Rangkuman Materi PGJ

download Rangkuman Materi PGJ

of 14

Transcript of Rangkuman Materi PGJ

  • 7/31/2019 Rangkuman Materi PGJ

    1/14

    Perencanaan Geometrik Jalan

    Angkutan jalan merupakan salah satu jenis angkutan sehingga jaringan

    jalan semestinya ditinjau sebagai bagian dari sistem angkutan transportasi

    secara keseluruhan. Suatu sistem transportasi direncanakan untuk mengangkut

    atupun memindahkan manusia atau barang dengan menggunakan berbagai alat

    atau moda transportasi.

    Moda jalan merupakan jenis moda yang penting dimana sifat dapat

    melayani penggunanya secara door-to-door, yakni dapat melayani dari tempat

    asal ke tempat tujuan yang umumnya berada di darat. Sementara itu angkutan

    bergerak antara terminal ke terminal . Tingkat kemajuan suatu wilayah dapat

    diukur dari kelengkapan jaringan transportasi yang dimilikinya, dimna semakinbaik jaringan transportasinya maka semakin tinggi nilai lahan di wilayah

    tersebut.

    Dasar hukum pembangunan dan pemeliharaan jalan adalah Undang-

    undang No. 13 Tahun 1980 tentang jalan. Undang-undang ini terdiri atas 10 Bab

    dan 24 pasal, diman Undang-undang ini dijelaskan secara rinci dalam PP No. 26

    Tahun 1985.

    Menurut UU No. 13/1980 dan PP No. 26/1985 , jalan dapat

    diklasifikasikan menurut sistem jaringan, peranan, dan wewenang pembinaan.

    a.Pengelompokan berdasarkan Sistem Jaringan

    1. Sistem Jaringan Jalan Primer

    Sebuah sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi

    untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional dengan semua simpul

    jasa distribusi yang keemudian berwujud kota.

    2. Sistem Jaringan Jalan Sekunder

    Sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk

    masyarakat dalam kota.

  • 7/31/2019 Rangkuman Materi PGJ

    2/14

    b.Pengelompokan berdasarkan Peranan

    1. Jalan Arteri

    Jalan yang melayani angkutan utama, dengan cirri-ciri:

    o Perjalanan jarak jauh

    o Kecepatan rata-rata tinggi

    o Jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien

    2. Jalan Kolektor

    Jalan yang melayani angkutan pengumpulan atau pemabagian dengan ciri-ciri:

    o Perjalanan jarak sedang

    o Kecepatan rata-rata sedang

    o Jumlah jalan masuk dibatasi

    3. Jalan Lokal

    Jalan yang melayani angkutan setempat dengan cirri-ciri:

    o Perjalanan jarak dekat

    o Kecepatan rata-rata rendah

    o Jumlah jalan masuk tidak dibatasi

    c. Pengelompokan berdasarkan Wewenang Pembinaan :

    1. Jalan Nasional

    Jalan yang mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan nasional

    Jalan umum yang pembinaannya dilakukan oleh Menteri

    Jalan arteri primer

  • 7/31/2019 Rangkuman Materi PGJ

    3/14

    Jalan kolektor primer yang menghubungkan antar ibukota propinsi

    2. Jalan Propinsi

    Jalan umum yang pembinaannya dilakukan oleh Pemerintah Daerah.

    Jalan kolektor primer yang menghubungkan ibukota propinsi dengan

    ibukota kabupaten atau kotamadya.

    Jalan yang mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan propinsi.

    Jalan dalam Daerah khusus Ibukota Jakarta , kecuali yang termasuk

    dalam jalan nasional.

    3. Jalan Kabupaten

    Jalan kolektor primer yang tidak termasuk jalan nasional dan propinsi.

    Jalan lokal primer.

    Jalan sekunder lain selain jalan nasional dan propinsi.

    Jalan yang mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan kabupaten.

    4. Jalan Kotamadya

    Jaringan jalan sekunder di dalam kotamadya.

    5. Jalan Desa

    Jaringan jalan sekunder di dalam desa.

