rangkuman kuliah 1

4
Pendidikan Entrepreneur di Universitas Brawijaya Sebuah rangkuman oleh: Nadiya Elfira Bilqis (125070100111035) Entrepreneurship adalah suatu proses dalam melakukan sesuatu yang baru dan berbeda untuk menciptakan keuntungan/kekayaan bagi salah satu pihak dan memberikan manfaat untuk masyarakat pada saat yang sama. Entrepreneurship tidak sama dengan bisnis, yang mana hanya berorientasi pada keuntungan/profit salah satu pihak dan mengesampingkan manfaat bagi masyarakat luas. Dengan memiliki jiwa entrepreneur, maka akan menjadi sebuah win-win solution baik bagi penyedia layanan maupun penerima layanan, bahkan secara tidak langsung akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas. Terdapat 4 tipe entrepreneur, yaitu: government entrepreneur, academic entrepreneur, business entrepreneur, dan social entrepreneur. Semua jenis entrepreneur tersebut memiliki dasar pemikiran/mindset yang sama, yakni adanya sebuah inovasi dalam menebarkan manfaat ke orang lain, baik dalam bidang pemerintahan (seperti Ali Sadikin dan Lee Kuan Yew), akademik (seperti Peter F. Drucker dan Nicholas Negroponte), bisnis (seperti Bill Gates dan Li Ka Shing), maupun bidang sosial (seperti Mother Theresa dan Muhammad Yunus). Pendidikan entrepreneurship merupakan hal yang penting karena Indonesia sebagai negara dengan pendapatan per kapita yang tidak tinggi memerlukan roda-roda penggerak dalam mengembangkan pendapatan dan perekonomian. Berkaca dari Amerika, Singapura, dan China sebagai negara dengan pendapatan per kapita tinggi yang memiliki prosentase jumlah entrepreneur yang jauh lebih tinggi dibandingkan Indonesia, kita memerlukan perubahan pola pikir dalam berprofesi. Sebagai dokter, bukan tidak mungkin bagi kita untuk

Transcript of rangkuman kuliah 1

Page 1: rangkuman kuliah 1

Pendidikan Entrepreneur di Universitas Brawijaya

Sebuah rangkuman oleh: Nadiya Elfira Bilqis (125070100111035)

Entrepreneurship adalah suatu proses dalam melakukan sesuatu yang baru dan berbeda

untuk menciptakan keuntungan/kekayaan bagi salah satu pihak dan memberikan manfaat untuk

masyarakat pada saat yang sama. Entrepreneurship tidak sama dengan bisnis, yang mana hanya

berorientasi pada keuntungan/profit salah satu pihak dan mengesampingkan manfaat bagi

masyarakat luas. Dengan memiliki jiwa entrepreneur, maka akan menjadi sebuah win-win solution

baik bagi penyedia layanan maupun penerima layanan, bahkan secara tidak langsung akan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas.

Terdapat 4 tipe entrepreneur, yaitu: government entrepreneur, academic entrepreneur,

business entrepreneur, dan social entrepreneur. Semua jenis entrepreneur tersebut memiliki dasar

pemikiran/mindset yang sama, yakni adanya sebuah inovasi dalam menebarkan manfaat ke orang

lain, baik dalam bidang pemerintahan (seperti Ali Sadikin dan Lee Kuan Yew), akademik (seperti

Peter F. Drucker dan Nicholas Negroponte), bisnis (seperti Bill Gates dan Li Ka Shing), maupun

bidang sosial (seperti Mother Theresa dan Muhammad Yunus).

Pendidikan entrepreneurship merupakan hal yang penting karena Indonesia sebagai negara

dengan pendapatan per kapita yang tidak tinggi memerlukan roda-roda penggerak dalam

mengembangkan pendapatan dan perekonomian. Berkaca dari Amerika, Singapura, dan China

sebagai negara dengan pendapatan per kapita tinggi yang memiliki prosentase jumlah entrepreneur

yang jauh lebih tinggi dibandingkan Indonesia, kita memerlukan perubahan pola pikir dalam

berprofesi. Sebagai dokter, bukan tidak mungkin bagi kita untuk berwirausaha, karena

entrepreneurship bukan semata hanya berdagang, namun dengan menerapkan entrepreneurship,

maka pola pikir untuk mandiri, berani mengambil resiko, inovatif, dan memiliki daya juang tinggi

akan sangat membantu baik dalam menyukseskan karir profesi maupun meningkatkan kualitas

layanan kesehatan pada masyarakat. Apalagi diterapkannya Asean Economic Community (AEC)

pada tahun 2016 nanti, tentunya sangat diperlukan adanya tenaga kesehatan lokal yang berdaya

saing tinggi.

