PERAN LEMBAGA GAPOKTAN TERHADAP STABILISASI HARGA …
Transcript of PERAN LEMBAGA GAPOKTAN TERHADAP STABILISASI HARGA …
PERAN LEMBAGA GAPOKTAN TERHADAP STABILISASI
HARGA GABAH DI KECAMATAN KAJANG KABUPATEN
BULUKUMBA
RAKHMAT QALBI
105960172114
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
PERAN LEMBAGA GAPOKTAN TERHADAP STABILISASI
HARGA GABAH DI KECAMATAN KAJANG KABUPATEN
BULUKUMBA
RAKHMAT QALBI
105960172114
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu
(S-1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
ABSTRAK
RAKHMAT QALBI, 105960172114. Peran Lembaga Gapoktan Terhadap
Stabilisasi Harga Gabah di Kecamatan Kajang kabupaten Bulukumba ,
dibimbing oleh AMRUDDIN dan ASRIYANTI SYARIF.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fungsi peran lembaga gapoktan terhadap
stabilisasi harga gabah di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba.
Penelitian di lakukan pada gapoktan di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba.
Pengambilan sampel dilakukan secara stratified random sampling dimana :Di
Kecamatan Kajang Memiliki 3 gapoktan diantaranya (Gapoktan Bonto Rannu,
Gapoktan Bontobiraeng, Dan Gapoktan Sangkala) sehingga diambil sampel dengan
perincian 3 orang ketua, 3 orang sekretaris, 3 orang bendahara, dan 15 orang anggota
jadi total sampel sebanyak 24 orang petani padi. Analisis data di lakukan secara scoring
untuk mengetahui peran lembaga gapoktan dan analisis deskriftip untuk menegetahui
upaya gapoktan dalam stabilisasi harga gabah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1.)Peran lembaga sebagai lembaga Sentral
berada pada kategori sedang dengan nilai 2,24. Hal ini di sebabkan karena gapoktan
telah berfungsi sebagai lembaga yang mensuplai kebutuhan petani ( pupuk, dan lain-
lain). Peran lembaga sebagai Ketahanan pangan berada pada kategori tinggi dengan
nilai 2.30. Hal ini di sebabkan karena gapoktan berperan aktif dalam peningkatan
produksi dan mutu gabah. Peran gapoktan sebagai Usaha Ekonomi Pedesaan berada
pada kategori sedang dengan nilai 1,70. Hal ini di sebabkan karena gapoktan belum
berperan dalam proses stabilisasi harga, petani masih mengandalkan pedagang dalam
proses pemasaran dan harga menjadi turun pada saat panen raya (2) Dalam hal ini
upaya gapoktan dalam stabilisasi harga di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba
dimana harga gabah di tentukan oleh adanya permintaan dan penawaran sementara
gapoktan belum menjadi perpanjangan tangan melalui buloq..
Kata kunci : peran gapoktan, stabilisasi harga.
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji syukur senantiasa saya panjatkan kehadiran Allah SWT atas limpahan
rahmat, hidayah-Nya dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada saya dengan
penuh ketenangan hati dan keteguhan pikiran untuk dapat menyelesaikan skripsi ini
yan berjudul “Peran Lembaga Gapoktan Terhadap Stabilisasi Harga Gabah Di
Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba” dengan tepat waktu. Skripsi ini
merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa
adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak.. Untuk itu penulis memberikan
penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Mustamin.M dan Ibunda Rosdiana S.Pd
yang selalu memberikan dukungan moril maupun materil serta menghantarkan doa,
kasih sayang dan kesabaran yang tulus yang tiada hentinya. Penulis juga menghaturkan
banyak terima kasih kepada kakanda Fitrah William dan Lili Armawedana yang
senantiasa memberikan semangat, motivasi serta memberikan dukungan baik moril
maupun materil dan doa yang tak henti dihaturkan kepada penulis. Teruntuk adikku
Nur Rahmi Tenri Yola dan Nurul Azizah tetap semangat kuliah dan sekolahnya
semangat menggapai cita-cita untuk masa depan.
Tanpa mengurangi rasa hormat, pada kesempatan ini pula penulis juga
menyampaikan ucapan rasa terima kasih dengan segala keikhlasan kepada :
1. Bapak Amruddin, S.Pt.,M.Si. selaku dosen pembimbing utama yang telah
memberikan ilmu, arahan dan menjelaskan ketidak pahaman dalam menyusun
skripsi, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan baik.
2. Ibu Asriyanti Syarif, S.P, M.Si. selaku dosen pembimbing kedua yang berkenan
meluangkan waktu untuk membimbing penulis, pembimbing yang telah
memberikan nasehat, arahan, petunjuk dan bimbingan serta dengan sabar dan
penuh tanggung jawab meluangkan waktu, tenaga dan pikiran mulai dari
penyusunan hingga selesainya skripsi ini.
3. Bapak Dr. Mohammad Natsir, S.P, M.P. dan Ibu Sitti Arwati S.P. M.Si selaku
dosen penguji yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan,
kritikan serta saran yang dapat menunjang dalam proses menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak H. Burhanuddin,S.P.,M.P selaku Dekan dan para Wakil Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar beserta seluruh jajarannya.
5. Ibu Dr. Sri Mardiyati.S.P.,M.P selaku Ketua Jurusan Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar dan Bapak Nadir S.P., M.Si
selaku sekretaris Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar.
6. Seluruh dosen dan staf Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
7. Kepada pihak pemerintah kecamatan Kajang kabupaten Bulukumba khususnya
para petani dan penyuluhnya yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan
penelitian di daerah tersebut.
8. Teman-teman seperjuangan tanpa terkecuali, yang telah setia menemani,
mendengarkan segala curahan hati dan terima kasih untuk pertemanan, semangat
dan kebersamaannya selama ini.
9. Seseorang yang spesial, Heri Atmasari S.P yang telah sabar menghadapi dan
menuntun penulis dan selalu memberikan motivasi, semangat, Doa serta
membantu dalam penyusunan skripsi ini terima kasih yang tak terhingga.
10. Seluruh keluarga serta segala pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya
satu persatu, terima kasih telah memberikan bantuan dan dukungan khususnya pada
penulis.
11. Dan terakhir terima kasih juga untuk teman-teman Kost cicilan, Sound Coffe dan
Scooter Independent Kampoeng (S.I.K) Bulukumba yang telah memberikan
motivasi dan ketenangan dalam penyusunan skripsi ini.
Dalam menyusun skripsi ini, penulis menyadari akan ketidak sempurnaan tulisan
ini, mengingat tingkat kemampuan penulis yang terbatas. Namun demikian penulis
telah berusaha keras untuk menyusun agar tugas akhir ini dapat tersusun dengan baik.
Akhir kata, penulis menyampaikan permohonan maaf atas segala kekurangan dan
terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu. Wassalamu Alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh.
Makassar , Juli 2019
Rakhmat Qalbi
105960172114
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................... i
HALAMAN JUDUL .................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iv
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4
1.4. Kegunaan Penelitian ...................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Lembaga Petani Gapoktan .............................................................. 5
2.2. Stabilisasi Harga .............................................................................. 9
2.3. Kerangka Pemikiran ........................................................................ 11
III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian ......................................................... 14
3.2. Teknik Penentuan Sampel .............................................................. 14
3.3. Jenis Dan Sumber Data ................................................................... 14
3.4. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 15
3.5. Teknik Analisis Data ...................................................................... 16
3.6. Definisi Operasional ....................................................................... 17
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 19
4.1. Letak Geografis………………………………………………………19
4.2. Keadaan Pertanian dan Luas Lahan………………………………… 23
4.3. Keadaan penduduk…………………………………………………...25
4.3.1. Jenis Kelamin dan Umur………………………………………25
4.3.2. Pola Penggunaan Lahan……………………………………….26
4.4. Sarana dan Prasarana………………………………………………..27
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 30
5.1 Identitas Responden………………………………………………...30
5.1.1. Umur………………………………………………………….30
5.1.2. Pendidikan Responden……………………………………….32
5.1.3. Pengalaman Berusaha Tani…………………………………..34
5.1.4. Jumlah Tanggungan Keluarga………………………………..36
5.2. Peran lembaga………………………………………………………36
5.2.1. Peran Lembaga Sebagai Lembaga Sentral……………………37
5.2.2. Peran Lembaga sebagai Lembaga Ketahanan Pangan……….39
5.2.3. Peran Lembaga Sebagai Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan.41
5.3. Upaya Gapoktan Dalam Stabilisasi Harga…………………………44
VI. KESIMPULAN DAN SARAN 48
6.1. Kesimpulan…………………………………………………….48
6.2. Saran……………………………………………………………49
Daftar Pustaka
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1. Luas Penggunaan Lahan Kebun, Sawah dan Hutan
di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba………………………… 24
2. Responden Berdasarkan Umur…………………………………………… 31
3. Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan................................................. 33
4. Pengalaman Berusahatani……………………………………………….. . 35
5. Jumlah Keluarga Responden ........................................................................... 36
6. lembaga sentral................................................................................................ 38
7. Ketahanan Pangan ........................................................................................... 40
8. Usaha Ekonomi Pedesaan…………………………………………………..42
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Kerangka Pikir .............................................................................................. 13
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
Teks
1. Koesioner penelitian....................................................................................... 52
2. Identitas responden......................................................................................... 57
3. Lembaga Sentral ............................................................................................. 58
4. Ketahanan Pangan .......................................................................................... 59
5. Usaha Ekonomi Pedesaan ............................................................................. 60
6. Dokumentasi .................................................................................................. 61
7. Peta Lokasi Penelitian ................................................................................... 63
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gabah merupakan buah dari tanaman padi yang berbentuk biji yang diselimuti
oleh sekam. Biasanya mengacu pada bulir padi yang telah dipisahkan dari tangkainya
(jerami) Dalam perdagangan komoditas, gabah merupakan tahap yang penting dalam
pengolahan padi sebelum dikonsumsi karena perdagangan padi dalam partai besar
dilakukan dalam bentuk gabah (Pujiharto : 2010).
Terdapat definisi teknis perdagangan untuk gabah, yaitu hasil tanaman padi
yang telah dipisahkan dari tangkainya dengan cara perontokan. Karasteristik fisik
gabah pada beberapa varietas padi berbeda-beda seperti dalam hal dimensi dan
penampakan gabah. Kualitas fisik gabah sangat dipengaruhi oleh kadar air dan
kemurnian gabah. Tingkat kemurnian gabah merupakan persentase berat gabah
terhadap berat keseluruhan campuran gabah. Tingkat kemurnian gabah akan semakin
menurun dengan makin banyaknya benda atau gabah hampa didalam campuran gabah.
(Hasbullah dan Dewi : 2011).
