Rangkuman Materi Psikologi sosial
-
Upload
fuad-nasir -
Category
Documents
-
view
11.727 -
download
3
Transcript of Rangkuman Materi Psikologi sosial
1
Taman Pertama
Perilaku Manusia
erilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan
dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau
genetika. Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa,
bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2003).
PMenurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa
perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar.
Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan
kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau
Stimulus – Organisme – Respon.
Mengutip pendapat Krech dan Crutchfield (1954) yang mengatakan: As we have already
indicated, attitudes lie behind many of the significant and dramatic instances of man
behavior. It is for reason that many psychologists regard the study of attitudes as the central
problems of social psychology. Bimo Walgito (2003) berpendapat bahwa sikap yang ada
pada seseorang akan memberikan warna atau corak pada perilaku atau perbuatan orang yang
bersangkutan. Sementara sikap pada umumnya mengandung tiga komponen yang membentuk
struktur sikap, yaitu: komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif.
Selanjutnya menurut Myers (1983), perilaku adalah sikap yang diekspresikan (expressed
attitudes).Perilaku dengan sikap saling berinteraksi, saling mempengaruhi satu dengan yang
lain.
Sementara Kurt Lewin (1951 ) merumuskan satu model hubungan perilaku yang
mengatakan bahwa perilaku (B) adalah fungsi karakteristik individu (P) dan lingkungan (E),
dengan rumus: B = f(P,E). Karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti motif,
nilai-nilai, sifat kepribadian, dan sikap yang saling berinteraksi satu sama lain dan kemudian
berinteraksi pula dengan faktor-faktor lingkungan dalam menentukan perilaku. Faktor
2
lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku, bahkan kadang-kadang
kekuatannya lebih besar daripada karakteristik individu.
Pengertian perilaku dapat dibatasi sebagai keadaan jiwa untuk berpendapat, berfikir,
bersikap, dan lain sebagainya yang merupakan refleksi dari berbagai macam aspek, baik fisik
maupun non fisik. Perilaku juga diartikan sebagai suatu reaksi psikis seseorang terhadap
lingkungannya, reaksi yang dimaksud digolongkan menjadi 2, yakni dalam bentuk pasif
(tanpa tindakan nyata atau konkrit), dan dalam bentuk aktif (dengan tindakan konkrit).
Sedangkan dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan atau tindakan yang
dilakukan oleh makhluk hidup ( Soekidjo Notoatmodjo, 1987:1).
MenurutEnsiklopedi Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme
terhadap lingkungannya, hal ini berarti bahwa perilaku baru akan terwujud bila ada sesuatu
yang diperlukan untuk menimbulkan tanggapan yang disebut rangsangan, dengan demikian
maka suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan perilaku tertentu pula. Robert Y.
Kwick (1972) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme
yang dapat diamati dan bahkan dipelajari.
Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua
kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat
diamati oleh pihak luar.
Untuk memahami lebih lanjut tentang perilaku manusia, marilah kita baca penjelasan-
penjelasan berikut ini.
Jenis-Jenis Perilaku Manusia
Ada beberapa jenis perilaku yang ditinjau dari sudut pandangan yang berbeda, antara lain:
a. Perilaku tertutup dan perilaku terbuka.
Perilaku tertutup artinya perilaku itu tidak dapat ditangkap melalui indera, melainkan
harus menggunakan alat pengukuran tertentu, seperti psikotes. Perilaku tertutup adalah
respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert).
Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus
tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain (Notoatmodjo, 2003).
3
Contohnya: berpikir; berfantasi, kreatifitas, dll. Sedangkan perilaku terbuka yaitu
perilaku yang bisa langsung dapat diobservasi melalui alat indera manusia. Respon
seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon
terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang
dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo, 2003).
Contohnya: tertawa, berjalan, berbaring, dll.
b. Perilaku reflektif dan perilaku non reflektif.
Perilaku Reflektif merupakan perilaku yang terjadi atas reaksi secara spontan terhadap
stimulus yang diterima oleh individu tidak sampai ke pusat susunan saraf atau otak, tapi
langsung timbul begitu menerima stimulus. Dengan kata lain, begitu stimulus diterima
oleh reseptor respon timbul melalui afektor tanpa melalui pusat kesadaran atau otak
(Walgito, 2004).Misal reaksi kedip mata bila kena sinar, menarik jari bila kena panas,
dan sebagainya. Perilaku reflektif ini terjadi dengan sendirinya secara otomatis tanpa
perintah atau kehendak orang yang bersangkutan, sehingga di luar kendali manusia.
Lain halnya dengan perilaku non reflektif. Perilaku Non – Reflektif merupakan
perilaku yang dikendalikan atau diatur oleh pusat kesadaran atau otak. Setelah stimulus
diterima oleh reseptor akan diteruskan ke otak dan terjadi respon melalui afektor.
Proses yang terjadi dalam otak atau pusat kesadaran ini disebut sebagai proses
psikologi. Perilaku atau aktivitas atas dasar psikologis disebut sebagai aktivitas
psikologi atau perilaku psikologis (Branca, 1994 dalam Walgito).Perilaku ini
dikendalikan atau diatur oleh pusat kesadarn atau otak. Proses perilaku ini disebut
proses psikologis.
c. Perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Perilaku kognitif atau perilaku yang melibatkan proses pengenalan yang dilakukan
oleh otak, yang terarah kepada obyektif, faktual, dan logis, seperti berpikir dan
mengingat. Perilaku afektif adalah perilaku yang berkaitan dengan perasaan atau emosi
manusia yang biasanya bersifat subyektif. Perilaku motorik yaitu perilaku yang
melibatkan gerak fisik seperti memukul, menulis, lari, dan lain sebagainya.
Karakteristik Perilaku Manusia
1. Perilaku adalah perkataan dan perbuatan individu. Jadi apa yang dikatakan dan
dilakukan oleh seseorang merupakan karakteristik dari perilakunya.
4
2. Perilaku mempunyai satu atau lebih dimensi yang dapat diukur, yaitu : frekuensi,
durasi, dan intensitas.
3. Perilaku dapat diobservasi, dijelaskan, dan direkam oleh orang lain atau orang yang
terlibat dalam perilaku tersebut.
4. Perilaku mempengaruhi lingkungan, lingkungan fisik atau sosial.
5. Perilaku dipengaruhi oleh lingkungan (lawful).
6. Perilaku bisa tampak atau tidak tampak. Perilaku yang tampak bisa diobservasi oleh
orang lain, sedangkan perilaku yang tidak tampak merupakan kejadian atau hal
pribadi yang hanya bisa dirasakan oleh individu itu sendiri atau individu lain yang
terlibat dalam perilaku tersebut.
7. Perbedaan pengalaman yang dialami individu pada masa silam dan cita-citanya di
kemudian hari menentukan perilaku individu dimasa kini yang berbeda-beda pula.
8. perilaku manusia sebenarnya tidak pernah berhenti pada satu titik. Perilaku
manusia pada masa lalu merupakan lanjutan perilaku sebelumnya.
9. Perilaku manusia bersifat situasional, artinya perilaku manusia akan berbeda pada
situasi yang berbeda.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Manusia
Dalam memahami perilaku manusia, para ahli psikologi memiliki pandangan yang
berbeda-beda. Aliran Psikoanalisis, misalnya, memandang manusia sebagai makhluk yang
berkeinginan (Homo Valens). Oleh karenanya, menurut pandangan ini perilaku manusia
ditentukan oleh keinginan-keinginan dan dorongan libido. Sedangkan aliran Behaviorisme
memandang bahwa manusia adalah makhluk yang bersikap pasif terhadap lingkungan.
Sehingga perilaku manusia menurut teori ini merupakan bentukan dari kondisi lingkungan.
Selanjutnya dalam pandangan psikologi humanistik berpendapat bahwa manusia adalah
eksistensi yang positif dan menentukan. Berangkat dari pandangan ini mereka berpendapat
bahwa perilaku manusia berpusat pada konsep diri. Jika dicermati secara seksama, perbedaan
pandangan dari masing-masing aliran mengenai perilaku disebabkan adanya perbedaan
pandangan terhadap konsep tentang manusia.
Manusia memiliki banyak sekali kebutuhan. Di antaranya ada yang yang bersifat biologis
yang berhubungan dengan reaksi organ tubuh. Pada umumnya, kebutuhan tersebut muncul
untuk memelihara keseimbangan organik dan kimiawi tubuh. Misalnya saja kekurangan
5
kadar makanan atau kekurangan kadar air dalam organ tubuh. Ada pula yang
bersifat psikologis dan spiritual. Yang mana di antara kebutuhan ini ada yang bersifat penting
dan lazim yang bertujuan untuk menciptakan rasa aman dan kebahagiaan jiwa. Dari
kebutuhan-kebutuhan manusia tersebut kemudian muncul berbagai macam motivasi yang
mendorong manusia untuk melakukan penyesuaian diri guna memenuhi semua kebutuhan
tersebut.
a. Faktor Biologis
Sebagai makhluk hidup, manusia memiliki motivasi biologis untuk mempertahankan
eksistensi diri dan kelangsungan spesies (keturunan). Mereka akan membutuhkan makanan
dan minuman untuk dapat bertahan hidup dan melarikan diri ketika melihat musuh yang
menakutkan serta membutuhkan lawan jenis untuk kegiatan reproduktifnya. Oleh karena
itu, motivasi biologis memiliki pengaruh penting dalam kehidupan manusia. Ketika motivasi
itu muncul maka akan mendorong manusia untuk melakukan upaya adaptasi yang bertujuan
untuk memuaskan kebutuhannya. Upaya pemuasan ini bertujuan untuk menyeimbangkan
kembali kondisi tubuhnya.
b. Faktor Sosiopsikologis
Sebagai makhluk sosial, manusia akan memperoleh beberapa karakteristik yang
memengaruhi tingkah lakunya. Faktor karakteristik ini sering disebut sebagai
faktor sosiopsikologis yang dapat memengaruhi perilaku manusia.beberapa ahli
mengklasifikasikannya ke dalam tiga komponen, yaitu komponen afektif, kognitif,
dan konatif. Komponen pertama merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis.
Sementara komponen kognitif adalah aspek intelektual, yang berkaitan dengan apa yang
diketahui manusia. Dan komponen konatif adalah aspek visonal yang berhubungan dengan
kebiasaan dan kemauan bertindak.
Komponen afektif dari faktor sosiopsikologis terdiri dari motifsosiogenesis, sikap dan
emosi.
1) Motif sosiogenesis
Motif sosiogenesis merupakan motif sekunder yang dapat memengaruhi perilaku
sosial manusia. Secara singkat, motif-motifsosiogenesis dapat dijelaskan meliputi
motif ingin tahu, yang meliputi mengerti, menata, menduga, motif kompetensi,
6
motif cinta, motif harga diri dan kebutuhan untu mencari identitas, kebutuhan akan
nilai dan kedambaan akan makna kehidupan serta kebutuhan akan pemenuhan diri.
2) Sikap
Sikap adalah salah satu konsep dalam psikologi sosial yang paling banyak
didefinisikan para ahli. Ada yang menganggap sikap hanyalah sejenis
motif sosiogenesis yang diperoleh melalui proses belajar. Ada pula yang melihat
sikap dengan kesiapan saraf sebelum memberikan respon. Dari beberapa definisi
yang ada, Jalaludin menyimpulkan beberapa hal berikut: Sikap adalah
kecenderungan bertindak, berpresepsi, berpikir dan merasa dalam menghadapi
objek, ide, situasi atau nilai, sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi,
relatif lebih menetap serta mengandung aspek evaluatif dan muncul dari
pengalaman.
3) Emosi
Emosi adalah kegoncangan organisme yang disertai oleh gejala-gejala
kesadaran, keperilakuan dan proses fisiologis. Coleman dan Hammen
mengungkapkan bahwa emosi dapat berfungsi sebagai pembangkit energi,
pembawa informasi tentang diri seseorang, pembawa pesan kepada orang lain dan
sumber informasi tentang keberhasilan.
Selanjutnya komponen kognitif dari faktor-faktor sosiopsikologis adalah kepercayaan.
Kepercayaan di sini tidak ada hubungannya dengan hal-hal yang ghaib. Akan tetapi hanyalah
keyakinan bahwa sesuatu itu ‘benar’ atau ‘salah’ atas dasar bukti, sugesti otoritas,
pengalaman atau intuisi. Dengan demikian kepercayaan di sini adalah yang memberikan
presepsi pada manusia dalam mempresepsi kenyataan, memberikan dasar bagi pengambilan
keputusan dan menentukan sikap terhadap objek sikap.
Sementara komponen konatif dari faktor sosiopsikologis terdiri atas kebiasaan dan
kemauan. Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang menetap, berlangsung secara
otomatis, tidak direncanakan. kebiasaan merupakan hasil pelaziman yang berlangsung pada
waktu yang lama atau sebagai reaksi khas yang diulangi seseorang berkali-kali. Sementara
kemauan merupakan usaha seseorang dalam mencapai tujuan. Usaha di sini tentu sangat
berkaitan dengan pengetahuan seseorang tentang hal yang akan dicapai tersebut.
