. 2. Pendidikan Pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk bertindak dan mencari solusi dalam hidupnya. Orang yang mempunyai pendidikan yang lebih tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional, sehingga akan lebih mudah untuk menerima gagasan baru. Demikian juga halnya dengan menentukan pola perencanaan keluarga dan penggunaan kontrasepsi serta peningkatan kesejahteraan keluarga. Dengan pendidikan yang tinggi seseorang dapat lebih mudah untuk menerima ide atau masalah baru seperti penerimaan, pembatasan jumlah anak, dan keinginan terhadap jenis kelamin tertentu. Pendidikan juga meningkatkan kesadaran wanita terhadap manfaat mempunyai jumlah anak sedikit. Wanita yang berpendidikan lebih tinggi cenderung membatasi jumlah kelahiran dibandingkan dengan yang tidak berpendidikan atau berpendidikan rendah.3. Persepsi Tentang Nilai Anak Nilai anak bagi orang tua dalam kehidupan sehari-hari dapat diketahui dari kenyataan bahwa anak menjadi tempat orangtua mencurahkan kasih sayang, kepada anak nilai-nilai dalam keluarga disosialisasikan, sebagai ahli waris dan juga menjadi tempat orngtua menggantungkan harapan.Dalam masyarakat tradisional yang anggota masyarakatnya kebanyakan hidup bertani, nilai anak secara ekonomi dalam keluarga dapat dilihat dari peranan anak dalam memberikan bantuan tenaga kerja atau bantuan materi. Salah satu upaya pemerintah yang mendukung perubahan nilai banyak anak banyak rejeki menjadi dua anak cukup adalah melalui BKKBN yang membuat peraturan tertentu, seperti tidak memberikan tunjangan pada anak ketiga dan keempat dan seterusnya untuk Pegawai Negeri.

Kemungkinan seorang istri untuk menambah kelahiran tergantung pada jumlah anak yang telah dilahirkannya. Seorang istri menggunakan alat kontrasepsi setelah mempunyai jumlah anak tertentu dan juga umur anak yang masih hidup. Semakin sering seorang wanita melahirkan anak, maka akan semakin memiliki resiko kemtian dalam persalinan. Hal ini berarti jumlah anak akan sangat mempengaruhi kesehatan ibu dan dapat meningkatkan taraf hidup keluarga secara maksimal.2. Faktor pengetahuan Pengetahuan (kognitif) merupakan faktor yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang, karena perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih lama (long lasting) daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.Kontrasepsi merupakan cara untuk mengatur kehamilan yang efektif setelah program KB dilaksankan. Pemilihan alat kontrasepsi umumnya merupakan suatu keputusan yang dilandaskan sebagai pertimbangan akseptor (PUS) yang berkaitan dengan pilihan pribadi metode kontrasepsi yang terbaik dan cocok untuk dirinya. Pengetahuan tentang alat atau cara kerja kontrasepsi merupakan faktor yang menentukan seseorang untuk menggunakan alat kontrasepsi.Berdasarkan SDKI diperkirakan saat ini ada sekitar 3,5 juta PUS di Indonesia yang ingin menunda, menjarangkan atau membatasi kelahiran umtuk masa 2 tahun berikutnya namun tidak menggunakan metode kontrasepsi apapun karena minimnya pengetahuan mengenai tujuan dan manfaat KB.3. Faktor ketersediaan Pelayanan Alat Kontrasepsi Ketersediaan pelayanan alat kontrasepsi terwujud dalam bentuk tersedia atau tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan (tempat pelayanan kontrasepsi). Untuk dapat digunakan, pertama kali suatu metode kontrasepsi harus tersedia dan mudah diperoleh. Promosi metode kontrasepsi melalui media, melalui kontak langsung oleh petugas program KB, oleh dokter dan sebagainya dapat meningkatkan secara nyata pemilihan metode kontrasepsi.Faktor-faktor yang mempengaruhi alasan pemilihan metode kontrasepsi diantaranya adalah tingkat ekonomi, pekerjaan dan tersedianya pelayanan kesehatan yang terjangkau. Keterkaitan antara pendapatan dengan kemampuan membayar berhubungan dengan masalah ekonomi, sehingga daya beli individu juga. Mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi. Secara tidak langsung daya beli individu juga dipengaruhi oleh ada tidaknya subsidi dari pemerintah.Jika ditelisik, dinamika kependudukan Indonesia saat ini dan masa yang akan datang serta begitu strateginya progaram KB demi menciptakan keluarga Indonesia yang sehat dan sejahtera. Sesungguhnya pembangunan kesehatan di segala aspeknya akan sangan tergantung pada perkembangan kependudukan dan begitu pula sebaliknya. Pengendalian jmlah penduduk melalui program KB merupakan salah satu bentuk strategis pengendalian biaya jaminan kesehatan yang harus disediakan oleh pemerintah.Hasil SDKI menunjukan bahwa pelayanan KB yang dilakukan oleh fasilitas pelayanan KB pemerintah baik di Rumah Sakit Pemerintah maupun di Puskesmas masih rendah, yaitu hanya 22,2% (20012), angka ini lebih rendah dari survey berikutnya yaitu 28% (2007) dan pelayanan KB di Puskesmas juga menurun dari 20,3% (2007) menjadi hanya 16% (2012). Melihat kondisi tersebut maka perlu diadakan upaya-upaya dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan KB khususnya di Rumah Sakit Pemerintah dan Puskesmas.BAB III

