RANGKUMAN MPKT.doc

18
BAB I KEKUATAN DAN KEUTAMAAN KARAKTER Dengan kekuatan dan keutamaan karakter, manusia dapat menghasilkan perasaan-perasaan positif dalam situasi apapun sehingga dapat tercapainya kebahagiaan yang otentik dalam dirinya sendiri. Ia juga dapat melihat sisi-sisi baik dari hidupnya sehingga dapat memberikan penilaian yang positif baik untuk dirinya maupun untuk lingkungan disekitarnya. Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu pendidikan karakter. A. Kepribadian dan Karakter Kepribadian adalah sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang yang membedakannya dari orang lain. Kepribadian adalah sesuatu yang dinamis yang akan terus bergerak dan berkembang. Karena itu, untuk mengetahui kepribadian seseorang kita perlu mengenal lebih dalam tentang orang tersebut, seperti sejarah hidup, latar belakang budaya, ambisi, dan karakter. Sedangkan karakter adalah kepribadian yang dievaluasi, yaitu segi-segi keterampilan yang dikeluarkan dari, dan disesuaikan dengan norma tertentu. Dengan demikian, karakter adalah kumpulan sifat mental yang menentukan orang seperti apa pemiliknya. Untuk mengidentifikasi karakter seseorang dapat dilihat dari keutamaan-keutamaan yang merupakan keunggulan manusia. Pengenalan keutamaan ini dapat dilakukan melalui wawancara mendalam, diskusi kelompok terarah, dan skala sikap. B. Membedakan Keutamaan, Kekuatan Karakter, dan Tema Situasional Hubungan antara keutamaan, kekuatan karakter, dan tema situasional adalah bersifat hierarkis dimana keutamaan menduduki kedudukan teratas, disusul dengan kekuatan dan diakhiri dengan tema situasional. Dalam kehidupan sehari-hari kita bisa mengenali seseorang melalui tema situasional, yaitu kebiasaan khusus yang mengarahkan seseorang untuk mewujudkan kekuatan karakter. Contohnya adalah empati, inklusivitas (menghargai pendapat) dan positivitas. Kekuatan karakter adalah proses yang mendefinisikan keutamaan dan

Transcript of RANGKUMAN MPKT.doc

Page 1: RANGKUMAN MPKT.doc

BAB IKEKUATAN DAN KEUTAMAAN KARAKTER

Dengan kekuatan dan keutamaan karakter, manusia dapat menghasilkan perasaan-perasaan positif dalam situasi apapun sehingga dapat tercapainya kebahagiaan yang otentik dalam dirinya sendiri. Ia juga dapat melihat sisi-sisi baik dari hidupnya sehingga dapat memberikan penilaian yang positif baik untuk dirinya maupun untuk lingkungan disekitarnya. Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu pendidikan karakter.

A. Kepribadian dan Karakter

Kepribadian adalah sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang yang membedakannya dari orang lain. Kepribadian adalah sesuatu yang dinamis yang akan terus bergerak dan berkembang. Karena itu, untuk mengetahui kepribadian seseorang kita perlu mengenal lebih dalam tentang orang tersebut, seperti sejarah hidup, latar belakang budaya, ambisi, dan karakter. Sedangkan karakter adalah kepribadian yang dievaluasi, yaitu segi-segi keterampilan yang dikeluarkan dari, dan disesuaikan dengan norma tertentu. Dengan demikian, karakter adalah kumpulan sifat mental yang menentukan orang seperti apa pemiliknya. Untuk mengidentifikasi karakter seseorang dapat dilihat dari keutamaan-keutamaan yang merupakan keunggulan manusia. Pengenalan keutamaan ini dapat dilakukan melalui wawancara mendalam, diskusi kelompok terarah, dan skala sikap.

B. Membedakan Keutamaan, Kekuatan Karakter, dan Tema Situasional

Hubungan antara keutamaan, kekuatan karakter, dan tema situasional adalah bersifat hierarkis dimana keutamaan menduduki kedudukan teratas, disusul dengan kekuatan dan diakhiri dengan tema situasional. Dalam kehidupan sehari-hari kita bisa mengenali seseorang melalui tema situasional, yaitu kebiasaan khusus yang mengarahkan seseorang untuk mewujudkan kekuatan karakter. Contohnya adalah empati, inklusivitas (menghargai pendapat) dan positivitas. Kekuatan karakter adalah proses yang mendefinisikan keutamaan dan dapat digunakan sebagai karakteristik untuk mengetahui adanya satu atau lebih keutamaan seseorang. Contohnya adalah kreativitas, rasa ingin tahu, cinta pembelajaran, dan keterbukaan pikiran. Sedangkan keutamaan merupakan karakteristik utama dari karakter. Para filsuf beranggapan bahwa keutamaan adalah nilai moral yang kemudian menjadi dasar dari tindakan yang baik. Yang termasuk keutamaan adalah kebijaksanaan, kesatriaan, kemanusiaan, keadilan, dan pengendalian atau pengelolaan diri.

