Real Proposal

46
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan yang bertugas melayani seluruh lapisan masyarakat beserta lembaga- lembaga lainnya dengan memberikan dan menyediakan jasa- jasa perbankan. Oleh sebab itu, bank merupakan bagian yang penting dalam perekonomian masyarakat dan negara. Hampir seluruh kegiatan perekonomian masyarakat memerlukan bank sebagai penyedia jasa perbankan, terutama melalui fasilitas kreditnya. Sebagai “Agent of Development” dan sekaligus sebagai lembaga pemberi jasa, perbankan merupakan penghubung atau perantara untuk mempertemukan antara masyarakat pemodaldengan dunia usaha yang membutuhkan dana dari pihak ketiga atau masyarakat. Hal ini sejalan dengan usaha pokok perbankan yaitu memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan

Transcript of Real Proposal

Page 1: Real Proposal

 BAB I

PENDAHULUAN

 

I.1 Latar Belakang

 

Bank merupakan lembaga keuangan yang bertugas melayani seluruh

lapisan masyarakat beserta lembaga-lembaga lainnya dengan memberikan dan

menyediakan jasa-jasa perbankan. Oleh sebab itu, bank merupakan bagian yang

penting dalam perekonomian masyarakat dan negara. Hampir seluruh kegiatan

perekonomian masyarakat memerlukan bank sebagai penyedia jasa perbankan,

terutama melalui fasilitas kreditnya.

Sebagai “Agent of Development” dan sekaligus sebagai lembaga pemberi

jasa, perbankan merupakan penghubung atau perantara untuk mempertemukan

antara masyarakat pemodaldengan dunia usaha yang membutuhkan dana dari

pihak ketiga atau masyarakat. Hal ini sejalan dengan usaha pokok perbankan yaitu

memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran

uang. Dengan kata lain bank merupakan lembaga keuangan yang menghimpun

dana dari masyarakat sebagai salahsatu sumber dananya dan menyalurkan kembali

ke pihak-pihak yang membutuhkannya dalam bentuk pemberian kredit.

Dalam dunia perbankan saat ini bidang perkreditan masih merupakan

sumber pendapatan utama. Hampir seluruh pendapatan yang diterima oleh bank

berasal ari ana-dana yang dihimpun dari masyarakat yang sebagian besar

dialokasikan untuk kredit. Pendapatan yang diterima kredit yang dilakukan oleh

bank yakni berupa pendapatan bunga merupakan sumber dana terbesar bagi bank.

Page 2: Real Proposal

Sementara dana bank yang berasal dari modal sendiri dan cadangan modal hanya

sebagian kecil saja dari seluruh total aktiva bank. Oleh karena itu wajar jika

bidang perkreditan diberikan perhatian yang besar.

Tujuan dalam pemberian kredit yang ada dalam pola dan kebijaksanaan

kredit bank adalah untuk mendapatkan hasil yang tinggi dan terjaminnya

keamanan bagi nasabah penyimpan sebagai suber dana terbesar dalam pemberian

kredit. Kredit yang aman akan memberikan dampak positif pada bank sehingga

tingkat kepercayaan masyarakat akan bertambah. Dengan demikian, profitability

dan safety akan berjalan beriringan. Dalam rangka mencapai tujuan inilah alasan

mengapa bank memerlukan dan menyusun sistem pengendalian.

Namun sistem pengendalian cenderung berulah apabila tidak terdapat

maintenance yang teratur dan kontinyu. Kurangnya pengawasan dapat

menyebabkan pegawai menjadi lalai dalam mengerjakan tugasnya. Salah satu

contohnya adalah dalam prosedur pelaksannan pemberian kredit yang salah satu

peraturannya memiliki batas pemberian kredit maksimum. Apabila dalam

pelaksanaannya terdapat pemberian kredit yang melebihi batas kredit ang

diotorisasi dengan jumlah yang besar, maka akan memungkinkan timbulnya

masalah dalam penyelesaian kredit tersebut nantinya seperti kemungkinan

ketrlambatan pengembalian atau ketidakmampuan untuk mengembalikan atau

membayar.

Dampak terburuk dari kurangnya perhatian terhadap pengendalian adalah

tidak sedikit pula bank-bank umum maupun swasta ang mengalami likuidasi. Hal

ini dikarenakan keterbatasan manajemen perbankan dalam pengendalian intern

Page 3: Real Proposal

untuk mengelola resiko sudah dipastikan akan selalu hadir dalam aktivitas

perbankan sehari-hari.

Seperti kita ketahui terdapat bermacam-macam resiko yan harus dihadapi

oleh bank, salah satunya adalah resiko kredit ang dapat menyebabkan pinjaman

yang diberikan tidak dapat menghasilkan keuntungan optimal, baik bagi bank

maupun bagi debitur, sehingga mengakibatkan pinjaman tersebut tidak dapat

dikembalikan oleh nasabah atau yang lebih dokenan dengan istilah kredit macet.

Kredit macet atau kredit bermasalah tentu masih apat ditangani apabila kredit

tersebut masih mempunyai prospek untuk diselamatkan. Namun apabila kredit

bermasalah tersebut tidak mempunyai prospek untuk diselamatkan lagi, dan

ternyata dengan nominal yang besar atau material tentu saja hal ini dapat

berpengaruh terhadap kontinuitas, keselamatan, perkembangan dan kelancaran

usaha bank yang bersangkutan, karena kegiatan utama bank tidak terlepas dari

uang dan kredit sebagai sumber pendapatannya yang utama dan terbesar.

