The Real Gusdur

download The Real Gusdur

of 54

Transcript of The Real Gusdur

GUSDUR SANG PEMIMPIN KONTROVERSIALDibuat Untuk MemenuhiTugas Kepemimpinan Dosen Pembimbing Hj. R. Ratna Meisa Dai, S.Sos

Disusun Oleh Tazul Fauzy 170603080092 Bisnis B

UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ADMINISTRASI BISNIS

Kata PengantarPuji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan kita kesehatan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan rido dan rahmat yang Maha Kuasa penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul, Gusdur Sang Pemimpin

Kontroversial . Makalah ini berisikan tentang analisa kepemimpinan Gusdur yang dinilai sangat kontroversial. Dalam kesempatan ini penulis bermaksud untuk mengucapkan terima kasih kepada : Orang Tua yang senantiasa memberikan bantuan dari segi materi maupun immateri. y Ibu Ratna Dai sebagai dosen pembimbing yang senantiasa memberikan masukan dan arahan dalam proses pembuatan makalah ini. y Kepada semua pihak yang telah berperan dalam pembuatan ini. Penulis juga berharap agar makalah ini dapat berguna dikemudian hari oleh masyarakat luas ataupun rekan rekan mahasiswa pada khususnya. Guna penyempurnaan makalah ini, penulis sangat mengaharapkan kritik dan saran membangun agar makalah ini dapat menjadi lebih berguna. Sekian dan terima kasih. Bandung Agustus 2010

y

Penulis

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah KH. Abudrachman Wahid atau lebih dikenal dengan Gusdur merupakan tokoh pemimpin bangsa kita yang tergolong sangat unik. Sepak terjang Beliau banyak mengundang kontroversi di kalangan masyarakat maupun para elite politik. Hal ini tak lepas dari tindakan-tindakannya yang terkesan melawan arus pada era kepemimpinanya. Sosok Gusdur dikenal sebagai Bapak Pemimpin yang senantiasa berpihak pada rakyat. Oleh karena itu banyak masyarakat Indonesia yang memujanya. Tetapi di balik semua itu banyak pula yang tidak menyukai Gusdur. Berbagai tindakanya yang tergolong menyalahi arus membuat sebagian orang mulai berpaling darinya. Selain kelakuannya yang tergolong kontroversial, Gusdur memiliki kebisaan unik dalam menanggapi suatu permasalahan. Dia selalu memandang masalah dari sudut pandang yang unik dan melontarkan pendapatnya dengan kalimat kalimat yang terkesan sederhana, unik dan humor tetapi sangat sarat makna. Hal ini selalu membuat kita terkagum kagum disaat Beliau mengeleuarkan pernyataan uniknya. Seperti, Gitu aja Ko Repot , kalimat tersebut sungguh sangat mencengangkan bagi masyarkat Indonesia pada umumnya. Di saat Presiden di negara lain mempunyai perawakan yang berwibawa dan tutur kata yang sangat kaku tetapi Gusdur berani menunjukan Siapa Dia sebenarnya.

Dengan keterbatasan fisik dalam penglihatan Gusdur sangat berani berperan sebagai Pemimpin Bangsa Kita pada era 1999-2001. Menyikapi fenomena tentang sosok Gusdur, penulis bermakusd untuk mengulas sedikit tentag sosok Gusdur beserta dengan segala segi kepemimpinanya dengan dituangkan pada makalah yang berjudul, Gusdur Sang Pemimpin Kontroversial I.2 Perumusan Masalah Seperti yang telah disebutkan di atas, makalah ini bertujuan untuk mengulas sedikit mengenai sosok Gusdur yang kontroversial beserta segala aspek kepemimpinanya. Berikut adalah perumusan perumusan masalah yang akan diulas dalam makalah ini : Siapakah Gusdur sebenarnya ? Bagaimana dengan aspek kepemimpinan Gusdur? Mengapa Gusdur disebut Pemimpin yang Kontroversial?

y y y

BAB II TINJAUAN PUSTAKAII.1 Kepemimpinan dan Pemimpin Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri, satu sama lain saling membutuhkan dan kerjasama merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

kehidupannya. Organisasi merupakan wadah aktivitas manusia sekaligus tempat jalinan hubungan kerjasama antar manusia. Manusia juga sebagai makhluk individualis yang memiliki ego dan ambisi. Agar terjadi keselarasan antara sifat sosial dan individualis, maka setiap organisasi / kelompok kerja memerlukan pemimpin. Seorang pemimpin diharapkan mampu memimpin, mengerahkan dan mengarahkan manusia untuk bekerja sama mencapai tujuan yang diinginkan. Berikut adalah pengertian dari kepemimpinan dari beberapa ahli : Menurut Stephen P Robbins dalam Nawawi (2003), kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. y Stokdil, 1948. Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi aktivitas kelompok dalam rangka perumusan dan pencapaian tujuan. y Humphill, 1954. Kepemimpinan adalah langkah pertama yang hasilnya berupa pola interaksi kelompok yang konsisten dan bertujuan menyelesaikan problemproblem yang saling berkaitan.

y

y

Robert Tennenbaun, Irving R. Wischler, Fred Massarik. Definisi kepemimpinan menurut mereka adalah kepemimpinan sebagai pengaruh antar pribadi yang terjadi pada suatu keadaan dan diarahkan melalui proses komunikasi, kearah tercapainya sesuatu tujuan ataupun tujuan-tujuan yang sudah di tepapkan

y

Menurut Soekanto (1994), kepemimpinan adalah kemampuan dari seorang (yaitu pemimpin atau leader) untuk mempengaruhi orang lain (yaitu yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya) sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana yang dikehendaki pemimpin

Kesimpulan :

Kepemimpinan adalah proses interaksi antara pemimpin dan anggotanya yang dilakukan untuk memberikan influence-influence yang berimbas pada perubahan perilaku ataupun pola pikir guna proses pencapaian tujuan organisasi.

Pengertian kepemimpinan mengandung tiga determinan yaitu : y Adanya seorang pemimpin yang memiliki wibawa, posisi, kemampuan dan legimitasi y Adanya bawahan/pengikut yang memiliki derajat berbeda dengan kemampuan, motivasi, harapan dan kebutuhan. y Adanya situasi dan kondisi yang berbeda dari setiap tugas.

Kepemimpinan yang berhasil adalah kepemimpinan yang memiliki kemampuan memadukan ketiga determinan di atas secara tepat guna, sehingga tujua organisasi yang ditetapkan dapat tercapai. Dalam kehidupan sehari hari, baik di lingkungan keluarga, organisasi,

perusahaan sampai dengan pemerintahan sering kita dengar sebutan pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan. Ketiga kata tersebut memang memiliki hubungan yang berkaitan satu dengan lainnya.

Menurut Hasibuan (1994), pemimpin adalah seseorang yang mempergunakan wewenang dan kepemimpinannya untuk mengarahkan bawahan dalam mengerjakan sebagian pekerjaannya untuk mencapai tujuan organisasi, sedangkan kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut Susilo Martoyo (1994), pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan memimpin, kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain atau kelompok. Sedangkan kepemimpinan adalah keseluruhan aktivitas dalam rangka mempengaruhi orang lain agar mau bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang memang diinginkan bersama.

