Kuliah 1 Psikologi Sosial 1 Paradigma Dan Paradigma Dalam Psikologi Sosial

download Kuliah 1 Psikologi Sosial 1 Paradigma Dan Paradigma Dalam Psikologi Sosial

of 14

Transcript of Kuliah 1 Psikologi Sosial 1 Paradigma Dan Paradigma Dalam Psikologi Sosial

KULIAH 1 PSIKOLOGI SOSIAL 1

PARADIGMA DAN PARADIGMA DALAM PSIKOLOGI SOSIALOleh : Prof Dr. Suryanto, dkk. Departemen Psikologi SOsial Fakultas Psikologi

APAKAH PARADIGMA ITU?Paradigma merupakan cara pandang seseorang terhadap sesuatu Kata paradigma mungkin masih asing di telinga kita. Kata ini lazim digunakan di lingkungan akademis yang terpalajar, karena paradigma dapat membantu kita untuk membentuk cara pandang dalam melihat suatu fenomena yang mengemuka dalam kehidupan. Dengan menggunakan paradigma, seorang ilmuwan atau peneliti dapat melihat suatu fenomena atau kasus yang muncul dan yang ada di tengah-tengah masyarakat.

Beberapa Definisi Paradigmaparadigma sebagai suatu pandangan mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan (subyek matter) yang semestinya dipelajari. (Robert Fredrichs,1970). a set of basic belief (or metaphysic) that deals with ultimite or first principle dan a world view that defines, for its holder, at the nature of the world. Guba (1974)

PARADIGMA ILMU PENGETAHUANThe Structure of Scientific Revolutions Thomas Kuhn mendefinisikan paradigma ilmu pengetahuan sebagai: Apa yang akan diamati dan diteliti Jenis pertanyaan yang seharusnya ditanyakan dan diselidiki untuk jawaban yang berkaitan dengan subjek ini Bagaimana pertanyaan-pertanyaan ini harus terstruktur Bagaimana hasil penyelidikan ilmiah harus ditafsirkan

Paradigma ilmu pengetahuan sebagai kerangka berfikir tentang gejala-gejala yang ada di kehidupan sekitar memiliki berbagai macam jenis seperti 1. Paradigma Kualitatif yaitu proses penelitian berdasarkan metodologi yang menyelidiki fenomena sosial untuk menemukan teori dari lapangan secara deskriptif dengan menggunakan metode berpikir induktif 2. Paradigma Deduksi yaitu penelitian dengan pendekatan kuantitatif dan Induksi yaitu penelitian dengan pendekatan kualitatif 3. Paradigma Rekonstruksi Teori yaitu Model penyelidikan ilmiah yang berusaha merancang kembali teori atau metode yang telah ada dan digunakan dalam penelitian. Agar model rekonstruksi teori dapat diterapkan dengan baik, pemilihan dan penguasaan teori tertentu yang dianggap relevan dengan penelitian sangat menunjang keberhasilan teorinya.

PRADIGMA DALAM ILMU SOSIAL1. Paradigma Positivisme-empiris oleh penganut aliran ini bahasa dipandang sebagai jembatan antara manusia dengan obyek diluar dirinya. Salah satu ciri dari paradigma ini adalah pemisahan antara pemikiran dengan realitas. Dalam kaitannya dengan analisis wacana konsekuensi logis dari pemikiran ini adalah orang tidak perlu mengetahui makna-makna subyektif atau nilai yang mendasari pernyataannya sebab yang terpenting adalah apakah pernyataan itu dilontarkan secara benar menurut kaidah sintaksis dan semantik. 2. Kedua adalah paradigma Konstruktivisme. Paradigma ini banyak dipengaruhi oleh pandangan fenomenologi. Aliran ini menolak pandangan empirisme yang memisahkan subyek dan obyek bahasa. Dalam pandangan paradigma ini bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas obyektif belaka dan yang dipisahkan dari subyek sebagai penyampai pernyataan. Konstruktivisme justru menganggap subyek sebagi faktor sentral dalam kegiatan wacana serta hubunganhubungan sosialnya. 3. Ketiga adalah Paradigma Kritis. Paradigma ini hanya sebatas memenuhi kekurangan yang ada dalam paradigma konstruktivisme yang kurang sensitif pada proses produksi dan reproduksi makna yang terjadi secara historis maupun institusional. Seperti ditulis AS. Hikam paradigma Konstruktivisme masih belum menganalisa faktor-faktor hubungan kekuasaan yang inheren dalam setiap wacana yang pada gilirannya berperan sebagai pembentuk jenis-jenis subyek tertentu berikut perilakuperilakunya. Paradigma ini bersumber pada pemikiran Frankfurt School, yang berusaha mengkritisi pandangan konstruktivis. Ia bersumber dari gagasan Marx dan Hegel jauh sebelum sekolah Frankfurt berdiri.

Paradigma yang digunakan oleh kelompok pertama adalah bahwa psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang manusia dengan segala kompleksitas yang ada dalam dirinya, sehingga tidak mungkin bagi kita untuk menjadikannya sebagai ilmu yang benar-benar 'eksak' dan 'obyektif'. Hal ini dikarenakan manusia itu sendiri senantiasa berubah, antara yang satu dengan yang lain memiliki begitu banyak perbedaan, baik dari segi kultur, tradisi, lingkungan fisik, lingkungan sosial, ataupun pengalaman. Kalau kemudian kita ingin memaksakan apa yang disebut obyektifitas, ketepatan ilmiah, dan univerasalitas ilmiah, maka hal itu akan mereduksi makna ilmu psikologi itu sendiri, sehingga ia menjadi ilmu yang kaku, statis, dan tidak peka lingkungan (dinamika realitas). Sedangkan kelompok kedua berpandangan bahwa kalau memang psikologi ingin disebut sebagai ilmu yang benar-benar ilmiah, maka 'mau tidak mau' ia harus 'menyesuaikan diri' dengan standar ilmiah keilmuan, yaitu empiris, obyektif, bebas nilai (netral), dan rasional.