C. Kriteria dari karakter yang kuat

1. Dapat memberi sumbangan terhadap pembentukan kehidupan diri sendiri atau orang lain2. Secara moral bernilai sebagai sesuatu yang baik bagi diri sendiri atau orang lain3. Penampilan ciri-ciri tersebut tidak menganggu, membatasi, dan menghambat orang lain4. Kekuatan karakter tampil dalam rentang tingkah laku yang mencakup pikiran, perasaan,

tindakan serta dapat dikenali dan dievaluasi5. Dapat dibedakan dari sifat positif yang lain

Page 2: RANGKUMAN MPKT.doc

6. Menjadi ciri yang mengagumkan bagi orang-orang yang mempersespsinya7. Dapat dibedakan dari ciri-ciri yang berlawanan dengannya8. Kekuatan karakter diwadahi oleh model atau kerangka pikir ideal9. Boleh jadi tidak semua ciri karakter yang kuat muncul pada seseorang, tetapi kebanyakan

ciri-ciri karakter yang kuat tampil pada orang itu10. Memiliki akar psiko-sosial, potensinya ada di dalam diri sendiri, dan aktualisasinya

dipengaruhi lingkungan sosial

D. Kekuatan dan keutamaan karakter:

No Keutamaan Kekuatan

1. Kognitif: Kebijaksanaan dan pengetahuan

Kreativitas, rasa ingin tahu, keterbukaan pikiran, mencintai kegiatan belajar, perspektif

2. Interpersonal: Kemanusiaan Cinta kasih, kebaikan hati (murah hati, dermawan, peduli, sabar, penyayang) serta memiliki kebaikan sosial

3. Emosional: kesatriaan Keberanian untuk menyatakan kebenaran dan mengakui kesalahan, teguh, berintegritas, semangat, dan antusias

4. Kewarganegaraan (civic): berkeadilan

Citizenship (tanggung jawab sosial, kesetiaan, mampu bekerja sama), fairness, kepemimpinan

5. Pengelolaan diri (temperance) Pemaaf dan pengampun, kerendahatian, hati-hati dan penuh pertimbangan

6. Spiritual: Transedensi Apresiasi keindahan dan kesempurnaan, penuh rasa terima kasih, optimis, spiritualitas, menikmati hidup dan humor

Terdapat keutamaan yang menghubungkan kehidupan manusia dengan alam semesta, kalimat tersebut dapat diartikan dengan karakter manusia memiliki hubungan dengan spiritualitas. Istilah spiritualitas dikemukakan oleh Murray dan Zenther (1998, dalam McSherry, 1998) yang secara singkat mengatakan bahwa spiritualitas harus ditempatkan dalam konteks keseluruhan alam semesta dan keterkaitan isi dunia ini.

Spiritualitas melampaui affilisasi terhadap agama tertentu. Sehingga bisa dikatakan bahwa karakter selalu dilandasi oleh spiritualitas. Karakter dapat mendatangkan kebahagiaan bagi seseorang, sehingga pembentukan karakter erat sekali hubungannya dengan pencapaian kebahagiaan, sehingga semakin orang memiliki karakter yang kuat adalah orang yang berbahagia, mandiri, dan memberi sumbangan positif bagi masyarakat.

Cara untuk mencapai kebahagiaan menurut Seligman (2004) adalah harus berpikir positif, memandang hidup dan orang lain dengan hal yang baik dan serta memaknai dunia. Kesimpulannya, pendidikan harus mengarahkan para peserta didiknya untuk mendapatkan ketiga kebahagiaan, dengan cara melalui pendidikan karakter.