Beberapa ahli berpandapat tentang Pemimpin, beberapa diantaranya :

y

Menurut Robert Tanembaum, Pemimpin adalah mereka yang menggunakan wewenang formal untuk mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol para bawahan yang bertanggung jawab, supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan perusahaan.

y

Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Pemimpin adalah seseorang dengan wewenang kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan.

y

Menurut Lao Tzu, Pemimpin yang baik adalah seorang yang membantu mengembangkan orang lain, sehingga akhirnya mereka tidak lagi memerlukan pemimpinnya itu.

y

Menurut Prof. Maccoby, Pemimpin pertama-tama harus seorang yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Pemimpin yang baik untuk masa kini adalah orang yang religius, dalam artian menerima kepercayaan etnis dan moral dari berbagai agama secara kumulatif, kendatipun ia sendiri mungkin menolak ketentuan gaib dan ide ketuhanan yang berlainan.

y

Menurut Davis and Filley, Pemimpin adalah seseorang yang menduduki suatu posisi manajemen atau seseorang yang melakukan suatu pekerjaan memimpin.

y

Sedangakn menurut Pancasila, Pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong, menuntun, dan membimbing asuhannya. Dengan kata lain, beberapa asas utama dari kepemimpinan Pancasila adalah : Ing Ngarsa Sung Tuladha : Pemimpin harus mampu dengan sifat dan perbuatannya menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi orang orang yang dipimpinnya. Ing Madya Mangun Karsa : Pemimpin harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang dibimbingnya. Tut Wuri Handayani : Pemimpin harus mampu mendorong orang orang yang diasuhnya berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab. orang yang

Seorang pemimpin boleh berprestasi tinggi untuk dirinya sendiri, tetapi itu tidak memadai apabila ia tidak berhasil menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Dari begitu banyak definisi mengenai pemimpin, dapat penulis simpulkan bahwa : Pemimpin adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki sifat, sikap, dan gaya yang baik untuk mengurus atau mengatur orang lain.

Fungsi pemimpin dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah merupakan sesuatu fungsi yang sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan. Pada dasarnya fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu :

y

Fungsi administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijaksanakan administrasi dan menyediakan fasilitasnya.

y

Fungsi sebagai Top Mnajemen, yakni mengadakan planning, organizing, staffing, directing, commanding, controling, dsb.

II.2 Tipe Kepemimpinan

Dalam setiap

realitasnya

bahwa pemimpin dalam melaksanakan proses

kepemimpinannya terjadi adanya suatu perbedaan antara pemimpin yang satu dengan yang lainnya, hal sebagaimana menurut G. R. Terry yang dikutip Maman Ukas, bahwa pendapatnya membagi tipe-tipe kepemimpinan menjadi 6, yaitu :

Tipe

kepemimpinan

pribadi

(personal

leadership).

Dalam

system

kepemimpinan ini, segala sesuatu tindakan itu dilakukan dengan mengadakan kontak pribadi. Petunjuk itu dilakukan secara lisan atau langsung dilakukan secara pribadi oleh pemimpin yang bersangkutan.

Tipe kepemimpinan non pribadi (non personal leadership). Segala sesuatu kebijaksanaan yang dilaksanakan melalui bawahan-bawahan atau media non pribadi baik rencana atau perintah juga pengawasan.

Tipe kepemimpinan otoriter (autoritotian leadership). Pemimpin otoriter biasanya bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut peraturanperaturan yang berlaku secara ketat dan instruksi-instruksinya harus ditaati.

Tipe kepemimpinan demokratis (democratis leadership). Pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang terlaksananya tujuan bersama. Agar setiap anggota turut bertanggung jawab, maka seluruh anggota ikut serta dalam segala kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan, dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usahan pencapaian tujuan.

Tipe kepemimpinan paternalistis (paternalistis leadership). Kepemimpinan ini dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan pemimpin dan kelompok. Tujuannya adalah untuk melindungi dan untuk memberikan arah seperti halnya seorang bapak kepada anaknya.

Tipe kepemimpinan menurut bakat (indogenious leadership). Biasanya timbul dari kelompok orang-orang yang informal di mana mungkin mereka berlatih dengan adanya system kompetisi, sehingga bisa menimbulkan klik-klik dari kelompok yang bersangkutan dan biasanya akan muncul pemimpin yang mempunyai kelemahan di antara yang ada dalam kelempok tersebut menurut bidang keahliannya di mana ia ikur berkecimpung.

Selanjutnya menurut Kurt Lewin yang dikutip oleh Maman Ukas mengemukakan tipe-tipe kepemimpinan menjadi tiga bagian, yaitu :

y

Otokratis, pemimpin yang demikian bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan yang berlaku dengan ketat dan instruksiinstruksinya harus ditaati.

y

Demokratis, pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang pelaksanaan tujuannya. Agar setiap anggota turut serta dalam setiap kegiatan-kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usaha pencapaian tujuan yang diinginkan.

y

Laissezfaire, pemimpin yang bertipe demikian, segera setelah tujuan diterangkan pada bawahannya, untuk menyerahkan sepenuhnya pada para bawahannya untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Ia hanya akan menerima laporan-laporan hasilnya dengan tidak terlampau turut campur tangan atau tidak terlalu mau ambil inisiatif, semua pekerjaan itu tergantung pada inisiatif dan prakarsa dari para bawahannya, sehingga dengan demikian dianggap cukup dapat memberikan kesempatan pada para bawahannya bekerja bebas tanpa kekangan.

Berdasarkan dari pendapat tersebut di atas, bahwa pada kenyataannya tipe kepemimpinan yang otokratis, demokratis, dan laissezfaire, banyak diterapkan oleh para pemimpinnya di dalam berbagai macama organisasi, yang salah satunya adalah dalam bidang pendidikan. Dengan melihat hal tersebut, maka pemimpin di bidang pendidikan diharapkan memiliki tipe kepemimpinan yang sesuai dengan harapan atau tujuan, baik itu harapan dari bawahan, atau dari atasan yang lebih tinggi, posisinya, yang pada akhirnya gaya atau tipe kepemimpinan yang dipakai oleh para pemimpin, terutama dalam bidang pendidikan benar-benar mencerminkan sebagai seorang pemimpinan yang profesional.

II.3 Pemimpin dan Kekuasaan

Hubungan pemimpin dan kekuasaan adalah ibarat gula dengan manisnya, ibarat garam dengan asinnya. Dua-duanya tak terpisahkan. Kepemimpinan yang efektif (effective leadership) terealisasi pada saat seorang pemimpin dengan kekuasaannya mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang memuaskan. Ketika kekuasaan ternyata bisa timbul tidak hanya dari satu sumber, kepemimpinan yang efektif bisa dianalogikan sebagai movement untuk memanfaatkan genesis (asal usul) kekuasaan, dan menerapkannya pada tempat yang tepat.

Refleksi dari kepemimpinan yang efektif, bertanggungjawab, dan terbalutnya hubungan sinergis antara pemimpin dengan yang dipimpin, adalah makna filosofis dari nasehat Rasulullah SAW: Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin

bertanggungjawab terhadap pimpinannya, seorang Amir (kepala negara) adalah pemimpin dan ia bertanggungjawab terhadap rakyatnya . (HR Bukhari & Muslim)

Genesis kekuasaan, atau dalam terminologi lain: jenis-jenis kekuasaan (types of power) (Robbins-1991), atau basis-basis kekuasaan sosial (the bases of social power)

(French-1960), pada hakekatnya teridentifikasi dari lima hal: legitimate power, coercive power, reward power, expert power, dan referent power.

Legitimate Power (kekuasaan sah), yakni kekuasaan yang dimiliki seorang pemimpin sebagai hasil dari posisinya dalam suatu organisasi atau lembaga. Kekuasaan yang memberi otoritas atau wewenang (authority) kepada seorang pemimpin untuk memberi perintah, yang harus didengar dan dipatuhi oleh anak buahnya. Bisa berupa kekuasaan seorang jenderal terhadap para prajuritnya, seorang kepala sekolah terhadap guru-guru yang dipimpinnya, ataupun seorang pemimpin perusahaan terhadap karyawannya.

Coercive Power (kekuasaan paksa), yakni kekuasaan yang didasari karena kemampuan seorang pemimpin untuk memberi hukuman dan melakukan pengendalian. Yang dipimpin juga menyadari bahwa apabila dia tidak mematuhinya, akan ada efek negatif yang bisa timbul. Pemimpin yang bijak adalah yang bisa menggunakan kekuasaan ini dalam konotasi pendidikan dan arahan yang positif kepada anak buah. Bukan hanya karena rasa senang-tidak senang, ataupun faktor-faktor subyektif lainnya.

Reward Power (kekuasaan penghargaan), adalah kekuasaan untuk memberi keuntungan positif atau penghargaan kepada yang dipimpin. Tentu hal ini bisa terlaksana dalam konteks bahwa sang pemimpin mempunyai kemampuan dan sumberdaya untuk memberikan penghargaan kepada bawahan yang mengikuti arahan-arahannya.