Gabah hasil panen kemudian diproses lebih lanjut menjadi beras melalui proses
penggilingan. Tahapan pascapanen tanaman padi meliputi perontokan, pengangkutan,
pengeringan, penggilingan, penyimpanan, dan pengemasan..Salah satu tahapan
pascapanen yang penting yaitu proses penggilingan. Pada tahapan ini, gabah yang
2
sudah siap digiling atau Gabah Kering Giling (GKG) akan diproses menjadi beras putih
yang siap dikonsumsi. (Amang, B dan Husein Sawit : 2001).
Kelembagaan pertanian Gapoktan dijadikan alat yang penting untuk
menjalankan sebuah program. Namun demikian, penggunaan strategi pemantapan
kelembagaan banyak mengalami ketidaktepatan dan kekeliruan. Kesalahan selama ini
adalah menganggap bahwa permasalahan kelembagaan ada di tingkat petani belaka,
bukan pada superstrukturnya, padahal mungkin permasalahan ada pada pelaksananya
Karena banyaknya permasalahan dalam tubuh kelembagaan Gapoktan. Karakteristik
Utama, meliputi Orientasi utama kelembagaan gapoktan yaitu untuk memenuhi
kebutuhan hidup anggota dan mensejahterakan petani.
Permasalahan harga gabah turun secara drastis pada saat panen, sampai saat ini
masih merupakan dilema klasik sektor pertanian. Bahkan tidak jarang harga gabah
petani turun dan berada di bawah harga dasar gabah. Manfaat harga dasar yang
diharapkan oleh petani adalah harga yang mampu melindungi petani dari melimpahnya
produksi padi pada saat panen raya, bukan jaminan harga sepanjang tahun (Amang, B
dan Husein Sawit : 2001).
Secara umum pendapatan yang diterima petani belum memadai dibanding
dengan jerih payah yang telah dikeluarkannya ditambah dengan resiko kegagalan
panen. Tingkat pendapatan yang diterima petani bergantung pada berbagai faktor yang
mempengaruhi produktivitas lahan. Beberapa indikator menunjukkan bahwa di
beberapa daerah banyak petani yang belum menikmati hasil jerih payahnya secara
memadai. Rendahnya pendapatan petani disebabkan oleh beberapa kebiasaan yang
3
tidak tepat, khususnya dalam penyimpanan padi. Sebagian petani ada yang langsung
menjual seluruh hasil panennya dan membeli dalam bentuk beras atau menyimpan
sebagian, sedangkan sebagian lain dijual atau dikonsumsi sendiri seluruhnya. Pola
penyimpanan gabah yang dipilih petani, berkaitan dengan beberapa hal seperti tingkat
harga gabah yang berlaku di pasaran, kemampuan penanganan pasca panen, dan
kebutuhan uang kontan untuk keperluan sehari-hari termasuk untuk membiayai
usahataninya. (Natawidjaja, R.S. : 2001)
Disamping masalah tersebut di atas, salah satu sumber rendahnya harga jual
gabah yang diterima petani adalah panjangnya mata rantai pemasaran gabah. Hasil
studi awal menunjukkan bahwa tingkatan perdagangan gabah terdiri dari pedagang
tingkat Desa, pedagang tingkat Kecamatan, pedagang tingkat Kabupaten dan pedagang
besar yang akan memproses gabah menjadi beras dan menjualnya ke konsumen. Oleh
karena itu, untuk membantu petani mendapatkan harga yang lebih layak perlu
dilakukan suatu kajian tentang pola pemasaran beras untuk melihat secara lebih
mendalam fungsi dari masing-masing tingkatan perdagangan gabah. (Natawidjaja, R.S.
: 2001)
Kecamatan kajang, Kabupaten Bulukumba mempunyai wilayah penghasil padi
dan memiliki kelompok tani yang tergabung dalam gapoktan. Gapoktan memiliki peran
sebagai sarana produksi dan membuiat pemasaran tanaman padi yang telah di olah
menjadi beras. Oleh karena itu, hal ini yang melatar belakangi peneliti melakukan
penelitian dengan judul Peran Lembaga Gapoktan Terhadap Stabilisasi Harga Gabah
di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba.
4
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan pada latar belakang di atas, maka penulis dapat
merumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana peran lembaga gapoktan terhadap stabilisasi harga gabah di Kecamatan
Kajang Kabupaten Bulukumba ?
2. Bagaimana upaya gapoktan dalam menstabilisasi harga gabah di Kecamatan kajang
Kabupaten Bulukumba.
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari rumusan masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui fungsi peran lembaga gapoktan terhadap stabilisasi harga gabah
di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba.
2. untuk mengetahui upaya lembaga dalam menstabilkan harga.
1.4 Kegunaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
yaitu :
1. Mengkaji peran lembaga gapoktan terhadap petani pada nilai tukar petani.
2. Mengetahui stabilisasi harga gabah di Kecamatan Kajang Kabupaten
Bulukumba.yang dilakukan oleh gapoktan.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Lembaga Petani Gapoktan
Lembaga petani merupakan lembaga yang ditumbuh kembangkan dari, oleh dan
untuk petani, yang dibentuk atas dasar sesamaan kepentingan, kesamaan kondisi
lingkungan sosial, ekonomi, dan sumberdaya, kesamaan komoditas dan keakraban
untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota yang dinamakan dengan
kelompok tani (poktan), gabungan kelompok tani (gapoktan), dan kelembagaan petani
lainnya. Penumbuhan dan pengembangan kelembagaan petani dilakukan melalui
pemberdayaan petani untuk mengubah pola fikir petani agar mau meningkatkan
usahataninya dan meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan fungsinya
sebagai kelas belajar, wahana kerjasama dan unit produksi Sehingga mampu
mengembangkan agribisnis dan menjadi kelembagaan petani yang kuat dan mandiri.
Pembentukan dan pengembangan gapoktan yang akan di bentuk di setiap
Kecamatan, juga harus menggunakan basis sosial kapital setempat dengan prinsip
kemandirian lokal, yang di capai melalui prinsip keotonomian dan pemberdayaan.
Terdapat tiga peran pokok yang di harapkan dapat di jalankan oleh gapoktan (Syahyuti
: 2007), (Wahyuni : 2009) yaitu :
1. Gapoktan berperan sebagai lembaga sentral dalam sistem yang terbangun, misalnya
terlibat dalam penyaluran benih bersubsidi yaitu bertugas merekap daftar
permintaan benih dan nama anggota. Demikian pula dalam pencairan anggaran
subsidi benih dengan menerima voucher dari Dinas Pertanian setempat. Gapoktan
6
merupakan lembaga strategis yang akan merangkum seluruh aktifitas kelembagaan
petani di wilayah tersebut. Gapoktan dijadikan sebagai basis usaha petani di setiap
pedesaan.
2. Gapoktan berperan untuk peningkatan ketahanan pangan di tingkat lokal. Mulai
tahun 2006 melalui Badan Ketahanan Pangan telah dilaksanakan “Program Desa
Mandiri Pangan” dalam rangka mengatasi kerawanan dan kemiskinan di pedesaan.
Pengentasan kemiskinan dan kerawanan pangan dilakukan melalui pendekatan
pemberdayaan masyarakat secara partisipatif. Masyarakat yang tergabung dalam
suatu kelompok tani dibimbing agar mampu menemukan dan mengenali
permasalahan yang dihadapi dan potensi yang mereka miliki, serta mampu secara
mandiri membuat rencana kerja untuk meningkatkan pendapatannya melalui
usahatani dan usaha agribisnis berbasis pedesaan. Beberapa kelompok tani dalam
satu desa yang telah dibina kemudian difasilitasi untuk membentuk Gapoktan.
Dengan cara ini, petani miskin dan rawan pangan akan meningkat kemampuannya
dalam mengatasi masalah pangan dan kemiskinan di dalam suatu ikatan kelompok
dan gabungan kelompok tani untuk memperjuangkan nasib para anggotanya dalam
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan bersama dengan mengoptimalkan
pemanfaatan sumberdaya lokal.
3. Usaha Ekonomi Pedesaan (UEP) sehingga dapat menerima Dana Penguatan Modal
(DPM), yaitu dana pinjaman yang dapat digunakan untuk membeli gabah petani
pada saat panen raya, sehingga harga tidak terlalu jatuh. Gapoktan dapat bertindak
7
sebagai pedagang gabah, dimana ia akan membeli gabah dari petani lalu
menjualkannya.
Gapoktan merupakan lembaga yang strategis yang akan merangkum seluruh
aktifitas kelembagaan pertanian (Syahyuti : 2007). Meskipun kelembagaan memiliki
peran strategis, namun menurut aspek kelembagaan, baik kelembagaan formal maupun
kelembagaan non formal justru merupakan aspek menonjol yang dapat menghambat
jalannya pembangunan pertanian di negara-negara yang sedang berkembang. Hal ini
terjadi karena masih banyaknya kelembagaan yang belum optimal yang ada di negara-
negara berkembang termasuk di Indonesia. Padahal kelembagaan memegang peranan
penting dalam keberhasilan pembangunan pertanian dan pedesaan. (Soekartawi : 2001)
Gapoktan pada hakekatnya bukanlah lembaga dengan fungsi yang baru sama
sekali, namun hanyalah lembaga yang dapat dipilih di samping lembaga-lembaga lain
yang juga terlibat dalam aktivitas ekonomi secara langsung. Pengembangan Gapoktan
dilatarbelakangi oleh kenyataan kelemahan aksesibilitas petani terhadap berbagai
kelembagaan layanan usaha, misalnya lemah terhadap lembaga keuangan, lembaga
pemasaran, lembaga penyedia sarana produksi pertanian, serta sumber informasi. Pada
prinsipnya, lembaga Gapoktan diarahkan sebagai sebuah kelembagaan ekonomi,
namun diharapkan juga mampu menjalankan fungsi-fungsi lainnya. Gapoktan
diharapkan dapat menjalankan fungsi kemitraan dengan adil dan saling
menguntungkan dengan pedagang saprotan maupun pedagang hasil-hasil pertanian
(Syahyuti : 2007).
8
Untuk pengembangan Gapoktan, maka sikap yang diterapkan semestinya tidak
mengulangi lagi kesalahan-kesalahan masa sebelumnya. Berbagai sikap yang
semestinya ditempuh adalah:
1. Kelembagaan adalah sebuah pilihan, bukan keharusan. Apapun kelembagaan yang
akan diintroduksikan di pedesaan atau ditingkat Kecamatan, terlebih dahulu
merumuskan apa kegiatan yang akan dijalankan, baru kemudian dipilih apa wadah
yang dibutuhkan.
2. Hindari sikap yang memandang desa ataupun Kecamatan sebagai satu unit interaksi
sosial ekonomi yang padu. Meskipun Gapoktan bekerja dalam satu unit desa,
namun perlu dibangun jejaring sosial (social network) dengan Gapoktan lain.