7
c. Faktor Spiritual (ruhani)
Selain motivasi biologis dan sosiopsikologis, manusia juga memiliki motivasi yang
bersifat spiritual. Motivasi ini tidak berkaitan dengan kebutuhan mempertahankan eksistensi
diri atau memelihara kelanggengan spesies. Motivasi spiritual erat hubungannya dengan
upaya memenuhi kebutuhan jiwa dan ruh. Sekalipun demikian, motivasi ini juga menjadi
kebutuhan pokok manusia. Karena motivasi inilah yang bisa memberikan kepuasan hidup,
rasa aman, tentram, dan bahagia.
d. Faktor Situasional
Perilaku manusia terkadang juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berada
di luar dirinya. Faktor ini sering disebut sebagai faktor situasional. Secara garis besar, faktor
ini dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu aspek-aspek objektif dari lingkungan,
lingkungan psikososial dan stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku. Aspek-
aspek objektif dari lingkungan yang dapat memengaruhi perilaku seseorang terdiri atas
beberapa faktor sebagai berikut:
1) Faktor ekologis
2) Faktor desain dan arsitektural
3) Faktor temporal
4) Faktor analisis perilaku
5) Faktor teknologis
6) Faktor sosial
Sementara faktor-faktor sosial yang memengaruhi perilaku manusia terdiri atas sistem
peranan yang ditetapkan dalam suatu masyarakat, struktur kelompok dan organisasi dan
karakteristik populasi. Presepsi seseorang tentang lingkungan akan memengaruhi perilakunya
dalam lilngkungan itu. Lingkungan lazim disebut dengan iklim. Faktor-faktor situasional di
atas, tidaklah mengesampingkan faktor-faktor personal yang dimiliki seseorang. Namun
demikian juga tidak dapat dipungkiri besarnya pengaruh situasi dalam menentukan perilaku
manusia. Perlu disadari bahwa manusia memberikan reaksi yang berbeda-beda terhadap
situasi yang dihadapi sesuai dengan karakteristik personal yang dimilikinya. Dengan
8
perkataan lain perilaku manusia merupakan hasil interaksi antara keunikan individu dengan
keumuman situasional.
Adapun beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang
yaitu Faktor genetik atau keturunan merupakan konsepsi dasar atau modal untuk kelanjutan
perkembangan perilaku makhluk hidup itu. Faktor genetik berasal dari dalam diri individu
(endogen), antara lain:
a. Jenis Ras
Setiap ras yang ada di dunia memperlihatkan tingkah laku yang khas. Tingkah laku
khas ini berbeda pada setiap ras, karena memiliki ciri-ciri tersendiri. Ciri perilaku ras Negroid
antara lain bertemperamen keras, tahan menderita, menonjol dalam kegiatan olah raga. Ras
Mongolid mempunyai ciri ramah, senang bergotong royong, agak tertutup/pemalu dan sering
mengadakan upacara ritual. Demikian pula beberapa ras lain memiliki ciri perilaku yang
berbeda pula.
b. Jenis Kelamin
Perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara berpakaian dan melakukan
pekerjaan sehari-hari, pria berperilaku atas dasar pertimbangan rasional atau akal, sedangkan
wanita atas dasar pertimbangan emosional atau perasaan. Perilaku pada pria di sebut
maskulin sedangkan perilaku wanita di sebut feminim.
c. Sifat Fisik
Kalau kita amati perilaku individu berbeda-beda karena sifat fisiknya, misalnya
perilaku individu yang pendek dan gemuk berbeda dengan individu yang memiliki fisik
tinggi kurus.
d. Sifat Kepribadian
Kepribadian adalah segala corak kebiasaan manusia yang terhimpun dalam dirinya
yang digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsang baik yang
datang dari dalam dirinya maupun dari lingkungannya, sehingga corak dan kebiasaan itu
merupakan suatu kesatuan fungsional yang khas untuk manusia itu. Dari pengertian tersebut,
kepribadian seseorang jelas sangat berpengaruh terhadap perilaku sehari-harinya.
e. Bakat Pembawaan
9
Bakat adalah suatu kondisi pada seseorang yang memungkinkannya dengan suatu
latihan khusus mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus, misalnya
berupa kemampuan memainkan musik, melukis, olah raga, dan sebagainya.
f. Intelegensi
Menurut Terman intelegensi adalah : “kemampuan untuk berfikir abstrak” (Sukardi,
1997). Sedangkan Ebbieghous mendefenisikan intelegensi adalah : “kemampuan untuk
membuat kombinasi” (Notoatmodjo, 1997). Dari batasan terebut dapat dikatakan bahwa
intelegensi sangat berpengaruh terhadap perilaku individu. Oleh karena itu, kita kenal ada
individu yang intelegen, yaitu individu yang dalam mengambil keputusan dapat bertindak
tepat, cepat dan mudah. Sebaliknya bagi individu yang memiliki intelegensi rendah dalam
mengambil keputusan akan bertindak lambat.
Dalam sumber lain, dijelaskan bahwa perilaku manusia juga dipengaruhi oleh faktor
luar, diantarannya :
a. Pendidikan
Inti dari kegiatan pendidikan adalah proses belajar mengajar. Hasil dari proses belajar
mengajar adalah seperangkat perubahan perilaku. Dengan demikian pendidikan sangat besar
pengaruhnya terhadap perilaku seseorang. Seseorang yang berpendidikan tinggi akan berbeda
perilakunya dengan orang yang berpendidikan rendah.
b. Agama
Agama akan menjadikan individu bertingkah laku sesuai dengan norma dan nilai yang
diajarkan oleh agama yang diyakininya.
c. Kebudayaan
Kebudayaan diartikan sebagai kesenian, adat istiadat atau peradaban manusia. Tingkah laku
seseorang dalam kebudayaan tertentu akan berbeda dengan orang yang hidup pada
kebudayaan lainnya, misalnya tingkah laku orang Jawa dengan tingkah laku orang Papua.
d. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik,
biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh untuk mengubah sifat dan perilaku
10
individu karena lingkungan itu dapat merupakan lawan atau tantangan bagi individu untuk
mengatasinya. Individu terus berusaha menaklukkan lingkungan sehingga menjadi jinak dan
dapat dikuasainya.
e. Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi seseorang akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan
untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi perilaku
seseorang.
Teori-Teori Mengenai Perilaku Manusia
Perilaku manusia tidak dapat lepas dari keadaan individu itu sendiri dan lingkungannya.
Perilaku itu didorong oleh motif tertentu sehingga manusia itu berperilaku. Dalam hal ini ada
beberapa teori. Di antara teori tersebut sebagai berikut.
a. Teori Insting
Teori ini dikemukakan oleh McDougall, sebagai pelopor dari psikologi sosial,
yang menerbitkan buku psikologi sosial pertama kali.Menurutnya, perilaku itu
disebabkan karena insting. Insting merupakan perilaku innate, yaitu perilaku bawaan,
dan insting akan mengalami perubahan karena pengalaman. Pendapat ini mendapat
tanggapan yang cukup tajam dari Allport yang berpendapat bahwa perilaku manusia
itu disebabkan karena banyak faktor, termasuk orang-orang yang ada disekitarnya
dengan perilakunya.
b. Teori dorongan (drive theory)
Teori ini bertitik tolak pada pandangan bahwa organisme itu mempunyai
dorongan-dorongan atau drive tertentu.Dorongan-dorongan itu berkaitan dengan
kebutuhan-kebutuhan organisme yang mendorong organisme berperilaku. Bila
organisme itu mempunyai kebutuhan, dan organisme ingin memenuhi kebutuhannya
maka akan terjadi ketegangan dalam diri organisme itu. Bila organisme berperilaku
dan dapat memenuhi kebutuhan itu, maka akan terjadi pengurangan atau reduksi dari
dorongan-dorongan tersebut. Oleh karena itu, menurut Hull, teori ini biasanya disebut
juga sebagai nama sebuah teori yang berteori drive reduction.
c. Teori Insentif (incentive theory)
11
Teori ini bertitik tolak pada pendapat bahwa perilaku organisme itu
disebabkan karena adanya insentif. Dengan insentif akan mendorong organisme itu
berbuat atau berperilaku. Insentif atau bisa disebut reinforcement ada yang positif ada
yang negatif. Reinforcement yang positif berkaitan dengan hadiah, sedangkan
reinforcement yang negatif berkaitan dengan hukuman. Reinforcement yang positif
akan mendorong organisme dalam berbuat, sedangkan reinforcement negatif akan
dapat menghambat dalam organisme berperilaku. Ini berarti bahwa perilaku timbul
karena adanya insentif atau reinforcement. Perilaku semacam ini dikupas secara tajam
dalam kategori yang disebut sebagai psikologi belajar.
d. Teori Atribusi
Teori ini ingin menjelaskan tentang sebab-sebab perilaku orang. Apakah
perilaku itu disebabkan oleh disposisi internal (misal motif, sikap, dan sebagainya)
atau oleh keadaan eksternal. Teori ini dikemukan oleh Fritz Heider dan teori ini
menyangkut lapangan psikologi sosial. Pada dasarnya perilaku manusia itu dapat
atribusi internal, tetapi juga dapat atribusi eksternal. Mengenal hal ini lebih lanjut
akan dibicakan dalam psikologi sosial.
e. Teori Kognitif
Apabila seseorang harus memilih perilaku mana yang mesti dilakukan, maka
pada umumnya yang bersangkutan akan mnemilih alternatif perilaku yang akan
memb aa manfaat yang sebesar-besarnya bagi yang bersangkutan. Ini yang disebut
sebagai model subjective expected utility (SEU). Dengan kemampuan memilih ini
berarti faktor berpikir berperan dalam mementukan pilihannya. Dengan kemampuan
berpikir seseorang akan dapat melihat apa yang telah terjadi sebagai bahan
pertimbangannya di samping melihat apa yang dihadapi pada waktu sekarang dan
juga dapat melihat ke depan apa yang akan terjadi dalam seseorang bertindak. Dalam
model SEU kepentingan pribadi yang menonjol. Tetapi dalam seseorang berperilaku
kadang-kadang kepentingan pribadi dapat disingkirkan.
Berbagai Pendekatan untuk Memahami Perilaku Manusia yang Beragam
Perilaku manusia sangat berbeda antara satu dengan lainnya. Perilaku itu sendiri
adalah suatu fungsi dari interaksi antara seseorang individu dengan lingkungannya. Ditilik
dari sifatnya, perbedaan perilaku manusia itu disebabkan karena kemampuan, kebutuhan,
12
cara berpikir untuk menentukan pilihan perilaku, pengalaman, dan reaksi affektifnya berbeda
satu sama lain.
Pendekatan yang sering dipergunakan untuk memahami perilaku manusia adalah;
pendekatan kognitif, reinforcement, dan psikoanalitis. Berikut penjelasan ketiga pendekatan
tersebut dilihat dari; penekanannya, penyebab timbulnya perilaku, prosesnya, kepentingan
masa lalu di dalam menentukan perilaku, tingkat kesadaran, dan data yang dipergunakan.
1. Penekanan
Pendekatan kognitif menekankan mental internal seperti berpikir dan menimbang.
Penafsiran individu tentang lingkungan dipertimbangkan lebih penting dari
lingkungan itu sendiri.
Pendekatan penguatan (reinforcement) menekankan pada peranan lingkungan dalam
perilaku manusia. Lingkungan dipandang sebagai suatu sumber stimuli yang dapat
menghasilkan dan memperkuat respon perilaku.
Pendekatan psikoanalitis menekankan peranan sistem personalitas di dalam
menentukan sesuatu perilaku. Lingkungan dipertimbangkan sepanjang hanya
sebagai ego yang berinteraksi dengannya untuk memuaskan keinginan.
2. Penyebab Timbulnya Perilaku
Pendekatan kognitif, perilaku dikatakan timbul dari ketidakseimbangan atau
ketidaksesuaian pada struktur kognitif, yang dapat dihasilkan dari persepsi tentang
lingkungan.
Pendekatan reinforcement menyatakan bahwa perilaku itu ditentukan oleh stimuli
lingkungan baik sebelum terjadinya perilaku maupun sebagai hasil dari perilaku.
Menurut pendekatan psikoanalitis, perilaku itu ditimbulkan oleh tegangan (tensions)
yang dihasilkan oleh tidak tercapainya keinginan.
3. Proses
Pendekatan kognitif menyatakan bahwa kognisi (pengetahuan dan pengalaman)
adalah proses mental, yang saling menyempurnakan dengan struktur kognisi yang
ada. Dan akibat ketidak sesuaian (inconsistency) dalam struktur menghasilkan
perilaku yang dapat mengurangi ketidak sesuaian tersebut.
Pendekatan reinforcement, lingkungan yang beraksi dalam diri individu
mengundang respon yang ditentukan oleh sejarah. Sifat dari reaksi lingkungan pada
respon tersebut menentukan kecenderungan perilaku masa mendatang. Dalam
13
pendekatan psikoanalitis, keinginan dan harapan dihasilkan dalam Id kemudian
diproses oleh Ego dibawah pengamatan Superego.
4. Kepentingan Masa lalu dalam menentukan Perilaku
Pendekatan kognitif tidak memperhitungkan masa lalu (ahistoric). Pengalaman
masa lalu hanya menentukan pada struktur kognitif, dan perilaku adalah suatu
fungsi dari pernyataan masa sekarang dari sistem kognitif seseorang, tanpa
memperhatikan proses masuknya dalam sistem.
Teori reinforcement bersifat historic. Suatu respon seseorang pada suatu stimulus
tertentu adalah menjadi suatu fungsi dari sejarah lingkungannya. Menurut
pendekatan psikoanalitis, masa lalu seseorang dapat menjadikan suatu penentu yang
relatif penting bagi perilakunya. Kekuatan yang relatif dari Id, Ego dan Superego
ditentukan oleh interaksi dan pengembangannya dimasa lalu.
5. Tingkat dari Kesadaran
Dalam pendekatan kognitif memang ada aneka ragam tingkatan kesadaran, tetapi
dalam kegiatan mental yang sadar seperti mengetahui, berpikir dan memahami,
dipertimbangkan sangat penting.
Dalam teori reinforcement, tidak ada perbedaan antara sadar dan tidak. Biasanya
aktifitas mental dipertimbangkan menjadi bentuk lain dari perilaku dan tidak
dihubungkan dengan kasus kekuasaan apapun. Aktifitas mental seperti berpikir dan
berperasaan dapat saja diikuti dengan perilaku yang terbuka, tetapi bukan berarti
bahwa berpikir dan berperasaan dapat menyebabkan terjadinya perilaku terbuka.
Pendekatan psikoanalitis hampir sebagian besar aktifitas mental adalah tidak sadar.
Aktifitas tidak sadar dari Id dan Superego secara luas menentukan perilaku.
6. Data
Dalam pendekatan kognitif, data atas sikap, nilai, pengertian dan pengharapan pada
dasarnya dikumpulkan lewat survey dan kuestioner. Pendekatan reinforcement
mengukur stimuli lingkungan dan respon materi atau fisik yang dapat diamati, lewat
observasi langsung atau dengan pertolongan sarana teknologi.