Penghargaan bisa berupa pemberian hak otonomi atas suatu wilayah yang berprestasi, promosi jabatan, uang, pekerjaan yang lebih menantang, dsb.

Expert Power (kekuasaan kepakaran), yakni kekuasaan yang berdasarkan karena kepakaran dan kemampuan seseorang dalam suatu bidang tertentu, sehingga menyebabkan sang bawahan patuh karena percaya bahwa pemimpin mempunyai pengalaman, pengetahuan dan kemahiran konseptual dan teknikal. Kekuasaan ini akan terus berjalan dalam kerangka sang pengikut memerlukan kepakarannya, dan akan hilang apabila sudah tidak memerlukannya. Kekuasaan kepakaran bisa terus eksis apabila ditunjang oleh referent power atau legitimate power.

Referent Power (kekuasaan rujukan) adalah kekuasaan yang timbul karena karisma, karakteristik individu, keteladanan atau kepribadian yang menarik. Logika sederhana dari jenis kekuasaan ini adalah, apabila saya mengagumi dan memuja anda, maka anda dapat berkuasa atas saya.

Seorang pemimpin yang memiliki jiwa leadership adalah pemimpin yang dengan terampil mampu melakukan kombinasi dan improvisasi dalam menggunakan genesis kekuasaan yang berbeda untuk mempengaruhi perilaku bawahan dalam berbagai situasi. Inilah yang disebut penulis dalam kalimat sebelumnya sebagai kepemimpinan yang

efektif (effective leadership), dimana implementasinya adalah dengan memanfaatkan genesis kekuasaan, dan menerapkannya pada tempat yang tepat .

II.4 Gaya Kepemimpinan

Pada dasarnya di dalam setiap gaya kepemimpinan terdapat 2 unsur utama, yaitu unsur pengarahan (directive behavior) dan unsur bantuan (supporting behavior). Dari dua unsur tersebut gaya kepemimpinan dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu otokrasi (directing), pembinaan (coaching), demokrasi (supporting), dan kendali bebas (delegating).

y

Directing. Gaya tepat apabila kita dihadapkan dengan tugas yang rumit dan staf kita belum memiliki pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan tugas tersebut. Atau apabila anda berada di bawah tekanan waktu penyelesaian. Kita menjelaskan apa yang perlu dan apa yang harus dikerjakan. Dalam situasi demikian, biasanya terjadi over-communicating (penjelasan berlebihan yang dapat menimbulkan kebingungan dan pembuangan waktu). Dalam proses pengambilan keputusan, pemimpin memberikan aturan aturan dan proses yang detil kepada

bawahan.Pelaksanaan di lapangan harus menyesuaikan dengan detil yang sudah dikerjakan. y Coaching.Pemimpin tidak hanya memberikan detil proses dan aturan kepada bawahan tapi juga menjelaskan mengapa sebuah keputusan itu diambil, mendukung proses perkembangannya, dan juga menerima barbagai masukan dari

bawahan. Gaya yang tepat apabila staf kita telah lebih termotivasi dan berpengalaman dalam menghadapi suatu tugas. Disini kita perlu memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengerti tentang tugasnya, dengan

meluangkan waktu membangun hubungan dan komunikasi yang baik dengan mereka. y Supporting.Sebuah gaya dimana pemimpin memfasiliasi dan membantu upaya bawahannya dalam melakukan tugas. Dalam hal ini, pemimpin tidak memberikan arahan secara detail, tetapi tanggung jawab dan proses pengambilan keputusan dibagi bersama dengan bawahan. Gaya ini akan berhasil apabila karyawan telah mengenal teknik teknik yang dituntut dan telah mengembangkan hubungan

yang lebih dekat dengan anda. Dalam hal ini kita perlumeluangkan waktu untuk berbincang bincang, untuk lebih melibatkan mereka dalam penganbilan saran mereka mengenai peningkatan

keputusan kerja, serta mendengarkan saran kinerja. y

Delegating. Sebuah gaya dimana seorang pemimpin mendelegasikan seluruh wewenang dan tanggung jawabnya kepada bawahan. Gaya Delegating akan berjalan baik apabila staf kita sepenuhnya telah paham dan efisien dalm pekerjaan, sehingga kita dapat melepas mereka menjalankan tugas atau pekerjaan itu atas kemampuan dan inisiatifnya sendiri.

Keempat gaya ini tentu saja mempunyai kelemahan dan kelebihan, serta sangat tergantung dari lingkungan di mana seorang pemimpin berada, dan juga kesiapan dari bawahannya. Maka kemudian timbul apa yang disebut sebagai situational leadership . Situational leadership mengindikasikan bagaimana seorang pemimpin harus

menyesuaikan keadaan dari orang

orang yang dipimpinnya.

Gaya kepemimpinan situasional, yakni suatu sikap yang lebih melihat situasi: kapan harus bersikap memaksa, kapan harus moderat, dan pada situasi apa pula pemimpin harus memberikan keleluasaan pada bawahan.

Selain gaya kepemimpinan di atas masih terdapat gaya lainnya.

y

Otokratis Kepemimpinan seperti ini menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya. Kekuasaan sangat dominan digunakan. Memusatkan kekuasaan dan pengambilan keputusan bagi dirinya sendiri, dan menata situasi kerja yang rumit bagi pegawai sehingga mau melakukan apa saja yang diperintahkan. Kepemimpinan ini pada umumnya negatif, yang berdasarkan atas ancaman dan hukuman. Meskipun demikian, ada juga beberapa manfaatnya antaranya memungkinkan pengambilan keputusan dengan cepat serta memungkinkan pendayagunaan pegawai yang kurang kompeten.

y

Partisipasif

Lebih banyak mendesentrelisasikan wewenang yang dimilikinya sehingga keputusan yang diambil tidak bersifat sepihak.

y

Demokrasi

Ditandai adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif. Di bawah kepemimpinan pemimpin yang demokrasis cenderung bermoral tinggi dapat bekerjasama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri.

y

Kendali Bebas

Pemimpin

memberikan

kekuasaan

penuh

terhadap

bawahan,

struktur organisasi bersifat longgar dan pemimpin bersifat pasif. Yaitu Pemimpin menghindari kuasa dan tanggung jawab, kemudian menggantungkannya kepada

kelompok baik dalam menetapkan tujuan dan menanggulangi masalahnya sendiri.

Dilihat dari orientasi si pemimpin, terdapat dua gaya kepemimpinan yang diterapkan, yaitu gaya konsideral dan struktur, atau dikenal juga sebagai orientasi pegawai dan orientasi tugas. Beberapa hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa prestasi dan kepuasan kerja pegawai dapat ditingkatkan apabila konsiderasi merupakan gaya kepemimpinan yang dominan. Sebaliknya, para pemimpin yang berorientasi tugas

yang terstruktur, percaya bahwa mereka memperoleh hasil dengan tetap membuat orang orang sibuk dan mendesak mereka untuk berproduksi.

Teori X dan Teori Y (X Y Behavior Theory) Douglas McGregor.

Teori perilaku adalah teori yang menjelaskan bahwa suatu perilaku tertentu dapat membedakan pemimpin dan bukan pemimpin pada orang-orang. Konsep teori X dan Y dikemukakan oleh Douglas McGregor dalam buku The Human Side Enterprise di mana para manajer / pemimpin organisasi perusahaan memiliki dua jenis pandangan terhadap para pegawai / karyawan yaitu teori x atau teori y.

Teori X

Teori ini menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk pemalas yang tidak suka bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pekerja memiliki ambisi yang kecil untuk mencapai tujuan perusahaan namun menginginkan balas jasa serta jaminan hidup yang tinggi. Dalam bekerja para pekerja harus terus diawasi, diancam serta diarahkan agar dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan perusahaan.

Teori Y

Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti halnya kegiatan sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu terlalu diawasi dan diancam secara ketat karena mereka memiliki pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan perusahaan. Pekerja memiliki kemampuan kreativitas, imajinasi, kepandaian serta memahami tanggung jawab dan prestasi atas pencapaian tujuan kerja. Pekerja juga tidak harus mengerahkan segala potensi diri yang dimiliki dalam bekerja.