Oleh sebab itu, menarik untuk ditelit persyaratan apa saja yang

dikeluarkan oleh bank dalam memberikan atau mencairkan kredit pada nasabah,

disertai hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dan yang harus terus dimonitor

oleh bank terutama bagi debitur engan pinjaman nominal yang tinggi, serta

tindakan penanggulangan dan foolow up yang diambil apabila ternyata masih

sering terjadi kredit macet. Penelitian ini difokuskan pada unit Sentra Kredit Kecil

PT. Bank Negara Indonesia (persero) Tbk. Yang merupakan bank milik Badan

Usaha Milik Negara (BUMN) yang memiliki wilayah operasi Sumatera Bagian

Selatan mencakup Sumatera Selatan, Jambi, dan Bangka Beltung. Bank ini mulai

Page 4: Real Proposal

beroperari sejak tahun 1946 dan sudah memiliki ikatan yang kuat dengan

pembiayaan terhadap masyarakat. Tidak menutup kemungkinan prosedur yang

digunakan oleh bank tersebut bisa saja hampir sama dengan prosedur yang

digunakan oleh bank umum lain. Namun juga tidak menutup kemungkinan

terdapat beberapa perbedaan mengenai implementasi atas prosedur pemberian

kredit tersebut mulai dari kredit tersebut diajukan oleh debitur hingga kredit

tersebut dicairkan oleh pihak bank, serta bagaimana pengelolaan dan penanganan

kredit tersebut selanjutnya sebagai bentuk pengendalian bank yang bersangkutan.

Hal ini dikarenakan pengendalian intern yang baik meliputi pengendalian

di seluruh aspek aktivitas perusahaan. Pengendalian tersebut meliputi prosedur

atau kebijakan yang diterapkan perusahaan. Pengendalian tersebut meliputi

prosedur atatu kebijakan yang diterapkan perusahaan, khususnya menyangkut

pemberian kredit yang harus dipatuhi oleh seluruh elemen perusahaaan, serta

bagaimana implementasi dari seluruh struktur organisasi di dalamnya, dengan

tugas dan tanggung jawabnya masing-masing, dalam menjalankan prosedur

tersebut.

Dari uraian di atas maka sebagai pokok permasalahan dalam penulisan

skripsi ini, penulis memilih masalah yang berhubungan dengan cara kerja struktur

pengendalian intern atas pemberian kredit yang dapat mempengaruhi efektivitas

perusahaan dengan judul “Evaluasi Pengendalian Intern Atas Prosedur

Pemberian Kredit Dalam Rangka Peningkatan Pengendalian Kredit Pada

Sentra Kredit Kecil PT. Bank BNI (Persero) Tbk. Palembang.”

Page 5: Real Proposal

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan hasil pengamatan penulis maka dapat dirumuskan permasalahan

yang dihadapi, yaitu:

1. Apakah prosedur pemberian kredit yang ditetapkan oleh Sentra Kredit Kecil

PT. Bank BNI (Persero) Tbk. Palembang telah memiliki pengendalian intern yang

baik?

2. Bagaimana implementasi pengendalian intern atas prosedur pemberian kredit

tersebut?

I.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sesuai dengan permasalahan diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam

penulisan skripsi adalah:

1. Untuk mengetahui sejauh mana penerapan pengendalian intern dalam prosedur

pemberian kredit oleh Sentra Kredit Kecil PT. Bank BNI (Persero) Tbk.

Palembang.

2. Untuk dapat menilai implementasi dari pengendalian intern pemberian kredit

yang dijalankan oleh Sentra Kredit Kecil PT. Bank BNI (Persero) Tbk.

Palembang.

3. Agar dapat memberkan saran yang perlu diterapkan untuk mencapai

pengendalian intern atas pemberian kredit yang memuaskan dan mencari jalan

keluar yang terbaik apabila terjadi penyimpangan atau kesalahan dalam penerapan

pengendalian intern pada Sentra Kredit Kecil PT. Bank BNI (Persero) Tbk.

Palembang.

Page 6: Real Proposal

Manfaat yang diharapkan adalah:

1. Bagi Peneliti

Untuk memperluas pengetahuan dan wawasan penulis mengenai pengendalian

intern yang diterapkan di dunia perbankan, khususnya mengenai masalah kredit.

2. Bagi Pembaca

Sebagai bahan informasi dan membantu dalam pengambilan keputusan bagi

pembaca untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

3. Bagi Perusahaan

Sebagai salah satu informasi bagi pimpinan perusahaan atau pengambil keputusan

dalam pemberian kredit di masa menatang.

I.4 Rencana Sistematika Skripsi

Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai penulisan skripsi ini, maka

akan diuraikan secara singkat sistematika pembahasan pada masing-masing bab

yaitu sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini merupakan awal penulisan skripsi yang akan menguraikan

pokok-pokok pikiran yang menjadi dasar penulisan skripsi yang

meliputi : latar belakang penulisan, perumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika

pembahasan.

BAB II : LANDASAN TEORI PENGENDALIAN INTERN PADA

PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT BANK

Page 7: Real Proposal

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai pengertian dan arti

pentingnya peranan pengendalian intern, prinsip-prinsip

pengendalian intern yang baik, komponen atau unsur-unsur

pengendalian intern dalam hubunganna dengan pemberian kredit,

serta prosedur umum pemberian kredit.

BAB III : GAMBARAN UMUM SENTRA KREDIT KECIL PT. BANK BNI

(PERSERO) Tbk. PALEMBANG

Bab ini menguraikan secara singkat sejarah Sentra Kredit Kecil PT.

