PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate...

130
PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN TERHADAP KINERJA GAPOKTAN DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KABUPATEN SUBANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 HARI HERMAWAN

Transcript of PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate...

Page 1: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS

PERDESAAN TERHADAP KINERJA GAPOKTAN DAN

PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KABUPATEN SUBANG

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

HARI HERMAWAN

Page 2: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Peran Program

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan Terhadap Kinerja Gapoktan dan

Pendapatan Usahatani Padi di Kabupaten Subang adalah benar karya saya dengan

arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada

perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2015

Hari Hermawan

NIM H351120251

Page 3: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

RINGKASAN

HARI HERMAWAN. Peran Program Pengembangan Usaha Agribisnis

Perdesaan terhadap Kinerja Gapoktan dan Pendapatan Usahatani Padi di

Kabupaten Subang. Dibimbing oleh SUHARNO dan ANNA FARIYANTI.

Pembangunan Pertanian khususnya di negara berkembang (Indonesia) tidak

bisa terlepas dari wilayah perdesaan. Sebab, sebagian besar penduduk di

Indonesia bermukim di perdesaan dan mayoritas masih dalam kondisi miskin

(17,92 juta jiwa) dari total 28,55 juta jiwa penduduk miskin. Terciptanya kondisi

kemiskinan di wilayah perdesaan, salah satunya disebabkan karena faktor sulitnya

penyediaan modal. Bahkan, keterbatasan akses terhadap modal (kredit)

diidentifikasi sebagai salah satu faktor penyebab kemiskinan, yang akhirnya

aktivitas usaha agribisnis menjadi sulit berkembang dan memperoleh peningkatan

laba.

Bagi petani-petani yang menguasai lahan sempit, pengalokasian modal

secara intensif merupakan kendala, karena sebagian besar petani tidak sanggup

mendanai usahatani yang padat modal dengan dana sendiri. Keterbatasan modal

menyebabkan sirkulasi kegiatan ekonomi tidak berjalan, sehingga proses

akumulasi kapital juga tidak bisa terjadi. Selain itu, keterbatasan modal yang

dimiliki petani mempengaruhi jumlah benih, pupuk, dan pestisida yang digunakan

dalam usahataninya, sehingga dapat mempengaruhi tingkat produksi yang

diharapkan. Upaya mengatasi masalah tersebut pemerintah mencanangkan

Program Pembangunan Pertanian. Program Pembangunan Pertanian dirumuskan

dalam tiga program, antara lain: (1) Program Peningkatan Ketahanan Pangan, (2)

Program Pengembangan Agribisnis, dan (3) Program Peningkatan Kesejahteraan

Petani. Salah satu Program Pembangunan Pertanian adalah Program

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Program PUAP merupakan

program jangka menengah, yang dicanangkan Kementerian Pertanian RI dengan

memfokuskan pada pembangunan pertanian perdesaan. Langkah yang ditempuh

adalah melalui pendekatan pengembangan usaha agribisnis dan memperkuat

kelembagaan pertanian di perdesaan.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis kinerja Gapoktan PUAP dan

non PUAP, (2) menganalisis pendapatan usahatani padi petani PUAP dan non

PUAP, dan (3) menganalisis hubungan kinerja Gapoktan dan pendapatan

usahatani padi. Untuk menjawab tujuan peran PUAP terhadap kinerja Gapoktan,

ditinjau melalui pendekatan “with and without” PUAP. Hal ini dimaksudkan

sebagai perbandingan kinerja organisasi antara Gapoktan PUAP dengan Gapoktan

non PUAP. Metode yang digunakan untuk menganalisis kinerja Gapoktan adalah

instrumen form penilaian kinerja, di mana setiap pernyataan diberi skor

menggunakan skala likert. Total skor merupakan pencerminan dari kinerja

Gapoktan. Indikator dalam penilaian kinerja Gapoktan terdiri atas efektifitas

organisasi, efisiensi organisasi, relevansi organisasi, dan pencapaian kemandirian

keuangan organisasi. Untuk menjawab tujuan peran PUAP terhadap pendapatan

usahatani padi sawah, ditinjau melalui perbandingan antara pendapatan usahatani

padi pada petani PUAP dan non PUAP. Alat analisis yang digunakan adalah

analisis pendapatan usahatani, R/C, B/C, MBCR dan independent sampel T test.

Sedangkan untuk menjawab tujuan hubungan kinerja Gapoktan terhadap

Page 4: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

pendapatan usahatani padi, menggunakan pendekatan analisis korelasi Pearson

Product Moment (PPM). Hal ini bertujuan untuk menganalisis derajat hubungan

antara variabel bebas (kinerja Gapoktan) dengan variabel terikat (pendapatan

usahatani padi).

Hasil analisis kinerja Gapoktan menunjukkan bahwa perbandingan skor

kinerja Gapoktan PUAP dan non PUAP nampak jelas, bahwa skor kinerja

Gapoktan PUAP lebih tinggi. Dengan kata lain kinerja Gapoktan PUAP lebih

unggul. Demikian halnya hasil analisis pendapatan usahatani padi petani PUAP

dan non PUAP, menunjukkan bahwa petani PUAP memiliki kinerja usahatani

lebih tinggi, terlihat dari capaian pendapatan usahataninya lebih tinggi. Begitu

juga hasil analisis R/C dan B/C yang sering digunakan sebagai ukuran efisiensi,

maka dapat dikatakan bahwa usahatani padi yang dikelola oleh petani PUAP dan

non PUAP, secara finansial layak dan menguntungkan Tetapi jika ditinjau dari

pemakaian input produksi, kedua kelompok responden secara rata-rata belum

efisien atau belum mencukupi batas pemakaian optimal, dan perlu ditambahkan

untuk mencapai optimalisasi produksi padi. Terkecuali untuk faktor produksi

pestisida yang digunakan oleh petani PUAP, secara jumlah pemakaian sudah

mencukupi atau sudah efisien. Hasil analisis hubungan kinerja Gapoktan terhadap

pendapatan usahatani padi petani anggota, menunjukkan bahwa hubungan tersebut

cukup kuat dan mengindikasikan pola hubungannya searah. Hal ini bermakna

semakin tinggi kinerja Gapoktan, semakin meningkat pendapatan usahatani padi

petani anggota.

Pelaksanaan program PUAP sangat membantu dalam peningkatan kapasitas

organisasi petani maupun kapasitas petani sebagai aktor utama kegiatan usahatani

padi. Peningkatan kapasitas organisasi terlihat dari adanya peningkatan

kemampuan yang dimiliki oleh Gapoktan seperti membangun jejaring bisnis

dengan Bank (permodalan organisasi), BUMN (benih unggul dan iptek), agen

pemasaran di dalam dan luar Kabupaten Subang (beras), dan agen saprodi (input

produksi). Sedangkan peningkatan kapasitas petani ditunjukkan oleh adanya

kemampuan petani untuk melaksanakan akivitas usahatani kearah yang lebih

produktif melalui proses adaptasi pemanfaatan teknologi.

Saran yang dapat diberikan yakni untuk meningkatkan kinerja Gapoktan,

hal utama yang harus diperbaiki yakni (1) modal sosial yang dimiliki petani

anggota, (2) membangun jaringan (networking) untuk menjalin kerjasama, dan (3)

ketegasan sikap pengurus Gapoktan dalam mengawal dan mendampingi para

petani dalam hal pemanfaatan pinjaman. Upaya untuk mencapai peningkatan

pendapatan usahatani, perlu adanya dukungan modal usaha yang kuat, baik modal

yang bersumber dari petani maupun dari luar seperti halnya Program PUAP, yang

bersifat mudah untuk diakses oleh petani baik secara administrasi maupun proses

pencairannya, serta tingkat bunga yang rendah. Kinerja Gapoktan memiliki peran

nyata terhadap naik turunnya tingkat pendapatan usaha tani petani anggota.

Sehingga kedepannya, lembaga ini dituntut untuk lebih profesional dalam hal

pengelolaan aktivitas keorganisasian, pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya

keuangan organisasi, serta melakukan pembinaan atau pendampingan kepada

petani anggota dalam hal pengelolaan usahatani.

Kata Kunci: kinerja Gapoktan, pendapatan usahatani, padi, PUAP

Page 5: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

SUMMARY

HARI HERMAWAN. The Role of Rural Agribusiness Development

Program on the Performance of farmers group alliances and Rice Farming Income

in Subang. Supervised by Suharno and ANNA FARIYANTI

Agricultural development, especially in developing countries (Indonesia)

cannot be separated from rural areas. Therefore, the majority of Indonesia's

population lives in rural areas and the majority are still in poor condition (17.92

million) of the total 28.55 million poor people. The formation of poverty in rural

areas is caused by the difficulty of providing capital, to name one factor. In fact,

limited access to capital (credit) is identified as one of the causes of poverty,

which eventually it becomes more difficult to develop agribusiness activity and to

increase profits.

Farmers with manage limited area, allocating intensive capital is a

constraint, because most farmers cannot afford to fund capital-intensive farming

by their own funds. Capital constraints led to the circulation of economic activity

hampered.Capital constraints cause the circulation of economic activity hampered,

so the process of capital accumulation cannot occur. In addition, the limited

capital owned by farmers affects the amount of seed, fertilizer, and pesticide that

are used in farming, that can affect the level of expected production. Efforts to

overcome these problems have been made by the government by launching the

Agricultural Development Program. Agricultural Development Program was

formulated in three programs, among others: (1) Food Security Enhancement

Program, (2) Agribusiness Development Program, and (3) Farmers Welfare

Improvement Program. One of the Agricultural Development Programs is the

Rural Agribusiness Development Program (PUAP). PUAP program is a medium-

term program, which was launched by the Ministry of Agriculture with a focus on

rural agricultural development. The approach taken is through agribusiness

development and strengthening institutions of agriculture in rural areas.

This study aims to (1) analyze the performance Gapoktan PUAP and non

PUAP, (2) analyze the income of farmers in rice farming PUAP and non PUAP,

and (3) analyze the relationship between are the performance Gapoktan and rice

farming income. The first goal is reviewed through approach ‘with and without’

PUAP. It is intended as a comparison of performance between Gapoktan PUAP

organization with Gapoktan non PUAP. Methods used to analyze the performance

of Gapoktan is the instruments of performance appraisal form, where each

statement was scored using a Likert scale. The total score is a reflection of the

performance Gapoktan. Indicators in the assessment of the performance of

Gapoktan consist of organizational effectiveness, organizational efficiency,

relevance of the organization, and the achievement of the organization's financial

independence. Furthermore, analyze the role PUAP with rice farm income,

through a comparison between are rice farm income to farmers PUAP and non

PUAP. Methods used to analyze consist of farm income, R/C, B/C, MBCR and

independent samples T test. The last, analyze the relationship between are the

performance Gapoktan and rice farming income, Methods used is Pearson Product

Moment (PPM). It aims to analyze the degree of correlation between the

Page 6: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

independent variable (performance union) with the dependent variable (rice

farming income).

Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance

scores of Gapoktan PUAP and non PUAP shows that PUAP Gapoktan

performance scores higher. In other words, Gapoktan PUAP has superior

performance. Similarly, the results of the analysis of the rice farming income and

non PUAP PUAP farmers, show that farmers farming PUAP have higher

performance, showed by higher achievement farming income. Likewise, the

results of the analysis of R / C and B / C is often used as a measure of efficiency,

it can be said that the rice farming managed by farmers PUAP and non PUAP, is

financially feasible and profitable. But when seen from the use of production

inputs, both groups of respondents the average is not efficient or optimal usage

limit is not sufficient, and should be added to achieve the optimization of the

production of rice. Except for input of pesticides used by farmers PUAP, in the

amount of usage is sufficient or already efficient. The results of correlation

analysis Gapoktan performance to rice farming income of farmers, suggest that

the relationship is strong enough and indicate unidirectional relationship patterns.

This is significantly higher Gapoktan performance, increasing farm income of

paddy farmer members.

Implementation of the PUAP is very helpful in improving the capacity of

farmers' organizations and the capacity of farmers as the main actor of rice

farming activities. Increased capacity of the organization can be seen from the

increased capabilities of the Gapoktan to build business networks with the Bank

(organizational capital), SOE (improved seed and science), the marketing agent

inside and outside Subang (rice), and agency inputs (inputs). While the capacity of

farmers demonstrated by the ability of farmers to carry out the activity towards

more productive farming through the use of technology adaptation process.

Suggestions can be made to improve the performance of Gapoktan, the main

thing that must be addressed: (1) social capital owned by the farmer members, (2)

networking to establish cooperation, and (3) the attitude Gapoktan firm in

guarding and assisting farmers in the use of the loan. Efforts to achieve an

increase in farm income, the need for a strong venture capital support, both capital

sourced from farmers and from outside as well as PUAP program, which is easily

accessible by both farmers and the administration of the disbursement process, as

well as low interest rates. Gapoktan performance has a real impact on the level of

farm income of members. So that in the future, these institutions are required to be

more professional in terms of management of organizational activities,

management and utilization of financial resources of the organization, as well as

to provide guidance or assistance to farmer members in farm management.

Keywords: performance farmers group alliences, farm income, rice, PUAP

Page 7: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

Page 8: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level
Page 9: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains

pada

Program Studi Agribisnis

PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS

PERDESAAN TERHADAP KINERJA GAPOKTAN DAN

PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KABUPATEN SUBANG

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

HARI HERMAWAN

Page 10: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Harianto, MS

Penguji Program Studi: Dr Amzul Rifin, SP, MA

Page 11: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

Judul Tesis : Peran Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

terhadap Kinerja Gapoktan dan Pendapatan Usahatani Padi di

Kabupaten Subang

Nama : Hari Hermawan

NIM : H351120251

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Dr Ir Suharno, MADev

Ketua

Dr Ir Anna Fariyanti, MSi

Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

Agribisnis

Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian:

29 Januari 2015

Tanggal Lulus:

Page 12: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2014 ini ialah

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan, dengan judul Peran Pengembangan

Usaha Agribisnis Perdesaan Terhadap Kinerja Gapoktan dan Pendapatan

Usahatani Padi di Kabupaten Subang.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Suharno, M.ADev dan

Ibu Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si selaku pembimbing, serta Bapak Dr. Ir. Harianto,

MS selaku dosen penguji luar komisi, Bapak Dr. Amzul Rifin, SP, MA selaku

dosen penguji perwakilan program studi pada ujian tesis, Ibu Prof. Dr. Ir. Rita

Nurmalina, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis, dan Ibu Dr. Ir. Dwi

Rachmina, M.Si yang telah banyak memberi saran, beserta seluruh staf pengajar

pada Program Studi Agribisnis. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan

kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Sekretaris Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kepala Balai Besar Pengkajian dan

Pengembangan Teknologi Pertanian, Bapak Dr. Kasdi Subagyono, Bapak Ir.

Rachmat Hendayana, MS, Bapak Ir. Sjahrul Bustaman, M.Sc, Bapak Ir. Ade

Supriyatna, M.Si beserta staf BBP2TP, Bapak Dr. Syahyuti dari PSEKP, Kepala

BPTP Jawa Barat, Kepala Pusat Pembiayaan Kementerian Pertanian, Dinas

Pertanian Jawa Barat, BP4K Kabupaten Subang Jawa Barat, yang telah membantu

selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah,

ibu, Harmi Andrianyta, Muhammad Haikal Harsyaputra, Hayumi Azzahra

Harsyaputri, serta seluruh keluarga, atas segala doa, kasih sayang, dukungan dan

pengorbanannya selama penulis mengikuti pendidikan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2015

Hari Hermawan

Page 13: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN viii

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah Penelitian 6

Tujuan Penelitian 8

Manfaat Penelitian 8

Ruang Lingkup Penelitian 9

2 TINJAUAN PUSTAKA 9

Kebijakan Program Bantuan Pembiayaan Usaha Agribisnis 9

Pelaksanaan Program Bantuan Pembiayaan Usaha Agribisnis 12

Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) 16

Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) 18

Kinerja Organisasi Gapoktan 20

Pendapatan Usahatani Padi 24

3 KERANGKA PEMIKIRAN 26

Konsep Kinerja Organisasi Gapoktan 26

Konsep Pendapatan Usahatani 28

Pengaruh Kinerja Gapoktan terhadap Pendapatan Usahatani Padi 29

Pengaruh Kredit terhadap Pendapatan Usahatani Padi 32

Kerangka Pemikiran Operasional 36

4 METODE PENELITIAN 37

Lokasi dan Waktu Penelitian 37

Jenis dan Sumber Data 37

Teknik Pengumpulan Data 38

Metode Penentuan Sampel 40

Tahapan Penentuan Sampel Gapoktan dan Petani 41

Analisis Kinerja Gapoktan 42

Analisis Pendapatan Usahatani Padi 44

Analisis Rasio Penerimaan atas Biaya (R/C) 46

Analisis Rasio Keuntungan atas Biaya (B/C) 46

Analisis Marginal Benefit Cost Rasio (MBCR) 47

Analisis Independent Sample T Test 47

Analisis Pearson Product Moment (PPM) 48

5 GAMBARAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM PUAP 49

Kebijakan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan 49

Pelaksanaan PUAP di Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat 52

Proses Seleksi Desa dan Pemilihan Gapoktan Penerima PUAP 65

Page 14: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

Sistem Penyaluran Dana BLM PUAP Kepada Petani 67

6 HASIL DAN PEMBAHASAN 68

Karakteristik Responden 68

Keragaan Atribut Kinerja Gapotan 73

Perbandingan Kinerja Gapoktan PUAP dan Non PUAP 78

Perbandingan Usahatani Padi antara Petani PUAP dan Non PUAP 81

Penggunaan Input Produksi untuk Usahatani Padi 81

Struktur Biaya Produksi dalam Usahatani Padi 85

Pendapatan Usahatani Padi 91

Hubungan Kinerja Gapoktan Terhadap Pendapatan Usahatani Padi 93

7 SIMPULAN DAN SARAN 94

Simpulan 94

Saran 95

DAFTAR PUSTAKA 95

RIWAYAT HIDUP 114

LAMPIRAN 13

RIWAYAT HID5

DAFTAR TABEL

1. Jumlah Gapoktan penerima dana bantuan langsung masyarakat program

pengembangan usaha agribisnis perdesaan di Indonesia, tahun 2008-

2013 3

2. Jumlah Gapoktan penerima dana bantuan langsung masyarakat program

pengembangan usaha agribisnis perdesaan di Provinsi Jawa Barat,

tahun 2008-2011 4

3. Rekapitulasi nilai aset dan alokasi dana bantuan langsung masyarakat

program pengembangan usaha agribisnis perdesaan per usaha ekonomi

produktif Gapoktan PUAP di Provinsi Jawa Barat, tahun 2008-2012 5

4. Rekapitulasi Gapoktan, nilai aset dan alokasi dana bantuan langsung

masyarakat program pengembangan usaha agribisnis perdesaan per

usaha ekonomi produktif di Kabupaten Subang, tahun 2008-2011 5

5. Jumlah petani sampel di tiap Gapoktan terpilih 41

6. Skala skor penilaian kinerja Gapoktan/LKM-A 44

7. Format dasar tabel usahatani padi 45

8. Interpretasi koefisien korelasi nilai r 49

9. Distribusi Gapoktan penerima dana bantuan langsung masyarakat

PUAP, Provinsi Jawa Barat 52

10. Penyebaran penerima dana bantuan langsung masyarakat PUAP tahun

2008 per sub sektor 53

11. Penyebaran penerima dana bantuan langsung masyarakat puap tahun

2009 per sub sektor 54

12. Penyebaran penerima dana bantuan langsung masyarakat puap tahun

2010 per sub sektor 55

Page 15: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

13. Penyebaran penerima dana bantuan langsung masyarakat puap tahun

2011 per sub sektor 56

14. Penyebaran penerima dana bantuan langsung masyarakat puap tahun

2012 per sub sektor 57

15. Penyebaran penerima dana bantuan langsung masyarakat puap tahun

2013 per sub sektor 58

16. Jenis inovasi teknologi pada masing-masing komoditas 60

17. Perkembangan dana bantuan langsung masyarakat PUAP tahun 2008 di

Provinsi Jawa Barat, per 31 Desember 2011 62

18. Perkembangan dana bantuan langsung masyarakat 2009 di Provinsi

Jawa Barat, per 31 Desember 2011 62

19. Distribusi responden menurut golongan umur 69

20. Distribusi responden menurut tingkat pendidikan formal 69

21. Distribusi responden menurut pengalaman bertani 70

22. Distribusi responden menurut luas lahan usahatani padi 71

23. Distribusi responden menurut status kepemilikan lahan 71

24. Distribusi responden menurut jumlah tanggungan keluarga 72

25. Distribusi responden menurut pekerjaan utama 72

26. Distribusi responden menurut jumlah pinjaman/kredit 73

27. Hasil uji validasi aspek efektivitas organisasi 74

28. Hasil uji validasi aspek efisiensi organisasi 75

29. Hasil uji validasi aspek relevansi organisasi 76

30. Hasil uji validasi aspek pencapaian kemandirian keuangan organisasi 77

31. Hasil uji reliabilitas 77

32. Skoring terhadap kinerja Gapoktan sampel 78

33. Komparasi penggunaan input produksi berdasarkan kuantitas 81

34. Rekomendasi pupuk padi sawah di Kecamatan Ciasem dan Patokbesi 83

35. Penggunaan pupuk oleh responden pada usahatani padi sawah 83

36. Penggunaan rata-rata tenaga kerja pada responden petani PUAP dan

non PUAP per hektar 85

37. Struktur biaya rata-rata dan pendapatan usahatani padi petani PUAP

dan non PUAP per hektar, Kabupaten Subang, Jawa Barat. 86

38. Hasil analisis korelasi kinerja Gapoktan dengan pendapatan usahatani

padi petani anggota 93

DAFTAR GAMBAR

1. Sebaran LKM-A di Provinsi Jawa Barat, tahun 2008-2011 4

2. Alur pendampingan dan pembinaan Gapoktan/poktan PUAP 18

3. Pengaruh kredit terhadap kombinasi penggunaan input dan peningkatan

output 34

4. Pengaruh kredit terhadap kombinasi penggunaan input dan pendapatan

usahatani padi 35

5. Kerangka pemikiran penelitian 37

6. Alur Petani Peminjam dengan Gapoktan 59

7. Struktur LKM-A Tahap Awal Berdiri 64

8. Perkembangan Struktur LKMA di Jawa Barat 64

Page 16: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

9. Alur usulan dan penetapan desa, gapoktan, dan pengurus 67

DAFTAR LAMPIRAN

1. Karakteristik Gapoktan Contoh Penerima PUAP 102

2. Karakteristik Gapoktan Contoh Non Penerima PUAP 103

3. Hasil Analisis Usahatani Padi Petani PUAP 104

4. Hasil Analisis Usahatani Padi Petani Non PUAP 105

5. Hasil Analisis Uji Beda (Uji T) Terhadap Pendapatan Usahatani Padi 106

6. Hasil Analisis Person Product Moment Terhadap Hubungan Kinerja

Gapoktan dengan Pendapatan Usahatani Padi 107

7. Hasil Analisis Uji Beda (Uji T) Terhadap Pemakaian Benih pada

Usahatani Padi Petani Sampel 108

8. Hasil Analisis Uji Beda (Uji T) Terhadap Pemakaian Pupuk Urea pada

Usahatani Padi Petani Sampel 109

9. Hasil Analisis Uji Beda (Uji T) Terhadap Pemakaian Pupuk TSP pada

Usahatani Padi Petani Sampel 110

10. Hasil Analisis Uji Beda (Uji T) Terhadap Pemakaian Pupuk NPK pada

Usahatani Padi Petani Sampel 111

11. Hasil Analisis Uji Beda (Uji T) Terhadap Pemakaian Pupuk Organik

pada Usahatani Padi Petani Sampel 112

12. Hasil Analisis Uji Beda (Uji T) Terhadap Pemakaian Tenaga Kerja

pada Usahatani Padi Petani Sampel 113

Page 17: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan Pertanian khususnya di negara berkembang (Indonesia) tidak

bisa terlepas dari wilayah perdesaan. Sebab, sebagian besar penduduk di

Indonesia bermukim di perdesaan dan mayoritas masih dalam kondisi miskin

(17,92 juta jiwa) dari total 28,55 juta jiwa penduduk miskin (BPS 2013). Faktor

penyebab kerentanan wilayah perdesaan antara lain karena lokasinya yang jauh

dari pusat kota/pembangunan. Hal ini dicirikan oleh terbatasnya infrastruktur

ekonomi, sedikitnya kesempatan kerja di luar pertanian (non-farm), jauh dari

pasar, sulit mendapatkan akses ke sumber permodalan dan teknologi, serta

organisasi tani yang masih lemah (Yustika 2013; Hendayana et al. 2009).

Kondisi tersebut tidaklah mungkin menyelenggarakan pembangunan di

negara berkembang tanpa melibatkan wilayah perdesaan. Bahkan, pembangunan

di negara berkembang harus melihat wilayah perdesaan sebagai fokus dan target

pembangunan. Oleh karena itu, keberhasilan pembangunan di negara berkembang

dapat dilihat dari perkembangan di wilayah perdesaan sendiri. Bila mayoritas

penduduk di perdesaan bisa melakukan mobilitas sosial-ekonomi (pembangunan),

maka dapat disimpulkan pembangunan di negara berkembang telah menjangkau

sebagian warga negaranya, demikian sebaliknya (Yustika 2013). Wilayah

perdesaan di negara berkembang biasanya dideskripsikan sebagai tempat bagi

orang-orang bekerja di sektor pertanian (70% dari 20,65 juta jiwa), dimana

masyarakat petani mencukupi hidup sendiri (swasembada) (Kementerian

Pertanian 2010a).

Lebih lanjut, upaya komersialisasi pertanian sering kali tidak selalu akan

meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Hal ini disebabkan sifat dari

komersialisasi pasar yang meletakkan petani dalam posisi subordinat. Di mana

setiap upaya modernisasi (komersialisasi) pertanian justru meletakkan petani

dalam posisi yang selalu kalah. Keuntungan ekonomi pertanian justru lebih

banyak jatuh pada pemilik modal atau pedagang yang relatif memiliki posisi tawar

lebih tinggi dibandingkan dengan petani. Posisi pemilik modal (tuan tanah,

industri pengolahan, pedagang) yang relatif tinggi bukan hanya disebabkan oleh

adanya penetrasi pasar, tetapi juga disumbangkan oleh karakteristik produk

pertanian yang cepat rusak. Sehingga petani tidak mungkin menahan produk

tersebut untuk sementara waktu demi mendongkrak harga. Persoalan ini

sebenarnya bisa diatasi apabila terdapat fasilitas penyimpanan yang

memungkinkan petani menyimpan barang tanpa menimbulkan kerusakan. Tetapi

mustahil dilakukan karena petani tidak memiliki modal untuk membeli fasilitas

tersebut. Pada akhirnya petani berhadapan dengan kendala-kendala kelembagaan,

teknologi, dan alam (Soetomo 1997). Ditambah lagi, sebagian besar pengeluaran

pemerintah justru lebih tercurah ke daerah-daerah perkotaan dan berbagai sektor

ekonomi, seperti sektor-sektor manufaktur modern dan sektor komersial (Todaro

dan Smith 2006).

Bertitik tolak dari uraian tersebut, salah satu persoalan paling rumit di

wilayah perdesaan adalah penyediaan modal. Bahkan, keterbatasan akses terhadap

modal (kredit) diidentifikasi sebagai salah satu faktor penyebab kemiskinan

Page 18: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

2

(Akpalu 2012). Permasalahan permodalan ini dapat berasal dari: (1) jumlah

permodalan yang ada, (2) terbatasnya akses kepada sumber permodalan, (3)

terbatasnya pengetahuan akan jenis-jenis modal, dan (4) kemampuan di dalam

menentukan serta menyusun proposal usaha pertanian sebagai salah satu

persyaratan dalam memperoleh permodalan usaha (Soekartawi 1996). Bagi

petani-petani yang menguasai lahan sempit, pengalokasian modal secara intensif

merupakan kendala, karena sebagian besar petani tidak sanggup mendanai

usahatani yang padat modal dengan dana sendiri (Syukur et al. 2000).

Keterbatasan modal menyebabkan sirkulasi kegiatan ekonomi tidak berjalan

sehingga proses akumulasi kapital juga tidak bisa terjadi.

Ditambah lagi, fasilitasi bantuan modal yang diluncurkan pemerintah belum

sepenuhnya dapat dinikmati oleh petani. Hal ini disebabkan karena lembaga

permodalan formal yang ditunjuk untuk menyalurkannya dirasakan tidak

sepenuhnya berpihak kepada petani, bunga yang terlalu tinggi, jaminan

persayaratan yang tidak bisa dipenuhi petani, proses pencairan yang memakan

waktu sangat lama, birokrasi yang bertele-tele, dan pelayanan yang tidak ramah

(Nurmanaf et al. 2006). Akibat keterbatasan dana dan persyaratan kredit yang

memberatkan bagi sebagian petani, sehingga tidak seluruh petani bisa

mendapatkan kredit dari program pemerintah tersebut. Petani yang tidak

memeroleh kredit, mengandalkan sumber pembiayaan produksi dari modal

pinjaman ke tetangga atau tengkulak/rentenir dengan bunga yang lebih tinggi.

Akibatnya akan merugikan petani karena memeroleh keuntungan yang lebih kecil

(Yustika 2013).

Berbekal situasi seperti itu, pada tahun 2008 pemerintah dalam hal ini

Kementerian Pertanian, meluncurkan suatu program yang dinamakan

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). PUAP bergerak dari aspek

fasilitasi modal usaha. Modal usaha ini kemudian disebut dana Bantuan Langsung

Masyarakat (BLM). Konsep dana BLM dalam PUAP sebagai dana stimulan atau

tambahan modal usaha untuk petani “miskin” di perdesaan. Adapun tujuan jangka

panjangnya yakni untuk menunjang pembentukan modal dan meningkatkan

produksi, serta pendapatan usahatani dalam koridor pengembangan agribisnis

perdesaan. Bahkan lebih luas lagi untuk menumbuhkembangkan lembaga

ekonomi di perdesaan yakni Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A).

Dana PUAP sebagian besar dialokasikan untuk komoditas tanaman pangan,

utamanya komoditas padi. Di tingkat petani, padi merupakan salah satu komoditi

yang mempunyai prospek cerah guna menambah pendapatan para petani.

Sehingga memberi motivasi tersendiri bagi petani untuk lebih mengembangkan

dan meningkatkan produksinya, dengan harapan agar pada saat panen usaha

memperoleh hasil penjualan tinggi guna memenuhi kebutuhannya. Sedangkan di

tingkat nasional, padi merupakan salah satu komoditas utama pertanian, karena

padi merupakan kebutuhan pokok penduduk. Komoditi ini tumbuh hampir di

seluruh daerah di Indonesia. Mengingat pentingnya komoditi ini sebagai bahan

makanan pokok, kiranya pengembangan komoditi padi membutuhkan perhatian

khusus.

Pelaksanaan kegiatan PUAP menyalurkan dana BLM sebesar Rp. 100 juta

kepada setiap Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) di 10.000 desa per tahun.

Sehingga setiap tahunnya Gapoktan yang menerima dana BLM pasti berbeda.

Dana tersebut dimaksudkan sebagai fasilitasi bantuan modal usaha untuk

Page 19: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

3

penguatan modal pada usaha budidaya (tanaman pangan, hortikultura, peternakan,

dan perkebunan) dan usaha non budidaya (industri rumah tangga, pedagang kecil

dan aktivitas lain berbasis pertanian)

Fungsi Gapoktan dalam PUAP sebagai organisasi atau kelembagaan tani

dalam penyaluran dan pemanfaatan dana PUAP untuk bantuan modal usaha bagi

anggota. Selain itu berperan sebagai media dalam menumbuhkan tingkat

keswadayaan masyarakat petani, meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha

bagi penerima dana BLM PUAP. Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam

pelaksanaan PUAP, baik dilihat dari sisi Gapoktan sebagai kelembagaan tani

maupun dari sisi pencapaian kesejahteraan anggota, maka Gapoktan didampingi

oleh tenaga Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani (PMT). Disamping

mendapatkan pembinaan baik dari pemerintah pusat maupun daerah. Melalui

pelaksanaan PUAP, diharapkan Gapoktan dapat menjadi lembaga ekonomi yang

dimiliki dan dikelola petani, serta bisa dikatakan sebagai kelembagaan yang

mempunyai pengaruh terhadap peningkatan tarap ekonomi (kesejahteraan) antar

pelakunya.

Pelaksanaan PUAP dimulai tahun 2008 sampai dengan akhir tahun 2013,

secara nasional sudah 47.673 Gapoktan yang menerima dana BLM PUAP, dengan

dana yang tersalur sebesar Rp. 4,7 Trilyun. Jenis usaha produktif yang

dikembangkan dalam Program PUAP beserta alokasi penggunaan dananya

mencakup: (a) kegiatan budidaya (on-farm) di bidang tanaman pangan (Rp.

696,83 milyar), hortikultura (Rp. 164,43 milyar), perkebunan (Rp. 139,21 milyar),

dan peternakan (Rp. 271,16 milyar), dan (b) kegiatan non budidaya (off-farm) di

bidang industri rumah tangga pertanian, pemasaran hasil pertanian skala mikro

(bakulan, dll) dan usaha lain berbasis pertanian (Rp. 347,85 milyar) (Direktorat

Pembiayaan Pertanian 2013). Data jumlah Gapoktan penerima dana PUAP secara

nasional disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Gapoktan penerima dana bantuan langsung masyarakat program

pengembangan usaha agribisnis perdesaan di Indonesia, tahun 2008-2013

Uraian Tahun

Total 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Jumlah Gapoktan 10.542 9.884 8.587 9.110 6.050 3.500 47.673

Jumlah Penyaluran Dana

(Trilyun) 1,053 0,988 0,858 0,911 0,605 0,350 4,765

Sumber: Direktorat Pembiayaan Pertanian (2013)

Data Gapoktan pada Tabel 1, menunjukkan jumlahnya semakin menurun,

ini artinya pelaksanaan PUAP selama enam tahun berjalan, hampir menjangkau

sebagian besar desa miskin yang ada di 33 provinsi. Sehingga harapannya setelah

selesainya PUAP ini, seluruh desa berkategori miskin sudah mendapatkan dana

BLM PUAP. Selain itu kedepannya, desa-desa yang awalnya berkategori miskin,

diharapkan sudah mengalami pengembangan kearah yang lebih baik, diantaranya

tumbuh dan berjalannya unit usaha produktif, memiliki dana abadi untuk

permodalan usahatani, adanya peningkatan kesejahteraan petani, sampai dengan

tumbuh dan berkembangnya kelembagaan ekonomi tani di perdesaan yang mapan

yakni Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A).

Pelaksanaan PUAP di Provinsi Jawa Barat, tahun 2008 sampai dengan tahun

2011, sudah 2.703 Gapoktan dari 24 kabupaten yang menerima dana BLM PUAP,

Page 20: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

4

dengan dana tersalur sebesar Rp. 270,3 milyar. Selama empat tahun berjalan,

alokasi dana PUAP proporsi terbesar yakni untuk tanaman pangan, selanjutnya

untuk perkebunan, hortikultura, peternakan, dan yang terakhir untuk kegiatan non

budidaya (off farm) yang terbagi atas pengolahan hasil, pemasaran hasil dan usaha

lainnya berbasis pertanian. Data jumlah Gapoktan penerima dana PUAP di

Provinsi Jawa Barat disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Gapoktan penerima dana bantuan langsung masyarakat program

pengembangan usaha agribisnis perdesaan di Provinsi Jawa Barat, tahun

2008-2011

Tahun

Jumlah Pelaksana

Program PUAP Dana PUAP

(Rp. Milyar)

Realisasi Dana PUAP (%)

Kab./

Kota Kec.

Desa/

Gapoktan

Tan.

Pangan Horti Nak Bun

Off-

Farm

2008 21 225 621 62,1 31,89 10,36 15,26 6,61 35,88

2009 22 276 702 70,2 35,38 9,79 10,04 10,39 34,40

2010 24 376 686 68,6 30,81 10,02 2,06 15,73 41,36

2011 24 472 694 69,4 32,69 10,05 9,12 10,91 37,21

Jumlah 2.703 270,3 130,77 40,22 36,48 43,64 148,85

Sumber: BPTP Jawa Barat (2012)

Gapoktan pelaksana PUAP lingkup Jawa Barat, dari tahun 2008-2011 sudah

berhasil menumbuhkembangkan LKM-A. Data sebaran LKM-A disajikan pada

Gambar 1.

Gambar 1. Sebaran LKM-A di Provinsi Jawa Barat, tahun 2008-2011 Sumber: BPTP Jawa Barat (2012)

Pada Gambar 1, terlihat Kabupaten Subang berhasil menumbuhkembangkan

LKM-A sebanyak 40 unit (27,97%). Jumlah ini mengungguli kabupaten lainnya,

seperti Tasikmalaya 21 unit (14,68%), dan Bandung Barat 19 unit (13,29%).

Sementara sisanya terpencar di beberapa kabupaten lingkup Provinsi Jawa Barat.

Adapun jenis usaha produktif yang dikembangkan beserta distribusi alokasi

penggunaan dananya, disajikan pada Tabel 3.

Page 21: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

5

Tabel 3. Rekapitulasi nilai aset dan alokasi dana bantuan langsung masyarakat

program pengembangan usaha agribisnis perdesaan per usaha ekonomi

produktif Gapoktan PUAP di Provinsi Jawa Barat, tahun 2008-2012

Tahun

Nilai aset

Yang

Dikelola sd

Juni 2012

(Rp. milyar)

Usaha Budidaya/on-farm (Rp. milyar) Non

Budidaya

/off-farm

(Rp. milyar)

Jumlah (Rp. milyar) Tan.

Pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan

2008 35,91 9,00 1,29 0,52 3,35 6,81 20,97

2009 27,76 6,10 2,29 0,48 3,97 6,92 19,77

2010 34,40 15,19 4,84 2,80 6,61 9,44 38,87

2011 29,98 11,51 1,36 0,09 5,31 7,51 25,77

Jumlah 128,05 41,82 9,78 3,89 19,22 30,67 105,38

Sumber: BPTP Jawa Barat (2012)

Pelaksanaan PUAP di Kabupaten Subang (2008-2011), jumlah Gapoktan

penerima dana PUAP mencapai 208 Gapoktan. Data rekapitulasi Gapoktan

beserta nilai Aset yang dikelola disajikan pada Tabel 4. Kabupaten Subang

memiliki potensi pertanian, salah satunya adalah komoditas padi, dengan

produktivitas mencapai 6 – 7,5 ton/ha. Dengan demikian, proporsi dana PUAP

sebagian besar dialokasikan untuk komoditas padi.

Tabel 4. Rekapitulasi Gapoktan, nilai aset dan alokasi dana bantuan langsung

masyarakat program pengembangan usaha agribisnis perdesaan per usaha

ekonomi produktif di Kabupaten Subang, tahun 2008-2011

Tahun Jumlah

Gapoktan

Nilai aset

Yang

Dikelola sd

Juni 2012

(Rp. milyar)

Usaha Budidaya/on-farm (Rp. milyar) Non

Budidaya

/off-farm

(Rp. milyar)

Tan. Pangan

Hortikultura Perkebunan Peternakan

2008 35 8,65 1,74 0,21 0,03 0,34 1,08

2009 57 4,60 2,91 0,48 0,44 0,96 1,71

2010 44 5,07 1,49 0,21 0,08 0,72 1,89

2011 72 7,86 2,81 0,42 0,00 1,15 2,52

Jumlah 208 26,18 8,95 1,32 0,55 3,17 7,20

Sumber: BPTP Jawa Barat (2012)

Pembiayaan pertanian melalui fasilitasi modal usaha dari dana BLM PUAP

diduga berperan terhadap keberhasilan pengembangan agribisnis di perdesaan

berbasis usahatani padi yang ada dilokasi penelitian, dalam hal ini di Kabupaten

Subang, Provinsi Jawa Barat. Adapun indikator keberhasilan tersebut dilihat dari

kinerja organisasi Gapoktan dan peningkatan pendapatan usahatani bagi petani

contoh penerima/pemanfaat dana BLM PUAP. Mengapa demikian, karena

peningkatan kinerja organisasi Gapoktan dan peningkatan pendapatan merupakan

komponen penting dari indikator keberhasilan pelaksanaan PUAP. Selain itu

merupakan efek multiplier yang diharapkan dari pemberian tambahan modal

usaha atau modal kerja bagi petani miskin. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu

dilakukan penelitian untuk menganalisis kinerja Gapoktan dan menganalisis

capaian hasil (outcome) terhadap pendapatan usahatani petani anggota berbasis

komoditas padi.

Page 22: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

6

Perumusan Masalah Penelitian

Pertanian memiliki fungsi dan peran strategis bagi masyarakat dan

pemerintah, baik di negara berkembang maupun di negara maju. Pertanian tidak

sekedar menghasilkan bahan pangan, tetapi juga memberikan kesempatan kerja

dan pendapatan bagi masyarakat. Saat ini, makna pertanian tidak hanya mencakup

pada aspek produksi usaha tani (on-farm) semata, tetapi juga mencakup kegiatan

luar usaha tani yang terkait dengan produksi, baik yang berada di hulu maupun di

hilir (off-farm), serta aktivitas penunjang yang mendukung penuh seluruh kegiatan

pertanian. Namun, ketika berbicara tentang petani, maknanya tidak lepas dari

kegiatan produksi usaha tani, karena sebagian besar petani kita masih berkutat

pada on-farm, yang bertujuan untuk menghasilkan komoditas pertanian bagi

pemenuhan kebutuhan pangan, pakan, serta energi.

Melihat tingkat pendapatan petani yang relatif lebih rendah daripada para

pelaku sektor ekonomi lainnya, akibatnya tingkat kemiskinan di sektor ini masih

relatif tinggi. Terdapat beberapa faktor penyebab rendahnya tingkat pendapatan

dan tingginya tingkat kemiskinan di sektor pertanian, yaitu: (1) rendahnya

kepemilikan dan penguasaan lahan, (2) rendahnya produktivitas usaha tani, (3)

rendahnya harga produk di tingkat petani, (4) rendahnya pendidikan dan

keterampilan petani, serta (5) minimnya akses petani terhadap sumber

pembiayaan (permodalan). Inti dari beberapa bermasalahan tersebut, yakni petani

memiliki keterbatasan penguasaan modal untuk menjalankan aktivitas

usahataninya.

Modal dalam usahatani diklasifikasikan sebagai bentuk kekayaan, baik

berupa uang maupun barang yang digunakan untuk menghasilkan sesuatu secara

langsung maupun tidak langsung dalam suatu proses produksi (Hanafie 2010).

Secara ekonomi modal adalah barang-barang yang bernilai ekonomi yang

digunakan untuk menghasilkan tambahan kekayaan ataupun untuk meningkatkan

produksi. Dalam perusahaan, modal adalah seluruh kekayaan yang digunakan

dalam usaha. Modal digunakan untuk menghasilkan barang-barang konsumsi atau

barang-barang modal. Pembentukan modal bertujuan untuk meningkatkan

produksi dan pendapatan usahatani, serta menunjang pembentukan modal lebih

lanjut. Berdasarkan pengamatan di lapangan, sumber permodalan usahatani para

petani didapatkan dari: (1) modal sendiri yang relatif terbatas, dan (2) meminjam

dana dari para tengkulak dan atau lembaga keuangan informal lainnya yang

beroperasi di wilayah perdesaan.

Lebih lanjut, Daniel (2002) menyampaikan bahwa modal usahatani yang

dimaksud adalah keseluruhan biaya-biaya dalam pengadaan bibit, pupuk, obat-

obatan, upah tenaga kerja, transport, penyusutan alat dan pajak tanah. Kecukupan

modal mempengaruhi ketepatan dalam penggunaan input produksi secara tepat

waktu sehingga hasil padi optimal. Sebaliknya keterbatasan modal yang dimiliki

petani mempengaruhi jumlah faktor produksi (benih/varietas unggul baru, pupuk,

pestisida, dan tenaga kerja) yang digunakan petani dalam usahatani, dengan kata

lain petani menjadi lemah dalam penerapan inovasi teknologi.

Untuk mengatasi dan menyelesaikan permasalahan tersebut (petani kurang

modal), pemerintah menetapkan program jangka menengah yang fokus pada

pembangunan pertanian perdesaan. Salah satunya ditempuh melalui pendekatan

mengembangkan usaha agribisnis dan memperkuat kelembagaan pertanian di

Page 23: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

7

perdesaan. Pendekatan ini diwujudnyatakan dengan fasilitasi tambahan modal

kerja atau pembiayaan usahatani melalui dana Bantuan Langsung Masyarakat

(BLM) Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP).

Pada intinya program PUAP merupakan suatu upaya penanggulangan

kemiskinan yang dilaksanakan melalui pengembangan usaha agribisnis perdesaan.

Upaya pengembangan usaha agribisnis tersebut ditempuh melalui penguatan

modal petani sebagai “entry point”. Sedangkan upaya penguatan modal petani

dilakukan melalui penyaluran dana BLM PUAP sebesar 100 juta rupiah per desa

yang disalurkan kepada petani miskin. Penyaluran dana BLM PUAP tersebut

dilaksanakan melalui Gapoktan yang harus dibentuk di setiap desa lokasi PUAP.

Dana tersebut diharapkan dapat berkembang dan dikelola Gapoktan sebagai dana

awal bagi pembentukan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A),

sehingga rumah tangga tani miskin secara berkelanjutan mudah mengakses dana

tersebut sebagai tambahan modal usaha.

Pelaksanaan program PUAP yang kegiatannya melalui fasilitasi bantuan

tambahan modal usaha, diharapkan upaya pengembangan usaha agribisnis di

perdesaan dapat tercipta. Filosofinya, baiknya kinerja organisasi petani di

perdesaan dalam hal ini Gapoktan, dan didukung dengan adanya tambahan modal

usaha, akan mendorong usahatani padi petani anggota ke arah yang lebih

produktif. Indikasinya terlihat dari meningkatknya kemampuan petani dalam

pemenuhan kebutuhan input produksi, serta mengadopsi teknologi anjuran

(rekomendasi). Sehingga secara normatif produksi akan meningkat. Ketika

produksi meningkat diikuti dengan peningkatan kualitas, akan berdampak

terhadap peningkatan pendapatan. Akan tetapi, program pemerintah semacam ini

menimbulkan sejumlah masalah moral hazard, karena: (1) sebagian petani

menganggap bahwa program pemerintah bersifat bantuan, sehingga tidak perlu

dikembalikan, (2) sebagian kelompok tani penerima program didirikan secara

mendadak, sehingga kurang memiliki pengalaman yang baik, (3) pembagian dana

program yang hanya terbatas pada anggota kelompok tani penerima bantuan.

Fakta ini menunjukan bahwa pendanaan semacam ini prakteknya sangat

membantu, tetapi efektifitasnya perlu kita tunggu dan kita amati terus menerus,

dengan pembinaan dan pengawasan yang sustainable oleh komponen baik dari

tingkat paling bawah (kelompok tani) sampai tingkat atas (pemerintah).