Penelitian teori x dan y menghasilkan teori gaya kepemimpinan ohio state yang membagi kepemimpinan berdasarkan skala pertimbangan dan penciptaan struktur. Teori Z dapat anda baca di artikel lain di situs organisasi.org ini. Gunakan fasilitas pencarian yang ada untuk menemukan apa yang anda butuhkan.

Menurut asumsi teori X dari McGregor ini bahwa orang-orang ini pada hakekatnya adalah:

y

Pada dasarnya pegawai tidak menyukai pekerjaan, jika mungkin berusaha menghindarinya.

y

Karena pegawai tidak menyukai pekerjaan, maka mereka harus dipaksa, dikendalikan, atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan.

y

Para pegawai akan mengelakkan tanggung jawab dan mencari pengarahan yang formal sepanjang hal itu terjadi.

y

Kebanyakan pegawai menempatkan rasa

aman diatas faktor lain yang

berhubungan dengan pekerjaan yang akan memperlihatkan sedikit ambisi.

Untuk menyadari kelemahan dari asum teori X itu maka McGregor memberikan alternatif teori lain yang dinamakan teori Y. Secara keseluruhan asums teori Y mengenai manusia adalah sebagai berikut:

Pekerjaan itu pada hakekatnya seperti bermain dapat memberikan kepuasan kepada orang. Keduanya bekerja dan bermain merupakan aktiva-aktiva fisik dan mental. Sehingga di antara keduanya tidak ada perbedaan, jira keadaan sama-sama menyenangka. Manusia dapat mengawasi diri sendiri, dan hal itu tidak bisa dihindari dalam rangka mencapai tujuan-tujuan organisasi. Kemampuan untuk berkreativitas di dalam memecahkan persoalan-persoalan organisasi secara luas didistribusikan kepada seluruh karyawan. Motivasi tidak saja berlaku pada kebutuhan-kebutuhan social, penghargaan dan aktualisasi diri tetapi juga pada tingkat kebutuhan-kebutuhan fisiologi dan keamanan. Orang-orang dapat mengendalikan diri dan kreatif dalam bekerja jika dimotivasi secara tepat.

Dengan memahami asums dasar teori Y ini, McGregor menyatakan selanjutnya bahwa merupakan tugas yang penting bagi menajemen untuk melepaskan tali pengendali dengan memberikan kesempatan mengembangkan potensi yang ada pada masing-masing individu. Motivasi yang sesuai bagi orang-orang untuk mencapai tujuannya sendiri sebaik mungkin, dengan memberikan pengarahan usaha-usaha mereka untuk mencapai tujuan organisasi.

BAB III PEMBAHASANIII.1 Siapakah Gusdur

DATA PRIBADI Kewarganegaran : Indonesia

Tempat, Tanggal Lahir : Jombang Jawa Timur, 4 Agustus 1940 Istri : Sinta Nuriyah 1. Alissa Qotrunnada Munawaroh (P) 2. Zannuba Arifah Chafsoh (P) 3. Annita Hayatunnufus (P) Anak ALAMAT Jl. Warung Silah No. 10, Ciganjur Rumah : Jakarta Selatan 12630 - Indonesia : 4. Inayah Wulandari (P)

PENDIDIKAN Universitas Baghdad, Irak 1966-1970 Fakultas Adab Jurusan Sastra Arab

1964-1966

Al Azhar University, Cairo, Mesir

Fakultas Syari'ah (Kulliyah al-Syari'ah) 1959-1963 1957-1959 JABATAN Partai Kebangkitan Bangsa, Indonesia 1998-Sekarang Ketua Dewan Syura DPP PKB The WAHID Institute, Indonesia 2004-Sekarang Pendiri Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Indonesia 2000-2009 Mustasyar Universitas Darul Ulum, Jombang, Jawa Timur, Indonesia 2002-2009 Rektor Pesantren Tambak Beras, Jombang, Jawa Timur, Indonesia Pesantren Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia

PENGALAMAN JABATAN 1999-2001 1989-1993 1987-1992 1984-2000 1980-1984 1974-1980 Presiden Republik Indonesia Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat RI Ketua Majelis Ulama Indonesia Ketua Dewan Tanfidz PBNU Katib Awwal PBNU Sekretaris Umum Pesantren Tebu Ireng Fakultas Ushuludin Universitas Hasyim Ashari, Jombang 1972-1974 Dekan dan Dosen

PENGALAMAN ORGANISASI Gerakan Moral Rekonsiliasi Nasional 2003 Penasehat Solidaritas Korban Pelanggaran HAM 2002 Penasehat Forum Demokrasi 1990 Pendiri dan Anggota Festifal Film Indonesia 1986-1987 Juri Dewan Kesenian Jakarta 1982-1985 Ketua Umum Himpunan Pemuda Peladjar Indonesia di Cairo - United Arab Republic (Mesir) 1965 Wakil Ketua

AKTIVITAS INTERNASIONAL Non Violence Peace Movement, Seoul, Korea Selatan 2003-2009 Presiden International Strategic Dialogue Center, Universitas Netanya, Israel Anggota Dewan Internasional bersama Mikhail Gorbachev, 2003-2009 Ehud Barak and Carl Bildt

International Islamic Christian Organization for Reconciliation and Reconstruction (IICORR), London, Inggris 2003-2009 Presiden Kehormatan International and Interreligious Federation for World Peace (IIFWP), New York, Amerika Serikat 2002-2009 Anggota Dewan Penasehat Internasional Association of Muslim Community Leaders (AMCL), New York, Amerika Serikat 2002 Presiden Shimon Perez Center for Peace, Tel Aviv, Israel 1994-Sekarang Pendiri dan Anggota World Conference on Religion and Peace (WCRP), New York, Amerika Serikat 1994-1998 Presiden International Dialogue Project for Area Study and Law, Den Haag, Belanda 1994 Penasehat The Aga Khan Award for Islamic Architecture 1980-1983 Anggota Dewan Juri

PENGHARGAAN Anugrah Mpu Peradah, DPP Perhimpunan Pemuda Hindu 2004 Indonesia, Jakarta, Indonesia The Culture of Peace Distinguished Award 2003, International 2004 Culture of Peace Project Religions for Peace, Trento, Italia Global Tolerance Award, Friends of the United Nations, New 2003 York, Amerika Serikat World Peace Prize Award, World Peace Prize Awarding Council 2003 (WPPAC), Seoul, Korea Selatan Dare to Fail Award , Billi PS Lim, penulis buku paling laris "Dare 2003 to Fail", Kuala Lumpur, Malaysia Pin Emas NU, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Jakarta, 2002 Indonesia. Gelar Kanjeng Pangeran Aryo (KPA), Sampeyan dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakubuwono XII, Surakarta, Jawa 2002 Tengah, Indonesia Public Service Award, Universitas Columbia , New York , 2001 Amerika Serikat Ambassador of Peace, International and Interreligious 2000 Federation for World peace (IIFWP), New York, Amerika Serikat Paul Harris Fellow, The Rotary Foundation of Rotary 2000 International

1998 1993 1991 1990

Man of The Year, Majalah REM, Indonesia Magsaysay Award, Manila , Filipina Islamic Missionary Award , Pemerintah Mesir Tokoh 1990, Majalah Editor, Indonesia

DOKTOR KEHORMATAN 2003 2003 2003 2002 2000 2001 2000 1999 Netanya University , Israel Konkuk University, Seoul, South Korea Sun Moon University, Seoul, South Korea Soka Gakkai University, Tokyo, Japan Thammasat University, Bangkok, Thailand Asian Institute of Technology, Bangkok, Thailand Pantheon Sorborne University, Paris, France Chulalongkorn University, Bangkok, Thailand

Kyai Haji Abdurrahman Wahid, akrab dipanggil Gus Dur lahir di Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940 adalah tokoh Muslim Indonesia dan pemimpin politik yang menjadi Presiden Indonesia yang keempat dari tahun 1999 hingga 2001