Bank BNI (Persero) Tbk. Palembang, visis dan misi, struktur

organisasi dan pembagian tugas serta tanggung jawab manajemen.

Dalam ban ini juga akan diuraikan kebijakan pengelolaan kredit

yang terdiri dari sistem dan prosedur kerja bagian kredit, produk

kredit, perkembangan dalam jumlah kredit, dan pengendalian

dalam pemberian kredit dalam Sentra Kredit Kecil PT. Bank BNI

(Persero) Tbk. Palembang.

BAB IV : EVALUASI PENGENDALIAN KREDIT ATAS PROSEDUR

PEMBERIAN KREDIT PADA SENTRA KREDIT KECIL PT.

BANK BNI (PERSERO) Tbk. PALEMBANG

Bab ini akan menyajikan tentang analisis atas prosedur pemberian

kredit yang ada pada bank serta implementasinya yang dikaitkan

dengan prinsip-prinsip pengendalian intern yang baik.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Page 8: Real Proposal

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan terhadap

permasalahan yang telah dirumuskan, maka ditarik kesimpulan

yang menyeluruh dan kemudian diberikan beberapa saran yang

mungkin berguna untuk mengatasi masalah yang ada seseuai

dengan kondisi perusahaan.

Page 9: Real Proposal

BAB II

STUDI PUSTAKA

II.1 Lembaga Keuangan Bank

II.1.1 Pengertian Bank

Undang-undang Republik Indonesia No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan

yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998:

a. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

banyak.

b. Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup

kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan

usahanya.

Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

II.1.2 Penggolongan Bank

Berdasarkan Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998 tentang

perbankan penggolongan bank berdasarkan jenisnya:

Page 10: Real Proposal

a. Bank Umum

Bank umum adalah bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran, di mana dalam pelaksanaan kegiatan usahanya dapat secara

konvensional atau berdasarkan prinsip syariah.

b. Bank Perkreditan Rakyat

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang tidak memberikan jasa dalam

lalu lintas pembayaran, yang dalam pelaksanaan kegiatan usahanya dapat secara

konvensional atau berdasarkan prinsip syariah.

II.1.3 Usaha Pokok Bank

Bank pada dasarnya merupakan perantara antara SSU (surplus spending

unit) dengan DSU (defisit spending unit), usaha pokok bank didasarkan atas

empat hal pokok, yaitu:

1) Denomination Divisibility

Adalah bank yang menghimpun dana dari SSU yang masing-masing nilainya

relatif kecil, tetapi secara keseluruhan jumlahnya akan sangat besar. Dengan

demikian bank dapat memenuhi permintaan DSU yang membutuhkan dana

tersebut dalam bentuk kredit.

2) Maturity Flexibility

Adalah bank dalam menghimpun dana menyelenggarakan bentuk-bentuk

simpanan yang bervariasi jangka waktu dan penarikannya, seperti rekening giro,

rekening koran, deposito berjangka, sertifikat deposito, buku tabungan dsb.

3) Liquidity Transformation

Page 11: Real Proposal

Adalah dana yang disimpan oleh para penabung (SSU) kepada bank umumnya

bersifat likuid. Karena itu, SSU dapat dengan mudah mencairkannya sesuai

dengan bentuk tabungannya.

4) Risk Diversification

Adalah bank dalam menyalurkan kredit kepada banyak pihak atau debitur dan

sektor-sektor ekonomi yang beraneka macam, sehingga risiko yang dihadapi bank

dengan cara menyebarkan kredit semakin kecil.

II.2 Pengendalian Intern Kredit

II.2.1.Pengertian Pengendalian Intern

Struktur pengendalian intern menurut Ikatan Akuntansi Indonesia

(1996:19) sebagaimana tercantum dalam standar profesional akuntan publik

adalah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan untuk memperoleh keyakinan

yang memadai bahwa tujuan usaha yang spesifik akan dapat dicapai. Pengertian

keyakinan memadai mengandung arti bahwa struktur pengendalian intern satuan

usaha tidak melebihi manfaat yang diharapkan.

Struktur pengendalian intern suatu organisasi terdiri dari kebijakan dan

prosedur yang diciptakan untuk memberikan jaminan yang memadai agar tujuan

organisasi dapat tercapai (Mulyadi,2001:164). Pengendalian intern meliputi

rencana organisasi dan semua metode yang terkoordinisir dan tindakan atau

ukuran yang diterapkan dalam suatu perusahaan untuk mengamankan hartanya,

mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, meningkatkan efisiensi operasi

Page 12: Real Proposal

dan mendorong kekuatan kebijakan yang telah ditetapkan oleh manajemen

(Bambang Hariadi,1990:3).

Berdasarkan Pengertian pengendalian intern tersebut, terdapat beberapa

konsep dasar sebagai berikut :

a. Pengendalian intern merupakan proses untuk mencapai tujuan tertentu.

b. Pengendalian intern dijalankan oleh orang.

c. Pengendalian intern diharapkan hanya dapat memberikan keyakinan yang

memadai, bukan keyakinan mutlak karena pengendalian intern mengandung

keterbatasan yang dapat menimbulkan resiko.

II.2.2. Unsur Pengendalian Intern

Unsur pengendalian intern menurut Mulyadi (2001:166), antara lain :

a. Adanya struktur organisasi yang menggambarkan pemisahan fungsi-fungsi.