3. Gapoktan lebih banyak berperan di luar aktivitas produksi atau usahatani, karena
kegiatan tersebut telah dijalankan oleh kelompok-kelompok tani serta petani secara
individual. Untuk terlibat dalam mekanisme pasar, maka Gapoktan harus
merancang diri sebagai sebuah kelembagaan ekonomi dengan beberapa
karakteristiknya adalah mengutamakan keuntungan, efisien, kalkulatif, dan
menciptakan relasi-relasi yang personal dengan mitra usaha (Wahyuni : 2009).
4. Gapoktan salah satu komponen dalam pengembangan kelembagaan masyarakat
pedesaan atau Kecamatan yang bergerak di bidang pertanian. Pengembangan
Gapoktan haruslah berada pada kerangka strategi yang lebih besar. Gapoktan
hanyalah wadah dari kelompok tani untuk mencapai tujuan yang lebih besar.
2.2. Stabilitasi Harga
9
Stabilisasi Harga adalah price stabilization yaitu tindakan mempertahankan
suatu harga bara ng atau jasa pada tingkat tertentu yang dilakukan oleh pemerintah
pada saat tingkat laju inflasi yang tinggi sebagai upaya di dalam menstabilkan harga
barang dan jasa tersebut selama periode tertentu. Pemerintah mempunyai tugas pokok
untuk mengendalikan komoditas pangan dalam jumlah yang cukup dan dengan harga
yang terjangkau di seluruh wilayah Indonesia. Kenaikan dan gejolak harga yang terjadi
pada komoditas pangan akan menurunkan kesejahteraan rakyat, terutama rakyat yang
berpenghasilan rendah dan juga memicu kenaikan laju inflasi. Beras merupakan
komoditas pangan utama masyarakat Indonesia. Gejolak harga yang terjadi pada
komoditas ini akan berdampak kepada masyarakat luas selaku konsumen dan juga para
petani selaku produsen komoditas tersebut. (Femina, V. D. : 2006).
Permasalahan harga gabah turun secara drastis pada saat panen raya, sampai
saat ini masih merupakan dilema klasik sektor pertanian. Bahkan tidak jarang harga
gabah petani turun dan berada di bawah harga dasar gabah. Manfaat harga dasar yang
diharapkan oleh petani adalah harga yang mampu melindungi petani dari melimpahnya
produksi padi pada saat panen raya, bukan jaminan harga sepanjang tahun. Salah satu
permasalahan utama yang sering dihadapi para petani produsen khususnya petani padi
sampai saat ini adalah rendahnya tingkat harga penjualan gabah terutama pada saat
puncak musim panen karena lingkungan dan cuaca yang biasanya bersamaan dengan
musim hujan. (Amang dan Sawit : 2001). Gabah terbagi atas 3 bagian yaitu :
10
1. Gabah Kering Panen gabah yang mengandung kadar air lebih besar dari 18% tetapi
lebih kecil atau sama dengan 25% hampa/kotoran lebih besar dari 6% tetapi lebih
kecil atau sama dengan 10% butir hijau/mengapur lebih besar dari 7% tetapi lebih
kecil atau sama dengan 10% butir kuning/rusak maksimal 3% dan butir merah
maksimal 3%.
2. Gabah Kering Simpan adalah gabah yang mengandung kadar air lebih besar dari
14% tetapi lebih kecil atau sama dengan 18%, kotoran/hampa lebih besar dari 3%
tetapi lebih kecil atau sama dengan 6% butir hijau/mengapur lebih besar dari 5%
tetapi lebih kecil atau sama dengan 7% butir kuning/rusak maksimal 3% dan butir
merah maksimal 3%.
3. Gabah Kering Giling adalah gabah yang mengandung kadar air maksimal 14%,
kotoran/hampa maksimal 3%, butir hijau/mengapur maksimal 5%, butir
kuning/rusak maksimal 3% dan butir merah maksimal 3%.
Terbatasnya sarana dan prasarana produksi dan pascapanen, desakan kebutuhan
yang harus segera dipenuhi sehingga tidak jarang berakibat kepada rendahnya kekuatan
tawar petani yang kemudian dimanfaatkan oleh pihak lain. Petani jarang dapat menjual
gabahnya sampai menunggu harga yang tinggi. Pertanian merupakan sumber
kehidupan bagi sebagian besar penduduk negara berkembang seperti Indonesia. Padi
merupakan produk pertanian pangan yang utama dalam upaya pemenuhan kebutuhan
pangan nasional dan memberikan lapangan pekerjaan bagi sebagian besar penduduk
Indonesia. (Mulyani, S. : 2007.)
11
Dalam sistem agribisnis padi, pada umumnya petani padi menjual gabah secara
langsung kepada penjual besar atau tengkulak pada saat musim panen. Sebagian besar
petani tidak mempunyai bangunan dan alat penyimpanan serta penggilingan padi
sehingga proses tersebut dilakukan oleh pedagang besar. Ketika harga beras naik, maka
pedagang-pedagang beras akan menikmati keuntungan dari kenaikan harga beras
tersebut. (Mulyani, S. : 2007)
2.3. Kerangka Pemikiran
Tanaman padi merupakan tanaman semusim dengan morfologi berbatang bulat
dan berongga yang disebut jerami. Daunnya memanjang dengan ruas searah batang
daun. Pada batang utama dan anakan membentuk rumpun pada fase generative dan
membentuk malai. Akar serabut yang terletak pada kedalaman 20-30 cm. Malai padi
terdiri dari sekumpulan bunga padi yang timbul dari buku paling atas. Bunga padi
terdiri dari tangkai bunga, kelopak bunga lmma (gabah padi yang besar), palae (gabah
padi yang kecil), putik, kepala putik, tangkai sari, kepala sari, dan bulu (awu) pada
ujung lemma. Padi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu padi sawah dan padi gogo. Padi
sawah biasanya ditanam di daerah dataran rendah yang memerlukan penggenangan,
sedangkan padi gogo di tanam di dataran tinggi pada lahan kering. Tidak terdapat
perbedaan morfologis dan biologis antara padi sawah dan padi gogo, yang
membedakan hanyalah tempat tumbuhnya. Tanaman padi mengalami proses yang
cukup panjang hingga menjadi gabah kemudian menjadi beras.
Gabah adalah bulir padi. Biasanya mengacu pada bulir padi yang telah
dipisahkan dari tangkainya (jerami). Asal kata gabah berasal dari bahasa Jawa yaitu
12
Gabah. Terdapat definisi teknis perdagangan untuk gabah, yaitu hasil tanaman padi
yang telah dipisahkan dari tangkainya dengan cara perontokan. Gabah inilah yang akan
menjadi beras kemudian menjadi nasi dan di konsumsi manusia setiap hari dengan
melalui proses yaitu penanaman, pembibitan, panen, dan penggilingan. Dalam
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara peran kelembagaan
Gapoktan terhadap stabilisasi gabah di kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba.
Petani mewujudkan hasil pertanian yang optimal maka sangat dibutuhkan peran
penyuluh pertanian untuk memberikan wawasan dan bimbingan kepada petani agar
petani mampu menggarap lahan dan menghasilkan hasil pertanian yang memuaskan
sehingga petani dapat sukses dalam usahanya. Penyuluhan pertanian dilaksanakan
untuk menambah kesanggupan para petani dalam usahanya memperoleh hasil-hasil
yang dapat memenuhi keinginan mereka.
Sebagai salah satu daerah yang penduduknya masih berprofesi sebagai petani
Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba sangat menekankan peran Gapoktan
pertanian pada setiap tingkat kecamatan dengan tujuan agar hasil gabah bisa maksimal.
Adapun kerangka pikirnya sebagai berikut :
13
Gambar 1 : Kerangka Pikir Peran lembaga Gapoktan Terhadap Stabilisasi Harga
Gabah di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba
Tanaman Padi
Gabah
Peran lembaga Gapoktan
- Lembaga sentral
- Ketahanan Pangan
- Usaha Ekonomi Pedesaan
Harga
Upaya gapoktan dalam
menstabilkan harga gabah di
Kecamatan Kajang Kabupaten
Bulukumba
14
III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba.
Penelitian ini akan dilaksanakan selama kurang lebih 2 bulan, yaitu bulan Januari
sampai dengan Februari 2019. Terpilihnya Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba
karena mayoritas petani padi yang tergabung dalam gapoktan.
3.2. Teknik Penentuan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara stratified random sampling dimana : :
Di Kecamatan Kajang Memiliki 3 gapoktan diantaranya (Gapoktan Bonto Rannu,
Gapoktan Bontobiraeng, Dan Gapoktan Sangkala) sehingga diambil sampel dengan
perincian 3 orang ketua, 3 orang sekretaris, 3 orang bendahara, dan 15 orang anggota
jadi total sampel sebanyak 24 orang petani padi.
3.3. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian yaitu :
1. Data kuantitatif adalah data yang berupa bilangan , nilainya bisa berubah-ubah
atau bersifat variatif.
2. Data Kualitatif adalah data yang yang berupa gambaran dari kualitas objek yang
akan diteliti.
15
Adapun data yang diperlukan dalam penyusunan hasil penelitian ini dibedakan
atas dua jenis yaitu:
1. Data Primer
Data primer atau data pokok merupakan data yang diperoleh penulis dengan
terjun langsung ke objek penelitian, dalam hal ini melakukan wawancara dan observasi
ke beberapa wilayah yang terkait. (Sugiarto Dkk : 2001).
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari buku-buku, dokumen atau
catatan, tulisan karya ilmiah dari berbagai media, arsip-arsip resmi yang mendukung
kelengkapan data primer. Dalam hal ini data sekunder diperoleh dari data-data yang
diambil oleh penulis dari data instansi (Churchill : 2005).
3.4. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang ada
pada obyek penelitian (Moh. Pabunda Tika : 2005). Metode ini digunakan dalam
rangka mencari data awal tentang daerah penelitian, untuk mendapatkan gambaran
umum daerah penelitian dengan memperhatikan keadaan reall atau fenomena yang
ada di lapangan.
b. Wawancara
16
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan
juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam
dan respondennya sedikit/kecil (Sugiyono : 2006).
Wawancara dilakukan dengan Gapoktan di Kecamatan Kajang Kabupaten
Bulukumba dengan menggunakan bantuan kuisioner, di mana kuesioner merupakan
alat teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. (Iskandar :
2008).
c. Dokumentasi
Selain melalui observasi dan wawancara, informasi juga bisa diperoleh lewat
fakta yang tersimpan dalam bentuk dokumentasi baik berupa surat, catatan harian,
arsip foto, cinderamata, jurnal penelitian dan sebagainya. Data berupa dokumen
seperti ini bisa dipakai untuk menggali infomasi yang terjadi di masa silam. (Emzir :
2010).