Ayahnya, KH Wahid Hasyim, mantan menteri Agama pada 1949. Kakek dari pihak ayahnya adalah KH Hasyim Asy'ari, pendiri jami'yah Nahdlatul Ulama (NU), sebuah organisasi massa Islam terbesar di Indonesia. Ibunya, Hj Sholehah, ialah putri pendiri Pondok Pesantren Denanyar Jombang. Kakek dari pihak ibunya adalah KH Bisri Syamsuri juga merupakan tokoh NU.Ia menggantikan Presiden B. J. Habibie setelah dipilih oleh MPR hasil Pemilu 1999. Penyelenggaraan pemerintahannya dibantu oleh Kabinet Persatuan Nasional. Masa kepresidenan Abdurrahman Wahid dimulai pada 20 Oktober 1999 dan berakhir pada Sidang Istimewa MPR pada tahun 2001. Tepat 23 Juli 2001, kepemimpinannya digantikan oleh Megawati Soekarnoputri setelah mandatnya dicabut oleh MPR. Abdurrahman Wahid adalah mantan ketua Tanfidziyah (badan eksekutif) Nahdlatul Ulama dan pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

III.2 Kehidupan Masa Kecil

Abdurrahman Wahid lahir pada hari ke-4 dan bulan ke-8 kalender Islam tahun 1940 di Denanyar Jombang, Jawa Timur dari pasangan Wahid Hasyim dan Solichah. Terdapat kepercayaan bahwa ia lahir tanggal 4 Agustus, namun kalender yang digunakan untuk menandai hari kelahirannya adalah kalender Islam yang berarti ia lahir pada 4 Sya ban, sama dengan 7 September 1940.

Ia lahir dengan nama Abdurrahman Addakhil.

Addakhil

berarti

Sang

Penakluk .Kata Addakhil tidak cukup dikenal dan diganti nama Wahid , dan kemudian lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur. Gus adalah panggilan kehormatan khas pesantren kepada seorang anak kiai yang berati abang atau mas . Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara. Wahid lahir dalam keluarga yang sangat terhormat dalam komunitas Muslim Jawa Timur. Kakek dari ayahnya adalah K.H. Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), sementara kakek dari pihak ibu, K.H. Bisri Syansuri, adalah pengajar pesantren pertama yang mengajarkan kelas pada perempuan. Ayah Gus Dur, K.H. Wahid Hasyim, terlibat dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi Menteri Agama tahun 1949. Ibunya, Ny. Hj. Sholehah, adalah putri pendiri Pondok Pesantren Denanyar Jombang. Gus Dur secara terbuka pernah menyatakan bahwa ia memiliki darah Tionghoa. Abdurrahman Wahid mengaku bahwa ia adalah keturunan dari Tan Kim Han yang menikah dengan Tan A Lok, saudara kandung Raden Patah (Tan Eng Hwa), pendiri Kesultanan Demak.Tan A Lok dan Tan Eng Hwa ini merupakan anak dari Putri Campa, puteri Tiongkok yang merupakan selir Raden Brawijaya V.Tan Kim Han sendiri kemudian berdasarkan penelitian seorang peneliti Perancis, Louis-Charles Damais diidentifikasikan sebagai Syekh Abdul Qodir Al-Shini yang diketemukan makamnya di Trowulan.

Foto Gusdur Semasa Muda Pada tahun 1944, Wahid pindah dari Jombang ke Jakarta, tempat ayahnya terpilih menjadi Ketua pertama Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi), sebuah organisasi yang berdiri dengan dukungan tentara Jepang yang saat itu menduduki Indonesia. Setelah deklarasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, Gus Dur kembali ke Jombang dan tetap berada di sana selama perang kemerdekaan Indonesia melawan Belanda. Pada akhir perang tahun 1949, Wahid pindah ke Jakarta dan ayahnya ditunjuk sebagai Menteri Agama. Abdurrahman Wahid belajar di Jakarta, masuk ke SD KRIS sebelum pindah ke SD Matraman Perwari.

Foto Gusdur Bersama Istri Wahid juga diajarkan membaca buku non-Muslim, majalah, dan koran oleh ayahnya untuk memperluas pengetahuannya. Gus Dur terus tinggal di Jakarta dengan keluarganya meskipun ayahnya sudah tidak menjadi menteri agama pada tahun 1952. Pada April 1953, ayah Wahid meninggal dunia akibat kecelakaan mobil. Pendidikan Wahid berlanjut dan pada tahun 1954, ia masuk ke Sekolah Menengah Pertama. Pada tahun itu, ia tidak naik kelas. Ibunya lalu mengirim Gus Dur ke Yogyakarta untuk meneruskan pendidikannya. Pada tahun 1957, setelah lulus dari SMP, Wahid pindah ke Magelang untuk memulai Pendidikan Muslim di Pesantren Tegalrejo. Ia mengembangkan reputasi sebagai murid berbakat, menyelesaikan pendidikan pesantren dalam waktu dua tahun (seharusnya empat tahun). Pada tahun 1959, Wahid pindah ke Pesantren Tambakberas di Jombang. Di sana, sementara melanjutkan pendidikannya sendiri, Abdurrahman Wahid juga menerima pekerjaan pertamanya sebagai guru dan

nantinya sebagai kepala sekolah madrasah. Gus Dur juga dipekerjakan sebagai jurnalis majalah seperti Horizon dan Majalah Budaya Jaya

III.3 Masa Kepemimpinan Gusdur 1999-2001

Foto Gusdur Saat Mengucapkan Sumbah Jabatan Pada Saat Dilantik menjadi Presiden RI 21 Oktober 1999

Kabinet pertama Gus Dur, Kabinet Persatuan Nasional, adalah kabinet koalisi yang meliputi anggota berbagai partai politik: PDI-P, PKB, Golkar, PPP, PAN, dan Partai Keadilan (PK). Non-partisan dan TNI juga ada dalam kabinet tersebut. Wahid kemudian mulai melakukan dua reformasi pemerintahan. Reformasi pertama adalah membubarkan Departemen Penerangan, senjata utama rezim Soeharto dalam menguasai media. Reformasi kedua adalah membubarkan Departemen Sosial yang korup. Pada November 1999, Wahid mengunjungi negara-negara anggota ASEAN, Jepang, Amerika Serikat, Qatar, Kuwait, dan Yordania. Setelah itu, pada bulan Desember, ia mengunjungi Republik Rakyat Cina.

Setelah satu bulan berada dalam Kabinet Persatuan Nasional, Menteri Menteri Koordinator Pengentasan Kemiskinan (Menko Taskin) Hamzah Haz mengumumkan pengunduran dirinya pada bulan November. Muncul dugaan bahwa pengunduran dirinya diakibatkan karena Gus Dur menuduh beberapa anggota kabinet melakukan korupsi selama ia masih berada di Amerika Serikat.Beberapa menduga bahwa pengunduran diri Hamzah Haz diakibatkan karena ketidaksenangannya atas pendekatan Gus Dur dengan Israel. Rencana Gus Dur adalah memberikan Aceh referendum. Namun referendum ini menentukan otonomi dan bukan kemerdekaan seperti referendum Timor Timur. Gus Dur juga ingin mengadopsi pendekatan yang lebih lembut terhadap Aceh dengan mengurangi jumlah personel militer di Negeri Serambi Mekkah tersebut. Pada 30 Desember, Gus Dur mengunjungi Jayapura di provinsi Irian Jaya. Selama kunjungannya, Abdurrahman Wahid berhasil meyakinkan pemimpin-pemimpin Papua bahwa ia mendorong penggunaan nama Papua. Pada Januari 2000, Gus Dur melakukan perjalanan ke luar negeri lainnya ke Swiss untuk menghadiri Forum Ekonomi Dunia dan mengunjungi Arab Saudi dalam perjalanan pulang menuju Indonesia. Pada Februari, Wahid melakukan perjalanan luar negeri ke Eropa lainnya dengan mengunjungi Inggris, Perancis, Belanda, Jerman, dan Italia. Dalam perjalanan pulang dari Eropa, Gus Dur juga mengunjungi India, Korea Selatan, Thailand, dan Brunei Darussalam. Pada bulan Maret, Gus Dur mengunjungi Timor Leste. Di bulan April, Wahid mengunjungi Afrika Selatan dalam perjalanan menuju Kuba untuk menghadiri pertemuan G-77, sebelum kembali melewati Kota Meksiko dan Hong Kong.

