7/31/2019 Rangkuman Materi PGJ
1/14
Perencanaan Geometrik Jalan
Angkutan jalan merupakan salah satu jenis angkutan sehingga jaringan
jalan semestinya ditinjau sebagai bagian dari sistem angkutan transportasi
secara keseluruhan. Suatu sistem transportasi direncanakan untuk mengangkut
atupun memindahkan manusia atau barang dengan menggunakan berbagai alat
atau moda transportasi.
Moda jalan merupakan jenis moda yang penting dimana sifat dapat
melayani penggunanya secara door-to-door, yakni dapat melayani dari tempat
asal ke tempat tujuan yang umumnya berada di darat. Sementara itu angkutan
bergerak antara terminal ke terminal . Tingkat kemajuan suatu wilayah dapat
diukur dari kelengkapan jaringan transportasi yang dimilikinya, dimna semakinbaik jaringan transportasinya maka semakin tinggi nilai lahan di wilayah
tersebut.
Dasar hukum pembangunan dan pemeliharaan jalan adalah Undang-
undang No. 13 Tahun 1980 tentang jalan. Undang-undang ini terdiri atas 10 Bab
dan 24 pasal, diman Undang-undang ini dijelaskan secara rinci dalam PP No. 26
Tahun 1985.
Menurut UU No. 13/1980 dan PP No. 26/1985 , jalan dapat
diklasifikasikan menurut sistem jaringan, peranan, dan wewenang pembinaan.
a.Pengelompokan berdasarkan Sistem Jaringan
1. Sistem Jaringan Jalan Primer
Sebuah sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi
untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional dengan semua simpul
jasa distribusi yang keemudian berwujud kota.
2. Sistem Jaringan Jalan Sekunder
Sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk
masyarakat dalam kota.
7/31/2019 Rangkuman Materi PGJ
2/14
b.Pengelompokan berdasarkan Peranan
1. Jalan Arteri
Jalan yang melayani angkutan utama, dengan cirri-ciri:
o Perjalanan jarak jauh
o Kecepatan rata-rata tinggi
o Jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien
2. Jalan Kolektor
Jalan yang melayani angkutan pengumpulan atau pemabagian dengan ciri-ciri:
o Perjalanan jarak sedang
o Kecepatan rata-rata sedang
o Jumlah jalan masuk dibatasi
3. Jalan Lokal
Jalan yang melayani angkutan setempat dengan cirri-ciri:
o Perjalanan jarak dekat
o Kecepatan rata-rata rendah
o Jumlah jalan masuk tidak dibatasi
c. Pengelompokan berdasarkan Wewenang Pembinaan :
1. Jalan Nasional
Jalan yang mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan nasional
Jalan umum yang pembinaannya dilakukan oleh Menteri
Jalan arteri primer
7/31/2019 Rangkuman Materi PGJ
3/14
Jalan kolektor primer yang menghubungkan antar ibukota propinsi
2. Jalan Propinsi
Jalan umum yang pembinaannya dilakukan oleh Pemerintah Daerah.
Jalan kolektor primer yang menghubungkan ibukota propinsi dengan
ibukota kabupaten atau kotamadya.
Jalan yang mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan propinsi.
Jalan dalam Daerah khusus Ibukota Jakarta , kecuali yang termasuk
dalam jalan nasional.
3. Jalan Kabupaten
Jalan kolektor primer yang tidak termasuk jalan nasional dan propinsi.
Jalan lokal primer.
Jalan sekunder lain selain jalan nasional dan propinsi.
Jalan yang mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan kabupaten.
4. Jalan Kotamadya
Jaringan jalan sekunder di dalam kotamadya.
5. Jalan Desa
Jaringan jalan sekunder di dalam desa.
6. Jalan Khusus
Jalan yang pembinaannya tidak dilakukan oleh Menteri maupun
Pemerintah Daerah, tetapi dapat oleh Instansi, badan hokum, atau
perorangan yang bersangkutan.
Klasifikasi jalan sesuai rancangan Undang-Undang Tahun 2000
a. Pengelompokan jalan menurut system
7/31/2019 Rangkuman Materi PGJ
4/14
1. Sistem Jaringan Jalan Primer
Jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk pengembangan
semua wilayah, yang menghubungkan simpul jasa distribusi yang berwujud kota.