Pendekatan psikoanalitis menggunakan data ekspresi dari keinginan, harapan, dan
bukti penekanan dan bloking dari keinginan tersebut lewat analisa mimpi, asosiasi
bebas, teknik proyektif, dan hipnotis.
14
Domain Perilaku Manusia
Menurut Bloom, seperti dikutip Notoatmodjo (2003), membagi perilaku itu didalam 3
domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan
yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan,
yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut, yang terdiri dari
ranah kognitif (kognitif domain), ranah affektif (affectife domain), dan ranah psikomotor
(psicomotor domain).
Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan
pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :
a. Pengetahuan (knowlegde)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai
dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :
Faktor Internal : faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat, kondisi
fisik.
Faktor Eksternal : faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, sarana.
Faktor pendekatan belajar : faktor upaya belajar, misalnya strategi dan metode dalam
pembelajaran.
Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu :
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu materi yang
telah dipelajari sebelumnya.
2) Memahami (Comprehension)
Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi
15
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.
4) Analisis
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam
komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan ada kaitannya
dengan yang lain.
5) Sintesa
Sintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru.
6) Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi / objek.
b. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen
pokok :
Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek
Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :
1) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (obyek).
2) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
16
3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
c. Praktik atau tindakan (practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk
mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau
suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support)
praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :
1) Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan
yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
2) Respon terpimpin (guide response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan
contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.
3) Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mancapai
praktik tingkat tiga
4) Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan
tersebut.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan wawancara
terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu
17
(recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi
tindakan atau kegiatan responden.
Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip Notoatmodjo (2003),
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut
terjadi proses berurutan yakni :
Kesadaran (awareness)
Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap
stimulus (objek)
Tertarik (interest)
Dimana orang mulai tertarik pada stimulus
Evaluasi (evaluation)
Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal
ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
Mencoba (trial)
Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
Menerima (Adoption)
Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan
sikapnya terhadap stimulus.
18
Taman Kedua
Persepsi Sosial
ersepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh pengindraan. Pengindraan
adalah merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat
penerima yaitu alat indra.Namun proses tersebut tidak berhenti di situ saja, pada
umumnya stimulus tersebut diteruskan oleh syaraf ke otak sebagai pusat susunan syaraf, dan
proses selanjutnya merupakan proses persepsi.
PPengertian Persepsi
Moskowitz & Orgel Berpendapat bahwa Persepsi merupakan proses pengorganisasian
penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga
merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integret dalam diri individu
(Psiko Social Bimo Walgito 2003 : 541).
Menurut Davidoff Persepsi merupakan proses pengorganisasian dan
menginterpretasikan terhadap stimulus oleh organisme atau individu sehingga didapat sesuatu
yang berarti dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu.
Menurut Gibson Persepsi sebagai suatu proses pengenalan maupun proses pemberian
arti terhadap lingkungan oleh individu.
Proses dan Sifat Persepsi
Proses persepsi melalui tiga tahap, yaitu:
1. Tahap penerimaan stimulus, baik stimulus fisik maupun stimulus sosial melalui alat
indera manusia, yang dalam proses ini mencakup pula pengenalan dan
pengumpulan informasi tentang stimulusyangada.
2. Tahap pengolahan stimulus sosial melalui proses seleksi serta pengorganisasian
informasi.
19
3. Tahap perubahan stimulus yang diterima individu dalam menanggapi lingkungan
melalui proses kognisi yang dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala, serta
pengetahuan individu.
Menurut Newcomb (dalam Arindita, 2003), ada beberapa sifat yang menyertai proses
persepsi, yaitu:
1. Konstansi (menetap): Dimana individu mempersepsikan seseorang sebagai orang itu
sendiri walaupun perilaku yang ditampilkan berbeda-beda.
2. Selektif: persepsi dipengaruhi oleh keadaan psikologis si perseptor. Dalam arti bahwa
banyaknya informasi dalam waktu yang bersamaan dan keterbatasan kemampuan
perseptor dalam mengelola dan menyerap informasi tersebut, sehingga hanya
informasi tertentu saja yang diterima dan diserap.
3. Proses organisasi yang selektif: beberapa kumpulan informasi yang sama dapat
disusun ke dalam pola-pola menurut cara yang berbeda-beda.
Aspek-Aspek dalam Persepsi
Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interelasi dari berbagai komponen,
dimana komponen-komponen tersebut menurut Allport (dalam Mar'at, 1991) ada tiga yaitu:
1. Komponen kognitif, Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau
informasi yang dimiliki seseorang tentang obyek sikapnya. Dari pengetahuan ini
kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang obyek sikap tersebut.
2. Komponen Afektif, Afektif berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi
sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem
nilai yang dimilikinya.
3. Komponen Konatif, Yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang
berhubungan dengan obyek sikapnya.
Persepsilah yang menentukan kita memilih pesan dan mengabaikan pesan yang lain.
Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi indiviu semakin mudah dan semakin sering mereka
berkomunikasi dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok
budaya atau kelompok identitas. Persepsi meliputi :
1. Pengindraan (sensasi),melalui alat-alat indra kita (indra perasa,indra peraba,indra
pencium,indra pengecap,dan indra pendengar) maka pesan dikirim ke otak dan di
20
pelajari.semua indra mempunyai andil dalam komunikasi manusia,penglihatan
menyampaikan pesan non verbal ke otak untuk di tafsirkan,penciuman,sentuhan dan
pengecapan,terkadang memainkan peran penting dalam berkomunikasi, seperti jabat
tanggan yang kuat.
2. Atensi atau Perhatian adalah pemrosesan secara sadar sejumlah kecil infirmasi dari
sejumlah besar informasi yang didapatkan dari pengindraan,ingatan,dan proses
kognitif lain.Proses atensi membantu efisiensi penggunaan sumber daya mental yang
terbatas yang kemudian akan membantu kecepatan reaksi terhadap rangsangan
tertentu.
3. Interpretasi adalah proses komunikasi lisan atau gerakan atau antara dua atau lebih
pembicara yang dapat menggunakan symbol-simbol yang sama,baik secara simultan
(dikenal dengan interpretasi simultan) atau berurutan (dikenal sebagiai interpretasi
berurutan).
Komunikasi Non-verbal
Komunikasi non-verbal merupakan komulikasi antar individu tanpa melibatkan isi bahasa
lisan, namun mengandalkan bahasa-bahasa non lisan melaluin expresi wajah, kontak mata,
dan bahasa tubuh. Perilaku nonverbal relative tidak bias dikekang dan sulit di control.
Petunjuk nonverbal yang ditampilkan oleh seseorang dapat mempengaruhi perasaan kita
meskipun kita tidak secara sadar memperhatikan petunjuk ini,atau sengaja membaca
perasaanya. Saluran komunikasi nonverbal ada 4,yaitu :
1. Ekspresi Wajah “Wajah adalah Gambaran Jiwa”,Perasaan dan emosi manusia
seringkali terbaca di wajahnya dan dapat di kenali melalui berbagai ekspresinya.emosi
dasar manusia ada 6 : Marah,Takut,Bahagia,Sedih,Terkejut,Jijik.contoh : orang yang
sedang marah maka raut mukanya akan memerah.
2. Kontak Mata “Mata adalah Jendela Hati”,Kita bisa mengetahui perasaan orang lain
melalui tatapan mata.kontak mata yang intensitasnya tinggi bias di interpretasikan
sebagai bentuk rasa suka,tetapa ada pengecualian jika seseorang memandangi kita
secara terus menerus dan memperhatikan kontak mata tanpa peduli apapun yang
sedang dikerjakanya,jenis pandangan ini sering disebut staring(menatap).
3. Bahasa Tubuh (gesture,postur,dan gerakan).Bahasa tubuh seringkali
menggungkapkan emosional seseorang.makin banyak pola gerakan tubuh juga
21
menyerupai makna tersendiri.gesture(sikap tubuh)didalamnya terdapat
emblem(gerakan tubuh yang menyaratkan makna khusus menurut budaya tertentu).
Sentuhan,sentuhan merupak suatu hal yang dapat membangkitkan perasaan positif orang
yang di sentuh.contohnya Jabat Tangan,Jabat tangan mengungkapkan banyak hal tentang
orang lain.misal jabat tangan yang kuat merupakan teknik yang baik untuk menampilkan
kesan pertama yang menyenangkan pada orang lain
Atribusi
Atribusi merupakan proses dimana kita mencoba mencari informasi mengenai
bagaimana seseorang berbuat dan mengapa mereka berbuat demikian.
Teori Atribusi Harold Kelley, memandang individu sebagai psikologi amatir yang
mencoba memahami sebab-sebab yang terjadi pada berbagai peristiwa yang dihadapi, ia
mencoba menemukan apa yang menyebabkanya ,atau apa yang mendorong siapa melakukan
apa.Respon yang kita berikan pada suatu peristiwa tergantung pada interpretasi kita tentang
peristiwa itu. ada 3 sumber informasi penting untuk menjawab mengapa dalam perilaku
orang lain,yaitu :
1. Konsensus, yaitu derajat kesamaan reaksi orang lain terhadap stimulus atau peristiwa
tertentu dengan orang yang sedang kita observasi (apakah orang lain bertindak sama
seperti penanggap).
2. Konsistensi, yaitu derajat k3esamaan reaksi seseorang terhadap suatu stimulus atau
suatu peristiwa yang berbeda-beda (apakah penanggap bertindak sama pada situasi
yang lain).
3. Distingsi, yaitu derajat perbedaan reaksi seseorang terhadap berbagai stimulus atau
peristiwa yang berbeda (apakah orang itu bertindak sama pada situasi lain atau pada
saat itu saja.
Kita mengatribusikan perilaku orang lain pada penyebab internal bila (consensus dan
distingsi rendah namun konsistensi tinggi),namun sebaliknya,kita mengantribusikan perilaku
orang lain pada penyebab eksternal bila(consensus,distingsi dan konsistensi tinggi.
Eleman Sosial dalam Penilaian
Ada 3 elemen yang merupakan petunjuk tidak langsung ketika menilai seseorang :
22
1. Elemen pribadi, proses pembentukan persepsi sosial berdasarkan penilaian
pribadi,antara lain yang dilakukan dengan cepat,ketika melihat penampilan fisik,jenis
kelamin,suku/ras,status sosial ekonomi,pekerjaan,dll.contoh,seseorang laki-laki yang
menggunakan anting maka akan di persepsikan sebagai orang yang nakal,
2. Elemen situasi, Semakin banyak atau kaya pengalaman hidup seseorang,semakin
bijak persepsi sosial yang dibentuk dari situasi.contoh,seorang dosen yang berjalan
dengan siswanya bila mereka berjalan di kampus ,orang akan menilai itu hanyalah
mahasiswanya. tetapi apabila mereka berjalan di bioskop maka orang akan menilai
bahwa orang itu selingkuhanya.
3. Elemen perilaku, Perilaku membutuhkan bukti-bukti yang dapat diamati untuk
mengidentifikasi aktivitas seseorang.Ketajaman pengamatan seseorang menentukan
persepsi orang lain.orang mengandalkan perilaku nonverbal untuk menguatkan
perilakunya,namun hasilnya kadang akurat karena terletak pada kata-kata dan ekspresi
wajah.tombol komunikasi sepenuhnya berada dibawah kenali orang yang
dinilai,sehinga ia dapat mengatur kata-kata dan ekspresinya.namun isyarat bahasa
tubuh dan perubahan intonasi suara merupakan petunjuk yang sangat berharga alam
proses persepsi sosial bersumber paa elemen perilaku. Contoh, penelitian terhadap
siswa yang suka ngantuk di dalam kelas, tentunya penelitian itu tidak bisa jika hanya
dilakukan satu atau dua kali saja,,maka diperlukan waktu yang cukup banyak atau
lama untuk bisa mendapatkan kesimpulan tentang siswa yang suka nagntuk di dalam
kelas.
Pembentukan dan Manajemen Kesan
Pembentukan kesan adalah Proses dimana kita membentuk kesan tentang orang lain.
pada banyak hasil penelitian, ternyata banyak ditemukan bahwa kesan pertama sangat
berpengaruh dan sangat penting dalam kelanjutan persepsi orang lain terhadap kita. Ketika
memberi kesan pada suatu sesungguhnya kita tidak memberikan kesan sebagian-sebagian
tetapi keseluruhan dari apa yang akan kita beri kesan.
Pembentukan kesan pertama kepada orang lain terjadi dalam waktu yang relative
pendek.penyebabnya adalah implicit personality theory,yakni kecenderungan
menggabungkan beberapa sifst sentral dan peripheral.kesan pertama seringkali salah karena
lebih percaya teori sendiri daripada kenyataan.
23
Slanjutnya untuk membuat kesan pertama kita baik pada seseorang, maka diperlukan
sebuah manajeman kesan yang teriri atas 2 bentuk :
1. Strategi self-enhancenent,Suatu usaha yang dilakukan untuk menampilkan kesan
pertama yang disukai pada orang lain.meliputi meningkatkan penampilan fisik
melalui gaya berbusana,charisma diri,dan penggunaan atribut sehingga berusaha
membuat deskripsi diri yang positif.misal,Pada saat dating ke pesta pernikahan
menggunakan pakaian yang rapi,jas misalnya serta menggunakan jam tangan.
2. Strategi other-enhancement,Suatu upaya untuk membuat orang yang dituju merasa
nyaman.misaql dengan pujian (membuat pernyataan yang memuji orang yang kita
tuju,sifat-sifat atau kesuksesannya).
24
Taman Ketiga
Interaksi Sosial
enurut Kimball Young dan Raymond, W. Mack, interaksi sosial adalah kunci
dari semua kehidupan sosial, oleh karena tanpa interaksi sosial, tak akan
mungkin ada kehidupan bersama. Dengan kata lain bahwa interaksi sosial
merupakan intisari kehidupan sosial. Artinya, kehidupan sosial dapat terwujud dalam
berbagai bentuk pergaulan seseorang dengan orang lain.
MGillin dan Gillin mendefinisikan interaksi sosial sebagai hubungan-hubungan sosial
yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-
kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia.