Fungsi-fungsi yang harus dipisahkan :

1. Fungsi pengawasan

2. Fungsi pencatatan

3. Fungsi penyimpanan

b. Sistem pemberian wewenang dan prosedur pencatatan salah satu cara untuk

mengendalikan harta, utang, pendapatan dan biaya adalah melalui pemberian

wewenang sampai batas-batas kewajaran yang telah ditetapkan.

c. Unsur pelaksanaan yang wajar.

Prosedur yang telah ditetapkan seyogyanya ditaati oleh setiap petugas di dalam

perusahaan.

d. Unsur kualitas pegawai.

Page 13: Real Proposal

Sistem pengendalian pegawai hanya akan berfungsi apabila petugas pelaksana

memiliki kecakapan berdasarkan pengalaman dan pendidikan.

II.2.3 Tujuan Struktur Pengendalian Intern

Tujuan struktur pengendalian intern menurut Mulyadi (2001:169) adalah

sebagai berikut:

1. Menjaga Kekayaan organisasi

2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi

3. Mendorong efisiensi

4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen

2.2.4. Keterbatasan struktur pengendalian intern

Keterbatasan struktur pengendalian intern menurut Mulyadi dan Kanaka

(1998:173), yaitu :

1. Kesalahan dalam pertimbangan

Seringkali manajemen dan personel perusahaan salah dalam mempertimbangkan

keputusan bisnis yang diambilnya, karena keterbatasan informasi, waktu dan

tekanan lain.

2. Gangguan

Gangguan dalam pengendalian yang telah ditetapkan mungkin terjadi karena

personel salah dalam memahami dan menafsirkan kebijakan, perintah atau

membuat kesalahan karena kelalaian, kurangnya perhatian atau karena kelelahan.

Page 14: Real Proposal

3. Kolusi

Kolusi merupakan kerjasama yang dibangun oleh beberapa orang untuk tidak

mematuhi pengendalian intern, untuk tujuan mengambil keuntungan dan

melakukan kecurangan terhadap kekayaan entitas untuk keperluan pribadi.

4. Pengabaian oleh pengurus (manajemen)

Manajemen atau pengurus dengan wewenang pengambilan keputusan yang ada

pada mereka dapat mengabaikan kebijakan atau prosedur yang telah ditetapkan

untuk mengambil keuntungan pribadi, penyajian laporan keuangan yang

berlebihan, dan kepatuhan semu.

5. Biaya lawan manfaat

Dalam membangun dan mengimplementasikan pengendalian intern pengurus

mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan dengan manfaat yang diperoleh..

Namun manfaat yang diperoleh dari pengendalian intern sulit diukur karena

umumnya bersifat kualitatif.

6. Sence of Control

Bilamana pengawas dan pengurus serta manajer atau direksi tidak memiliki sence

of control yang memadai akan mendorong mereka untuk tidak mengembangkan

dan mengimplementasikan pengendalian intern dengan baik.

II.2.4 Pengujian pengendalian intern

Pengujian pengendalian menurut Mulyadi dan Kanaka (1998:10) adalah

prosedur audit yang dilaksanakan untuk menentukan efektivitas desain dan atau

operasi kebijakan dan presedur dalam hubungannya dengan operasi suatu

kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern, pengujian pengendalian

Page 15: Real Proposal

dilakukan berkaitan dengan apakah kebijakan dan prosedur sesungguhnya

berjalan dengan baik. Kebijakan dan prosedur akan efektif bila diterapkan

semestinya secara konsisten oleh orang yang berwewenang.

Jenis penguji pengendalian :

1. Permintaan keterangan

2. Pengamatan

3. Inspeksi

4. Pelaksanaan kembali

II.2.5. Pengendalian Intern Kredit

1. Pengertian Kredit

Pengertian kredit menurut UU No.10/1998 Pasal 1 ayat 11 adalah

penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan

persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain

yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu

tertentu dengan pemberian bunga. Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan

bahwa kredit merupakan pembiayaan yang potensial menghasilkan pendapatan

disbanding dengan alternatif pendanaan lainnya.

2. Pengertian pengendalian intern kredit

Pengendalian intern kredit adalah usaha-usaha untuk menjaga kredit yang

diberikan tetap lancar, produktif dan tidak macet. Lancar dan produktif artinya

kredit itu dapat ditarik kembali bersama bunganya sesuai dengan perjanjian yang

telah disetujui kedua belah pihak (Malayu Hasibuan,2001:105).

Page 16: Real Proposal

Pengendalian intern kredit penting, karena jika kredit macet berarti kerugian bagi

bank bersangkutan. Oleh karena itu, penyaluran kredit harus didasarkan pada

prisip kehati-hatian dan dengan sistem pengendalian intern kredit yang baik dan

benar.

3. Tujuan pengendalian intern kredit

Tujuan pengendalian intern kredit bagi bank adalah untuk :

a. Menjaga agar kredit yang disalurkan tetap aman

b. Mengetahui apakah kredit yang disalurkan itu lancar atau tidak

c. Melakukan tindakan pencegahan dan penyelesaian kredit macet atau kredit

bermasalah

d. Mengevaluasi apakah prosedur penyaluran kredit yang dilakukan telah baik

atau masih perlu disempurnakan

e. Memperbaiki kesalahan-kesalahan karyawan analisis kredit dan mengusahakan

agar kesalahan itu tidak terulang kembali

f. Mengetahui posisi persentase collectibility credit yang disalurkan bank

g. Meningkatkan moral dan tanggung jawab karyawan analisis kredit bank

(Malayu Hasibuan,2001:105)