Pada bulan Juni, Wahid sekali lagi mengunjungi Amerika, Jepang, dan Perancis dengan Iran, Pakistan, dan Mesir sebagai tambahan baru ke dalam daftar negara-negara yang dikunjunginya. Ketika Gus Dur berkelana ke Eropa pada bulan Februari, ia mulai meminta Jendral Wiranto mengundurkan diri dari jabatan Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan. Gus Dur melihat Wiranto sebagai halangan terhadap rencana reformasi militer dan juga karena tuduhan pelanggaran HAM di Timor Timur terhadap Wiranto. Ketika Gus Dur kembali ke Jakarta, Wiranto berbicara dengannya dan berhasil meyakinkan Gus Dur agar tidak menggantikannya. Namun, Gus Dur kemudian mengubah pikirannya dan memintanya mundur. Pada April 2000, Gus Dur memecat Menteri Negara Perindustrian dan Perdagangan Jusuf Kalla dan Menteri Negara BUMN Laksamana Sukardi. Alasan yang diberikan Wahid adalah bahwa keduanya terlibat dalam kasus korupsi, meskipun Gus Dur tidak pernah memberikan bukti yang kuat.Hal ini memperburuk hubungan Gus Dur dengan Golkar dan PDI-P. Pada Maret 2000, pemerintahan Gus Dur mulai melakukan negosiasi dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Dua bulan kemudian, pemerintah menandatangani nota kesepahaman dengan GAM hingga awal tahun 2001, saat kedua penandatangan akan melanggar persetujuan.[42] Gus Dur juga mengusulkan agar TAP MPRS No. XXIX/MPR/1966 yang melarang Marxisme-Leninisme dicabut.

Ia juga berusaha membuka hubungan dengan Israel, yang menyebabkan kemarahan pada kelompok Muslim Indonesia.Isu ini diangkat dalam pidato Ribbhi Awad, duta besar Palestina untuk Indonesia, kepada parlemen Palestina tahun 2000. Isu lain yang muncul adalah keanggotaan Gus Dur pada Yayasan Shimon Peres. Baik Gus Dur dan menteri luar negerinya Alwi Shihab menentang penggambaran Presiden Indonesia yang tidak tepat, dan Alwi meminta agar Awad, duta besar Palestina untuk Indonesia, diganti. Dalam usaha mereformasi militer dan mengeluarkan militer dari ruang sosialpolitik, Gus Dur menemukan sekutu, yaitu Agus Wirahadikusumah, yang diangkatnya menjadi Panglima Kostrad pada bulan Maret. Pada Juli 2000, Agus mulai membuka skandal yang melibatkan Dharma Putra, yayasan yang memiliki hubungan dengan Kostrad. Melalui Megawati, anggota TNI mulai menekan Wahid untuk mencopot jabatan Agus. Gus Dur mengikuti tekanan tersebut, tetapi berencana menunjuk Agus sebagai Kepala Staf Angkatan Darat. Petinggi TNI merespon dengan mengancam untuk pensiun, sehingga Gus Dur kembali harus menurut pada tekanan. Hubungan Gus Dur dengan TNI semakin memburuk ketika Laskar Jihad tiba di Maluku dan dipersenjatai oleh TNI. Laskar Jihad pergi ke Maluku untuk membantu orang Muslim dalam konflik dengan orang Kristen. Wahid meminta TNI menghentikan aksi Laskar Jihad, namun mereka tetap berhasil mencapai Maluku dan dipersenjatai oleh senjata TNI.

Muncul pula dua skandal pada tahun 2000, yaitu skandal Buloggate dan Bruneigate. Pada bulan Mei, Badan Urusan Logistik (BULOG) melaporkan bahwa $4 juta menghilang dari persediaan kas Bulog. Tukang pijit pribadi Gus Dur mengklaim bahwa ia dikirim oleh Gus Dur ke Bulog untuk mengambil uang. Meskipun uang berhasil dikembalikan, musuh Gus Dur menuduhnya terlibat dalam skandal ini. Skandal ini disebut skandal Buloggate. Pada waktu yang sama, Gus Dur juga dituduh menyimpan uang $2 juta untuk dirinya sendiri. Uang itu merupakan sumbangan dari Sultan Brunei untuk membantu di Aceh. Namun, Gus Dur gagal mempertanggungjawabkan dana tersebut. Skandal ini disebut skandal Bruneigate. Sidang Umum MPR 2000 hampir tiba, popularitas Gus Dur masih tinggi. Sekutu Wahid seperti Megawati, Akbar dan Amien masih mendukungnya meskipun terjadi berbagai skandal dan pencopotan menteri. Pada Sidang Umum MPR, pidato Gus Dur diterima oleh mayoritas anggota MPR. Selama pidato, Wahid menyadari kelemahannya sebagai pemimpin dan menyatakan ia akan mewakilkan sebagian tugas.Anggota MPR setuju dan mengusulkan agar Megawati menerima tugas tersebut. Pada awalnya MPR berencana menerapkan usulan ini sebagai TAP MPR, akan tetapi Keputusan Presiden dianggap sudah cukup. Pada 23 Agustus, Gus Dur mengumumkan kabinet baru meskipun Megawati ingin pengumuman ditunda. Megawati menunjukan ketidaksenangannya dengan tidak hadir pada pengumuman kabinet. Kabinet baru lebih kecil dan meliputi lebih banyak non-partisan. Tidak terdapat anggota Golkar dalam kabinet baru Gus Dur.

Pada September, Gus Dur menyatakan darurat militer di Maluku karena kondisi di sana semakin memburuk. Pada saat itu semakin jelas bahwa Laskar Jihad didukung oleh anggota TNI dan juga kemungkinan didanai oleh Fuad Bawazier, menteri keuangan terakhir Soeharto. Pada bulan yang sama, bendera bintang kejora berkibar di Papua Barat. Gus Dur memperbolehkan bendera bintang kejora dikibarkan asalkan berada di bawah bendera Indonesia.Ia dikritik oleh Megawati dan Akbar karena hal ini. Pada 24 Desember 2000, terjadi serangan bom terhadap gereja-gereja di Jakarta dan delapan kota lainnya di seluruh Indonesia. Pada akhir tahun 2000, terdapat banyak elit politik yang kecewa dengan Abdurrahman Wahid. Orang yang paling menunjukan kekecewaannya adalah Amien. Ia menyatakan kecewa mendukung Gus Dur sebagai presiden tahun lalu. Amien juga berusaha mengumpulkan oposisi dengan meyakinkan Megawati dan Gus Dur untuk merenggangkan otot politik mereka. Megawati melindungi Gus Dur, sementara Akbar menunggu pemilihan umum legislatif tahun 2004. Pada akhir November, 151 DPR menandatangani petisi yang meminta pemakzulan Gus Dur.