ALAT DAN METODE PENELITIAN3.1 Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ialah Kuesioner.3.2 Metode Penelitian1. Tempat PenelitianPenelitian ini akan dilaksanakan di Desa Air Tiris dan Desa Pulau Jambu.

2. Rancangan PenelitianPenelitian ini bersifat survei deskriptif dengan rancangan cross sectional. 3. Subjek Penelitian Kriteria inklusi : a. Pasangan usia subur di Desa Air Tiris dan Desa Pulau Jambu

b. Setuju mengikuti penelitian dengan menandatangani informed consent.

Kriteria Eksklusi :Pasangan usia subur di Desa Air Tiris dan Desa Pulau Jambu yang tinggal berjauhan selama > 6 bulan4. Jumlah Subjek Penelitiana. Populasi penelitian ialah seluruh pasangan usia subur (PUS) di Desa Air Tiris dan Desa Pulau Jambu.b. Sampel penelitian diambil secara acak (simple random sampling). Seluruh sampel berjumlah 40 orang responden. Masing-masing diambil 20 orang responden untuk setiap desa.3.3 Variabel Penelitian

Variabel Bebas

Variabel Terikat

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

Gambar I Variabel Penelitian

3.4 Pengukuran Hasil PenelitianPengukuran dilakukan sesudah selesai pengisian kuesioner berupa data primer, lalu dilakukan manajemen data dengan tahapan sebagai berikut :a. Editing Tahap ini meliputi penyuntingan data untuk memeriksa dan memastikan data yang terkumpul sudah benar dan dapat terbacab. CodingPada tahap ini dilakukan klasifikasi dan pemberin kode pada setiap jawaban dalam bentuk angka sehingga mempermudah dan mempercepat entry serta analisa datac. ScoringMelakukan penilaian dengan memberikan nilai pada masing-masing pertanyaan. Untuk Faktor pengetahuan akan diberi nilai :

Jika jawaban nilai 60-50: Baik

Jika jawaban nilai 49-30: Sedang Jika jawaban nilai 21575

Jumlah20100

Dari tabel di atas, diketahui bahwa sebesar 75% responden memiliki anak sebanyak > 2 yaitu 15 orang responden dan sebesar 25% memiliki anak 1-2 yaitu 5 orang responden.

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anak di Desa Air TirisStatus KBFrekuensi%

1-2945

>21165

Jumlah20100

Dari tabel di atas, diketahui bahwa sebesar 45% responden memiliki anak sebanyak 1-2 yaitu 9 orang responden dan sebesar 65% memiliki anak > 2 yaitu 11 orang responden.

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Status KB Responden di Desa Pulau JambuStatus KBFrekuensi%

Akseptor KB aktif735

Akseptor KB non-aktif1365

Jumlah20100

Dari tabel di atas, diketahui bahwa sebesar 65% responden merupakan akseptor KB non-aktif yaitu 13 orang responden dan sebesar 35% merupakan akseptor KB aktif yaitu 7 orang responden.Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Status KB Responden di Desa Air TirisStatus KBFrekuensi%

Akseptor KB aktif945

Akseptor KB non-aktif1155

Jumlah20100

Dari tabel di atas, diketahui bahwa sebesar 55% responden merupakan akseptor KB non-aktif yaitu 11 orang responden dan sebesar 45% merupakan akseptor KB aktif yaitu 9 orang responden.4.2 Faktor Sosial LingkunganTabel 4.12 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Suami Terhadap KB Istri di Desa Pulau JambuDukungan SuamiPulau JambuAir Tiris

Frekuensi%Frekuensi%

Mendukung630945

Tidak mendukung/peduli14701155

Jumlah2010020100

Dari tabel di atas, diketahui bahwa sebesar 30% suami responden mendukung responden untuk menjadi akseptor KB yaitu 6 orang responden dan sebesar 70% suami responden tidak mendukung/peduli terhadap responden untuk menjadi akseptor KB yaitu 14 orang responden.