PARADIGMA DALAM PSIKOLOGI ?Hingga kini, belum jelas apakah ada paradigma atau tidak dalam psikologi Pada awalnya gagasan tentang ilmu psikologi merupakan ilmu yang mempelajari jiwa, namun karena tidak dianggap illmiah dalam artian obyektif, netral, bebas nilai, dan empiris, maka ia kemudian direduksi menjadi ilmu yang hanya mempelajari perilaku (yang tampak) dan prosesproses mental (fisiologis) yang melatarbelakanginya. Apabila subject matter ini menjadi dasar lahirnya paradigma, maka psikologi akan memiliki paradigma : berdasarkan ilmu jiwa, paradigma perilaku dan proses mental Paradigma pertama dikenal sebagai mentalistis Paradigma kedua lebih positivistik (behavioristik) Paradigma ketiga disebut sebagai Kognitif

Paradigma positivistik inilah yang telah mengerdilkan dan mereduksi makna dan tujuan awal dari berbagai cabang ilmu pengetahuan (untuk mengatasi permasalahan manusia secara bijak dan bermoral), termasuk ilmu psikologi. Sehingga tidak heran bila kemudian ada pemisahan antara apa yang disebut ilmu dengan nilai atau moralitas ilmiah. Padahal, seharusnya keduanya menjadi satu-kesatuan yang utuh sebagai landasan fundamental bagi kerja-kerja keilmuan yang sebenarnya, yaitu bertujuan untuk mensejahterakan umat manusia secara utuh. Selain itu, paradigma positivistik tersebut telah membuat kita luput dan melupakan relasi atau hubungan yang berjalin di antara berbagai aspek bidang keilmuan, misalnya psikologi sendiri yang sebenarnya memiliki kaitan erat dengan politik, budaya, hukum, agama, dan sebagainya. Jadi, akankah ilmu psikologi terus-menerus 'latah' sebagai ilmu hanya karena ingin disebut 'ilmiah'?

PSIKOLOGI SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN1. Ilmu psikologi merupakan bagian dari ilmu sosial yang memiliki metode dan cara kerja yang khas (lebih bersifat fenomenologis, kualitatif, dan interpretatif), 2. Banyak juga yang berpendapat bahwa meskipun begitu, psikologi seharusnya mampu berdiri sejajar dengan ilmu-ilmu yang 'ilmiah' dan 'obyektif' lainnya, seperti fisika, kimia, matematika, dan biologi (sehingga harus menggunakan metode yang bersifat pasti, eksak, kuantitatif).

Ilmu psikologi telah berkembang cukup pesat sejak pertama kali dipelajari.

PERSPEKTIF DALAM PSIKOLOGI SOSIAL1. Sociocultural Perspective Menekankan pada pentingnya norma sosial dan kultur (budaya) Memiliki proposisi bahwa belajar perilaku melalui peroses pemecahaman masalah dalam interaksi antara anak dengan orang dewasa. Dari interaksi ini anak-anak belajar tentang nilai dan norma yang dari masyarakat dimana mereka tinggal

2. Evolutionary Perspective

Berargumentasi bahwa perilaku sosial dikembangkan melalui faktor genetik dan keturunan pewarisan. Menekankan peran biologi dan transmisi gen antar generasi untuk menjelaskan perilaku

Perspektif (lanjutan)3. Social Learning Perspective Menekankan pada pentingnya keunikan pengalaman dalam keluarga, sekolah, komunitas, dan sebagainya Menurut pandangan ini, kita belajar perilaku melalui observasi dan meniru (mimicking) Perilaku dari orang lain

4. Social-Cognitive Perspective

Mendukung model pemrosesan informasi tentang perilaku sosial, dimana dalam proses ini kita memperhatikan, menginterpretasi, dan memutuskan tentang perilaku Pengalaman baru dapat dibentuk melalui asimilasi/assimilated (menggunakan pengetahuan / keyakinan lama untuk menginterpretasi kejadian), atau akomodasi/accommodated (mengubah keyakinan lama untuk merespon kejadian) Dengan memahami bagaimana informasi diproses, kita dapat memahami bagaimana pola pikiran (kognisi) dapat mempengaruhi periilaku manusia

Perspektif (lanjutan)5. Perspektif Struktural

Perspektif struktural lebih sering digunakan oleh para psikolog sosial yang berasal dari disiplin sosiologi. Perspektif struktural menekankan bahwa perilaku seseorang dapat dimengerti dengan sangat baik jika diketahui peran sosialnya. Hal ini terjadi karena perilaku seseorang merupakan reaksi terhadap harapan orang-orang lain. Perpeksif ini juga muncul dari pengaruh sosiologi terhadap psikologi

6. Perspektif Interaksionis Simbolik

Perspektif interaksionis lebih menekankan bahwa manusia merupakan agen yang aktif dalam menetapkan perilakunya sendiri, dan mereka yang membangun harapan-harapan sosial. Manusia bernegosiasi satu sama lainnya untuk membentuk interaksi dan harapannya.

SEKIAN DAN TERIMA KASIH