Kabupaten Subang hingga kini tersisa 114 desa yang belum tersentuh

program bantuan PUAP, dari jumlah itu seluruhnya telah diusulkan guna

menerima bantuan PUAP. Sehingga diharapkan, seluruh desa yang ada di

Kabupaten Subang bisa menerima bantuan Program PUAP. Salah satu output

keberhasilan Program PUAP adalah terbentuknya Lembaga Keuangan Mikro

Agribisnis (LKM-A) yang berbadan hukum koperasi. Di Kabupaten Subang

pengelolaan dana PUAP oleh Gapoktan dibantu oleh Unit Permodalan Gapoktan

(UPG) sebagai salah satu unit usaha otonom di bawah koordinasi dan wewenang

Gapoktan. UPG dikelola oleh seorang manager yang diangkat oleh Gapoktan

sesuai kesepakatan dengan kriteria yang telah ditentukan sesuai dengan kebutuhan

dalam mengelola administrasi keuangan di UPG. Seperti yang sudah diuraikan

sebelumnya, bahwa Kabupaten Subang telah berhasil menumbuhkembangkan

LKM-A sebanyak 40 unit (27,97%), jumlah tersebut mengungguli kabupaten

lainnya yang ada di Provinsi Jawa Barat. Serta jika ditinjau dari kelengkapan

Page 24: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

8

organisasinya sudah baik, seperti SDM pengelola, jenis pembukuan lengkap,

AD/ART, asset kelembagaan, dan administrasi.

Pengembangan permodalan dari Program PUAP sangat bervariasi, mulai

tahun pertama penyaluran dana (2008) sampai dengan sekarang (2014). Banyak

kelompok tani yang sudah bisa mengembangkan dana menjadi dua kali lipat dari

bantuan permodalan awal, tetapi masih ada juga yang berkutat dengan proses

pengembalian dana awal bantuan. Hal ini, disebabkan karena mekanisme

pengembalian dana pinjaman anggota ini bervariasi, mulai dari pengembalian

harian, mingguan, bulanan dan jatuh tempo atau bayar panen (yarnen). Pendanaan

pada sektor on-farm pengembaliannya relatif lambat karena sebagian besar

menggunakan pola yarnen, sedangkan pendanaan pada sektor off-farm relatif lebih

cepat dengan pola pengembalian harian, mingguan, dan bulanan. Berbagai macam

mekanisme pengelolaan dana PUAP yang diserahkan pada mekanisme

musyawarah Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) membuat progress program

PUAP ini di masing-masing Gapoktan bermacam-macam. Semoga fasilitasi

pemerintah menjadikan trigger buat para petani, sehingga petani dan pertanian di

Indonesia lebih maju dan berkembang.

Berdasarkan uraian tersebut, perlu dilakukan penelitian untuk mengungkap

seberapa besar peran atau kontribusi program PUAP terhadap kinerja Gapoktan

dan pendapatan usahatani padi yang dikelola oleh petani penerima dana PUAP

dilokasi penelitian. Untuk melihat besarnya peran tersebut, dilakukan pendekatan

with and without PUAP. Hal ini dimaksudkan untuk membandingkan antara

kinerja Gapoktan penerima PUAP dengan non penerima PUAP. Pendekatan

tersebut dilakukan juga pada usahatani padi petani anggota yang sudah menerima

dan tidak menerima PUAP, dengan fokus terhadap tingkat pendapatan usahatani

padi. Selanjutnya, melihat seberapa besar derajat keeratan hubungan antara kinerja

Gapoktan terhadap pendapatan usahatani padi petani anggota.

Beranjak dari uraian perumusan masalah, pertanyaan penelitian yang ingin

ditemukan jawabannya dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana kinerja Gapoktan PUAP dan non PUAP?

2. Bagaimana pendapatan usahatani padi petani PUAP dengan non PUAP, serta

apakah ada perbedaan yang signifikan?

3. Bagaimana hubungan kinerja Gapoktan terhadap pendapatan usahatani padi?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan yang ingin

dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Menganalisis kinerja Gapoktan PUAP dan non PUAP.

2. Menganalisis pendapatan usahatani padi petani PUAP dan non PUAP.

3. Menganalisis hubungan kinerja Gapoktan terhadap pendapatan usahatani padi

petani anggota.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan informasi

pentingnya keberadaan modal dalam aktitivitas usaha agribisnis, utamanya di

perdesaan. Selain itu penelitian mampu memberikan rekomendasi bagi pemerintah

Page 25: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

9

pusat maupun daerah, dalam menentukan langkah dan kebijakan untuk

menanggulangi kemiskinan di perdesaan, serta untuk mempertahankan

keberlanjutan program pembiayaan pertanian dalam koridor program

pemberdayaan petani. Selain itu, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

pembaca sebagai tambahan pengetahuan maupun informasi untuk melaksanakan

studi yang relevan di masa mendatang.

Ruang Lingkup Penelitian

1. Penelitian dilakukan di Kecamatan Patok Besi dan Ciasem, Kabupaten

Subang, Provinsi Jawa Barat, pada Gapoktan penerima dana PUAP maupun

non PUAP, dimana usaha simpan pinjamnya sudah berjalan.

2. Unit analisis dalam penelitian ini terdiri atas Gapoktan dan petani anggota

yang berusahatani padi sawah. Unit analisis Gapoktan diperlukan untuk

menjawab tujuan pertama, yakni pengukuran terhadap kinerja Gapoktan,

sedangkan unit analisis petani anggota diperlukan untuk menjawab tujuan

kedua, yakni menganalisis pendapatan usahatani padi serta untuk

menganalisis apakah ada perbedaan yang signifikan diantara kedua kelompok

tersebut. Sehingga dalam penelitian ini dibatasi pada penilaian kinerja

Gapoktan dan pendapatan usahatani padi, baik PUAP maupun Non PUAP.

3. Untuk mengkaji peran PUAP terhadap kinerja Gapoktan, dapat dilihat

melalui pendekatan with and without PUAP. Artinya perbandingan kinerja

organisasi antara Gapoktan PUAP dengan Gapoktan non PUAP. Alat analisis

yang digunakan dalam mengukur kinerja Gapoktan menggunakan instrumen

form penilaian kinerja, di mana setiap pernyataan diberi skor menggunakan

skala likert. Total skor merupakan pencerminan dari kinerja Gapoktan itu

sendiri. Atribut penilaian kinerja Gapoktan, diadaptasi dari pedoman

penilaian Gapoktan PUAP dari Kementerian Pertanian (2010b), Syahyuti

(2012), dan Yustika (2013), yang semuanya diintegrasikan menjadi satu

instrumen untuk penilaian kinerja Gapoktan dalam penelitian ini.

4. Untuk mengkaji peran PUAP terhadap pendapatan usahatani padi sawah,

dapat dilihat melalui perbandingan antara pendapatan usahatani padi pada

petani PUAP dan non PUAP. Alat analisis yang digunakan adalah analisis

pendapatan usahatani, R/C, B/C, MBCR dan uji beda sampel tidak

berhubungan (independent sampel T test).

5. Untuk mengkaji hubungan kinerja Gapoktan terhadap pendapatan usahatani

padi, menggunakan pendekatan analisis korelasi Pearson Product Moment

(PPM). Hal ini bertujuan untuk menganalisis derajat hubungan antara variabel

bebas (kinerja Gapoktan) dengan variabel terikat (pendapatan usahatani padi).

2 TINJAUAN PUSTAKA

Kebijakan Program Bantuan Pembiayaan Usaha Agribisnis

Pembiayaan merupakan salah satu komponen strategis dalam revitalisasi

pertanian. secara gasir besar, kebijakan pembiayaan pertanian mencakup dua hal,

yaitu: (1) kebijakan pembiayaan pembangunan pertanian yang memprioritaskan

Page 26: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

10

anggaran untuk sektor pertanian dan sektor pendukungnya, dan (2) kebijakan

pertanian yang mudah di akses masyarakat (Departemen Pertanian 2005).

Konteks kebijakan pemerintah, pembiayaan pertanian diwujudnyatakan

dengan ketersediaan anggaran pembangunan dan penyediaan sistem insentif untuk

mendorong peningkatan produksi dan pendapatan petani. Seperti yang

diungkapkan oleh Prasetyo dan Joko (2009), pembiayaan pertanian merupakan

bagian dana nasional maupun internasional yang digunakan untuk membiayai

kegiatan produksi dan investasi disektor pertanian. Alat utama kebijakan pertanian

diwujudkan melalui anggaran belanja pemerintah (fiskal) di sektor pertanian.

Seperti yang diketahui, tanpa adanya pembiayaan atau permodalan yang memadai

pada aktivitas usaha agribisnis, tidak mungkin dapat melakukan pengembangan

usaha dan memperoleh peningkatan laba (Mirza 2000; Moeler dan Thorsen 2000)

Pembiayaan pertanian, pada intinya pemerintah ikut serta dalam kegiatan

perekonomian, sehingga tidak adanya ekternalitas yang merugikan banyak pihak.

Mengingat pemerintah sebagai salah satu pelaku ekonomi (rumah tangga

pemerintah), memiliki fungsi penting dalam perekonomian, yaitu berfungsi

sebagai stabilisasi, alokasi, dan distribusi. Fungsi-fungsi pemerintah adalah

sebagai berikut: (1) fungsi stabilisasi, yakni fungsi pemerintah dalam menciptakan

kestabilan ekonomi, sosial politik, hukum, pertahanan, dan keamanan, (2) fungsi

alokasi, yakni fungsi pemerintah sebagai penyedia barang dan jasa publik seperti

pembangunan jalan raya, gedung sekolah, penyediaan fasilitas penerangan, dan

telepon, dan (3) fungsi distribusi, yakni fungsi pemerintah dalam pemerataan atau

disribusi pendapatan masyarakat.

Kebijakan pembiayaan pertanian yakni pemerintah melakukan intervensi

pembiayaan non pasar (non market) dalam bentuk pembiayaan langsung.

Pembiayaan langsung sering dikategorikan sebagai kredit program, dan erat

kaitannya untuk pemecahan masalah dalam hal kekurangan modal usaha. Masalah

kekurangan modal adalah salah satu ciri penting bagi setiap negara yang memulai

proses pembangunan. Kekurangan modal tidak hanya menghambat kecepatan

pembangunan ekonomi yang dapat dilaksanakan tetapi dapat menyebabkan

kesulitan negara tersebut untuk melepaskan dari kemiskinan.

Berdasarkan pengalaman selama beberapa dekade, pemerintah telah

melakukan intervensi di pasar kredit cenderung langsung, biasanya mengambil

bentuk yang diarahkan pada alokasi pinjaman, subsidi bunga dan kepemilikan

negara atas bank. Pada tahun 1970, misalnya, bank sentral di Indonesia diberikan

hampir 200 jalur kredit, banyak yang ditujukan untuk kegiatan pertanian, dan

sebagian besar yang disubsidi. Di Thailand selama tahun 1970 dan 1980

pemerintah mewajibkan semua bank untuk meningkatkan persentase pinjaman

dari total portofolio pinjaman bank kepada petani. Selain di beberapa negara

seperti Filipina, segmen utama dari sistem keuangan perdesaan melekat pada

program produksi tanaman. Di negara-negara lain seperti Mesir dan Brazil upaya

kredit bersubsidi sangat besar, hal ini dilakukan atas dasar untuk mengkompensasi

petani akibat terjadinya distorsi lain dalam perekonomian, seperti mengkontrol

harga makanan atau meningkatkan nilai suku bunga (Coffey 1998). Sehingga

dapat disimpulkan, kebijakan dan peraturan tersebut (kredit program) dapat

mempengaruhi keuntungan dan perkembangan sistem pertanian (Hardie et al.

2004; Goetz dan Zilberman 2007).

Page 27: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

11

Pemerintah banyak melakukan program-program bantuan modal salah

satunya yakni Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-

Mandiri). Selain pemerintah, badan usaha juga membantu dalam masalah

kekurangan modal seperti bank, koperasi, BUMN seperti PLN dan lain-lain1.

Smith and Smith (2004) dan Xiaoping (2011) menyatakan modal usaha (individu

dan lembaga yang membuat investasi modal usaha) menjadi pendorong

pengembangan usaha.

Menurut Ashari (2009) secara umum program bantuan kredit atau modal

untuk sektor pertanian berasal dari dua sumber, yaitu: (1) dari Anggaran

Pendapatan Belanja Negara (APBN) seperti Bimas, KUT, Kredit Ketahanan

Pangan (KKP), Skim Pelayanan Pembiayaan Pertanian (SP3), Bantuan Langsung

Masyarakat (BLM), Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis

(LKMA); dan (2) Project bantuan asing baik yang berupa hubungan bilateral

seperti second Kennedy Round (SKR) maupun kerjasama multilateral seperti

Program Peningkatan Pendapatan Petani/nelayan Kecil (P4K).

Adapun tujuan dari pembiayaan agribisnis yaitu dalam rangka mengatasi

keterbatasan akses petani terhadap permodalan, lemahnya kapasitas kelembagaan

petani, dan terbatasnya infrastruktur pertanian, maka sebagai anggaran pemerintah

dalam hal ini Kementerian Pertanian dialokasikan dalam bentuk belanja bantuan

sosial untuk pemberdayaan sosial, perlindungan sosial, penanggulangan

kemiskinan dan penanganan bencana di bidang pertanian.

Terkait dengan penanggulangan kemiskinan dan penanggulangan bencana,

Kementerian Pertanian menyalurkan belanja bantuan sosial dalam bentuk barang

kepada kelompok tani, sedangkan untuk pemberdayaan sosial dan perlindungan

sosial disalurkan belanja bantuan sosial melalui transfer uang dan/atau transfer

barang kepada kelompok tani, agar mampu secara mandiri dan bersama-sama

meningkatkan produktivitas, nilai tambah, dan daya saing produk pertanian yang

pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan petani.

Pembiayaan pertanian berupa kredit, memiliki peran yang strategis dalam

pembangunan pertanian dan perdesaan. Hal ini telah mendorong pemerintah untuk

menjadikannya sebagai instrumen kebijakan penting (Ashari 2009). Dalam tataran

konseptual, menurut Tampubolon (2002) kredit dianggap mampu memutuskan

“lingkaran setan” kemiskinan di perdesaan. Kredit dapat memfasilitasi transfer

daya beli sementara dari satu individu atau organisasi kepada individu atau

organisasi yang lain. Hal senada juga dipaparkan Jehangir et al. (2002).

Menurutnya, kredit adalah penting untuk penggunaan modal kerja, modal tetap

dan konsumsi yang baik. Kredit adalah elemen kunci dalam modernisasi

pertanian. Tidak hanya itu menghilangkan hambatan finansial tetapi juga

mempercepat laju adopsi teknologi baru.

Penggunaan modal dan adopsi teknik-teknik modern untuk produksi, yang

telah menjadi sumber utama pertumbuhan output pertanian, memerlukan akses ke

pasar kredit untuk pembiayaan pertanian. Sehingga dengan pasokan kredit yang

optimal diharapkan dapat meningkatkan kemampuan petani dalam membeli

1 http://27acintya08dhika95.wordpress.com/kebijakan-pemerintah-dalam-bidang-ekonomi/ Unduh

tgl: 25-10-2013, jam 08:36

Page 28: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

12

saprodi, yang selanjutnya berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas

usahatani. Mengingat urgensi kredit ini, maka dalam proses perencanaan program

pembangunan pertanian, aspek permodalan merupakan salah satu faktor penting

yang selalu mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Oleh karena itu

pemberian kredit program biasanya sejalan atau dijadikan sebagai unsur pelancar

bagi program pembangunan pertanian lainnya.

Pelaksanaan Program Bantuan Pembiayaan Usaha Agribisnis

Pembiayaan pertanian yang bersumber dari kredit program tidak bisa

dilepaskan dari sejarah pembangunan pertanian. Pengalaman menunjukkan

peranan kredit pertanian sangat penting dalam pembangunan sektor pertanian.

Kredit merupakan salah satu faktor pendukung utama pengembangan adopsi

teknologi usahatani. Kredit pertanian bukan sekedar faktor pelancar pembangunan

pertanian akan tetapi berfungsi pula sebagai satu titik kritis pembangunan

pertanian (critical point of development) (Syukur et al. 1998).

Lebih lanjut Syukur et al. (1999) mengungkapkan peran kredit sebagai

pelancar pembangunan pertanian antara lain: (1) membantu petani kecil dalam

mengatasi keterbatasan modal dengan bunga relatif ringan, (2) mengurangi

ketergantungan petani pada pedagang pelantara dan pelepas uang, sehingga bisa

berperan dalam memperbaiki struktur dan pola pemasaran hasil pertanian, (3)

mekanisme transfer pendapatan untuk mendorong pemerataan, dan (4) insentif

bagi petani untuk meningkatkan produksi pertanian. Sementara sebagai simpul

kritis pembangunan, kredit berfungsi efektif untuk menunjang perluasan dan

penyebaran adopsi teknologi.

Menurut Soentoro et al. (1992) perkembangan kredit program pemerintah

untuk sektor pertanian tidak dapat dipisahkan dengan program intensifikasi

pertanian dan program peningkatan ekonomi perdesaan. Agenda dari program

tersebut adalah untuk mencapai swasembada beras nasional. Dari upaya tersebut

lahirlah Program Bimas yang keberhasilannya sangat ditunjang oleh keberadaan

program kredit pertanian. Pendampingan pendanaan yang lebih populer dengan

Kredit Bimas, dimaksudkan untuk mempercepat adopsi teknologi budidaya padi,

yaitu dengan memberi bantuan pendanaan untuk pengadaan bibit unggul, pupuk,

pestisida, dan biaya hidup (cost of living) yang bertujuan meningkatkan

produktivitas usahatani padi.

Melihat sejarahnya, menurut Ashari (2009); Andin et al. (1992); Supadi dan

Sumedi (2004); Sagala (2010) bahwa perkembangan pembiayaan pertanian

pertama kali dengan nama Bimbingan Masal (BIMAS). Bimas merupakan

program yang berorientasi pada pembangunan pertanian secara umum dan

swasembada beras. Program ini merupakan bimbingan yang berhubungan dengan

aplikasi ilmu dan teknologi dalam rangka mencapai hasil yang optimal. Tujuan

dibentuknya program tersebut adalah untuk meningkatkan produksi, penggunaan

teknologi baru dalam usahatani dan peningkatan produksi pangan secara nasional.

Lebih lanjut Ashari (2009); Supadi dan Sumedi (2004); Sagala (2010)

memaparkan Kredit Bimas yang dikelola oleh BRI mulai diimplementasikan

tahun 1967/1970. Keadaan ini memotivasi BRI untuk membangun BRI Unit Desa

yang dimulai dengan empat unit Pilot Proyek di Yogyakarta. Dana kredit

disediakan dari subsidi pemerintah (BI) pada tingkat bunga 3 persen per tahun,

Page 29: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

13

sementara tingkat bunga BRI sebesar 12 persen. Total Kredit Bimas yang

disalurkan sejak dari mulai program dilaksanakan (1967/70) sampai musim tanam

(1984/85) mencapai Rp.636,7 milyar dengan total nasabah 28.847 petani. Selama

periode 1970-1975 jumlah pinjaman yang dilunasi tepat waktu sebesar 80 persen,

sementara sejak 1976 dan selanjutnya hanya 57% yang dibayar kembali. Faktor

yang turut berkontribusi terhadap tingginya tunggakan karena adanya program

“pengampunan hutang” yang membangun ekspektasi diantara petani nasabah

bahwa suatu hari tidak harus dibayar. Memang dengan program Bimas skala

nasional, pemerintah memiliki cerita sukses berupa swasembada produksi padi

pada tahun 1984, walaupun tahun 1983 program Bimas diakhiri.

Pada tahun 1985, program Kredit Usaha Tani (KUT) diintroduksikan. KUT

merupakan salah satu dari program lanjutan dengan dana kredit Likuiditas Bank

Indonesia (KLBI). Target utama program ini yaitu petani yang telah

mengembalikan 100 persen pinjaman program Bimas, dengan tingkat bunga 3%.

KUT disediakan untuk petani yang belum memiliki kemampuan menyediakan

kebutuhan yang diperlukan untuk usahatani dari sumber pembiayaan sendiri,

dengan tingkat bunga 12%. KUT disalurkan melalui kantor cabang BRI ke

Koperasi Unit Desa (KUD), kemudian didistribusikan pada para petani anggota

KUD. Sejalan dengan perkembangannya dari tahun ke tahun ternyata pola

demikian banyak menemui kesulitan terutama dalam penyaluran kredit. Hal ini

diakibatkan tunggakan pada musim sebelumnya sangat tinggi dan fakta

menunjukkan bahwa banyak kredit yang tidak sampai pada petani miskin akibat

sangat rendahnya tingkat pengembalian. Kredit melalui KUT sangat besar yang

meningkat dari Rp. 300 miliar per tahun (sebelum krisis ekonomi mencapai Rp. 8

triliun pada musim tanam 1998/1999) (Supadi dan Sumedi 2004; Ashari 2009;

Soentoro et al. 1992)

Menurut Supadi dan Sumedi (2004); Ashari (2009), bahwa sejak program

KUT diaplikasikan, besarnya pembayaran kembali hanya sekitar 25 persen.

Tingkat bunga yang ditetapkan berubah, yaitu sebesar 14 persen pada tahun 1985-

1995. Setelah sepuluh tahun berjalan akhirnya pada tahun 1995 KUT mengalami

perubahan dari pemerintah dengan mencanangkan skim kredit KUT pola khusus.

Tingkat bunga diturunkan menjadi 10,5 persen pada tahun 1995-1998/1999. Lebih

lanjut Supadi dan Sumedi (2004); Ashari (2009), menyatakan bahwa pada pola

ini, kelompok tani langsung menerima dana dari Bank pelaksana bukan melalui

KUD. Sepanjang perkembangan sistem baru tersebut, ternyata terjadi

penunggakan yang besar dibeberapa daerah dikarenakan anjloknya harga gabah

yang diterima petani, faktor bencana alam, dan penyimpangan yang terjadi dalam

proses penyaluran serta pemanfaatan dana tersebut. Salah satunya adalah

pengalihan dana KUT yang seharusya untuk usahatani kemudian dialihkan untuk

keperluan konsumsi rumah tangga atau pembiayaan anak sekolah. KUT berakhir

seiring dengan UU No.23/1999 yang melarang BI untuk menyalurkan KLBI.

Total KUT yang telah disalurkan sampai tahun 1999 mencapai sebanyak Rp. 8

triliun. KUT menghadapi permasalahan berupa tingkat pengembalian yang hanya

25%.

Ashari (2009); Sagala (2010) menyebutkan program yang selanjutnya

adalah penguatan modal dengan nama Kredit Ketahanan Pangan (KKP). Program

KKP diperkenalkan pada bulan Oktober 2000 sebagai pengganti KUT dengan

plafond Rp. 2,08 triliun untuk paket tanaman padi, palawija, perkebunan, tebu,

Page 30: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

14

peternakan, perikanan dan perdagangan. Menurut Ashari (2009), aturan pada KKP

kembali pada keikutsertaan bank yang berhadapan dengan peluang resiko

(executing) menjadikan bank sangat berhati-hati dan menghindari individu-

individu dan organisasi yang masih memiliki tunggakan KUT dan mempunyai

riwayat buruk di masa lalu. Tingkat bunga masih disubsidi, dan dengan beberapa

modifikasi kredit tersebut masih eksis.

Lebih lanjut Ashari (2009) memaparkan bahwa tingkat bunga yang

ditetapkan dalam program KKP terbagi atas: 12% untuk tanaman pangan dan 16%

untuk peternakan, perkebunan dan perikanan. KKP ditujukan untuk: (1)

intensifikasi tanaman pangan (padi, jagung, kedelai, ubi kayu), dan (2) pengadaan

pangan. KKP intinya untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional dan

pendapatan petani yang sasarannya untuk fasilitasi modal usahatani. Target dari

KKP adalah kelompok tani dan koperasi. Bank pelaksana adalah BUMN seperti

BRI, Bank Agro, Bukopin, Bank Mandiri, dan Bank Pembangunan Daerah. Skim

program ini pengaturannya adalah melalui Bank pelaksana yang disalurkan

melalui koperasi dan atau kelompok tani yang selanjutnya disalurkan kepada

anggotanya langsung.

Pada tahun 2006 sudah disalurkan sekitar Rp. 4,98 triliun. Maksimum

pinjaman per petani (BRI) adalah Rp. 15 juta dengan maksimum kepemilikan

lahan 2 ha dan periode pinjaman 12 bulan. Dalam perkembangannya KKP ini

sejak tahun 2007 diubah nomenklaturnya menjadi KKP-Energi. Hingga tahun

2008 (posisi Juni), telah disalurkan sekitar Rp. 6,30 triliun. Dari total dana yang

disalurkan tersebut penyerapan yang terbesar digunakan untuk pengembangan

budidaya tebu, disusul untuk pengembangan peternakan serta pengembangan

padi, jagung dan kedelai. Pengajuan untuk memperoleh dana tersebut dilakukan

melalui Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK). Pengajuan ini dapat

berbentuk proposal usaha yang selanjutnya dilakukan pemberian kredit.

Sementara itu, menurut Ashari (2009) hasil evaluasi yang pernah dilakukan

Kementerian Pertanian dan Japan International Coorporation Agency/JICA

(2006), Non Performing Loan (NPL) pada Juni 2006 adalah untuk tanaman

pangan (6,07%), tebu (0,02%), peternakan (4,03%), perikanan (14,001%), dan

pengadaan barang (3,01%). Kendala dalam KKP adalah adanya kehati-hatian

ekstra dari bank yang masih trauma dengan kasus KUT sehingga pencairan dana

relatif lambat, terbatasnya agunan yang dimiliki petani, dan terbatasnya

avalis/guarantor kredit di pasar finansial.

Upaya untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam berusaha,

Ashari (2009) menyebutkan pemerintah melalui Kementerian Pertanian tahun

2001 mengeluarkan kebijakan baru berupa program fasilitas Bantuan Langsung

Tunai (BLM). Program ini diarahkan untuk kegiatan ekonomi produktif, bantuan

sarana dan prasarana dasar yang mendukung kegiatan sosial ekonomi, bantuan

pengembangan sumberdaya manusia untuk mendukung penguatan kelompok

masyarakat dan unit pengelola keuangan dan bantuan sistem pelaporan untuk

mendukung pelestarian hasil-hasil kegiatan sosial ekonomi produktif.

Pada tahun 2002, Kementerian Pertanian juga meluncurkan program yang

disebut Proyek Pembangunan Agribisnis berbasis Komunitas (PPABK) melalui

Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat (BPLM). BPLM merupakan design

ulang dari BLM dalam konteks desentralisasi yaitu pengelolaan di tingkat

kabupaten/kota dengan melibatkan penyuluhan pertanian dalam peningkatan

Page 31: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

15

kapasitas petani dalam kredit, seleksi group dan monitoring (Supadi dan Sumedi,

2004).

Pada tahun 2003, dengan adanya Program Pemberdayaan Masyarakat

Agribisnis melalui Penguatan Modal Kelompok, BPLM lebih difokuskan untuk

lebih menitikberatkan pada penguatan modal dalam kelompok tani (Poktan),

meneruskan pola perguliran modal dan memperkuat modal kelompok. Program

ini untuk mempromosikan kepemilikan dari kelompok dengan menekan pada

kontribusi anggota dalam memajukan bisnis, memperkuat monitoring dan

menyarankan Dinas dan mitra pembangunan lainnya seperti universitas, NGO

serta pihak swasta untuk terlibat (Supadi dan Sumedi 2004).

Periode selanjutnya adalah program Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha

Ekonomi Perdesaan (DPM-LUEP). DPM-LUEP merupakan dana talangan tanpa

bunga dari APBN yang harus dikembalikan oleh penerima dana tersebut ke kas

negara setiap akhir tahun. Tujuan penyelenggaraan kegiatan DPM-LUEP adalah:

(1) melakukan pembelian dalam rangka menjaga stabilitas harga gabah/beras yang

diterima petani minimal sesuai HPP, (2) mendekatkan petani dan atau kelompok

tani terhadap pasar melalui kerjasama dengan LUEP, (3) menumbuhkembangkan

dan menggerakkan kelembagaan usaha ekonomi di perdesaan, dan (4)

memperkuat posisi daerah dalam ketahanan pangan wilayah. Program DPM-

LUEP dilaksanakan di sebagian besar provinsi, terutama di provinsi sentra

produksi padi. Jumlah provinsi yang mendapatkan DPM selalu meningkat setiap

tahun yaitu dari 15 provinsi (2003) menjadi 27 provinsi (2007) (Ashari 2009).

Lebih lanjut Kementerian Pertanian meluncurkan Skim Pelayanan

Pembiayaan Pertanian (SP3). SP3 merupakan skim program untuk meningkatkan

akses petani pada fasilitas kredit/pembiayaan dari bank pelaksana melalui

mekanisme bagi risiko (risk sharing) antara bank pelaksana dengan pemerintah.

Diharapkan dengan SP3 ini dapat membantu kemudahan akses petani pada

layanan perbankan melalui jasa penjaminan bagi petani/kelompok tani skala usaha

mikro, kecil dan menengah yang tidak mempunyai agunan yang cukup. Pada SP3

ini lima bank pelaksana yang ikut berpartisipasi adalah Bank Mandiri, Bank

Syariah, Bank Bukopin, Bank Jatim, dan Bank NTB. Total kredit yang disalurkan

bank pelaksana hingga April 2008 tercatat Rp. 421 milyar lebih, dengan jumlah

nasabah petani/peternak yang terlayani sebanyak 6.445 subsektor perkebunan

mendominasi penyerapan SP3 dengan total dana Rp. 207 milyar dengan 3.818

nasabah. Dengan adanya program penjaminan kredit pemerintah dalam bentuk

Kredit Usaha Rakyat (KUR), maka pada akhir tahun 2008, SP3 diintegrasikan dan

dileburkan ke dalam KUR tersebut.

Pada tahun 2008, melalui adanya kepemimpinan baru di pemerintahan,

maka pemerintah melalui Kementerian Pertanian mencanangkan program jangka

menengah yang diberi nama Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP).

PUAP merupakan program terobosan Kementerian Pertanian untuk

penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja di perdesaan,

sekaligus mengurangi kesenjangan pembangunan antar wilayah pusat dan daerah

serta antar subsektor. PUAP merupakan bagian dari pelaksanaan Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri), yang

dikoordinasikan oleh kantor Menko Kesejahteraan Rakyat (Ashari 2009; Sagala

2010; Hermawan dan Hendayana 2012; Kementerian Pertanian 2010a).

Page 32: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

16

Program PUAP menyediakan fasilitasi dana Bantuan Langsung Masyarakat

(BLM). Dana BLM ini sebagai tambahan modal usaha untuk mendukung

gabungan kelompok tani (Gapoktan). Sasarannya adalah petani anggota, pemilik,

penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani. Disamping itu, dengan fasilitasi

modal melalui PUAP ini diharapkan mendukung terbentuknya Lembaga

Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) (Kementerian Pertanian 2010a).

Keberadaan LKM-A menjadi salah satu solusi dalam mengelola keuangan

dan pembiayaan sektor pertanian, utamanya untuk agribisnis berskala kecil di

perdesaan (Hermawan dan Andrianyta 2012; Hendayana et al. 2009). Menurut

Ashari (2009), lembaga ini yang nantinya berperan menyalurkan pinjaman modal

usahatani akan dapat mengatasi keterbatasan modal, karena jasanya relatif kecil

sehingga mengurangi ketergantungan petani kepada pelepas uang (rentenir). Lebih

lanjut, Hermawan dan Andrianyta (2012) menyatakan tambahan modal usahatani

secara normatif akan meningkatkan kemampuan petani menggunakan teknologi

sehingga mendorong peningkatan produksi usahatani, yang pada gilirannya akan

meningkatkan pendapatan usahatani, bahkan lebih luas lagi terhadap

kesejahteraan petani.

Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)

Pengembangan Usaha Agribisnis Pertanian (PUAP) yang dimulai sejak

tahun 2008, merupakan terobosan Kementerian Pertanian. Program ini bertujuan

untuk: (1) mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan

pengembangan kegiatan agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi wilayah,

(2) meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, pengurus Gapoktan,

Penyuluh dan Penyelia Mitra Tani (PMT), (3) memberdayakan kelembagaan tani

dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis, dan (4)

meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra

lembaga keuangan dalam rangka akses permodalan (Kementerian Pertanian

2010a).

Adapun sasaran yang ingin dicapai dari pelaksanaan program PUAP,

diantaranya: (1) berkembangnya usaha agribisnis di 10.000 desa miskin/tertinggal

sesuai dengan potensi pertanian desa, (2) berkembangnya 10.000

Gapoktan/Poktan yang dimiliki dan dikelola oleh petani, (3) meningkatnya

kesejahteraan rumah tangga tani miskin, petani/peternak (pemilik dan atau

penggarap) skala kecil, buruh tani, dan (4) berkembangnya usaha pelaku

agribisnis yang mempunyai usaha harian, mingguan, maupun musiman. Pada

dasarnya program PUAP mengemban misi memberdayakan masyarakat perdesaan

secara partisipatif dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani.

Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya, PUAP merupakan bagian dari

pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-

Mandiri), yang dikoordinasikan oleh kantor Menko Kesejahteraan Rakyat. PNPM

Mandiri ini adalah program pemberdayaan masyarakat yng ditujukan untuk

mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesempatan kerja khususnya di

wilayah perdesaan.

Kegiatan tahap pertama program PUAP adalah melaksanakan pendidikan

dan pelatihan (Diklat) terpadu dari Kementerian Pertanian. Pada tahap ini terdiri

dari tiga aspek yaitu diklat kepemimpinan, diklat kewirausahaan dan diklat

Page 33: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

17

manajemen. Diklat kepemimpinan diberikan kepada ketua kelompok dan anggota

gabungan kelompok tani (Gapoktan) dalam mengelola dan mengarahkan para

petani yang menjadi anggota kelompok. Diklat kewirausahaan meliputi

pengembangan keterampilan usaha pengolahan hasil tani agar menjadi produk

yang bisa memberikan nilai tambah bagi petani tersebut. Selain itu diklat ini juga

mengembangkan sikap kreatif dan inovatif yang bisa menumbuhkan ide-ide

peluang usaha yang lain bagi petani. Selanjutnya, Diklat Manajemen diberikan

kepada pengurus Gapoktan dalam menerapkan prinsip manajemen (planing,

organising, actuating, dan controling) pada setiap operasional organisasi

Gapoktan.

Adapun dana hibah yang digulirkan pada program PUAP ini merupakan

sarana untuk menunjang program tersebut agar berjalan dengan baik. Dana

Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) ditujukan untuk memberikan modal

kepada kelompok tani. Arus sirkulasi perputaran uang diharapkan dapat berputar

secara merata kepada setiap anggota kelompok tani. Dengan dana yang diberikan

ini diharapkan Gapoktan atau Poktan memiliki Unit Usaha Otonom yang dikelola

secara mandiri dan bertanggungjawab.

Untuk mengendalikan pelaksanan PUAP dan membina Gapoktan di setiap

propinsi dan kabupaten dibentuk Tim Pembina Propinsi, Tim Teknis Kabupaten,

Tim Teknis Kecamatan dan Komite Pengarah Desa. Di setiap desa lokasi PUAP

ditempatkan pula Penyuluh Pendamping yang bertugas mendampingi Gapoktan

dalam melaksanakan PUAP. Disamping itu di setiap kabupaten/kota lokasi PUAP

ditempatkan pula Penyelia Mitra Tani (PMT) yang umumnya telah memiliki

pengalaman dalam mengembangkan lembaga keuangan mikro. Penempatan PMT

tersebut diharapkan dapat membantu Gapoktan dalam mengelola dana BLM-

PUAP yang disalurkan sehingga dapat berkembang dan mengarah pada

terbentuknya LKM-A. Dalam organisasi Tim Pembina Propinsi, BPTP

ditempatkan sebagai Sekretariat PUAP Propinsi yang salah satu tugasnya

memfasilitasi penyaluran disamping melaksanakan fungsi kesekretariatan lainnya,

dana Biaya operasional Penyeliaan (BOP) dan ATK bagi PMT.

Pelaksanaan program PUAP secara substansi terdapat tiga kegiatan pokok

yang harus dilaksanakan yaitu: (1) pengembangan kelembagaan Gapoktan, (2)

pengembangan kelembagaan LKM yang dikelola Gapoktan, dan (3)

pengembangan usaha agribisnis yang dilakukan petani miskin peserta PUAP.

Dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut Gapoktan memiliki peranan

kunci. Untuk mendapatkan dana BLM-PUAP Gapoktan harus mempersiapkan

berbagai dokumen yang diperlukan sesuai dengan tata cara pelaksanaan PUAP

yang dirumuskan oleh Kementerian Pertanian. Disamping itu Gapoktan harus

menyalurkan dana BLM-PUAP kepada petani miskin, mengembangkan dana

BLM PUAP yang disalurkan, membentuk kelembagaan LKM, dan memfasilitasi

pengembangan usaha agribisnis yang dilakukan petani peserta PUAP kearah yang

lebih produktif.

Adapun jenis usaha agribisnis yang didorong kearah yang lebih produktif

mencakup: (a) kegiatan budidaya (on-farm) di bidang tanaman pangan,

hortikultura, perkebunan, dan peternakan; dan (b) kegiatan non budidaya (off-

farm) di bidang industri rumah tangga pertanian, pemasaran hasil pertanian skala

mikro (bakulan, dll) dan usaha lain berbasis pertanian (Kementerian Pertanian

2012).

Page 34: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

18

Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)

Gapoktan pelaksana Program PUAP merupakan organisasi petani di

perdesaan yang dibentuk secara musyawarah dan mufakat untuk meningkatkan

skala ekonomi dan efisiensi usaha, dengan anggotanya terdiri dari petani (pemilik

dan atau penggarap), buruh tani dan rumah tangga tani miskin di perdesaan.

Gapoktan dibentuk atas dasar: (1) kepentingan yang sama diantara para

anggotanya, (2) berada pada kawasan usahatani yang menjadi tanggung jawab

bersama para anggotanya, (3) mempunyai kader pengelola untuk menggerakan

para petani, (4) memiliki pemimpin yang diterima petani lainnya, (5) mempunyai

kegiatan yang dirasakan manfaatnya, dan (6) adanya motivasi dari tokoh

masyarakat setempat. Pedoman pembinaan Gapoktan berdasarkan Permentan No

273/Kpts/OT.160/4/2007, yakni diarahkan pada penerarapan sistem agribisnis dan

peningkatan peran serta petani (Direktorat Pembiayaan Pertanian 2013).

Gapoktan PUAP sebagai suatu organisasi, wajib memiliki: (1) AD/ART,

yang disusun berdasarkan kesepakatan anggota, (2) struktur kepengurusan.

sebelum dana Rp 100 juta disalurkan, pengurus (ketua Gapoktan) dibekali ilmu

dan pengetahuan tentang PUAP melalui pelatihan yang diselenggarakan oleh

Badan Penyuluhan dan Penembangan Sumberdaya Manusia Pertanian

(BPPSDMP), (3) Komite Pengawas Desa (KPD) memiliki tugas dan tanggung

jawab sebagai pengarah, tempat konsultasi dan pengawasan, dan (4) tim pembina

dan pendamping dari Dinas atau Badan Penyuluhan baik dari provinsi maupun

kabupaten, BPTP, PMT dan PP (Kementerian pertanian 2013).

Gambar 2. Alur pendampingan dan pembinaan Gapoktan/poktan PUAP Sumber: Kementerian Pertanian (2013)

Prinsip penumbuhan/penguatan kelembagaan Gapoktan/Poktan PUAP

mencakup: (1) kebutuhan: ditumbuh kembangkan di lokasi potensial yang

petaninya memerlukan dukungan fasilitasi permodalan, (2) fleksibel: harus

disesuaikan dengan kondisi dan budaya setempat, (3) partisipatif: melibatkan

MENTERI

PERTANIAN

TIM PUAP PUSAT

Tim Pembina Provinsi BPTP

Penyelia Mitra Tani Tim Teknis

Kabupaten/Kota

Gapoktan/Poktan

Usaha Produktif

Penyuluh

Pendamping Tim Teknis Kecamatan

Page 35: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

19

petani, mengakomodasi aspirasi petani, dan mampu membangun rasa kepedulian

dan kepemilikan serta proses melalui bekerja bersama, (4) akomodatif:

mengedepankan pemenuhan kebutuhan anggota, (5) penguatan: mampu

mendorong terjadinya penguatan kapasitas kelembagaan kelompok tani, (6)

kemitraan: melibatkan berbagai pemangku kepentingan dalam setiap kegiatan, (7)

keberlanjutan: kemampuan organisasi untuk tetap terus berjalan, meskipun sudah

tidak ada campur tangan lembaga atau aparat pemerintah dan swasta yang

mendukungnya (Hendayana 2011). Pola pendampingan dan pembinaan

Gapoktan/Poktan PUAP ditunjukan pada Gambar 2.

Terkait dengan kepengurusan Gapoktan, berdasarkan PERMENTAN nomor

273/Kpts/OT.160/4/2007, bahwa pegurus Gapoktan yang terdiri atas Ketua,

Sekretaris dan Bendahara adalah petani anggota yang dipilih dalam rapat anggota

berdasarkan AD/ART. Untuk menjalankan fungsi organisasi PUAP, masing-

masing pengurus Gapoktan PUAP mempunyai tugas sebagai berikut:

1. Ketua

Mengkoordinasikan, mengorganisasikan serta bertanggung jawab penuh

terhadap seluruh kegiatan PUAP, dengan rincian sebagai berikut:

1. Melaksanakan hasil keputusan rapat anggota,

2. Memimpin rapat pengurus yang dihadiri pengurus poktan, komite pengarah

dan penyuluh endamping,

3. Menanda tangani surat menyurat dan dokumen pelaksanaan PUAP (RUB)

dan dokumen yang terkait dengan pencairan dana PUAP,

4. Mewakili Gapoktan dalam pertemua dengan pihak lain,

5. Mengkoordinasikan pelaporan dan pertanggung jawaban dana,

6. Memimpin organisasi dan administrasi Gapoktan PUAP.

2. Sekretaris

Bertugas melaksanakan administrasi kegiatan Gapoktan PUAP, dengan

rincian sebagai berikut:

1. Membuat dan memelihara notulen rapat, berita acara, serta dokumen PUAP

lainnya,

2. Menyelenggarakan surat menyurat dan pengarsipannya,

3. Menyelenggarakan administrasi dokumen RUB, RUK, RUA, dan kegiatan

organisasi lainnya,

4. Menyususn laporan bulanan dan laporan tahunan kegiatan Gapoktan.

3. Bendahara

Bertugas menangani seluruh kegiatan administrasi keuangan Gapoktan baik

penyaluran maupun pengelolaan dana PUAP, dengan rinci sebagai berikut:

1. Melaksanakan penarikan/pencairan dana sesuai dengan jadwal pemanfaatan

oleh anggota,

2. Menyalurkan dana BLM PUAP sesuai dengan RUB, RUK dan RUA dan atau

jadwal pemanfaatan dana yang diusulkan anggota,

3. Membukukan setiap penyaluran dana PUAP kepada anggota,

Page 36: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

20

4. Menyimpan dan memelihara arsip pembukuan dana PUAP,

5. Menyusun laporan bulanan dan laporan tahunan keuangan Gapoktan PUAP.

Kinerja Organisasi Gapoktan

Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan

selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan

berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria

yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. Jika dilihat

dari asal katanya, kata kinerja adalah terjemahan dari kata performance, yang

menurut The Scribner-Bantam English Dictionary, terbitan Amerika Serikat dan

Canada (1979), berasal dari kata “to perform” dengan beberapa ”entries” yaitu:

(1) melakukan, menjalankan, melaksanakan (to do or carry out, execute), (2)

memenuhi atau melaksanakan kewajiban suati niat atau nazar (to discharge of

fulfill; as vow), (3) melaksanakan atau menyempurnakan tanggung jawab (to

execute or complete an understanding), dan (4) melakukan sesuatu yang

diharapkan oleh seseorang atau mesin (to do what is expected of a person

machine).

Pemahaman tentang kinerja (perfomance) memperlihatkan sampai sejauh

mana sebuah organisasi, baik pemerintah, swasta, organisasi laba ataupun nirlaba,

menafsirkan tentang kinerja sebagai suatu pencapaian yang relevan dengan tujuan

organisasi. Kinerja organisasi merupakan pencapaian hasil (outcome) pada level

atau unit analisis organisasi. Kinerja pada level organisasi ini terkait dengan

tujuan organisasi, rancangan organisasi, dan manajemen organisasi. Pada konteks

ini, hasil dinyatakan bahwa kinerja merupakan catatan hasil yang diproduksi

(dihasilkan) atas fungsi pekerjaan tertentu atau aktivitas-aktivitas selama periode

waktu tertentu. Pengertian kinerja juga terkait dengan produktivitas dan

efektivitas. Produktivitas merupakan hubungan antara jumlah barang dan jasa

yang dihasilkan dengan jumlah tenaga kerja, modal, dan sumberdaya yang

digunakan dalam produksi itu (Sudarmanto 2009).

Secara umum, konsep kinerja organisasi didasarkan pada gagasan bahwa

organisasi adalah asosiasi sukarela dari aset produktif, termasuk manusia,

sumberdaya fisik dan modal, untuk tujuan mencapai tujuan bersama. Sebagai

konsekwensinya, esensi dari kinerja adalah penciptaan nilai. Selama nilai yang

diciptakan dengan menggunakan aset, maka kontribusinya sama atau lebih besar

dari nilai yang diharapkan oleh petani, aset akan terus tersedia untuk organisasi

dan organisasi akan terus eksis. Oleh karena itu, penciptaan nilai, seperti yang

didefinisikan oleh penyedia sumberdaya, adalah kriteria kinerja utama secara

keseluruhan untuk setiap organisasi (Carton dan Hofer 2010).

Lusthaus et al. (2002) mengemukakan bahwa setiap organisasi harus

berusaha memenuhi tujuannya dengan pengeluaran yang diterima dari

sumberdaya sambil menjamin keberlanjutan jangka panjang. Berarti tugas atau

pekerjaan dilakukan secara efektif dan efisien dan tetap relevan dengan

stakeholder (pemangku kepentingan). Itulah kinerja organisasi yang harus

menjawab beberapa pertanyaan sebagai berikut: (a) bagaimana organisasi efektif

dalam bergerak kearah pemenuhan misinya (misalnya: efektivitas program utama,

efektivitas harapan klien, efektivitas tanggungjawab fungsional, dan efektivitas

memberikan layanan yang bermanfaat), (b) bagaimana organisasi efektif dalam

Page 37: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

21

memenuhi misinya (misalnya: persepsi efisiensi prosedur kerja/layanan, mengacu

kepada perbandingan biaya produk dan layan, dan peregangan alokasi keuangan),

(c) apakah organisasi masih terus relevansinya dari waktu ke waktu (misalnya:

adaptasi visi misi, pertemuan stakeholder, kebutuhan beradaptasi dengan

lingkungan, dan keberlanjutan dari waktu ke waktu), (d) apakah organisasi secara

finansial layak (misalnya: orgaisasi memiliki beberapa sumber dana, sumber

pendanaan yang dapat dipercaya dari waktu ke waktu, dan bantuan dana dikaitkan

dengan pertumbuhan atau perubahan yang dicapai), dan (e) seberapa baik kinerja

organisasi.

Pengertian yang dikemukan oleh Lusthaus et al. (2002) tersebut

menggambarkan pemahaman kinerja dari asumsi organisasi dan asumsi proses,

karena selain menekankan hasil kerja yang diukur dari organisasi sebagai kinerja,

juga mempertanyakan bagian-bagian dari proses yang dilaksanakan dalam sebuah

organisasi dan memberi penilaian hasil terhadap bagian-bagian proses orgaisasi

bila pertanyaan-pertanyaan tersebut dijawab.

Berbagai definisi kinerja organisasi yang dikemukakan sebelumnya, maka

dapat disimpulkan bahwa kinerja organisasi ialah hasil yang ditunjukkan oleh

sebuah organisasi atau tingkat pencapaian pelaksanaan tugas suatu organisasi

dalam upaya mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi tersebut.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa unsur-unsur yang terdapat dalam kinerja

organisasi terdiri atas: (1) hasil-hasil atau evaluasi fungsi pekerjaan, (2) faktor-

faktor yang berpengaruh terhadap prestasi karyawan/pegawai seperti motivasi,

kecakapan, persepsi peranan, dan sebagainya, (3) pencapaian tujuan organisasi,

serta periode waktu tertentu.