Page 3: RANGKUMAN MPKT.doc

BAB IIDASAR-DASAR FILSAFAT

Karakter dan filsafat memiliki hubungan yang saling menguatkan. Filsafat membutuhkan kekuatan dan keutamaan karakter dimana filsafat yang berarti cinta kebenaran menuntut orang yang menekuninya memiliki keutamaan pengetahuan dan kebijaksanaan beserta kekuatan-kekuatan lain di dalamnya. Tetapi, berfilsafat juga merupakan sebuah cara untuk membangun karakter. Aktivitas dalam filsafat mencakup kegiatan berpikir, menjaga kesetiaan, berani mengambil risiko, dan sebaginya merupakan aktivitas yang dapat menguatkan karakter.

A. Pengertian Filsafat

Filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia, philos berarti teman dan sophos berarti bijaksana. Pengertian filsafat secara luas adalah studi yang mempelajari seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis, dengan mengutarakan problem secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi, dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu.

B. Sifat- Sifat Filsafat

1. Radikal: berfikir sampai ke akar-akarnya, tidak tanggung-tanggung, sampai pada konsekuensinya yang terakhir, berfikir secara mendalam dan tidak setengah-setengah.

2. Kritis: terus menerus bertanya secara eksternal (mempertanyakan hal-hal di luar dirinya) dan secara internal (mempertanyakan diri sendiri).

3. Sistematis: upaya memahami segala sesuatu itu dilakukan menurut aturan tertentu, runut, dan bertahap, serta hasilnya dituliskan menurut suatu aturan pula.

C. Kegunaan Filsafat

1. Menjadikan orang untuk mampu emnangani berbagai pertanyaan mengajar manusia yang tidak terletak dalam wewenang metodis ilmu-ilmu khusus.

2. Menambah ilmu pengetahuan sehingga dapat membantu penyelesaian masalah dengan bijaksana, membuat manusia hidup lebih tanggap (peka) terhadap diri dan lingkungannya.

3. Kegunaan filsafat ialah untuk memperoleh pengertian (makna) dan untuk menjelaskan gejala atau peristiwa alam dan sosial.

4. Orang berfilsafat harus mampu menjelaskan hubungan antara sebab dan akibat, antara bentuk dan isi, antara gejala dan hakikat, serta kekhususan dan keumuman.

D. Ciri-Ciri Filsafat

1. Sangat umum dan universal: filsafat tidak bersangkutan dengan obyek-obyek khusus, contohnya tentang manusia, keadilan, kebebasan, dan lainnya.

Page 4: RANGKUMAN MPKT.doc

2. Tidak faktual atau spekulatif: filsafat memuat dugaan-dugaan yang masuk akal mengenai sesuatu dengan tidak berdasarkan bukti.

3. Bersangkutan dengan nilai: filsafat merupakan usaha untuk mencari pengetahuan berupa fakta-fakta yang disebut penilaian (hal yang baik dan buruk).

4. Berkaitan dengan arti: filsafat berupaya untuk menciptakan kalimat-kalimat logis dan bahasa yang tepat (ilmiah) untuk menghindari kesalahan.

5. Implikatif atau akibat logis: implikasi tersebut diharapkan akan mampu melahirkan pemikiran baru sehingga akan terjadi proses pemikiran yang dinamis.

E. Cabang Filsafat

1. Ontologi: filsafat yang membahas tentang hakikat ada, eksistensi, realitas, dasar keberadaan, dan hubungan mereka. Ontologi dibagi menjadi 2 subbidang. Yang pertama adalah ontologi alam arti khusus yang membahas mengenai ‘ada’ yang keberadaannya tidak diasingkan lagi dan dapat tertangkap oleh indra. Yang kedua adalah metafisika yang membahas ‘ada’ yang keberadannya masih disangsikan karena objeknya tidak dapat dijangkau secara inderawi, seperti jiwa dan eksistensi Tuhan.

2. Epistemologi: filsafat yang mengkaji teori-teori tentang sumber-sumber, hakikat, dan batas pengetahuiaan. Dalam epistemologi dibahas empat cabang:a. Epistomologi dalam arti sempit: mengkaji hakikat pengetahuan sehari-hari.b. Filsafat ilmu: mengkaji ciri-ciri dan cara memperoleh ilmu pengetahuan (science).c. Metodologi: membahas cara dan metode memperoleh pengetahuan secara

sistematis, logis, valid, dan teruji.d. Logika: mempelajari teknik dan kaidah penalaran yang tepat.