Bertemunya orang-perorangan secara badaniah belaka tidak akan menghasilkan
pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup scmacam itu baru akan terjadi
apabila orang-orang atau kelompok-kelompok manusia bekerjasama, saling berbicara, dan
seterusnya untuk mencapai suatu tujuan bersama.
Syarat-Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan
antara individu, antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok. Dua Syarat
terjadinya interaksi sosial :
a. Adanya kontak sosial (social contact)
Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu antar individu, antar
individu dengan kelompok, antar kelompok. Selain itu, suatu kontak dapat pula bersifat
langsung (face to face) maupun tidak langsung atau sekunder. Yakni kontak sosial yang
dilakukan melaui perantara, seperti melalui telepon, orang lain, surat kabar, dan lain-lain.
Kontak sosial yang bersifat positif mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan yang bersifat
negatif mengarah pada suatu pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan suatu
interaksi sosial.
b. Adanya Komunikasi Sosial
25
yaitu seseorang memberi arti pada perilaku orang lain, perasaan-perassaan apa yang ingin
disampaikan orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap
perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Dengan adanya komunikasi tersebut,
sikap-sikap dan perasaan suatu kelompok manusia atau perseorangan dapat diketahui oleh
kelompok lain atau orang lainnya. Hal itu kemudian merupakan bahan untuk menentukan
reaksi apa yang dilakukannya.
Interaksi sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Pelaku lebih dari satu orang
2) Adanya komunikasi di antara pelaku
3) Adanya tujuan mungkin sama atau tidak sama antar pelaku
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial
Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada berbagai faktor yang ada diluar
individu, seperti faktor imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati. Faktor-faktor tersebut
dapat bergerak sendiri-sendiri secara terpisah maupun dalam keadaan tergabung. Empat
faktor yang menjadi dasar proses interaksi sosial adalah sebagai berikut :
a. Imitasi
Berarti meniru perilaku dan tindakan orang lain. Imitasi memiliki segi positif dan
negatif, dikatakan positif apabila suatu individu meniru perilaku individu lain yang baik
sesuai nilai dan norma masyarakat, dikatakan negatif ketika berlawanan dengan pernyataan
diatas.
b. Sugesti
Sugesti merupakan suatu proses dimana seorang individu menerima suatu cara
pandangan tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu. Akibatnya, pihak yang
dipengaruhi akan tergerak mengikuti pandangan itu dan menerimanya secara sadar atau tidak
sadar tanpa berpikir panjang. Cepat atau lambatnya proses sugesti ini sangat tergantung pada
usia, kepribadian, kemampuan intelektual, dan keadaan fisik seseorang.
Sugesti dapat dibedakan atas tiga jenis, yaitu:
1. Sugesti kerumunan (crowd suggestion)
adalah penerimaan yang tidak didasarkan pada penalaran, melainkan karena
keanggotaan atau kerumunan.
2. Sugesti negatif (negative suggestion) ditujukan untuk menghasilkan tekanan-
tekanan atau pembatasan tertentu.
26
3. Sugesti prestise (prestige suggestion) adalah sugesti yang muncul sebagai akibat
adanya prestise orang lain
c. Identifikasi
Identifikasi sebenarnya merupakan kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang
untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi merupakan bentuk lebih lanjut dari proses
imitasi dan proses sugesti yang pengaruhnya telah amat kuat. Orang lain yang menjadi
sasaran identifikasi dinamakan idola.
Sikap, prilaku, keyakinan, dan pola hidup yang menjadi idola akan melembaga bahkan
menjiwai para pelaku identifikasi, sehingga sangat berpengaruh terhadap pembentukan dan
perkembangan kepribadiannya.
d. Simpati
Merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Di dalam
proses ini perasaan memegang peranan yang sangat penting, walaupun dorongan utama pada
simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya.
Pola-Pola Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan suatu proses yang dapat memberikan pola interaksinya.
Pola interkasi sosial merupakan bentuk jalinan interaksi yang terjadi antara individu dengan
individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok yang bersifat dinamis
dan mempunyai pola tertentu. Pola interaksi sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1) Didasarkan atas kedudukan sosial (status) dan peranannya.
2) Merupakan suatu kegiatan yang terus berlanjut dan berakhir pada suatu titik yang
merupakan hasil dari kegiatan tadi.
3) Mengandung dinamika. Artinya dalam proses interaksi sosial terdapat berbagai keadaan
nilai sosial yang diproses, baik yang mengarah pada kesempurnaan maupun kehancuran.
4) Tidak mengenal waktu, tempat, dan keadaan tertentu.
Dari pola-pola tersebut, berdasarkan bentuknya, interaksi sosial dapat diklasifikasikan
menjadi tiga pola, yaitu:
1) Pola interaksi individu dengan indiuidu
Dalam mekanismenya, interaksi ini dipengaruhi oleh pikiran dan perasaan yang
mengakibatkan munculnya beberapa fenomena, seperti: jarak sosial, perasaan simpati dan
antipati, intensitas dan frekuensi interaksi.
27
2) Pola ini merupakan bentuk hubungan antara individu dengan individu sebagai anggota
suatu kelompok yang menggambarkan mekanisme kegiatan kelompoknya. Dimana setiap
perilaku didasari kepentingan kelompok, diatur dengan tatacara yang ditentukan
kelompoknya, dan segala akibat dari hubungan merupakan tanggung jawab bersama.
3) Pola interaksi kelompok dengan kelompok
Hubungan ini mempunyai ciri-ciri khusus berdasarkan pola yang tampak. Pola interaksi antar
kelompok dapat terjadi karena aspek etnis, ras, dan agama, termasuk juga di dalamnya
perbedaan jenis kelamin dan usia, institusi, partai, organisasi, dan lainnya.
Bnetuk-Bentuk Interaksi Sosial
Gillin dan gillin menggolongkan proses sosial yang muncul akibat dari adanya interaksi
sosial menjadi dua jenis, yakni proses yang mengarah pada terwujudnya persatuan dan
integrasi sosial (asosiatif) dan proses oposisi yang berarti cara berjuang untuk melawan
seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu (disosiatif).
1. Asosiaatif
Asosiatif merupakan bentuk interaksi yang akan mendorong terciptanya pola
keteraturan sosial. Berikut adalah bentuk-bentuk dari asosiatif :
a) Kerja Sama (cooperation)
Suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk
mencapai suatu atau beberapa tujuan bersama. Bentuk kerja sama tersebut
berkembang apabila orang dapat digerakan untuk mencapai suatu tujuan bersama dan
harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut di kemudian hari mempunyai manfaat bagi
semua. Juga harus ada iklim yang menyenangkan dalam pembagian kerja serta balas
jasa yang akan diterima. Dalam perkembangan selanjutnya, keahlian-keahlian tertentu
diperlukan bagi mereka yang bekerja sama supaya rencana kerja samanya dapat
terlaksana dengan baik.
Fungsi Kerjasama digambarkan oleh Charles H.Cooley :
”kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta penting dalam kerjasama yang berguna”
28
b) Akomodasi
Akomodasi (accomodation) dalam sosiologi memiliki dua pengertian, yaitu
menggambarkan suatu keadaan dan proses. Akomodasi yang menggambarkan suatu
keadaan berarti adanya keseimbangan interaksi sosial yang berkaitan dengan norma
dan nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Sedangkan akomodasi sebagai suatu
proses menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan
yaitu usaha-usaha manusia untuk mencapai kestabilan.
Menurut Gillin dan Gillin, akomodasi adalah suatu perngertian yang
digunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan-
hubungan sosial yang sama artinya dengan adaptasi dalam biologi. Maksudnya,
sebagai suatu proses dimana orang atau kelompok manusia yang mulanya saling
bertentangan, mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan-ketegangan.
Akomodasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa
menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya.
Akomodasi mempunyai beberapa bentuk, yaitu sebagai berikut:
1) Koersi (coercion), yaitu bentuk akomodasi yang terjadi melalui pemaksaan
kehendak pihak tertentu terhadap pihak lain yang lebih lemah. Berarti, terjadi
penguasaan (dominasi) suatu kelompok atas pada kelompok yang lemah. Contoh:
dalam sistem perbudakan atau penjajahan.
2) Kompromi (compromise), yaitu bentuk akomodasi ketika pihak-pihak yang
terlibat perselisihan saling mengurangi tuntutan agat tercapai suatu penyelesaian.
Sikap dasar untuk melaksanakan kompromi adalah semua pihak bersedia untuk
merasakan dan memahami keadaan pihak lainnya. Contoh: Perjanjian antara
Indonesia dengan Malaysia tentang batas wilayah perairan.
3) Arbitrasi (arbitration), yaitu bentuk akomodasi apabila pihak-pihak yang
berselisih tidak sanggup mencapai kompromi sendiri, sehingga dilakukan melalui
pihak ketiga. Pihak ketiga di sini dapat ditunjuk oleh dua belah pihak atau oleh
suatu badan yang dianggap berwenang. Contoh: pertentangan antara karyawan
dan pengusaha, diselesaikan melalui serikat buruh serta Departemen Tenaga
Kerja sebagai pihak ketiga.
29
4) Mediasi (mediation), yaitu suatu bentuk akomodasi yang hampir sama
dengan arbitrasi. Namun, pihak ketiga yang bertindak sebagai penengah bersikap
netral dan tidak mempunyai wewenang untuk memberi keputusan-keputusan
penyelesaian perselisihan antara kedua belah pihak. Contoh: mediasi pemerintah
RI untuk mendamaikan faksi-faksi yang berselisih di Kamboja. RI hanya menjadi
fasilitator, sedangkan keputusan mau berdamai atau tidak tergantung niat baik
masing-masing faksi yang bertikai.
5) Konsiliasi (conciliation), yaitu bentuk akomodasi untuk mempertemukan
keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang bertikai untuk tercapainya
kesepakatan bersama. Konsiliasi bersifat lebih lunak dan membuka kesempatan
kepada pihak-pihak yang bertikai untuk mengadakan asimilasi. Contoh: panitia
tetap penyelesaian masalah ketenagakerjaan mengundang perusahaan dan
perwakilan karyawan untuk menyelesaikan pemogokan.
6) Toleransi (toleration), yaitu bentuk akomodasi yang terjadi tanpa persetujuan
yang resmi. Kadang-kadang toleransi terjadi secara tidak sadar dan tanpa
direncanakan karena adanya keinginan-keinginan untuk sedapat mungkin
menghindarkan diri dari perselisihan yang saling menrugikan kedua belah pihak.
Contoh: umat yang tidak berpuasa pada bulan Ramadhan, tidak makan di
sembarang tempat.
7) Stalemate, yaitu bentuk akomodasi ketika kelompok yang bertikai
mempunyai kekuatan yang seimbang. Lalu keduanya sadar bahwa tidak mungkin
lagi untuk maju atau mundur, sehingga per-tentangan atau ketegangan antara
keduanya akan berhenti dengan sendirinya. Contoh: pcrsaingan antara Blok Barat
dan Blok Timur Eropa berhenti dengan sendirinya tanpa ada pihak yang kalah
ataupun menang.
8) Ajudikasi (adjudication), yaitu penyelesain masalah atau sengketa melalui
pengadilan atau jalur hukum. Contoh: Persengketaan tanah warisan yang
diselesaikan di pengadilan.
9) Displacement, yaitu bentuk akomodasi yang merupakan untuk mengakhiri
suatu pertentangan dengan cara mengalihkan perhatian pada objek bersama.
Contoh: adanya persengketaan Indonesia-Australia tentang batas ZEE berakhir
30
setelah dilakukan pembagian eksplorasi dan eksploitasi minyak bumi di Cclah
Timor. Persengketaan
yang terjadi karena keberadaan sumberdaya alam, dan bukan ZEE.
10) Konversi, yaitu bentuk akomodasi dalam menyelesaikan konflik dimana salah
satu pihak bersedia mengalah dan mau menerima pendirian pihak lain. Contoh:
dua keluarga besar bermusuhan karena perbedaan prinsip, tetapi karena anak
mereka saling menjalin cinta yang tidak mungkin dipisahkan, sikap permusuhan
pun luluh dan bersedia saling menerima pertunangan anak-anaknya.
c) Asimilasi
Asimilasi (assimilation) berarti proses penyesuaian sifat-sifat asli yang
dimiliki dengan Sifat-sifat lingkungan sekitar. Gillin dan Gillin menjelaskan bahwa
suatu proses sosial dikategorikan pada asimilasi apabila mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut.
1) Berkurangnya perbedaan karena adanya usaha-usaha untuk mengurangi dan
menghilangkan perbedaan antara orang atau kelompok.
2) Mempererat kesatuan tindakan, sikap, dan perasaan dengan memperhatikan
kepentingan serta tujuan bersama.
3) Setiap orang sebagai kelompok melakukan interaksi secara langsung dan intensif
secara terus-menerus.
4) Setiap individu melakukan identifikasi diri dengan kepentingan bersama. Artinya,
menyesuaikan kemauannya dengan kemauan kelompok. Demikian pula antara
kelompok yang satu dengan kelompok lain, sehingga perbedaan-perbedaan yang ada
akan hilang atau melebur menjadi satu.
Asimilasi merupakan proses sosial tahap lanjut atau tahap penyempurnaan.
Artinya, asimilasi terjadi setelah melalui tahap kerjasama dan akomodasi. Asimilasi
dapat terbentuk apabila terdapat tiga persyaratan berikut :
1) Terdapat sejumlah kelompok yang memiliki kebudayaan berbeda.
2) Terjadi pergaulan antar individu atau kelompok secara intensif dalam waktu yang
relatif lama.
3) Kebudayaan masing-masing kelompok tersebut saling berubah dan menyesuaikan
diri.
31
d) Akulturasi
Akulturasi (acculturation) adalah berpadunya unsur-unsur kebudayaan yang
berbeda dan membentuk suatu kebudayaan baru, tanpa menghilangkan kepribadian
kebudayaannya yang asli.