Untuk mengetahui seberapa besar capaian kinerja dari suatu organisasi,

maka perlu dilakukan evaluasi atau penilaian kepada organisasi tersebut. Menurut

Wahyuni (2003), pengukuran kinerja merupakan proses mencatat dan mengukur

pencapaian pelaksanaan dalam arah pencapaian misi (mission accomplishment)

melalui hasil-hasil yang ditampilkan berupa produk, jasa ataupun suatu proses.

Lebih lanjut Robertson dalam Mahmudi (2005) menyatakan bahwa pengukuran

kinerja merupakan suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap

pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditentukan, termasuk informasi atas

efisiensi penggunaan sumberdaya dalam menghasilkan barang atau jasa, kualitas

barang atau jasa, perbandingan hasil kerja dengan target dan efektifitas tindakan

dalam mencapai tujuan.

Pengukuran kinerja sangat ditentukan oleh tujuan yang ideal untuk dicapai,

sehingga dalam tahapan pengukurannya harus aktual/nyata dengan

mengidentifikasinya terlebih dahulu ke dalam komponen operasional. Kinerja

organisasi dapat dilihat dari visi dan misi yang ada, kinerja proses dapat dilihat

dari prosedur standar operasional, dan kinerja pegawai dapat dilihat dari petunjuk

kerja manual yang ada. Sehingga penggambaran visi dan misi dari suatu

organisasi harus mampu menjelaskan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dalam

suatu organisasi yang dirumuskan dalam sebuah tugas pokok dan fungsi serta

akan menjadi satuan kerja dalam menciptakan aktivitas atau kegiatan pekerja atau

pegawai. Dengan demikian kinerja lebih diorientasikan pada pekerjaan itu sendiri

dalam memberikan hasil, dampak, dan manfaat bagi masyarakat maupun bagi

pegawai itu sendiri.

Page 38: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

22

Lusthaus et al. (2002) mengemukakan komponen utama kinerja adalah

memahami dengan baik kinerja organisasi melalui pemahaman pencapaian tujuan

dengan kesesuaian tujuannya (efektivitas), dan menggunakan sumberdaya yang

relatif sedikit dalam melakukannya (efisiensi). Dalam kontek tersebut laba hanya

salah satu dari berbagai indikator kinerja sebagai penilaian kinerja. Selanjutnya,

Lusthaus et al. (2002) mengidentifikasi beberapa hal dalam organisasi yang

berhubungan dengan kinerja, meliputi: (a) kinerja dalam kaitannya dengan

efektivitas, (b) kinerja dalam kaitannya dengan efisiensi, (c) kinerja dalam

kaitannya dengan relevansi yang sedang berlangsung, dan (d) kinerja dalam

kaitannya dengan viabilitas keuangan.

Syahyuti (2012) memaparkan dalam hasil penelitiannya bahwa terdapat

empat pendekatan atau empat indikator pokok dalam melakukan pengukuran

kinerja, sebagai berikut:

(1) Kinerja organisasi (organizational performance) yang diukur dari

pencapaian utama (major achievements), tingkat produktifiktas organisasi,

efisiensi dalam mencapai misinya, perbandingan antara biaya dengan

produksi, produktifiktas anggota, efisiensi administrasi, ketersediaan dan

dukungan keuangan, dan kemampuan memperoleh keuntungan sepanjang

waktu.

(2) Kemampuan organisasi tumbuh di lingkungannya (the enabling

environment and organizational performance) yang mencakup lingkungan

teknologi dan ekologi, geografi, clients organisasi, donor organisasi,

penerima manfaat organisasi (beneficiaries), kebijakan, tata peraturan

(legislation), pengaturan (regulations), serta tata hukum.

(3) Motivasi organisasi (organizational motivation) dengan menganalisis secara

mendalam sejarah organisasi, misi organisasi, kultur organisasi (the

organizations culture), serta sistem insentif dan penghargaan (incentive and

reward system).

(4) Kapasitas organisasi (organizational capacity) yakni kekuatan dan

kelemahan strategi kepemimpinan (strategic leadership) dalam organisasi,

manajemen keuangan, struktur keorganisasian, sarana dan prasarana yang

dimiliki organisasi, sistem perekrutan (following systems) serta proses atau

dimensi sumberdaya manusia, program dan manajemen pelayanan,

manajemen proses, dan hubungan antar organisasi (inter-organizational

linkanges).

Hal ini senada dengan pernyataan Yustika (2013), bahwa kinerja organisasi

bisa dilihat dari dua indikator, yakni efisiensi dan efektivitas. Efisiensi

mendeskripsikan seberapa baik pengorganisasian pemanfaatan sumberdaya dalam

memproduksi pelayanan, yakni sebuah hubungan antara kombinasi aktual dan

optimal dari input yang digunakan untuk memproduksi sejumlah output yang

sudah ditetapkan (given bundle of output). Sedangkan efektivitas adalah derajat

kesanggupan sebuah sistem untuk mencapai tujuan program melalui kebijakan

yang telah ditentukan. Dalam praktiknya, efektivitas berkaitan dengan sejumlah

aspek preferensi yang berbeda dari keterkaitan pelayanan dengan tujuan hasil

program. Tujuan-tujuan dari program itu antara lain: (1) aksesibilitas atau

keterjangkauan (aspek-aspek semacam kesanggupan, representasi di antara

kelompok-kelompok yang menjadi prioritas, dan keterjangkauan fisik), (2)

kesesuaian (menyocokkan pelayanan dengan kebutuhan masyarakat/client), dan

Page 39: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

23

(3) kualitas (proses pertemuan standar yang dibutuhkan atau timbulnya kegagalan

pelayanan).

Setyarini et al. (2010) menambahkan, analisis efektivitas organisasi

Gapoktan sebagai lembaga alternatif permodalan masyarakat, dilihat dari persepsi

masyarakat petani khususnya anggota Gapoktan. Persepsi yang bisa digali yakni

persepsi terhadap kemudahan mekanisme pengajuan kredit, ketepatan penyaluran

kredit, pelayanan, besaran kredit yang diberikan, lama waktu pencairan kredit dan

tingkat bunga yang ditetapkan, dilihat dari jangkauan nasabah, perkembangan

jumlah nasabah, kredit yng disalurkan, dan tabungan yang berhasil dihimpun.

Lebih lanjut, Ishak dan Astuti (2012) memaparkan dalam hasil

penelitiannya terkait evaluasi kinerja Gapoktan dalam pengelolaan LKM-A. Ada

tiga aspek yang dilihat, diantaranya adalah aspek organisasi, aspek pengelolaan

LKM-A, dan aspek kinerja pengelolaan LKM-A. Total skor membedakan kelas

Gapoktan dalam pengelolaan LKM-A. Gapoktan Pemula memiliki skor antara 0-

100, Gapoktan Madya antara 101-200, sedangkan Gapoktan Utama antara 201-

300. Hasil pengamatan di lima Gapoktan, terdapat tiga Gapoktan masuk ke dalam

kelas utama, diantaranya Gapoktan Mesra Jaya (skor 211), Sekar wangi (skor

216), dan Flamboyan Raya (skor 221). Sedangkan dua Gapoktan lainnya masuk

ke dalam kelas Madya, diantaranya Gapoktan Wira Tani (skor 179) dan Karya

(skor 179). Adapun indikator dan parameter-parameter yang digunakan dalam

penelitian Ishak dan Astuti (2012), dalam melakukan penilaian kinerja Gapoktan

mengacu pada Kementerian Pertanian (2010b), sebagai berikut: (1) aspek

organisasi, meliputi: sudah mempunyai dan memiliki AD/ART Gapoktan, ada

pemisahan antara pengurus Gapoktan dan pengelolaan LKM-A, rencana kerja

Gapoktan ada, rapat anggota secara berkala, penyelenggaraan RAT, dan Gapoktan

sudah berbadan hukum, (2) aspek pengelolaan LKM-A, meliputi: penyaluran

untuk usaha pertanian, pembiayaan untuk petani miskin, pengendalian penyaluran

dana, pencatatan dan pembukuan, analisa kelayakan usaha anggota, pelaporan,

pembinaan usaha anggota (penggunaan sesuai sasaran), mekanisme insentif dan

sanksi, dan sarana dan prasarana LKM-A, dan (3) aspek kinerja pengelolaan

LKM-A, meliputi: modal keswadayaan Gapoktan, simpanan sukarela, asset yang

dikelola, total pinjaman kepada anggota, dan tingkat pembiayaan bermasalah.

Terkait dengan pencapaian hasil/kinerja organisasi Gapoktan, yakni salah

satu indikator utamanya ialah berdirinya LKM-A. Pendirian LKM-A paling

lambat tiga tahun setelah Gapoktan mendapatkan dana Rp 100 juta. LKM-A ini

merupakan unit otonom Gapoktan dan memiliki manajemen yang terpisah dari

Gapoktan. Bentuk usaha lembaga ini mencakup pelayanan jasa pinjaman/kredit

dan penghimpunan dana masyarakat yang terkait dengan persyaratan pinjaman

atau bentuk pembiayaan lainnya (Hendayana et al. 2009; Hermawan dan

Andrianyta 2012; Kementerian Pertanian 2013).

Berdasarkan PERMENTAN Nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007, bahwa

kriteria Gapoktan penerima bantuan PUAP adalah antara lain: (1) memiliki SDM

yang mampu mengelola usaha agribisnis, (2) mempunyai struktur kepengurusan

yang atif, dan (3) dimiliki dan dikelola oleh petani. Untuk kepentingan

keberlanjutan program PUAP, maka Gapoktan berfungsi sebagai executing dalam

penyaluran dana BLM PUAP. Selain itu kinerja Gapoktan dapat dilihat dari

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD dan ART). Dikarenakan

angaran dasar merupakan aturan dasar yang mengatur masalah-masalah vital yang

Page 40: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

24

harus ada pada awal organisasi tersebut terbentuk, seperti landasan organisasi,

perangkat-perangkat organisasi, peran dan fungsi organisasi, tujuan organisasi dan

keuangan organisasi. Intinya pada anggaran dasar akan dikupas tuntas segala

permasalahan terkait definisi dan hal-hal mendasar yang menjadi acuan dalam

sebuah organisasi. Sudangkan anggaran rumah tangga yaitu sebuah peraturan

yang digunakan pada saat pelaksanaan lebih mengarah kepada teknis maupun tata

cara pelaksanaan kegiatan dasar pada sebuah organisasi, seperti wewenang ketua,

pembubaran, syarat-syarat keanggotaan, dan lain-lain.

Selayaknya suatu organisasi, Gapoktan haruslah mempunyai catatan-catatan

tertulis terntang segala aktivitas organisasi yang tertata rapi. Secara garis besar,

jati diri dan aktivitas Gapoktan sudah tertuang dalam AD/ART. Adapun fungsi

AD/ART yaitu merupakan landasan kerja dan landasan gerak dalam mewujudkan

visi dan misinya. AD/ART merupakan undang-undang dasar dalam setiap

organisasi. AD/ART memuat semua peraturan-peraturan yang harus dilaksanakan

dan dipatuhi oleh suatu organisasi. Ad/ART dibuat dan ditentukan oleh orang-

orang yang berkecimpung dalam organisasi tersebut.

Pendapatan Usahatani Padi

Pendapatan adalah hasil dari usahatani, yaitu hasil kotor (bruto) dengan

produksi yang dinilai dengan uang, kemudian dikurangi dengan biaya produksi

dan pemasaran sehingga diperoleh pendapatan bersih usahatani (Mubyarto 1994).

Sedangkan menurut Mosher (1987), pendapatan di bidang pertanian adalah

produksi yang akan dinyatakan dalam bentuk uang setelah dikurangi dengan biaya

selama kegiatan usahatani. Produksi dinyatakan dalam bentuk fisik (output) yang

dihasilkan melalui proses biologis dari hewan ataupun tumbuhan. Ditambahkan

oleh Hendriksen (1993), bahwa konsep dasar pendapatan adalah merupakan

proses arus, yaitu penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan selama jarak waktu

tertentu. Selain itu Prayitno dan Arsyad (1997), menambahkan bahwa pendapatan

petani dari usahataninya dapat diperhitungkan total penerimaan yang berasal dari

nilai pengeluaran. Nilai pengeluaran ini terdiri atas: (1) pengeluaran untuk input,

misalnya bibit, pupuk, pestisida, (2) pengeluaran untuk upah tenaga kerja luar dan

keluarga, (3) pengeluaran untuk pajak, iuran air, bunga kredit.

Menurut Soekartawi (2003), menyatakan bahwa pendapatan dibagi menjadi

dua bagian, yaitu: (1) pendapatan kotor, yaitu pendapatan yang diterima dari

seluruh hail penjualan barang dan produksi, (2) pendaptan bersih, yaitu selisih

antara pendapatan kotor dengan pengeluaran atau biaya produksi. Selanjutnya

Soedarsono (1995) menyatakan pendapatan yang diterima petani dari suatu hasil

produksi adalah total penerimaan dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan

dalam proses produksi. Menurut Soeharjo dan Patong (1973) bahwa pendapatan

usahatani merupakan selisih antara biaya yang dikeluarkan dengan penerimaan

yang diperoleh. Tujuan utama dari analisis pendapatan adalah menggambarkan

keadaan sekarang suatu kegiatan usaha dan menggambarkan keadaan yang akan

datang dari perencanaan atau tindakan. Analisis pendapatan usahatani sangat

bermanfaat bagi petani untuk mengukur tingkat keberhasilan usahanya.

Analisis pendapatan usahatani memerlukan dua keterangan pokok, yaitu

keadaan penerimaan dan keadaan pengeluaran selama jangka waktu tertentu.

Penerimaan merupakan total nilai produk yang dihasilkan dari hasil perkalian

Page 41: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

25

antara jumlah produk yang dihasilkan dengan harga dari produk tersebut.

Sedangkan pengeluaran atau biaya merupakan semua pengorbanan sumberdaya

ekonomi dalam satuan uang yang diperlukan untuk menghasilkan suatu output

dalam satu periode peroduksi.

Penerimaan usahatani dapat terbentuk tiga hal, yakni: (1) hasil penjualan

tunai (seperti tanaman pangan, ternak, ikan, dan lain sebagainya), (2) produk yang

dikonsumsi keluarga petani, dan (3) kenaikan hasil inventaris selisih nilai akhir

tahun dengan nilai akhir tahun (Prihartono 2009). Sementara itu, pengeluaran

usahatani meliputi biaya tetap dan biaya tidak tetap (variabel). Bentuk

pengeluaran dalam usahatani berupa pengeluaran tunai dan pengeluaran yang

diperhitungkan. Pengeluaran tunai adalah pengeluaran yang dibayarkan

menggunakan uang tunai, seperti biaya pengadaan sarana produksi usahatani dan

pembayaran upah tenaga kerja luar keluarga, sedangkan pengeluaran yang

diperhitungkan adalah pengeluaran yang digunakan untuk memperhitungkan nilai

pendapatan kerja petani apabila nilai kerja keluarga diperhitungkan (Prihatono

2009).

Terkait penelitian terhadap PUAP, serangkaian studi yang dilaksanakan di

beberapa wilayah Indonesia telah menghasilkan bukti-bukti empiris menunjang

peran PUAP terhadap peningkatan produksi dan pendapatan usahatani. Menelaah

dampaknya terhadap produksi, sebagai contoh diperoleh bukti bahwa dengan

adanya dana BLM PUAP, petani sawah terbantu untuk pengadaan pembelian

pupuk, bibit, sewa traktor, maupun membayar upah tenaga kerja. Sehingga

penanganan pertanian bisa tepat waktu dan dosis. Terlaksananya kegiatan

produksi tepat waktu dan dosis dapat meningkatkan produktivitas usahatani padi

(Suanggana 2011). Hal senada juga dipaparkan Nursyamsiah (2010). Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa usahatani padi yang dikelola oleh petani

setelah adanya tambahan modal usaha dari PUAP, menyebabkan produktivitas

padi yang dihasilkan per hektar lebih banyak 333,6 kg dibanding dengan petani

non penerima PUAP.

Disamping itu, serangkaian penelitian tersebut juga memberikan bukti-bukti

akan adanya hubungan yang kuat antara tambahan modal melalui PUAP dengan

peningkatan pendapatan usahatani. Penelitian Maria (2009); Prihartono (2009);

Sagala (2010); Suyadi et al. (2012); Widya (2012); Nursyamsiah (2010); Erna et

al. (2014), disebutkan bahwa pemberian bantuan tambahan modal pada usahatani

padi melalui program PUAP memberikan pengaruh positif dan nyata terhadap

peningkatan produksi dan pendapatan usahatani. Peningkatan rata-rata pendapatan

mencapai 12,86% – 65,8%. Hal ini sejalan dengan teori Suwadjono (2005), yang

mengungkapkan bahwa pendapatan suatu usaha tergantung dari modal yang

dimiliki. Jika modal besar maka hasil produksi tinggi sehingga pendapatan yang

didapat juga tinggi. Begitu sebaliknya, jika modal kecil maka hasil produksi

rendah sehingga pendapatan yang diperoleh rendah. Dari teori tersebut terbukti

bahwa pendapatan dipengaruhi oleh modal yang dimiliki.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dimaknai bahwa pelaksanaan PUAP

berbasis fasilitasi bantuan modal kerja pada dasarnya dapat memberikan dampak

positif bagi petani, utamanya dalam mendukung peningkatan kinerja kelembagaan

ekonomi petani serta mampu meningkatkan produksi dan pendapatan usahatani di

perdesaan. Namun demikian, kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintah

diharapkan selayaknya tidak menciptakan ketergantungan petani akan hal bantuan

Page 42: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

26

atau subsidi. Sudah seharusnya benar-benar dilaksanakan dan dimanfaatkan

dengan baik dan penuh rasa tanggung jawab oleh semua pihak yang terkait,

sehingga tujuan yang sudah ditetapkan dapat tercapai, utamanya hal kemandirian

dan pemberdayaan petani, serta upaya peningkatan usahatani kearah yang lebih

produktif.

3 KERANGKA PEMIKIRAN

Konsep Kinerja Organisasi Gapoktan

Setiap organisasi akan berusaha untuk mencapai tujuannya yang disesuaikan

dengan sumberdaya yang dimilikinya. Kinerja organisasi yang baik (good

performance) adalah apabila semua bagian organisasi bekerja secara benar,

efektif, dan efisien, untuk mencapai tujuan tersebut.

Pelaksanaan Program PUAP, selain melalui fasilitasi bantuan modal usaha

atau modal kerja, juga menerapkan metode pendampingan dan pelatihan kepada

pegurus dan anggota Gapoktan. Secara operasional, pelatihan dan pendampingan

ini melibatkan Penyuluh Pertanian (PP) dan Penyelia Mitra Tani (PMT). Penyuluh

petanian bertindak sebagai fasilitator agar Gapoktan mampu mengambil

keputusan sendiri, dengan jalan membantu: (1) mengidentifikasi potensi wilayah,

(2) mengidentifikasi dan menganalisa pasar, (3) mengidentifikasi potensi usaha,

(4) mengidentifikasi dan memecahkan permasalahan, dan (5) pengambilan

keputusan di tingkat Poktan dan Gapoktan (Kementerian Pertanian 2011).

Sedangkan Penyelia Mitra Tani (PMT) lebih difokuskan untuk mendorong

tumbuhnya lembaga ekonomi perdesaan dari unit simpan pinjam (USP) menjadi

lembaga keuangan mikro agribisnis (LKM-A). PMT bersama Penyuluh Pertanian

(PP) melakukan pertemuan dalam rangka pembinaan dengan Gapoktan. Selain itu

PMT berkewajiban pula untuk melakukan pertemuan regular dengan PP untuk

membantu memecahkan masalah di tingkat Gapoktan dan memantau usaha

agribisnis Gapoktan (Kementerian Pertanian 2012).

Kemampuan komunikasi yang sinergis dari PMT dan PP, melalui sarana

pelatihan-pelatihan merupakan salah satu kunci keberhasilan Gapoktan beserta

anggotanya, dalam proses diseminasi dan alih teknologi spesifik lokasi. Ke depan,

tugas PMT dan PP lebih berorientasi untuk memfasilitasi Gapoktan dengan

pemangku kepentingan seperti: (1) mendorong kerjasama kemitraan antara unit

lembaga keuangan mikro Gapoktan dengan bank atau lembaga keuangan, (2)

mendorong kerjasama kemitraan antara Gapoktan dengan mitra usaha, (3)

menyiapkan Penyelia Swadaya (PS) dan manajer LKM-A, dan (4) membantu

Gapoktan untuk mendapatkan fasilitasi dasar hukun (legalitas) dengan

menggunakan Undang-Undang Koperasi.

Upaya peningkatan kinerja organisasi Gapoktan pelaksana PUAP yang

dilakukan saat ini, melalui pertemuan kelompok. Berdasarkan AD/ART Gapoktan

PUAP, kegiatan pertemuan kelompok direncanakan setiap bulan atau triwulan

dengan tujuan pertemuan untuk mendapatkan pengembalian/pemberian pinjaman,

pemupukan modal dari anggota, pelatihan pengelolaan keuangan, pembentukan

LKM-A dan usaha ekonomi produktif dengan fasilitator PMT dan PP. Disamping

Page 43: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

27

itu, mendapatkan tambahan pelatihan dan pendampingan PTT Padi dari BPTP,

Dinas Pertanian (POPT dan PBT) dan PP.

Materi pertemuan kelompok sesuai dengan Petunjuk Teknis (Juknis) antara

lain: (1) teknik pengolahan tanah yang disesuaikan dengan tipologi lahan dan

komoditi yang akan ditanam, (2) penanaman dengan memilih benih atau bibit

yang baik, jarak tanam yang tepat, jumlah bibit per lubang yang sesuai, (3)

pemupukan dengan memperhatikan daya dukung tanah, keadaan tanaman, tepat

jenis dan dosis yang spesifik lokasi, tepat waktu pemberian didasarkan pada fase

pertumbuhan dan sifat pupuk, (4) pengelolaan air didasarkan pada kebutuhan

tanaman akan air, cara dan waktu yang tepat, ketersediaan sumber air dan jumlah

air, (5) pengendalianan OPT didasarkan pada prinsip PHT dengan melakukan

tindakan pencegahan dan mengembangkan musuh alami serta aplikasi kimiawi

secara bijaksana, dan (6) penanganan panen dan pasca panen dilakukan dengan

cara yang tepat dan benar dengan mempertimbangkan kemasakan biji, ketepatan

dalam penggunaan alat panen, pengemasan, pengangkutan dan penyimpanan

sehingga mampu mengurangi senjang hasil (Ditjen Tanaman Pangan 2013).

Lebih lanjut Ditjen Tanaman Pangan (2013) memaparkan bahwa

pengawalan dan Pendampingan SL-PTT dilakukan oleh peneliti BPTP didukung

oleh peneliti UK/UPT Lingkup Badan Litbang Pertanian, guna meningkatkan

pemahaman dan akselerasi adopsi PTT dengan menjadi narasumber pada

pelatihan, penyebaran informasi, melakukan uji adaptasi varietas unggul baru,

demplot, dan supervisi penerapan teknologi. Sementara pengawalan dan

pendampingan oleh penyuluh adalah kegiatan yang dilakukan guna meningkatkan

penerapan teknologi spesifik lokasi sesuai rekomendasi BPTP dan secara berkala

hadir di lokasi khususnya lokasi LL dalam rangka pemberdayaan kelompok tani

sekaligus memberikan bimbingan kepada kelompok dalam penerapan teknologi.

Pemberdayaan kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan, akan

memiliki dampak positif, diantaranya: (1) petani yang sebelumnya menjual gabah

menjadi petani yang menjual produknya dalam bentuk beras, (2) dengan menjual

beras keuntungan petani akan meningkat jika dibandingkan dengan menjual dalam

bentuk gabah, karena harga beras relatif lebih stabil dibanding harga gabah, (3)

dengan adanya peningkatan pendapatan petani maka akan terjadi pula perbaikan

dalam pengelolaan tanaman padinya, terutama dalam hal mutu bibit dan dosisi

pupuk yang lebih baik, sehingga gairah berproduksi padi akan lebih meningkat,

(4) dengan meningkatnya gairah berproduksi dan dengan teknologi yang tepat

guna maka produksi padi akan meningkat, (5) apabila ditiap kelompok tani

memiliki penggilingan padi mini dan petani sudah minded menjual beras maka

data produksi beras di tingkat kelompok tani akan mendekati realita, mudah

didapat dan pada gilirannya data produksi beras nasional akan lebih valid, (6)

hasil keuntungan dari jasa pengeringan gabah dan penggilingan padi menjadi

beras merupakan sumber penguatan modal di tingkat kelompok tani (Poktan), (7)

Poktan yang semakin kuat dan legal akan memudahkan mengakses pada sumber-

sumber permodalan utamanya yang diperuntukkan program UKM, (8) dengan

semakin bertambahnya modal usaha di tingkat Poktan tersbut akan menumbuhkan

berbagai kegiatan ekonomi baru di perdesaan, dan (9) dengan tumbuh dan

berkembangnya kegiatan ekonomi di perdesaan maka akan menambah lapangan

kerja di perdesaan dan dapat mengurangi laju urbanisasi.

Page 44: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

28

Pelaku agribisnis ini adalah organisasi kelompok tani padi yang pada

umumnya berbentuk Gapoktan. Kegiatannya meliputi seluruh aspek pengelolaan

usahatani padi, aspek permodalan, penyediaan saprodi, dan pemasaran hasil.

Setelah unit usaha simpan pinjam yang dikelola Gapoktan berubah menjadi

lembaga usaha agribisnis dalam wadah kegiatan LKM-A maka penggerak utama

industri perberasan terletak pada LKM-A yang didukung dana dari perbankan atau

sumber dana lain yang memiliki keberpihakan.

Untuk melihat peran PUAP terhadap kinerja organisasi Gapoktan dilakukan

pengukuran terhadap atribut kinerja Gapoktan. Atribut yang digunakan untuk

mengukur kinerja Gapoktan dalam penelitian ini, yakni mengintegrasikan atribut

kinerja dari Syahyuti (2012), Yustika (2013) dan Kementerian Pertanian (2010b).

Dimana atribut kinerja Gapoktan terdiri atas: (1) aspek efektivitas organisasi, (2)

aspek efisiensi organisasi, (3) aspek kesesuaian (appropriateness), dan (4) aspek

pencapaian (outcome) kemandirian keuangan organisasi. Lingkup Ke empat

atribut tersebut didalamnya meninjau aspek organisasi, aspek manajemen

keuangan, dan aspek kinerja pengelolaan usaha simpan pinjam/LKM-A.

Konsep Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani adalah pendapatan yang berasal dari kegiatan

usahatani setiap tahun (Makeham dan Malcolm 1991). Pendapatan usahatani

adalah keuntungan yang diperoleh petani dengan mengurangkan biaya yang

dikeluarkan selama proses produksi dengan penerimaan usahatani. Tujuan utama

dari analisis pendapatan adalah menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan

usaha dan menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau

tindakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani adalah luas

usahatani, efisiensi kerja, dan efisiensi produksi. Luas usahatani yang sempit

dapat mengakibatkan produksi per satuan luas yang tinggi tidak dapat tercapai.

Sementara efisiensi kerja dan efisiensi produksi yang tinggi menyebabkan

pendapatan petani semakin tinggi.

Menurut (Soekartawi et al. 1986), penerimaan usahatani adalah suatu nilai

produk total dalam jangka waktu tertentu, baik untuk dijual maupun untuk

dikonsumsi sendiri. Penerimaan ini mencakup semua produk yang dijual,

konsumsi rumah tangga petani, untuk pembayaran dan yang disimpan.

Pengeluaran atau biaya usahatani merupakan nilai penggunaan sarana produksi

dan lain-lain yang dibebankan pada produk yang bersangkutan. Selain biaya tunai

yang harus dikeluarkan ada pula biaya yang diperhitungkan, yaitu nilai

pemakaian barang dan jasa yang dihasilkan dari usaha itu sendiri.

Biaya yang diperhitungkan digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya

pendapatan kerja petani kalau modal dan nilai kerja keluarga diperhitungkan.

Menurut Hernanto dalam Ferdiansyah (2004) biaya produksi dalam usahatani

dapat dibedakan berdasarkan:

1. Berdasarkan jumlah output yang dihasilkan terdiri dari :

a. Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar

kecilnya produksi, misalnya: pajak tanah, sewa tanah, penyusutan alat-

alat bangunan pertanian, dan bunga pinjaman.

Page 45: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

29

b. Biaya variabel adalah biaya yang berhubungan langsung dengan jumlah

produksi, misalnya : pengeluaran untuk benih, pupuk, obat-obatan, dan

biaya tenaga kerja.

2. Berdasarkan yang langsung dikeluarkan dan diperhitungkan terdiri atas:

a. Biaya tunai adalah biaya tetap dan biaya variabel yang dibayar tunai.

Biaya tetap misalnya: pajak tanah dan bunga pinjaman, sedangkan biaya

variabel misalnya pengeluaran untuk benih, pupuk, obat-obatan, dan

tenaga kerja luar keluarga. Biaya tunai ini berguna untuk melihat

pengalokasian modal yang dimiliki oleh petani.

b. Biaya tidak tunai (diperhitungkan) adalah biaya penyusutan alat-alat

pertanian, sewa lahan milik sendiri (biaya tetap), dan tenaga kerja dalam

keluarga (biaya variabel). Biaya tidak tunai ini melihat bagaimana

manajemen suatu usahatani.

Pendapatan usahatani yang diterima seorang petani dalam satu tahun

berbeda dengan pendapatan yang diterima petani lainnya. Perbedaan pendapatan

ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor ini ada yang masih dapat diubah

dalam batasan-batasan kemampuan petani dan ada faktor yang tidak bisa diubah

yaitu iklim dan tanah.

Pendapatan yang besar tidak selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi,

karena ada kemungkinan pendapatan yang besar itu diperoleh dari investasi yang

berlebihan. Oleh karena itu, analisis pendapatan usahatani selalu diikuti dengan

pengukuran efisiensi. Ukuran efisiensi pendapatan dapat dihitung melalui

perbandingan penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan (R/C) yang

menunjukkan berapa penerimaan yang diterima petani untuk setiap biaya yang

dikeluarkan petani dalam proses produksi. Untuk melihat peran PUAP terhadap

pendapatan usahatani padi, dilakukan dengan membandingkan tingkat

keuntungan yang diperoleh antara usahatani padi pada petani PUAP dengan

petani non PUAP.

Pengaruh Kinerja Gapoktan terhadap Pendapatan Usahatani Padi

Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan

kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi

organisasi. Kinerja juga dapat dikatakan sebagai perilaku berkarya, penampilan,

atau hasil karya. Karena itu kinerja merupakan bentuk yang multidimensional,

sehingga cara mengukurnya sangat bervariasi tergantung dari banyak faktor.

Kelembagaan petani di perdesaan memiliki peran yang strategis dalam

peningkatan pemberdayaan masyarakat desa dalam hal ini para petani.

Kelembagaan merupakan himpunan norma-norma dan tindakan yang

berhubungan dengan kebutuhan pokok kehidupan bersosial masyarakat, dan

membentuk piranti sosial untuk memenuhi kebutuhan manusia ketika

bersosialisasi dalam masyarakat.

Kelembagaan didefinisikan sebagai aturan-aturan sosial, kesepakatan

(conventions), dan elemen lain dari struktur kerangka kerja interaksi sosial

(Bardhan 1989). Namun kelembagaan bisa pula dimaknai sebagai regulasi

perilaku yang secara umum diterima oleh anggota-anggota kelompok sosial, untuk

perilaku spesifik dalam situasi yang khusus, baik yang bisa diawasi sendiri

maupun dimonitor oleh otoritas luar (external authority) (Rutherford 1994).

Page 46: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

30

Manig (1991) mencatat bahwa kelembagaan merefleksikan sistem nilai dan

norma dalam masyarakat, tetapi nilai dan norma itu bukanlah kelembagaan itu

sendiri. North (1994) memaknai kelembagaan sebagai aturan-aturan yang

membatasi perilaku menyimpang manusia (human devised) untuk membangun

struktur interaksi politik, ekonomi, dan sosial. Dalam pengertian yang kurang

lebih sama, Yeager (1999) secara ringkas menjelaskan kelembagaan sebagai

aturan main (rules of the game) dalam masyarakat. Aturan main tersebut

mencakup regulasi yang memapankan masyarakat untuk melakukan interaksi.

Kelembagaan dapat mengurangi ketidakpastian yang inheren dalam interaksi

manusia melalui penciptaan pola perilaku (Pejovich 1995).

Kelembagaan merupakan unsur terpenting dari pencapaian kemajuan

ekonomi di suatu negara. Kondisi geografis yang baik, sumberdaya alam yang

melimpah, teknologi yang memadai, dan penduduk yang bermutu sangat mungkin

menjadi sumber pertumbuhan ekonomi. Namun semua itu tidak bisa menjadi

pemicu kesejahteraan apabila tidak dipandu dengan sistem kelembagaan ekonomi

yang baik. Inilah yang terjadi dibanyak negara berkembang, sehingga seluruh

potensi ekonominya menjadi mubazir dan terjerembab dalam keterbelakangan

atau kemiskinan yang terus menerus.

Menurut Ikhsan (2000), kelembagaan memiliki sumbangan yang penting

dalam pembangunan ekonomi mengingat adanya kegagalan pasar sebagai akibat

mahalnya informasi dan pelaku pasar tidak menggunakan semua informasi yang

diperoleh atau tidak mampu diperoleh. Ketidaksempurnaan informasi dan

keterbatasan kapasitas untuk mengolah informasi akan mempengaruhi biaya

transaksi yang mendasari pembentukan kelembagaan. Biaya transaksi muncul

akibat informasi mahal dan asimetris. Biaya yang muncul bukan hanya untuk

menjamin terjadinya transaksi, melainkan juga biaya monitoring dan penegakan.

Pelaku ekonomi yang menguasai informasi dapat dengan mudah meraih

keuntungan karena kelembagaan merupakan modal sosial yang sebagaimana

faktor produksi lain seperti modal, tenaga kerja, dan teknologi, serta human

capital ikut menentukan tingkat output atau kesejahteraan dari suatu negara.

Kasus dalam sektor finansial merupakan salah satu contoh tentang bagaimana

pentingnya kelembagaan dalam pembangunan ekonomi. Masalah-masalah

ketidaksempurnaan informasi ini muncul hampir di setiap kegiatan ekonomi

selama terdapat potensi kegagalan mekanisme pasar yang diakibatkan oleh

eksternalitas produksi, eksistensi barang publik, ketidaksempurnaan pasar, hidden

action dan hidden type, dan unforeseen contingencies. Jadi, kelembagaan hadir

bukan untuk meniadakan (mekanisme) pasar, tetapi memastikan pasar berjalan

dengan rambu-rambu yang jelas sehingga seluruh pelaku ekonomi memeroleh

akses yang sama dan kepastian dalam berusaha.

Lebih eksplisit, Acemoglu dan Robinson (2012) menyebutkan bahwa

kelembagaan merupakan sumber penting yang menentukan suatu negara/bangsa

gagal atau maju perekonomiannya. Negara yang kelembagaannya mapan atau

inklusif (inclusive economic institutions) cenderung kinerja ekonominya bagus.

Negara ini ditandai antara lain oleh adanya kelembagaan hak kepemilikan privat

yang aman, sistem hukum yang tidak bias, dan penyediaan layanan publik yang

luas.

Kelembagaan yang memiliki kinerja yang baik (good perfomance) dicirikan

oleh tiga hal berikut (Acemoglu 2003): Pertama, pemaksaan terhadap hak

Page 47: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

31

kepemilikan (enforcement of property right). Adanya hak kepemilikan di dalam

masyarakat akan memberikan insentif bagi individu untuk melakukan kegiatan

ekonomi, misalnya investasi. Kedua, membatasi tindakan-tindakan para politisi,

elite, dan kelompok-kelompok berpengaruh lainnya yang berupaya memeroleh

keuntungan ekonomi tanpa prosedur yang benar, seperti perilaku mencari rente

(rent-seeking behavior). Ketiga, memberi kesempatan yang sama (equal

opportunity) bagi semua individu untuk mengerjakan aktivitas ekonomi/investasi,

khususnya dalam meningkatkan kapasitas individu (human capital) maupun

berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi produktif.

Pengembangan kelembagaan yang baik dapat memberikan peranan yang

lebih besar dan seimbang bagi semua unsur yang terlibat dalam setiap proses

pengambilan keputusan. Menurut Peters (2000) terdapat dua jenis perubahan

kelembagaan yaitu: (1) pengembangan internal (institutionalization) melalui

empat faktor yaitu otonomi (dapat mengimplementasikan keputusanya sendiri),

kemampuan beradaptasi dengan adanya perubahan dari lingkunganya,

kompleksitas (kapasitas institusi dalam membangun struktur internal yang dapat

memenuhi tujuan), dan koherensi (kapasitas institusi untuk dapat mengelola

beban kerja dan mengembangkan prosedur kerja), dan (2) perubahan dalam nilai

dan struktur, yang meliputi perubahan isi dan atau kandungan dari institusi dan

apa yang dipercaya/dianut oleh institusi.

Secara praktikal, aturan main (kelembagaan) yang tersedia dalam kegiatan

ekonomi akan menentukan seberapa efisien hasil ekonomi yang didapatkan,

sekaligus menentukan seberapa besar distribusi ekonomi yang diperoleh oleh

masing-masing partisipan. Pada kontek ini bisa dikatakan kelembagaan

mempunyai pengaruh terhadap pencapaian ekonomi. Sementara itu, dalam jangka

waktu tertentu, pencapaian ekonomi yang diperoleh partisipasinya akan

menentukan pandangan terhadap aturan main yang digunakan saat ini. Bila

dipandang kelembagaan sekarang tidak efisien, misalnya gagal mencapai

pertumbuhan ekonomi maupun kedap dalam membagi kesejahteraan

antarpelakunya, maka hasrat untuk mengubah kelembagaan (institusional change)

dipastikan akan terjadi.

Chang (2011) juga memberikan penjelasan bahwa program pembangunan

ekonomi bisa mengubah kelembagaan melalui beberapa pintu berikut. Pertama,

peningkatan kesejahteraan akibat pertumbuhan ekonomi menciptakan permintaan

terhadap kelembagaan yang lebih bermutu, misalnya permintaan kelembagaan

politik yang lebih transparan dan akuntabel. Kedua, kesejahteraan yang lebih baik

juga memicu terwujudnya kelembagaan menjadi lebih terjangkau, dan Ketiga,

pembangunan ekonomi menciptakan agen-agen perubahan baru (new agen of

change).

Pernyataan Chang (2011), Acemoglu (2003), dan Ikhsan (2000) yang sudah

diuraikan sebelumnya, jika dilihat benang merahnya, senada layaknya

pelaksanaan PUAP, yakni menghendaki adanya perubahan dalam kelembagaan

petani di perdesaan, tercapainya efektivitas dan efisiensi kelembagaan, sehingga

mampu meminimalisir biaya transaksi, dan pada akhirnya berdampak terhadap

peningkatan kesejahteraan antar pelaku utamanya (petani). Kelembagan petani

yang ada saat ini berbentuk Gapoktan, didalamnya terdiri atas petani-petani yang

terhimpun dalam poktan-poktan. Sama halnya dengan konsep kelembagaan yang

sudah diuraikan sebelumnya, dimana dalam Gapoktan, adanya aturan main (rules

Page 48: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

32

of the game), dengan demikian individu-individu petani diikat oleh masyarakat

melalui norma-norma dan nilai-nilai, sehingga petani cenderung bertindak secara

kolektif dibandingkan secara pribadi (Prasad 2003). Dalam konsep PUAP,

Gapoktan ini berspesialisasi sebagai lembaga keuangan untuk menyediakan kredit

kepada masyarakat tani “miskin” di perdesaan (rumah tangga petani perdesaan

yang memiliki lahan kurang dari 0,5 hektar) agar terjadi perubahan kehidupan

ekonomi yang lebih baik.

Implementasinya, Gapoktan berperan sebagai lembaga keuangan informal,

bukan hanya sekedar menyediakan uang (cash) untuk keperluan transaksi, tetapi

kadang-kadang memberikan bantuan dalam bentuk barang (in-kind) seperti input

produksi. Dengan karakter yang fleksibel, biasanya lembaga keuangan infromal

ini memiliki daya tahan yang kuat untuk hidup di wilayah perdesaan. Lebih lajut,

kehadiran Gapoktan di perdesaan mencoba menjawab keterbatasan aksesibilitas

masyarakat tani utamanya terhadap sumber permodalan. Mengingat lembaga

formal dan semi-formal memiliki ciri penting yang tertuang dalam bentuk sistem

kontrak (contract system). Kontrak tersebut berisi tentang hak dan kewajiban dari

masing-masing pihak, misalnya persyaratan agunan (collateral), model

pembayaran (repayment), dan sanksi (punishment) apabila salah satu pihak ingkar

terhadap kesepakatan. Sebaliknya lembaga keuangan informal bersifat sangat cair,

hubungan antara kreditor dan debitor bersifat personal, dan nyaris tidak ada

persyaratan administrasi yang dibutuhkan. Bahkan, mekanisme kredit sama sekali

tidak menggunakan sistem kontrak, karena biasanya tidak ada persyaratan agunan

maupun sanksi. Dengan karakteristik yang dimiliki Gapoktan sebagai lembaga

keuangan informal, biasanya lebih mudah diterima oleh masyarakat perdesaan.

Menurut Kasryno (1984), kelembagaan kredit informal sangat berkembang dalam

masyarakat perdesaan akibat belum terjangkaunya pelayanan kredit dari lembaga

keuangan formal (bank) bagi sebagian besar masyarakat tani di perdesaan,

terutama petani kecil dan buruh tani yang selalu memerlukan kredit dengan

pelayanan yang terjangkau oleh petani.

Sejalan dengan format penumbuhan Gapoktan menjadi kelembagaan tani di

perdesaan sesuai Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor:

273/Kpts/OT.160/4/2007, maka Gapoktan penerima BLM PUAP harus

menunjukkan bahwa lembaga ini mampu mengelola dan mengembangkan

usahataninya menjadi lembaga ekonomi ataupun lembaga keuangan mikro

agribisnis. Kemudian lembaga ini menjadi salah satu unit usaha dalam Gapoktan

sehingga dapat mengelola dan melayani pembiayaan bagi petani anggota secara

berkelanjutan.

Gapoktan diharapkan dapat berperan untuk fungsi-fungsi pemenuhan

permodalan pertanian, pemenuhan sarana produksi, pemasaran produk pertanian

dan termasuk menyediakan berbagai informasi yang dibutuhkan petani. Tujuan

utama pembentukan dan pemberdayaan Gapoktan adalah untuk memperkuat

kelembagaan petani yang ada, sehingga pembinaan pemerintah kepada petani

akan terfokus dengan sasaran yang jelas (Kementerian Pertanian 2011).

Pengaruh Kredit terhadap Pendapatan Usahatani Padi

Modal merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting

keberadaannya dalam usahatani padi. Keterbatasan modal masih menjadi

Page 49: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

33

permasalahan yang sering dihadapi oleh rumahtangga petani, dan kebutuhan

modal usahatani akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya harga

input pertanian, seperti benih, pupuk, obat-obatan dan upah tenaga kerja. Sumber

modal untuk usahatani padi terdiri atas modal sendiri dan modal dari luar (kredit).

Menurut Mosher (1987), kredit merupakan salah satu faktor pelancar

pembangunan pertanian. untuk meningkatkan hasil produksi, petani

membutuhkan modal yang besar supaya dapat menggunakan teknologi usahatani

secara optimal. Namun, adopsi teknologi pada umumnya relatif mahal dan petani

kecil tidak mampu untuk membiayai teknologi tersebut, akibatnya pemanfaatan

teknologi pertanian sangat rendah. Oleh sebab itu dengan pemberian kredit

perdesaan diharapkan akan mempercepat produksi pertanian dan produktivitas,

dan pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan petani.

Tambahan modal yang berasal dari pinjaman/kredit akan dapat

mengembangkan kegiatan petani dalam usahataninya. Terhadap program dana

BLM PUAP, petani dapat memandangnya sebagai volume effect, yaitu pinjaman

petani untuk memperbesar modal tetap (fixed cost). Hal ini berarti petani akan

mampu mengadakan input produksi (benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja)

kearah yang lebih baik (sesuai rekomendasi). Sehingga akan menambah

kemampuannya dalam melakukan aktivitas usahatani. Dengan demikian,

kemungkinan kemampuan untuk meningkatkan produksi juga semakin lebih

tinggi, begitu juga halnya dengan tingkat pendapatan yang diperoleh dalam

usahatani padi.

Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian, dalam memberikan

penawaran (supply) tambahan modal kepada petani, bermaksud untuk

menghasilkan produksi usahatani yang dikelolanya lebih baik (meningkat).

Dengan kata lain, mendorong usaha agribisnis kearah yang lebih produktif. Hal ini

berdasarkan anggapan bahwa rendahnya produksi yang dicapai oleh petani selama

ini, karena rendahnya tingkat pemilikan uang tunai (modal) oleh petani, yang

digunakan untuk membeli input produksi. Selama penggunaan input itu masih

berada pada tingkat produksi rata-rata yang meningkat, maka input itu masih

dapat ditingkatkan sampai produk rata-rata mulai menurun dan produk marjinal

lebih besar dari nol, yaitu di daerah pada tingkat usaha yang rasional.

Beberapa penelitian mengenai dampak kredit diantaranya adalah hasil

penelitian Biswanger dan Khandker (1995) yang menunjukkan bahwa dampak

pemberian kredit formal di perdesaan India mampu meningkatkan pendapatan dan

produktivitas. Pitt dan Khandker (1998) menyimpulkan bahwa program kredit

telah berdampak meningkatkan taraf hidup keluarga miskin di Bangladesh.

Pemberian kredit berdampak positif pada tingkat individu maupun rumah tangga

seperti partisipasi sekolah anak, kepemilikan asset, penyediaan tenaga kerja,

penggunaan alat kontrasepsi dan fertilitas. Sedangkan hasil penelitian Khandker

dan Faruqee (2000) yang dilakukan di beberapa negara menunjukkan bahwa

pemberian kredit skala kecil secara signifikan mampu berperan dalam

penanggulangan kemiskinan dan memiliki kontribusi dalam mengurangi tingkat

kerentanan (vulnerability) terhadap kemiskinan. Jadi dengan kata lain ada korelasi

yang cukup erat antara pemberian kredit dan penurunan tingkat kemiskinan.

Kredit yang diambil oleh rumah tangga petani digunakan untuk produksi

dan konsumsi. Kredit dapat meningkatkan konsumsi langsung yaitu rumah tangga

petani dapat memenuhi kebutuhan konsumsi lebih banyak, dan secara tidak

Page 50: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

34

langsung dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja melalui penggunaan

konsumsi yang diperlukan untuk mempertahankan kekuatan fisik seseorang.

Kredit digunakan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan yang pada

gilirannya membantu meningkatkan konsumsi. Oleh karena itu, konsumsi dapat

mengukur manfaat dari kredit, yang merupakan indikator kesejahteraan jangka

pendek. Pengaruh tambahan modal usahatani/kredit disajikan pada Gambar 3 dan

Gambar 4.

Pada Gambar 3, menunjukkan bahwa kondisi sebelum adanya tambahan

modal/kredit untuk usahatani padi sawah, responden mengalami keterbatasan

modal usahatani, yang ditunjukkan oleh kurva garis anggaran awal (Isocost C1).