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Suami Terhadap KB Istri di Desa Air TirisDukungan SuamiFrekuensi%

Mendukung945

Tidak mendukung/peduli1155

Jumlah20100

Dari tabel di atas, diketahui bahwa sebesar 45% suami responden mendukung responden untuk menjadi akseptor KB yaitu 9 orang responden dan sebesar 55% suami responden tidak mendukung/peduli terhadap responden untuk menjadi akseptor KB yaitu 11 orang responden.Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan

Teman Sebaya Terhadap Kontrasepsi Responden di Desa Pulau JambuDukungan Teman SebayaPulau JambuAir Tiris

Frekuensi%Frekuensi%

Mendukung525630

Tidak mendukung/peduli15751470

Jumlah2010020100

Dari tabel di atas, diketahui bahwa sebesar 25% teman sebaya responden mendukung responden untuk menjadi akseptor KB yaitu 15 orang responden dan sebesar 75% teman sebaya responden tidak mendukung/peduli terhadap responden untuk menjadi akseptor KB yaitu 15 orang responden.Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan

Teman Sebaya Terhadap Kontrasepsi Responden di Desa Air TirisDukungan Teman SebayaFrekuensi%

Mendukung630

Tidak mendukung/peduli1470

Jumlah20100

Dari tabel di atas, diketahui bahwa sebesar 30% teman sebaya responden mendukung responden untuk menjadi akseptor KB yaitu 6 orang responden dan sebesar 70% teman sebaya responden tidak mendukung/peduli terhadap responden untuk menjadi akseptor KB yaitu 14 orang responden.

Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendapat Ibu Terhadap Pepatah BABR di Desa Pulau JambuBABRPulau JambuAir Tiris

Frekuensi%Frekuensi%

Setuju15751260

Tidak setuju525840

Jumlah2010020100

Dari tabel di atas, diketahui bahwa sebesar 75% responden berpendapat setuju dengan pepatah Banyak anak banyak rezeki yaitu 15 orang responden dan hanya 25% responden yang tidak setuju dengan pepatah tersebut, yaitu 5 orang responden.Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendapat Ibu Terhadap Pepatah BABR di Desa Air TirisBABRFrekuensi%

Setuju1260

Tidak setuju840

Jumlah20100

Dari tabel di atas, diketahui bahwa sebesar 60% responden berpendapat setuju dengan pepatah Banyak anak banyak rezeki yaitu 12 orang responden dan 40% responden yang tidak setuju dengan pepatah tersebut, yaitu 8 orang responden.

Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendapat Ibu Terhadap Kasus Y di Desa Pulau JambuKasus YPulau JambuAir Tiris

Frekuensi%1260

Setuju1575840

Tidak setuju52520100

Jumlah20100

Dari tabel di atas, diketahui bahwa sebesar 75% responden berpendapat setuju dengan kasus Y yaitu 15 orang responden dan 25% responden yang tidak setuju dengan kasus tersebut, yaitu 5 orang responden.

Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendapat Ibu Terhadap Kasus Y di Desa Air TirisKasus YFrekuensi%

Setuju1260

Tidak setuju840

Jumlah20100

Dari tabel di atas, diketahui bahwa sebesar 60% responden berpendapat setuju dengan kasus Y yaitu 12 orang responden dan 40% responden yang tidak setuju dengan kasus tersebut, yaitu 8 orang responden.Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendapat PUS

2 Anak Cukup di Desa Pulau Jambu2 Anak CukupPulau JambuAir Tiris

Frekuensi

%Frekuensi

%

Setuju8401050

Tidak setuju12601050

Jumlah2010020100

Dari tabel di atas, diketahui bahwa sebesar 40% responden setuju bahwa 2 anak cukup yaitu 12 orang responden dan 60% responden yang tidak setuju, yaitu 5 orang responden.Tabel 4.21 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendapat PUS

2 Anak Cukup di Desa Air TirisDukungan SuamiFrekuensi%

Setuju1050

Tidak setuju1050

Jumlah20100

Dari tabel di atas, diketahui bahwa sebesar 50% responden setuju bahwa 10 anak cukup yaitu 12 orang responden dan 50% responden yang tidak setuju, yaitu 10 orang responden.