2. Sistem Jaringan Jalan Sekunder
Jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat di
dalam kota, yang menghubungkan antar dan dalam kawasan dalam kota.
b. Pengelompokan Jalan menurut fungsi:
1. Jalan Arteri
Jalan yang melayani angkutan utama, dengan cirri-ciri:
Perjalanan jarak jauh
Kecepatan rata-rata tinggi
Jumlah jalan msuk dibatasi secara efisien dengan memperhatikan
kapasitas jalan masuk
2. Jalan Kolektor
Jalan yang melayani angkutan pengumpulan atau pembagian dengan cirri-ciri:
Perjalanan jarak sedang
Kecepatan rata-rata sedang
Jumlah jalan masuk dibatasi
3. Jalan Lokal
Jalan yang melayani angkutan local, dengan ciri-ciri:
Perjalanan jarak dekat
Kecepatan rata-rata rendah
7/31/2019 Rangkuman Materi PGJ
5/14
Jumlah jalan masuk tidak dibatasi
4. Jalan Lingkungan
Jalan yang melayani angkutan lingkungan , dengan cirri-ciri:
Perjalanan jarak pendek
Kecepatan rendah
c. Pengelompokan Jalan menurut status
1. Jalan Nasional
Jalan umum dengan fungsi arteri primer
Menghubungkan antar ibukota propinsi
Menghubungkan antar Negara
Jalan yang bersifat strategis nasional
2. Jalan Propinsi
Jalan umum dengan fungsi kolektor primer
Menghubungkan ibukota propinsi dengan ibukota kabupaten atau kota
Menghubungkan antar ibukota kabupaten atau antar kota
Jalan yang bersifat strategis nasional
3.Jalan Kabupaten
Jalan umum dengan fungsi local primer
Menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan
Menghubungkan antar ibukota kecamatan
Jalan strategis local di daerah kabupaten
7/31/2019 Rangkuman Materi PGJ
6/14
4. Jalan Kota
Jalan umum dalam system sekunder
Menghubungkan antar pusat kegiatan local dalam kota
Berada dikawasan perkotaan
5. Jalan Desa
Jalan umum dalam system tersier
Menghubungkan kawasan di dalam desa dan antar pemukiman
6. Jalan Khusus
Disebut sesuai dengan instansi, badan usaha , perorangan, atau kelompok
masyarakat
d. Pengelompokan Jalan menurut Kelas Jalan ( Pasal 8):
Pembagian kelas jalan didasarkan pada:
1. Fungsi jalan
2. Kemampuan menerima muatan rencana sumbu terberat, baik konfigurasi
rencana sumbu kendaraan atau sesuai dengan ketentuan teknologi alat
transportasi
Menurut Peraturan Pemerintah No.25 tahun 2000, kewenangan tersebut yakni:
a. Kewenangan Pemerintah
Penetapan persyaratan untuk penentuan status, kelas, dan fungsi
jalan
Pengaturan dan penetapan status jalan nasional
b. Kewenangan Propinsi
Penyusunan dan penetapan jaringan transportasi jalan propinsi
7/31/2019 Rangkuman Materi PGJ
7/14
Perencanaan, pembangunan dan pemeliharaan jalan propinsi
c. Kewenangan Kabupaten atau Kota
Penyusunan dan penetapan jaringan transportasi jalan kabupaten ataukota
Pengawasan dan pengendalian perwujudan jaringan transportasi jalan
kabupaten atau kota
Penetapan kelas jalan kabupaten atau kota
Penyusunan perencanaan dan pembangunan transportasi kota
Persyaratan Jalan yang sesuai dengan Peranannya (PP No.26/1985)
1.Jalan Arteri Primer, diantaranya:
Kecepatan rencana minimum 60 km/jam
Lebar badan jalan minimum 8 m.
2.Jalan Kolektor Primer
Kecepatan rencana minimum 40 km/jam
Lebar badan jalan minimum 7 m
3.Jalan Lokal Primer
Kecepatan rencana minimum 20 km/jam
Lebar minimum 6 m
4.Jalan Arteri Sekunder
Kecepatan rencana minimum 20 km/jam
Lebar badan jalan minimum 8 m
5.Jalan Kolektor Sekunder
Kecepatan rencana minimum 20 km/jam
7/31/2019 Rangkuman Materi PGJ
8/14
Lebar badan jalan minimum 7 m
6.Jalan Lokal Sekunder
Kecepatan rencana minimum 10 km/jam
Lebar badan jalan minimum 5 m
Pembagian kelas jalan menurut PP No.43 tahun 1993 tentang prasarana dan lalu
lintas jalan:
1.Jalan Kelas I
Jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2500 mm, ukuran panjang tidak melebihi10000 mm, dan muatan sumbu terberat lebih beasr dari 10 ton.
2.Jalan Kelas II
Jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2500 mm, ukuran panjang tidak melebihi
18000 mm, dan muatan sumbu terberat dijinkan 10 ton.
3.Jalan Kelas IIIA
Jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2500 mm, ukuran panjang tidak melebihi
18000 mm, dan muatan sumbu terberat dijinkan 8 ton.
4.Jalan Kelas IIIB
Jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2500 mm, ukuran panjang tidak melebihi
12000 mm, dan muatan sumbu terberat dijinkan 8 ton.