Kurva garis anggaran merupakan kurva yang menunjukkan berbagai titik pada

garis kendala anggaran. Kurva tersebut mengindikasi kombinasi konsumen atau

trade-off antara dua barang. Pada kondisi tersebut, responden menggunakan

kombinasi input produksi X11 dan X21, sehingga titik keseimbangan konsumsi

responden atas input produksi terjadi pada titik E1. Pada titik keseimbangan E1,

responden menghasilkan output sebesar Q1 yang ditunjukkan oleh kurva

indiferen/isokuan Q1.

Kuantitas

Input X2

Kuantitas

Input X1

0

Q2

X21 X22

X11

X12

E1

C2

Expansion Path

C1

E2

Q1

Gambar 3. Pengaruh kredit terhadap kombinasi penggunaan input dan

peningkatan output Sumber: Gaspersz (2011)

Selanjutnya, kondisi yang berbeda setelah adanya tambahan modal/kredit

untuk usahatani. Hal ini menyebabkan kemampuan responden atas kuantitas

modal (anggaran) menjadi bertambah atau lebih tinggi. Sehingga menyebabkan

bergesernya kurva garis anggaran ke kanan (Isocost C2). Pada kondisi ini,

responden mencoba memaksimum kepuasannya, responden ingin dapat mencapai

kurva indeferen setinggi mungkin. Pada Gambar 3 dapat ditunjukkan, jika

responden membeli kombinasi input produksi pada garis anggaran yang

berpotongan dengan kurva indeferen/isokuan Q2. Sehingga terjadi titik

keseimbangan baru yang ditunjukkan oleh titik E2. Pada titik keseimbangan E2,

kombinasi input produksi yang digunakan adalah X12 dan X22. Kombinasi input

produksi ini, kuantitasnya lebih tinggi dibanding kuantitas input produksi

Page 51: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

35

sebelumnya (X11 dan X21) pada titik keseimbangan E1. Peningkatan penggunaan

input produksi dapat menyebabkan meningkatnya hasil produksi/output sebesar

Q2. Jika semua titik keseimbangan (E1 dan E2) dihubungkan, maka akan terdapat

kurva jalur perluasan produksi (expansion path curve). Kurva expansion path ini

menghubungkan titik-titik keseimbangan produsen yang menunjukkan kombinasi

input dengan biaya terendah (least cost combination) untuk setiap tingkat output

yang diproduksi dengan asumsi harga-harga input tetap/konstan.

Terjadinya peningkatan produksi yang ditunjukkan pada Gambar 3,

kemudian akan menyebabkan peningkatan pendapatan usahatani. Kondisi

terjadinya peningkatan pendapatan usahatani, disebabkan adanya pengaruh dari

peningkatan kuantitas pemakaian input produksi, disajikan pada Gambar 4.

Pada Gambar 4, terlihat kondisi pengaruh kredit terhadap peningkatan

pendapatan, melalui adanya penggunaan kombinasi input produksi yang

meningkat. Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya, bahwa kombinasi input

produksi X11X22 dititik keseimbangan E1 (kondisi sebelum ada kredit), responden

menghasilkan output sebesar Q1 dengan capaian tingkat pendapatan sebesar Y1.

Kemudian setelah adanya tambahan modal usahatani, kuantitas modal/anggaran

usahatani yang dimiliki responden menjadi bertambah. Pada kondisi ini responden

akan mengoptimalkan input produksi yang digunakan untuk usahatani, terlihat

adanya penambahan input produksi dari X11X22 menjadi X12X22. Penambahan

input produksi tersebut, menyebabkan terjadinya peningkatan produksi sebesar

Q2. Dengan demikian, produksi/output yang meningkat (Q1 menjadi Q2),

berbanding lurus dengan peningkatan pendapatan (Y1 menjadi Y2).

KuantitasInput X

Output (Q)/

Income (Y)

E2

E1

Y1

Y2

X11

X21

X12

X22

Q1 ; Y1

Q2 ; Y2

0

Gambar 4. Pengaruh kredit terhadap kombinasi penggunaan input dan

pendapatan usahatani padi Sumber: Gaspersz (2011)

Berdasarkan Gambar 3 dan Gambar 4, esensinya adalah tambahan

modal/kredit menyebabkan adanya peningkatan penggunaan input produksi.

Penggunaan input yang meningkat akan meningkatkan hasil produksi, dan

akhirnya akan berimplikasi terhadap peningkatan pendapatan usahatani. Sehingga

menyebabkan pergeseran kurva fungsi produksi. Perubahan fungsi produksi akan

mengakibatkan perubahan titik keseimbangan rumah tangga petani (keseimbangan

antara fungsi produksi dengan kurva indiferens/fungsi konsumsi akan berubah),

Page 52: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

36

dan mencapai keseimbangan yang baru (yang lebih tinggi dibandingkan dengan

keseimbangan awal).

Kerangka Pemikiran Operasional

Salah satu masalah yang dihadapi negara Indonesia sekarang ini adalah

bagaimana meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yang dilakukan melalui

pembangunan diberbagai bidang. Hal ini nampak semakin digalakkannya

pembangunan di bidang pertanian utamanya sub sektor pangan. Salah satu sub

sektor pangan adalah usahatani padi. Petani padi dalam melakukan proses

produksi untuk menghasilkan output, diperlukan biaya pengeluaran-pengeluran

yang digunakan dalam mempertahankan kelangsungan proses produksi tersebut.

Dalam usahatani padi diharapkan adanya peningkatan pendapatan sekaligus

peningkatan kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan petani padi pada

khususnya, karena salah satu ukuran kesejahteraan masyarakat adalah dengan

peningkatan pendapatannya.

Namun dalam kenyataannya, petani sering kali dihadapkan pada persoalan

permodalan untuk keperluan usahataninya, serta lemahnya kelembagaan tani yang

ada di perdesaan. Mengingat salah satu persoalan yang paling rumit di wilayah

perdesaan adalah penyediaan modal usaha. Keterbatasan modal menyebabkan

sirkulasi kegiatan ekonomi tidak berjalan. Sebaliknya tanpa ada perputaran

aktivitas ekonomi proses akumulasi kapital juga tidak bisa terjadi. Dari situasi

seperti ini para perumus kebijakan pembangunan perdesaan akhirnya

meluncurkan berbagai kebijakan program kredit mikro sebagai instrumen

pengembangan kelembagaan sektor finansial di perdesaan. Salah satu kebijakan

tersebut yakni dengan meluncurkan program PUAP.

Kegiatan Program PUAP diantaranya memberikan pelatihan dan

pendampingan, tujuannya adalah sebagai upaya peningkatan kapasitas kinerja

organisasi petani, atau disebut Gapoktan. Melalui langkah ini diharapkan

Gapoktan menjadi lembaga ekonomi di perdesaan yang mumpuni. Kinerja

Gapoktan PUAP harus menunjukkan bahwa lembaga ini mampu mengelola dan

mengembangkan usahataninya menjadi lembaga ekonomi yang melayani

pembiayaan bagi petani anggota secara berkelanjutan.

Kegiatan berikutnya memberikan fasilitasi tambahan modal usaha/modal

kerja. Hal ini sebagai upaya untuk meningkatkan kapasitas petani utamanya dalam

penguasaan modal usahatani. Sehingga petani mempunyai kemampuan untuk

memenuhi kebutuhan input produksi. Kondisi ini akan mempengaruhi tingkat

produksi. Filosofinya ketika kebutuhan input produksi tercukupi, maka produksi

akan mencapai titik optimum. Secara normatif semakin meningkat produksi yang

dihasilkan, selanjutnya pendapatan juga akan semakin meningkat.

Ketika kondisi pendapatan usahatani meningkat, maka kemungkinan

kemampuan untuk membayar kredit atau mengembalikan pinjaman (hutang pokok

+ jasa) ke Gapoktan akan lancar dan tepat waktu. Dengan demikian dana BLM

PUAP yang ada di kas Gapoktan akan abadi bahkan terus bertambah, pada

akhirnya pembiayaan untuk usahatani di perdesaan yang dikelola oleh Gapoktan

akan terus terjaga. Untuk melihat pengaruh akibat adanya pelaksanaan Program

PUAP terhadap kinerja Gapoktan dan pendapatan usahatani padi, disajikan dalam

kerangka operasional penelitian (Gambar 5).

Page 53: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

37

Gambar 5. Kerangka pemikiran penelitian

4 METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang, Provinsi

Jawa Barat. Pemilihan Kabupaten Subang dilakukan secara sengaja, atas dasar

pertimbangan bahwa Gapoktan pelaksana program PUAP di Kabupaten Subang

telah mampu menumbuhkembangkan 40 LKM-A. Sehingga dipandang lebih

unggul dibandingkan Gapoktan-Gapoktan yang ada di kabupaten lainnya lingkup

Jawa Barat. Hal ini diasumsikan Gapoktan-Gapoktan yang ada di Kabupaten

Subang mampu mengelola atau menjaga perguliran dana BLM PUAP, memiliki

usaha ekonomi produktif yang sudah berkembang berbasis agribisnis padi,

sekaligus mampu melakukan penguatan kelembagaan ekonomi di perdesaan.

Disamping itu, Kabupaten Subang merupakan salah satu sentra produksi padi di

Jawa Barat, dan sebagian besar usahatani padi yang dikelola petani anggota

Gapoktan memiliki tingkat produktivitas mencapai 5,6 – 7,6 ton/ha, dengan total

luas lahan sawah berkisar 180 – 246 ha. Adapun pengumpulan data dilakukan

pada April – Juni 2014.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data

sekunder, baik berupa data kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh

melalui indepth study ke petani yang berusahatani padi. Pengumpulan data dari

petani melalui wawancara secara langsung dengan menggunakan kuesioner yang

Program PUAP

Peran PUAP terhadap:

Kinerja Gapoktan

Pendapatan Usahatani Petani Aggota

Atribut Kinerja Gapoktan:

Efektivitas organisasi

Efisiensi organisasi

Relevansi (kesesuaian)

organisasi

Pencapaian (outcome)

Keuangan organisasi

Pendapatan Usahatani:

Total Revenue (TR)

Total Cost (TC)

Total Fix Cost (TFC)

Total Variabel Cost (TVC)

Harga jual output (Pq)

Jumlah Output (Q)

Harga input (Px)

Jumlah input (X)

Implikasi Kebijakan

Page 54: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

38

telah dipersiapkan. Selanjutnya melakukan indepth study ke Gapoktan.

Pengumpulan data dari Gapoktan melalui pendekatan diskusi kelompok terfokus

(FGD) dengan pengurus Gapoktan. Selain itu untuk melengkapi informasi data

penelitian, dilakukan juga FGD dengan penyuluh lapangan, Kepala Badan

Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan Kehutanan dan Ketahanan Pangan

(BP4KKP) Kabupaten Subang, serta Kepala Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian Jawa Barat. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Badan Pusat

Statistik, Kementerian Pertanian, Badan Litbang Pertanian, dan Instansi Terkait

lainnya.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah paling penting dalam

penelitian, kerana tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Dalam

usaha pengumpulan data serta keterangan yang diperlukan, penelitian ini

menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

dilakukan oleh kedua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan.

Sedangkan menurut Sugiyono (2008) mengungkapkan wawancara adalah

merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya

jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Metode wawancara dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara

tertutup dan terbuka. Metode wawancara tertutup yakni responden diminta

menjawab pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner. Dimana isi pertanyaan

dalam kuisioner sudah terdapat pilihan jawaban, sehingga responden menjawab

dengan memilih diantara jawaban yang sudah ada. Sementara metode wawancara

terbuka yakni responden diminta pendapat tentang pengalaman dan perspektif

terkait dengan karakteristik responden, aktivitas usahatani padi, pemanfaatan

pinjaman/kerdit, dan pemasaran hasil. Dalam proses wawancara, peneliti akan

mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang akan dikemukakan oleh

responden.

2. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti melakukan

pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan

yang dilakukan (Riduwan 2004). Metode observasi sering kali diartikan sebagai

pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada

subyek penelitian. Teknik observasi sebagai pengamatan dan pencatatan secara

sistematik hendaknya dilakukan pada subyek yang secara aktif mereaksi terhadap

obyek.

Observasi adalah bagian dalam pengumpulan data. Observasi berarti

mengumpulkan data langsung dari lapangan. Adapun menurut Prastowo (2010)

mengartikan obesrvasi adalah sebagai pengamatan dalam pencatatan secara

Page 55: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

39

sistematik terhadap suatu gelaja yang tampak pada objek penelitian. Sedangkan

menurut Nasution (2003), observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para

ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data yaitu fakta mengenai dunia

kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Adapun kriteria yang hendak

diperhatikan oleh observeser antara lain:

1) Memliki pengetahuan yang cukup terhadap obyek yang hendak diteliti,

2) Pemahaman tujuan umum dan tujuan khusus penelitian yang

dilaksanakannya,

3) Penentuan cara dan alat yang dipergunakan dalam mencatat data,

4) Penentuan kategori pendapatan gejala yang diamati,

5) Pengamatan dan pencatatan harus dilaksanakan secara cermat dan kritis,

6) Pencatatan setiap gejala harus dilaksanakan secara terpisah agar tidak saling

mempengaruhi,

7) Pemilikan pengetahuan dan keterampilan terhadap alat dan cara mencatat

hasil observasi.

Pada dasarnya teknik observasi digunakan untuk melihat dan mengamati

perubahan fenomena–fenomena sosial yang tumbuh dan berkembang yang

kemudian dapat dilakukan perubahan atas penilaian tersebut, bagi pelaksana

observaser untuk melihat obyek moment tertentu, sehingga mampu memisahkan

antara yang diperlukan dengan yang tidak diperlukan. (Margono 2007).

Observasi dalam penelitian ini menggunakan observasi terbuka. Dalam

proses pengumpulan data, dinyatakan kegiatan yang sebenarnya kepada sumber

data, bahwa sedang dilakukan penelitian. Jadi responden yang diteliti mengetahui

sejak awal sampai akhir tentang aktivitas penelitian. Oleh karena itu fakta atau

fenomena yang akan diobservasi adalah terkait unsur kinerja Gapoktan, yaitu

efektivitas organisasi, efisiensi organisasi, relevansi (kesesuaian) organisasi, dan

pencapaian kemandirian keuangan organisasi.

3. Focus Group Discussion (FGD)

FGD adalah suatu metode riset, Irwanto (1988) mendefinisikan sebagai

“suatu proses pengumpulan informasi mengenai suatu permasalahan tertentu yang

sangat spesifik melalui diskusi kelompok”. Dengan kata lain FGD merupakan

proses pengumpulan informasi bukan melalui wawancara, bukan perorangan, dan

bukan diskusi bebas tanpa topik spesifik. Metode FGD termasuk metode

kualitatif. Seperti metode kualitatif lainnya (direct observation, indepthe

interview, dsb) FGD berupaya menjawab jenis-jenis pertanyaan how and why,

bukan jenis-jenis pertanyaan what and how many yang khas untuk metode

kuantitatif (survei, dsb). FGD dan metode kualitatif lainnya sebenarnya lebih

sesuai dibandingkan metode kuantitatif untuk suatu studi yang bertujuan “to

generate theories and explanations” (Morgan and Kruger 1993).

Tujuan umum FGD adalah mengembangkan pemahaman mengenai dampak

sosial ekonomi pelaksanaan Program PUAP. Untuk mencapai tujuan itu

dimanfaatkan secara ektensif data kuantitatif yang berlingkup makro dari berbagai

sumber. FGD merupakan salah satu metode untuk memperoleh infromasi

kuantitatif-mikro dan sesuai dengan tujuan penelitian ini, karena pendekatan FGD

memungkinkan memperoleh informasi yang (1) bersifat kualitatif yang bermutu

dalam waktu yang relatif singkat, mengenai dampak pelaksanaan Program PUAP,

Page 56: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

40

(2) bersifat lokal dan sensitif, dan (3) diyakini tidak dapat diperoleh memalui

pendekatan survei dan wawancara individu.

4. Dokumentasi

Dokumen merupakan rekaman yang sifatnya tertulis atau film dan isinya

merupakan peristiwa yang telah berlalu. Jadi, dokumen bukanlah catatan peristiwa

yang terjadi saat ini dan masa yang akan datang, namun catatan masa lalu. Data-

data yang dikumpulkan dengan teknik dokumentasi cenderung merupakan data

sekunder.

Dokumentasi merupakan benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,

dokumen, peraturan-peraturan, notulen harian, dan sebagainya. Adapun

pengambilan data dokumentasi yang diperlukan terdiri atas pelaksanaan PUAP,

perkembangan asset Gapoktan, dan realisasi dana PUAP.

Metode Penentuan Sampel

Untuk menjawab tujuan pertama, dipilih sampel Gapoktan. Gapoktan

sampel terdiri atas dua group Gapoktan, yakni Gapoktan yang sudah menerima

dana PUAP (tahun 2008-2010), selajutnya disebut Gapoktan PUAP, dan

Gapoktan yang belum menerima dana PUAP, selanjutnya disebut Gapoktan Non

PUAP. Pemilihan sampel Gapoktan dilakukan secara purposive sampling (secara

sengaja), atas pertimbangan bahwa: (1) Gapoktan memiliki usaha ekonomi

produktif berbasis padi, (2) unit simpan pinjam sudah berjalan, (3) asset atau

permodalannya sudah mengalami perkembangan, dan (4) aktivitas organisasi

masih berjalan. Jumlah Gapoktan yang dipilih pada masing-masing group,

sebanyak tiga Gapoktan. Sehingga total Gapoktan sampel dalam penelitian ini

sebanyak enam Gapoktan.

Untuk menjawab tujuan kedua, dipilih sampel petani anggota dari masing-

masing group Gapoktan. Petani sampel terdiri atas petani yang sudah menerima

dana PUAP, selanjutnya disebut petani PUAP, dan petani yang belum menerima

dana PUAP, selanjutnya disebut petani non PUAP. Pemilihan sampel petani

dilakukan secara purposive sampling (secara sengaja), berdasarkan kriteria: (1)

petani yang berusahatani padi, (2) petani yang sudah menerima dana

pinjaman/kredit dari Gapoktan, (3) petani anggota yang berperan aktif dalam

kegiatan organisasi Gapoktan, dan (4) petani yang mengalokasikan dana

pinjaman/kredit untuk membeli input produksi. Jumlah populasi petani anggota

berdasarkan kriteria tersebut, terpilih 44 orang pada Gapoktan PUAP dan 43

orang pada Gapoktan Non PUAP.

Penentuan jumlah sampel dari populasinya untuk masing-masing group,

dihitung berdasarkan rumus yang dikemukakan Yamane (1967), yaitu:

[1]

Keterangan:

n = Jumlah sampel

N = Jumlah Populasi

d2

= Presisi (ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 95%)

Page 57: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

41

Berdasarkan perhitungan di atas, maka jumlah petani padi yang dijadikan

sampel penelitian untuk masing-masing group sebanyak 30 orang. Di samping itu,

penentuan jumlah petani padi di tiap Gapoktan terpilih dilakukan secara

proporsional (proportionate random sampling). Menurut Riduwan dan Kuncoro

(2011), alokasi proporsional tersebut adalah:

[2]

Keterangan:

ni = Jumlah petani sampel dari Gapoktan terpilih ke-i

Ni = Jumlah seluruh petani sampel dari Gapoktan terpilih ke-i

N = Jumlah petani seluruh Gapoktan terpilih

n = Jumlah petani sampel semua Gapoktan terpilih.

Berdasarkan perhitungan persamaan 2, maka diperoleh jumlah petani sampel

untuk masing-masing Gapotan seperti disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah petani sampel di tiap Gapoktan terpilih

No. Nama Gapoktan Kode

Gapoktan Kecamatan Desa

Jumlah

Anggota

Jumlah

Petani

Padi

Jumlah

Sampel

Gapoktan PUAP

1 Saluyu Utama (2008) A Ciasem Ciasem Tengah 50 15 10

2 Mitra Tani (2008) B Ciasem Sukahaji 35 7 5

3 Mitra Tani (2010) C Patok Beusi Tambak Jati 60 22 15

Jumlah 44 30

Gapoktan Non PUAP

1 Jaya Laksana X Ciasem Ciasem Hilir 60 15 10

2 Warga Tani Y Ciasem Pinang Sari 31 14 10 3 Makmur Tani Z Patok Beusi Ranca Bango 45 14 10

Jumlah 43 30

Tahapan Penentuan Sampel Gapoktan dan Petani

Tahapan penentuan sampel Gapoktan dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data Gapoktan-Gapoktan yang sudah menerima dana BLM

PUAP. Data tersebut bersumber dibeberapa instasi seperti Pusat Pembiayaan,

BPTP Jabar, dan BBP2TP. Data yang terkumpul, diidentifikasi dan dipilah

berdasarkan Gapoktan yang telah berhasil menumbuhkembangkan LKM-A,

2. Hasil dari identifikasi data Gapoktan yang sudah membentuk LKM-A,

selanjutnya dipilah lagi berdasarkan nilai perkembangan asset atau

kepemilikan modal LKM-A, persentase tingkat perkembangan modal LKM-

A dari modal awal (Rp. 100 juta), persentase modal keswadayaan yang

dimiliki Gapoktan, (indikatornya persentasi melebihi 50% dari dana awal

(100juta), itu yang diambil,

3. Setelah terpilih beberapa Gapoktan/LKM-A, kemudian ditentukan indikator

berikutnya, yakni Gapoktan yang usaha ekonomi produktifnya berbasis padi,

4. Dari data beberapa Gapoktan terpilih yang berbasis padi, dipilah kembali

dengan pertimbangan tingkat persentasi capaian produktivitas dan luas lahan

Page 58: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

42

garapan yang dikelola Gapoktan. Gapoktan yang dipilih yakni Gapoktan yang

memiliki garapan lahan padi lebih luas dan mempunyai tingkat produktivitas

tertinggi,

5. Selanjutnya data yang terpilih, diverifikasi dengan kondisi eksisting

dilapangan. Proses verifikasi melalui pendekatan Focus Group Discution

(FGD) dengan melibatkan tokoh kunci yang terdiri atas penyuluh

pendamping (PPL), Penyelia Mitra Tani (PMT), Kepala Desa, dan Dinas

Pertanian Kabupaten dan Kecamatan. Adapun pengambilan sampel Gapoktan

pada tahap ini, yakni selain mempertimbangkan indikator yang sudah

disampaikan sebelumnya, juga lebih menekankan pada aktivitas berjalannya

sistem ke organisasian, seperti rutinitas rapat anggota, rapat tahunan, rutinitas

simpan pinjam, keaktifan para pengurus dan anggota, sejauh mana kekuatan

modal sosial para aktor yang bermain di Gapoktan. Serta mempelajari

kelengkapan dokumen-dokumen yang dimiliki Gapoktan yang mengacu pada

Pedum PUAP.

Tahapan penentuan sampel petani dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Langkah awal yang dilakukan yakni dengan melihat daftar petani yang sudah

menerima pinjaman/kredit dari Gapoktan, dari data-data tersebut dipilih

petani yang berusahatani padi,

2. Data petani yang terpilih, kemudian dipilah kembali dengan menerapkan

indikator petani yang mengalokasikan dana pinjaman/kredit tersebut untuk

membeli input produksi. Tahap ini melalui pendekatan dengan melihat jurnal

atau buku besar Gapoktan, atau menanyakan langsung kepada pengurus

Gapoktan dan Kelompok Tani, serta menelusuri informasi pada kios-kios

penjual saprodi yang berada diwilayah domisili petani sampel,

3. Selanjutnya memilih petani peminjam yang berperan aktif dalam kegiatan

keorganisasian, hal ini dimaksudkan untuk menggali sejauhmana

pengetahuan petani terhadap Gapoktannya, dan perspektif petani anggota

terhadap kinerja Gapoktan dalam mengelola dan mengembangkan modal

Gapoktan, usaha produktif Gapoktan, dan bagaimana aturan main

keorganisasian Gapoktan.

Analisis Kinerja Gapoktan

Untuk menjawab tujuan pertama, dilakukan penilaian atau skoring terhadap

kinerja Gapoktan PUAP. Penilaian kinerja merupakan penentuan secara periodik

efentifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya

berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya. Karena

organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia, maka penilaian kinerja

sesungguhnya merupakan penilaian atau perilaku manusia dalam melaksanakan

peran yang petani mainkan dalam organisasi.

Skoring Gapoktan didasarkan pada keragaan kinerja Gapoktan. Dalam

penelitian ini penilaian kineja Gapoktan ditinjau dari 4 (empat) atribut kinerja

Gapoktan. Keempat atribut tersebut adalah efektifitas organisasi, efisiensi

Page 59: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

43

organisasi, relevansi organisasi, dan pencapaian kemandirian keuangan organisasi.

Atribut kinerja tersebut yang dijadikan sebagai instrumen dalam penggalian data-

data yang dibutuhkan dalam penelitian.

Berikut dikemukaan panduan (guide) dalam penggalian data-data yang

dibutuhkan dalam penelitian. Selanjutnya dari guide tersebut dituangkan kedalam

kuesioner. Guide tersebut diantaranya:

(1) Aspek Efektivitas organisasi bergerak maju menuju misi dan tujuannya

sendiri:

1. Bagaimana kinerja organisasi dalam hal pencapaian utama (major

achievements), tingkat produktifitas organisasi dalam kaitannya dengan

misi dan nilai-nilai dalam organisasi, dan daya guna produk-produknya

(utilization of results)?

2. Bagaimana kinerja staf/pengurus dalam hal pelayanan (clients served),

dan kualitas pelayanan/produk?

3. Bagaimana kinerja pelayanan, misalnya bagaimana dukungan terhadap

komunitas riset, dan transfer teknologi?

(2) Aspek Efisiensi organisasi dalam menuju misinya:

1. Bagaimana perbandingan antara biaya yang telah dikeluarkan dibagi

jasa yang dihasilkan (rate costs/services)?

2. Bagaimana produktivitas anggota?

3. Bagaimana sistem administrasi yang dijalankan?

(3) Aspek Relevansi (kesesuaian) organisasi sepanjang waktu:

1. Bagaimana adaptasi dari misi utamanya ketika terjadi perubahan

kondisi?

2. Bagaimana kebutuhan stakeholders dapat dipenuhi?

3. Bagaimana daya adaptasi organisasi terhadap perubahan

lingkungannya?

(4) Aspek Pencapaian (outcome) Keuangan dalam organisasi:

1. Bagaimana diversifikasi sumber pendanaan digali?

2. Bagaimana kemampuan organisasi untuk menghasilkan uang/pendanaan

sendiri?

3. Bagaimana kemampuan untuk selalu memperoleh keuntungan sepanjang

waktu?

Keseluruhan indikator dianalisis menggunakan sistem pemberian skor

penilaian, yang kemudian diuraikan secara deskriptif. Penentuan skor tersebut

menggunakan skala Likert. Skala terbesar adalah 3 (tiga) untuk jawaban yang

paling mendukung, dan skala terendah adalah 1 (satu) untuk jawaban yang kurang

mendukung. Maksud dari jawaban yang mendukung adalah adanya kesesuaian

antara kondisi yang seharusnya (harapan) dengan kondisi yang terjadi (eksisting)

pada Gapoktan sampel. Misalnya kondisi yang diharapkan pada Gapoktan sampel,

yakni sudah memiliki asset atau perkembangan modal >80% setelah tiga tahun

berjalan, dalam hal ini usaha simpan pinjam pada Gapoktan sampel, jika sesuai

maka diberi skala 3, tetapi jika belum atau <50% maka diberi skala 1.

Berdasarkan perolehan skor dari responden, selanjutnya ditentukan rentang

skala atau selang untuk menentukan kinerja Gapoktan. Selang diperoleh dari

selisih total skor tertinggi dengan total skor minimal, kemudian dibagi jumlah

kategori jawaban, rumusnya sebagai berikut (Umar 2005):

Page 60: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

44

𝑆𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔 =𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 − 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛

[3]

Berdasarkan perhitungan persamaan 3, maka diperoleh rentang skala tiap kategori

penilaian. Skala rentang penilaian yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Skala skor penilaian kinerja Gapoktan/LKM-A

Kategori Penilaian Kinerja Interpretasi Rentang Skala

A Baik 234 – 300

B Cukup 168 – 233

C Kurang 100 – 167

Selain itu, dilakukan pula dengan: (1) mempelajari dokumen-dokumen

penting, berupa gambar-gambar, tujuan organisasi, AD/ART, dokumen simpan

pinjam, laporan tahunan, laporan keuangan (financial reports), serta jasa yang

ditawarkan/disediakan organisasi, (2) mengidentifikasi fasilitas yang dimiliki,

berupa gedung, kios usaha, dan berbagai prasarana lainnya, dan (3) mempelajari

dinamika sosialnya secara umum, yaitu bagaimana sikap petani ketika berinteraksi

(siapa yang hadir, siapa yang tidak), proses pengambilan keputusan, sifat relasi

dengan organisasi, dan bagaimana pekerjaan atau apa paradigma utamanya.

Pengertian penilaian kinerja yang dikemukakan di atas tidak semata

didasarkan pada penilaian buruk tidaknya pengurus Gapoktan dalam

melaksanakan tugasnya untuk kemudian diambil tindakan organisasi. Tetapi

penilaian kinerja dapat menjadi proses pembelajaran bagi organisasi dan pihak

manajemen agar dapat menentukan langkah-langkah strategis untuk mengarahkan

aktivitas organisasi, memperbaiki tindakan-tindakan manajemen, dan terus

melakukan penilaian untuk melakukan adaptasi terhadap proses manajemen dan

mengarahkannya kepada tujuan penting organisasi

Analisis Pendapatan Usahatani Padi

Penerimaan usahatani merupakan nilai produksi yang diperoleh dari produk

total dikalikan dengan harga jual di tingkat petani. Jumlah total disini

menggambarkan hasil penjualan produk yang akan dijual juga hasil penjualan

produk sampingan. Pengeluaran atau biaya usahatani adalah nilai penggunaan

sarana produksi dan lain-lain yang mungkin diperoleh dengan membeli, sehingga

pengeluaran atau biayanya berbentuk tunai tetapi ada pula sarana produksi yang

digunakan itu berasal dari hasil usahatani sendiri, sehingga pada keadaan

demikian pengeluaran atau biaya itu merupakan nilai yang diperhitungkan.

Biaya tunai merupakan pengeluaran tunai usahatani yang dilakukan oleh

petani sendiri. Pengeluaran tunai usahatani ini secara umum meliputi biaya tetap

(fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Biaya tetap adalah biaya untuk

sarana produksi yang dipakai proses produksi yang tidak langsung mempengaruhi

jumlah produksi dan sifat penggunaannya tidak habis terpakai dalam satu kali

proses produksi. Biaya variabel adalah biaya untuk sarana produksi yang dipakai

dalam proses produksi yang langsung mempengaruhi jumlah produksi dan sifat

penggunaannya habis terpakai dalam satu kali proses produksi.

Page 61: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

45

Pendapatan usahatani padi didapatkan dengan menghitung selisih antara

penerimaan usahatani dengan biaya selama proses produksi. Perhitungan analisis

pendapatan usahatani padi, dituangkan dalam format dasar tabel usahatani seperti

yang disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Format dasar tabel usahatani padi

Komponen Jumlah Satuan

(kg/liter/HOK)

Harga/satuan

(Rp)

Nilai

(Rp) A. Biaya (cost)

Benih

Pupuk

Pestisida

Tenaga Kerja

Sewa lahan

Iuran air/pompa

Biaya lainnya:

Total Biaya

B. Penerimaan (revenue)

Produksi

Harga

Total Penerimaan

C. Pendapatan kotor

D. Hutang (risk premium)

E. Pendapatan Bersih

R/C

B/C

MBCR

Dalam perhitungan pendapatan usahatani menggunakan model persamaan

sebagai berikut:

π = TR –TC [4]

dengan ketentuan:

TR = Pq . Q

TC = TFC + TVC

= TFC + ∑Pxi . Xi

sehingga,

π = Pq . Q – (TFC + ∑Pxi . Xi) [5]

keterangan:

π = keuntungan/pendapatan

TR = Total Revenue (total penerimaan)

TC = Total Cost (total biaya)

TFC = Total Fix Cost (total biaya tetap)

TVC = Total Variabel Cost (total biaya variabel)

Py = harga jual output

Y = jumlah output yang diproduksi

Pxi = harga input ke-i

Xi = jumlah penggunaan input ke-i

i = 1,2,3, ... n

Page 62: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

46

Berdasarkan persamaan 4, maka untuk melihat peran tambahan modal usaha

(kredit) terhadap tingkat pendapatan usahatani padi petani anggota, dilakukan

dengan cara membandingkan tingkat pendapatan petani PUAP dengan petani non

PUAP. Sehingga untuk menghitung pengaruh adanya kredit melalui pendekatan

dengan rumus sebagai berikut:

∆π = π1-π2 [6]

∆π = pengaruh terhadap pendapatan

π1 = tingkat pendapatan usahatani padi petani PUAP

π2 = tingkat pendapatan usahatani padi petani non PUAP

Analisis Rasio Penerimaan atas Biaya (R/C)

Analisis rasio penerimaan atas biaya (R/C) merupakan salah satu cara untuk

mengetahui perbandingan antara penerimaan dan biaya yang dikeluarkan. Rasio

penerimaan atas biaya mencerminkan seberapa besar pendapatan yang diperoleh

setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan dalam usahatani. Untuk menghasilkan

tingkat kelayakan usahatani padi petani PUAP dan non PUAP (Soekartawi 2006),

digunakan rumus sebagai berikut:

R

C=

Total Penerimaan (TR )

Total Biaya (TC )=

P x Y

TFC +TVC

[7]

Sementara itu, dalam mengukur tingkat kelayakan usahatani padi maka terdapat

kriteria penilaian dari hasil perhitungan R/C tersebut, yaitu :

a. Apabila nilai R/C > 1, maka usahatani tersebut dikatakan menguntungkan

karena setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan

penerimaan lebih besar dari satu rupiah.

b. Apabila nilai R/C = 1, maka usahatani tersebut dikatakan impas karena setiap

satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar

satu rupiah juga.

c. Apabila nilai R/C < 1, maka usahatani tersebut dikatakan tidak

menguntungkan karena setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan

menghasilkan penerimaan lebih kecil dari satu rupiah.

Analisis Rasio Keuntungan atas Biaya (B/C)

Analisis rasio keuntungan atas biaya (B/C) merupakan salah satu cara untuk

mengetahui perbandingan antara keuntungan dan biaya yang dikeluarkan.

Menurut Soekartawi (2006), analisis benefit-cost ratio (B/C) ini pada prinsipnya

sama saja dengan analisis revenue-cost ratio (R/C), hanya saja pada analisis B/C

ini data yang diperhitungkan adalah besarnya manfaat dari proyek (PUAP) yang

dilaksanakan dalam proses produksi usahatani. Secara teoritis manfaat ini dihitung

dengan rumus sebagai berikut:

B

C=

Keuntungan (π)

Total Biaya (TC)

[8]

Page 63: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

47

Sementara itu, dalam mengukur tingkat keuntungan usahatani maka terdapat

kriteria penilaian dari hasil perhitungan B/C rasio tersebut, yaitu :

a. Apabila nilai B/C > 1, artinya setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan

menghasilkan keuntungan lebih besar dari satu rupiah.

b. Apabila nilai B/C = 1, artinya setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan

menghasilkan keuntungan sebesar satu rupiah juga.

c. Apabila nilai B/C < 1, artinya setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan

menghasilkan keuntungan lebih kecil dari satu rupiah.

Analisis Marginal Benefit Cost Rasio (MBCR)

Untuk mengungkap peran BLM PUAP terhadap pendapatan usahatani,

dilakukan melalui telaahan struktur pembiayaan dan penerimaan usahatani dengan

membandingkan kondisi pendapatan usahatani padi petani PUAP dengan petani

non PUAP. Dengan pendekatan tersebut kemudian dihitung rasio tambahan modal

terhadap tambahan pendapatan usahatani, dengan analisis Marginal Benefit Cost

Ratio (MBCR) (Swastika, 2004). Secara matematis dirumuskan sebagai berikut:

MBCR = If1 − If2

TC1 − TC2

[9]

Dimana:

If1 = Pendapatan petani PUAP (Rp)

If2 = Pendapatan petani non PUAP (Rp)

TC1 = Total biaya petani PUAP (Rp)

TC2 = Total biaya petani non PUAP (Rp)

Kaidah keputusannya, semakin besar nilai MBCR yang diperoleh semakin besar

peran tambahan modal terhadap pendapatan usahatani padi.

Analisis Independent Sample T Test

Langkah selanjutnya, dilakukan uji beda sampel tidak berhubungan

(independent sampel T test). Uji beda ini dapat disebut juga sebagai Uji-t. Uji-t

digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan nyata antara pendapatan

usahatani padi pada petani PUAP dengan petani Non PUAP. Uji-t ini merupakan

uji hipotetis dengan selang kepercayaan 95%.

Hipotesis :

H0: μ1=μ2 Hasil pendapatan petani yang sudah menerima tidak berbeda

dengan hasil pendapatan petani yang belum menerima dana

PUAP

H1: μ1≠μ2 Hasil pendapatan petani yang sudah menerima berbeda dengan

hasil pendapatan petani yang belum menerima dana PUAP

Dimana H0 merupakan hipotesis awal dan H1 merupakan hipotesis

alternatif. Hipotesis alternatif μ1≠μ2 menyatakan bahwa μ1<μ2 atau μ1>μ2. Dalam

penelitian ini jumlah dua kelompok sampel (n1 dan n2) adalah sama, maka rumus

uji beda sampel yang digunakan adalah independent sampel t-test sparated

varian, sebagai berikut:

Page 64: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

48

t =𝑋1 − 𝑋2

𝑆2

𝑛1+

𝑆2

𝑛2

[10]

dimana:

X1

= Rata-rata sampel 1 X1

n

X2

= Rata-rata sampel 2 X2

n

S

2 = Varian populasi

N = jumlah data

Varian populasi (S2) dihitung dengan rumus:

S2 = 𝑋1

2 −( 𝑋1)2

𝑁1 + 𝑋2

2 −( 𝑋2)2

𝑁2

𝑁1 + 𝑁2 − 2

[11]

Kriteria Uji:

a. Jika thitung > ttabel atau nilai signifikan ≤ 0,05, berarti Ho ditolak (terima H1),

maka perbedaannya signifikan.

b. Jika thitung ≤ ttabel atau nilai signifikan > 0,05, berarti Ho diterima (tolak H1),

maka perbedaannya tidak signifikan.

Analisis data akan dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 19. Hasil

pengolahan data kemudian dianalisis dan diinterpretasikan secara deskriptif.

Analisis Pearson Product Moment (PPM)

Menganalisis hubungan variabel kinerja Gapoktan (X) terhadap variabel

pendapatan usahatani padi petani anggota (Y), menggunakan analisis korelasi.

Analisis korelasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu korelasi Pearson

Product Moment (PPM). Korelasi ini dikemukakan oleh Karl Pearson tahun 1900.

Keguanaannya untuk mengetahui derajat hubungan antara variabel bebas

(independent) dengan variabel terikat (dependent).

Sebelum mengkorelasikan kedua variabel tersebut, yang harus diperhatikan

yakni jenis data dari kedua variabel tersebut. Variabel kinerja Gapoktan jenis

datanya ordinal, sementara variabel pendapatan usahatani jenis datanya rasio.

Kedua variabel ini tidak bisa langsung dikorelasikan, mengingat teknik analisis

korelasi PPM termasuk teknik statistik parametrik yang menggunakan data

interval dan ratio. Dengan demikian, data ordinal dari variabel kinerja Gapoktan

ditransformasi terlebih dahulu menjadi data interval. Tujuan mentransformasi data

ordinal tersebut adalah agar data mengikuti sebaran normal (Riduwan dan

Kuncoro 2011). Data ordinal sebenarnya adalah data kualitatif atau bukan angka

sebenarnya. Proses mengubah data ordinal ke data interval dapat menggunakan

bantuan metode suksesif interval (Method of Succesive Interval/MSI) (Kuncoro

2003 dan Sekaran 2003). Menurut Ali (2011) pengertian Method of Succesive

Page 65: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

49

Interval/MSI adalah metode penskalaan untuk menaikkan skala pengukuran

ordinal ke skala pengukuran interval.

Analisis PPM memiliki persyaratan lainnya yang harus dipenuhi, misalnya:

data dipilih secara acak (random), datanya berdistribusi normal, data yang

dihubungkan berpola linier, dan data yang dihubungkan mempunyai pasangan

yang sama sesuai dengan subjek yang sama. Kalau salah satu tidak terpenuhi

persyaratan tersebut analisis korelasi tidak dapat dilakukan. Rumus koefisien

korelasi PPM adalah sebagai berikut (Riduwan dan Kuncoro 2011):

rxy =n( XY) − ( X) . ( Y)

{n. X2 − ( X)2} . {n. Y2 − ( Y)2}

[12]

Korelasi PPM dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari

harga (-1 ≤ r ≤ +1). Apabila nilai r = -1 artinya korelasinya negatif sempurna, r =

0 artinya tidak ada korelasi, dan r = +1 berarti korelasinya sangat kuat. Sedangkan

arti harga r akan diinterpretasikan seperti disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Interpretasi koefisien korelasi nilai r

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

0,60 – 0,799 Kuat

0,40 – 0,599 Cukup Kuat

0,20 – 0,399 Rendah

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

Sumber: Riduwan (2005)

Besar kecilnya sumbangan variabel X terhadap Y dapat ditentukan dengan rumus

koefisien determinan sebagai berikut:

KP = r2 x 100% [13]

Dimana:

KP = Nilai Koefisien Determinan

r = Nilai Koefisien Korelasi

Analisis data akan dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 19. Hasil

pengolahan data kemudian dianalisis dan diinterpretasikan secara deskriptif.

5 GAMBARAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM PUAP

Kebijakan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

Pengembangan Usaha Agribisnis di Perdesaan yang selanjutnya di sebut

PUAP adalah bagian pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

Mandiri (PNPM-Mandiri) melalui bantuan modal usaha dalam

menumbuhkembangkan usaha agribisnis sesuai potensi pertanian desa sasaran.

Peluncuran PUAP merupakan perwujudan perhatian pemerintah untuk

mengurangi kemiskinan dan pengangguran yang jumlahnya relatif masih tinggi di

Page 66: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

50

Indonesia. Secara struktural Dana BLM PUAP merupakan bagian dari PNPM-

Mandiri, yakni program pemberdayaan masyakarat yang ditujukan untuk

mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesempatan kerja (Kementerian

Pertanian 2010a).

Skala agribisnis yang dikembangkan berbasis perdesaan, yakni kawasan

yang secara komparatif memiliki keunggulan sumberdaya alam dan kearifan lokal

(endogeneous knowledge) khususnya pertanian dan keanekaragaman hayati.

Pelaku agribisnis adalah petani. Petani dimaksud adalah perorangan, warga negara

Indonesia beserta keluarganya atau korporasi yang mengelola usaha di bidang

pertanian meliputi usaha hulu, usahatani, agroindustri, pemasaran dan jasa

penunjang (Kementerian Pertanian 2010a).

PUAP, intinya bertujuan untuk mendorong pemberdayaan masyarakat

pertanian. Pemberdayaan Masyarakat Pertanian adalah upaya-upaya yang

dilakukan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat agribisnis sehingga secara

mandiri mampu mengembangkan diri dan dalam melakukan usaha secara

berkelanjutan. Karena pembinaan ditujukan pada organisasi petani, maka

orientasinya adalah kelompok tani yang bergabung ke dalam wadah Gapoktan.

Kelompok Tani (Poktan) diartikan sebagai kumpulan petani/peternak yang

dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial,

ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan

usaha anggota (Kementerian Pertanian 2013).

Adapun Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) PUAP merujuk pada

kumpulan beberapa Kelompok Tani yang bergabung dan bekerja sama untuk

meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha dalam menjalankan usaha

produktifnya. Usaha Produktif adalah segala jenis usaha ekonomi yang dilakukan

oleh petani/kelompok tani di perdesaan dalam bidang agribisnis yang mempunyai

transaksi hasil usaha harian, mingguan, bulanan, musiman maupun tahunan

(Kementerian Pertanian 2010a).

Fasilitasi Dana PUAP bagi masyarakat sifatnya adalah bantuan langsung

masyarakat atau dikenal dengan istilah BLM. Dalam konteks PUAP, bantuan

langsung masyarakat (BLM) yaitu dana bantuan sosial untuk petani/kelompok

tani guna pengembangan usaha agribisnis di perdesaan yang disalurkan melalui

Gapoktan dalam bentuk modal usaha (Kementerian Pertanian 2010a, Ashari 2009,

Hendayana 2011).

Perencanaan kegiatannya dilakukan melalui mekanisme pengajuan Rencana

Usaha Bersama (RUB), yakni rencana usaha untuk pengembangan agribisnis yang

disusun oleh Gapoktan berdasarkan kelayakan usaha dan potensi desa. Peluncuran

Program PUAP oleh Kementerian Pertanian, memiliki tujuan sebagai berikut

(Kementerian Pertanian 2010a):

(a) Mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan

pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi

wilayah,

(b) Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, Pengurus Gapoktan,

Penyuluh dan Penyelia Mitra Tani,

(c) Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk

pengembangan kegiatan usaha agribisnis,

(d) Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau

mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan.

Page 67: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

51

Sasaran Program PUAP ini adalah mendorong berkembangnya usaha

agribisnis di desa-desa miskin yang lokasinya terjangkau, sesuai dengan potensi

pertanian desa; Mendorong berkembangnya 10.000 Gapoktan/Poktan yang

dimiliki dan dikelola oleh petani; Meningkatnya kesejahteraan rumah tangga tani

miskin, petani/peternak (pemilik dan/atau penggarap) skala kecil, buruh tani; dan

Berkembangnya usaha agribisnis petani yang mempunyai siklus usaha harian,

mingguan, maupun musiman.

Pola dasar PUAP dirancang untuk meningkatkan keberhasilan penyaluran

dana BLM PUAP kepada Gapoktan dalam mengembangkan usaha produktif

petani dalam mendukung 4 (empat) sukses Kementerian Pertanian yaitu: (1)

swasembada dan swasembada berkelanjutan, (2) diversifikasi pangan, (3) nilai

tambah, daya saing dan ekspor, dan (4) peningkatan kesejahteraan petani

(Kementerian Pertanian 2013).

Untuk pencapaian tujuan tersebut di atas, komponen utama pola dasar

pengembangan PUAP adalah (1) keberadaan Gapoktan, (2) keberadaan Penyuluh

Pendamping dan Penyelia Mitra Tani sebagai pendamping, (3) pelatihan bagi

petani, pengurus Gapoktan, dll, dan (4) penyaluran dana BLM kepada petani

(pemilik dan atau penggarap), buruh tani dan rumah tangga tani. Adapun strategi

dasar yang dikembangkan dalam PUAP, adalah: (1) pemberdayaan masyarakat

dalam pengelolaan PUAP, (2) optimalisasi potensi agribisnis di desa miskin yang

terjangkau, (3) fasilitasi modal usaha bagi petani kecil, buruh tani dan rumah

tangga tani miskin, dan (4) penguatan kelembagaan Gapoktan (Kementerian

Pertanian 2013).

Strategi operasional yang menyertai peluncuran PUAP, pada intinya

memuat beberapa kegiatan, yaitu: Pertama, pemberdayaan masyarakat dalam

pengelolaan PUAP dilaksanakan melalui: pelatihan bagi petugas pembina dan

pendamping PUAP, rekrutmen dan pelatihan bagi Penyuluh dan PMT, pelatihan

bagi pengurus Gapoktan, dan pendampingan bagi petani oleh penyuluh dan PMT.

Kedua, mengoptimalkan potensi agribisnis di desa miskin yang terjangkau

dilaksanakan melalui: identifikasi potensi desa, penentuan usaha agribisnis (hulu,

budidaya dan hilir) unggulan, dan penyusunan serta pelaksanaan RUB

berdasarkan usaha agribisnis unggulan.