4. Unsur pengendalian intern kredit

Unsur pengendalian piutang (kredit) yang harus ada adalah sebagai berikut :

a. Rencana kebijakan kredit

Rencana kebijakan kredit dimaksudkan sebagai penyusunan segenap komponen

yang mengatur perihal perkreditan bank, baik prosedur, jumlah kredit maupun

jangka waktu dan tingkat bunga kredit yang disusun dan dijadikan pedoman bank

Page 17: Real Proposal

melaksanakan penyaluran kredit kepada debitur. Kebijakan kredit bank yang

komprenhensif terdiri dari dari tiga bagian yaitu :

1) Kebijakan umum kredit

Kebijakan umum kredit menyangkut: sasaran yang ingin dicapai, strategi pokok

penyaluran kredit, daerah pemasaran, standar mutu kredit dan jaminan yang di

kehendaki, dan batas wewenang persetujuan / pemberian kredit.

2) Prosedur pemberian dan pengawasan

Merupakan kebijaksanaan yang harus dipenuhi oleh bank dan calon debitur.

Secara garis besar prosedur pemberian kredit menyangkut tiga persoalan yaitu,

standar dokumentasi kredit, perlindungan melalui program asuransi dan

pengawasan kredit.

3) Pedoman khusus penanganan kredit

Kebijakan yang disesuaikan dengan kondisi khusus dan tujuan tiap sektor

ekonomi, karena tiap sektor ekonomi mempunyai kondisi tujuan yang tidak sama.

b. Analisis permohonan kredit

Analisis permohonan kredit terkait dengan calon debitur, langkah yang dilakukan

bank sampai dengan menganalisis permohonan kredit :

1) Permohonan Kredit

Tahap pertama dalam pemberian kredit adalah pengajuan permohonan kredit oleh

calon debitur. Permohonan ini bisa diajukan secara tertulis tetapi dalam

prakteknya lebih banyak dilakukan secara lisan.

2) Pengumpulan data dan pengamatan jaminan.

Page 18: Real Proposal

Apabila permohonan kredit dinilai layak, maka pihak bank akan melakukan

pengumpulan data lapangan baik menyangkut data pribadi maupun reputasi dan

hal-hal lain yang berkaitan dengan bisnis calon debitur.

3) Analisis kredit

Tahap yang paling menentukan dalam analisis dan pengambilan keputusan

pemberian kredit adalah penentuan layak atau tidak permohonan kredit calon

debitur. Disini pihak bank dituntut obyektif dan konsisten atas hasil analisis

dengan berpegang pada prinsip-prinsip kelayakan kredit.

Prinsip analisis kredit dalam dunia perbankan dikenal dengan konsep

5C, yaitu :

a) Character (Watak) Karakter pemohon kredit dapat diperoleh dengan cara

mengumpulkan informasi dari referensi nasabah dan bank-bank lain tentang

perilaku, kejujuran,pergaulan, dan ketaatannya memenuhi pembayaran transaksi.

Karakter yang baik jika ada keinginan untuk membayar kewajibannya.

b) Capacity (Kemampuan) Kemampuan calon debitur perlu dianalisis apakah ia

mampu

memimpin perusahaan dengan baik dan benar. Kalau ia mampu meminpin

perusahaan, ia akan dapat membayar pinjaman sesuai dengan perjanjian dan

perusahaannya tetap berdiri.

c) Capital (Modal) Modal dari calon debitur harus dianalisis mengenai besar dan

struktur modalnya yang terlihat dari neraca lajur perusahaan calon debitur.

d) Condition (Kondisi) Analisis terhadap aspek ini meliputi analisis terhadap

variabel makro yang melingkupi perusahaan baik variabel regional,nasional

Page 19: Real Proposal

maupun internasional. Variabel yang diperhatikan terutama adalah variabel

ekonomi.

e) Collateral (Jaminan) Penilaian ini meliputi penilaian terhadap jaminan yang

diberikan debitur sebagai pengaman kredit yang diberikan bank. Penilaian

tersebut meliputi kecenderungan nilai jaminan dimasa depan dan tingkat

kemudahan mengkonversikannya menjadi uang tunai (Marketability)

Selain konsep atau prinsip 5C tersebut diatas, dalam prakteknya bank juga

seringkali menerapkan dasar penilaian lain yang sering disebut dengan prinsip 4P

yaitu :

a) Personality Bank mencari data tentang kepribadian calon debitur seperti

riwayat hidupnya, hobi, keadaan keluarga, social standing, serta hal-hal lain yang

erat hubungannya dengan kepribadian si peminjam.

b) Purpose Bank mencari data tentang tujuan atau keperluan penggunaan kredit.

c) Prospect Bank mencari data tentang harapan masa depan dari bidang usaha atau

kegiatan usaha sipeminjam.

d) Payment Bank mencari data tentang bagaimana perkiraan pembayaran kembali

pinjaman yang akan diberikan.

c. Pengawasan kredit Pengawasan kredit merupakan proses penilaian dan

pemantauan kredit sejak analisis agar yang dilaksanakan dapat berjalan sesuai

dengan rencana kredit pengawasan kredit dapat dibedakan menjadi :

1) Preventif Control

Page 20: Real Proposal

Merupakan pengawasan kredit yang dilakukan sebelum pencairan kredit dengan

bertujuan untuk mencegah kemungkinan terjadi penyimpangan penggunaan

kredit.