Lamanya proses akulturasi sangat tergantung pada persepsi masyarakat
setempat terhadap budaya luar yang masuk. Akulturasi bisa terjadi dalam waktu yang
relatif lama apabila masuknya melalui proses pemaksaaan. Sebaliknya, apabila
masuknya melalui proses damai, akulturasi tersebut akan relatif lebih cepat. Contoh:
Candi Borobudur merupakan perpaduan kebudayaan India dengan kebudayaan
Indonesia; musik Melayu bertemu dengan musik Spanyol menghasilkan musik
keroncong.
2. Disosiatif
Walaupun proses sosial ini kurang mendorong terciptanya keteraturan sosial.
Bahkan cenderung ke arah oposisi yang berarti cara yang bententangan dengan seseorang
ataupun kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Walau demikian, ada juga manfaatnya
demi tercipta suatu keteraturan sosial. Proses disosiatif dapat dibedakan ke dalam empat
bentuk sebagai berikut :
1) Persaingan
Persaingan (Competition) merupakan suatu proses sosial ketika berbagai pihak
saling berlomba dan berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. Persaingan
terjadi apabila beberapa pihak menginginkan sesuatu yang jumlahnya sangat terbatas
atau sesuatu yang menjadi pusat perhatian umum. Contoh: dalam sepakbola dikenal
istilah fair play. Hasil dari suatu persaingan akan diterima dengan kepala dingin oleh
berbagai pihak yang bersaing, tanpa ada rasa dendam. Karena sejak awal, masing—
masing pihak telah menyadari akan ada yang menang dan kalah. Persaingan memiliki
beberapa fungsi sebagai berikut :
a. Menyalurkan keinginan individu atau kelompok yang sama-sama menuntut
dipenuhi, padahal sulit dipenuhi semuanya secara serentak.
b. Menyalurkan kepentingan serta nilai-nilai dalam masyarakat, terutama yang
menimbulkan konflik.
c. Menyeleksi individu yang pantas memperoleh status dan peran yang sesuai
dengan kemampuannya.
2) Kontravensi
32
Kontravensi (contravension) merupakan proses sosial yang ditandai adanya
ketidakpuasan, ketidakpastian, keraguan, penolakan, dan penyangkalan terhadap
kepribadian seseorang atau kelompok yang tidak diungkapkan secara terbuka.
Kontravcnsi adalah sikap menentang secara tersembunyi, agar tidak sampai
terjadi perselisihan secara terbuka. Penyebab kontravensi antara lain perbedaan
pendirian antara kalangan tertentu dengan kalangan lain dalam masyarakat, atau bisa
juga dengan pendirian masyarakat. Perang dingin merupakan kontravensi karena
tujuannya membuat lawan tidak tenang atau resah. Dalam hal ini, lawan tidak
diserang secara fisik, melainkan secara psikologis.
Menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker, terdapat lima bentuk
kontravensi sebagai berikut :
a. Kontravensi umum, contoh: penolakan, perlawanan, protes, gangguan,
mengancam pihak lawan.
b. Kontravensi sederhana, contoh: menyangkal pernyataan orang di depan umum,
memaki melalui Surat selebaran, atau mencerca.
c. Kontravensi intensif, contoh: penghasutan, penyebaran desas-desus, memfitnah.
d. Kontravensi rahasia, contoh: pembocoran rahasia, khianat, subversi.
e. Kontravensi taktis, contoh: mengejutkan pihak lawan, provokasi, dan intimidasi.
3) Pertikaian
Pertikaian merupakan proses sosial bentuk lanjut dari kontravensi. Sebab,
perselisihan sudah bersifat terbuka. Pertikaian terjadi karena semakin tajamnya
perbedaan antara kalangan tertentu dalam masyarakat. Semakin tajam perbedaan
mengakibatkan amarah dan rasa benci yang mendorong tindakan untuk melukai,
menghancurkan atau menyerang pihak lain. Pertikaian jelas sekali mengarah pada
disintegrasi antar individu maupun kelompok.
4) Konflik
Pertentangan atau konflik (conflict) adalah suatu perjuangan individu atau
kelompok sosial untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan
yang disertai ancaman dan kekerasan. Pengertian konflik yang paling sederhana
adalah saling memukul (configere). Namun, konflik tidak hanya berwujud
pertentangan fisik semata. Dalam definisi yang lebih luas, konflik diartikan sebagai
suatu proses sosial antara dua pihak atau lebih, di mana pihak yang satu berusaha
33
menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkan atau membuatnya tidak
berdaya.
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya konflik adalah sebagai berikut :
a. Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
b. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi
yang berbeda pula.
c. Perbedaan kepentingan antara individu dan kelompok, diantaranya
menyangkut bidang ekonomi, politik, dan sosial.
d. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Konflik kadang-kadang diperlukan dalam suatu kelompok atau organisasi
sosial. Adanya pertentangan dalam suatu kelompok atau organisasi sosial merupakan
hal biasa. Apabila dari pertentangan tersebut dapat dihasilkan kesepakatan, maka akan
terwujud integrasi yang lebih erat dari sebelumnya. Konflik juga akan membawa
akibat positif asalkan masalah yang dipertentangkan dan kalangan yang bertentangan
memang konstruktif. Artinya, konflik itu sama-sama dilandasi kepentingan
menjadikan masyarakat lebih baik..
Hasil dan akibat suatu konflik adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok yang mengalai konflik
dengan kelompok lain.
b. Keretakan hubungun antara anggota kelompok, misalnya akibat konflik
antarsuku.
c. Perubahan kepribadian pada individu, misalnya adanya rasa benci dan saling
curiga akibat perang.
d. Kerusakan harta benda dan hilangnya nyawa manusia.
e. Dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.
34
Taman Keempat
Kelompok Sosial
alam kehidupan sehari-hari kita ,engenal adanya geng-geng motor, massa yang
sedang berdemo, orang-orang yang sedang mengikuti ujian penerimaan CPNS,
serta lomba gerak jalan santai. Itu semua adalah bagian dari kelompk sosial.
Tidak bisa kita pungkiri bahwa kita adalah bagian dari kelompok sosial, sebab kita adalah
makhluk sosial. Namun kita jangan terpaku bahwa kelompok sosial merupakan sekumpulan
orang yang melakukan sesuatu dan saling kenal. Seperti pada contoh tadi, perlombaan gerak
jalan santai yang diikuti oleh ribuan orang pun disebut kelompk sosial. Sebenarnya apakah
kelompok sosial itu ? simaklah pembahasan pada bab ini untuk memahaminya, enjoy !
D
Pengertian Kelompok Sosial
Manusia adalah makhluk individu yang tidak dapat melepaskan diri dari hubungan
dengan manusia lain. Sebagai akibat dari hubungan yang terjadi di antara individu-individu
(manusia) kemudian lahirlah kelompok-kelompok sosial (social group) yang dilandasi oleh
kesamaan-kesamaan kepentingan bersama.
Kelompok atau group adalah kumpulan dari individu yang berinteraksi satu sama
lain, pada umumnya hanya untuk melakukan pekerjaan, untuk meningkatan hubungan antar
individu, atau bisa saja untuk keduanya. Sebuah kelompok suatu waktu dibedakan secara
kolektif, sekumpulan orang yang memiliki kesamaan dalam aktifitas umum namun dengan
arah interaksi terkecil.
Syarat kelompok menurut Baron dan Byrne:
· Interaksi, anggota-anggota seharusnya berinteraksi satu sama lain.
· Interdependen, apa yang terjadi pada seorang anggota akan mempengaruhi perilaku anggota
yang lain.
· Stabil, hubungan paling tidak ada lamanya waktu yang berarti (bisa minggu, bulan dan
tahun).
· Tujuan yang dibagi, beberapa tujuan bersifat umum bagi semua anggota.
35
· Struktur, fungsi tiap anggota harus memiliki beberapa macam struktur sehingga mereka
memiliki set peran.
· Persepsi, anggota harus merasakan diri mereka sebagai bagian dari kelompok.
Kelompok sosial adalah kumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama akan
keanggotaan dan saling berinteraksi. Kelompok diciptakan oleh anggota masyarakat.
Kelompok juga dapat mempengaruhi perilaku para anggotanya. Kelompok-kelompok social
merupakan himpunan manusia yang saling hidup bersama dan menjalani saling
ketergantungan dengan sadar dan tolong menolong (R.M. Macler & Charles H. Page:
Society, An Introductory Analysis, Macmillan & Co.Ltd., London, 1961: 213). Kelompok
sosial atau social group adalah himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama, karena
adanya hubungan di antara mereka. Hubungan tersebut antara lain menyangkut hubungan
timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling menolong
(Soejono Soekanto, 2006:104).
Ciri-Ciri dan Syarat Kelompok Sosial
Berikut ini akan disebutkan beberapa ciri kelompok sosial.
· Terdapat dorongan atau motif yang sama antar individu satu dengan yang lain
· Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan terhadap individu satu dengan yang lain
berdasarkan rasa dan kecakapan yang berbeda-beda antara individu yang terlibat di
dalamnya.
· Adanya penegasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang jelas dan
terdiri dari peranan-peranan dan kedudukan masing-masing
· Adanya peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur
interaksi dalam kegiatan anggota kelompok untuk mencapai tujuan yang ada.
· Berlangsungnya suatu kepentingan.
· Adanya pergerakan yang dinamik.
Adapun syarat kelompok sosial sebagai berikut.
a. Setiap anggota kelompok tersebut harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari
kelompok yang bersangkutan.
b. Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota lainnya.
c. Terdapat suatu faktor yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota kelompok itu, sehingga
hubungan antara mereka bertambah erat. Faktor tadi dapat merupakan nasib yang sama,
kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama dan lain-lain.
d. Berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku.
36
Macam-Macam Kelompok Sosial
a. Klasifikasi Macam-macam Kelompok Sosial
Menurut Robert Bierstedt, kelompok memiliki banyak jenis dan dibedakan berdasarkan ada
tidaknya organisasi, hubungan sosial antara kelompok, dan kesadaran jenis. Bierstedt
kemudian membagi kelompok berdasarkan ada tidaknya organisasi hubungan sosial antara
kelompok, dan kesadaran jenis menjadi empat macam antara lain:
1. Kelompok statis, yaitu kelompok yang bukan organisasi, tidak memiliki hubungan sosial
dan kesadaran jenis di antaranya. Contoh: Kelompok penduduk usia 10-15 tahun di sebuah
kecamatan.
2. Kelompok kemasyarakatan, yaitu kelompok yang memiliki persamaan tetapi tidak
mempunyai organisasi dan hubungan sosial di antara anggotanya.
3. Kelompok sosial, yaitu kelompok yang anggotanya memiliki kesadaran jenis dan
berhubungan satu dengan yang lainnya, tetapi tidak terikat dalam ikatan organisasi. Contoh:
Kelompok pertemuan, kerabat, dan lain-lain.
4. Kelompok asosiasi, yaitu kelompok yang anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan ada
persamaan kepentingan pribadi maupun kepentingan bersama. Dalam asosiasi, para
anggotanya melakukan hubungan sosial, kontak dan komunikasi, serta memiliki ikatan
organisasi formal. Contoh: negara, sekolah, dan lain-lain. Berdasarkan interaksi sosial agar
ada pembagian tugas, struktur dan norma yang ada, kelompok sosial dapat dibagi menjadi
beberapa macam, antara lain:
1. Kelompok Primer
Merupakan kelompok yang didalamnya terjadi interaksi sosial yang anggotanya saling
mengenal dekat dan berhubungan erat dalam kehidupan, sedangkan menurut Goerge Homan,
kelompok primer merupakan sejumlah orang yang terdiri dari beberapa orang yang acapkali
berkomunikasi dengan lainnya sehingga setiap orang mampu berkomunikasi secara langsung
(bertatap muka) tanpa melalui perantara. Misalnya, keluarga, RT, kawan sepermainan,
kelompok agama, dan lain-lain.
2. Kelompok Sekunder
Jika interaksi sosial terjadi secara tidak langsung, berjauhan, dan sifatnya kurang
kekeluargaan. Hubungan yang terjadi biasanya bersifat lebih objektif. Misalnya, partai
politik, perhimpunan serikat kerja dan lain-lain.
3. Kelompok Formal
37
Pada kelompok ini ditandai dengan adanya peraturan atau Anggaran Dasar (AD), Anggaran
Rumah Tangga (ART) yang ada. Anggotanya diangkat oleh organisasi. Contoh dari
kelompok ini adalah semua perkumpulan yang memiliki AD/ART.
4. Kelompok Informal
Merupakan suatu kelompok yang tumbuh dari proses interaksi, daya tarik, dan kebutuhan-
kebutuhan seseorang. Keanggotan kelompok biasanya tidak teratur dan keanggotaan
ditentukan oleh daya tarik bersama dari individu dan kelompok. Kelompok ini terjadi
pembagian tugas yang jelas tapi bersifat informal dan hanya berdasarkan kekeluargaan dan
simpati. Misalnya, kelompok arisan dan sebagainya.
b. Kelompok Sosial Dipandang dari Sudut Individu
Suatu individu merupakan kelompok kecil dari suatu kelompok sosial atas dasar usia,
keluarga, kekerabatan, seks, pekerjaan, hal tersebut memberikan kedudukan prestise
tertentu/sesuai adat istiadat. Dengan kata lain keanggotaan dalam masyarakat tidak selalu
gratis.
c. In Group dan Out Group
Summer membedakan antara in group dan out group. In group merupakan kelompok
sosial yang dijadikan tempat oleh individu-individunya untuk mengidentifikasikan dirinya.
Out group merupakan kelompok sosial yang oleh individunya diartikan sebagai lawan in
group jelasnya kelompok sosial di luar anggotanya disebut out group. Contohnya, istilah kita
atau kami menunjukkan adanya artikulasi in group, sedangkan mereka berartikulasi out
group. Perasaan in group atau out group didasari dengan suatu sikap yang dinamakan
etnosentris, yaitu adanya anggapan bahwa kebiasaan dalam kelompoknya merupakan yang
terbaik dibandingkan dengan kelompok lainnya.