Ketiga, fasilitasi modal usaha bagi petani kecil, buruh tani dan rumah tangga

tani miskin kepada sumber permodalan dilaksanakan melalui: (1) Penyaluran

BLM PUAP kepada pelaku agribisnis melalui Gapoktan, (2) Pembinaan teknis

usaha agribisnis dan alih teknologi, dan (3) fasilitasi pengembangan kemitraan

dengan sumber permodalan lainnya.

Keempat, penguatan kelembagaan Gapoktan dilaksanakan melalui: (1)

Pendampingan Gapoktan oleh Penyuluh Pendamping, (2) Pendampingan oleh

PMT di setiap Kabupaten/Kota, dan (3) Fasilitasi peningkatan kapasitas Gapoktan

menjadi lembaga ekonomi yang dimilki dan dikelola petani.

Secara operasional, terdapat sembilan tahapan yang dilalui dalam

penyelenggaraan PUAP. Kesembilan tahapan itu memiliki ruang lingkup sebagai

berikut (Kementerian Pertanian 2013):

(1) Identifikasi dan verifikasi Desa calon lokasi serta Gapoktan penerima BLM

PUAP,

(2) Identifikasi, verifikasi dan penetapan Desa dan Gapoktan penerima BLM

PUAP,

Page 68: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

52

(3) Pelatihan bagi fasilitator, penyuluh pendamping, pengurus Gapoktan,

(4) Rekrutmen dan pelatihan bagi PMT,

(5) Sosialisasi dan Koordinasi Kegiatan PUAP,

(6) Pendampingan,

(7) Penyaluran Bantuan Langsung Masyarakat (BLM),

(8) Pembinaan dan Pengendalian,

(9) Pemantauan, evaluasi dan pelaporan.

Pelaksanaan PUAP di Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat

Dinamika Penyebaran dan Pemanfaatan BLM per Sub Sektor

Provinsi Jawa Barat menjadi sasaran nasional penyebaran dana BLM

PUAP. Sampai tahun 2013, Provinsi ini menerima dana BLM PUAP untuk

periode yang keenam kalinya sejak 2008. Total Gapoktan yang sudah menerima

dana PUAP sebanyak 3.613 dari 131 kabupaten/kota, dengan dana yang sudah

tersalur sebanyak Rp. 361,3 milyar. Distribusi Gapoktan penerima dana BLM

PUAP disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Distribusi Gapoktan penerima dana bantuan langsung masyarakat

PUAP, Provinsi Jawa Barat

No. Kabupaten/Kota Jumlah Gapoktan Penerima Dana BLM PUAP

Total 2008 2009 2010 2011 2012 2013

1. Bandung 17 28 53 41 48 22 209

2. Bandung Barat 56 31 34 22 12 7 162

3. Bekasi 20 15 21 13 15 8 92

4. Bogor 25 23 26 25 47 21 167

5. Ciamis 29 23 18 53 74 7 204

6. Cianjur 42 101 91 70 14 10 328

7. Cirebon 35 34 58 72 62 15 276

8. Garut 35 28 58 26 52 23 222

9. Indramayu 35 28 22 29 60 35 209

10. Karawang 35 23 25 36 36 14 169

11. Kota Banjar 6 6 7 6 - - 25

12. Kota Bogor - - 10 11 8 3 32

13. Kota Cimahi - 6 6 2 - - 14

14. Kota Cirebon - - 1 7 7 7 22

15. Kota Depok 5 8 2 1 - - 16

16. Kota Sukabumi 8 2 6 1 7 - 24

17. Kota Tasikmalaya 1 11 13 17 16 - 58

18. Kuningan 33 29 19 38 65 12 196

19. Majalengka 81 79 33 36 25 9 264

20. Purwakarta 20 15 35 22 29 35 156

21. Subang 35 57 44 72 6 3 217

22. Sukabumi 49 37 14 28 29 16 172

23. Sumedang 35 60 50 24 13 5 187

24. Tasikmalaya 19 58 40 42 16 17 192

Jumlah 621 702 686 694 641 269 3.613

Sumber: BPTP Jawa Barat (2013)

Dana BLM-PUAP digunakan untuk anggota Gapoktan yang sudah

mempunyai usaha, sehingga pengembalian dan kesinambungan program ini akan

lebih terjamin. Berikut dikemukakan keragaan dana BLM PUAP yang terjadi pada

setiap tahun di Provinsi Jawa Barat, sejak 2008 – 2013 (Tabel 10 – 15).

Page 69: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

53

Penggunaan dana BLM-PUAP untuk Gapoktan penerima tahun 2008 di

Jawa Barat, sebagian besar digunakan untuk usaha on-farm tanaman pangan

seperti padi, kedelei, jagung, kacang tanah, sebesar 30,29%, diikuti dengan usaha

Peternakan 12,21% (domba, ayam, bebek dan sapi), komoditas hortikultura 8,74%

(cabe, tomat, buah-buahan), Perkebunan 1,97% (kakao, karet, lada), dan usaha di

bidang off-farm (pemasaran, kerajinan, industri rumah tangga) 46,793%.

Pada tahun 2008, jumlah Gapoktan yang menerima BLM PUAP tercatat

621 desa di 21 kabupaten/kota. Setiap desa mendapat dana BLM 100 juta rupiah,

sehingga untuk tahun 2008 provinsi ini memperoleh dana BLM sebesar 62,1

milyar rupiah. Kabupaten paling banyak menerima dana BLM PUAP adalah

Kabupaten Bandung Barat dan paling sedikit yaitu Kota Tasikmalaya.

Jumlah Gapoktan yang menerima dana BLM PUAP tahun 2009 jumlahnya

lebih banyak dibandingkan tahun 2008, yakni 702 Gapoktan berbanding 621

Gapoktan. Dana yang tersalurkan pada tahun 2009 sebesar Rp. 70,2 milyar.

Distribusinya tiap wilayah kabupaten berkisar antara Rp. 200 juta hingga Rp. 10,1

milyar. Bedanya dengan tahun 2008 adalah ada penambahan satu wilayah

penerima dana BLM PUAP pada tahun 2009, yakni masuknya Kota Cimahi (6

Gapoktan). Penyebaran dana penerima BLM PUAP per sub sektor tahun 2008 di

Provinsi Jawa Barat disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Penyebaran penerima dana bantuan langsung masyarakat PUAP tahun

2008 per sub sektor

No. Kabupaten/ Kota

Jumlah

Desa/

Gapoktan

Realisasi

BLM PUAP

(RP.- 000)

Realisasi Dana PUAP (%)

Tan.

Pangan Horti Kebun Ternak

Off

Farm

1 Bandung 17 1.700.000 7,74 14,35 0,00 17,44 60,47

2 Bandung Barat 56 5.600.000 12,90 12,46 0,87 0,45 73,32

3 Bekasi 20 2.000.000 78,61 1,50 3,04 7,79 9,06

4 Bogor 25 2.500.000 43,46 23,31 9,33 9,46 14,44

5 Ciamis 29 2.900.000 3,46 2,06 2,41 20,37 71,70

6 Cianjur 42 4.200.000 13,96 10,35 2,36 11,74 61,59

7 Cirebon 35 3.500.000 72,62 3,06 0,00 14,06 10,26

8 Garut 35 3.500.000 10,32 8,14 3,06 14,71 63,77

9 Indramayu 35 3.500.000 10,87 14,19 0,43 7,23 67,28

10 Karawang 35 3.500.000 63,36 3,99 0,17 6,69 25,79

11 Kuningan 33 3.300.000 34,23 4,51 0,98 38,11 22,17

12 Majalengka 81 8.100.000 32,79 8,98 0,94 5,70 51,59

13 Purwakarta 20 2.000.000 16,49 4,33 1,41 7,80 69,97

14 Subang 35 3.500.000 46,16 6,15 13,16 0,97 33,56

15 Sukabumi 49 4.900.000 41,79 13,19 0,77 10,17 34,08

16 Sumedang 35 3.500.000 53,53 8,34 2,06 17,90 18,17

17 Tasikmalaya 19 1.900.000 16,47 9,25 0,21 38,48 35,59

18 Kota Banjar 6 600.000 9,59 8,86 0,17 7,02 74,36

19 Kota Depok 5 500.000 60,68 26,49 0,00 4,35 8,48

20 Kota Tasikmalaya 1 100.000 7,00 0,00 0,00 16,00 77,00

21 Kota Sukabumi 8 800.000 0,00 0,00 0,00 0,00 100

Jumlah 621 62.100.000 636,03 183,51 41,37 256,44 −

Rata-rata 30 2.957.143 30,29 8,74 1,97 12,21 46,79

Sumber: BPTP Jawa Barat (2013)

Untuk alokasi dana BLM PUAP, hampir sama dengan Gapoktan penerima

PUAP tahun 2008, usaha yang dilakukan dari dana BLM-PUAP tersebut masih

Page 70: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

54

didominasi oleh usaha on-farm tanaman pangan yaitu sebesar 35,381%,

hortikultura 7,884%, Perkebunan 6,523%, dan peternakan 7,403%, sedangkan

kegiatan off-farm nya 42,809 % (Tabel 11).

Tabel 11. Penyebaran penerima dana bantuan langsung masyarakat puap tahun

2009 per sub sektor

No. Kabupaten/Kota

Jumlah

Desa/

Gap.

Realisasi

BLM PUAP

(RP.- 000)

Realisasi Dana PUAP

Tan.

Pangan Horti Kebun Ternak

Off

Farm

1 Bandung 28 2.800.000 7,40 13,75 1,71 24,84 52,30

2 Bandung Barat 31 3.100.000 20,08 11,47 0,00 5,61 62,84

3 Bekasi 15 1.500.000 46,99 2,71 0,21 9,06 41,03

4 Bogor 23 2.300.000 49,23 7,95 0,00 17,71 25,11

5 Cianjur 101 10.100.000 20,40 5,61 2,46 2,67 68,86

6 Ciamis 23 2.300.000 22,07 5,33 24,68 1,63 46,29

7 Cirebon 34 3.400.000 73,69 2,99 11,03 0,59 11,70

8 Garut 28 2.800.000 15,01 5,90 11,06 2,25 65,78

9 Indramayu 28 2.800.000 45,98 1,07 0,36 4,68 47,91

10 Karawang 23 2.300.000 76,43 0,87 0,00 7,04 15,66

11 Kuningan 29 2.900.000 36,23 6,77 0,05 23,60 33,35

12 Majalengka 79 7.900.000 15,89 0,95 0,25 3,16 79,75

13 Purwakarta 15 1.500.000 20,08 5,75 1,22 11,63 61,32

14 Subang 57 5.700.000 48,27 6,29 9,92 1,52 34,00

15 Sukabumi 37 3.700.000 45,03 15,15 5,00 2,28 32,54

16 Sumedang 60 6.000.000 34,24 8,61 18,73 2,02 36,40

17 Tasikmalaya 58 5.800.000 17,92 16,38 1,38 41,36 22,96

18 Kota Banjar 6 600.000 42,59 8,44 11,45 1,21 36,31

19 Kota Cimahi 6 600.000 14,15 5,71 15,38 0,00 64,76

20 Kota Depok 8 800.000 25,27 25,49 7,88 0,00 41,36

21 Kota Sukabumi 2 200.000 27,15 11,38 13,93 0,00 47,54

22 Kota Tasikmalaya 11 1.100.000 74,28 4,88 6,81 0,00 14,03

Jumlah 702 70.200.000 778,38 173,45 143,51 162,86 −

Rata-rata 32 3.213.636 35,38 7,88 6,52 7,40 42,81

Sumber: BPTP Jawa Barat (2013)

Untuk penyaluran dana BLM PUAP tahun 2010, jumlah Gapoktan yang

menerima dana tersebut relatif lebih sedikit dari tahun 2009, yakni 686 Gapoktan

berbanding 702 Gapoktan. Jumlah dana yang tersalur sebesar Rp. 68,6 milyar.

Namun sebaran kabupatennya mencapai seluruh wilayah kabupaten di Provinsi

Jawa Barat, yakni 24 Kabupaten. Pada tahun 2010, ada penambahan Gapoktan

penerima dana BLM PUAP yakni di Kota Bogor (10 Gapoktan) dan Kota Cirebon

(1 Gapoktan). Kabupaten paling banyak menerima dana BLM PUAP adalah

Kabupaten Cianjur (Rp. 9,1 milyar) dan paling sedikit yaitu Kota Cirebon (Rp.

100 juta).

Alokasi penggunaan dana BLM PUAP, polanya hampir sama dengan

tahun 2008 dan 2009 yaitu masih didominasi oleh sub sektor tanaman pangan

sebesar 30,452%, diikuti oleh usaha hortikultura 9,507, Perkebunan 1,311%, sub

sektor Peternakan 16,078% dan off-farm 41,612%. Penyebaran dana BLM PUAP

per sub sektor pada Gapoktan tahun 2010 disajikan pada Tabel 12.

Jumlah Gapoktan yang menerima dana BLM PUAP tahun 2011,

bertambah delapan Gapoktan, relatif lebih banyak dari tahun 2010 Penambahan

penerima dana ini terjadi pada Kota Bogor dan Kota Cirebon. Distribusi dana

BLM PUAP terbesar yakni Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Subang, masing-

Page 71: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

55

masing berjumlah Rp. 72 milyar, sedangkan distribusi dana terkecil yakni Kota

Depok sebesar Rp. 100 juta.

Tabel 12. Penyebaran penerima dana bantuan langsung masyarakat puap tahun

2010 per sub sektor

No. Kabupaten/ Kota

Jumlah

Desa/

Gap.

Realisasi

BLM PUAP

(RP.- 000)

Realisasi Dana PUAP (%)

Tan.

Pangan Horti Kebun Ternak

Off

Farm

1 Bandung 53 5.300.000 21,27 11,41 1,56 26,06 39,70

2 Bandung Barat 34 3.400.000 21,14 15,06 0,46 10,38 52,97

3 Bekasi 21 2.100.000 55,90 4,49 1,11 9,21 29,29

4 Bogor 26 2.600.000 38,80 15,11 0,50 27,38 18,22

5 Cianjur 91 9.100.000 17,70 6,88 0,77 6,50 68,16

6 Ciamis 18 1.800.000 38,16 4,09 0,64 32,04 25,07

7 Cirebon 58 5.800.000 45,34 6,89 1,67 24,31 21,79

8 Garut 58 5.800.000 18,41 10,59 2,88 13,33 54,80

9 Indramayu 22 2.200.000 55,05 4,73 0,00 9,75 30,48

10 Karawang 25 2.500.000 56,67 12,22 0,00 1,83 29,28

11 Kuningan 19 1.900.000 37,22 3,34 1,03 38,19 20,22

12 Majalengka 33 3.300.000 45,00 17,00 10,00 20,00 8,00

13 Purwakarta 35 3.500.000 27,73 7,07 0,54 19,11 45,55

14 Subang 44 4.400.000 27,73 7,07 0,54 19,11 45,55

15 Sukabumi 14 1.400.000 29,69 9,76 2,58 3,41 54,56

16 Sumedang 50 5.000.000 38,19 10,74 3,96 20,70 26,41

17 Tasikmalaya 40 4.000.000 30,00 12,00 10,00 10,00 38,00

18 Kota Banjar 7 700.000 41,83 2,55 8,32 14,47 32,82

19 Kota Bogor 10 1.000.000 19,28 9,78 1,00 25,81 44,14

20 Kota Cirebon 1 100.000 0,00 0,00 0,00 0,00 100

21 Kota Cimahi 6 600.000 5,33 4,00 0,00 12,46 78,21

22 Kota Depok 2 200.000 5,00 48,00 0,00 7,50 39,50

23 Kota Sukabumi 6 600.000 39,07 5,86 0,00 16,10 38,97

24 Kota Tasikmalaya 13 1.300.000 30,00 14,00 2,00 5,00 49,00

Jumlah 686 68.600.000 739,49 240,64 49,54 377,64 −

Rata-rata 29 2.862.500 30,81 10,03 2,06 15,74 41,36

Sumber: BPTP Jawa Barat (2013)

Alokasi penggunaan dana BLM PUAP tahun 2011, masih didominasi oleh

sub sektor tanaman pangan sebesar 31,35%, diikuti oleh usaha hortikultura

10,15%, Perkebunan 2,07%, sub sektor Peternakan 15,32%., dan off-farm

41,11%. Sebaran penggunaan dana PUAP Tahun 2011 disajikan pada Tabel 13.

Pada tahun 2012, jumlah Gapoktan yang menerima BLM PUAP tercatat

641 desa di 21 wilayah kabupaten/kota. Jumlah penerima dana BLM tahun 2012

relatif lebih sedikit dibanding tiga tahun sebelumnya, yakni 641 Gapoktan

berbanding 702 Gapoktan di tahun 2009, 686 Gapoktan di tahun 2010, dan 694

Gapoktan di tahun 2011. Namun masih lebih banyak jika dibanding tahun 2008

(621 Gapoktan) dan tahun 2013 (269 Gapoktan).

Dana yang disalurkan pada tahun 2012 sebesar Rp. 64,1 milyar. Distribusi

tiap wilayah kabupaten berkisar antara Rp. 700 juta hingga Rp. 74 milyar. Tiga

wilayah yang paling banyak menerima dana BLM PUAP adalah Kabupaten

Ciamis (Rp. 74 milyar), diikuti Kabupaten Kuningan (Rp. 65 milyar) dan

Kabupaten Cirebon (Rp. 62 milyar). Sedangkan wilayah yang paling sedikit

menerima dana BLM PUAP adalah Kota Cirebon dan Kota Sukabumi, masing-

masing menerima dana sebesar Rp. 700 juta rupiah.

Page 72: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

56

Tabel 13. Penyebaran penerima dana bantuan langsung masyarakat puap tahun

2011 per sub sektor

No, Kabupaten/ Kota

Jumlah

Desa/

Gap.

Realisasi

BLM PUAP

(RP,- 000)

Realisasi Dana PUAP (%)

Tan,

Pangan Horti Kebun Ternak

Off

Farm

1 Bandung 41 4.100.000 23,27 11,41 1,56 26,06 37,7

2 Bandung Barat 22 2.200.000 21,14 15,06 0,46 10,38 52,97

3 Bekasi 13 1.300.000 55,9 4,49 1,11 9,21 29,29

4 Bogor 25 2.500.000 40,8 15,11 0,5 25,38 18,22

5 Cianjur 70 7.000.000 17,7 6,88 0,77 6,5 68,16

6 Ciamis 53 5.300.000 40,16 4,09 0,64 30,04 25,07

7 Cirebon 72 7.200.000 46,34 6,89 1,67 23,31 21,79

8 Garut 26 2.600.000 18,41 10,59 2,88 13,33 54,8

9 Indramayu 29 2.900.000 55,05 4,73 0 9,75 30,48

10 Karawang 36 3.600.000 58,67 10,22 0 1,83 29,28

11 Kuningan 38 3.800.000 37,22 3,34 1,03 38,19 20,22

12 Majalengka 36 3.600.000 40,00 15,00 10,00 25,00 10,00

13 Purwakarta 22 2.200.000 27,73 7,07 0,54 19,11 45,55

14 Subang 72 7.200.000 27,73 7,07 0,54 19,11 45,55

15 Sukabumi 28 2.800.000 29,69 9,76 2,58 3,41 54,56

16 Sumedang 24 2.400.000 38,19 12,74 3,96 20,7 24,41

17 Tasikmalaya 42 4.200.000 30,00 12,00 10,00 10,00 38,00

18 Kota Banjar 6 600.000 41,83 2,55 8,32 14,47 32,82

19 Kota Bogor 11 1.100.000 23,28 12,78 1 20,81 42,14

20 Kota Cirebon 7 700.000 0 0 0 0 100

21 Kota Cimahi 2 200.000 5,33 4 0 12,46 78,21

22 Kota Depok 1 100.000 5,00 48,00 0 7,50 39,50

23 Kota Sukabumi 1 100.000 39,07 5,86 0 16,1 38,97

24 Kota Tasikmalaya 17 1.700.000 30,00 14,00 2,00 5,00 49,00

Jumlah 694 69.400.000 752,51 243,64 49,56 367,65 -

Rata-rata 54,5 5,383,238 31,35 10,15 2,07 15,32 41,11

Sumber: BPTP Jawa Barat (2013)

Seperti halnya terjadi pada empat tahun sebelumnya, dana BLM PUAP

yang didistribusikan tahun 2012, pemanfaatannya masih didominasi oleh sub

sektor tanaman pangan yakni sebesar 29,43%, diikuti oleh usaha hortikultura

8,05%, Perkebunan 1,84%, dan Peternakan 13,97%. Sementara untuk sub sektor

off-farm semebsar 34,22%. Sebaran penggunaan dana PUAP Tahun 2012

disajikan pada Tabel 14.

Jumlah Gapoktan yang menerima dana BLM PUAP tahun 2013 jumlahnya

paling sedikit dibanding tahun-tahun sebelumnya, yakni hanya berjumlah 269

Gapoktan. Hal ini mengindikasi bahwa desa yang masuk dalam kategori desa

miskin di Provinsi Jawa Barat, sudah mulai habis dengan kata lain sudah terbagi

semua. Terlihat dari lima wilayah yakni Kota Banjar, Kota Cimahi, Kota Depok,

Kota Sukabumi, dan Kota Tasikmalaya sudah tidak mendapatkan alokasi dana

BLM PUAP tahun 2013, artinya di lima kabupaten tersebut, desa miskin sudah

tidak ada. Sehingga dari 24 kabupaten lingkup Jawa Barat, pada tahun 2013,

wilayah yang mendapatkan dana BLM PUAP berjumlah 19 kabupaten/kota.

Distribusi tiap wilayah kabupaten berkisar antara Rp. 300 juta hingga Rp.

35 milyar. Kabupaten paling banyak menerima dana BLM PUAP adalah

Kabupaten Indramayu dan Purwakarta, masing-masing menerima Rp. 35 milyar.

Sedangkan yang paling sedikit yaitu Kabupaten Subang dan Kota Bogor, masing-

masing menerima Rp. 300 juta.

Page 73: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

57

Tabel 14. Penyebaran penerima dana bantuan langsung masyarakat puap tahun

2012 per sub sektor

No. Kabupaten/ Kota

Jumlah

Desa/

Gap.

Realisasi

BLM PUAP

(RP.- 000)

Realisasi Dana PUAP (%)

Tan.

Pangan Horti Kebun Ternak

Off

Farm

1 Bandung 48 4.800.000 26,27 14,41 1,56 23,06 34,70

2 Bandung Barat 12 1.200.000 28,14 17,06 0,46 8,38 45,97

3 Bekasi 15 1.500.000 59,90 6,49 2,11 8,21 23,29

4 Bogor 47 4.700.000 41,80 15,11 2,50 25,38 15,22

5 Cianjur 14 1.400.000 17,70 6,88 0,77 6,50 68,16

6 Ciamis 74 7.400.000 38,16 4,09 0,64 32,04 25,07

7 Cirebon 62 6.200.000 45,34 6,89 1,67 24,31 21,79

8 Garut 52 5.200.000 18,41 10,59 2,88 13,33 54,80

9 Indramayu 60 6.000.000 55,05 4,73 0,00 9,75 30,48

10 Karawang 36 3.600.000 56,67 12,22 0,00 1,83 29,28

11 Kuningan 65 6.500.000 37,22 3,34 1,03 38,19 20,22

12 Majalengka 25 2.500.000 40,00 15,00 10,00 25,00 10,00

13 Purwakarta 29 2.900.000 27,73 7,07 0,54 19,11 45,55

14 Subang 6 600.000 27,73 7,07 0,54 19,11 45,55

15 Sukabumi 29 2.900.000 29,69 9,76 2,58 3,41 54,56

16 Sumedang 13 1.300.000 38,19 10,74 3,96 20,70 26,41

17 Tasikmalaya 16 1.600.000 30,00 12,00 10,00 10,00 38,00

18 Kota Bogor 8 800.000 19,28 9,78 1,00 25,81 44,14

19 Kota Cirebon 7 700.000 0,00 0,00 0,00 0,00 100

20 Kota Sukabumi 7 700.000 39,07 5,86 0,00 16,10 38,97

21 Kota Tasikmalaya 16 1.600.000 30,00 14,00 2,00 5,00 49,00

Jumlah 641 64,100,000 706,35 193,09 44,24 335,22 -

Rata-rata 30,52 2.670.833 29,43 8,05 1,84 13,97 34,22

Sumber: BPTP Jawa Barat (2013)

Untuk Alokasi dana BLM PUAP tahun 2013, sebaran penggunaan dana

terbesar masih untuk pembiayaan sub sektor tanaman pangan, yakni sebesar

28,60%, diikuti oleh usaha hortikultura 8,09%, Perkebunan 2,09%, Peternakan

13,01%., dan off-farm 27,38%. Sebaran penggunaan dana PUAP Tahun 2013

disajikan pada Tabel 15.

Tidak semua Gapoktan mengalami peningkatan dana, tergantung

permasalahan yang timbul dan cara mengatasinya. Gapoktan mendapatkan dana

BLM PUAP dalam pelaksanaannya menghadapi banyak permasalahan, baik

berasal dari internal maupun eksternal Gapoktan; diantaranya sebagai berikut: (a)

masih banyak anggota Gapoktan beranggapan, bahwa BLM PUAP identik dengan

Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang tidak dikembalikan, (b) beberapa SDM

Gapoktan kurang memadai dalam pengelolaan BLM PUAP, (c) aksesbilitas

wilayah kerja PMT dan Penyuluh pendamping (PP) relatif rendah, tidak seimbang

dengan luas wilayah dan jumlah Gapoktan binaannya, (d) terbatasnya dana untuk

mendukung pelaksanaan rapat Koordinasi PUAP secara berkala, baik di tingkat

provinsi maupun kabupaten/kota. Untuk melihat kinerja Gapoktan dalam

mengelola dana BLM PUAP, perkembangan jumlah petani yang menerima, dan

adopsi teknologi perlu dibandingkan antara Gapoktan berhasil dan kurang

berhasil.

Page 74: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

58

Tabel 15. Penyebaran penerima dana bantuan langsung masyarakat puap tahun

2013 per sub sektor

No. Kabupaten/

Kota

Jumlah

Desa/

Gap.

Realisasi

BLM PUAP

(RP.- 000)

Realisasi Dana PUAP (%)

Tan.

Pangan Horti Kebun Ternak

Off

Farm

1 Bandung 22 2.200.000 29,27 18,41 1,56 20,06 30,70

2 Bandung Barat 7 700.000 33,14 20,06 0,46 8,38 37,97

3 Bekasi 8 800.000 59,90 7,49 3,11 7,21 22,29

4 Bogor 21 2.100.000 44,80 16,11 2,50 22,38 14,22

5 Cianjur 10 1.000.000 22,70 8,88 2,77 9,50 56,16

6 Ciamis 7 700.000 40,16 6,09 1,64 32,04 20,07

7 Cirebon 15 1.500.000 45,34 6,89 1,67 24,31 21,79

8 Garut 23 2.300.000 21,41 12,59 2,88 16,33 46,80

9 Indramayu 35 3.500.000 57,05 6,73 0,00 9,75 26,48

10 Karawang 14 1.400.000 56,67 12,22 0,00 1,83 29,28

11 Kuningan 12 1.200.000 39,22 3,34 4,03 36,19 17,22

12 Majalengka 9 900.000 45,00 12,00 8,00 27,00 8,00

13 Purwakarta 35 3.500.000 32,73 7,07 2,54 19,11 38,55

14 Subang 3 300.000 35,73 10,07 1,54 18,11 34,55

15 Sukabumi 16 1.600.000 35,69 13,76 2,58 3,41 44,56

16 Sumedang 5 500.000 38,19 10,74 3,96 20,70 26,41

17 Tasikmalaya 17 1.700.000 30,00 12,00 10,00 10,00 38,00

18 Kota Bogor 3 300.000 19,28 9,78 1,00 25,81 44,14

19 Kota Cirebon 7 700.000 0,00 0,00 0,00 0,00 100

Jumlah 269 26.900.000 686,28 194,23 50,24 312,12 -

Rata-rata 11.21 1.120.833 28,60 8,09 2,09 13,01 27,38

Sumber: BPTP Jawa Barat (2013)

Perspektif Pemanfaatan Dana BLM PUAP

A. Penyaluran/Distribusi Dana BLM pada Anggota Gapoktan

Berdasarkan Pedoman Umum Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

(PUAP), Rencana Usaha Bersama (RUB) disusun oleh GAPOKTAN berdasarkan

Rencana Usaha Kelompok (RUK) dan Rencana Usaha Anggota (RUA).

Penyusunan RUB oleh Gapoktan harus memperhatikan kelayakan usaha produktif

petani, yaitu: (1) budidaya di sub sektor tanaman pangan, hortikultura, peternakan,

perkebunan, dan (2) usaha non budidaya meliputi usaha industri rumah tangga

pertanian, pemasaran skala kecil/bakulan, dan usaha lain berbasis pertanian.

Tahapan penyusunan RUB adalah sebagai berikut: bila dana BLM-PUAP

sudah masuk ke rekening Gapoktan, kewajiban pertama pengurus Gapoktan

mengumumkan kepada semua anggota, bahwa dana sudah masuk rekening.

Selanjutnya melakukan pertemuan untuk membuat skedul untuk penyaluran dana

tersebut. Kebijakan penyaluran untuk Propinsi Jawa Barat Tahun 2008 sampai

dengan 2013 adalah sama yaitu dengan tahap I sebesar 30%, tahap II 30% dan

tahap III sebesar 40%. Kebijakan pencairan dana BLM-PUAP harus diketahui dan

ditanda tangani oleh Ketua Tim Tekis kabupaten/Kota. Besarnya dana BLM yang

didistribusikan kepada anggota tergantung kepada RUA (Rencana Usaha

Anggota). Karena dana BLM-PUAP ini hanya diperuntukan bagi anggota rumah

tangga tani yang miskin, maka pinjaman tidak melebihi Rp. 2 juta.

Mekanisme penyaluran dananya yaitu setiap anggota tani mengisi formulir

isian (RUA) sesuai kebutuhan yang ditanda tangani oleh anggota tani dan

Page 75: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

59

diketahui oleh penyuluh pendamping dan ditandatangani oleh Ketua Kelompok

Tani (Poktan). Penyuluh pendamping dan ketua Poktan melakukan evaluasi

terhadap kelayakan RUA tersebut. Bila sudah layak usulannya sesuai dengan

usaha yang dilakukan, selanjutnya Poktan melakukan rekapitulasi untuk segera

diajukan ke Gapoktan. RUK disusun oleh kelompok tani anggota gapoktan

berdasarkan RUA. Penyusunan RUA harus memperhatikan hasil identifikasi

potensi agribisnis yang dilakukan oleh Penyuluh Pendamping mencakup: (a)

usaha budidaya di sub sektor tanaman pangan, hortikultura, peternakan,

perkebunan, dan (b) usaha non budidaya meliputi usaha industri rumah tangga

pertanian, pemasaran skala kecil/bakulan, dan usaha lain berbasis pertanian

(tanaman pangan/hortikultura/ peternakan/ perkebunan). RUK diajukan oleh

kelompok tani kepada pengurus Gapoktan meliputi: (a) rincian nama petani

anggota, (b) usaha produktif sesuai dengan Pedum PUAP, (c) volume usaha dan

biaya, serta (d) nilai usaha dan ditandatangani petani anggota. Setelah semua

dokumen persyaratan lengkap, sesuai dan syah, barulah dana BLM PUAP

dicairkan oleh Gapoktan melalui bendahara kepada ketua Poktan. Langkah

selanjutnya, Poktan mendistribusikan kembali kepada para petani anggota.

Besarnya dana BLM PUAP yang diterima oleh masing-masing petani anggota

disesuaikan dengan RUA.

Selama penggunaan dana BLM PUAP, pengurus Gapoktan beserta Poktan

melakukan pengawasan dan pendampingan petani anggota (peminjam) dalam hal

pemanfaatannya, hal ini dimaksudkan untuk menghindari penyelewengan dana.

Begitu juga dalam hal pengembalian pinjaman tersebut, sebelum batas akhir

pinjaman (jatuh tempo), petani sudah diingatkan oleh pengurus Gapoktan dan

Poktan untuk melakukan pembayaran tepat waktu. Para petani (peminjam)

melakukan pembayaran (hutang pokok + bunga) kepada Poktan, selanjutnya

Poktan yang akan menyetorkan kepada Gapoktan. Besarnya bunga pinjaman

disepakati dan diputuskan dalam rapat anggota, umumnya antara 1,5% – 2% per

bulan, dari bunga ini nantinya dialokasikan untuk penggajikan pengurus

Gapoktan, kas Gapoktan, dan SHU peminjam. Alur petani peminjam dengan

Gapoktan dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 6. Alur Petani Peminjam dengan Gapoktan Sumber: Kementerian Pertanian (2013)

BENDAHARA USP/LKM A

SEKRETARIS

POKTAN POKTAN POKTAN POKTAN POKTAN

PETANI PETANI PETANI PETANI PETANI

KETUA GAPOKTAN

Page 76: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

60

B. Pemanfaatan BLM oleh Petani Anggota dalam Menerapkan Teknologi

Penyaluran dana BLM-PUAP pada dasarnya ditujukan untuk

meningkatkan usaha agribisnis yang dilakukan oleh petani peserta PUAP agar

pendapatan petani meningkat dan keluar dari kemiskinan. Untuk mendorong

pengembangan usaha agribisnis yang dilakukan petani, maka diperlukan inovasi

teknologi agribisnis yang mampu meningkatkan produktivitas secara signifikan.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka diperlukan kegiatan diseminasi teknologi

yang dapat dilakukan melalui pelatihan, pembuatan demplot, distribusi leaflet,

brosur dsb, terutama untuk komoditas pertanian yang banyak diusahakan oleh

petani peserta PUAP. Kegiatan diseminasi teknologi yang dilakukan adalah

sebagai berikut:

1. Pelatihan teknologi usaha agribisnis bagi PPL pendamping dan petani peserta

PUAP,

2. Pembuatan demplot teknologi usaha agribsnis di kecamatan lokasi PUAP,

3. Distribusi benih VUB teknologi agribisnis di Kecamatan lokasi PUAP,

4. Distribusi juknis dan leaflet teknologi usaha agribisnis di kecamatan lokasi

PUAP.

Kegiatan fasilitasi dilakukan dengan cara pendampingan teknologi yang

dilakukan PUAP yang terintegrasi dengan SL-PTT, FEATI dan Prima Tani.

Pendampingan teknologi dilakukan terhadap 4 komoditas yaitu padi sawah,

kedelei, padi gogo dan kacang tanah. Materi pendampingan teknologi yaitu

penerapan Model Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) pada masing-masing

komoditas disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16. Jenis inovasi teknologi pada masing-masing komoditas

Jenis Inovasi Teknologi

Padi Kedele Padi Gogo Kacang tanah

1. Varietas Unggul

Baru (VUB)

2. Benih berlabel dan

bermutu

3. Pupuk organik

4. Cara tanam legowo

2

5. Pemupukan an-

organik spesifik

lokasi

6. Pemberian pupuk

Urea berdasarkan

BWD

7. Pengendalian OPT

berdasarkan konsep

PHT

8. Bibit muda < 21 hss

9. Jumlah bibit 2-3 per

lubang

10. Pengairan berselang

11. Penyiangan dengan

lalandak/gasrok

12. Panen tepat waktu

1. Varietas Unggul

2. Pengolahan tanah

3. Pembuatan saluran

drainase

4. Pengendalian OPT

berdasarkan konsep

PHT

5. Pemupukan

berimbang

6. Pemberian bahan

organik

7. Pengaturan

pemberian air

8. Panen tepat waktu

1. Benih bermutu dan

berlabel

2. Seed treatment

3. Pemberian pupuk

organik

4. Cara tanam legowo

2

5. Tanam benih mak 5

butir/lubang

6. Pemupukan

anorganik spesifik

lokasi

7. Pengendalian OPT

berdasarkan PHT

8. Panen tepat waktu,

dan segera dirontog

Tanam cara mozaik

(dalam satu

hamparan 3

varietas)

1. Varietas Unggul

2. Pengolahan tanah

3. Pembuatan saluran

drainase dan

pembumbunan

4. Pengendalian OPT

berdasarkan

konsep PHT

5. Pemupukan

berimbang

6. Pemberian bahan

organik

7. Pengaturan

pemberian air

8. Panen tepat waktu

Page 77: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

61

Melalui kegiatan Pengkajian dan peragaan, anggota/petani penerima

BLM-PUAP menerima bimbingan dari penyuluh pendamping dengan melihat

contoh langsung di lapangan. Disamping itu juga ada kegiatan display varietas

yang dilakukan oleh SL-PTT bersinergi dengan kegiatan PUAP, sehingga saling

melengkapi dan petani dapat mengetahui dan memilih varietas mana yang disukai

dan sesuai dengan lahan usahataninya. Tujuan akhirnya adalah untuk

meningkatkan produktivitas dari masing-masing komoditas yang dikelola oleh

petani sebagai usahanya, juga agar komponen teknologi PTT lebih spesifik lokasi

(sesuai kondisi setempat) dan untuk mempercepat transfer teknologi oleh petugas

lapang ke petani sebagai pengguna teknologi (Irawan dan Nurawan 2010).

C. Peranan Dana BLM PUAP Terhadap Penguatan Modal

Sesuai pedum Gapoktan penerima BLM adalah Gapoktan yang dibentuk

dan dibina oleh Dinas atau Badan terkait, dan anggota tani yang mendapatkan

adalah petani yang miskin, tidak bankable, sulit akses ke bank, tetapi aktif di

dalam oraganisasi Gapoktan. Sasaran PUAP itu sendiri adalah petani-petani

gurem, yang sebelumnya sudah mempunyai usaha baik on-farm maupun off-farm

di bidang pertanian.

Adanya BLM-PUAP ini kapasitas produksi lebih dapat ditingkatkan dan

usahanya dapat berjalan dengan lebih lancar lagi. Hal ini terbukti dari Gapoktan-

Gapoktan penerima BLM-PUAP Tahun 2008, modalnya makin menguat dan

bertambah. Dari total Rp. 62,1 milyar dana BLM PUAP yang disalurkan tahun

2008 telah berkembang menjadi Rp. 68,39 milyar pada Desember 2011, atau

meningkat sekitar 10,13%. Peningkatan tertinggi terjadi di Kabupaten Bandung

yakni sebesar 37,06%. Sementara yang terkecil bahkan minus terjadi di

Kabupaten Cianjur (-0,97%), hal ini diakibatkan adanya dana yang masih

tertunggak di petani. Proporsi peningkatan paling tinggi terjadi di Kabupaten

Bandung, diikuti Ciamis dan Kota Tasikmalaya. Perkembangan dana BLM PUAP

pada Gapoktan 2008 disajikan pada Tabel 17.

Berbeda dengan kondisi Gapoktan penerima dana tahun 2008, untuk

Gapoktan penerima dana tahun 2009 di masing-masing kabupaten/kota

perkembangan dananya lebih cepat, mengingat untuk Gapoktan penerima dana

tahun 2009 ini lebih terencana dan persiapannya lebih matang, dengan kata lain

sudah ada pembelajaran dari tahun sebelumnya. Terlihat dari sudah terbitnya

kelengkapan materi baik pedoman umum, juklak maupun juknis untuk

pendampingan kepada Gapoktan 2009 sebelum dana ditranfer ke rekening

Gapoktan. Sehingga para pengurus Gapoktan mengetahui aturan main dan

tatacara pengelolaan dana BLM PUAP ini.

Dana BLM PUAP di tiap kabupaten telah mengalami perkembangan. Hal

itu ditunjukkan oleh besaran nilai Dana BLM PUAP pada tahun buku 2011. Dari

total Rp. 70,2 milyar dana BLM PUAP yang disalurkan tahun 2009 telah

berkembang menjadi Rp. 92,7 milyar pada Desember 2011, atau meningkat

sekitar 32,06%. Peningkatan ini relatif lebih besar jika dibandingkan tahun

sebelumnya, yakni 10,13% berbanding 32,06%. Proporsi peningkatan paling

tinggi terjadi di Kabupaten Sumedang (61,92%) dan terkecil Kabupaten Kuningan

(6,66%). Kondisi ini dapat dilihat pada Tabel 18.

Page 78: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

62

Tabel 17. Perkembangan dana bantuan langsung masyarakat PUAP tahun 2008 di

Provinsi Jawa Barat, per 31 Desember 2011

No. Kabupaten/Kota Jumlah Desa/

Gapoktan

Realisasi

BLM PUAP

(Rp. 000)

Perkembangan

Dana s/d 2011

(Rp. 000)

Peningkatan

(%)

1. Bandung 17 1.700.000 2.330.140 37,06

2. Bandung Barat 56 5.600.000 6.322.865 12,91

3. Bekasi 20 2.000.000 2.155.663 7,78

4. Bogor 25 2.500.000 2.715.155 8,61

5. Ciamis 29 2.900.000 3.733.423 28,74

6. Cianjur 42 4.200.000 4.159.258 -0,97

7. Cirebon 35 3.500.000 3.811.726 8,91

8. Garut 35 3.500.000 4.321.622 23,47

9. Indramayu 35 3.500.000 3.850.000 10,00

10. Karawang 35 3.500.000 3.547.817 1,37

11. Kuningan 33 3.300.000 3.450.000 4,54

12. Majalengka 81 8.100.000 8.251.000 1,86

13. Purwakarta 20 2.000.000 2.366.958 18,34

14. Subang 35 3.500.000 3.931.157 12,32

15. Sukabumi 49 4.900.000 5.251.757 7,18

16. Sumedang 35 3.500.000 3.760.295 10,41

17. Tasikmalaya 19 1.900.000 2.209.059 16,27

18. Kota Banjar 6 600.000 660.588 10,09

19. Kota Depok 5 500.000 545.255 9,05

20. Kota Tasikmalaya 1 100.000 122.762 22,76

21. Kota Sukabumi 8 800.000 895.327 11,91

Jumlah 621 62.100.000 68.391.827 10,13

Sumber: BPTP Jawa Barat (2013)

Tabel 18. Perkembangan dana bantuan langsung masyarakat 2009 di Provinsi

Jawa Barat, per 31 Desember 2011

No. Kabupaten/Kota Jumlah Desa/

Gapoktan

Realisasi

BLM PUAP

(Rp. 000)

Perkembangan

Dana s/d 2011

(Rp. 000)

Peningkatan

(%)

1. Bandung 28 2.800.000 3.500 000 25.00

2. Bandung Barat 31 3.100.000 4.301.817 38.77

3. Bekasi 15 1.500.000 1.841.980 22.80

4. Bogor 23 2.300.000 3.000.000 30.43

5. Cianjur 101 10.100.000 11.179.000 10.68

6. Ciamis 23 2.300.000 3.580.938 55.69

7. Cirebon 34 3.400.000 4.969.687 46.17

8. Garut 28 2.800.000 3.371.552 20.41

9. Indramayu 28 2.800.000 3.600.000 28.57

10. Karawang 23 2.300.000 3.540.325 53.93

11. Kuningan 29 2.900.000 3.093.000 6.66

12. Majalengka 79 7.900.000 8.693.575 10.05

13. Purwakarta 15 1.500.000 2.427.495 61.83

14. Subang 57 5.700.000 8.639.490 51.57

15. Sukabumi 37 3.700.000 4.845.625 30.96

16. Sumedang 60 6.000.000 9.715.436 61.92

17. Tasikmalaya 58 5.800.000 7.963.197 37.30

18. Kota Banjar 6 600.000 964.860 60.81

19 Kota Cimahi 6 600.000 758.425 26.40

20. Kota Depok 8 800.000 1.200.202 50.03

21. Kota Sukabumi 2 200.000 271.752 35.88

22. Kota Tasikmalaya 11 1.100.000 1.250.000 13.64

Jumlah 702 70.200.000 92.708.356 32,06

Sumber: BPTP Jawa Barat (2013)

Page 79: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

63

D. Pembentukan dan Perkembangan LKM-A

Tujuan pembentukan LKM-A adalah mengenalkan dan membiasakan

anggota untuk menabung dan berlaku produktif, menyediakan kebutuhan modal,

membudayakan pengelolaan ekonomi rumah tangga dengan tertib, membangun

sikap hidup hemat, cermat dan bijaksana dalam penggunaan uang serta

membangun jiwa wirausaha. Sesuai pedum, bahwa pembentukan LKM-A baru

dapat dilaksanakan pada tahun ketiga, dimana tahun pertama merupakan usaha

simpan pinjam, tahun kedua Unit Permodalan Gapoktan (UPG). Pada dasarnya

pembentukan LKM-A yang sesunguhnya di dalam Gapoktan tidaklah mudah,

mengingat pengurus Gapoktan masih disibukan dengan berbagai adimistrasi

dalam Gapoktan itu sendiri.

LKM-A sendiri dibentuk oleh Gapoktan, dan kedudukannya sama dengan

seksi-seksi lainnya yang mendukung Gapoktan dalam hal pengelolaan dana.

Seperti yang sudah dikemukakan dilatar belakang, bahwa Gapoktan penerima

dana BLM PUAP tahun 2008 -2011 lingkup Provinsi Jawa Barat, sudah berhasil

menumbuhkembangkan LKM-A sebanyak 151 LKM-A dari 2.703 desa (Gambar

1), jumlah ini masih sangat sedikit, hanya 5,3% pertumbuhannya. Jika dilihat dari

peraturan yang ada di Pedum PUAP, idealnya pada tahun ketiga, Gapoktan

penerima dana BLM PUAP seharusnya sudah membentuk LKM-A.

Berititik tolak dari uraian tersebut, menurut Hermawan dan Andrianyta

(2012) bahwa faktor yang menghambat tumbuh dan berkembangnya LKM-A

terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup beberapa

aspek, antara lain pengurus belum mencapai realisasi penyaluran dana,

penggalangan dana belum berjalan dengan baik, penguasaan sistem pembukuan

masih lemah. Ditambah pula pencairan dana ke petani yang dilakukan oleh

Gapoktan terlambat, Gapoktan masih kurang memahami cara pembuatan

laporan/pengisian blangko laporan yang tersedia dan lembaga keuangan mikro,

meskipun bimbingan telah diberikan. Faktor internal yang juga menghambat

yakni ketua poktan tidak membagikan dana seluruhnya ke anggota karena takut

anggotanya tidak mau membayar bahkan ada pengurus Gapoktan yang

beranggapan jika LKM-A terbentuk maka peran dari Gapoktan itu sendiri akan

hilang. Disamping itu kurangnya keterampilan atau keahlian dalam hal

pembukuan yang sesuai dengan standar lembaga keuangan resmi.

Di sisi lain, faktor eksternal yang dihadapi meliputi beberapa aspek

diantaranya terdapat pemahaman yang salah terhadap dana BLM PUAP. Sebagai

contoh ada kecenderungan masyarakat/petani saat ini menganggap apapun bentuk

bantuan adalah gratis (tidak perlu dikembalikan seperti halnya BLT). Lagipula,

terdapat penjadwalan ulang Rencana Usaha Anggota (RUA) dalam penggunaan

dana oleh petani dan masalah jarak yang jauh diikuti oleh sarana transportasi yang

kurang memadai sehingga pembinaan Penyelia Mitra Tani (PMT) menjadi

terkendala.

Upaya pemecahan masalah tersebut membutuhkan peran aktif dari

berbagai pihak, terutama pemerintah khususnya Kementerian Pertanian. Oleh

sebab itu, perlu diambil langkah-langkah dalam rangka perbaikan program ke

depan. Langkah-langkah perbaikan diantaranya adalah mempercepat waktu

pengajuan usulan penerima program dari tahun sebelum pelaksanaan, atau

memperpendek proses seleksi calon penerima bantuan sehingga pencairan

Page 80: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

64

bantuan dapat dilakukan lebih cepat sesuai dengan masa tanam petani.

Selanjutnya, melaksanakan pemantauan secara berkelanjutan melalui kunjungan

dan laporan dari lapangan, mengevaluasi pelaporan penyaluran dana secara

berkala.