III.4 2001 dan akhir kekuasaan Pada Januari 2001, Gus Dur mengumumkan bahwa Tahun Baru Cina (Imlek) menjadi hari libur opsional.Tindakan ini diikuti dengan pencabutan larangan penggunaan huruf Tionghoa. Gus Dur lalu mengunjungi Afrika Utara dan juga Arab Saudi untuk naik haji.Abdurrahman Wahid melakukan kunjungan terakhirnya ke luar negeri sebagai presiden pada Juni 2001 ketika ia mengunjungi Australia. Pada pertemuan dengan rektor-rektor universitas pada 27 Januari 2001, Gus Dur menyatakan kemungkinan Indonesia masuk kedalam anarkisme. Ia lalu mengusulkan pembubaran DPR jika hal tersebut terjadi.Pertempuan tersebut menambah gerakan antiWahid. Pada 1 Februari, DPR bertemu untuk mengeluarkan nota terhadap Gus Dur. Nota tersebut berisi diadakannya Sidang Khusus MPR dimana pemakzulan Presiden dapat dilakukan. Anggota PKB hanya bisa walk out dalam menanggapi hal ini. Nota ini juga menimbulkan protes di antara NU. Di Jawa Timur, anggota NU melakukan protes di sekitar kantor regional Golkar. Di Jakarta, oposisi Gus Dur turun menuduhnya mendorong protes tersebut. Gus Dur membantah dan pergi untuk berbicara dengan demonstran di Pasuruan. Namun, demonstran NU terus menunjukan dukungan mereka kepada Gus Dur dan pada bulan April mengumumkan bahwa mereka siap untuk mempertahankan Gus Dur sebagai presiden hingga mati. Pada bulan Maret, Gus Dur mencoba membalas oposisi dengan melawan disiden pada kabinetnya. Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Yusril Ihza Mahendra dicopot dari kabinet karena ia mengumumkan permintaan agar Gus Dur mundur.Menteri Kehutanan Nurmahmudi Ismail juga dicopot dengan alasan berbeda visi dengan

Presiden, berlawanan dalam pengambilan kebijakan, dan diangap tidak dapat mengendalikan Partai Keadilan,yang pada saat itu massanya ikut dalam aksi menuntut Gus Dur mundur. Dalam menanggapi hal ini, Megawati mulai menjaga jarak dan tidak hadir dalam inagurasi penggantian menteri. Pada 30 April, DPR mengeluarkan nota kedua dan meminta diadakannya Sidang Istimewa MPR pada 1 Agustus. Gus Dur mulai putus asa dan meminta Menteri Koordinator Politik, Sosial, dan Keamanan (Menko Polsoskam) Susilo Bambang Yudhoyono untuk menyatakan keadaan darurat. Yudhoyono menolak dan Gus Dur memberhentikannya dari jabatannya beserta empat menteri lainnya dalam reshuffle kabinet pada tanggal 1 Juli 2009.Akhirnya pada 20 Juli, Amien Rais menyatakan bahwa Sidang Istimewa MPR akan dimajukan pada 23 Juli. TNI menurunkan 40.000 tentara di Jakarta dan juga menurunkan tank yang menunjuk ke arah Istana Negara sebagai bentuk penunjukan kekuatan. Gus Dur kemudian mengumumkan pemberlakuan dekrit yang berisi: y y Pembubaran MPR/DPR, Mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dengan mempercepat pemilu dalam waktu satu tahun, dan y Membekukan Partai Golkar sebagai bentuk perlawanan terhadap Sidang Istimewa MPR.

Namun dekrit tersebut tidak memperoleh dukungan dan pada 23 Juli, MPR secara resmi memakzulkan Gus Dur dan menggantikannya dengan Megawati Sukarnoputri. Abdurrahman Wahid terus bersikeras bahwa ia adalah presiden dan tetap tinggal di Istana Negara selama beberapa hari, namun akhirnya pada tanggal 25 Juli ia pergi ke Amerika Serikat karena masalah kesehatan.

BAB IV KESIMPULANIV.1 Kepemimpinan Gusdur

Kharismatik Gusdur Menjadi Salah Satu Modal Utama dari Resource of Power

Kekuasaan kepemimpinan seorang Gusdur dapat disimpulkan berasal dari Legitimate Power, Expert Power, dan Referent Power. Dari segi legitimate power, terbukti Gusdur telah diangkat menjadi Presiden RI ke 4 karena posisinya yang bernotabene sebagai Ketua Umum PKB yang kemudian diangkat menjadi Presiden setelah mengalami situasi yang unik dan diringi dengan berbagai tekanan pada masa itu. Sementara itu kekuasaan Gusdur juga dimodali oleh Expert Power, terlihat dengan pengalaman Gusdur dalam memimpin beberapa Organisasi Masyarakat dan Lembaga lainnya. Ditambah

Referent Power yang berasal dari Kharismatik seorang Gusdur yang seakan menyihir ribuan pendukunya dari pihak NU.

Gaya kepemimpinan masa lalu Gus Dur dalam dunia informal yang berakar dari pesantren, kemudian bertumbuh dalam iklim LSM dibawa masuk ke dalam dunia formal pemerintahan. Gaya kepemimpinan seseorang tidak bersifat fixed . Artinya, gaya

kepemimpinan seseorang bisa berubah dari tipe dasarnya bila situasi menuntutnya demikian, meskipun perubahan itu kadang bersifat sementara. Gaya kepemimpinan Gus Dur diwarnai oleh gaya dan tipe kharismatik, demoktaris, dan pada situasi tertentu bergaya otokratis.

Salah Satu Bentuk Deskriptif Otortasi Gusdur

IV.2 Kontroversial Versi Gusdur.

Bagaimana

ketika

kemudian

menjadi

presiden

yang

begitu

banyak

kontroversi? Ingat Gusdur dipilih karena konteks saat itu memerlukan figur pemersatu, karena situasi saat itu masih ada konflik agama, dan masalah kewilayahan yang meminta merdeka. Kecurigaan kelompok, suku dan agama sangat tinggi sekali. Ada kaum minoritas mulai melihat ada pergerakan bangsa diarahkan ke negara berdasarkan agama. Ketidakpercayaan sangat tinggi. Ada kelompok Islam sendiri melihat Islam zaman Pak Harto telah memanipulasi mereka dan saat ini adalah kesempatan yang ingin memaksimalkan perjuangan. Dalam situasi tidak saling percaya ini, maka tokoh Gusdur adalah tokoh yang tepat menjadi presiden waktu itu. Pemimpin-pemimpin lain pada waktu era reformasi lebih plin-plan, pejuang yang diharapkan memperjuangkan bangsa dan semua golongan masih dipenuhi dengan strategi melindungi diri dan takut dicap membela salah satu kelompok. Semua pemimpin pada waktu sangat berhati-hati. Tidak demikian dengan halnya Gusdur yang berdiri di tengah-tengah, sehingga dengan cepat dianggap dia adalah figur yang bisa mempersatukan. Poros tengah pun tampil memenangkan Gusdur, yang kemudian juga menurunkannya.

Dalam banyak kasus, gaya kepemimpinan Gus Dur cenderung unik. Di tengah tengah orang mensakralkan lembaga kepresidenan, Gus Dur malah sebaliknva. Istana Presiden yang semula terkesan tertutup dan formal, diubahnya menjadi Istana rakyat dengan mengadakan open house bagi semua masyarakat, tidak peduli rakyat atau pejabat. Dalam pandangan demokrasi tindakan semacam ini adalah positif dalam arti

memperlakukan rakyat sama martabat dan derajatnya. Siapapun yang bernama rakyat pantas dan berhak menikmati istana kepresidenan.

Salah Satu Foto Wisata Ke Istana Presiden Pada peristiwa lain, Gus Dur merupakan seorang pemimpin yang berani mengambil keputusan, salah satunya ketika ia berani mengangkat Khoflfah Indar Parawansa (yang relatif dianggap masih ijo dan tak ada apa-apanya ) sebagai menteri. Langkah Gus Dur ini merupakan bentuk terobosan eksperimentatif, namun justru paling relevan. Gus Dur mencoba menampilkan kader-kader muda yang boleh dikatakan amat minim terpengaruh Sekolah Orde Baru (Tjahyono, 2002).

Gayanya yang lain adalah suka melemparkan gagasan yang sangat kontroversral. Misalnya ide membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Kontan saja ide tersebut mendapat reaksi keras dari lawan-lawan politiknya. Sebab dalam pandangan banyak

orang, terutama kalangan islam garis keras, Israel adalah bangsa merampas tanah Palestina. Gusdur juga sempat meraih medali keberanian dari yahudi. Medali ini dianugerahkan kepada mantan presiden RI ini dikarenakan gusdur dianggap sebagai sahabat paling setia dan paling berani terang-terangan menjadi pelindung kaum ZionisYahudi dunia di sebuah negeri mayoritas Muslim terbesar seperti Indonesia. Acara penganugerahan medali tersebut dilakukan dalam sebuah acara makan malam istimewa yang dihadiri banyak tokoh Zionis Amerika dan Israel, termasuk aktor pro-Zionis Will Smith (The Bad Boys Movie), di Beverly Wilshire Hotel, 9500 Wilshire Blvd., Beverly Hills, Selasa (6 Mei), dimulai pukul 19.00 waktu Los Angeles.