    6. Jalan Khusus

    Jalan yang pembinaannya tidak dilakukan oleh Menteri maupun

    Pemerintah Daerah, tetapi dapat oleh Instansi, badan hokum, atau

    perorangan yang bersangkutan.

    Klasifikasi jalan sesuai rancangan Undang-Undang Tahun 2000

    a. Pengelompokan jalan menurut system

  • 7/31/2019 Rangkuman Materi PGJ

    4/14

    1. Sistem Jaringan Jalan Primer

    Jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk pengembangan

    semua wilayah, yang menghubungkan simpul jasa distribusi yang berwujud kota.

    2. Sistem Jaringan Jalan Sekunder

    Jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat di

    dalam kota, yang menghubungkan antar dan dalam kawasan dalam kota.

    b. Pengelompokan Jalan menurut fungsi:

    1. Jalan Arteri

    Jalan yang melayani angkutan utama, dengan cirri-ciri:

    Perjalanan jarak jauh

    Kecepatan rata-rata tinggi

    Jumlah jalan msuk dibatasi secara efisien dengan memperhatikan

    kapasitas jalan masuk

    2. Jalan Kolektor

    Jalan yang melayani angkutan pengumpulan atau pembagian dengan cirri-ciri:

    Perjalanan jarak sedang

    Kecepatan rata-rata sedang

    Jumlah jalan masuk dibatasi

    3. Jalan Lokal

    Jalan yang melayani angkutan local, dengan ciri-ciri:

    Perjalanan jarak dekat

    Kecepatan rata-rata rendah

  • 7/31/2019 Rangkuman Materi PGJ

    5/14

    Jumlah jalan masuk tidak dibatasi

    4. Jalan Lingkungan

    Jalan yang melayani angkutan lingkungan , dengan cirri-ciri:

    Perjalanan jarak pendek

    Kecepatan rendah

    c. Pengelompokan Jalan menurut status

    1. Jalan Nasional

    Jalan umum dengan fungsi arteri primer

    Menghubungkan antar ibukota propinsi

    Menghubungkan antar Negara

    Jalan yang bersifat strategis nasional

    2. Jalan Propinsi

    Jalan umum dengan fungsi kolektor primer

    Menghubungkan ibukota propinsi dengan ibukota kabupaten atau kota

    Menghubungkan antar ibukota kabupaten atau antar kota

    Jalan yang bersifat strategis nasional

    3.Jalan Kabupaten

    Jalan umum dengan fungsi local primer

    Menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan

    Menghubungkan antar ibukota kecamatan

    Jalan strategis local di daerah kabupaten

  • 7/31/2019 Rangkuman Materi PGJ

    6/14

    4. Jalan Kota

    Jalan umum dalam system sekunder

    Menghubungkan antar pusat kegiatan local dalam kota

    Berada dikawasan perkotaan

    5. Jalan Desa

    Jalan umum dalam system tersier

    Menghubungkan kawasan di dalam desa dan antar pemukiman

    6. Jalan Khusus

    Disebut sesuai dengan instansi, badan usaha , perorangan, atau kelompok

    masyarakat

    d. Pengelompokan Jalan menurut Kelas Jalan ( Pasal 8):

    Pembagian kelas jalan didasarkan pada:

    1. Fungsi jalan

    2. Kemampuan menerima muatan rencana sumbu terberat, baik konfigurasi

    rencana sumbu kendaraan atau sesuai dengan ketentuan teknologi alat

    transportasi

    Menurut Peraturan Pemerintah No.25 tahun 2000, kewenangan tersebut yakni:

    a. Kewenangan Pemerintah

    Penetapan persyaratan untuk penentuan status, kelas, dan fungsi

    jalan

    Pengaturan dan penetapan status jalan nasional

    b. Kewenangan Propinsi

    Penyusunan dan penetapan jaringan transportasi jalan propinsi

  • 7/31/2019 Rangkuman Materi PGJ

    7/14

    Perencanaan, pembangunan dan pemeliharaan jalan propinsi

    c. Kewenangan Kabupaten atau Kota

    Penyusunan dan penetapan jaringan transportasi jalan kabupaten ataukota

    Pengawasan dan pengendalian perwujudan jaringan transportasi jalan

    kabupaten atau kota

    Penetapan kelas jalan kabupaten atau kota

    Penyusunan perencanaan dan pembangunan transportasi kota

    Persyaratan Jalan yang sesuai dengan Peranannya (PP No.26/1985)

    1.Jalan Arteri Primer, diantaranya:

    Kecepatan rencana minimum 60 km/jam

    Lebar badan jalan minimum 8 m.