Langkah berikutnya adalah melaksanakan pembinaan dan pendampingan

terhadap Gapoktan pelaksana program PUAP khususnya dalam rangka

menumbuhkembangkan LKM-A. Selanjutnya adalah memberikan pembinaan dan

meluruskan paradigma petani anggota dan pengurus Gapoktan tentang dana

PUAP bukanlah BLT meningkatkan peran penyuluh lapangan dan PMT dalam

pengelolaan dana, realisasi dana, pelaporan keuangan, serta pendampingan

teknologi. Tidak kalah penting adalah mengedepankan penguatan kelembagaan

kelompok tani melalui beragam kegiatan bersama dalam seluruh rangkaian baik

apresiasi LKM-A maupun apresiasi teknologi yang bertujuan untuk meningkatkan

wawasan, pengetahuan, dan keterampilan dalam pelaksanaan pengelolaan

keuangan PUAP dan peningkatan keterampilan di bidang teknologi yang

berkaitan dengan usaha produktif di lokasi PUAP.

Diawal berdirinya LKM-A di Jawa Barat memiliki aturan main sebagai

berikut: (1) LKM-A berasal dari unit otonom simpan pinjam yang berada pada

Gapoktan, (2) pengelola LKM-A dipilih dalam rapat anggota diwakili oleh

pengurus Poktan dan Gapoktan, (3) pengelola LKM-A tidak boleh dirangkap oleh

pengurus Gapoktan, dan (4) struktur LKM-A ditentukan dalam rapat

anggota.Gapoktan membuat surat penunjukan tentang pengelolaan LKM-A.

Adapun LKM-A tahap pembentukan awal seperti yang disajikan pada Gambar 7

dan perkembangannya pada Gambar 8.

Gambar 7. Struktur LKM-A Tahap Awal Berdiri Sumber: Kementerian Pertanian (2013)

Gambar 8. Perkembangan Struktur LKMA di Jawa Barat Sumber: Kementerian Pertanian (2013)

MANAJER

KASIR

ADMINISTRASI

PEMBUKUAN

MANAJER

KASIR

SEKSI PENGGALANGAN

DANA

SEKSI ADMINISTRASI

PEMBUKUAN

SEKSI ADMINISTRASI

PEMBUKUAN

Page 81: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

65

Model pengelolan LKM-A di Jawa Barat ada dua bentuk yaitu: (1) cara

konvensional, memakai jasa bunga (90%), dan (2) cara syariah, memakai sistem

bagi hasil (10%). Biaya operasional terdiri dari: (1) biaya administrasi (ATK), (2)

honor pengelola, dan (3) biaya lainnya. Keseluruhan biaya pengeluaran didapat

dari Gapoktan.

Profil LKM-A di Jawa Barat umumnya mengikuti arahan ketua Tim

Pembina Provinsi/Kabupaten yaitu: (a) organisasi: Manejer, kasir dan pembukuan

atau manejer, kasir, pembiayaan, pembukuan dan penggalangan dana, (b) SDM:

sudah mendapat pembekalan LKM-A, (c) ruang dan perangkat adm (ATK, mesin

tik, atau komputer, dll), (d) melakukan penggalangan dana: Sosialisasi ke

Poktan/anggota, perantau dan pihak lainnya, (e) menghimpun dana awal (Iuran

pokok dan Iuran wajib). Anggota punya buku tabungan, Anggota/pendiri

diarahkan untuk mempunyai simpanan khusus di LKM-A untuk meningkatkan

rasa memiliki, (f) rapat anggota dilakukan secara berkala, (g) Penyertaan dana

PUAP Rp 100 juta di pindahkan/ transfer dari Gapoktan ke LKM-A, (h)

adminstrasi keuangan telah memiliki Buku Jurnal, Buku besar , Kartu pembantu

(sebanyak jenis usaha), Rekening LKM-A di Bank, dan (i) penyaluran dana

PUAP ke petani (syaratnya anggota Gapoktan, RUA, permohonan pinjaman

melalui ketua poktan, kuitansi, jangka waktu pinjaman paling lama 10 bulan,

pengembalian secara bulanan atau yarnen).

Proses Seleksi Desa dan Pemilihan Gapoktan Penerima PUAP

Dasar pemilihan desa PUAP berdasarkan indikator desa miskin dan

tertinggal serta berbasis pertanian. Desa miskin yang dimaksud adalah desa yang

secara ekonomi pendapaan per kapitanya per tahun berada di bawah standar

minimum pendapatan per kapita nasional dan infrastruktur desa yang sangat

terbatas. Selain itu, hal yang terpenting dalam penentuan desa PUAP yakni belum

adanya program strategis dari pemerintah pada desa tersebut seperti Prima Tani,

Feati, SLPTT, Gernas Kakao, dan lain-lain. Hal ini dimaksudkan supaya jangan

terjadi tumpang tindih antar program dan untuk pemerataan dalam penerapan

program strategis pemerintah.

Kegiatan identifikasi desa dilaksanakan sesuai prosedur/juklak yang sudah

ditetapkan oleh TIM PUAP Pusat. Adapun kriteria dan penentuan desa calon

lokasi PUAP diantaranya: (1) desa berbasis pertanian, diutamakan desa miskin,

(2) memiliki Gapoktan yang sudah aktif, dan (3) desa yang belum pernah

memperoleh dana BLM PUAP. Penentuan jumlah desa calon lokasi PUAP per

kabupaten/kota, dengan pertimbangan yaitu: (1) jumlah desa yang belum

mendapatkan PUAP, (2) jumlah alokasi desa PUAP yang telah direalisasikan

sebelumnya, (3) alokasi dana pendukung untuk pembinaan yang disediakan oleh

kabupaten/kota, dan (4) adanya potensi integrasi lokasi desa dengan

program/kegiatan lainnya.

Kriteria dalam penentuan Gapoktan calon penerima dana BLM PUAP

diantaranya memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) untuk mengelola usaha

agribisnis, mempunyai kepengurusan yang aktif dan dikelola oleh petani, dan

pengurus Gapoktan adalah petani, bukan Kepala Desa/Lurah atau Sekretaris

Desa/Sekretaris Lurah. Gapoktan yang akan diusulkan sebagai calon penerima

dana BLM PUAP, diketahui oleh Kepala Desa dan Kepala Balai Penyuluhan

Page 82: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

66

Kecamatan (BPK). Pada setiap desa calon lokasi PUAP, akan ditetapkan satu

Gapoktan penerima dana BLM PUAP.

Tahapan pengusulan desa, Gapoktan dan pengurus calon pnerima BLM

PUAP dapat melalui Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk, aspirasi

masyarakat, dan Unit Kerja Eselon I Lingkup Kementerian Pertanian. Adapun

tahapannya sebagai berikut:

1. Tim Teknis Kecamatan melakukan identifikasi dan verifikasi desa, Gapoktan,

dan pengurus calon penerima BLM PUAP, mengacu kepada kriteria yang

sudah ditetapkan,

2. Hasil identifikasi dan verifikasi desa, Gapoktan dan Pengurus oleh Tim

Teknis Kecamatan selanjutnya diusulkan kepada Tim Teknis

Kabupaten/Kota, kemudian diteruskan kepada Bupati/Walikota atau pejabat

yang ditunjuk, untuk diusulkan kepada Tim PUAP pusat,

3. Desa, Gapoktan dan pengurus calan penerima BLM PUAP yang disampaikan

melalui aspirasi masyarakat dan Unit Kerja Eselon I lingkup Kementerian

Pertanian diusulkan langsung kepada Tim PUAP Pusat.

Penetapan desa, Gapoktan, dan pengurus penerima dana BLM PUAP

sebagai berikut:

1. Tim PUAP Pusat melakukan sinkronisasi terhadap usulan dari

Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk, aspirasi masyarakat dan Unit

Kerja Eselon 1 lingkup Kementerian Pertanian,

2. Tim PUAP Pusat melakukan verifikasi terhadap usulan desa, Gapoktan, dan

pengurus calon penerima dana BLM PUAP 2014 menjadi Daftar Nominatif

Sementara (DNS) PUAP,

3. DNS desa, Gapoktan, dan pengurus calon penerima dana BLM PUAP

tersebut oleh Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian disampaikan

kepada Tim Teknis PUAP Kabupaten/Kota melalui Tim Pembina PUAP

Provinsi untuk diverifikasi yang meliputi Desa, Gapoktan, dan Pengurus

(Ketua, Sekretaris dan Bendahara) Gapoktan,

4. Tim Teknis Kabupaten/Kota menyampaikan hasil verifikasi DNS berikut

kelengkapan dokumen bagi Gapoktan yang telah memenuhi persyaratan

Pembina PUAP Provinsi c.q Sekretariat Tim Pembina PUAP Provinsi, dan

5. Berdasarkan hasil verifikasi Tim PUAP Pusat, Direktur Jenderal Prasarana

dan Sarana Pertanian atas nama Menteri Pertanian menetapkan Gapoktan

Penerima dana BLM PUAP dalam bentuk Surat Keputusan Menteri

Pertanian.

Adapun mekanisme usulan dan penetapan desa, Gapoktan, dan pengurus

Gapoktan calon penerima dana BLM PUAP disajikan pada Gambar 9.

Page 83: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

67

Gambar 9. Alur usulan dan penetapan desa, gapoktan, dan pengurus Sumber: Kementerian Pertanian (2013)

Sistem Penyaluran Dana BLM PUAP Kepada Petani

Sistem penyaluran dana BLM PUAP dari Gapoktan kepada petani diatur

dalam Anggarn Dasar/Anggaran Rumah Tangga Anggota (AD/ART) yang

merupakan hasil kesepakatan bersama atara pengurus Gapoktan, Penyuluh

Pertanian sebagai pendamping, dan petani.

Setelah terdaftar dan memenuhi kewajiban-kewajiban sebagai anggota,

maka petani anggota Gapoktan telah berhak meminjam dana BLM PUAP sebagai

modal usahatani dari Gapoktan. Syarat dan ketentuan untuk memperoleh

pinjaman dana BLM PUAP harus dipenuhi dan dilengkapi oleh petani. Jika syarat

pinjaman tidak dapat dipenuhi, maka petani tidak berhak untuk memperoleh

pinjaman.

Page 84: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

68

Syarat untuk memperoleh pinjaman dana BLM PUAP di Gapoktan sampel,

yaitu: (1) terdaftar sebagai anggota, (2) memenuhi kewajiban sebagai anggota, (3)

foto kopi KTP/Kartu Keluarga, (4) pas photo 3x4, (5) akad qirat (kredit)

bermaterai 6.000, (6) surat pernyataan, dan (7) Rencana Usaha Anggota (RUA).

Adapun prosedur peminjaman dana BLM PUAP di Gapoktan sampel, adalah

sebagai berikut:

1. Anggota waib mengisi formulir permohonan (menggunakan materai 6.000)

melalui pengurus kelompok tani asalnya,

2. Apabila permohonan dikabulkan tim kredit, anggota tersebut menyerahkan

jaminan sesuai pinjamannya,

3. Anggota beserta penjamin 3 orang, terdiri atas 2 orang tokoh masyarakat, dan

1 orang saksi dari keluarga, ketiganya harus menandatangani akte perjanjian

pinjaman dihadapan panitia kredit,

4. Peminjam dikenakan jasa pinjaman sebesar 2% per bulan,

5. Tenggang waktu pinjaman (jangka waktu pinjaman 4 bulan atau satu musim

tanam).

Secara operasioal penyaluran dana BLM PUAP kepada petani anggota,

sepenuhnya merupakan kebijakan dari Gapoktan. Kebijakan yang diterapkan oleh

Gapoktan merupakan hasil musyawarah dengan seluruh petani anggota. Kebijakan

penyaluran dana BLM PUAP untuk masing-masing Gapoktan sangat bervariatif.

Bagi Gapoktan PUAP yang menjadi sampel seperti Gapoktan Saluyu Utama dan

Mitra Tani (PUAP 2008), pembagian pinjaman kepada seluruh anggota yakni

secara merata sebesar Rp. 1 juta, sementara Gapoktan Mitra Tani (PUAP 2010)

sebesar Rp. 2 juta. Hal ini sebagai upaya untuk mencegah terjadinya konflik

internal antara pengurus dengan petani anggota, dan kecemburuan sosial diantara

sesama petani anggota.

Sedangkan kebijakan penyaluran pinjaman/kredit yang diterapkan oleh

Gapoktan non PUAP, yakni berdasarkan skala usaha petani anggota atau luas

lahan garapan. Bagi petani anggota yang menggarap lahan sawah seluas satu

hektar, akan berbeda jumlah pinjaman yang diterima oleh petani yang menggarap

lahan sawah dengan luasan kurang dari satu hektar.

Kebijakan lainnya, terkait pimjaman yakni reward and punishment. Bagi

petani yang tingkat pengembalian pinjaman lancar, maka pinjaman pada musim

tanam berikutnya flapon pinjamannya akan dinaikkan. Namun sebaliknya, jika

tidak lancar atau bahkan macet, maka petani tersebut akan kena sanksi sosial,

seperti tidak akan diberikan pinjaman atau bentuk bantuan lainnya, bahkan akan

dikeluarkan dari keanggotaan Gapoktan.

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Responden yang dijadikan objek penelitian ini terbagi menjadi kelompok

aksi (responden yang telah mendapatkan pinjaman dana bergulir PUAP) dan

kelompok kontrol (responden yang belum mendapatkan pinjaman dana bergulir

PUAP) di dua kecamatan yang berbeda. Deskripsi karakteristik responden dilihat

dari beberapa kriteria antara lain Usia, tingkat pendidikan, lama pengalaman

Page 85: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

69

bertani, luas kepemilikan lahan, status kepemilikan lahan, dan jumlah tanggungan

keluarga dan status pekerjaan utama.

1. Usia Responden

Berdasarkan kriteria usia, petani sampel dibagi menjadi tiga kelompok usia

yaitu kelompok usia 21-40 tahun, kelompok 41-60 tahun, dan kelompok usia 61-

80 tahun. Distribusi responden dari masing-masing kelompok usia disajikan pada

Tabel 19.

Tabel 19. Distribusi responden menurut golongan umur

Usia Petani PUAP Petani Non PUAP

Frekuansi % Frekuensi %

21-40 7 23,33 19 63,33

41-60 23 76,67 10 33,33

61-80 0 0,00 1 3,33

Jumlah 30 100,00 30 100,00

Tabel 19, menunjukkan bahwa petani PUAP sebagian besar berada pada

rentang usia 41-60 tahun (76,67%), dimana rentang usia tersebut masuk kedalam

usia produktif. Pada fase ini umumnya petani sangat responsif dan terbuka

terhadap berbagai informasi dari luar yang sifatnya untuk perbaikan dalam

usahatani. Berbeda dengan petani sampel non PUAP, mendominasi pada rentang

usia muda (21-40). Fase usia ini, secara psiologis masih taraf belajar, dan

kecendrungan untuk menolak informasi dari luar masih tinggi. Petani umumnya

dalam melakukan kegiatan usahatani masih melanjutkan pola turun temurun dari

orang tuanya sebagai petani. Selain itu, didalam sampel petani Non PUAP

terdapat responden yang berusia lanjut dan tergolong bukan usia produktif. Fase

usia ini, umumnya dalam melakukan usahatani cenderung mengaplikasikan yang

sudah dia dapat dari dulu. Sulit untuk melakukan pembaharuan atau mengadopsi

teknologi yang baru.

2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan yang banyak ditempuh oleh responden umumnya

setingkat sekolah dasar (SD) dan SLTP. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi dari

SD dan SLTP masih sedikit ditempuh oleh responden. Hanya sebagian kecil dari

petani yang mengenyam pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA).

Gambaran umum tingkat pendidikan responden disajikan pada Tabel 20.

Tabel 20. Distribusi responden menurut tingkat pendidikan formal

Tingkat Pendidikan Petani PUAP Petani Non PUAP

Frekuensi % Frekuensi %

Tidak Sekolah 0 0,00 0 0,00

SD 16 53,33 18 60,00

SLTP 10 33,33 8 26,67

SLTA 4 13,33 4 13,33

Jumlah 30 100,00 30 100,00

Page 86: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

70

Tabel 20, dapat dijelaskan bahwa sebagian besar responden hanya memiliki

jenjang pendidikan pada tingkat SD. Hal ini terlihat pada responden grup petani

PUAP memiliki persentase sebesar 63,33% dan kelompok petani Non PUAP

memiliki persentase 60% pada tingkat pendidikan SD. Sedangkan responden yang

tamatan SLTP pada kelompok petani PUAP sebesar 33,33%, dan pada kelompok

petani Non PUAP sebesar 26,67%. Sementara untuk tamatan SLTA, kedua

kelompok memiliki persentase yang sama yakni sebesar 13,33%. Secara umum

pendidikan responden pada kedua grup adalah tamat SD. Rendahnya tingkat

pendidikan responden menunjukkan bahwa kualitas sumberdaya manusia petani

belum memadai di dalam pengembangan agribisnis dan akses kesempatan kerja di

luar pertanian.

3. Lama Pengalaman Bertani

Hasil wawancara melalui kuesioner dengan para responden dapat

disampaikan bahwa sebagian besar responden berpengalaman usahatani padi lebih

dari 15 (lima belas) tahun. Lamanya pengalaman bertani ini terbagi atas 70%

untuk kelompok petani PUAP dan 50% untuk kelompok petani Non PUAP.

Sedangkan sisanya tersebar pada pengalaman bertani kurang dari 15 (lima belas)

tahun. Pengalaman bertani dari responden disajikan pada Tabel 21.

Tabel 21. Distribusi responden menurut pengalaman bertani

Pengalaman Bertani

(Tahun)

Petani PUAP Petani Non PUAP

Frekuensi % Frekuensi %

<5 0 0,00 1 3,33

6 - 10 4 13,33 5 16,67

11 - 15 5 16,67 9 30,00

>15 21 70,00 15 50,00

Jumlah 30 100,00 30 100,00

Lamanya pengalaman bertani sangat menentukan dalam menjalankan

aktivitas usahatani. Hal ini dapat mempengaruhi tingkat adaptasi terhadap

berbagai perubahan lingkungan dan perubahan iklim untuk mempertahankan

keberlangsungan aktivitas pertanian petani.

4. Luas Lahan Usahatani

Lahan merupakan modal utama dalam produksi pertanian di perdesaan,

utamanya untuk usahatani padi. Rata-rata luas lahan sawah untuk usahatani padi

yang digarap oleh petani PUAP maupun petani Non PUAP, yakni memiliki luasan

berkisar satu hektar, dan umumnya berstatus lahan milik pribadi. Namun

komposisinya berbeda, pada kelompok petani PUAP, lahan yang lebih dominan

digarap oleh responden memiliki luasan satu hektar, sementara pada petani Non

PUAP lahan yang dominan digarap memiliki luas berkisar 0,6-0,7 hektar. Secara

lebih rinci, distribusi petani responden menurut luas lahan usahatani padi

disajikan pada Tabel 22.

Page 87: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

71

Tabel 22. Distribusi responden menurut luas lahan usahatani padi

Luas Lahan

(Ha)

Petani PUAP Petani Non PUAP

Frekuensi % Frekuensi %

0,5 0 0,00 3 10,00

0,6 – 0,7 11 36,67 17 56,67

0,8 – 0,9 0 0,00 0 0,00

1 19 63,33 10 33,33

Jumlah 30 100,00 30 100,00

5. Status Kepemilikan Lahan

Proporsi satus kepemilikan lahan, baik pada kelompok petani PUAP

maupun Non PUAP adalah sama, sebanyak 93,33% responden memiliki lahan

sawah yang digarap berstatus milik pribadi. Sama halnya untuk proporsi lahan

sawah dengan sistem bagi hasil, pada kedua kelompok petani yang melakukan

bagi hasil masing-masing memiliki persentase sebesar 6,67%. Seperti yang sudah

diuraikan sebelumnya, penguasaan sumberdaya lahan pertanian bagi petani pada

kelompok petani PUAP maupun non PUAP, menunjukkan adanya indikasi

kuatnya akses lahan bagi petani di Kabupaten Subang (Kecamatan Ciasem dan

Patok Besi). Status kepemilikan dari responden disajikan pada Tabel 23.

Tabel 23. Distribusi responden menurut status kepemilikan lahan Status Kepemilikan

Lahan

Petani PUAP Petani Non PUAP

Frekuensi % Frekuensi %

Pribadi 28 93,33 28 93,33

Bagi Hasil 2 6,67 2 6,67

Sewa 0 0,00 0 0,00

Jumlah 30 100,00 30 100,00

Tabel 23, menunjukkan bahwa petani sampel pada kedua grup sebagian

besar adalah petani pemilik. Sehingga petani secara mandiri dapat mengelola

lahannya untuk usahatani, utamanya petani tidak perlu terbebani oleh biaya sewa

lahan. Mengingat biaya sewa lahan akan menjadi biaya tambahan bagi petani di

dalah usahataninya, karena akan mengurangi pendapatan petani.

6. Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga dapat mengukur tingkat kemampuan petani

dalam menghidupi keluarganya secara layak dari hasil usahataninya. Dengan luas

lahan usahatani yang biasanya relatif tetap maka besarnya tanggungan keluarga

menjadi faktor yang akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan keluarga petani

tersebut. Distribusi jumlah tanggungan keluarga (termasuk kepala keluarga) petani

responden kelompok Petani PUAP dan Non PUAP disajikan pada Tabel 24.

Terlihat bahwa sebagain besar jumlah tanggungan keluarga di kedua

kelompok tersebut berada di kisaran jumlah tanggungan 4-5 orang, yakni sebesar

66,67% untuk kelompok petani PUAP dan 80% untuk kelompok petani Non

PUAP. Kondisi ini merupakan salah satu ciri yang menonjol pada petani di

perdesaan adalah ukuran keluarga yang relatif besar. Jumlah anak cenderung

banyak, karena anak dinilai bukan sebagai aset (investasi), tetapi sebagai sumber

Page 88: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

72

faktor produksi (tenaga kerja) untuk menambah pendapatan keluarga. semakin

banyak jumlah tanggungan keluarga akan memperkecil pendapatan per kapita,

karena dengan besarnya jumlah anggota keluarga akan menyebabkan biaya

pengeluaran semakin meningkat. Hal ini menyebabkan petani di perdesaan sulit

untuk keluar dari kemiskinan.

Tabel 24. Distribusi responden menurut jumlah tanggungan keluarga

Jumlah Tanggungan

(orang)

Petani PUAP Petani Non PUAP

Frekuensi % Frekuensi %

2 – 3 10 33,33 6 20,00

4 – 5 20 66,67 24 80,00

Jumlah 30 100,00 30 100,00

7. Status Pekerjaan Utama

Pekerjaan utama responden pada kedua grup petani sebagian besar

bertumpu pada aktivitas pertanian. Responden melakukan aktivitas usahatani padi

sudah lebih dari 15 tahun (turun temurun). Kondisi ini didukung oleh beberapa

hal, diantaranya yaitu: (1) tanaman pangan khususnya padi merupakan komoditas

utama di daerah responden, (2) kesesuaian kondisi wilayah untuk tumbuhnya

komoditas padi, sehingga petani yang mengalami perubahan atau penurunan hasil

panen dapat diminimalisir, (3) didukung oleh adanya hasil penelitian dari instansi

penelitian komoditas padi baik pemerintah maupun perusahaan BUMN, sebut saja

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat, Balai Besar Penelitian

Padi dan PT Syang Hiang Sri (SHS). Sehingga hal tersebut mendorong sebagian

besar petani responden untuk mengusahakan komoditas ini, dan menjadikannya

sebagai pekerjaan utamanya dan (4) jika dikaitkan dengan jenjang pendidikan

yang dimiliki petani, sebagian responden hanya menempuh pendidikan formal

sampai SD, hal ini yang menyebabkan petani tidak berkeinginan untuk mencari

pekerjaan lain di luar sektor pertanian. Data distribusi responden menurut

pekerjaan utama disajikan pada Tabel 25.

Tabel 25. Distribusi responden menurut pekerjaan utama

Pekerjaan Utama Petani PUAP Petani Non PUAP

Frekuensi % Frekuensi %

Bertani Padi 30 100,00 27 90,00

PNS 0 0,00 1 3,33

Wiraswasta 0 0,00 2 6,67

Jumlah 30 100,00 30 100,00

Namun, petani PUAP maupun petani non PUAP, rata-rata responden hampir

semua memiliki pekerjaan sampingan, seperti: beternak (domba, ayam, itik), jual

krupuk, berdagang/warung, budidaya (jamur merang, ikan hias) buruh pabrik,

buruh tani, tengkulak, kios pupuk. Hal ini dilakukan para petani sebagai strategi

untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari rumah tangganya, selama menunggu

waktu panen padi. Strategi ini dapat disebut juga sebagai strategi coping (startegi

bertahan hidup).

Page 89: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

73

8. Nilai Pinjaman/Kredit Anggota

Jumlah pinjaman/kredit dapat membantu kemampuan petani untuk

mencukupi kebutuhan secara layak dalam menjalankan aktivitas usahataninya.

Besar kecilnya jumlah pinjaman/kredit usahatani, menjadi faktor yang akan

mempengaruhi tingkat kemampuan petani utamanya dalam membeli input

produksi. Distribusi jumlah jumlah pinjaman/kredit pada Petani PUAP dan Non

PUAP disajikan pada Tabel 26.

Tabel 26. Distribusi responden menurut jumlah pinjaman/kredit

Jumlah

Pinjaman

(Rp)

Petani PUAP Petani Non PUAP

Frekuensi

(orang)

% Frekuensi

(orang)

%

2.000.000 15 50,00 14 46,67

1.000.000 15 50,00 16 53,33

Jumlah 30 100,00 30 100,00

Berdasarkan Tabel 26, jika dilihat dari rata-rata jumlah pinjaman/kredit baik

petani PUAP maupun non PUAP hampir sama. Namun yang membedakan yakni

sumber pinjaman/kredit tersebut. Petani PUAP mendapat pinjaman/kredit untuk

usahatani bersumber dari Gapoktan. Bunga/jasa pinjaman/kredit yang diterapkan

oleh Gapoktan PUAP sebesar 10 persen per musim tanam.

Sedangkan petani non PUAP mendapatkan pinjaman/kredit dari kios atau

tengkulak. Hal ini disebabkan karena kemampuan Gapoktan non PUAP atas

permodalan untuk usaha simpan pinjam masih rendah. Bunga/jasa yang

diterapkan oleh kios/tengkulak sangat tinggi, yakni sebesar 20 persen per musim

tanam. Hal ini yang menjadi salah satu penyebab pendapatan bersih usahatani

petani non PUAP lebih rendah dari pada petani PUAP.

Keragaan Atribut Kinerja Gapotan

Setiap organisasi akan berusaha untuk mencapai tujuannya yang

disesuaikan dengan sumber daya yang dimilikinya. Kinerja organisasi yang baik

(good performance) adalah apabila semua bagian organisasi bekerja secara benar,

efektif, dan efisien, untuk mencapai tujuan tersebut.

Kinerja merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja (output)

individu maupun kelompok dalam suatu aktivitas tertentu yang diakibatkan oleh

kemampuan alami atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar serta

keinginan untuk berprestasi. Kinerja organisasi ialah hasil yang ditunjukkan oleh

sebuah organisasi atau tingkat pencapaian pelaksanaan tugas suatu organisasi

dalam upaya mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi tersebut.

Komponen utama kinerja adalah memahami dengan baik kinerja organisasi

melalui pemahaman pencapaian tujuan dengan kesesuaian tujuannya (efektivitas),

dan menggunakan sumberdaya yang relatif sedikit dalam melakukannya

(efisiensi). Dalam kontek tersebut laba hanya salah satu dari berbagai indikator

kinerja sebagai penilaian kinerja. Lebih lanjut, keragaan dalam organisasi yang

berhubungan dengan kinerja, meliputi: (a) kinerja dalam kaitannya dengan

efektivitas, (b) kinerja dalam kaitannya dengan efisiensi, (c) kinerja dalam

Page 90: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

74

kaitannya dengan relevansi yang sedang berlangsung, dan (d) kinerja dalam

kaitannya dengan viabilitas keuangan atau pencapaian kemandirian keuangan

organisasi.

1. Efektifitas Organisasi

Efektivitas adalah derajat kesanggupan sebuah sistem untuk mencapai

tujuan program melalui kebijakan yang telah ditentukan. Dalam praktiknya,

efektivitas berkaitan dengan sejumlah aspek preferensi yang berbeda dari

keterkaitan pelayanan dengan tujuan hasil program. Tujuan-tujuan dari program

itu antara lain: (1) aksesibilitas/keterjangkauan (aspek-aspek semacam

kesanggupan, representasi di antara kelompok-kelompok yang menjadi prioritas,

dan keterjangkauan fisik), (2) kesesuaian (menyocokkan pelayanan dengan

kebutuhan masyarakat/client), dan (3) kualitas (proses pertemuan standar yang

dibutuhkan atau timbulnya kegagalan pelayanan).

Analisis efektivitas organisasi Gapoktan sebagai lembaga alternatif

permodalan masyarakat, dilihat dari Perspektif masyarakat petani khususnya

anggota Gapoktan. Perspektif yang bisa digali yakni Perspektif terhadap

kemudahan mekanisme pengajuan kredit, ketepatan penyaluran kredit, pelayanan,

besaran kredit yang diberikan, lama waktu pencairan kredit dan tingkat bunga

yang ditetapkan, dilihat dari jangkauan nasabah, perkembangan jumlah nasabah,

kredit yng disalurkan, dan tabungan yang berhasil dihimpun. Perspektif tersebut

kemudian diuraikan kedalam beberapa parameter. Parameter-parameter ini

sebagai acuan dalam proses penggalian data penelitian yang berhubungan dengan

atribut efektifitas organisasi, dimana parameter-parameter tersebut dilakukan uji

validasi. Hasil uji validasi untuk indikator kinerja Gapoktan yang dilihat dari

aspek efektivitas organisasi, disajikan pada Tabel 27.

Tabel 27. Hasil uji validasi aspek efektivitas organisasi

No. Indikator Nilai

r-hitung Validitas

1. Jumlah asset yang dikelola Gapoktan 0,893 Valid

2. Akumulasi Peningkatan asset 0,893 Valid

3. Penyaluran dana PUAP untuk petani anggota 0,893 Valid

4. Penyaluran dana PUAP untuk usahatani padi 0,702 Valid

5. Gapoktan melaksanakan RAT tepat waktu 0,988 Valid

6. Gapoktan melaksanakan pertemuan rutin anggota 0,860 Valid

7. Gapoktan memiliki LKM-A dan berbadan hukum 0,893 Valid

8. Unit usaha produktif yang dikembangkan Gapoktan 0,697 Valid

9. Operasional unit usaha produktif yang dikembangkan 0,860 Valid

10. Pengambil keputusan dalam penyaluran pinjaman 0,546 Valid

11. Waktu pencairan pinjaman anggota 0,860 Valid

12. Nilai pinjaman maksimal yang disalurkan Gapoktan 0,988 Valid

13. Jumlah petani yang melakukan pinjaman ulang 0,893 Valid

14. Frekuensi pinjaman setiap anggota 0,860 Valid

15. Gapoktan melaksanakan pembinaan kepada anggota 0,926 Valid

16. Gapoktan menyalurkan pinjaman tepat waktu 0,893 Valid

17. Kecukupan nilai pinjaman yang disalurkan Gapoktan 0,860 Valid

18. Besaran pinjaman yang dapat disetujui Gapoktan 0,893 Valid

19. Sarana dan prasarana yang dimiliki Gapoktan 0,926 Valid

20. Aksesibilitas lokasi kantor Gapoktan 0,621 Valid

Nilai r-tabel=0,304 (df=58 dan selang kepercayaan 95%)

Page 91: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

75

Penggalian data efektivitas organisasi ditinjau melalui perspektif

bagaimana kinerja organisasi dalam hal pencapaian utama (major achievements),

tingkat produktivitas organisasi dalam kaitannya dengan misi dan nilai-nilai

dalam organisasi, dan daya guna produk-produknya (utilization of results),

bagaimana kinerja staf/pengurus dalam hal pelayanan (clients served), dan

kualitas pelayanan/produk, dan bagaimana kinerja pelayanan, misalnya bagaimana

dukungan terhadap komunitas riset, dan transfer teknologi.

Hasil pengujian validasi pada Tabel 27, untuk masing-masing indikator

pada aspek efektifitas organisasi, seluruh r-hitung menunjukkan lebih besar dari r-

tabel (0,304) pada selang kepercayaan 95%. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh

pernyataan dalam kuisioner adalah signifikan dan dapat dinyatakan valid.

2. Efisiensi Organisasi

Efisiensi mendeskripsikan seberapa baik pengorganisasian pemanfaatan

sumberdaya dalam memproduksi pelayanan, yakni sebuah hubungan antara

kombinasi aktual dan optimal dari input yang digunakan untuk memproduksi

sejumlah output yang sudah ditetapkan (given bundle of output).

Penggalian data efisiensi organisasi ditinjau melalui perspektif bagaimana

perbandingan biaya yang telah dikeluarkan dibagi jasa yang dihasilkan,

bagaimana produktivitas anggota, dan bagaimana sistem administrasi organisasi

yang dijalankan. Dari beberapa perspektif tersebut kemudian diuraikan kedalam

beberapa parameter. Parameter-parameter ini sebagai acuan dalam proses

penggalian data penelitian yang berhubungan dengan atribut efisiensi organisasi,

dimana parameter-parameter tersebut dilakukan uji validasi. Hasil uji validasi

untuk indikator kinerja Gapoktan yang dilihat dari aspek efisiensi organisasi,

disajikan pada Tabel 28.

Tabel 28. Hasil uji validasi aspek efisiensi organisasi

No. Indikator Nilai

r-hitung Validitas

1. Gapoktan melakukan pencatatan dan pembukuan 0,977 Valid

2. Mekanisme/presedur pengajuan pinjaman 0,443 Valid

3. Gapoktan melakukan survey kepada calon peminjam 0,751 Valid

4. Gapoktan melakukan pengawasan pemanfaatan dana pinjaman

oleh anggota

0,909 Valid

5. Persyaratan yang diterapkan Gapoktan dalam pinjaman 0,565 Valid

6. Ketersediaan dana yang dimiliki Gapoktan untuk pinjaman

anggota

0,751 Valid

7. Kriteria yang diterapkan Gapoktan dalam penentuan nilai

pinjaman anggota

0,970 Valid

8. Capaian produksi usahatani anggota setelah dapat pinjaman 0,970 Valid

9. Capaian pendapatan usahatani anggota setelah dapat pinjaman 0,970 Valid

10. Pemahaman anggota terhadap tugas dan fungsi masing-masing

pengurus Gapoktan

0,970 Valid

Nilai r-tabel=0,304 (df=58 dan selang kepercayaan 95%)

Hasil pengujian validasi pada Tabel 28, untuk masing-masing indikator

pada aspek efisiensi organisasi, seluruh r-hitung menunjukkan lebih besar dari r-

tabel (0,304) pada selang kepercayaan 95%. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh

pernyataan dalam kuisioner adalah signifikan dan dapat dinyatakan valid.

Page 92: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

76

3. Relevansi (kesesuaian) Organisasi

Relevansi adalah tingkat kesesuaian antara sesuatu yang diinginkan atau

yang diharapkan (expectation) dengan kondisi yang ada atau yang dicapai

(existing). Relevansi dapat juga dimaknai kesesuaian keberadaan sesuatu pada

tempatnya atau yang diinginkan. Relevansi dalam organisasi yakni kesesuaian

dalam upaya mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang dilakukan

sepanjang waktu. Penggalian data relevansi organisasi melalui perspektif

bagaimana adaptasi dari misi utamanya ketika terjadi perubahan kondisi,

bagaimana kebutuhan stakeholders dapat dipenuhi, dan bagaimana daya adaptasi

organisasi terhadap perubahan lingkungannya. Dari beberapa perspektif tersebut

kemudian diuraikan kedalam beberapa parameter. Parameter-parameter ini

sebagai acuan dalam proses penggalian data penelitian yang berhubungan dengan

atribut relevansi organisasi. Parameter-parameter tersebut dilakukan uji validasi.

Hasil uji validasi untuk indikator kinerja Gapoktan yang dilihat dari aspek

relevansi organisasi, disajikan pada Tabel 29.

Tabel 29. Hasil uji validasi aspek relevansi organisasi

No. Indikator Nilai

r-hitung Validitas

1. Gapoktan sebagai media konsultasi dan pembelajaran anggota 0,314 Valid

2. Gapontan melakukan transparansi keuangan 0,790 Valid

3. Gapoktan menerapkan punishment bagi anggota yang kredit

macet

0,846 Valid

4. Gapoktan menerapkan reward bagi anggota yang disiplin dalam

pengembalian pinjaman

0,788 Valid

5. Gapoktan sebagai media untuk pemenuhan kebutuhan modal

usahatani anggota

0,788 Valid

Nilai r-tabel=0,304 (df=58 dan selang kepercayaan 95%)

Hasil pengujian validasi pada tabel 29, untuk masing-masing indikator

pada aspek relevansi organisasi, seluruh r-hitung menunjukkan lebih besar dari r-

tabel (0,304) pada selang kepercayaan 95%. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh

pernyataan dalam kuisioner adalah signifikan dan dapat dinyatakan valid.

4. Pencapaian Kemandirian Keuangan Organisasi

Kemandirian keuangan organisasi menunjukkan kemampuan organisasi

dalam membiayai sendiri kegiatan keorganisasian, pembangunan, dan pelayanan

kepada anggotanya. Kemandirian keuangan organisasi ditunjukkan oleh besar

kecilnya pendapatan organisasi dibandingkan dengan pendapatan organisasi yang

berasal dari sumber lain, misalnya bantuan pemerintah pusat ataupun dari

pinjaman. Kemandirian keuangan organisasi juga menggambarkan tingkat

partisipasi petani anggota dalam pengembangan organisasi.

Penggalian data pencapaian kemandirian keuangan organisasi dapat

melalui perspektif bagaimana diversifikasi sumber pendanaan organisasi digali,

bagaimana kemampuan organisasi untuk menghasilkan modal atau pendanaan

sendiri, dan bagaimana kemampuan untuk selalu memperoleh keuntungan

sepanjang waktu. Dari beberapa perspektif tersebut kemudian diuraikan kedalam

beberapa parameter. Parameter-parameter ini sebagai acuan dalam proses

Page 93: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

77

penggalian data penelitian yang berhubungan dengan atribut pencapaian

kemandirian keuangan organisasi. Parameter-parameter tersebut dilakukan uji

validasi. Hasil uji validasi untuk indikator kinerja Gapoktan yang dilihat dari

aspek pencapaian kemandirian keuangan organisasi, disajikan pada Tabel 30.

Hasil pengujian validasi pada Tabel 30, untuk masing-masing indikator

pada aspek pecapaian kemandirian keuangan organisasi, seluruh r-hitung

menunjukkan lebih besar dari r-tabel (0,304) pada selang kepercayaan 95%. Hal

ini menunjukkan bahwa seluruh pernyataan dalam kuisioner adalah signifikan dan

dapat dinyatakan valid.

Tabel 30. Hasil uji validasi aspek pencapaian kemandirian keuangan organisasi

No. Indikator Nilai

r-hitung Validitas

1. Gapoktan membuat program tabungan bagi anggota 0,993 Valid

2. Gapoktan membuat program iuran pokok dan wajib bagi anggota 0,993 Valid

3. Gapoktan memiliki modal awal (modal keswadayaan) 0,368 Valid

4. Gapoktan memiliki sumber modal dari pihak luar 0,993 Valid

5. Gapoktan memiliki anggota yang berinvestasi ke organisasi 0,368 Valid

6. Gapoktan memiliki kerjasama dengan pihak lain dalam

memperbesal modal (finansial) organisasi

0,993 Valid

7. Gapoktan memfasilitasi pemasaran hasil anggota 0,993 Valid

8. Gapoktan memiliki kerjasama dengan pihak lain dalam

melengkapi fasilitas (saprodi) organisasi

0,993 Valid

9. Tingkat bunga pinjaman yang diterapkan Gapoktan 0,368 Valid

10. Capaian pelayanan usaha simpan pinjam Gapoktan 0,993 Valid

11. Gapoktan menginvestasikan sebagian modal atau keuntungan di

Bank

0,850 Valid

12. Gapoktan memiliki perkembangan jumlah anggota 0,834 Valid

Nilai r-tabel=0,304 (df=58 dan selang kepercayaan 95%)

Lebih lanjut, dilakukan pengujian reliabilitas. Pengujian reliabilitas

tujuannya mengetahui kestabilan suatu alat ukur. Pada penelitian ini, uji

reliabilitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan internal consistency

reliability yang menggunakan koefisien Alpha Cronbach. Hal ini untuk

mengidentifikasi seberapa baik item-item dalam kuisioner berhubungan antara

satu dengan yang lainnya. Wijaya (2011), mengemukakan bahwa sebuah faktor

dinyatakan reliabel/andal jika koefisien Alpha lebih besar dari 0,6. Sebagaimana

uji validitas, uji reliabilitas juga dilakukan dengan bantuan program SPSS versi

17. Adapun hasil pengujian reliabilitas selengkapnya disajikan pada Tabel 31.

Tabel 31. Hasil uji reliabilitas

No. Indikator Alpha Reliabilitas

1. Efektifitas Organisasi 0,974 Reliabel

2. Efisiensi Organisasi 0,947 Reliabel

3. Relevansi Organisasi 0,703 Reliabel

4. Pencapaian Kemandirian Keuangan Organisasi 0,949 Reliabel

Hasil uji reliabilitas yang disajian pada tabel 21, seluruh indikator dalam

pernyataan kuisioner memiliki nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,6, artinya

semua data yang dikumpulkan melalui instrumen penelitian adalah reliabel/andal.

Page 94: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

78

Hal ini dapat dikatakan juga bahwa terjadinya kesalahan ukur dalam kuisioner

yang diisi oleh responden adalah cenderung rendah.

Perbandingan Kinerja Gapoktan PUAP dan Non PUAP

Penilaian kinerja Gapoktan ditinjau dari empat atribut kinerja organisasi,

sebagaimana yang sudah dikemukakan sebelumnya. Hasil penilaian memfokuskan

pada explorasi bagaimana perspektif responden tentang kinerja Gapoktan, dimana

responden merupakan petani anggota dari Gapoktan tersebut. Hasil penilaian

terhadap kinerja Gapoktan PUAP dan non PUAP disajikan pada Tabel 32.

Tabel 32. Skoring terhadap kinerja Gapoktan sampel

No. Atribut Kinerja

Gapoktan

Skor

Gapoktan PUAP Gapoktan Non PUAP

A B C X Y Z

1. Efektifitas Organisasi 95 98 120 76 66 74

2. Efisiensi Organisasi 46 42 57 28 28 34

3. Relevansi Organisasi 22 20 26 16 17 16

4. Pencapaian Kemandirian

Keuangan Organisasi

39 48 81 46 46 46

Jumlah Skor 202 208 284 166 157 170

Kelas Gapoktan:

Baik (Skor: 234 – 300)

Cukup (Skor: 168 – 233)

Kurang (Skor: 100 – 167)

Cukup

(B)

Cukup

(B)

Baik

(A)

Kurang

(C)

Kurang

(C)

Baik

(B)

Pada Tabel 32, perbandingan skor kinerja Gapoktan PUAP dan non PUAP

nampak jelas, bahwa skor kinerja Gapoktan PUAP lebih tinggi. Dengan kata lain

kinerja Gapoktan PUAP lebih unggul. Berdasarkan hasil observasi, hal ini

disebabkan karena tingginya modal sosial yang melekat dalam kehidupan para

petani anggota. Hal ini selaras dengan hasil penelitian Lesmana et al. (2009).

Menurutnya, modal sosial yang dimiliki petani anggota, berpengaruh terhadap

pengembangan kinerja kelembagaan tani. Sehingga potensi dampak negatif

selama menjalankan aktivitas keorganisasian secara relatif dapat dikurangi.

Maksud dari modal sosial khususnya dalam konteks masyarakat petani dalam

penelitian ini adalah hubungan kerjasama yang berupa kerelaan untuk saling

berbagi dan saling menjaga keberlangsungan fasilitas umum, seperti kas Gapoktan

dan asset atau sarana serta prasarana pertanian yang dimiliki Gapoktan.

Selain itu, terungkap beberapa hal yang menyebabkan Gapoktan PUAP

memiliki kinerja sangat baik, diantaranya: (1) pengurus Gapoktan maupun

petugas pendamping (PMT dan Penyuluh) sudah mendapatkan pembelajaran dari

pelaksanaan PUAP tahun sebelumnya, (2) Gapoktan sudah terbentuk terlebih

dahulu sebelum adanya program, dan memiliki modal keswadayaan yang kuat, (3)

adanya hubungan yang solid dan sinergi antara petani anggota dengan pengurus,

(4) transparansi dalam pengelolaan modal (pemasukan dan pengeluaran) termasuk

keuntungan yang diperoleh organisasi, (5) kesadaran yang tinggi dari aktor-aktor

yang bermain didalam Gapoktan untuk mewujudkan organisasi petani di

perdesaan yang mandiri, berkembang, dan mampu mensejahterakan para

pelakunya, (6) sikap pengurus yang tegas dalam mengawal dan mendampingi para

petani dalam hal pemanfaatan pinjaman, (7) membangun jaringan (networking)

Page 95: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

79

dalam rangka menjalin kerjasama dengan pihak luar, baik untuk memperkuat

permodalan, sarana produksi, informasi teknologi, maupun pemasaran hasil

produksi, serta (8) diterapkannya reward dan punishment yang jelas bagi

pengurus dan anggota dalam hal pengelolaan dan pemanfaatan modal (bantuan

dana BLM PUAP). Kedelapan hal tersebut, dapat dijadikan sebagai pembelajaran

serta referensi bagi Gapoktan lainnya, dalam upaya peningkatan kinerja

organisasi.

Menurut Suprapto (2012) bahwa keberhasilan Gapoktan pelaksana PUAP

disebabkan beberapa faktor antara lain: (1) Gapoktan memiliki struktur organisasi,

AD/ART dan rencana kerjanya mengacu pada Pedoman Umum, Juklak dan

Juknis PUAP serta berbadan hukum; (2) Anggota penerima dana BLM PUAP

dipilih secara selektif oleh pengurus Gapoktan; (3) Adanya kerjasama Gapoktan

dengan pemangku kepentingan dalam upaya peningkatan produktivitas dan

pendapatan petani dan (4) Tim Pembina Provinsi, Tim Teknis Kabupaten/Kota,

Penyelia Mitra Tani dan Penyuluh Pendamping mempunyai kepedulian dan

tanggung jawab terhadap Program PUAP. Sementara penyebab ketidakberhasilan

Gapoktan ialah: (1) Kurangnya kemampuan pengurus Gapoktan dalam

memfasilitasi dan mengelola modal usaha anggota; (2) Adanya persepsi dari

anggota bahwa pinjaman dana PUAP tidak perlu dikembalikan, karena merupakan

Bantuan Langsung Tunai (BLT); (3) Dana pinjaman tidak digunakan sesuai

dengan Rencana Usaha Anggota, melainkan untuk kebutuhan lain; (4) Seleksi dan

verifikasi Rencana Usaha Bersama oleh Tim Teknis kurang memperhatikan

kelayakan usahatani/usaha anggota dan (5) Kurangnya pembinaan dan

pendampingan oleh Penyelia Mitra Tani dan Penyuluh Pendamping kepada

Gapoktan.