5.Jalan Kelas IIIC
7/31/2019 Rangkuman Materi PGJ
9/14
Jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2500 mm, ukuran panjang tidak melebihi
9000 mm, dan muatan sumbu terberat dijinkan 8 ton.
Adapun tuntutan pembangunan jalan dapat bertujuan untuk:
1. Meningkatkan peranan jaringan jalan dalam kesatuan jaringan yang
terpadu dengan jaringan transportasi
2. Meningkatkan keluasan dan kualitas pelayanan jaringan jalan
3. Menetapkan struktur peranan jalan dengan mengurangi pembaruan fungsi
sejauh mungkin
4. Meningkatkan pemanfaatan jaringan jalan yang ada setinggi-tingginya
5. Meningkatkan kontribusi masyarakat dalam usaha pembinaan jaringan
jalan
6. Meningkatkan pengaturan pembinaan dan pengawasan dalam setiap
pelaksanaan tugas pembinaan jaringan jalan.
Tahapan pembangunan jalan yang biasa dilakukan di Indonesia:
1. Tahap perencanaan,tahap formulasi kebutuhan pembangunan jalan
dimana dilakukan studi pada skala jaringan jalan yang lebih luas.
2. Tahap studi kelayakan, dilakukan identifikasi prioritas implementasi
secara lebih detail mengingat dana yang tersedia seringkali terbatas.
3. Tahap perancangan detail, ruas jalan yang dianggap layak untuk
diimplementasikan , kemudian secara detail.
4. Tahap konstruksi dan pemeliharaan, konstruksi merupakan tahap
implementasi perencanaan di lapangan yang jika diperlukan dapat
dilakukan modifikasi hasil perencangan yang telah dilakukan. Setelah
tahap konstruksi maka perlu dilakukan kegiatan pemeliharaan yang
meliputi pemeliharaan rutin dan berkala serat pemantauan.
7/31/2019 Rangkuman Materi PGJ
10/14
Standar perancangan didasarkan atas pemahaman sejumlah kriteria dan
pembatasan yang mempengaruhi aspek pengguna jalan oleh kendaraan termasuk
lalu lintasnya, aspek tersebut adalah
1. Karakteristik lalu lintas
2. Kontrol hubung
3. Medan
4. Masa pelayanan jalan ,penampilan , dan kapasitas
5. Perilaku pengendara dan kinerja kendaraan
Secara konsep jalan yang efektif dan efisien adalah yang dirancang untuk
dapat melayani pengguna secara optimum. Perancangan harus
memeperhitungkan karakteristik komponen-komponen yang ada dalam system
jalan. Komponen-komponen di dalamnya adalah pengguna jalan (pengemudi dan
pejalan kaki),kendaraan dan jalan. Kinerja pengguna jalan yang biasanya
mempengaruhi kinerja system jalan diantaranya:
Penglihatan
Waktu reaksi
Kemampuan untuk mendeteksi warna
Pendengaran
Perasaan
Tinggi mata pengemudi
Kecepatan berjalan
Tinggi pejalan kaki
Usia
Lebar untuk pejalan kaki dan pengguna jalan lainnya
Jarak
7/31/2019 Rangkuman Materi PGJ
11/14
Karakteristik kendaraan untuk keperluan perancangan jalan di kelompokkan
menjadi:
Karakteristik statis: dimensi,berat,dan kemampuan maneuver kendaraan
Karakteristik kinematis:percepatan dan perlambatan
Karakteristik dinamis:tahanan udara,tahanan tanjakan,tahanan
gerak,tahanan menikung,tenaga yang tersedia,dan pengereman.
Kecepatan operasional adalah kecepatan tertinggi yang diambil dalam
perencanaan. Aspek ekonomi, waktu perjalanan dan kemudahan terkait langsung
pada kecepatan , kecepatan dijalan raya umumnya tergantung pada 6
kondisi,yakni:
1. Kemampuan pengemudi menggunakan jalan raya
2. Karakteristik kendaraan yang menggunakan jalan
3. Karakteristik fisik jalan raya dan bahunya
4. Kondisi cuaca
5. Keberadaan kendaraaan lain
6. Batasan kecepatan sesuai peraturan dan UU
Kapasitas jalan adalah volume maksimum kendaraan dimana lalu lintas masih
lewat sepanjang jalan tersebut pada kendaraan tertentu.Hal ini berguna
sebagai tolak ukur dalam penetapan keadaan lalu lintas sekarang atau pengaruh
dari usulan pengembangan baru.Kapasitas jalan tergantung pada kondisi:
Fisik jalan (lebar,tipe persimpangan, alinemen, dan permukaan jalan)
Komposisi lalu lintas dan kemampuan kendaraan
Kondisi lingkungan dan operasi
Kapasitas jalan antar kota menggunakan rumus:
C=Co . FCw . FCsp . FCsf
7/31/2019 Rangkuman Materi PGJ
12/14
Dimana : C :Kapasitas (smp/jam)
Co:Kapasitas dasar (smp/jam)
FCw:Faktor penyesuaian lebar jalanFCsp:factor penyesuaian distribusi arah
FCsf:factor penyesuaian gangguan samping
Kapasitas jalan ditentukan oleh tipe jalan, jumlah lajur, dan terpisah
atau tidaknya lajur yang ada. Pekerjaan lapangan mencakup keseluruhan
kegiatan survey dan investigasi dilapangan untuk memperoleh data-data akurat
yang diperlukan dalam proses perencanaan teknik.