3. Axiologi: filsafat yang berbicara mengenai apa yang dilakukan manusia dan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia. Axiologi terdiri atas etika dan estetika. Etika mengkaji nilai apa yang berkaitan dengan kebaikan dan apa itu perilaku baik sedangkan estetika mengkaji pengalaman dan penghayatan manusia dalam menanggapi sesuatu itu baik atau tidak.

F. Aliran Filsafat

1. Rasionalisme: semua pengetahuan berasal dari akal (rasio).2. Empirisme: menekankan pengalaman sebagai sumber pengetahuan.3. Kritisisme: akal menerima bahan-bahan yang belum tertata dari pengalaman empirik,

lalu mengaturnya dan menertibkanya dalam kategori-kategori.4. Idealisme: pengetahuan adalah proses-proses mental ataupun protes-protes psikologis

yang sifatnya subyektif.5. Vitalisme: hidup tidak dapat sepenuhnya dijelaskan secara mekanis karena pada

hakikatnya manusia berbeda dengan benda mati.6. Fenomenologi: mengkaji penampakan (gejala) dan memandang gejala dan kesadaran

selalu saling terkait.

Page 5: RANGKUMAN MPKT.doc

G. Alternatif Langkah Belajar Filsafat (Kattsoff)

a. Learn by Try: belajar dengan coba-coba umunya dipakai ketika belajar filsafat untuk pertama kali

b. Learn by Experience: difokuskan pada bagaimana caranya kita mempelajari sesuatu dengan berdasarkan pada pengalaman yang kita miliki

c. Learn by Guidance: ditempuh untuk belajar filsaat di perguruan tinggi, ketika mahasiswa dibimbing khusus oleh seorang dosen

Secara umum, Kattsoff mengemukakan langkah-langkah umum yang disarankan dalam menganalisis dan sintesis, sebagai berikut:

1. Memastikan adanya masalah yang diragukan kesempurnaan atau kelengkapannya2. Masalah umumnya terpecahkan dengan mengikuti dua langkah: menguji prinsip-prinsip

kesahihannya dan menentukan sesuatu yang tak dapat diragukan kebenarannya3. Meragukan dan menguji secara rasional segala hal yang ada sangkut pautnya dengan

kebenaran4. Mengenali apa yang dikatakan orang lain mengenai masalah yang bersangkutan dan

menguji penyelesaian-penyelesaian mereka5. Menyarankan suatu hipotesis yang kiranya memberikan jawaban atas masalah6. Menguji konsekuensi-konsekuensi dengan melakukan verifikasi terhadap hasil-hasil

penjabaran yang telah dilakukan7. Menarik kesimpulan mengenai masalah yang mengawali penyelidikan

Page 6: RANGKUMAN MPKT.doc

BAB IIIDASAR-DASAR LOGIKA

A. Pengertian Logika

Pengertian logika dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu: 1. Cabang filsafat: mengkaji prinsip, hukum, dan metode berpikir yang benar, tepat, dan lurus.2. Cabang matematika: upaya menyusun bahasa matematika yang formal, baku, dan jernih

maknanya, serta kajian tentang penyimpulan dan pembuatan pernyataan yang benar.3. Secara filosofis: kajian tentang berpikir atau penalaran (proses penarikan kesimpulan

berdasarkan alasan yang relevan) yang benar.4. Sebagai kajian tentang kebenaran khusus: ilmu pengetahuan yang bertujuan menjelaskan

kebenaran atau fakta tertentu.5. Sebagai bentuk umum dari putusan: kajian yang mempelajari unsur-unsur putusan dan

susunanya dengan tujuan untuk memperoleh pola atau bentuk umum dari proses pembuatan putusan.

B. Kategori

Manusia berpikir menggunakan kategori untuk mengenali dan mengelompokkan benda-benda.a. Segi kuantitas: universal (mencakup seluruh individu) atau partikular (hanya sebagian

individu)b. Segi kualitas: afirmatif (mengiyakan), negatif (meniadakan suatu hal) , atau infinit (sesuatu

yang tak terbatas)c. Segi relasi: kategorikal (dapat langsung ditentukan benar salahnya) , hipotetikal (benar salah

tergantung situasi) , dan disjunktif (hubungan oposisi yang saling meniadakan)d. Segi modalitas: problematik (masih ada beberapa kemungkinan), asertorik (apa yang

diungkapkan nyata/sudah terjadi), atau apodeiktik (sesuatu yang pasti terjadi)

C. Term, Definisi, dan Divisi

a. Term: tanda untuk menyatakan suatu ide yang didasarkan pada kelaziman, bukan tanda alamiah.

b. Definisi: pernyataan yang menerangkan hakikat suatu hal.1. Definisi real: menerangkan arti hal itu sendiri

Definisi esensial: menerangkan inti yang memuat genus dan diferentia Definisi deskriptif: mengemukakan segi-segi yang positif tetapi belum tentu esensial.