3.5. Teknik Analisis Data
1. Usaha mengetahui peran Gapoktan.
Tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik skoring,
dimana pemaparan kenyataan yang peneliti peroleh dari lapangan yang kemudian
dianalisis dan dinarasikan sesuai dengan mekanisme penulisan skripsi. Proses
penentuan skor atas jawaban responden yang dilakukan dengan membuat
17
klasifikasi dan kategori yang cocok tergabung pada anggapan atau opini responden.
Untuk menentukan skor pilihan jawaban responden menggunakan skala likert.
Dikemukakan skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. (Sugiyono : 2014).
Rumus skoring :
Skoring =data terbesar−data terkecil
jumlah kategori
Skoring : 3−1
3=
2
3= 0,66
Kategori : 0,66 - 1,66 = tidak puas
1,67 – 2,33 = cukup puas
2,34 – 3,00 = puas
Skoring dengan jawaban reponden :
Keterangan : 3 = jika jawaban ya
2 = Jika jawaban kadang-kadang
1 = jika jawaban tidak
2. Untuk mengetahui upaya Gapoktan dengan analisis deskriptif.
3.6.Definisi Operasional
1. Padi merupakan tanaman yang sangat penting di dunia setelah gandum dan jagung.
Padi merupakan tanaman pangan yang sangat penting karena beras masih
digunakan sebagai makanan pokok bagi sebagian besar penduduk dunia terutama
asia sampai sekarang.
18
2. Gabah merupakan hasil dari tanaman padi yang sudah dapat di jual dan
memberikan harga bagi petani.
3. Harga adalah suatu nilai tukar yang bisa disamakan dengan uang atau barang lain
untuk diambil buat petani yang tergabung dalam gapoktan
4. Gapoktan adalah gabungan kelompok tani yang menghimpun petani padi
5. Peran gapoktan yaitu membantu petani menstabilkan harga
a. Lembaga sentral yaitu berfungsi merekap daftar permintaaan benih dan nama
anggota demikian pula dengan pencairan anggaran subsidi benih dengan
penerima voucher dari dinas pertanian setempat.
b. Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi perseorangan yang
tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya dan
budaya masyarakat untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara
berkelanjutan.
c. Usaha ekonomi pedesaan adalah usaha yang telah ada yang dikelola oleh
pemerintah Desa atau masyarakat yang berasal dari program pemerintah.
6. Upaya Gapoktan yaitu upaya yang dilakukan oleh Gapoktan untuk menstabilkan
harga.
19
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Letak Geografis
Secara wilayah, Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba berada pada
kondisi empat dimensi, yakni dataran tinggi pada kaki Gunung Bawakaraeng -
Lompobattang, dataran rendah, pantai dan laut lepas.Kecamatan kajang Kabupaten
Bulukumba terletak di ujung bagian selatan ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan,
terkenal dengan industri perahu phinisi yang banyak memberikan nilai tambah
ekonomi bagi masyarakat dan Pemerintah Daerah. Luas wilayah Kecamatan Kajang
Kabupaten Bulukumba 1.154,67 Km2 dengan jarak tempuh dari Kota Makassar sekitar
153 Km.
a. Batas Wilayah
Secara geografis Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba terletak pada
koordinat antara 5°20” sampai 5°40” Lintang Selatan dan 119°50” sampai 120°28”
Bujur Timur. Batas-batas wilayahnya adalah:
- Sebelah Utara: Kabupaten Sinjai
- Sebelah Selatan: Kabupaten Kepulauan Selayar
- Sebelah Timur: Teluk Bone
- Sebelah Barat: Kabupaten Bantaeng.
20
b. Topografi
Daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0 s/d 25 meter di atas
permukaan laut meliputi tujuh kecamatan pesisir, yaitu: Kecamatan Gantarang,
Kecamatan Ujungbulu, Kecamatan Ujung Loe, Kecamatan Bontobahari, Kecamatan
Bontotiro, Kecamatan Kajang dan Kecamatan Herlang. Daerah bergelombang dengan
ketinggian antara 25 s/d 100 meter dari permukaan laut, meliputi bagian dari
Kecamatan Gantarang, Kecamatan Kindang, Kecamatan Bontobahari, Kecamatan
Bontotiro, Kecamatan Kajang, Kecamatan Herlang, Kecamatan Bulukumpa dan
Kecamatan Rilau Ale. Daerah perbukitan di Kabupaten Bulukumba terbentang mulai
dari Barat ke utara dengan ketinggian 100 s/d di atas 500 meter dari permukaan laut
meliputi bagian dari Kecamatan Kindang, Kecamatan Bulukumpa dan Kecamatan
Rilau Ale.
c. Klimatologi
Kabupaten Bulukumba mempunyai suhu rata-rata berkisar antara 23,82 °C –
27,68 °C. Suhu pada kisaran ini sangat cocok untuk pertanian tanaman pangan dan
tanaman perkebunan. Berdasarkan analisis Smith – Ferguson (tipe iklim diukur
menurut bulan basah dan bulan kering) maka klasifikasi iklim di Kabupaten
Bulukumba termasuk iklim lembap atau agak basah.
Kabupaten Bulukumba berada di sektor timur, musim gadu antara Oktober –
Maret dan musim rendengan antara April - September. Terdapat 8 buah stasiun penakar
hujan yang tersebar di beberapa kecamatan, yakni: stasiun Bettu, stasiun Bontonyeleng,
21
stasiun Kajang, stasiun Batukaropa, stasiun Tanah Kongkong, stasiun Bontobahari,
stasiun Bulo–bulo dan stasiun Herlang.
Daerah dengan curah hujan tertinggi terdapat pada wilayah barat laut dan timur
sedangkan pada daerah tengah memiliki curah hujan sedang sedangkan pada bagian
selatan curah hujannya rendah.
- Curah hujan di Kabupaten Bulukumba sebagai berikut:
Curah hujan antara 800 - 1000 mm/tahun, meliputi Kecamatan Ujungbulu,
sebagian Gantarang, sebagian Ujung Loe dan sebagian besar Bontobahari.
- Curah hujan antara 1000 - 1500 mm/tahun, meliputi sebagian Gantarang, sebagian
Ujung Loe dan sebagian Bontotiro.
- Curah hujan antara 1500 - 2000 mm/tahun, meliputi Kecamatan Gantarang,
sebagian Rilau Ale, sebagian Ujung Loe, sebagian Kindang, sebagian Bulukumpa,
sebagian Bontotiro, sebagian Herlang dan Kecamatan Kajang.
- Curah hujan di atas 2000 mm/tahun meliputi Kecamatan Kindang, Kecamatan
Rilau Ale, Kecamatan Bulukumpa dan Kecamatan Herlang.
Salah satu komponen lingkungan yang merupakan faktor penentu keberhasilan
suatu budiyada tanaman adalah iklim/cuaca. Interaksi antara iklim/cuaca sebagai faktor
lingkungan dengan faktor genetik tanaman akan berpengaruh terhadap pertumbuhan
dengan faktor genetik tanaman akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kualitas
tanaman. Faktor genetik berkaitan dengan karakteristik yang biasanya bersifat khas
pada tanaman, seperti kondisi batang, bentuk bunga, bentuk daun dan sebagainya.
22
Iklim perlu mendapat perhatian yang lebih serius mengingat pengaruhnya
terhadap hampir semua aspek pertanian, sehingga sangat berperan terhadap
perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang, terlebih lagi pada kondisi
terjadinya perubahan iklim atau kejadian iklim ekstrim. Kejadian perubahan iklim
sebagaimana diproyeksikan oleh model-model iklim mempunyai potensi secara
signifikan mengubah kondisi produksi. IPCC (2007) menjelaskan bahwa curah hujan
rata-rata global meningkat 2% dalam 100 tahun terakhir. Hal ini menegaskan bahwa
perubahan iklim mungkin terjadi.
Terjadinya iklim ekstrim berdampak cukup besar terhadap tanaman semusim,
terutama tanaman pangan. Salah satu unsur iklim yang dapat digunakan sebagai
indikator dalam kaitannya dengan tanaman adalah curah hujan. Mengingat curah hujan
merupakan unsur iklim yang fluktuasinya tinggi dan pengaruhnya terhadap produksi
tanaman cukup signifikan. Jumlah curah hujan secara keseluruhan sangat penting
dalam menentukan hasil (Anwar et al : 2015), terlebih apabila ditambah dengan
peningkatan suhu, peningkatan suhu yang besar dapat menurunkan hasil. Peningkatan
curah hujan di suatu daerah berpotensi menimbulkan banjir, sebaliknya jika terjadi
penurunan dari kondisi normalnya akan berpotensi terjadinya kekeringan. Kedua hal
tersebut tentu akan berdampak menurunkan produksi, hingga kegagalan panen
4.2. Keadaan Pertanian Dan Luas Lahan
23
Sektor pertanian merupakan salah satu potensi unggulan yang memberikan
konstribusi paling besar terhadap perekonomian Kabupaten Bulukumba. Hal ini
didukung dengan sumberdaya lahan yang luas, iklim yang sesuai dan keanekaragaman
genetika sumberdaya hayati yang besar. Luas potensi pertanian yang tediri dari lahan
sawah dan bukan sawah Tahun 2017 yakni 104.321 Ha.
- Mata Pencaharian Masyarakat
Sebagaimana lazimnya masyarakat agraris, masyarakat di Kecamatan Kajang
Kabupaten Bulukumba bermata pencaharian disektor pertanian tanaman pangan,
perkebunan serta peternakan. Komoditi yang dikembangkan oleh masyarakat adalah
Jagung dan Padi.
Luas lahan sawah yang dikelola oleh masyarakat terdiri atas 2 klasifikasi yakni
sawah non pengairan dan sawah tadah hujan dengan luas masing-masing 45,68 ha dan
61 ha. Selain itu terdapat lahan kering atau kebun seluas 154,32 ha, perkebunan 100 ha
serta hutan rakyat seluas 100 ha. Selengkapnya tersaji pada tabel berikut:
Tabel 1 : Luas Penggunaan Lahan Kebun, Sawah dan Hutan di Kecamatan
Kajang Kabupaten Bulukumba
24
No Penggunaan Lahan Luas Lahan (Ha)
1 Lahan Sawah 106.68
2 Lahan Kering 418.32
3 Sawah Non Pengairan 45.68
4 Sawah Tadah Hujan 61.00
5 Tegal/Kebun 154.32
6 Perkebunan 100.00
7 Hutan Rakyat 100.00
Sumber : kantor kecamatan kajang (2019)
Dari luas lahan sawah tersebut di atas menurut jenis irigasi atau pengairannya,
terdiri dari : lahan sawah Irigasi seluas 106.68 Hektar ,total lahan sawah menurut
irigasi, kemudian penggunaan lahan kering sebesar 418.32 hektar selanjutnya sawah
non pengairan seluas 45.68 hektar. Sawah tadah hujan seluas 61.00 hektar dan
penggunaan lahan untuk tegal/kebun seluas 154.32 hektar dan yang terakhir
perkebunan dan hutan rakyat seluas 100.00 hektar. Mayoritas lahan sawah di
Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba mampu berproduksi 2 kali dalam setahun.