Penentuan Lokasi
Penentuan lokasi merupakan suatu tahapan dalam rekayasa jalan yang
dilakukan setelah tahapan perencanaan dan sebelum tahapan perancangan suatu
jalan.Penentuan lokasi jalan adalah penentuan koridor terbaik antara dua titik
yang harus dihubungkan dengan mempertimbangkan lokasi-lokasi yang harus
dihindari. Dalam penetuan lokasi jalan terdapat dua tahap kegiatan yaitu:
1. Studi penyuluhan untuk menetukan berbagai koridor yang memenuhi
persyaratan.
2. Meliputi suatu tinjauan yang lebih mendalam dari alternatif-alternatif
koridor yang telah didefinisikan pada tahap sebelumnya , hasil dari
tahapan ini merupakan suatau rancangan pendahuluan dalam koridor
terbaik.
Pada prinsipnya agar perencanaan yang dilakukan dapat diimplementasikan
secara efektif dan efisien, perencanaan tersebut harus didasrkan kepada
kondisi dilapangan , juga memperhitungkan factor-faktor perencanaan lainnya.
Dalam perancangan jalan, data kondisi lapangan dapat diperoleh melalui peta
dan survei pengukuran. Untuk keperluan perencanaan dan desain jalan biasanyadigunakan peta topografis dengan menggunakan garis-garis kontur.
Beberapa aspek yang perlu mendapatkan perhatian bagi perencana sebelum
melakukan kegiatan lapangan yakni:
7/31/2019 Rangkuman Materi PGJ
13/14
Aspek sosial
Aspek ekonomi
Aspek budaya dan lingkunganBeberapa survei dalam perencanaan geometrik jalan:
Survei pendahuluan dilakukan untuk mengetahui situasi awal dari lokasi yang
akan dibuat suatu jalan.Beberapa produk yang dihasilkan dari survei
pendahuluan yakni:
Titik ikat dan tanda-tanda disepanjang trase jalan rencana,berupa patok
kayu, BM dan tanda lokasi rencana bangunan sarana jalan serat tanda-
tanda lainnya untuk pedoman regu survei detail lainnya.
Draft kondisi alineman dan kelandaian sepanjang trase jalan rencana
yang diperoleh dari survei route.
Data kondisi terrain jalan rencana dan data lainnya.
Informasi dan photo dokumentasi.
Survei AMDAL dilakukan dengan maksud untuk memperkecil dampak negatif
yang mungkin timbul akibat adanya ruas jalan yang sedang direncanakan, baik
pada saat konstruksi maupun setelah digunakan dan mengoptimalkan dampakpositif, survei ini sebaiknya dilakukan bersama-sama dengan survei
pendahuluan. Kegiatan survei yang dilakukan adalah meliputi beberapa aspek
yakni:
Fisik, kimia dan biologi
Sosial ekonomi dan budaya masyarakat diantaranya,
a. Pencatatan lokasi bangunan bersejarah, kuburan, fasilitas
umum, dsb.
b. Pengambilan contoh air.
Pengukuran dan pengamatan dilapangan pada ruas jalan yang sudah ada antara
lain:
7/31/2019 Rangkuman Materi PGJ
14/14
a. Pengamatan lalu lintas (dilakukan bersama regu pencatat LHR pada
survei lalu lintas)
b. Pengukuran kadar debu yang menggunakan alat Hi-vol dan Gravimetri.
c. Pengamatan kondisi air dan udara, flora dan fauna, serta ekologi yang
meliputi pertimbangan hidrologi dan geologi.
Survei topografi
Dilakukan dengan maksud pengukuran route yang dilakukan dengan tujuan
memindahkan kondisi permukaan bumi dari lokasi yang diukur pada kertas yang
berupa peta planimetri.
Survei hidrologi
Dilakukan untuk perencanaan sistem dan saran drainase agar konstruksi
jalan aman terhadap pengaruh air selama usia rencana.
Survei lalu lintas
Belum bias dilakukan karena belum ada jalan, akan tetapi untuk
menetukan dimensi jalan tersebut diperlukan data jumlah kendaraan.
Survei geoteknik terdiri dari kegiatan:
Survei geologi
Survei material
Investigasi tanah