Sikap in group dan out group dapat dilihat dari kelainan berwujud antagonisme atau
antipati. Sikap in group dan out group merupakan dasar sikap etnosentrisme yang merupakan
sikap bahwa setiap sesuatu yang merupakan produk kelompoknya dianggap paling baik dan
benar. (JBAF Mayor Polak, Buku Pengantar Ringkas, Balai Buku Ikhtiar Jkt, 1966).
d. Kelompok Primer dan Kelompok Sekunder
Charles Horton Cooley mengemukakan tentang kelompok primer (primary group) atau face
to face group merupakan kelompok sosial yang paling sederhana, di mana para anggota-
anggotanya saling mengenal, di mana ada kerja sama yang erat. Contohnya, keluarga,
kelompok bermain, dan lain-lain. Kelompok sekunder (secondary group) ialah kelompok
yang terdiri dari banyak orang, bersama siapa hubungannya tidak perlu berdasarkan
38
pengenalan secara pribadi dan sifatnya tidak begitu langgeng, contohnya, hubungan kontrak
jual beli.
e. Paguyuban dan Patembayan
Tonnies dan Loomis menyatakan bahwa paguyuban (gemeinschaft) ialah bentuk
kehidupan bersama, di mana para anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni
dan bersifat alamiah serta kekal, dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa persatuan
batin yang memang telah dikodratkan. Hubungan seperti ini dapat dijumpai dalam keluarga,
kelompok kekeluargaan, rukun tetangga, dan lainlain.
Patembayan (gesellschaft) yaitu berupa ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka
waktu yang pendek, bersifat imajiner dan strukturnya bersifat mekanis sebagaimana terdapat
dalam mesin. Ia bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka. Contohnya, ikatan antar
pedagang, organisasi dalam suatu pabrik, dan lainlain.
f. Formal Group dan Informal Group
J.A.A. Van Doorn membedakan kelompok formal dan informal. Formal group ialah
kelompok yang mempunyai peraturan tegas dan sengaja diciptakan oleh anggota-anggotanya
untuk mengatur hubungan antara sesama, contohnya, organisasi. Informal group tidak
mempunyai struktur dan organisasi tertentu atau yang pasti. Kelompok-kelompok tersebut
biasanya terbentuk karena pertemuan-pertemuan yang berulang kali, yang menjadi dasar
pertemuan, kepentingan-kepentingan dan pengalaman-pengalaman yang sama, contohnya,
klik (clique).
g. Membership Group & Reference Group
Membership group merupakan suatu kelompok di mana setiap orang secara fisik menjadi
anggota kelompok tersebut. Reference group ialah kelompok-kelompok sosial yang menjadi
acuan bagi seseorang (bukan anggota kelompok tersebut) untuk membentuk pribadi dan
perilakunya.
Robert K. Merton dengan menyebut beberapa hasil karya Harold H. Kelley, Shibutani, dan
Ralph H.Turner mengemukakan adanya dua tipe umum reference group yakni tipe normatif,
yang menentukan dasar-dasar bagi kepribadian seseorang dan tipe perbandingan, yang
merupakan pegangan bagi individu di dalam menilai kepribadiannya.
h. Kelompok Okupasional dan Volunter
Kelompok okupasional adalah kelompok yang muncul karena semakin memudarnya
fungsi kekerabatan, di mana kelompok ini timbul karena anggotanya memiliki pekerjaan
yang sejenis. Contohnya, kelompok profesi, seperti asosiasi sarjana farmasi, ikatan dokter
indonesia, dan lain-lain.
39
Okupasional diambil dari kata okupasi yang berarti menempati tempat atau objek kosong
yang tidak mempunyai penguasa, dalam hal ini dicontohkan kelompok tersebut adalah orang-
orang yang dapat memonopoli suatu teknologi tertentu yang mempunyai patokan dan aturan
tertentu seperti halnya etika profesi, sedangkan volonter adalah orang yang mempunyai
kepentingan yang sama, namun tidak mendapat perhatian dari masyarakat. Kelompok ini
dapat memenuhi kepentingankepentingan anggotanya secara individual, tanpa mengganggu
kepentingan masyarakat secara umum. Terjadinya kelompok volunter karena beberapa hal
antara lain:
1) kebutuhan sandang dan pangan
2) kebutuhan keselamatan jiwa dan raga
3) kebutuhan akan harga diri
4) kebutuhan untuk dapat mengembangkan potensi diri
5) kebutuhan akan kasih sayang
i. Kelompok-kelompok Sosial yang Teratur dan Tidak Teratur
Kelompok teratur merupakan kelompok yang mempunyai peraturan tegas dan sengaja
diciptakan anggota-anggotanya untuk mengatur hubungan antarmereka. Ciriciri kelompok
teratur, antara lain:
· Memiliki identitas kolektif yang tegas (misalnya tampak pada nama kelompok, simbol
kelompok,dll).
· Memiliki daftar anggota yang rinci.
· Memiliki program kegiatan yang terus-menerus diarahkan kepada pencapaian tujuan yang
jelas.
· Memiliki prosedur keanggotaan.
Contoh kelompok teratur antara lain berbagai perkumpulan pelajar atau mahasiswa, instansi
pemerintahan, parpol, organisasi massa, perusahaan, dan lainlain.
Kelompok-kelompok sosial yang tidak teratur terdiri dari berbagai macam, antara lain:
1. Kerumunan (Crowd) adalah individu yang berkumpul secara bersamaan serta kebetulan di
suatu tempat dan juga pada waktu yang bersamaan. Bentukbentuk kerumunan antara lain:
· Khalayak penonton atau pendengar yang formal (Formal audiences) Merupakan
kerumunan-kerumunan yang mempunyai pusat perhatian dann persamaan tujuan, tetapi
sifatnya pasif, contohnya menonton film.
· Kelompok ekspresif yang telah direncanakan (Planned Expressive Group) Adalah
kerumunan yang pusat perhatiannya tidak begitu penting, tetapi mempunyai persamaan
tujuan yang tersimpul dalam aktifitas kerumunan
40
tersebut serta kepuasan yang dihasilkannya. Fungsinya adalah sebagai penyalur ketegangan-
ketegangan yang dialami orang karena pekerjaan sehari-hari, contoh orang yang berpesta,
berdansa, dsb.
2. Kerumunan yang bersifat sementara (Casual crowds)
· Kumpulan yang kurang menyenangkan (inconvenient aggregations)
Dalam kerumunan itu kehadiran orang-orang lain merupakan halangan terhadap tercapainya
maksud seseorang. Contoh; orang-orang yang antri karcis, orang-orang yng menunggu bis
dan sebagainya.
· Kerumunan orang yang sedang dalam keadaan panik (panic crowd)
Yaitu orang-orang yang bersama-sama menyelamatkan diri dari suatu bahaya.
· Kerumunan penonton (spectator crowd)
Karena ingin melihat suatu kejadian tertentu. Kerumunan semacam ini hampir sama dengan
khalayak penonton, tetapi bedanya adalah bahwa kerumunan penonton tidak direncanakan,
sedangkan kegiatan-kegiatan juga pada umumnya belum tak terkendalikan.
3. Kerumunan yang berlawanan dengan norma-norma hukum.
· Kerumunan yang bertindak emosional
· Kerumunan yang bersifat imoral.
Faktor Pembentuk Kelompok Sosial
Bergabung dengan sebuah kelompok merupakan sesuatu yang murni dari diri sendiri
atau juga secara kebetulan. Misalnya, seseorang terlahir dalam keluarga tertentu. Namun, ada
juga yang merupakan sebuah pilihan. Dua faktor utama yang tampaknya mengarahkan
pilihan tersebut adalah kedekatan dan kesamaan.
Kedekatan
Pengaruh tingkat kedekatan, atau kedekatan geografis, terhadap keterlibatan
seseorang dalam sebuah kelompok tidak bisa diukur. Kita membentuk kelompok bermain
dengan orang-orang di sekitar kita. Kita bergabung dengan kelompok kegiatan sosial lokal.
Kelompok tersusun atas individu-individu yang saling berinteraksi. Semakin dekat jarak
geografis antara dua orang, semakin mungkin mereka saling melihat, berbicara, dan
bersosialisasi. Singkatnya, kedekatan fisik meningkatkan peluang interaksi dan bentuk
kegiatan bersama yang memungkinkan terbentuknya kelompok sosial. Jadi, kedekatan
menumbuhkan interaksi, yang memainkan peranan penting terhadap terbentuknya kelompok
pertemanan.
Kesamaan
41
Pembentukan kelompok sosial tidak hanya tergantung pada kedekatan fisik, tetapi
juga kesamaan di antara anggota-anggotanya. Sudah menjadi kebiasaan, orang lebih suka
berhubungan dengan orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya. Kesamaan yang
dimaksud adalah kesamaan minat, kepercayaan, nilai, usia, tingkat intelejensi, atau karakter-
karakter personal lain. Kesamaan juga merupakan factor utama dalam memilih calon
pasangan untuk membentuk kelompok sosial yang disebut keluarga.
Taman Kelima
42
Sikap dan Perilaku
enurut Bimo Walgito dalam bukunya Psikologi Sosial suatu pengantar:
Psikologi merupakan ilmu tentang prilaku atau aktivitas-aktivitas individu
(Branca,1994;Morgan,dkk) Prilaku atau aktivitas-aktivitas tersebut dalam
pengertian yang luas, yaitu prilaku yang menampak (over behavior) dan prilaku yang tidak
menampak(inner behavior), demikian pula aktivitas-aktivitas tersebut di samping aktivitas
motorik yang termasuk aktivitas emosional dan kognitif.
MPerbedaan Antara Sikap dan Perilaku
Sebagaimana diketahui perilaku atau aktivitas yang ada pada individu atau organisme
itu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari stimulus yang diterima oleh
organisme yang bersangkutan baik stimulus eksternal maupun stimulus internal. Namun
demikian, sebagian terbesar dari perilaku arganisme itu sebagai respon terhadap stimulus
eksternal. Ada ahli yang memandang bahwa perilaku sebagai respon terhadap stimulus, akan
sangat ditentukan oleh keadaan stimulusnya dan individu atau organisme seakan-akan tidak
mempunyai kemampuan untuk menentukan perilakunya, hubungan stimulus dan respon
seakan-akan bersifat mekanistis. Pandangan semaca ini umumnya merupakan pandangan
yang bersifat behavioritis.
Berbeda dengan pandangan kaum behavioris adalah pandangan dari aliran kognitif,
yaitu yang memandang perilaku individu merupakan respon dari stimulus, namun dalam diri
individu itu ada kemampuan untuk menentukan perilaku yang diambilnya. Ini berarti individu
dalam keadaan aktif dalam menentukan perilaku yang diambilmya (Psikologi Sosial, Prof.
Dr. Bimo Walgito).
Menurut Sarlito Warawan Sarwono, dalam bukunya Psikologi sosial:
Walaupun sikap merupakan salah satu pokok bahasan yang penting dalam psikologi
sosial, para pakar tidak selalu sepakat tentang definisinya:
43
1. Attitude is a favourable or unfavourable evaluative reaction to ward something or
someone, exhibitted in one’s belief. Feelings or intended behavior (Myers, 1996).
Myers menyatakan bahwa sikap adalah suatu reaksi nilai yang bisa disukai atau tidak
disukai untuk melindungi sesuatu atau seseorang, yang ditunjukan dalam perasaan
atau keinginan bersikap.
2. An attitude is a disposition to respond favourably or unfavourably to an object,
person, institution or event (Azjen, 1998). Sedangkan Azjen menyatakan sebuah sikap
adalah sebuah kecenderungan untuk merespon secara suka atau tidak suka
kepada sebuah objek, orang, lembaga atau kejadian.
3. Attitude is a psichologycal tendency that is expressed by evaluating a particular
entity with some degree of favour or disfavour (Eagly and Chaiken, 1997). Mereka
berpendapat bahwa adalah sebuah kecenderungan psikologi yang diekspresikan
dengan penilaian sebuah identitas tertentu dengan beberapa tingkatan yang disukai
atau tidak disukai.
Dari definisi-definisi tersebut, tampak bahwa meskipun ada perbedaan, semua
sependapat bahwa ciri khas dari sikap adalah:
1. Mempunyai objek tertentu (orang, prilaku, konsep, situasi, benda, dan sebagainya)
2. Mengandung penilaian (setuju atau tidak setuju, suka atau tidak suka)(Sarlito
Wirawan Sarwono).
Dikutip dalam internet: perbedaan terletak pada proses terjadinya dan penerapan dari
konsep tentang sifat ini. Mengenai proses terjadinya sebagian besar pakar berpendapat
bahwa sikap adalah suatu yang dipelajari(bukan bawaan). Oleh karena itu sikap sikap lebih
bisa untuk dibentuk, dikembangkan, dipengaruhi dan diubah.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia oleh W.J.S. Poerwodarminto pengertian sikap
adalah perbuatan yang didasari oleh keyakinan berdasarkan norma-norma yang ada di
masyarakat dan biasanya norma agama. Namun demikian perbuatan yang akan dilakukan
manusia biasanya tergantung pada apa permasalahannya serta benar-benar berdasarkan
keyakinan atau keprcayaanny masing-masing.
Ada tiga macam sikap, yaitu:
1.Negatif : isi ajaran dan penganutnya tidak dihargai. Isi ajaran dan penganutnya
hanya dibiarkan saja karena dalam keadaan terpaksa. Conth PKI atau orang-orang
yang beraliran komunis di Indonesia pada zaman Indonesia baru merdeka.
44
2. Positif : isi ajarannya ditolak, namun penganutnya diterima serta dihargai.
Contoh Anda beragama Islam wajib menolak agama lain didasari oleh keyakinan
pada ajaran agama Anda, tetapi penganutnya atau manusiannya Anda hargai.
3.Ekumenis : isi ajaran serta penganutnya dihargai, karena dalam ajaran mereka itu
terdapat unsur-unsur kebenaran yang berguna untuk memperdalam pendirian dan
keprcayaan sendiri. Contohnya anda dengan teman anda sama-sama beragama Islam
atau Kristen tetapi berbeda aliran atau paham.