- Potensi Tanaman Pangan
Tanaman pangan yang sangat potensial yakni tanaman padi dan merupakan
bahan pangan utama masyarakat disamping padi, terdapat pula tanaman bahan pangan
lainnya seperti Jagung yang merupakan tanaman sela atau tanaman antara yang
ditanam oleh petani setelah sekali/dua kali panen tanaman padi, khususnya di lokasi
25
lahan persawahan sedangkan pada lokasi lahan non persawahan tanaman tersebut
diantaranya merupakan tanaman utama.
4.3. Keadaan Penduduk
4.3.1. Jenis kelamin dan umur
Komposisi penduduk menurut jenis kelamin adalah pengelompokan penduduk
berdasarkan jenis kelaminnya. Komposisi ini untuk mengetahui perbandingan antara
jumlah penduduk laki-laki dan perempuan dalam satu wilayah tertentu. Adanya
ketidakseimbangan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan (rasio jenis kelamin)
dapat mengakibatkan rendahnya fertilitas dan rendahnya angka pertumbuhan
penduduk. Besar kecilnya rasio jenis kelamin di suatu daerah dipengaruhi oleh :.
a. Pola mortalitas (kematian) antara laki-laki dan perempuan, jika kematian laki-laki
lebih besar daripada angka kematian perempuan, maka rasio jenis kelamin akan
makin kecil.
b. Pola migrasi antara penduduk laki-laki dan perempuan, jika suatu daerah banyak
penduduk perempuan yang bermigrasi keluar daerah, maka rasio jenis kelaminnya
akan besar, demikian sebaliknya jika banyak penduduk laki-laki yang bermigrasi
keluar, maka rasio jenis kelamin juga akan rendah.
Komposisi penduduk menurut umur dalam arti demografi adalah komposisi
penduduk menuntut kelompok umur tertentu. Komposisi menurut umur dapat
dikelompokkan menjadi tiga yaiut :
26
a. Usia belum produktif (kelompok umur <14 tahun)
b. Usia produktif (kelompok umur antara 15-64 tahun)
c. Usia tidak produktif (kelompok umur >64 tahun)
Berdasarkan pengelompokan umur tersebut dapat diketahui rasio beban
tanggungan (dependency ratio) yang dapat digunakan untuk melihat angka
ketergantungan suatu negara. Rasio beban tanggungan adalah angka yang
menunjukkan perbandingan antara penduduk usia nonproduktif dengan penduduk usia
produktif.
4.3.2. Pola Penggunaan Lahan
Sumberdaya lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting untuk
kelangsungan hidup manusia karena diperlukan dalam setiap kegiatan manusia. Seperti
untuk pertanian, daerah industri, daerah pemukiman, jalan untuk transportasi, daerah
rekreasi atau daerah-daerah yang dipelihara kondisi alamnya untuk tujuan ilmiah.
Sumberdaya lahan (land resources) sebagai lingkungan fisik terdiri dari iklim, relief,
tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya
terhadap penggunaan lahan.
Oleh karena itu sumberdaya lahan dapat dikatakan sebagai ekosistem karena
adanya hubungan yang dinamis antara organisme yang ada di atas lahan tersebut
dengan lingkungannya.
Dalam rangka memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia yang terus
berkembang dan untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi,
27
pengolahan sumberdaya lahan seringkali kurang bijaksana dan tidak
mempertimbangkan aspek keberlanjutannya (untuk jangka pendek) sehingga
kelestariannya semakin terancam,. Akibatnya, sumberdaya lahan yang berkualitas
tinggi menjadi berkurang dan manusia semakin bergantung pada sumberdaya lahan
yang bersifat marginal (kualitas lahan yang rendah). Hal ini berimplikasi pada semakin
berkurangnya ketahanan pangan, tingkat dan intensitas pencemaran yang berat dan
kerusakan lingkungan lainnya. Dengan demikian, secara keseluruhan aktifitas
kehidupan cenderung menuju sistem pemanfaatan sumberdaya alam dengan kapasitas
daya dukung yang menurun. Untuk itu perlu pengolahan lahan yang efektif, efisien dan
optimal sehingga kelestarian lahan juga dapat terjaga dan kebutuhan manusia akan
lahan dapat tercukupi.
4.4. Sarana dan Prasarana
Pemanfaatan sarana dan prasarana merupakan acuan bagi para penyelenggara
penyuluhan pertanian baik di Pusat, Kabupaten maupun di Kecamatan. Pedoman ini
masih bersifat umum, Kecamatan dapat mengembangkan sesuai dengan kondisi
daerahnya masing-masing untuk dapat digunakan dalam penyelenggaraan penyuluhan
pertanian yang produktif, efisien dan efektif khususnya pada petani kakao di
Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba sehingga dapat tercapai tujuan penyuluhan
pertania. Salah satu faktor-faktor penting yang mempengaruhi tingkat peran
kelembagaan gapoktan di kecamatan kajang.
28
Adapun saranana dan prasarana yang terdapat di Kecamatan Kajang Kabupaten
Bulukumba yaitu sebagai berikut :
- Koperasi
- Koperasi sangat berguna di kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba karna
memudahkan petani untuk melakukan simpan pinjam dan berbagai macam
kebutuhan lainnya.
- Jalan
Jalan adalah penghubung suatu daerah ke daerah lain. Jalan sangat berguna untuk
para petani dan masyarakat setempat karna memudahkan perjalanan dari satu
tempat ketempat lain.
- masjid
Masjid adalah tempat beribadah bagi umat islam.Mayoritas masyarakat kecamatan
Kajang adalah penganut muslim.
- Jembatan
Jembatan adalah penghubung jalan dari satu daerah ke daerah lain. Dengan adanya
jembatan maka para masyarakat mudah mengakses daerah untuk dan kota.
- Sekolah
Sekolah adalah tempat menempuh pendidikan. Di kecamatan Kajang sekolah
mulai dari SD hingga SMA
- Pasar
Pasar adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli. Pasar sangat berguna di
kecamatan kajang karna akses untu ke kota sangat jauh.
29
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Identitas Responden
Responden penelitian ini adalah para petani di Kecamatan Kajang Kabupaten
Bulukumba yang berjumlah 24 orang petani. Untuk mendaptkan gambaran secara lebih
30
jelas mengenai responden, berikut deskripsi identitas responden menurut umur
responden, pendidikan responden, pengalaman berusahatani, jumlah tanggungan
keluarga.
5.1.1. Umur
Umur merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi efisiensi belajar,
kerena akan berpengaruh tehadap minatnya pada macam pekerjaan tertentu sehingga
umur seseorang juga akan berpengaruh terhadap motivasinya untuk belajar.
Bertambahnya umur seseorang akan menumpuk pengalaman-pengalamannya yang
merupakan sumberdaya yang sangat berguna bagi kesiapannya untuk belajar lebih
lanjut (Mardikanto : 2009).
Umur sangat mempengaruhi aktivitas seseorang karena dikaitkan langsung
dengan kekuatan fisik dan mental sehingga berhubungan erat dengan pengambilan
keputusan dimana, umur petani adalah usia petani pada saat dilakukannya penelitian
yang dinyatakan dalam tahun. Umur berkaitan dengan kekuatan fisik, semangat dan
pengalaman. Umur responden dapan dilihat pada tabel 2 berikut:
Tabel 2 : Responden Berdasarkan Umur
No Umur Responden(jiwa) Persentase (%)
1
2
3
4
30 – 40
41 – 50
51 – 60
61 – 70
4
7
8
5
16.7
29.2
33.3
20.8
Jumlah 24 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019
31
Berdasarkan tabel 2 di atas umur 30-40 tahun sebanyak 4 orang dengan
persentase sebesar 16,7 %, dimana umur petani yang masih kuat bekerja dan cekatan
dalam bertani. Selanjutnya umur 41-50 sebanyak 7 orang dengan persentase sebesar
29,2 % dengan umur yang demikian sudah termasuk petani yang berpengalaman dan
telah mengetahui banyak tentang masalah daalam pertanian. Selanjutnya umur 51-60
tahun sebanyak 8 orang dengan persentase sebesar 33.3 % dimana umuer petani yang
sudah masuk paruh bayah, para petani ini sudah tidak terlalu aktif dan kuat dalam
bertani. Selanjutnya umur 61-70 tahun sebanyak 5 orang dengan persentase sebesar
20,8 %. umur tersebut sudah memasuki tahap umur tua dimana petani tersebut sudah
memiliki pengalaman yang banyak serta memiliki pengetahuan yang cukup baiak
tentang bagaimna cara merawat tanaman padi yang baik agar mampu mendapatkan
hasil produksi sesuai yang diharapkan.
Hal ini penulis menyimpulkan bahwa hasil penelitian berdasarkan umur bahwa
responden yang berumur muda relatif cenderung mempunyai kemampuan yang lebih
baik dibandingkan dengan responden yang berumur tua, tetapi dalam penelitian ini
tidak keseluruhan petani muda yang cepat tangkap melainkan ada juga beberapa petani
yang berumur tua memiliki pemahaman yang lebih bagus karena memiliki pengalaman
bertani yang cukup lama.
5.1.2. Pendidikan responden
Menurut (Notoatmojo : 2003) menyatakan bahwa pendidikan merupakan
upaya untuk menjadikan sumber daya manusia yang lebih baik, terutama untuk
mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian. Pendidikan berkaitan
32
dengan mempersiapkan calon tenaga yang diperlukan oleh suatu instansi atau
organisasi sehingga cara pekerjaannya pada kemampuan psikomotor menjadi baik.
Pendidikan dengan berbagai programnya mempunyai peranan penting dalam proses
memperoleh dan meningkatkan kualitas kemampuan professional individu. Melalui
pendidikan seseorang dipersiapkan untuk memiliki bekal agar siap tahu, mengenal dan
mengembangkan metode berpikir secara sistematik agar dapat memecahkan masalah
yang akan dihadapi dalam kehidupan dikemudian hari.
Pendidikan merupakan jenjang pendidikan yang diperoleh dari bangku sekolah
yang telah diselesaikan oleh responden. Tingkat pendidikan yang pernah ditempuh
responden dapat diliat pada tabel 3 berikut.