Foto Gusdur Mencium Medali Keberanian yang diberikan oleh Yahudi

Dalam acara dinner yang dihadiri tokoh-tokoh Zionis Amerika dan Israel, di antaranya C. Holland Taylor (CEO LibForAll), Rabbi Marvin Hier (Pendiri SWC, dinobatkan oleh Newsweek Magazines sebagai Rabbi paling berpengaruh nomor satu di AS tahun ), Rabbi Abraham Cooper (menempati urutan ke-25 Rabbi paling berpengaruh di AS tahun 2008), CEO Sony Corporation, dan lainnya, antara penerima penghargaan dengan tuan rumah para Zionis Amerika dan Israel tersebut.

Juga langkahnya memberhentikan para menteri dari partai yang telah mengantarkanya menjadi Presiden adalah kontrovesial ucapannya, termasuk ancaman Dekrit presiden dan beberapa daerah akan memerdekakan diri bila MPR menggelar Sidang Istimewa menuntut pertanggungjawaban beliau. Ada kesan Gus Dur memaksakan kehendak sehingga popularitas Gus Dur saat itu semakin merosot yang akhirnya diberhentikan menjadi presiden melalui sidang istimewa MPR.( lndonesia Sepanjang Tahun 2001 Kompas) Meskipun demikian, daya tarik kharismanya tidak pudar. Terutama kalangan warga nahdliyin, mereka tetap menghormati dan mengakui kepemimpinannya.

Di akhir tahun 2009 Gusdur sempat mengadakan

pertemuan politik

dan

mengundang sejumlah tokoh politik, budayawan, Sejumlah Jendral dari kalangan TNI, Mantan Wakil Ketua DPR RI Soetardjo Soerjogoeritno dan tokoh aktivis seperti Sri Bintang Pamungkas. Pertemuan singkat itu diadakan pada tanggal 4 Desember 2009 bertempat di bekas kediaman mantan Wakil Ketua DPR RI Soetardjo Soerjogoeritno

(Mbah Tardjo), Jalan Denpasar, Jakarta Selatan. Dalam kesempatan itu Gusdur sempat memberitahukan tentang wasiat terakhirnya kepada mereka.

Budayawan Ridwan Saidi membeberkan wasiat terakhir dari Gusdur pada saat pertemuan tersebut, berikut ulasan pernyataanya yang dikutip pada

http://risalahjihad.blogspot.com/2010_01_01_archive.html

Pesannya dua, turunkan SBY dan gantikan dengan pemerintahan baru, ujar Ridwan Saidi dalam diskusi di markas Benteng Demokrasi Rakyat (Bendera) di Jl Diponegoro 58 (eks kantor PDI), Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (3/1).

IV.3 Apakah Anda Tahu?

y y

Nama asli Gusdur sebenarnya adalah Abdurrachman Addakhil Tanggal Lahir Gusdur saja sudah mengundang kontroversi, ada yang menyebutkan 4 Agustus 1940 ada juga yang menyebutkan 7 September 1940.

y

Gusdur adalah cucu dari KH Hasyim Ashari Tokoh Pejuang Indonesia yang mendirikan NU.+

y y

Gusdur diisukan pernah tidak naik kelas. Gusdur pernah menjadi Jurnalis dan menulis untuk Majalah Tempo dan Koran Kompas.

y

Meskipun memiliki karir yang sukses pada saat itu, Gus Dur masih merasa sulit hidup hanya dari satu sumber pencaharian dan ia bekerja untuk mendapatkan pendapatan tambahan dengan menjual kacang dan mengantarkan es untuk digunakan pada bisnis Es Lilin istrinya.

y

Sempat Beredar kabar berikut Vidio dari pembaptisan seorang gusdur, padahal Gusdur terkenal sebagai Tokoh Agama Islam yang cukup populer.

y

Gusdur pernah mengeluarkan dekrit presiden yang berisi Pembubaran DPR dan MPR.

y

Gusdur adalah Presiden RI pertama yang merubah Istana Negara menjadi Istana Rakyat, dengan mengadakan Open House di Istana Negara dan berlaku untuk semua masyarakat Indonesia.

y y

Gusdur pernah diberi penghargaan berupa medali keberanian dari yahudi. Mengapa Gusdur hanya memakai celana pendek dan melambaikan tangan di Istana pada waktu ia diturunkan? Bersumber pada acara TV One, Satu Jam Lebih Dekat edisi bulan Mei 2010. Dimana pada saat itu Kwik Kian Gie sebagai Tokoh yang diulas. Beliau mengatakan bahwa, suatu saat Gusdur Alm, pernah bercerita tentang keadaan mantan Presiden Soekarno yang sedang berada dalam titik akhir kepemimpinannya. Dengan ditekan oleh berbagai arah terutama mahasiswa yang berdemontsrasi untuk menurunkan Soekarno, Ia sempat diwawancara oleh seorang wartawan asing. Berikut intisari percakapannya :

W turun? PS

: Bagaimana perasaan Anda melihat rakyat Anda sendiri meminta anda

: (Hanya diam dan melepaskan peci yang selalu ia kenakan. Lalu tersenyum

kepadanya.) W PS : Wartawan tersebut kembali melontarkan pertanyaan yang sama. : (kemudian Presiden Soekarno membuka Jas kebesaranya dan hanya

meninggalkan kemeja dan kaos yang ia kenakan.) W PS : Merasa pertanyaanya belum di jawab, kemudian ia bertanya sekali lagi. : (Berdiri dan melepaskan Kemejanya dan hanya tinggal Kaos Putih,

Kemudian Ia berkata,) Aku tidak punya apa apa lagi sekarang

Gusdur melambaikan tangan ke arah pengunjuk rasa dari tangga Istana Merdeka, Jakarta, 23 Juli 2001.

Saya pribadi berasumsi bahwa, perlaku seorang Gusdur yang memakai celana pendek dan hanya melambaikan tangan disaat para pendemo berdiri dan

menginginkannya turun dari Presiden terinspirasi oleh Presiden sebelumnya yaitu Presiden Soekarno. Begitu pula yang dikesankan oleh Kwik Kian Gie.

Banyak yang melukiskan Gus Dur tidak cocok jadi pemimpin (maksudnya presiden) namun tepat sebagai ulama, bapak demokrasi dan bapak bangsa yang mengayomi semua suku dan agama. Dualisme ini banyak dipercaya tentang pribadi Gus Dur. Namun saya tidak setuju dengan gamblang pandangan ini. Memahami kepemimpinan seharusnya tidak membedakan apakah dia menjadi presiden, ulama, bapak bangsa dan sederet lainnya, semuanya adalah berbicara tentang pemimpin.

Seharusnya dikatakan Gus Dur adalah seorang pemimpin, tetapi dapat dikatakan gagal menjadi presiden. Kepemimpinan Gusdur mengingatkan saya tentang pentingnya keberanian, dan tidak hanya jaga citra semata. Teringat kata John F. Keneddy: Courage not complacency is our need today. Leadership not salesmanship. Dan ini ada pada diri

Gusdur. Selamat jalan Bapak Bangsa!

BAB V DAFTAR PUSTAKA

y y

http://www.gusdur.net/Profil http://mkpd.wordpress.com/2007/10/02/nyleneh-itu-unik-wacana-kritiskepemimpinan-gus-dur/

y

http://beritafenomenal.wordpress.com/2009/12/30/profilbiodata-serta-riwayathidup-gusdur/

y y y y y

http://abu-basith.com/2010/01/gus-dur-benarkah-kita-mencintainya/ http://besteasyseo.blogspot.com/2009/12/sejarah-hidup-gus-dur-mengenang.html http://sudutp4nd4ng.wordpress.com/2009/12/30/sejarah-perjalanan-gus-dur-i/ http://edukasi.kompasiana.com/2010/01/02/telaah-kepemimpinan-gus-dur/ http://risalahjihad.blogspot.com/2010_01_01_archive.html