2) Represif Control

Merupakan pengawasan kredit yang dilakukan setelah pencairan dan saat

penggunaan kredit dengan tujuan untuk mengatasi setiap penyimpangan yang

terjadi. (Faisal Abdullah,2003:88-96)

d. Kolektibilitas Kredit

Merupakan penggolongan kredit berdasarkan kategori tertentu guna memantau

kelancaran pembayaran kembali (angsuran) oleh debitur. Berdasarkan surat

keputusan Direksi Bank Indonesia No.31 / 147 / Kep / DIR Tanggal 12 Nofember

1998 tentang kualitas aktiva produktif pasal 6 ayat 1, membagi tingkat

kolektibilitas kredit menjadi:

1) Kredit lancar

Kredit lancar yaitu kredit yang perjalanannya lancar atau memuaskan, artinya

segala kewajiban (bunga atau angsuran utang pokok diselesaikan oleh nasabah

secara baik).

2) Kredit dalam perhatian khusus

Kredit dalam perhatian khusus yaitu kredit yang selama 1-2 bulan mutasinya

mulai tidak lancar, debitur mulai menunggak.

3) Kredit tidak lancar

Page 21: Real Proposal

Kredit tidak lancar yaitu kredit yang selama 3 atau 6 bulan mutasinya tidak lancar,

pembayaran bunga atau utang pokoknya tidak baik. Usaha-usaha approach telah

dilakukan tapi hasilnya tetap kurang baik.

4) Kredit diragukan

Kredit diragukan yaitu kredit yang telah tidak lancar dan telah pada jatuh

temponya belum dapat juga diselesaikan oleh debitur yang bersangkutan.

5) Kredit macet

Kredit macet sebagai kelanjutan dari usaha penyelesaian atau pengaktifan kembali

kredit yang tidak lancar dan usaha itu tidak berhasil, barulah kredit tersebut

dikategorikan kedalam kredit macet. (Muchdarsyah Sinungan,2000:235-236)

II.3 Unsur Struktur Pengendalian Intern dan Hubungannya Dalam Prosedur

Pemberian Kredit

Pengendalian intern mencakup tiga kategori dasar kebijakan dan prosedur

yang dirancang dan digunakan manajemen untuk memberikan keyakinan

memadai bahwa tujuan pengendalian dapat dipenuhi. Ketiga kategori ini disebut

sebagai elemen atau unsur struktur pengendalian intern yang terdiri dari: (IAI,

1994:319)

1. Lingkungan Pengendalian

2. Sistem Akuntansi

3. Prosedur Pengendalian

Serta hubungannya dengan pemberan kredit yang akan diuraikan lebih

lanjut sebagai berikut:

Page 22: Real Proposal

1. Lingkungan Pengendalian

Pengertian lingkungan pengendalian adalah merupakan pengaruh gabungan dari

berbagai faktor dalam membentuk memperkuat atau memperlemah efektivitas

kebijakan dan prosedur tertentu. Lingkungan pengendalian merupakan dasar

untuk semua komponen pengendalian intern yang menyediakan disisplin dan

struktur.

Lingkungan pengendalian dalam suatu entitas terdiri dari: (Arens, Elder, dan

Beasley, 2004:402)

a. integritas dan Nilai-nilai Etis

b. Komitmen untuk Kompetensi

c. Partisipasi Dewan Direksi atau Komite Audit

d. Filosofi dan Gaya Operasional Manajemen

e. Struktur Organisasi

f. Penugasan dari Otoritas dan Tanggung Jawab

g. Kebijakan dan Praktik Sumber Daya Manusia

Lingkungan pengendalian mencerminkan keseluruhan sikap, kesadaran an

tindakan dari dewan komisaris, manajemen, pemilik,dan pihak lain mengenai

pentingnya pengendalian dalam pemberian kredit, dengan jalan seperti

menetapkan kebijakan dan prosedur yang tepat di dalam pemberian kredit agar

pelaksannannya dilakukan dengan bijaksana, cermat dan dengan perhitungan yang

matang.

Hubungan antara lingkungan pengendalian dengan pemberian kredit

adalah bahwa di dalam pemberian kredit harus berpedoman pada falsafah

Page 23: Real Proposal

manajemen dan gaya operasi perusahaan yang ditetapkan oleh manajemen

perusahaan berupa peraturan da kebijaksanaan serta prosedur-prosedur dalam hal

pemberian kredit.

Struktur organisasi perlu mendapat perhatian yang serius agar tidak terjadi

kesimpangsiuran pembagian tugas serta wewenang , dan adanya pemisahan

wewenang dan tanggung jawab yang jelas dalam tubuh organisasi. Dalam hal

pemberian kredit misalnya, harus ada pemisahan fungsi antara pejabat yang

menetujui kredit, yang melakukan pembayaran kepada debitur, bagian penagihan,

bagian analisis, bagian administrasi kredit dan taksasi agunan, serta komite kredit

yang dibentuk berfungsi dengan baik.Misalnya, hasil analisis kredit akan

dituangkan ke suatu proposal kredit untuk diajukan ke komite kredit.

Agar tujuan pemberian kredit tercapai, manajemen harus menetapkan

sejumlah pengendalian dalam emantau dan menindaklanjuti kinerja selama ini.

Salah satu hal yang sangat penting adalah personil yang kompeten yang artinya

mereka harus mempunyai pengetahuan, pengalaman serta keterampilan yang

memadai dalam menangani bidang kredit. Kita dapat melihatnya dari latar

belakang pendidikan, pelatihan serta pengalaman yang dimiliki atau lamanya

bekerja serta riwayat historikalnya selama dalam bidang perkreditan.