Tabel 3 : Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tingkat pendidikan Terakhir Jumlah ( jiwa ) Persentase ( % )
1
2
3
4
Tidak Sekolah
SD
SMP
SMA
3
5
6
9
12.5
20.8
25.0
37.5
33
5 S1 1 4.2
Jumlah 24 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019
Pada tabel 3 di atas dapat di lihat bahwa tingkat pendidikan terbanyak adalah
SMA dengan jumlah 9 orang dengan persentase sebesar 37,5 % dapat di simpulkan
bahwa tingkat kesadaran untuk bersekolah cukup baik di kalangan masyarakat. Di
samping bertani mereka juga bersekilah untuk memperoleh ilmu. Selanjutnya yaitu
SMP dengan tingkat pendidikan yaitu 6 orang dengan persentase sebesar 25.0 %. dari
data ini disimpulkan bahwa kesadaran akan pentingnya pendidikan telah ada dalam
lingkungan masyarakat setempat., sementara yang menempuh pendidikan samapai S1
sebanyak 1 orang dengan persentase sebesar 4,2 %. Hal ini menyatakan bahwa
pendidikan sangat berperan penting dalam pertanian dimana pendidikan merupakan
salah satu faktor yang menunjang dalam keberhasilan usaha dan penyerapan teknologi
oleh para petani yang didapat dari hasil penyuluhan. kemudian yang tidak sekolah
berjumlah 3 orang dengan persentase sebesar 12,5 %. Hal ini dapat mengakibatkan
daya serap para petani terhadap perkembangan teknologi dari penilaian tentang suatu
hal menjadi lambat. Disinilah peran kinerja peyuluh pertanian sangat di butuhkan bagi
para petani. Dari hasil penjelasan diatas maka penulis menyimpulkan bahwa dimana
tingkat pendidikan baik bagi petani untuk mampu memberikan persepsi baik buruknya
34
sesuatu yang terjadi di sekitarnya, serta petani yang telah mengenyam pendidikan
diharapkan juga dapat membantu rekan mereka yang tidak pernah sama sekali
mengenyam pendidikan meskipun jumlahnya relatif kecil.
5.1.3. Pengalaman Berusaha Tani
Menurut (Padmowiharjo : 1994) pengalaman adalah suatu kepemilikan
pengetahuan yang dialami seseorang dalam kurun waktu yang tidak ditentukan,
sehingga seseorang akan berusaha menghubungkan hal yang dipelajari dengan
pengalaman yang dimiliki dalam proses ajar. Pengalaman baik yang menyenangkan
maupun yang mengecewakan, akan berpengaruh pada proses belajar seseorang.
Seseorang yang pernah mengalami keberhasilan dalam proses belajar, maka dia akan
memiliki perasaan optimis akan keberhasilan dimasa mendatang. Sebaliknya seseorang
yang pernah mengalami pengalaman mengecewakan, maka dia telah memiliki
perasaan pesimis untuk dapat berhasil. Pengalaman seorang bertambah seiring dengan
bertambahnya usia. Pengalaman seseorang dapat diukur secara kuantitatis berdasarkan
jumlah tahun seseorang bekerja dalam bidang yang dijalani.
Pengalaman bertani responden yaitu lamanya bertani responden dalam
melakukan usahatani. Pengalaman responden dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini.
Tabel 4 : Pengalaman Berusahatani
No Pengalaman ( Tahun ) Jumlah ( Jiwa ) Persentase ( % )
1
2
3
15 - 20
21 - 25
26 - 30
4
4
9
16.7
16.7
37.5
35
4
31 - 35
7 29.1
Jumlah 24 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019
Pada tabel 4 diatas dapat di lihat bahwa pengalaman bertani responden yang
15-20 dan 21-25 sebanyak 4 orang dengan persentase sebesar 16.7 %. Hal ini
menunjukkan bahwa responden mempunyai pengalaman yang cukup baik dalam
bertani, sehingga dari pengalaman tersebut mereka mampu memperoleh ilmu yang
tidak di dapat di sekolah. Selanjutnya pengalaman bertani responden 26-30 sebanyak
9 orang dengan persentase sebesar 37, 5 %. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama
usaha tani itu di jalankan maka akan banyak pula pengalaman yang di
dapatkan.Selanjutnya pengalaman bertani responden 31-35 sebanyak 7 orang dengan
persentase sebesar 29.1 %. Dapat di simpulkan bahwa semakin menuanya usia maka
petani mempunyai pengalaman yang cukup luas dan bagus. Para petani yang sudah
paruh baya mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang cukup baik sehingga
mampu mengolah dan merawat tanaman dengan baik dan benar.
Dengan demikisn penulis menyimpulkan bahwa pengalaman adalah landasan
utama dalam mengolah tanaman bagi para petani. kaarna tapa adanya pengalaman dan
pengetahuan maka petani akan kesulitan dalam bertani.
5.1.4. Jumlah Tanggungan Keluarga
36
Tanggungan responden adalah jumlah anggota keluarga yang menjadi
tanggungan responden dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup. Jumlah anggota
keluarga tanggungan responden dapat dilihat pada tabel 5 berikut.
Tabel 5 : Jumlah Keluarga Responden
No Tanggungan (jiwa) Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 2
1-4 5-6
16 8
66.67 33.33
Jumlah 24 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019
Dari tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa jumlah tanggungan keluarga responden
yang 1-4 sebanyak 16 orang dengan persentase sebesar 66.67 % dan 5-6 dan jumlah
tanggungan keluarga 5-6 sebanyak 8 orang dengan persentasse sebesar 33.33 %. Hal
ini menunjukkan bahwa tanggungan responden tergolong tinggi dimana Jumlah
anggota keluarga mempengaruhi tingkat pengeluaran dari petani , oleh karena itu jika
anggota keluarga dari petani semakin banyak maka kebutuhan akan biaya rumah
tangga akan semakin besar.
Dalam hal ini penulis menyimpulkan bahwa jumlah tanggungan keluarga
sangat mempengaruhi jumlah pendapatan responden. Karna semakin banyak jumlah
tanggungan keluarga maka akan semakin banyak pula pengeluaran.
5.2. Peran Lembaga
Peran merupakan tindakan atau perilaku yang dilakukan seseorang yang
menempati suatu posisi di dalam status sosial. Sedangkan lembaga yaitu instrument
yang mengatur hubungan antar invidu serta ketentuan yang mengatur masyarakat yang
37
telah mendefinisikan bentuk aktivitas yang dapat dilakuykan oleh pihak tertentu
terhadap pihak lainnya, hak istimewa yang telah di berikan serta tanggung jawab yang
harus di lakukan. Berdasarkan teori peran lembaga sosial, dapat disimpulkan bahwa
yang di maksud dengan peran lembaga adalah aktivitas yang dilakukan berdasarkan
status masing-masing yang dimiliki seseorang individu atau kelompok, dalam suatu
sistem hubungan sosial yang terorganisir atau terartur yang memperlihatkan adanya
nilai-nilai peraturan, peran, dan cara-cara berhubungan satu sama lain yang di atur
bersama guna memenuhi kebutuhan manusia dalam suatu masyarakat tertentu, yang
tujuannya untuk bisa melakukan kontrol terhadap setiap anggota. (suyanto : 2010)
5.2.1. Peran Lembaga Sebagai Lembaga Sentral
Peran lembaga sebagai lembaga sentral yaitu lembaga yang menjadi lembaga
gerbang penghubung antara petani 1 desa dengan lembaga diluarnya. Lembaga sentral
di anggap sebagai lembaga usaha ekonomi pedesaan sehingga dapat menerima dana
penguat modal yaitu dana pinjaman yang dapat di gunakan untuk membeli gabah petani
pada saat panen raya sehingga harga gabah tidak terlalu jatuh.
Peran lembaga sebagai lembaga sentral dapat dilihat melalui tabel 6 berikut.
Tabel 6 : lembaga sentral
38
No. Uraian Nilai Kategori
1.
2.
3.
4.
Bantuan gapoktan dalam
memperoleh bibit
Bantuan gapoktan dalam
memperoleh subsidi pupuk
Bantuan gapoktan dalam
memperoleh peralatan
Bantuan gapoktan dalam
memasarkan gabah
2.63
2.4
2.2
1.75
Tinggi
Tinggi
Sedang
Sedang
Jumlah 8.98
Rata- rata 2.24 sedang
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019
Dari tabel 6 diatas dapat di lihat bahwa dari nomor 1 dengan uraian yang
menyebutkan bantuan gapoktan dalam memperoleh bibit mendapatkan nilai 2.63 dan
masuk kategori tinggi, ini jelas bahwa gapoktan benar- benar memberikan bantuan
berupa bibit untuk petani. selanjutnya yaitu nomor 2 dengan uraian bantuan gapoktan
dalam memperoleh pupuk mendapatkan nilai 2.4 dan masuk dalam kategori tinggi. Dan
dapat dilihat bahwa gapoktan pun memberikan bantuan subsidi pupuk untuk petani.
selanjutnya yaitu nomor 3 dengan uraian bantuan gapoktan dalam memperoleh
peralatan mendapatkan nilai 2.2 dan masuk dalam kategori sedang, hal ini yang
membuat petani kurang mendapatkan pengalaman di bidang teknologi karna hanya
memakai alat yang seadanya dan masih bersifat manual. Dan yang terakhirr adalah
nomor 4 dengan uraian bantuan gapoktan dalam memasarkan gabah mendapatkan nilai
1.75 dan masuk dalam kategori sedang. Di kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba
para petani tidak menjual gabah nya saat selesai panen, mereka hanya menyimpan dan
39
menjadikan sebagai modal saat ada yang merayakan pesta ataupun perkawianan. Jadi
dapat di lihat bahwa gapoktan kurang berperan dalam memasarkan gabah para petani
karna petani itu sendiri yang tidak ingin menjualnya. (Sunarminto : 2010)
5.2.2. Peran Lembaga Sebagai Ketahanan Pangan
Ketahanan Pangan merupakan kondisi terpenuhinya Pangan bagi masyarakat
sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik
jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta
produktif secara berkelanjutan. Pada dasarnya pangan menyangkut hajat hidup
masyarakat, baik produsen (petani) maupun konsumen sehingga masyarakat
mempunyai hak untuk menentukan sistem ketahanan pangannya secara mandiri.
Ketahanan pada dasarnya berakar pada terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang
tercermin dari tersedianya pangan yang cuckup serta terjangkau.
Peran lembaga ketahanan pangan mengingatkan bahwa kebutuhan akan pangan
selalu meningkat bersamaan dengan pertumbuhan pendududk sepanjang waktu maka
penyelenggara yang bersangkutan bersama-sama masyarakat perlu menentukan
kebijakan pangannya secara mandiri dan berkelanjutan. Secara prinsip dapat di
kemukakan bahwa kemandirian pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan tanpa
adanya ketergantungan pada pihak luar atau berbasis sumber daya lokal dan
memp[unyai daya tahan tinggi terhadap perkembangan dan gejolak ekonomi. Peran
lembgaa ssebagai ketahanan pangan mengingatkan bahwa kebutuhan akan pangan
selalu meningkat bersamaan dengan pertumbuhan penduduk sepanjang waktu maka
penyelenggara Negara bersama sama masyarakat perlu menentukan kebijakan
40
pangannya secara mandiri dan berkelanjutan. Secara prinsip dapat di kemukakan
bahwa kemandirian pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan tanpa adanya
ketergantungan pada pihak luar atau berbasisi sumber daya lokal dan mempunyai daya
tahan tinggi terhadap perkembangan dan gejolak ekonomi.