Ada 4: distingtif (properti), genetik (asal mula terjadinya), kausal (penyebab atau akibat suatu hal), aksidental (tidak mengandung hal-hal yang esensial)

2. Definisi nominal: menerangkan makna kata seperti yang dimuat di kamusc. Divisi: uraian suatu keseluruhan ke dalam bagian-bagian berdasarkan satu kesamaan

karakteristik tertentu.

Page 7: RANGKUMAN MPKT.doc

Divisi real/aktual: penguraian dilakukan berdasar pada bagian pada objek tersebut terlepas dari aktivitas manusia

Divisi logis: penguraian dilakukan oleh manusia

D. Kalimat, Pernyataan, dan Proposisi

a. Kalimat: serangkaian kata yang disusun berdasarkan aturan-aturan tata bahasa dalam suatu bahasa yang dapat digunakan untuk tujuan menyatakan, menanyakan, atau memerintahkan suatu hal.

b. Pernyataan: kalimat yang digunakan untuk membuat suatu klaim atau menyampaikan sesuatu yang bisa benar atau salah.

c. Proposisi: makna yang diungkapkan melalui pernyataan; interpretasi dari suatu pernyataan. Pernyataan sederhana: hanya mengandung 1 preposisi Pernyataan kompleks: mengandung lebih dari 1 preposisi, ada 4 macam:

1. Negasi: pengingkaran dari pernyataan tersebut.2. Konjungsi: pernyataan kompleks yang komponen logikanya dihubungkan dengan

kata “dan”, disebut pernyataan konjungtif.3. Disjungsi: pernyataan kompleks yang komponen logikanya dihubungkan dengan

kata “atau”, disebut pernyataan disjungtif.4. Kondisional: pernyataan kompleks yang komponen logikanya dihubungkan

dengan jika..., maka... disebut pernyataan kondisional atau hipotesis.

E. Penalaran

Hal yang mendasari penalaran:1. Penyimpulan langsung: penyimpulan yang ditarik sesuai dengan prinsip-prinsip logika

dan dilakukan melalui indera. Memberikan pengetahuan dasar bagi manusia. 2. Penyimpulan tak langsung: penyimpulan melalui perbandingan ide-ide.

Penalaran adalah penyimpulan tak langsung (menggunakan perantara)

Dua jenis penalaran:1. Deduksi: proses penalaran dengan cara membuat suatu kesimpulan dari suatu hukum,

dalil, prinsip yang umum kepada suatu keadaan yang khusus.2. Induksi: proses penalaran dengan cara menyimpulkan hukum, dalil, prinsip umum dari

kasus-kasus yang khusus.

Kesalahan penyimpulan:1. Kesalahan material: kesalahan putusan yang digunakan sebagai pertimbangan yang

seharusnya memberikan fakta atau kebenaran.2. Kesalahan formal: kesalahan yang berasal dari urutan penyimpulan yang tidak konsisten

Argumentasi: ungkapan verbal dari penalaran, ada 2 macam:1. Silogisme kategoris: menggunakan preposisi kategoris (analitika)2. Silogisme hipotesis: menggunakan preposisi hipotesis (dialektika)

Page 8: RANGKUMAN MPKT.doc

F. Argumen Deduktif

Adalah proses perolehan kesimpulan yang terjamin validitasnya jika bukti yang tersedia benar dan penalaran yang digunakan untuk menghasilkan kesimpulan tepat. Penalaran deduktif diawali dengan generalisai yang dianggap benar lalu menghasilkan premis-premis, lalu dari situ diturunkan kesimpulan yang koheren.

Silogisme: jenis argumen yang kesimpulanya diturunkan dari dua preposisi umum yang berbentuk preposisi kategoris.

a. Silogisme kategoris: Jika A adalah bagian dari C maka B adalah bagian dari C (A dan B adalah anggota dari C) -> silogisme yang berlaku untuk semua anggota kelas atau tidak sama sekali.

b. Silogisme hipotesis: premis pertama (premis mayor) menampilkan kondisi yang tak tentu (Jika P maka Q) atau menampilkan masalah (P dan Q tidak dapat benar dua-duanya) sehingga harus diselesaikan oleh premis kedua.