    2.Jalan Kolektor Primer

    Kecepatan rencana minimum 40 km/jam

    Lebar badan jalan minimum 7 m

    3.Jalan Lokal Primer

    Kecepatan rencana minimum 20 km/jam

    Lebar minimum 6 m

    4.Jalan Arteri Sekunder

    Kecepatan rencana minimum 20 km/jam

    Lebar badan jalan minimum 8 m

    5.Jalan Kolektor Sekunder

    Kecepatan rencana minimum 20 km/jam

  • 7/31/2019 Rangkuman Materi PGJ

    8/14

    Lebar badan jalan minimum 7 m

    6.Jalan Lokal Sekunder

    Kecepatan rencana minimum 10 km/jam

    Lebar badan jalan minimum 5 m

    Pembagian kelas jalan menurut PP No.43 tahun 1993 tentang prasarana dan lalu

    lintas jalan:

    1.Jalan Kelas I

    Jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan

    dengan ukuran lebar tidak melebihi 2500 mm, ukuran panjang tidak melebihi10000 mm, dan muatan sumbu terberat lebih beasr dari 10 ton.

    2.Jalan Kelas II

    Jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan

    dengan ukuran lebar tidak melebihi 2500 mm, ukuran panjang tidak melebihi

    18000 mm, dan muatan sumbu terberat dijinkan 10 ton.

    3.Jalan Kelas IIIA

    Jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan

    dengan ukuran lebar tidak melebihi 2500 mm, ukuran panjang tidak melebihi

    18000 mm, dan muatan sumbu terberat dijinkan 8 ton.

    4.Jalan Kelas IIIB

    Jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan

    dengan ukuran lebar tidak melebihi 2500 mm, ukuran panjang tidak melebihi

    12000 mm, dan muatan sumbu terberat dijinkan 8 ton.

    5.Jalan Kelas IIIC

  • 7/31/2019 Rangkuman Materi PGJ

    9/14

    Jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan

    dengan ukuran lebar tidak melebihi 2500 mm, ukuran panjang tidak melebihi

    9000 mm, dan muatan sumbu terberat dijinkan 8 ton.

    Adapun tuntutan pembangunan jalan dapat bertujuan untuk:

    1. Meningkatkan peranan jaringan jalan dalam kesatuan jaringan yang

    terpadu dengan jaringan transportasi

    2. Meningkatkan keluasan dan kualitas pelayanan jaringan jalan

    3. Menetapkan struktur peranan jalan dengan mengurangi pembaruan fungsi

    sejauh mungkin

    4. Meningkatkan pemanfaatan jaringan jalan yang ada setinggi-tingginya

    5. Meningkatkan kontribusi masyarakat dalam usaha pembinaan jaringan

    jalan

    6. Meningkatkan pengaturan pembinaan dan pengawasan dalam setiap

    pelaksanaan tugas pembinaan jaringan jalan.

    Tahapan pembangunan jalan yang biasa dilakukan di Indonesia:

    1. Tahap perencanaan,tahap formulasi kebutuhan pembangunan jalan

    dimana dilakukan studi pada skala jaringan jalan yang lebih luas.

    2. Tahap studi kelayakan, dilakukan identifikasi prioritas implementasi

    secara lebih detail mengingat dana yang tersedia seringkali terbatas.

    3. Tahap perancangan detail, ruas jalan yang dianggap layak untuk

    diimplementasikan , kemudian secara detail.

    4. Tahap konstruksi dan pemeliharaan, konstruksi merupakan tahap

    implementasi perencanaan di lapangan yang jika diperlukan dapat

    dilakukan modifikasi hasil perencangan yang telah dilakukan. Setelah

    tahap konstruksi maka perlu dilakukan kegiatan pemeliharaan yang

    meliputi pemeliharaan rutin dan berkala serat pemantauan.