2. Sistem Akuntansi

Sistem akuntansi terdiri dari metode dan catatan yang diciptakan untuk

mengidentifikasikan, menghimpun, mencatat, mengelompokkan, menganalisis,

dan melaporkan transaksi satuan usaha dan untuk menyelenggarakan

pertanggungjawaban aktiva dan kewajiban yang bersangkutan dengan transaksi

Page 24: Real Proposal

tersebut. Sistem akuntansi yang efektif mempertimbangkan pembuatan metode

dan catatan yang akan:

a. Mengidentifikasikan dan mencatat semua transaksi yang sah.

b. Menggambarkan transaksi secara tepat waktu dan rinci sehingga

memungkinkan pengelompokan transaksi secara semestinya untuk pelaporan

keuangan.

c. Mengukur nilai prestasi dengan cara memungkinkan pencatatan nilai keuangan

yang layak dalam laporan keuangan

d. Menentukan periode terjadinya transaksi untuk memungkinkan pencatatan

transaksi pada periode transaksi akuntansi yang semestinya.

e. Menyajikan dengan semestinya transaksi dan pengungkapannya dalam laporan

keuangan

Hubungan antara sistem akuntansi dengan pemberian kredit adalah

akuntansi bersifat konstruktif karena dimulai dari dara asli dan diakhiri dengan

laporan yang merupakan ikhtisar data. Kesemuanya dari data ini menunjukkan

perlunya data dari berbagai pihak yang mempunyai kepentingan, baik pimpinan,

para pemilik, pemegang saham maupun pihak lain misalnya kreditur, bank lain,

pihak pajak, yang semuanya ingin mengetahui hasil-hasil perkembangan dan

kegiatan perusahaan serta kemajuan-kemajuan yang telah diperoleh.

Bagi bank laporan ini sangat berguna sebagai bahan pertimbangan untuk

dapat atau tidaknya kredit diberikan. Apakah laporan keuangan yang dibuat dapat

diuji kebenarannya dan dapat dipertanggungjawabkan, dan apakah kredit yang

diberikan akan menunjang dan meningktkan laba perusahaan dari tahun ke tahun.

Page 25: Real Proposal

Hal ini dikarenakan pada saat permohonan kredit diajukan hingga kredit

tersebut direalisasi, salah satu syarat yang diperlukan adalah laporan keuangan

yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi sehingga keakuratan, kebenaran dan

kelengkapannya dituntut untuk menghasilkan keputusan kredit yang tepat.

3. Prosedur Pengendalian

Prosedur pengendalian adalah kebijakan dan prosedur sebagai tambahan

terhadap empat komponen yang lain yang telah diciptakan oleh manajemen untuk

memberi keyakinan memadai bahwa tujuan tertentu satuan usaha akan tercapai.

Pengembangan aktivitas pengendalian yang berhubungan dengan kebijakan dan

prosedur jenis ini umumnya masuk ke dalam lima jenis aktivitas pengendalian

berikut ini: (Arens, Elder, dan Beasley, 204:406)

a. Pemisahan kewajiban yang memadai

Maksudnya pemisahan tugas yang dapat menghapuskan kesempatan yang

memungkinkan suatu pihak berada dalam posisi yang dapat melakukan dan

sekaligus dapat menutupi ketidakberesan dalam perjalanan tugasnya sehari-hari.

Oleh sebab itu, tanggung jawab untuk memberikan otoritas transaksi, mencatat

transaksi, dan menyimpan aktiva perlu dipisahkan.

b. Otorisasi yang sesuai dari transaksi dan aktivitas

Dalam setiap transaksi harus disetujui atau mendapat otorisasi yang sesuai dari

phak yang berwenang untuk ditangani lebih lanjut.

c. Dokumen dan catatan yang memadai

Suatu dokumen harus memberikan kepastian bahwa semua transaksi telah dicatat

dan tidak ada transaksi yang dicatat lebih dari sekali. Syarat dokumen yang baik

Page 26: Real Proposal

adalah bernomor urut (prenumbered) untuk mendukungpengendalian atas

dokumen sebagai penolong dalam mencari lokasi dokumen di dalam lemari arsip

apabila dibutuhkan, disisapkan segera setelah terjadinya transaksi untuk menjaga

kredibilitas dokumen tersebut cukup, cukup sederhana untuk memastikan bahwa

mudah dimengerti, serta dirancang untuk berbagai penggunaaan sehingga

meminimalkan bentuk dari berbagai dokumen yang berbeda-beda. (Arens, Elder,

dan Beasley, 2004:409)

d. Pengendalian fisik atas asset dan catatan

Misalnya penerapan fasilitas yang melindungi untuk akses fisik ke program, arsip

dokumen atau data paling penting perusahaan.

e. Pemeriksaan independen atas penampilan

Misalnya pengecekan atas rekonsiliasi kas, perbandingan aktiva yang ada dengan

pertanggungjawaban yang tercatat, pengawasan dengan menggunakan program

computer, penelaahan oleh manajemen atas laporanyang menikhtisarkan rincian

akun misalnya saldo piutang kredit ang dirinci memurut umur piutang dan

sebagainya.

Hubungan prosedur pengendalian dan pemberian kredit adalah bahwa

penciptaan kebijakan dan prosedur sebagai tambahan terhadap lingkungan

pengendalian dan sistem akuntansi oleh pihak manajemen yaitu untuk

memberikan keyakinan bahwa tujuan pemberian kredit oleh pihak bank kepada

nasabah berupa didapatkannya bunga akan tercapai, misalnya ada kebijakan

tertulis mengenai kredit yang memuat ketentuan mengenai limit cabang dan limit

pemberi persetujuan, ketentuan mengenai jenis kredit yang dilarang, ketentuan

Page 27: Real Proposal

mengenai jangka waktu kredit (maksimum dan minimum), kektentuan mengenai

perbandingan antara kredit dan jaminan, ketentuan bunga dan provisi, informasi

keuangan yang harus diperoleh dari debitur, serta pengertian kredit bermasalah

dan penanganannya.