G. Argumen Induktif

Adalah hipotesis yang mengandung risiko dan ketidakpastian dalam artian bahwa ketika kita berada dalam kondisi ketidakpastian atau kurangnya informasi, kita langsung mengambil kesimpulan dengan risiko bahwa kita mengambil keputusan yang salah.1. Induksi enumeratif (generalisasi induktif): proses yang menggunakan premis-premis

yang menggambarkan karakteristik sampel untuk mengambil kesimpulan umum mengenai kelompok asal sampel itu.

2. Spesifikasi induktif-Silogisme statistikal: argumen yang menggunakan generalisasi statistik tentang suatu kelompok untuk mengambil kesimpulan mengenai suatu sub-kelompok atau anggota dari kelompok itu.

3. Induksi eliminatif atau diagnostik: menghasilkan kesimpulan yang merupakan penjelasan terbaik karena didukung oleh bukti-bukti diagnostik yang ada tetapi tidak statistikal.

H. Sesat Pikir

Adalah kekeliruan dalam penalaran berupa penarikan kesimpulan-kesimpulan dengan langkah-langkah yang tidak sah, yang disebabkan oleh dilanggarnya kaidah-kaidah logika.

A. Sesat pikir formal:1. Empat term: terjadi ketika ada empat term yang diikutsertakan dalam silogisme

padahal silogisme yang sahih hanya mempunyai tiga term.2. Term tengah yang tidak terdistribusikan: silogisme kategoris yang term tengahnya

tidak memadai untuk menghubungkan term mayor dan term minor.3. Proses ilisit: perubahan tidak sahih dari term mayor atau term minor.4. Premis-premis afirmatif tetapi kesimpulannya negative: terjadi jika dalam premis

digunakan proposisi afirmatif (pernyataan yang menyatakan sesuatu secara positif)

Page 9: RANGKUMAN MPKT.doc

tetapi dalam kesimpulan digunakan proposisi negatif (pernyataan yang menegasi sesuatu).

5. Dua premis negative: terjadi jika dalam silogisme kedua premis yang digunakan adalah proposisi negatif.

6. Mengafirmasi konsekuensi: adalah pembuatan kesimpulan yang diturunkan dari pernyataan yang hubungan antara anteseden dan konsekuensinya tidak niscaya tetapi diperlakukan seolah-olah hubungan itu suatu keniscayaan.

7. Menolak anteseden: pembuatan kesimpulan yang diturunkan dari pernyataan yang hubungan antara anteseden dan konsekuensinya tidak niscaya tetapi diperlakukan seolah-olah hubungan itu suatu keniscayaan.

8. Mengiyakan suatu pilihan dalam suatu susunan argumentasi disjungsi subkontrer (atau): terjadi jika hubungan atau di antara dua hal diperlakukan sebagai pengingkaran oleh hal yang satu terhadap hal yang lain.

9. Mengingkari suatu pilihan dalam suatu disjungsi yang kontrer (dan): terjadi jika dua hal yang dihubungkan dengan kata dan diperlakukan seolah-olah nilai kebenaran (benar atau tidak benar) dari gabungan keduanya sama dengan nilai kebenaran dari setiap hal yang digabungkan, atau nilai tidak benar dari gabungan dari dua hal itu seolah-olah disebabkan oleh salah satunya.

B. Sesat pikir non formal:1. Perbincangan dengan ancaman: kesimpulan didasarkan pada ancaman2. Salah guna (Abusive): penyalahgunaan pertimbangan yang tidak relevan3. Argumentasi berdasarkan kepentingan, ketidaktahuan, belas kasian, disangkutkan

dengan orang banyak, kewibawaan ahli walaupun keahliannya tidak relevan serta berdasar pada ciri-ciri tidak esensial

4. Perumusan dengan tergesa-gesa5. Sebab yang salah: kesimpulan berdasar satu dugaan yang tak terbukti namun tetap

dipertahankan6. Penalaran sirkular: menjadikan kesimpulan sebagai alasan7. Sesat pikir karena terlalu banyak pertanyaan yang harus dijawab sehingga jawaban

tak sesuai dengan pertanyaan8. Kesimpulan tak relevan: kesimpulan tak sejalan dengan alasannya9. Makna ganda: menggunakan term yang bermakna ganda sehingga kesimpulannya

tidak jelas dan dapat diubah-ubah10. Makna ganda ketatabahasaan11. Sesat pikir karena perbedaan logat atau dialek bahasa12. Kesalahan komposisi dan divisi13. Generalisasi tidak memadai