Adapun uraian ketahanan pangan di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba
dapat dilihat pada tabel 7 berikut.
Tabel 7 : Ketahanan Pangan
No. Uraian Nilai Kategori
1.
2.
Bantuan gapoktan dalam
peningkatan produksi gabah
Bantuan gapoktan dalam
peningkatan mutu gabah
2.46
2.29
Tinggi
Sedang
Jumlah 4.75
Rata- rata 2.37 Tinggi
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nomor 1 dengan uraian bantuan gapoktan
dalam meningkatkan produksi gabah mendapatkan nilai 2.46 dan masuk dalam
kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa gapoktan berperan penting dalam
peningkatan produksi gabah dan mendapatkan kepercayaan dari petani. dan nomor 2
dengan uraian bantuan gapoktan dalam peningkatan mutu gabah mendapatkan nilai
2.29 dan masuk dalam kategori sedang. Dan untuk nomor 2 dapat di ketahui bahwa
upaya gapoktan dalam meningkatkan mutu gabah cukup baik tapi belum memuaskan
para petani.
5.2.3. Peran lembaga Sebagai Usaha Ekonomi Pedesaan
41
Usaha ekonomi pedesaan merupakan aktivitas manusia yang berhubungan
dengan distribusi, produksi maupun konsumsi terhadap barang dan jasa namun seiring
perkembangan zaman aktivitas berhubungan dengan ekonomi sudah mermbah area
pedesaan sehingga pada era modern muncul istilah baru yang di sebut dengan ekonomi
pedesaan. Berbagai macam kegiatan mengandung unsur ekonomi yang dapat menjadi
tumpuan bagi perputaran perekonomian di sebuah desa. Artinya kegiatan yang di
maksud tidak hanya sebatas pada profesi petani dimana pernyataa ini di anggap sesuai
dengan gambaran kondisi pedesaan saat ini. Ekonomi desa adalah sebuah sistem
berlandaskan pada aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan ekonomi, dengan
tujuan untuk meningkatkan perekonomian di sebuah desa.
Dalam memacu perekonomian suatu daerah atau wilayah di samping potensi
sumber daya alam dan sumber daya manusia sangat di perlukan pola keberdaan
ekonomi pedesaan yang mampu meggerakkan roda perekonomian. Ekonomi pedesaan
yang tidak memadai sangat sulit untuk mengembangkan daerah yang bersangkutan
karena peran serta yang dimiliki oleh sarana dan prasarana maka perlu aktifitas
ekonomi yang terjadi pada suatu daerah di masa sekarang maupun di masa yang aka
datang. Pada prinsipnya ekonomi pedesaan sangat berpengaruh dilingkungan
bermasyarakat.
Adapun uraian usaha ekonomi pedesaan di Kecamatan Kajang Kabupaten
Bulukumba dapat di lihat pada tabel 8 sebagai berikut :
Tabel 8 : Usaha Ekonomi Pedesaan
42
No. Uraian Nilai Kategori
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Bantuan gapoktan menentukan harga di
pemasaran
kerja sama gapoktan dengan koperasi
dalam menstabilkan harga
Bantuan Gapoktan dalam menstabilkan
harga gabah
Kerja sama gapoktan dengan pemerintah
dalam menstabilkan harga
Gapoktan membeli gabah ketika harga
menurun
Bantuan gapoktan menjual kepasar
Bantuan gapoktan memasarkan gabah ke
bulog
Bantuan gapoktan menjual gabah ke toko
tani
Bantuan gapoktan dlam penjualan serta
memberlakukan sortasi
Bantuan gapoktan dalam melakukan
pengemasan
2.13
2.13
2.04
1.79
1.54
1.38
1.63
1.75
1.38
1.17
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Rendah
Rendah
Rendah
Sedang
Rendah
Rendah
Jumlah 16.94
Rata- rata 1.70 Sedang
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019
Dari tabel 8 diatas dapat dilihat bahwa nomor 1 dengan uraian bantuan gapoktan
menentkan harga pasaran mendapatkan nilai 2.13 dan masuk dalam kategori sedang.
Selanjutnya yaitu nomor 2 dengan uraian kerja sama gapoktan dengan koperasi dalam
menstabilkan harga mendapatkan nilai 2.13 dan masuk dalam kategori sedang,
selanjutnya nomor 3 yaitu dengan uraian bantuan gapoktan dalam menstabilkan harga
gabah mendapat nilai 2.04 dan masik dalam kategori sedang. Kemudian di nomor 4
dengan uraian kerja sama gapoktan dengan pemerintah dalam menstabilkan harga
43
mendapat nilai 1.79 dan masuk dalam kategori sedang. Untuk nomor 5 dengan uraian
gapoktan membeli gabah ketika harga menurun mendapatkan nilai 1.54 dan masuk
dalam kategori rendah. Selanjutnya nomor 6 dengan uraian bantuan gapoktan menjual
ke pasar mendapatkan nilai 1.38 dan masuk dalam kategori rendah. Kemudian di nomor
7 dengan uraian bantuan gapoktan memasarkan gabah ke bulog mendapatkan nilai 1.63
dan masuk dalam kategori rendah. Kemudian nomor 8 dengan uraian bantuan gapoktan
menjual gabah ke toko tani mendapatkan nilai 1.75 dan masuk dalam kategori sedang,
kemudian nomor 9 dengan uraian bantuan gapoktan dalam penjualan serta
memberlakukan sortasi mendapatkan nilai 1.38 dan masuk dalam kategori rendah. Dan
yang terakhir yaitu nomor 10 dengan uraian bantuan gapoktan dalam melakukan
pengemasan mendapatkan nilai 1.17 dan masuk dalam kategori rendah.
Untuk tabel di atas dapat di simpulkan bahwa gapoktan belum melakukan tugas
dengan maksimal, karna belum mendapatka kepercayaan dari petani untuk mengolah
gabah para petani tersebut. Hal ini terjadi karna di Kecamatan Kajang Kabupaten
Bulukumba mayoritas penduduknya apabila panen tiba para petani tidak hanya
menyimpan hasil panennya dan tidak menjual ke pasar, hasil panen tersebut di simpan
di rumah ataupun di gudang dan di olah menjadi menjadi beras saat di butuhkan atau
di jadikan sebagai amplop saat mengadakan pesta atau acara adat.
5.3. Upaya Gapoktan Dalam Stabilisasi Harga
Dalam hal ini upaya gapoktan dalam stabilisasi harga di Kecamatan Kajang
Kabupaten bulukumba dimana harga gabah di tentukan oleh adanya permintaan dan
44
penawaran namun harga ini tidak mencerminkan harga yang sesungguhnya. Petani
tidak dapat memaksimalkan keuntungan dari produksi padinya karna tergantung dari
sikluas alam. Permintaan cenderung tetap karna konsumsi beras tidak begitu berubah
dalam 1 tahun, sedangkan penawaran tinggi apabila kondisi alam mendukung untuk itu
pada saat penawaran tinggi, sedangkan permintaan tetap maka harga akan mengalami
penurunan. Harga seringkali lebih banyak di tentukan oleh pedagang, dan petani tidak
mempunyai daya tawar apabila gapoktan tidak melakukan kebijakan kepada
masyarakat maka kesejahteraan petani sebagai produsen tidak akan terjamin.
Kebijakan masyarakat di perlukan untuk mengatasi harga gabah akibat terjadinya
kegagalan pasar. Kebijakan harga gabah di tingkat produsen relevan untuk melalukan
permintaan :
1. Beras mempunyai tingkat sensivitas politik, ekonomi dan kerawanan sosial yang
tinggi.
2. Tingkat harga yang terjadi di pasar tidak menggambarkan efisiensi. Informasi harga
tidak dapat segera di respon oleh petani karna gabah hanya dapat di produksi bila
sesuai dengan iklim, musim, serta jenis tanah.
3. Konsumsi penduduk Indonesia sebagian besar adalah beras, namun gabah hanya di
produksi di wilayah-wilayah tertentu.
4. Gabah di produksi oleh petani yang rata-rata hanya mempunyai kepemilikan lahan
yang kurang dari 0,5 Ha.
Permasalahan harga gabah turun secara drastis pada saat panen raya, sampai
saat ini masih merupakan dilema klasik sektor. Bahkan tidak jarang harga gabah petani
45
turun dan berada di bawah harga dasar gabah. Manfaat harga dasar yang diharapkan
oleh petani adalah harga yang mampu melindungi petani dari melimpahnya produksi
padi pada saat panen raya, bukan jaminan harga sepanjang tahun. Dengan kata lain,
menilai keberhasilan operasi harga dasar berpijak pada kemampuan harga dasar
menjamin harga sepanjang tahun kuranglah tepat. Salah satu faktor penting yang sering
disebut-sebut dalam pembahasan di berbagai pustaka; seminar mengapa petani
menerima harga komoditas pertanian yang rendah, adalah rendahnya kekuatan tawar-
menawar petani. (Sudaryanto dan Syafa’at : 2002). Menurut hasil wawancara dengan
responden di kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba yang tergabung dalam
gapoktan bonto Biraeng mengatakan bahwa peran gapoktan membantu para petani
dalam stabilisasi harga masih kurang, karna petani itu sendiri lebih memilih
menyimpan dan bahkan menjual sendiri beras atau gabah kepada pedagang. Gapoktan
lebih banyak berperan dalam menyediakan sarana produksi seperti pupuk, bibit, dan
peralatan lainnya.
Gapoktan mengemukakan bahwa salah satu permasalahan utama yang sering
dihadapi para petani produsen khususnya petani padi sampai saat ini adalah rendahnya
tingkat harga penjualan gabah terutama pada saat puncak musim panen karena
lingkungan dan cuaca yang biasanya bersamaan dengan musim hujan. Penyebab lain
rendahnya harga gabah diantaranya adalah kecilnya skala usahatani padi dengan rata-
rata kurang dari 0,3 hektar, terbatasnya sarana dan prasarana produksi dan pascapanen,
desakan kebutuhan yang harus segera dipenuhi sehingga tidak jarang berakibat kepada
rendahnya kekuatan tawar petani yang kemudian dimanfaatkan oleh pihak lain. Petani
46
jarang dapat menjual gabahnya sampai menunggu harga yang tinggi. Kelembagaan
Petani ditumbuh kembangkan untuk memenuhi kelayakan usaha skala ekonomi dan
efisiensi usaha, sehingga berfungsi sebagai unit usaha penyedia sarana dan prasarana
produksi, unit Usahatani/produksi, unit usaha pengolahan, dan unit usaha pemasaran.