Lebih lanjut, keunggulan kinerja Gapoktan PUAP yakni tidak terlepas dari

unit usaha produktif yang dikembangkan oleh Gapoktan PUAP. Secara deskriptif

dapat dijelaskan unit usaha produktif tersebut, yang menentukan kinerja Gapoktan

PUAP di lokasi penelitian, sebagai berikut:

a) Unit Usaha Produksi atau Budidaya

Unit usaha produksi merupakan lembaga yang langsung mengorganisir para

petani anggota dalam mengembangkan usahataninya. Dengan adanya

program PUAP, kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan sudah

berjalan aktif sesuai dengan fungsinya, pertemuan kelompok sudah terjadwal

dengan baik, administrasi organisasi sudah tertata dengan baik dan program

kerja kelompok sudah ada.

b) Unit Usaha Sarana Produksi

Unit usaha sarana produksi seperti kios saprodi sangat diperlukan dalam

berusahatani padi sawah. Dengan adanya kios saprodi yang dikelola oleh

Gapoktan, petani merasa terbantu. Jika ada petani anggota yang memerlukan

sarana produksi seperti benih, pupuk, dan pestisida, petani dapat membeli

saprodi tersebut dengan harga yang lebih murah, serta tidak perlu

mengeluarkan biaya transportasi, yang kesemuanya itu dapat membebani

biaya produksi. Disini petani sangat diuntungkan, sehingga dapat

meminimalisir biaya transaksi petani dalam menjalankan aktivitas

usahataninya.

Page 96: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

80

c) Unit Usaha Jasa Alsintan

Unit usaha jasa alsintan merupakan unit usaha yang diperlukan untuk

pelayanan jasa penyewaan alat dan mesin pertanian. Setelah adanya PUAP,

unit usaha ini terbentuk dan dikelola oleh Gapoktan, dimana uang sewanya

akan menambah modal Gapoktan. Sebelum adanya unit usaha ini, petani

anggota dalam penggunaan alsintan harus menyewa dari petani lain atau

tengkulak yang juga memiliki alsintan, dan tentunya harganya relatuf lebih

mahal.

d) Unit Usaha Pemasaran Hasil Pertanian

Sebelum adanya unit usaha ini, umumnya petani memasarkan hasil

pertaniannya masih menjual sendiri ke tengkulak atau pedagang pengumpul

yang masuk ke desa untuk membeli hasil panennya. Setelah terbentuknya unit

usaha ini, petani mengumpulkan hasil panennya melalui Gapoktan, dan

Gapoktan membelinya dengan harga yang lebih tinggi. Selanjutnya Gapoktan

memasarkan sendiri ke pasar, baik yang ada di dalam maupun luar Kabupaten

Subang. Melalui kegiatan ini Gapoktan menerima keuntungan yang lebih

tinggi, karena langsung melakukan transaksi dengan penjual di pasar (tanpa

pelantara).

e) Unit Usaha Permodalan/Usaha Simpan Pinjam (USP)

Unit usaha ini sangat diperlukan untuk menunjang jalannya aktivitas

usahatani padi sawah. Dengan adanya PUAP, Gapoktan dituntut untuk

menumbuhkembangkan LKM-A. Lembaga ini yang menyediakan sumber

permodalan petani anggota. Modal yang dipinjamkan kepada petani

berbentuk uang. Pelunasan peminjaman dibayar setelah produksi petani

terjual. Sebelum petani menerima uang dari penjualan padinya, terlebih

dahulu dipotong dengan jumlah hutang (pokok + bunga), agar uang yang

telah dipinjamkan kepada petani lunas. Melalui USP, Gapoktan mendapatkan

keuntungan dari bunga pinjaman, yang pada ahkirnya dapat menambah modal

Gapoktan.

f) Unit Usaha Penangkaran Bibit Padi

Unit usaha ini awalnya dibentuk untuk mencukupi bibit unggul bagi petani

anggota. Namun seiring berjalannya waktu, benih yang dihasilkan oleh

Gapoktan mampu menjadi benih unggul yang bersertifikat. Sekaligus

membuat ketertarikan dari pihak luar untuk membeli bahkan menjalin kerja

sama. Salah satu perusahaan BUMN yang sudah melakukan kerjasama

perbenihan dengan Gapoktan yakni PT. Syang Hiang Sri (SHS). Melalui unit

usaha ini Gapoktan mendapatkan keuntungan ganda, diantaranya keuntungan

dari sisi pemasaran hasil produksi benih sudah jelas, dan keuntungan dari sisi

keuangan (finansial), sehinngga penguatan modal Gapoktan sangat terjaga.

g) Unit Usaha Pascapanen/Pengolahan Hasil

Penumbuhan unit usaha ini sangat penting karena akan menekan kehilangan

hasil panen, meningkatkan nilai tambah produk dan memperlancar hasil

pertanian yang diproduksi petani sesuai dengan kebutuhan pasar. Setelah

adanya unit usaha ini Gapoktan menjual produk akhirnya sudah dalam bentuk

beras dan sudah dibubuhi label Gapoktan. Untuk mendukung unit usaha ini,

Gapoktan sudah melengkapinya dengan mesin penggilingan padi, lantai

jemur dengan mesin pemanas uap, serta gudang penyimpanan. Produk ahkir

yang disediakan Gapoktan cukup bervariatif, mulai dari kemasan beras

Page 97: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

81

ukuran 5 kg, 25 kg, dan 50 kg. Melalui kegiatan ini Gapoktan mampu

mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi, sehingga menambah modal

Gapoktan.

Perbandingan Usahatani Padi antara Petani PUAP dan Non PUAP

Perbandingan usahatani digunakan untuk melihat seberapa besar

perbandingan tingkat pemakaian input dan biaya produksi serta penerimaan, dan

pendapatan yang diperoleh masing-masing petani, baik petani PUAP maupun non

PUAP. Hasil perbandingan tersebut digunakan untuk melihat seberapa besar

pengaruh adanya tambahan dana PUAP terhadap pendapatan petani padi.

Penggunaan Input Produksi untuk Usahatani Padi

Sarana produksi merupakan input yang dibutuhkan dalam menjalankan

suatu usahatani. Jenis sarana produksi yang digunakan antara petani PUAP

dengan Non PUAP pada dasarnya adalah sama, tetapi berbeda dalam hal kuantitas

dan kualitas, seperti halnya benih. Petani PUAP sebagian besar menggunakan

benih berlabel atau benih unggul . Sarana produksi yang digunakan umumnya

terdiri dari lahan, benih, pupuk (urea, TSP/SP36, NPK, Organik, ZPT, Limbah

Jamur), obat-obatan (Furadan, Altarek, Elsan, Agroxon, Antrakol, Ponstan,

Pestisida Nabati, Perangsang Daun), dan Tenaga Kerja. Komparasi penggunaan

input produksi antara petani PUAP dan non PUAP disajikan pada Tabel 33.

Tabel 33. Komparasi penggunaan input produksi berdasarkan kuantitas

Komponen Input

Produksi Satuan

Jumlah Penggunaan Input Produksi

Petani PUAP Petani non

PUAP

Perbedaan Petani

PUAP dan non PUAP

Lahan Ha 26,82 23,57 3,25

Benih Kg 16,83 16,33 0,50

Pupuk Kg 1.063,26 775,09 288,17

Pestisida Liter 15,00 9,00 6,00

Tenaga Kerja Hok 66,07 55,24 10,83

Berikut dikemukakan keragaan penggunaan input produksi yang terjadi pada

setiap komponen input produksi.

Penggunaan Lahan

Luas lahan yang digarap oleh kedua grup responden rata-rata kurang dari 1

Ha. Petani PUAP rata-rata penguasaan luas lahan 0,89 Ha. Sedangkan petani non

PUAP rata-rata pengguasaan luas lahan sekitar 0,79 Ha. Secara rata-rata

penguasaan luas lahan untuk usahatani padi antara petani PUAP dengan petani

non PUAP hampir sama, hanya selisih 0,11 Ha. Penguasaan sumberdaya lahan

pertanian bagi petani PUAP maupun non PUAP relatif cukup luas. Hal ini

menunjukkan adanya indikasi kuatnya akses lahan bagi petani. Luasnya lahan

pertanian yang digarap oleh responden mengakibatkan keluaran output hasil

pertaniannya juga akan lebih banyak dan layak untuk diusahakan.

Page 98: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

82

Penggunaan Benih

Varietas benih yang digunakan oleh responden petani PUAP dan non

PUAP adalah varietas ciherang dan mekongga. Idealnya jumlah benih yang

digunakan adalah sekitar 20 -25 kg per hektar (Purwono dan Purnamawati, 2007).

Namun rata-rata penggunaan benih yang digunakan oleh responden lebih sedikit,

hal ini dikarenakan responden menerapkan pola tanam model SRI, sehingga

dipandang lebih efisien dalam penggunaan benih per hektar.

Petani PUAP, rata-rata menggunakan benih per Ha lebih banyak dan

berlabel, dibandingkan dengan petani non PUAP. Berdasarkan hasil wawancara

dengan responden, murahnya harga benih yang dijual oleh Gapoktan membuat

petani menggunakan lebih banyak benih untuk ditebar. Harga yang lebih murah

ini menyebabkan petani PUAP cenderung merasa aman untuk menggunakan

benih lebih banyak, dengan harapan akan menghasilkan bibit yang lebih baik.

Harga yang ditawarkan Gapoktan untuk benih berlabel yakni Rp. 10.000 per kg.

Harga ini lebih murah dibandingkan dengan harga di kios. Kios menawarkan

benih berlabel dengan harga Rp. 12.000 per kg, sedangkan benih yang tidak

berlabel harganya berkisar antara Rp. 5.000 hingga Rp. 6.000 per kg.

Petani non PUAP, rata-rata menggunakan benih per Ha lebih sedikit, dan

benih yang tidak berlabel. Berdasarkan hasil wawancara, petani non PUAP

terpaksa menggunakan benih yang tidak berlabel dan petani non PUAP tidak

memiliki kecukupan modal dalam membeli benih berlabel. Petani non PUAP

memperoleh benih tersebut dari kios, dimana harganya lebih mahal, sehingga

petani non PUAP menggunakan benih tidak berlabel untuk berusahatani padi,

karena harganya lebih murah.

Penggunaan Pupuk

Takaran pupuk yang digunakan untuk memupuk satu jenis tanaman akan

berbeda untuk masing-masing jenis tanah, hal ini dapat dipahami karena setiap

jenis tanah memiliki karakteristik dan susunan kimia tanah yang berbeda. Oleh

karena itu anjuran (rekomendasi) pemupukan harus dibuat lebih rasional dan

berimbang berdasarkan kemampuan tanah menyediakan hara dan kebutuhan hara

tanaman itu sendiri, sehingga efisiensi penggunaan pupuk dan produksi meningkat

tanpa merusak lingkungan akibat pemupukan yang berlebihan. Dari uraian di atas

terlihat bahwa pemakaian pupuk secara berimbang sampai saat ini masih

merupakan pilihan yang paling baik bagi Petani dalam kegiatan usahanya untuk

meningkatkan pendapatan. Percepatan peningkatan produksi pangan harus

dilaksanakan secara konsepsional melalui program sosialisasi yang terpadu.

Panduan kalender tanam terpadu (KATAM), yang dikeluarkan oleh

Kementerian Pertanian, rekomendasi pemakaian pupuk untuk komoditas padi

sawah di Kecamatan Ciasem dan Patokbeusi, Kabupaten/Kota Subang, terdiri atas

pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk Tunggal diantaranya pupuk urea (275

– 300 kg/ha), TSP/SP36 (25 – 75 kg/ha), KCL (30 – 50 kg/ha). Sedangkan pupuk

majemuk diantaranya NPK (150 – 225 kg/ha) dan urea (225 – 250 kg/ha).

Rekomendasi pemakaian pupuk berdasarkan KATAM di Kecamatan Ciasem dan

Patokbeusi disajikan pada Tabel 34.

Page 99: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

83

Keragaan pemupukan yang diterapkan oleh responden yaitu dengan

menambahkan pupuk organik, sehingga dosis yang seharusnya dipakai

berdasarkan KATAM adalah Urea (275 kg/ha), TSP/SP-36 (25 kg/ha), dan pupuk

organik (2 ton/ha). Sedangkan jika memakai pupuk majemuk, komposisi NPK

(150 kg/ha) ditambah Urea (255 kg/ha).

Tabel 34. Rekomendasi pupuk padi sawah di Kecamatan Ciasem dan Patokbesi

Sumber Bahan Organik

Rekomendasi Pupuk (Kg/ha)

Pupuk Tunggal Pupuk Majemuk

Urea TSP/SP-36 KCL NPK Urea

Tanpa bahan organik 300 75 50 225 225

Kompos Jerami 2 ton/ha 280 75 0 225 255

Pupuk organik 2 ton/ha* 275 25 30 150 250

Sumber: Kementerian Pertanian (2014)

Namun kondisi dilokasi penelitian, penggunaan pupuk oleh petani

responden petani PUAP maupun non PUAP sangat bervariasi, artinya ada yang

melebihi dan kurang dari dosis yang sudah dianjurkan. Penggunaan dosis yang

melebihi antara lain penggunaan pupuk TSP/SP-36. Sedangkan untuk yang dosis

pupuknya masih kurang antara lain penggunaan pupuk Urea, NPK dan organik.

Penggunaan pupuk oleh responden di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 35.

Tabel 35. Penggunaan pupuk oleh responden pada usahatani padi sawah

Jenis Pupuk Jumlah Pemakaian Pupuk (kg/ha)

Dosis Pemupukan Petani PUAP Petani non PUAP

Urea 200,00 167,00 Kurang

TSP/SP-36 168,33 107,41 Lebih

NPK 15-15-15 137,93 108,62 Kurang

Organik 556,00 350,00 Kurang

Semua responden, baik petani PUAP maupun non PUAP menggunakan

pupuk Urea sebagai pupuk dasar maupun pupuk susulan satu dan dua. Pemupukan

biasanya dilakukan antara 2 hingga 3 kali selama musim tanam. Responden di

lokasi penelitian, pupuk yang digunakan antara lain Urea, TSP/SP36, NPK,

Organik. serta pupuk tambahan lainnya seperti ZPT dan limbah jamur.

Pada petani PUAP, walaupun penggunaan pupuk Urea, NPK dan organik

dosisnya belum mencukupi, namun secara rata-rata hampir mendekati dari dosis

yang dianjurkan. Sebut saja pupuk urea kurang 75 kg/ha, pupuk NPK/SP-36

kurang 12,07, dan organik kurang 1.444 kg/ha. Lain halnya dengan petani non

PUAP, untuk ketiga pupuk tersebut pemakaiannya betul-betul jauh dari dosis

yang dianjurkan. Dengan kata lain lag-nya cukup besar, misalnya dosis Urea

kurang 108 kg/ha, pupuk NPK kurang 41,38, dan pupuk organik kurangnya 1.650

kg/ha. Jika dibandingkan antara petani PUAP dan non PUAP dalam hal

pemakaian pupuk, terlihat jelas petani PUAP menggunakan pupuk dengan dosis

yang lebih banyak. Hal ini mengindikasi, adanya peran tambahan modal PUAP

terhadap usahatani padi pada petani PUAP, dalam hal pemakaian pupuk per

hektarnya. Sedangkan jika dilihat dari sisi dosis pemupukan yang kurang, hal ini

disebabkan karena tambahan modal PUAP untuk usahatani padi memang masih

kecil, artinya masih jauh untuk menutupi kebutuhan biaya usahatani padi per

Page 100: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

84

hektar. Sedangkan untuk pemakaian pupuk TSP/SP-36, baik petani PUAP

maupun non PUAP, keduanya mengaplikasikan pupuk tersebut melebihi dosis

yang dianjurkan. Hal ini disebabkan, adanya asumsi dari petani responden bahwa

dengan tercukupinya pupuk TSP/SP-36 bahkan lebih, akan menyebabkan jumlah

anakan dan bulir padi lebih banyak, serta hasil kualitas gabahnya menjadi lebih

bagus. Mengingat fungsi dasar dari pupuk TSP/SP-36 adalah untuk pertumbuhan

dan produksi tanaman.

Penggunaan Obat-obatan

Pada Gapoktan sampel, semua petani anggota sebenarnya sudah

dianjurkan untuk tidak menggunakan obat-obatan atau pestisida, karena

penggunaan yang berlebihan dapat merusak ekosistem alam. Utama petani PUAP,

petani PUAP sudah mendapatkan pembelajaran dari program SL-PTT (Sekolah

Lapang Pengelolaan Tananan Terpadu) dan SL-PHT (Sekolah Lapang

Pengendalian Hama Terpadu). Melalui kedua program tersebut, sebenarnya petani

sudah didorong untuk berusahatani kearah pertanian organik, yakni pertanian

yang lebih ramah lingkungan atau Good Agriculture Practise (GAP). Namun

kembali lagi, jika kita memperhatikan karakteristik dasar SDM petani, cenderung

menggunakan cara-cara yang sebelumnya petani pakai dan diyakini dapat

mengatasi semua persoalan dalam kegiatan usahatani. Yang terpenting bagi

petani, bagaimana caranya bisa menghasilkan panen yang bagus. Maka tidak

heran, ketika ada serangan OPT (organisme pengganggu tanaman), petani

langsung mengambil tindakan yang petani anggap cukup efektif dan efisien, yakni

dengan menyemprot. Intensitas penyemprotan pun disesuaikan dengan banyak

tidaknya serangan OPT, jika banyak maka semakin sering pula petani akan

melakukan penyemprotan. Terutama pada musim tanam 2013/2014, dimana

terjadinya perubahan yang sangat ekstrim terhadap iklim, sehingga menuntut

petani untuk melakukan adaptasi.

Hasil wawancara dengan responden, bagi petani PUAP dalam menghadapi

banyaknya serangan OPT pada musim tanam 2013/2014. Petani PUAP sering

melakukan penyemprotan, hampir 8 hingga 10 kali penyemprotan. Berbeda

dengan petani non PUAP, yang melakukan penyemprotan 5 hingga 6 kali

penyemprotan. Jika dilihat dari dosis yang digunakan untuk penyemprotan, pada

petani PUAP maupun non PUAP untuk satu kali semprot pada luasan satu hektar

adalah sama saja, karena pada dasarnya petani mematuhi aturan pakai yang tertera

pada botol atau kemasan pestisida tersebut. Namun yang membedakan adalah

frekuensi penyemprotan untuk satu kali musim tanam.

Banyaknya frekuensi penyemprotan yang dilakukan oleh petani PUAP

disebabkan oleh adanya tambahan modal. Petani PUAP dengan mudah meminjam

ke Gapoktan. Lain halnya dengan petani non PUAP, melakukan penyemprotan

dengan frekuensi lebih sedikit bukan karena ingin hemat, tapi lebih dibatasi oleh

faktor modal usaha, sehingga uang untuk membeli obat-obatan sangat kurang.

Bagi petani non PUAP, dalam melakukan adaptasi terhadap serangan OPT, petani

non PUAP menunggu banyak dulu serangan, barulah dilakukan penyemprotan.

Namun sebenarnya petani non PUAP ingin melakukan hal yang sama seperti

petani PUAP, karena jika menunggu banyak serangan, dampaknya banyak

tanaman yang rusak, dan akhirnya hasil panen pun menjadi berkurang.

Page 101: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

85

Penggunaan Tenaga Kerja

Penggunaan tenaga kerja menjadi suatu hal yang penting, karena tenaga

kerja inilah yang akan melakukan kegiatan usahatani, mulai dari persemaian,

pengolahan lahan, penanaman, penyiangan, pemupukan, pemberantasan hama,

serta panen dan pascapanen. Penggunaan tenaga kerja dalam analisis usahatani

menggunakan satuan tenaga kerja Hari Orang Kerja (HOK). Sehingga apabila

tenaga kerja yang digunakan adalah perempuan, maka harus dikonversikan

terlebih dahulu. Upah yang diterima tenaga kerja wanita adalah Rp. 20.000 dan

upah yang diterima tenaga kerja pria adalah Rp. 40.000, sehingga 1 HKP = 0,7

HKW (Hari Kerja Wanita), dan 1 HKP = 1 HOK. Penggunaan tenaga kerja pada

responden petani PUAP dan non PUAP disajikan pada Tabel 36.

Tabel 36. Penggunaan rata-rata tenaga kerja pada responden petani PUAP dan

non PUAP per hektar

Kegiatan Petani PUAP Petani non PUAP

Jumlah Nilai Jumlah Nilai

Pengolahan Tanah

1. Traktor 1 unit 626.667 1 unit 551.667

2. Meratakan pematang 5,27 hok 210.667 borongan 253.833

Penanaman Borongan 700.000 borongan 149.333

Penyiangan 20,60 hok 824.000 17,37 hok 694.667

Pemupukan 5,20 hok 208.000 4,10 hok 164.000

Pengendalian OPT 21 hok 840.000 13,77 hok 550.667

Panen (bawon) Borongan 4.262.222 Borongan 3.460.000

Perontokan (power trasher) 1 unit 808.333 1 unit 716.667

Jumlah - 8.479.889 - 6.640.833

Keseluruhan penggunaan tenaga kerja antara petani PUAP dan non PUAP

memiliki perbedaan dalam hal jumlah penggunaan HOK. Petani PUAP

menggunakan tenaga kerja lebih banyak dari petani non PUAP, terlihat dari biaya

yang dikeluarkan oleh petani PUAP lebih banyak dibanding petani non PUAP.

Hal ini disebabkan: (1) penguasaan luas lahan yang digarap oleh petani PUAP

lebih luas, dan (2) ketersediaan modal untuk membayar tenaga kerja. Penguasaan

luas lahan dan besarnya modal yang dimiliki petani, akan berpengaruh terhadap

permintaan tenaga kerja. Pada umumnya pertanian skala kecil akan menggunakan

tenaga kerja yang berasal dari anggota rumah tangga secara optimal. Namun,

dalam skala yang lebih besar, pasar tenaga kerja juga mulai dikenal, meskipun

harga tenaga kerja di sini masih bersifat informal. Sifat informal di sini berkaitan

dengan kondisi bahwa pola kontrak kerja tidak mengikuti aturan formal yang

berlaku, namun disesuaikan dengan situasi dan kondisi dalam masyarakat yang

bersangkutan.

Struktur Biaya Produksi dalam Usahatani Padi

Input produksi yang digunakan dalam proses usahatani padi merupakan

komponen biaya tunai. Biaya tunai adalah biaya yang benar-benar harus

dikeluarkan oleh petani selama satu musim tanam. Seperti yang sudah diuraikan

sebelumnya, komponen-komponen tersebut terdiri atas biaya pembelian benih,

pupuk, obat-obatan, upah tenaga kerja, serta biaya lainnya seperti pajak bumi dan

Page 102: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

86

bangunan (PBB), iuran desa, iuran air/pompa/ulu-ulu, dan hutang (pokok+bunga)

kepada Gapoktan. Rekap keragaan struktur pembiayaan usahatani padi antara

petani PUAP dan non PUAP disajikan pada Tabel 37. Secara keseluruhan analisis

pendapatan usahatani padi pada petani PUAP dan non PUAP dapat dilihat pada

Lampiran 3 dan 4 .

Tabel 37. Struktur biaya rata-rata dan pendapatan usahatani padi petani PUAP

dan non PUAP per hektar, Kabupaten Subang, Jawa Barat.

Uraian

Petani PUAP Petani non PUAP

Fisik

(kg/liter/HOK)

Nilai

(Rp)

Fisik

(kg/liter/HOK)

Nilai

(Rp)

A. Biaya

1. Benih 16,83 168.333 16,33 127.913

2. Pupuk 1.063,26** 1.613.203 775,09 1.343.032

3. Pestisida 15,00** 1.669.800 9,00 814.767

4. Tenaga Kerja 66,07** 8.479.889 55,24 6.540.833

5. Biaya lainnya:

5.1. PBB - 50.000 - 50.000

5.2. Iuran Desa - 75.000 - 75.000

5.3. Iuran air/ulu-ulu - 100.000 - 100.000

Total Biaya (TC) 12.156.225 9.051.545

B. Penerimaan

Produksi (kg/ha) 6.657,00 4.200 5.190,00 4.000

Total Penerimaan (TR) 27.959.400 20.760.000

C. Pendapatan kotor (TR-TC) 15.803.175 11.708.455

D. Hutang (risk premium) 1.590.000 1.898.667

E. Pendapatan Bersih (π) 14.213.175 9.809.788

R/C 2,30 2,29

B/C 1,17 1,08

MBCR 1,42

** Signifikan pada taraf kepercayaan 95%

Pada Tabel 37, petani PUAP dan non PUAP terlihat adanya perbedaan

untuk masing-masing komponen pembiayaan input produksi, Hal ini disebabkan

petani PUAP memiliki kapasitas modal usahatani lebih tinggi, sehingga

mendorong petani PUAP untuk melakukan proses adaptasi pemanfaatan

teknologi, seperti menanam bibit unggul, pemupukan dosis seimbang, obat-

obatan, menggunakan mesin traktor untuk pengolahan tanah, pompa air, dan

mesin panen (power trasher). Nam (2011) menyebutkan proses adaptasi yang

dilakukan petani PUAP sebagai mekanisme self insurance, hal ini sebagai upaya

untuk meningkatkan peluang rata-rata hasil pertanian semakin baik. Lain halnya

dengan petani non PUAP, pembiayaan untuk usahatani padi sangat terbatas sesuai

dengan kemampuannya.

Penerimaan usahatani padi berasal dari jumlah produksi padi yang

dihasilkan, dikali dengan rata-rata harga yang berlaku atau diterima oleh petani.

Sehingga besar kecilnya penerimaan petani, dipengaruhi oleh tingkat produksi

yang dihasilkan dan harga jual. Untuk produksi padi, petani PUAP menghasilkan

produksi yang lebih tinggi dibandingkan petani non PUAP. Seperti yang sudah

diuraikan sebelumnya, penyebab produksi padi petani PUAP lebih tinggi yakni

petani PUAP memiliki kapasitas modal usahatani lebih tinggi. Hal ini mendorong

petani PUAP untuk melakukan proses adaptasi pemanfaatan teknologi, seperti

menanam bibit unggul, pemupukan dosis seimbang, obat-obatan, menggunakan

mesin traktor untuk pengolahan tanah, pompa air, dan mesin panen (power

Page 103: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

87

trasher), dan proses adaptasi yang dilakukan petani PUAP sebagai mekanisme self

insurance.

Selanjutnya jika dikaitkan dengan karakteristik responden, misalnya usia

responden, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, penguasaan lahan, dan status

kepemilikan lahan. Secara bersama-sama karakteristik tersebut dapat

mempengaruhi tingkat pendapatan usahatani. Namun pengaruhnya tidak secara

langsung, melainkan melalui proses aktifitas usahatani, yang diawali dengan

adanya tambahan modal usaha dari program PUAP, kemudian dilanjutkan adanya

proses adaptasi pemanfaatan teknologi.

Responden petani PUAP didominasi oleh usia produktif. Pada fase ini

umumnya petani PUAP sangat responsif dan terbuka terhadap berbagai informasi

dari luar yang sifatnya untuk perbaikan dalam usahatani. Lain halnya dengan

petani non PUAP. Begitu juga dengan tingkat pendidikan, asumsinya semakin

tinggi tingkat pendidikan petani, menyebabkan tingkat pemahaman dan tingkat

kesadaran terhadap informasi baru semakin tinggi, sehingga proses adaptasi

pemanfaatan teknologi semakin mudah untuk diaplikasikan. Selanjutnya

pengalaman bertani, asumsinya pengalaman bertani yang telah didapatkan

bertahun-tahun, sangat menentukan dalam menjalankan aktivitas usahatani. Hal

ini dapat mempengaruhi tingkat adaptasi terhadap berbagai perubahan lingkungan

dan perubahan iklim untuk mempertahankan keberlangsungan aktivitas pertanian

petani (Seo dan Mendolsohn 2008). Karakteristik penguasaan dan status

kepemilikan lahan, asumsinya luasnya lahan pertanian yang digarap oleh

responden mengakibatkan keluaran output hasil pertaniannya juga akan lebih

banyak dan layak untuk diusahakan. Hal ini selaras dengan hasil studi dari

Chinvanno et al. (2008), melaporkan bahwa sebagai upaya untuk

mempertahankan produktivitas hasil pertanian dan secara finansial layak untuk

diusahakan, para petani umumnya menggarap lahan sawah yang lebih luas. Para

petani menggunakan sumberdaya yang ada dalam rumah tangga petani untuk

menyewa lahan, jika lahan sawah yang petani miliki terlalu sempit (<0,5 ha).

Tingkat produksi padi petani PUAP mencapai 6.657 kg/ha gabah kering

panen, sementara petani non PUAP mencapai 5.190 kg/ha, terjadi selisih sebesar

28,26%. Begitu juga dengan harga, harga yang diterima oleh petani PUAP sebesar

Rp. 4.200, karena hasil petani dibeli oleh Gapoktan. Gapoktan sengaja membeli

dengan harga lebih tinggi dari harga kios dan tengkulak, tujuannya untuk

membantu petani anggota mendapatkan keuntungan yang lebih besar, disamping

untuk membantu dari segi pemasaran hasil bagi petani anggota. Petani PUAP

memperoleh penerimaan total lebih tinggi dibanding petani non PUAP, yakni

sebesar 34,68%. Sehingga diketahui penerimaan petani PUAP sebesar Rp. 27,9

juta, sedangkan petani non PUAP sebesar Rp. 20,7 juta, terjadi selisih 34,68%.

Selanjutnya, jika memperhatikan hasil analisis R/C pada Tabel 37,

menunjukkan bahwa usahatani padi pada kedua group responden secara finansial

masuk kategori layak. Terbuktikan dari Hasil analisis R/C pada kedua group

petani responden memiliki nilai diatas satu (R/C > 1). Artinya usahatani tersebut

dikatakan menguntungkan karena setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan

menghasilkan penerimaan lebih besar dari satu rupiah. Pemaknaan lain, nilai R/C

petani PUAP adalah 2,30, artinya setiap pengeluaran atau biaya yang dikeluarkan

sebesar Rp. 100 ribu, akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 230 ribu.

Sedangkan nilai R/C petani non PUAP adalah 2,29, artinya setiap biaya yang

Page 104: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

88

dikeluarkan sebesar Rp. 100 ribu, akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp.

229 ribu. Antara petani PUAP dan non PUAP terdapat selisi penerimaan sebesar

0,44%.

Analisis R/C dapat digunakan juga untuk mengetahui apakah penggunaan

biaya dalam kegiatan usahatani padi yang dilakukan oleh kedua grup responden

efisien atau tidak. Tabel 26 menunjukkan bahwa nilai R/C pada petani PUAP

sebesar 2,30 dan petani non PUAP 2,29. Hasil R/C kedua grup responden lebih

besar dari pada 1 (R/C>1), berarti kedua grup responden dalam hal penggunaan

biaya produksi padi dapat dikatakan efiesien. Namun demikian, petani PUAP

lebih efisien karena memiliki nilai R/C yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan,

petani PUAP menghasilkan tingkat produksi yang lebih tinggi atas biaya total

yang sudah dialokasikan. Sehingga keuntungan yang didapatkan juga lebih besar.

Selain itu dipengaruhi oleh harga jual produk yang diperoleh oleh petani PUAP

lebih tinggi. Harga jual produk akan mempengaruhi total penerimaan (TR).

Usahatani padi dapat dikatakan semakin efisien secara ekonomis jika usahatani

tersebut semakin menguntungkan.

Lebih lanjut, hasil analisis B/C pada kedua group responden memiliki nilai

diatas 1 (B/C>1), artinya setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan

menghasilkan keuntungan lebih besar dari satu rupiah. Pemaknaan kata lain, nilai

B/C petani PUAP sebesar 1,17, artinya setiap biaya yang dikeluarkan sebesar Rp.

100 ribu, akan memberikan keuntungan sebesar Rp. 117 ribu. Sedangkan nilai

B/C petani non PUAP sebesar 1,08, artinya setiap biaya yang dikeluarkan untuk

usahatani padi sebesar Rp. 100 ribu, akan memberikan keuntungan sebesar Rp.

108 ribu. Antara petani PUAP dan non PUAP terdapat selisih keuntungan sebesar

8,33%.

Berdasarkan hasil analisis R/C dan B/C tersebut, bahwa usahatani padi

pada petani PUAP maupun non PUAP di Kabupaten Subang adalah

menguntungkan dan bisa diandalkan sebagai sumber pendapatan rumah tangga

petani. Sehingga dapat dimaknai bahwa bagi petani padi di Kabupaten Subang,

pada dasarnya petani memiliki kinerja usahatani padi yang baik, dan apabila

petani mendapatkan suntikan modal usaha, secara normatif akan menunjukkan

kinerja usahatani yang lebih baik lagi. Sejatinya menurut Swastika (2004), jika

tambahan modal yang diberikan pada suatu wilayah dengan indikator kelayakan

usaha seperti R/C dan B/C, hasilnya masuk kategori layak dan menguntungkan,

maka dapat dikatakan tambahan modal tersebut, menjadi bermanfaat secara nyata,

yang akhirnya berimplikasi terhadap peningkatan pendapatan usahatani yang

dikelola.

Hasil analisis Marjinal Benefit Cost Ratio (MBCR) diperoleh nilai 1,42.

Nilai ini bermakna bahwa setiap ada tambahan modal sebesar Rp. 100 ribu yang

bersumber dari dana PUAP, akan memberikan manfaat (benefit) sebesar Rp. 142

ribu terhadap pendapatan usahatani. Sehingga kegiatan usahatani padi yang

dilakukan petani PUAP secara finansial lebih menguntungkan.

Selanjutnya hasil analisis uji-t terhadap kuantitas pemakaian input

produksi pada usahatani padi petani sampel. Dalam hal pemakaian benih untuk

usahatani padi petani sampel, menunjukkan bahwa Fhitung untuk penggunaan benih

dengan Equal Variances Assumed adalah 0,417 dan Pvalue = 0,521 lebih besar dari

nilai α = 0,05 (0,521 > 0,05), maka keputusan terima H0. Sehingga dapat diambil

kesimpulan bahwa jumlah pemakaian benih petani PUAP sama dengan petani non

Page 105: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

89

PUAP. Sama halnya dengan hasil T Test yang menggunakan asumsi equal

variance, dengan melihat thitung atau Pvalue. Hasil thitung = 0,569 dengan Pvalue =

0,571. Nilai tersebut lebih besar dari nilai α = 0,05 (0,571 > 0,05), yang artinya

pemakaian benih antara petani PUAP dengan petani non PUAP secara kuantitas

adalah sama. Hal ini nyata, asumsinya jika jumlah pemakaian benih per satuan

hektar dengan jarak tanam atau teknologi yang sama, dalam aktivitas usahatani

padi pada petani sampel, maka secara kuantitas akan sama. Namun perbedaan

akan terlihat pada kualitas benih yang digunakan oleh petani sampel, seperti benih

berlabel dan tidak berlabel. Seluruh Petani PUAP yang menjadi sampel

menggunakan benih berlabel (100%). Benih berlabel ini harganya lebih mahal,

sehingga berpengaruh terhadap jumlah biaya yang dialokasikan untuk benih lebih

tinggi. Sedangkan petani non PUAP, masih menggunakan benih yang tidak

berlabel (43,33%).

Pemakaian pupuk dalam proses usahatani padi akan mempengaruhi

produksi, dan pada akhirnya mempengaruhi pendapatan petani. Pemupukan

dilakukan untuk menambah zat-zat makanan bagi tanaman. Jenis pupuk yang

digunakan untuk usahatani padi pada petani sampel yakni Urea, TSP, NPK, dan

pupuk organik. Banyak faktor yang mempengaruhi kuantitas pemakaian pupuk

untuk usahatani, misalnya luas tanam, karena semakin besar luas tanam maka

akan semakin banyak jumlah pupuk yang dgunakan. Selain itu, dalam kegiatan

pemupukan diperlukan modal untuk pembelian pupuk dan upah tenaga kerja.

Keterbatasan modal menyebabkan petani sebagai pengambil keputusan berusaha

menekan biaya produksi seminimal mungkin agar diperoleh keuntungan yang

maksimal. Berikut akan diuraikan hasil analisis uji-t terhadap tingkat pemakaian

pupuk pada petani sampel. Hal ini untuk mengetahui apakah diantara petani

PUAP dengan non PUAP secara kuantitas pemakaian pupuknya sama atau

berbeda.

Hasil analisis uji-t terhadap tingkat pemakaian pupuk, seperti pupuk urea

pada usahatani padi petani sampel, dapat diketahui bahwa perbandingan

pemakaian pupuk urea pada usahatani padi petani PUAP dan non PUAP secara

kuantitas adalah berbeda nyata. Secara statistik dengan melihat Equal Variances

Assumed menunjukkan nilai Fhitung untuk pemakaian pupuk urea adalah 6,960,

dengan Pvalue = 0,011 lebih kecil dibandingkan nilai α = 0,05 (0,011 < 0,05).

Selain itu, nilai t-hitung (2,660) lebih besar dibandingkan nilai t-tabel (2,021), dengan

P-value = 0,010 lebih kecil dibandingkan nilai α = 0,05 (0,010 < 0,05), maka

keputusannya tolak Ho. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan

pupuk urea pada usahatani padi petani PUAP berbeda nyata dengan penggunaan

pupuk urea pada usahatani padi petani Non PUAP. Adanya perbedaan kuantitas

pada pemakaian pupuk urea untuk usahatani petani sampel yakni frekuensi

pemupukan. Berdasarkan hasil wawancara, petani PUAP melakukan pemupukan

dengan menggunakan pupuk urea mencapai tiga sampai dengan empat kali

pemupukan. Selain itu lahan sawah yang digarap oleh petani PUAP secara rata-

rata lebih luas, sehingga berkontribusi terhadap tingginya jumlah pemakaian

pupuk tersebut.

Pemakaian pupuk TSP/SP36 pada usahatani padi petani sampel, dapat

diketahui bahwa secara variasi adalah sama, terlihat dari nilai Fhitung=1,180 dan

Pvalue=0,282 lebih besar dari nilai α = 0,05 (0,282 > 0,05). Sedangkan secara

kuantitas, pemakaian pupuk TSP antara petani PUAP dengan petani non PUAP

Page 106: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

90

adalah berbeda nyata, terlihat dari nilai Thitung = 6,050 lebih besar dari nilai Ttabel =

2,021 (6,050 > 2,021) dan nilai Pvalue=0,000 lebih kecil dari nilai α = 0,05 (0,000 <

0,05), maka keputusan tolak H0 dan disimpulkan cukup bukti yang menyatakan

bahwa penggunaan jumlah pupuk TSP petani PUAP tidak sama dengan petani

Non PUAP pada taraf kepercayaan 95%. Variasi maksudnya jenis-jenis kegiatan

yang dilakukannya pemupukan, selama menjalankan usahatani padi, seperti

persemaian, penanaman, pengolahan tanah,dan lain-lain. Sedangkan kuantitas

yakni jumlah pupuk yang digunakan pada setiap jenis kegiatan usahatani padi.

Pemakaian pupuk NPK pada usahatani padi petani PUAP dan non PUAP,

dapat diketahui bahwa secara variasi adalah sama, terlihat dari nilai Fhitung=0,097

dan Pvalue=0,756 lebih besar dari nilai α = 0,05 (0,756 > 0,05), maka keputusan

terima H0. Sedangkan secara kuantitas, pemakaian pupuk TSP antara petani

PUAP dengan petani non PUAP adalah berbeda nyata, terlihat dari nilai Thitung =

2,169 lebih besar dari nilai Ttabel = 2,021 (2,169 > 2,021) dan nilai Pvalue=0,034

lebih kecil dari nilai α = 0,05 (0,034 < 0,05), maka keputusan tolak H0. dan

disimpulkan cukup bukti yang menyatakan bahwa penggunaan jumlah pupuk

NPK petani PUAP tidak sama dengan petani Non PUAP pada taraf kepercayaan

95%. Perbedaan kuantitas ini, mengindikasi adanya perbedaan dalam hal

pemberian pupuk NPK oleh petani sampel. Perbedaan tersebut disebabkan oleh

frekuensi pemupukan.

Pemakaian pupuk Organik pada usahatani padi petani PUAP dan non PUAP

dapat diketahui bahwa secara variasi adalah sama, terlihat dari nilai Fhitung=2,547

dan Pvalue=0,116 lebih besar dari α = 0,05 (0,116 > 0,05), maka keputusan diterima

H0. Sedangkan secara kuantitas, pemakaian pupuk Organik antara petani PUAP

dengan petani non PUAP adalah berbeda nyata, terlihat dari nilai Thitung = 6,541

lebih besar dari nilai Ttabel = 2,021 (6,541 > 2,021) dan nilai Pvalue=0,000 lebih

kecil dari nilai α = 0,05 (0,000 < 0,05), maka keputusan tolak H0, dan

disimpulkan cukup bukti yang menyatakan bahwa penggunaan jumlah pupuk

Organik petani PUAP tidak sama dengan petani Non PUAP pada taraf

kepercayaan 95%.

Selanjutnya, hasil analisis uji-t terhadap tingkat pemakaian pestisida. Untuk

pemakaian pestisida pada usahatani padi petani PUAP dan non PUAP dapat

diketahui bahwa secara variasi adalah berbeda nyata, terlihat dari nilai

Fhitung=18,448 dan Pvalue=0,000 lebih kecil dari α = 0,05 (0,000 > 0,05), maka

keputusan tolak H0. Sedangkan secara kuantitas, pemakaian pestisida antara

petani PUAP dengan petani non PUAP adalah berbeda nyata, terlihat dari nilai

Thitung = 6,771 lebih besar dari nilai Ttabel = 2,021 (6,771 > 2,021) dan nilai

Pvalue=0,000 lebih kecil dari nilai α = 0,05 (0,000 < 0,05), maka keputusan tolak

H0, dan disimpulkan cukup bukti yang menyatakan bahwa penggunaan jumlah

pestisida antara petani PUAP dengan petani Non PUAP tidak sama pada taraf

kepercayaan 95%. Perbedaan ini disebabkan oleh frekuensi penyemprotan yang

dilakukan oleh petani PUAP lebih sering, karena intensitas serangan hama lebih

tinggi serta adanya dukungan pinjaman modal usahatani dari Gapoktan. Selain itu,

petani PUAP menggunakan pestisida yang paten atau lebih bagus kualitasnya

untuk membasmi HPT, yang harga lebih mahal. Sehingga berpengaruh terhadap

total biaya yang dialokasikan untuk pemakaian pestisida menjadi lebih tinggi,

dibandingkan dengan petani non PUAP. Lain halnya dengan petani non PUAP,

pembiayaan untuk usahatani padi sangat terbatas sesuai dengan kemampuannya.

Page 107: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

91

Pemakaian tenaga kerja pada usahatani padi petani PUAP dan non PUAP

dapat diketahui bahwa secara variasi adalah sama, terlihat dari nilai Fhitung=0,939

dan Pvalue=0,337 lebih besar dari α = 0,05 (0,337 > 0,05), maka keputusan diterima

H0. Sedangkan secara kuantitas, pemakaian tenaga kerja antara petani PUAP

dengan petani non PUAP adalah berbeda nyata, terlihat dari nilai Thitung = 5,902

lebih besar dari nilai Ttabel = 2,021 (5,902 > 2,021) dan nilai Pvalue=0,000 lebih

kecil dari nilai α = 0,05 (0,000 < 0,05), maka keputusan tolak H0, dan

disimpulkan cukup bukti yang menyatakan bahwa penggunaan jumlah tenaga

kerja pada usahatani padi petani PUAP tidak sama dengan petani Non PUAP pada

taraf kepercayaan 95%.

Dari beberapa perbedaan yang sudah diuraikan sebelumnya, maknanya

adalah bahwa tambahan modal PUAP, dapat mempengaruhi struktur pembiayaan

usahatani petani PUAP. Dengan kata lain, Program PUAP mampu meningkatkan

kemampuan petani dalam pemenuhan kebutuhan input produksi per satu

hektarnya untuk usahatani padi.

Pendapatan Usahatani Padi

Pendapatan usahatani padi dapat diketahui dengan cara mengurangkan

jumlah penerimaan dengan jumlah biaya. Berdasarkan Tabel 37, besarnya

pendapatan usahatani padi pada petani PUAP setelah menerima tambahan dana

BLM PUAP mencapai Rp. 14,2 juta, nilai ini merupakan pendapatan bersih,

artinya sudah dikurangi oleh hutang (risk premium) karena petani mendapatkan

pinjaman modal BLM PUAP dari Gapoktan. Besarnya rata-rata hutang adalah Rp.

1.590.000. Besarnya hutang tersebut dihitung dari hutang pokok (Rp. 1.500.000)

ditambah jasa 1,9% selama 4 bulan. Sedangkan pendapatan usahatani padi pada

petani non PUAP mencapai Rp. 9,8 juta. Nilai ini pun merupakan pendapatan

bersih, artinya sudah dikurangi oleh hutang (risk premium) karena petani

mendapatkan pinjaman modal usaha dari kios/tengkulak. Besarnya rata-rata

hutang adalah Rp. 1.898.667. Secara matematis perhitungan hutangnya sama saja,

yang membedakan adalah besarnya bunga yang diterima oleh petani non PUAP.

Besarnya bunga yang diterima petani non PUAP yakni sebesar 20% per musim

tanam. Setelah pendapatan masing-masing kelompok responden dikurangi hutang,

pendapatan bersih yang diperoleh petani PUAP menunjukkan hasil yang lebih

besar dibandingkan dengan pendapatan petani non PUAP, perbedaannya

mencapai 44,89%. Hal ini selaras dengan pendapat Widya (2012) dan Suandi et

al. (2012). Menurutnya, PUAP mampu menurunkan tingkat kemiskinan sebesar

7,67%. Selanjutnya Suandi et al. (2012) menyatakan program PUAP melalui

manajemen sumberdaya Gapoktan berpengaruh positif terhadap peningkatan

kesejahteraan petani. Kondisi ini menunjukkan adanya dampak positif program

PUAP terhadap pendapatan petani penerima manfaat dana BLM PUAP.

Beberapa hal yang membuat pendapatan usahatani padi pada petani PUAP

dan non PUAP memiliki perbedaan yang nyata, dengan kata lain pendapatan

usahatani padi petani non PUAP lebih kecil, diantaranya adalah: (1) modal

usahatani dimana petani non PUAP memiliki keterbatasan modal usaha, sehingga

didalam pemakaian input produksi per satu hektar tidak optimal (jauh dibawah

anjuran), akhirnya berpengaruh terhadap produksi padi, (2) harga jual seperti yang

sudah disampaikan sebelumnya bahwa harga jual yang diterima oleh petani non

Page 108: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

92

PUAP lebih rendah, hanya Rp. 4.000 per kg, dan harga ini ditetapkan oleh

kios/tengkulak. Petani non PUAP tidak mempunyai posisi tawar yang kuat dalam

hal harga, begitu juga dalam hal pemasaran hasil, karena petani non PUAP sudah

terikat kontrak dengan kios/tengkulak atas hutangnya, jadi petani non PUAP harus

menjual hasil panennya ke kios atau tengkulak, (3) bunga hutang dari petani non

PUAP melakukan pinjaman/kredit kepada kios/tengkulak, dimana kios/tengkulak

menetapkan bunga yang sangat tinggi. Bunga yang ditetapkan oleh kios/tengkulak

sebesar 20% per musim tanam, dan (4) informasi harga saprodi tidak sempurna

dimana petani non PUAP tidak mendapatkan harga saprodi yang pasti dari kios.

petani tidak diberitahu sejak awal harga-harga tersebut, harga baru diinformasikan

ketika petani akan membayar hutang saprodi ke kios. Pada saat panen, petani

menjual hasil panennya ke kios. Pendapatan yang diterima petani adalah sisa dari

hasil penjualan yang sudah dipotong terlebih dahulu atas hutang saprodi.