Tabel 4.22 Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan PUS di Desa Pulau JambuTingkat PengetahuanPulau JambuAir Tiris

Frekuensi%Frekuensi%

Tinggi7351260

Sedang1050840

Rendah31500

Jumlah2010020100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat yaitu sebesar 50% responden memiliki tingkat penngetahuan sedang yaitu 10 orang responden. Kemudian sebesar 35% responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi yaitu 35% yaitu 7 orang responden dan sebesar 15% responden dengan tingkat pengetahuan rendah yaitu 3 orang.4.3 Faktor PengetahuanTabel 4.22 Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan PUS di Desa Air TirisTingkat PengetahuanFrekuensi%

Tinggi1260

Sedang840

Rendah00

Jumlah20100

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa tingkat pengetahuan responden adalah baik. Hal ini dapat dilihat yaitu sebesar 60% responden memiliki tingkat penngetahuan tinggi yaitu 12 orang responden. Kemudian sebesar 40% responden memiliki tingkat pengetahuan sedang yaitu 8 orang responden dan tidak dijumpai responden dengan tingkat pengetahuan rendah.

4.4 Faktor Penyediaan PelayananTabel 4.23 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Ada Tidaknya Layanan KB Pemerintah di Desa Air Tiris dan Pulau Jambu

Layanan KB pemerintahDesa Pulau JambuDesa Air Tiris

Frekuensi%Frekuensi%

Ada001785

Tidak ada20100315

Jumlah2010020100

Berdasarkan tabel, diketahui bahwa tidak ditemukan tempat layanan KB pemerintah di desa Pulau Jambu. Sedangkan 85% responden menyatakan di Desa Air Tiris terdapat tempat layanan KB pemerintah yaitu 17 orang responden. Dan 15% reponden meyatakan tidak ada yaitu 3 orang resonden.Tabel 2.24 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendapat Ibu Terhadap Jarak Layanan KB Pemerintah dengan Rumah Ibu

Jarak layanan KBDesa Pulau JambuDesa Air Tiris

Frekuensi%Frekuensi%

Jauh1680945

Dekat4201155

Jumlah2010020100

Berdasarkan tabel diketahui bahwa pada responden Desa Pulau Jambu 80 % responden menyatakan bahwa jarak antara rumah responden dengan jarak layanan KB pemerintah jauh, yaitu 16 orang responden dan sebesar 20% responden menyatakan dekat yaitu 4 orang responden. Sedangkan untuk Desa Air tiris 55% responden menyatak bahwa layanan KB pemerintah dekat dengan tempat tinggal mereka yaitu 11 orang dan 45% responden menyatakan jauh yaitu 9 orang responden.Tabel 2.25 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendapat Ibu Terhadap Biaya Transportasi Untuk Mencapai Layanan KB Pemerintah dengan Rumah PUSBiaya TransportasiDesa Pulau JambuDesa Air Tiris

Frekuensi%Frekuensi%

Mahal1260735

Murah8401365

Jumlah2010020100

Berdasarkan tabel diketahui bahwa pada responden Desa Pulau Jambu 60 % responden menyatakan bahwa biaya transportasi untuk mencapai layanan KB pemerintah mahal, yaitu 12 orang responden dan sebesar 40% responden menyatakan dekat yaitu 8 orang responden. Sedangkan untuk Desa Air tiris 65% responden menyatakan bahwa biaya untuk mencapai tempat layanan KB pemerintah murah yaitu 13 orang dan 35% responden menyatakan mahal yaitu 7 orang responden.

Tabel 2.26 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendapat Ibu Terhadap Biaya Layanan KB/Pemasangan KBBiaya layanan/pemasangan KBDesa Pulau JambuDesa Air Tiris

Frekuensi%Frekuensi%

Mahal1365945

Murah7351165

Jumlah2010020100

Berdasarkan tabel diketahui bahwa pada responden Desa Pulau Jambu 65 % responden berpendapat bahwa biaya layanan KB/pemasangan kontrasepsi mahal, yaitu 13 orang responden dan sebesar 35% responden berpendapat murah yaitu 7 orang responden. Sedangkan untuk Desa Air tiris 65% berpendapat bahwa biaya layanan KB/pemasangan kontrasepsi murah, yaitu 11 orang responden dan sebesar 45% responden menyatakan mahal yaitu 9 orang responden.Tabel 2.27 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penyuluhan Mengenai KB/Layanan KB PemerintahPenyuluhan mengenai KB/layanan KBDesa Pulau JambuDesa Air Tiris