Kondisi di Indonesia saat ini sangatlah tidak kondusif dalam penerapan AEC. Tidak

meratanya infrastruktur dan pelayanan di Indonesia menunjukkan kurangnya jiwa entrepreneur pada

masyarakat Indonesia. Kebanyakan profesi hanyalah berorientasi pada keuntungan diri sendiri tanpa

mempedulikan kondisi masyarakat non sejahtera di pelosok Indonesia. Hal ini tentu menjadi titik

lemah yang mana akan dimasuki dengan mudah oleh pesaing profesi dari negara lain yang telah

menjiwai karakter seorang entrepreneur.

Page 2: rangkuman kuliah 1

Di Universitas Brawijaya, pendidikan entrepreneurship mulai dikenalkan sebagai mata

kuliah elektif pada tahun 1998, yang terus berkembang hingga akhirnya Universitas Brawijaya

tumbuh menjadi sebuah Entrepreneurial University pada tahun 2015 ini. Perbedaannya, dengan

menjadi Entrepreneurial University, maka Universitas Brawijaya telah menerapkan Tri Dharma

Perguruan Tinggi dengan seimbang terutama pada poin pengabdian masyarakat. Sistem pendidikan

entrepreneurship di UB diawali dengan level paling dasar yaitu mengetahui tentang apa itu

entrepreneurship dan juga kisah-kisah inspirasional dari para entrepreneur. Selanjutnya, mahasiswa

diharapkan untuk belajar melakukan entrepreneurship secara langsung seperti mulai belajar

membuat business plan, mempelajari kasus, dan semakin memiliki visi, inovasi, kreativitas, serta

tanggung jawab terhadap profesinya. Langkah terakhir, setelah melalui banyak latihan dan

pengalaman, diharapkan di dunia kerja nantinya mahasiswa telah berhasil menjadi seorang

entrepreneur.

Dalam dunia kedokteran, entrepreneurship bukanlah semata hanya berdagang dan

meningkatkan pendapatan. Namun, dengan dimilikinya karakter seorang entrepreneur oleh seorang

dokter, diharapkan akan muncul inovasi dan perkembangan dalam hal pelayanan kesehatan

sehingga diharapkan akan terjadi peningkatan dalam kesejahteraan masyarakat Indonesia. Dalam

membentuk medical entrepreneurship, komponen yang harus dimiliki oleh seorang mahasiswa

kedokteran adalah: pengetahuan dan kemampuan dalam berinovasi, kreativitas, dan karakter

entrepreneurship. Medical entrepreneurship ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan

kesehatan dalam hal: kemudahan akses, keamanan, profesionalisme tenaga medis, kepuasan, dan

kemampuan tenaga medis. Untuk mewujudkan hal tersebut sangat diperlukan adanya penanaman

karakter entrepreneur bagi calon-calon tenaga medis di Indonesia.

Dengan dimilikinya karakter entrepreneurship oleh seorang dokter, diharapkan dokter tidak

hanya menjadi karyawan, namun berkembang hingga mampu menciptakan ranah bisnis baru yang

meningkatkan lapangan pekerjaan. Banyak contoh medical entrepreneurship yang telah berhasil,

seperti: “Ask Dr Belo!”, “Klinik Asuransi Sampah dr Gamal Albinsaid”, “Dr Oz”, dll. Ranah bisnis

baru tersebut tidak hanya meningkatkan pendapatan bagi dokter tersebut, namun juga meningkatkan

kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat luas.

Pada akhirnya, yang diperlukan adalah sebuah mental untuk terus berjuang, pantang

menyerah, fokus, berani mengambil resiko, inovatif, dan berdaya saing tinggi. Atau dengan kata

lain: mental untuk menjadi sukses. Karena kesuksesan bukanlah dilihat dari seberapa banyak kita

gagal, namun kesuksesan adalah momentum seberapa banyak kita mampu bangkit dari kegagalan

tersebut.