  • 7/31/2019 Rangkuman Materi PGJ

    10/14

    Standar perancangan didasarkan atas pemahaman sejumlah kriteria dan

    pembatasan yang mempengaruhi aspek pengguna jalan oleh kendaraan termasuk

    lalu lintasnya, aspek tersebut adalah

    1. Karakteristik lalu lintas

    2. Kontrol hubung

    3. Medan

    4. Masa pelayanan jalan ,penampilan , dan kapasitas

    5. Perilaku pengendara dan kinerja kendaraan

    Secara konsep jalan yang efektif dan efisien adalah yang dirancang untuk

    dapat melayani pengguna secara optimum. Perancangan harus

    memeperhitungkan karakteristik komponen-komponen yang ada dalam system

    jalan. Komponen-komponen di dalamnya adalah pengguna jalan (pengemudi dan

    pejalan kaki),kendaraan dan jalan. Kinerja pengguna jalan yang biasanya

    mempengaruhi kinerja system jalan diantaranya:

    Penglihatan

    Waktu reaksi

    Kemampuan untuk mendeteksi warna

    Pendengaran

    Perasaan

    Tinggi mata pengemudi

    Kecepatan berjalan

    Tinggi pejalan kaki

    Usia

    Lebar untuk pejalan kaki dan pengguna jalan lainnya

    Jarak

  • 7/31/2019 Rangkuman Materi PGJ

    11/14

    Karakteristik kendaraan untuk keperluan perancangan jalan di kelompokkan

    menjadi:

    Karakteristik statis: dimensi,berat,dan kemampuan maneuver kendaraan

    Karakteristik kinematis:percepatan dan perlambatan

    Karakteristik dinamis:tahanan udara,tahanan tanjakan,tahanan

    gerak,tahanan menikung,tenaga yang tersedia,dan pengereman.

    Kecepatan operasional adalah kecepatan tertinggi yang diambil dalam

    perencanaan. Aspek ekonomi, waktu perjalanan dan kemudahan terkait langsung

    pada kecepatan , kecepatan dijalan raya umumnya tergantung pada 6

    kondisi,yakni:

    1. Kemampuan pengemudi menggunakan jalan raya

    2. Karakteristik kendaraan yang menggunakan jalan

    3. Karakteristik fisik jalan raya dan bahunya

    4. Kondisi cuaca

    5. Keberadaan kendaraaan lain

    6. Batasan kecepatan sesuai peraturan dan UU

    Kapasitas jalan adalah volume maksimum kendaraan dimana lalu lintas masih

    lewat sepanjang jalan tersebut pada kendaraan tertentu.Hal ini berguna

    sebagai tolak ukur dalam penetapan keadaan lalu lintas sekarang atau pengaruh

    dari usulan pengembangan baru.Kapasitas jalan tergantung pada kondisi:

    Fisik jalan (lebar,tipe persimpangan, alinemen, dan permukaan jalan)

    Komposisi lalu lintas dan kemampuan kendaraan

    Kondisi lingkungan dan operasi

    Kapasitas jalan antar kota menggunakan rumus:

    C=Co . FCw . FCsp . FCsf

  • 7/31/2019 Rangkuman Materi PGJ

    12/14

    Dimana : C :Kapasitas (smp/jam)

    Co:Kapasitas dasar (smp/jam)

    FCw:Faktor penyesuaian lebar jalanFCsp:factor penyesuaian distribusi arah

    FCsf:factor penyesuaian gangguan samping

    Kapasitas jalan ditentukan oleh tipe jalan, jumlah lajur, dan terpisah

    atau tidaknya lajur yang ada. Pekerjaan lapangan mencakup keseluruhan

    kegiatan survey dan investigasi dilapangan untuk memperoleh data-data akurat

    yang diperlukan dalam proses perencanaan teknik.