Frekuensi%Frekuensi%

Pernah14701890

Tidak Pernah630210

Jumlah2010020100

Berdasarkan tabel diketahui bahwa pada responden Desa Pulau Jambu 70% responden menyatakan pernah mendapat penyuluhan mengenai KB/layanan KB, yaitu 14 orang responden dan sebesar 30% responden menyatakan tidak pernah yaitu 11 orang responden. Sedangkan untuk Desa Air tiris Berdasarkan tabel diketahui bahwa pada responden Desa Pulau Jambu 70% responden menyatakan pernah mendapat penyuluhan mengenai KB/layanan KB, yaitu 18 orang responden dan sebesar 10% responden menyatakan tidak pernah yaitu 2 orang responden.BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN5.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan faktor sosial lingkungan dijumpai bahwa :

Dari 20 responden di adesa Pulau Jambu 65% PUS bukan merupakan akseptor KB aktif dan 55% PUS di Air Tiris bukan merupakan akseptor non aktif. Umur PUS mempengaruhi angka akseptor KB. Dimana dari 20 orang responden di pulau Jambu dan Air Tiris, kelompok umur terbanyak adalah umur 35-45 tahun. Yaitu masing-masing 55% responden dan 45% orang responden.

Tingkat pendidikan PUS mempengaruhi angka akseptor KB. Rata-rata PUS di desa Pulau Jambu hanya tamat SD/sederajat yaitu 30% responden dan Air tiris SMA/sederaja yaitu 55% responden.

Pekerjaan Pus mempengaruhi angka akseptor KB. Kebanyakan ibu-ibu di desa Pulau Jambu maupun desa Air Tiris adalah ibu rumah tangga. Masing-masing 60% dan 40% responden.

Dari masing-masing 20 PUS di Pulau Jambu dan desa Air Tiris baik suami ataupun sahabat tidak memberi dukungan/dorongan terhada responden dalam memilih alat kontrasepsi.

Desa Pulau Jambu dan desa Air Tiris rata-rata mempercayai pepatah Banyak anak banyak rezeki. Dan hal ini sangat mempengaruhi angka akseptor KB. Sebanyak 75% PUS di Pulau Jambu mepercayai hal ini dan 60% peserta Pus Air Tiris.

2. Tingkat pengetahuan PUS di Pulau Jambu dan Air Tiris tidak mempengaruhi angka akseptor KB.

3. Berdasrkan faktor penyediaan layanan KB, diketahui bahwa

Faktor yang paling dominan adalah 100% responden menyatakan tidak tersedianya layanan KB pemerintah di Desa Pulau Jambu.

Kemudian jarak tempuh yang jauh untuk mencapai layanan KB, terutama dari desa Pulau Jambu. 80% responden menyatakan bahwa jarak tempuh ke layanan KB pemerintah jauh

Dari 20 orang reponden di Pulau Jambu, 60% responden menyatakan biaya tranportasi yang mahal saat mencapai layanan KB pemerintah.

Dan biaya yang mahal yg harus dikeluarkan saat memasang alat kontrasepsi, yaitu 65% responde di pulau Jambu.5.2 SARAN

1. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk melihat besarnya hubungan faktor faktor diatas dalam mempengaruhi angka akseptor KB.

2. Perlu penggalakan penyuluhan mengenai layanan KB pemerintah terutama bagi PUS di desa terpencil oleh petuga Puskesmas yang bertanggung jawab, Bidan desa dan pemimpin desa.

3. Perlu dilakukan perencanaan program/layanan KB yang bisa mencakup desa sehingga biaya transportasi dan jarak mencapai layanan KB tidak lagi menjadi masalahFaktor Sosial Lingkungan

Keluarga

Teman

Persepsi Nilai Anak

Keikutsertaan PUS di desa Air Tiris Dan desa Pulau Jambu

Faktor Penyediaan Pelayanan

Ketersediaan Layanan KB

Keterjangkauan Layanan KB

Faktor Pengetahuan :

Tujuan KB

Sasaran KB

Tempat Layanan K

Jenis Kontrasepsi

Efek Samping KB

Populasi Penelitian

Randomisasi

Pengisian Kuesioner

Analisis data