I. Kesalahan Umum dalam Penalaran Induktif

1. Kesalahan generalisasi:a. Generalisasi yang terburu-buru: bukti tidak cukup, tidak lengkap, atau biasb. Kesalahan kecelakaan: kesalahan penerapan pada prinsip umum

Page 10: RANGKUMAN MPKT.doc

2. Kesalahan penggunaan bukti secara salah:a. Kesimpulan yang tidak relevan: ketika orang menarik kesimpulan yang salah dari

bukti yang adab. Kesalahan bukti yang ditahan: mengabaikan, menahan, atau meminimalkan derajat

pentingnya suatu bukti yang bertentangan dengan kesimpulan

3. Kesalahan statistikal:a. Kesalahan sampel yang bias: ketika data yang digunakan untuk menarik kesimpulan

statistik diambil dari sampel yang tidak representative terhadap populasib. Kesalahan percontoh yang kecil: pembicara menggunakan sampel yang terlalu kecil

sehingga kesimpulan tidak dapat dipercayac. Kesalahan penjudi: mengabaikan kaidah probabilitas

4. Kesalahan kausal:a. Mengacaukan sebab dan akibat: ketika suatu hubungan kausal salah diinterpretasib. Mengabaikan penyebab bersama: ketika seorang pembicara menyimpulkan bahwa x

adalah penyebab y sementara sebenarnya keduanya merupakan akibat dari sebab lain

c. Kesalahan penyebab yang salah: ketika menyimpulkan tanpa dasar yang cukup kuatd. Mengacaukan penyebab yang berupa necessary condition dengan sufficient

conditione. Kesalahan analogi

Page 11: RANGKUMAN MPKT.doc

BAB IVDASAR-DASAR ETIKA

A. Pengertian Etika dan Moralitas

Etika berasal dari bahasa Yunani "ethikos" yang berarti adat, kebiasaan, atau watak. Etika mengacu kepada seperangkat aturan-aturan, prinsip-prinsip, atau cara berpikir yang menuntun tindakan dari suatu kelompok tertentu. Etika dapat pula disebut sebagai refleksi filosofis atas moral.

Moralitas berasal dari kata latin "moralis" yang berarti "tata cara", "karakter", atau "perilaku yang tepat". Moralitas adalah diferensiasi dari keputusan dan tindakan antara yang baik atau yang tidak baik. Moralitas mengacu pada nilai baik atau tidak baik yang disepakati dan diadopsi dalam suatu lingkungan tertentu. Moralitas juga dipahami sebagai suatu keyakinan untuk menjalani hidup yang baik.

Hubungan etika dan moralitas adalah bahwa etika merupakan suatu abstraksi dalam memahami atau mendefinisikan moral dengan melakukan refleksi atasnya. Etika membahas persoalan moral pada situasi tertentu sedang moralitaa tergantung pada pilihan individu, keyakinan atau agama dalam menentukan hal yang benar atau salah, baik atau buruk.

B. Klasifikasi Etika

Page 12: RANGKUMAN MPKT.doc

Sederhananya, etika terdiri atas empat bidang utama, yaitu:

a. Etika normatif: berfokus pada prinsip-prinsip yang seharusnya dari tindakan yang baik.b. Etika terapan: penerapan teori-teori etika secara lebih spesifik baik pada domain privat atau publikc. Etika deskriptif: hanya melakukan observasi terhadap apa yang dianggap baik oleh individu atau masyarakatd. Metaetika: berfokus pada arti dari penyataan-pernyataan etika

C. Realisme Etis dan Non-Realisme Etis

a. Realisme etis: berpusat pada manusia menemukan kebenaran etis yang memiliki eksistensi independen di luar dirinya. Kemudian masalah yang timbul adalah manusia mengikuti keyakinan etis yang berbeda-beda sehingga realisme etis dalam bentuk absolutisme etis tidak sesuai dengan keragaman budaya dan tradisi.

b. Nonrealisme etis: manusia yang menciptakan kebenaran etis. Berkaitan dengan relativisme etis yang mengatakan bahwa apabila Anda melihat budaya yang berbeda, Anda akan menemukan bahwa hal itu memiliki aturan etis yang berbeda pula. Sehingga relativisme menghormati keragaman budaya dan tindakan manusia yang berbeda pula dalam merespon situasi yang berbeda.