Pada tahap pengembangannya, Gapoktan dapat memberikan pelayanan informasi,
teknologi, dan permodalan kepada anggotanya serta menjalin kerjasama melalui
kemitraan usaha dengan pihak lain.
Adapun fungsi upaya gapoktan dalam menstabilkan harga yaitu sebagai berikut ;
a. Membantu para petani dalam meningkatkan produksi gabah.
b. Membantu para petani dalam menentukakan harga gabah dalam proses pemasaran.
c. Membantu para petani dan bekerja sama dengan lembaga lain (koperasi) dalam
menstabilkan harga gabah.
d. Membantu para petani memasarkan gabah ke buloq
e. Gapoktan bekerja sama dengan pemerintah (dinas pertanian dan perdagangan)
dalam stabilisasi harga gabah
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden AS (53) mengatakan bahwa :
“ petani memproduksi padi kemudian di olah menjadi gabah lalu di pasarkan
memalaui pedagang pengumpul, sehingga pada saat panen raya harga turun drastis.
Gapoktan belum mampu membantu petani dalam memasarkan ke koperasi
terutama ke BULOQ sebagai perpanjangan tangan dari pemerintah”
47
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
1. Peran Lembaga
48
a. Peran lembaga sebagai lembaga Sentral berada pada kategori sedang dengan
nilai 2,24. Hal ini di sebabkan karena gapoktan telah berfungsi sebagai lembaga yang
mensuplai kebutuhan petani ( pupuk, dan lain-lain).
b. Peran lembaga sebagai Ketahanan pangan berada pada kategori tinggi dengan
nilai 2.30. Hal ini di sebabkan karena gapoktan berperan aktif dalam peningkatan
produksi dan mutu gabah.
c. Peran gapoktan sebagai Usaha Ekonomi Pedesaan berada pada kategori sedang
dengan nilai 1,70. Hal ini di sebabkan karena gapoktan belum berperan dalam proses
stabilisasi harga, petani masih mengandalkan pedagang dalam proses pemasaran dan
harga menjadi turun pada saat panen raya.
2. Upaya Gapoktan
Dalam hal ini upaya gapoktan dalam stabilisasi harga di Kecamatan Kajang Kabupaten
bulukumba dimana harga gabah di tentukan oleh adanya permintaan dan penawaran
sementara gapoktan belum menjadi perpanjangan tanagn melalui buloq..
6.2.Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disampaikan saran-saran sebagai
berikut:
1. Gapoktan harus meningkatkan perannya dalam menstabilkan harga dengan cara
membeli gabah dari petani dan menjual ke buloq..
49
2. Pentingnya gapoktan meningkatkan pola kemitraan antara petani dan buloq serta
koperasi.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, A. Narbuco, C. 2008. Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara
Arikunto, S. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi 6.
Jakarta : Rhineka Cipta.
50
Amang, B dan Husein Sawit, 2001. Kebijakan Beras dan pangan nasional Pelajaran
dari Orde baru dan era Reformasi. IPB Press, Bogor.
Churchill. 2005. Metode penelitian. Jakarta. Bumi aksara.
Dirmansyah. 2004. Analisis tingkat pendapatan petani lahan kering di lokasi program
PINDRA (Kasus: di Desa Klepu, Kecamatan Donorejo an Desa Dersono,
Kecamtan Pringkulu, Kabupaten Pacitan, Propinsi Jawa Timur). Skripsi.
Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Emzir.2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. PT Bumi Aksara. Jakarta.
Hasbullah, dewi. 2011. Pemantapan Kelembagaan Pada Gapoktan. Dimuat di Tabloid
Sinar Tani 8 April 2009. BPTP Jawa Tengah.
Iskandar. 2008. Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktik. Jakarta: pt rineka cipta.
Mulyani, S. 2007. Pasca panen padi. Yogyakarta: BPFF.
Najib, Rahwita. 2010. Studi perbandingan pendapatan dan efisiensi usahtani padi
program PTT dengan petani non-PTT (Kasus: Implementasi pengelolaan
tanaman dan sumberdaya terpadu (PTT) di kabupaten karawang). Skripsi.
Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Fakultas Pertanian. IPB.
Bogor.
Nakan Beras dan pangan nasional Pelajaran dari Orde baru dan era Reformasi. IPB
Press, Bogor.
Natawidjaja,R,S2001. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar Swadaya.
Depok
Pujiharto.2010. Defenisi Gabah. UI Press. Jakarta.
Pujiharto. 2010. Studi Sistem Tanam Jajar Legowo terhadap Peningkatan
Produktivitas Padi Sawah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Sumatera Barat Jl. Raya Padang-Solok Km 40 Sukarami.Jurnal Penelitian
Pertanian Terapan Vol. 14 (2): 106-11
51
Riyanto. 2008. Manajemen dan Produktivitas Padi Sawah. CAPS. Yogyakarta.
Setiana, Lucie. 2005. Ekonomi dan Penerapannya. Ghalia Indonesia. Bogor.
Sinungan. 2003. Produktivitas Padi dan Pembangunan Pertanian. UPNV. Surabaya.
Soetrino, Loekman. 2002. Prinsip Ekonomi dalam Proses Produksi. Kanisius.
Yogyakarta.
Soekartawi. 2001. Analisis Usahatani. UI Press. Jakarta.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung.
Alfabeta.
Sugiyono, 2009.Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suparyonodan A. Setyono. 1993. Padi. Penebar Swasaya. Jakarta. 118 halaman.
Susilo, R. 2011. Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan. Yogyakarta
:NuhaMedika.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung.
Alfabeta.
Syahyuti. 2002. Penelitian kelembagaan dan organisasi pertanian: konsep,
metodologi, dan acuan kerja. Bp2tp.litbang.deptan.go.id.
Syahyuti. 2007. Kebijakan Pengembangan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)
Sebagai Kelembagaan Ekonomi di Pedesaan, Bogor.
Suradisastra, Kedi. 2006. Pemanfaatan Kelembagaan untuk Pembangunan Sektor
Pertanian Mendukung Otonomi Daerah. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan
Kebijakan Pertanian, Bogor
Warsana. 2009. Pemantapan Kelembagaan Pada Gapoktan. Dimuat di Tabloid Sinar
Tani 8 April 2009. BPTP Jawa Tengah.
Wahyuni, 2009. Integrasi Kelembagaan di Tingkat Petani. Pusat Analisis Sosial
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor.
52
L
A
M
P
I
R
A
N
53
Lampiran 1
KUESIONER
PERAN KELEMBAGAAN GAPOKTAN TERHADAP STABILISASI
HARGA GABAH DI KECAMATAN KAJANG KABUPATEN
BULUKUMBA
I. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :…………
2. Umur :…………(Tahun)
3. Jenis Kelamin :…………(Laki-laki/Perempuan)
4. Pendidikan terakhir :………..
5. Jumlah Tanggungan Keluarga :…………(Orang)
6. Pengalaman Berusaha tani :…………(Bulan/Tahun)
7. Berapa lama masuk di Gapoktan :……………(Bulan/Tahun)
II. PERAN GAPOKTAN
1. Lembaga Sentral
1. Apakah Bapak/Ibu di bantu oleh Gapoktan dalam memperoleh bibit
tanaman padi?
a. Sering (3)
b. Kadang-kadang (2)
c. Tidak pernah (1)
54
2. Apakah Bapak/Ibu di bantu oleh Gapoktan dalam memperoleh subsidi
pupuk?
a. Sering (3)
b. Kadang-kadang(2)
c. Tidak pernah (1)
3. Apakah Bapak/IBu di bantu oleh Gapoktan dalam memperoleh peralatan?
a. Sering (3)
b. Kadang-kadang (2)
c. Tidak pernah (1)
4. Apakah Bapak/IBu di bantu oleh Gapoktan dalam memasarkan gabah?
a. Sering (3)
b. Kadang-kadang (2)
c. Tidak pernah (1)
2. Ketahanan Pangan
1. Apakah Bapak/Ibu di bantu oleh Gapoktan dalam upaya peningkatan
produksi gabah?
a. Sering (3)
b. Kadang-kadang (2)
c. Tidak pernah (1)
55
2. Apakah Bapak/Ibu di bantu oleh Gapoktan dalam peningkatan mjutu
gabah?
a. Sering (3)
b. Kadang-kadang (2)
c. Tidak pernah (1)
3. Usaha Ekonomi Pedesaaan
1. Apakah Bapak/Ibu di bantu oleh Gapoktan dalam menentukan harga gabah
dalam proses pemasaran?
a. Sering (3)
b. Kadang-kadang (2)
c. Tidak pernah (1)
2. Apakah Gapoktan bekerja sama dengan lembaga lain (koperasi) dalam
menstabilkan harga gabah?
a. Sering (3)
b. Kadang-kadang (2)
c. Tidak pernah (1)
3. Apakah Bapak/Ibu di bantu oleh Gapoktan dan berperan dalam menstabilkan
harga gabah?
a. Sering (3)
b. Kadang-kadang (2)
c. Tidak pernah (1)
56
4. Apakah Gapoktan bekerjasama dengan pemerintah (Dinas Pertanian dan
Perdagangan) dalam stabilisasi harga?
a. Sering (3)
b. Kadang-kadang (2)
c. Tidak pernah (1)
5. Apakah Gapoktan membeli gabah dari petani ketika harga menurun/
a. Sering (3)
b. Kadang-kadang (2)
c. Tidak pernah (1)
6. Apakah Gapoktan membantu Bapak/Ibu menjual ke pasar?
a. Sering (3)
b. Kadang-kadang (2)
c. Tidak pernah (1)
7. Apakah Gapoktan membantu Bapak/Ibu memasarkan gabah ke Bulog?
a. Sering (3)
b. Kadang-kadang (2)
c. Tidak pernah (1)
8. Apakah Gapoktan membantu Bapak/Ibu menjual gabah melalui Toko Tani
Indonesia?
a. Sering (3)
b. Kadang-kadang (2)
c. Tidak pernah (1)
57
9. Apakah Gapoktan membantu proses penjualan gabah dalam memberlakukan
sortasi?
a. Sering (3)
b. Kadang-kadang (2)
c. Tidak pernah (1)
10. Apakah Gapoktan membantu proses penjualan gabah dalam memberlakukan
pengemasan?
a. Sering (3)
b. Kadang-kadang (2)
c. Tidak pernah (1)
III. UPAYA GAPOKTAN
……………………………………………………………………….
………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………….
………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………….
………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………….
………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………..
58
Lampiran 2: Peta Lokasi Penelitian
59
Lampiran 7 : Dokumentasi
Gambar 2 : Ketua Gapoktan Desa Sangkala Kecamatan Kajang
Gambar 3 : Ketua Gapoktan Desa Bonto Biraeng
60
Gambar 4 : Staff Kantor Kecamatn Kajang Kabupaten Bulukumba
61