    Penentuan Lokasi

    Penentuan lokasi merupakan suatu tahapan dalam rekayasa jalan yang

    dilakukan setelah tahapan perencanaan dan sebelum tahapan perancangan suatu

    jalan.Penentuan lokasi jalan adalah penentuan koridor terbaik antara dua titik

    yang harus dihubungkan dengan mempertimbangkan lokasi-lokasi yang harus

    dihindari. Dalam penetuan lokasi jalan terdapat dua tahap kegiatan yaitu:

    1. Studi penyuluhan untuk menetukan berbagai koridor yang memenuhi

    persyaratan.

    2. Meliputi suatu tinjauan yang lebih mendalam dari alternatif-alternatif

    koridor yang telah didefinisikan pada tahap sebelumnya , hasil dari

    tahapan ini merupakan suatau rancangan pendahuluan dalam koridor

    terbaik.

    Pada prinsipnya agar perencanaan yang dilakukan dapat diimplementasikan

    secara efektif dan efisien, perencanaan tersebut harus didasrkan kepada

    kondisi dilapangan , juga memperhitungkan factor-faktor perencanaan lainnya.

    Dalam perancangan jalan, data kondisi lapangan dapat diperoleh melalui peta

    dan survei pengukuran. Untuk keperluan perencanaan dan desain jalan biasanyadigunakan peta topografis dengan menggunakan garis-garis kontur.

    Beberapa aspek yang perlu mendapatkan perhatian bagi perencana sebelum

    melakukan kegiatan lapangan yakni:

  • 7/31/2019 Rangkuman Materi PGJ

    13/14

    Aspek sosial

    Aspek ekonomi

    Aspek budaya dan lingkunganBeberapa survei dalam perencanaan geometrik jalan:

    Survei pendahuluan dilakukan untuk mengetahui situasi awal dari lokasi yang

    akan dibuat suatu jalan.Beberapa produk yang dihasilkan dari survei

    pendahuluan yakni:

    Titik ikat dan tanda-tanda disepanjang trase jalan rencana,berupa patok

    kayu, BM dan tanda lokasi rencana bangunan sarana jalan serat tanda-

    tanda lainnya untuk pedoman regu survei detail lainnya.

    Draft kondisi alineman dan kelandaian sepanjang trase jalan rencana

    yang diperoleh dari survei route.

    Data kondisi terrain jalan rencana dan data lainnya.

    Informasi dan photo dokumentasi.

    Survei AMDAL dilakukan dengan maksud untuk memperkecil dampak negatif

    yang mungkin timbul akibat adanya ruas jalan yang sedang direncanakan, baik

    pada saat konstruksi maupun setelah digunakan dan mengoptimalkan dampakpositif, survei ini sebaiknya dilakukan bersama-sama dengan survei

    pendahuluan. Kegiatan survei yang dilakukan adalah meliputi beberapa aspek

    yakni:

    Fisik, kimia dan biologi

    Sosial ekonomi dan budaya masyarakat diantaranya,

    a. Pencatatan lokasi bangunan bersejarah, kuburan, fasilitas

    umum, dsb.

    b. Pengambilan contoh air.

    Pengukuran dan pengamatan dilapangan pada ruas jalan yang sudah ada antara

    lain:

  • 7/31/2019 Rangkuman Materi PGJ

    14/14

    a. Pengamatan lalu lintas (dilakukan bersama regu pencatat LHR pada

    survei lalu lintas)

    b. Pengukuran kadar debu yang menggunakan alat Hi-vol dan Gravimetri.

    c. Pengamatan kondisi air dan udara, flora dan fauna, serta ekologi yang

    meliputi pertimbangan hidrologi dan geologi.

    Survei topografi

    Dilakukan dengan maksud pengukuran route yang dilakukan dengan tujuan

    memindahkan kondisi permukaan bumi dari lokasi yang diukur pada kertas yang

    berupa peta planimetri.

    Survei hidrologi

    Dilakukan untuk perencanaan sistem dan saran drainase agar konstruksi

    jalan aman terhadap pengaruh air selama usia rencana.

    Survei lalu lintas

    Belum bias dilakukan karena belum ada jalan, akan tetapi untuk

    menetukan dimensi jalan tersebut diperlukan data jumlah kendaraan.

    Survei geoteknik terdiri dari kegiatan:

    Survei geologi

    Survei material

    Investigasi tanah