D. Kegunaan Etika

Etika menyediakan alat-alat analisis untuk berpikir tentang isu-isu moral. Dalam konteks ini etika dapat menyediakan sebuah gambaran utuh dan lebih mengedepankan rasionalitas ketika berhadapan dengan isu-isu tersebut. Di sinilah peran etika, yaitu menawarkan suatu prinsip-prinsip yang memungkinkan kita untuk mengambil pandangan yang lebih jernih dalam melihat isu-isu moral. Dengan kata lain, etika memberikan sebuah peta moral atau kerangka berpikir yang bisa digunakan untuk menemukan jalan keluar dari masalah-masalah moral yang sulit. Dengan kata lain etika sangat memperhitungkan bukan hanya diri sendiri, tetapi juga orang lain. Dalam konteks ini, etika berkaitan dengan kepentingan orang lain secara lebih luas.

E. Immanuel Kant dan Etika Kewajiban

Prinsip moral dapat muncul dari berbagai sumber, diserap dari nilai-nilai agama, kaidah norma masyarakat, maupun dari hukum yang dibuat oleh negara. Hal-hal ini dapat menjadi referensi bagaimana seseorang bertingkah laku dan membedakan manakah baik dan buruk. Kant mempopulerkan filsafatnya, ia selalu berkata Sapere Aude! (beranilah berpikir secara mandiri), semangat ini tercermin juga didalam filsafatnya. Pengertian Kant mendorong individu bahkan dalam urusan bersikap etis, individu harus dapat memikirkan dan bertindak atas kehendaknya sendiri. Dimana pemahamannya ini mewajibkannya untuk bersikap etis, dan melakukan tindakan etis tanpa melibatkan perasaan atau memikirkan tentang hasilnya saja, tetapi tegas untuk mematuhi suatu prinsip moral.

Page 13: RANGKUMAN MPKT.doc

F. John Stuart Mill dan Konsep Etika Utiliatarian

Teori moral dalam filsafat dapat dipahami menjadi dua aliran besar, yang pertama adalah deontologis, seperti yang telah dibahas pada bagian Immanuel Kant, yang kedua adalah kaum konsekuensialis. Pandangan konsekuensialis menyatakan bahwa segala tindakan dianggap bernilai secara moral bila mempertimbangkan hasil akhir dari tindakan tersebut. Adapula tokoh yang mengembangkan paham etis utilitarian adalah John Stuart Mill.

Utilitarianisme, dari akar kata utility, yang berarti kegunaan, menganggap bahwa dorongan utama bagi seseorang untuk bersikap etis adalah untuk mencapai kebahagiaan. Tetapi seringkali pernyataan kaum utilitarian disalahartikan menjadi pandangan yang secara general memperbolehkan apapun untuk mencapai kebahagian, inilah kritik terutama bagi kaum utilitarian.

G. W.D Ross; Intuisi dan Kewajiban

Pandangan moral intuitif dari seorang etikus bernama W.D Ross, ia menggunakan penjelasan intuisi. Ross berargumen bahwa seseorang mengetahui secara intuitif perbuatan apa yang bernilai baik maupun buruk. Ia mengkritik pandangan utilitarian yang terlalu menekankan pada konsep kebahagiaan, bahkan mensejajarkan kebahagiaan sebagai kebaikan. Bagi Ross, kebahagiaan tidak dapat secara mudah disamakan dengan kebaikan, justru kebaikan adalah bentuk nilai moral yang lebih tinggi. Jadi tujuan moral adalah mencapai kebaikan bukan kebahagiaan.

Ross menyebutkan tentang berbagai macam kewajiban yang membutuhkan pertimbangan individu dalam kejadian-kejadian aktual, ia menyusunya sebagai berikut:1. Fidelitas atau yang menyangkut perihal bagaimana seseorang memegang janji atau

komitmennya2. Kewajiban atas rasa terimakasih, ketika kita berkewajiban atas jasa yang sudah ditunjukan

oleh orang lain3. Kewajiban berdasarkan keadilan, hal ini menyangkut perihal pembagian yang merata yang

berhubungan dengan kebaikan orang banyak4. Kewajiban beneficence, atau bersikap dermawan, dan menolong orang lain sebagai

tanggung jawab social5. Kewajiban untuk merawat dan menjaga diri sendiri6. Kewajiban untuk tidak menyakiti orang lain.