Sikap merupakan pengalaman subjektif, asumsi ini menjadi dasar untuk definisi-
definisi pada umumnya, meskipun beberapa penulis terutama Bem (1967), menganggap
bahwa berbagai pernyataan seseorang mengenai sikapnya merupakan kesimpulan dari
pengamatannya atas prilakunya sendiri.
Pengertian Perilaku
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia atau
human behavior. Bentuk tingkah laku manusia adalah segala aktivitas, perbuatan dan
penampilan diri sepanjang hidupnya. Bentuk tingkah laku manusia adalah aktivitas individu
dengan relasinya dalam lingkungannya behavior(tingkah laku) adalah reaksi total, motor, dan
kalenjer yang digerikan sewaktu organisme kepada sesuatu situasi yang dihadapi(Veithzal
Rivai, kepemimpinan dan perilaku Organisasi).
Setelah lama membangun teori dan dilakukan penelitian, disepakati bahwa prerilaku
adalah:
1.Prilaku adalah akibat
Contoh: seseorang yang akan dipecat dari perusahaan akan bekerja keras
mencari lowongan kerja untuk mempertahankan hidupnya.
2.Perilaku diarahkan oleh tujuan
Contoh: seorang manager melihat tingkah efektifitas kerja bawahannya rendah
karena pendidikannya yang rendah maka diperlukan pelatihan atau kursus untuk
meningkatkan produktifitasnya.
3.Perilaku yang diamati bisa diukur
Contoh: membuat laporan, menyusun program
4.Perilaku yang tidak dapat secara langsung diamati
Contoh: berpikir
5.Perilaku dimotivasi atau didorong
45
Contoh: seseorang akan termotivasi dengan adanya sesuatu yang lebih baik.
Jadi dapat kita simpulkan, bahwa perilaku menghasilkan sikap dalam arti kata
perilaku adalah sesuatu sifat yang ada dalam diri kita yang melahirkan sikap.
Teori Pembentukan Sikap
Dalam hal ini yang saya temukan hanyalah “pembentukan dan perubahan sikap”.
Sikap setiap orang sama dalam perkembangannya, tetapi berbeda dalam
pembentukannya(Krech, Crutchfield, dan Ballachey, 1965) hal ini meyebabkan adanya
perbedaan sikap seseorang individu dengan sikap temannya, familinya, dan tetangganya.
Banyak hal yang harus kita ketahui untuk mengetahui karakteristik sikap.
Umpamaannya, jika kita meramalkan tingkah laku seseorang dalam waktu tertentu atau jika
kita ingin mengontrol tindakannya, kita harus mengetahui cara sikap itu berkembang dan
berubah.
Sikap dapat terbentuk atau berubah melalui 4 macam cara:
1.Adopsi
Kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang-ulang dan terus-
menerus, lama-kelamaan secara bertahap diserap ke dalam diri individu dan
mempengaruhi terbentuknya suatu sikap.
2.Diferensiasi
Dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan dengan
bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang
tersendiri lepas dari jenisnya.
3.Integrasi
Pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai
pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tertentu sehingga akhirnya terbentuk
sikap mengenai hal tersebut.
4.Trauma
Pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan, yang meninggalkan kesan mendalam
pada jiwa orang yang bersangkutan.
Pembentukan sikap dipengaruhi oleh:
1.Pengalaman pribadi
2. Kebudayaan
46
3. Orang lain yang dianggap penting
4. Media Massa
5. Institusi/Lembaga Pendidikan dan Agama
6. Emosi
Teori Perilaku dan Pembentukan Perilaku
Telah dipaparkan di depan bahwa perilaku manusia tidak dapat lepas dari adanya
individu itu sendiri dan lingkungn dimana individu itu berperilaku manusia didorong oleh
motif tertentu sehingga manusia itu berperilaku. Dalam hal ini ada beberapa teori, diantara
teori-teori tersebut dapat dikemukakan:
1. Teori insting
Teori ini dikemukakan oleh Mc. Dougal sebagai pelopor dari psikologi sosial
yang menerbitkan buku psikologi sosial pertama kali. Menurutnya, perilaku itu
disebakan oleh insting. Mc. Dougal mengajukan suatu daftar insting, insting
merupakan suatu innate, perilaku bawaan dan insting akan mengalami perubahan
karena pengalaman.
2. Teori dorongan (drive theory)
Teori ini bertitik tolak pada pandangan bahwa organisme itu mempunyai
dorongan-dorongan.
3. Teori insentif
Teori ini bertitik tolak pada pendapat bahwa perilaku organisme itu
disebabkan karena adanya insentif-insentif. Dengan insentiv akan mendorong
organisme berbuat atau berperilaku.
4. Teori atribusi
Teori ini menjelaskan tentang sebab-sebab prilaku seseorang.
5. Teori kognitif
Apabila seseorang harus memilih perilaku mana yang harus dilakukan, maka
yang bersangkutan akan memilih alternative karena akan membawa manfaat yang
sebesar-besarnya.
Kesesuaian Sikap dan Perilaku
47
Adanya ketidaksamaan antara sikap dan perilaku, sudah diketahui oleh para pakar
sejak lama. Hartshorne and May (1928) misalnya, menemukan bahwa kecurangan dalam
hubungan dalam situasi tertentu(mencontek ulangan) belum tentu berkorelasi dengan
kecurangan dalam situasi yang lain(misalnya, berbohong kepada teman di luar kelas).
Penelitian yang dilakukan oleh bagian psikologi sosial, fakultas psikologi Universitas
Indonesia dikalangan sejumlah ibu dan balita di Jakarta, menunjukan bahwa sikap mereka
terhadap pengobatan dengan oralit bagi anak-anak mereka yang menderita muntah berat
adalah positif. Akan tetapi, pada saat kejadian yang sesungguhnya mereka akan
menggunakan pengobatan tradisioanal(Sarwono dkk, 1989 dan 1990).
Karena banyak penelitian membuktikan bahwa sikap tidak meramalkan perilaku,
pendapat bahwa psikologi tidak perlu digunakan konsep sikap (sebagai faktor internal atau
laten) tetapi langsung saja teliti perilakunya.
Hubungan dengan hasil penelitian yang kontradiktif (Warner dan Defleur)
mengemukakan tiga postulat, untuk mengidentifikasi tiga pandangan umum mengenai
hubungan sikap dan perilaku, yaitu:
1. Postulat konsistensi
Postulat konsistensi mengatakan bahwa sikap verbal merupakan petunjuk yang cukup
akurat untuk memprediksikan apa yang akan dilakukan seseorang bila ia dihadapkan pada
suat objek sikap.
2.Postulat Variasi independent
Postulat Variasi independent menyatakan bahwa tidak ada alasan untuk
menyimpulkan bahwa sikap dan perilaku berhubungan secara konsisten.
3.Postulat konsistensi tergantung
Postulat konsistensi tergantung menyatakan bahwa hubungan sikap dan perilaku
sangat ditentukan oleh faktor-faktor situasional tertentu.
Tampaknya postulat terakhir ini adalah postulat yang paling masuk akal dan paling
berguna menjelaskan hubungan sikap dengan perilaku.
Karakteristik Sikap
1. Sikap disimpulkan dari cara-cara individu bertingkah laku.
48
2. Sikap mengarah kepada obyek psikologis atau kategori, dalam hal ini skema yang
dimiliki orang menentukan bagaimana mereka mengkategorisasikan target obyek
dimana sikap diarahkan.
3. Sikap dipelajari.
4. Sikap mempengaruhi perilaku. Pengukuhan sikap yang mengarah pada satu obyek
memberikan alasan untuk berperilaku mengarah pada obyek itu dengan suatu cara
tertentu.
Fungsi Sikap
1. Utilitarian Function, dimana sikap memungkinkan untuk memperoleh atau
memaksimalkan ganjaran (reward) atau persetujuan dan meminimalkan hukuman.
Dengan kata lain sikap dapat berfungsi sebagai penyesuaian sosial, misalnya
seseorang dapat memperbaiki ekspresi dari sikapnya terhadap sesuatu obyek tertentu
untuk mendapatkan persetujuan atau dukungan.
2. Knowledge Function, yaitu bahwa sikap membantu dalam memahami lingkungan
(sebagai skema) dengan melengkapi ringkasan evaluasi tentang obyek dan kelompok
obyek atau segala sesuatu yang dijumpai di dunia ini.
3. Value-Expressive Function, yaitu sikap kadang-kadang mengkomunikasikan nilai
dan identitas yang dimiliki seseorang terhadap orang lain.
4. Ego-Defensive Function, yaitu sikap melindungi diri, menutupi kesalahan, agresi dan
sebagainya dalam rangka mempertahankan diri.
Dampak Sikap terhadap Tingkah Laku
1. Jika situasi memungkinkan (tidak ada hambatan norma), maka individu lebih bebas
menampilkan tingkah lakunya.
2. Jika ada tekanan/keterbatasan waktu individu, tidak lama berpikir, sikap sama dengan
tingkah laku.
3. Jika situasinya sesuai dengan sikap yang kita miliki, maka individu cenderung
menampilkan tingkah lakunya
Taman Keenam
Prasangka Sosial
49
rasangka sosial merupakan fenomena yang sering terjadi di sekitar kita, baik dalam
skala kecil di lingkungan kampus, kost-kostan, tempat rekreasi, maupun dalam
skala besar seperti prasangka sosial antar negara dan organisasi besar lainnya.
Prasangka ini sendiri ada yang baik dan ada yang buruk. Namun, yang jadi masalah bukanlah
baik atau buruknya, namun kita tidak bisa menilai sesuatu berdasarkan prasangka semata.
Bagaimana sebenarnya psikologi mengkaji masalah ini ? Normalkah ini ? Untuk
mengetahuinya, silahkan baca bab ini dengan seksama. Selamat membaca !
P
Pengertian Prasangka Sosial
Menurut Worchel dan kawan-kawan (2000) prasangka dibatasi sebagai sifat negatif
yang tidak dapat dibenarkan terhadap suatu kelompok dan individu anggotanya.
Prasangka atau prejudice merupakan perilaku negatif yang mengarahkan kelompok pada
individualis berdasarkan pada keterbatasan atau kesalahan informasi tentang kelompok.
Prasangka juga dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang bersifat emosional, yang akan
mudah sekali menjadi motivator munculnya ledakan sosial. Menurut Mar’at (1981),
prasangka sosial adalah dugaan-dugaan yang memiliki nilai positif atau negatif, tetapi
biasanya lebih bersifat negatif.
Sedangkan menurut David O. Sears dan kawan-kawan (1991), prasangka sosial
adalah penilaian terhadap kelompok atau seorang individu yang terutama didasarkan pada
keanggotaan kelompok tersebut, artinya prasangka sosial ditujukan pada orang atau
kelompok orang yang berbeda dengannya atau kelompoknya.
Selanjutnya Kartono, (1981) menguraikan bahwa prasangka merupakan penilaian
yang terlampau tergesa-gesa, berdasarkan generalisasi yang terlampau cepat, sifatnya
berat sebelah dan dibarengi tindakan yang menyederhanakan suatu realitas. Prasangka
sosial menurut Papalia dan Sally, (1985) adalah sikap negatif yang ditujukan pada orang
lain yang berbeda dengan kelompoknya tanpa adanya alasan. yang mendasar pada pribadi
orang tersebut.
Menurut Sears, individu yang berprasangka pada umumnya memiliki sedikit
pengalaman pribadi dengan kelompok yang diprasangkai. Prasangka cenderung tidak
50
didasarkan pada fakta-fakta objektif, tetapi didasarkan pada fakta-fakta yang minim yang
diinterpretasi secara subjektif. Jadi, dalam hal ini prasangka melibatkan penilaian apriori
karena memperlakukan objek sasaran prasangka (target prasangka) tidak berdasarkan
karakteristik unik atau khusus dari individu, tetapi melekatkan karakteristik kelompoknya
yang menonjol.
Ciri-Ciri Prasangka Sosial
Ciri-ciri prasangka sosial menurut Brigham (1991) dapat dilihat dari kecenderungan
individu untuk membuat kategori sosial (social categorization). Kategori sosial adalah
kecenderungan untuk membagi dunia sosial menjadi dua kelompok, yaitu “kelompok
kita” (in group) dan “kelompok mereka” (out group). In group adalah kelompok sosial
dimana individu merasa dirinya dimiliki atau memiliki (“kelompok kami”). Sedangkan
out group adalah grup di luar grup sendiri (“kelompok mereka”). Ciri-ciri dari prasangka
sosial berdasarkan penguatan perasaan in group dan out group adalah:
1. Proses generalisasi terhadap perbuatan anggota kelompok lain
Menurut Ancok dan Suroso (1995), jika ada salah seorang individu dari kelompok
luar berbuat negatif, maka akan digeneralisasikan pada semua anggota kelompok luar.
Sedangkan jika ada salah seorang individu yang berbuat negatif dari kelompok
sendiri, maka perbuatan negaitf tersebut tidak akan digeneralisasikan pada anggota
kelompok sendiri lainnya.
2. Kompetisi sosial
Kompetisi sosial merupakan suatu cara yang digunakan oleh anggota kelompok untuk
meningkatkan harga dirinya dengan membandingkan kelompoknya dengan kelompok
lain dan menganggap kelompok sendiri lebih baik daripada kelompok lain.
3. Penilaian ekstrim terhadap anggota kelompok lain
Individu melakukan penilaian terhadap anggota kelompok lain baik penilaian positif
ataupun negatif secara berlebihan. Biasanya penilaian yang diberikan berupa penilaian
negatif.
4. Pengaruh persepsi selektif dan ingatan masa lalu
Pengaruh persepsi selektif dan ingatan masa lalu biasanya dikaitkan dengan
stereotipe. Stereotipe adalah keyakinan (belief) yang menghubungkan sekelompok
individu dengan ciri-ciri sifat tertentu atau anggapan tentang ciri-ciri yang dimiliki
oleh anggota kelompok luar. Jadi, stereotipe adalah prakonsepsi ide mengenai
51
kelompok, suatu image yang pada umumnya sangat sederhana, kaku, dan klise serta
tidak akurat yang biasanya timbul karena proses generalisasi. Sehingga apabila ada
seorang individu memiliki stereotipe yang relevan dengan individu yang
mempersepsikannya, maka akan langsung dipersepsikan secara negatif.