Terungkap pula dampak Program PUAP terhadap sosial ekonomi petani di

daerah penelitian. Dampak sosial Program PUAP sebagai berikut: (1)

bertambahnya wawasan petani karena mendapatkan pendidikan informal tentang

kegiatan simpan pinjam di Gapoktan, (2) meningkatnya frekuensi interaksi antar

petani karena setiap bulan diadakan pertemuan di balai desa atau kantor

Gapoktan. Sehingga petani dapat sering berkomunikasi dan berdiskusi untuk

mencari solusi tentang masalah yang petani hadapi dalam berusahatani, (3)

terjadinya konflik antar pengurus Gapoktan karena timbul rasa saling curiga

tentang jumlah dana BLM PUAP yang masih ada di kas Gapoktan, dan (4)

timbulnya rasa was-was kepada petani peminjam dana BLM PUAP karena adanya

isu tentang tuntutan penjara yang akan dikenakan bagi petani yang belum

mengembalikan pinjaman BLM PUAP.

Sedangkan dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh Program PUAP

terhadap petani di daerah penelitian adalah sebagai berikut: (1) petani dapat

memperoleh bantuan pinjaman BLM PUAP untuk mengatasi keterbatasan modal

usahatani yang dimiliki para petani, (2) prosedur dan syarat pinjaman tidak terlalu

menyulitkan petani jika dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya, seperti

Bank, CU, dan lain-lain, (3) petani dapat memperoleh pinjaman dengan tingkat

bunga yang cukup rendah, yaitu 2% per bulan, (4) para petani tidak lagi terikat

dengan tengkulak yang pada umumnya memberikan pinjaman dengan bunga yang

cukup tinggi, dan (5) mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga secara mandiri,

seperti biaya sekolah anak, merenovasi rumah, membuka usaha baru

(warung/dagang), memiliki kendaraan pribadi (motor), kelengkapan rumah

(televisi, radio), dan adanya kemampuan menabung atau menghemat.

Hasil analisis uji-t terhadap tingkat pendapatan usahatani padi petani

sampel, dapat diketahui bahwa perbandingan pendapatan usahatani padi pada

petani PUAP dan non PUAP adalah berbeda nyata. Nilai Fhitung untuk pendapatan

usahatani dengan Equal Variances Assumed adalah 8,184, dengan Pvalue = 0,006

lebih kecil dibandingkan nilai α = 0,05 (0,006 < 0,05). Selain itu, hasil t-hitung

(6,366) lebih besar dibandingkan t-tabel (2,021), dengan P-value = 0,000 lebih kecil

dibandingkan nilai α = 0,05 (0,000 < 0,05), maka keputusannya tolak Ho, dan

disimpulkan cukup bukti yang menyatakan bahwa hasil pendapatan usahatani padi

petani PUAP dengan petani non PUAP berbeda nyata dan signifikan pada taraf

kepercayaan 95%.

Page 109: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

93

Hubungan Kinerja Gapoktan Terhadap Pendapatan Usahatani Padi

Tingkat kinerja Gapoktan (Tabel 32), berkorelasi positif terhadap tingkat

pendapatan usahatani padi (Tabel 37). Berdasarkan hasil analisis terlihat bahwa

adanya hubungan yang erat antara kinerja Gapoktan terhadap pendapatan

usahatani padi petani anggota. Berikut ini disajikan hasil analisis Person Product

Moment (PPM), mengenai keeratan hubungan antara kinerja Gapoktan terhadap

tingkat pendapatan usahatani padi petani anggota (Tabel 38).

Tabel 38. Hasil analisis korelasi kinerja Gapoktan dengan pendapatan usahatani

padi petani anggota

Kinerja

Gapoktan

Pendapatan

Usahatani Kinerja Gapoktan Pearson Correlation 1 0,441**

Sig. (2-tailed) 0,000

N 60 60

Pendapatan Usahatani Pearson Correlation 0,441** 1

Sig. (2-tailed) 0,000

N 60 60 ** Correlation is significant at the 0,01 level (2-tailed)

Berdasarkan Tabel 38, korelasi product moment antara variabel kinerja

Gapoktan dengan pendapatan usahatani padi petani anggota, nilai korelasinya

adalah positif 0.441. Besarnya nilai korelasi menunjukkan bahwa korelasi antara

kinerja Gapoktan dan pendapatan usahatani padi berada dalam kategori “Cukup

Kuat”. Sementara nilai positif mengindikasikan pola hubungan antara kinerja

Gapoktan dengan pendapatan usahatani padi adalah searah . Hal ini bermakna

semakin tinggi kinerja Gapoktan, dapat menyebabkan meningkatnya pendapatan

usahatani padi petani anggota. Dengan demikian rangkaian kegiatan dalam sistem

agribisnis digerakkan oleh berbagai kelembagaan. Peranan kelembagaan dalam

sistem agribisnis sangat menentukan keberhasilan pertanian pada umumnya, dan

pengembangan usahatani khususnya. Menurut Pakpahan (2000), kelembagaan

merupkan hal yang strategis yang akan mengatur interdependensi antar manusia.

Sumberdaya alam, manusia, modal dan teknologi merupakan syarat keharusan,

tetapi tidak memenuhi syarat kecukupan dari upaya pembangunan. Tersedianya

perangkat kelembagaan merupakan syarat kecukupan,karena dengan adanya

perangkat ini sumberdaya dapat dialokasikan dan dimobilisasi secara optimum.

Hasil uji signifikansi, diperoleh nilai r-hitung sebesar 0,000. Nilai r-hitung

lebih kecil dari nilai α = 0,05 (0,000 < 0,05). Keputusan tolak Ho, dan

disimpulkan cukup bukti yang menyatakan bahwa kinerja Gapoktan berpengaruh

nyata dan signifikan terhadap peningkatan pendapatan usahatani padi petani

anggota pada taraf kepercayaan 95%. Lebih lanjut, besarnya kontribusi variabel

kinerja Gapoktan (X) terhadap pendapatan usahatani padi petani anggota (Y),

dihitung koefisien penentu (coefficient of determination) dengan menggunakan

kaidah persamaan 9. Jika nilai koefisien korelasi (r) = 0,441, maka nilai KP

sebesar 19,45%. Maknanya adalah kontribusi kinerja Gapoktan (X) terhadap

naik/turunnya pendapatan usahatani padi petani anggota (Y) adalah sebesar

19,45%, sedangkan sisanya 80,55% ditentukan oleh variabel lain. Variabel

Page 110: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

94

lainnya yang diduga kuat dalam mempengaruhi pendapatan usahatani padi adalah

variabel-variabel yang berhubungan erat dalam kegiatan usahatani itu sendiri,

seperti benih, pupuk, pestisida, dll.

Hasil analisis dapat dimaknai bahwa PUAP mampu berperan

meningkatkan kinerja Gapoktan, serta secara tidak langsung mampu

meningkatkan pendapatan usahatani padi para anggotanya. Sebagai sebuah

organisasi, Gapoktan merupakan wadah yang membuat aturan main. Sehubungan

dengan hal itu, menurut Juraemi (2004) bahwa berusahatani hanya bisa berhasil

apabila ditunjang oleh perangkat kelembagaan terkait dengan kinerja yang baik.

Lebih lanjut Sivachithappa (2013) memaparkan, dampak langsung dari

adanya pembiayaan pertanian melalui tambahan modal usaha (kredit), yakni: (1)

bergeraknya atau berkembangnya organisasi keswadayaan masyarakat, serta (2)

meningkatnya status sosial dan ekonomi para pelakunya (petani), yang dicirikan

adanya peningkatan keterampilan kewirausahaan (increased entrepreneurial

skills), peningkatan akses kredit (increased access to credit), kemapanan dalam

bisnis (establishment of businesses), dan perubahan pola konsumsi (changes in

consumption patterns). Dari pemaparan tersebut, mengindikasi bahwa paket

pelaksanaan PUAP, memberikan peran nyata terhadap peningkatan kinerja

Gapoktan PUAP dan pendapatan usahatani padi petani PUAP.

7 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Program PUAP sangat berperan terhadap peningkatan kinerja Gapoktan.

Terlihat dari perbandingan antara kinerja Gapoktan PUAP dengan Gapoktan non

PUAP, menunjukkan kinerja Gapoktan PUAP yang lebih tinggi. Kinerja

Gapoktan ditinjau dari empat atribut penilaian kinerja, diantaranya efektifitas

organisasi, efisiensi organisasi, relevansi organisasi, dan pencapaian kemandirian

keuangan organisasi. Nilai dari ke empat atribut tersebut, secara rata-rata masuk

kategori baik.

Pendapatan petani PUAP maupun non PUAP, secara finansial masuk

kategori layak dan menguntungkan. Namun demikian, usahatani padi yang

dikelola petani PUAP tetap menunjukkan tingkat pendapatan yang lebih tinggi.

Selain itu, dilihat dari ukuran efisiensi yakni analisis R/C dan B/C, menunjukkan

program PUAP mampu berperan terhadap peningkatan efisiensi dalam usahatani

padi bagi petani PUAP, terlihat hasil analisis R/C dan B/C usahatani padi petani

PUAP nilainya lebih tinggi dibanding petani non PUAP. Lebih lanjut, berdasarkan

hasil analisis MBCR, dapat dikatakan PUAP mampu memberikan manfaat/benefit

yang nyata terhadap peningkatan pendapatan usahatani padi. Ditinjau dari hasil

analisis uji-t pada taraf kepercayaan 95 persen, diperoleh hasil bahwa pendapatan

usahatani petani PUAP dan non PUAP memiliki perbedaan yang nyata

(signifikan). Hal ini mengindikasi bahwa usahatani yang dilakukan oleh petani

PUAP lebih menguntungkan dan lebih efisien.

Hubungan antara kinerja Gapoktan dengan pendapatan usahatani padi petani

anggota, mempunyai pola hubungan searah dan signifikan. Artinya apabila kinerja

Gapoktan semakin baik maka pendapatan usahatani padi petani anggota juga akan

Page 111: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

95

mengalami peningkatan. Esensinya, program PUAP mampu meningkatkan

kapasitas aktor pelaksana program, baik terhadap aktivitas organisasi petani

maupun kinerja usahatani padi petani anggota. Hal ini sesuai dengan tujuan dari

program PUAP yakni pengembangan kapasitas.

Saran

Untuk meningkatkan kinerja Gapoktan, hal utama yang harus perbaiki

yakni: (1) modal sosial yang dimiliki petani anggota. Modal sosial ini

berpengaruh terhadap pengembangan kinerja kelembagaan tani. Sehingga potensi

dampak negatif selama menjalankan aktivitas keorganisasian secara relatif dapat

dikurangi, (2) jaringan (networking) untuk menjalin kerjasama, baik dengan

lembaga keuangan formal, lembaga pemasaran, dan lembaga penelitian, dan (3)

ketegasan sikap pengurus Gapoktan dalam mengawal dan mendampingi para

petani dalam hal pemanfaatan pinjaman.

Upaya untuk mencapai peningkatan pendapatan usahatani, perlu adanya

dukungan modal usahatani yang kuat. Modal usahatani ini bersumber dari petani

sendiri melalui menabung, arisan, dan diversifikasi usaha. Sedangkan modal dari

luar seperti halnya Program PUAP, yang bersifat mudah untuk diakses oleh petani

baik secara administrasi maupun proses pencairannya, serta tingkat bunga yang

rendah.

Hubungan antara kinerja Gapoktan dengan pendapatan usahatani sangat

erat. Sehingga kedepannya, lembaga ini dituntut untuk lebih profesional dalam hal

pengelolaan aktivitas keorganisasian, pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya

keuangan organisasi, dan melakukan pembinaan atau pendampingan kepada

petani anggota dalam hal pengelolaan usahatani. Selain itu, Gapoktan dituntut

untuk mampu mensejahterakan para anggotanya, baik secara ilmu pengetahuan

maupun finansial (permodalan).

DAFTAR PUSTAKA

Acemoglu D. 2003. Root causes: a historical approach to assessing the role of

institutions in economic development. J Finance and Development.

40(2):27-33.

Acemoglu D, Robinson JA. 2012. Why Nations Fail: The Origins of Power,

Prosperity and Poverty. London (GB): Profile Books.

Akpalu W. 2012. Access to microfinance and intra household business decision

making: implication for efficiency of female owned enterprises in Ghana.

J Sociol Econom. 41(1):513-518.

Ali SM. 2011. Dasar-Dasar Metode Statistika untuk Penelitian. Bandung (ID):

Pustaka Setia.

Ashari. 2009. Optimalisasi kebijakan kredit program sektor pertanian di

Indonesia. AKP. 7(1):21-42.

[BPTP Jawa Barat] Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat. 2013.

Laporan Perkembangan Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Usaha

Agribisnis Perdesaan (PUAP) Tahun 2008 sampai 2011 di Jawa Barat.

Bandung (ID): BPTP Jawa Barat.

Page 112: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

96

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin,

Garis Kemiskinan, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), dan Indeks

Keparahan Kemiskinan (P2) Menurut Provinsi, September 2013 [Internet].

[diunduh 2014 Apr 7]. Tersedia pada:

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&id_subyek=23&notab=1

Bardhan P. 1989. Alternative Approaches to the Theory of Institutions in

Economic Development. Di dalam: Pranab Bardhan, editor. The Economic

Theory of Agrarian Institutions. Oxford (GB): Clarendon Pr.

Biswanger P dan Khandker SR. 1995. The impact of formal finance on rural

economy of India. J Develop Stud. 32(2):232–262.

Carton RB, Hofer CW. 2010. Measuring Organizational Performance: Metrics

for Entrepreneurship and Strategic Management Research Massachusetts

01060. [tempat tidak diketahui] (US): Edward Elgar Publishing, Inc.

Chang H. 2011. Institutions and economic development: theory, policy and

history. J Instution Econom, 7(4):473-498.

Chinvanno S, Souvannalath S, Lersupavithnapa B, Kerdsuk V dan Thuan N.

2008. Strategies for Managing Climate Risks in The Lower Mekong River

Basin: A Place-Based Approach. In Climate Change And Adaptation.

Leary N, Adejuwon J, Barros V, Burton I, Kulkarni J dan Lasco R, editor.

Earthscan (GB): London. hlm 333–350.

Coffey E. 1998. Agricultural Finance: Getting The Policies Rigth. Rome (IT):

FAO dan GTZ.

Daniel M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta (ID): Penerbit Bumi

Aksara.

[Deptan] Departemen Pertanian. 2005. Rencana Pembangunan Pertanian Tahun

2005-2009. Jakarta (ID): Departemen Pertanian.

[Dirjentan] Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2013. Pedoman Pelaksanaan

Sekolah Lapangan Terpadu (SL-PTT) Padi, Jagung, Kedelai dan Kacang

Tanah Tahun 2013. Jakarta (ID): Kementerian Pertanian.

[Dirjen Pembiayaan] Direktorat Jenderal Pembiayaan Pertanian. 2013. Laporan

penyaluran dana PUAP 2012. Jakarta (ID): Direktorat Jendral Prasarana

dan Sarana Pertanian. Kementerian Pertanian.

Erna K, Kirya IK, Yulianthini NN. 2014. Pengaruh dana pengembangan usaha

agribisnis perdesaan terhadap pendapatan anggota kelompok simantri. J

Bisma Universitas Pendidikan Ganesha, Jurusan Manajemen. 2(1):33-42.

Ferdiansyah H. 2004. Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Kentang

(Kasus di Desa Argamukti Kec. Argapura Kab. Majalengka, Jawa Barat).

[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Gaspersz V. 2011. Ekonomi Manajerial: Landasan Analisis dan Strategi Bisnis

Untuk Manajemen Perusahaan dan Industri. Bogor (ID): Vinchristo

Publication.

Goetz RU, Zilberman D. 2007. The economics of land-use regulation in the

presence of an externality: a dynamic approach. optimal control

applications and methods. 28(2):21-43.

Hanafie R. 2010. Peran Modal Dalam Pengembangan Pertanian. Buku

Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta (ID): Andi Yogakarta.

Page 113: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

97

Hardie IW, Parks PJ, Van Kooten GC. 2004. Land Use Decision and Policy at

The Intensive and Extensive Margins.Tietenberg T dan Folmer H, editor.

International Yearbook of Environmental and Resource Economics

2004/2005. London (GB): Edward Elgar. hlm 101-139.

Hendayana R, Bustaman S, Sunandar N, Jamal, E. 2009. Petunjuk Pelaksanaan

Pembentukan dan Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis.

Bogor (ID): Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi

Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian

Pertanian.

Hendayana R. 2011. Dibalik Kisah Sukses PUAP dalam Buku Menggerakkan

Petani Melalui Dinamika Kelompok, Penguatan Modal, serta Penerapan

dan Pendampingan Teknologi. Bogor (ID): Balai Besar Pengkajian dan

Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian. Kementerian Pertanian.

Hendriksen SJ. 1993. Teori Akuntansi. Jakarta (ID): Erlangga.

Hermawan H, Andrianyta H. 2012. Lembaga keuangan mikro agribisnis:

terobosan penguatan kelembagaan dan pembiayaan di perdesaan. AKP.

10(2):143-158.

Hermawan H, Hendayana R. 2012. Peran bantuan langsung masyarakat melalui

PUAP terhadap struktur pembiayaan dan pendapatan usahatani. Petani dan

Pembangunan Pertanian. Seminar Nasional; 2011 Okt 12; Bogor,

Indonesia. Bogor (ID): Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan

Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian

Pertanian.

Ikhsan M. 2000. Reformasi institusi dan pembangunan ekonomi. Jurnal

Demokrasi dan HAM. 1(2):30-58.

Irawan B, Nurawan A. 2010. Petunjuk Teknis PUAP tahun 2010 spesifik Jawa

Barat. Bandung (ID): Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian.

Irwanto. 1998. Focus Group Discussion. Jakarta (ID): Pusat Kajian Pembangunan

Masyarakat.

Ishak A, Astuti UP. 2012. Evaluasi kinerja gapoktan dan persepsi petani terhadap

lembaga keuangan mikro agribisnis (LKM-A) pada gapoktan penerima

dana blm-PUAP di kota Bengkulu. Petani dan Pembangunan Pertanian.

Seminar Nasional; 2011 Okt 12; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Pusat

Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian.

Jehangir WA, Ashfaq M, Ali A, Sarwar N. 2002. Use of credit for poverty

reduction by small farmers. Pakistan Journal of Applied Sciences. 2(7):

777-780.

Juraemi. 2004. Hubungan antara kinerja kelembagaan dengan keragaan sistem

agribisnis pada perusahaan inti rakyat perkebunan kelapa sawit. JEPP.

1(2):33-40.

Kasryno F. 1984. Kerangka Analisa Ekonomi Pembangunan Pedesaan. Di dalam

Faisal Kasryno, editor. Prospek Pembangunan Ekonomi Pedesaan

Indonesia. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta (ID): PSEKP.

Page 114: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

98

Kementerian Pertanian. 2010a. Pedoman Umum Pengembangan Usaha Agribisnis

Perdesaan (PUAP). Jakarta: (ID): Kementerian Pertanian.

Kementerian Pertanian. 2010b. Petunjuk Teknis Pemeringkatan (Rating)

Gapoktan PUAP Menuju LKM-A. Jakarta: (ID): Kementerian Pertanian.

Kementerian Pertanian. 2011. Petunjuk Teknis Penyuluh Pendamping.

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) 2011. Jakarta (ID):

Kementerian Pertanian.

Kementerian Pertanian. 2012. Petunjuk Teknis Penyelia Mitra Tani (PMT).

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) 2012. Jakarta (ID):

Kementerian Pertanian.

Kementerian Pertanian. 2013. Pedoman Umum Pengembangan Usaha Agribisnis

Perdesaan (PUAP) 2013. Jakarta (ID): Kementerian Pertanian.

Kementerian Pertanian. 2014. Kalender Tanam Terpadu Komoditas Padi Sawah

dan Palawija Spesifik Lokasi. Jakarta (ID): Kementerian Pertanian.

Khandker SR dan Faruqee RR. 2000. The Impact of Farm Credit in Pakistan.

Pakistan (IN): World Bank.

Kuncoro M. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta (ID):

Penerbit Erlangga.

Lesmana D, Asslamiyah F. 2009. Efektivitas program prima tani dalam

pengembangan kelembagaan tani. JEPP. 6(2):40-48.

Lusthaus C, Adrien MH, Anderson G, Carden F, Montalvan GP. 2002.

Organizational Asessment: A Framework for Improving Performance.

Canada: International Development Research Centre.

Mahmudi. 2005. Manajemen Kinerja Sektor Pelayanan Publik. Yogyakarta (ID):

BPFE.

Makeham JP, Malcolm RL. 1991. Manajemen Usahatani Daerah Tropis. Jakarta

(ID): LP3ES.

Manig W. 1991. Rural Social and Economic Structures and Social Development.

Di dalam: Windfried Maning, editor. Stability and Change in Rural

Institutions in North Pakistan. Volume 85. Socio-economic Studies on

Rural Development. Alano. Aachen.

Margono S. Drs. 2007. Metologi Penelitian Pendidikan Komponen MKDK.

Jakarta (ID): Rineka Cipta.

Mariah. 2009. Pengaruh Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat Terhadap

Pendapatan dan Efisiensi Usahatani Padi Sawah di Kabupaten Penajen,

Paser.

Mirza T. 2000. Kredit Usaha Tani: Antara Harapan dan Kenyataan. Usahawan. Ed

ke-5, Volume ke-29. Jakarta.

Moeler MT, Thorsen BJ. 2000. A Dynamic Agricultural Household Model With

Uncertain Income and Irriversible on Indivisible Invesment Under Credit

Constrains [Internet]. [diunduh 2013 Jun 21]. Tersedia pada:

http://ideas.respec.org/p/adh/narheu/2000-7.html.

Morgan DL dan Kruger RA. 1993. When to Use Focus Group and Why. Di

dalam: Morgan DL, editor. Successful Focus Groups, pp.

Mosher AT. 1987. Getting Agriculture Moving (Menggerakkan dan Membangun

Pertanian). Krisnandhi S, Bahrin S, penerjemah. Jakarta (ID): CV.

Yasaguna.

Page 115: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

99

Nam GB. 2011. Modelling Farmers Decisions on Integrated Soil Nutrient

Management in Sub Sahara Afrika: A Multinomial Logit Analysis in

Cameroon. Afrika (tZA): International Institute of Tropical Agriculture.

Nasution. 2003. Metode Research. Jakarta (ID): PT. Bumi Aksara.

North D.C. 1994. Economic Performance Through Time. The American

Economic Review. Issue 3, Volume 84, hlm 359-368.

Nurmanaf A, Hastuti EL, Ashari, Friyatno S, Budi W. 2006. Analisis sistem

pembiayaan mikro dalam mendukung usaha pertanian di perdesaan. AKP.

5(2):99-109. Bogor (ID): PSEKP.

Nursyamsiah T. 2010. Pengaruh Program Pengembangan Usaha Agribisnis

Perdesaan (PUAP) Terhadap Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi

[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Nuryana M (2012). Program Evaluation. Kementerian Sosial [Internet]. [diunduh

2013 Jun 24]. Tersedia pada:

www.kemsos.go.id/modules.php?nama=Downloads&d.

Pakpahan A. 2000. Kerangka Analitik Untuk Penelitian Rekayasa Sosial:

Perspektif Ekonomi. Di dalam: Evolusi Kelembagaan Pedesaan di Tengah

Perkembangan Teknologi Pertanian. Seminar Nasional Patanas, Bogor,

Indonesia. Bogor (ID): PSEKP.

Pejovich S. 1995. Economic Analysis of Institutions and Systems. Netherlands

(NL): Kluwer Academic Publishers. Dordrecht.

Peters, BG. 2000. Institutional theory : Problem and prospects. Political Science,

No. 69. Institute for advances studies Vienna.

Pitt MM dan Khandker SR. 1998. The impact of group based credit program on

poor households in Bangladesh: Do the gender of participants matter?.

Journal of Political Economy. 206(5):106-122.

Prasad BC. 2003. Instutional economics and economic development: the theory of

property rights, economic development, good governance and the

environment. International Journal of Social Economics. 30(6):741-762.

Prasetyo T, Joko TP. 2009. Modal dan Produk Pembiayaan Lembaga Keuangan

Mikro Agribisnis. Di Dalam: Membangun Lembaga Keuangan Mikro

Agribisnis. Semarang (ID): BPTP Jawa Tengah.

Prastowo A. 2010. Menguasai Teknik-Teknik Koleksi Data Penelitian Kualitatif.

Yogyakarta (ID): Diva Press.

Prayitno H, Arsyad L. 1997. Petani Desa dan Kemiskinan. Yogyakarta (ID):

BPFE.

Prihartono MK. 2009. Dampak program pengembangan agribisnis perdesaan

terhadap kinerja gapoktan dan pendapatan anggota Gapoktan [Skripsi].

Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Riduwan. 2004. Metode Riset. Jakarta (ID): Rineka Cipta

Riduwan. 2005. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti

Pemula. Cetakan ke-1. Bandung (ID): CV Alfabeta.

Riduwan, Kuncoro EA. 2011. Cara Mudah Menggunakan dan Memaknai Path

Analysis (Analisis Jalur). Bandung (ID): CV Alfabeta.

Rutherford M. 1994. Institutions in Economic: The Old and The New

Institutionalism. Cambridge (GB): Cambridge University Press.

Page 116: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

100

Sagala. 2010. Dampak program pengembangan usaha agribisnis perdesaan (puap)

terhadap pendapatan petani [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sekaran U. 2003. Research Methods for Business: Skill Building Approach,

Fourth Edition. New York (US): John Wiley and Sons Inc.

Seo SN, Mendelsohn R. 2008. Climate Change Impact on Latin American

Farmland Value: The Role of Farm Type.

Setyarini PD, Hubeis M, Kadarisman D. 2010. Evaluasi kinerja lembaga

keuangan mikro swamitra mina dengan pendekatan balanced scorecard.

Jurnal Manajemen Industri Kecil Menengah. 5(1):80-89. Bogor (ID):

Institut Pertanian Bogor.

Sivachithappa, K. 2013. Impact of micro finance on income generation and

livelihood of members of self help groups – a case study of mandya

district, india. Journal Social and Behavioral Sciences. 91 (10):228-240.

Smith RL, Smith JK. 2004. Entrepreneurial Finance. New York (US): John Wiley

and Son Inc.

Soedarsono H. 1995. Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta (ID): LP3ES.

Soeharjo A, Patong D. 1973. Sendi-sendi Pokok Ilmu Usahatani. Bogor (ID):

Institut Pertanian Bogor.

Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisa

Fungsi Cobb-Douglass. Jakarta (ID): PT. Raja Grafindo Persada.

Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. Jakarta (ID): UI Press.

Soekartawi, Soeharjo A, Dillon JL, Haedaker JB. 1986. Ilmu Usahatani dan

Penelitian untuk Perkembangan Petani Kecil. Jakarta (ID): Universitas

Indonesia.

Soentoro, Supriyati, Jamal E. 1992. Sejarah Perkreditan Pertanian Subsektor

Tanaman Pangan Dalam Perkembangan Perkreditan di Indonesia. Andin

H. Taryoto, Abunawan M., Soentoro, dan Hermanto, editor. Monograph

Series. Nomor 3. Bogor (ID): PSEKP.

Soetomo G. 1997. Kekalahan Petani Miskin: Dimensi Manusia dalam

Pembangunan Pertanian. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Suandi Y, Darmayanti, Yulismi. 2012. Model pengembangan usaha agribisnis

perdesaan pada usahatani padi sawah di kecamatan sekernan Kabupaten

Muaro Jambi Provinsi Jambi. Jurnal Penelitian Universitas Jambi.

14(2):25-34.

Suanggana A. 2011. Pengaruh program pengembangan usaha agribisnis perdesaan

(PUAP) terhadap pendapatan usahatani padi [Skripsi]. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor.

Sudarmanto. 2009. Kinerja dan Pengembangan Kompetensi Sdm (Teori, Dimensi

Pengukuran dan Implementasi Dalam Organisasi. Yogyakarta (ID):

Kanisius.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung

(ID): Penerbit Alfabeta.

Supadi, Sumedi. 2004. Tinjauan umum kebijakan kredit pertanian. Icaserd

Working Paper. Nomor 25, 2004 Jan. Bogor (ID): PSEKP.

Suprapto A. 2012. Pokok-pokok bahasan terhadap pelaksanaan PUAP. Workshop

PUAP; 2012 Agu 8; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): BBP2TP.

Page 117: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

101

Suwadjono. 2005. Teori Akuntansi Perekayasa Pelaporan Keuangan. Edisi 3.

Yogyakarta (ID): BPFE.

Suyadi D, Remi SS, Muljarijadi B. 2012. Pengaruh pemberian bantuan tambahan

modal usahatani melalui program pengembangan usaha agribisnis

perdesaan (PUAP) terhadap peningkatan pendapatan usahatani. Jurnal

Agribisnis. 10(2):20-30.

Swastika DKS. 2004. Beberapa teknik analisis dalam penelitian dan pengkajian

teknologi pertanian. JPPTP. 7(1):90-103; Januari 2001.

Syahyuti. 2012. Kelemahan konsep dan pendekatan dalam pengembangan

organisasi petani: analisis kritis terhadap Permentan No.273 Tahun 2007.

AKP. 10(2), 119-142.

Syukur M, Sumaryanto, Sumedi, 1998. Kinerja Kredit Pertanian dan Alternatif

Penyempurnaannya untuk Pengembangan Pertanian. T. Sudaryanto, I. W.

Rusastra dan Erizal Jamal, editor. Monograph series Nomor 20. Bogor

(ID): PSEKP.

Syukur M, Sumaryanto, Saptana, Nurmanaf AR, Wiryono B, Anugrah IS,

Sumedi. 1999. Kajian skim kredit usahatani menunjang pengembangan IP-

Padi 300 di Jawa Barat. Bogor (ID): PSEKP.

Syukur M, Mayrowani H, Sunarsih, Marisa Y, Fauzi M, Sutopo. 2000.

Peningkatan Peranan Kredit dalam Menunjang Agribisnis di Perdesaan

[Laporan Hasil Penelitian]. Bogor (ID): PSEKP.

Tampubolon SMH. 2002. Kredit Untuk Petani. Di dalam: Harianto, R. Pambudy,

Tungkot S, dan Burhanudin, editor. Suara dari Bogor Sistem dan Usaha

Agribisnis: Kacamata Sang Pemikir. Bogor (ID): Pusat Studi

Pembangunan IPB dan USESE Fondation. hlm 116-119.

Todaro MP, Smith SC. 2006. Pembangunan Ekonomi. Ed ke-9, Jilid 1. Jakarta

(ID): Penerbit Erlangga.

Umar H. 2005. Metode Penelitian Untuk skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta (ID):

Raja Grafindo Persada.

Wahyuni S. 2003. Kinerja kelompok tani dalam sistem usahatani padi dan metode

pemberdayaannya. Jurnal Litbang Pertanian. 22(1):1-8.

Widya TA. 2012. Analisis dampak pelaksanaan program pengembangan usaha

agribisnis perdesaan (PUAP) [Tesis]. Jakarta (ID): Universitas Indonesia.

Wijaya T. 2011. Step by Step Cepat Menguasai SPSS 19. Yogyakarta (ID):

Penerbit Cahaya Atma.

Xiaoping S. 2011. Improve the investment and financing environment and

promote sustainable development of agriculture in shandong province,

china. Management Science and Engineering. 5(4): 50-53.

Yamane T. 1967. Elementary Sampling Theory. Prentice-Hall Inc. Englewood

Cliffs.

Yeager T.J. 1999. Institutions, Transition Economies, and Economic

Development. Political Economy of Global Interdependence. London

(GB): Oxford pr.

Yustika AE. 2013. Ekonomi Kelembagaan: Paradigma, Teori, dan Kebijakan.

Jakarta (ID): Penerbit Erlangga.

Page 118: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

102

Lampiran 1. Karakteristik Gapoktan Contoh Penerima PUAP

Parameter Profil Gapoktan

Nama Gapoktan : Saluyu Utama Mitra Tani Mitra Tani

Kabupaten : Subang Subang Subang

Kecamatan : Ciasem Ciasem Patok Besi

Desa : Ciasem Tengah Sukahaji Tambak Jati

Ketua : Nanung Jamhuri Ade Saeful Komar Manaf HP

Sekretaris : Muhidin Wuryantoro Muid Muhidin

Bendahara : Satori H. Ibrohim Ibnu Mas’ud

Terima PUAP : 2008 2008 2010

Jumlah Kelompok : 5 Kelompok Tani 7 Kelompok Tani 11 Kelompok Tani

Jumlah Anggota : 50 Orang 51 Orang 540 Orang

Nilai Pinjaman

(kredit) untuk

anggota

: Rp. 1 Juta (untuk

pemerataan pinjaman)

Rp. 1 Juta (untuk

pemerataan dan

mengantisipasi kredit macet

jika diberikan pinjaman

terlalu banyak)

Rp. 2 Juta (jika petani lancar

dan jujur maka untuk

peminjaman berikutnya

dinaikkan flaponnya s/d Rp. 3-

3,5 Juta)

Nilai Aset yang

dikelola s/d Mei

2014

: Rp. 229.154.000 Rp. 193.060.000 Rp. 180.000.000

Unit Usaha

Otonom Gapoktan

: 1. Simpan Pinjam

2. Menjual Saprodi

(benih & Pupuk)

1. Simpan Pinjam

2. Penjualan Saprodi

(Benih & Pupuk)

1. Simpan Pinjam

2. Penjualan Saprodi (Benih

& Pupuk)

3. Pengolahan & Pemasaran

Hasil

4. Jasa Alsintan

Jasa : 1,5 % per bulan 1,5 % per bulan 1,5% per bulan

Iuran Pokok : - - Rp. 100.000

Iuran Wajib : - - Rp. 20.000

Usaha Petani

Anggota

: 1. Padi

2. Hortikultura,

3. Palawija

1. Padi

2. Budidaya Jamur

Merang

3. Hortikultura

1. Padi

2. Hortikultura

3. Ternak (Kambing, ayam)

4. Bakulan

5. Palawija

Kendala Gapoktan : 1. Dana Rp. 100 Juta

untuk digulirkan ke

petani anggota kurang

2. Sulit menaikkan

flapond pinjaman, saat

ini baru mampu s/d

Rp. 1,5 juta (bagi

petani yang lancar

pengembaliannya pada

periode pinjaman

sebelumnya)

3. Pemasaran hasil padi

1. Mental petani anggota

kurang bagus, hampir

5% anggota terlambat

bayar (kredit macet)

karena ada anggapan

dari peminjam bahwa

BLM seperti BLT

yang tidak perlu

dikembalikan, dan

mereka saling

memprovokasi.

2. Pemasaran hasil padi

Tidak ada

Sarana &

Prasaranan

Gapoktan

: Kantor sekretariat:

Rumah Ketua Gapoktan

Fasilitas: Plang Nama

Gapoktan, Struktur

Organisasi, Buku

administrasi

Lainnya: -

Kantor sekretariat:

Rumah Ketua Gapoktan

Fasilitas: Plang Nama

Gapoktan, Struktur

Organisasi, Buku

administrasi

Lainnya: -

Kantor sekretariat: Bangunan

sendiri (terpisah dari rumah

ketua)

Fasilitas: Komputer PC,

Printer, Kursi, Meja, Plang

Nama Gapoktan, Lemari

Arsip, Struktur Organisasi,

Buku Administrasi

Lainnya: Memiliki Gudang

Beras, Lantai Jemur Uap, dan

Penggilingan Beras

Kerjasama : - - SHS: perbenihan padi

Page 119: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

103

Lampiran 2. Karakteristik Gapoktan Contoh Non Penerima PUAP

Parameter Profil Gapoktan

Nama Gapoktan : Jaya Laksana Makmur Tani Warga Tani

Kabupaten : Subang Subang Subang

Kecamatan : Ciasem Patokbeusi Ciasem

Desa : Ciasem Hilir Ranca Bango Pinang Sari

Ketua : Waryo Dadang Nurdin

Sekretaris : H. Amin Hasan Aan

Bendahara : Sultoni Wahyudin Dedi Suhardi

Terima PUAP : - - -

Jumlah Kelompok : 7 Kelompok Tani 4 Kelompok Tani 8 Kelompok Tani

Jumlah Anggota : 70 Orang 41 Orang 117 Orang

Nilai Pinjaman

(kredit) untuk

anggota

: Rp. 500 ribu Rp. 500 ribu Rp. 500 ribu

Nilai Aset yang

dikelola s/d Mei

2014

: Rp. 55.360.000 Rp. 75.850.000 Rp. 51.750.000

Unit Usaha Otonom

Gapoktan

: 1. Simpan Pinjam

2. Menjual Saprodi (benih

& Pupuk)

3. Pengolahan &

pemasaran hasil

1. Simpan Pinjam

2. Penjualan Saprodi

(Benih & Pupuk)

3. Pengolahan &

pemasaran hasil

1. Simpan Pinjam

2. Jasa Alsintan

Jasa : 1,5 % per bulan 1,5 % per bulan 1,5% per bulan

Iuran Pokok : - - -

Iuran Wajib : - - -

Usaha Petani

Anggota

: 1. Padi

2. Hortikultura,

3. Krupuk

1. Padi

2. Budidaya Jamur

Merang

3. Ternak (kambing,

ayam)

4. Bakulan

1. Padi

2. Budidaya Jamur

Merang

Kendala Gapoktan : 1. Gapoktan kurang modal,

sulit menaikkan flapond

pinjaman, saat ini baru

mampu meminjamkan

s/d Rp. 500 ribu.

2. Pemasaran hasil padi

1. Gapoktan kurang

modal, sulit menaikkan

flapond pinjaman, saat

ini baru mampu

meminjamkan s/d Rp.

500 ribu.

2. Pemasaran hasil padi

1. Gapoktan kurang

modal, sulit

menaikkan flapond

pinjaman, saat ini

baru mampu

meminjamkan s/d

Rp. 500 ribu.

2. Pemasaran hasil

padi

Sarana & Prasaranan

Gapoktan

: Kantor sekretariat: Rumah

Ketua Gapoktan

Fasilitas: Plang Nama

Gapoktan, Struktur

Organisasi, Buku

administrasi

Lainnya: -

Kantor sekretariat:

Rumah Ketua Gapoktan

Fasilitas: Struktur

Organisasi, Buku

administrasi

Lainnya: -

Kantor sekretariat:

Rumah Ketua

Gapoktan

Fasilitas: Plang Nama

Gapoktan, Struktur

Organisasi, Buku

administrasi

Lainnya: -

Kerjasama : - - -

Page 120: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

104

Lampiran 3. Hasil Analisis Usahatani Padi Petani PUAP

Harga/satuan Nilai

(Rp) (Rp)

A. Biaya (cost )

Benih 16.83 Kg 10,000 168,333

Pupuk

1) Urea 200.00 Kg 1,850 370,000

2) TSP/SP36 168.33 Kg 2,200 370,333

3) NPK 137.93 Kg 2,400 331,034

4) Organik 556.00 Kg 600 333,600

5) ZPT/PPC 1.00 Kg 208,235 208,235

6) Lainnya - -

Total Biaya Pupuk 1,613,203

Pestisida

1) Insektisida, Fungisida 15.00 Liter 98,697.78 1,480,467

2) Herbisida 1.00 Liter 189,333 189,333

Jumlah Biaya Pestisida 1,669,800

Tenaga Kerja

1) Pengolahan Tanah

1. Traktor 1.00 Unit 626,667 626,667

2. Meratakan Pematang

2.1. Upah Harian 5.27 HOK 40,000 210,667

2.2. Borongan 0.00 0 0 0

Jumlah Biaya Pengolahan Tanah 837,333

2) Tanam 1.00 Borongan 700,000 700,000

3) Penyiangan 20.60 HOK 40,000 824,000

4) Pemupukan 5.20 HOK 40,000 208,000

5) Pengendalian OPT 21.00 HOK 40,000 840,000

6) Panen (bawon) 1,066 Kg 4,000 4,262,222

7) Perontokan (Power Thresher) 1.00 Unit 808,333 808,333

Jumlah Biaya Tenaga Kerja 8,479,889

Biaya Lainnya

1) PBB 1 per musim 50,000 50,000

2) Iuran Desa 1 per musim 75,000 75,000

3) Iuran air/pompa/ulu-ulu 1 per musim 100,000 100,000

Jumlah Biaya Lainnya 225,000

Total Biaya (TC) 12,156,225

B. Total Penerimaan (TR) 6,657 Kg 4,200 27,959,400

C. Pendapatan kotor (TR-TC) 15,803,175

D. Hutang (risk premium ) per musim 1,590,000

E. Pendapatan Bersih 14,213,175

R/C 2.30

B/C 1.17

Komponen Jumlah Satuan

Page 121: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

105

Lampiran 4. Hasil Analisis Usahatani Padi Petani Non PUAP

Harga/satuan Nilai

(Rp) (Rp)

A. Biaya (cost )

Benih 16.33 Kg 7,833 127,913

Pupuk

1) Urea 166.67 Kg 1,850 308,333

2) TSP/SP36 107.41 Kg 2,300 247,037

3) NPK 108.62 Kg 2,400 260,690

4) Organik 350.00 Kg 600 210,000

5) ZPT/PPC 1.00 Liter 174,750 174,750

6) Lainnya (bekas jamur) 1.00 Kg 142,222 142,222

Total Biaya Pupuk 1,343,032

Pestisida

1) Insektisida, Fungisida 9.00 Liter 80,574 725,167

2) Herbisida 1.00 Liter 89,600 89,600

Jumlah Biaya Pestisida 814,767

Tenaga Kerja

1) Pengolahan Tanah

1. Traktor 1.00 Unit 551,667 551,667

2. Meratakan Pematang

2.1. Upah Harian 0.00 HOK - -

2.2. Borongan 1.00 Borongan 253,833 253,833

Jumlah Biaya Pengolahan Tanah 805,500

2) Tanam 1.00 Ceblokan 149,333 149,333

3) Penyiangan 17.37 HOK 40,000 694,667

4) Pemupukan 4.10 HOK 40,000 164,000

5) Pengendalian OPT 13.77 HOK 40,000 550,667

6) Panen (bawon) 865 Kg 4,000 3,460,000

7) Perontokan (Power Thresher) 1.00 Unit 716,667 716,667

Jumlah Biaya Tenaga Kerja 6,540,833

Biaya Lainnya

1) PBB 1 per musim 50,000 50,000

2) Iuran Desa 1 per musim 75,000 75,000

3) Iuran air/pompa/ulu-ulu 1 per musim 100,000 100,000

Jumlah Biaya Lainnya 225,000

Total Biaya (TC) 9,051,545

B. Total Penerimaan (TR) 5,190 Kg 4,000 20,760,000

C. Pendapatan kotor (TR-TC) 11,708,455

D. Hutang (risk premium ) per musim 1,898,667

E. Pendapatan Bersih 9,809,788

R/C 2.29

B/C 1.08

SatuanKomponen Jumlah

Page 122: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

106

Lampiran 5. Hasil Analisis Uji Beda (Uji T) Terhadap Pendapatan Usahatani Padi

Group Statistics

Keanggotaan_

Petani N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Pendapatan_UT_Padi PUAP 30 14213175.00 2906796.094 530705.930

NON PUAP 30 9809788.09 2212570.956 403958.341

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval

of the Difference

F Sig. t df Sig.

(2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference Lower Upper

Pendapatan_UT_Padi

Equal variances assumed

8.184 .006 6.366 58 .000 4245577.700 666956.614 2910518.984 5580636.416

Equal variances not assumed

6.366 54.159 .000 4245577.700 666956.614 2908499.974 5582655.426

Page 123: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

107

Lampiran 6. Hasil Analisis Person Product Moment Terhadap Hubungan

Kinerja Gapoktan dengan Pendapatan Usahatani Padi

Page 124: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

108

Lampiran 7. Hasil Analisis Uji Beda (Uji T) Terhadap Pemakaian Benih pada

Usahatani Padi Petani Sampel

Group Statistics

Keanggotaan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Benih PUAP 30 16.83 2.780 .508

NonPUAP 30 16.33 3.925 .717

Page 125: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

109

Lampiran 8. Hasil Analisis Uji Beda (Uji T) Terhadap Pemakaian Pupuk Urea

pada Usahatani Padi Petani Sampel

Group Statistics

Keanggotaan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Urea PUAP 30 200.00 45.486 8.305

NonPUAP 30 166.67 51.417 9.387

Page 126: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

110

Lampiran 9. Hasil Analisis Uji Beda (Uji T) Terhadap Pemakaian Pupuk TSP

pada Usahatani Padi Petani Sampel

Group Statistics

Keanggotaan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

TSP PUAP 30 168.3333 33.43376 6.10414

NonPUAP 30 96.6667 55.60534 10.15210

Page 127: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

111

Lampiran 10. Hasil Analisis Uji Beda (Uji T) Terhadap Pemakaian Pupuk NPK

pada Usahatani Padi Petani Sampel

Group Statistics

Keanggotaan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

NPK PUAP 30 133.33 46.113 8.419

NonPUAP 30 105.00 54.694 9.986

Page 128: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

112

Lampiran 11. Hasil Analisis Uji Beda (Uji T) Terhadap Pemakaian Pupuk

Organik pada Usahatani Padi Petani Sampel

Group Statistics

Keanggotaan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Organik PUAP 30 463.3333 268.43523 49.00934

NonPUAP 30 81.6667 173.44548 31.66667

Page 129: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

113

Lampiran 12. Hasil Analisis Uji Beda (Uji T) Terhadap Pemakaian Tenaga Kerja

pada Usahatani Padi Petani Sampel

Group Statistics

Keanggotaan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

TenagaKerja PUAP 30 66.07 7.969 1.455

NonPUAP 30 55.24 7.734 1.412

Page 130: PERAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS … · Gapoktan performance analysis results indicate that the ratio of performance ... Gapoktan performance has a real impact on the level

114

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 17 September 1977

dari ayah H. Sa’ad dan Ibu Hj. Atjah Hadijah. Penulis merupakan anak ketiga dari

lima bersaudara.

Pendidikan formal penulis diawali di SD Negeri Sindang Rasa Bogor, dari

tahun 1984 – 1990. Kemudian penulis melanjutkan studi di SLTP Negeri 3

Ciomas Bogor dan lulus tahun 1993. Pada tahun 1996, penulis lulus dari SLTA

PGRI 1 Bogor. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan studi di Universitas

Djuanda Bogor, pada Program Studi Agribisnis, Jurusan Sosial Ekonomi

Pertanian, Fakultas Pertanian dan lulus pada tahun 2001. Penulis mendapatkan

kesempatan untuk melanjutkan studi ke Program Magister di Institut Pertanian

Bogor, Program Studi Magister Sains Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen pada tahun 2012 melalui beasiswa Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian Republik Indonesia.

Pada tahun 2001, penulis bekerja sebagai staf pada Pusat Analisis Sosial

Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSE-KP) Bogor di bawah Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian Republik Indonesia Pada

tahun 2005 sampai dengan sekarang, penulis bekerja sebagai peneliti pada Balai

Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) Bogor di

bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian

Republik Indonesia.

Penulis menikah dengan Harmi Andrianyta pada 22 Januari 2006.

Dikaruniai dua orang anak. Anak pertama Muhammad Haikal Harsyaputra, lahir

pada tanggal 3 April 2008, dan anak kedua Hayumi Azzahra Harsyaputri, lahir

pada tanggal 15 Mei 2013.

Selama mengikuti pendidikan pada Program Studi Magister Sains

Agribisnis, penulis telah mempublikasikan sebuah artikel yang berjudul “Peran

Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan Terhadap Kinerja Gapoktan

dan Pendapatan Usahatani Padi di Kabupaten Subang”. Artikel tersebut

diterbitkan pada Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

(JPPTP) BBP2TP Volume 18 Nomor 1 Tahun 2015 (terakreditasi dengan SK No.

280/AU1/P2MBI/05/2010, tanggal 6 Mei 2010). Penulis merupakan anggota

Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI) dan Himpunan

Mahasiswa Wirausaha Pascasarjana (HIMAWIPA) IPB.