Pembagian struktur pengendalian intern ke dalam tiga unsur ini

memudahkan pembahasan mengenai sifatnya serta kaitannya masing-masing

dengan pemberian kredit dan bagaimana auditor memperimbangkannya dalam

suatu audit. Namun, pertimbangan utama auditor adalah apakah kebijakan atau

prosedur struktur pengendalian intern mempengaruhi asersi dalam laporan

keuanagan, dan bukan mengenai penggolongannya ke dalam kelompok tertentu

tersebut. Sedangkan bagi pihak manajemen ketiga unsur stuktur pengendalian

intern di atas dirancang dan digunakan oleh pihak manajemen perusahaan untuk

memberikan keyakinan yang memadai bahwa tujuan pengendalian dalam

prosedur pemberian kredit dapat dipenuhi

Page 28: Real Proposal

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari ruang lingkup

pembahasan, jenis dan sumber data yang digunakan, metode pengumpulan data,

serta teknik analisis data yang digunakan.

III.1 Ruamg Lingkup Permasalahan

Penelitian akan dilakukan dengan mengambil objek yaitu Sentra Kredit

Kecil PT. Bank BNI (Persero) Tbk. Palembang. Dalam ruang lingkup

permasalahan penulis memfokuskan pembahasan yang ditekankan pada masalah

struktur pengendalian intern atas prosedur pemberian kredit pada Sentra Kredit

Kecil PT. Bank BNI (Persero) Tbk. Palembang.

III.2 Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan adalah data subjek berupa opini responden, data

fisik dan documenter berupa lembar perjanjian kredit dari bank yang bersngkutan

yang bersumber dari data primer maupun data sekunder, baik dari hasil

wawancara maupun pencarian informasi tambahan dari buku maupun internet

yang menunjang literature penelitian.

1. Data Primer

Penulis melakukan wawancara kepada pejabat di bagian kredit dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan seputar kredit yang diberikan oleh Sentra

Kredit Kecil PT. Bank BNI (Persero) Tbk. Palembang.

Page 29: Real Proposal

Selanjutnya peneliti melakukan observasi atau pengamatan terhadap

aktivitas perusahaan dalam proses pemberian kredit, dimulai dari proses

permohonan kredit, analisa kredit, dan penarikan kredit.

2. Data Sekunder

Data yang ditetapkan penulis secara tidak langsung berupa bukti catatan

prosedur perkreditan, laporan perkembangan usaha perkreditan, serta laporan

historis Sentra Kredit Kecil PT. Bank BNI (Persero) Tbk. Palembang periode

Januari 2009 sampai Desember 2009. Data sekunder pada penelitian juga sumber-

sumber dari internet berupa jurnal, artikel maupun buku yang membahas

mengenai pengendalian intern dan prosedur kredit.

III.3 Teknik Analisis

Penulis menggunakan analisis deskriptif kualitatif yang dimulai dari

melakukan penilaian atas pengendalian intern pemberian kredit pada saat

permohonan sampai dengan penarikan kredit, melakukan pengolahan data,

penguraian hasil penelitian secara deskriptif dan terakhir, peneliti melakukan

evaluasi atas kebijakan prosedur pemberian kredit yang dilakukan oleh Kredit

Kecil PT. Bank BNI (Persero) Tbk. Palembang. Data dan informasi yang

dianalisis sesuai dengan kenyataan yang terjadi di perusahaan. Data-data yang ada

di dalam perusahaan dibandingkan dengan praktek dan prosedur yang sesuai

dengan standar yang ditetapkan perusahaan kemudian ditark kesimpulan yang

bersifat kualitatif berdasarkan perbandinagan antara teori dan fakta yang ada di

lapangan.

Page 30: Real Proposal

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah,Faisal.2003.Manajemen Perbankan (Teknik analisis kinerja keuangan

bank). Malang : UMM.

Algifari. 2000. Analisis Regresi Teori,Kasus dan Solusi. Yogyakarta: BPFE.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

Hasibuan, Malayu S.P.2001. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: Rineka Cipta.

Judisseno,Rimsky K.2002.Sistem Moneter da Perbankan di Indonesia.Jakarta:

PT.Gramedia Pustaka Utama.

Mulyadi dan Kanaka P.1998.Auditing.Jakarta : Salemba Empat.

Mulyadi.2001.Sistem Akuntansi. Yogykarta : STIE YKPN.

Munawir,S.2000.Analisa Laporan Keuangan.Yogyakarta : BPFE.

Republik Indonesia.1998.Undang-undang No.10 tahun 1998 Tentang Perubahan

Undang-undang No.7 Tahun 1992 Tentang Perubahan Perbankan.

Jakarta.

Page 31: Real Proposal

PROPOSAL SKRIPSI

Evaluasi Pengendalian Intern Atas Prosedur Pemberian Kredit Dalam Rangka Peningkatan Pengendalian Kredit Pada Sentra Kredit Kecil PT. Bank BNI (Persero) Tbk.

Palembang

DIAJUKAN OLEH

NAMA: MUHAMMAD RIDWAN

NIM : 01061003017

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDERALAYA

2009