5. Perasaan frustasi (scope goating)
Menurut Brigham (1991), perasaan frustasi (scope goating) adalah rasa frustasi
seseorang sehingga membutuhkan pelampiasan sebagai objek atas
ketidakmampuannya menghadapi kegagalan. Kekecewaan akibat persaingan antar
masing-masing individu dan kelompok menjadikan seseorang mencari pengganti
untuk mengekspresikan frustasinya kepada objek lain. Objek lain tersebut biasanya
memiliki kekuatan yang lebih rendah dibandingkan dengan dirinya sehingga membuat
individu mudah berprasangka.
6. Agresi antar kelompok
Agresi biasanya timbul akibat cara berpikir yang rasialis, sehingga menyebabkan
seseorang cenderung berperilaku agresif.
7. Dogmatisme
Dogmatisme adalah sekumpulan kepercayaan yang dianut seseorang berkaitan dengan
masalah tertentu, salah satunya adalah mengenai kelompok lain. Bentuk dogmatisme
dapat berupa etnosentrisme dan favoritisme. Etnosentrisme adalah paham atau
kepercayaan yang menempatkan kelompok sendiri sebagai pusat segala-galanya.
Sedangkan, favoritisme adalah pandangan atau kepercayaan individu yang
menempatkan kelompok sendiri sebagai yang terbaik, paling benar, dan paling
bermoral.
Sumber-Sumber Prasangka Sosial
Sumber penyebab prasangka secara umum dapat dilihat berdasarkan tiga pandangan,
yaitu:
A. Ketidaksetaraan Sosial
Ketidaksetaraan sosial ini dapat berasal dari ketidaksetaraan status dan prasangka
serta agama dan prasangka. Ketidaksetaraan status dan prasangka merupakan
kesenjangan atau perbedaan yang mengiring ke arah prasangka negatif. Sebagai
contoh, seorang majikan yang memandang budak sebagai individu yang malas, tidak
bertanggung jawab, kurang berambisi, dan sebagainya, karena secara umum ciri-ciri
52
tersebut ditetapkan untuk para budak. Agama juga masih menjadi salah satu sumber
prasangka. Sebagai contoh kita menganggap agama yang orang lain anut itu tidak
sebaik agama yang kita anut.
B. Identitas Sosial
Identitas sosial merupakan bagian untuk menjawab “siapa aku?” yang dapat dijawab
bila kita memiliki keanggotaan dalam sebuah kelompok. Kita megidentifikasikan diri
kita dengan kelompok tertentu (in group), sedangkan ketika kita dengan kelompok
lain kita cenderung untuk memuji kebaikan kelompok kita sendiri.
C. Konformitas
Konformitas juga merupakan salah satu sumber prasangka sosial. Menurut penelitian
bahwa orang yang berkonformitas memiliki tingkat prasangka lebih tinggi
dibandingkan dengan yang tidak berkonformitas.
1. Prasangka secara Emosional
Prasangka sering kali timbul dipicu oleh situasi sosial, padahal faktor emosi juga
dapat memicu prasangka sosial. Secara emosional, prasangka dapat dipicu oleh
frustasi dan agresi, kepribadian yang dinamis, dan kepribadian otoriter.
2. Prasangka Kognitif
Memahami stereotipe dan prasangka akan membantu memahami bagaimana otak
bekerja. Selama sepuluh tahun terakhir, pemikiran sosial mengenai prasangka
adalah kepercayaan yang telah distereotipekan dan sikap prasangka timbul tidak
hanya karena pengkondisian sosial, sehingga mampu menimbulkan pertikaian,
akan tetapi juga merupakan hasil dari proses pemikiran yang normal. Sumber
prasangka kognitif dapat dilihat dari kategorisasi dan simulasi distinktif.
Menurut Blumer, (dalam Zanden, 1984) salah satu penyebab terjadinya prasangka
sosial adalah adanya perasaan berbeda dengan kelompok lain atau orang lain misalnya
antara kelompok mayoritas dan kelompok minoritas. Prasangka sosial terhadap
kelompok tertentu bukanlah suatu tanggapan yang dibawa sejak lahir tetapi merupakan
sesuatu yang dipelajari. Menurut Kossen (1986) seseorang akan belajar dari orang lain
atau kelompok tertentu yang menggunakan jalan pintas mental prasangka. Jadi,
seseorang memiliki prasangka terhadap orang lain karena terjadinya proses belajar.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prasangka Sosial
53
Proses pembentukan Prasangka sosial menurut Mar’at (1981) dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu :
1. Pengaruh Kepribadian
Dalam perkembangan kepribadian seseorang akan terlihat pula pembentukan
prasangka sosial. Kepribadian otoriter mengarahkan seseorang membentuk suatu
konsep prasangka sosial, karena ada kecenderungan orang tersebut selalu merasa
curiga, berfikir dogmatis dan berpola pada diri sendiri.
2. Pendidikan dan Status
Semakin tinggi pendidikan seseorang dan semakin tinggi status yang dimilikinya akan
mempengaruhi cara berfikirnya dan akan meredusir prasangka sosial.
3. Pengaruh Pendidikan Anak oleh Orangtua
Dalam hal ini orang tua memiliki nilai-nilai tradisional yang dapat dikatakan berperan
sebagai famili ideologi yang akan mempengaruhi prasangka sosial.
4. Pengaruh Kelompok
Kelompok memiliki norma dan nilai tersendiri dan akan mempengaruhi pembentukan
prasangka sosial pada kelompok tersebut. Oleh karenanya norma kelompok yang
memiliki fungsi otonom dan akan banyak memberikan informasi secara realistis atau
secara emosional yang mempengaruhi sistem sikap individu.
5. Pengaruh Politik dan Ekonomi
Politik dan ekonomi sering mendominir pembentukan prasangka sosial. Pengaruh
politik dan ekonomi telah banyak memicu terjadinya prasangka sosial terhadap
kelompok lain misalnya kelompok minoritas.
6. Pengaruh Komunikasi
Komunikasi juga memiliki peranan penting dalam memberikan informasi yang baik
dan komponen sikap akan banyak dipengaruhi oleh media massa seperti radio,
televisi, yang kesemuanya hal ini akan mempengaruhi pembentukan prasangka sosial
dalam diri seseorang.
7. Pengaruh Hubungan Sosial
Hubungan sosial merupakan suatu media dalam mengurangi atau mempertinggi
pembentukan prasangka sosial. Sehubungan dengan proses belajar sebagai sebab yang
menimbulkan terjadinya prasangka sosial pada orang lain, maka dalam hal ini orang
tua dianggap sebagai guru utama karena pengaruh mereka paling besar pada tahap
modelling pada usia anak-anak sekaligus menanamkan perilaku prasangka sosial
kepada kelompok lain. Modelling sebagai proses meniru perilaku orang lain pada usia
54
anak-anak, maka orang tua dianggap memainkan peranan yang cukup besar. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ashmore dan DelBoka, (dalam Sears et
all, 1985) yang menunjukkan bahwa orang tua memiliki peranan yang penting dalam
pembentukan prasangka sosial dalam diri anak.
Dari uraian singkat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa prasangka sosial terjadi
disebabkan adanya perasaan berbeda dengan orang lain atau kelompok lain. Selain itu
prasangka sosial disebabkan oleh adanya proses belajar, juga timbul disebabkan oleh
adanya perasaan membenci antar individu atau kelompok misalnya antara kelompok
mayoritas dan kelompok minoritas.
Prasangka sosial pada diri seseorang menurut Kossen (1986) dipengaruhi oleh
ketidaktahuan dan ketiadaan tentang objek atau subjek yang diprasangkainya. Seseorang
sering sekali menghukum atau memberi penilaian yang salah terhadap objek atau subjek
tertentu sebelum memeriksa kebenarannya, sehingga orang tersebut memberi penilaian
tanpa mengetahui permasalahannya dengan jelas, atau dengan kata lain penilaian tersebut
tidak didasarkan pada fakta-fakta yang cukup.
Cara Mengurangi Prasangka Sosial
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi dan mencegah
timbulnya prasangka, yaitu:
1. Melalukan kontak langsung
2. Mengajarkan pada anak untuk tidak membenci
3. Mengoptimalkan peran orang tua, guru, individu dewasa yang dianggap penting oleh
anak dan media massa untuk membentuk sikap menyukai atau tidak menyukai
melalui contoh perilaku yang ditunjukkan (reinforcement positive).
4. Menyadarkan individu untuk belajar membuat perbedaan tentang individu lain, yaitu
belajar mengenal dan memahami individu lain berdasarkan karakteristiknya yang
unik, tidak hanya berdasarkan keanggotaan individu tersebut dalam kelompok
tertentu. Menurut Worchel dan kawan-kawan (2000), upaya tersebut akan lebih
efektif jika dibarengi dengan kebijakan pemerintah melalui penerapan hukum yang
menjunjung tinggi adanya persamaan hak dan pemberian sanksi pada tindakan
diskriminasi baik berdasarkan ras, suku, agama, jenis kelamin, usia, dan faktorfaktor
lainnya.
55
Terbentuknya Jarak Sosial
Prasangka sosial merupakan gejala psikologi sosial, prasangka sosial ini merupakan
masalah yang penting di bahas di dalam intergroup relation, prasangka sosial atau juga
prasangka kelompok yaitu suatu prasangka yang diperlihatkan anggota-anggota suatu
kelompok terhadap kelompok-kelompok lain termasuk para anggotanya satu kelompok
menilai kelompok lain dengan norma atau ukuran yang terdapat di dalam kelompoknya
sendiri.
1. Dengan adanya penyelidikan yang cukup lama terlihat bahwa sosial distance di
hembuskan dari grup yang dominan sesuai dengan status dan sudut pandangannya.
Agar grup-grup yang lemah atau gruop minoritas dapat di terima kedalam grup
moyoritas mau tidak mau harus mnyesuaikna diri dengan kelompok mayoritas dan ia
harus mnerima status yang diberikan.
2. Adanya rasa superioritas atau keunggulan kelompok atas kelompok yang lain, rasa
superioritas bisa bersumber pada agama, geografis rasa, warna kulit dan sebagainya,
anggota keolompok di sini menganggap bahwa kelompok lain berada jauh di bawah
kelompoknya.
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan prasangka antara lain: Warna kulit, tingkat
hidup, agama dan sebagainya. Pada tahun 1935 dodd di dalam penelitianya menemukan
bahwa social distance yang terbesar ada pada kelompok keagamaan. Timbulnya
prasangka dapat diperkuat oleh keadaan politik individu atau kelompok yang diliputi
prasangka memiliki sikap serta pandangan yang tidak obyektif dan wajar. Hal ini tentu
saja merupakan perkembangan kepribadianya.
Usaha Menangani Prasangka Sosial
Usaha-usaha mengurangi prasangka sosial antara golongan itu kiranya jelas harus
dimulai pada didikan, jelasnya bahwa opasangka sosial itu sebenarnya adalah karena
salah sangka, miss informasi, miss interpretasi. Oleh karena itu usah untuk mengurangi
56
atau menghilangkan prasangka tetap dijalankan, dikembangkan dan diusahakan
perbaikannya. Usaha mengurangi prasangka ini dibedakan atas atas dua usaha.
a. Usaha preventif: ini berupa usaha jangan sampai orang atau kelompok terkena
prasangaka. Menciptakan situasi atau susasana yang tentram, damai, jauh dari rasa
permusahan. Melainkan dalam arti lapang dada dalam bergaul dengan sessama
manusia meskipun ada perbedaan, perbedaan bukan berarti pertentangan ,
memperpendek jarak sosial sehingga tidak sempat timbul prasangka. Usaha ini
sebaiknya harus di lakukan oleh orang tua pada anak, guru terhadap anak didiknya,
masyarkat, media dan sebagainya.
b. Usaha curatif. Usaha ini menyembuhkan orang yang sudah terkena prasangka, usaha
disini berupa usaha menyadarkan. Prasangka adalah hal yang selalu merugikan tidak
ada hal yang bersifat positif bagi kehidupan bersama , justru adanya prasangka itu
pihak luar/pihak ketiga melahan dapat menarik kuntungan dengan jalan memperalat
atau menimbulkan suasana panas dan kacau dari golongan yang diprasangkai demi
keuntungan pihak ketiga
Stereotip
Stereotip merupakan gambaran atau tanggapan tertentu seseorang terhadap
individu/kelompok yang diprasangkai. Menurut Johnson & Johnson stereotipe
dilestarikan dan dikukuhkan dalam empat cara:
1. Stereotipe mempengaruhi apa yang kita rasakan dan kita ingat berkenaan dengan
tindakan orang-orang dari kelompok lain.
2. Stereotipe membentuk penyederhanaan gambaran secara berlebihan pada anggota
kelompok lain. Individu cenderung untuk begitu saja menyamakan perilaku individu-
individu kelompok lain sebagi tipikal sama.
3. Stereotipe dapat menimbulkan pengkambing hitaman.
Dampak Prasangka Sosial
Prasangka sosial menurut Rose, (dalam Gerungan, 1981) dapat merugikan masyarakat
secara dan umum dan organisasi khususnya. Hal ini terjadi karena prasangka sosial dapat
menghambat perkembangan potensi individu secara maksimal.
57
Selanjutnya Steplan (1978) menguraikan bahwa prasangka sosial tidak saja
mempengaruhi perilaku orang dewasa tetapi juga anak-anak sehingga dapat membatasi
kesempatan mereka berkembang menjadi orang yang memiliki toleransi terhadap
kelompok sasaran misalnya kelompok minoritas. Rosenbreg dan Simmons, (1971) juga
menguraikan bahwa prasangka sosial akan menjadikan kelompok individu tertentu
dengan kelompok individu lain berbeda kedudukannya dan menjadikan mereka tidak
mau bergabung atau bersosialisasi. Apabila hal ini terjadi dalam organisasi atau
perusahaan akan merusak kerjasama. Selanjutnya diuraikan bahwa prasangka sosial
dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama karena prasangka sosial merupakan
pengalaman yang kurang menyenangkan bagi kelompok yang diprasangkai tersebut.